Peta Konsep Sistem Koloid Terdiri dari Cara pembuatannya Fase Terdispersi So l Emulsi Medium Pendispersi Buih Cara Dispersi mempunyai Sifat Khas Efek Tyndall Cara Kondensasi Gerak Brown Cara Busur Bredig Bermuatan Listrik A. Sistem Koloid 1. Pengertian Sistem Koloid Untuk memahami sistem koloid, marilah kita membandingkan tiga jenis campuran berikut: Gambar 1. Campuran gula dengan air (a), campuran tepung terigu dengan air (b), campuran susu dengan air (c). Sumber Gambar 1: dapurkimia.blogspot.com Apabila kita campurkan gula dengan air, ternyata gula larut dan diperoleh larutan gula. Di dalam larutan, zat terlarut tersebar dalam bentuk partikel yang sangat kecil, sehingga tidak dapat dibedakan lagi dari mediumnya walaupun menggunakan mikroskop ultra. Larutan bersifat kontinu dan merupakan system satu fase (homogen). Ukuran partikel zat terlarut kurang dari 1 nm. Larutan bersifat stabil (tidak memisah) dan tidak dapat disaring. Jika kita mencampurkan tepung terigu dengan air, ternyata tepung terigu tidak larut. Walaupun campuran ini diaduk, lambat laun tepung terigu akan memisah (mengalami sedimentasi). Campuran ini kita sebut suspensi. Suspensi bersifat heterogen, tidak kontinu, sehingga merupakan sistem dua fase. Ukuran partikel tersuspensi lebih besar dari 100 nm. Suspense dapat dipisahkan dengan penyaringan. Selanjutnya, jika kita campurkan susu (misalnya, susu instan) dengan air, ternyata susu “larut” tetapi “larutan” itu tidak bening melainkan keruh. Jika didiamkan campuran itu tidak memisah dan juga tidak dapat dipisahkan dengan penyaringan (hasil penyaringan tetap keruh). Secara makrokopis campuran ini tampak homogen. Akan tetapi, jika diamati dengan mikroskop ultra ternyata masih dapat dibedakan partikel-partikel lemak susu yang tersebar di dalam air. Campuran seperti inilah yang disebut koloid. Ukuran partikel koloid berkisar antara 1 nm – 100 nm. Jadi koloid tergolong campuran heterogen dan merupakan sistem dua fase. Zat yang didispersi disebut fase terdispersi, sedang medium yang digunakan untuk mendispersikan zat disebut medium dispersi. Fase terdispersi bersifat diskontinu (terputus-putus), sedangkan medium disperse bersifat kontinu. Pada campuran susu dengan air, fase terdispersi adalah lemak, sedangkan medium dispersinya adalah air. Tabel 1. Perbandingan sifat larutan, koloid, dan supensi. Larutan Koloid Suspensi (dispersi molekuler) (dispersi koloid) (dispersi kasar) Homogen Secara makroskopis Heterogen bersifat hogen tetapi heterogen jika diamati dengan mikroskop ultra Partikelnya berdimensi Partikelnya berdimensi Partikelnya berdimensi kurang dari 1 nm antara 1 nm sampai 100 lebih besar dari 100nm nm Satu fase Dua fase Dua fase Stabil Pada umumnya stabil Tidak stabil Tidak dapat disaring Tidak dapat disaring Dapat disaring kecuali dengan penyaring ultra 2. Jenis-jenis koloid a. Aerosol, sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispesi dalam gas. b. Sol, sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair. c. Emulsi, sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain. d. Buih, sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair. e. Gel, koloid yang setengah kaku (antara padat dan cair). Keterangan: Terdispersi Gas Padat Cair Padat Gas Cair Cair Padat pendispersi Aerosol Sol Asap (smoke), debu di udara Sol emas, sol belerang, tinta, cat Sol Padat Gelas berwarna, intan hitam Aerosol Cair Kabut (fog) dan awan Emulsi Susu, santan, minyak ikan Emulsi Padat Cair Buih Padat Buih Padat Jeli, mutiara Buih sabun, krim kocok Gas Karet busa, batu apung, stirofoam B. Sifat-sifat koloid 1. Efek tyndall Penampilan sistem koloid pada umumnya keruh, tetapi tidak selalu begitu. Beberapa larutan tampak bening dan sukar dibedakan dengan larutan sejati. Salah satu cara sederhana untuk membedakannya yaitu dengan menjatuhkan seberkas cahaya pada campuran. Larutan sejati meneruskan cahaya (transparan), sedangkan koloid menghamburkannya. