skripsi ribut - IPB Repository

advertisement
ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PUPUK
OFER KOPERASI LISUNG KIWARI, CIGOMBONG,
KABUPATEN BOGOR, PROPINSI JAWA BARAT
SKRIPSI
RIBUT YUDHO AJI WICAKSONO
H34063383
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
i
RINGKASAN
RIBUT YUDHO AJI WICAKSONO. Analisis Strategi Pengembangan Usaha
Pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari, Cigombong, Kabupaten Bogor,
Propinsi Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan POPONG
NURHAYATI).
Pertanian merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi besar
terhadap perekonomian Indonesia. Sumber daya alam yang sangat mendukumg
dan sumber daya manusia yang melimpah merupakan faktor yang memberikan
peluang besar bagi bangsa Indonesia untuk mengembangkan sektor pertaniannya.
Pertanian dapat mengahasilkan berbagai produk yang menunjang kehidupan umat
manusia mulai dari pangan, sandang, papan serta produk-produk lainnya.
Bercermin pada peran sektor pertanian yang sangat penting, upaya untuk
melakukan pengembangan kegiatan sektor pertanian terus ditingkatkan. Salah satu
cara yang dilakukan adalah dengan menggunakan bahan-bahan anorganik, seperti
pupuk dan obat-obatan.
Akumulasi dari penggunaan bahan-bahan anorganik dalam kegiatan
pertanian secara terus-menerus ternyata juga membawa dampak negatif. Dampak
negatif yang paling besar adalah adanya ketergantungan terhadap bahan-bahan
anorganik dalam kegiatan pertanian, kesehatan manusia yang dapat terancam
karena bahan anorganik yang digunakan dan degradasi lahan yang disebabkan
karena penggunaan bahan-bahan anorganik yang tiada henti. Selain itu, sekarang
ini petani dihadapkan kepada permasalahan meningkatnya harga pupuk yang
berdampak pada kelangsungan usaha petani. Petani sebagai konsumen utama
sering merasa kesulitan dengan adanya kenaikan harga pupuk dan sukarnya untuk
mendapatkan pupuk. Kelangkaan pupuk anorganik mendorong pemerintah untuk
membuat alternatif lain yaitu pupuk organik. Sesuai dengan program pemerintah
melalui Departemen Pertanian yaitu “go organic 2010”, dewasa ini pertanian di
Indonesia mulai bergeser pada pertanian berbasis organik.
Kondisi-kondisi tersebut menciptakan peluang usaha yang sangat terbuka
bagi pihak yang ingin berbisnis pupuk organik. Propinsi Jawa Barat, khususnya
Kabupaten Bogor, cukup potensial untuk mengembangkan usaha pupuk organik.
Unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari merupakan usaha baru yang
bergerak di bidang pupuk organik yang didirikan di Kabupaten Bogor. Dalam
upaya pengembangan usaha yang telah dijalankan faktor internal dan eksternal
sangat mempengaruhi. Unit usaha tersebut harus mampu mengidentifikasi dan
melakukan antisipasi yang tepat terhadap semua faktor yang mempengaruhi agar
usaha dapat berkembang. Oleh karena itu, diperlukan suatu formulasi strategi
pengembangan usaha yang tepat bagi unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung
Kiwari. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mengidentifikasi faktor-faktor
lingkungan internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan, (2) Mengidentifikasi
faktor-faktor lingkungan eksternal yang menjadi peluang dan ancaman, (3)
Mengetahui apa saja alternatif strategi pengembangan usaha yang tepat beserta
prioritasnya untuk diterapkan pada unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung
Kiwari.
ii
Penelitian dilakukan di Koperasi Lisung Kiwari Cigombong, Kabupaten
Bogor. Pengumpulan data dilakukan pada bulan April-Mei 2010. Pemilihan
responden dilakukan secara purposive yaitu metode pengambilan responden yang
dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan
penelitian. Responden yang dipilih adalah tiga orang, yaitu kepala unit usaha
pupuk OFER, pihak LPS sebagai mitra dan penyuluh pertanian. Metode
pengolahan dan analisis data terdiri dari analisis deskriptif, analisis lingkungan
eksternal dan internal, matriks EFE dan IFE, matriks IE, matriks SWOT dan
QSPM.
Identifikasi lingkungan internal menghasilkan sembilan faktor kekuatan
dan tujuh faktor kelemahan. Berdasarkan hasil analisis pada matriks IFE dapat
dilihat bahwa faktor internal yang memberikan skor tertinggi adalah kualitas
produk dengan bobot skor rata-rata sebesar 0,340. Sedangkan kelemahan utama
adalah kuantitas produk yang berfluktuasi dengan bobot skor rata-rata sebesar
0,068. Total skor matriks IFE adalah sebesar 3,012. Di samping itu, identifikasi
lingkungan eksternal menghasilkan sembilan faktor peluang dan lima faktor
ancaman. Berdasarkan hasil perhitungan matriks EFE bahwa peluang utama
terdapat pada tingkat permintaan pupuk organik dengan bobot skor rata-rata
sebesar 0,344. Sedangkan ancaman utama terdapat pada tingkat persaingan bisnis
pupuk organik dengan bobot skor rata-rata sebesar 0,279. Hasil analisis matriks
EFE menunjukkan bahwa total skor bobot rata-rata yaitu sebesar 2,653.
Hasil matriks IE dengan nilai IFE 3,012 serta EFE sebesar 2,653
menempatkan perusahaan pada sel IV yaitu tumbuh dan kembangkan. Strategi
yang tepat dilakukan untuk kuadran ini antara lain, strategi integratif dan strategi
intensif. Berdasarkan hasil analisis matriks SWOT, diperoleh delapan alternatif
strategi pengembangan usaha yang dapat diterapkan oleh perusahaan dalam
menjalankan usahanya. Adapun urutan prioritas strategi berdasarkan hasil QSPM
adalah: (1) Meningkatkan keunggulan produk dengan diferensiasi produk (STAS
= 6,621), (2) Melakukan penetrasi dan pengembangan pasar (STAS = 6,432), (3)
Mengembangkan usaha dengan intensifikasi faktor produksi yang dimiliki (STAS
= 6,202), (4) Melakukan diversifikasi usaha (STAS = 5,659), (5) Melakukan
penggalian dan pengaplikasian informasi penelitian dan pengembangan pupuk
organik (STAS = 5,641), (6) Melakukan sosialisasi/promosi tentang pupuk
organik (STAS = 5,599), (7) Merencanakan dan menciptakan permodalan yang
baik (STAS = 5,036) serta (8) Memperbaiki manajemen perusahaan (STAS =
4,991).
iii
ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PUPUK
OFER KOPERASI LISUNG KIWARI, CIGOMBONG,
KABUPATEN BOGOR, PROPINSI JAWA BARAT
RIBUT YUDHO AJI WICAKSONO
H33063383
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
iv
Judul Skripsi
: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pupuk OFER
Koperasi Lisung Kiwari, Cigombong, Kabupaten Bogor,
Propinsi Jawa Barat
Nama
: Ribut Yudho Aji Wicaksono
NIM
: H34063383
Disetujui,
Pembimbing
Ir. Popong Nurhayati, MM
NIP. 19670211 199203 2 002
Diketahui
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS
NIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus :
v
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Strategi
Pengembangan Usaha Pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari, Cigombong,
Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat” adalah karya sendiri dan belum diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar
pustaka di bagian akhir skripsi.
Bogor, Agustus 2010
Ribut Yudho Aji Wicaksono
H34063383
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Madiun pada tanggal 18 Desember 1987. Penulis
adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Suwandi dan Ibu
Sutinem. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Ngengor Madiun
pada tahun 2000 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2003
di SLTP Negeri 1 Pilangkenceng Madiun.
Kemudian pendidikan lanjutan
menengah atas diselesaikan pada tahun 2006 di SMU Negeri 1 Mejayan Madiun.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2006.
Kemudian pada tahun 2007,
penulis diterima oleh Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen
sebagai mayor serta Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian
sebagai minor.
Selama mengikuti pendidikan, penulis juga aktif di beberapa organisasi
internal kampus, seperti Himpunan Mahasiswa Peminat Agribisnis Institut
Pertanian Bogor sebagai staf Divisi Kewirausahaan periode 2008 dan
Kesekretariatan periode 2009, ketua Organisasi Mahasiswa Daerah Madiun di IPB
tahun 2008 serta beberapa kepanitiaan yang bersifat sementara.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, serta shalawat dan
salam kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul ” Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pupuk OFER Koperasi Lisung
Kiwari, Cigombong, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat”.
Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi faktor internal yang menjadi kekuatan dan
kelemahan, mengidentifikasi faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman
serta merumuskan alternatif strategi dan merekomendasikan prioritas strategi
pengembangan usaha yang tepat untuk diterapkan oleh usaha pupuk OFER
Koperasi Lisung Kiwari dalam menjalankan usahanya.
Penulisan skripsi ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor,
Agustus 2010
Ribut Yudho Aji Wicaksono
viii
UCAPAN TERIMAKASIH
Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai
bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih
dan penghargaan kepada:
1. Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen pembimbing skripsi atas segala
arahan, bimbingan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis
selama proses penyusunan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Heny K. Daryanto, M.Ec dan Yanti Nuraeni Muflikh, SP. M.Agribuss
selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan
waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
3. Dr. Ir. Andriyono Kilat Adhi yang telah menjadi dosen pembimbing akademik
serta seluruh dosen dan staf Depatemen Agribisnis.
4. Pihak Koperasi Lisung Kiwari, khususnya Bapak H. Zakaria dan Bapak Sukri
atas waktu, kesempatan, informasi dan ilmu yang telah diberikan kepada
penulis.
5. Bapak, Ibu dan Dek Esti yang telah memberikan kepercayaan, dukungan
moril dan materil, doa, serta kasih sayang yang tiada pernah putus.
6. Arum Ngesti Palupi atas kasih sayang, doa, dukungan, semangat dan
‘gangguan’ yang diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi.
7. Keluarga besar penulis yang selalu mengirimkankan harapan dan doa untuk
penulis, Mbah Bud dan Mbah Ibu yang selalu menganggap penulis sekeluarga
sebagai keluarga sendiri, serta Pakdhe Srihadi sekeluarga yang banyak
membantu penulis selama menuntut ilmu di Bogor.
8. Sahabat rasa “keluarga” Agribisnis 43, Griya Artayasa, PASMAD, penghuni
Lorong 4 C3 TPB IPB 2006/2007, kelas B26 TPB 2006/2007, teman TK
hingga SMA serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Terima kasih atas dukungan serta kesediaan mengorbankan sebagian hariharinya untuk berbagi kisah hidup dengan penulis.
Bogor, Agustus 2010
Ribut Yudho Aji Wicaksono
ix
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ...............................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................
viv
I.
PENDAHULUAN ......................................................................
1.1 Latar Belakang ...................................................................
1.2 Perumusan Masalah ...........................................................
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ..................................................
1
1
6
8
8
8
II.
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................
2.1 Pertanian Organik ..............................................................
2.2 Pupuk Organik ...................................................................
2.3 Bokashi ..............................................................................
2.4
Hasil Penelitian Terdahulu .............................................
2.4.1 Kajian Empiris Tentang Pupuk Organik ..................
2.4.2 Kajian Empiris Tentang Strategi
Pengembangan Usaha .............................................
9
9
10
11
11
11
III.
KERANGKA PEMIKIRAN ....................................................
3.1
Kerangka Pemikiran Teoritis .........................................
3.1.1 Konsep Strategi ....................................................
3.1.2 Konsep Manajemen Strategi ..................................
3.1.3 Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan ..........................
3.1.4 Analisis Lingkungan Bisnis Perusahaan ..............
3.1.4.1 Analisis Lingkungan Internal ................ .....
3.1.4.2 Analisis Lingkungan Eksternal ................
3.1.5 Matriks EFE dan IFE ...............................................
3.1.6 Matriks IE (Internal-Eksternal) ..............................
3.1.7 Matriks SWOT .......................................................
3.1.8 Matriks QSP ................................................. ..........
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional .....................................
15
15
15
15
17
17
18
19
24
24
25
26
26
IV.
METODE PENELITIAN .........................................................
4.1
Lokasi dan Waktu Penelitian .........................................
4.2
Data dan Instrumensi .....................................................
4.3
Metode Pengumpulan Data ...........................................
4.4
Metode Pengolahan Data ..............................................
4.4.1
Analisis Deskriptif ............................................
4.4.2
Analisis Lingkungan Internal .............................
4.4.3
Analisis Lingkungan Eksternal .........................
4.4.4
Matriks IFE dan EFE .........................................
4.4.5
Matriks IE .........................................................
4.4.6
Matriks SWOT ..................................................
32
32
32
33
34
34
34
35
36
40
41
12
x
4.4.7
Matriks QSP ......................................................
42
V.
GAMBARAN UMUM USAHA ................................................
5.1 Gambaran Umum Wilayah .................................................
5.1.1 Kondisi Fisik Desa Ciburuy ....................................
5.1.2 Potensi Pertanian .....................................................
5.2 Gambaran Umum Usaha ....................................................
5.2.1 Sejarah dan Perkembangan Usaha ..........................
5.2.2 Pengadaan Input ......................................................
5.2.3 Proses Produksi .......................................................
5.2.4 Pemasaran ................................................................
45
45
45
45
46
46
47
47
51
VI.
ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN ........................
6.1 Analisis Lingkungan Internal .............................................
6.1.1 Manajemen Sumber Daya Manusia .........................
6.1.2 Pemasaran .................................................................
6.1.3 Keuangan dan Akuntansi .........................................
6.1.4 Produksi dan Operasi ...............................................
6.1.5 Penelitian dan Pengembangan ..................................
6.2 Analisis Lingkungan Eksternal ..........................................
6.2.1 Lingkungan Jauh ......................................................
6.2.2 Lingkungan Industri .................................................
53
53
53
56
62
62
63
64
64
66
VII.
FORMULASI STRATEGI .....................................................
7.1 Identifikasi Faktor Kekuatan dan Kelemahan
Perusahaan ..........................................................................
7.2 Identifikasi Faktor Peluang dan Ancaman Perusahaan ......
7.3 Analisis Matriks IFE ..........................................................
7.4 Analisis Matriks EFE .........................................................
7.5 Analisis Matriks IE .............................................................
7.6 Analisis Matriks SWOT .....................................................
7.7 Analisis Matriks QSPM .....................................................
71
71
75
79
81
82
84
92
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................
8.1 Kesimpulan .........................................................................
8.2 Saran ...................................................................................
94
94
95
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................
97
LAMPIRAN .........................................................................................
99
xi
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Tingkat Konsumsi Pupuk Sektor Pertanian dalam Negeri
Tahun 1998-2008 ......................................................................
2
2. Kebutuhan dan Penyediaan Pupuk Indonesia Tahun 2008 .......
4
3. Potensi Pasar Pupuk Organik Indonesia Tahun 2009 ................
5
4. Perbandingan Keunggulan Pupuk Organik Dengan Pupuk
Anorganik ..................................................................................
10
5. Alat Bantu Analisis Lingkungan Internal .................................
35
6. Alat Bantu Analisis Lingkungan Jauh ......................................
35
7. Alat Bantu Analisis Lingkungan Industri .................................
36
8. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal .................................
38
9. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal ...............................
38
10. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) ................................
39
11. Matriks EFE (External Factor Evaluation) ..............................
40
12. Matriks QSP ..............................................................................
44
13. Perhitungan Bobot Skor Rata-rata Faktor-faktor Strategis
Internal ......................................................................................
80
14. Perhitungan Bobot Skor Rata-rata Faktor-faktor Strategis
Eksternal ....................................................................................
82
15. Matriks SWOT Pupuk OFER ....................................................
85
16. Prioritas Strategi pada Unit Usaha Pupuk OFER ......................
92
xii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Skema Pembuatan Pupuk Bokhasi ............................................
12
2. Model Komprehensif Manajemen Strategis .............................
16
3. Daftar Variabel Eksternal yang Menghasilkan Peluang atau
Ancaman ....................................................................................
19
4. Kekuatan-Kekuatan yang Mempengaruhi Persaingan
Industri ......................................................................................
20
5. Kerangka Pemikiran Operasional .............................................
31
6. Matriks Internal-Eksternal ........................................................
31
7. Matriks SWOT ..........................................................................
42
8. Struktur Organisasi Koperasi Lisung Kiwari ............................
54
9. Skema Saluran Distribusi Pupuk OFER Koperasi Lisung
Kiwari ........................................................................................
60
10. Matriks IE pada Unit Usaha Pupuk OFER Koperasi Lisung
Kiwari ........................................................................................
83
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Kuisioner Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal ............
100
2. Hasil Pengolahan Data Responden 1 ........................................
109
3. Hasil Pengolahan Data Responden 2 .........................................
112
4. Hasil Pengolahan Data Responden 3 ........................................
115
5. Perhitungan Peringkat dan Bobot Rata-rata Faktor Strategis
Internal ......................................................................................
118
6. Perhitungan Peringkat dan Bobot Rata-rata Faktor Strategis
Eksternal ....................................................................................
119
7. Tabel Perhitungan Nilai STAS Rata-rata ..................................
120
8. Lay out tempat produksi ............................................................
121
9. Dokumentasi Pelaksanaan Turun Lapang ................................
122
xiv
xv
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertanian merupakan sektor yang mempunyai peran sangat penting bagi
bangsa Indonesia. Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki potensi pertanian
yang sangat besar. Sumber daya alam yang sangat mendukumg dan sumber daya
manusia yang melimpah merupakan faktor yang memberikan peluang besar bagi
bangsa Indonesia untuk mengembangkan sektor pertaniannya. Pertanian dapat
menghasilkan berbagai produk yang menunjang kehidupan umat manusia mulai
dari pangan, sandang, papan serta produk-produk lainnya.
Bercermin pada peran sektor pertanian yang sangat penting, upaya untuk
melakukan pengembangan kegiatan sektor pertanian terus ditingkatkan. Dengan
sumber daya yang tersedia diharapkan mampu menghasilkan produk yang
maksimal, baik secara kuantitas maupun kualitas. Teknik dan teknologi yang
terbaik
untuk
diterapkan
dalam
kegiatan
pertanian
selalu
dicari
dan
dikembangkan. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan menggunakan
bahan-bahan anorganik, seperti pupuk dan obat-obatan. Penggunaan bahan
anorganik ini dirasakan cukup efektif dan efisien untuk meningkatlkan hasil
pertanian. Para petani merasakan secara langsung dampak positif dari penggunaan
bahan anorganik tersebut, sehingga penerapan penggunaan bahan-bahan
anorganik dalam kegiatan pertanian terus berkembang hingga sekarang.
Akumulasi dari penggunaan bahan-bahan anorganik dalam kegiatan
pertanian secara terus-menerus ternyata juga membawa dampak negatif. Secara
tidak disadari, dampak positif yang dirasakan juga disertai dengan dampak
negatif. Dampak negatif yang paling besar adalah adanya ketergantungan terhadap
bahan-bahan anorganik dalam kegiatan pertanian, kesehatan manusia yang dapat
terancam karena bahan anorganik yang digunakan dan degradasi lahan yang
disebabkan karena penggunaan bahan-bahan anorganik yang tiada henti. Hal ini
harus diatasi dengan baik karena apabila tidak, upaya yang semula bertujuan
untuk meningkatkan sektor pertanian akan malah menjadi bumerang yang dapat
mengakibatkan pertanian Indonesia menjadi terancam.
Dewasa ini petani dihadapkan kepada permasalahan meningkatnya harga
pupuk anorganik yang berdampak pada kelangsungan usaha petani. Petani sebagai
1
konsumen utama sering merasa kesulitan dengan adanya kenaikan harga pupuk
dan sukarnya untuk mendapatkan pupuk. Sehingga untuk mengikuti tingkat daya
beli, penggunaan pupuk dikurangi.
Faktor utama pemicu meningkatnya harga pupuk akhir-akhir ini adalah
karena adanya pertumbuhan usaha perkebunan, terutama yang berkaitan dengan
sumber minyak nabati, seperti kelapa sawit dan jagung. Kenaikan harga
komoditas, seperti minyak sawit mentah (CPO), karet alam, dan jagung,
menimbulkan realisasi investasi baru yang tentu saja mendorong kenaikan harga
karena kemampuan produsen memproduksi tidak berbanding lurus dengan
pertumbuhan permintaan.1
Persoalan kebutuhan pupuk ini menjadi persoalan nasional. Tingginya
kebutuhan pupuk untuk sektor pertanian di dalam negeri seperti UREA, SP 36,
ZA, dan NPK sangat besar.2 Tingkat konsumsi pupuk sektor pertanian dalam
negeri dari tahun 1998-2008 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Tingkat Konsumsi Pupuk Sektor Pertanian dalam Negeri dari Tahun
1998-2008 (Ton)
Tahun
UREA
ZA
TSP/SP 36
KCL
Jumlah
1998
4.289.648
407.898
868.837
172.133
5.738.516
1999
3.140.033
243.906
394.949
380.000
4.158.888
2000
2.673.113
594.710
623.260
400.000
4.291.083
2001
4.069.585
580.724
778.689
425.000
5.853.998
2002
4.022.387
529.399
670.775
450.000
5.672,.561
2003
4.336.729
511.129
1.414.091
63.715
6.325.664
2004
4.656.723
633.404
789.164
1.012.295
7.091.586
2005
4.842.573
651.986
778.706
947.212
7.220.441
2006
5.107.886
684.100
817.033
1.039.295
7.648.314
2007
5.010.434
745.378
802.812
1.382.166
7.940.790
2008
5.817.974
1.164.744
2.443.169
1.269.406
10.695.233
Sumber : Asosiasi Pedagang Pupuk Indonesia (2009)
1
2
Harian Pagi Kompas. http://www.kompas.com. Awas Lampu Kuning untuk Pupuk. Diakses
tanggal 03 Maret 2010.
Loc.cit
2
Guna memenuhi kebutuhan pupuk di dalam negeri khususnya untuk
petani, pemerintah melakukan pengaturan adanya pupuk bersubsidi. Akan tetapi
di lapangan terjadi rembesan ke perkebunan besar, selain itu ada pihak-pihak yang
mencari keuntungan dengan mengekspor pupuk karena harga di luar negeri lebih
tinggi dengan mengganti kantong pupuk bersubsidi untuk dijual sebagai pupuk
non-subsidi. Selain itu sistem distribusi yang kurang baik menyebabkan petani
sulit untuk mendapatkan pupuk. Kelangkaan pupuk disebabkan tiga hal utama
yaitu kebutuhan pupuk riil para petani jauh di atas kemampuan pemerintah
memberikan subsidi pupuk, penggunaan pupuk oleh petani umumnya lebih besar
dari pada dosis yang dianjurkan pemerintah dan besarnya perbedaan harga antara
pupuk bersubsidi dan non-subsidi sehingga dorongan penyalahgunaan pupuk
besar.3
Dampak negatif dan kelangkaan pupuk anorganik mendorong pemerintah
untuk membuat alternatif lain yaitu pupuk organik. Sesuai dengan program
pemerintah melalui Departemen Pertanian yaitu “go organic 2010”, dewasa ini
pertanian di Indonesia mulai bergeser pada pertanian berbasis organik. Selain itu
masyarakat saat ini semakin menyadari untuk menjalani pola hidup sehat. Salah
satunya dengan mengkonsumsi makanan organik yang bebas dari residu atau lebih
lebih dikenal dengan gaya hidup “back to nature”.
Rancangan perkembangan pertanian organik dibuat dalam enam tahapan,
mulai dari tahun 2001 hingga tahun 2010. Tahapan tersebut yaitu: (1) Tahun 2001
fokus pada kegiatan sosialisasi, (2) Tahun 2002 fokus pada kegiatan sosialisasi
dan pembuatan regulasi, (3) Tahun 2003 fokus pada kegiatan regulasi dan bantuan
teknis, (4) Tahun 2004 fokus pada kegiatan bantuan teknis dan sertifikasi, (5)
Tahun 2005 fokus pada program sertifikasi dan promosi pasar, dan (6) Tahun
2006-2010 terbentuk kondisi industrialisasi dan perdagangan.4
3
Ibid
4
http://www.agribisnis.deptan.go.id. Diakses tanggal 03 Maret 2010.
3
Meskipun sampai saat ini belum ada data resmi dari pemerintah Indonesia
mengenai luas areal lahan pertanian organik di Indonesia, namun menurut IFOAM
(International Federation of Agriculture Movements) tahun 2004, luas lahan yang
ditangani secara organik di Indonesia yaitu sekitar 40.000 Ha (0,09% dari total
lahan pertanian), dimana Indonesia berada pada peringkaat ke-37 dunia dan
perkembangannya tumbuh sebesar 10% per tahun. Meningkatnya perkembangan
pertanian organik di Indonesia setiap tahunnya salah satunya juga berdampak
pada wilayah Bogor. Bogor merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang
berpotensi untuk pengembangan pertanian organik, khususnya untuk produksi
pupuk organik.
Kebutuhan pupuk organik untuk lahan pertanian di Indonesia saat ini
sangat besar. Hal tersebut tidak seimbang dengan jumlah industri pupuk organik
yang berkembang di Indonesia. Hal ini disebabkan pupuk organik hanya
diproduksi secara parsial dengan skala industri rumah tangga (home industry),
sehingga jumlah produksi yang dihasilkan relatif kecil dan tidak kontinyu.
Konsekuensi dari ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran, maka
harga pupuk organik menjadi lebih mahal. Di samping itu, kualitas pupuk organik
yang dihasilkan sangat fluktuatif tergantung pada jenis, cara pembuatan, dan
bahan baku yang digunakan. Tabel 2 menunjukkan kebutuhan dan penyediaan
pupuk organik serta anorganik di Indonesia tahun 2008.
Tabel 2. Kebutuhan dan Penyediaan Pupuk di Indonesia Tahun 2008
Jenis Pupuk Kebutuhan (Ton) Ketersediaan Pupuk (Ton) Selisih (Ton)
Anorganik
10.695.293
6.700.000
3.995.293
Organik
17.000.000
345.000
16.655.000
Sumber : Departemen Pertanian (2009)
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, kebutuhan akan pupuk
organik di Indonesia pada tahun 2009 adalah sebesar 48.400.000 ton. Hal tersebut
menunjukkan bahwa peningkatan permintaan pupuk organik sangat besar, yaitu
meningkat sebesar 184,71%. Adanya kesenjangan yang sangat besar antara
kebutuhan dan ketersediaan pupuk organik di Indonesia menunjukkan bahwa
terdapat peluang usaha yang cukup prospektif dalam menyediakan kebutuhan
pupuk organik di Indonesia. Peluang tersebut hendaknya dapat dimanfaatkan oleh
4
industri menengah dan kecil untuk dapat mengembangkan usahanya. Sumber lain
yang menunjukkan bahwa pupuk organik memiliki potensi pasar sangat tinggi
baik untuk tanaman pangan maupun tanaman hortikultura di Indonesia adalah
hasil penelitian Puslittanah tentang status C-Organik lahan pertanian di Indonesia
terutama di daerah Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Kalimantan, NTB, dan Sulawesi Selatan menunjukkan potensi
kebutuhan pupuk organik yang sangat besar (Tabel 3).
Usaha
pupuk
organik
merupakan
usaha
yang
potensial
untuk
dikembangkan dengan melihat kebutuhan pasar akan pupuk organik cukup tinggi
dan penyediaan pupuk organik di Indonesia selama ini belum mampu memenuhi
permintaan pasar. Propinsi Jawa barat menempati urutan kelima terbesar dalam
selisih jumlah permintaan potensial terhadap serapan permintaan pupuk organik
yaitu sebesar 72.136 ton pupuk organik. Selisih permintaan pupuk organik
tersebut seharusnya dapat dimanfaatkan oleh industri kecil dan menengah dalam
kegiatan pengembangan usaha.
Tabel 3. Potensi Pasar Pupuk Organik Indonesia Tahun 2009
No Propinsi
Luas Areal (Ha)
Tanaman Horti
Pangan
Tanaman
Potensi (Ton)
Horti
Pangan
Total
(Ton)
Serapan
(Ton)
Selisih
(Ton)
1.
Sumbar
52.542
330
26.271
660
26.931
5.386
21.545
2.
Sumsel
99.240
110
49.620
220
49.840
9.968
39.872
3.
Jabar
173.700
1.660
86.850
3.320
90.170
18.034
72.136
4.
Jateng
1.732.626
23.017
866.313
46.034
912.347
182.469
729.878
5.
Jatim
2.689.947
56.199 1.344.974
112.398
1.457.372
291.474
1.165.898
6.
Kalsel
81.875
556
40.938
1.118
42.056
8.411
33.645
7.
NTB
183.750
8.160
91.875
16.320
108.195
21.639
86.556
8.
Susel
583.000
4.305
426.500
8.610
435.110
Sumber : Hasil survey Tim PT Petroanorganik Organik (2009)
87.022
348.088
Salah satu dari industri kecil dan menengah dalam bisnis pupuk organik di
Kabupaten Bogor adalah unit usaha Koperasi Lisung Kiwari di Desa Ciburuy
Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor yang telah memproduksi pupuk organik
secara komersial dengan tujuan memperoleh profit dan dapat membantu
5
mewujudkan
pertanian
organik
di
Indonesia.
Unit
usaha
ini
mampu
memanfaatkan peluang yang ada serta dapat mengantisipasi ancaman-ancaman
yang dapat mengganggu jalannya bisnis pupuk organik sehingga mampu bertahan
hingga sekarang. Pengembangan usaha pun akan dapat dilakukan dengan
menyusun strategi yang tepat dengan mempertimbangkan kekuatan dan
kelemahan perusahaan, serta peluang dan ancaman yang ada.
1.2. Perumusan Masalah
Potensi dan peluang pengembangan pertanian organik pada subsektor
penyediaan input, terutama pada komoditi pupuk organik memiliki prospek yang
sangat baik dan telah berkembang dalam beberapa tahun terakhir. Dengan
kemajuan perekonomian, pendidikan, peningkatan pendapatan dan kesadaran
masyarakat untuk kesehatan dan lingkungan menyebabkan permintaan akan
pupuk organik semakin meningkat, sehingga potensi dan peluang pengembangan
usaha pupuk organik cukup terbuka di masa yang akan datang. Peluang inilah
yang dimanfaatkan oleh Koperasi Lisung Kiwari untuk menjalankan usaha.
Dengan memanfaatkan limbah pertanian organik dan peternakan, Koperasi Lisung
Kiwari mampu memproduksi pupuk organik.
Dari hasil pengujian dengan menggunakan alat uji daya hantar listrik pada
beberapa sampel tanah, pupuk kompos dan pupuk anorganik dihasilkan pupuk
kompos OFER produksi Koperasi Lisung Kiwari memiliki daya hantar listrik
paling tinggi dibandingkan dengan pupuk anorganik yang beredar di pasaran.
Semakin subur tanah yang diuji, semakin terang nyala lampu. Sebaliknya
semakin redup nyala lampu pada alat tersebut, semakin tidak subur tanah yang
diuji. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pupuk kompos OFER produksi
Koperasi Lisung Kiwari merupakan produk unggul.5 Pemasaran dilakukan dengan
bantuan pihak LPS (Lembaga Pertanian Sehat) yang merupakan lembaga yang
dibentuk oleh Dompet Dhuafa Republika.
5
[LPS] Lembaga Pertanian Sehat. 2009. Sarasehan Dan Pelatihan Mengenal Ekologi Tanah Ala
Petani P3S Binaan Lembaga Pertanian Sehat. http://www.pertaniansehat.or.id/. Diakses 5 Mei
2010.
6
Pelaksanaan usaha pupuk organik ini juga disertai dengan beberapa
kendala. Beberapa kendala usaha pupuk OFER antara lain ‘belum’ memiliki
brand sendiri, sehingga para konsumen mengenal pupuk OFER ini diproduksi
oleh LPS, bukan Koperasi Lisung Kiwari, serta manajemen dan administrasi
keuangan yang kurang baik. Selain itu, kelemahan yang cukup dirasakan adalah
pemasaran yang kurang optimal.
Persaingan usaha pupuk organik di pasaran daerah Bogor masih belum
signifikan. Petroganik, Antanan dan Lembah Hijau merupakan produsen pupuk
organik yang menjadi pesaing bagi Koperasi Lisung Kiwari untuk di daerah
Bogor. Petroganik memang perusahaan besar, sedangkan Antanan dan Lembah
Hijau perusahaan yang masih setingkat dengan unit usaha pupuk organik Koperasi
Lisung Kiwari. Dalam persaingan, pupuk OFER sampai saat ini masih dapat terus
bertahan dan berkembang.
Berdasarkan permasalahan dan tantangan yang ada, pupuk OFER
membutuhkan strategi yang tepat agar mampu bertahan dan terus berkembang.
