Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Umum Perbankan Di Indonesia
Perbankan secara umum merupakan lembaga keuangan yang melakukan
kegiatan berupa pengumpulan dana masyarakat dan menyalurkannya kembali
kepada masyarakat dalam berbagai bentuk. Di Indonesia sendiri bank merupakan
prime resource (sumber utama) pembangunan. Pengertian perbankan menurut UU
No.10 Tahun 1998 tentang perubahan atas UU No.7 Tahun 1992 tentang
perbankan Bab I pasal 1 adalah sebagai berikut :
Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank,
mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya.
2.1.1 Pengertian Bank
Bank adalah suatu industri yang bergerak dibidang jasa yang dalam hal ini
adalah sebagai media perantara keuangan antara debitur dan kreditur. Bank
menerima simpanan dana dari pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana
(misalnya: dalam bentuk tabungan, giro dan deposito) dan menyalurkannya
kepada pihak-pihak yang memerlukan dana dalam bentuk pinjaman. Pihak yang
memiliki kelebihan dana akan menerima tingkat pengembalian tertentu dari pihak
bank sebagai imbalannya yang dikenal dengan nama bunga. Disisi lain, pihak
yang menggunakan dana dari bank harus membayar bunga ke bank.
Dalam UU perbankan No.7 Tahun 1992 sebagaimana telah dirubah dalam
UU perbankan No.10 Tahun 1998 menyebutkan bahwa :
“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak”.
Sedangkan Ikatan Akuntan Indonesia dalam PSAK No.31 (1994 : 31.1)
mengenai akuntansi perbankan disebutkan sebagai berikut:
” Bank adalah suatau lembaga yang berperan sebagai perantara
keuangan (Financial Intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki
kelebihan dana (surplus Unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan
dana (deficit Unit) serta lembaga yang berfungsi memperlancar lalulintas pembayaran”.
Pengertian bank menurut Muchdarsyah Sinungan (1999 : 3) adalah :
”Bank adalah suatu lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan
peredaran uang”.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pada
dasarnya bank merupakan suatu lembaga keuangan yang mempunyai fungsi
sebagai mediator atau perantara bagi lalu-lintas uang, yaitu dengan cara
menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana, dalam bentuk simpanan
dan kemudian mengelola dana tersebut dengan cara meminjamkan kepada
masyarakat yang memerlukan dana.
2.1.2 Fungsi Bank
Dalam
Undang-undang
No.
7
tahun
1992
sebagaimana
telah
disempurnakan menjadi Undang-undang No. 10 tahun 1998 disebukan bahwa
fungsi utama perbankan adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana
masyarakat.
Sedangkan Susilo et al (2000 : 6) menyatakan secara spesifik bank dapat
berfungsi sebagai :
a. Agent of trust
Dasar utama kegiatan perbankan adalah trust atau kepercayaan baik dalam hal
penghimpunan dana maupun penyaluran dana masyarakat. Masyarakat akan
mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi unsur kepercayaan.
Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak disalah gunakan oleh bank,
uangnya akan dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut dan juga
percacaya bahwa pada saat yang dijanjikan masyarakat dapat menarik
simpanannya. Pihak bank sendiri akan mau menempatkan atau menyalurkan
dananya kepada debitur atas landasan kepercayaan. Pihak bank percaya bahwa
debitur
tidak
akan
menyalahgunakan
pinjamannya.
Debitur
akan
mengelolanya dan mampu membayar pada saat jatuh tempo.
b. Agent of development
Sektor dalam kegiatan perekonomian masyarakat yaitu sektor riil dan sektor
moneter tidak dapat dipisahkan. Kedua sektor tersebut berinteraksi saling
mempengaruhi satu sama lain. Sektor riil tidak dapat bekerja apabali sektor
moneter tidak dapat bekerja dengan baik. Tugas bank sebagai penghimpun
dan penyalur dana sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan perekonomian
disektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan
investasi, distribusi dan konsumsi barang dan jasa, mengigat semua kegiatan
investasi, distribusi dan konsumsi selalu berkaitan dengan penggunaan uang.
Kegiatan investasi, distribusi dan konsumsi tidak lain adalah kegiatan
pembangunan ekonomi masyarakat.
c. Agent of services
Disamping melakukan kegiatan pengimpunan dan penyaluran dana, bank juga
memberikan penawaran jasa-jasa perbankan yang lain kepada masyarakat.
Jasa-jasa yang ditawarkan bank erat kaitannya dengan perekonomian
masyarakat secara umum. Jasa-jasa bank ini antara lain dapat berupa jasa
pengiriman uang, jasa penitipan barang berharga, jasa pemberian jaminan
bank.
2.1.3 Jenis-Jenis Bank
Jenis bank dapat dilihat dari berbagai sudut pandang dimana jenis bank
tersebut menjadi berbeda-beda dan banyak macamnya. Dalam bagian ini akan
dibahas tentang bank menurut fungsi, kepemilikan, kemampuan untuk melakukan
transaksi valuta asing, penciptaan uang giral dan berdasarkan cara menentukan
harga.
Jenis bank berdasarkan fungsinya :
1. Bank Sentral
Bank sentral di Indonesia, yakni Bank Indonesia, yang memiliki fungsi utama
antara lain , mengatur, menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah dan
mengawasi seluruh bank yang beroperasi di Indonesia.
2. Bank Umum
Bank umum adalah bank yang dalam pengumpulan dananya terutama
menerima simpanan dalam bentuk deposit dan giro. Tugas utama bank ini
adalah memberikan kredit jangka pendek.
3. Bank Tabungan
Bank tabungan merupakan bank yang dalam mengumpulkan dananya
terutama menerima simpanan dalam bentuk tabungan. Tugas utama bank ini
adalah menanam kembali dana yang dihimpun dalam bentuk surat berharga.