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mengamati efek Tyndall, antara lain: a. Sorot lampu mobil pada malam yang berkabut. b. Sorot lampu proyektor dalam gedung bioskop yang berasap/berdebu. c. Berkas sinar matahari melalui celah daun pohon-pohon pada pagi hari yang berkabut. Gambar 2. Efek Tyndall. Oleh larutan, berkas sinar diteruskan sedangkan jejaknya taktelihat; sedang oleh partikel koloid dan suspensi, berkas sinar dihamburkan sehingga jejaknya terlihat. Sumber Gambar 2: sangsan3.blogspot.com 2. Gerak Brown Jika diamati dengan mikroskop ultra, akan terlihat partikel koloid senantiasa bergerak tersu menerus dengan gerak patah-patah (gerak zig-zag). Gerak zig-zag partikel koloid ini disebut gerak Brown, sesuai dengan nama penemunya, Robert Brown, seorang ahli biologi berkebangsaan Inggris. Gambar 3. Gerak Brown Gerak Brown menunjukkan kebenaran teori kinetic molekul yang menyatakan bahwa molekul-molekul dalam zat cair senantiasa bergerak. Gerak Brown terjadi sebagai akibat tumbukan yang tidak seimbang dari molekul-molekul medium terhadap partikel koloid. Dalam suspensi tidak terjadi Gerak Brown karena ukuran partikel cukup besar, sehingga tumbukan yang dialaminya setimbang. Partikel zat terlarut juga mengalami gerak Brown tetapi tidak dapat diamati. Gerak Brown merupakan salah satu faktor yang menstabilkan koloid. Oleh karena bergerak terus-menerus, maka partikel koloid dapat mengimbangi gaya grafitasi, sehingga tidak mengalami sedimentasi. 3. Muatan Koloid a. Elektroforesis Partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik. Hal ini menunjukkan bahwa partikel koloid tersebut bermuatan. Pergerakan partikel koloid dalam medan listrik ini disebut elektroforesis. Koloid bermuatan negative akan bergerak ke anode (elektrode positif) sedangkan koloid yang bermuatan positif bergerak ke katode (electrode negatif). Dengan demikian elektroforesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan koloid. Elektroforesis menjadi salah satu cara yang canggih untuk identifikasi DNA dalam rangka mengidentifikasi korban/pelaku kejahatan. b. Adsorpsi Partikel koloid mempunyai kemampuan menyerap berbagai macam zat pada permukaannya. Penyerapan pada permukaan ini disebut adsorpsi. Muatan koloid terjadi karena adsopsi ion-ion tertentu. Sol Fe(OH)3 dalam air mengadsorpsi ion positif sehingga bermuatan positif, sedangkan sol As 2S3 mengadsorpsi ion negative sehingga bermuatan negatif. Sumber: kimia.upi.edu Muatan koloid juga merupakan faktor yang menstabilkan koloid, disamping gerak Brown. Oleh karena bermuatan sejenis, maka partikelpartikel koloid saling tolak menolak sehingga terhindar dari pengelompokan (agrerasi) antarsesama partikel koloid itu (jika partikel koloid itu saling bertumbukan dan kemudian bersatu, maka lama-kelamaan dapat terbentuk partikel yang cukup besar dan akhirnya mengendap). Sifat adsorpsi dari koloid ini digunakan dalam berbagai proses, antara lain sebagai berikut. 1. Pemutiha gula tebu, gula yang masih berwarna dilarutkan dalam air kemudian dialirkan melalui tanah diatomae dan arang tulang. Zat-zat warna dalam gula akan diadsrpsi, sehingga diperoleh gula yang putih bersih. 