Untuk mencapai posisi yang diinginkan, pupuk OFER harus mengetahui kekuatan
dan kelemahan yang dimiliki serta mengetahui peluang dan ancaman sehingga
dapat dirumuskan suatu strategi yang sesuai dengan tujuan perusahaan.
Penyusunan strategi tersebut agar pupuk OFER mampu memperbaiki usaha serta
dapat memanfaatkan kekuatan dan meminimalkan kelemahan internal guna
memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman.
Adapun rumusan permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini
berdasarkan uraian diatas adalah :
1.
Faktor-faktor lingkungan internal apa saja yang menjadi kekuatan dan
kelemahan unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari yang
mempengaruhi proses pengembangan usahanya?
2.
Faktor-faktor lingkungan eksternal apa saja yang menjadi peluang dan
ancaman bagi unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari yang
mempengaruhi dalam proses pengembangan usahanya?
3.
Apa saja alternatif strategi pengembangan usaha dan bagaimana penetapan
prioritas strategi yang tepat untuk diterapkan unit usaha pupuk OFER
Koperasi Lisung Kiwari dalam menjalankan usahanya?
7
1.3.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1.
Mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal yang menjadi kekuatan
dan kelemahan yang mempengaruhi dalam pengembangan unit usaha pupuk
OFER Koperasi Lisung Kiwari.
2.
Mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan eksternal yang menjadi peluang
dan ancaman yang mempengaruhi dalam pengembangan unit usaha pupuk
OFER Koperasi Lisung Kiwari.
3.
Mengetahui apa saja alternatif strategi pengembangan usaha beserta
prioritasnya untuk diterapkan pada unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung
Kiwari.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pihakpihak yang berkepentingan, seperti:
1.
Perusahaan. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
dan alternatif sebagai bahan pertimbangan perusahaan dalam membuat
kebijakan tentang strategi pengembangan usaha.
2.
Masyarakat akademik.
Penelitian diharapkan dapat menambah wawasan
mengenai penerapan strategi pengembangan usaha pupuk organik secara
umum dan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.
3.
Pemerintah. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan
pemerintah dalam program pengembangan agribisnis pertanian organik di
Indonesia.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian
ini
hanya
mencakup
pengkajian
formulasi
strategi
pengembangan usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari yang disesuaikan
dengan kondisi lingkungan internal dan eksternal perusahaan. Penerapan strategi
diserahkan sepenuhnya kepada pengambil keputusan pada pupuk OFER Koperasi
Lisung Kiwari.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pertanian Organik
Pertanian yang mirip dengan kelangsungan kehidupan hutan disebut
dengan pertanian organik, karena kesuburan tanaman berasal dari bahan organik
secara alamiah. Pengertian lain tentang pertanian organik adalah sistem (dalam hal
bercocok
tanam)
yang
tidak
mempergunakan
bahan
anorganik,
tetapi
menggunakan bahan organik (Pracaya 2003). Jadi pertanian organik merupakan
keseimbangan ekosistem alam dengan meminimalkan penggunaan bahan-bahan
anorganik dan merupakan praktek bertani alternatif secara alami yang dapat
memberikan hasil yang optimal.
Sistem pertanian organik adalah suatu sistem produksi pertanian dimana
bahan organik, baik makhluk hidup maupun yang sudah mati, merupakan faktor
penting dalam proses produksi. Penggunaan pupuk organik (alami dan buatan)
dan pupuk hayati serta pemberantasan hama, penyakit dan gulma secara biologis
merupakan contoh penerapan sistem pertanian organik. Arti yanhg lebih luas,
sistem pertanian organik mencakup bidang peternakan dan perikanan yang
terintegrasi dengan bidang pertanian, baik tanaman pangan, hortikultura dan
tanaman perkebunan (Sugito 1995).
Menurut Pracaya (2003), prinsip pertanian organik yaitu berteman akrab
dengan lingkungan, tidak mencemarkan dan merusak lingkungan hidup. Sistem
pertanian organik mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaannya.
Kelebihan dari sistem pertanian organik, yaitu:
1) Tidak menggunakan pupuk atau pestisida anorganik sehingga tidak
menimbulkan pencemaran lingkungan, baik pencemaran tanah, air, maupun
udara, serta produksinya tidak mengandung racun
2) Tanaman organik mempunyai rasa yang lebih manis dibandingkan dengan
tanaman non-organik
3) Produk tanaman organik lebih mahal
Sedangkan kekurangan sistem pertanian organik, adalah sebagai berikut:
1) Membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak, terutama untuk pengendalian
hama dan penyakit
2) Membutuhkan biaya yang tidak sedikit pada awal pengolahan
9
3) Penampilan fisik tanaman organik tidak semenarik tanaman non-organik
4) Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan hasil
2.2. Pupuk Organik
Dalam Permentan No.2/Pert/Hk.060/2/2006, tentang pupuk organik dan
pembenah tanah, dikemukakan bahwa pupuk organik adalah pupuk yang sebagian
besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan
atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair
yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik,
anorganik, dan biologi.
Menurut Hoesein (2009), tanah yang terlalu sering diberi pupuk
anorganik, lama kelamaan akan menjadi keras. Keadaan ini akan menyebabkan
beberapa kesulitan, diantaranya tanah menjadi sulit diolah dan pertumbuhan
tanaman menjadi terganggu. Pemakaian kompos sangat dianjurkan karena dapat
memperbaiki produktivitas tanah, baik secara fisik, anorganik, maupun biologi
tanah. Perbandingan secara lengkap keunggulan antara pupuk organik dan pupuk
anorganik terdapat pada Tabel 4.
Tabel 4. Perbandingan Keunggulan Pupuk Organik Dengan Pupuk Anorganik
No
1.
Pupuk Organik
Mengandung unsur hara makro dan mikro
lengkap, tetapi jumlahnya sedikit.
Pupuk Anorganik
Hanya mengandung satu atau beberapa
unsur hara, tetapi dalam jumlah banyak.
2.
Memiliki daya simpan air (water holding
capacity) yang tinggi.
Tidak dapat memperbaiki struktur tanah,
justru penggunaannya dalam jangka waktu
panjang menyebabkan tanah menjadi keras.
3.
Beberapa tanaman yang di pupuk dengan
pupuk organik lebih tahan terhadap
penyakit/hama.
4.
Memiliki residual effect yang positif.
Artinya pengaruh positif dari pupuk organik
terhadap tanaman yang ditanam pada
musim berikutnya masih ada sehingga
pertumbuhan dan produktivitasnya masih
bagus.
5.
Meningkatkan aktivitas mikroorganisme
tanah yang menguntungkan.
Sumber : Hoesein (2009)
Sering membuat tanaman rentan terhadap
penyakit/hama.
Pupuk anorganik mudah menguap dan
tercuci. Karena itu, pengaplikasian yang
tidak tepat akan sia-sia karena unsur hara
yang ada hilang akibat menguap atau tercuci
oleh air.
10
2.3. Bokashi
Menurut Pracaya (2003), bokashi adalah pupuk kompos yang dihasilkan
dari proses fermentasi atau peragian bahan organik dengan teknologi EM4
(Effective Microorganisms 4). Keunggulan penggunaan teknologi EM4 adalah
pupuk organik (kompos) dapat dihasilkan dalam waktu yang relatif singkat
dibandingkan dengan cara konvensional.
Cairan EM4 mengandung Azotobacter sp., Lactobacillus sp., ragi, bakteri
fotosintetik dan jamur pengurai selulosa. Bahan untuk pembuatan bokashi dapat
diperoleh dengan mudah di sekitar lahan pertanian, seperti jerami, rumput,
tanaman kacangan, sekam, pupuk kandang atau serbuk gergajian. Namun bahan
yang paling baik digunakan sebagai bahan pembuatan bokashi adalah dedak
karena mengandung zat gizi yang sangat baik untuk mikroorganisme.
Pada prinsipnya, peranan bokashi hampir sama dengan pupuk kompos
lainnya, namun bokashi EM4 pengaruhnya dipercepatkan dengan adanya
penambahan Effective Microorganisms 4 (EM4). Bokashi dapat digunakan 3-14
hari setelah perlakuan (fermentasi). Kuntungan penggunaan bokashi adalah
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman meskipun bahan
organiknya belum terurai seperti pada kompos. Bila bokashi dimasukan ke dalam
tanah, bahan organiknya dapat digunakan sebagai substrat oleh mikroorganisme
efektif untuk berkembangbiak dalam tanah, sekaligus sebagai tambahan
persediaan unsur bagi tanaman.
2.4. Penelitian Terdahulu
2.4.1. Kajian Empiris Tentang Pupuk Organik
Retno Wilis (2008) mengkaji Analisis Finansial Usaha Kompos Sampah
Perumahan di CV Agri Medika Raharja Bogor. Hasil analisis menunjukkan
bahwa pengusahaan pupuk organik memiliki potensi yang cukup baik, terutama
dalam aspek finansial. Dengan pemanfaatan limbah yang dipandang tidak
memiliki nilai ekonomis, bahkan merugikan, dapat menghasilkan profit yang
cukup besar. Selain itu, dampak positif yang dirasakan adalah semakin
membaiknya kondisi lingkungan karena masalah sampah teratasi lahan
memperoleh unsur hara organik. Penanganan pupuk organik dapat dilakukan
11
dengan mudah, baik menggunakan teknologi sederhana maupun dengan teknologi
modern. Oleh karena itu, usaha ini juga sangat prospektif bagi pengusaha dengan
modal yang kecil hingga besar.
Pengertian kompos dalam penelitian tersebut adalah sampah organik yang
telah mengalami proses pelapukan atau dekomposisi akibat adanya interaksi
mikroorganisme yang bekerja di dalamnya. Bahan-bahan organik yang biasa
dipakai bisa berupa dedaunan, rumput, jerami, sisa ranting atau dahan pohon,
kotoran hewan, kembang yang telah gugur, air kencing hewan, kotoran hewan,
dan sampah daur ulang. Dalam penelitian tersebut juga dipaparkan tata cara
pembuatan pupuk organik (bokhasi) secara umum, yaitu seperti gambar 1.
Bahan
organik
Pupuk
kandang
Dedak/
Bekatul
Fermentator
Molase/
gula
Air
Larutan Fermentator
Bahan Baku
Adonan dengan
kadar air 30 – 40 %
Proses Fermentasi
Suhu 40-45˚C
Bokhasi
Packaging
Gambar 1. Skema Pembuatan Pupuk Bokhasi
Sumber : CV Agri Medika Raharja Bogor
2.4.2. Kajian Empiris Tentang Strategi Pengembangan Usaha
Penelitian mengenai strategi pengembangan usaha sudah cukup banyak
dilakukan. Akan tetapi sampai saat ini belum terdapat penelitian yang mengkaji
tentang strategi pengembangan usaha pupuk organik. Penelitian mengenai pupuk
12
organik yang ada saat ini masih mengedepankan aspek teknis atau budidaya dan
tidak mengedepankan dalam mengkaji aspek bisnis dan manajemen usaha.
Linda
Rosalina
(2009)
melakukan
penelitian
mengenai
strategi
pengembangan usaha sayuran organik pada Kelompok Tani Sugih Tani pada
kawasan agropolitan di Desa Karehkel, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor.
Berdasarkan hasil analisis matriks IFE dan EFE, Sugih Tani berada pada posisi
pertahankan dan pelihara. Strategi yang cocok diterapkan oleh perusahaan adalah
strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Alternatif strategi yang dapat
diterapkan oleh Sugih Tani berdasarkan analisis SWOT adalah mempertahankan
harga jual produk yang bersaing dan mempertahankan kualitas produk serta
pelayanan yang baik kepada konsumen, menjalin kerjasama dengan perbankan,
meningkatkan upaya pemasaran produk, dan melakukan upaya pencegahan
penyakit.
Strategi
terbaik
yang
harus
dilakukan
Sugih
Tani
adalah
mempertahankan harga jual produk dan mempertahankan kualitas produk serta
pelayanan yang baik kepada konsumen.
Nurhadi (2008) melakukan penelitian mengenai strategi pengembangan
usaha tanaman hias pada PT Kusuma Floracipta, Taman Anggrek Ragunan,
Jakarta. Hasilnya menunjukkan bahwa PT Kusuma Floracipta berada pada posisi
pertahankan dan pelihara (Hold and Maintain). Strategi yang cocok diterapkan
oleh perusahaan adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk.
Analisis SWOT menghasilkan tujuh alternatif strategi yang dapat dijalankan oleh
PT Kusuma Floracipta, yaitu: mempertahankan kualitas dan variasi produk
tanaman hias, meningkatkan upaya kegiatan promosi untuk usaha jasa,
mengembangkan litbang serta memanfaatkan kemajuan teknologi, mencari
alternatif perolehan sumber modal untuk pengembangan usaha, meningkatkan
kerjasama dan hubungan baik dengan pelanggan, melakukan riset pasar untuk
memantau perkembangan produk dan tingkat persaingan, dan memperbesar
kapasitas produksi. Dari beberapa alternatif strategi tersebut, strategi terbaik yang
harus dilakukan oleh PT Kusuma Floracipta adalah meningkatkan kerjasama dan
hubungan baik dengan pelanggan.
Penelitian yang dilakukan oleh Elmi Rohmiatin (2006) mengenai Analisis
Strategi Pengembangan Usaha Beras Organik Lembaga Pertanian Sehat di Desa
13
Pasir Buncit Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Berdasarkan hasil penelitian
yang didasarkan pada EFE dan IFE menempatkan LPS pada matriks V. Posisi ini
menggambarkan posisi LPS pada respon unit-unit usaha yang ada terhadap faktorfaktor eksternal yang dihadapinya tergolong sedang. Hasil dari analisis matriks
SWOT diperoleh alternatif SO yaitu membantu proses sertifikasi kegiatan produk
organik bagi petani binaan dan menjadi pengawas kegiatan pertanian organik
petani dhuafa. Strategi ST yaitu meningkatkan mutu dan kemasan produk agar
sulit dipalsukan. Strategi WO yaitu menjalin kerjasama dengan kelompok tani
sehat dan Dinas Pertanian daerah dalam sosialisasi dan promosi produk. Strategi
WT yaitu meningkatkan kualitas produk organik dengan penambahan sarana dan
prasarana yang mendukung. Berdasarkan hasil matriks QSP diperoleh bahwa
strategi menjalin kerjasama dengan kelompok tani sehat dan Dinas Pertanian
daerah dalam sosialisasi dan promosi produk merupakan strategi prioritas.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yang terkait dengan
topik strategi pengembangan usaha adalah terletak pada objek kajian, tempat
penelitian, dan hasil dalam penelitian. Penelitian yang dilakukan Retno Wilis
(2009) adalah tentang studi kelayakan bisnis dari pupuk organik, sedangkan dalam
penelitian ini adalah untuk merumuskan strategi pengembangan usaha pupuk
organik. Penelitian strategi pengembangan usaha terdahulu juga belum ada yang
mengambil objek usaha pupuk organik. Adapun persamaan dengan penelitian
strategi pengembangan usaha terdahulu yakni persamaan pada tujuan penelitian
dalam menganalisis lingkungan internal dan eksternal perusahan serta
merumuskan alternatif strategi bagi perusahaan berdasarkan hasil lingkungan
internal dan eksternal tersebut.
Berdasarkan penelitian terdahulu, tahap formulasi strategi dilakukan
dengan tiga tahap, yaitu tahap input dengan menganalisis faktor lingkungan
internal dan eksternal perusahaan menggunakan alat analisis matriks IFE dan
EFE, tahap pencocokan dengan menggunakan matriks IE untuk mengetahui posisi
perusahaan dan matriks SWOT untuk memperoleh alternatif strategi, tahap
keputusan dengan menggunakan QSPM.
14
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1. Konsep Strategi
Menurut Jauch dan Glueek dalam Rosita (2008), bahwa strategi
merupakan rencana yang disatukan, menyeluruh serta terpadu yang mengaitkan
keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan yang dirancang
untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui
pelaksanaan yang tepat oleh organisasi. Maksud dan rencana yang disatukan yaitu
mengikat semua bagian perusahaan menjadi satu, sedangkan maksud strategi
bersifat menyeluruh adalah meliputi semua aspek penting perusahaan, dan
maksud dari strategi bersifat terpadu ialah semua bagian rencana yang serasi satu
sama lain dan bersesuaian.
Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam
kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut serta prioritas
alokasi sumberdaya. Strategi merupakan respon secara terus menerus maupun
adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan
internal yang dapat mempengaruhi organasasi (Rangkuti 2000).
3.1.2. Konsep Manajemen Strategi
Strategi berasal dari bahasa Yunani kuno yang berarti “seni berperang”.
Suatu strategi mempunyai dasar-dasar atau skema untuk mencapai sasaran yang
dituju. Jadi, pada dasarnya strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan (Umar
2008).
Berdasarkan pada David (2006) manajemen strategis dapat didefinisikan
sebagai seni dan pengetahuan untuk memformulasi, mengimplementasi, dan
mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang memungkinkan organisasi mampu
mencapai tujuannya. Manajemen strategis berfokus pada mengintegrasikan
manajemen, pemasaran, keuangan/akutansi, produksi/operasi, penelitian dan
pengembangan, dan sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan
organisasi. Tujuan manajemen strategis adalah untuk mengeksploitasi dan
menciptakan peluang baru yang berbeda untuk masa datang. Proses manajemen
15
strategi terdiri dan tiga tahap, yaitu perumusan strategi, implementasi strategi, dan
evaluasi strategi. Alur proses manajemen strategi dapat dilihat pada Gambar 2.
Menjalankan
Audit
Eksternal
Mengembangkan
Pernyataan
Visi dan
Misi
Menetapkan Tujuan
Jangka
Panjang
Merumuskan
Mengevaluasi
dan Memilih
Strategi
Implementasi
Strategi-isu
Manajemen
Implementasi
strategi isu-isu
pemasaran,
keuangan,
akutansi,
penelitian dan
pengembangan,
Mengukur
dan
Mengevaluasi
Kinerja
sistem
informasi
Menjalankan
Audit Internal
Formulasi
Strategi
Evaluasi
Strategi
Implementasi
Strategi
Gambar 2. Model Komprehensif Manajemen Strategis
Sumber : David (2006)
1) Formulasi strategi
Formulasi strategi merupakan suatu proses untuk merancang, menyeleksi,
dan memilih strategi yang lebih tepat untuk diterapkan dan serangkaian strategi
yang disusun untuk mencapai tujuan organisasi.
2) Implementasi strategi
Tahap implementasi strategi yaitu mengimplementasikan pilihan strategi
dengan maksud mengalokasikan sumberdaya dan mengorganisasikan sesuai
dengan strategi. Implementasi strategi termasuk dalam hal menetapkan objektif
tahunan,
melengkapi
dengan
kebijakan,
memotivasi
karyawan
dan
mengalokasikan sumberdaya sehingga strategi yang dirumuskan dilaksanakan.
3) Evaluasi strategi
Evaluasi strategi merupakan tahap akhir dalam manajemen strategi. Tiga
dasar aktivitas mendasar untuk mengevaluasi strategi adalah meninjau faktor
16
eksternal dan internal menjadi dasar strategi yang sekarang, mengukur prestasi,
mengambil tindakan korektif.
3.1.3. Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan
Berdasarkan pada David (2006) penentuan visi dan misi merupakan
langkah awal dalam proses perencanaan, sedangkan penentuan tujuan mengikuti
formulasi strategi. Ketiga komponen tersebut mempunyai hubungan yang saling
menunjang serta mempunyai peran dalam pelaksanaan perencanaan strategi.
Visi adalah pernyataan tentang cita-cita yang ingin dicapai di masa yang
akan datang dan misi adalah pernyataan tentang alasan keberadaan organisasi.
Tujuan merupakan titik sentral semua kegiatan perusahaan yang dapat dipakai
menjadi alat untuk penilaian prestasi, pengendalian, koordinasi, dan tujuan untuk
keputusan strategi.
Tujuan mendasar yang membedakan suatu perusahaan dari perusahaan
lain yang sejenis dan yang menjelaskan cakupan operasinya dalam bentuk produk
dan pasar didefinisikan sebagai misi perusahaan. Misi ini mengandung filosofi
bisnis dari para pengambil keputusan strategik perusahaan, menyiratkan citra yang
ingin dipancarkan perusahaan, mencerminkan konsep diri perusahaan, dan
mengidentifikasikan bidang produk atau jasa utama perusahaan serta kebutuhan
utama pelanggan yang akan dipenuhi perusahaan (Pierce & Robinson 1997).
Pierce dan Robinson (1997) menyatakan bahwa terdapat tiga tujuan
ekonomis yang mendominasi arah strategik dari hampir semua organisasi bisnis
yakni kelangsungan hidup (survival), pertumbuhan (growth), dan profitabilitas
(profitability).
3.1.4. Analisis Lingkungan Bisnis Perusahaan
Lingkungan bisnis dapat dibagi atas dua lingkungan, yaitu lingkungan
internal dan lingkungan eksternal. Lingkungan internal merupakan aspek-aspek
yang berada di dalam perusahaan. Sementara lingkungan eksternal dibagi kedalam
dua kategori, yaitu lingkungan jauh dan lingkungan industri, yang merupakan
lingkungan yang berada di luar kendali perusahaan.
17
3.1.4.1. Analisis Lingkungan Internal atau Internal Factor Evaluation (IFE)
Analisis lingkungan internal adalah analisis yang dilakukan terhadap
situasi dalam perusahaan. Lingkungan internal perusahaan menggambarkan
kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia, fisik, finansial perusahaan dan juga
dapat memperkirakan kelemahan (weakness) dan kekuatan (strength) struktur
organisasi maupun manajemen perusahaan (Pierce & Robinson 1997). Melalui
analisis lingkungan internal tersebut, kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh
perusahaan dapat diidentifikasi dengan jelas serta dievaluasi sehingga perusahaan
dapat memanfaatkan kekuatannya secara optimal dan mengatasi kelemahan yang
dimilikinya.
Disebut kekuatan jika variabel internal yang dievaluasi mampu
menjadikan perusahaan memiliki keunggulan tertentu.
Perusahaan mampu
mengerjakan sesuatu dengan lebih baik dan atau lebih murah dibanding dengan
pesaingnya.
Paling tidak variabel tersebut menjadi determinan utama untuk
mempertahankan atau mengembangkan kinerja masa lalu. Disebut kelemahan
jika perusahaan tidak mampu mengerjakan sesuatu yang ternyata dapat dikerjakan
dengan baik dan atau lebih murah oleh pesaingnya. Paling tidak, variabel tersebut
dievaluasi sebagai penyebab pokok penurunan kinerja (Suwarsono 1994).
Analisis lingkungan internal dilakukan dengan mengidentifikasi variabel
internal.
Identifikasi variabel internal bertujuan untuk mengetahui secara
mendalam komponen variabel internal yang berhubungan secara strategis
terhadap penentuan keberhasilan perusahaan. Identifikasi ini dapat dilakukan
dengan berbagai pendekatan, salah satunya adalah pendekatan fungsional.
Pendekatan fungsional melihat kekuatan dan kelemahan perusahaan dari
berbagai fungsi bisnis yang dilakukan di dalam organisasi perusahaan, misalnya
fungsi pemasaran, keuangan, operasi dan produksi, sumberdaya manusia, riset dan
pengembangan, sistem informasi manajemen, dan budaya perusahaan. Masingmasing fungsi tersebut kemudian diuraikan ke dalam komponen yang lebih detail.
Tetapi lebih baik jika hanya difokuskan pada faktor kunci yang berhubungan
langsung dengan aktivitas perusahaan.
18
3.1.4.2. Analisis Lingkungan Eksternal atau External Factor Evaluation
(EFE)
Berdasarkan pada David (2006), analisis lingkungan eksternal adalah
proses yang menekankan pada mengenali dan mengevaluasi kecenderungan dan
peristiwa di luar kendali perusahaan. Analisis ini mengungkapkan peluang dan
ancaman yang dihadapi suatu organisasi sehingga manajer dapat merumuskan
strategi untuk memanfaatkan peluang dan menghindari dampak ancaman.
Lingkungan eksternal dapat dikatakan sebagai komponen-komponen atau
variabel lingkungan yang berada atau berasal di luar kendali perusahaan, sehingga
organisasi atau perusahaan tidak bisa melakukan intervensi terhadap komponenkomponen tersebut. Komponen itu lebih cenderung diperlakukan sebagai sesuatu
yang harus diterima dan tergantung bagaimana perusahaan dapat menyiasati
komponen-komponen tersebut.
Analisis lingkungan eksternal ini terdiri dari analisis lingkungan jauh dan
lingkungan industri. Pada analisis lingkungan jauh terdapat empat aspek
lingkungan eksternal yang mempengaruhi perusahaan, yaitu sosial budaya, politik,
ekonomi, dan teknologi. Faktor-faktor yang diduga dapat mempengaruhi situasi
lingkungan eksternal dimana perusahaan bergerak dapat dilihat pada Gambar 3.
Sosial, Budaya, Demografi, dan
Lingkungan
• Perilaku terhadap bisnis
• Gaya hidup
• Pendapatan rata-rata
• Perilaku konsumsi
• Perubahan populasi
• Perubahan dalam hal selera dan
preferensi
•
•
•
•
•
•
Ekonomi
Tingkat inflasi
Tren produk domestik bruto
Pola konsumsi
Faktor ekspor/impor
Fluktuasi harga
Ketersediaan kredit
Politik
•
•
•
•
•
•
•
•
Regulasi pemerintah
Peraturan ekspor-impor
Tingkat subsidi pemerintah
Komite aksi politik
Jumlah paten
Pemilihan umum
Teknologi
Perkembangan
teknologi
informasi
Perkembangan teknologi di
dalam industry
Gambar 3. Daftar Beberapa Variabel Eksternal yang Menghasilkan Peluang atau
Ancaman
Sumber: David (2006)
19
Sedangkan lingkungan industri dianalisis dengan menggunakan pendekatan
lima kekuatan persaingan Porter.
Porter (1991) menjelaskan tujuan strategi
pengembangan usaha untuk suatu unit usaha (business unit) dalam sebuah industri
adalah menentukan posisi dalam industri tersebut dimana perusahaan dapat
melindungi diri sendiri dengan sebaik-baiknya terhadap tekanan (gaya) persaingan
atau dapat mempengaruhi tekanan tersebut secara positif.
Karena kekuatan
kolektif dari gaya-gaya tersebut mungkin juga tampak oleh semua pesaing, maka
untuk mengembangkan strategi adalah menyelidiki dibawah permukaan dan
menganalisis sumber masing-masing gaya tersebut. Keadaan persaingan suatu
industri tersebut tergantung pada lima kekuatan persaingan pokok (Gambar 4).
PENDATANG
BARU POTENSIAL
Ancaman masuknya
pendatang baru
PARA PESAING
INDUSTRI
Kekuatan tawar-menawar
pemasok
PEMASOK
Kekuatan tawar-menawar
pembeli
PEMBELI
Persaingan di antara
perusahaan yang ada
Ancaman produk atau
jasa pengganti
PRODUK
PENGGANTI
Gambar 4. Kekuatan-Kekuatan yang Mempengaruhi Persaingan Industri
Sumber : Porter (1991)
20
Lima kekuatan persaingan menurut Porter (1991) tersebut adalah:
1) Ancaman masuknya pendatang baru
Pendatang baru pada suatu industri membawa kapasitas baru, keinginan
untuk merebut pasar, serta seringkali memiliki sumberdaya yang besar.
Akibatnya harga menjadi turun atau biaya meningkat sehingga mengurangi
kemampulabaan.
Ancaman masuknya pendatang baru ke dalam industri tergantung pada
rintangan masuk yang ada, digabung dengan reaksi dari para pesaing yang sudah
ada yang dapat diperkirakan oleh pendatang baru. Jika rintangan atau hambatan
ini besar dan/atau pendatang baru memperkirakan akan ada perlawanan yang
keras dari pelaku usaha lama, maka ancaman masuknya pendatang baru akan
menjadi rendah.
Ketika perusahaan baru dapat dengan mudah masuk ke dalam industri
tertentu, intensitas persaingan antar perusahaan meningkat.
Hambatan untuk
masuk, dapat mencakup kebutuhan untuk mencapai skala ekonomi dengan cepat,
kebutuhan untuk mendapatkan teknologi dan pengetahuan khusus, kurangnya
pengalaman, tingginya kesetiaan pelanggan, kuatnya preferensi merek, besarnya
kebutuhan akan modal, kurangnya jalur distribusi yang memadai, peraturan
pemerintah, tarif, kurangnya akses terhadap bahan mentah, kepemilikan paten,
lokasi yang kurang menguntungkan, serangan balasan dari perusahaan yang sudah
mapan, dan potensi kejenuhan pasar.
Disamping berbagai hambatan masuk, perusahaan baru kadang-kadang
memasuki suatu bisnis dengan produk berkualitas lebih tinggi, harga lebih rendah,
dan sumberdaya pemasaran yang besar.
Dengan demikian, tugas penyusun
strategi adalah mengidentifikasi perusahaan yang berpotensi masuk ke pasar,
memonitor strategi pesaing baru, membuat strategi balasan apabila dibutuhkan,
serta memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada saat ini.
2) Ancaman produk pengganti
Perusahaan dalam suatu industri, dapat bersaing dengan industri-industri
yang menghasilkan produk pengganti.
Produk pengganti membatasi laba
potensial dari industri dengan menetapkan harga pagu (ceiling price) yang dapat
21
diberikan oleh perusahaan dalam industri. Makin menarik alternatif harga yang
ditawarkan oleh produk pengganti, makin ketat pembatasan laba industri.
Mengenali produk-produk subtitusi (pengganti) adalah persoalan mencari
produk lain yang dapat menjalankan fungsi yang sama seperti produk dalam
industri.
Posisi dalam menghadapi produk pengganti mungkin merupakan
persoalan tindakan industri secara kolektif.
Produk pengganti yang perlu
mendapatkan perhatian besar adalah produk-produk yang (1) mempunyai
kecenderungan untuk memiliki harga atau prestasi yang lebih baik dibandingkan
produk industri, atau (2) dihasilkan oleh industri yang berlaba tinggi. Dalam hal
yang terakhir, produk pengganti seringkali dengan cepat ikut berperan jika terjadi
perkembangan tertentu yang meningkatkan persaingan dalam industrinya sendiri
dan menyebabkan penurunan harga atau peningkatan prestasi. Analisis terhadap
kecenderungan seperti itu dapat menjadi penting dalam memutuskan apakah akan
mencoba untuk menghadapi produk pengganti secara strategis atau merencanakan
strategi dengan menganggap produk pengganti sebagai kekuatan penting yang tak
terhindarkan.
3) Kekuatan tawar-menawar pembeli
Pembeli menjadi pesaing suatu industri dengan cara tawar-menawar untuk
harga yang lebih rendah, mutu yang lebih tinggi dan pelayanan yang lebih baik,
semuanya dengan mengorbankan kemampulabaan industri. Kekuatan dari tiaptiap kelompok pembeli yang penting dalam industri tergantung pada sejumlah
karakteristik situasi pasarnya dan pada kepentingan relatif pembeliannya dari
industri yang bersangkutan dibandingkan dengan keseluruhan dari bisnis pembeli
tersebut. Kelompok pembeli disebut kuat jika situasi berikut terjadi:
a) kelompok pembeli terpusat atau membeli dalam jumlah besar relatif
terhadap penjualan pihak penjual,
b) produk yang dibeli dari industri merupakan bagian dari biaya atau
pembelian yang cukup besar dari pembeli,
c) produk yang dibeli dari industri adalah produk standar atau tidak
terdiferensiasi,
d) pembeli menghadapi biaya pengalihan yang kecil,
e) pembeli mendapatkan laba kecil,
22
f)
pembeli menunjukkan ancaman untuk melakukan integrasi balik,
g) produk industri tidak penting bagi mutu produk atau jasa pembeli,
h) pembeli mempunyai informasi lengkap.
4) Kekuatan tawar-menawar pemasok
Pemasok dapat menggunakan kekuatan tawar-menawar terhadap para
peserta industri dengan mengancam akan menaikkan harga atau menurunkan
mutu produk atau jasa yang dibeli.
Pemasok yang kuat dapat menekan
kemampulabaan industri yang tidak mampu mengimbangi kenaikan harganya.
Kondisi yang membuat pemasok kuat cendarung serupa dengan kondisi yang
membuat pembeli kuat.
Adapun kondisi yang membuat kelompok pemasok
dikatakan kuat adalah jika terdapat hal-hal berikut:
a) Para pemasok didominasi oleh beberapa perusahaan dan lebih
terkonsentrasi ketimbang industri dimana mereka menjual.
b) Pemasok tidak menghadapi produk pengganti lain untuk dijual kepada
industri.
c) Industri bukan merupakan pelanggan yang penting bagi kelompok
pemasok.
d) Produk pemasok merupakan input penting bagi bisnis pembeli.
e) Produk
kelompok
pemasok
terdiferensiasi
atau
pemasok
telah
menciptakan biaya peralihan.
f)
Kelompok pemasok memperlihatkan ancaman yang meyakinkan untuk
melakukan integrasi maju.