4. Bank Pembangunan
Bank tabungan merupakan bank yang dalam mengumpulkan dananya
terutama menerima simpanan dalam bentuk deposito atau mengeluarkan surat
berharga jangka menengah dan jangka panjang pada bidang pembangunan.
5. Bank Umum lainnya yang mengkhususkan diri pada kegiatan tertentu
Pendirian bank ini dimungkinkan oleh ketentuan pasal 5 ayat 2 UU perbankan
tahun 1992. Kegiatan tertentu yang dimaksud adalah antara lain : pembiayaan
jangka panjang, pembiayaan pengembangan koperasi dan pengusaha lemah,
pengembangan ekspor non migas, dan pengembangan pembangunan
perumahan.
Jenis bank berdasarkan kepemilikannya :
1. Bank Pemerintah atau Bank BUMN
Bank pemerinatah atau BUMN Adalah bank yang seluruh sahamnya dimiliki
oleh pemerintah atau negara.
2. Bank Pembangunan Daerah
Bank pembangunan daerah terdapat pada setiap daerah tingkat I, bank ini
didirikan berdasarkan UU No.13 Tahun 1962 pasal 3 dan 7.
3. Bank Swasta Nasional
Bank swasta nasional adalah bank yang seluruh sahamnya dimiliki oleh pihak
swasta. Bank swasta dapat dibedeakan menjadi dua golongan berdasarkan
kemampuannya melakukan transaksi internasional dan transaksi valas, yaitu :
•
Bank devisa, yaitu bank yang dapat mengadalan transaksi internasional
seperti ekspor-impor, jual beli valas dan lain-lain.
•
Bank non devisa, yaitu bank yang tidak mengadakan transaksi
internasional, bank ini dapat meningkatkan statusnya menjadi bank devisa
setelah syarat-syarat untuk itu dipenuhi.
4. Bank Asing
Bank asing adalah bank yang usahanya dimiliki oleh pihak asing, untuk jenis
ini mereka hanya membuka cabang di Indonesia dan kantor pusatnya terdapat
di luar negeri.
5. Bank Campuran
Bank campuran adalah bank sebagian sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan
sebagian lagi oleh pihak swasta nasional.
6. Bank Koperasi
Bank koperasi adalah bank yang modalnya berasal dari perkumpulan koperasi.
Jenis Bank berdasarkan penciptaan uang giral
1. Bank Primer, yakni bank yang dapat menciptakan uang giral.
2. Bank Sekunder, yakni bank yang bertugas sebagai perantara penyalur kredit.
2.1.4
Kegiatan Perbankan
Dalam menjalankan usahanya sebagai lembaga keuangan, kegiatan bank
sehari-hari tidak terlepas dari bidang keuangan. Sama seperti halnya perusahaan
lainnya, kegiatan perbankan secara sederhana dapat kita katakan sebagai tempat
melayani segala kebutuhan nasabahnya. Para nasabah datang silih berganti baik
sebagai pembeli jasa atau penjual jasa yang ditawarkan. Hal ini sesuai dengan
kegiatan utama bank yaitu membeli uang dari masyarakat (menghimpun dana)
melalui simpanan dan kemudian menjual uang yang diperoleh dari penghimpunan
dana dengan cara (menyalurkan dana) kepada masyarakat umum dalam bentuk
kredit atau pinjaman.
Dewasa ini kegiatan-kegiatan perbankan yang ada di Indonesia terutama
kegiatan bank umum adalah sebagai berikut:
1. Menghimpun dana dari masyarakat (Funding) dalam bentuk:
a. Simpanan Giro (Demand Deposit) yang merupakan simpanan pada bank
dimana penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan
cek atau bilyet giro.
b. Simpanan Tabungan (Saving Deposit) yaitu simpanan pada bank yang
penarikannya dapat dilakukan sesuai perjanjian antara bank dengan
nasabah dan penarikannya dengan menggunakan slip penarikan, buku
tabungan, kartu ATM atau sarana penarikan lainnya.
c.
Simpanan Deposito (Time Deposit) merupakan simpanan pada bank yang
penarikannya sesuai jangka waktu (jatuh tempo) dan dapat ditarik dengan
bilyet giro atau sertifikat deposito.
2. Menyalurkan dana ke masyarakat (Lending) dalam bentuk kredit seperti:
a. Kredit investasi merupakan kredit yang diberikan kepada para investor
untuk investasi yang penggunaannya jangka panjang.
b. Kredit modal kerja merupakan kredit yang diberikan untuk membiayai
kegiatan suatu usaha dan biasanya bersifat jangka pendek guna
memperlancar transaksi perdagangan.
c. Kredit perdagangan merupakan kredit yang diberikan kepada para
pedagang baik agen-agen maupun pengecer.
d. Kredit konsumtif merupakan kredit yang digunakan untuk dikonsumsi
atau dipakai untuk keperluan pribadi.
e. Kredit produktif merupakan kredit yang digunakan untuk menghasilkan
barang dan jasa.