2. Norit, merupakan tablet yang terbuat dari kae\rbon aktif. Di dalam usus, norit membentuk sistem koloid yang dapat mengadsorpsi gas atau zat racun 3. Penjernihan air, untuk menjernihkan air dapat dilakukan dengan menambahkan tawas atau aluminium sulfat. Di dalam air, aluminium sulfat terhidrolisis membentuk Al(OH)3 yan berupa koloid. Koloid Al(OH)3 ini dapat mengadsorpsi zat-zat warna atau zat pencemar dalam air. 4. Koagulasi Penggumpalan sitem koloid disebut koagulasi. Koagulasi koloid karena penambahan elektrolit terjadi sebagai berikut. Koloid yang bermuatan negatif akan menarik ion positif (kation), sedangkan koloid yang bermuatan positif akan menarik ion negative (anion). Ion-ion tersebut akan membentuk selubung lapisan kedua. Apabila selubung lapisan kedua itu terlalu dekat maka selubung itu akan menetralkan muatan koloid, sehingga terjadi koagulasi. Semakin besar muatan ion, semakin kuat gaya tarik-menariknya dengan partikel koloid, sehingga semakin cepat terjadi koagulasi. Beberapa contoh koagulasi dalam kehidupan sehari-hari dan industri: 1. Pembentukan delta di muara sungai terjadi karena koloid tanah liat (lempung) dalam air sungai mengalami koagulasi ketika bercampur elektrolit dalam air laut. 2. Karet dalam lateks digumpalkan dengan menambahkan asam format. 3. Lumpur koloidal dalam air sungai dapat digumpalkan dengan menambahkan tawas. 4. Asap/debu dari pabrik atau industry dapat digumpalkan dengan alat koagulasi listrik dari Cottrel. 5. Koloid Pelindung Suatu koloid dapat distabilkan dengan menambahkan koloid lain yang disebut koloid pelindung. Koloid pelindung ini akan membungkus partikel zat terdispersi, sehingga tidak dapat lagi mengelompok. Contoh koloid pelindung adalah sebagai berikut: 1. Pada pembuatan es krim digunakan gelatin untuk mencegah pembentukan Kristal besar es atau gula. 2. Cat dan tinta dapat bertahan lama karena menggunakan suatu koloid pelindung. 3. Zat-zat pengelmusi, seperti sabun dan detergen, juga tergolong koloid pelindung. 6. Dialisis Ion-ion pengganggu kestabilan koloid dapat dihilangkan dengan suatu proses yang disebut dialysis. Dalam proses ini, system koloid dimasukan kedalam kantong koloid, lalu kantong koloid dimasukan ke dalam bejana yang berisi air mengalir. Kantong koloid terbuat dari selaput semipermeabel, yaitu selaput yang dapat melewatkan partikel-partikel kecil, seperti ion-ion atau molekul sederhana, tetapi menahan partikel koloid. Dengan demikian, ion-ion keluar dari kantong dan hanyut bersama air. Proses pemisahan hasil-hasil metabolism dari darah oleh ginjal, juga merupakan proses dialysis, jaringan ginjal bersifat sebagai selaput semipermeabel yang dapat dilewati air dan molekul-molekul sederhana seperti urea, tetapi menahan butir-butir darah yang merupakan koloid. Orang yang menderita gagal ginjal dapat menjalani “cuci darah”, dimana fungsi ginjal diganti oleh suatu mesin dialisator. Gambar. Dialisis Sumber: www.slideshare.net2 7. Koloid Liofil dan Koloid Liofob Koloid yang medium dispersinya cair dibedakan atas koloid liofil dan koloid liofob. Suatu koloid disebut liofil apabila terdapat gaya tarik menarik yang cukup besar antara zat terdispersi dengan mediumnya. Sebaliknya, suatu kolid disebut liofob jika gaya tarik-menari tersebut tidak ada atau sangat lemah. Jika medium dispersi yang dipakai adalah air, maka kedua jenis koloid di atas masing-masing disebut koloid hidrofil dan koloid hidrofob. Koloid hidrofil memiliki gugus ionic atau gugus polar di permukaannya, sehingga mempunyai interaksi yang baik dengan air. Tabel . perbandingan sifat sol hidrofil dan sol hidrofob Sol hidrofil Sol hidrofob Tidak mengadsopsi mediumnya Mengadsopsi mediumnya Dapat dibuat dengan konsentrasi yang Hanya stabil pada konsentrasi kecil reltif besar Tidak mudah digunakan dengan Mudah menggumpal pada penambahan elektrolit penambahan elektrolit hamper sama dengan Viskositas lebih besar daripada Viskositas mediumnya mediumnya Tidak reversibel Bersifat reversibel Efek Tyndall lebih jelas Efek Tyndall lemah Contoh: protein, sabun, detergen, Contoh: susu, mayonaise, sol belerang, sol Fe(OH)3, sol-sol sulfide dan sol-sol agar-agar, kanji dan gelatin logam (Purba.dkk, 2012) C. Cara Pembuatan Sistem Koloid Sistem koloid dapat