5) Tingkat persaingan di antara pesaing yang ada (perusahaan sejenis)
Rivalitas di kalangan pesaing yang ada berbentuk perlombaan untuk
mendapatkan posisi dengan menggunakan taktik-taktik seperti persaingan harga,
perang iklan, introduksi produk dan meningkatkan pelayanan atau jaminan kepada
pelanggan. Persaingan terjadi karena satu atau lebih pesaing merasakan adanya
tekanan atau melihat peluang untuk memperbaiki posisi. Pada sebagian besar
industri, gerakan persaingan oleh satu perusahaan mempunyai pengaruh yang
besar terhadap para pesaingnya dan dengan demikian dapat mendorong
perlawanan atau usaha untuk menandingi gerakan tersebut, artinya perusahaan-
23
perusahaan saling tergantung satu sama lain. Persaingan yang tajam merupakan
akibat dari sejumlah faktor struktural yang saling berinteraksi yaitu:
a) Jumlah pesaing yang banyak atau seimbang,
b) Pertumbuhan industri yang lamban,
c) Biaya tetap atau biaya penyimpanan yang tinggi,
d) Ketiadaan diferensiasi atau biaya peralihan,
e) Penambahan kapasitas dalam jumlah yang besar,
f) Taruhan strategis yang besar,
g) Hambatan pengunduran diri yang tinggi.
3.1.5. Matriks EFE dan IFE
Tahap selanjutnya setelah melakukan analisis lingkungan eksternal dan
internal adalah menuangkan hasil analisis ke dalam matriks EFE dan IFE. Hasil
analisis lingkungan eksternal dituangkan dalam matriks EFE (External Factor
Evaluation) dan untuk hasil analisis lingkungan internal dituangkan dalam matriks
IFE (Internal Matrix Evaluation).
Matriks EFE menggambarkan efektifitas yang dilakukan perusahaan
dalam menghadapi situasi eksternalnya.
Data eksternal dikumpulkan untuk
menganalisis hal-hal yang menyangkut persoalan ekonomi, sosial, budaya,
demografi, lingkungan, politik, pemerintahan, hukum, teknologi, persaingan di
pasar industri dimana perusahaan berada, serta data eksternal relevan lainnya
(Umar 2008).
Matriks
IFE
digunakan
untuk
mengetahui
faktor-faktor
internal
perusahaan berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting.
Data dan informasi aspek internal perusahaan dapat digali dari beberapa
fungsional perusahaan, misalnya dari aspek manajemen, keuangan, SDM,
pemasaran, sistem informasi, dan produksi/operasi (Umar 2008).
3.1.6. Matriks IE (Internal-Eksternal)
Setelah diperoleh nilai faktor pada matriks EFE dan IFE, dilakukan
pemaduan nilai eksternal dan internal tersebut dengan matriks IE. Matriks IE
memposisikan organisasi ke dalam strategi yang terdiri dari sembilan sel. Matriks
24
IE dibagi menjadi tiga daerah utama yang memiliki implikasi strategi berbeda.
Tiga daerah tersebut antara lain:
1) Daerah yang termasuk ke dalam sel I, II, atau IV dapat digambarkan sebagai
tumbuh dan berkembang. Strategi yang cocok untuk diterapkan pada posisi
ini adalah strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan
pengembangan produk), atau strategi integrasi (integrasi ke belakang,
integrasi ke depan, dan integrasi horizontal).
2) Daerah yang termasuk ke dalam sel III, V, atau VII dapat digambarkan
sebagai jaga dan pertahankan. Strategi yang cocok untuk diterapkan adalah
strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk.
3) Daerah yang termasuk ke dalam sel VI, VIII, atau IX digambarkan sebagai
divestasi. Strategi yang dapat diterapkan adalah memperkecil atau
memperbesar skala perusahaan.
3.1.7. Matriks SWOT (Strenghts – Weakness – Opportunities – Threats)
Setelah diketahui strategi pengembangan usaha yang selayaknya
diterapkan perusahaan berdasarkan posisinya pada matriks IE, strategi tersebut
perlu diuraikan menjadi strategi yang lebih aplikatif. Salah satu pendekatan yang
dapat digunakan untuk menghasilkannya adalah pendekatan matriks SWOT.
Menurut David (2006), matriks SWOT adalah alat untuk mencocokkan peluang,
ancaman, kekuatan dan kelemahan yang membantu manajer mengembangkan
empat tipe strategi yaitu: SO (Strenghts – Opportunities), WO (Weakness –
Opportnities), ST (Strenghts – Threats), dan WT (Weakness – Threats).
Strategi
SO
menggunakan
memanfaatkan peluang eksternal.
kekuatan
internal
perusahaan
untuk
Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki
kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal. Strategi ST
menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari atau mengurangi pengaruh
dari ancaman eksternal. Strategi WT adalah taktik defensif yang diarahkan pada
pengurangan kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal.
25
3.1.8. Matriks Quantitative Strategic Planning (QSP)
Matriks QSP adalah alat yang memungkinkan penyusun strategi untuk
mengevaluasi alternatif strategi secara objektif, berdasarkan faktor keberhasilan
kunci internal dan eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya (David 2006).
Secara konsep QSPM menentukan daya tarik relatif berbagai strategi
berdasarkan seberapa jauh faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal
dimanfaatkan atau diperbaiki. Daya tarik relatif dari masing-masing strategi dalam
satu set alternatif dihitung dengan menentukan pengaruh kumulatif dari masingmasing faktor keberhasilan kunci eksternal dan internal. Jumlah set alternatif
strategi yang dimasukkan dalam QSPM bisa seberapa jauh, jumlah strategi dalam
satu set juga bisa berapa saja, tetapi hanya strategi dalam set yang sama yang
dapat dievaluasi satu sama lain.
Keunggulan QSPM adalah bahwa strategi dapat dievaluasi secara bertahap
atau bersama-sama dan tidak ada batasan untuk jumlah strategi yang dapat
dievaluasi dan memanfaatkan semua informasi eksternal dan internal yang
dimiliki. Selain itu, QSPM dapat diadaptasi untuk digunakan oleh organisasi
besar, kecil, berorientasi laba maupun nirlaba dan dapat diaplikasikan untuk
hampir semua tipe organisasi.
Keterbatasan QSPM selalu membutuhkan penilaian intuitif dan asumsi
yang mendasar yaitu didasarkan pada informasi yang objektif. QSPM hanya dapat
bermanfaat sebagai informasi pendahuluan dan analisis pencocokan yang
mendasari penyusunannya secara subjektif sangat tinggi, artinya bergantung pada
pengalaman pengambil keputusan.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Pupuk Organic Fertilizer (OFER) merupakan salah satu unit usaha dari
Koperasi Lisung Kiwari yang dilakukan sejak tahun 2006. Kegiatan usaha yang
dilakukan adalah proses produksi dan pengepakan. Manajemen perusahaan yang
dikelola dengan kurang baik, keuangan yang belum terorganisir secara baik, dan
kegiatan pemasaran yang masih terbatas merupakan hambatan-hambatan yang
dihadapi dalam usaha ini.
Proses untuk menetapkan strategi yang tepat bagi pengembangan usaha
pupuk OFER perlu untuk mempertimbangkan faktor-faktor internal dan eksternal,
26
khususnya kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang dimilikinya.
Faktor internal ini terdiri dari:
a)
Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen perusahaan ini berkaitan dengan pengelolaan sumber daya
manusia yang dimiliki oleh unit usaha koperasi pupuk organik. Kuantitas,
kualitas serta penempatan sumberdaya manusia yang baik menjadi sorotan
dalam melakukan penelitian. Kurang atau terlalu lebih SDM yang dimiliki,
terlalu rendahnya kualitas karyawan yang ada, serta pengalokasian SDM yang
kurang tepat merupakan hal-hal yang dapat menghambat perkembangan
usaha.
b) Produksi dan Operasi
Fungsi produksi dan operasi berhubungan dengan semua aktivitas yang
mengubah input menjadi barang jadi maupun setengah jadi. Lima aspek
dasar yang perlu dilihat dalam fungsi produksi adalah adanya keputusan
proses, kapasitas, persediaan, tenaga kerja, dan kualitas. Pada usaha pupuk
kompos bokashi, fungsi produksi berkaitan dengan kegiatan pembuatan dan
pengolahan pupuk kompos bokashi. Kualitas, kuantitas, kapasitas serta biaya
produksi harus diperhatikan dengan baik agar perusahaan tetap berkembang.
c)
Pemasaran
Fungsi pemasaran berkaitan dengan kegiatan memasarkan dan
mendistribusikan barang. Aspek pemasaran dapat dijabarkan menjadi
beberapa komponen seperti besarnya pangsa pasar, ragam produk yang
ditawarkan, saluran distribusi yang dimiliki, reputasi dan image barang,
kebijakan penetapan harga, pelayanan purna jual, riset pemasaran, dan lainlain. Kegiatan pemasaran perusahaan harus juga memberikan kepuasan
kepada konsumen jika menginginkan usahanya berjalan terus, atau konsumen
mempunyai pandangan yang lebih baik terhadap perusahaan.
d) Keuangan dan Akuntansi
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam keuangan adalah
kemampuan perusahaan memupuk modal jangka pendek dan jangka panjang,
beban yang harus dipikul sebagai usaha memperoleh modal tambahan,
hubungan baik dengan penanam modal dan pemegang saham, pengelolaan
27
keuangan, struktur modal kerja, harga jual produk, pemantau penyebab
inefisiensi dan sistem akunting yang handal. Penyusunan keuangan dan
akutansi perusahaan harus memperhatikan manajemen finansial. Manajemen
finansial adalah manajemen terhadap fungsi-fungsi keuangan yang mencakup
keputusan penggunaan dana atau pengalokasian dana, keputusan dengan
pemilihan sumber dana dan untuk menentukan dana yang diperoleh dan
dihasilkan operasi akan dibagikan kepada pemegang saham atau investasi
kembali.
e) Riset dan Pengembangan
Riset dan pengembangan biasanya dibutuhkan perusahaan ketika daur
hidup produknya berada pada tahap pertumbuhan dan tahap kedewasaan.
Riset dan pengembangan dilakukan untuk pengembangan produk baru
sebelum pesaing melakukannya untuk memperbaiki kualitas produk, atau
memperbaiki proses produksi untuk meminimalkan biaya. Pada usaha pupuk
bokashi, riset dan pengembangan dapat dilakukan untuk menghasilkan
varietas-varietas baru pupuk bokashi atau mengadopsi teknologi baru dalam
produksi pupuk bokashi.
Sedangkan faktor eksternal adalah faktor ekonomi, sosial, politik,
teknologi, dan pesaing. Secara rinci pemaparan faktor eksternal tersebut adalah
sebagai berikut:
a) Faktor Politik
Pengaruh faktor politik dalam usaha pupuk kompos dapat dirasakan
seperti adanya kebijakan pemerintah mengenai subsidi terhadap pupuk
anorganik, kebijakan pengembangan pertanian organik, atau kebijakan
menaikkan harga pupuk anorganik secara nasional. Beberapa kebijakan
tersebut dapat berdampak positif dan dapat pula berdampak negatif bagi
jalannya usaha pupuk organik Koperasi Lisung Kiwari.
b) Faktor Ekonomi
Keadaan perekonomian secara nasional mempengaruhi kelancaran
bisnis kompos ini melalui beberapa hal, misalnya perekonomian nasional
yang membaik akan membuat daya beli masyarakat terhadap pupuk oraganik
28
menjadi semakin meningkat. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap
jalannya bisnis ini.
c) Teknologi
Perubahan teknologi akan membuat pelaksanaan kegiatan bisnis harus
beradaptasi agar dapat mengantisipasi perubahan tersebut dengan baik, baik
dalam hal teknologi informasi, transportasi maupun produksi. Kemajuan
teknologi tersebut akan membawa perusahaan lebih efektif dan efisien dalam
menjalankan usahanya.
d) Faktor Sosial
Pengetahuan masyarakat yang semakin mengerti akan manfaat
pertanian organik membuat bisnis pupuk oragnik merasakan dampak positif.
Permintaan akan pupuk oraganik akan meningkat, dan hal ini akan sangat
menguntungkan bagi perusahaan. Namun, pada beberapa masyarakat, pupuk
organik masih dianggap kurang menarik karena hasil yang didapat lebih kecil
dari pada menggunakan pupuk anorganik. Tentunya hal ini harus disikapi
oleh perusahaan dengan tepat.
e) Faktor Pesaing
Tingkat persaingan akan mempengaruhi kelancaran suatu bisnis.
Tingkat persaingan yang masih rendah akan membuat usaha semakin mudah
berkembang, sedangkan apabila tingkat persaingan cukup tinggi maka usaha
akan menemui beberapa hambatan dalam melaksanakan usahanya.
Dari hasil identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal dapat diketahui
apakah saat ini usaha pupuk OFER memiliki potensi untuk dikembangkan dan
terus bertahan di masa yang akan datang.
Pengidentifikasian ini dilanjutkan dengan memilih faktor strategis bagi
pupuk OFER dalam bentuk matriks IFE (Internal Factor Evaluation) untuk
mengetahui faktor-faktor internal perusahaan berkaitan dengan kekuatan dan
kelemahan yang dianggap penting, serta EFE (External Factor Evaluation) yang
menggambarkan efektifitas yang dilakukan perusahaan dalam menghadapi situasi
eksternalnya. Setelah diperoleh nilai faktor pada matriks EFE dan IFE, dilakukan
pemaduan nilai eksternal dan internal tersebut dengan matriks IE. Kemudian
setelah diketahui strategi pengembangan usaha yang selayaknya diterapkan
29
perusahaan berdasarkan posisinya pada matriks IE, strategi tersebut perlu
diuraikan menjadi strategi yang lebih aplikatif. Salah satu pendekatan yang dapat
digunakan untuk menghasilkannya adalah pendekatan matriks SWOT (Strength,
Weakness, Opportunity, Threat). Penentuan alternatif strategi ini terdiri dan empat
alternatif strategi yaitu strategi penyesuaian kekuatan dan peluang, strategi
penyesuaian kelemahan dan peluang, strategi penyesuaian kekuatan dan ancaman,
serta strategi penyesuaian kelemahan dan ancaman.
Berdasarkan alternatif strategi yang telah diperoleh, maka dibuatlah
rancangan strategi pengembangan usaha menggunakan alat berupa matriks QSP.
Kerangka pemikiran operasional dari penelitian ini dijelaskan pada Gambar 5.
30
Unit usaha Koperasi Lisung Kiwari pupuk OFER (Organik fertilizer)
memiliki potensi untuk dikembangkan
Permintaan pupuk organik yang tinggi belum dapat dipenuhi semuanya,
potensi usaha pupuk OFER yang belum digunakan secara optimal, serta
manajemen administrasi, keuangan dan pemasaran perusahaan yang belum baik
Dibutuhkan analisis Strategi Pengembangan Usaha
Identifikasi lingkungan internal dan eksternal pupuk OFER
•
•
•
•
•
Analisis Lingkungan Internal:
SDM yang dimiliki dan manajemen
Pelaksanaan produksi
Administrasi keuangan
Pemasaran yang telah dilakukan
Penelitian dan pengembangan yang dilakukan
unit usaha Koperasi Lisung Kiwari pupuk
OFER
•
•
•
•
•
Analisis Lingkungan Eksternal:
Kebijakan pihak eksternal yang mempengaruhi
usaha
Kondisi perekonomian
Perkembangan teknologi
Aspek sosial, budaya, demografi dan lingkungan
konsumen yang berpengaruh terhadap pemasaran
Keadaan persaingan usaha pupuk organik
Matriks EFE
Matriks IFE
Matriks IE
Matriks SWOT
Alternatif Strategi Pengembangan
QSPM
Prioritas Strategi Terbaik
Penerapan Strategi
Gambar 5. Kerangka Pemikiran Operasional
31
IV METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di unit usaha Koperasi Lisung Kiwari yang
berlokasi di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa
Barat. Pemilihan tempat dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan unit
usaha pupuk organik Koperasi Lisung Kiwari merupakan salah satu unit usaha
yang bergerak di bidang agribisnis input pertanian yang sedang merencanakan
pembaharuan
dalam
pengelolaan
usaha
pupuk
organik
dalam
rangka
meningkatkan kinerja. Selain itu, usaha ini sedang mengalami pertumbuhan yang
cukup cepat dalam kurun waktu satu tahun terakhir. Pelaksanaan penelitian
dilakukan pada bulan April-Mei 2010.
4.2. Data dan Instrumentasi
Data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara, diskusi dan observasi di
lokasi usaha. Wawancara dilakukan dengan pihak manajemen pupuk organik,
distributor (LPS), Dinas Pertanian, Dinas Perindustrian dan Koperasi, serta
konsumen. Data primer berupa faktor-faktor strategis internal dan eksternal
diperoleh dengan menggunakan instrumen kuisioner yang diberikan kepada
responden terpilih. Data hasil pengisian kuisioner diolah dengan menggunakan
alat bantu software komputer Microsoft Exel 2007.
Data sekunder diperoleh dari sumber informasi berupa laporan tertulis
yang dimiliki Koperasi Lisung Kiwari. Selain itu data sekunder diperoleh melalui
studi literatur buku-buku yang relevan, hasil penelitian, artikel yang terkait
dengan topik penélitian, data dan informasi dari Badan Pusat Statistik Indonesia,
Dinas Pertanian, Dinas Perindustrian dan Koperasi Kabupaten Bogor, serta dari
website.
Data yang berasal dari internal perusahaan antara lain visi, misi, dan tujuan
perusahaan, kebijakan perusahaan, struktur organisasi, serta data produksi,
pemasaran, keuangan, personalia, dan litbang. Adapun data yang berasal dari
eksternal perusahaan yaitu mengenai politik, ekonomi, sosial budaya dan
teknologi, persaingan antar anggota industri, ancaman pendatang baru, ancaman
32
produk distribusi, data pernasok dan pembeli. Instrumentasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan, alat perekam, alat pencatatan, dan
alat penyimpanan elektronik yang digunakan untuk menyimpan data-data yang
dibutuhkan dalam penelitian.
4.3. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan selama bulan April hingga Mei 2010. Data
yang dikumpulkan adalah berupa data primer maupun data sekunder. Berikut
adalah paparan metode pengumpulan data primer yang dilakukan:
1.
Observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung mengenai kegiatan usaha
yang dilakukan dan hal-hal lainnya yang mendukung penelitian.
2.
Wawancara, yaitu melakukan proses tanya jawab dengan beberapa objek
penelitian. Wawancara dilakukan dengan pihak Koperasi Lisung Kiwari
sebagai pihak internal. Sedangkan LPS sebagai distributor, Dinas Pertanian
Kabupaten Bogor, Dinas Perindustrian dan Koperasi Kabupaten Bogor , serta
salah satu konsumen yang dianggap melakukan pembelian secara kontinyu,
yang kesemuanya merupakan pihak eksternal.
3.
Diskusi, yaitu melakukan tukar pikiran mengenai permasalahan dan kondisi
yang ada dengan pihak Koperasi Lisung Kiwari, serta pihak eksternal seperti
LPS dan Dinas Pertanian kabupaten Bogor.
4.
Kuisioner, yaitu memberikan daftar pertanyaan berupa kuisioner kepada
responden terpilih. Kuisioner terdiri dan kuesioner untuk identifikasi faktor
internal dan eksternal, rating dan pembobotan serta kuisioner untuk
penentuan prioritas strategi.
Proses penyusunan kuisioner dilakukan dengan melakukan observasi
lapang dan dengan didukung diskusi dengan pihak-pihak yang mengetahui secara
mendalam kegiatan unit bisnis pupuk OFER dari Koperasi Lisung Kiwari. Hal ini
dimaksudkan agar kuisioner benar-benar dapat mengidentifikasi faktor-faktor
strategis internal dan perusahaan. Identifikasi yang tepat akan membuat
perumusan strategi menjadi baik sehingga dampak dari implementasi strategi
tersebut membawa perusahaan ke arah perbaikan dan perkembangan.
Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka, yakni melalui penelaahan
laporan tertulis Koperasi Lisung Kiwari, Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen
33
Pertanian, Dinas Perindustrian dan Koperasi Kabupaten Bogor, hasil penelitian
dan buku-buku pustaka lainnya yang relevan dengan penelitian. Selain itu data
sekunder diperoleh melalui browsing internet guna mencari artikel dan data
lainnya yang mendukung penelitian.
4.4. Metode Pengolahan Data
Metode pengolahan data yang dilakukan adalah dengan menggunakan
analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif melalui pendekatan konsep manajemen
strategis. Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk rnengetahui lingkungan
perusahaan terkait dengan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang
dihadapi perusahaan. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan pada matriks IFE,
EFE, I-E, SWOT dan QSPM.
Penyusunan strategi dilakukan melalui tahap pengumpulan data (Input
Stage), tahap pencocokkan (Matching Stage) dan analisis penentuan prioritas.
Tahap pertama dalam penelitian ini menggunakan Matriks IFE dan EFE. Tahap
ini meringkas informasi dasar yang dibutuhkan untuk merumuskan strategi. Tahap
pencocokkan berfokus pada menciptakan alternatif strategi yang layak dengan
mencocokkan faktor eksternal dan internal, Alat analisis yang digunakan pada
tahap pencocokkan adalah Matriks SWOT. Tahap terakhir dalam analisis yakni
rnenggunakan metode penentuan prioritas QSPM untuk memetakan keputusan
strategi yang tepat.
4.4.1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk mendapatkan gambaran menyeluruh
yang mendalam mengenai objek penelitian, sehingga dari pengamatan ini dapat
diketahui kondisi eksternal dan internal perusahaan. Hasil dari analisis ini dapat
disajikan dalam bentuk tabel, grafik, diagram, maupun matriks sesuai dengan hasil
yang diperoleh.
4.4.2. Analisis Lingkungan Internal
Analisis lingkungan internal perusahaan dilakukan dengan pendekatan
fungsional.
Pendekatan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi internal
perusahaan dengan mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan perusahaan pada
bidang-bidang
fungsional
yang
meliputi
manajemen,
pemasaran,
34
keuangan/akuntansi, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan. Alat bantu
untuk melakukan analisis fungsional dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Alat Bantu Analisis Lingkungan Internal
Analisis Lingkungan Intenal
Kekuatan
Kelemahan
Manajemen
Pemasaran
Keuangan/Akuntansi
Produksi/Operasi
Penelitian dan Pengembangan
4.4.3. Analisis Lingkungan Eksternal
Analisis lingkungan eksternal dilakukan untuk mengetahui kondisi
lingkungan eksternal perusahaan, sehingga dapat diidentifikasi faktor kunci apa
saja yang menjadi peluang dan ancaman bagi perusahaan. Analisis lingkungan
eksternal ini terdiri dari analisis lingkungan umum dan analisis lingkungan
industri.
1) Analisis Lingkungan Jauh
Analisis lingkungan jauh digunakan untuk mengetahui kondisi politik,
ekonomi, sosial budaya dan teknologi yang ada di lingkungan perusahaan.
Analisis ini akan menghasilkan sejumlah peluang dan ancaman yang dapat
mempengaruhi perusahaan dalam menjalankan usahanya. Tabel 6 dapat
digunakan untuk membantu menganalisis peluang dan ancaman yang terjadi
akibat pengaruh faktor-faktor lingkungan eksternal perusahaan.
Tabel 6. Alat Bantu Analisis Lingkungan Jauh
Analisis Lingkungan Jauh
Peluang
Ancaman
Faktor Politik
Faktor Ekonomi
Faktor Sosial Budaya
Faktor Teknologi
35
2) Analisis Lingkungan Industri (Pendekatan Porter)
Analisis lingkungan industri dilakukan untuk mengetahui keadaan persaingan
dalam suatu industri atau untuk mencari posisi bersaing yang menguntungkan
dalam
industri
dengan
mengidentifikasi
kekuatan-kekuatan
yang
mempengaruhi struktur dan persaingan di dalam industri tempat mereka
beroperasi. Kekuatan-kekuatan ini meliputi ancaman masuk pendatang baru,
ancaman produk pengganti, kekuatan tawar-menawar pembeli, kekuatan
tawar-menawar pemasok, dan tingkat persaingan di antara pesaing yang ada
dalam industri.
Tabel 7 dapat digunakan untuk membantu menganalisis
lingkungan industri.
Tabel 7. Alat Bantu Analisis Lingkungan Industri
Analisis Lingkungan Industri
Peluang
Ancaman
Ancaman Masuk Pendatang Baru
Kekuatan Tawar Menawar Pemasok
Kekuatan Tawar Menawar Pembeli
Ancaman Produk Pengganti
Tingkat Persaingan dalam Industri
4.4.4. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE (External Factor
Evaluation)
Setelah melakukan identifikasi faktor internal dan eksternal perusahaan,
tahap selanjutnya adalah menuangkan hasil analisis internal ke matriks IFE
(Internal Factor Evaluation) dan hasil analisis eksternal ke matriks EFE (External
Factor Evaluation).
Matriks IFE digunakan untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan
kelemahan utama dalam area fungsional bisnis, dan juga memberikan dasar untuk
mengidentifikasi dan
mengevaluasi hubungan antara area-area tersebut.
Sedangkan matriks EFE digunakan untuk merangkum dan mengevaluasi
informasi ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintah,
hukum, teknologi dan persaingan.
Tahap-tahap yang dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor kunci
dalam matriks IFE dan EFE adalah sebagai berikut (David 2006):
36
1) Identifikasi Faktor-Faktor Internal dan Eksternal Unit yang dianalisis
Berdasarkan hasil analisis lingkungan, diperoleh beberapa faktor
internal dan eksternal perusahaan. Kemudian, faktor-faktor tersebut
diidentifikasi untuk memperoleh faktor mana yang menjadi peluang,
ancaman, kekuatan ataupun kelemahan perusahaan. Pada faktor internal,
diidentifikasi mana yang menjadi kekuatan ataupun kelemahan perusahaan.
Pada faktor eksternal, dilakukan identifikasi faktor yang menjadi peluang dan
kemudian yang menjadi ancaman bagi perusahaan. Kemudian hasil
identifikasi faktor eksternal dan internal tersebut diberi bobot untuk melihat
tingkat kepentingannya bagi perkembangan perusahaan.
2) Penentuan Bobot Variabel
Pemberian bobot ini berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut
terhadap posisi strategis unit yang dianalisis dalam suatu daerah tertentu.
Jumlah bobot yang diberikan harus sama dengan satu.
Penentuan bobot dilakukan dengan jalan mengajukan identifikasi
faktor strategis internal dan eksternal tersebut kepada stake holder dengan
menggunakan metode “paired comparison”. Metode ini digunakan untuk
memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal. Skala
pembobotan yang digunakan untuk membandingkan dua variabel adalah 0, 1,
dan 2 dengan keterangan sebagai berikut:
0 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal
1 = Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal
2 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
Hasil akhir dari pemberian bobot setiap faktor dimulai dari 0,0 (tidak
penting) sampai 1,0 (paling penting). Bentuk penilaian pembobotan dapat
dilihat pada Tabel 8 dan 9.
Cara membaca perbandingan dimulai dari
variabel baris (indikator horizontal) dibandingkan dengan variabel kolom
(indikator vertikal) dan harus konsisten.
Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap
variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan
rumus :
37
αi = Xi
n
∑ Xi
i=1
Dimana,
αi = Bobot Variabel ke-i
n = Jumlah Data
Xi = Nilai Variabel x ke-i
I = 1, 2, 3,…., n
Tabel 8. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal
Faktor Strategis
A
B
C
D
Internal
A
…..
Total
Bobot
Xi
B
C
D
…..
Total
n
∑ Xi
i=1
Tabel 9. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal
Faktor Strategis
A
B
C
D
…..
Eksternal
A
Total
Bobot
B
C
D
…..
Total
n
∑ Xi
i=1
38
3) Penentuan Rating
Penentuan rating oleh stake holder dilakukan terhadap variabelvariabel. Dalam mengukur masing-masing variabel terhadap kondisi wilayah
digunakan skala 1, 2, 3, dan 4 terhadap masing-masing faktor strategis.
Matriks IFE dan EFE dapat dilihat pada Tabel 10 dan 11. Skala nilai rating
untuk matriks IFE adalah:
1 = Kelemahan utama/mayor
3 = Kekuatan kecil/minor
2 = Kelemahan kecil/minor
4 = Kekuatan besar/mayor
sedangkan untuk matriks EFE, skala nilai rating yang digunakan adalah :
1 = Respon perusahaan kurang dalam menghindari ancaman atau
memanfaatkan peluang.
2 = Respon perusahaan rata-rata dalam menghindari ancaman atau
memanfaatkan peluang.
3 = Respon perusahaan di atas rata-rata dalam menghindari ancaman atau
memanfaatkan peluang.
4 = Respon perusahaan superior dalam menghindari ancaman atau
memanfaatkan peluang.
Tabel 10. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation)
Faktor Strategis Internal
Bobot
Rating
Skor Bobot
Kekuatan
1.
2.
…
Kelemahan
1.
2.
…
Total
1,000
39
Tabel 11. Matriks EFE (External Factor Evaluation)
Faktor Strategis Eksternal
Bobot
Rating
Peluang
1.
2.
…
Ancaman
1.
2.
…
Total
Skor Bobot
1,000
Dari masing-masing skor bobot yang didapatkan, dapat diketahui
mana yang menjadi kekuatan ataupun kelemahan utama perusahaan pada
matriks IFE serta yang menjadi peluang ataupun ancaman utama pada matriks
EFE. Selanjutnya dilakukan penjumlahan dari pembobotan yang dikalikan
dengan rating pada tiap faktor untuk memperoleh skor pembobotan. Jumlah
skor pembobotan berkisar antara 1,0-4,0 yang menggambarkan seberapa kuat
kondisi internal dan eksternal perusahaan.
4.4.5. Matriks IE (Internal-Eksternal)
Matriks IE memetakan total skor yang diperoleh dari matriks IFE dan EFE
dari tahap input. Matriks ini terdiri dari dua dimensi, sumbu vertikal menunjukkan
total skor EFE dan sumbu horizontal menunjukkan total skor IFE. Pada sumbu
hortizontal, nilai skor antara 1,0 sampai 1,99 mengindikasikan bahwa posisi
internal perusahaan lemah, skor antara 2,0-2,99 mengindikasikan bahwa posisi
internal sedang, dan skor 3,0-4,0 menunjukkan posisi internal yang kuat. Untuk
sumbu vertikal, nilai skor 1,0 sampai dengan 1,99 menunjukkan bahwa pengaruh
eksternal rendah, skor 2,0 sampai dengan 2,99 menunjukkan posisi eksternal
sedang, dan skor 3,0-4,0 menunjukkan pengaruh eksternal yang tinggi. Sel-sel
pada matriks IE dapat dilihat pada Gambar 6.
40
IFE
(3,0-4,0)
EFE (2,0-2,29)
(1,0-1,99)
(3,0-4,0)
(2,0-2,29)
(1,0-1,99)
Kuat
Rata-Rata
Lemah
Tinggi
I
II
III
Menengah
IV
V
VI
Rendah
VII
VIII
IX
Gambar 6. Matriks Internal-Eksternal (IE)
Sumber : David (2006)
Sel-sel pada matriks IE dapat dibagi menjadi tiga daerah utama dengan
implikasi strategi yang berbeda-beda. Perusahaan yang berada pada sel I, II, atau
IV dapat digambarkan sebagai Tumbuh dan Berkembang. Strategi yang cocok
untuk diterapkan pada posisi ini adalah strategi intensif seperti penetrasi pasar,
pengembangan pasar dan pengembangan produk atau strategi integrasi seperti
integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi ke samping.
Untuk
perusahaan yang berada pada sel III, V, atau VII digambarkan sebagai posisi
Pertahankan dan Pelihara. Strategi yang umum digunakan pada posisi ini adalah
penetrasi pasar dan pengembangan produk. Pada sel VI, VIII, atau IX disebut
sebagai Panen dan Divestasi, strategi yang cocok diterapkan adalah memperbesar
atau memperkecil skala perusahaan.
4.4.6. Matriks SWOT
Analisis SWOT digunakan untuk menghasilkan strategi yang secara
bersamaan dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang serta meminimalkan
kelemahan dan ancaman. Pada matriks SWOT terdapat sembilan sel dengan
empat sel faktor kunci, empat sel strategi dan satu sel yang dibiarkan kosong (kiri
atas). Empat sel faktor kunci (S, W, O, dan T) diidentifikasi terlebih dahulu untuk
mendapatkan empat sel strategi yaitu SO, WO, ST, dan WT. Matriks SWOT
dapat dilihat pada Gambar 7.