3. Memberikan jasa-jasa lainnya (services) antara lain:
a. Menerima setoran-setoran seperti;
Pembayaran pajak
Pembayaran telepon
Pembayaran air
Pembayaran listrik
Pembayaran uang kuliah
b. Melayani pembayaran-pembayaran seperti;
Gaji/ pensiun /honorarium
Pembayaran deviden
Pembayaran kupon
Pembayaran bonus/ hadiah
c. Di dalam pasar modal perbankan dapat memberikan atau menjadi;
Penjamin emisi (underwriter)
Penaggung (guarantor)
Wali amanat (trustee)
Perantara perdagangan efek (pialang/broker)
Pedagang efek (dealer)
Perusahaan pengelola dana (investment company)
d. Transfer (Kiriman Uang) merupakan jasa kiriman uang antar bank baik
antar bank yang sama maupun bank yang berbeda.
e. Inkaso (collection) merupakan jasa penagihan warkat antar bank yang
berasal dari luar kota berupa cek, bilyet giro atau surat-surat berharga
lainnya yang baik berasal dari warkat bank dalam negeri maupun luar
negeri.
f. Kliring (clearing) merupakan jasa penarikan warkat (cek atau bilyet giro)
yang berasal dari dalam satu kota, termasuk transfer dalam kota antar
bank.
g. Safe Deposit Box merupakan jasa penyimpanan dokumen, berupa suratsurat atau benda berharga.
h. Bank Card merupakan jasa penerbitan kartu-kartu kredit yang dapat
digunakan dalam berbagai transaksi dan penarikan uang tunai di ATM.
i.
Bank Notes (Valas) merupakan kegiatan jual beli mata uang asing.
j.
Bank garansi merupakan jaminan yang diberikan kepada nasabah dalam
pembiayaan proyek tertentu.
k. Referensi bank merupakan surat referensi yang dikeluarkan oleh bank.
l.
Bank draft merupakan wesel yang diterbitkan oleh bank.
m. Letter of credit (L/C) merupakan jasa yang diberikan dalam rangka
mendukung kegiatan transaksi ekspor impor.
n. Cek wisata merupakan cek perjalanan yang biasa digunakanoleh para turis
dan dibelanjakan diberbagai tempat perbelanjaan.
2.1.5 Sumber Dana Bank
Pengertian sumber dana bank adalah usaha bank dalam menghimpun dana
dari masyarakat. Perolehan dana ini tergantung dari bank itu sendiri, apakah dari
simpanan masyarakat atau lembaga lainnya. Kemudian untuk membiayai
operasinya, dana dapat pula diperoleh dari modal sendiri, yaitu dengan
mengeluarkan atau menjual saham. Secara garis besar sumber dana bank dapat
diperoleh dari:
1. Dari bank itu sendiri (Dana pihak ke-1)
Perolehan dana dari sumber bank itu sendiri (modal sendiri) maksudnya
adalah dana yang diperoleh dari dalam bank. Adapun pencarian dana yang
bersumber dari bank itu sendiri terdiri dari:
a. Setoran modal dari para pemegang saham yaitu, merupakan modal dari
para pemegang saham lama atau pemegang saham baru.
b. Cadangan laba, yaitu laba yang setiap tahun dicadangkan oleh bank dan
sementara waktu Belum digunakan.
c. Laba bank yang belum dibagi, merupakan laba tahun berjalan tapi belum
dibagikan ke para pemegang saham.
Keuntungan dari sumber dana sendiri adalah tidak perlu membayar bunga
yang relatif lebih besar daripada jika meminjam ke lembaga lain. Keuntungan
lainnya adalah mudah untuk memperoleh dana yang diinginkan (relatif kecil).
2. Dari lembaga lainnya (Dana pihak ke-2)
Perolehan dana dari sumber ini dapat diperoleh dari:
1
Bantuan likuiditas Bank Indonesia (BLBI), merupakan kredit yang diberikan
Bank Indonesia kepada bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditasnya.
2
Pinjaman antar bank (Call Money). Biasanya pinjaman ini diberikan kepada
bank-bank yang mengalami kalah kliring di dalam lembaga kliring dan tidak
mampu membayar kekalahannya. Pinjaman ini bersifat jangka pendek dengan
bunga yang relatif tinggi. Instrumen yang digunakan terdiri dari sertifikat
deposito, promes, SPBU (surat berharga pasar uang).
3
Pinjaman dari bank-bank luar negeri.
4
Modal subordinasi yaitu pinjaman yang diperoleh berdasarkan perjajnjian
antar bank dengan pihak lain yang hanya dapat dilunasi apabila bank telah
memenuhi kewajiban tertentu, dan hak tagihnya berlaku paling akhir dari
semua simpanan dan pinajaman yang diterima bila terjadi likuidasi.
5
Dana dari LKBB yang seringkali tidak berbentuk pinjaman atau kredit
melainkan surat berharga yang dapat diperjual beliakan sebelum jatuh tempo.
6
Modal pinjaman yang berupa capiatal notes, loan stock atau warkat.
3. Dari masyarakat luas (Dana pihak ke-3)
Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi
bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai
operasinya dari sumber dana ini. Pencarian dana dari sumber ini relatif lebih
mudah jika dibandingkan sumber lainnya. Mudah dikarenakan asal dapat memberi
bunga yang relatif lebih tinggi dan dapat memberikan fasilitas menarik lainnya
sperti hadiah dan pelayanan yang memuaskan menarik dana dari sumber ini tidak
terlalu sulit. Kemudian keuntungan lainnya dana yang tersedia dimasyarakat tidak
terbatas. Kerugiannya adalah sumber dana dari sumber ini relatif lebih mahal jika
dibandingkan dengan dana sendiri baik untuk biaya bunga maupun biaya promosi.
Sumber dana dari masyarakat luas terdiri dari:
Simpanan Giro
Pengertian giro menurut undang-undang perbankan Nomor 10 tahun 1998
tanggal 10 November 1998 adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan
setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran
lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.
Dapat ditarik setiap saat, maksudnya bahwa uang yang sudah disimpan di
rekening giro tersebut dapat ditarik berkali-kali dalam sehari dengan catatan dana
yang tersedia masih mencukupi. Kemudian harus memenuhi persyaratan lain yang
ditetapkan oleh bank yang bersangkutan.
Pengertian cek adalah surat perintah tanpa syarat dari nasabah kepada
bank yang memelihara rekening giro nasabah tersebut, untuk membayar sejumlah
uang kepada pihak yang disebutkan di dalam cek atau kepada pembawa cek.
