ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PUPUK OFER KOPERASI LISUNG KIWARI, CIGOMBONG, KABUPATEN BOGOR, PROPINSI JAWA BARAT SKRIPSI RIBUT YUDHO AJI WICAKSONO H34063383 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 i RINGKASAN RIBUT YUDHO AJI WICAKSONO. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari, Cigombong, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan POPONG NURHAYATI). Pertanian merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian Indonesia. Sumber daya alam yang sangat mendukumg dan sumber daya manusia yang melimpah merupakan faktor yang memberikan peluang besar bagi bangsa Indonesia untuk mengembangkan sektor pertaniannya. Pertanian dapat mengahasilkan berbagai produk yang menunjang kehidupan umat manusia mulai dari pangan, sandang, papan serta produk-produk lainnya. Bercermin pada peran sektor pertanian yang sangat penting, upaya untuk melakukan pengembangan kegiatan sektor pertanian terus ditingkatkan. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan menggunakan bahan-bahan anorganik, seperti pupuk dan obat-obatan. Akumulasi dari penggunaan bahan-bahan anorganik dalam kegiatan pertanian secara terus-menerus ternyata juga membawa dampak negatif. Dampak negatif yang paling besar adalah adanya ketergantungan terhadap bahan-bahan anorganik dalam kegiatan pertanian, kesehatan manusia yang dapat terancam karena bahan anorganik yang digunakan dan degradasi lahan yang disebabkan karena penggunaan bahan-bahan anorganik yang tiada henti. Selain itu, sekarang ini petani dihadapkan kepada permasalahan meningkatnya harga pupuk yang berdampak pada kelangsungan usaha petani. Petani sebagai konsumen utama sering merasa kesulitan dengan adanya kenaikan harga pupuk dan sukarnya untuk mendapatkan pupuk. Kelangkaan pupuk anorganik mendorong pemerintah untuk membuat alternatif lain yaitu pupuk organik. Sesuai dengan program pemerintah melalui Departemen Pertanian yaitu “go organic 2010”, dewasa ini pertanian di Indonesia mulai bergeser pada pertanian berbasis organik. Kondisi-kondisi tersebut menciptakan peluang usaha yang sangat terbuka bagi pihak yang ingin berbisnis pupuk organik. Propinsi Jawa Barat, khususnya Kabupaten Bogor, cukup potensial untuk mengembangkan usaha pupuk organik. Unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari merupakan usaha baru yang bergerak di bidang pupuk organik yang didirikan di Kabupaten Bogor. Dalam upaya pengembangan usaha yang telah dijalankan faktor internal dan eksternal sangat mempengaruhi. Unit usaha tersebut harus mampu mengidentifikasi dan melakukan antisipasi yang tepat terhadap semua faktor yang mempengaruhi agar usaha dapat berkembang. Oleh karena itu, diperlukan suatu formulasi strategi pengembangan usaha yang tepat bagi unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan, (2) Mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan eksternal yang menjadi peluang dan ancaman, (3) Mengetahui apa saja alternatif strategi pengembangan usaha yang tepat beserta prioritasnya untuk diterapkan pada unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari. ii Penelitian dilakukan di Koperasi Lisung Kiwari Cigombong, Kabupaten Bogor. Pengumpulan data dilakukan pada bulan April-Mei 2010. Pemilihan responden dilakukan secara purposive yaitu metode pengambilan responden yang dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Responden yang dipilih adalah tiga orang, yaitu kepala unit usaha pupuk OFER, pihak LPS sebagai mitra dan penyuluh pertanian. Metode pengolahan dan analisis data terdiri dari analisis deskriptif, analisis lingkungan eksternal dan internal, matriks EFE dan IFE, matriks IE, matriks SWOT dan QSPM. Identifikasi lingkungan internal menghasilkan sembilan faktor kekuatan dan tujuh faktor kelemahan. Berdasarkan hasil analisis pada matriks IFE dapat dilihat bahwa faktor internal yang memberikan skor tertinggi adalah kualitas produk dengan bobot skor rata-rata sebesar 0,340. Sedangkan kelemahan utama adalah kuantitas produk yang berfluktuasi dengan bobot skor rata-rata sebesar 0,068. Total skor matriks IFE adalah sebesar 3,012. Di samping itu, identifikasi lingkungan eksternal menghasilkan sembilan faktor peluang dan lima faktor ancaman. Berdasarkan hasil perhitungan matriks EFE bahwa peluang utama terdapat pada tingkat permintaan pupuk organik dengan bobot skor rata-rata sebesar 0,344. Sedangkan ancaman utama terdapat pada tingkat persaingan bisnis pupuk organik dengan bobot skor rata-rata sebesar 0,279. Hasil analisis matriks EFE menunjukkan bahwa total skor bobot rata-rata yaitu sebesar 2,653. Hasil matriks IE dengan nilai IFE 3,012 serta EFE sebesar 2,653 menempatkan perusahaan pada sel IV yaitu tumbuh dan kembangkan. Strategi yang tepat dilakukan untuk kuadran ini antara lain, strategi integratif dan strategi intensif. Berdasarkan hasil analisis matriks SWOT, diperoleh delapan alternatif strategi pengembangan usaha yang dapat diterapkan oleh perusahaan dalam menjalankan usahanya. Adapun urutan prioritas strategi berdasarkan hasil QSPM adalah: (1) Meningkatkan keunggulan produk dengan diferensiasi produk (STAS = 6,621), (2) Melakukan penetrasi dan pengembangan pasar (STAS = 6,432), (3) Mengembangkan usaha dengan intensifikasi faktor produksi yang dimiliki (STAS = 6,202), (4) Melakukan diversifikasi usaha (STAS = 5,659), (5) Melakukan penggalian dan pengaplikasian informasi penelitian dan pengembangan pupuk organik (STAS = 5,641), (6) Melakukan sosialisasi/promosi tentang pupuk organik (STAS = 5,599), (7) Merencanakan dan menciptakan permodalan yang baik (STAS = 5,036) serta (8) Memperbaiki manajemen perusahaan (STAS = 4,991). iii ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PUPUK OFER KOPERASI LISUNG KIWARI, CIGOMBONG, KABUPATEN BOGOR, PROPINSI JAWA BARAT RIBUT YUDHO AJI WICAKSONO H33063383 Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 iv Judul Skripsi : Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari, Cigombong, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat Nama : Ribut Yudho Aji Wicaksono NIM : H34063383 Disetujui, Pembimbing Ir. Popong Nurhayati, MM NIP. 19670211 199203 2 002 Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002 Tanggal Lulus : v PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari, Cigombong, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi. Bogor, Agustus 2010 Ribut Yudho Aji Wicaksono H34063383 vi RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Madiun pada tanggal 18 Desember 1987. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Suwandi dan Ibu Sutinem. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Ngengor Madiun pada tahun 2000 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2003 di SLTP Negeri 1 Pilangkenceng Madiun. Kemudian pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2006 di SMU Negeri 1 Mejayan Madiun. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2006. Kemudian pada tahun 2007, penulis diterima oleh Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen sebagai mayor serta Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian sebagai minor. Selama mengikuti pendidikan, penulis juga aktif di beberapa organisasi internal kampus, seperti Himpunan Mahasiswa Peminat Agribisnis Institut Pertanian Bogor sebagai staf Divisi Kewirausahaan periode 2008 dan Kesekretariatan periode 2009, ketua Organisasi Mahasiswa Daerah Madiun di IPB tahun 2008 serta beberapa kepanitiaan yang bersifat sementara. vii KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, serta shalawat dan salam kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ” Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari, Cigombong, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat”. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan, mengidentifikasi faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman serta merumuskan alternatif strategi dan merekomendasikan prioritas strategi pengembangan usaha yang tepat untuk diterapkan oleh usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari dalam menjalankan usahanya. Penulisan skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Agustus 2010 Ribut Yudho Aji Wicaksono viii UCAPAN TERIMAKASIH Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada: 1. Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen pembimbing skripsi atas segala arahan, bimbingan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama proses penyusunan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Heny K. Daryanto, M.Ec dan Yanti Nuraeni Muflikh, SP. M.Agribuss selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 3. Dr. Ir. Andriyono Kilat Adhi yang telah menjadi dosen pembimbing akademik serta seluruh dosen dan staf Depatemen Agribisnis. 4. Pihak Koperasi Lisung Kiwari, khususnya Bapak H. Zakaria dan Bapak Sukri atas waktu, kesempatan, informasi dan ilmu yang telah diberikan kepada penulis. 5. Bapak, Ibu dan Dek Esti yang telah memberikan kepercayaan, dukungan moril dan materil, doa, serta kasih sayang yang tiada pernah putus. 6. Arum Ngesti Palupi atas kasih sayang, doa, dukungan, semangat dan ‘gangguan’ yang diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi. 7. Keluarga besar penulis yang selalu mengirimkankan harapan dan doa untuk penulis, Mbah Bud dan Mbah Ibu yang selalu menganggap penulis sekeluarga sebagai keluarga sendiri, serta Pakdhe Srihadi sekeluarga yang banyak membantu penulis selama menuntut ilmu di Bogor. 8. Sahabat rasa “keluarga” Agribisnis 43, Griya Artayasa, PASMAD, penghuni Lorong 4 C3 TPB IPB 2006/2007, kelas B26 TPB 2006/2007, teman TK hingga SMA serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Terima kasih atas dukungan serta kesediaan mengorbankan sebagian hariharinya untuk berbagi kisah hidup dengan penulis. Bogor, Agustus 2010 Ribut Yudho Aji Wicaksono ix DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ............................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ........................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... viv I. PENDAHULUAN ...................................................................... 1.1 Latar Belakang ................................................................... 1.2 Perumusan Masalah ........................................................... 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................ 1.4 Manfaat Penelitian ............................................................. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian .................................................. 1 1 6 8 8 8 II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 2.1 Pertanian Organik .............................................................. 2.2 Pupuk Organik ................................................................... 2.3 Bokashi .............................................................................. 2.4 Hasil Penelitian Terdahulu ............................................. 2.4.1 Kajian Empiris Tentang Pupuk Organik .................. 2.4.2 Kajian Empiris Tentang Strategi Pengembangan Usaha ............................................. 9 9 10 11 11 11 III. KERANGKA PEMIKIRAN .................................................... 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ......................................... 3.1.1 Konsep Strategi .................................................... 3.1.2 Konsep Manajemen Strategi .................................. 3.1.3 Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan .......................... 3.1.4 Analisis Lingkungan Bisnis Perusahaan .............. 3.1.4.1 Analisis Lingkungan Internal ................ ..... 3.1.4.2 Analisis Lingkungan Eksternal ................ 3.1.5 Matriks EFE dan IFE ............................................... 3.1.6 Matriks IE (Internal-Eksternal) .............................. 3.1.7 Matriks SWOT ....................................................... 3.1.8 Matriks QSP ................................................. .......... 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ..................................... 15 15 15 15 17 17 18 19 24 24 25 26 26 IV. METODE PENELITIAN ......................................................... 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................... 4.2 Data dan Instrumensi ..................................................... 4.3 Metode Pengumpulan Data ........................................... 4.4 Metode Pengolahan Data .............................................. 4.4.1 Analisis Deskriptif ............................................ 4.4.2 Analisis Lingkungan Internal ............................. 4.4.3 Analisis Lingkungan Eksternal ......................... 4.4.4 Matriks IFE dan EFE ......................................... 4.4.5 Matriks IE ......................................................... 4.4.6 Matriks SWOT .................................................. 32 32 32 33 34 34 34 35 36 40 41 12 x 4.4.7 Matriks QSP ...................................................... 42 V. GAMBARAN UMUM USAHA ................................................ 5.1 Gambaran Umum Wilayah ................................................. 5.1.1 Kondisi Fisik Desa Ciburuy .................................... 5.1.2 Potensi Pertanian ..................................................... 5.2 Gambaran Umum Usaha .................................................... 5.2.1 Sejarah dan Perkembangan Usaha .......................... 5.2.2 Pengadaan Input ...................................................... 5.2.3 Proses Produksi ....................................................... 5.2.4 Pemasaran ................................................................ 45 45 45 45 46 46 47 47 51 VI. ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN ........................ 6.1 Analisis Lingkungan Internal ............................................. 6.1.1 Manajemen Sumber Daya Manusia ......................... 6.1.2 Pemasaran ................................................................. 6.1.3 Keuangan dan Akuntansi ......................................... 6.1.4 Produksi dan Operasi ............................................... 6.1.5 Penelitian dan Pengembangan .................................. 6.2 Analisis Lingkungan Eksternal .......................................... 6.2.1 Lingkungan Jauh ...................................................... 6.2.2 Lingkungan Industri ................................................. 53 53 53 56 62 62 63 64 64 66 VII. FORMULASI STRATEGI ..................................................... 7.1 Identifikasi Faktor Kekuatan dan Kelemahan Perusahaan .......................................................................... 7.2 Identifikasi Faktor Peluang dan Ancaman Perusahaan ...... 7.3 Analisis Matriks IFE .......................................................... 7.4 Analisis Matriks EFE ......................................................... 7.5 Analisis Matriks IE ............................................................. 7.6 Analisis Matriks SWOT ..................................................... 7.7 Analisis Matriks QSPM ..................................................... 71 71 75 79 81 82 84 92 VIII. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 8.1 Kesimpulan ......................................................................... 8.2 Saran ................................................................................... 94 94 95 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 97 LAMPIRAN ......................................................................................... 99 xi DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Tingkat Konsumsi Pupuk Sektor Pertanian dalam Negeri Tahun 1998-2008 ...................................................................... 2 2. Kebutuhan dan Penyediaan Pupuk Indonesia Tahun 2008 ....... 4 3. Potensi Pasar Pupuk Organik Indonesia Tahun 2009 ................ 5 4. Perbandingan Keunggulan Pupuk Organik Dengan Pupuk Anorganik .................................................................................. 10 5. Alat Bantu Analisis Lingkungan Internal ................................. 35 6. Alat Bantu Analisis Lingkungan Jauh ...................................... 35 7. Alat Bantu Analisis Lingkungan Industri ................................. 36 8. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal ................................. 38 9. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal ............................... 38 10. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) ................................ 39 11. Matriks EFE (External Factor Evaluation) .............................. 40 12. Matriks QSP .............................................................................. 44 13. Perhitungan Bobot Skor Rata-rata Faktor-faktor Strategis Internal ...................................................................................... 80 14. Perhitungan Bobot Skor Rata-rata Faktor-faktor Strategis Eksternal .................................................................................... 82 15. Matriks SWOT Pupuk OFER .................................................... 85 16. Prioritas Strategi pada Unit Usaha Pupuk OFER ...................... 92 xii DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Skema Pembuatan Pupuk Bokhasi ............................................ 12 2. Model Komprehensif Manajemen Strategis ............................. 16 3. Daftar Variabel Eksternal yang Menghasilkan Peluang atau Ancaman .................................................................................... 19 4. Kekuatan-Kekuatan yang Mempengaruhi Persaingan Industri ...................................................................................... 20 5. Kerangka Pemikiran Operasional ............................................. 31 6. Matriks Internal-Eksternal ........................................................ 31 7. Matriks SWOT .......................................................................... 42 8. Struktur Organisasi Koperasi Lisung Kiwari ............................ 54 9. Skema Saluran Distribusi Pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari ........................................................................................ 60 10. Matriks IE pada Unit Usaha Pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari ........................................................................................ 83 xiii DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Kuisioner Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal ............ 100 2. Hasil Pengolahan Data Responden 1 ........................................ 109 3. Hasil Pengolahan Data Responden 2 ......................................... 112 4. Hasil Pengolahan Data Responden 3 ........................................ 115 5. Perhitungan Peringkat dan Bobot Rata-rata Faktor Strategis Internal ...................................................................................... 118 6. Perhitungan Peringkat dan Bobot Rata-rata Faktor Strategis Eksternal .................................................................................... 119 7. Tabel Perhitungan Nilai STAS Rata-rata .................................. 120 8. Lay out tempat produksi ............................................................ 121 9. Dokumentasi Pelaksanaan Turun Lapang ................................ 122 xiv xv I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang mempunyai peran sangat penting bagi bangsa Indonesia. Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki potensi pertanian yang sangat besar. Sumber daya alam yang sangat mendukumg dan sumber daya manusia yang melimpah merupakan faktor yang memberikan peluang besar bagi bangsa Indonesia untuk mengembangkan sektor pertaniannya. Pertanian dapat menghasilkan berbagai produk yang menunjang kehidupan umat manusia mulai dari pangan, sandang, papan serta produk-produk lainnya. Bercermin pada peran sektor pertanian yang sangat penting, upaya untuk melakukan pengembangan kegiatan sektor pertanian terus ditingkatkan. Dengan sumber daya yang tersedia diharapkan mampu menghasilkan produk yang maksimal, baik secara kuantitas maupun kualitas. Teknik dan teknologi yang terbaik untuk diterapkan dalam kegiatan pertanian selalu dicari dan dikembangkan. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan menggunakan bahan-bahan anorganik, seperti pupuk dan obat-obatan. Penggunaan bahan anorganik ini dirasakan cukup efektif dan efisien untuk meningkatlkan hasil pertanian. Para petani merasakan secara langsung dampak positif dari penggunaan bahan anorganik tersebut, sehingga penerapan penggunaan bahan-bahan anorganik dalam kegiatan pertanian terus berkembang hingga sekarang. Akumulasi dari penggunaan bahan-bahan anorganik dalam kegiatan pertanian secara terus-menerus ternyata juga membawa dampak negatif. Secara tidak disadari, dampak positif yang dirasakan juga disertai dengan dampak negatif. Dampak negatif yang paling besar adalah adanya ketergantungan terhadap bahan-bahan anorganik dalam kegiatan pertanian, kesehatan manusia yang dapat terancam karena bahan anorganik yang digunakan dan degradasi lahan yang disebabkan karena penggunaan bahan-bahan anorganik yang tiada henti. Hal ini harus diatasi dengan baik karena apabila tidak, upaya yang semula bertujuan untuk meningkatkan sektor pertanian akan malah menjadi bumerang yang dapat mengakibatkan pertanian Indonesia menjadi terancam. Dewasa ini petani dihadapkan kepada permasalahan meningkatnya harga pupuk anorganik yang berdampak pada kelangsungan usaha petani. Petani sebagai 1 konsumen utama sering merasa kesulitan dengan adanya kenaikan harga pupuk dan sukarnya untuk mendapatkan pupuk. Sehingga untuk mengikuti tingkat daya beli, penggunaan pupuk dikurangi. Faktor utama pemicu meningkatnya harga pupuk akhir-akhir ini adalah karena adanya pertumbuhan usaha perkebunan, terutama yang berkaitan dengan sumber minyak nabati, seperti kelapa sawit dan jagung. Kenaikan harga komoditas, seperti minyak sawit mentah (CPO), karet alam, dan jagung, menimbulkan realisasi investasi baru yang tentu saja mendorong kenaikan harga karena kemampuan produsen memproduksi tidak berbanding lurus dengan pertumbuhan permintaan.1 Persoalan kebutuhan pupuk ini menjadi persoalan nasional. Tingginya kebutuhan pupuk untuk sektor pertanian di dalam negeri seperti UREA, SP 36, ZA, dan NPK sangat besar.2 Tingkat konsumsi pupuk sektor pertanian dalam negeri dari tahun 1998-2008 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Tingkat Konsumsi Pupuk Sektor Pertanian dalam Negeri dari Tahun 1998-2008 (Ton) Tahun UREA ZA TSP/SP 36 KCL Jumlah 1998 4.289.648 407.898 868.837 172.133 5.738.516 1999 3.140.033 243.906 394.949 380.000 4.158.888 2000 2.673.113 594.710 623.260 400.000 4.291.083 2001 4.069.585 580.724 778.689 425.000 5.853.998 2002 4.022.387 529.399 670.775 450.000 5.672,.561 2003 4.336.729 511.129 1.414.091 63.715 6.325.664 2004 4.656.723 633.404 789.164 1.012.295 7.091.586 2005 4.842.573 651.986 778.706 947.212 7.220.441 2006 5.107.886 684.100 817.033 1.039.295 7.648.314 2007 5.010.434 745.378 802.812 1.382.166 7.940.790 2008 5.817.974 1.164.744 2.443.169 1.269.406 10.695.233 Sumber : Asosiasi Pedagang Pupuk Indonesia (2009) 1 2 Harian Pagi Kompas. http://www.kompas.com. Awas Lampu Kuning untuk Pupuk. Diakses tanggal 03 Maret 2010. Loc.cit 2 Guna memenuhi kebutuhan pupuk di dalam negeri khususnya untuk petani, pemerintah melakukan pengaturan adanya pupuk bersubsidi. Akan tetapi di lapangan terjadi rembesan ke perkebunan besar, selain itu ada pihak-pihak yang mencari keuntungan dengan mengekspor pupuk karena harga di luar negeri lebih tinggi dengan mengganti kantong pupuk bersubsidi untuk dijual sebagai pupuk non-subsidi. Selain itu sistem distribusi yang kurang baik menyebabkan petani sulit untuk mendapatkan pupuk. Kelangkaan pupuk disebabkan tiga hal utama yaitu kebutuhan pupuk riil para petani jauh di atas kemampuan pemerintah memberikan subsidi pupuk, penggunaan pupuk oleh petani umumnya lebih besar dari pada dosis yang dianjurkan pemerintah dan besarnya perbedaan harga antara pupuk bersubsidi dan non-subsidi sehingga dorongan penyalahgunaan pupuk besar.3 Dampak negatif dan kelangkaan pupuk anorganik mendorong pemerintah untuk membuat alternatif lain yaitu pupuk organik. Sesuai dengan program pemerintah melalui Departemen Pertanian yaitu “go organic 2010”, dewasa ini pertanian di Indonesia mulai bergeser pada pertanian berbasis organik. Selain itu masyarakat saat ini semakin menyadari untuk menjalani pola hidup sehat. Salah satunya dengan mengkonsumsi makanan organik yang bebas dari residu atau lebih lebih dikenal dengan gaya hidup “back to nature”. Rancangan perkembangan pertanian organik dibuat dalam enam tahapan, mulai dari tahun 2001 hingga tahun 2010. Tahapan tersebut yaitu: (1) Tahun 2001 fokus pada kegiatan sosialisasi, (2) Tahun 2002 fokus pada kegiatan sosialisasi dan pembuatan regulasi, (3) Tahun 2003 fokus pada kegiatan regulasi dan bantuan teknis, (4) Tahun 2004 fokus pada kegiatan bantuan teknis dan sertifikasi, (5) Tahun 2005 fokus pada program sertifikasi dan promosi pasar, dan (6) Tahun 2006-2010 terbentuk kondisi industrialisasi dan perdagangan.4 3 Ibid 4 http://www.agribisnis.deptan.go.id. Diakses tanggal 03 Maret 2010. 3 Meskipun sampai saat ini belum ada data resmi dari pemerintah Indonesia mengenai luas areal lahan pertanian organik di Indonesia, namun menurut IFOAM (International Federation of Agriculture Movements) tahun 2004, luas lahan yang ditangani secara organik di Indonesia yaitu sekitar 40.000 Ha (0,09% dari total lahan pertanian), dimana Indonesia berada pada peringkaat ke-37 dunia dan perkembangannya tumbuh sebesar 10% per tahun. Meningkatnya perkembangan pertanian organik di Indonesia setiap tahunnya salah satunya juga berdampak pada wilayah Bogor. Bogor merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang berpotensi untuk pengembangan pertanian organik, khususnya untuk produksi pupuk organik. Kebutuhan pupuk organik untuk lahan pertanian di Indonesia saat ini sangat besar. Hal tersebut tidak seimbang dengan jumlah industri pupuk organik yang berkembang di Indonesia. Hal ini disebabkan pupuk organik hanya diproduksi secara parsial dengan skala industri rumah tangga (home industry), sehingga jumlah produksi yang dihasilkan relatif kecil dan tidak kontinyu. Konsekuensi dari ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran, maka harga pupuk organik menjadi lebih mahal. Di samping itu, kualitas pupuk organik yang dihasilkan sangat fluktuatif tergantung pada jenis, cara pembuatan, dan bahan baku yang digunakan. Tabel 2 menunjukkan kebutuhan dan penyediaan pupuk organik serta anorganik di Indonesia tahun 2008. Tabel 2. Kebutuhan dan Penyediaan Pupuk di Indonesia Tahun 2008 Jenis Pupuk Kebutuhan (Ton) Ketersediaan Pupuk (Ton) Selisih (Ton) Anorganik 10.695.293 6.700.000 3.995.293 Organik 17.000.000 345.000 16.655.000 Sumber : Departemen Pertanian (2009) Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, kebutuhan akan pupuk organik di Indonesia pada tahun 2009 adalah sebesar 48.400.000 ton. Hal tersebut menunjukkan bahwa peningkatan permintaan pupuk organik sangat besar, yaitu meningkat sebesar 184,71%. Adanya kesenjangan yang sangat besar antara kebutuhan dan ketersediaan pupuk organik di Indonesia menunjukkan bahwa terdapat peluang usaha yang cukup prospektif dalam menyediakan kebutuhan pupuk organik di Indonesia. Peluang tersebut hendaknya dapat dimanfaatkan oleh 4 industri menengah dan kecil untuk dapat mengembangkan usahanya. Sumber lain yang menunjukkan bahwa pupuk organik memiliki potensi pasar sangat tinggi baik untuk tanaman pangan maupun tanaman hortikultura di Indonesia adalah hasil penelitian Puslittanah tentang status C-Organik lahan pertanian di Indonesia terutama di daerah Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan, NTB, dan Sulawesi Selatan menunjukkan potensi kebutuhan pupuk organik yang sangat besar (Tabel 3). Usaha pupuk organik merupakan usaha yang potensial untuk dikembangkan dengan melihat kebutuhan pasar akan pupuk organik cukup tinggi dan penyediaan pupuk organik di Indonesia selama ini belum mampu memenuhi permintaan pasar. Propinsi Jawa barat menempati urutan kelima terbesar dalam selisih jumlah permintaan potensial terhadap serapan permintaan pupuk organik yaitu sebesar 72.136 ton pupuk organik. Selisih permintaan pupuk organik tersebut seharusnya dapat dimanfaatkan oleh industri kecil dan menengah dalam kegiatan pengembangan usaha. Tabel 3. Potensi Pasar Pupuk Organik Indonesia Tahun 2009 No Propinsi Luas Areal (Ha) Tanaman Horti Pangan Tanaman Potensi (Ton) Horti Pangan Total (Ton) Serapan (Ton) Selisih (Ton) 1. Sumbar 52.542 330 26.271 660 26.931 5.386 21.545 2. Sumsel 99.240 110 49.620 220 49.840 9.968 39.872 3. Jabar 173.700 1.660 86.850 3.320 90.170 18.034 72.136 4. Jateng 1.732.626 23.017 866.313 46.034 912.347 182.469 729.878 5. Jatim 2.689.947 56.199 1.344.974 112.398 1.457.372 291.474 1.165.898 6. Kalsel 81.875 556 40.938 1.118 42.056 8.411 33.645 7. NTB 183.750 8.160 91.875 16.320 108.195 21.639 86.556 8. Susel 583.000 4.305 426.500 8.610 435.110 Sumber : Hasil survey Tim PT Petroanorganik Organik (2009) 87.022 348.088 Salah satu dari industri kecil dan menengah dalam bisnis pupuk organik di Kabupaten Bogor adalah unit usaha Koperasi Lisung Kiwari di Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor yang telah memproduksi pupuk organik secara komersial dengan tujuan memperoleh profit dan dapat membantu 5 mewujudkan pertanian organik di Indonesia. Unit usaha ini mampu memanfaatkan peluang yang ada serta dapat mengantisipasi ancaman-ancaman yang dapat mengganggu jalannya bisnis pupuk organik sehingga mampu bertahan hingga sekarang. Pengembangan usaha pun akan dapat dilakukan dengan menyusun strategi yang tepat dengan mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan perusahaan, serta peluang dan ancaman yang ada. 1.2. Perumusan Masalah Potensi dan peluang pengembangan pertanian organik pada subsektor penyediaan input, terutama pada komoditi pupuk organik memiliki prospek yang sangat baik dan telah berkembang dalam beberapa tahun terakhir. Dengan kemajuan perekonomian, pendidikan, peningkatan pendapatan dan kesadaran masyarakat untuk kesehatan dan lingkungan menyebabkan permintaan akan pupuk organik semakin meningkat, sehingga potensi dan peluang pengembangan usaha pupuk organik cukup terbuka di masa yang akan datang. Peluang inilah yang dimanfaatkan oleh Koperasi Lisung Kiwari untuk menjalankan usaha. Dengan memanfaatkan limbah pertanian organik dan peternakan, Koperasi Lisung Kiwari mampu memproduksi pupuk organik. Dari hasil pengujian dengan menggunakan alat uji daya hantar listrik pada beberapa sampel tanah, pupuk kompos dan pupuk anorganik dihasilkan pupuk kompos OFER produksi Koperasi Lisung Kiwari memiliki daya hantar listrik paling tinggi dibandingkan dengan pupuk anorganik yang beredar di pasaran. Semakin subur tanah yang diuji, semakin terang nyala lampu. Sebaliknya semakin redup nyala lampu pada alat tersebut, semakin tidak subur tanah yang diuji. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pupuk kompos OFER produksi Koperasi Lisung Kiwari merupakan produk unggul.5 Pemasaran dilakukan dengan bantuan pihak LPS (Lembaga Pertanian Sehat) yang merupakan lembaga yang dibentuk oleh Dompet Dhuafa Republika. 5 [LPS] Lembaga Pertanian Sehat. 2009. Sarasehan Dan Pelatihan Mengenal Ekologi Tanah Ala Petani P3S Binaan Lembaga Pertanian Sehat. http://www.pertaniansehat.or.id/. Diakses 5 Mei 2010. 6 Pelaksanaan usaha pupuk organik ini juga disertai dengan beberapa kendala. Beberapa kendala usaha pupuk OFER antara lain ‘belum’ memiliki brand sendiri, sehingga para konsumen mengenal pupuk OFER ini diproduksi oleh LPS, bukan Koperasi Lisung Kiwari, serta manajemen dan administrasi keuangan yang kurang baik. Selain itu, kelemahan yang cukup dirasakan adalah pemasaran yang kurang optimal. Persaingan usaha pupuk organik di pasaran daerah Bogor masih belum signifikan. Petroganik, Antanan dan Lembah Hijau merupakan produsen pupuk organik yang menjadi pesaing bagi Koperasi Lisung Kiwari untuk di daerah Bogor. Petroganik memang perusahaan besar, sedangkan Antanan dan Lembah Hijau perusahaan yang masih setingkat dengan unit usaha pupuk organik Koperasi Lisung Kiwari. Dalam persaingan, pupuk OFER sampai saat ini masih dapat terus bertahan dan berkembang. Berdasarkan permasalahan dan tantangan yang ada, pupuk OFER membutuhkan strategi yang tepat agar mampu bertahan dan terus berkembang. Untuk mencapai posisi yang diinginkan, pupuk OFER harus mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki serta mengetahui peluang dan ancaman sehingga dapat dirumuskan suatu strategi yang sesuai dengan tujuan perusahaan. Penyusunan strategi tersebut agar pupuk OFER mampu memperbaiki usaha serta dapat memanfaatkan kekuatan dan meminimalkan kelemahan internal guna memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman. Adapun rumusan permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini berdasarkan uraian diatas adalah : 1. Faktor-faktor lingkungan internal apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari yang mempengaruhi proses pengembangan usahanya? 2. Faktor-faktor lingkungan eksternal apa saja yang menjadi peluang dan ancaman bagi unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari yang mempengaruhi dalam proses pengembangan usahanya? 3. Apa saja alternatif strategi pengembangan usaha dan bagaimana penetapan prioritas strategi yang tepat untuk diterapkan unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari dalam menjalankan usahanya? 7 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan yang mempengaruhi dalam pengembangan unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari. 2. Mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan eksternal yang menjadi peluang dan ancaman yang mempengaruhi dalam pengembangan unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari. 3. Mengetahui apa saja alternatif strategi pengembangan usaha beserta prioritasnya untuk diterapkan pada unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pihakpihak yang berkepentingan, seperti: 1. Perusahaan. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan alternatif sebagai bahan pertimbangan perusahaan dalam membuat kebijakan tentang strategi pengembangan usaha. 2. Masyarakat akademik. Penelitian diharapkan dapat menambah wawasan mengenai penerapan strategi pengembangan usaha pupuk organik secara umum dan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya. 3. Pemerintah. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan pemerintah dalam program pengembangan agribisnis pertanian organik di Indonesia. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini hanya mencakup pengkajian formulasi strategi pengembangan usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan internal dan eksternal perusahaan. Penerapan strategi diserahkan sepenuhnya kepada pengambil keputusan pada pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari. 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertanian Organik Pertanian yang mirip dengan kelangsungan kehidupan hutan disebut dengan pertanian organik, karena kesuburan tanaman berasal dari bahan organik secara alamiah. Pengertian lain tentang pertanian organik adalah sistem (dalam hal bercocok tanam) yang tidak mempergunakan bahan anorganik, tetapi menggunakan bahan organik (Pracaya 2003). Jadi pertanian organik merupakan keseimbangan ekosistem alam dengan meminimalkan penggunaan bahan-bahan anorganik dan merupakan praktek bertani alternatif secara alami yang dapat memberikan hasil yang optimal. Sistem pertanian organik adalah suatu sistem produksi pertanian dimana bahan organik, baik makhluk hidup maupun yang sudah mati, merupakan faktor penting dalam proses produksi. Penggunaan pupuk organik (alami dan buatan) dan pupuk hayati serta pemberantasan hama, penyakit dan gulma secara biologis merupakan contoh penerapan sistem pertanian organik. Arti yanhg lebih luas, sistem pertanian organik mencakup bidang peternakan dan perikanan yang terintegrasi dengan bidang pertanian, baik tanaman pangan, hortikultura dan tanaman perkebunan (Sugito 1995). Menurut Pracaya (2003), prinsip pertanian organik yaitu berteman akrab dengan lingkungan, tidak mencemarkan dan merusak lingkungan hidup. Sistem pertanian organik mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaannya. Kelebihan dari sistem pertanian organik, yaitu: 1) Tidak menggunakan pupuk atau pestisida anorganik sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan, baik pencemaran tanah, air, maupun udara, serta produksinya tidak mengandung racun 2) Tanaman organik mempunyai rasa yang lebih manis dibandingkan dengan tanaman non-organik 3) Produk tanaman organik lebih mahal Sedangkan kekurangan sistem pertanian organik, adalah sebagai berikut: 1) Membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak, terutama untuk pengendalian hama dan penyakit 2) Membutuhkan biaya yang tidak sedikit pada awal pengolahan 9 3) Penampilan fisik tanaman organik tidak semenarik tanaman non-organik 4) Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan hasil 2.2. Pupuk Organik Dalam Permentan No.2/Pert/Hk.060/2/2006, tentang pupuk organik dan pembenah tanah, dikemukakan bahwa pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, anorganik, dan biologi. Menurut Hoesein (2009), tanah yang terlalu sering diberi pupuk anorganik, lama kelamaan akan menjadi keras. Keadaan ini akan menyebabkan beberapa kesulitan, diantaranya tanah menjadi sulit diolah dan pertumbuhan tanaman menjadi terganggu. Pemakaian kompos sangat dianjurkan karena dapat memperbaiki produktivitas tanah, baik secara fisik, anorganik, maupun biologi tanah. Perbandingan secara lengkap keunggulan antara pupuk organik dan pupuk anorganik terdapat pada Tabel 4. Tabel 4. Perbandingan Keunggulan Pupuk Organik Dengan Pupuk Anorganik No 1. Pupuk Organik Mengandung unsur hara makro dan mikro lengkap, tetapi jumlahnya sedikit. Pupuk Anorganik Hanya mengandung satu atau beberapa unsur hara, tetapi dalam jumlah banyak. 2. Memiliki daya simpan air (water holding capacity) yang tinggi. Tidak dapat memperbaiki struktur tanah, justru penggunaannya dalam jangka waktu panjang menyebabkan tanah menjadi keras. 3. Beberapa tanaman yang di pupuk dengan pupuk organik lebih tahan terhadap penyakit/hama. 4. Memiliki residual effect yang positif. Artinya pengaruh positif dari pupuk organik terhadap tanaman yang ditanam pada musim berikutnya masih ada sehingga pertumbuhan dan produktivitasnya masih bagus. 5. Meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah yang menguntungkan. Sumber : Hoesein (2009) Sering membuat tanaman rentan terhadap penyakit/hama. Pupuk anorganik mudah menguap dan tercuci. Karena itu, pengaplikasian yang tidak tepat akan sia-sia karena unsur hara yang ada hilang akibat menguap atau tercuci oleh air. 10 2.3. Bokashi Menurut Pracaya (2003), bokashi adalah pupuk kompos yang dihasilkan dari proses fermentasi atau peragian bahan organik dengan teknologi EM4 (Effective Microorganisms 4). Keunggulan penggunaan teknologi EM4 adalah pupuk organik (kompos) dapat dihasilkan dalam waktu yang relatif singkat dibandingkan dengan cara konvensional. Cairan EM4 mengandung Azotobacter sp., Lactobacillus sp., ragi, bakteri fotosintetik dan jamur pengurai selulosa. Bahan untuk pembuatan bokashi dapat diperoleh dengan mudah di sekitar lahan pertanian, seperti jerami, rumput, tanaman kacangan, sekam, pupuk kandang atau serbuk gergajian. Namun bahan yang paling baik digunakan sebagai bahan pembuatan bokashi adalah dedak karena mengandung zat gizi yang sangat baik untuk mikroorganisme. Pada prinsipnya, peranan bokashi hampir sama dengan pupuk kompos lainnya, namun bokashi EM4 pengaruhnya dipercepatkan dengan adanya penambahan Effective Microorganisms 4 (EM4). Bokashi dapat digunakan 3-14 hari setelah perlakuan (fermentasi). Kuntungan penggunaan bokashi adalah meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman meskipun bahan organiknya belum terurai seperti pada kompos. Bila bokashi dimasukan ke dalam tanah, bahan organiknya dapat digunakan sebagai substrat oleh mikroorganisme efektif untuk berkembangbiak dalam tanah, sekaligus sebagai tambahan persediaan unsur bagi tanaman. 2.4. Penelitian Terdahulu 2.4.1. Kajian Empiris Tentang Pupuk Organik Retno Wilis (2008) mengkaji Analisis Finansial Usaha Kompos Sampah Perumahan di CV Agri Medika Raharja Bogor. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengusahaan pupuk organik memiliki potensi yang cukup baik, terutama dalam aspek finansial. Dengan pemanfaatan limbah yang dipandang tidak memiliki nilai ekonomis, bahkan merugikan, dapat menghasilkan profit yang cukup besar. Selain itu, dampak positif yang dirasakan adalah semakin membaiknya kondisi lingkungan karena masalah sampah teratasi lahan memperoleh unsur hara organik. Penanganan pupuk organik dapat dilakukan 11 dengan mudah, baik menggunakan teknologi sederhana maupun dengan teknologi modern. Oleh karena itu, usaha ini juga sangat prospektif bagi pengusaha dengan modal yang kecil hingga besar. Pengertian kompos dalam penelitian tersebut adalah sampah organik yang telah mengalami proses pelapukan atau dekomposisi akibat adanya interaksi mikroorganisme yang bekerja di dalamnya. Bahan-bahan organik yang biasa dipakai bisa berupa dedaunan, rumput, jerami, sisa ranting atau dahan pohon, kotoran hewan, kembang yang telah gugur, air kencing hewan, kotoran hewan, dan sampah daur ulang. Dalam penelitian tersebut juga dipaparkan tata cara pembuatan pupuk organik (bokhasi) secara umum, yaitu seperti gambar 1. Bahan organik Pupuk kandang Dedak/ Bekatul Fermentator Molase/ gula Air Larutan Fermentator Bahan Baku Adonan dengan kadar air 30 – 40 % Proses Fermentasi Suhu 40-45˚C Bokhasi Packaging Gambar 1. Skema Pembuatan Pupuk Bokhasi Sumber : CV Agri Medika Raharja Bogor 2.4.2. Kajian Empiris Tentang Strategi Pengembangan Usaha Penelitian mengenai strategi pengembangan usaha sudah cukup banyak dilakukan. Akan tetapi sampai saat ini belum terdapat penelitian yang mengkaji tentang strategi pengembangan usaha pupuk organik. Penelitian mengenai pupuk 12 organik yang ada saat ini masih mengedepankan aspek teknis atau budidaya dan tidak mengedepankan dalam mengkaji aspek bisnis dan manajemen usaha. Linda Rosalina (2009) melakukan penelitian mengenai strategi pengembangan usaha sayuran organik pada Kelompok Tani Sugih Tani pada kawasan agropolitan di Desa Karehkel, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Berdasarkan hasil analisis matriks IFE dan EFE, Sugih Tani berada pada posisi pertahankan dan pelihara. Strategi yang cocok diterapkan oleh perusahaan adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Alternatif strategi yang dapat diterapkan oleh Sugih Tani berdasarkan analisis SWOT adalah mempertahankan harga jual produk yang bersaing dan mempertahankan kualitas produk serta pelayanan yang baik kepada konsumen, menjalin kerjasama dengan perbankan, meningkatkan upaya pemasaran produk, dan melakukan upaya pencegahan penyakit. Strategi terbaik yang harus dilakukan Sugih Tani adalah mempertahankan harga jual produk dan mempertahankan kualitas produk serta pelayanan yang baik kepada konsumen. Nurhadi (2008) melakukan penelitian mengenai strategi pengembangan usaha tanaman hias pada PT Kusuma Floracipta, Taman Anggrek Ragunan, Jakarta. Hasilnya menunjukkan bahwa PT Kusuma Floracipta berada pada posisi pertahankan dan pelihara (Hold and Maintain). Strategi yang cocok diterapkan oleh perusahaan adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Analisis SWOT menghasilkan tujuh alternatif strategi yang dapat dijalankan oleh PT Kusuma Floracipta, yaitu: mempertahankan kualitas dan variasi produk tanaman hias, meningkatkan upaya kegiatan promosi untuk usaha jasa, mengembangkan litbang serta memanfaatkan kemajuan teknologi, mencari alternatif perolehan sumber modal untuk pengembangan usaha, meningkatkan kerjasama dan hubungan baik dengan pelanggan, melakukan riset pasar untuk memantau perkembangan produk dan tingkat persaingan, dan memperbesar kapasitas produksi. Dari beberapa alternatif strategi tersebut, strategi terbaik yang harus dilakukan oleh PT Kusuma Floracipta adalah meningkatkan kerjasama dan hubungan baik dengan pelanggan. Penelitian yang dilakukan oleh Elmi Rohmiatin (2006) mengenai Analisis Strategi Pengembangan Usaha Beras Organik Lembaga Pertanian Sehat di Desa 13 Pasir Buncit Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Berdasarkan hasil penelitian yang didasarkan pada EFE dan IFE menempatkan LPS pada matriks V. Posisi ini menggambarkan posisi LPS pada respon unit-unit usaha yang ada terhadap faktorfaktor eksternal yang dihadapinya tergolong sedang. Hasil dari analisis matriks SWOT diperoleh alternatif SO yaitu membantu proses sertifikasi kegiatan produk organik bagi petani binaan dan menjadi pengawas kegiatan pertanian organik petani dhuafa. Strategi ST yaitu meningkatkan mutu dan kemasan produk agar sulit dipalsukan. Strategi WO yaitu menjalin kerjasama dengan kelompok tani sehat dan Dinas Pertanian daerah dalam sosialisasi dan promosi produk. Strategi WT yaitu meningkatkan kualitas produk organik dengan penambahan sarana dan prasarana yang mendukung. Berdasarkan hasil matriks QSP diperoleh bahwa strategi menjalin kerjasama dengan kelompok tani sehat dan Dinas Pertanian daerah dalam sosialisasi dan promosi produk merupakan strategi prioritas. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yang terkait dengan topik strategi pengembangan usaha adalah terletak pada objek kajian, tempat penelitian, dan hasil dalam penelitian. Penelitian yang dilakukan Retno Wilis (2009) adalah tentang studi kelayakan bisnis dari pupuk organik, sedangkan dalam penelitian ini adalah untuk merumuskan strategi pengembangan usaha pupuk organik. Penelitian strategi pengembangan usaha terdahulu juga belum ada yang mengambil objek usaha pupuk organik. Adapun persamaan dengan penelitian strategi pengembangan usaha terdahulu yakni persamaan pada tujuan penelitian dalam menganalisis lingkungan internal dan eksternal perusahan serta merumuskan alternatif strategi bagi perusahaan berdasarkan hasil lingkungan internal dan eksternal tersebut. Berdasarkan penelitian terdahulu, tahap formulasi strategi dilakukan dengan tiga tahap, yaitu tahap input dengan menganalisis faktor lingkungan internal dan eksternal perusahaan menggunakan alat analisis matriks IFE dan EFE, tahap pencocokan dengan menggunakan matriks IE untuk mengetahui posisi perusahaan dan matriks SWOT untuk memperoleh alternatif strategi, tahap keputusan dengan menggunakan QSPM. 14 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Strategi Menurut Jauch dan Glueek dalam Rosita (2008), bahwa strategi merupakan rencana yang disatukan, menyeluruh serta terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi. Maksud dan rencana yang disatukan yaitu mengikat semua bagian perusahaan menjadi satu, sedangkan maksud strategi bersifat menyeluruh adalah meliputi semua aspek penting perusahaan, dan maksud dari strategi bersifat terpadu ialah semua bagian rencana yang serasi satu sama lain dan bersesuaian. Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut serta prioritas alokasi sumberdaya. Strategi merupakan respon secara terus menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi organasasi (Rangkuti 2000). 3.1.2. Konsep Manajemen Strategi Strategi berasal dari bahasa Yunani kuno yang berarti “seni berperang”. Suatu strategi mempunyai dasar-dasar atau skema untuk mencapai sasaran yang dituju. Jadi, pada dasarnya strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan (Umar 2008). Berdasarkan pada David (2006) manajemen strategis dapat didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan untuk memformulasi, mengimplementasi, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang memungkinkan organisasi mampu mencapai tujuannya. Manajemen strategis berfokus pada mengintegrasikan manajemen, pemasaran, keuangan/akutansi, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasi. Tujuan manajemen strategis adalah untuk mengeksploitasi dan menciptakan peluang baru yang berbeda untuk masa datang. Proses manajemen 15 strategi terdiri dan tiga tahap, yaitu perumusan strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi. Alur proses manajemen strategi dapat dilihat pada Gambar 2. Menjalankan Audit Eksternal Mengembangkan Pernyataan Visi dan Misi Menetapkan Tujuan Jangka Panjang Merumuskan Mengevaluasi dan Memilih Strategi Implementasi Strategi-isu Manajemen Implementasi strategi isu-isu pemasaran, keuangan, akutansi, penelitian dan pengembangan, Mengukur dan Mengevaluasi Kinerja sistem informasi Menjalankan Audit Internal Formulasi Strategi Evaluasi Strategi Implementasi Strategi Gambar 2. Model Komprehensif Manajemen Strategis Sumber : David (2006) 1) Formulasi strategi Formulasi strategi merupakan suatu proses untuk merancang, menyeleksi, dan memilih strategi yang lebih tepat untuk diterapkan dan serangkaian strategi yang disusun untuk mencapai tujuan organisasi. 2) Implementasi strategi Tahap implementasi strategi yaitu mengimplementasikan pilihan strategi dengan maksud mengalokasikan sumberdaya dan mengorganisasikan sesuai dengan strategi. Implementasi strategi termasuk dalam hal menetapkan objektif tahunan, melengkapi dengan kebijakan, memotivasi karyawan dan mengalokasikan sumberdaya sehingga strategi yang dirumuskan dilaksanakan. 3) Evaluasi strategi Evaluasi strategi merupakan tahap akhir dalam manajemen strategi. Tiga dasar aktivitas mendasar untuk mengevaluasi strategi adalah meninjau faktor 16 eksternal dan internal menjadi dasar strategi yang sekarang, mengukur prestasi, mengambil tindakan korektif. 3.1.3. Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan Berdasarkan pada David (2006) penentuan visi dan misi merupakan langkah awal dalam proses perencanaan, sedangkan penentuan tujuan mengikuti formulasi strategi. Ketiga komponen tersebut mempunyai hubungan yang saling menunjang serta mempunyai peran dalam pelaksanaan perencanaan strategi. Visi adalah pernyataan tentang cita-cita yang ingin dicapai di masa yang akan datang dan misi adalah pernyataan tentang alasan keberadaan organisasi. Tujuan merupakan titik sentral semua kegiatan perusahaan yang dapat dipakai menjadi alat untuk penilaian prestasi, pengendalian, koordinasi, dan tujuan untuk keputusan strategi. Tujuan mendasar yang membedakan suatu perusahaan dari perusahaan lain yang sejenis dan yang menjelaskan cakupan operasinya dalam bentuk produk dan pasar didefinisikan sebagai misi perusahaan. Misi ini mengandung filosofi bisnis dari para pengambil keputusan strategik perusahaan, menyiratkan citra yang ingin dipancarkan perusahaan, mencerminkan konsep diri perusahaan, dan mengidentifikasikan bidang produk atau jasa utama perusahaan serta kebutuhan utama pelanggan yang akan dipenuhi perusahaan (Pierce & Robinson 1997). Pierce dan Robinson (1997) menyatakan bahwa terdapat tiga tujuan ekonomis yang mendominasi arah strategik dari hampir semua organisasi bisnis yakni kelangsungan hidup (survival), pertumbuhan (growth), dan profitabilitas (profitability). 3.1.4. Analisis Lingkungan Bisnis Perusahaan Lingkungan bisnis dapat dibagi atas dua lingkungan, yaitu lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Lingkungan internal merupakan aspek-aspek yang berada di dalam perusahaan. Sementara lingkungan eksternal dibagi kedalam dua kategori, yaitu lingkungan jauh dan lingkungan industri, yang merupakan lingkungan yang berada di luar kendali perusahaan. 17 3.1.4.1. Analisis Lingkungan Internal atau Internal Factor Evaluation (IFE) Analisis lingkungan internal adalah analisis yang dilakukan terhadap situasi dalam perusahaan. Lingkungan internal perusahaan menggambarkan kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia, fisik, finansial perusahaan dan juga dapat memperkirakan kelemahan (weakness) dan kekuatan (strength) struktur organisasi maupun manajemen perusahaan (Pierce & Robinson 1997). Melalui analisis lingkungan internal tersebut, kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan dapat diidentifikasi dengan jelas serta dievaluasi sehingga perusahaan dapat memanfaatkan kekuatannya secara optimal dan mengatasi kelemahan yang dimilikinya. Disebut kekuatan jika variabel internal yang dievaluasi mampu menjadikan perusahaan memiliki keunggulan tertentu. Perusahaan mampu mengerjakan sesuatu dengan lebih baik dan atau lebih murah dibanding dengan pesaingnya. Paling tidak variabel tersebut menjadi determinan utama untuk mempertahankan atau mengembangkan kinerja masa lalu. Disebut kelemahan jika perusahaan tidak mampu mengerjakan sesuatu yang ternyata dapat dikerjakan dengan baik dan atau lebih murah oleh pesaingnya. Paling tidak, variabel tersebut dievaluasi sebagai penyebab pokok penurunan kinerja (Suwarsono 1994). Analisis lingkungan internal dilakukan dengan mengidentifikasi variabel internal. Identifikasi variabel internal bertujuan untuk mengetahui secara mendalam komponen variabel internal yang berhubungan secara strategis terhadap penentuan keberhasilan perusahaan. Identifikasi ini dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan, salah satunya adalah pendekatan fungsional. Pendekatan fungsional melihat kekuatan dan kelemahan perusahaan dari berbagai fungsi bisnis yang dilakukan di dalam organisasi perusahaan, misalnya fungsi pemasaran, keuangan, operasi dan produksi, sumberdaya manusia, riset dan pengembangan, sistem informasi manajemen, dan budaya perusahaan. Masingmasing fungsi tersebut kemudian diuraikan ke dalam komponen yang lebih detail. Tetapi lebih baik jika hanya difokuskan pada faktor kunci yang berhubungan langsung dengan aktivitas perusahaan. 