41
Strenght (S)
Weakness (W)
Faktor
Daftar kekuatan internal Daftar kelemahan internal
Internal
perusahaan
perusahaan
Strategi SO
Strategi WO
Faktor
Eksternal
Opportunities (O)
Daftar
peluang
eksternal Menggunakan
yang ada
untuk
kekuatan Mengatasi kelemahan dengan
memanfaatkan memanfaatkan peluang
peluang
Threats (T)
Strategi ST
Daftar ancaman eksternal Menggunakan
yang ada
untuk
Strategi WT
kekuatan Meminimalkan
kelemahan
menghindari dan menghindari ancaman
ancaman
Gambar 7. Matriks SWOT
Sumber: David (2006)
Langkah yang diperlukan dalam penyusunan matriks SWOT, antara lain :
1) Menuliskan peluang dan ancaman pada baris matriks SWOT.
2) Menuliskan kekuatan dan kelemahan pada kolom matriks SWOT.
3) Mencocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal, kemudian hasil
strategi SO dituliskan ke dalam sel yang ditentukan.
4) Mencocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal, kemudian hasil
strategi WO dituliskan ke dalam sel yang ditentukan.
5) Mencocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal, kemudian hasil
strategi ST dituliskan ke dalam sel yang ditentukan.
6) Mencocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal, kemudian hasil
strategi WT dituliskan ke dalam sel yang ditentukan.
4.4.7
Analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)
Setelah mengembangkan sejumlah alternatif strategi, pengambil keputusan
harus mampu mengevaluasi dan kemudian memilih strategi yang terbaik dan
42
paling cocok dengan kondisi internal perusahaan serta lingkungan eksternal.
Langkah-langkah dalam pengembangan matriks QSP yaitu:
1) Membuat daftar peluang/ancaman dan kekuatan/kelemahan kunci perusahaan.
2) Berikan bobot untuk masing-masing faktor internal dan eksternal. Bobot ini
identik dengan yang ada pada matriks IFE dan EFE.
3) Evaluasi matriks tahap 2 (pencocokan) dan identifikasi alternatif strategi yang
harus dipertimbangkan organisasi untuk diimplementasikan.
4) Tentukan nilai daya tarik (Attractiveness Scores-AS) yaitu angka yang
mengidentifikasikan daya tarik relatif dari masing-masing stategi dalam set
alternatif tertentu. Nilai daya tarik harus diberikan untuk masing-masing
strategi untuk mengidentifikasikan daya tarik relatif dari satu strategi atas
strategi lainnya, dengan mempertimbangkan faktor tertentu.
1 = tidak menarik
2 = agak menarik
3 = cukup menarik
4 = sangat menarik
5) Hitunglah total nilai daya tarik (Total Attractiveness scores-TAS) yang
didapat dalam masing-masing baris. Total nilai daya tarik mengindikasikan
daya tarik relatif dari masing-masing alternatif strategi, dengan hanya
mempertimbangkan pengaruh faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal
terdekat.
6) Hitung penjumlahan total nilai daya tarik. Tambahkan total nilai daya tarik
(TAS) dalam masing-masing kolom dari QSPM. Penjumlahan total nilai daya
tarik mengungkapkan strategi mana yang paling menarik dari setiap set
alternatif. Nilai yang lebih tinggi mengindikasikan strategi yang lebih
menarik, mempertimbangkan semua faktor internal dan eksternal yang
relevan yang dapat mempengaruhi keputusan strategis.
43
Tabel 12. Matriks QSP
Faktor-faktor Sukses Kritis
Bobot
Strategi 1
AS
TAS
Alternatif Strategi
Strategi 2
Strategi 3
AS TAS
AS TAS
Faktor-faktor Kunci Internal
1.
2.
…..
Total Bobot
1,0
Faktor-faktor Kunci Eksternal
1.
2.
…..
Total Bobot
1,0
Jumlah Nilai TAS
Sumber: David, 2006
44
V. GAMBARAN UMUM USAHA
5.1. Gambaran Umum Wilayah
5.1.1. Kondisi Fisik Desa Ciburuy
Pelaksanaan unit usaha pupuk organik Koperasi Lisung Kiwari terletak di
Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Desa Ciburuy memiliki
iklim yang cukup sejuk dikarenakan berada di kaki gunung salak. Desa Ciburuy
terletak pada ketinggian 600 meter di atas permukaan laut. Suhu rata-rata
sepanjang tahun di Desa Ciburuy berkisar antara 230-320 Celcius dan memiliki
curah hujan rata-rata sepanjang tahun sebesar 3000-4000 mm. Jarak menuju
ibukota provinsi di Bandung sejauh 120 km, sedangkan jarak menuju ibukota
negara di jakarta sejauh 81 km. Berdasarkan keadaan iklim dan kondisi fisik yang
ada, pengusahaan pupuk kompos sesuai untuk diusahakan di Desa Ciburuy. Batas
wilayah Desa Ciburuy adalah sebagai berikut:
Sebelah utara : Desa Muara Jaya
Sebelah timur : Desa Sorogol
Sebelah barat : Desa Cisalada
Sebelah selatan : Desa Cigombong
5.1.2. Potensi Pertanian
Desa Ciburuy memiliki luas wilayah sebesar 160 Ha, terdiri dari lahan
darat seluas 73 Ha dan lahan pertanian seluas 87 Ha. Penggunaan lahan pertanian
di Desa Ciburuy digunakan untuk persawahan dengan komoditas utama yang
diusahakan petani adalah padi sawah organik sebesar 90 persen atau seluas 78,3
Ha. Sisanya dimanfaatkan untuk budidaya peternakan dan ikan air tawar serta
penangkaran benih padi. Pemanfaatan lahan darat di Desa Ciburuy digunakan
untuk pemukiman, sekolah, fasilitas publik, dan bangunan-bangunan usaha seperti
lahan processing beras SAE, lantai penjemuran serta lahan usaha pembuatan
pupuk kompos OFER.
Proses bercocok tanam padi di daerah Ciburuy dapat dilakukan sebanyak
2-3 kali dalam setahun dengan produktivitas berkisar 7 ton per Ha padi kering
panen. Padi yang dihasilkan ini merupakan padi organik. Total keseluruhan padi
organik yang dihasilkan di Desa Ciburuy sebesar 548,1 ton padi kering panen.
45
Berdasarkan pengalaman bertani selama ini, total jerami yang dihasilkan
sebesar tiga kali lipat dari hasil gabah padi, artinya terdapat sebesar 21 ton per Ha
atau 1644,3 ton jerami padi yang tersedia setiap kali panen. Rendemen kompos
yang dibuat dari jerami kurang lebih 60% dari bobot awal jerami, sehingga
kompos jerami yang dapat dihasilkan dalam satu Ha lahan sawah adalah sebesar
12,6 ton per Ha. Apabila seluruh jerami yang tersedia dibuat kompos akan
dihasilkan kompos sebanyak 986,58 ton di Desa Ciburuy. Oleh karena itu Desa
Ciburuy berpotensi dalam mengusahakan pembuatan pupuk kompos.
5.2. Gambaran Umum Usaha
5.2.1. Sejarah dan Perkembangan Usaha
Pada tahun 2002 Gapoktan Silih Asih mulai menjalin mitra dengan LPS di
bawah Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan Dompet Dhuafa Republika.
Gapoktan Silih Asih merupakan gabungan dari 11 kelompok tani di Desa Ciburuy
yang bergerak di bidang usahatani padi bebas pestisida yang digarap oleh 6
kelompok tani dan sisanya bergerak pada bidang perikanan serta benih padi.
Adanya kebutuhan sarana produksi pertanian bagi seluruh petani yang tergabung
sebagai anggota gapoktan menjadi dasar dalam pengembangan pertanian organik
pada subsektor penyediaan input terutama komoditi pupuk organik. Dalam upaya
mewujudkan kemudahan dan kemandirian petani secara bersama pada subsektor
penyediaan input, dibentuklah kelompok swadaya berupa koperasi yang dikenal
dengan
nama
Koperasi
Lisung
Kiwari
dengan
nomor
518/03/BH/KPTS/KANKOP/2005 yang beralamat di Kampung Ciburuy RT
02/RW 02 Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor. Salah satu
unit usaha Koperasi Lisung Kiwari untuk mengembangkan pertanian organik .
yaitu pengusahaan pupuk kompos dengan merk OFER (Organic Fertilizer).
Pelaksanaan unit usaha pupuk OFER sendiri mendapat bantuan dari pihak
LPS melalui program pembinaan dan bantuan pemasaran. Pihak LPS mengadakan
pelatihan pembuatan pupuk kompos secara berkala sehingga petani dapat
memenuhi kebutuhannya sendiri akan pupuk. Hal ini penting untuk dilakukan
mengingat komponen yang paling berpengaruh di tingkat pertanian adalah pupuk.
Pola pembinaan yang dilaksanakan mencakup tiga hal, yaitu quality control, kuota
46
pembuatan yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing cluster dan
pemilihan bahan baku. Pembinaan pelatihan dilaksanakan hingga akhir tahun
2003. Pada masa pembinaan berlangsung, upaya memperbaiki kualitas terus
dilakukan. Salah satunya dengan mencoba melakukan pengemasan sehingga
pupuk tidak hanya berkualitas tetapi juga kontinuitas dan memiliki daya tahan
yang lebih lama. Selain digunakan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri,
Kelebihan pupuk yang sudah tidak terpakai di pasarkan di wilayah sekitar.
Hasilnya pupuk kompos produksi petani binaan LPS mendapat respons yang
cukup baik di pasaran sehingga membuka peluang untuk pengusahaan pupuk
kompos. LPS pun melakukan upaya penguatan posisi pupuk kompos di pasaran
agar memperoleh hak paten dengan cara mendaftarkan pupuk kompos ke lembaga
Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) untuk merk dagang Organic Fertilizer
(OFER). Pada tahun 2004 pengusahaan pupuk kompos OFER mulai dijalankan
secara komersial.
5.2.2. Pengadaan Input
Bahan baku utama yang digunakan adalah bahan-bahan yang berasal dari
limbah pertanian seperti jerami, arang sekam, dedak halus, serta campuran
kotoran sapi. Unit usaha Koperasi Lisung Kiwari memperoleh bahan baku utama
berupa limbah pertanian secara gratis dari sisa panen padi yang dihasilkan para
petani anggota gapoktan di Desa Ciburuy. Sedangkan kotoran sapi sebagai bahan
baku campuran diperoleh dari PT Karyana-Cicurug. PT Karyana-Cicurug
merupakan perusahaan skala besar yang menyediakan tiga jenis kotoran sapi atau
pupuk kandang terdiri dari grade satu dengan kadar air paling rendah hingga
grade tiga dengan kadar air paling tinggi (basah). Jenis pupuk kandang yang
digunakan oleh unit usaha KKT Lisung Kiwari yaitu kotoran sapi grade dua
dengan harga Rp3.000 per karung (30 kg). Bahan baku tambahan seperti molase,
kapur pertanian, serta EM4 diperoleh dari toko pertanian.
5.2.3. Proses Produksi
Pembuatan pupuk organik dapat dilakukan secara tradisional dan dengan
teknologi pengomposan. Pembuatan pupuk organik dengan cara tradisional
membutuhkan waktu berbulan-bulan karena bahan-bahan organik dibiarkan
47
melapuk dengan sendirinya sehingga proses fermentasi yang berlangsung secara
alami. Pada pembuatan pupuk organik dengan teknologi pengomposan proses
fermentasi dapat dipercepat dengan cara menambahkan bahan lain yang disebut
aktivator. Aktivator merupakan bahan bagi bakteri pengurai yang terdiri dari
enzim, asam humat bahan, dan mikroorganisme (kultur bakteri). Pada unit usaha
Koperasi Lisung Kiwari pembuatan pupuk kompos dilakukan dengan bantuan
aktivator Effective microorganism (EM4). Keunggulan yang dimiliki EM4 yaitu
dapat meningkatkan fermentasi limbah organik dan kotoran ternak hingga
lingkungan menjadi tidak bau, meningkatkan ketersediaan unsur hara untuk
tanaman, serta menekan pertumbuhan mikroorganisme pathogen tanah. Proses
pengomposan
pupuk
kompos
OFER
diproduksi
dengan
sistem
aerob
(menggunakan oksigen), dimana mikroba menggunakan oksigen dalam proses
dekomposisi bahan organik. Proses dekomposisi dapat juga terjadi tanpa
menggunakan oksigen yang disebut proses anaerob. Pengomposan secara anaerob
memanfaatkan
mikroorganisme
yang
tidak
membutuhkan
udara
dalam
mendegradasi bahan organik. Namun, pada proses ini akan dihasilkan bau yang
tidak sedap.
Kegiatan pengusahaan pupuk kompos OFER ini secara umum meliputi
persiapan lokasi pembuatan, pemilihan bahan, pemotongan bahan, penumpukan
bahan, pengayaan, pembalikan, pengayakan, dan pengemasan. Metode pembuatan
pupuk kompos OFER dilakukan dengan cara ditumpuk berlapis-lapis pada areal
terbuka dan ternaungi. Semua tahap kegiatan dilakukan secara manual dengan
peralatan yang tergolong sederhana (cangkul, sekop, ember dsb). Mesin yang
digunakan pada usaha ini hanya mesin pencacah jerami atau chopper sehingga
pemotongan jerami tidak lagi dilakukan secara manual dengan golok. Jangka
waktu pembuatan pupuk kompos untuk satu siklus produksi selama 7 hari, dimana
hari sabtu dijadikan patokan mulai produksi dan. Dalam satu siklus produksi
menggunakan empat lantai petakan pengomposan ukuran 5x2,5 m dengan
kapasitas satu ton untuk setiap petak sehingga total kapasitas produksi sebesar 16
ton per bulan. Tenaga kerja berasal dari petani anggota gapoktan silih asih yang
terdiri dari tiga orang tenaga kerja yaitu mengaduk dengan mengolah, mengayak,
dan menimbang sekaligus mengemas.
48
1) Persiapan bahan dan lokasi
Bahan-bahan
yang
akan
digunakan
dipersiapkan
dekat
tempat
pengomposan agar mudah dan mempercepat waktu pengolahan. Selain bahan
baku juga perlu disiapkan cangkul untuk mengaduk dan ember untuk menyiram
serta karung goni atau plastik yang berlubang untuk menutupi tumpukan. Lokasi
pengomposan yang dimiliki unit usaha Lisung Kiwari terdiri dari lahan
pengomposan ukuran 5x10 m dan dua buah gudang untuk penyimpanan bahan
baku dan kompos siap jual. Lokasi pengomposan dinaungi dengan atap dari
genteng, seng, nipah, atau bahan lainnya untuk menghindari curah hujan. Lahan
pengomposan unit usaha KKT Lisung Kiwari memiliki empat petakan atau
bedengan yang berdampingan dengan panjang 5 m, lebar 2,5 m dan tinggi 30 cm
untuk setiap petakan yang berkapasitas satu ton.
2) Pemilihan bahan
Dalam pembuatan pupuk kompos bahan baku yang baik digunakan adalah
bahan dengan kandungan C/N ratio cukup rendah yang idealnya bernilai antara
20-30 C/N ratio karena mudah melapuk dan terdekomposisi. Apabila nilai C/N
ratio suatu bahan semakin tinggi maka semakin lambat bahan tersebut untuk
diubah menjadi kompos. Pada pengusahaan pupuk kompos OFER bahan baku
yang dipilih adalah bahan-bahan yang berasal dari limbah pertanian seperti jerami
kering, arang sekam, dan dedak halus, serta kotoran sapi yang relatif sudah
matang sebagai bahan campuran dari limbah peternakan. Unit usaha Lisung
Kiwari memilih menggunakan bahan-bahan dari limbah pertanian karena potensi
jerami yang begitu besar di Desa Ciburuy sehingga berpeluang untuk dapat
dimanfaatkan menjadi pupuk kompos walaupun kandungan nilai C/N ratio pada
jerami cukup besar senilai 80 C/N ratio.
Kandungan nilai C/N ratio yang tinggi tersebut disiasati dengan
mencampur bahan lain yang nilai C/N ratio-nya rendah agar dapat mempersingkat
laju pengomposan. Bahan yang digunakan adalah kotoran sapi sebagai bahan
campurannya karena memiliki kandungan nilai C/N ratio yang rendah sebesar 20
C/N ratio. Apabila pengadaan bahan baku berupa sekam bakar sulit diperoleh
maka dapat diganti dengan abu gosok yang relatif mudah diperoleh di daerah
49
perdesaan. Pemilihan bahan-bahan tersebut mampu menghasilkan pupuk kompos
yang bermutu dan berkualitas sehingga nilai jualnya menjadi lebih tinggi.
3) Pemotongan bahan
Bahan-bahan organik yang digunakan dipotong atau dicacah menjadi
berukuran kecil dan seragam agar proses pengomposan berlangsung cepat.
Ukuran potongan ± 5-10 cm. ukuran yang kecil memudahkan mikroba atau
bakteri untuk merombak bahan-bahan tersebut sehingga proses fermentasi
berlangsung lebih cepat. Pada pembuatan pupuk kompos OFER sudah
menggunakan mesin chopper.
4) Penumpukan bahan dan pengolahan adonan
Pembuatan pupuk kompos dilakukan dengan cara menumpuk bahan-bahan
secara berlapis-lapis. Bahan-bahan ditimbun dengan ketinggian tertentu yaitu
untuk dataran rendah sekitar 15-20 cm sedangkan untuk dataran menengah hingga
tinggi sebaiknya lebih dari 20 cm. Hal tersebut dilakukan untuk memperoleh
kondisi suhu adonan yang optimum. Lapisan paling dasar yaitu kotoran sapi yang
disebar dan diratakan terlebih dahulu kemudian diatasnya ditaburkan sekam bakar
diikuti jerami, dedak dan dolomit sebagai bahan terakhir. Bahan-bahan yang telah
ditumpuk disiram perlahan-lahan dengan larutan kultur bakteri (larutan
bioaktivator, molase, dan air) dan diaduk dengan sekop secara merata.
Dalam penumpukan bahan, aerasi atau pergerakan udara dalam timbunan
harus tetap dipertahankan agar jasad pembusuk atau mikroba mendapat suplai
oksigen atau udara yang dibutuhkan untuk hidup (aerob) dan aktivitas pelapukan.
Bila tidak tersedia oksigen dan tumpukan tidak menghasilkan suhu yang ideal,
maka pelapukan atau fermentasi akan gagal dan terjadi pembusukan yang tidak
diharapkan oleh bakteri-bakteri anaerob.
5) Pengayaan (enrichment)
Pengayaan dimaksudkan sebagai penambahan bahan lain misal, bahan
yang mengandung hara dan nutrisi lebih banyak. Bahan-bahan kompos dapat
diperkaya dengan penambahan kapur pertanian (dolomit), molase, serbuk gergaji,
tepung tulang dan sebagainya. Disamping untuk memperkaya, penambahan bahan
ini dapat mempercepat pengomposan. Pengayaan yang dilakukan pada pembuatan
pupuk kompos yaitu menyiram kembali tumpukan bahan dengan larutan kultur
50
bakteri sekali lagi. Setelah itu, gundukkan adonan ditutup dengan karung goni
atau plastik berlubang selama sekitar 5 hari agar aerasi berjalan lancar.
6) Pembalikan berulang
Tumpukan adonan bahan-bahan dibiarkan selama ± 5-6 hari. Setiap dua
hari sekali dilakukan pembalikan dan diaduk secara merata agar suhu tetap
terkontrol. Bila suhu terlalu tinggi harus segera diaduk dan dibalik lagi sehingga
suhu tetap optimum berada pada kisaran 40-450C. Disamping itu kandungan air
diusahakan mencapai 30 persen yaitu bila dikepal dengan tangan air tidak keluar
dari adonan dan bila dilepas akan megar.
7) Pengayakan
Pupuk kompos yang telah jadi dimana proses dekomposisi sudah relatif
berhenti indikatornya adalah perkembangan suhu dari gundukan adonan yang
semakin menurun. Setelah terfermentasi selama 4-7 hari, adonan kompos siap
dikemas dan digunakan sebagai pupuk organik. Ciri-ciri dari bahan-bahan yang
sudah menjadi kompos yaitu warna berubah mendekati kehitaman dan teksturnya
remah atau mudah diayak.
Pupuk kompos yang siap kemas sebaiknya diayak terlebih dahulu agar
kualitas pupuk kompos menjadi lebih baik dan butiran pupuk kompos menjadi
halus dan merata. Pengayakan dilakukan dengan menggunakan saringan kawat
atau kawat ram berlubang diameter 0,5-1 cm. Pada unit usaha pengomposan
Koperasi Lisung Kiwari perlu melakukan pengayakan karena kompos yang
dihasilkan bertujuan komersil sehingga kualitas menjadi sangat penting untuk
diperhatikan.
8) Pengemasan
Pupuk kompos OFER dikemas dengan karung standar berlabel yang
terdapat kemasan plastik didalamnya (inner bag). Hal tersebut dilakukan agar
kadar air atau kelembaban pupuk kompos OFER tetap terjaga dan tidak mudah
kering. Oleh karena itu pupuk kompos OFER memiliki ketahanan produk yang
cukup kuat untuk penggunaan dan penyimpanan dalam jangka panjang.
5.2.4. Pemasaran
Kemitraan dalam pemasaran dilakukan dengan Lembaga Pertanian Sehat.
Lembaga Pertanian Sehat (LPS) berperan sebagai lembaga saluran pemasaran dan
51
distribusi produk yang dihasilkan petani binaan disamping pemberdayaan petani
dalam
membangun
komunitas
petani
dan
melatih,
membina
serta
mengembangkan produk pertanian sehat yang mudah diaplikasikan oleh petani.
Sasaran pasar pupuk kompos OFER yang dibidik oleh LPS adalah konsumen
kelas hobies tanaman hias dan beberapa cluster petani binaan LPS serta seluruh
elemen masyarakat yang peduli akan terciptanya pertanian yang sehat, baik itu
para petani di pedesaan maupun masyarakat kota.
Pemasaran pupuk OFER sendiri secara umum dibagi menjadi dua,yaitu
segmen pasar eksternal dan pasar internal. Ruang lingkup pasar eksternal
mencakup agen, retail, dan pelaku usaha tanaman hias yang tersebar di wilayah
Bogor dan Jakarta. Sedangkan ruang lingkup pasar internal mencakup lima cluster
petani oragnik binaan LPS yang berada di Cianjur, Karawang dan Brebes.
52
VI. ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN
Analisis lingkungan merupakan salah satu proses yang harus dilakukan
dalam manajemen strategis yang bertujuan untuk mengidentifikasi lingkungan
usaha. Pada umumnya, lingkungan usaha terdiri dari lingkungan internal dan
eksternal. Lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan jauh dan lingkungan
industri.
6.1. Analisis Lingkungan Internal
Lingkungan internal merupakan lingkungan yang berada didalam
perusahaan, serta berpengaruh langsung terhadap arah dan tindakan perusahaan.
Analisis lingkungan internal dilakukan untuk mengidentifikasi kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki oleh unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari.
Faktor-faktor internal yang dianalisis meliputi aspek manajemen dan sumber daya
manusia, pemasaran, keuangan dan akuntansi, produksi dan operasi, serta
penelitian dan pengembangan.
6.1.1. Manajemen Sumber Daya Manusia
Untuk menganalisis fungsi manajemen unit usaha pupuk OFER Koperasi
Lisung Kiwari, terdapat beberapa aspek yang perlu dikaji, antara lain aspek
perencanaan, pengorganisasian, pemberian motivasi, pengelolaan staf, dan aspek
penegendalian.
1) Perencanaan
Saat ini
unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari belum
memiliki perencanaan tertulis baik untuk jangka pendek, menengah, maupun
jangka panjang. Hal ini terlihat dari belum adanya pernyataan visi, misi, dan
tujuan unit usaha pupuk OFER yang dirumuskan secara tertulis, jelas, dan
spesifik. Meskipun demikian, kondisi ini tidak mempengaruhi kepala unit
usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari untuk mengembangkan
usahanya. Hal ini terlihat dari keputusan yang diambil
pada saat akan
meningkatkan
memperhatikan
produksi
pupuk
organiknya,
dimana
permintaan pasar terhadap produk pupuk OFER. Oleh karena itu, saat ini
penjualan produk pupuk OFER semakin meningkat, bahkan cenderung terjadi
kelebihan permintaan pasar.
53
2) Pengorganisasian
Sejak didirikannya Koperasi Lisung Kiwari awal tahun 2005,
pengusahaan pupuk kompos ini telah menjadi bagian dari salah satu unit
usaha yang terdapat didalamnya. Kegiatan usaha Koperasi Lisung Kiwari
meliputi unit usaha simpan pinjam, unit usaha sembako, unit usaha sarana
produksi pertanian, unit usaha peternakan, unit usaha perikanan, unit usaha
beras organik, serta unit usaha pembayaran telepon dan listrik. Unit usaha
pupuk kompos sebagai bagian dari unit sarana produksi pertanian telah
memiliki struktur organisasi yang formal namun masih terbilang sederhana
karena skala usaha tergolong masih kecil sehingga manajemen ditangani
secara bersama oleh pengurus koperasi. Meskipun tanpa struktur organisasi
yang lengkap, unit usaha telah memiliki pembagian tugas yang jelas. Dalam
pengoperasiannya, unit usaha ini di pimpin oleh seorang pengelola. Jumlah
tenaga kerja produksi yang dimiliki unit usaha saat ini hanya berjumlah tiga
orang. Secara singkat alur struktur organisasi Koperasi Lisung Kiwari dapat
dilihat pada Gambar 8.
Koperasi
Lisung Kiwari
Unit usaha
simpan pinjam
Unit usaha
sembako
Unit usaha
pembayaran telepon
dan listrik
Unit usaha
peternakan
Unit usaha
saprotan
Unit usaha
OFER
Unit usaha
perikanan
Unit busaha
beras organik
Unit usaha
penyediaan saprotan
Gambar 8. Struktur Organisasi Koperasi Lisung Kiwari
Sumber : Koperasi Lisung Kiwari 2010
Dalam menjalankan operasionalisasi unit usaha pupuk OFER, kepala
unit usaha pupuk OFER menerapkan pendekatan top down, dimana seluruh
54
komando dilakukan langsung oleh kepala unit usaha pupuk OFER Koperasi
Lisung Kiwari, kemudian pekerja di bawahnya hanya melaksanakan hal-hal
yang telah direncanakan.
Meskipun pendekatan yang dilakukan oleh kepala unit usaha pupuk
OFER lebih bersifat top down dalam operasionalisasinya, kepala unit usaha
tidak menganggap karyawan sebagai bawahan melainkan sebagai rekan kerja.
Hal ini karena peran serta karyawan juga terlibat dalam keberhasilan suatu
usaha. Salah satu tindakan yang dilakukan oleh kepala unit usaha untuk
meningkatkan motivasi karyawan adalah dengan cara melibatkan diri untuk
ikut serta dalam proses produksi dan dengan cara melakukan diskusi tentang
proses produksi yang dilakukan. Pemberian motivasi terhadap karyawan
penting dilakukan karena terkait dengan loyalitas para karyawan terhadap unit
usaha pupuk OFER sehingga para karyawan tetap merasa nyaman selama
bekerja.
3) Pengelolaan Staf
Pengelolaan staf dalam sebuah perusahaan terkait dengan budaya atau
iklim kerja yang diterapkan oleh perusahaan tertentu. Budaya atau iklim kerja
dalam kumpulan nilai, harapan, serta kebiasaan masing-masing orang yang
ada di perusahaan tersebut yang pada umumnya tetap dipertahankan dari
suatu generasi ke generasi berikutnya. Dalam unit usaha pupuk OFER
Koperasi Lisung Kiwari, budaya atau iklim kerja yang terjadi lebih cenderung
ke arah kekeluargaan. Oleh karena itu, komunikasi yang terjalin antara kepala
unit usaha pupuk OFER kepada para karyawannya tidak bersifat kaku
sehinggga kondisi seperti ini memudahkan kepala unit usaha pupuk OFER
dalam memberikan tugas kepada karyawan atau sebaliknya, jika para
karyawan ingin menyampaikan sesuatu kepada kepala unit usaha yang terkait
dengan masalah kerja.
4) Pengendalian
Pada umumnya, pihak unit usaha pupuk OFER melakukan
pengendalian hanya terbatas pada bidang produksi saja, khususnya dalam hal
pengadaan bahan baku dan pengolahan. Pengendalian dalam hal pengadaan
bahan baku penting dilakukan
karena terkait langsung dengan proses
55
produksi pembuatan pupuk OFER sehingga kontinuitas pembuatan pupuk
tetap terjaga. Sama halnya dengan pengadaan bahan baku, pengendalian
dalam pengolahan juga penting dilakukan karena terkait dengan kualitas atau
mutu pupuk organik yang dihasilkan.
Keberhasilan sebuah perusahaan dalam menjalankan bisnisnya, juga
karena ditunjang oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki. Oleh karena
itu, pentingnya bagi setiap perusahaan untuk menjaga loyalitas tenaga kerja sebab
secara tidak langsung tenaga kerja juga berperan serta dalam menentukan
pertumbuhan perusahaan.
Secara umum, perekrutan tenaga kerja pada unit usaha pupuk OFER tidak
melalui prosedur yang formal dan terstruktur. Selain itu, tidak ada persyaratan
atau kualifikasi khusus yang mengharuskan setiap calon tenaga kerja memiliki
keterampilan tentang cara pembuatan pupuk organik. Satu hal terpenting yang
harus dimiliki oleh calon tenaga kerja unit usaha pupuk OFER adalah semangat
kerja yang tinggi, ulet, dan cekatan dalam melakukan setiap pekerjaan. Di
samping itu, tenaga kerja yang dibutuhkan oleh unit usaha pupuk OFER tidak
dituntut untuk memiliki pendidikan yang tinggi. Oleh karena itu, biasanya pihak
unit usaha pupuk OFER akan melakukan training kepada tenaga kerja.
6.1.2. Pemasaran
Pemasaran
merupakan
proses
mendefinisikan,
mengantisipasi,
menciptakan, serta memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan atas barang
dan jasa. Pemasaran terkait dengan bauran pemasaran, yaitu aspek produk, harga,
distribusi, dan aspek promosi. Bauran pemasaran dari yang paling diutamakan
yaitu produk, harga, promosi, dan distribusi. Produk mendapat prioritas
pemasaran pertama karena bagi unit usaha dan LPS, produk merupakan cerminan
nilai yang akan didapatkan konsumen sebagai pelaku pengambil keputusan
pembelian. Ketika produk yang ditawarkan berkualitas maka konsumen akan rela
mengeluarkan biaya yang lebih untuk mendapatkan produk tersebut karena nilai
yang didapatkan akan lebih besar dibanding biaya yang dikeluarkannya. Harga
merupakan prioritas pemasaran kedua karena ketika produk menghadapi kondisi
persaingan maka harga yang ditawarkan juga harus mampu bersaing di pasaran
pada tingkat produk sekelas. Setelah itu promosi dan distribusi dengan urutan
56
prioritas paling akhir. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai masing-masing
bauran pemasaran pada unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari:
1) Produk
Dalam hal produk, pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari memiliki
kualitas yang lebih bagus dibandingkan produk pesaing baik dari segi kemasan, isi
maupun keamanan produk. Kemasan pupuk OFER berupa karung standar berlabel
yang terdapat kemasan plastik di dalamnya. Pupuk OFER memiliki kandungan
unsur mikro cukup lengkap untuk standar hidup tanaman. Aplikasi penggunaan
cukup tiga kali, sedangkan pupuk kompos lain bisa sampai enam kali setiap
musim tanam. Dari segi keamanan produk, apabila penggunaan pupuk kompos ini
tidak sesuai dengan dosis yang dianjurkan maka tidak akan mempengaruhi
pertumbuhan tanaman namun dari segi ekonomi akan terjadi pemborosan.
Pupuk kompos produksi unit usaha binaan LPS juga telah memenuhi
standar mutu produk organik baik secara prinsip maupun formal. Secara prinsip,
standar pupuk kompos ini telah berpegang pada pengelolaan proses produksi yang
alami dengan menjaga keanekaragaman dan kesinambungan alam serta ekosistem
di sekitarnya sehingga menjadi produk pertanian sehat dan ramah lingkungan.
Sedangkan secara formal, pupuk kompos ini telah mendapat pengakuan formal
dari lembaga sertifikasi yang kredibel dan kompeten untuk memberikan
pengesahan keorganikan melalui mekanisme uji standar lapangan dan
laboratorium. Sertifikasi produk yang dilakukan oleh LPS terdiri dari analisa
kandungan hara oleh Balai Penelitian Biogen dan perolehan hak paten teknologi
pengomposan ini ke lembaga Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) dengan
merk dagang OFER (Organic Fertilizer). Pelabelan diperlukan untuk memberikan
kepastian pada konsumen terhadap produk yang dikonsumsinya, dapat
meningkatkan citra mutu dan nilai jual produk organik.