Jenis-jenis cek yang terdapat di masyarakat dewasa ini antara lain:
a. Cek Atas Unjuk
Yaitu cek yang tidak tertulis nama seseorang atau badan tertentu di dalam
cek tersebut.
b. Cek Atas Nama
Merupakan cek yang diterbitkan atas nama orang atau badan tertentu yang
tertulis jelas dalam cek tersebut.
c. Cek Silang
Merupakan cek yang dipojok kiri atas diberi dua tanda silang. Cek tersebut
berfungsi sebagai pemindahbukuan bukan tunai dan fungsinya sama
dengan bilyet giro.
d. Cek Mundur
Merupakan cek yang diberi tanggal mundur dari sekarang.
e. Cek Kosong
Yaitu cek yang dananya tidak tersedia artinya jumlah dana yang tertulis di
dalam cek tidak dapat dibayar karena dana yang ada di rekening giro
jumlahnya lebih kecil.
Simpanan Tabungan
Pengertian tabungan menurut Undang-Undang Perbankan nomor 10 tahun
1998 adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-
syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro
dan atau alat linnya yang dipersamakan dengan itu.
Ada beberapa alat penarikan tabungan, hal ini tergantung dari persyaratan
bank masing-masing. Alat-alat yang dimaksud adalah:
1. Buku Tabungan
Kepada setiap penabung biasanya diberikan buku tabungan. Di dalam buku
tabungan
berisi
catatn
saldo
tabungan,
penarikan,
penyetoran
dan
pembebanan-pembebanan yang mungkin terjadi.
2. Slip Penarikan
Merupakan formulir penarikan dimana nasabah cukup menulis nama, nomer
rekening, jumlah uang serta tanda tangan nasabah untuk menarik sejumlah
uang. Slip penarikan biasanya digunakan bersamaan dengan buku tabungan.
3. Kartu ATM
Yaitu sejenis kartu kredit yang terbuat dari plastik yang dapat digunakan
untuk menarik sejumlah uang dari tabungannya baik uang yang ada di bank
maupun mesin ATM.
Simpanan Deposito
Pengertian deposito menurut undang-undang No.10 tahun 1998 adalah
simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank.
Berikut ini jenis-jenis deposito yang ada di Indonesia dewasa ini:
a. Deposito Berjangka
Merupakan deposito yang diterbitkan dengan jenis waktu tertentu. Deposito
berjangka diterbitkan atas nama perorangan maupun lembaga.
b. Sertifikat Deposito
Sama seperti halnya deposito berjangka, sertifikat deposito merupakan
deposito yang diterbitkan dengan jangka waktu 2,3,6,dan12 bulan hanya
perbedaannya sertifikat deposito diterbitkan atas unjuk dalam bentuk sertifikat
dan dapat diperjual belikan atau dipindahtangankan kepada pihak lain.
Perbedaan lain adalah pencairan bunga sertifikat deposito dapat dilakukan
dimuka, baik tunai maupun non tunai, disamping setiap bulan akan jatuh
tempo.
c. Deposit On Call
Merupakan deposito yang digunakan untuk deposan yang memiliki jumlah
uang yang sangat besar dan sementara waktu belum digunakan. Penerbitan
DOC memiliki jangka waktu minimal 7 hari dan paling lama kurang dari 1
bulan. DOC diterbitkan atas nama.
2.1.5.1
Pengalokasian Dana
Sumber dana yang berhasil dihimpun kemudian dialopkasikan
sedemikian
rupa
berdasarkan
rencana
alokasi
dengan
memperhatikan
kebijakansanaan yang telah digariskan dengan tujuan :
1. Mencapai tingkat profitabilitas yang besar.
2. mempertahankan kepercayaan masyarakat dengan menjaga agar posisi
likuiditasnya tetap aman.
Penggunaan dana bank secara umum dibagi menjadi 2 bagian :
1. Non Earning Asset (Aktiva yang tidak menghasilkan)
Merupakan penempatan dana olah bank dalam asset yang tidak memberikan
keuntungan secara finansial, akan tetapi penempatan itu harus dilakukan oleh
bank umum untuk memenuhi kewajibannya kepada nasbah dan untuk
kepentingan bank sendiri. Penanaman tersebut terdiri dari :
a. Primary reserve (cadangan primer) yaitu cadangan utama vyang wajib
dipelihara oleh bank demi memenuhi kewajiban likuiditasnya. Terdiri dari
:
1. kas fisik yang disimpan bank
2. saldo giro dari Bank Indonesia.
b. Inventaris pada aktiva tetap, dengan tujuan sebagai sarana dan prasarana
yang mendukung operasional bank.
2. Earning Asset (Aktiva yang menghasilkan)
Merupakan penempatan dana oleh bank dalam asset yang menghasilkan
pendapatan untuk menutup biaya-biaya yang dikeluarkan oleh bank. Dari
aktiva inilah bank mengharapkan adanya selisih (margin) dari kegiatan
pengumpulan dan penyaluran dana. Penanaman ini terdiri dari :
a. Secondary reserve, merupakan penempatan dana bukan hanya untuk
menghasilkan keuntungan, akan tetapi dimaksudkan sebagai cadangan
penyangga (buffer) posisi primary reserve contoh : SBPU, sertifikat BI,
commercial papper, call money.
b. Pinjaman yang diberikan yaitu penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam meminjam antar bank dengan pihak lain, yang mewajibkan pihak
peminjam untuk meluinasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan yang bersifat
langsung atau tidak langsung.
c. Investasi dana jangka panjang, merupakan urutan terakhir dalam
penempatan dana karena pada kondisi ini bank memiliki kelebihan dana
sehinnga digunakan untuk investasi agar dapat memberi keuntungan.