dibuat secara langsung dengan mendispersikan suatu zat ke dalam medium pendispersi. Selain itu, dapat dilakukan dengan mengubah suspensi menjadi koloid atau dengan mengubah larutan menjadi koloid. Jika ditinjau dari pengubahan ukuran partikel zat terdispersi, cara pembuatan koloid dapat dibedakan menjadi dua cara, yaitu pembuatan koloid secara dispersi dan pembuatan koloid secara kondensasi. Pembuatan koloid secara dispersi adalah memperkecil partikel. Cara ini melibatkan pengubahan ukuran partikel besar (misalnya suspensi atau padatan) menjadi ukuran partikel koloid. Sementara itu, pembuatan koloid secara kondensasi adalah memperbesar ukuran partikel. Pada umumnya, dari larutan diubah menjadi koloid. Secara skematis, kedua proses tersebut dapat digambarkan sebagai proses yang berlawanan, di mana sistem koloid berada di antara dua sistem dispersi yang lain. 1. Pembuatan Koloid Secara Dispersi a. Dispersi langsung (mekanik) Cara ini dilakukan dengan memperkecil zat terdispersi sebelum didispersikan ke dalam medium pendispersi. Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggiling atau menggerus partikel sampai ukuran tertentu. Sebagai contoh adalah pembuatan sol belerang dalam air, serbuk belerang dihaluskan terlebih dahulu dengan menggerus bersama kristal gula secara berulang – ulang. Campuran semen dengan air dapat membentuk koloid secara langsung karena partikel – partikel semen sudah digiling sedemikian rupa sehingga ukuran partikelnya menjadi ukuran koloid. b. Homogenisasi Pembuatan susu kental manis yang bebas kasein dilakukan dengan mencampurkan serbuk susu skim ke dalam air di dalam mesin homogenisasi sehingga partikel – partikel susu berubah menjadi seukuran partikel koloid. Emulsi obat pada pabrik obat dilakukan dengan proses homogenisasi mengunakan mesin homogenisasi. c. Peptisasi Proses peptisasi dilakukan dengan cara memecah partikel – partikel besar, misalnya suspensi, gumpalan, atau endapan dengan menambahkan zat pemecah tertentu. Sebagai contoh, endapan Al(OH)3 akan berubah menjadi koloid dengan menambahkan AlCl3 ke dalamnya. Endapan AgCl akan berubah menjadi koloid dengan menambahkan larutan NH3 secukupnya. Contoh lain, karet bisa dipeptisasi oleh bensin, agar – agar oleh air, nitroselulosa oleh aseton. Endapan NiS dapat dipeptisasi oleh H2S. d. Busur Bredig Busur Bredig adalah suatu alat yang khusus digunakan untuk membentuk koloid logam. Proses ini dilakukan dengan cara meletakkan logam yang akan dikoloidkan pada kedua ujung elektrode dan kemudian diberi arus listrik yang cukup kuat sehingga terjadi loncatan bunga api listrik. Suhu tinggi akibat adanya loncatan bunga api listrik mengakibatkan logam akan menguap dan selanjutnya terdispersi ke dalam air membentuk suatu koloid logam. 2. Pembuatan Koloid Secara Kondensasi Pembuatan koloid secara kondensasi dilakukan dengan mengubah suatu larutan menjadi koloid. Proses ini umumnya melibatkan reaksi – reaksi kimia yang menghasilkan zat yang menjadi partikel – partikel terdispersi. a. Reaksi hidrolisis Reaksi ini umumnya digunakan untuk membuat koloid – koloid basa dari suatu garam yang dihidrolisis (direaksikan dengan air). Contoh: Pembuatan sol Fe(OH)3 dengan cara memanaskan larutan FeCl3. FeCl(aq) + 3H2O(l) → Fe(OH)3(s) + 3HCl(aq) b. Reaksi Redoks Reaksi yang melibatkan perubahan bilangan oksidasi. Koloid yang terjadi merupakan hasil oksidasi atau reduksi. Contoh: Pembuatan sol belerang dengan cara mengalirkan gas H2S ke dalam larutan SO2. 2H2S(g) + SO2(aq) → 2H2O(l) + 3S(s) c. Pertukaran Ion Reaksi pertukaran ion umumnya dilakukan untuk membuat koloid dari zat – zat yang sukar larut (endapan) yang dihasilkan pada reaksi kimia. Contoh: Pembuatan sol As2S3 dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan As2O3. 