2) Harga
Harga merupakan satu-satunya unsur dari bauran pemasaran yang
menghasilkan penerimaan bagi perusahaan, sedangkan yang lainnya menimbulkan
biaya. Harga juga dapat menunjukkan
posisi perusahaan dalam persaingan.
Menurut Umar (2008), penetapan harga yang dilakukan oleh sebuah perusahaan,
pada umumnya didasarkan oleh empat pendekatan, yaitu (1) Berdasarkan biaya,
57
yaitu dengan memberikan atau menambahkan suatu ‘mark up’ baku untuk
labanya; (2) Analisis pulang pokok, yaitu penggunaan konsep bagan pulangpokok yang menunjukkan total biaya dan jumlah pendapatan yang diharapkan
pada beberapa tingkat volume penjualan sehingga titik potong antara kedua kurva
merupakan merupakan volume pulang pokok; (3) Berdasarkan persepsi pembeli,
yaitu melakukan survei untuk harga barang yang sama oleh beberapa penjual yang
ditanyakan langsung kepada konsumen; dan (4) Berdasarkan persaingan, yaitu
penetapan harga dilakukan setelah meneliti harga yang ditetapkan oleh para
pesaing dekatnya. Penetapan harga pupuk OFER sendiri berdasarkan biaya, serta
memperhatikan harga para pesaing di pasaran.
Dalam penjualan pupuk kompos, harga yang ditawarkan unit usaha
berbeda antara tingkat eceran dan distributor. Pada tingkat eceran, harga jual
pupuk kompos sebesar Rp600,- per kg dengan karung biasa tanpa merk. Penjualan
pada tingkat eceran terjadi pada dua tahun awal produksinya. Dimana pada saat
itu permintaan yang terjadi dari LPS masih tidak menentu sehingga sisa produk
dari kuota pembuatan dijual secara eceran di sekitar lingkungan.
Sedangkan sejak tahun 2008 hingga saat ini, penjualan seluruhnya telah
mampu diserap oleh LPS sebagai satu-satunya mitra pemasaran unit usaha ini.
Permintaan yang terjadi di tingkat LPS sangat besar sehingga LPS membeli
seluruh produk sesuai kuota pembuatan unit usaha. Namun pembelian yang
dilakukan oleh LPS hanya sebatas pupuk komposnya saja. Hal ini dikarenakan
karung berlabel yang digunakan berasal dari LPS sehingga harga jual yang
ditawarkan unit usaha kepada LPS hanya sebesar harga curah yaitu Rp 450,- per
kg. Dalam hal ini, LPS membayarkan upah pengemasan sesuai standar upah
tenaga kerja unit usaha yaitu Rp 30.000,- per HOK.
Sistem kemitraan yang dijalankan dengan LPS membuat unit usaha ini
mendapatkan kepastian dalam harga jual pupuk kompos. Hal ini dikarenakan
sistem kemitraan yang dijalin mencakup quality control oleh LPS sendiri sehingga
pengurangan harga jual akibat kualitas yang menurun tidak mungkin terjadi.
Walaupun harga jual di tingkat unit usaha sebesar Rp450,- per kg jauh lebih
murah dibanding harga jual LPS sebesar Rp1.050,- per kg, namun unit usaha
masih dapat meraup keuntungan karena banyaknya biaya-biaya lain yang tidak
58
dikeluarkan oleh unit usaha seperti biaya sertifikasi, biaya promosi, biaya
transportasi, dan biaya kemasan.
Jika dilihat di tingkat distributor, pesaing terdekat bagi LPS adalah pupuk
kompos produksi kelompok tani Antanan di Cimande. Pupuk kompos produksi
Antanan terbilang produk saingan pada tingkatan yang sama karena dari segi
harga ataupun kualitas tidak begitu jauh berbeda. Namun jika dilihat perbandingan
harganya, harga agen pupuk kompos yang ditawarkan LPS sebesar Rp21.000,- per
karung (20 kg) sedangkan harga agen pupuk kompos yang ditawarkan Antanan
sebesar Rp20.000,- per karung (20 kg), artinya harga agen pupuk kompos LPS
lebih mahal Rp1.000,- per karung dibanding pupuk Antanan. Hal ini kemasan
yang berasal dari LPS menggunakan karung standar berlabel yang dicetak dan
terdapat kemasan plastik didalamnya (inner bag) sedangkan pupuk antanan hanya
menggunakan karung bekas. Kondisi tersebut dirasa menguntungkan bagi unit
usaha karena kualitasnya tetap terjaga dan memiliki daya tahan lebih lama
dibanding pupuk kompos Antanan tanpa mesti mengeluarkan biaya pengemasan
sehingga pupuk kompos unit usaha ini tetap menjadi produk unggulan. Dengan
demikian, unggulnya produk kompos ini di tingkat distributor secara tidak
langsung dapat menjaga kuota pemesanan pupuk kompos kepada unit usaha.
3) Distribusi
Distribusi merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh sebuah
perusahaan untuk menyalurkan, mengirimkan, serta menyampaikan barang yang
dipasarkannya kepada konsumen. Menurut Umar (2008), biasanya hampir
sebagian besar perusahaan atau seorang produsen menggunakan perantara
pemasaran untuk memasarkan produknya dengan cara membangun suatu saluran
distribusi, yaitu sekelompok organisasi yang saling tergantung dalam keterlibatan
mereka pada proses yang memungkinkan suatu produk atau jasa tersedia untuk
digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen atau pengguna industrial.
Pemasaran produk pupuk kompos dilakukan melalui tiga saluran distribusi
yaitu (1) unit usaha OFER Koperasi Lisung Kiwari – konsumen akhir, (2) unit
usaha OFER Koperasi Lisung Kiwari – Lembaga Pertanian Sehat (LPS) – pasar
internal – cluster petani organik binaan dan (3) unit usaha OFER Koperasi Lisung
Kiwari – Lembaga Pertanian Sehat (LPS) – pasar eksternal – agen/retail –
59
konsumen akhir. Skema saluran distribusi pemasaran produk unit usaha OFER
Koperasi Lisung Kiwari dapat dilihat pada Gambar 9. Pada saluran distribusi
tersebut, unit usaha juga menjual seluruh hasil produksinya kepada LPS sebagai
mitra pemasarannya lalu dijual kepada pasar agen atau retail untuk kemudian
disalurkan kembali hingga konsumen akhir. LPS membagi pasar produk pupuk
kompos ini menjadi dua bagian yaitu pasar internal dan pasar eksternal. Pada
pasar internal, LPS menjual produk pupuk kompos kepada petani-petani binaan
mereka yang belum mampu memenuhi kebutuhan pupuk komposnya sendiri.
Petani binaan LPS merupakan petani yang konsen dalam bidang pertanian organik
sehingga mengutamakan pemakaian pupuk kompos daripada urea. Sedangkan
pada pasar eksternal, LPS menjual kepada agen, retail atau toko-toko pertanian,
dan pelaku usaha tanaman hias untuk dijual kembali kepada konsumen akhir.
Konsumen
Unit Usaha OFER
Koperasi
Lisung Kiwari
Lembaga Pertanian
Sehat (LPS)
Cluster
Petani
Binaan
Retail/Toko,
Nursery, dll.
Konsumen
Gambar 9. Skema Saluran Distribusi Pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari
Sumber : Koperasi Lisung Kiwari 2010
4) Promosi
Menurut Umar (2008), pemasaran tidak hanya membicarakan produk,
harga produk, dan pendistribusian produk tetapi juga mengkomunikasikan produk
ini kepada masyarakat agar produk dikenal dan akhirnya melakukan pembelian
terhadap produk tersebut. Dalam hal promosi, LPS melakukan penyebaran news
letter atau pamflet pada toko mitra, website, dan promosi dari mulut ke mulut
(word of mouth) melalui jejaring cluster petani. Hal ini perlu dilakukan dalam
upaya memperkecil barrier informasi dan memberikan awareness kepada
masyarakat serta menciptakan pasar bagi produk organik. Dalam hal distribusi,
pupuk kompos ini dipasarkan di pusat kota yang terbilang strategis dan beberapa
60
daerah lainnya yang masih berada dalam jangkauan konsumen. Distribusi dari unit
usaha ke agen dan retail dilakukan dengan bantuan pihak LPS untuk kemudian
disalurkan kepada konsumen akhir.
Berkaitan dengan segmentasi, target dan positioning pupuk OFER,
Koperasi Lisung kiwari telah menperhatikan hal tersebut. Adapun pemaparannya
adalah sebagai berikut:
1) Segmentation
Pupuk OFER memiliki segmen pasar mulai dari kalangan bawah hingga
kalangan atas yang menekuni pertanian organik, baik petani di pedesaan hingga
para penggemar tanaman hias di perkotaan. Harga yang terjangkau dengan
kualitas terjamin membuat produk ini dapat dibeli oleh semua segmen pasar
pupuk organik.
2) Targeting
Target pasar dari pupuk OFER ini adalah para petani organik dan para
pecinta tanaman hias. Petani organik sendiri mulai dari tanaman pangan,
hortikultura dan perkebunan. Berkaitan dengan hal ini, kemasan pupuk OFER ada
yang 2 kg yang umumnya ditujukan kepada para penggemar tanaman hias dan ada
pula yang 20 kg yang ditujukan kepada para pelaku pertanian dengan lahan luas.
3) Positioning
Unit usaha pupuk OFER berusaha menciptakan kesan di mata para
konsumen bahwa produk mereka adalah sebuah produk pupuk organik yang
berkualitas, jauh dari kesan kotoran dan dengan harga yang terjangkau. Oleh
karena itu, pihak Koperasi Lisung Kiwari selalu melakukan kontrol terhadap
kualitas dan harga di pasaran. Keunggulan ini akan semakin mempermudah
penjualan pupuk OFER.
Kendala pemasaran yang pernah dihadapi LPS yakni masih kuatnya
pandangan dibenak konsumen bahwa semua pupuk kompos di pasaran sama. Hal
ini disebabkan input produksi yang digunakan juga sama berasal dari limbah
organik sehingga harga pupuk kompos haruslah murah. Sedangkan harga jual
pupuk kompos ini relatif tinggi. Upaya untuk mengatasinya yaitu dengan
melakukan inovasi nama pada produknya menjadi pupuk kompos OFER (Organic
Fertilizer). Hal tersebut dilakukan untuk merubah citra produk sehingga produk
61
tidak hanya dikenal sebagai pupuk kompos biasa tetapi dikenal dengan sebutan
pupuk kompos OFER agar laku di pasaran.
6.1.3. Keuangan dan Akuntansi
Untuk mendirikan sebuah perusahaan, diperlukan sejumlah modal. Modal
ini tidak hanya dalam bentuk uang tetapi juga termasuk lahan, bangunan, dan alatalat produksi yang dimiliki oleh perusahaan. Modal yang digunakan pun dapat
berasal dari modal sendiri atau modal pinjaman. Pada unit usaha pupuk OFER
Koperasi Lisung Kiwari, modal awal berasal dari pihak Koperasi Lisung Kiwari
sendiri dari hasil usaha beras organik yang telah berhasil. Usaha pupuk organik ini
merupakan perluasan usaha dalam pengadaan input pertanian organik.
Peminjaman modal tidak dilakukan karena pihak koperasi merasa masih mampu
mengadakan kegiatan permodalan sendiri. Sedangkan untuk masalah pengelolaan
keuangan belum teralaksana secara rapi dan baik. Keterbatasan sumber daya
manusia merupakan penyebab dari kondisi ini. Meskipun demikian, berangsurangsur pihak unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari berusaha membuat
suatu sistem pengelolaan yang rapi dan baik. Pembianaan dari pihak LPS dan
Dinas Pertanian telah dilakukan untuk mewujudkan sistem keuangan dan
akuntansi yang baik.
6.1.4. Produksi dan Operasi
Ketersediaan bahan baku secara kontinu merupakan salah satu faktor
utama yang harus diperhatikan dalam pembuatan produk tertentu. Dalam proses
produksi pembuatan pupuk OFER, bahan-bahan yang dibutuhkan terdiri dari:
1) Bahan Baku
Bahan baku utama yang digunakan adalah bahan-bahan yang berasal
dari limbah pertanian seperti jerami, arang sekam, dedak halus, serta
campuran kotoran sapi. Unit usaha Koperasi Lisung Kiwari memperoleh
bahan baku utama berupa limbah pertanian secara gratis dari sisa panen padi
yang dihasilkan para petani anggota gapoktan di Desa Ciburuy. Sedangkan
kotoran sapi sebagai bahan baku campuran diperoleh dari PT KaryanaCicurug.
62
2) Bahan Penunjang
Bahan penunjang dalam proses pembuatan pupuk OFER adalah
molase, kapur pertanian/dolomite, serta EM4. Semua bahan penunjang ini
mudah didapatkan di toko-toko pertanian. Untuk molase sendiri apabila
dalam keadaan terpaksa dapat diganti dengan gula yang dilarutkan dalam air.
3) Pengemasan
Kemasan yang digunakan berupa karung standar berlabel yang
terdapat kemasan plastik di dalamnya, plastik tersebut berguna untuk
mempermudah penyimpanan pupuk OFER sehingga tahan lama. Kemasan
sendiri telah disediakan oleh pihak LPS.
Akses
bahan
baku
sangat
penting
diperlukan
untuk
menjaga
keberlangsungan suatu produksi tertentu. Terkait dengan hal tersebut, pihak
Koperasi Lisung Kiwari telah mengnatisipasi dengan menyiapkan alternatif
penyuplai bahan baku lain, sehingga apabila terjadi kendala pada pemasok utama
bahan baku, dalam hal ini PT Karyana, unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung
Kiwari tidak mengalami kesulitan dalam pengadaan bahan baku. Untuk
menunjang proses produksi, unit usaha pupuk OFER juga telah melakukan
pengadaan mesin chopper untuk mempermudah proses pemotongan jerami.
6.1.5. Penelitian dan Pengembangan (Litbang)
Bidang penelitian dan pengembangan merupakan salah satu bagian dari
suatu perusahaan yang memiliki fungsi terkait dengan pengembangan produk baru
atau riset pasar. Biasanya perusahaan harus memiliki anggaran biaya tersendiri
untuk menjalankan departemen litbangnya sehingga tidak semua perusahaan
memilki bidang ini. Pada umumnya, Usaha Kecil Menengah (UKM) tidak
memiliki bidang litbang karena adanya keterbatasan tenaga ahli dalam mengelola
manajemen perusahaan. Di samping itu, faktor keterbatasan modal juga menjadi
penyebab utama sebuah perusahaan tidak memiliki bidang ini.
Saat ini unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari belum memiliki
bidang litbang. Hal ini karena usaha yang masih berskala kecil hingga menengah
biasanya orientasinya hanya terbatas pada bagaimana modal dapat digunakan
untuk menjalankan usaha sehingga menghasilkan keuntungan dari penjualan
produknya.
63
6.2. Analisis Lingkungan Eksternal
Lingkungan eksternal merupakan situasi dan kondisi yang berada di luar
perusahaan yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi kinerja
perusahaan. Lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan jauh dan lingkungan
industri. Analisis lingkungan eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi faktorfaktor kunci yang menjadi peluang dan ancaman bagi unit usaha pupuk OFER
Koperasi Lisung Kiwari.
6.2.1. Lingkungan Jauh
Lingkungan jauh perusahaan terdiri dari faktor-faktor yang bersumber
dari luar dan biasanya tidak berhubungan dengan situasi operasional suatu
perusahaan tertentu. Faktor-faktor utama yang dianalisis dalam lingkungan jauh
yaitu faktor politik, ekonomi, sosial, dan faktor teknologi. Berikut ini merupakan
penjelasan mengenai lingkungan jauh, yaitu:
1) Politik
Stabilitas politik dan keamanan merupakan aspek penting yang
mempengaruhi iklim usaha di suatu negara. Keadaan politik dan keamanan
yang tidak stabil akan memberikan dampak negatif terhadap keberlangsungan
suatu usaha karena pelaku usaha merasa tidak nyaman terhadap usaha yang
dijalankannya. Kondisi ini juga berlaku sebaliknya. Oleh karena itu,
pemerintah sebagai pengambil kebijakan harus mempertimbangkan secara
hati-hati terhadap setiap keputusan yang diambilnya. Beberapa kebijakan
pemerintah yang dirasakan menunjang usaha pupuk organik di dalam negeri
antara lain adanya program “go organic 2010”, kebijakan impor pupuk serta
kebijakan harga pupuk. Kebijakan pemerintah lainnya antara lain Instruksi
Presiden Nomor 2 Tahun 2010 tentang Revitalisasi Industri Pupuk dan
Peraturan Menteri Pertanian RI Nomor 32/Permantan/SR. 130/4/2010 tentang
Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi.
2) Ekonomi
Pada umumnya kondisi ekonomi memiliki pengaruh secara tidak
langsung terhadap perkembangan suatu pelaku usaha yang terdapat pada
suatu daerah tertentu. Jika kondisi ekonomi cenderung stabil bahkan
menunjukkan pertumbuhan ke arah positif maka kondisi tersebut dapat
64
mendukung kelancaran usaha yang berkembang di suatu daerah tertentu dan
dapat pula mendorong tumbuhnya kelompok-kelompok usaha yang baru.
Berdasarkan data Biro Pusat Statistik, pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Bogor pada tahun 2009 mencapai 6,02%, yang artinya naik dibanding tahun
2008 yang 5,98%. Sedangkan untuk daya beli masyarakat pada tahun 2009
mencapai sebesar Rp606.000,- per kapita per bulan, berarti meningkat secara
signifikan sebesar Rp46.000,- dibandingkan dengan tahun 2008 yang hanya
sebesar Rp560.000,- per kapita per bulan. Kondisi ini mengungkapkan bahwa
kemampuan daya beli masyarakat semakin tinggi pada tahun 2009, sebagai
akibat dari meningkatnya pendapatan per kapita maupun akibat terbukanya
kesempatan kerja dan peluang kerja yang dapat diraih oleh masyarakat
Kabupaten Bogor. Adapun nilai PDRB per kapita pada Tahun 2009 telah
mencapai 14,56 juta rupiah, berarti meningkat 16,73% dibandingkan dengan
tahun 2008 yang berjumlah sebesar 12,47 juta rupiah per kapita per tahun.
Pada bulan Juni 2010 inflasi nasional sendiri sebesar 0,97%.6
3) Sosial
Salah satu faktor sosial yang berpotensi terhadap penciptaan pangsa
pasar bagi setiap bidang usaha di suatu wilayah adalah peningkatan jumlah
penduduk. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah
penduduk terbanyak di dunia. Menurut Badan Pusat Statistik, jumlah
penduduk Indonesia pada 2010 mencapai 234,2 juta atau naik dibanding
jumlah penduduk 2000 yang mencapai 205,1 juta jiwa.7 Tingkat pendidikan
masyarakat juga sangat mempengaruhi terhadap bisnis pupuk organik.
Kesadaran yang tinggi akan pentingnya kesehatan akan mendorong
masyarakat untuk lebih condong ke pertanian organik.
4) Teknologi
Perkembangan teknologi yang sangat cepat dapat memberikan
kemudahan-kemudahan bagi siapa saja termasuk para pelaku usaha dalam
upaya mengembangkan bisnisnya. Kemudahan-kemudahan tersebut dapat
dilihat dari dua aspek, yaitu aspek produksi dan aspek pemasaran.
6
http://www.ummatonline.net. Diakses tanggal 9 Agustus 2010.
7
http://www.republika.co.id. Diakses tanggal 9 Agustus 2010.
65
a. Perkembangan Teknologi pada Aspek Produksi
Teknologi baru yang diterapkan dalam proses produksi pupuk
bokhasi adalah penggunaan mesin chopper untuk melakukan pemotongan
jerami sebelum dikomposkan. Dengan adanya mesin chopper proses
produksi menjadi lebih mudah karena proses penyiapan bahan menjadi
lebih cepat.
b. Perkembangan Teknologi pada Aspek Pemasaran
Perkembangan teknologi di bidang telekomunikasi, seperti telepon
atau hand phone dapat mempermudah komunikasi antara pelaku usaha
dengan pemasok bahan baku atau antara pelaku usaha dengan pelanggan
ketika melakukan pemesanan produk. Sedangkan perkembangan teknologi
di bidang transportasi, seperti jasa pengiriman akan mempercepat
pendistribusian dari produsen ke konsumen sehingga akan memperlancar
proses pemasaran produk.
6.2.2. Lingkungan Industri
Lingkungan industri merupakan lingkungan yang berada di sekitar usaha
yang memiliki pengaruh langsung terhadap operasional usaha. Menurut Porter
(1991), hakikat persaingan suatu industri dapat dilihat sebagai kombinasi atas
lima kekuatan, yaitu persaingan antar perusahaan sejenis, kemungkinan masuknya
pesaing baru, potensi pengembangan produk substitusi, kekuatan tawar-menawar
penjual/pemasok, dan kekuatan tawar-menawar pembeli/konsumen.
1) Persaingan antar Perusahaan Sejenis
Persaingan yang terjadi dalam industri pupuk organik dirasakan belum
terlalu kompetitif. Saat ini produsen pupuk organik umumnya merupakan
perusahaan berskala kecil dan petani yang memproduksi pupuk organik hanya
untuk kebutuhannya sendiri. Produsen pupuk organik dalam skala besar
hanya PT Petroanorganik Gresik dengan produknya yang dikenal dengan
Petroganik.
Petroganik
diproduksi
oleh
PT
Petroanorganik
dengan
menjalankan sistem kemitraan. Di wilayah Kabupaten Bogor, mitra yang
dilakukan PT Petroanorganik adalah dengan Ponpes Darul Falah Bogor. Akan
tetapi, persaingan dengan Petroganik ini belum dirasakan terlalu signifikan
karena sebagian besar pasar pupuk organic di wilayah Bogor dan sekitarnya
66
telah dikuasai oleh pupuk OFER. Para konsumen memiliki loyalitas yang
tinggi terhadap pupuk OFER karena kualitas yang terjamin. Sedangkan
produsen pesaing yang memiliki skala yang hampir sama adalah Antanan dan
Lembah Hijau dimana penguasaan pasar mereka juga masih di bawah pupuk
OFER Koperasi Lisung Kiwari karena perbedaan kualitas.
2) Ancaman Pendatang Baru
Keberadaan suatu industri pasti tidak akan lepas dari ancaman
masuknya pendatang baru, sehingga masuknya perusahaan pendatang baru
dapat berimplikasi terhadap perusahaan yang telah ada, misalnya perebutan
pangsa pasar atau perebutan sumber daya produksi. Akan tetapi, ancaman
masuknya perusahaan pendatang baru tergantung dari hambatan masuk dan
kemampuan para pendatang baru tersebut dalam merespon hambatan masuk
yang ada. Menurut Porter (1991), terdapat enam faktor hambatan masuk bagi
pendatang baru ke dalam suatu industri, yaitu skala ekonomis, diferensiasi
produk, kebutuhan modal, biaya beralih pemasok, akses ke saluran distribusi,
dan biaya tidak menguntungkan terlepas dari skala.
a. Skala Ekonomis
Untuk mendirikan usaha pupuk kompos tidak harus beroperasi
pada skala usaha yang besar. Hal ini karena siapa saja dapat memulai
usaha kompos
dari skala usaha kecil dimana disesuaikan dengan
kemampuan kapasitas produksi yang dimiliki tanpa harus mengikuti skala
usaha perusahaan pupuk organik yang telah ada. Bahan baku yang
umumnya berasal dari limbah atau sampah, membuat usaha ini dapat
dijalankan pada skala usaha yang relatif kecil.
b. Diferensiasi Pokok
Pada umumnya, produk yang dihasilkan oleh perusahaan pupuk
organik hampir sama secara fisik. Perbedaan yang
terjadi antara
perusahaan pupuk organik dapat dilihat dari mutu produk termasuk
manfaat produk, tampilan produk, variasi ukuran, harga jual produk, serta
labelisasi produk seperti pencantuman merk produk, komposisi bahan
baku, dan nomor izin terkait.
67
c. Kebutuhan Modal
Meskipun untuk mendirikan usaha pupuk organik tidak harus
beroperasi pada skala usaha yang besar, tetapi tetap saja kebutuhan modal
yang digunakan untuk membuka usaha pupuk organik cukup besar. Hal ini
karena modal tersebut digunakan untuk pengadaan tempat produksi,
berupa lahan dan bangunan.
d. Biaya Beralih Pemasok
Secara umum, biaya beralih pemasok yang harus dikeluarkan oleh
pendatang baru cukup besar agar pelaku usaha pupuk organik yang telah
ada untuk pindah dari pemasok tetapnya. Hal ini karena hubungan antara
pelaku usaha (pembeli) dengan pemasok telah terjalin cukup baik sehingga
pendatang baru akan merasa kesulitan untuk memaksa pelaku usaha pupuk
organik yang telah ada agar beralih dari pemasok lama.
e. Akses ke Saluran Distribusi
Pada industri tertentu, perusahaan-perusahaan yang telah mapan
biasanya telah memiliki saluran distribusi sendiri untuk pemasaran
produknya sehingga perusahaan pendatang baru mungkin sulit memasuki
saluran yang ada dan harus mengeluarkan biaya yang besar untuk
membangun saluran sendiri. Meskipun demikian, kondisi tersebut
mungkin tidak terjadi pada industri pupuk organik. Hal ini karena para
pendatang baru pun masih berpeluang untuk memasuki saluran distribusi
yang telah dikuasai oleh perusahaan pupuk organik yang telah ada, asalkan
mampu memproduksi pupuk organik dengan mutu produk yang sama atau
lebih baik namun dengan harga yang relatif lebih murah.
f. Biaya Tidak Menguntungkan Terlepas dari Skala
Para produsen pupuk oragnik yang telah mapan mungkin
mempunyai keunggulan biaya yang mungkin tidak dapat ditiru oleh
perusahaan pendatang baru yang akan masuk ke dalam industri pupuk
organik, misalnya dalam hal pengalaman, teknologi, penguasaan terhadap
sumber daya produksi, atau
lokasi yang menguntungkan. Meskipun
demikian, para pendatang baru masih berpotensi untuk masuk ke dalam
68
industri pupuk organik karena bahan baku maupun peralatan yang
digunakan untuk pembuatan pupuk organik cukup banyak tersedia.
3) Ancaman Produk Substitusi
Keberadaan produk subtitusi dapat menjadi ancaman bagi suatu
perusahaan jika produk substitusi tersebut mempunyai harga yang lebih
murah namun memiliki kualitas yang samaatau lebih baik dengan produk
yang ditawarkan perusahaan. Oleh karena itu, faktor harga jual dan mutu
produk sering digunakan oleh pelaku usaha sebagai alat dalam menghadapi
keberadaan produk substitusi. Pada industri pupuk organik, produk yang
menjadi substitusi adalah pupuk anorganik yang sudah banyak beredar di
pasaran sejak dahulu. Tingginya keberadaan produk dengan kualitas produk,
harga serta merk yang terkenal dapat memberikan ancaman bagi unit usaha
pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari. Selain itu, subtitusi lainnya adalah
pupuk kandang. Meskipun keberadaan produk substitusi cukup tinggi, tetapi
keputusan pembelian tetap berada di tangan konsumen. Pada kenyataannya
pupuk OFER tetap mampu bersaing dengan produk substitusi tersebut karena
kemiliki keunggulan berupa pupuk yang berasal dari bahan organik serta
harga yang dapat dijangkau konsumen.
4) Kekuatan Tawar-Menawar Pemasok
Kekuatan tawar-menawar pemasok dapat memepengaruhi intensitas
persaingan dalam suatu industri ketika terdapat sejumlah pemasok tetapi
hanya terdapat sedikit barang substitusi yang cukup bagus dan biaya untuk
mengganti bahan baku sangat tinggi. Bagi unit usaha pupuk OFER Koperasi
Lisung Kiwari, keberadaan pemasok bahan baku, yaitu kotoran ternak,
memiliki peranan yang sangat penting. Oleh karena itu, untuk menjaga
keterjaminan pasokan bahan baku, pihak Lisung Kiwari telah menyiapakan
beberapa pemasok alternatif apabila pemasok utama mengalami kendala, baik
karena mutu yang kurang baik, harga yang terlalu mahal, atau karena hal-hal
lainnya. Berdasarkan uraian di atas, kekuatan tawar-menawar pemasok
terhadap unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari dapat dikatakan
tidak terlalu kuat, karena tidak terlalu sulit untuk berganti dari satu pemasok
ke pemasok lainnya.
69
5) Kekuatan Tawar-Menawar Pembeli
Kekuatan tawar-menawar pembeli atau konsumen dikatakan cukup
kuat, jika konsumen terkonsentrasi atau besar jumlahnya, konsumen membeli
dalam jumlah banyak, produk yang dibeli standar atau tidak terdiferensiasi,
dan pembeli menghadapi biaya peralihan yang kecil. Untuk konsumen pupuk
organik OFER dapat dikatakan memiliki daya tawar yang cukup kuat karena
terdapat beberapa pilihan pupuk organik lainnya yang beredar di pasaran.
Selanjutnya pembeli memiliki biaya peralihan yang
relatif kecil karena
pembeli dapat dengan mudahnya berpindah ke produk perusahaan lain.
Informasi pasar yang lengkap tentang harga, kualitas dan lokasi pembelian
akan membuat kekuatan tawar pembeli semakin baik. Akan tetapi dengan
mempertahankan kualitas produk yang baik serta harga yang tetap bersaing
dengan produk sejenisnya, pupuk OFER dapat mengantisipasi hal ini dengan
baik.
70
BAB VII FORMULASI STRATEGI
7.1. Identifikasi Faktor Kekuatan dan Kelemahan Perusahaan
Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal perusahaan, maka diperoleh
beberapa faktor strategis internal yang berupa kekuatan dan kelemahan usaha unit
usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari. Adapun faktor-faktor strategis
internal yang menjadi kekuatan adalah sebagai berikut:
1) Ketersediaan bahan baku
Bahan baku merupakan salah satu faktor penting yang harus
diperhatikan oleh suatu perusahaan. Keterjaminan bahan baku akan membuat
proses produksi menjadi lancar. Bahan baku yang digunakan adalah limbah
pertanian organik yang dilakukan unit usaha beras organik Koperasi Lisung,
yaitu berupa jerami, sekam dan dedak. Hal ini membuat ketersediaan bahan
baku terjamin dan tanpa mengeluarkan biaya untuk pengadaannya.
Sedangkan kotoran ternak diperoleh dengan membeli dari PT Karyana. Selain
itu, unit usaha pupuk OFER juga memiliki alternatif pemasok kotoran ternak
bila sewaktu-waktu terjadi kendala dalam pengadaan kotoran ternak dari PT
Karyana. Salah satu alternatif pemasok kotoran ternak adalah KUD Giri Tani
Cisarua. Kualitas dan kuantitas bahan baku yang cukup akan memudahkan
usaha pupuk OFER.
2) Ketersediaan sarana dan prasarana produksi
Tempat produksi yang cukup dan dengan didukung beberapa peralatan
yang cukup membuat usaha pupuk OFER ini dapat berjalan dengan baik.
Keberadaan tempat produksi berupa bangunan berukuran 5 m x 10 m, mesin
chopper, alat pengayak dan sebagainya mempermudah para pekerja dalam
melakukan proses produksi. Selain itu, ketersediaan sarana dan prasarana
produksi yang cukup akan membuat mutu produk menjadi baik.
3) Kualitas produk
Pihak unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari selalu
mengutamakan mutu produk yang berupa kandungan pupuk OFER yang
sangat baik untuk tanaman. Untuk menjaga kualitas tersebut, unit usaha ini
selalu memperhatikan kualitas bahan baku dan jalannya proses produksi yang
dilakukan.
71
4) Tampilan dan kemasan produk meniadakan kesan “kotoran” dan “sampah”
Bahan baku pupuk OFER berasal dari limbah pertanian dan
peternakan. Akan tetapi dengan proses pengolahan yang baik, kesan kotoran
dan sampah akan hilang dari produk pupuk organik. Oleh karena itu unit
usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari berusaha menciptakan kesan
produk yang bersih dan tidak menjijikan sehingga konsumen akan merasa
nyaman menggunakan produk ini.
5) Tingkat kemudahan proses pembuatan bokhasi
Proses pembuatan pupuk bokhasi sangat mudah. Hampir sama dengan
pembuatan
pupuk
kompos,
tetapi
dalam
proses
pengomposannya
ditambahkan bioaktivator, misalnya EM4, untuk mempercepat proses
produksi. Bahan-bahan yang ada dicampur dengan urutan tertentu dan
dibiarkan selama 7 hari akan menjadi pupuk bokhasi yang siap pakai.