2.2.
Kredit
Kredit merupakan hal yang essensial dalam dunia perekonomian karena
perkembangan yang cepat, maka permasalahan yang menyangkut kredit berkaitan
erat dengan masalah perekonomian.
2.2.1
Pengertian Kredit
Pengertian kredit menurut Undang-Undang Perbankan nomor 10 tahun
1998 adalah:
”penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.
Undang-undang tentang pokok perbankan diatas, menunjukkan jelasnya
hukum antara kreditur dengan debitur yang meliputi haknya disatu pihak dan
kewajiban dipihak lain, termasuk jumlah, waktu dan suku bunga dalam perbankan
secara tertulis.
Dengan kata lain kredit merupakan suatu benda yang intangible yang pada
dewasa ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam rangka pendorong dan
melancarkan perdagangan, produksi, jasa-jasa dan konsumsi yang semuanya itu
pada akhirnya ditujukan untuk menaikkan taraf hidup orang banyak.
Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam kredit menurut H. Moh.
Tjoekam (1999 : 2) adalah sebagai berikut:
1. Kepercayaan
Adalah keyakinan dari kreditur bahwa prestasi yang diberikan akan benarbenar dikembalikan oleh debitur dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
kesepakatan
2. Kreditur
Adalah orang atau suatu badan yang memiliki prestasi dan bersedia
memberikan pinjaman kepada debitur.
3. Debitur
Adalah orang yang membutuhkan prestasi dan berkewajiban mengembalikan
prestasi berikut kontra prestasinya.
4. Kesepakatan
Suatu konsensus mengenai simpan pinjam antara kreditur dengan debitur.
5. Jangka Waktu
Adalah suatu masa antara penyerahan prestasi oleh kreditur dengan saat
pengembalian prestasi berikut kontra prestasinya.
6. Resiko
Adalah tingkat resiko yang dihadapi akibat adanya jangka waktu yang
memisahkan antara pemberiam kredit dengan kontra prestasinya, semakin
lama kredit diberikan semakin tinggi resikonya.
7. Prestasi atau kontra prestasi
Prestasi adalah obyek kredit yang diberikan dalam bentuk uang sedangkan
kontra prestasi adalah balas jasa debitur kepada kreditur berupa bunga,
imbalan atau pembagian hasil keuntungan.
2.2.2 Tujuan Kredit
Tujuan utama pemberian kredit menurut Kashmir (2002 : 96) antara lain :
a. Mencari keuntungan
Yaitu bertujuan memperoleh hasi dari pemberian kredit tersebut. Hasil
tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima bank sebagai balas jasa
biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah.
b. Membantu usaha nasabah
Tujuan lainnya untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik
dana investasi maupaun dana modal kerja. Dengan dana tersebut akan dapat
mengembangkan dan memperluas usahanya.
c. Membantu pemerintah
Bagi pemerintah semakin banyak kredit yangv disalurkan oleh pihak bank
berarti adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor. Keuntungan bagi
pemerintah adalah :
Penerimaan pajak dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan bank.
Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini untukm kredit pembangunan
usaha baru atau perluasan uasaha akan membutuhkan tenaga kerja baru
sehingga mengurangi pengangguran.
Meningkatkan jumlah barang dan jasa.
Menghemat
devisa
negara
terutama
untuk
produk-produk
yang
sebelumnya diimpor dan apabila sudah dapat diproduksi di dalam negeri
dengan fasilitas kredit yang ada tentunya akan menghemat devisa.
Meningkatkan devisa negara, apabila produk yang dibiayai dari kredit
untuk keperluan ekspor.
2.2.3 Fungsi Kredit
Fungsi kredit pada dasarnya ialah pemenuhan jasa untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dalam rangka melancarkan perdagangan, mendorong dan
melancarkan produksi, jasa-jasa dan bahkan konsumsi yang kesemuanya itu pada
akhirnya ditujukan untuk menaikkan taraf hidup rakyat banyak.
Menurut H. Rachmat Firdaus (2003 : 5) fungsi kredit adalah sebagai
berikut :
Kredit dapat memajukan arus tukar menukar barang dan jasa. Dengan adanya
kredit, lalu-lintas pembayaran barang dan jasa dapat terus berlangsung.
Kredit dapat mengaktifkan alat pembayaran yang idle. Terjadinya kredit
disebabkan oleh adanya golongan yang berlebih dan golongan yang
kekurangan. Maka dari golongan yang berlebih ini akan terkumpul sejumlah
dana yang tidak digunakan (idle). Dana yang idle tersebut jika dipinjamkan
kepada golongan yang kekurangan akan berubah menjadi dana yang efektif.
Kredit dapat menciptakan alat pembayaran baru.
Kredit sebagai alat pengendali harga. Andaikata diperlukan adanya perluasan
jumlah uang yang beredar di masyarakat, maka salah satu caranya ialah
dengan mempermudah dan mempermurah pemberian kredit perbankan kepada
masyarakat. Dan andaikata dirasakan adanya keperluan untuk mempersempit
jumlah uang yang beredar diusahakan adanya pembatasan.
Kredit dapat mengaktifkan dan meningkatkan manfaat atau faedah atau
kegunaan potensi-potensi ekonomi yang ada.
Dengan adanya bantuan permodalan yang berupa kredit, maka seorang
industriawan,
petani
dan
lain
sebagainya
bbisa memproduksi
atau
meningkatkan produksi dari potensi-potensi ekonomi yang dimilikinya.