18 3.1.4.2. Analisis Lingkungan Eksternal atau External Factor Evaluation (EFE) Berdasarkan pada David (2006), analisis lingkungan eksternal adalah proses yang menekankan pada mengenali dan mengevaluasi kecenderungan dan peristiwa di luar kendali perusahaan. Analisis ini mengungkapkan peluang dan ancaman yang dihadapi suatu organisasi sehingga manajer dapat merumuskan strategi untuk memanfaatkan peluang dan menghindari dampak ancaman. Lingkungan eksternal dapat dikatakan sebagai komponen-komponen atau variabel lingkungan yang berada atau berasal di luar kendali perusahaan, sehingga organisasi atau perusahaan tidak bisa melakukan intervensi terhadap komponenkomponen tersebut. Komponen itu lebih cenderung diperlakukan sebagai sesuatu yang harus diterima dan tergantung bagaimana perusahaan dapat menyiasati komponen-komponen tersebut. Analisis lingkungan eksternal ini terdiri dari analisis lingkungan jauh dan lingkungan industri. Pada analisis lingkungan jauh terdapat empat aspek lingkungan eksternal yang mempengaruhi perusahaan, yaitu sosial budaya, politik, ekonomi, dan teknologi. Faktor-faktor yang diduga dapat mempengaruhi situasi lingkungan eksternal dimana perusahaan bergerak dapat dilihat pada Gambar 3. Sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan • Perilaku terhadap bisnis • Gaya hidup • Pendapatan rata-rata • Perilaku konsumsi • Perubahan populasi • Perubahan dalam hal selera dan preferensi • • • • • • Ekonomi Tingkat inflasi Tren produk domestik bruto Pola konsumsi Faktor ekspor/impor Fluktuasi harga Ketersediaan kredit Politik • • • • • • • • Regulasi pemerintah Peraturan ekspor-impor Tingkat subsidi pemerintah Komite aksi politik Jumlah paten Pemilihan umum Teknologi Perkembangan teknologi informasi Perkembangan teknologi di dalam industry Gambar 3. Daftar Beberapa Variabel Eksternal yang Menghasilkan Peluang atau Ancaman Sumber: David (2006) 19 Sedangkan lingkungan industri dianalisis dengan menggunakan pendekatan lima kekuatan persaingan Porter. Porter (1991) menjelaskan tujuan strategi pengembangan usaha untuk suatu unit usaha (business unit) dalam sebuah industri adalah menentukan posisi dalam industri tersebut dimana perusahaan dapat melindungi diri sendiri dengan sebaik-baiknya terhadap tekanan (gaya) persaingan atau dapat mempengaruhi tekanan tersebut secara positif. Karena kekuatan kolektif dari gaya-gaya tersebut mungkin juga tampak oleh semua pesaing, maka untuk mengembangkan strategi adalah menyelidiki dibawah permukaan dan menganalisis sumber masing-masing gaya tersebut. Keadaan persaingan suatu industri tersebut tergantung pada lima kekuatan persaingan pokok (Gambar 4). PENDATANG BARU POTENSIAL Ancaman masuknya pendatang baru PARA PESAING INDUSTRI Kekuatan tawar-menawar pemasok PEMASOK Kekuatan tawar-menawar pembeli PEMBELI Persaingan di antara perusahaan yang ada Ancaman produk atau jasa pengganti PRODUK PENGGANTI Gambar 4. Kekuatan-Kekuatan yang Mempengaruhi Persaingan Industri Sumber : Porter (1991) 20 Lima kekuatan persaingan menurut Porter (1991) tersebut adalah: 1) Ancaman masuknya pendatang baru Pendatang baru pada suatu industri membawa kapasitas baru, keinginan untuk merebut pasar, serta seringkali memiliki sumberdaya yang besar. Akibatnya harga menjadi turun atau biaya meningkat sehingga mengurangi kemampulabaan. Ancaman masuknya pendatang baru ke dalam industri tergantung pada rintangan masuk yang ada, digabung dengan reaksi dari para pesaing yang sudah ada yang dapat diperkirakan oleh pendatang baru. Jika rintangan atau hambatan ini besar dan/atau pendatang baru memperkirakan akan ada perlawanan yang keras dari pelaku usaha lama, maka ancaman masuknya pendatang baru akan menjadi rendah. Ketika perusahaan baru dapat dengan mudah masuk ke dalam industri tertentu, intensitas persaingan antar perusahaan meningkat. Hambatan untuk masuk, dapat mencakup kebutuhan untuk mencapai skala ekonomi dengan cepat, kebutuhan untuk mendapatkan teknologi dan pengetahuan khusus, kurangnya pengalaman, tingginya kesetiaan pelanggan, kuatnya preferensi merek, besarnya kebutuhan akan modal, kurangnya jalur distribusi yang memadai, peraturan pemerintah, tarif, kurangnya akses terhadap bahan mentah, kepemilikan paten, lokasi yang kurang menguntungkan, serangan balasan dari perusahaan yang sudah mapan, dan potensi kejenuhan pasar. Disamping berbagai hambatan masuk, perusahaan baru kadang-kadang memasuki suatu bisnis dengan produk berkualitas lebih tinggi, harga lebih rendah, dan sumberdaya pemasaran yang besar. Dengan demikian, tugas penyusun strategi adalah mengidentifikasi perusahaan yang berpotensi masuk ke pasar, memonitor strategi pesaing baru, membuat strategi balasan apabila dibutuhkan, serta memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada saat ini. 2) Ancaman produk pengganti Perusahaan dalam suatu industri, dapat bersaing dengan industri-industri yang menghasilkan produk pengganti. Produk pengganti membatasi laba potensial dari industri dengan menetapkan harga pagu (ceiling price) yang dapat 21 diberikan oleh perusahaan dalam industri. Makin menarik alternatif harga yang ditawarkan oleh produk pengganti, makin ketat pembatasan laba industri. Mengenali produk-produk subtitusi (pengganti) adalah persoalan mencari produk lain yang dapat menjalankan fungsi yang sama seperti produk dalam industri. Posisi dalam menghadapi produk pengganti mungkin merupakan persoalan tindakan industri secara kolektif. Produk pengganti yang perlu mendapatkan perhatian besar adalah produk-produk yang (1) mempunyai kecenderungan untuk memiliki harga atau prestasi yang lebih baik dibandingkan produk industri, atau (2) dihasilkan oleh industri yang berlaba tinggi. Dalam hal yang terakhir, produk pengganti seringkali dengan cepat ikut berperan jika terjadi perkembangan tertentu yang meningkatkan persaingan dalam industrinya sendiri dan menyebabkan penurunan harga atau peningkatan prestasi. Analisis terhadap kecenderungan seperti itu dapat menjadi penting dalam memutuskan apakah akan mencoba untuk menghadapi produk pengganti secara strategis atau merencanakan strategi dengan menganggap produk pengganti sebagai kekuatan penting yang tak terhindarkan. 3) Kekuatan tawar-menawar pembeli Pembeli menjadi pesaing suatu industri dengan cara tawar-menawar untuk harga yang lebih rendah, mutu yang lebih tinggi dan pelayanan yang lebih baik, semuanya dengan mengorbankan kemampulabaan industri. Kekuatan dari tiaptiap kelompok pembeli yang penting dalam industri tergantung pada sejumlah karakteristik situasi pasarnya dan pada kepentingan relatif pembeliannya dari industri yang bersangkutan dibandingkan dengan keseluruhan dari bisnis pembeli tersebut. Kelompok pembeli disebut kuat jika situasi berikut terjadi: a) kelompok pembeli terpusat atau membeli dalam jumlah besar relatif terhadap penjualan pihak penjual, b) produk yang dibeli dari industri merupakan bagian dari biaya atau pembelian yang cukup besar dari pembeli, c) produk yang dibeli dari industri adalah produk standar atau tidak terdiferensiasi, d) pembeli menghadapi biaya pengalihan yang kecil, e) pembeli mendapatkan laba kecil, 22 f) pembeli menunjukkan ancaman untuk melakukan integrasi balik, g) produk industri tidak penting bagi mutu produk atau jasa pembeli, h) pembeli mempunyai informasi lengkap. 4) Kekuatan tawar-menawar pemasok Pemasok dapat menggunakan kekuatan tawar-menawar terhadap para peserta industri dengan mengancam akan menaikkan harga atau menurunkan mutu produk atau jasa yang dibeli. Pemasok yang kuat dapat menekan kemampulabaan industri yang tidak mampu mengimbangi kenaikan harganya. Kondisi yang membuat pemasok kuat cendarung serupa dengan kondisi yang membuat pembeli kuat. Adapun kondisi yang membuat kelompok pemasok dikatakan kuat adalah jika terdapat hal-hal berikut: a) Para pemasok didominasi oleh beberapa perusahaan dan lebih terkonsentrasi ketimbang industri dimana mereka menjual. b) Pemasok tidak menghadapi produk pengganti lain untuk dijual kepada industri. c) Industri bukan merupakan pelanggan yang penting bagi kelompok pemasok. d) Produk pemasok merupakan input penting bagi bisnis pembeli. e) Produk kelompok pemasok terdiferensiasi atau pemasok telah menciptakan biaya peralihan. f) Kelompok pemasok memperlihatkan ancaman yang meyakinkan untuk melakukan integrasi maju. 5) Tingkat persaingan di antara pesaing yang ada (perusahaan sejenis) Rivalitas di kalangan pesaing yang ada berbentuk perlombaan untuk mendapatkan posisi dengan menggunakan taktik-taktik seperti persaingan harga, perang iklan, introduksi produk dan meningkatkan pelayanan atau jaminan kepada pelanggan. Persaingan terjadi karena satu atau lebih pesaing merasakan adanya tekanan atau melihat peluang untuk memperbaiki posisi. Pada sebagian besar industri, gerakan persaingan oleh satu perusahaan mempunyai pengaruh yang besar terhadap para pesaingnya dan dengan demikian dapat mendorong perlawanan atau usaha untuk menandingi gerakan tersebut, artinya perusahaan- 23 perusahaan saling tergantung satu sama lain. Persaingan yang tajam merupakan akibat dari sejumlah faktor struktural yang saling berinteraksi yaitu: a) Jumlah pesaing yang banyak atau seimbang, b) Pertumbuhan industri yang lamban, c) Biaya tetap atau biaya penyimpanan yang tinggi, d) Ketiadaan diferensiasi atau biaya peralihan, e) Penambahan kapasitas dalam jumlah yang besar, f) Taruhan strategis yang besar, g) Hambatan pengunduran diri yang tinggi. 3.1.5. Matriks EFE dan IFE Tahap selanjutnya setelah melakukan analisis lingkungan eksternal dan internal adalah menuangkan hasil analisis ke dalam matriks EFE dan IFE. Hasil analisis lingkungan eksternal dituangkan dalam matriks EFE (External Factor Evaluation) dan untuk hasil analisis lingkungan internal dituangkan dalam matriks IFE (Internal Matrix Evaluation). Matriks EFE menggambarkan efektifitas yang dilakukan perusahaan dalam menghadapi situasi eksternalnya. Data eksternal dikumpulkan untuk menganalisis hal-hal yang menyangkut persoalan ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintahan, hukum, teknologi, persaingan di pasar industri dimana perusahaan berada, serta data eksternal relevan lainnya (Umar 2008). Matriks IFE digunakan untuk mengetahui faktor-faktor internal perusahaan berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting. Data dan informasi aspek internal perusahaan dapat digali dari beberapa fungsional perusahaan, misalnya dari aspek manajemen, keuangan, SDM, pemasaran, sistem informasi, dan produksi/operasi (Umar 2008). 3.1.6. Matriks IE (Internal-Eksternal) Setelah diperoleh nilai faktor pada matriks EFE dan IFE, dilakukan pemaduan nilai eksternal dan internal tersebut dengan matriks IE. Matriks IE memposisikan organisasi ke dalam strategi yang terdiri dari sembilan sel. Matriks 24 IE dibagi menjadi tiga daerah utama yang memiliki implikasi strategi berbeda. Tiga daerah tersebut antara lain: 1) Daerah yang termasuk ke dalam sel I, II, atau IV dapat digambarkan sebagai tumbuh dan berkembang. Strategi yang cocok untuk diterapkan pada posisi ini adalah strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk), atau strategi integrasi (integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi horizontal). 2) Daerah yang termasuk ke dalam sel III, V, atau VII dapat digambarkan sebagai jaga dan pertahankan. Strategi yang cocok untuk diterapkan adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. 3) Daerah yang termasuk ke dalam sel VI, VIII, atau IX digambarkan sebagai divestasi. Strategi yang dapat diterapkan adalah memperkecil atau memperbesar skala perusahaan. 3.1.7. Matriks SWOT (Strenghts – Weakness – Opportunities – Threats) Setelah diketahui strategi pengembangan usaha yang selayaknya diterapkan perusahaan berdasarkan posisinya pada matriks IE, strategi tersebut perlu diuraikan menjadi strategi yang lebih aplikatif. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menghasilkannya adalah pendekatan matriks SWOT. Menurut David (2006), matriks SWOT adalah alat untuk mencocokkan peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan yang membantu manajer mengembangkan empat tipe strategi yaitu: SO (Strenghts – Opportunities), WO (Weakness – Opportnities), ST (Strenghts – Threats), dan WT (Weakness – Threats). Strategi SO menggunakan memanfaatkan peluang eksternal. kekuatan internal perusahaan untuk Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal. Strategi ST menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari atau mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal. Strategi WT adalah taktik defensif yang diarahkan pada pengurangan kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. 25 3.1.8. Matriks Quantitative Strategic Planning (QSP) Matriks QSP adalah alat yang memungkinkan penyusun strategi untuk mengevaluasi alternatif strategi secara objektif, berdasarkan faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya (David 2006). Secara konsep QSPM menentukan daya tarik relatif berbagai strategi berdasarkan seberapa jauh faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal dimanfaatkan atau diperbaiki. Daya tarik relatif dari masing-masing strategi dalam satu set alternatif dihitung dengan menentukan pengaruh kumulatif dari masingmasing faktor keberhasilan kunci eksternal dan internal. Jumlah set alternatif strategi yang dimasukkan dalam QSPM bisa seberapa jauh, jumlah strategi dalam satu set juga bisa berapa saja, tetapi hanya strategi dalam set yang sama yang dapat dievaluasi satu sama lain. Keunggulan QSPM adalah bahwa strategi dapat dievaluasi secara bertahap atau bersama-sama dan tidak ada batasan untuk jumlah strategi yang dapat dievaluasi dan memanfaatkan semua informasi eksternal dan internal yang dimiliki. Selain itu, QSPM dapat diadaptasi untuk digunakan oleh organisasi besar, kecil, berorientasi laba maupun nirlaba dan dapat diaplikasikan untuk hampir semua tipe organisasi. Keterbatasan QSPM selalu membutuhkan penilaian intuitif dan asumsi yang mendasar yaitu didasarkan pada informasi yang objektif. QSPM hanya dapat bermanfaat sebagai informasi pendahuluan dan analisis pencocokan yang mendasari penyusunannya secara subjektif sangat tinggi, artinya bergantung pada pengalaman pengambil keputusan. 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Pupuk Organic Fertilizer (OFER) merupakan salah satu unit usaha dari Koperasi Lisung Kiwari yang dilakukan sejak tahun 2006. Kegiatan usaha yang dilakukan adalah proses produksi dan pengepakan. Manajemen perusahaan yang dikelola dengan kurang baik, keuangan yang belum terorganisir secara baik, dan kegiatan pemasaran yang masih terbatas merupakan hambatan-hambatan yang dihadapi dalam usaha ini. Proses untuk menetapkan strategi yang tepat bagi pengembangan usaha pupuk OFER perlu untuk mempertimbangkan faktor-faktor internal dan eksternal, 26 khususnya kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang dimilikinya. Faktor internal ini terdiri dari: a) Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen perusahaan ini berkaitan dengan pengelolaan sumber daya manusia yang dimiliki oleh unit usaha koperasi pupuk organik. Kuantitas, kualitas serta penempatan sumberdaya manusia yang baik menjadi sorotan dalam melakukan penelitian. Kurang atau terlalu lebih SDM yang dimiliki, terlalu rendahnya kualitas karyawan yang ada, serta pengalokasian SDM yang kurang tepat merupakan hal-hal yang dapat menghambat perkembangan usaha. b) Produksi dan Operasi Fungsi produksi dan operasi berhubungan dengan semua aktivitas yang mengubah input menjadi barang jadi maupun setengah jadi. Lima aspek dasar yang perlu dilihat dalam fungsi produksi adalah adanya keputusan proses, kapasitas, persediaan, tenaga kerja, dan kualitas. Pada usaha pupuk kompos bokashi, fungsi produksi berkaitan dengan kegiatan pembuatan dan pengolahan pupuk kompos bokashi. Kualitas, kuantitas, kapasitas serta biaya produksi harus diperhatikan dengan baik agar perusahaan tetap berkembang. c) Pemasaran Fungsi pemasaran berkaitan dengan kegiatan memasarkan dan mendistribusikan barang. Aspek pemasaran dapat dijabarkan menjadi beberapa komponen seperti besarnya pangsa pasar, ragam produk yang ditawarkan, saluran distribusi yang dimiliki, reputasi dan image barang, kebijakan penetapan harga, pelayanan purna jual, riset pemasaran, dan lainlain. Kegiatan pemasaran perusahaan harus juga memberikan kepuasan kepada konsumen jika menginginkan usahanya berjalan terus, atau konsumen mempunyai pandangan yang lebih baik terhadap perusahaan. d) Keuangan dan Akuntansi Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam keuangan adalah kemampuan perusahaan memupuk modal jangka pendek dan jangka panjang, beban yang harus dipikul sebagai usaha memperoleh modal tambahan, hubungan baik dengan penanam modal dan pemegang saham, pengelolaan 27 keuangan, struktur modal kerja, harga jual produk, pemantau penyebab inefisiensi dan sistem akunting yang handal. Penyusunan keuangan dan akutansi perusahaan harus memperhatikan manajemen finansial. Manajemen finansial adalah manajemen terhadap fungsi-fungsi keuangan yang mencakup keputusan penggunaan dana atau pengalokasian dana, keputusan dengan pemilihan sumber dana dan untuk menentukan dana yang diperoleh dan dihasilkan operasi akan dibagikan kepada pemegang saham atau investasi kembali. e) Riset dan Pengembangan Riset dan pengembangan biasanya dibutuhkan perusahaan ketika daur hidup produknya berada pada tahap pertumbuhan dan tahap kedewasaan. Riset dan pengembangan dilakukan untuk pengembangan produk baru sebelum pesaing melakukannya untuk memperbaiki kualitas produk, atau memperbaiki proses produksi untuk meminimalkan biaya. Pada usaha pupuk bokashi, riset dan pengembangan dapat dilakukan untuk menghasilkan varietas-varietas baru pupuk bokashi atau mengadopsi teknologi baru dalam produksi pupuk bokashi. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor ekonomi, sosial, politik, teknologi, dan pesaing. Secara rinci pemaparan faktor eksternal tersebut adalah sebagai berikut: a) Faktor Politik Pengaruh faktor politik dalam usaha pupuk kompos dapat dirasakan seperti adanya kebijakan pemerintah mengenai subsidi terhadap pupuk anorganik, kebijakan pengembangan pertanian organik, atau kebijakan menaikkan harga pupuk anorganik secara nasional. Beberapa kebijakan tersebut dapat berdampak positif dan dapat pula berdampak negatif bagi jalannya usaha pupuk organik Koperasi Lisung Kiwari. b) Faktor Ekonomi Keadaan perekonomian secara nasional mempengaruhi kelancaran bisnis kompos ini melalui beberapa hal, misalnya perekonomian nasional yang membaik akan membuat daya beli masyarakat terhadap pupuk oraganik 28 menjadi semakin meningkat. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap jalannya bisnis ini. c) Teknologi Perubahan teknologi akan membuat pelaksanaan kegiatan bisnis harus beradaptasi agar dapat mengantisipasi perubahan tersebut dengan baik, baik dalam hal teknologi informasi, transportasi maupun produksi. Kemajuan teknologi tersebut akan membawa perusahaan lebih efektif dan efisien dalam menjalankan usahanya. d) Faktor Sosial Pengetahuan masyarakat yang semakin mengerti akan manfaat pertanian organik membuat bisnis pupuk oragnik merasakan dampak positif. Permintaan akan pupuk oraganik akan meningkat, dan hal ini akan sangat menguntungkan bagi perusahaan. Namun, pada beberapa masyarakat, pupuk organik masih dianggap kurang menarik karena hasil yang didapat lebih kecil dari pada menggunakan pupuk anorganik. Tentunya hal ini harus disikapi oleh perusahaan dengan tepat. e) Faktor Pesaing Tingkat persaingan akan mempengaruhi kelancaran suatu bisnis. Tingkat persaingan yang masih rendah akan membuat usaha semakin mudah berkembang, sedangkan apabila tingkat persaingan cukup tinggi maka usaha akan menemui beberapa hambatan dalam melaksanakan usahanya. Dari hasil identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal dapat diketahui apakah saat ini usaha pupuk OFER memiliki potensi untuk dikembangkan dan terus bertahan di masa yang akan datang. Pengidentifikasian ini dilanjutkan dengan memilih faktor strategis bagi pupuk OFER dalam bentuk matriks IFE (Internal Factor Evaluation) untuk mengetahui faktor-faktor internal perusahaan berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting, serta EFE (External Factor Evaluation) yang menggambarkan efektifitas yang dilakukan perusahaan dalam menghadapi situasi eksternalnya. Setelah diperoleh nilai faktor pada matriks EFE dan IFE, dilakukan pemaduan nilai eksternal dan internal tersebut dengan matriks IE. Kemudian setelah diketahui strategi pengembangan usaha yang selayaknya diterapkan 29 perusahaan berdasarkan posisinya pada matriks IE, strategi tersebut perlu diuraikan menjadi strategi yang lebih aplikatif. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menghasilkannya adalah pendekatan matriks SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat). Penentuan alternatif strategi ini terdiri dan empat alternatif strategi yaitu strategi penyesuaian kekuatan dan peluang, strategi penyesuaian kelemahan dan peluang, strategi penyesuaian kekuatan dan ancaman, serta strategi penyesuaian kelemahan dan ancaman. Berdasarkan alternatif strategi yang telah diperoleh, maka dibuatlah rancangan strategi pengembangan usaha menggunakan alat berupa matriks QSP. Kerangka pemikiran operasional dari penelitian ini dijelaskan pada Gambar 5. 30 Unit usaha Koperasi Lisung Kiwari pupuk OFER (Organik fertilizer) memiliki potensi untuk dikembangkan Permintaan pupuk organik yang tinggi belum dapat dipenuhi semuanya, potensi usaha pupuk OFER yang belum digunakan secara optimal, serta manajemen administrasi, keuangan dan pemasaran perusahaan yang belum baik Dibutuhkan analisis Strategi Pengembangan Usaha Identifikasi lingkungan internal dan eksternal pupuk OFER • • • • • Analisis Lingkungan Internal: SDM yang dimiliki dan manajemen Pelaksanaan produksi Administrasi keuangan Pemasaran yang telah dilakukan Penelitian dan pengembangan yang dilakukan unit usaha Koperasi Lisung Kiwari pupuk OFER • • • • • Analisis Lingkungan Eksternal: Kebijakan pihak eksternal yang mempengaruhi usaha Kondisi perekonomian Perkembangan teknologi Aspek sosial, budaya, demografi dan lingkungan konsumen yang berpengaruh terhadap pemasaran Keadaan persaingan usaha pupuk organik Matriks EFE Matriks IFE Matriks IE Matriks SWOT Alternatif Strategi Pengembangan QSPM Prioritas Strategi Terbaik Penerapan Strategi Gambar 5. Kerangka Pemikiran Operasional 31 IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di unit usaha Koperasi Lisung Kiwari yang berlokasi di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan tempat dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan unit usaha pupuk organik Koperasi Lisung Kiwari merupakan salah satu unit usaha yang bergerak di bidang agribisnis input pertanian yang sedang merencanakan pembaharuan dalam pengelolaan usaha pupuk organik dalam rangka meningkatkan kinerja. Selain itu, usaha ini sedang mengalami pertumbuhan yang cukup cepat dalam kurun waktu satu tahun terakhir. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan April-Mei 2010. 4.2. Data dan Instrumentasi Data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara, diskusi dan observasi di lokasi usaha. Wawancara dilakukan dengan pihak manajemen pupuk organik, distributor (LPS), Dinas Pertanian, Dinas Perindustrian dan Koperasi, serta konsumen. Data primer berupa faktor-faktor strategis internal dan eksternal diperoleh dengan menggunakan instrumen kuisioner yang diberikan kepada responden terpilih. Data hasil pengisian kuisioner diolah dengan menggunakan alat bantu software komputer Microsoft Exel 2007. Data sekunder diperoleh dari sumber informasi berupa laporan tertulis yang dimiliki Koperasi Lisung Kiwari. Selain itu data sekunder diperoleh melalui studi literatur buku-buku yang relevan, hasil penelitian, artikel yang terkait dengan topik penélitian, data dan informasi dari Badan Pusat Statistik Indonesia, Dinas Pertanian, Dinas Perindustrian dan Koperasi Kabupaten Bogor, serta dari website. Data yang berasal dari internal perusahaan antara lain visi, misi, dan tujuan perusahaan, kebijakan perusahaan, struktur organisasi, serta data produksi, pemasaran, keuangan, personalia, dan litbang. Adapun data yang berasal dari eksternal perusahaan yaitu mengenai politik, ekonomi, sosial budaya dan teknologi, persaingan antar anggota industri, ancaman pendatang baru, ancaman 32 produk distribusi, data pernasok dan pembeli. Instrumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan, alat perekam, alat pencatatan, dan alat penyimpanan elektronik yang digunakan untuk menyimpan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian. 4.3. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan selama bulan April hingga Mei 2010. Data yang dikumpulkan adalah berupa data primer maupun data sekunder. Berikut adalah paparan metode pengumpulan data primer yang dilakukan: 1. Observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung mengenai kegiatan usaha yang dilakukan dan hal-hal lainnya yang mendukung penelitian. 2. Wawancara, yaitu melakukan proses tanya jawab dengan beberapa objek penelitian. Wawancara dilakukan dengan pihak Koperasi Lisung Kiwari sebagai pihak internal. Sedangkan LPS sebagai distributor, Dinas Pertanian Kabupaten Bogor, Dinas Perindustrian dan Koperasi Kabupaten Bogor , serta salah satu konsumen yang dianggap melakukan pembelian secara kontinyu, yang kesemuanya merupakan pihak eksternal. 3. Diskusi, yaitu melakukan tukar pikiran mengenai permasalahan dan kondisi yang ada dengan pihak Koperasi Lisung Kiwari, serta pihak eksternal seperti LPS dan Dinas Pertanian kabupaten Bogor. 4. Kuisioner, yaitu memberikan daftar pertanyaan berupa kuisioner kepada responden terpilih. Kuisioner terdiri dan kuesioner untuk identifikasi faktor internal dan eksternal, rating dan pembobotan serta kuisioner untuk penentuan prioritas strategi. Proses penyusunan kuisioner dilakukan dengan melakukan observasi lapang dan dengan didukung diskusi dengan pihak-pihak yang mengetahui secara mendalam kegiatan unit bisnis pupuk OFER dari Koperasi Lisung Kiwari. Hal ini dimaksudkan agar kuisioner benar-benar dapat mengidentifikasi faktor-faktor strategis internal dan perusahaan. Identifikasi yang tepat akan membuat perumusan strategi menjadi baik sehingga dampak dari implementasi strategi tersebut membawa perusahaan ke arah perbaikan dan perkembangan. Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka, yakni melalui penelaahan laporan tertulis Koperasi Lisung Kiwari, Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen 33 Pertanian, Dinas Perindustrian dan Koperasi Kabupaten Bogor, hasil penelitian dan buku-buku pustaka lainnya yang relevan dengan penelitian. Selain itu data sekunder diperoleh melalui browsing internet guna mencari artikel dan data lainnya yang mendukung penelitian. 4.4. Metode Pengolahan Data Metode pengolahan data yang dilakukan adalah dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif melalui pendekatan konsep manajemen strategis. Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk rnengetahui lingkungan perusahaan terkait dengan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan pada matriks IFE, EFE, I-E, SWOT dan QSPM. Penyusunan strategi dilakukan melalui tahap pengumpulan data (Input Stage), tahap pencocokkan (Matching Stage) dan analisis penentuan prioritas. Tahap pertama dalam penelitian ini menggunakan Matriks IFE dan EFE. Tahap ini meringkas informasi dasar yang dibutuhkan untuk merumuskan strategi. Tahap pencocokkan berfokus pada menciptakan alternatif strategi yang layak dengan mencocokkan faktor eksternal dan internal, Alat analisis yang digunakan pada tahap pencocokkan adalah Matriks SWOT. Tahap terakhir dalam analisis yakni rnenggunakan metode penentuan prioritas QSPM untuk memetakan keputusan strategi yang tepat. 4.4.1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk mendapatkan gambaran menyeluruh yang mendalam mengenai objek penelitian, sehingga dari pengamatan ini dapat diketahui kondisi eksternal dan internal perusahaan. Hasil dari analisis ini dapat disajikan dalam bentuk tabel, grafik, diagram, maupun matriks sesuai dengan hasil yang diperoleh. 4.4.2. Analisis Lingkungan Internal Analisis lingkungan internal perusahaan dilakukan dengan pendekatan fungsional. Pendekatan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi internal perusahaan dengan mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan perusahaan pada bidang-bidang fungsional yang meliputi manajemen, pemasaran, 34 keuangan/akuntansi, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan. Alat bantu untuk melakukan analisis fungsional dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Alat Bantu Analisis Lingkungan Internal Analisis Lingkungan Intenal Kekuatan Kelemahan Manajemen Pemasaran Keuangan/Akuntansi Produksi/Operasi Penelitian dan Pengembangan 4.4.3. Analisis Lingkungan Eksternal Analisis lingkungan eksternal dilakukan untuk mengetahui kondisi lingkungan eksternal perusahaan, sehingga dapat diidentifikasi faktor kunci apa saja yang menjadi peluang dan ancaman bagi perusahaan. Analisis lingkungan eksternal ini terdiri dari analisis lingkungan umum dan analisis lingkungan industri. 1) Analisis Lingkungan Jauh Analisis lingkungan jauh digunakan untuk mengetahui kondisi politik, ekonomi, sosial budaya dan teknologi yang ada di lingkungan perusahaan. Analisis ini akan menghasilkan sejumlah peluang dan ancaman yang dapat mempengaruhi perusahaan dalam menjalankan usahanya. Tabel 6 dapat digunakan untuk membantu menganalisis peluang dan ancaman yang terjadi akibat pengaruh faktor-faktor lingkungan eksternal perusahaan. Tabel 6. Alat Bantu Analisis Lingkungan Jauh Analisis Lingkungan Jauh Peluang Ancaman Faktor Politik Faktor Ekonomi Faktor Sosial Budaya Faktor Teknologi 35 2) Analisis Lingkungan Industri (Pendekatan Porter) Analisis lingkungan industri dilakukan untuk mengetahui keadaan persaingan dalam suatu industri atau untuk mencari posisi bersaing yang menguntungkan dalam industri dengan mengidentifikasi kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi struktur dan persaingan di dalam industri tempat mereka beroperasi. Kekuatan-kekuatan ini meliputi ancaman masuk pendatang baru, ancaman produk pengganti, kekuatan tawar-menawar pembeli, kekuatan tawar-menawar pemasok, dan tingkat persaingan di antara pesaing yang ada dalam industri. Tabel 7 dapat digunakan untuk membantu menganalisis lingkungan industri. Tabel 7. Alat Bantu Analisis Lingkungan Industri Analisis Lingkungan Industri Peluang Ancaman Ancaman Masuk Pendatang Baru Kekuatan Tawar Menawar Pemasok Kekuatan Tawar Menawar Pembeli Ancaman Produk Pengganti Tingkat Persaingan dalam Industri 4.4.4. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE (External Factor Evaluation) Setelah melakukan identifikasi faktor internal dan eksternal perusahaan, tahap selanjutnya adalah menuangkan hasil analisis internal ke matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan hasil analisis eksternal ke matriks EFE (External Factor Evaluation). Matriks IFE digunakan untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam area fungsional bisnis, dan juga memberikan dasar untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan antara area-area tersebut. Sedangkan matriks EFE digunakan untuk merangkum dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintah, hukum, teknologi dan persaingan. Tahap-tahap yang dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor kunci dalam matriks IFE dan EFE adalah sebagai berikut (David 2006): 36 1) Identifikasi Faktor-Faktor Internal dan Eksternal Unit yang dianalisis Berdasarkan hasil analisis lingkungan, diperoleh beberapa faktor internal dan eksternal perusahaan. Kemudian, faktor-faktor tersebut diidentifikasi untuk memperoleh faktor mana yang menjadi peluang, ancaman, kekuatan ataupun kelemahan perusahaan. Pada faktor internal, diidentifikasi mana yang menjadi kekuatan ataupun kelemahan perusahaan. Pada faktor eksternal, dilakukan identifikasi faktor yang menjadi peluang dan kemudian yang menjadi ancaman bagi perusahaan. Kemudian hasil identifikasi faktor eksternal dan internal tersebut diberi bobot untuk melihat tingkat kepentingannya bagi perkembangan perusahaan. 2) Penentuan Bobot Variabel Pemberian bobot ini berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis unit yang dianalisis dalam suatu daerah tertentu. Jumlah bobot yang diberikan harus sama dengan satu. Penentuan bobot dilakukan dengan jalan mengajukan identifikasi faktor strategis internal dan eksternal tersebut kepada stake holder dengan menggunakan metode “paired comparison”. Metode ini digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal. Skala pembobotan yang digunakan untuk membandingkan dua variabel adalah 0, 1, dan 2 dengan keterangan sebagai berikut: 0 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 1 = Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal Hasil akhir dari pemberian bobot setiap faktor dimulai dari 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (paling penting). Bentuk penilaian pembobotan dapat dilihat pada Tabel 8 dan 9. Cara membaca perbandingan dimulai dari variabel baris (indikator horizontal) dibandingkan dengan variabel kolom (indikator vertikal) dan harus konsisten. Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus : 37 αi = Xi n ∑ Xi i=1 Dimana, αi = Bobot Variabel ke-i n = Jumlah Data Xi = Nilai Variabel x ke-i I = 1, 2, 3,…., n Tabel 8. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Faktor Strategis A B C D Internal A ….. Total Bobot Xi B C D ….. Total n ∑ Xi i=1 Tabel 9. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Faktor Strategis A B C D ….. Eksternal A Total Bobot B C D ….. Total n ∑ Xi i=1 38 3) Penentuan Rating Penentuan rating oleh stake holder dilakukan terhadap variabelvariabel. Dalam mengukur masing-masing variabel terhadap kondisi wilayah digunakan skala 1, 2, 3, dan 4 terhadap masing-masing faktor strategis. Matriks IFE dan EFE dapat dilihat pada Tabel 10 dan 11. Skala nilai rating untuk matriks IFE adalah: 1 = Kelemahan utama/mayor 3 = Kekuatan kecil/minor 2 = Kelemahan kecil/minor 4 = Kekuatan besar/mayor sedangkan untuk matriks EFE, skala nilai rating yang digunakan adalah : 1 = Respon perusahaan kurang dalam menghindari ancaman atau memanfaatkan peluang. 2 = Respon perusahaan rata-rata dalam menghindari ancaman atau memanfaatkan peluang. 3 = Respon perusahaan di atas rata-rata dalam menghindari ancaman atau memanfaatkan peluang. 4 = Respon perusahaan superior dalam menghindari ancaman atau memanfaatkan peluang. Tabel 10. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor Bobot Kekuatan 1. 2. … Kelemahan 1. 2. … Total 1,000 39 Tabel 11. Matriks EFE (External Factor Evaluation) Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Peluang 1. 2. … Ancaman 1. 2. … Total Skor Bobot 1,000 Dari masing-masing skor bobot yang didapatkan, dapat diketahui mana yang menjadi kekuatan ataupun kelemahan utama perusahaan pada matriks IFE serta yang menjadi peluang ataupun ancaman utama pada matriks EFE. Selanjutnya dilakukan penjumlahan dari pembobotan yang dikalikan dengan rating pada tiap faktor untuk memperoleh skor pembobotan. Jumlah skor pembobotan berkisar antara 1,0-4,0 yang menggambarkan seberapa kuat kondisi internal dan eksternal perusahaan. 4.4.5. Matriks IE (Internal-Eksternal) Matriks IE memetakan total skor yang diperoleh dari matriks IFE dan EFE dari tahap input. Matriks ini terdiri dari dua dimensi, sumbu vertikal menunjukkan total skor EFE dan sumbu horizontal menunjukkan total skor IFE. Pada sumbu hortizontal, nilai skor antara 1,0 sampai 1,99 mengindikasikan bahwa posisi internal perusahaan lemah, skor antara 2,0-2,99 mengindikasikan bahwa posisi internal sedang, dan skor 3,0-4,0 menunjukkan posisi internal yang kuat. Untuk sumbu vertikal, nilai skor 1,0 sampai dengan 1,99 menunjukkan bahwa pengaruh eksternal rendah, skor 2,0 sampai dengan 2,99 menunjukkan posisi eksternal sedang, dan skor 3,0-4,0 menunjukkan pengaruh eksternal yang tinggi. Sel-sel pada matriks IE dapat dilihat pada Gambar 6. 40 IFE (3,0-4,0) EFE (2,0-2,29) (1,0-1,99) (3,0-4,0) (2,0-2,29) (1,0-1,99) Kuat Rata-Rata Lemah Tinggi I II III Menengah IV V VI Rendah VII VIII IX Gambar 6. Matriks Internal-Eksternal (IE) Sumber : David (2006) Sel-sel pada matriks IE dapat dibagi menjadi tiga daerah utama dengan implikasi strategi yang berbeda-beda. Perusahaan yang berada pada sel I, II, atau IV dapat digambarkan sebagai Tumbuh dan Berkembang. Strategi yang cocok untuk diterapkan pada posisi ini adalah strategi intensif seperti penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk atau strategi integrasi seperti integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi ke samping. Untuk perusahaan yang berada pada sel III, V, atau VII digambarkan sebagai posisi Pertahankan dan Pelihara. Strategi yang umum digunakan pada posisi ini adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. Pada sel VI, VIII, atau IX disebut sebagai Panen dan Divestasi, strategi yang cocok diterapkan adalah memperbesar atau memperkecil skala perusahaan. 4.4.6. Matriks SWOT Analisis SWOT digunakan untuk menghasilkan strategi yang secara bersamaan dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang serta meminimalkan kelemahan dan ancaman. Pada matriks SWOT terdapat sembilan sel dengan empat sel faktor kunci, empat sel strategi dan satu sel yang dibiarkan kosong (kiri atas). Empat sel faktor kunci (S, W, O, dan T) diidentifikasi terlebih dahulu untuk mendapatkan empat sel strategi yaitu SO, WO, ST, dan WT. Matriks SWOT dapat dilihat pada Gambar 7. 41 Strenght (S) Weakness (W) Faktor Daftar kekuatan internal Daftar kelemahan internal Internal perusahaan perusahaan Strategi SO Strategi WO Faktor Eksternal Opportunities (O) Daftar peluang eksternal Menggunakan yang ada untuk kekuatan Mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan memanfaatkan peluang peluang Threats (T) Strategi ST Daftar ancaman eksternal Menggunakan yang ada untuk Strategi WT kekuatan Meminimalkan kelemahan menghindari dan menghindari ancaman ancaman Gambar 7. Matriks SWOT Sumber: David (2006) Langkah yang diperlukan dalam penyusunan matriks SWOT, antara lain : 1) Menuliskan peluang dan ancaman pada baris matriks SWOT. 2) Menuliskan kekuatan dan kelemahan pada kolom matriks SWOT. 3) Mencocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal, kemudian hasil strategi SO dituliskan ke dalam sel yang ditentukan. 4) Mencocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal, kemudian hasil strategi WO dituliskan ke dalam sel yang ditentukan. 5) Mencocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal, kemudian hasil strategi ST dituliskan ke dalam sel yang ditentukan. 6) Mencocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal, kemudian hasil strategi WT dituliskan ke dalam sel yang ditentukan. 4.4.7 Analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) Setelah mengembangkan sejumlah alternatif strategi, pengambil keputusan harus mampu mengevaluasi dan kemudian memilih strategi yang terbaik dan 42 paling cocok dengan kondisi internal perusahaan serta lingkungan eksternal. Langkah-langkah dalam pengembangan matriks QSP yaitu: 1) Membuat daftar peluang/ancaman dan kekuatan/kelemahan kunci perusahaan. 2) Berikan bobot untuk masing-masing faktor internal dan eksternal. Bobot ini identik dengan yang ada pada matriks IFE dan EFE. 3) Evaluasi matriks tahap 2 (pencocokan) dan identifikasi alternatif strategi yang harus dipertimbangkan organisasi untuk diimplementasikan. 4) Tentukan nilai daya tarik (Attractiveness Scores-AS) yaitu angka yang mengidentifikasikan daya tarik relatif dari masing-masing stategi dalam set alternatif tertentu. Nilai daya tarik harus diberikan untuk masing-masing strategi untuk mengidentifikasikan daya tarik relatif dari satu strategi atas strategi lainnya, dengan mempertimbangkan faktor tertentu. 1 = tidak menarik 2 = agak menarik 3 = cukup menarik 4 = sangat menarik 5) Hitunglah total nilai daya tarik (Total Attractiveness scores-TAS) yang didapat dalam masing-masing baris. Total nilai daya tarik mengindikasikan daya tarik relatif dari masing-masing alternatif strategi, dengan hanya mempertimbangkan pengaruh faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal terdekat. 6) Hitung penjumlahan total nilai daya tarik. Tambahkan total nilai daya tarik (TAS) dalam masing-masing kolom dari QSPM. Penjumlahan total nilai daya tarik mengungkapkan strategi mana yang paling menarik dari setiap set alternatif. Nilai yang lebih tinggi mengindikasikan strategi yang lebih menarik, mempertimbangkan semua faktor internal dan eksternal yang relevan yang dapat mempengaruhi keputusan strategis. 43 Tabel 12. Matriks QSP Faktor-faktor Sukses Kritis Bobot Strategi 1 AS TAS Alternatif Strategi Strategi 2 Strategi 3 AS TAS AS TAS Faktor-faktor Kunci Internal 1. 2. ….. Total Bobot 1,0 Faktor-faktor Kunci Eksternal 1. 2. ….. Total Bobot 1,0 Jumlah Nilai TAS Sumber: David, 2006 44 V. GAMBARAN UMUM USAHA 5.1. Gambaran Umum Wilayah 5.1.1. Kondisi Fisik Desa Ciburuy Pelaksanaan unit usaha pupuk organik Koperasi Lisung Kiwari terletak di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Desa Ciburuy memiliki iklim yang cukup sejuk dikarenakan berada di kaki gunung salak. Desa Ciburuy terletak pada ketinggian 600 meter di atas permukaan laut. Suhu rata-rata sepanjang tahun di Desa Ciburuy berkisar antara 230-320 Celcius dan memiliki curah hujan rata-rata sepanjang tahun sebesar 3000-4000 mm. Jarak menuju ibukota provinsi di Bandung sejauh 120 km, sedangkan jarak menuju ibukota negara di jakarta sejauh 81 km. Berdasarkan keadaan iklim dan kondisi fisik yang ada, pengusahaan pupuk kompos sesuai untuk diusahakan di Desa Ciburuy. Batas wilayah Desa Ciburuy adalah sebagai berikut: Sebelah utara : Desa Muara Jaya Sebelah timur : Desa Sorogol Sebelah barat : Desa Cisalada Sebelah selatan : Desa Cigombong 5.1.2. Potensi Pertanian Desa Ciburuy memiliki luas wilayah sebesar 160 Ha, terdiri dari lahan darat seluas 73 Ha dan lahan pertanian seluas 87 Ha. Penggunaan lahan pertanian di Desa Ciburuy digunakan untuk persawahan dengan komoditas utama yang diusahakan petani adalah padi sawah organik sebesar 90 persen atau seluas 78,3 Ha. Sisanya dimanfaatkan untuk budidaya peternakan dan ikan air tawar serta penangkaran benih padi. Pemanfaatan lahan darat di Desa Ciburuy digunakan untuk pemukiman, sekolah, fasilitas publik, dan bangunan-bangunan usaha seperti lahan processing beras SAE, lantai penjemuran serta lahan usaha pembuatan pupuk kompos OFER. Proses bercocok tanam padi di daerah Ciburuy dapat dilakukan sebanyak 2-3 kali dalam setahun dengan produktivitas berkisar 7 ton per Ha padi kering panen. Padi yang dihasilkan ini merupakan padi organik. Total keseluruhan padi organik yang dihasilkan di Desa Ciburuy sebesar 548,1 ton padi kering panen. 45 Berdasarkan pengalaman bertani selama ini, total jerami yang dihasilkan sebesar tiga kali lipat dari hasil gabah padi, artinya terdapat sebesar 21 ton per Ha atau 1644,3 ton jerami padi yang tersedia setiap kali panen. Rendemen kompos yang dibuat dari jerami kurang lebih 60% dari bobot awal jerami, sehingga kompos jerami yang dapat dihasilkan dalam satu Ha lahan sawah adalah sebesar 12,6 ton per Ha. Apabila seluruh jerami yang tersedia dibuat kompos akan dihasilkan kompos sebanyak 986,58 ton di Desa Ciburuy. Oleh karena itu Desa Ciburuy berpotensi dalam mengusahakan pembuatan pupuk kompos. 5.2. Gambaran Umum Usaha 5.2.1. Sejarah dan Perkembangan Usaha Pada tahun 2002 Gapoktan Silih Asih mulai menjalin mitra dengan LPS di bawah Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan Dompet Dhuafa Republika. Gapoktan Silih Asih merupakan gabungan dari 11 kelompok tani di Desa Ciburuy yang bergerak di bidang usahatani padi bebas pestisida yang digarap oleh 6 kelompok tani dan sisanya bergerak pada bidang perikanan serta benih padi. Adanya kebutuhan sarana produksi pertanian bagi seluruh petani yang tergabung sebagai anggota gapoktan menjadi dasar dalam pengembangan pertanian organik pada subsektor penyediaan input terutama komoditi pupuk organik. Dalam upaya mewujudkan kemudahan dan kemandirian petani secara bersama pada subsektor penyediaan input, dibentuklah kelompok swadaya berupa koperasi yang dikenal dengan nama Koperasi Lisung Kiwari dengan nomor 518/03/BH/KPTS/KANKOP/2005 yang beralamat di Kampung Ciburuy RT 02/RW 02 Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor. Salah satu unit usaha Koperasi Lisung Kiwari untuk mengembangkan pertanian organik . yaitu pengusahaan pupuk kompos dengan merk OFER (Organic Fertilizer). Pelaksanaan unit usaha pupuk OFER sendiri mendapat bantuan dari pihak LPS melalui program pembinaan dan bantuan pemasaran. Pihak LPS mengadakan pelatihan pembuatan pupuk kompos secara berkala sehingga petani dapat memenuhi kebutuhannya sendiri akan pupuk. Hal ini penting untuk dilakukan mengingat komponen yang paling berpengaruh di tingkat pertanian adalah pupuk. Pola pembinaan yang dilaksanakan mencakup tiga hal, yaitu quality control, kuota 46 pembuatan yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing cluster dan pemilihan bahan baku. Pembinaan pelatihan dilaksanakan hingga akhir tahun 2003. Pada masa pembinaan berlangsung, upaya memperbaiki kualitas terus dilakukan. Salah satunya dengan mencoba melakukan pengemasan sehingga pupuk tidak hanya berkualitas tetapi juga kontinuitas dan memiliki daya tahan yang lebih lama. Selain digunakan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, Kelebihan pupuk yang sudah tidak terpakai di pasarkan di wilayah sekitar. Hasilnya pupuk kompos produksi petani binaan LPS mendapat respons yang cukup baik di pasaran sehingga membuka peluang untuk pengusahaan pupuk kompos. LPS pun melakukan upaya penguatan posisi pupuk kompos di pasaran agar memperoleh hak paten dengan cara mendaftarkan pupuk kompos ke lembaga Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) untuk merk dagang Organic Fertilizer (OFER). Pada tahun 2004 pengusahaan pupuk kompos OFER mulai dijalankan secara komersial. 5.2.2. Pengadaan Input Bahan baku utama yang digunakan adalah bahan-bahan yang berasal dari limbah pertanian seperti jerami, arang sekam, dedak halus, serta campuran kotoran sapi. Unit usaha Koperasi Lisung Kiwari memperoleh bahan baku utama berupa limbah pertanian secara gratis dari sisa panen padi yang dihasilkan para petani anggota gapoktan di Desa Ciburuy. Sedangkan kotoran sapi sebagai bahan baku campuran diperoleh dari PT Karyana-Cicurug. PT Karyana-Cicurug merupakan perusahaan skala besar yang menyediakan tiga jenis kotoran sapi atau pupuk kandang terdiri dari grade satu dengan kadar air paling rendah hingga grade tiga dengan kadar air paling tinggi (basah). Jenis pupuk kandang yang digunakan oleh unit usaha KKT Lisung Kiwari yaitu kotoran sapi grade dua dengan harga Rp3.000 per karung (30 kg). Bahan baku tambahan seperti molase, kapur pertanian, serta EM4 diperoleh dari toko pertanian. 5.2.3. Proses Produksi Pembuatan pupuk organik dapat dilakukan secara tradisional dan dengan teknologi pengomposan. Pembuatan pupuk organik dengan cara tradisional membutuhkan waktu berbulan-bulan karena bahan-bahan organik dibiarkan 47 melapuk dengan sendirinya sehingga proses fermentasi yang berlangsung secara alami. Pada pembuatan pupuk organik dengan teknologi pengomposan proses fermentasi dapat dipercepat dengan cara menambahkan bahan lain yang disebut aktivator. Aktivator merupakan bahan bagi bakteri pengurai yang terdiri dari enzim, asam humat bahan, dan mikroorganisme (kultur bakteri). Pada unit usaha Koperasi Lisung Kiwari pembuatan pupuk kompos dilakukan dengan bantuan aktivator Effective microorganism (EM4). Keunggulan yang dimiliki EM4 yaitu dapat meningkatkan fermentasi limbah organik dan kotoran ternak hingga lingkungan menjadi tidak bau, meningkatkan ketersediaan unsur hara untuk tanaman, serta menekan pertumbuhan mikroorganisme pathogen tanah. Proses pengomposan pupuk kompos OFER diproduksi dengan sistem aerob (menggunakan oksigen), dimana mikroba menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi bahan organik. Proses dekomposisi dapat juga terjadi tanpa menggunakan oksigen yang disebut proses anaerob. Pengomposan secara anaerob memanfaatkan mikroorganisme yang tidak membutuhkan udara dalam mendegradasi bahan organik. Namun, pada proses ini akan dihasilkan bau yang tidak sedap. Kegiatan pengusahaan pupuk kompos OFER ini secara umum meliputi persiapan lokasi pembuatan, pemilihan bahan, pemotongan bahan, penumpukan bahan, pengayaan, pembalikan, pengayakan, dan pengemasan. Metode pembuatan pupuk kompos OFER dilakukan dengan cara ditumpuk berlapis-lapis pada areal terbuka dan ternaungi. Semua tahap kegiatan dilakukan secara manual dengan peralatan yang tergolong sederhana (cangkul, sekop, ember dsb). Mesin yang digunakan pada usaha ini hanya mesin pencacah jerami atau chopper sehingga pemotongan jerami tidak lagi dilakukan secara manual dengan golok. Jangka waktu pembuatan pupuk kompos untuk satu siklus produksi selama 7 hari, dimana hari sabtu dijadikan patokan mulai produksi dan. Dalam satu siklus produksi menggunakan empat lantai petakan pengomposan ukuran 5x2,5 m dengan kapasitas satu ton untuk setiap petak sehingga total kapasitas produksi sebesar 16 ton per bulan. Tenaga kerja berasal dari petani anggota gapoktan silih asih yang terdiri dari tiga orang tenaga kerja yaitu mengaduk dengan mengolah, mengayak, dan menimbang sekaligus mengemas. 48 1) Persiapan bahan dan lokasi Bahan-bahan yang akan digunakan dipersiapkan dekat tempat pengomposan agar mudah dan mempercepat waktu pengolahan. Selain bahan baku juga perlu disiapkan cangkul untuk mengaduk dan ember untuk menyiram serta karung goni atau plastik yang berlubang untuk menutupi tumpukan. Lokasi pengomposan yang dimiliki unit usaha Lisung Kiwari terdiri dari lahan pengomposan ukuran 5x10 m dan dua buah gudang untuk penyimpanan bahan baku dan kompos siap jual. Lokasi pengomposan dinaungi dengan atap dari genteng, seng, nipah, atau bahan lainnya untuk menghindari curah hujan. Lahan pengomposan unit usaha KKT Lisung Kiwari memiliki empat petakan atau bedengan yang berdampingan dengan panjang 5 m, lebar 2,5 m dan tinggi 30 cm untuk setiap petakan yang berkapasitas satu ton. 2) Pemilihan bahan Dalam pembuatan pupuk kompos bahan baku yang baik digunakan adalah bahan dengan kandungan C/N ratio cukup rendah yang idealnya bernilai antara 20-30 C/N ratio karena mudah melapuk dan terdekomposisi. Apabila nilai C/N ratio suatu bahan semakin tinggi maka semakin lambat bahan tersebut untuk diubah menjadi kompos. Pada pengusahaan pupuk kompos OFER bahan baku yang dipilih adalah bahan-bahan yang berasal dari limbah pertanian seperti jerami kering, arang sekam, dan dedak halus, serta kotoran sapi yang relatif sudah matang sebagai bahan campuran dari limbah peternakan. Unit usaha Lisung Kiwari memilih menggunakan bahan-bahan dari limbah pertanian karena potensi jerami yang begitu besar di Desa Ciburuy sehingga berpeluang untuk dapat dimanfaatkan menjadi pupuk kompos walaupun kandungan nilai C/N ratio pada jerami cukup besar senilai 80 C/N ratio. Kandungan nilai C/N ratio yang tinggi tersebut disiasati dengan mencampur bahan lain yang nilai C/N ratio-nya rendah agar dapat mempersingkat laju pengomposan. Bahan yang digunakan adalah kotoran sapi sebagai bahan campurannya karena memiliki kandungan nilai C/N ratio yang rendah sebesar 20 C/N ratio. Apabila pengadaan bahan baku berupa sekam bakar sulit diperoleh maka dapat diganti dengan abu gosok yang relatif mudah diperoleh di daerah 49 perdesaan. Pemilihan bahan-bahan tersebut mampu menghasilkan pupuk kompos yang bermutu dan berkualitas sehingga nilai jualnya menjadi lebih tinggi. 3) Pemotongan bahan Bahan-bahan organik yang digunakan dipotong atau dicacah menjadi berukuran kecil dan seragam agar proses pengomposan berlangsung cepat. Ukuran potongan ± 5-10 cm. ukuran yang kecil memudahkan mikroba atau bakteri untuk merombak bahan-bahan tersebut sehingga proses fermentasi berlangsung lebih cepat. Pada pembuatan pupuk kompos OFER sudah menggunakan mesin chopper. 4) Penumpukan bahan dan pengolahan adonan Pembuatan pupuk kompos dilakukan dengan cara menumpuk bahan-bahan secara berlapis-lapis. Bahan-bahan ditimbun dengan ketinggian tertentu yaitu untuk dataran rendah sekitar 15-20 cm sedangkan untuk dataran menengah hingga tinggi sebaiknya lebih dari 20 cm. Hal tersebut dilakukan untuk memperoleh kondisi suhu adonan yang optimum. Lapisan paling dasar yaitu kotoran sapi yang disebar dan diratakan terlebih dahulu kemudian diatasnya ditaburkan sekam bakar diikuti jerami, dedak dan dolomit sebagai bahan terakhir. Bahan-bahan yang telah ditumpuk disiram perlahan-lahan dengan larutan kultur bakteri (larutan bioaktivator, molase, dan air) dan diaduk dengan sekop secara merata. Dalam penumpukan bahan, aerasi atau pergerakan udara dalam timbunan harus tetap dipertahankan agar jasad pembusuk atau mikroba mendapat suplai oksigen atau udara yang dibutuhkan untuk hidup (aerob) dan aktivitas pelapukan. Bila tidak tersedia oksigen dan tumpukan tidak menghasilkan suhu yang ideal, maka pelapukan atau fermentasi akan gagal dan terjadi pembusukan yang tidak diharapkan oleh bakteri-bakteri anaerob. 5) Pengayaan (enrichment) Pengayaan dimaksudkan sebagai penambahan bahan lain misal, bahan yang mengandung hara dan nutrisi lebih banyak. Bahan-bahan kompos dapat diperkaya dengan penambahan kapur pertanian (dolomit), molase, serbuk gergaji, tepung tulang dan sebagainya. Disamping untuk memperkaya, penambahan bahan ini dapat mempercepat pengomposan. Pengayaan yang dilakukan pada pembuatan pupuk kompos yaitu menyiram kembali tumpukan bahan dengan larutan kultur 50 bakteri sekali lagi. Setelah itu, gundukkan adonan ditutup dengan karung goni atau plastik berlubang selama sekitar 5 hari agar aerasi berjalan lancar. 6) Pembalikan berulang Tumpukan adonan bahan-bahan dibiarkan selama ± 5-6 hari. Setiap dua hari sekali dilakukan pembalikan dan diaduk secara merata agar suhu tetap terkontrol. Bila suhu terlalu tinggi harus segera diaduk dan dibalik lagi sehingga suhu tetap optimum berada pada kisaran 40-450C. Disamping itu kandungan air diusahakan mencapai 30 persen yaitu bila dikepal dengan tangan air tidak keluar dari adonan dan bila dilepas akan megar. 7) Pengayakan Pupuk kompos yang telah jadi dimana proses dekomposisi sudah relatif berhenti indikatornya adalah perkembangan suhu dari gundukan adonan yang semakin menurun. Setelah terfermentasi selama 4-7 hari, adonan kompos siap dikemas dan digunakan sebagai pupuk organik. Ciri-ciri dari bahan-bahan yang sudah menjadi kompos yaitu warna berubah mendekati kehitaman dan teksturnya remah atau mudah diayak. Pupuk kompos yang siap kemas sebaiknya diayak terlebih dahulu agar kualitas pupuk kompos menjadi lebih baik dan butiran pupuk kompos menjadi halus dan merata. Pengayakan dilakukan dengan menggunakan saringan kawat atau kawat ram berlubang diameter 0,5-1 cm. Pada unit usaha pengomposan Koperasi Lisung Kiwari perlu melakukan pengayakan karena kompos yang dihasilkan bertujuan komersil sehingga kualitas menjadi sangat penting untuk diperhatikan. 8) Pengemasan Pupuk kompos OFER dikemas dengan karung standar berlabel yang terdapat kemasan plastik didalamnya (inner bag). Hal tersebut dilakukan agar kadar air atau kelembaban pupuk kompos OFER tetap terjaga dan tidak mudah kering. Oleh karena itu pupuk kompos OFER memiliki ketahanan produk yang cukup kuat untuk penggunaan dan penyimpanan dalam jangka panjang. 5.2.4. Pemasaran Kemitraan dalam pemasaran dilakukan dengan Lembaga Pertanian Sehat. Lembaga Pertanian Sehat (LPS) berperan sebagai lembaga saluran pemasaran dan 51 distribusi produk yang dihasilkan petani binaan disamping pemberdayaan petani dalam membangun komunitas petani dan melatih, membina serta mengembangkan produk pertanian sehat yang mudah diaplikasikan oleh petani. Sasaran pasar pupuk kompos OFER yang dibidik oleh LPS adalah konsumen kelas hobies tanaman hias dan beberapa cluster petani binaan LPS serta seluruh elemen masyarakat yang peduli akan terciptanya pertanian yang sehat, baik itu para petani di pedesaan maupun masyarakat kota. Pemasaran pupuk OFER sendiri secara umum dibagi menjadi dua,yaitu segmen pasar eksternal dan pasar internal. Ruang lingkup pasar eksternal mencakup agen, retail, dan pelaku usaha tanaman hias yang tersebar di wilayah Bogor dan Jakarta. Sedangkan ruang lingkup pasar internal mencakup lima cluster petani oragnik binaan LPS yang berada di Cianjur, Karawang dan Brebes. 52 VI. ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN Analisis lingkungan merupakan salah satu proses yang harus dilakukan dalam manajemen strategis yang bertujuan untuk mengidentifikasi lingkungan usaha. Pada umumnya, lingkungan usaha terdiri dari lingkungan internal dan eksternal. Lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan jauh dan lingkungan industri. 6.1. Analisis Lingkungan Internal Lingkungan internal merupakan lingkungan yang berada didalam perusahaan, serta berpengaruh langsung terhadap arah dan tindakan perusahaan. Analisis lingkungan internal dilakukan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari. Faktor-faktor internal yang dianalisis meliputi aspek manajemen dan sumber daya manusia, pemasaran, keuangan dan akuntansi, produksi dan operasi, serta penelitian dan pengembangan. 6.1.1. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk menganalisis fungsi manajemen unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari, terdapat beberapa aspek yang perlu dikaji, antara lain aspek perencanaan, pengorganisasian, pemberian motivasi, pengelolaan staf, dan aspek penegendalian. 1) Perencanaan Saat ini unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari belum memiliki perencanaan tertulis baik untuk jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. Hal ini terlihat dari belum adanya pernyataan visi, misi, dan tujuan unit usaha pupuk OFER yang dirumuskan secara tertulis, jelas, dan spesifik. Meskipun demikian, kondisi ini tidak mempengaruhi kepala unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari untuk mengembangkan usahanya. Hal ini terlihat dari keputusan yang diambil pada saat akan meningkatkan memperhatikan produksi pupuk organiknya, dimana permintaan pasar terhadap produk pupuk OFER. Oleh karena itu, saat ini penjualan produk pupuk OFER semakin meningkat, bahkan cenderung terjadi kelebihan permintaan pasar. 