6) Lokasi perusahaan
Lokasi perusahaan yang strategis dapat mempengaruhi kelancaran
suatu usaha. Lokasi usaha pupuk OFER dapat dikatakan strategis karena
dekat dengan bahan baku dan jalan raya, sehingga memudahkan pada saat
pengangkutan bahan baku maupun distribusi produk. Selain itu, lokasi
perusahaan juga di pinggiran Desa Ciburuy, sehingga proses produksi tidak
mengganggu masyarakat sekitar.
7) Harga produk
Salah satu pertimbangan bagi konsumen untuk membeli suatu produk
adalah harga. Unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari berusaha
menetapkan harga serendah mungkin berdasarkan biaya produksi dan
keuntungan yang ingin diperoleh. Harga pupuk OFER lebih murah bila
dibandingan dengan harga pupuk anorganik. Sedangkan dengan harga pupuk
organik merk lainnya, pupuk OFER hanya sedikit lebih mahal, tetapi
memiliki kualitas produk yang lebih baik.
8) Biaya produksi
Bahan baku yang berasal dari limbah pertanian dan peternakan
membuat biaya produksi pupuk OFER menjadi rendah. Apalagi untuk bahan
baku limbah pertanian didapat secara cuma-cuma dari unit usaha beras
72
organik. Kotoran ternak dibeli dari pemasok dengan harga yang murah.
Sedangkan tenaga kerja yang dibutuhkan tidak terlalu banyak dan peralatan
yang digunakan cukup sederhana. Biaya produksi yang rendah akan membuat
harga produk menjadi lebih rendah, sehingga perusahaan dapat bersaing
dalam hal harga dengan perusahaan lain.
9) Distribusi
Lokasi yang strategis akan mempermudah proses distribusi. Bagi unit
usaha pupuk OFER ini, distribusi bahan baku lebih berpengaruh karena
untuk pemasaran produk sendiri sudah menjadi tugas bagi pihak LPS sebagai
mitra pemasaran. Kendaraan yang dimiliki oleh pihak Koperasi Lisung
Kiwari memudahkan unit usaha pupuk OFER untuk melakukan kegiatan
distribusi. Lokasi yang dekat jalan raya dan dekat dengan sumber bahan baku
menjadi keuntungan tersendiri bagi usaha ini.
Sedangkan faktor-faktor strategis internal yang menjadi kelemahan bagi
perusahaan adalah sebagai berikut:
1) Ketersediaan modal
Keterbatasan modal merupakan masalah klasik yang sering dihadapi
oleh suatu usaha yang berskala kecil dan menengah. Kondisi ini juga terjadi
pada unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari dimana keterbatasan
modal ini menghambat pihak unit usaha pupuk OFER untuk memperbesar
usaha yang telah dijalannkan.
2) Organisasi perusahaan
Kegiatan usaha Koperasi Lisung Kiwari meliputi unit usaha simpan
pinjam, unit usaha sembako, unit usaha sarana produksi pertanian, unit usaha
peternakan, unit usaha perikanan, unit usaha beras organik, serta unit usaha
pembayaran telepon dan listrik. Unit usaha pupuk kompos sebagai bagian dari
unit sarana produksi pertanian telah memiliki struktur organisasi yang formal
namun masih terbilang sederhana karena skala usaha tergolong masih kecil
sehingga manajemen ditangani secara bersama oleh pengurus koperasi. Hal
ini membuat kemandirian unit usaha pupuk OFER belum terwujud
sepenuhnya.
73
3) Konsistensi pencatatan keuangan
Pengelolaan keuangan unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung
Kiwari belum teralaksana secara rapi dan baik. Keterbatasan sumber daya
manusia merupakan penyebab dari kondisi ini. Meskipun demikian,
berangsur-angsur pihak unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari
berusaha membuat suatu sistem pengelolaan yang rapi dan baik. Pembinaan
dari pihak LPS dan Dinas Pertanian telah dilakukan untuk mewujudkan
sistem keuangan dan akuntansi yang baik.
4) Pemasaran yang mengandalkan bantuan dari pihak LPS
Kemudahan dalam hal pemasaran karena bantuan dari pihak LPS
dapat menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi membantu dalam menyerap
produk, di satu sisi lainnya dapat membuat unit usaha pupuk OFER menjadi
kurang mandiri. Ketergantungan terhadap pihak LPS dapat menyebabkan unit
usaha kesulitan apabila suatu saat LPS menghentikan kerjasama yang telah
ada.
5) Penelitian dan pengembangan yang dilakukan unit usaha koperasi
Saat ini unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari belum
memiliki bidang litbang. Hal ini karena usaha yang masih berskala kecil
hingga menengah biasanya orientasinya hanya terbatas pada bagaimana
modal dapat digunakan untuk menjalankan usaha sehingga menghasilkan
keuntungan dari penjualan produknya. Keadaan ini kurang baik untuk
perkembangan usaha yang sedang dijalankan.
6) Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia
Unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari hanya memiliki
seorang kepala unit dan tiga orang pekerja. Dalam pelaksanaan usahanya
masih terdapat campur tangan pihak Koperasi Lisung Kiwari. Secara umum,
perekrutan tenaga kerja pada unit usaha pupuk OFER tidak melalui prosedur
yang formal dan terstruktur. Selain itu, tidak ada persyaratan atau kualifikasi
khusus yang mengharuskan setiap calon tenaga kerja memiliki keterampilan
tentang cara pembuatan pupuk organik. Hal ini akan berpengaruh pada
kinerja karyawan yang dimiliki oleh unit usaha ini.
74
7) Kuantitas produksi yang berfluktuasi
Jumlah produksi yang dihasilkan oleh unit usaha OFER cukup
berfluktuasi. Hal ini disebabkan karena kuantitas produksi didasarkan pada
permintaan akan pupuk OFER. Keadaan ini kurang baik bagi perusahaan di
saat permintaan sedikit karena jalannya usaha akan tersendat.
7.2. Identifikasi Faktor Peluang dan Ancaman Perusahaan
Berdasarkan hasil analisis lingkungan eksternal perusahaan, maka
diperoleh beberapa faktor strategi eksternal yang berupa peluang dan ancaman
bagi perusahaan. Adapun yang menjadi peluang adalah sebagai berikut:
1) Adanya program pemerintah melalui Departemen Pertanian yaitu “go organic
2010”
Kesadaran pemerintah akan perlunya mewujudkan pertanian organik
di Indonesia salah satunya disebabkan karena lahan pertanian Indonesia yang
semakin kritis karena terlalu banyak menyerap zat anorganik. Selain itu,
ancaman bahaya residu bahan anorganik dalam pertanian terhadap kesehatan
juga mendorong pemerintah untuk mulai memikirkan program pertanian
organik. Adanya program ini akan menciptakan permintaan saprotan organik
yang cukup tinggi, yang salah satunya adalah pupuk organik. Hal ini
merupakan peluang yang sangat baik bagi usaha pupuk organik.
2) Kebijakan harga pupuk oleh pemerintah
Penetapan harga pupuk oleh pemerintah bertujuan untuk melindungi
para petani dan para produsen pupuk yang ada di Indonesia, baik pupuk
organik maupun anorganik. Umumnya penetapan harga pupuk hanya
dilakukan pada pupuk anorganik. Akan tetapi, dampak yang dirasakan juga
akan berimbas pada produsen pupuk organik. Pengurangan subsidi pada
pupuk anorganik akan membuat harga pupuk anorganik tersebut menjadi
tinggi, sehingga hal ini akan berdampak positif bagi produsen pupuk organik,
dimana para konsumen akan bergeser pada pupuk organik karena harganya
yang lebih terjangkau.
3) Kebijakan impor pupuk
Untuk melindungi produsen pupuk dalam negeri, pemerintah
menerapkan beberapa kebijakan impor pupuk. Pembatasan impor pupuk akan
75
dapat membuat pupuk dalam negeri hidup di pasar. Apabila tidak ada
pembatasan impor, maka jumlah pupuk di pasaran akan membludak.hal ini
tentunya akan merusak keberlangsungan usaha produsen pupuk dalam negeri.
Hal ini juga berpengaruh pada produsen pupuk organik di Indonesia.
4) Tingkat permintaan pupuk organik
Kebutuhan pupuk organik untuk memperbaiki kerusakan lahan
pertanian di Indonesia saat ini sangat besar. Hal tersebut tidak seimbang
dengan jumlah industri pupuk organik yang berkembang di Indonesia. Hal ini
disebabkan pupuk organik hanya diproduksi secara parsial dengan skala
industri rumah tangga (home industry), sehingga jumlah produksi yang
dihasilkan relatif kecil dan tidak kontinyu. Hal tersebut menunjukkan bahwa
terdapat peluang usaha yang cukup prospektif dalam menyediakan kebutuhan
pupuk organik di Indonesia. Peluang tersebut hendaknya dapat dimanfaatkan
oleh industri menengah dan kecil untuk dapat mengembangkan usahanya,
salah satunya adalah unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari.
5) Kesadaran masyarakat akan pentingnya pertanian organik serta kepedulian
terhadap kesehatan
Meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat membuat kesadaran
akan pentingnya pertanian organic menjadi terbuka. Bahaya degradasi lahan
dan bahaya residu bahan anorganik membuat masyarakat tergerak untuk
melakukan pertanian organik. Dengan demikian permintaan akan input
pertanian organik akan meningkat. Hal ini akan berdampak sangat baik bagi
usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari.
6) Perkembangan teknologi, baik produksi, informasi, transportasi dan
komunikasi
Perkembangan teknologi yang sangat cepat dapat memberikan
kemudahan-kemudahan bagi siapa saja termasuk para pelaku usaha dalam
upaya mengembangkan bisnisnya. Teknologi baru yang diterapkan dalam
proses produksi pupuk bokhasi adalah penggunaan mesin chopper untuk
melakukan pemotongan jerami sebelum dikomposkan. Sebelum penggunaan
chopper, pemotongan jerami dilakukan dengan menggunakan golok. Dengan
adanya mesin chopper proses produksi menjadi lebih mudah karena proses
penyiapan bahan menjadi lebih cepat. Perkembangan teknologi tidak hanya
terjadi pada aspek produksi saja melainkan juga pada aspek pemasaran. Hal
76
ini karena adanya perkembangan teknologi di bidang telekomunikasi, seperti
telepon atau hand phone maka mempermudah komunikasi antara pelaku
usaha dengan pemasok bahan baku atau antara pelaku usaha dengan
pelanggan ketika melakukan pemesanan produk. Sedangkan perkembangan
teknologi di bidang transportasi, seperti jasa pengiriman akan mempercepat
pendistribusian dari produsen ke konsumen sehingga akan memperlancar
proses pemasaran produk.
7) Adanya isu degradasi lahan pertanian
Menurunnnya kualitas lahan pertanian di Indonesia salah satunya
disebabkan terlalu banyaknya pemakaian bahan anorganik dalam kegiatan
pertanian. Bahan anorganik yang tidak dapat terurai di dalam tanah akan
dapat merusak struktur tanah, sehingga tanah menjadi keras susah untuk
ditanami. Pertanian organik merupakan pemecahan dalam masalah ini.
Pengurangan penggunaan bahan anorganik dan penambahan bahan organik
ke dalam tanah secara berangsur-angsur akan dapat memperbaiki struktur
tanah. Hal ini akan membuka peluang yang sangat besar bagi produsen pupuk
organik.
8) Hubungan kemitraan dengan pihak LPS
Sistem kemitraan dengan pihak LPS memberikan dampak positif bagi
unit usaha pupuk OFER. Kerja sama dalam hal pemasaran memberikan
kemudahan bagi usaha pupuk OFER. Selain itu, pembinaan dan konsultasi
yang diberikan oleh pihak LPS dirasakan banyak manfaatnya oleh pihak unit
usaha OFER Koperasi Lisung Kiwari.
9) Keberadaan lembaga penunjang
Dalam menjalankan usahanya, unit usaha pupuk OFER Koperasi
Lisung Kiwari tidak lepas dari dukungan lembaga-lembaga penunjang seperti
pihak Dinas Pertanian, Pemkab Bogor dan sebagainya. Salah satu contoh
peran lembaga penunjang adalah peran Dinas Pertanian dalam pembianaan
dan sebagai mediator untuk menghubungkan pihak Koperasi Lisung Kiwari
dengan pihak-pihak luar lainnya.
Sedangkan faktor-faktor strategi eksternal yang menjadi ancaman adalah
sebagai berikut:
77
1) Fluktuasi perekonomian nasional
Pada umumnya kondisi ekonomi memiliki pengaruh secara tidak
langsung terhadap perkembangan suatu pelaku usaha yang terdapat pada
suatu daerah tertentu. Jika kondisi ekonomi cenderung stabil bahkan
menunjukkan pertumbuhan ke arah positif maka kondisi tersebut dapat
mendukung kelancaran usaha yang berkembang di suatu daerah tertentu dan
dapat pula mendorong tumbuhnya kelompok-kelompok usaha yang baru.
Akan tetapi, jika perekonomian cenderung menunjukkan ke arah negatif
maka dapat terjadi sebaliknya, dimana kondisi ini dapat menghambat
kelancaran suatu usaha bahkan dapat melumpuhkan kelompok usaha tertentu.
Hal ini juga dialami oleh unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari.
Perekonomian Indonesia yang belum stabil membuat usaha ini menjadi
terganggu.
2) Perdagangan bebas
Perdagangan bebas membuat suatau pasar menjadi medan perang
yang sangat sengit. Banyak produk asing yang dapat masuk ke pasar
domestik, salah satunya adalah pupuk. Bagi perusahaan pupuk yang memiliki
skala usaha kecil hingga menengah, keadaan ini sangat tidak menguntungkan.
Persainagan secara terbuka dapat mematikan usaha yang sedang dijalankan.
3) Tingkat persaingan bisnis pupuk organik
Persaingan usaha pupuk organik di pasaran daerah Bogor masih
belum signifikan. Petroganik, Karyana dan Lembah Hijau merupakan
produsen pupuk organik yang menjadi pesaing bagi Koperasi Lisung Kiwari
untuk di daerah Bogor. Petroganik adalah pesaing perusahaan besar,
sedangkan Antanan dan Lembah Hijau perusahaan yang masih setingkat
dengan unit usaha pupuk organik Koperasi Lisung Kiwari. Meskipun
demikian, unit usaha ini perlu mewaspadai para pesaing tersebut agar usaha
yang ada tetap bisa berjalan dengan baik.
4) Keberadaan produk subtitusi
Produk yang dianggap sebagai subtitusi dari pupuk OFER adalah
pupuk anorganik. Produk subtitusi dari pupuk OFER tersebut telah
berkembang dahulu di pasaran sebelum pupuk organik. Para petani di
78
Indonesia juga cenderung menggunakan pupuk anorganik karena dianggap
memberikan hasil yang lebih banyak. Selain itu, subtitusi lainnya adalah
pupuk kandang.
5) Respon masyarakat sekitar tempat usaha terahadap keberadaan usaha pupuk
organik Koperasi Lisung Kiwari
Unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari berada di Desa
Ciburuy. Keberadaan suatu usaha pupuk organik dengan bahan baku limbah
pertanian dan kotoran ternak harus mendapat perhatian khusus dari pihak
Koperasi Lisung Kiwari. Hal ini ditujukan agar usaha yang dijalankan tidak
mendapat penolakan dari warga sekitar tempat usaha. Pemilihan lokasi yang
agak jauh dari pemukiman adalah salah satu alternatif yang dapat dilakukan.
7.3. Analisis Matrik IFE
Setelah diperoleh faktor-faktor strategi internal usaha pupuk OFER
Koperasi Lisung Kiwari yang meliputi kekuatan dan kelemahan, dilakukan juga
pemberian kuisioner kepada tiga responden,yaitu Bapak Zakaria sebagai kepala
unit usaha pupuk OFER , Bapak Husein dari pihak LPS, serta Bapak Suwandi
yang merupakan penyuluh pertanian lapangan. Pengisian kuisioner ini tidak hanya
melibatkan pihak internal perusahaan tetapi juga melibatkan pihak eksternal di
luar perusahaan, sehingga hasil pengisian kuisioner lebih bersifat objektif.
Kuisioner diisi oleh masing-masing responden untuk pembobotan dengan
menggunakan paired comparison matrix. Selanjutnya, dilakukan peringkatan
untuk masing-masing variabel kekuatan dan kelemahan. Adapun pembobotan dan
peringkatan pada variabel kekuatan dan kelemahan untuk masing-masing
responden dapat dilihat pada Lampiran 2, 3 dan 4. Setelah diperoleh hasil
pembobotan dan peringkatan untuk masing-masing responden, dilanjutkan dengan
pencarian nilai rata-rata hasil pembobotan dan peringkatan dari seluruh
responden, dengan cara membagi hasil penjumlahan seluruh nilai pembobotan
atau peringkatan dari seluruh responden untuk masing-masing variabel kekuatan
dan kelemahan dengan jumlah responden. Adapun nilai rata-rata hasil
pembobotan dan peringkatan untuk variabel kekuatan dan kelemahan pada usaha
pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari dapat dilihat di Lampiran 5. Setelah
diperoleh nilai bobot dan peringkat rata-rata dari tiap variabel, dapat diketahui
79
bobot skor rata-rata dari tiap variabel. Nilai ini merupakan perkalian antara bobot
rata-rata dengan peringkat rata-rata. Berikut ini merupakan hasil analisis matriks
IFE pada unit usaha pupuk OFER.
Tabel 13. Perhitungan Bobot Skor Rata-rata Faktor-faktor Strategis Internal
Faktor-faktor Strategis Internal
Kekuatan
Ketersediaan bahan baku
Ketersediaan sarana dan prasarana produksi
Kualitas Produk
Tampilan dan kemasan produk dari kesan “limbah”
Kemudahan proses pembuatan bokhasi
Lokasi perusahaan
Harga produk
Biaya produksi
Distribusi
Kelemahan
Kualitas dan kuantitas SDM
Organisasi perusahaan
Kuantitas produk berfluktuasi
Ketersediaan modal
Konsistensi pencatatan keuangan
Pemasaran yang mengandalkan peran LPS
Penelitian dan pengembangan
Jumlah
Rating
Bobot
Rata-rata Rata-rata
Bobot
Skor
Rata-rata
3,7
3,7
4,0
3,7
3,3
3,7
4,0
4,0
3,7
0,071
0,066
0,085
0,061
0,053
0,061
0,084
0,079
0,055
0,263
0,244
0,340
0,226
0,175
0,226
0,336
0,316
0,204
1,7
2,0
1,3
1,7
2,0
2,0
1,7
0,065
0,055
0,052
0,068
0,041
0,063
0,041
1,000
0,110
0,110
0,068
0,116
0,082
0,126
0,070
3,012
Tabel 13 menunjukkan faktor strategi internal apa yang menjadi kekuatan
dan kelemahan utama bagi unit usaha pupuk oraganik ini. Kekuatan utama bagi
unit usaha pupuk OFER adalah variabel kekuatan dengan nilai bobot skor rata-rata
terbesar sedangkan kelemahan utama bagi unit usaha pupuk OFER adalah
variabel kelemahan dengan nilai bobot skor rata-rata terkecil. Adapun kekuatan
utama bagi unit usaha pupuk OFER adalah kualitas produk dengan bobot skor
rata-rata sebesar 0,340. Tingginya bobot skor rata-rata yang terdapat pada variabel
tersebut karena pihak pupuk OFER selalu mengutamakan kualitas dari pupuk
OFER sehingga konsumen merasa puas dengan kualitas yang ada dan pada
akhirnya loyalitas konsumen akan semakin tinggi. Kelemahan utama bagi pupuk
OFER adalah kuantitas produk yang berfluktuasi dengan bobot skor rata-rata
sebesar 0,068. Kondisi ini terjadi karena kuantitas produksi yang dihasilkan
berdasarkan jumlah permintaan yang ada, baik dari pihak LPS maupun dari para
80
konsumen secara langsung, sehingga akan sangat tidak baik apabila saat terjadi
permintaan yang sangat rendah dimana penerimaan bagi unit usaha ini menjadi
sangat kecil. Akan tetapi, secara keseluruhan total skor rata-rata tertimbang dari
matriks IFE sebesar 3,012 yang mengindikasikan bahwa usaha pupuk OFER
berada di atas rata-rata (2,5) dari keseluruhan kekuatan internalnya. Jadi, dapat
dikatakan bahwa usaha pupuk OFER memiliki posisi internal yang kuat, karena
mampu menggunakan kekuatan yang ada untuk mengurangi kelemahan yang
dimiliki.
7.4. Analisis Matriks EFE
Setelah diperoleh faktor-faktor strategis eksternal pada usaha pupuk OFER
yang meliputi peluang dan ancaman, dilanjutkan pengisian kuisioner kepada
ketiga responden seperti halnya pengisian kuisioner untuk lingkungan internal
perusahaan. Untuk pemberian bobot pada variabel peluang dan ancaman juga
menggunakan
paired comparison matrix. Selanjutnya dilakukan peringkatan
untuk masing-masing variabel peluang dan ancaman. Adapun pembobotan dan
peringkatan pada variabel peluang dan ancaman untuk masing-masing responden
dapat dilihat pada Lampiran 2, 3 dan 4. Setelah diperoleh hasil pembobotan dan
peringkatan untuk masing-masing responden, dilanjutkan dengan pencarian nilai
rata-rata hasil pembobotan dan peringkatan dari seluruh responden. Adapun nilai
rata-rata hasil pembobotan dan peringkatan untuk variabel peluang dan ancaman
pada usaha pupuk OFER dapat dilihat di Lampiran 6. Setelah diperoleh nilai
bobot dan peringkat rata-rata dari tiap variabel, dapat diketahui bobot skor ratarata dengan peringkat rata-rata. Berikut ini merupakan hasil analisis matriks EFE
pada usaha pupuk OFER.
81
Tabel 14. Perhitungan Bobot Skor Rata-rata Faktor-faktor Strategis Eksternal
Faktor-faktor Strategis Eksternal
Peluang
Program pemerintah “go organic 2010”
Kebijakan harga pupuk
Kebijakan impor pupuk
Tingkat permintaan pupuk organic
Kesadaran masyarakat akan pentingnya pertanian
organic
Perkembangan teknologi, baik produksi, informasi,
transportasi dan komunikasi
Adanya isu degradasi lahan pertanian
Hubungan kemitraan dengan pihak LPS
Keberadaan lembaga-lembaga penunjang
Ancaman
Fluktuasi perekonomian nasional
Perdagangan bebas
Tingkat persaingan bisnis pupuk organic
Keberadaan produk substitusi
Respon masyarakat sekitar tempat usaha terhadap
keberadaan usaha pupuk organik Koperasi Lisung
Kiwari
Jumlah
Rating
Bobot
Rata-rata Rata-rata
Bobot
Skor
Rata-rata
3,3
2,7
3,0
3,7
3,0
0,068
0,080
0,074
0,093
0,069
0,224
0,216
0,222
0,344
0,207
2,0
0,056
0,112
2,0
2,3
2,0
0,061
0,078
0,080
0,122
0,179
0,160
3,0
3,0
3,0
1,7
1,7
0,071
0,057
0,093
0,071
0,049
0,213
0,171
0,279
0,121
0,083
1,000
2,653
Tabel 14 menunjukkan faktor strategis eksternal mana yang menjadi
peluang dan ancaman bagi pupuk OFER. Peluang utama bagi pupuk OFER adalah
variabel peluang yang memiliki bobot skor rata-rata terbesar, yaitu
tingkat
permintaan pupuk organik dengan bobot skor rata-rata sebesar 0,344. Sedangkan
ancaman utama bagi pupuk OFER adalah variabel yang tergolong ancaman yang
memiliki bobot skor rata-rata terbesar, yaitu tingkat persaingan bisnis pupuk
organik dengan bobot skor rata-rata sebesar 0,279. Adapun total skor rata-rata
tertimbang dari matriks EFE sebesar 2,653 yang mengindikasikan bahwa usaha
pupuk OFER berada di atas rata-rata (2,5) dalam upayanya untuk menjalankan
strategi yang memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman.
7.5.
Analisis Matriks IE
Setelah matriks EFE dan IFE selesai dianalisis, dilanjutkan dengan analisis
matriks IE (Intenal-Eksternal). Total skor bobot rata-rata yang diperoleh dari
82
matriks EFE dan IFE digunakan untuk menempatkan perusahaan ke dalam salah
satu dari sembilan sel yang tersedia di dalam matriks IE. Total skor bobot ratarata matriks EFE (2,653) dan matriks IFE (3,012) menempatkan posisi perusahaan
saat ini ke dalam sel IV yang termasuk pada kondisi tumbuh dan kembangkan.
Berikut ini merupakan hasil dari analisis matriks IE pada unit usaha pupuk OFER
Koperasi Lisung Kiwari.
TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG IFE
Kuat
3,0 - 4,0
TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG EFE
4,0
Rata-rata
2,0 – 2,99
Lemah
1,0 – 1,99
2,0
3,0
1,0
3,012
Tinggi
3,0 - 4,0
I
II
III
IV
V
VI
VIIII
IX
3,0
2,653
3
Menengah
2,0 – 2,99
2,0
Rendah
1,0 – 1,99
Tumbuh dan
Kembangkan
VII
1,0
Gambar 10. Matriks IE pada Unit Usaha Pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari
Gambar 10 menunjukkan bahwa posisi unit usaha pupuk OFER Koperasi
Lisung Kiwari berada pada sel IV, yang menggambarkan perusahaan mempunyai
posisi internal dan eksternal yang kuat. Pada posisi ini digambarkan sebagai posisi
tumbuh dan kembangkan, dimana strategi yang cocok diterapkan antara lain
strategi intensif seperti penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan
produk atau strategi integrasi seperti integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan
integrasi ke samping. Strategi penetrasi pasar yaitu meningkatkan pangsa pasar
produk perusahaan yang ada saat ini melalui kegiatan pemasaran yang lebih
gencar. Pengembangan pasar merupakan strategi memperluas pasar dengan
83
memperkenalkan produk perusahaan ke area geografis yang baru. Pengembangan
produk yaitu strategi meningkatkan penjualan produk dengan perbaikan produk
yang ada atau mengembangkan produk yang baru. Strategi integrasi ke depan
yaitu strategi yang dilakukan untuk mencari kepemilikan atau meningkatkan
kontrol atas distributor atau pengecer. Integrasi ke belakang merupakan upaya
untuk mencari kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas pemasok perusahaan.
Sedangkan integrasi ke samping merupakan strategi dalam upaya mencari
kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas pesaing.
7.6. Analisis Matriks SWOT
Setelah dianalisis faktor-faktor eksternal dan internal perusahaan dan
mencocokkannya pada matriks IE, selanjutnya adalah tahap memformulasi
strategi dengan matriks SWOT.
Berdasarkan hasil analisis matriks SWOT
tersebut, terdapat beberapa straegi yang dapat diterapkan perusahaan agar dapat
bersaing di dalam industri pupuk organik (Tabel 15).
84
Tabel 15. Matriks SWOT Pupuk OFER
Strenght (S)
Faktor
Eksternal
Opportunities (O)
1) Ketersediaan bahan baku
Faktor 2) Ketersediaan sarana dan
prasarana produksi
Internal
3) Kualitas Produk
4) Tampilan dan kemasan
produk dari
kesan
“limbah”
5) Kemudahan
proses
pembuatan bokhasi
6) Lokasi perusahaan
7) Harga produk
8) Biaya produksi
9) Distribusi
Strategi SO
Weakness (W)
1) Kualitas dan kuantitas
SDM
2) Organisasi perusahaan
3) Kuantitas
produk
berfluktuasi
4) Ketersediaan modal
5) Konsistensi
pencatatan
keuangan
6) Pemasaran
yang
mengandalkan peran LPS
7) Penelitian
dan
pengembangan
Strategi WO
1) Program
pemerintah
“go 1) Mengembangkan usaha 1) Melakukan penetrasi dan
organic 2010”
dengan
intensifikasi.
pengembangan
pasar.
2) Kebijakan harga pupuk
(S1, S2, S3, S4, S5, S6,
(W3, W6, O1, O2, O3,
3) Kebijakan impor pupuk
S7, S8, S9, O1, O2, O3,
O4, O5, O6, O7, O8,
4) Tingkat permintaan pupuk
O4, O5, O6, 07, 08,
O9).
organik
09).
2) Memperbaiki
5) Kesadaran masyarakat akan 2) Melakukan
manajemen perusahaan.
pentingnya pertanian organik
diversifikasi usaha. (S1,
(W1, W2, W5, O6, O8,
6) Perkembangan teknologi
S2, S8, O1, O5, 06, O7,
O9).
7) Isu degradasi lahan pertanian
O8, O9).
8) Hubungan kemitraan dengan
pihak LPS
9) Keberadaan lembaga-lembaga
penunjang
Threats (T)
Strategi ST
Strategi WT
1) Fluktuasi
perekonomian 1) Meningkatkan
1) Merencanakan
dan
nasional
keunggulan
produk
menciptakan permodalan
2) Perdagangan bebas
dengan
diferensiasi
yang baik. (W4, T1, T2,
3) Tingkat
persaingan
bisnis
produk. (S1, S2, S3,
T3, T4).
pupuk organik
S4, S5, S7, S8, T1, T2, 2) Melakukan penggalian
4) Keberadaan produk substitusi
T3, T4).
dan
pengaplikasian
5) Respon masyarakat sekitar 2) Melakukan
informasi tentang litbang
tempat
usaha
terhadap
promosi/sosialisasi
pupuk organik. (W7, T1,
keberadaan
usaha
pupuk
tentang pupuk organik.
T2, T3, T4, T5).
organik
Koperasi
Lisung
(S3, S4, S6, S7, T3, T4,
Kiwari
T5).
85
Adapun penjelasan alternatif strategi yang dihasilkan dari matriks SWOT
tersebut antara lain:
1) Strategi SO
a) Mengembangkan usaha dengan intensifikasi
Perusahaan dapat memanfaatkan semua kekuatan yang dimiliki,
untuk memanfaatkan peluang yang ada di lingkungan eksternal
perusahaan.
Adanya ketersediaan lokasi usaha, bahan baku, serta
peralatan produksi yang baik dapat dimanfaatkan untuk pengembangan
usaha dengan cara intensifikasi faktor-faktor tersebut. Intensifikasi faktor
produksi merupakan suatu upaya mengoptimalkan potensi produksi yang
dimiliki dengan cara yang tepat guna dan lebih efisien untuk menghasilkan
output/produk yang lebih banyak dan berkualitas dalam waktu yang lebih
singkat. Produk yang dihasilkan tidak hanya semakin banyak, tetapi juga
akan semakin berkualitas, biaya produksi semakin rendah dan harga akan
semakin rendah. Intensifikasi ini dapat dilakukan dengan dukungan
kebijakan pemerintah yang memihak usaha ini, misalnya program “go
organic 2010”, kebijakan harga dan impor pupuk. Kesadaran masyarakat
akan pentingnya pertanian organik juga berdampak positif. Dengan adanya
kesadaran tersebut, permintaan akan pupuk organik akan semakin
meningkat. Kemajuan teknologi, seperti adanya mesin chooper akan
sangat membantu pengembangan perusahaan. Selain itu, dukungan dari
lembaga penunjang seperti LPS dan Dinas Pertanian akan sangat
membantu usaha pengembangan bisnis pupuk OFER.
b) Melakukan diversifikasi usaha
Strategi diversifikasi merupakan sebuah strategi untuk menambah
produk/jasa yang bermanfaat untuk meningkatkan pendapatan perusahaan.
Menurut Kotler dan Keller (2007), strategi ini termasuk pada strategi yang
dapat diterapkan pada pertumbuhan intensif dengan melihat peluang yang
ada.
Peluang yang dapat dimanfaatkan yaitu adanya peningkatan
pertumbuhan ekonomi yang menggambarkan peningkatan kesejahteraan
masyarakat, ketersediaan tenaga kerja, dan perkembangan teknologi secara
umum yang dapat mendukung perusahaan untuk menambah produk atau
86
usaha baru. Secara umum strategi ini dapat dikelompokkan menjadi tiga
macam, yaitu diversifikasi konsentrik, horizontal dan konglomerat.
Diversifikasi konsentrik dilakukan dengan menambah produk/jasa baru
yang masih berkaitan dengan produk lama untuk pelanggan saat ini.
Diversifikasi konsentrik yang dapat dilakukan perusahaan adalah dengan
menambah produk baru yang masih berhubungan dengan produk pupuk
organik, misalkan media tanam organik, buku panduan pertanian organik
dan lain-lain. Diversifikasi ini sudah dilakukan oleh perusahaan yaitu
dengan menjual media tanam organik (berupa tanah dicampur dengan
bahan-bahan organik).
Selain itu, strategi diversifikasi yang dapat
dilakukan adalah diversifikasi horizontal yaitu strategi dengan menambah
produk/jasa baru yang tidak berkaitan dengan produk lama untuk
pelanggan saat ini. Strategi ini dapat dilakukan dengan menambah usaha
baru yang dapat mendukung penjualan produk utama perusahaan. Usaha
ini belum dilakukan oleh unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari.