2.2.4 Kolektibilitas Kredit
Berdasarkan Surat Keputusan Direksi BI No.31/147/KEP/DIR Tanggal 12
November 1998 tentang kualitas aktiva produktif, maka kualitas kredit dapat
digolongkan menjadi:
•
Lancar (Pass) merupakan pembayaran tepat waktu, perkembangan rekening
baik dan tidak ada tunggakan serta sesuai dengan persyaratan kredit.
• Dalam perhatian khusus (Special Mention), dimana terdapat tunggakan
pembayaran pokok dan atau bunga sampai dengan 90 hari.
•
Kurang Lancar (Sub Standar), dimana terdapat tunggakan pembayaran pokok
dan atau bunga melampaui 90 hari sampai dengan 180 hari.
•
Diragukan (Doubtfull), dimana terdapat tunggakan pembayaran pokok dan
atau bunga melampaui 180 hari sampai dengan 270 hari.
•
Macet (Loss), dimana terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga
melampaui 270 hari.
Dan digolongkan NPL adalah kredit yang memiliki kualitas kurang lancar
(Sub Standar), diragukan (Doubtfull) dan macet (Loss).
2.2.5 Jenis-Jenis Kredit
Jenis kredit yang diberikan oleh perbankan kepada masyarakat dapat
dilihat dari berbagai sudut, yaitu:
1. Kredit dilihat dari segi kegunaanya
a. Kredit investasi merupakan kredit yang diberikan kepada para investor
untuk investasi yang penggunaannya jangka panjang.
b. Kredit modal kerja merupakan kredit yang diberikan untuk membiayai
kegiatan suatu usaha dan biasanya bersifat jangka pendek guna
memperlancar transaksi perdagangan.
2. Kredit dilihat dari segi tujuannya
a. Kredit perdagangan merupakan kredit yang diberikan kepada para
pedagang baik agen-agen maupun pengecer.
b. Kredit konsumtif merupakan kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau
dipakai untuk keperluan pribadi.
c. Kredit produktif merupakan kredit yang digunakan untuk menghasilkan
barang dan jasa.
3. Kredit dilihat dari segi jaminannya
a. Kredit dengan jaminan
Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan tertentu. Jaminan
tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau barang tidak berwujud.
b. Kredit tanpa jaminan
Kredit yang diberikan tanpa jaminan barang. Kredit jenis ini diberikan
dengan melihat prospek usaha, karakter serta loyalitas si calon debitur
selama berhubungan dengan bank yang bersangkutan.
4. Kredit dilihat dari jangka waktunya
a. Kredit jangka pendek
Kredit ini merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1
tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan
modal kerja.
b. Kredit jangka menengah
Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun.
c. Kredit jangka panjang
Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling lama yaitu diatas 3
tahun atau 5 tahun. Biasanya kredit ini digunakan untuk investasi jangka
panjang seperti perkebunan karet, kelapa sawit dan lain-lain.
5. Kredit dilihat dari sektor usahanya
a. Kredit pertanian
b. Kredit peternakan
c. Kredit industri
d. Kredit pertambangan
e. Kredit pendidikan
f. Kredit profesi
g. Kredit perumahan
2.2.6 Jaminan Kredit
Bank yang berhasil dalam pengelolaan kredit adalah bank yang mampu
mengelola kredit bermasalah pada suatu tingkat yang wajar dan tidak
menimbulkan kerugian bagi bank tersebut. Oleh karena itu jaminan pemberian
kredit merupakan unsur pokok dalam persetujuan pemberian kredit tersebut.
Tanpa jaminan bank tidak diperkenankan memberikan kredit kepada siapapun.
Jaminan pemberian kredit adalah keyakinan bank atas kesanggupan debitur untuk
melunasi
kredit
sesuai
dengan
yang
diperjanjikan
(Keputusan
BI
No.23/69/Kep/Dir-28-2-1991 pasal 2 dan 1b) untuk memperoleh keyakinan
bahwa debitur mampu melunasi kreditnya.
Dengan adanya jaminan kredit dimana nilai jaminannya biasanya melebihi
nilai kredit maka bank akan aman. Bank dapat mempergunakan atau menjual
jaminan kredit untuk menutupi kredit apabila kredit yang diberikan macet.
Jaminan kredit juga dapat melindungi bank dari nasabah yang nakal. Hal ini
disebabkan tidak sedikit bank yang mampu tetapi tidak mau membayar kreditnya.
Yang paling penting dalam jaminan kredit adalah mengikat nasabah untuk segera
melunasi utang-utangnya. Nasabah akan terikat dengan bank mengingat jaminan
kredit akan disita oleh bank apabila nasabah tidak mampu membayar. Untuk
masalah-masalah khusus kredit dapat pula diberikan tanpa jaminan. Hal ini tentu
dengan berbagai pertimbangan yang matang misalnya untuk jumlah yang kecil
atau kredit sosial.
Dalam praktiknya yang dapat dijadikan jaminan kredit oleh calon debitur
adalah sebagai berikut:
a. Jaminan dengan barang-barang seperti:
•
Tanah
•
Bangunan
•
Kendaraan Bermotor
•
Mesin-mesin/peralatan
•
Barang dagangan
•
Dan barang-barang berharga lainnya
b. Jaminan surat berharga seperti:
•
Sertifikat saham
•
Sertifikat obligasi
•
Sertifikat tanah
•
Sertifikat deposito
•
Promes
•
Wesel
•
Dan surat berharga lainnya
c. Jaminan orang atau perusahaan
Yaitu jaminan yang diberikan oleh seseorang atau perusahaan kepada
bank terhadap fasilitas kredit yang diberikan. Apabila kredit tersebut
macet maka orang atau perusahaan yang memberikan jaminan itulah
yang diminta pertanggung jawabannya atau menanggung resikonya.
d. Jaminan asuransi
Yaitu bank menjaminkan kredit tersebut kepada pihak asuransi terutama
terhadap phisik objek kredit, seperti kendaraan, gedung dan lainnya.