53 2) Pengorganisasian Sejak didirikannya Koperasi Lisung Kiwari awal tahun 2005, pengusahaan pupuk kompos ini telah menjadi bagian dari salah satu unit usaha yang terdapat didalamnya. Kegiatan usaha Koperasi Lisung Kiwari meliputi unit usaha simpan pinjam, unit usaha sembako, unit usaha sarana produksi pertanian, unit usaha peternakan, unit usaha perikanan, unit usaha beras organik, serta unit usaha pembayaran telepon dan listrik. Unit usaha pupuk kompos sebagai bagian dari unit sarana produksi pertanian telah memiliki struktur organisasi yang formal namun masih terbilang sederhana karena skala usaha tergolong masih kecil sehingga manajemen ditangani secara bersama oleh pengurus koperasi. Meskipun tanpa struktur organisasi yang lengkap, unit usaha telah memiliki pembagian tugas yang jelas. Dalam pengoperasiannya, unit usaha ini di pimpin oleh seorang pengelola. Jumlah tenaga kerja produksi yang dimiliki unit usaha saat ini hanya berjumlah tiga orang. Secara singkat alur struktur organisasi Koperasi Lisung Kiwari dapat dilihat pada Gambar 8. Koperasi Lisung Kiwari Unit usaha simpan pinjam Unit usaha sembako Unit usaha pembayaran telepon dan listrik Unit usaha peternakan Unit usaha saprotan Unit usaha OFER Unit usaha perikanan Unit busaha beras organik Unit usaha penyediaan saprotan Gambar 8. Struktur Organisasi Koperasi Lisung Kiwari Sumber : Koperasi Lisung Kiwari 2010 Dalam menjalankan operasionalisasi unit usaha pupuk OFER, kepala unit usaha pupuk OFER menerapkan pendekatan top down, dimana seluruh 54 komando dilakukan langsung oleh kepala unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari, kemudian pekerja di bawahnya hanya melaksanakan hal-hal yang telah direncanakan. Meskipun pendekatan yang dilakukan oleh kepala unit usaha pupuk OFER lebih bersifat top down dalam operasionalisasinya, kepala unit usaha tidak menganggap karyawan sebagai bawahan melainkan sebagai rekan kerja. Hal ini karena peran serta karyawan juga terlibat dalam keberhasilan suatu usaha. Salah satu tindakan yang dilakukan oleh kepala unit usaha untuk meningkatkan motivasi karyawan adalah dengan cara melibatkan diri untuk ikut serta dalam proses produksi dan dengan cara melakukan diskusi tentang proses produksi yang dilakukan. Pemberian motivasi terhadap karyawan penting dilakukan karena terkait dengan loyalitas para karyawan terhadap unit usaha pupuk OFER sehingga para karyawan tetap merasa nyaman selama bekerja. 3) Pengelolaan Staf Pengelolaan staf dalam sebuah perusahaan terkait dengan budaya atau iklim kerja yang diterapkan oleh perusahaan tertentu. Budaya atau iklim kerja dalam kumpulan nilai, harapan, serta kebiasaan masing-masing orang yang ada di perusahaan tersebut yang pada umumnya tetap dipertahankan dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Dalam unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari, budaya atau iklim kerja yang terjadi lebih cenderung ke arah kekeluargaan. Oleh karena itu, komunikasi yang terjalin antara kepala unit usaha pupuk OFER kepada para karyawannya tidak bersifat kaku sehinggga kondisi seperti ini memudahkan kepala unit usaha pupuk OFER dalam memberikan tugas kepada karyawan atau sebaliknya, jika para karyawan ingin menyampaikan sesuatu kepada kepala unit usaha yang terkait dengan masalah kerja. 4) Pengendalian Pada umumnya, pihak unit usaha pupuk OFER melakukan pengendalian hanya terbatas pada bidang produksi saja, khususnya dalam hal pengadaan bahan baku dan pengolahan. Pengendalian dalam hal pengadaan bahan baku penting dilakukan karena terkait langsung dengan proses 55 produksi pembuatan pupuk OFER sehingga kontinuitas pembuatan pupuk tetap terjaga. Sama halnya dengan pengadaan bahan baku, pengendalian dalam pengolahan juga penting dilakukan karena terkait dengan kualitas atau mutu pupuk organik yang dihasilkan. Keberhasilan sebuah perusahaan dalam menjalankan bisnisnya, juga karena ditunjang oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki. Oleh karena itu, pentingnya bagi setiap perusahaan untuk menjaga loyalitas tenaga kerja sebab secara tidak langsung tenaga kerja juga berperan serta dalam menentukan pertumbuhan perusahaan. Secara umum, perekrutan tenaga kerja pada unit usaha pupuk OFER tidak melalui prosedur yang formal dan terstruktur. Selain itu, tidak ada persyaratan atau kualifikasi khusus yang mengharuskan setiap calon tenaga kerja memiliki keterampilan tentang cara pembuatan pupuk organik. Satu hal terpenting yang harus dimiliki oleh calon tenaga kerja unit usaha pupuk OFER adalah semangat kerja yang tinggi, ulet, dan cekatan dalam melakukan setiap pekerjaan. Di samping itu, tenaga kerja yang dibutuhkan oleh unit usaha pupuk OFER tidak dituntut untuk memiliki pendidikan yang tinggi. Oleh karena itu, biasanya pihak unit usaha pupuk OFER akan melakukan training kepada tenaga kerja. 6.1.2. Pemasaran Pemasaran merupakan proses mendefinisikan, mengantisipasi, menciptakan, serta memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan atas barang dan jasa. Pemasaran terkait dengan bauran pemasaran, yaitu aspek produk, harga, distribusi, dan aspek promosi. Bauran pemasaran dari yang paling diutamakan yaitu produk, harga, promosi, dan distribusi. Produk mendapat prioritas pemasaran pertama karena bagi unit usaha dan LPS, produk merupakan cerminan nilai yang akan didapatkan konsumen sebagai pelaku pengambil keputusan pembelian. Ketika produk yang ditawarkan berkualitas maka konsumen akan rela mengeluarkan biaya yang lebih untuk mendapatkan produk tersebut karena nilai yang didapatkan akan lebih besar dibanding biaya yang dikeluarkannya. Harga merupakan prioritas pemasaran kedua karena ketika produk menghadapi kondisi persaingan maka harga yang ditawarkan juga harus mampu bersaing di pasaran pada tingkat produk sekelas. Setelah itu promosi dan distribusi dengan urutan 56 prioritas paling akhir. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai masing-masing bauran pemasaran pada unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari: 1) Produk Dalam hal produk, pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari memiliki kualitas yang lebih bagus dibandingkan produk pesaing baik dari segi kemasan, isi maupun keamanan produk. Kemasan pupuk OFER berupa karung standar berlabel yang terdapat kemasan plastik di dalamnya. Pupuk OFER memiliki kandungan unsur mikro cukup lengkap untuk standar hidup tanaman. Aplikasi penggunaan cukup tiga kali, sedangkan pupuk kompos lain bisa sampai enam kali setiap musim tanam. Dari segi keamanan produk, apabila penggunaan pupuk kompos ini tidak sesuai dengan dosis yang dianjurkan maka tidak akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman namun dari segi ekonomi akan terjadi pemborosan. Pupuk kompos produksi unit usaha binaan LPS juga telah memenuhi standar mutu produk organik baik secara prinsip maupun formal. Secara prinsip, standar pupuk kompos ini telah berpegang pada pengelolaan proses produksi yang alami dengan menjaga keanekaragaman dan kesinambungan alam serta ekosistem di sekitarnya sehingga menjadi produk pertanian sehat dan ramah lingkungan. Sedangkan secara formal, pupuk kompos ini telah mendapat pengakuan formal dari lembaga sertifikasi yang kredibel dan kompeten untuk memberikan pengesahan keorganikan melalui mekanisme uji standar lapangan dan laboratorium. Sertifikasi produk yang dilakukan oleh LPS terdiri dari analisa kandungan hara oleh Balai Penelitian Biogen dan perolehan hak paten teknologi pengomposan ini ke lembaga Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) dengan merk dagang OFER (Organic Fertilizer). Pelabelan diperlukan untuk memberikan kepastian pada konsumen terhadap produk yang dikonsumsinya, dapat meningkatkan citra mutu dan nilai jual produk organik. 2) Harga Harga merupakan satu-satunya unsur dari bauran pemasaran yang menghasilkan penerimaan bagi perusahaan, sedangkan yang lainnya menimbulkan biaya. Harga juga dapat menunjukkan posisi perusahaan dalam persaingan. Menurut Umar (2008), penetapan harga yang dilakukan oleh sebuah perusahaan, pada umumnya didasarkan oleh empat pendekatan, yaitu (1) Berdasarkan biaya, 57 yaitu dengan memberikan atau menambahkan suatu ‘mark up’ baku untuk labanya; (2) Analisis pulang pokok, yaitu penggunaan konsep bagan pulangpokok yang menunjukkan total biaya dan jumlah pendapatan yang diharapkan pada beberapa tingkat volume penjualan sehingga titik potong antara kedua kurva merupakan merupakan volume pulang pokok; (3) Berdasarkan persepsi pembeli, yaitu melakukan survei untuk harga barang yang sama oleh beberapa penjual yang ditanyakan langsung kepada konsumen; dan (4) Berdasarkan persaingan, yaitu penetapan harga dilakukan setelah meneliti harga yang ditetapkan oleh para pesaing dekatnya. Penetapan harga pupuk OFER sendiri berdasarkan biaya, serta memperhatikan harga para pesaing di pasaran. Dalam penjualan pupuk kompos, harga yang ditawarkan unit usaha berbeda antara tingkat eceran dan distributor. Pada tingkat eceran, harga jual pupuk kompos sebesar Rp600,- per kg dengan karung biasa tanpa merk. Penjualan pada tingkat eceran terjadi pada dua tahun awal produksinya. Dimana pada saat itu permintaan yang terjadi dari LPS masih tidak menentu sehingga sisa produk dari kuota pembuatan dijual secara eceran di sekitar lingkungan. Sedangkan sejak tahun 2008 hingga saat ini, penjualan seluruhnya telah mampu diserap oleh LPS sebagai satu-satunya mitra pemasaran unit usaha ini. Permintaan yang terjadi di tingkat LPS sangat besar sehingga LPS membeli seluruh produk sesuai kuota pembuatan unit usaha. Namun pembelian yang dilakukan oleh LPS hanya sebatas pupuk komposnya saja. Hal ini dikarenakan karung berlabel yang digunakan berasal dari LPS sehingga harga jual yang ditawarkan unit usaha kepada LPS hanya sebesar harga curah yaitu Rp 450,- per kg. Dalam hal ini, LPS membayarkan upah pengemasan sesuai standar upah tenaga kerja unit usaha yaitu Rp 30.000,- per HOK. Sistem kemitraan yang dijalankan dengan LPS membuat unit usaha ini mendapatkan kepastian dalam harga jual pupuk kompos. Hal ini dikarenakan sistem kemitraan yang dijalin mencakup quality control oleh LPS sendiri sehingga pengurangan harga jual akibat kualitas yang menurun tidak mungkin terjadi. Walaupun harga jual di tingkat unit usaha sebesar Rp450,- per kg jauh lebih murah dibanding harga jual LPS sebesar Rp1.050,- per kg, namun unit usaha masih dapat meraup keuntungan karena banyaknya biaya-biaya lain yang tidak 58 dikeluarkan oleh unit usaha seperti biaya sertifikasi, biaya promosi, biaya transportasi, dan biaya kemasan. Jika dilihat di tingkat distributor, pesaing terdekat bagi LPS adalah pupuk kompos produksi kelompok tani Antanan di Cimande. Pupuk kompos produksi Antanan terbilang produk saingan pada tingkatan yang sama karena dari segi harga ataupun kualitas tidak begitu jauh berbeda. Namun jika dilihat perbandingan harganya, harga agen pupuk kompos yang ditawarkan LPS sebesar Rp21.000,- per karung (20 kg) sedangkan harga agen pupuk kompos yang ditawarkan Antanan sebesar Rp20.000,- per karung (20 kg), artinya harga agen pupuk kompos LPS lebih mahal Rp1.000,- per karung dibanding pupuk Antanan. Hal ini kemasan yang berasal dari LPS menggunakan karung standar berlabel yang dicetak dan terdapat kemasan plastik didalamnya (inner bag) sedangkan pupuk antanan hanya menggunakan karung bekas. Kondisi tersebut dirasa menguntungkan bagi unit usaha karena kualitasnya tetap terjaga dan memiliki daya tahan lebih lama dibanding pupuk kompos Antanan tanpa mesti mengeluarkan biaya pengemasan sehingga pupuk kompos unit usaha ini tetap menjadi produk unggulan. Dengan demikian, unggulnya produk kompos ini di tingkat distributor secara tidak langsung dapat menjaga kuota pemesanan pupuk kompos kepada unit usaha. 3) Distribusi Distribusi merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh sebuah perusahaan untuk menyalurkan, mengirimkan, serta menyampaikan barang yang dipasarkannya kepada konsumen. Menurut Umar (2008), biasanya hampir sebagian besar perusahaan atau seorang produsen menggunakan perantara pemasaran untuk memasarkan produknya dengan cara membangun suatu saluran distribusi, yaitu sekelompok organisasi yang saling tergantung dalam keterlibatan mereka pada proses yang memungkinkan suatu produk atau jasa tersedia untuk digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen atau pengguna industrial. Pemasaran produk pupuk kompos dilakukan melalui tiga saluran distribusi yaitu (1) unit usaha OFER Koperasi Lisung Kiwari – konsumen akhir, (2) unit usaha OFER Koperasi Lisung Kiwari – Lembaga Pertanian Sehat (LPS) – pasar internal – cluster petani organik binaan dan (3) unit usaha OFER Koperasi Lisung Kiwari – Lembaga Pertanian Sehat (LPS) – pasar eksternal – agen/retail – 59 konsumen akhir. Skema saluran distribusi pemasaran produk unit usaha OFER Koperasi Lisung Kiwari dapat dilihat pada Gambar 9. Pada saluran distribusi tersebut, unit usaha juga menjual seluruh hasil produksinya kepada LPS sebagai mitra pemasarannya lalu dijual kepada pasar agen atau retail untuk kemudian disalurkan kembali hingga konsumen akhir. LPS membagi pasar produk pupuk kompos ini menjadi dua bagian yaitu pasar internal dan pasar eksternal. Pada pasar internal, LPS menjual produk pupuk kompos kepada petani-petani binaan mereka yang belum mampu memenuhi kebutuhan pupuk komposnya sendiri. Petani binaan LPS merupakan petani yang konsen dalam bidang pertanian organik sehingga mengutamakan pemakaian pupuk kompos daripada urea. Sedangkan pada pasar eksternal, LPS menjual kepada agen, retail atau toko-toko pertanian, dan pelaku usaha tanaman hias untuk dijual kembali kepada konsumen akhir. Konsumen Unit Usaha OFER Koperasi Lisung Kiwari Lembaga Pertanian Sehat (LPS) Cluster Petani Binaan Retail/Toko, Nursery, dll. Konsumen Gambar 9. Skema Saluran Distribusi Pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari Sumber : Koperasi Lisung Kiwari 2010 4) Promosi Menurut Umar (2008), pemasaran tidak hanya membicarakan produk, harga produk, dan pendistribusian produk tetapi juga mengkomunikasikan produk ini kepada masyarakat agar produk dikenal dan akhirnya melakukan pembelian terhadap produk tersebut. Dalam hal promosi, LPS melakukan penyebaran news letter atau pamflet pada toko mitra, website, dan promosi dari mulut ke mulut (word of mouth) melalui jejaring cluster petani. Hal ini perlu dilakukan dalam upaya memperkecil barrier informasi dan memberikan awareness kepada masyarakat serta menciptakan pasar bagi produk organik. Dalam hal distribusi, pupuk kompos ini dipasarkan di pusat kota yang terbilang strategis dan beberapa 60 daerah lainnya yang masih berada dalam jangkauan konsumen. Distribusi dari unit usaha ke agen dan retail dilakukan dengan bantuan pihak LPS untuk kemudian disalurkan kepada konsumen akhir. Berkaitan dengan segmentasi, target dan positioning pupuk OFER, Koperasi Lisung kiwari telah menperhatikan hal tersebut. Adapun pemaparannya adalah sebagai berikut: 1) Segmentation Pupuk OFER memiliki segmen pasar mulai dari kalangan bawah hingga kalangan atas yang menekuni pertanian organik, baik petani di pedesaan hingga para penggemar tanaman hias di perkotaan. Harga yang terjangkau dengan kualitas terjamin membuat produk ini dapat dibeli oleh semua segmen pasar pupuk organik. 2) Targeting Target pasar dari pupuk OFER ini adalah para petani organik dan para pecinta tanaman hias. Petani organik sendiri mulai dari tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. Berkaitan dengan hal ini, kemasan pupuk OFER ada yang 2 kg yang umumnya ditujukan kepada para penggemar tanaman hias dan ada pula yang 20 kg yang ditujukan kepada para pelaku pertanian dengan lahan luas. 3) Positioning Unit usaha pupuk OFER berusaha menciptakan kesan di mata para konsumen bahwa produk mereka adalah sebuah produk pupuk organik yang berkualitas, jauh dari kesan kotoran dan dengan harga yang terjangkau. Oleh karena itu, pihak Koperasi Lisung Kiwari selalu melakukan kontrol terhadap kualitas dan harga di pasaran. Keunggulan ini akan semakin mempermudah penjualan pupuk OFER. Kendala pemasaran yang pernah dihadapi LPS yakni masih kuatnya pandangan dibenak konsumen bahwa semua pupuk kompos di pasaran sama. Hal ini disebabkan input produksi yang digunakan juga sama berasal dari limbah organik sehingga harga pupuk kompos haruslah murah. Sedangkan harga jual pupuk kompos ini relatif tinggi. Upaya untuk mengatasinya yaitu dengan melakukan inovasi nama pada produknya menjadi pupuk kompos OFER (Organic Fertilizer). Hal tersebut dilakukan untuk merubah citra produk sehingga produk 61 tidak hanya dikenal sebagai pupuk kompos biasa tetapi dikenal dengan sebutan pupuk kompos OFER agar laku di pasaran. 6.1.3. Keuangan dan Akuntansi Untuk mendirikan sebuah perusahaan, diperlukan sejumlah modal. Modal ini tidak hanya dalam bentuk uang tetapi juga termasuk lahan, bangunan, dan alatalat produksi yang dimiliki oleh perusahaan. Modal yang digunakan pun dapat berasal dari modal sendiri atau modal pinjaman. Pada unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari, modal awal berasal dari pihak Koperasi Lisung Kiwari sendiri dari hasil usaha beras organik yang telah berhasil. Usaha pupuk organik ini merupakan perluasan usaha dalam pengadaan input pertanian organik. Peminjaman modal tidak dilakukan karena pihak koperasi merasa masih mampu mengadakan kegiatan permodalan sendiri. Sedangkan untuk masalah pengelolaan keuangan belum teralaksana secara rapi dan baik. Keterbatasan sumber daya manusia merupakan penyebab dari kondisi ini. Meskipun demikian, berangsurangsur pihak unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari berusaha membuat suatu sistem pengelolaan yang rapi dan baik. Pembianaan dari pihak LPS dan Dinas Pertanian telah dilakukan untuk mewujudkan sistem keuangan dan akuntansi yang baik. 6.1.4. Produksi dan Operasi Ketersediaan bahan baku secara kontinu merupakan salah satu faktor utama yang harus diperhatikan dalam pembuatan produk tertentu. Dalam proses produksi pembuatan pupuk OFER, bahan-bahan yang dibutuhkan terdiri dari: 1) Bahan Baku Bahan baku utama yang digunakan adalah bahan-bahan yang berasal dari limbah pertanian seperti jerami, arang sekam, dedak halus, serta campuran kotoran sapi. Unit usaha Koperasi Lisung Kiwari memperoleh bahan baku utama berupa limbah pertanian secara gratis dari sisa panen padi yang dihasilkan para petani anggota gapoktan di Desa Ciburuy. Sedangkan kotoran sapi sebagai bahan baku campuran diperoleh dari PT KaryanaCicurug. 62 2) Bahan Penunjang Bahan penunjang dalam proses pembuatan pupuk OFER adalah molase, kapur pertanian/dolomite, serta EM4. Semua bahan penunjang ini mudah didapatkan di toko-toko pertanian. Untuk molase sendiri apabila dalam keadaan terpaksa dapat diganti dengan gula yang dilarutkan dalam air. 3) Pengemasan Kemasan yang digunakan berupa karung standar berlabel yang terdapat kemasan plastik di dalamnya, plastik tersebut berguna untuk mempermudah penyimpanan pupuk OFER sehingga tahan lama. Kemasan sendiri telah disediakan oleh pihak LPS. Akses bahan baku sangat penting diperlukan untuk menjaga keberlangsungan suatu produksi tertentu. Terkait dengan hal tersebut, pihak Koperasi Lisung Kiwari telah mengnatisipasi dengan menyiapkan alternatif penyuplai bahan baku lain, sehingga apabila terjadi kendala pada pemasok utama bahan baku, dalam hal ini PT Karyana, unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari tidak mengalami kesulitan dalam pengadaan bahan baku. Untuk menunjang proses produksi, unit usaha pupuk OFER juga telah melakukan pengadaan mesin chopper untuk mempermudah proses pemotongan jerami. 6.1.5. Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Bidang penelitian dan pengembangan merupakan salah satu bagian dari suatu perusahaan yang memiliki fungsi terkait dengan pengembangan produk baru atau riset pasar. Biasanya perusahaan harus memiliki anggaran biaya tersendiri untuk menjalankan departemen litbangnya sehingga tidak semua perusahaan memilki bidang ini. Pada umumnya, Usaha Kecil Menengah (UKM) tidak memiliki bidang litbang karena adanya keterbatasan tenaga ahli dalam mengelola manajemen perusahaan. Di samping itu, faktor keterbatasan modal juga menjadi penyebab utama sebuah perusahaan tidak memiliki bidang ini. Saat ini unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari belum memiliki bidang litbang. Hal ini karena usaha yang masih berskala kecil hingga menengah biasanya orientasinya hanya terbatas pada bagaimana modal dapat digunakan untuk menjalankan usaha sehingga menghasilkan keuntungan dari penjualan produknya. 63 6.2. Analisis Lingkungan Eksternal Lingkungan eksternal merupakan situasi dan kondisi yang berada di luar perusahaan yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan jauh dan lingkungan industri. Analisis lingkungan eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi faktorfaktor kunci yang menjadi peluang dan ancaman bagi unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari. 6.2.1. Lingkungan Jauh Lingkungan jauh perusahaan terdiri dari faktor-faktor yang bersumber dari luar dan biasanya tidak berhubungan dengan situasi operasional suatu perusahaan tertentu. Faktor-faktor utama yang dianalisis dalam lingkungan jauh yaitu faktor politik, ekonomi, sosial, dan faktor teknologi. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai lingkungan jauh, yaitu: 1) Politik Stabilitas politik dan keamanan merupakan aspek penting yang mempengaruhi iklim usaha di suatu negara. Keadaan politik dan keamanan yang tidak stabil akan memberikan dampak negatif terhadap keberlangsungan suatu usaha karena pelaku usaha merasa tidak nyaman terhadap usaha yang dijalankannya. Kondisi ini juga berlaku sebaliknya. Oleh karena itu, pemerintah sebagai pengambil kebijakan harus mempertimbangkan secara hati-hati terhadap setiap keputusan yang diambilnya. Beberapa kebijakan pemerintah yang dirasakan menunjang usaha pupuk organik di dalam negeri antara lain adanya program “go organic 2010”, kebijakan impor pupuk serta kebijakan harga pupuk. Kebijakan pemerintah lainnya antara lain Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2010 tentang Revitalisasi Industri Pupuk dan Peraturan Menteri Pertanian RI Nomor 32/Permantan/SR. 130/4/2010 tentang Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi. 2) Ekonomi Pada umumnya kondisi ekonomi memiliki pengaruh secara tidak langsung terhadap perkembangan suatu pelaku usaha yang terdapat pada suatu daerah tertentu. Jika kondisi ekonomi cenderung stabil bahkan menunjukkan pertumbuhan ke arah positif maka kondisi tersebut dapat 64 mendukung kelancaran usaha yang berkembang di suatu daerah tertentu dan dapat pula mendorong tumbuhnya kelompok-kelompok usaha yang baru. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor pada tahun 2009 mencapai 6,02%, yang artinya naik dibanding tahun 2008 yang 5,98%. Sedangkan untuk daya beli masyarakat pada tahun 2009 mencapai sebesar Rp606.000,- per kapita per bulan, berarti meningkat secara signifikan sebesar Rp46.000,- dibandingkan dengan tahun 2008 yang hanya sebesar Rp560.000,- per kapita per bulan. Kondisi ini mengungkapkan bahwa kemampuan daya beli masyarakat semakin tinggi pada tahun 2009, sebagai akibat dari meningkatnya pendapatan per kapita maupun akibat terbukanya kesempatan kerja dan peluang kerja yang dapat diraih oleh masyarakat Kabupaten Bogor. Adapun nilai PDRB per kapita pada Tahun 2009 telah mencapai 14,56 juta rupiah, berarti meningkat 16,73% dibandingkan dengan tahun 2008 yang berjumlah sebesar 12,47 juta rupiah per kapita per tahun. Pada bulan Juni 2010 inflasi nasional sendiri sebesar 0,97%.6 3) Sosial Salah satu faktor sosial yang berpotensi terhadap penciptaan pangsa pasar bagi setiap bidang usaha di suatu wilayah adalah peningkatan jumlah penduduk. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di dunia. Menurut Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk Indonesia pada 2010 mencapai 234,2 juta atau naik dibanding jumlah penduduk 2000 yang mencapai 205,1 juta jiwa.7 Tingkat pendidikan masyarakat juga sangat mempengaruhi terhadap bisnis pupuk organik. Kesadaran yang tinggi akan pentingnya kesehatan akan mendorong masyarakat untuk lebih condong ke pertanian organik. 4) Teknologi Perkembangan teknologi yang sangat cepat dapat memberikan kemudahan-kemudahan bagi siapa saja termasuk para pelaku usaha dalam upaya mengembangkan bisnisnya. Kemudahan-kemudahan tersebut dapat dilihat dari dua aspek, yaitu aspek produksi dan aspek pemasaran. 6 http://www.ummatonline.net. Diakses tanggal 9 Agustus 2010. 7 http://www.republika.co.id. Diakses tanggal 9 Agustus 2010. 65 a. Perkembangan Teknologi pada Aspek Produksi Teknologi baru yang diterapkan dalam proses produksi pupuk bokhasi adalah penggunaan mesin chopper untuk melakukan pemotongan jerami sebelum dikomposkan. Dengan adanya mesin chopper proses produksi menjadi lebih mudah karena proses penyiapan bahan menjadi lebih cepat. b. Perkembangan Teknologi pada Aspek Pemasaran Perkembangan teknologi di bidang telekomunikasi, seperti telepon atau hand phone dapat mempermudah komunikasi antara pelaku usaha dengan pemasok bahan baku atau antara pelaku usaha dengan pelanggan ketika melakukan pemesanan produk. Sedangkan perkembangan teknologi di bidang transportasi, seperti jasa pengiriman akan mempercepat pendistribusian dari produsen ke konsumen sehingga akan memperlancar proses pemasaran produk. 6.2.2. Lingkungan Industri Lingkungan industri merupakan lingkungan yang berada di sekitar usaha yang memiliki pengaruh langsung terhadap operasional usaha. Menurut Porter (1991), hakikat persaingan suatu industri dapat dilihat sebagai kombinasi atas lima kekuatan, yaitu persaingan antar perusahaan sejenis, kemungkinan masuknya pesaing baru, potensi pengembangan produk substitusi, kekuatan tawar-menawar penjual/pemasok, dan kekuatan tawar-menawar pembeli/konsumen. 1) Persaingan antar Perusahaan Sejenis Persaingan yang terjadi dalam industri pupuk organik dirasakan belum terlalu kompetitif. Saat ini produsen pupuk organik umumnya merupakan perusahaan berskala kecil dan petani yang memproduksi pupuk organik hanya untuk kebutuhannya sendiri. Produsen pupuk organik dalam skala besar hanya PT Petroanorganik Gresik dengan produknya yang dikenal dengan Petroganik. Petroganik diproduksi oleh PT Petroanorganik dengan menjalankan sistem kemitraan. Di wilayah Kabupaten Bogor, mitra yang dilakukan PT Petroanorganik adalah dengan Ponpes Darul Falah Bogor. Akan tetapi, persaingan dengan Petroganik ini belum dirasakan terlalu signifikan karena sebagian besar pasar pupuk organic di wilayah Bogor dan sekitarnya 66 telah dikuasai oleh pupuk OFER. Para konsumen memiliki loyalitas yang tinggi terhadap pupuk OFER karena kualitas yang terjamin. Sedangkan produsen pesaing yang memiliki skala yang hampir sama adalah Antanan dan Lembah Hijau dimana penguasaan pasar mereka juga masih di bawah pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari karena perbedaan kualitas. 2) Ancaman Pendatang Baru Keberadaan suatu industri pasti tidak akan lepas dari ancaman masuknya pendatang baru, sehingga masuknya perusahaan pendatang baru dapat berimplikasi terhadap perusahaan yang telah ada, misalnya perebutan pangsa pasar atau perebutan sumber daya produksi. Akan tetapi, ancaman masuknya perusahaan pendatang baru tergantung dari hambatan masuk dan kemampuan para pendatang baru tersebut dalam merespon hambatan masuk yang ada. Menurut Porter (1991), terdapat enam faktor hambatan masuk bagi pendatang baru ke dalam suatu industri, yaitu skala ekonomis, diferensiasi produk, kebutuhan modal, biaya beralih pemasok, akses ke saluran distribusi, dan biaya tidak menguntungkan terlepas dari skala. a. Skala Ekonomis Untuk mendirikan usaha pupuk kompos tidak harus beroperasi pada skala usaha yang besar. Hal ini karena siapa saja dapat memulai usaha kompos dari skala usaha kecil dimana disesuaikan dengan kemampuan kapasitas produksi yang dimiliki tanpa harus mengikuti skala usaha perusahaan pupuk organik yang telah ada. Bahan baku yang umumnya berasal dari limbah atau sampah, membuat usaha ini dapat dijalankan pada skala usaha yang relatif kecil. b. Diferensiasi Pokok Pada umumnya, produk yang dihasilkan oleh perusahaan pupuk organik hampir sama secara fisik. Perbedaan yang terjadi antara perusahaan pupuk organik dapat dilihat dari mutu produk termasuk manfaat produk, tampilan produk, variasi ukuran, harga jual produk, serta labelisasi produk seperti pencantuman merk produk, komposisi bahan baku, dan nomor izin terkait. 