Salah satu peluang diversifikasi horizontal ini adalah dengan membuka
kebun organik, dimana di kebun tersebut dilakukan pertanian sayuran,
buah, tanaman hias, padi, serta palawija yang berbasis organik. Kebun
tersebut akan dapat menarik orang untuk berekreasi sambil belajar
pertanian organik. Jasa kebun organik ini akan memberikan tambahan
pendapatan bagi koperasi, serta dapat merangsang penjualan produk pupuk
organik. Selain itu, juga terdapat strategi diversifikasi konglomerat yaitu
dengan menambah produk/jasa baru yang tidak berkaitan untuk pelanggan
yang baru. Diversifikasi ini dapat dilakukan dengan menjual ikan air
tawar, susu kambing serta sembako di Koperasi Lisung Kiwari. Penerapan
strategi diversifikasi tersebut, akan berimplikasi pada peningkatan
pendapatan perusahaan baik dari produk pupuk organik maupun produk
lainnya. Selain itu, hal ini akan meningkatkan keunggulan perusahaan
dalam aneka ragam produk dan fasilitas, sehingga dapat bersaing dengan
pesaingnya.
87
2) Strategi WO
a) Melakukan penetrasi dan pengembangan pasar
Permintaan akan input pertanian organik yang semakin besar
karena mulai tingginya kesadaran akan pentingnya pertanian organik
untuk terjaminnya kesehatan dan mengatasi degradasi lahan, membuat
peluang pengembangan usaha bisnis pupuk organik semakin lebar.
Didukung dengan beberapa kebijakan pemerintah yang memihak industri
pupuk organik, seperti program pertanian organik, kebijakan harga dan
impor pupuk membuat jalannya usaha pupuk OFER semakin mulus. Saat
ini pemasaran utama pupuk OFER adalah melalui pihak LPS dan sebagian
kecil langsung dijual ke petani sekitar lokasi tempat usaha. Hal ini
memang dirasakan sudah cukup memuaskan, tetapi peluang untuk
meningkatkan pemasaran pupuk OFER masih terbuka lebar. Pemasaran
yang saat ini masih di daerah Jabodetabek, dapat dikembangkan ke daerah
lainnya. Dengan kerjasama dengan pihak Dinas Pertanian beberapa
kabupaten di sekitar Bogor, tentunya peluang untuk memasarkan produk
ini akan sangat baik. Perkembangan teknologi transportasi dan informasi
akan semakin mempermudah usaha perluasan pasar. Distribusi produk dan
sistem informasi yang dibutuhkan akan mudah terwujud dengan kemajuan
tersebut. Memanfaatkan pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Pertanian
dan pihak LPS akan membantu unit usaha ini menjajaki pasar yang baru.
Dengan demikian usaha ini akan semakin mandiri dan terus berkembang,
sehingga produk yang terjual akan semakin banyak sehingga pendapatan
yang masuk akan semakin besar.
b) Memperbaiki manajemen perusahaan
Pengelolaan manajemen yang baik akan mempermudah jalannya
suatu perusahaan. Kuantitas dan kualitas perusahaan serta organisasi yang
direncanakan dengan matang dapat membuat kinerja yang dihasilkan oleh
perusahaan mencapai tingkat optimal. Kebutuhan akan tenaga kerja dapat
terpenuhi sesuai dengan jumlah dan keahlian yang tepat, sehingga
pembagian kerja akan terlaksana dengan rapi. Organisasi yang dibentuk
akan mampu menciptakan suasana dan budaya kerja yang dapat
88
meningkatkan produktivitas para karyawan. Motivasi yang ada pada
masing-masing akan mempermudah jalannya usaha ini. Saat ini
pengelolaan manajemen unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari
masih sangat sederhana, dimana hanya ada seorang kepala unit usaha dan
tiga orang karyawan. Dalam menjalankan usahanya, unit usaha pupuk
OFER masih memerlukan campur tangan pihak Koperasi Lisung Kiwari
sendiri. Unit usaha pupuk OFER hanya bertugas dalam urusan teknis
pembuatan pupuk OFER, sedangkan pihak Koperasi lisung Kiwari
bertugas dalam hal administrasi, termasuk masalah pencatatan keuangan.
Pencatatan keuangan sendiri masih belum dilaksanakan secara rinci,
sehingga perhitungan arus kas belum tertata secara rapi. Meskipun hal ini
dirasakan sudah cukup, akan lebih baik bila unit usaha pupuk OFER
memiliki suatu manajemen tersendiri yang mandiri sehingga pengelolaan
usaha ini akan semakin baik. Dengan bantuan dari pihak LPS dan lembaga
penunjang lainnya, seperti Dinas Pertanian, serta didukung kemajuan
teknologi, unit usaha ini mampu mewujudkan suatu pengelolaan
manajemen yang baik. Pembinaan dari LPS dan Dinas Pertanian
diharapkan mampu meningkatkan kualitas manajemen unit usaha pupuk
OFER sehingga kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang
dibutuhkan mampu menhasilkan kinerja yang optimal.
3) Strategi ST
a) Meningkatkan keunggulan produk dengan diferensiasi produk
Untuk menghadapi ancaman-ancaman yang ada di lingkungan
eksternal perusahaan, unit usaha pupuk OFER perlu meningkatkan
keunggulan produknya dengan diferensiasi produk.
Diferensiasi
merupakan suatu strategi menciptakan keunggulan atau keunikan suatu
produk agar berbeda dengan produk pesaing.
Diferensiasi produk ini
dapat diterapkan berdasarkan dimensi produk dan dimensi layanan. Pada
usaha pupuk organik, diferensiasi berdasarkan dimensi produk dapat
dilakukan dengan memproduksi pupuk organik yang memiliki kualitas,
tampilan serta kemasan produk yang baik. Selain itu, faktor harga juga
menjadi pertimbangan bagi para konsumen dalam melakukan pembelian.
89
Menyikapi hal ini unit usaha juga harus mengusahakan biaya produksi
serendah mungkin. Pengadaan bahan baku yang berkualitas dan peralatan
yang cukup serta tenaga kerja yang terampil akan dapat menghasilkan
produk yang baik. Kontrol kualitas harus dilakukan dengan baik agar
produk yang dilepas ke pasar tidak membuat konsumen kecewa.
Diferensiasi pada dimensi layanan juga dapat diterapkan untuk
meningkatkan keunggulan produk. Saat ini, layanan yang disediakan oleh
perusahaan yaitu berupa pengiriman barang dan pelayanan penjualan
melalui teleshopping. Strategi diferensiasi pada dimensi ini juga dapat
dilakukan dengan meningkatkan pelayanan purna jual perusahaan seperti
pelayanan kritik dan saran dari para konsumen. Peran Dinas Pertanian dan
LPS dalam hal ini juga cukup penting, dimana penyaluran informasiinformasi yang dibutuhkan untuk diferensiasi ini harus dilakukan dengan
baik. Dengan demikian usaha ini akan mampu mengatasi ancaman seperti
fluktuasi
perekonomian,
perdagangan
bebas,
persaingan
dengan
perusahaan sejenis serta persaingan dengan barang subtitusi. Keadaan ini
akan mempermudah perusahaan untuk terus berkembang.
b) Melakukan promosi/sosialisasi tentang pupuk organik
Pemahaman konsumen dan masyarakat sekitar tempat usaha yang
kurang akan pupuk organik juga berdampak kurang baik terhadap usaha
ini. Kesadaran masyarakat akan pentingnya penggunaan pupuk organik
akan membuat permintaan akan pupuk OFER ini semakin tinggi. Selain
itu, untuk masyarakat sekitar tempat usaha, pengetahuan pupuk organik
yang ramah lingkungan akan membuat respon negatif terhadap usaha ini
dapat diminimalisir. Informasi produk yang baik, lokasi yang strategis
serta harga yang cukup terjangkau akan meningkatkan penilaian positif
masyarakat terhadap usaha ini. Salah satu jalan yang dapat dilakukan oleh
unit usaha ini adalah melalui promosi dan sosialisasi produk OFER.
Penyampaian informasi melalui media cetak (koran, majalah pertanian,
brosur dan pamphlet) dan kerjasama dengan pihak LPS, Dinas Pertanian
serta pihak-pihak lainnya seperti HKTI akan membuat respon masyarakat
90
terhadap pupuk organik, khususnya OFER, akan semakin baik. Hal ini
akan membuat usaha ini tetap bertahan dan terus berkembang.
4) Strategi WT
a) Merencanakan dan menciptakan permodalan yang baik
Permodalan yang terlaksana dengan rapi akan membuat suatu
perusahaan dapat berjalan dengan baik sehingga dapat mengantisipasi
anacaman-ancaman yang ada seperti fluktuasi perekonomian, perdagangan
bebas serta persaingan dengan perusahaan sejenis dan produk subtitusi.
Perusahaan yang tangguh akan sulit digoyah oleh para pesaingnya dan
tahan terhadap
goncangan
faktor eksternal
lainnya. Perencanaan
permodalan serta pengaplikasiannya harus diperhatikan dengan baik. Unit
usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari dapat memperbaiki masalah
permodalan yang ada dengan belajar dari perusahaan yang telah mapan,
atau berkonsultasi dengan lembaga penunjang yang berkompeten dalam
hal permodalan bisnis pertanian. Permodalan yang baik akan membuat
pengembangan usaha semakin dipermudah.
b) Melakukan penggalian dan pengaplikasian informasi tentang penelitian
serta pengembangan pupuk organik
Ancaman yang ada dalam usaha pupuk organik akan terus berubahubah, baik itu berkaitan dengan perekonomian nasional, perdagangan
internasional, persaingan produk sejenis, munculnya produk subtitusi yang
baru serta pandangan masyarakat yang terus berubah. Perusahaan harus
mampu mengatasi hal tersebut dengan melakukan inovasi-inovasi yang
membuat usaha ini memiliki keunggulan dibandingkan dengan yang
lainnya. Apabila perusahaan tidak mampu melakukan kegiatan penelitian
dan pengembangan sendiri, yang umumnya terkendala masalah dana dan
sumber daya manusia, perusahaan dapat memilih alternatif menggali
informasi dan mengaplikasikannya. Keberadaan beberapa lembaga
penelitian yang berkaitan dengan pertanian organik dapat meyediakan
informasi yang dapat diwujudkan menjadi sebuah inovasi oleh unit usaha
pupuk OFER. Oleh karena itu, pihak unit usaha pupuk OFER harus aktif
91
mencari informasi-informasi yang dapat dijadikan inovasi bagi pupuk
OFER.
7.7. Analisis Matriks QSPM
Pada tahap terakhir dilakukan pemilihan prioritas dari beberapa alternatif
strategi yang dihasilkan pada matriks SWOT untuk diterapkan perusahaan dalam
menghadapi persaingan industri.
Pada tahap ini, prioritas strategi ditentukan
dengan Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (Quantitive Strategic Planning
Matrix - QSPM). Adapun hasil dari pengisian kuisioner QSPM pada unit usaha
pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari dapat dilihat pada Lampiran 2,3 dan 4.
Selanjutnya nilai STAS untuk masing-masing strategi dirata-ratakan untuk
melihat alternatif strategi mana yang menjadi prioritas perusahaan (Lampiran 7).
Hasil dari rata-rata nilai STAS pada masing-masing alternatif strategi dapat dilihat
pada Tabel 16.
Tabel 16. Prioritas Strategi pada Unit Usaha Pupuk OFER
Alternatif Strategi
Strategi 1 (Mengembangkan usaha dengan intensifikasi faktor
produksi yang dimiliki)
Strategi 2 (Melakukan diversifikasi usaha)
Strategi 3 (Melakukan penetrasi dan pengembangan pasar)
Strategi 4 (Memperbaiki manajemen perusahaan)
Strategi 5 (Meningkatkan keunggulan produk dengan
diferensiasi produk)
Strategi 6 (Melakukan sosialisasi/promosi tentang pupuk
organik)
Strategi 7 (Merencanakan dan menciptakan permodalan yang
baik)
Strategi 8 (Melakukan penggalian serta pengaplikasian
informasi mengenai penelitian dan pengembangan pupuk
organik)
Rata-Rata
Nilai STAS
6,202
Prioritas
Strategi
3
5,659
6,432
4,991
6,621
4
2
8
1
5,599
6
5,036
7
5,641
5
Berdasarkan hasil rata-rata nilai STAS dari masing-masing alternatif
strategi, maka dapat dilihat strategi mana saja yang menjadi prioritas untuk
diterapkan perusahaan dalam upaya meningkatkan keunggulan bersaingnya. Nilai
STAS tertinggi diperoleh strategi 5 yaitu meningkatkan keunggulan produk
dengan diferensiasi produk. Hal ini menunjukkan bahwa pupuk OFER dapat
meningkatkan keunggulan usahanya dengan terus meningkatkan keunggulan
92
produk yaitu melalui diferensiasi produk atau menciptakan keunikan agar
produknya berbeda dengan pesaing.
Strategi ini dapat dilakukan perusahaan
dengan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki seperti ketersediaan bahan baku,
peralatan yang cukup, kualitas dan kemasan produk yang telah baik, proses
pembuatan pupuk OFER yang efektif dan efisien, serta biaya produksi dan harga
produk yang rendah. Dengan penerapan strategi ini, maka ancaman yang timbul
dari adanya fluktuasi perekonomian nasional, perdagangan bebas, persaingan
usaha sejenis, barang subtitusi serta respon negatif dari masyarakat sekitar dapat
dihindari.
93
VIII KESIMPULAN DAN SARAN
8.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis strategi pengembangan usaha pupuk OFER
Koperasi Lisung Kiwari, maka diperoleh beberapa kesimpulan antara lain:
1) Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal melalui pendekatan fungsional,
maka terdapat beberapa kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh unit
usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari. Adapun kekuatan yang dimiliki
antara lain, ketersediaan bahan baku, ketersediaan sarana dan prasarana
produksi, kualitas produk, tampilan dan kemasan produk yang jauh dari kesan
“limbah”, kemudahan proses pembuatan bokhasi, lokasi usaha yang strategis,
harga produk terjangkau, biaya produksi rendah, dan kemudahan distribusi.
Sedangkan hal yang menjadi kelemahan adalah kualitas dan kuantitas sumber
daya manusia yang terbatas, organisasi perusahaan yang belum tersusun
dengan baik, kuantitas produksi yang berfluktuasi sesuai dengan jumlah
permintaan, ketersediaan modal yang terbatas, konsistensi pencatatan
keuangan yang belum teratur, pemasaran yang belum mandiri karena terlalu
mengandalkan pihak LPS serta kegiatan penelitian dan pengembangan yang
belum dilaksanakan.
2) Berdasarkan hasil analisis lingkungan eksternal yang terdiri dari lingkungan
umum dan lingkungan industri, maka terdapat beberapa faktor eksternal kunci
yang menjadi peluang dan ancaman bagi perusahaan. Adapun peluang bagi
perusahaan antara lain, adanya program “go organic 2010” oleh pemerintah,
kebijakan harga pupuk, kebijakan impor pupuk, permintaan pupuk organik
yang tinggi, kesadaran masyarakat akan pentingnya pertanian organik dan
kepedulian terhadap kesehatan semakin tinggi, perkembangan teknologi di
berbagai bidang, adanya isu degradasi lahan, hubungan kemitraan dengan
pihak LPS dan keberadaan lembaga penunjang. Sedangkan yang menjadi
ancaman yaitu, fluktuasi perekonomian nasional, perdagangan bebas, tingkat
persaingan dengan usaha sejenis, adanya barang subtitusi serta respon
masyarakat sekitar terhadap keberadaan usaha pupuk OFER.
3) Hasil matriks IE dengan nilai IFE 3,012 serta EFE sebesar 2,653
menempatkan perusahaan pada sel IV yaitu tumbuh dan kembangkan.
94
Strategi yang tepat dilakukan untuk kuadran ini antara lain, strategi integratif
(integrasi ke belakang, integrasi ke depan, integrasi horizontal), atau strategi
intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, pengembangan produk).
Berdasarkan hasil analisis matriks SWOT, diperoleh delapan alternatif
strategi pengembangan usaha yang dapat diterapkan oleh perusahaan dalam
menjalankan usahanya. Adapun urutan prioritas strategi berdasarkan hasil
QSPM adalah: (1) Meningkatkan keunggulan produk dengan diferensiasi
produk (STAS = 6,621), (2) Melakukan penetrasi dan pengembangan pasar
(STAS = 6,432), (3) Mengembangkan usaha dengan intensifikasi faktor
produksi yang dimiliki (STAS = 6,202), (4) Melakukan diversifikasi usaha
(STAS = 5,659), (5) Melakukan penggalian dan pengaplikasian informasi
penelitian dan pengembangan pupuk organik (STAS = 5,641), (6) Melakukan
sosialisasi/promosi
tentang
pupuk
organik
(STAS
=
5,599),
(7)
Merencanakan dan menciptakan permodalan yang baik (STAS = 5,036) serta
Memperbaiki manajemen perusahaan.
8.2. Saran
Adapun saran yang dapat direkomendasikan kepada unit usaha pupuk
OFER Koperasi Lisung Kiwari, antara lain:
1) Unit usaha pupuk OFER perlu meningkatkan keunggulan produknya agar
dapat mengembangkan bisnis yang sedang dijalankan. Keunggulan produk
ini dapat diciptakan dengan melakukan strategi diferensiasi yaitu dengan
terus melakukan inovasi produk seperti memproduksi pupuk organik yang
memiliki kualitas, tampilan serta kemasan produk yang baik. Selain itu,
faktor harga juga menjadi pertimbangan bagi para konsumen dalam
melakukan
pembelian.
Menyikapi
hal
ini
unit
usaha
juga
harus
mengusahakan biaya produksi serendah mungkin. Pengadaan bahan baku
yang berkualitas dan peralatan yang cukup serta tenaga kerja yang terampil
akan dapat menghasilkan produk yang baik. Kontrol kualitas harus dilakukan
dengan baik agar produk yang dilepas ke pasar tidak membuat konsumen
kecewa. Diferensiasi pada dimensi layanan juga dapat diterapkan untuk
meningkatkan keunggulan produk.
Strategi diferensiasi pada dimensi ini
dapat dilakukan dengan meningkatkan pelayanan purna jual perusahaan
95
seperti pelayanan kritik dan saran dari para konsumen. Peran Dinas Pertanian
dan LPS dalam hal ini juga cukup penting, dimana penyaluran informasiinformasi yang dibutuhkan untuk diferensiasi ini harus dilakukan dengan
baik.
2) Unit usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari dengan ketersediaan
sumber daya yang ada diharapkan juga berusaha menerapkan strategi lainnya
sesuai dengan urutan prioritas strategi, yaitu melakukan penetrasi dan
pengembangan pasar, mengembangkan usaha dengan intensifikasi faktor
produksi yang dimiliki, melakukan diversifikasi usaha, melakukan penggalian
dan pengaplikasian informasi penelitian dan pengembangan pupuk organik,
melakukan sosialisasi/promosi tentang pupuk organik, merencanakan dan
menciptakan
permodalan
yang
baik
serta
memperbaiki
manajemen
perusahaan. Dengan demikian upaya untuk mengembangkan bisnis ini akan
semakin mudah.
96
DAFTAR PUSTAKA
Beritabumi. 2004. Produksi Pertanian Organik Indonesia Tumbuh 10% per tahun.
http://www.beritabumi.com [3 Maret 2010]
David Fred R. 2006. Manajemen Strategis Konsep. Edisi 10. Budi IS, penerjemah;
Jakarta : Salemba Empat. Terjemahan dari: Strategic Management.
Djuarnani N, Kristian, Setiawan BS. 2004. Cara cepat membuat kompos. Jakarta :
Agromedia Pustaka
Hunger JD, Wheelen TL. 2003. Manajemen Strategis. Agung J, penerjemah;
Yogyakarta: Penerbit Andi. Terjemahan dari: Strategic Management 5th
Edition.
Husein.2009.http://ahoesein.blogspot.com/2009/08/apa-keunggulan-pupukorganik-dibanding.html [diakses tanggal 18 Februari 2010].
Kotler P, Keller KL. 2007. Manajemen Pemasaran. Edisi 12. Molan B,
penerjemah; Jakarta: PT Indeks.
Terjemahan dari: Marketing
th
Management 12 Edition.
Musnawar, Effi Ismawati. 2006. Pembuatan dan Aplikasi Pupuk Organik Padat.
Jakarta : Penebar Swadaya
Nurhadi. 2008. Analisis strategi pengembangan usaha tanaman hias pada PT
Kusuma Floracipta, Taman Anggrek Ragunan, Jakarta [skripsi]. Bogor:
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Pearce dan Robinson. 1997. Manajemen Strategik, Formulasi, Implementasi, dan
Pengendalian. Jilid Satu. Jakarta: Bina Rupa Aksara.
Porter ME. 1991. Strategi pengembangan usaha: teknik menganalisis industri dan
pesaing. Maulana A, penerjemah; Jakarta : Erlangga. Terjemahan dari:
Competitive Strategy.
Pracaya. 2003. Bertanam Sayuran Organik di Kebun, Pot dan Polibag. Depok:
Penebar Swadaya.
Rangkuti F. 2004. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis: Reorientasi
Konsep Perencanaan Strategis. Untuk Menghadapi Abad 21. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Redaksi Agromedia. 2007. Petunjuk Pemupukan. Jakarta : Agromedia Pustaka
Rohmiatin, Elmi. 2006. Analisis strategi pengembangan usaha beras organik
Lembaga Pertanian Sehat di Desa Pasir Buncit Kecamatan Caringin
Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Rosalina, Linda. 2009. Analisis strategi pengembangan usaha sayuran organik
pada Kelompok Tani Sugih Tani pada kawasan agropolitan di Desa
Karehkel, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor :
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
97
Rosita, S. 2008. Analisis strategi usaha sayuran organik di PT Anugrah Bumi
Persada “RR Organic Farm”, Kabupaten Cianjur [skripsi]. Bogor:
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Sugito, Y. 1995. Sistem Pertanian Organik. Fakultas Pertanian Universitas
Brawijaya, Malang.
Suwarsono. 1994. Manajemen Strategik. Konsep, Alat Analisa dan Konteks.
Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Akademi Manajemen
Perusahaan YKPN.
Umar H. 2008. Strategic Management in Action. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Wilis, Retno. 2008. Analisis kelayakan finansial usaha kompos sampah
perumahan di CV Agri Medika Raharja Bogor [skripsi]. Bogor : Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
98
LAMPIRAN
99
Lampiran 1. Kuisioner Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal
KUISIONER PENELITIAN
ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL
Judul Penelitian:
ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PUPUK
OFER KOPERASI LISUNG KIWARI, CIGOMBONG,
KABUPATEN BOGOR, PROPINSI JAWA BARAT
Peneliti:
RIBUT YUDHO AJI WICAKSONO
H34063383
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
100
KUISIONER PENELITIAN
ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL UNIT USAHA PUPUK OFER
KOPERASI LISUNG KIWARI, CIGOMBONG, KABUPATEN BOGOR,
PROPINSI JAWA BARAT
IDENTITAS RESPONDEN
Nama
:
Pekerjaan/Jabatan
:
Nomor Responden
:
PENDAHULUAN
Faktor internal merupakan faktor-faktor di dalam unit usaha pupuk OFER
Koperasi Lisung Kiwari yang berpengaruh terhadap penentuan strategi yang akan
disusun dalam penelitian ini. Lingkungan internal dalam unit usaha pupuk OFER
Koperasi Lisung Kiwari meliputi sumber daya manusia, kegiatan produksi,
administrasi keuangan, pemasaran, serta penelitian dan pengembangan yang
dilakukan.
Tujuan dari tahapan ini yaitu untuk menentukan faktor-faktor strategis
yang akan dimasukan ke dalam kelompok kekuatan dan kelemahan dalam
perencanaan strategi. Setiap organisasi memiliki kekuatan dan kelemahannya
masing-masing dalam area fungsional bisnisnya. Kekuatan/kelemahan internal
digabungkan dengan peluang dan ancaman eksternal dan pernyataan misi yang
jelas menjadi dasar untuk penetapan strategi.
Proses analisis internal ini terdiri dari dua tahap yaitu tahap penentuan
peringkat dan tahap penentuan bobot. Tahap penentuan peringkat dimaksudkan
untuk
mengukur
pengaruh
masing-masing
variabel
terhadap
kondisi
lingkungannya. Tahap penentuan bobot dimaksudkan untuk membandingkan
pengaruh masing-masing variabel terhadap variabel lainnya dalam lingkungan
internalnya.
101
PENENTUAN PERINGKAT
Petunjuk Pengisian:
1. Penentuan peringkat ialah berdasarkan fakta yang terjadi di unit usaha pupuk
OFER Koperasi Lisung Kiwari Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor
2. Berilah tanda (√ ) pada kolom yang sesuai. Adapun identitas kepentingan
adalah sebagai berikut:
1 = Kelemahan utama/mayor
2 = Kelemahan kecil/minor
3 = Kekuatan kecil/minor
4 = Kekuatan besar/mayor
Tabel 1. Penentuan Peringkat Faktor Strategis Internal
No.
Faktor Strategis Internal
1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Peringkat
2
3
4
Kualitas dan kuantitas SDM
Organisasi perusahaan
Ketersediaan bahan baku
Ketersediaan sarana dan prasarana produksi
Kualitas produk
Tampilan dan kemasan produk meniadakan kesan
“kotoran” dan “sampah”
Kuantitas produksi relatif berfluktuasi
Tingkat kemudahan proses pembuatan bokhasi
Ketersediaan modal
Konsistensi pencatatan keuangan
Pemasaran yang mengandalkan bantuan dari LPS
Lokasi perusahaan
Penelitian dan pengembangan yang dilakukan unit usaha
koperasi
Harga produk
Biaya produksi
Distribusi
102
PENENTUAN BOBOT
Petunjuk Pengisian:
1. Bobot yang diberikan mengindikasikan tingkat penting relatif dari faktor
terhadap keberhasilan perusahaan dalam industri, tanpa memandang faktor
tersebut sebagai kekuatan atau kelemahan internal
2. Untuk menentukan bobot setiap variabel digunakan skala sebagai berikut:
1 = jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal
3 = jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
Tabel 2. Faktor Strategis Internal
Faktor Strategis Internal
Kualitas dan kuantitas SDM
A
Organisasi perusahaan
B
C Ketersediaan bahan baku
D Ketersediaan sarana dan prasarana produksi
Kualitas produk
E
Tampilan dan kemasan produk meniadakan kesan “kotoran” dan “sampah”
F
G Kuantitas produksi relatif berfluktuasi
H Tingkat kemudahan proses pembuatan bokhasi
Ketersediaan modal
I
Konsistensi pencatatan keuangan
J
K Pemasaran yang mengandalkan bantuan dari LPS
Lokasi perusahaan
L
M Penelitian dan pengembangan yang dilakukan unit usaha koperasi
N Harga produk
O Biaya produksi
Distribusi
P
103
Tabel 3. Penentuan Bobot Faktor Strategis Internal
Faktor
Strategis
Internal
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P Total Bobot
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P
Bogor,
2010
Responden
(
)
104
KUISIONER PENELITIAN
ANALISIS LINGKUNGAN EKSTERNAL UNIT USAHA PUPUK OFER
KOPERASI LISUNG KIWARI, CIGOMBONG, KABUPATEN BOGOR,
PROPINSI JAWA BARAT
IDENTITAS RESPONDEN
Nama
:
Pekerjaan/Jabatan
:
Nomor Responden
:
PENDAHULUAN
Faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang berasal dari luar unit usaha
pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari yang berpengaruh terhadap penentuan
strategi yang akan disusun dalam penelitian ini. Lingkungan eksternal dalam unit
usaha pupuk OFER Koperasi Lisung Kiwari meliputi politik, ekonomi, teknologi,
sosial-budaya, serta persaingan usaha pupuk organik.
Tujuan audit eksternal ini yaitu untuk mengidentifikasi faktor-faktor
strategis yang terdiri dari peluang yang dapat memberi manfaat dan ancaman yang
harus dihindari. Kekuatan/kelemahan internal digabungkan dengan peluang dan
ancaman eksternal dan pernyataan misi yang jelas menjadi dasar untuk penetapan
strategi.
Proses analisis eksternal ini terdiri dari dua tahap yaitu tahap penentuan
peringkat dan tahap penentuan bobot. Tahap penentuan peringkat dimaksudkan
untuk mengetahui efektivitas strategi perusahaan saat ini dalam merespon faktor
tersebut. Tahap penentuan bobot dimaksudkan untuk membandingkan pengaruh
masing-masing variabel terhadap variabel lainnya dalam lingkungan eksternalnya.
105
PENENTUAN PERINGKAT
Petunjuk Pengisian:
1. Penentuan peringkat ialah berdasarkan fakta yang terjadi di unit usaha pupuk
OFER Koperasi Lisung Kiwari Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor
2. Berilah tanda (√ ) pada kolom yang sesuai. Adapun identitas kepentingan
adalah sebagai berikut:
4 = jika faktor tersebut berpengaruh sangat besar terhadap perusahaan
3 = jika faktor tersebut berpengaruh terhadap perusahaan
2 = jika faktor tersebut cukup berpengaruh terhadap perusahaan
1 = jika faktor tersebut kurang berpengaruh terhadap perusahaan
Tabel 4. Penentuan Peringkat Faktor Strategis Eksternal
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Faktor Strategis Eksternal
Peluang
1 2 3 4
Ancaman
1 2 3 4
Adanya program pemerintah melalui
Departemen Pertanian yaitu “go organic
2010”
Kebijakan harga pupuk oleh pemerintah
Kebijakan impor pupuk
Tingkat permintaan pupuk organic
Kesadaran masyarakat akan pentingnya
pertanian organik serta kepedulian terhadap
kesehatan
Fluktuasi perekonomian nasional
Perdagangan bebas
Perkembangan teknologi, baik produksi,
informasi, transportasi dan komunikasi
Tingkat persaingan bisnis pupuk organik
Adanya isu degradasi lahan pertanian
Keberadaan produk subtitusi
Hubungan kemitraan dengan pihak LPS
Respon masyarakat sekitar tempat usaha
terhadap keberadaan usaha pupuk organik
Koperasi Lisung Kiwari
Keberadaan lembaga-lembaga penunjang
106
PENENTUAN BOBOT
Petunjuk Pengisian:
1. Bobot yang diberikan mengindikasikan tingkat penting relatif dari faktor
terhadap keberhasilan perusahaan dalam industri, tanpa memandang faktor
tersebut sebagai peluang atau ancaman eksternal
2. Untuk menentukan bobot setiap variabel digunakan skala sebagai berikut:
1 = jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal
3 = jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
Tabel 5. Faktor Strategis Eksternal
Faktor Strategis Eksternal
Adanya program pemerintah melalui Departemen Pertanian yaitu “go
A
organic 2010”
Kebijakan harga pupuk oleh pemerintah
B
C Kebijakan impor pupuk
D Tingkat permintaan pupuk organic
Kesadaran masyarakat akan pentingnya pertanian organik serta kepedulian
E
terhadap kesehatan
Fluktuasi perekonomian nasional
F
G Perdagangan bebas
H Perkembangan teknologi, baik produksi, informasi, transportasi dan
komunikasi
Tingkat persaingan bisnis pupuk organic
I
Adanya isu degradasi lahan pertanian
J
K Keberadaan produk subtitusi
Hubungan kemitraan dengan pihak LPS
L
M Respon masyarakat sekitar tempat usaha terhadap keberadaan usaha pupuk
organik Koperasi Lisung Kiwari
N Keberadaan lembaga-lembaga penunjang
107
Tabel 6. Penentuan Bobot Faktor Strategis Eksternal
Faktor A
Strategis
Eksternal
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
Total
Bobot
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
Bogor,
2010
Responden
(
)
108
Lampiran 2. Hasil Pengolahan Data Responden 1
Tabel Penentuan Peringkat Faktor Strategis Internal
No.