Apabila terjadi kehilangan atau kebakaran maka pihak asuransilah yang
akan menanggung kerugian tersebut.
2.2.7
Prinsip-prinsip Pemberian Kredit
Jaminan Kredit yang diberikan nasabah kepada bank hanyalah merupakan
tambahan, terutama untuk melindungi kredit yang macet akibat suatu musibah.
Akan tetapi apabila telah dilakukan analisa kredit, sehingga nasabah sudah
dikatakan layak untuk memperoleh kredit, maka fungsi jaminan kredit hanyalah
untuk berjaga-jaga. Sebelum suatu fasilitas kredit diberikan maka bank harus
merasa yakin terlebih dahulu bahwa kredit yang diberikan akan benar-benar
kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari penilaian kredit sebelum kredit
tersebut disalurkan. Penilaian kredit oleh bank dapat dilakukan dengan berbagai
prinsip untuk mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya, apakah calon debitur
memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban kepada bank secara tertib baik
pembayaran pokok pinjaman maupun bunganya sesuai dengan ketentuan yang
disepakati.
Analisis yang dilakukan dalam memberikan kredit:
Prinsip-prinsip kredit analisis 7P
1. Personality
yaitu menilai nasabah dari segi kepribadian atau tingkah lakunya seharihari maupun masa lalunya.
2. Party
yang mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau
golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas, serta karakternya.
3. Purpose
yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk
jenis kredit yang diinginkan nasabah.
4. Prospect
yaitu untuk menilai usaha nasbah dimasa yang akan datang apakah
menguntungkan atau tidak.
5. Payment
merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang
telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit
yang diperolehnya.
6. Profitability
untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba.
7. protection
tujuannya adalah bagaimana menjaga kredit yang dikucurkan oleh bank
namun melalui suatu perlindungan.
Prinsip-prinsip kredit analisis 5C
1. Character
Adalah sifat atau watak seseorang dalam hal ini calon debitur.
2. Capacity
Untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam membayar kredit yang
dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis serta kemampuan
mencari laba.
3. Capital
Untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah
terhadap suatu usaha yang akan dibiayai oleh bank.
4. Collateral
Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik
maupun non fisik.
5. Condition
Dalam menilai kredit hendaknya dinilai juga kondisi ekonomi sekarang
dan untuk masa yang akan datang sesuai sektor masing-masing.
2.3. Non Performing Loan
Penyaluran kredit merupakan aktivitas pokok bank karena dengan
menyalurkan kredit kepada debitur, bank memperoleh bunga yang merupakan
sumber utama pendapatan bank. Oleh karena itu, pemberian kredit harus dapat
dikelola dengan baik yang didukung oleh sistem pemgawasan dan pengendalian
yang memadai untuk dapat mengatasi resiko kredit yang timbul.
Bisnis perbankan pada dasarnya tidak dapat melepaskan diri dari resiko
kredit berupa tidak lancarnya pembayaran kembali atau dengan kata lain disebut
kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL). Terjadinya NPL disuatu
bank merupakan hal yang wajar.
2.3.1. Pengertian Non Performing Loan
salah satu resiko yang dihadapi bank adalah resiko tidak terbayarnya
kredit yang telah diberikan atau yang sering disebut dengan resiko kredit. Resiko
kredit umumnya timbul dari berbagai kredit yang masuk dalam kategori kredit
bermasalah. Keberadaan NPL dalam jumlah yang cukup banyak menimbulkan
kesulitan sekaligus menurunkan tingkat kesehatan bank yang bersangkutan. Oleh
sebab itu bank dituntut untuk selalu menjaga kreditnya agar tidak berada dalam
kategori kredit bermasalah (NPL). Risiko yang dihadapi bank adalah resiko tidak
terbayarnya kredit yang sering disebut default risk atau resiko kredit. Meskipun
resiko kredit tidak dapat dihindarkan, maka harus diusahakan dalam tingkat yang
wajar berkisar antara 3-5% dari total kreditnya. Kredit yang termasuk dalam
kategori NPL adalah kredit kurang lancar (Sub Standar), kredit diragukan
(Doubtfull) dan kredit macet (Loss).
Bank yang berhasil dalam pengelolaan kreditnya adalah bank yang
mampu mengelolan NPL dalam tingkat yang wajar dan tidak merugikan bank.
Adapun masalah yang dihadapi perbankan Indonesia adalah sebagai berikut:
Pertama, NPL yang meningkat tajam, misalnya; kredit macet. Dengan
meningkatnya NPL maka akibatnya bank harus menyediakan cadangan
penghapusan piutang yang cukup besar, sehingga kemampuan memberikan kredit
menjadi sangat terbatas. Kedua, likuiditasnya yakni masalah tingginya mobilitas
dana masyarakat sehingga bank melakukan rangsangan seperti tingkat suku bunga
yang sangat tinggi agar dana masyarakat terhimpun kembali.
Dalam buku Bank Management and Regulation, Keeton and Morris
(1992:279) memberikan pengertian NPL sebagai berikut:
“ A Non Performing Loan is a loan has not been charged off but is 90 days or
more overdue…”
Dari definisi diatas dapat diartikan bahwa kredit dapat dikatakan
bermasalah bilamana terjadi keterlambatan pembayaran bunga dan atau pokok
pinjaman lebih dari 90 hari sejak jatuh tempo.