67 c. Kebutuhan Modal Meskipun untuk mendirikan usaha pupuk organik tidak harus beroperasi pada skala usaha yang besar, tetapi tetap saja kebutuhan modal yang digunakan untuk membuka usaha pupuk organik cukup besar. Hal ini karena modal tersebut digunakan untuk pengadaan tempat produksi, berupa lahan dan bangunan. d. Biaya Beralih Pemasok Secara umum, biaya beralih pemasok yang harus dikeluarkan oleh pendatang baru cukup besar agar pelaku usaha pupuk organik yang telah ada untuk pindah dari pemasok tetapnya. Hal ini karena hubungan antara pelaku usaha (pembeli) dengan pemasok telah terjalin cukup baik sehingga pendatang baru akan merasa kesulitan untuk memaksa pelaku usaha pupuk organik yang telah ada agar beralih dari pemasok lama. e. Akses ke Saluran Distribusi Pada industri tertentu, perusahaan-perusahaan yang telah mapan biasanya telah memiliki saluran distribusi sendiri untuk pemasaran produknya sehingga perusahaan pendatang baru mungkin sulit memasuki saluran yang ada dan harus mengeluarkan biaya yang besar untuk membangun saluran sendiri. Meskipun demikian, kondisi tersebut mungkin tidak terjadi pada industri pupuk organik. Hal ini karena para pendatang baru pun masih berpeluang untuk memasuki saluran distribusi yang telah dikuasai oleh perusahaan pupuk organik yang telah ada, asalkan mampu memproduksi pupuk organik dengan mutu produk yang sama atau lebih baik namun dengan harga yang relatif lebih murah. f. Biaya Tidak Menguntungkan Terlepas dari Skala Para produsen pupuk oragnik yang telah mapan mungkin mempunyai keunggulan biaya yang mungkin tidak dapat ditiru oleh perusahaan pendatang baru yang akan masuk ke dalam industri pupuk organik, misalnya dalam hal pengalaman, teknologi, penguasaan terhadap sumber daya produksi, atau lokasi yang menguntungkan. Meskipun demikian, para pendatang baru masih berpotensi untuk masuk ke dalam 68 industri pupuk organik karena bahan baku maupun peralatan yang digunakan untuk pembuatan pupuk organik cukup banyak tersedia. 3) Ancaman Produk Substitusi Keberadaan produk subtitusi dapat menjadi ancaman bagi suatu perusahaan jika produk substitusi tersebut mempunyai harga yang lebih murah namun memiliki kualitas yang samaatau lebih baik dengan produk yang ditawarkan perusahaan. Oleh karena itu, faktor harga jual dan mutu produk sering digunakan oleh pelaku usaha sebagai alat dalam menghadapi keberadaan produk substitusi. Pada industri pupuk organik, produk yang menjadi substitusi adalah pupuk anorganik yang sudah banyak beredar di pasaran sejak dahulu. Tingginya keberadaan produk dengan kualitas produk, harga serta merk yang terkenal dapat memberikan ancaman bagi unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari. Selain itu, subtitusi lainnya adalah pupuk kandang. Meskipun keberadaan produk substitusi cukup tinggi, tetapi keputusan pembelian tetap berada di tangan konsumen. Pada kenyataannya pupuk OFER tetap mampu bersaing dengan produk substitusi tersebut karena kemiliki keunggulan berupa pupuk yang berasal dari bahan organik serta harga yang dapat dijangkau konsumen. 4) Kekuatan Tawar-Menawar Pemasok Kekuatan tawar-menawar pemasok dapat memepengaruhi intensitas persaingan dalam suatu industri ketika terdapat sejumlah pemasok tetapi hanya terdapat sedikit barang substitusi yang cukup bagus dan biaya untuk mengganti bahan baku sangat tinggi. Bagi unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari, keberadaan pemasok bahan baku, yaitu kotoran ternak, memiliki peranan yang sangat penting. Oleh karena itu, untuk menjaga keterjaminan pasokan bahan baku, pihak Lisung Kiwari telah menyiapakan beberapa pemasok alternatif apabila pemasok utama mengalami kendala, baik karena mutu yang kurang baik, harga yang terlalu mahal, atau karena hal-hal lainnya. Berdasarkan uraian di atas, kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari dapat dikatakan tidak terlalu kuat, karena tidak terlalu sulit untuk berganti dari satu pemasok ke pemasok lainnya. 69 5) Kekuatan Tawar-Menawar Pembeli Kekuatan tawar-menawar pembeli atau konsumen dikatakan cukup kuat, jika konsumen terkonsentrasi atau besar jumlahnya, konsumen membeli dalam jumlah banyak, produk yang dibeli standar atau tidak terdiferensiasi, dan pembeli menghadapi biaya peralihan yang kecil. Untuk konsumen pupuk organik OFER dapat dikatakan memiliki daya tawar yang cukup kuat karena terdapat beberapa pilihan pupuk organik lainnya yang beredar di pasaran. Selanjutnya pembeli memiliki biaya peralihan yang relatif kecil karena pembeli dapat dengan mudahnya berpindah ke produk perusahaan lain. Informasi pasar yang lengkap tentang harga, kualitas dan lokasi pembelian akan membuat kekuatan tawar pembeli semakin baik. Akan tetapi dengan mempertahankan kualitas produk yang baik serta harga yang tetap bersaing dengan produk sejenisnya, pupuk OFER dapat mengantisipasi hal ini dengan baik. 70 BAB VII FORMULASI STRATEGI 7.1. Identifikasi Faktor Kekuatan dan Kelemahan Perusahaan Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal perusahaan, maka diperoleh beberapa faktor strategis internal yang berupa kekuatan dan kelemahan usaha unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari. Adapun faktor-faktor strategis internal yang menjadi kekuatan adalah sebagai berikut: 1) Ketersediaan bahan baku Bahan baku merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan oleh suatu perusahaan. Keterjaminan bahan baku akan membuat proses produksi menjadi lancar. Bahan baku yang digunakan adalah limbah pertanian organik yang dilakukan unit usaha beras organik Koperasi Lisung, yaitu berupa jerami, sekam dan dedak. Hal ini membuat ketersediaan bahan baku terjamin dan tanpa mengeluarkan biaya untuk pengadaannya. Sedangkan kotoran ternak diperoleh dengan membeli dari PT Karyana. Selain itu, unit usaha pupuk OFER juga memiliki alternatif pemasok kotoran ternak bila sewaktu-waktu terjadi kendala dalam pengadaan kotoran ternak dari PT Karyana. Salah satu alternatif pemasok kotoran ternak adalah KUD Giri Tani Cisarua. Kualitas dan kuantitas bahan baku yang cukup akan memudahkan usaha pupuk OFER. 2) Ketersediaan sarana dan prasarana produksi Tempat produksi yang cukup dan dengan didukung beberapa peralatan yang cukup membuat usaha pupuk OFER ini dapat berjalan dengan baik. Keberadaan tempat produksi berupa bangunan berukuran 5 m x 10 m, mesin chopper, alat pengayak dan sebagainya mempermudah para pekerja dalam melakukan proses produksi. Selain itu, ketersediaan sarana dan prasarana produksi yang cukup akan membuat mutu produk menjadi baik. 3) Kualitas produk Pihak unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari selalu mengutamakan mutu produk yang berupa kandungan pupuk OFER yang sangat baik untuk tanaman. Untuk menjaga kualitas tersebut, unit usaha ini selalu memperhatikan kualitas bahan baku dan jalannya proses produksi yang dilakukan. 71 4) Tampilan dan kemasan produk meniadakan kesan “kotoran” dan “sampah” Bahan baku pupuk OFER berasal dari limbah pertanian dan peternakan. Akan tetapi dengan proses pengolahan yang baik, kesan kotoran dan sampah akan hilang dari produk pupuk organik. Oleh karena itu unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari berusaha menciptakan kesan produk yang bersih dan tidak menjijikan sehingga konsumen akan merasa nyaman menggunakan produk ini. 5) Tingkat kemudahan proses pembuatan bokhasi Proses pembuatan pupuk bokhasi sangat mudah. Hampir sama dengan pembuatan pupuk kompos, tetapi dalam proses pengomposannya ditambahkan bioaktivator, misalnya EM4, untuk mempercepat proses produksi. Bahan-bahan yang ada dicampur dengan urutan tertentu dan dibiarkan selama 7 hari akan menjadi pupuk bokhasi yang siap pakai. 6) Lokasi perusahaan Lokasi perusahaan yang strategis dapat mempengaruhi kelancaran suatu usaha. Lokasi usaha pupuk OFER dapat dikatakan strategis karena dekat dengan bahan baku dan jalan raya, sehingga memudahkan pada saat pengangkutan bahan baku maupun distribusi produk. Selain itu, lokasi perusahaan juga di pinggiran Desa Ciburuy, sehingga proses produksi tidak mengganggu masyarakat sekitar. 7) Harga produk Salah satu pertimbangan bagi konsumen untuk membeli suatu produk adalah harga. Unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari berusaha menetapkan harga serendah mungkin berdasarkan biaya produksi dan keuntungan yang ingin diperoleh. Harga pupuk OFER lebih murah bila dibandingan dengan harga pupuk anorganik. Sedangkan dengan harga pupuk organik merk lainnya, pupuk OFER hanya sedikit lebih mahal, tetapi memiliki kualitas produk yang lebih baik. 8) Biaya produksi Bahan baku yang berasal dari limbah pertanian dan peternakan membuat biaya produksi pupuk OFER menjadi rendah. Apalagi untuk bahan baku limbah pertanian didapat secara cuma-cuma dari unit usaha beras 72 organik. Kotoran ternak dibeli dari pemasok dengan harga yang murah. Sedangkan tenaga kerja yang dibutuhkan tidak terlalu banyak dan peralatan yang digunakan cukup sederhana. Biaya produksi yang rendah akan membuat harga produk menjadi lebih rendah, sehingga perusahaan dapat bersaing dalam hal harga dengan perusahaan lain. 9) Distribusi Lokasi yang strategis akan mempermudah proses distribusi. Bagi unit usaha pupuk OFER ini, distribusi bahan baku lebih berpengaruh karena untuk pemasaran produk sendiri sudah menjadi tugas bagi pihak LPS sebagai mitra pemasaran. Kendaraan yang dimiliki oleh pihak Koperasi Lisung Kiwari memudahkan unit usaha pupuk OFER untuk melakukan kegiatan distribusi. Lokasi yang dekat jalan raya dan dekat dengan sumber bahan baku menjadi keuntungan tersendiri bagi usaha ini. Sedangkan faktor-faktor strategis internal yang menjadi kelemahan bagi perusahaan adalah sebagai berikut: 1) Ketersediaan modal Keterbatasan modal merupakan masalah klasik yang sering dihadapi oleh suatu usaha yang berskala kecil dan menengah. Kondisi ini juga terjadi pada unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari dimana keterbatasan modal ini menghambat pihak unit usaha pupuk OFER untuk memperbesar usaha yang telah dijalannkan. 2) Organisasi perusahaan Kegiatan usaha Koperasi Lisung Kiwari meliputi unit usaha simpan pinjam, unit usaha sembako, unit usaha sarana produksi pertanian, unit usaha peternakan, unit usaha perikanan, unit usaha beras organik, serta unit usaha pembayaran telepon dan listrik. Unit usaha pupuk kompos sebagai bagian dari unit sarana produksi pertanian telah memiliki struktur organisasi yang formal namun masih terbilang sederhana karena skala usaha tergolong masih kecil sehingga manajemen ditangani secara bersama oleh pengurus koperasi. Hal ini membuat kemandirian unit usaha pupuk OFER belum terwujud sepenuhnya. 73 3) Konsistensi pencatatan keuangan Pengelolaan keuangan unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari belum teralaksana secara rapi dan baik. Keterbatasan sumber daya manusia merupakan penyebab dari kondisi ini. Meskipun demikian, berangsur-angsur pihak unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari berusaha membuat suatu sistem pengelolaan yang rapi dan baik. Pembinaan dari pihak LPS dan Dinas Pertanian telah dilakukan untuk mewujudkan sistem keuangan dan akuntansi yang baik. 4) Pemasaran yang mengandalkan bantuan dari pihak LPS Kemudahan dalam hal pemasaran karena bantuan dari pihak LPS dapat menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi membantu dalam menyerap produk, di satu sisi lainnya dapat membuat unit usaha pupuk OFER menjadi kurang mandiri. Ketergantungan terhadap pihak LPS dapat menyebabkan unit usaha kesulitan apabila suatu saat LPS menghentikan kerjasama yang telah ada. 5) Penelitian dan pengembangan yang dilakukan unit usaha koperasi Saat ini unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari belum memiliki bidang litbang. Hal ini karena usaha yang masih berskala kecil hingga menengah biasanya orientasinya hanya terbatas pada bagaimana modal dapat digunakan untuk menjalankan usaha sehingga menghasilkan keuntungan dari penjualan produknya. Keadaan ini kurang baik untuk perkembangan usaha yang sedang dijalankan. 6) Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia Unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari hanya memiliki seorang kepala unit dan tiga orang pekerja. Dalam pelaksanaan usahanya masih terdapat campur tangan pihak Koperasi Lisung Kiwari. Secara umum, perekrutan tenaga kerja pada unit usaha pupuk OFER tidak melalui prosedur yang formal dan terstruktur. Selain itu, tidak ada persyaratan atau kualifikasi khusus yang mengharuskan setiap calon tenaga kerja memiliki keterampilan tentang cara pembuatan pupuk organik. Hal ini akan berpengaruh pada kinerja karyawan yang dimiliki oleh unit usaha ini. 74 7) Kuantitas produksi yang berfluktuasi Jumlah produksi yang dihasilkan oleh unit usaha OFER cukup berfluktuasi. Hal ini disebabkan karena kuantitas produksi didasarkan pada permintaan akan pupuk OFER. Keadaan ini kurang baik bagi perusahaan di saat permintaan sedikit karena jalannya usaha akan tersendat. 7.2. Identifikasi Faktor Peluang dan Ancaman Perusahaan Berdasarkan hasil analisis lingkungan eksternal perusahaan, maka diperoleh beberapa faktor strategi eksternal yang berupa peluang dan ancaman bagi perusahaan. Adapun yang menjadi peluang adalah sebagai berikut: 1) Adanya program pemerintah melalui Departemen Pertanian yaitu “go organic 2010” Kesadaran pemerintah akan perlunya mewujudkan pertanian organik di Indonesia salah satunya disebabkan karena lahan pertanian Indonesia yang semakin kritis karena terlalu banyak menyerap zat anorganik. Selain itu, ancaman bahaya residu bahan anorganik dalam pertanian terhadap kesehatan juga mendorong pemerintah untuk mulai memikirkan program pertanian organik. Adanya program ini akan menciptakan permintaan saprotan organik yang cukup tinggi, yang salah satunya adalah pupuk organik. Hal ini merupakan peluang yang sangat baik bagi usaha pupuk organik. 2) Kebijakan harga pupuk oleh pemerintah Penetapan harga pupuk oleh pemerintah bertujuan untuk melindungi para petani dan para produsen pupuk yang ada di Indonesia, baik pupuk organik maupun anorganik. Umumnya penetapan harga pupuk hanya dilakukan pada pupuk anorganik. Akan tetapi, dampak yang dirasakan juga akan berimbas pada produsen pupuk organik. Pengurangan subsidi pada pupuk anorganik akan membuat harga pupuk anorganik tersebut menjadi tinggi, sehingga hal ini akan berdampak positif bagi produsen pupuk organik, dimana para konsumen akan bergeser pada pupuk organik karena harganya yang lebih terjangkau. 3) Kebijakan impor pupuk Untuk melindungi produsen pupuk dalam negeri, pemerintah menerapkan beberapa kebijakan impor pupuk. Pembatasan impor pupuk akan 75 dapat membuat pupuk dalam negeri hidup di pasar. Apabila tidak ada pembatasan impor, maka jumlah pupuk di pasaran akan membludak.hal ini tentunya akan merusak keberlangsungan usaha produsen pupuk dalam negeri. Hal ini juga berpengaruh pada produsen pupuk organik di Indonesia. 4) Tingkat permintaan pupuk organik Kebutuhan pupuk organik untuk memperbaiki kerusakan lahan pertanian di Indonesia saat ini sangat besar. Hal tersebut tidak seimbang dengan jumlah industri pupuk organik yang berkembang di Indonesia. Hal ini disebabkan pupuk organik hanya diproduksi secara parsial dengan skala industri rumah tangga (home industry), sehingga jumlah produksi yang dihasilkan relatif kecil dan tidak kontinyu. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat peluang usaha yang cukup prospektif dalam menyediakan kebutuhan pupuk organik di Indonesia. Peluang tersebut hendaknya dapat dimanfaatkan oleh industri menengah dan kecil untuk dapat mengembangkan usahanya, salah satunya adalah unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari. 5) Kesadaran masyarakat akan pentingnya pertanian organik serta kepedulian terhadap kesehatan Meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat membuat kesadaran akan pentingnya pertanian organic menjadi terbuka. Bahaya degradasi lahan dan bahaya residu bahan anorganik membuat masyarakat tergerak untuk melakukan pertanian organik. Dengan demikian permintaan akan input pertanian organik akan meningkat. Hal ini akan berdampak sangat baik bagi usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari. 6) Perkembangan teknologi, baik produksi, informasi, transportasi dan komunikasi Perkembangan teknologi yang sangat cepat dapat memberikan kemudahan-kemudahan bagi siapa saja termasuk para pelaku usaha dalam upaya mengembangkan bisnisnya. Teknologi baru yang diterapkan dalam proses produksi pupuk bokhasi adalah penggunaan mesin chopper untuk melakukan pemotongan jerami sebelum dikomposkan. Sebelum penggunaan chopper, pemotongan jerami dilakukan dengan menggunakan golok. Dengan adanya mesin chopper proses produksi menjadi lebih mudah karena proses penyiapan bahan menjadi lebih cepat. Perkembangan teknologi tidak hanya terjadi pada aspek produksi saja melainkan juga pada aspek pemasaran. Hal 76 ini karena adanya perkembangan teknologi di bidang telekomunikasi, seperti telepon atau hand phone maka mempermudah komunikasi antara pelaku usaha dengan pemasok bahan baku atau antara pelaku usaha dengan pelanggan ketika melakukan pemesanan produk. Sedangkan perkembangan teknologi di bidang transportasi, seperti jasa pengiriman akan mempercepat pendistribusian dari produsen ke konsumen sehingga akan memperlancar proses pemasaran produk. 7) Adanya isu degradasi lahan pertanian Menurunnnya kualitas lahan pertanian di Indonesia salah satunya disebabkan terlalu banyaknya pemakaian bahan anorganik dalam kegiatan pertanian. Bahan anorganik yang tidak dapat terurai di dalam tanah akan dapat merusak struktur tanah, sehingga tanah menjadi keras susah untuk ditanami. Pertanian organik merupakan pemecahan dalam masalah ini. Pengurangan penggunaan bahan anorganik dan penambahan bahan organik ke dalam tanah secara berangsur-angsur akan dapat memperbaiki struktur tanah. Hal ini akan membuka peluang yang sangat besar bagi produsen pupuk organik. 8) Hubungan kemitraan dengan pihak LPS Sistem kemitraan dengan pihak LPS memberikan dampak positif bagi unit usaha pupuk OFER. Kerja sama dalam hal pemasaran memberikan kemudahan bagi usaha pupuk OFER. Selain itu, pembinaan dan konsultasi yang diberikan oleh pihak LPS dirasakan banyak manfaatnya oleh pihak unit usaha OFER Koperasi Lisung Kiwari. 9) Keberadaan lembaga penunjang Dalam menjalankan usahanya, unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari tidak lepas dari dukungan lembaga-lembaga penunjang seperti pihak Dinas Pertanian, Pemkab Bogor dan sebagainya. Salah satu contoh peran lembaga penunjang adalah peran Dinas Pertanian dalam pembianaan dan sebagai mediator untuk menghubungkan pihak Koperasi Lisung Kiwari dengan pihak-pihak luar lainnya. Sedangkan faktor-faktor strategi eksternal yang menjadi ancaman adalah sebagai berikut: 77 1) Fluktuasi perekonomian nasional Pada umumnya kondisi ekonomi memiliki pengaruh secara tidak langsung terhadap perkembangan suatu pelaku usaha yang terdapat pada suatu daerah tertentu. Jika kondisi ekonomi cenderung stabil bahkan menunjukkan pertumbuhan ke arah positif maka kondisi tersebut dapat mendukung kelancaran usaha yang berkembang di suatu daerah tertentu dan dapat pula mendorong tumbuhnya kelompok-kelompok usaha yang baru. Akan tetapi, jika perekonomian cenderung menunjukkan ke arah negatif maka dapat terjadi sebaliknya, dimana kondisi ini dapat menghambat kelancaran suatu usaha bahkan dapat melumpuhkan kelompok usaha tertentu. Hal ini juga dialami oleh unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari. Perekonomian Indonesia yang belum stabil membuat usaha ini menjadi terganggu. 2) Perdagangan bebas Perdagangan bebas membuat suatau pasar menjadi medan perang yang sangat sengit. Banyak produk asing yang dapat masuk ke pasar domestik, salah satunya adalah pupuk. Bagi perusahaan pupuk yang memiliki skala usaha kecil hingga menengah, keadaan ini sangat tidak menguntungkan. Persainagan secara terbuka dapat mematikan usaha yang sedang dijalankan. 3) Tingkat persaingan bisnis pupuk organik Persaingan usaha pupuk organik di pasaran daerah Bogor masih belum signifikan. Petroganik, Karyana dan Lembah Hijau merupakan produsen pupuk organik yang menjadi pesaing bagi Koperasi Lisung Kiwari untuk di daerah Bogor. Petroganik adalah pesaing perusahaan besar, sedangkan Antanan dan Lembah Hijau perusahaan yang masih setingkat dengan unit usaha pupuk organik Koperasi Lisung Kiwari. Meskipun demikian, unit usaha ini perlu mewaspadai para pesaing tersebut agar usaha yang ada tetap bisa berjalan dengan baik. 4) Keberadaan produk subtitusi Produk yang dianggap sebagai subtitusi dari pupuk OFER adalah pupuk anorganik. Produk subtitusi dari pupuk OFER tersebut telah berkembang dahulu di pasaran sebelum pupuk organik. Para petani di 78 Indonesia juga cenderung menggunakan pupuk anorganik karena dianggap memberikan hasil yang lebih banyak. Selain itu, subtitusi lainnya adalah pupuk kandang. 5) Respon masyarakat sekitar tempat usaha terahadap keberadaan usaha pupuk organik Koperasi Lisung Kiwari Unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari berada di Desa Ciburuy. Keberadaan suatu usaha pupuk organik dengan bahan baku limbah pertanian dan kotoran ternak harus mendapat perhatian khusus dari pihak Koperasi Lisung Kiwari. Hal ini ditujukan agar usaha yang dijalankan tidak mendapat penolakan dari warga sekitar tempat usaha. Pemilihan lokasi yang agak jauh dari pemukiman adalah salah satu alternatif yang dapat dilakukan. 7.3. Analisis Matrik IFE Setelah diperoleh faktor-faktor strategi internal usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari yang meliputi kekuatan dan kelemahan, dilakukan juga pemberian kuisioner kepada tiga responden,yaitu Bapak Zakaria sebagai kepala unit usaha pupuk OFER , Bapak Husein dari pihak LPS, serta Bapak Suwandi yang merupakan penyuluh pertanian lapangan. Pengisian kuisioner ini tidak hanya melibatkan pihak internal perusahaan tetapi juga melibatkan pihak eksternal di luar perusahaan, sehingga hasil pengisian kuisioner lebih bersifat objektif. Kuisioner diisi oleh masing-masing responden untuk pembobotan dengan menggunakan paired comparison matrix. Selanjutnya, dilakukan peringkatan untuk masing-masing variabel kekuatan dan kelemahan. Adapun pembobotan dan peringkatan pada variabel kekuatan dan kelemahan untuk masing-masing responden dapat dilihat pada Lampiran 2, 3 dan 4. Setelah diperoleh hasil pembobotan dan peringkatan untuk masing-masing responden, dilanjutkan dengan pencarian nilai rata-rata hasil pembobotan dan peringkatan dari seluruh responden, dengan cara membagi hasil penjumlahan seluruh nilai pembobotan atau peringkatan dari seluruh responden untuk masing-masing variabel kekuatan dan kelemahan dengan jumlah responden. Adapun nilai rata-rata hasil pembobotan dan peringkatan untuk variabel kekuatan dan kelemahan pada usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari dapat dilihat di Lampiran 5. Setelah diperoleh nilai bobot dan peringkat rata-rata dari tiap variabel, dapat diketahui 79 bobot skor rata-rata dari tiap variabel. Nilai ini merupakan perkalian antara bobot rata-rata dengan peringkat rata-rata. Berikut ini merupakan hasil analisis matriks IFE pada unit usaha pupuk OFER. Tabel 13. Perhitungan Bobot Skor Rata-rata Faktor-faktor Strategis Internal Faktor-faktor Strategis Internal Kekuatan Ketersediaan bahan baku Ketersediaan sarana dan prasarana produksi Kualitas Produk Tampilan dan kemasan produk dari kesan “limbah” Kemudahan proses pembuatan bokhasi Lokasi perusahaan Harga produk Biaya produksi Distribusi Kelemahan Kualitas dan kuantitas SDM Organisasi perusahaan Kuantitas produk berfluktuasi Ketersediaan modal Konsistensi pencatatan keuangan Pemasaran yang mengandalkan peran LPS Penelitian dan pengembangan Jumlah Rating Bobot Rata-rata Rata-rata Bobot Skor Rata-rata 3,7 3,7 4,0 3,7 3,3 3,7 4,0 4,0 3,7 0,071 0,066 0,085 0,061 0,053 0,061 0,084 0,079 0,055 0,263 0,244 0,340 0,226 0,175 0,226 0,336 0,316 0,204 1,7 2,0 1,3 1,7 2,0 2,0 1,7 0,065 0,055 0,052 0,068 0,041 0,063 0,041 1,000 0,110 0,110 0,068 0,116 0,082 0,126 0,070 3,012 Tabel 13 menunjukkan faktor strategi internal apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan utama bagi unit usaha pupuk oraganik ini. Kekuatan utama bagi unit usaha pupuk OFER adalah variabel kekuatan dengan nilai bobot skor rata-rata terbesar sedangkan kelemahan utama bagi unit usaha pupuk OFER adalah variabel kelemahan dengan nilai bobot skor rata-rata terkecil. Adapun kekuatan utama bagi unit usaha pupuk OFER adalah kualitas produk dengan bobot skor rata-rata sebesar 0,340. Tingginya bobot skor rata-rata yang terdapat pada variabel tersebut karena pihak pupuk OFER selalu mengutamakan kualitas dari pupuk OFER sehingga konsumen merasa puas dengan kualitas yang ada dan pada akhirnya loyalitas konsumen akan semakin tinggi. Kelemahan utama bagi pupuk OFER adalah kuantitas produk yang berfluktuasi dengan bobot skor rata-rata sebesar 0,068. Kondisi ini terjadi karena kuantitas produksi yang dihasilkan berdasarkan jumlah permintaan yang ada, baik dari pihak LPS maupun dari para 80 konsumen secara langsung, sehingga akan sangat tidak baik apabila saat terjadi permintaan yang sangat rendah dimana penerimaan bagi unit usaha ini menjadi sangat kecil. Akan tetapi, secara keseluruhan total skor rata-rata tertimbang dari matriks IFE sebesar 3,012 yang mengindikasikan bahwa usaha pupuk OFER berada di atas rata-rata (2,5) dari keseluruhan kekuatan internalnya. Jadi, dapat dikatakan bahwa usaha pupuk OFER memiliki posisi internal yang kuat, karena mampu menggunakan kekuatan yang ada untuk mengurangi kelemahan yang dimiliki. 7.4. Analisis Matriks EFE Setelah diperoleh faktor-faktor strategis eksternal pada usaha pupuk OFER yang meliputi peluang dan ancaman, dilanjutkan pengisian kuisioner kepada ketiga responden seperti halnya pengisian kuisioner untuk lingkungan internal perusahaan. Untuk pemberian bobot pada variabel peluang dan ancaman juga menggunakan paired comparison matrix. Selanjutnya dilakukan peringkatan untuk masing-masing variabel peluang dan ancaman. Adapun pembobotan dan peringkatan pada variabel peluang dan ancaman untuk masing-masing responden dapat dilihat pada Lampiran 2, 3 dan 4. Setelah diperoleh hasil pembobotan dan peringkatan untuk masing-masing responden, dilanjutkan dengan pencarian nilai rata-rata hasil pembobotan dan peringkatan dari seluruh responden. Adapun nilai rata-rata hasil pembobotan dan peringkatan untuk variabel peluang dan ancaman pada usaha pupuk OFER dapat dilihat di Lampiran 6. Setelah diperoleh nilai bobot dan peringkat rata-rata dari tiap variabel, dapat diketahui bobot skor ratarata dengan peringkat rata-rata. Berikut ini merupakan hasil analisis matriks EFE pada usaha pupuk OFER. 81 Tabel 14. Perhitungan Bobot Skor Rata-rata Faktor-faktor Strategis Eksternal Faktor-faktor Strategis Eksternal Peluang Program pemerintah “go organic 2010” Kebijakan harga pupuk Kebijakan impor pupuk Tingkat permintaan pupuk organic Kesadaran masyarakat akan pentingnya pertanian organic Perkembangan teknologi, baik produksi, informasi, transportasi dan komunikasi Adanya isu degradasi lahan pertanian Hubungan kemitraan dengan pihak LPS Keberadaan lembaga-lembaga penunjang Ancaman Fluktuasi perekonomian nasional Perdagangan bebas Tingkat persaingan bisnis pupuk organic Keberadaan produk substitusi Respon masyarakat sekitar tempat usaha terhadap keberadaan usaha pupuk organik Koperasi Lisung Kiwari Jumlah Rating Bobot Rata-rata Rata-rata Bobot Skor Rata-rata 3,3 2,7 3,0 3,7 3,0 0,068 0,080 0,074 0,093 0,069 0,224 0,216 0,222 0,344 0,207 2,0 0,056 0,112 2,0 2,3 2,0 0,061 0,078 0,080 0,122 0,179 0,160 3,0 3,0 3,0 1,7 1,7 0,071 0,057 0,093 0,071 0,049 0,213 0,171 0,279 0,121 0,083 1,000 2,653 Tabel 14 menunjukkan faktor strategis eksternal mana yang menjadi peluang dan ancaman bagi pupuk OFER. Peluang utama bagi pupuk OFER adalah variabel peluang yang memiliki bobot skor rata-rata terbesar, yaitu tingkat permintaan pupuk organik dengan bobot skor rata-rata sebesar 0,344. Sedangkan ancaman utama bagi pupuk OFER adalah variabel yang tergolong ancaman yang memiliki bobot skor rata-rata terbesar, yaitu tingkat persaingan bisnis pupuk organik dengan bobot skor rata-rata sebesar 0,279. Adapun total skor rata-rata tertimbang dari matriks EFE sebesar 2,653 yang mengindikasikan bahwa usaha pupuk OFER berada di atas rata-rata (2,5) dalam upayanya untuk menjalankan strategi yang memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman. 7.5. Analisis Matriks IE Setelah matriks EFE dan IFE selesai dianalisis, dilanjutkan dengan analisis matriks IE (Intenal-Eksternal). Total skor bobot rata-rata yang diperoleh dari 82 matriks EFE dan IFE digunakan untuk menempatkan perusahaan ke dalam salah satu dari sembilan sel yang tersedia di dalam matriks IE. Total skor bobot ratarata matriks EFE (2,653) dan matriks IFE (3,012) menempatkan posisi perusahaan saat ini ke dalam sel IV yang termasuk pada kondisi tumbuh dan kembangkan. Berikut ini merupakan hasil dari analisis matriks IE pada unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari. TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG IFE Kuat 3,0 - 4,0 TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG EFE 4,0 Rata-rata 2,0 – 2,99 Lemah 1,0 – 1,99 2,0 3,0 1,0 3,012 Tinggi 3,0 - 4,0 I II III IV V VI VIIII IX 3,0 2,653 3 Menengah 2,0 – 2,99 2,0 Rendah 1,0 – 1,99 Tumbuh dan Kembangkan VII 1,0 Gambar 10. Matriks IE pada Unit Usaha Pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari Gambar 10 menunjukkan bahwa posisi unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari berada pada sel IV, yang menggambarkan perusahaan mempunyai posisi internal dan eksternal yang kuat. Pada posisi ini digambarkan sebagai posisi tumbuh dan kembangkan, dimana strategi yang cocok diterapkan antara lain strategi intensif seperti penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk atau strategi integrasi seperti integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi ke samping. Strategi penetrasi pasar yaitu meningkatkan pangsa pasar produk perusahaan yang ada saat ini melalui kegiatan pemasaran yang lebih gencar. Pengembangan pasar merupakan strategi memperluas pasar dengan 83 memperkenalkan produk perusahaan ke area geografis yang baru. Pengembangan produk yaitu strategi meningkatkan penjualan produk dengan perbaikan produk yang ada atau mengembangkan produk yang baru. Strategi integrasi ke depan yaitu strategi yang dilakukan untuk mencari kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas distributor atau pengecer. Integrasi ke belakang merupakan upaya untuk mencari kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas pemasok perusahaan. Sedangkan integrasi ke samping merupakan strategi dalam upaya mencari kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas pesaing. 