3H2S(g) + As2O3(aq) → As2S3(s) + 3H2O(l) Selain dengan cara – cara di atas, koloid ada yang terbentuk secara alamiah, misalnya lumpur, getah karet, dan getah pohon nangka. (Sudarmo, 2013) D. Manfaat Koloid 1. Pemutihan Gula Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Dengan melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae atau karbon. Partikel koloid akan mengadsorpsi zat warna tersebut. 2. 3. 4. 5. Partikel-partikel koloid tersebut mengadsorpsi zat warna dari gula tebu sehingga gula dapat berwarna putih. Penggumpalan Darah Darah mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatif. Jika terjadi luka, maka luka tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau tawas yang mengandung ion-ion Al3+ dan Fe3+. Ion-ion tersebut membantu agar partikel koloid di protein bersifat netral sehingga proses penggumpalan darah dapat lebih mudah dilakukan. Penjernihan Air Untuk memperoleh air bersih perlu dilakukan upaya penjernihan air. Kadang-kadang air dari mata air seperti sumur gali dan sumur bor tidak dapat dipakai sebagai air bersih jika tercemari. Air permukaan perlu dijernihkan sebelum dipakai. Upaya penjernihan air dapat dilakukan baik skala kecil (rumah tangga) maupun skala besar seperti yang dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi: Al3+ + 3H2O Al(OH)3 + 3H+ Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi. Berikut ini adalah skema proses penjernihan air secara lengkap: Pembentukan delta di muara sungai Air sungai mengandung partikel-partikel koloid pasir dan tanah liat yang bermuatan negatif. Sedangkan air laut mengandung ion-ion Na+, Mg+2, dan Ca+2 yang bermuatan positif. Ketika air sungai bertemu di laut, maka ion-ion positif dari air laut akanmenetralkan muatan pasir dan tanah liat. Sehingga, terjadi koagulasi yang akan membentuk suatu delta. Pengambilan endapan pengotor Gas atau udara yang dialirkan ke dalam suatu proses industri seringkali mangandung zat-zat pengotor berupa partikel-partikel koloid. Untukmemisahkan pengotor ini, digunakan alat pengendap elektrostatik yang pelat logamnya yang bermuatan akan digunakan untuk menarik partikelpartikel koloid. 6. Mengurangi polusi udara Gas buangan pabrik yang mengandung asap dan partikel berbahaya dapat diatasi dengan menggunakan alat yang disebut pengendap cottrel. Prinsip kerja alat ini memanfaatkan sifat muatan dan penggumpalan koloid sehingga gas yang dikeluarkan ke udara telah bebas dari asap dan partikel berbahaya. Asap dari pabrik sebelum meninggalkan cerobong asap dialirkan melalui ujung-ujung logam yang tajam dan bermuatan pada tegangan tinggi (20.000 sampai 75.000 volt). Ujung-ujung yang runcing akan mengionkan molekul-molekul dalam udara. Ion-ion tersebut akan diadsorpsi oleh partikel asap dan menjadi bermuatan. Selanjutnya, partikel bermuatan itu akan tertarik dan diikat pada elektrode yang lainnya. Pengendap Cottrel ini banyak digunakan dalam industri untuk dua tujuan, yaitu mencegah polusi udara oleh buangan beracun dan memperoleh kembali debu yang berharga (misalnya debu logam). 7. Penggumpalan lateks Getah karet dihasilkan dari pohon karet atau hevea. Getah karet merupakan sol, yaitu dispersi koloid fase padat dalam cairan. Karet alam merupakan zat padat yang molekulnya sangat besar (polimer). Partikel karet alam terdispersi sebagai partikel koloid dalam sol getah karet. Untuk mendapatkan karetnya, getah karet harus dikoagulasikan agar karet menggumpal dan terpisah dari medium pendispersinya. Untuk mengkoagulasikan getah karet, biasanya digunakan asam formiat; HCOOH atau asam asetat; CH3COOH. Larutan asam pekat itu akan merusak lapisan pelindung yang mengelilingi partikel karet. Sedangkan ion-ion H+-nya akan menetralkan muatan partikel karet sehingga karet akan menggumpal. Selanjutnya, gumpalan karet digiling dan dicuci lalu diproses lebih lanjut sebagai lembaran yang disebut sheet atau diolah menjadi karet remah (crumb rubber). Untuk keperluan lain, misalnya pembuatan balon dan karet busa, getah karet tidak digumpalkan melainkan dibiarkan dalam wujud cair yang disebut lateks. Untuk menjaga kestabilan sol lateks, getah karet dicampur dengan larutan amonia; NH3. Larutan amonia yang bersifat basa melindungi partikel karet di dalam sol lateks dari zat-zat yang bersifat asam sehingga sol tidak menggumpal. 