Faktor Strategis Internal
1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Kualitas dan kuantitas SDM
Organisasi perusahaan
Ketersediaan bahan baku
Ketersediaan sarana dan prasarana produksi
Kualitas produk
Tampilan dan kemasan produk meniadakan kesan “kotoran” dan
“sampah”
Kuantitas produksi relatif berfluktuasi
Tingkat kemudahan proses pembuatan bokhasi
Ketersediaan modal
Konsistensi pencatatan keuangan
Pemasaran yang mengandalkan bantuan dari LPS
Lokasi perusahaan
Penelitian dan pengembangan yang dilakukan unit usaha koperasi
Harga produk
Biaya produksi
Distribusi
Peringkat
2
3
4
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Tabel Penentuan Bobot Faktor Strategis Internal
Faktor
Strategis
Internal
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P
A
2
2
3
3
1
1
1
3
1
1
1
2
3
3
2
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P Total Bobot
2
2
1
1
1
2
1
2
1
1
3
2
2
2
2
3
3
2
2
3
2
3
3
3
3
3
2
2
1
2
1
2
2
1
1
1
3
3
3
2
3
2
2
2
3
3
2
2
2
3
1
1
2
3
1
3
2
2
1
3
1
2
1
2
1
2
2
3
1
3
3
2
3
2
3
3
2
3
1
1
2
1
2
1
2
1
1
1
2
1
1
1
1
2
2
2
1
1
2
2
1
2
1
1
2
2
1
2
1
3
1
3
2
3
1
3
2
2
3
2
3
3
2
2
1
1
2
1
2
2
1
3
3
3
2
3
2
2
1
3
1
2
2
3
2
2
2
3
2
2
1
2
2
2
3
1
3
2
3
2
1
1
2
1
1
1
1
2
2
1
2
2
3
2
3
3
2
3
3
3
2
3
2
3
2
1
2
3
1
3
2
2
3
2
3
2
2
1
1
2
1
3
2
1
3
3
1
3
3
3
2
2
2
2
1
1
3
3
2
3
3
2
2
1
2
31
29
30
30
40
23
26
22
38
21
31
31
22
40
37
29
480
0,065
0,60
0,063
0,063
0,083
0,048
0,054
0,046
0,079
0,044
0,065
0,065
0,046
0,083
0,076
0,060
1,000
109
Tabel Penentuan Peringkat Faktor Strategis Eksternal
No.
Faktor Strategis Eksternal
1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Adanya program pemerintah melalui Departemen
Pertanian yaitu “go organic 2010”
Kebijakan harga pupuk oleh pemerintah
Kebijakan impor pupuk
Tingkat permintaan pupuk organic
Kesadaran masyarakat akan pentingnya pertanian
organik serta kepedulian terhadap kesehatan
Fluktuasi perekonomian nasional
Perdagangan bebas
Perkembangan teknologi, baik produksi, informasi,
transportasi dan komunikasi
Tingkat persaingan bisnis pupuk organic
Adanya isu degradasi lahan pertanian
Keberadaan produk subtitusi
Hubungan kemitraan dengan pihak LPS
Respon masyarakat sekitar tempat usaha terhadap
keberadaan usaha pupuk organik Koperasi Lisung
Kiwari
Keberadaan lembaga-lembaga penunjang
Peluang
2
3
√
4
1
Ancaman
2
3
4
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Tabel Penentuan Bobot Faktor Strategis Eksternal
Faktor A
Strategis
Eksternal
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
3
3
2
2
2
1
1
3
2
3
2
1
2
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
1
1
2
2
1
1
2
3
2
3
2
2
1
2
1
3
3
2
3
2
2
3
2
2
3
2
3
2
1
1
2
2
1
1
1
1
3
3
2
3
3
3
2
2
3
1
3
3
2
1
1
2
2
2
1
2
2
2
2
1
2
1
1
2
1
2
3
2
3
3
3
2
2
3
3
3
2
3
2
1
1
3
2
2
1
2
2
1
2
2
1
2
3
1
2
1
2
3
1
1
2
2
3
3
2
3
2
2
2
2
1
2
1
3
1
2
1
1
2
1
2
2
1
1
3
2
2
3
1
3
3
1
2
2
1
3
1
3
2
2
2
2
3
2
2
3
2
3
3
2
2
3
1
2
1
2
2
3
2
3
3
1
3
2
2
2
1
2
3
Total
Bobot
25
28
26
34
22
28
20
22
34
19
28
31
19
30
366
0,067
0,077
0,070
0,093
0,060
0,077
0,055
0,060
0,093
0,052
0,077
0,085
0,052
0,082
1,000
110
Tabel Perhitungan STAS untuk Prioritas Strategi
Faktor
Bobot
Strategi 1 Strategi 2
Kunci rata-rata AS
0.065
I1
4
0.055
I2
4
0.071
I3
4
0.066
14
4
0.085
I5
4
0.061
I6
4
0.052
I7
1
0.053
I8
3
0.068
I9
4
0.041
I10
3
0.063
I11
2
0.061
I12
2
0.041
I13
4
0.084
I14
3
0.079
I15
3
0.055
I16
1
0.068
E1
4
0.08
E2
2
0.074
E3
3
0.093
E4
4
0.069
E5
4
0.071
E6
1
0.057
E7
3
0.056
E8
4
0.093
E9
4
0.061
E10
3
0.071
E11
3
0.078
E12
4
0.049
E13
1
0.08
E14
4
STAS
TAS AS
Strategi 3 Strategi 4
Strategi 5
Strategi 6 Strategi 7
Strategi 8
TAS
AS
TAS
AS
TAS
AS
TAS
AS
TAS
AS
TAS
AS
TAS
0.260 4
0.260
4
0.260
4
0.260
3
0.195
2
0.130
4
0.260
4
0.260
0.220 2
0.110
3
0.165
4
0.220
3
0.165
2
0.110
3
0.165
2
0.110
0.284 3
0.213
4
0.284
1
0.071
4
0.284
1
0.071
1
0.071
3
0.213
0.264 3
0.198
4
0.264
1
0.066
4
0.264
1
0.066
2
0.132
3
0.198
0.340 2
0.170
4
0.340
2
0.170
4
0.340
4
0.340
2
0.170
4
0.340
0.244 2
0.122
3
0.183
2
0.122
4
0.244
3
0.183
1
0.061
3
0.183
0.052 4
0.208
3
0.156
2
0.104
3
0.156
1
0.052
3
0.156
2
0.104
0.159 1
0.053
3
0.159
2
0.106
4
0.212
2
0.106
1
0.053
4
0.212
0.272 4
0.272
4
0.272
4
0.272
4
0.272
4
0.272
4
0.272
3
0.204
0.123 1
0.041
1
0.041
3
0.123
2
0.082
1
0.041
3
0.123
2
0.082
0.126 4
0.252
4
0.252
3
0.189
2
0.126
3
0.189
2
0.126
2
0.126
0.122 3
0.183
4
0.244
2
0.122
3
0.183
3
0.183
2
0.122
1
0.061
0.164 4
0.164
1
0.041
3
0.123
4
0.164
3
0.123
4
0.164
4
0.164
0.252 2
0.168
4
0.336
2
0.168
4
0.336
4
0.336
2
0.168
3
0.252
0.237 4
0.316
2
0.158
3
0.237
4
0.316
2
0.158
3
0.237
3
0.237
0.055 3
0.165
4
0.220
2
0.110
2
0.110
4
0.220
1
0.055
2
0.110
0.272 4
0.272
4
0.272
2
0.136
4
0.272
4
0.272
2
0.136
3
0.204
0.160 2
0.160
3
0.240
1
0.080
4
0.320
2
0.160
2
0.160
2
0.160
0.222 2
0.148
3
0.222
1
0.074
4
0.296
2
0.148
1
0.074
2
0.148
0.372 1
0.093
4
0.372
3
0.279
4
0.372
4
0.372
4
0.372
3
0.279
0.276 4
0.276
4
0.276
2
0.138
3
0.207
4
0.276
3
0.207
2
0.138
0.071 3
0.213
2
0.142
2
0.142
2
0.142
2
0.142
3
0.213
2
0.142
0.171 3
0.171
1
0.057
2
0.114
3
0.171
2
0.114
3
0.171
3
0.171
0.224 4
0.224
4
0.224
3
0.168
4
0.224
4
0.224
3
0.168
4
0.224
0.372 4
0.372
4
0.372
4
0.372
4
0.372
4
0.372
4
0.372
4
0.372
0.183 2
0.122
3
0.183
2
0.122
2
0.122
3
0.183
2
0.122
3
0.183
0.213 1
0.071
2
0.142
3
0.213
4
0.284
3
0.213
3
0.213
2
0.142
0.312 4
0.312
3
0.234
4
0.312
3
0.234
3
0.234
4
0.312
3
0.234
0.049 2
0.098
1
0.049
1
0.049
1
0.049
4
0.196
1
0.049
1
0.049
0.320 4
0.320
3
0.240
4
0.320
2
0.160
3
0.240
4
0.320
4
0.320
6.391
5.747
6.400
4.982
6.674
5.726
5.224
5.622
111
Lampiran 3. Hasil Pengolahan Data Responden 2
Tabel Penentuan Peringkat Faktor Strategis Internal
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Faktor Strategis Internal
Kualitas dan kuantitas SDM
Organisasi perusahaan
Ketersediaan bahan baku
Ketersediaan sarana dan prasarana produksi
Kualitas produk
Tampilan dan kemasan produk meniadakan kesan “kotoran” dan
“sampah”
Kuantitas produksi relatif berfluktuasi
Tingkat kemudahan proses pembuatan bokhasi
Ketersediaan modal
Konsistensi pencatatan keuangan
Pemasaran yang mengandalkan bantuan dari LPS
Lokasi perusahaan
Penelitian dan pengembangan yang dilakukan unit usaha koperasi
Harga produk
Biaya produksi
Distribusi
1
√
Peringkat
2
3
4
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Tabel Penentuan Bobot Faktor Strategis Internal
Faktor
Strategis
Internal
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P
A
1
2
2
3
3
1
3
2
1
2
2
1
3
2
2
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P Total Bobot
3
2
1
2
1
2
1
1
2
2
1
2
1
2
3
3
3
3
2
3
2
1
2
2
3
3
2
2
2
1
2
2
2
1
1
2
3
3
3
3
3
2
2
2
3
2
1
2
3
3
3
1
1
2
1
2
1
2
2
3
2
1
2
3
1
2
3
3
3
3
3
2
3
2
3
2
3
3
1
1
1
1
2
1
1
1
2
1
2
1
1
2
1
1
1
2
1
1
1
2
1
2
2
1
2
2
2
3
1
3
2
2
2
3
1
3
2
2
3
3
3
3
3
2
1
2
3
1
3
3
1
3
3
2
2
2
3
1
2
2
1
2
2
1
3
3
1
2
2
2
1
2
1
1
2
1
3
3
3
1
1
1
2
1
1
1
1
2
2
1
2
2
3
2
1
2
2
3
3
2
2
3
2
3
3
1
3
3
2
2
2
3
2
2
3
3
2
1
2
1
1
2
2
1
3
3
2
3
3
3
2
1
2
2
1
1
3
2
2
3
3
2
2
1
1
30
0,0
24
0,0
32
0,0
32
0,0
40
0,0
29
0,0
22
0,0
26
0,0
37
0,0
19
0,
33
0,0
31
0,0
19
0,0
41
0,0
39
0,0
26
0,0
480 1,000
112
Tabel Penentuan Peringkat Faktor Strategis Eksternal
No.
Faktor Strategis Eksternal
1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Adanya program pemerintah melalui Departemen
Pertanian yaitu “go organic 2010”
Kebijakan harga pupuk oleh pemerintah
Kebijakan impor pupuk
Tingkat permintaan pupuk organic
Kesadaran masyarakat akan pentingnya pertanian
organik serta kepedulian terhadap kesehatan
Fluktuasi perekonomian nasional
Perdagangan bebas
Perkembangan teknologi, baik produksi, informasi,
transportasi dan komunikasi
Tingkat persaingan bisnis pupuk organic
Adanya isu degradasi lahan pertanian
Keberadaan produk subtitusi
Hubungan kemitraan dengan pihak LPS
Respon masyarakat sekitar tempat usaha terhadap
keberadaan usaha pupuk organik Koperasi Lisung
Kiwari
Keberadaan lembaga-lembaga penunjang
Peluang
2
3
4
√
1
Ancaman
2
3
4
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Tabel Penentuan Bobot Faktor Strategis Eksternal
Faktor A
Strategis
Eksternal
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
3
2
3
2
3
2
1
3
2
1
2
1
2
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
1
2
2
1
2
2
2
2
1
2
1
2
2
2
3
2
3
2
3
2
2
3
3
2
3
3
2
2
1
1
2
2
1
1
2
1
2
2
3
3
2
3
2
2
3
3
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
1
2
1
2
2
2
2
3
3
2
3
2
3
2
3
3
2
2
3
2
2
2
3
1
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
1
1
3
2
2
3
1
2
2
3
2
2
2
2
1
2
2
3
2
2
2
1
1
2
1
1
2
1
1
1
2
1
3
2
2
3
2
3
2
2
3
1
2
2
1
2
2
2
2
2
3
2
2
3
2
2
2
1
2
1
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
3
Total
Bobot
25
28
26
33
26
27
23
22
33
22
24
30
18
27
364
0,069
0,077
0,071
0,091
0,071
0,074
0,063
0,060
0,091
0,060
0,066
0,083
0,050
0,074
1,000
113
Tabel Perhitungan STAS untuk Prioritas Strategi
Faktor
Bobot
Strategi 1
Kunci Rata-Rata AS
0.065
I1
3
0.055
I2
3
0.071
I3
4
0.066
14
4
0.085
I5
4
0.061
I6
4
0.052
I7
1
0.053
I8
3
0.068
I9
4
0.041
I10
3
0.063
I11
3
0.061
I12
2
0.041
I13
4
0.084
I14
3
0.079
I15
3
0.055
I16
1
0.068
E1
3
0.08
E2
2
0.074
E3
3
0.093
E4
3
0.069
E5
4
0.071
E6
1
0.057
E7
3
0.056
E8
4
0.093
E9
4
0.061
E10
3
0.071
E11
3
0.078
E12
3
0.049
E13
1
0.08
E14
4
STAS
Strategi 2
Strategi 3
Strategi 4 Strategi 5
Strategi 6
Strategi 7
TAS
AS
Strategi 8
TAS
AS
TAS
AS
TAS
AS
TAS
AS
TAS
AS
0.195
4
0.260
4
0.260
4
0.260
3
0.195
2
0.130
3
0.195
4
0.260
0.165
2
0.110
3
0.165
4
0.220
3
0.165
2
0.110
3
0.165
2
0.110
0.284
3
0.213
4
0.284
1
0.071
3
0.213
1
0.071
1
0.071
4
0.284
0.264
3
0.198
3
0.198
2
0.132
3
0.198
2
0.132
2
0.132
4
0.264
0.340
3
0.255
4
0.340
2
0.170
4
0.340
4
0.340
2
0.170
4
0.340
0.244
2
0.122
3
0.183
2
0.122
4
0.244
3
0.183
1
0.061
3
0.183
0.052
4
0.208
3
0.156
2
0.104
3
0.156
1
0.052
3
0.156
2
0.104
0.159
1
0.053
3
0.159
2
0.106
3
0.159
2
0.106
1
0.053
4
0.212
0.272
3
0.204
4
0.272
3
0.204
4
0.272
4
0.272
4
0.272
3
0.204
0.123
1
0.041
1
0.041
3
0.123
2
0.082
1
0.041
3
0.123
2
0.082
0.189
4
0.252
4
0.252
3
0.189
1
0.063
2
0.126
2
0.126
2
0.126
0.122
3
0.183
4
0.244
2
0.122
3
0.183
3
0.183
1
0.061
1
0.061
0.164
3
0.123
2
0.082
3
0.123
4
0.164
3
0.123
4
0.164
4
0.164
0.252
2
0.168
4
0.336
2
0.168
4
0.336
4
0.336
2
0.168
3
0.252
0.237
4
0.316
2
0.158
3
0.237
4
0.316
2
0.158
3
0.237
3
0.237
0.055
3
0.165
3
0.165
3
0.165
2
0.110
4
0.220
1
0.055
2
0.110
0.204
3
0.204
3
0.204
2
0.136
3
0.204
3
0.204
2
0.136
3
0.204
0.160
2
0.160
3
0.240
1
0.080
4
0.320
2
0.160
2
0.160
3
0.240
0.222
2
0.148
3
0.222
1
0.074
4
0.296
2
0.148
1
0.074
2
0.148
0.279
1
0.093
4
0.372
3
0.279
4
0.372
4
0.372
4
0.372
3
0.279
0.276
4
0.276
4
0.276
2
0.138
3
0.207
4
0.276
2
0.138
1
0.069
0.071
2
0.142
2
0.142
2
0.142
2
0.142
2
0.142
2
0.142
2
0.142
0.171
3
0.171
1
0.057
3
0.171
3
0.171
2
0.114
3
0.171
3
0.171
0.224
4
0.224
4
0.224
3
0.168
4
0.224
4
0.224
3
0.168
4
0.224
0.372
4
0.372
4
0.372
4
0.372
4
0.372
4
0.372
4
0.372
4
0.372
0.183
2
0.122
2
0.122
2
0.122
2
0.122
3
0.183
2
0.122
3
0.183
0.213
1
0.071
2
0.142
3
0.213
4
0.284
2
0.142
3
0.213
2
0.142
0.234
4
0.312
3
0.234
4
0.312
3
0.234
3
0.234
3
0.234
3
0.234
0.049
2
0.098
1
0.049
1
0.049
2
0.098
4
0.196
1
0.049
1
0.049
0.320
4
0.320
3
0.240
4
0.320
2
0.160
3
0.240
3
0.240
4
0.320
6.095
5.584
6.191
5.092
6.402
5.590
TAS AS
TAS
4.800
5.770
114
Lampiran 4. Hasil Perhitungan Data Responden 3
Tabel Penentuan Peringkat Faktor Strategis Internal
No.
Faktor Strategis Internal
1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Kualitas dan kuantitas SDM
Organisasi perusahaan
Ketersediaan bahan baku
Ketersediaan sarana dan prasarana produksi
Kualitas produk
Tampilan dan kemasan produk meniadakan kesan “kotoran” dan
“sampah”
Kuantitas produksi relatif berfluktuasi
Tingkat kemudahan proses pembuatan bokhasi
Ketersediaan modal
Konsistensi pencatatan keuangan
Pemasaran yang mengandalkan bantuan dari LPS
Lokasi perusahaan
Penelitian dan pengembangan yang dilakukan unit usaha koperasi
Harga produk
Biaya produksi
Distribusi
Peringkat
2
3
4
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Tabel Penentuan Bobot Faktor Strategis Internal
Faktor
Strategis
Internal
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P
A
1
3
2
3
2
1
3
2
1
2
1
1
3
2
1
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P Total Bobot
3
1
1
2
1
2
1
1
1
1
2
2
2
2
2
3
2
3
2
3
3
1
1
2
1
3
2
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
2
2
2
1
3
2
3
3
3
3
2
2
3
1
2
3
3
3
3
3
3
3
2
3
2
3
3
1
1
2
1
2
1
1
1
1
1
2
1
1
2
1
2
1
2
2
1
1
1
1
2
1
1
2
3
2
3
2
3
3
2
3
2
1
2
3
1
3
3
3
3
3
2
2
3
1
2
1
2
1
3
3
2
2
3
2
1
2
1
1
1
1
1
2
2
1
3
2
2
3
1
1
1
1
1
3
3
2
2
1
1
1
1
1
1
1
2
2
1
1
2
1
1
1
1
1
3
2
1
2
1
1
2
2
1
3
3
2
1
1
2
2
2
3
3
1
1
2
1
1
3
3
2
3
3
2
3
3
3
2
1
2
2
2
1
3
3
1
3
3
3
2
1
1
32
26
38
32
42
36
27
33
24
17
27
25
17
41
39
24
480
0,067
0,054
0,079
0,067
0,088
0,075
0,056
0,069
0,050
0,35
0,055
0,052
0,035
0,085
0,081
0,050
1,000
115
Tabel Penentuan Peringkat Faktor Strategis Eksternal
No.
Faktor Strategis Eksternal
1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Adanya program pemerintah melalui Departemen
Pertanian yaitu “go organic 2010”
Kebijakan harga pupuk oleh pemerintah
Kebijakan impor pupuk
Tingkat permintaan pupuk organic
Kesadaran masyarakat akan pentingnya pertanian
organik serta kepedulian terhadap kesehatan
Fluktuasi perekonomian nasional
Perdagangan bebas
Perkembangan teknologi, baik produksi, informasi,
transportasi dan komunikasi
Tingkat persaingan bisnis pupuk organic
Adanya isu degradasi lahan pertanian
Keberadaan produk subtitusi
Hubungan kemitraan dengan pihak LPS
Respon masyarakat sekitar tempat usaha terhadap
keberadaan usaha pupuk organik Koperasi Lisung
Kiwari
Keberadaan lembaga-lembaga penunjang
Peluang
2
3
4
√
1
Ancaman
2
3
4
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Tabel Penentuan Bobot Faktor Strategis Eksternal
Faktor A
Strategis
Eksternal
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
2
2
3
3
1
1
1
3
2
2
3
1
3
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
2
2
2
1
1
1
1
2
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
2
3
1
2
1
2
1
1
1
1
2
3
2
3
2
2
1
2
3
2
3
2
2
2
3
1
2
2
2
1
2
2
3
3
3
2
1
3
3
2
3
3
3
3
2
2
3
2
3
3
3
3
1
2
2
2
2
2
1
1
2
2
1
2
1
2
3
2
1
1
1
2
1
1
2
1
2
3
1
1
1
1
3
2
2
2
1
2
1
2
1
1
2
1
2
1
1
2
1
1
1
3
2
2
1
2
2
2
2
3
2
1
1
2
2
1
3
3
3
2
1
3
3
2
2
3
2
3
1
2
1
1
2
2
1
1
2
2
1
3
1
2
3
Total
Bobot
25
31
29
35
28
23
19
17
35
26
25
24
16
31
364
0,069
0,085
0,080
0,096
0,077
0,063
0,052
0,047
0,096
0,071
0,069
0,066
0,044
0,085
1,000
116
Tabel Perhitungan STAS untuk Prioritas Strategi
Faktor
Bobot
Kunci Rata-Rata
0.065
I1
0.055
I2
0.071
I3
0.066
14
0.085
I5
0.061
I6
0.052
I7
0.053
I8
0.068
I9
0.041
I10
0.063
I11
0.061
I12
0.041
I13
0.084
I14
0.079
I15
0.055
I16
0.068
E1
0.08
E2
0.074
E3
0.093
E4
0.069
E5
0.071
E6
0.057
E7
0.056
E8
0.093
E9
0.061
E10
0.071
E11
0.078
E12
0.049
E13
0.08
E14
STAS
Strategi 1
Strategi 2 Strategi 3
Strategi 4
AS
TAS AS
TAS
3
0.195 4
0.260
4 0.260 4
3
0.165 3
0.165
3
0.213 3
3
Strategi 6
Strategi 7
AS
TAS
AS
TAS
0.260
4
0.260
2
0.130
3
0.195
3
0.195
3 0.165 4
0.220
3
0.165
2
0.110
3
0.165
1
0.055
0.213
4 0.284 2
0.142
4
0.284
1
0.071
2
0.142
3
0.213
0.198 3
0.198
4 0.264 2
0.132
4
0.264
1
0.066
2
0.132
3
0.198
4
0.340 2
0.170
4 0.340 2
0.170
4
0.340
4
0.340
2
0.170
4
0.340
4
0.244 2
0.122
3 0.183 2
0.122
1
0.052 4
0.208
3 0.156 2
0.104
4
0.244
3
0.183
1
0.061
3
0.183
3
0.156
1
0.052
3
0.156
2
0.104
3
0.159 1
0.053
3 0.159 2
0.106
4
0.212
2
0.106
1
0.053
4
0.212
4
0.272 4
0.272
4 0.272 4
0.272
4
0.272
4
0.272
4
0.272
3
0.204
3
0.123 1
0.041
2 0.082 3
0.123
2
0.082
1
0.041
3
0.123
1
0.041
2
0.126 2
0.126
4 0.252 2
0.126
2
0.126
3
0.189
2
0.126
2
0.126
2
0.122 3
0.183
4 0.244 2
0.122
3
0.183
3
0.183
2
0.122
1
0.061
4
0.164 4
0.164
1 0.041 3
0.123
4
0.164
3
0.123
4
0.164
4
0.164
3
0.252 2
0.168
4 0.336 2
0.168
4
0.336
3
0.252
2
0.168
3
0.252
3
0.237 4
0.316
3 0.237 3
0.237
4
0.316
2
0.158
3
0.237
3
0.237
2
0.110 3
0.165
4 0.220 2
0.110
2
0.110
4
0.220
1
0.055
2
0.110
4
0.272 4
0.272
4 0.272 2
0.136
4
0.272
3
0.204
2
0.136
3
0.204
2
0.160 2
0.160
3 0.240 1
0.080
4
0.320
2
0.160
2
0.160
2
0.160
3
0.222 2
0.148
3 0.222 1
0.074
4
0.296
2
0.148
1
0.074
2
0.148
4
0.372 1
0.093
4 0.372 3
0.279
4
0.372
3
0.279
4
0.372
3
0.279
3
0.207 4
0.276
4 0.276 2
0.138
3
0.207
4
0.276
2
0.138
2
0.138
1
0.071 3
0.213
3 0.213 2
0.142
2
0.142
2
0.142
3
0.213
2
0.142
3
0.171 3
0.171
3 0.171 2
0.114
3
0.171
2
0.114
3
0.171
3
0.171
4
0.224 4
0.224
4 0.224 3
0.168
4
0.224
4
0.224
3
0.168
4
0.224
4
0.372 4
0.372
4 0.372 4
0.372
4
0.372
4
0.372
4
0.372
4
0.372
3
0.183 2
0.122
3 0.183 2
0.122
2
0.122
3
0.183
2
0.122
3
0.183
3
0.213 1
0.071
2 0.142 3
0.213
4
0.284
3
0.213
3
0.213
3
0.213
4
0.312 3
0.234
3 0.234 3
0.234
3
0.234
3
0.234
3
0.234
3
0.234
1
0.049 3
0.147
1 0.049 1
0.049
2
0.098
4
0.196
1
0.049
1
0.049
4
0.320 4
0.320
3 0.240 3
0.240
2
0.160
3
0.240
4
0.320
4
6.705
4.898
5.647
6.788
TAS AS TAS
Strategi 8
AS
6.120
AS TAS AS TAS
Strategi 5
5.481
5.083
0.320
5.532
117
Lampiran 5. Perhitungan Peringkat dan Bobot Rata-rata Faktor Strategis Internal
Tabel Perhitungan Rating Rata-rata Faktor Internal
Faktor-faktor Strategis Internal
Rating Faktor-faktor Strategis Internal
Responden 1 Responden 2 Responden 3 Rata-rata
Kekuatan
Ketersediaan bahan baku
Ketersediaan sarana dan prasarana produksi
Kualitas produk
Tampilan dan kemasan produk dari kesan “limbah”
Kemudahan proses pembuatan bokhasi
Lokasi perusahaan
Harga produk
Biaya produksi
Distribusi
Kelemahan
Kualitas dan kuantitas SDM
Organisasi perusahaan
Kuantitas produk berfluktuasi
Ketersediaan modal
Konsistensi pencatatan keuangan
Pemasaran yang mengandalkan peran LPS
Penelitian dan pengembangan
4
4
4
3
3
4
4
4
4
3
3
4
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
3
4
4
4
4
3,7
3,7
4,0
3,7
3,3
3,7
4,0
4,0
3,7
2
2
1
2
2
2
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
2
1,7
2,0
1,3
1,7
2,0
2,0
1,7
Tabel Perhitungan Bobot Rata-rata Faktor Internal
Faktor-faktor Strategis Internal
Bobot Faktor-faktor Strategis Internal
Responden 1 Responden 2 Responden 3 Rata-rata
Kekuatan
Ketersediaan bahan baku
Ketersediaan sarana dan prasarana produksi
Kualitas produk
Tampilan dan kemasan produk dari kesan “limbah”
Kemudahan proses pembuatan bokhasi
Lokasi perusahaan
Harga produk
Biaya produksi
Distribusi
Kelemahan
Kualitas dan kuantitas SDM
Organisasi perusahaan
Kuantitas produk berfluktuasi
Ketersediaan modal
Konsistensi pencatatan keuangan
Pemasaran yang mengandalkan peran LPS
Penelitian dan pengembangan
Jumlah
0,063
0,063
0,083
0,048
0,046
0,065
0,083
0,076
0,060
0,067
0,067
0,083
0,060
0,054
0,065
0,085
0,081
0,054
0,079
0,067
0,088
0,075
0,069
0,052
0,085
0,081
0,050
0,071
0,066
0,085
0,061
0,053
0,061
0,084
0,079
0,055
0,065
0,060
0,054
0,079
0,044
0,065
0,046
1,000
0,063
0,050
0,046
0,076
0,040
0,069
0,040
1,000
0,067
0,054
0,056
0,050
0,035
0,055
0,035
1,000
0,065
0,055
0,052
0,068
0,041
0,063
0,041
1,000
118
Lampiran 6. Perhitungan Peringkat dan Bobot Rata-rata Faktor Strategis
Eksternal
Tabel Perhitungan Rating Rata-rata Faktor Eksternal
Faktor-faktor Strategis Eksternal
Rating Faktor-faktor Strategis Eksternal
Responden 1 Responden 2 Responden 3 Rata-rata
Peluang
Program pemerintah “go organic 2010”
Kebijakan harga pupuk
Kebijakan impor pupuk
Tingkat permintaan pupuk organic
Kesadaran masyarakat akan pentingnya pertanian organik
Perkembangan teknologi, baik produksi, informasi,
transportasi dan komunikasi
Adanya isu degradasi lahan pertanian
Hubungan kemitraan dengan pihak LPS
Keberadaan lembaga-lembaga penunjang
Ancaman
Fluktuasi perekonomian nasional
Perdagangan bebas
Tingkat persaingan bisnis pupuk organic
Keberadaan produk subtitusi
Respon masyarakat sekitar tempat usaha terhadap
keberadaan usaha pupuk organik Koperasi Lisung Kiwari
2
3
3
4
2
3
4
3
3
4
4
2
4
2
3
3
3
1
3,3
2,7
3,0
3,7
3,0
2,0
1
2
3
2
3
2
3
2
1
2,0
2,3
2,0
3
3
3
2
2
3
3
4
2
2
3
3
2
1
1
3,0
3,0
3,0
1,7
1,7
Tabel Perhitungan Bobot Rata-rata Faktor Eksternal
Faktor-faktor Strategis Eksternal
Bobot Faktor-faktor Strategis Eksternal
Responden 1 Responden 2 Responden 3 Rata-rata
Peluang
Program pemerintah “go organic 2010”
Kebijakan harga pupuk
Kebijakan impor pupuk
Tingkat permintaan pupuk organic
Kesadaran masyarakat akan pentingnya pertanian organik
Perkembangan teknologi, baik produksi, informasi,
transportasi dan komunikasi
Adanya isu degradasi lahan pertanian
Hubungan kemitraan dengan pihak LPS
Keberadaan lembaga-lembaga penunjang
Ancaman
Fluktuasi perekonomian nasional
Perdagangan bebas
Tingkat persaingan bisnis pupuk organic
Keberadaan produk subtitusi
Respon masyarakat sekitar tempat usaha terhadap
keberadaan usaha pupuk organik Koperasi Lisung Kiwari
0,067
0,077
0,070
0,093
0,060
0,060
0,069
0,077
0,071
0,091
0,071
0,060
0,069
0,085
0,080
0,096
0,077
0,047
0,068
0,080
0,074
0,093
0,069
0,056
0,052
0,085
0,082
0,060
0,083
0,074
0,071
0,066
0,085
0,061
0,078
0,080
0,077
0,055
0,093
0,077
0,052
0,074
0,063
0,091
0,066
0,050
0,063
0,052
0,096
0,069
0,044
0,071
0,057
0,093
0,071
0,049
Jumlah
1,000
1,000
1,000
1,000
119
Lampiran 7. Tabel Perhitungan Nilai STAS Rata-rata
Alternatif Strategi Responden 1 Responden 2
STAS Strategi 1
6.391
6.095
STAS Strategi 2
5.747
5.584
STAS Strategi 3
6.400
6.191
STAS Strategi 4
4.982
5.092
STAS Strategi 5
6.674
6.402
STAS Strategi 6
5.726
5.590
STAS Strategi 7
5.224
4.800
STAS Strategi 8
5.622
5.770
Responden 3
6.120
5.647
6.705
4.898
6.788
5.481
5.083
5.532
Rata-rata
6.202
5.659
6.432
4.991
6.621
5.599
5.036
5.641
Prioritas
3
4
2
8
1
6
7
5
120
Lampiran 8. Lay out tempat produksi
4
30 cm
3
2
1
5m
2,5 m
10 m
8m
4m
Gudang 1
Gudang 2
6m
Petak 1
14 m
10 m
Petak 2
Lantai
Petak 3
2,5 m
Penjemuran
Petak 4
5m
13 m
121
Lampiran 9. Dokumentasi Pelaksanaan Turun Lapang
P3S LPS
Mesin Chooper
Lokasi Produksi Arang Sekam
Pencampuran Bahan
Penyiraman Larutan Molase
Pengadukan
122
Adonan Pupuk OFER
Pengayakan
Pembungkusan
Pengemasan
123
Download