7.6. Analisis Matriks SWOT Setelah dianalisis faktor-faktor eksternal dan internal perusahaan dan mencocokkannya pada matriks IE, selanjutnya adalah tahap memformulasi strategi dengan matriks SWOT. Berdasarkan hasil analisis matriks SWOT tersebut, terdapat beberapa straegi yang dapat diterapkan perusahaan agar dapat bersaing di dalam industri pupuk organik (Tabel 15). 84 Tabel 15. Matriks SWOT Pupuk OFER Strenght (S) Faktor Eksternal Opportunities (O) 1) Ketersediaan bahan baku Faktor 2) Ketersediaan sarana dan prasarana produksi Internal 3) Kualitas Produk 4) Tampilan dan kemasan produk dari kesan “limbah” 5) Kemudahan proses pembuatan bokhasi 6) Lokasi perusahaan 7) Harga produk 8) Biaya produksi 9) Distribusi Strategi SO Weakness (W) 1) Kualitas dan kuantitas SDM 2) Organisasi perusahaan 3) Kuantitas produk berfluktuasi 4) Ketersediaan modal 5) Konsistensi pencatatan keuangan 6) Pemasaran yang mengandalkan peran LPS 7) Penelitian dan pengembangan Strategi WO 1) Program pemerintah “go 1) Mengembangkan usaha 1) Melakukan penetrasi dan organic 2010” dengan intensifikasi. pengembangan pasar. 2) Kebijakan harga pupuk (S1, S2, S3, S4, S5, S6, (W3, W6, O1, O2, O3, 3) Kebijakan impor pupuk S7, S8, S9, O1, O2, O3, O4, O5, O6, O7, O8, 4) Tingkat permintaan pupuk O4, O5, O6, 07, 08, O9). organik 09). 2) Memperbaiki 5) Kesadaran masyarakat akan 2) Melakukan manajemen perusahaan. pentingnya pertanian organik diversifikasi usaha. (S1, (W1, W2, W5, O6, O8, 6) Perkembangan teknologi S2, S8, O1, O5, 06, O7, O9). 7) Isu degradasi lahan pertanian O8, O9). 8) Hubungan kemitraan dengan pihak LPS 9) Keberadaan lembaga-lembaga penunjang Threats (T) Strategi ST Strategi WT 1) Fluktuasi perekonomian 1) Meningkatkan 1) Merencanakan dan nasional keunggulan produk menciptakan permodalan 2) Perdagangan bebas dengan diferensiasi yang baik. (W4, T1, T2, 3) Tingkat persaingan bisnis produk. (S1, S2, S3, T3, T4). pupuk organik S4, S5, S7, S8, T1, T2, 2) Melakukan penggalian 4) Keberadaan produk substitusi T3, T4). dan pengaplikasian 5) Respon masyarakat sekitar 2) Melakukan informasi tentang litbang tempat usaha terhadap promosi/sosialisasi pupuk organik. (W7, T1, keberadaan usaha pupuk tentang pupuk organik. T2, T3, T4, T5). organik Koperasi Lisung (S3, S4, S6, S7, T3, T4, Kiwari T5). 85 Adapun penjelasan alternatif strategi yang dihasilkan dari matriks SWOT tersebut antara lain: 1) Strategi SO a) Mengembangkan usaha dengan intensifikasi Perusahaan dapat memanfaatkan semua kekuatan yang dimiliki, untuk memanfaatkan peluang yang ada di lingkungan eksternal perusahaan. Adanya ketersediaan lokasi usaha, bahan baku, serta peralatan produksi yang baik dapat dimanfaatkan untuk pengembangan usaha dengan cara intensifikasi faktor-faktor tersebut. Intensifikasi faktor produksi merupakan suatu upaya mengoptimalkan potensi produksi yang dimiliki dengan cara yang tepat guna dan lebih efisien untuk menghasilkan output/produk yang lebih banyak dan berkualitas dalam waktu yang lebih singkat. Produk yang dihasilkan tidak hanya semakin banyak, tetapi juga akan semakin berkualitas, biaya produksi semakin rendah dan harga akan semakin rendah. Intensifikasi ini dapat dilakukan dengan dukungan kebijakan pemerintah yang memihak usaha ini, misalnya program “go organic 2010”, kebijakan harga dan impor pupuk. Kesadaran masyarakat akan pentingnya pertanian organik juga berdampak positif. Dengan adanya kesadaran tersebut, permintaan akan pupuk organik akan semakin meningkat. Kemajuan teknologi, seperti adanya mesin chooper akan sangat membantu pengembangan perusahaan. Selain itu, dukungan dari lembaga penunjang seperti LPS dan Dinas Pertanian akan sangat membantu usaha pengembangan bisnis pupuk OFER. b) Melakukan diversifikasi usaha Strategi diversifikasi merupakan sebuah strategi untuk menambah produk/jasa yang bermanfaat untuk meningkatkan pendapatan perusahaan. Menurut Kotler dan Keller (2007), strategi ini termasuk pada strategi yang dapat diterapkan pada pertumbuhan intensif dengan melihat peluang yang ada. Peluang yang dapat dimanfaatkan yaitu adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi yang menggambarkan peningkatan kesejahteraan masyarakat, ketersediaan tenaga kerja, dan perkembangan teknologi secara umum yang dapat mendukung perusahaan untuk menambah produk atau 86 usaha baru. Secara umum strategi ini dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu diversifikasi konsentrik, horizontal dan konglomerat. Diversifikasi konsentrik dilakukan dengan menambah produk/jasa baru yang masih berkaitan dengan produk lama untuk pelanggan saat ini. Diversifikasi konsentrik yang dapat dilakukan perusahaan adalah dengan menambah produk baru yang masih berhubungan dengan produk pupuk organik, misalkan media tanam organik, buku panduan pertanian organik dan lain-lain. Diversifikasi ini sudah dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan menjual media tanam organik (berupa tanah dicampur dengan bahan-bahan organik). Selain itu, strategi diversifikasi yang dapat dilakukan adalah diversifikasi horizontal yaitu strategi dengan menambah produk/jasa baru yang tidak berkaitan dengan produk lama untuk pelanggan saat ini. Strategi ini dapat dilakukan dengan menambah usaha baru yang dapat mendukung penjualan produk utama perusahaan. Usaha ini belum dilakukan oleh unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari. Salah satu peluang diversifikasi horizontal ini adalah dengan membuka kebun organik, dimana di kebun tersebut dilakukan pertanian sayuran, buah, tanaman hias, padi, serta palawija yang berbasis organik. Kebun tersebut akan dapat menarik orang untuk berekreasi sambil belajar pertanian organik. Jasa kebun organik ini akan memberikan tambahan pendapatan bagi koperasi, serta dapat merangsang penjualan produk pupuk organik. Selain itu, juga terdapat strategi diversifikasi konglomerat yaitu dengan menambah produk/jasa baru yang tidak berkaitan untuk pelanggan yang baru. Diversifikasi ini dapat dilakukan dengan menjual ikan air tawar, susu kambing serta sembako di Koperasi Lisung Kiwari. Penerapan strategi diversifikasi tersebut, akan berimplikasi pada peningkatan pendapatan perusahaan baik dari produk pupuk organik maupun produk lainnya. Selain itu, hal ini akan meningkatkan keunggulan perusahaan dalam aneka ragam produk dan fasilitas, sehingga dapat bersaing dengan pesaingnya. 87 2) Strategi WO a) Melakukan penetrasi dan pengembangan pasar Permintaan akan input pertanian organik yang semakin besar karena mulai tingginya kesadaran akan pentingnya pertanian organik untuk terjaminnya kesehatan dan mengatasi degradasi lahan, membuat peluang pengembangan usaha bisnis pupuk organik semakin lebar. Didukung dengan beberapa kebijakan pemerintah yang memihak industri pupuk organik, seperti program pertanian organik, kebijakan harga dan impor pupuk membuat jalannya usaha pupuk OFER semakin mulus. Saat ini pemasaran utama pupuk OFER adalah melalui pihak LPS dan sebagian kecil langsung dijual ke petani sekitar lokasi tempat usaha. Hal ini memang dirasakan sudah cukup memuaskan, tetapi peluang untuk meningkatkan pemasaran pupuk OFER masih terbuka lebar. Pemasaran yang saat ini masih di daerah Jabodetabek, dapat dikembangkan ke daerah lainnya. Dengan kerjasama dengan pihak Dinas Pertanian beberapa kabupaten di sekitar Bogor, tentunya peluang untuk memasarkan produk ini akan sangat baik. Perkembangan teknologi transportasi dan informasi akan semakin mempermudah usaha perluasan pasar. Distribusi produk dan sistem informasi yang dibutuhkan akan mudah terwujud dengan kemajuan tersebut. Memanfaatkan pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Pertanian dan pihak LPS akan membantu unit usaha ini menjajaki pasar yang baru. Dengan demikian usaha ini akan semakin mandiri dan terus berkembang, sehingga produk yang terjual akan semakin banyak sehingga pendapatan yang masuk akan semakin besar. b) Memperbaiki manajemen perusahaan Pengelolaan manajemen yang baik akan mempermudah jalannya suatu perusahaan. Kuantitas dan kualitas perusahaan serta organisasi yang direncanakan dengan matang dapat membuat kinerja yang dihasilkan oleh perusahaan mencapai tingkat optimal. Kebutuhan akan tenaga kerja dapat terpenuhi sesuai dengan jumlah dan keahlian yang tepat, sehingga pembagian kerja akan terlaksana dengan rapi. Organisasi yang dibentuk akan mampu menciptakan suasana dan budaya kerja yang dapat 88 meningkatkan produktivitas para karyawan. Motivasi yang ada pada masing-masing akan mempermudah jalannya usaha ini. Saat ini pengelolaan manajemen unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari masih sangat sederhana, dimana hanya ada seorang kepala unit usaha dan tiga orang karyawan. Dalam menjalankan usahanya, unit usaha pupuk OFER masih memerlukan campur tangan pihak Koperasi Lisung Kiwari sendiri. Unit usaha pupuk OFER hanya bertugas dalam urusan teknis pembuatan pupuk OFER, sedangkan pihak Koperasi lisung Kiwari bertugas dalam hal administrasi, termasuk masalah pencatatan keuangan. Pencatatan keuangan sendiri masih belum dilaksanakan secara rinci, sehingga perhitungan arus kas belum tertata secara rapi. Meskipun hal ini dirasakan sudah cukup, akan lebih baik bila unit usaha pupuk OFER memiliki suatu manajemen tersendiri yang mandiri sehingga pengelolaan usaha ini akan semakin baik. Dengan bantuan dari pihak LPS dan lembaga penunjang lainnya, seperti Dinas Pertanian, serta didukung kemajuan teknologi, unit usaha ini mampu mewujudkan suatu pengelolaan manajemen yang baik. Pembinaan dari LPS dan Dinas Pertanian diharapkan mampu meningkatkan kualitas manajemen unit usaha pupuk OFER sehingga kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang dibutuhkan mampu menhasilkan kinerja yang optimal. 3) Strategi ST a) Meningkatkan keunggulan produk dengan diferensiasi produk Untuk menghadapi ancaman-ancaman yang ada di lingkungan eksternal perusahaan, unit usaha pupuk OFER perlu meningkatkan keunggulan produknya dengan diferensiasi produk. Diferensiasi merupakan suatu strategi menciptakan keunggulan atau keunikan suatu produk agar berbeda dengan produk pesaing. Diferensiasi produk ini dapat diterapkan berdasarkan dimensi produk dan dimensi layanan. Pada usaha pupuk organik, diferensiasi berdasarkan dimensi produk dapat dilakukan dengan memproduksi pupuk organik yang memiliki kualitas, tampilan serta kemasan produk yang baik. Selain itu, faktor harga juga menjadi pertimbangan bagi para konsumen dalam melakukan pembelian. 89 Menyikapi hal ini unit usaha juga harus mengusahakan biaya produksi serendah mungkin. Pengadaan bahan baku yang berkualitas dan peralatan yang cukup serta tenaga kerja yang terampil akan dapat menghasilkan produk yang baik. Kontrol kualitas harus dilakukan dengan baik agar produk yang dilepas ke pasar tidak membuat konsumen kecewa. Diferensiasi pada dimensi layanan juga dapat diterapkan untuk meningkatkan keunggulan produk. Saat ini, layanan yang disediakan oleh perusahaan yaitu berupa pengiriman barang dan pelayanan penjualan melalui teleshopping. Strategi diferensiasi pada dimensi ini juga dapat dilakukan dengan meningkatkan pelayanan purna jual perusahaan seperti pelayanan kritik dan saran dari para konsumen. Peran Dinas Pertanian dan LPS dalam hal ini juga cukup penting, dimana penyaluran informasiinformasi yang dibutuhkan untuk diferensiasi ini harus dilakukan dengan baik. Dengan demikian usaha ini akan mampu mengatasi ancaman seperti fluktuasi perekonomian, perdagangan bebas, persaingan dengan perusahaan sejenis serta persaingan dengan barang subtitusi. Keadaan ini akan mempermudah perusahaan untuk terus berkembang. b) Melakukan promosi/sosialisasi tentang pupuk organik Pemahaman konsumen dan masyarakat sekitar tempat usaha yang kurang akan pupuk organik juga berdampak kurang baik terhadap usaha ini. Kesadaran masyarakat akan pentingnya penggunaan pupuk organik akan membuat permintaan akan pupuk OFER ini semakin tinggi. Selain itu, untuk masyarakat sekitar tempat usaha, pengetahuan pupuk organik yang ramah lingkungan akan membuat respon negatif terhadap usaha ini dapat diminimalisir. Informasi produk yang baik, lokasi yang strategis serta harga yang cukup terjangkau akan meningkatkan penilaian positif masyarakat terhadap usaha ini. Salah satu jalan yang dapat dilakukan oleh unit usaha ini adalah melalui promosi dan sosialisasi produk OFER. Penyampaian informasi melalui media cetak (koran, majalah pertanian, brosur dan pamphlet) dan kerjasama dengan pihak LPS, Dinas Pertanian serta pihak-pihak lainnya seperti HKTI akan membuat respon masyarakat 90 terhadap pupuk organik, khususnya OFER, akan semakin baik. Hal ini akan membuat usaha ini tetap bertahan dan terus berkembang. 4) Strategi WT a) Merencanakan dan menciptakan permodalan yang baik Permodalan yang terlaksana dengan rapi akan membuat suatu perusahaan dapat berjalan dengan baik sehingga dapat mengantisipasi anacaman-ancaman yang ada seperti fluktuasi perekonomian, perdagangan bebas serta persaingan dengan perusahaan sejenis dan produk subtitusi. Perusahaan yang tangguh akan sulit digoyah oleh para pesaingnya dan tahan terhadap goncangan faktor eksternal lainnya. Perencanaan permodalan serta pengaplikasiannya harus diperhatikan dengan baik. Unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari dapat memperbaiki masalah permodalan yang ada dengan belajar dari perusahaan yang telah mapan, atau berkonsultasi dengan lembaga penunjang yang berkompeten dalam hal permodalan bisnis pertanian. Permodalan yang baik akan membuat pengembangan usaha semakin dipermudah. b) Melakukan penggalian dan pengaplikasian informasi tentang penelitian serta pengembangan pupuk organik Ancaman yang ada dalam usaha pupuk organik akan terus berubahubah, baik itu berkaitan dengan perekonomian nasional, perdagangan internasional, persaingan produk sejenis, munculnya produk subtitusi yang baru serta pandangan masyarakat yang terus berubah. Perusahaan harus mampu mengatasi hal tersebut dengan melakukan inovasi-inovasi yang membuat usaha ini memiliki keunggulan dibandingkan dengan yang lainnya. Apabila perusahaan tidak mampu melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan sendiri, yang umumnya terkendala masalah dana dan sumber daya manusia, perusahaan dapat memilih alternatif menggali informasi dan mengaplikasikannya. Keberadaan beberapa lembaga penelitian yang berkaitan dengan pertanian organik dapat meyediakan informasi yang dapat diwujudkan menjadi sebuah inovasi oleh unit usaha pupuk OFER. Oleh karena itu, pihak unit usaha pupuk OFER harus aktif 91 mencari informasi-informasi yang dapat dijadikan inovasi bagi pupuk OFER. 7.7. Analisis Matriks QSPM Pada tahap terakhir dilakukan pemilihan prioritas dari beberapa alternatif strategi yang dihasilkan pada matriks SWOT untuk diterapkan perusahaan dalam menghadapi persaingan industri. Pada tahap ini, prioritas strategi ditentukan dengan Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (Quantitive Strategic Planning Matrix - QSPM). Adapun hasil dari pengisian kuisioner QSPM pada unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari dapat dilihat pada Lampiran 2,3 dan 4. Selanjutnya nilai STAS untuk masing-masing strategi dirata-ratakan untuk melihat alternatif strategi mana yang menjadi prioritas perusahaan (Lampiran 7). Hasil dari rata-rata nilai STAS pada masing-masing alternatif strategi dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Prioritas Strategi pada Unit Usaha Pupuk OFER Alternatif Strategi Strategi 1 (Mengembangkan usaha dengan intensifikasi faktor produksi yang dimiliki) Strategi 2 (Melakukan diversifikasi usaha) Strategi 3 (Melakukan penetrasi dan pengembangan pasar) Strategi 4 (Memperbaiki manajemen perusahaan) Strategi 5 (Meningkatkan keunggulan produk dengan diferensiasi produk) Strategi 6 (Melakukan sosialisasi/promosi tentang pupuk organik) Strategi 7 (Merencanakan dan menciptakan permodalan yang baik) Strategi 8 (Melakukan penggalian serta pengaplikasian informasi mengenai penelitian dan pengembangan pupuk organik) Rata-Rata Nilai STAS 6,202 Prioritas Strategi 3 5,659 6,432 4,991 6,621 4 2 8 1 5,599 6 5,036 7 5,641 5 Berdasarkan hasil rata-rata nilai STAS dari masing-masing alternatif strategi, maka dapat dilihat strategi mana saja yang menjadi prioritas untuk diterapkan perusahaan dalam upaya meningkatkan keunggulan bersaingnya. Nilai STAS tertinggi diperoleh strategi 5 yaitu meningkatkan keunggulan produk dengan diferensiasi produk. Hal ini menunjukkan bahwa pupuk OFER dapat meningkatkan keunggulan usahanya dengan terus meningkatkan keunggulan 92 produk yaitu melalui diferensiasi produk atau menciptakan keunikan agar produknya berbeda dengan pesaing. Strategi ini dapat dilakukan perusahaan dengan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki seperti ketersediaan bahan baku, peralatan yang cukup, kualitas dan kemasan produk yang telah baik, proses pembuatan pupuk OFER yang efektif dan efisien, serta biaya produksi dan harga produk yang rendah. Dengan penerapan strategi ini, maka ancaman yang timbul dari adanya fluktuasi perekonomian nasional, perdagangan bebas, persaingan usaha sejenis, barang subtitusi serta respon negatif dari masyarakat sekitar dapat dihindari. 93 VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis strategi pengembangan usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari, maka diperoleh beberapa kesimpulan antara lain: 1) Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal melalui pendekatan fungsional, maka terdapat beberapa kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari. Adapun kekuatan yang dimiliki antara lain, ketersediaan bahan baku, ketersediaan sarana dan prasarana produksi, kualitas produk, tampilan dan kemasan produk yang jauh dari kesan “limbah”, kemudahan proses pembuatan bokhasi, lokasi usaha yang strategis, harga produk terjangkau, biaya produksi rendah, dan kemudahan distribusi. Sedangkan hal yang menjadi kelemahan adalah kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang terbatas, organisasi perusahaan yang belum tersusun dengan baik, kuantitas produksi yang berfluktuasi sesuai dengan jumlah permintaan, ketersediaan modal yang terbatas, konsistensi pencatatan keuangan yang belum teratur, pemasaran yang belum mandiri karena terlalu mengandalkan pihak LPS serta kegiatan penelitian dan pengembangan yang belum dilaksanakan. 2) Berdasarkan hasil analisis lingkungan eksternal yang terdiri dari lingkungan umum dan lingkungan industri, maka terdapat beberapa faktor eksternal kunci yang menjadi peluang dan ancaman bagi perusahaan. Adapun peluang bagi perusahaan antara lain, adanya program “go organic 2010” oleh pemerintah, kebijakan harga pupuk, kebijakan impor pupuk, permintaan pupuk organik yang tinggi, kesadaran masyarakat akan pentingnya pertanian organik dan kepedulian terhadap kesehatan semakin tinggi, perkembangan teknologi di berbagai bidang, adanya isu degradasi lahan, hubungan kemitraan dengan pihak LPS dan keberadaan lembaga penunjang. Sedangkan yang menjadi ancaman yaitu, fluktuasi perekonomian nasional, perdagangan bebas, tingkat persaingan dengan usaha sejenis, adanya barang subtitusi serta respon masyarakat sekitar terhadap keberadaan usaha pupuk OFER. 3) Hasil matriks IE dengan nilai IFE 3,012 serta EFE sebesar 2,653 menempatkan perusahaan pada sel IV yaitu tumbuh dan kembangkan. 94 Strategi yang tepat dilakukan untuk kuadran ini antara lain, strategi integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan, integrasi horizontal), atau strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, pengembangan produk). Berdasarkan hasil analisis matriks SWOT, diperoleh delapan alternatif strategi pengembangan usaha yang dapat diterapkan oleh perusahaan dalam menjalankan usahanya. Adapun urutan prioritas strategi berdasarkan hasil QSPM adalah: (1) Meningkatkan keunggulan produk dengan diferensiasi produk (STAS = 6,621), (2) Melakukan penetrasi dan pengembangan pasar (STAS = 6,432), (3) Mengembangkan usaha dengan intensifikasi faktor produksi yang dimiliki (STAS = 6,202), (4) Melakukan diversifikasi usaha (STAS = 5,659), (5) Melakukan penggalian dan pengaplikasian informasi penelitian dan pengembangan pupuk organik (STAS = 5,641), (6) Melakukan sosialisasi/promosi tentang pupuk organik (STAS = 5,599), (7) Merencanakan dan menciptakan permodalan yang baik (STAS = 5,036) serta Memperbaiki manajemen perusahaan. 8.2. Saran Adapun saran yang dapat direkomendasikan kepada unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari, antara lain: 1) Unit usaha pupuk OFER perlu meningkatkan keunggulan produknya agar dapat mengembangkan bisnis yang sedang dijalankan. Keunggulan produk ini dapat diciptakan dengan melakukan strategi diferensiasi yaitu dengan terus melakukan inovasi produk seperti memproduksi pupuk organik yang memiliki kualitas, tampilan serta kemasan produk yang baik. Selain itu, faktor harga juga menjadi pertimbangan bagi para konsumen dalam melakukan pembelian. Menyikapi hal ini unit usaha juga harus mengusahakan biaya produksi serendah mungkin. Pengadaan bahan baku yang berkualitas dan peralatan yang cukup serta tenaga kerja yang terampil akan dapat menghasilkan produk yang baik. Kontrol kualitas harus dilakukan dengan baik agar produk yang dilepas ke pasar tidak membuat konsumen kecewa. Diferensiasi pada dimensi layanan juga dapat diterapkan untuk meningkatkan keunggulan produk. Strategi diferensiasi pada dimensi ini dapat dilakukan dengan meningkatkan pelayanan purna jual perusahaan 95 seperti pelayanan kritik dan saran dari para konsumen. Peran Dinas Pertanian dan LPS dalam hal ini juga cukup penting, dimana penyaluran informasiinformasi yang dibutuhkan untuk diferensiasi ini harus dilakukan dengan baik. 2) Unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari dengan ketersediaan sumber daya yang ada diharapkan juga berusaha menerapkan strategi lainnya sesuai dengan urutan prioritas strategi, yaitu melakukan penetrasi dan pengembangan pasar, mengembangkan usaha dengan intensifikasi faktor produksi yang dimiliki, melakukan diversifikasi usaha, melakukan penggalian dan pengaplikasian informasi penelitian dan pengembangan pupuk organik, melakukan sosialisasi/promosi tentang pupuk organik, merencanakan dan menciptakan permodalan yang baik serta memperbaiki manajemen perusahaan. Dengan demikian upaya untuk mengembangkan bisnis ini akan semakin mudah. 96 DAFTAR PUSTAKA Beritabumi. 2004. Produksi Pertanian Organik Indonesia Tumbuh 10% per tahun. http://www.beritabumi.com [3 Maret 2010] David Fred R. 2006. Manajemen Strategis Konsep. Edisi 10. Budi IS, penerjemah; Jakarta : Salemba Empat. Terjemahan dari: Strategic Management. Djuarnani N, Kristian, Setiawan BS. 2004. Cara cepat membuat kompos. Jakarta : Agromedia Pustaka Hunger JD, Wheelen TL. 2003. Manajemen Strategis. Agung J, penerjemah; Yogyakarta: Penerbit Andi. Terjemahan dari: Strategic Management 5th Edition. Husein.2009.http://ahoesein.blogspot.com/2009/08/apa-keunggulan-pupukorganik-dibanding.html [diakses tanggal 18 Februari 2010]. Kotler P, Keller KL. 2007. Manajemen Pemasaran. Edisi 12. Molan B, penerjemah; Jakarta: PT Indeks. Terjemahan dari: Marketing th Management 12 Edition. Musnawar, Effi Ismawati. 2006. Pembuatan dan Aplikasi Pupuk Organik Padat. Jakarta : Penebar Swadaya Nurhadi. 2008. Analisis strategi pengembangan usaha tanaman hias pada PT Kusuma Floracipta, Taman Anggrek Ragunan, Jakarta [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pearce dan Robinson. 1997. Manajemen Strategik, Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian. Jilid Satu. Jakarta: Bina Rupa Aksara. Porter ME. 1991. Strategi pengembangan usaha: teknik menganalisis industri dan pesaing. Maulana A, penerjemah; Jakarta : Erlangga. Terjemahan dari: Competitive Strategy. Pracaya. 2003. Bertanam Sayuran Organik di Kebun, Pot dan Polibag. Depok: Penebar Swadaya. Rangkuti F. 2004. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis: Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis. Untuk Menghadapi Abad 21. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Redaksi Agromedia. 2007. Petunjuk Pemupukan. Jakarta : Agromedia Pustaka Rohmiatin, Elmi. 2006. Analisis strategi pengembangan usaha beras organik Lembaga Pertanian Sehat di Desa Pasir Buncit Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Rosalina, Linda. 2009. Analisis strategi pengembangan usaha sayuran organik pada Kelompok Tani Sugih Tani pada kawasan agropolitan di Desa Karehkel, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. 97 Rosita, S. 2008. Analisis strategi usaha sayuran organik di PT Anugrah Bumi Persada “RR Organic Farm”, Kabupaten Cianjur [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Sugito, Y. 1995. Sistem Pertanian Organik. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang. Suwarsono. 1994. Manajemen Strategik. Konsep, Alat Analisa dan Konteks. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Akademi Manajemen Perusahaan YKPN. Umar H. 2008. Strategic Management in Action. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Wilis, Retno. 2008. Analisis kelayakan finansial usaha kompos sampah perumahan di CV Agri Medika Raharja Bogor [skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 98 LAMPIRAN 99 Lampiran 1. Kuisioner Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal KUISIONER PENELITIAN ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL Judul Penelitian: ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PUPUK OFER KOPERASI LISUNG KIWARI, CIGOMBONG, KABUPATEN BOGOR, PROPINSI JAWA BARAT Peneliti: RIBUT YUDHO AJI WICAKSONO H34063383 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 100 KUISIONER PENELITIAN ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL UNIT USAHA PUPUK OFER KOPERASI LISUNG KIWARI, CIGOMBONG, KABUPATEN BOGOR, PROPINSI JAWA BARAT IDENTITAS RESPONDEN Nama : Pekerjaan/Jabatan : Nomor Responden : PENDAHULUAN Faktor internal merupakan faktor-faktor di dalam unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari yang berpengaruh terhadap penentuan strategi yang akan disusun dalam penelitian ini. Lingkungan internal dalam unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari meliputi sumber daya manusia, kegiatan produksi, administrasi keuangan, pemasaran, serta penelitian dan pengembangan yang dilakukan. Tujuan dari tahapan ini yaitu untuk menentukan faktor-faktor strategis yang akan dimasukan ke dalam kelompok kekuatan dan kelemahan dalam perencanaan strategi. Setiap organisasi memiliki kekuatan dan kelemahannya masing-masing dalam area fungsional bisnisnya. Kekuatan/kelemahan internal digabungkan dengan peluang dan ancaman eksternal dan pernyataan misi yang jelas menjadi dasar untuk penetapan strategi. Proses analisis internal ini terdiri dari dua tahap yaitu tahap penentuan peringkat dan tahap penentuan bobot. Tahap penentuan peringkat dimaksudkan untuk mengukur pengaruh masing-masing variabel terhadap kondisi lingkungannya. Tahap penentuan bobot dimaksudkan untuk membandingkan pengaruh masing-masing variabel terhadap variabel lainnya dalam lingkungan internalnya. 