8. Membantu pasien gagal ginjal Proses dialisis untuk memisahkan partikel-partikel koloid dan zat terlarut merupakan dasar bagi pengembangan dialisator. Penerapan dalam kesehatan adalah sebagai mesin pencuci darah untuk penderita gagal ginjal. Ion-ion dan molekul kecil dapat melewati selaput semipermiabel dengan demikian pada akhir proses pada kantung hanya tersisa koloid saja. Dengan melakukan cuci darah yang memanfaatkan prinsip dialisis koloid, senyawa beracun seperti urea dan keratin dalam darah penderita gagal ginjal dapat dikeluarkan. Darah yang telah bersih kemudian dimasukkan kembali ke tubuh pasien. 9. Sebagai deodoran Deodoran mengandung aluminium klorida yang dapat mengkoagulasi atau mengendapkan protein dalam keringat.endapan protein ini dapat menghalangi kerja kelenjer keringat sehingga keringat dan potein yang dihasilkan berkurang. 10. Sebagai bahan makanan dan obat Ada zat-zat yang tidak larut dalam air sehingga harus dikemas dalam bentuk koloid sehingga mudah diminum. Contohnya obat dalam bentuk kapsul. 11. Sebagai bahan kosmetik Ada berbagai bahan kosmetik kosmetik berupa padatan, tetapi lebih baik digunakan dalam bentuk cairan. Untuk itu biasanya dibuat berupa koloid dengan tertentu. 12. Sebagai bahan pencuci Prinsip koloid juga digunakan dalam proses pencucian dengan sabun dan detergen. Dalam pencucian dengan sabun atau detergen, sabun/ detergen berfungsi sebagai emulgator. Sabun/detergen akan mengemulsikan minyak dalam air sehingga kotoran-kotoran berupa lemak atau minyak dapat dihilangkan dengan cara pembilasan dengan air. 13. Penghilang Kotoran pada Proses Pembuatan Sirup Kadang-kadang gulam masih mengandung pengotor sehingga jika dilaturkan tidak jernih, pada industri pembuatan sirup, untuk menghilangkan pengotor ini biasanya digunakan putih telur. Setelah gula larut, sambil diaduk ditambahkan putih telur sehingga putih telur tersebut menggumpal dan mengadsorpsi pengotor. Selain putih telur, dapat juga digunakan zat lain, seperti tanah diatome atau arang aktif. 14. Penggunaan Arang Aktif Arang aktif merupakan contoh dari adsorben yang dibuat dengan cara memanaskan arang dalam udara kering. Arang aktif memiliki kemampuan untuk menjerap berbagai zat. Obat norit (obat sakit perut) mengandung zat arang aktif yang berfungsi menjerap berbagai zat dan racun dalam usus. Arang aktif ini juga digunakan para topeng gas, lemari es (untuk menghilangkan bau), dan rokok filter (untuk mengikat asap nikotin dan tar) 15. Perebusan Telur Telur mentah merupakan suatu sistem koloid dengan fase terdispersi berupa protein. Jika telur tersebut direbus akan terjadi koagulasi sehingga telur tersebut menggumpal. 16. Pembuatan Yoghurt Susu dapat diubah menjadi yoghurt melalui fermentasi. Pada fermentasi susu akan terbentuk asam laktat yang menggumpal dan berasa asam. 17. Pembuatan Tahu Pada pembutan tahu dari kedelai, mula-mulai kedelai dihancurkan sehingga terbentuk bubur kedelai (seperti susu). Kemudian, ditambahkan larutan elektrolit, yaitu CaSO4.2H2O yang disebut batu tahu sehingga protein kedelai menggumpal dan membentuk tahu. Daftar Pustaka Purba, Michael. dan Sunardi. 2012. Kimia untuk SMA/MA kelas XI. Jakarta: Erlangga. Sudarmo, U. 2013. KIMIA: Untuk SMA/MA Kelas XI, Kelompok Peminatan Matematika dan Ilmu Alam. Erlangga: Jakarta