101 PENENTUAN PERINGKAT Petunjuk Pengisian: 1. Penentuan peringkat ialah berdasarkan fakta yang terjadi di unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor 2. Berilah tanda (√ ) pada kolom yang sesuai. Adapun identitas kepentingan adalah sebagai berikut: 1 = Kelemahan utama/mayor 2 = Kelemahan kecil/minor 3 = Kekuatan kecil/minor 4 = Kekuatan besar/mayor Tabel 1. Penentuan Peringkat Faktor Strategis Internal No. Faktor Strategis Internal 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Peringkat 2 3 4 Kualitas dan kuantitas SDM Organisasi perusahaan Ketersediaan bahan baku Ketersediaan sarana dan prasarana produksi Kualitas produk Tampilan dan kemasan produk meniadakan kesan “kotoran” dan “sampah” Kuantitas produksi relatif berfluktuasi Tingkat kemudahan proses pembuatan bokhasi Ketersediaan modal Konsistensi pencatatan keuangan Pemasaran yang mengandalkan bantuan dari LPS Lokasi perusahaan Penelitian dan pengembangan yang dilakukan unit usaha koperasi Harga produk Biaya produksi Distribusi 102 PENENTUAN BOBOT Petunjuk Pengisian: 1. Bobot yang diberikan mengindikasikan tingkat penting relatif dari faktor terhadap keberhasilan perusahaan dalam industri, tanpa memandang faktor tersebut sebagai kekuatan atau kelemahan internal 2. Untuk menentukan bobot setiap variabel digunakan skala sebagai berikut: 1 = jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal Tabel 2. Faktor Strategis Internal Faktor Strategis Internal Kualitas dan kuantitas SDM A Organisasi perusahaan B C Ketersediaan bahan baku D Ketersediaan sarana dan prasarana produksi Kualitas produk E Tampilan dan kemasan produk meniadakan kesan “kotoran” dan “sampah” F G Kuantitas produksi relatif berfluktuasi H Tingkat kemudahan proses pembuatan bokhasi Ketersediaan modal I Konsistensi pencatatan keuangan J K Pemasaran yang mengandalkan bantuan dari LPS Lokasi perusahaan L M Penelitian dan pengembangan yang dilakukan unit usaha koperasi N Harga produk O Biaya produksi Distribusi P 103 Tabel 3. Penentuan Bobot Faktor Strategis Internal Faktor Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N O P Total Bobot A B C D E F G H I J K L M N O P Bogor, 2010 Responden ( ) 104 KUISIONER PENELITIAN ANALISIS LINGKUNGAN EKSTERNAL UNIT USAHA PUPUK OFER KOPERASI LISUNG KIWARI, CIGOMBONG, KABUPATEN BOGOR, PROPINSI JAWA BARAT IDENTITAS RESPONDEN Nama : Pekerjaan/Jabatan : Nomor Responden : PENDAHULUAN Faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang berasal dari luar unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari yang berpengaruh terhadap penentuan strategi yang akan disusun dalam penelitian ini. Lingkungan eksternal dalam unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari meliputi politik, ekonomi, teknologi, sosial-budaya, serta persaingan usaha pupuk organik. Tujuan audit eksternal ini yaitu untuk mengidentifikasi faktor-faktor strategis yang terdiri dari peluang yang dapat memberi manfaat dan ancaman yang harus dihindari. Kekuatan/kelemahan internal digabungkan dengan peluang dan ancaman eksternal dan pernyataan misi yang jelas menjadi dasar untuk penetapan strategi. Proses analisis eksternal ini terdiri dari dua tahap yaitu tahap penentuan peringkat dan tahap penentuan bobot. Tahap penentuan peringkat dimaksudkan untuk mengetahui efektivitas strategi perusahaan saat ini dalam merespon faktor tersebut. Tahap penentuan bobot dimaksudkan untuk membandingkan pengaruh masing-masing variabel terhadap variabel lainnya dalam lingkungan eksternalnya. 105 PENENTUAN PERINGKAT Petunjuk Pengisian: 1. Penentuan peringkat ialah berdasarkan fakta yang terjadi di unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor 2. Berilah tanda (√ ) pada kolom yang sesuai. Adapun identitas kepentingan adalah sebagai berikut: 4 = jika faktor tersebut berpengaruh sangat besar terhadap perusahaan 3 = jika faktor tersebut berpengaruh terhadap perusahaan 2 = jika faktor tersebut cukup berpengaruh terhadap perusahaan 1 = jika faktor tersebut kurang berpengaruh terhadap perusahaan Tabel 4. Penentuan Peringkat Faktor Strategis Eksternal No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Faktor Strategis Eksternal Peluang 1 2 3 4 Ancaman 1 2 3 4 Adanya program pemerintah melalui Departemen Pertanian yaitu “go organic 2010” Kebijakan harga pupuk oleh pemerintah Kebijakan impor pupuk Tingkat permintaan pupuk organic Kesadaran masyarakat akan pentingnya pertanian organik serta kepedulian terhadap kesehatan Fluktuasi perekonomian nasional Perdagangan bebas Perkembangan teknologi, baik produksi, informasi, transportasi dan komunikasi Tingkat persaingan bisnis pupuk organik Adanya isu degradasi lahan pertanian Keberadaan produk subtitusi Hubungan kemitraan dengan pihak LPS Respon masyarakat sekitar tempat usaha terhadap keberadaan usaha pupuk organik Koperasi Lisung Kiwari Keberadaan lembaga-lembaga penunjang 106 PENENTUAN BOBOT Petunjuk Pengisian: 1. Bobot yang diberikan mengindikasikan tingkat penting relatif dari faktor terhadap keberhasilan perusahaan dalam industri, tanpa memandang faktor tersebut sebagai peluang atau ancaman eksternal 2. Untuk menentukan bobot setiap variabel digunakan skala sebagai berikut: 1 = jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal Tabel 5. Faktor Strategis Eksternal Faktor Strategis Eksternal Adanya program pemerintah melalui Departemen Pertanian yaitu “go A organic 2010” Kebijakan harga pupuk oleh pemerintah B C Kebijakan impor pupuk D Tingkat permintaan pupuk organic Kesadaran masyarakat akan pentingnya pertanian organik serta kepedulian E terhadap kesehatan Fluktuasi perekonomian nasional F G Perdagangan bebas H Perkembangan teknologi, baik produksi, informasi, transportasi dan komunikasi Tingkat persaingan bisnis pupuk organic I Adanya isu degradasi lahan pertanian J K Keberadaan produk subtitusi Hubungan kemitraan dengan pihak LPS L M Respon masyarakat sekitar tempat usaha terhadap keberadaan usaha pupuk organik Koperasi Lisung Kiwari N Keberadaan lembaga-lembaga penunjang 107 Tabel 6. Penentuan Bobot Faktor Strategis Eksternal Faktor A Strategis Eksternal B C D E F G H I J K L M N Total Bobot A B C D E F G H I J K L M N Bogor, 2010 Responden ( ) 108 Lampiran 2. Hasil Pengolahan Data Responden 1 Tabel Penentuan Peringkat Faktor Strategis Internal No. Faktor Strategis Internal 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Kualitas dan kuantitas SDM Organisasi perusahaan Ketersediaan bahan baku Ketersediaan sarana dan prasarana produksi Kualitas produk Tampilan dan kemasan produk meniadakan kesan “kotoran” dan “sampah” Kuantitas produksi relatif berfluktuasi Tingkat kemudahan proses pembuatan bokhasi Ketersediaan modal Konsistensi pencatatan keuangan Pemasaran yang mengandalkan bantuan dari LPS Lokasi perusahaan Penelitian dan pengembangan yang dilakukan unit usaha koperasi Harga produk Biaya produksi Distribusi Peringkat 2 3 4 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Tabel Penentuan Bobot Faktor Strategis Internal Faktor Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N O P A 2 2 3 3 1 1 1 3 1 1 1 2 3 3 2 B C D E F G H I J K L M N O P Total Bobot 2 2 1 1 1 2 1 2 1 1 3 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 3 3 3 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 1 1 2 3 1 3 2 2 1 3 1 2 1 2 1 2 2 3 1 3 3 2 3 2 3 3 2 3 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 1 2 2 1 2 1 3 1 3 2 3 1 3 2 2 3 2 3 3 2 2 1 1 2 1 2 2 1 3 3 3 2 3 2 2 1 3 1 2 2 3 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 3 1 3 2 3 2 1 1 2 1 1 1 1 2 2 1 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 1 2 3 1 3 2 2 3 2 3 2 2 1 1 2 1 3 2 1 3 3 1 3 3 3 2 2 2 2 1 1 3 3 2 3 3 2 2 1 2 31 29 30 30 40 23 26 22 38 21 31 31 22 40 37 29 480 0,065 0,60 0,063 0,063 0,083 0,048 0,054 0,046 0,079 0,044 0,065 0,065 0,046 0,083 0,076 0,060 1,000 109 Tabel Penentuan Peringkat Faktor Strategis Eksternal No. Faktor Strategis Eksternal 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Adanya program pemerintah melalui Departemen Pertanian yaitu “go organic 2010” Kebijakan harga pupuk oleh pemerintah Kebijakan impor pupuk Tingkat permintaan pupuk organic Kesadaran masyarakat akan pentingnya pertanian organik serta kepedulian terhadap kesehatan Fluktuasi perekonomian nasional Perdagangan bebas Perkembangan teknologi, baik produksi, informasi, transportasi dan komunikasi Tingkat persaingan bisnis pupuk organic Adanya isu degradasi lahan pertanian Keberadaan produk subtitusi Hubungan kemitraan dengan pihak LPS Respon masyarakat sekitar tempat usaha terhadap keberadaan usaha pupuk organik Koperasi Lisung Kiwari Keberadaan lembaga-lembaga penunjang Peluang 2 3 √ 4 1 Ancaman 2 3 4 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Tabel Penentuan Bobot Faktor Strategis Eksternal Faktor A Strategis Eksternal A B C D E F G H I J K L M N 3 3 2 2 2 1 1 3 2 3 2 1 2 B C D E F G H I J K L M N 1 1 2 2 1 1 2 3 2 3 2 2 1 2 1 3 3 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 1 1 2 2 1 1 1 1 3 3 2 3 3 3 2 2 3 1 3 3 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 1 2 1 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 2 1 1 3 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 3 1 2 1 2 3 1 1 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 1 2 1 3 1 2 1 1 2 1 2 2 1 1 3 2 2 3 1 3 3 1 2 2 1 3 1 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 2 2 3 1 2 1 2 2 3 2 3 3 1 3 2 2 2 1 2 3 Total Bobot 25 28 26 34 22 28 20 22 34 19 28 31 19 30 366 0,067 0,077 0,070 0,093 0,060 0,077 0,055 0,060 0,093 0,052 0,077 0,085 0,052 0,082 1,000 110 Tabel Perhitungan STAS untuk Prioritas Strategi Faktor Bobot Strategi 1 Strategi 2 Kunci rata-rata AS 0.065 I1 4 0.055 I2 4 0.071 I3 4 0.066 14 4 0.085 I5 4 0.061 I6 4 0.052 I7 1 0.053 I8 3 0.068 I9 4 0.041 I10 3 0.063 I11 2 0.061 I12 2 0.041 I13 4 0.084 I14 3 0.079 I15 3 0.055 I16 1 0.068 E1 4 0.08 E2 2 0.074 E3 3 0.093 E4 4 0.069 E5 4 0.071 E6 1 0.057 E7 3 0.056 E8 4 0.093 E9 4 0.061 E10 3 0.071 E11 3 0.078 E12 4 0.049 E13 1 0.08 E14 4 STAS TAS AS Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 Strategi 8 TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS 0.260 4 0.260 4 0.260 4 0.260 3 0.195 2 0.130 4 0.260 4 0.260 0.220 2 0.110 3 0.165 4 0.220 3 0.165 2 0.110 3 0.165 2 0.110 0.284 3 0.213 4 0.284 1 0.071 4 0.284 1 0.071 1 0.071 3 0.213 0.264 3 0.198 4 0.264 1 0.066 4 0.264 1 0.066 2 0.132 3 0.198 0.340 2 0.170 4 0.340 2 0.170 4 0.340 4 0.340 2 0.170 4 0.340 0.244 2 0.122 3 0.183 2 0.122 4 0.244 3 0.183 1 0.061 3 0.183 0.052 4 0.208 3 0.156 2 0.104 3 0.156 1 0.052 3 0.156 2 0.104 0.159 1 0.053 3 0.159 2 0.106 4 0.212 2 0.106 1 0.053 4 0.212 0.272 4 0.272 4 0.272 4 0.272 4 0.272 4 0.272 4 0.272 3 0.204 0.123 1 0.041 1 0.041 3 0.123 2 0.082 1 0.041 3 0.123 2 0.082 0.126 4 0.252 4 0.252 3 0.189 2 0.126 3 0.189 2 0.126 2 0.126 0.122 3 0.183 4 0.244 2 0.122 3 0.183 3 0.183 2 0.122 1 0.061 0.164 4 0.164 1 0.041 3 0.123 4 0.164 3 0.123 4 0.164 4 0.164 0.252 2 0.168 4 0.336 2 0.168 4 0.336 4 0.336 2 0.168 3 0.252 0.237 4 0.316 2 0.158 3 0.237 4 0.316 2 0.158 3 0.237 3 0.237 0.055 3 0.165 4 0.220 2 0.110 2 0.110 4 0.220 1 0.055 2 0.110 0.272 4 0.272 4 0.272 2 0.136 4 0.272 4 0.272 2 0.136 3 0.204 0.160 2 0.160 3 0.240 1 0.080 4 0.320 2 0.160 2 0.160 2 0.160 0.222 2 0.148 3 0.222 1 0.074 4 0.296 2 0.148 1 0.074 2 0.148 0.372 1 0.093 4 0.372 3 0.279 4 0.372 4 0.372 4 0.372 3 0.279 0.276 4 0.276 4 0.276 2 0.138 3 0.207 4 0.276 3 0.207 2 0.138 0.071 3 0.213 2 0.142 2 0.142 2 0.142 2 0.142 3 0.213 2 0.142 0.171 3 0.171 1 0.057 2 0.114 3 0.171 2 0.114 3 0.171 3 0.171 0.224 4 0.224 4 0.224 3 0.168 4 0.224 4 0.224 3 0.168 4 0.224 0.372 4 0.372 4 0.372 4 0.372 4 0.372 4 0.372 4 0.372 4 0.372 0.183 2 0.122 3 0.183 2 0.122 2 0.122 3 0.183 2 0.122 3 0.183 0.213 1 0.071 2 0.142 3 0.213 4 0.284 3 0.213 3 0.213 2 0.142 0.312 4 0.312 3 0.234 4 0.312 3 0.234 3 0.234 4 0.312 3 0.234 0.049 2 0.098 1 0.049 1 0.049 1 0.049 4 0.196 1 0.049 1 0.049 0.320 4 0.320 3 0.240 4 0.320 2 0.160 3 0.240 4 0.320 4 0.320 6.391 5.747 6.400 4.982 6.674 5.726 5.224 5.622 111 Lampiran 3. Hasil Pengolahan Data Responden 2 Tabel Penentuan Peringkat Faktor Strategis Internal No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Faktor Strategis Internal Kualitas dan kuantitas SDM Organisasi perusahaan Ketersediaan bahan baku Ketersediaan sarana dan prasarana produksi Kualitas produk Tampilan dan kemasan produk meniadakan kesan “kotoran” dan “sampah” Kuantitas produksi relatif berfluktuasi Tingkat kemudahan proses pembuatan bokhasi Ketersediaan modal Konsistensi pencatatan keuangan Pemasaran yang mengandalkan bantuan dari LPS Lokasi perusahaan Penelitian dan pengembangan yang dilakukan unit usaha koperasi Harga produk Biaya produksi Distribusi 1 √ Peringkat 2 3 4 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Tabel Penentuan Bobot Faktor Strategis Internal Faktor Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N O P A 1 2 2 3 3 1 3 2 1 2 2 1 3 2 2 B C D E F G H I J K L M N O P Total Bobot 3 2 1 2 1 2 1 1 2 2 1 2 1 2 3 3 3 3 2 3 2 1 2 2 3 3 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 1 2 3 3 3 1 1 2 1 2 1 2 2 3 2 1 2 3 1 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 2 1 2 2 1 2 2 2 3 1 3 2 2 2 3 1 3 2 2 3 3 3 3 3 2 1 2 3 1 3 3 1 3 3 2 2 2 3 1 2 2 1 2 2 1 3 3 1 2 2 2 1 2 1 1 2 1 3 3 3 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 1 2 2 3 2 1 2 2 3 3 2 2 3 2 3 3 1 3 3 2 2 2 3 2 2 3 3 2 1 2 1 1 2 2 1 3 3 2 3 3 3 2 1 2 2 1 1 3 2 2 3 3 2 2 1 1 30 0,0 24 0,0 32 0,0 32 0,0 40 0,0 29 0,0 22 0,0 26 0,0 37 0,0 19 0, 33 0,0 31 0,0 19 0,0 41 0,0 39 0,0 26 0,0 480 1,000 112 Tabel Penentuan Peringkat Faktor Strategis Eksternal No. Faktor Strategis Eksternal 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Adanya program pemerintah melalui Departemen Pertanian yaitu “go organic 2010” Kebijakan harga pupuk oleh pemerintah Kebijakan impor pupuk Tingkat permintaan pupuk organic Kesadaran masyarakat akan pentingnya pertanian organik serta kepedulian terhadap kesehatan Fluktuasi perekonomian nasional Perdagangan bebas Perkembangan teknologi, baik produksi, informasi, transportasi dan komunikasi Tingkat persaingan bisnis pupuk organic Adanya isu degradasi lahan pertanian Keberadaan produk subtitusi Hubungan kemitraan dengan pihak LPS Respon masyarakat sekitar tempat usaha terhadap keberadaan usaha pupuk organik Koperasi Lisung Kiwari Keberadaan lembaga-lembaga penunjang Peluang 2 3 4 √ 1 Ancaman 2 3 4 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Tabel Penentuan Bobot Faktor Strategis Eksternal Faktor A Strategis Eksternal A B C D E F G H I J K L M N 3 2 3 2 3 2 1 3 2 1 2 1 2 B C D E F G H I J K L M N 1 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 2 2 1 1 2 2 1 1 2 1 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 2 3 2 2 2 3 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 3 2 2 3 1 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 1 3 2 2 3 2 3 2 2 3 1 2 2 1 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 Total Bobot 25 28 26 33 26 27 23 22 33 22 24 30 18 27 364 0,069 0,077 0,071 0,091 0,071 0,074 0,063 0,060 0,091 0,060 0,066 0,083 0,050 0,074 1,000 113 Tabel Perhitungan STAS untuk Prioritas Strategi Faktor Bobot Strategi 1 Kunci Rata-Rata AS 0.065 I1 3 0.055 I2 3 0.071 I3 4 0.066 14 4 0.085 I5 4 0.061 I6 4 0.052 I7 1 0.053 I8 3 0.068 I9 4 0.041 I10 3 0.063 I11 3 0.061 I12 2 0.041 I13 4 0.084 I14 3 0.079 I15 3 0.055 I16 1 0.068 E1 3 0.08 E2 2 0.074 E3 3 0.093 E4 3 0.069 E5 4 0.071 E6 1 0.057 E7 3 0.056 E8 4 0.093 E9 4 0.061 E10 3 0.071 E11 3 0.078 E12 3 0.049 E13 1 0.08 E14 4 STAS Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 TAS AS Strategi 8 TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS 0.195 4 0.260 4 0.260 4 0.260 3 0.195 2 0.130 3 0.195 4 0.260 0.165 2 0.110 3 0.165 4 0.220 3 0.165 2 0.110 3 0.165 2 0.110 0.284 3 0.213 4 0.284 1 0.071 3 0.213 1 0.071 1 0.071 4 0.284 0.264 3 0.198 3 0.198 2 0.132 3 0.198 2 0.132 2 0.132 4 0.264 0.340 3 0.255 4 0.340 2 0.170 4 0.340 4 0.340 2 0.170 4 0.340 0.244 2 0.122 3 0.183 2 0.122 4 0.244 3 0.183 1 0.061 3 0.183 0.052 4 0.208 3 0.156 2 0.104 3 0.156 1 0.052 3 0.156 2 0.104 0.159 1 0.053 3 0.159 2 0.106 3 0.159 2 0.106 1 0.053 4 0.212 0.272 3 0.204 4 0.272 3 0.204 4 0.272 4 0.272 4 0.272 3 0.204 0.123 1 0.041 1 0.041 3 0.123 2 0.082 1 0.041 3 0.123 2 0.082 0.189 4 0.252 4 0.252 3 0.189 1 0.063 2 0.126 2 0.126 2 0.126 0.122 3 0.183 4 0.244 2 0.122 3 0.183 3 0.183 1 0.061 1 0.061 0.164 3 0.123 2 0.082 3 0.123 4 0.164 3 0.123 4 0.164 4 0.164 0.252 2 0.168 4 0.336 2 0.168 4 0.336 4 0.336 2 0.168 3 0.252 0.237 4 0.316 2 0.158 3 0.237 4 0.316 2 0.158 3 0.237 3 0.237 0.055 3 0.165 3 0.165 3 0.165 2 0.110 4 0.220 1 0.055 2 0.110 0.204 3 0.204 3 0.204 2 0.136 3 0.204 3 0.204 2 0.136 3 0.204 0.160 2 0.160 3 0.240 1 0.080 4 0.320 2 0.160 2 0.160 3 0.240 0.222 2 0.148 3 0.222 1 0.074 4 0.296 2 0.148 1 0.074 2 0.148 0.279 1 0.093 4 0.372 3 0.279 4 0.372 4 0.372 4 0.372 3 0.279 0.276 4 0.276 4 0.276 2 0.138 3 0.207 4 0.276 2 0.138 1 0.069 0.071 2 0.142 2 0.142 2 0.142 2 0.142 2 0.142 2 0.142 2 0.142 0.171 3 0.171 1 0.057 3 0.171 3 0.171 2 0.114 3 0.171 3 0.171 0.224 4 0.224 4 0.224 3 0.168 4 0.224 4 0.224 3 0.168 4 0.224 0.372 4 0.372 4 0.372 4 0.372 4 0.372 4 0.372 4 0.372 4 0.372 0.183 2 0.122 2 0.122 2 0.122 2 0.122 3 0.183 2 0.122 3 0.183 0.213 1 0.071 2 0.142 3 0.213 4 0.284 2 0.142 3 0.213 2 0.142 0.234 4 0.312 3 0.234 4 0.312 3 0.234 3 0.234 3 0.234 3 0.234 0.049 2 0.098 1 0.049 1 0.049 2 0.098 4 0.196 1 0.049 1 0.049 0.320 4 0.320 3 0.240 4 0.320 2 0.160 3 0.240 3 0.240 4 0.320 6.095 5.584 6.191 5.092 6.402 5.590 TAS AS TAS 4.800 5.770 114 Lampiran 4. Hasil Perhitungan Data Responden 3 Tabel Penentuan Peringkat Faktor Strategis Internal No. Faktor Strategis Internal 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Kualitas dan kuantitas SDM Organisasi perusahaan Ketersediaan bahan baku Ketersediaan sarana dan prasarana produksi Kualitas produk Tampilan dan kemasan produk meniadakan kesan “kotoran” dan “sampah” Kuantitas produksi relatif berfluktuasi Tingkat kemudahan proses pembuatan bokhasi Ketersediaan modal Konsistensi pencatatan keuangan Pemasaran yang mengandalkan bantuan dari LPS Lokasi perusahaan Penelitian dan pengembangan yang dilakukan unit usaha koperasi Harga produk Biaya produksi Distribusi Peringkat 2 3 4 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Tabel Penentuan Bobot Faktor Strategis Internal Faktor Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N O P A 1 3 2 3 2 1 3 2 1 2 1 1 3 2 1 B C D E F G H I J K L M N O P Total Bobot 3 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 1 1 2 1 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 1 3 2 3 3 3 3 2 2 3 1 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 1 2 3 1 3 3 3 3 3 2 2 3 1 2 1 2 1 3 3 2 2 3 2 1 2 1 1 1 1 1 2 2 1 3 2 2 3 1 1 1 1 1 3 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 3 2 1 2 1 1 2 2 1 3 3 2 1 1 2 2 2 3 3 1 1 2 1 1 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 1 2 2 2 1 3 3 1 3 3 3 2 1 1 32 26 38 32 42 36 27 33 24 17 27 25 17 41 39 24 480 0,067 0,054 0,079 0,067 0,088 0,075 0,056 0,069 0,050 0,35 0,055 0,052 0,035 0,085 0,081 0,050 1,000 115 Tabel Penentuan Peringkat Faktor Strategis Eksternal No. Faktor Strategis Eksternal 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Adanya program pemerintah melalui Departemen Pertanian yaitu “go organic 2010” Kebijakan harga pupuk oleh pemerintah Kebijakan impor pupuk Tingkat permintaan pupuk organic Kesadaran masyarakat akan pentingnya pertanian organik serta kepedulian terhadap kesehatan Fluktuasi perekonomian nasional Perdagangan bebas Perkembangan teknologi, baik produksi, informasi, transportasi dan komunikasi Tingkat persaingan bisnis pupuk organic Adanya isu degradasi lahan pertanian Keberadaan produk subtitusi Hubungan kemitraan dengan pihak LPS Respon masyarakat sekitar tempat usaha terhadap keberadaan usaha pupuk organik Koperasi Lisung Kiwari Keberadaan lembaga-lembaga penunjang Peluang 2 3 4 √ 1 Ancaman 2 3 4 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Tabel Penentuan Bobot Faktor Strategis Eksternal Faktor A Strategis Eksternal A B C D E F G H I J K L M N 2 2 3 3 1 1 1 3 2 2 3 1 3 B C D E F G H I J K L M N 2 2 2 1 1 1 1 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 1 2 1 2 1 1 1 1 2 3 2 3 2 2 1 2 3 2 3 2 2 2 3 1 2 2 2 1 2 2 3 3 3 2 1 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 2 3 2 1 1 1 2 1 1 2 1 2 3 1 1 1 1 3 2 2 2 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 1 3 2 2 1 2 2 2 2 3 2 1 1 2 2 1 3 3 3 2 1 3 3 2 2 3 2 3 1 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 3 1 2 3 Total Bobot 25 31 29 35 28 23 19 17 35 26 25 24 16 31 364 0,069 0,085 0,080 0,096 0,077 0,063 0,052 0,047 0,096 0,071 0,069 0,066 0,044 0,085 1,000 116 Tabel Perhitungan STAS untuk Prioritas Strategi Faktor Bobot Kunci Rata-Rata 0.065 I1 0.055 I2 0.071 I3 0.066 14 0.085 I5 0.061 I6 0.052 I7 0.053 I8 0.068 I9 0.041 I10 0.063 I11 0.061 I12 0.041 I13 0.084 I14 0.079 I15 0.055 I16 0.068 E1 0.08 E2 0.074 E3 0.093 E4 0.069 E5 0.071 E6 0.057 E7 0.056 E8 0.093 E9 0.061 E10 0.071 E11 0.078 E12 0.049 E13 0.08 E14 STAS Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 AS TAS AS TAS 3 0.195 4 0.260 4 0.260 4 3 0.165 3 0.165 3 0.213 3 3 Strategi 6 Strategi 7 AS TAS AS TAS 0.260 4 0.260 2 0.130 3 0.195 3 0.195 3 0.165 4 0.220 3 0.165 2 0.110 3 0.165 1 0.055 0.213 4 0.284 2 0.142 4 0.284 1 0.071 2 0.142 3 0.213 0.198 3 0.198 4 0.264 2 0.132 4 0.264 1 0.066 2 0.132 3 0.198 4 0.340 2 0.170 4 0.340 2 0.170 4 0.340 4 0.340 2 0.170 4 0.340 4 0.244 2 0.122 3 0.183 2 0.122 1 0.052 4 0.208 3 0.156 2 0.104 4 0.244 3 0.183 1 0.061 3 0.183 3 0.156 1 0.052 3 0.156 2 0.104 3 0.159 1 0.053 3 0.159 2 0.106 4 0.212 2 0.106 1 0.053 4 0.212 4 0.272 4 0.272 4 0.272 4 0.272 4 0.272 4 0.272 4 0.272 3 0.204 3 0.123 1 0.041 2 0.082 3 0.123 2 0.082 1 0.041 3 0.123 1 0.041 2 0.126 2 0.126 4 0.252 2 0.126 2 0.126 3 0.189 2 0.126 2 0.126 2 0.122 3 0.183 4 0.244 2 0.122 3 0.183 3 0.183 2 0.122 1 0.061 4 0.164 4 0.164 1 0.041 3 0.123 4 0.164 3 0.123 4 0.164 4 0.164 3 0.252 2 0.168 4 0.336 2 0.168 4 0.336 3 0.252 2 0.168 3 0.252 3 0.237 4 0.316 3 0.237 3 0.237 4 0.316 2 0.158 3 0.237 3 0.237 2 0.110 3 0.165 4 0.220 2 0.110 2 0.110 4 0.220 1 0.055 2 0.110 4 0.272 4 0.272 4 0.272 2 0.136 4 0.272 3 0.204 2 0.136 3 0.204 2 0.160 2 0.160 3 0.240 1 0.080 4 0.320 2 0.160 2 0.160 2 0.160 3 0.222 2 0.148 3 0.222 1 0.074 4 0.296 2 0.148 1 0.074 2 0.148 4 0.372 1 0.093 4 0.372 3 0.279 4 0.372 3 0.279 4 0.372 3 0.279 3 0.207 4 0.276 4 0.276 2 0.138 3 0.207 4 0.276 2 0.138 2 0.138 1 0.071 3 0.213 3 0.213 2 0.142 2 0.142 2 0.142 3 0.213 2 0.142 3 0.171 3 0.171 3 0.171 2 0.114 3 0.171 2 0.114 3 0.171 3 0.171 4 0.224 4 0.224 4 0.224 3 0.168 4 0.224 4 0.224 3 0.168 4 0.224 4 0.372 4 0.372 4 0.372 4 0.372 4 0.372 4 0.372 4 0.372 4 0.372 3 0.183 2 0.122 3 0.183 2 0.122 2 0.122 3 0.183 2 0.122 3 0.183 3 0.213 1 0.071 2 0.142 3 0.213 4 0.284 3 0.213 3 0.213 3 0.213 4 0.312 3 0.234 3 0.234 3 0.234 3 0.234 3 0.234 3 0.234 3 0.234 1 0.049 3 0.147 1 0.049 1 0.049 2 0.098 4 0.196 1 0.049 1 0.049 4 0.320 4 0.320 3 0.240 3 0.240 2 0.160 3 0.240 4 0.320 4 6.705 4.898 5.647 6.788 TAS AS TAS Strategi 8 AS 6.120 AS TAS AS TAS Strategi 5 5.481 5.083 0.320 5.532 117 Lampiran 5. Perhitungan Peringkat dan Bobot Rata-rata Faktor Strategis Internal Tabel Perhitungan Rating Rata-rata Faktor Internal Faktor-faktor Strategis Internal Rating Faktor-faktor Strategis Internal Responden 1 Responden 2 Responden 3 Rata-rata Kekuatan Ketersediaan bahan baku Ketersediaan sarana dan prasarana produksi Kualitas produk Tampilan dan kemasan produk dari kesan “limbah” Kemudahan proses pembuatan bokhasi Lokasi perusahaan Harga produk Biaya produksi Distribusi Kelemahan Kualitas dan kuantitas SDM Organisasi perusahaan Kuantitas produk berfluktuasi Ketersediaan modal Konsistensi pencatatan keuangan Pemasaran yang mengandalkan peran LPS Penelitian dan pengembangan 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3,7 3,7 4,0 3,7 3,3 3,7 4,0 4,0 3,7 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1,7 2,0 1,3 1,7 2,0 2,0 1,7 Tabel Perhitungan Bobot Rata-rata Faktor Internal Faktor-faktor Strategis Internal Bobot Faktor-faktor Strategis Internal Responden 1 Responden 2 Responden 3 Rata-rata Kekuatan Ketersediaan bahan baku Ketersediaan sarana dan prasarana produksi Kualitas produk Tampilan dan kemasan produk dari kesan “limbah” Kemudahan proses pembuatan bokhasi Lokasi perusahaan Harga produk Biaya produksi Distribusi Kelemahan Kualitas dan kuantitas SDM Organisasi perusahaan Kuantitas produk berfluktuasi Ketersediaan modal Konsistensi pencatatan keuangan Pemasaran yang mengandalkan peran LPS Penelitian dan pengembangan Jumlah 0,063 0,063 0,083 0,048 0,046 0,065 0,083 0,076 0,060 0,067 0,067 0,083 0,060 0,054 0,065 0,085 0,081 0,054 0,079 0,067 0,088 0,075 0,069 0,052 0,085 0,081 0,050 0,071 0,066 0,085 0,061 0,053 0,061 0,084 0,079 0,055 0,065 0,060 0,054 0,079 0,044 0,065 0,046 1,000 0,063 0,050 0,046 0,076 0,040 0,069 0,040 1,000 0,067 0,054 0,056 0,050 0,035 0,055 0,035 1,000 0,065 0,055 0,052 0,068 0,041 0,063 0,041 1,000 118 Lampiran 6. Perhitungan Peringkat dan Bobot Rata-rata Faktor Strategis Eksternal Tabel Perhitungan Rating Rata-rata Faktor Eksternal Faktor-faktor Strategis Eksternal Rating Faktor-faktor Strategis Eksternal Responden 1 Responden 2 Responden 3 Rata-rata Peluang Program pemerintah “go organic 2010” Kebijakan harga pupuk Kebijakan impor pupuk Tingkat permintaan pupuk organic Kesadaran masyarakat akan pentingnya pertanian organik Perkembangan teknologi, baik produksi, informasi, transportasi dan komunikasi Adanya isu degradasi lahan pertanian Hubungan kemitraan dengan pihak LPS Keberadaan lembaga-lembaga penunjang Ancaman Fluktuasi perekonomian nasional Perdagangan bebas Tingkat persaingan bisnis pupuk organic Keberadaan produk subtitusi Respon masyarakat sekitar tempat usaha terhadap keberadaan usaha pupuk organik Koperasi Lisung Kiwari 2 3 3 4 2 3 4 3 3 4 4 2 4 2 3 3 3 1 3,3 2,7 3,0 3,7 3,0 2,0 1 2 3 2 3 2 3 2 1 2,0 2,3 2,0 3 3 3 2 2 3 3 4 2 2 3 3 2 1 1 3,0 3,0 3,0 1,7 1,7 Tabel Perhitungan Bobot Rata-rata Faktor Eksternal Faktor-faktor Strategis Eksternal Bobot Faktor-faktor Strategis Eksternal Responden 1 Responden 2 Responden 3 Rata-rata Peluang Program pemerintah “go organic 2010” Kebijakan harga pupuk Kebijakan impor pupuk Tingkat permintaan pupuk organic Kesadaran masyarakat akan pentingnya pertanian organik Perkembangan teknologi, baik produksi, informasi, transportasi dan komunikasi Adanya isu degradasi lahan pertanian Hubungan kemitraan dengan pihak LPS Keberadaan lembaga-lembaga penunjang Ancaman Fluktuasi perekonomian nasional Perdagangan bebas Tingkat persaingan bisnis pupuk organic Keberadaan produk subtitusi Respon masyarakat sekitar tempat usaha terhadap keberadaan usaha pupuk organik Koperasi Lisung Kiwari 0,067 0,077 0,070 0,093 0,060 0,060 0,069 0,077 0,071 0,091 0,071 0,060 0,069 0,085 0,080 0,096 0,077 0,047 0,068 0,080 0,074 0,093 0,069 0,056 0,052 0,085 0,082 0,060 0,083 0,074 0,071 0,066 0,085 0,061 0,078 0,080 0,077 0,055 0,093 0,077 0,052 0,074 0,063 0,091 0,066 0,050 0,063 0,052 0,096 0,069 0,044 0,071 0,057 0,093 0,071 0,049 Jumlah 1,000 1,000 1,000 1,000 119 Lampiran 7. Tabel Perhitungan Nilai STAS Rata-rata Alternatif Strategi Responden 1 Responden 2 STAS Strategi 1 6.391 6.095 STAS Strategi 2 5.747 5.584 STAS Strategi 3 6.400 6.191 STAS Strategi 4 4.982 5.092 STAS Strategi 5 6.674 6.402 STAS Strategi 6 5.726 5.590 STAS Strategi 7 5.224 4.800 STAS Strategi 8 5.622 5.770 Responden 3 6.120 5.647 6.705 4.898 6.788 5.481 5.083 5.532 Rata-rata 6.202 5.659 6.432 4.991 6.621 5.599 5.036 5.641 Prioritas 3 4 2 8 1 6 7 5 120 Lampiran 8. Lay out tempat produksi 4 30 cm 3 2 1 5m 2,5 m 10 m 8m 4m Gudang 1 Gudang 2 6m Petak 1 14 m 10 m Petak 2 Lantai Petak 3 2,5 m Penjemuran Petak 4 5m 13 m 121 Lampiran 9. Dokumentasi Pelaksanaan Turun Lapang P3S LPS Mesin Chooper Lokasi Produksi Arang Sekam Pencampuran Bahan Penyiraman Larutan Molase Pengadukan 122 Adonan Pupuk OFER Pengayakan Pembungkusan Pengemasan 123