Untuk mengetahui besarnya tingkat Non Performing Loan suatu bank
maka diperlukan suatu ukuran. Bank Indonesia menginstruksikan perhitungan non
performing loan dalam laporan tahunan perbankan nasional sesuai dengan SE BI
No.3/33/DPNP tanggal 14 Desember 2001 tentang perhitungan rasio keuangan
yang dirumuskan sebagai berikut:
NPL =
TotalKreditBermasalah
TotalKredit
2.3.2. Penyebab Timbulnya Non Performing Loan
Jika tidak ditangani dengan baik maka kredit bermasalah atau NPL
merupakan sumber kerugian yang potensial bagi bank. Dalam menjalankan
fungsinya sebagai penyalur dana kepada masyarakat, maka bank sebagai lembaga
perkreditan harus melakukan analisis melalui prinsip 5C ( Character, Capacity,
Capital, Collateral, Condition) guna meminimalisasi resiko NPL atau tidak
kembalinya kredit.
Menurut Dahlan Siamat (2001 : 175), dari sisi perspektif bank terjadi
kredit bermasalah disebabkan oleh berbagai faktor yang dapat dibedakan sebagai
berikut :
•
Faktor Internal
Faktor internal kredit bermasalah berhubungan dengan kebijakan dan strategi
yang ditempuh pihak bank, antara lain :
a. Kebijakan perkreditan yang ekspansif
Bank yang memiliki dana (excess liquidity) sering menetapkan
kebijakan
perkreditan
yang
terlalu
ekspansif
yang
melebihi
pertumbuhan kredit secara wajar yaitu menetapkan sejumlah target
kredit dalam waktu tertentu. Keharusan pencapaian kredit yang harus
dicapai mendorong pejabat kredit menempuh langkah yang agresif
sehingga mengakibatkan tidak lagi selektif dalam memilih calon debitur
dan kurang menetapkan prinsip-prinsip perkreditan yang sehat dalam
menilai permohonan kredit.
b. Penyimpangan dalam pelaksanaan prosedur perkreditan
Pejabat bank sering tidak mengikuti dan kurang disiplin dalam
menerapkan prosedur perkreditan sesuai dengan pedoman dan tata cara
pemberian kredit dalam suatu bank. Penyimpangan tersebut bias
disebabkan karena jumlah dan kualitas SDM, khususnya yang
menangani masalah perkreditan belum memadai. Disamping itu, adanya
pihak dalam bank yang sangat dominan dalam pemutusan kredit.
c. Lemahnya sistem administrasi dan pengawasan kredit
Lemahnya sistem administrasi dan pengawasan kredit menyebabkan
kredit yang secara potensial akan mengalami masalah tidak dapat
dilacak secara dini, sehingga bank terlambat melakukan langkah
pencegahan.
d. Lemahnya informasi kredit
e. Itikad kurang baik dari pihak bank
Pemilik atau pengurus bank seringkali memanfaatkan keberadaan
banknya untuk kepentingan kelompok bisnisnya dengan sengaja
melanggar ketentuan kehati-hatian perbankan.
•
Faktor Eksternal
a. Penurunan kegiatan ekonomi dan tingginya tingkat bunga kredit
Penurunan kegiatan ekonomi dapat disebabkan oleh adanya kebijakan
penyejukan kegiatan ekonomi atau akibat kebijakan pengetatan uang
yang dilakukan oleh BI menyebabkan tingkat bunga naik yang pada
gilirannya bank tidak mampu membayar cicilan pokok dan bunga kredit.
b. Pemanfaatan iklim persaingan perbankan yang tidak sehat oleh debitur
Persaingan bank yang sangat ketat dalam penyaluran kredit dapat
dimanfaatkan debitur yang memiliki itikad kurang baik dengan cara
memperoleh kredit melebihi jumlah yang diperlukan dan untuk usaha
yang tidak jelas atau untuk spekulatif.
c. Kegagalan usaha debitur
Kegagalan usaha debitur dapat terjadi karena sifat usaha debutur
sensitive terhadap pengaruh eksternal misalnya kegagalan dalam
pemasaran produk, terjadi perubahan harga dipasar, perubahan pola
konsumen dan pengaruh perekonomian nasional.
d. Debitur mengalami musibah
Sedangkan menurut Lukman Dendawijaya (2003 : 102), kemacetan
suatu fasilitas kredit disebabkan oleh 2 faktor yaitu:
1. Dari pihak perbankan
Dalam hal ini pihak analisis kredit kurang teliti baik dalam mengecek
kebenaran dan keaslian dokumen maupun salah dalam melakukan perhitungan
dengan rasio-rasio yang ada. Akibatnya, apa yang seharusnya terjadi, tidak
dprediksi sebelumnya.
2. Dari pihak nasabah
Kemacetan kredit yang disebabkan nasabah diakibatkan 2 hal yaitu:
a.
Adanya unsur kesengajaan
Artinya nasabah sengaja tidak mau membayar kewajibannya kepada
bank sehingga kredit yang diberikan dengan sendirinya macet.
b.
Adanya unsur tidak sengaja
Artinya nasabah memiliki kemauan untuk membayar akan tetapi tidak
mampu dikarenakan usaha yang dibiayai terkena musibah misalnya
kebanjiran atau kebakaran sehingga mengalami kerugian.
Pihak bank akan berhati-hati pada semua faktor tersebut dan akan
mengawasi dengan sungguh-sungguh. Kelambanan dalam menangkap isyarat tak
menguntungkan dari faktor tersebut dan kelalaian dalam mengambil tindakan
penanganan dapat menjerumuskan kredit ke dalam bermasalah.
2.3.3. Dampak Non Performing Loan
dampak dari keberadaan Non Performing Loan dalam jumlah besar tidak
hanya berdampak pada bank yang bersangkutan, tetapi dapat meluas dalam
cakupan nasional apabila tidak ditangani dengan tepat. Lukman Dendawijaya
(2003 : 86) mengemukakan dampak keberadaan Non Performing Loan yang tidak
wajar sebagai berikut:
1. Hilangnya kesempatan memperoleh pendapatan (income) dari kredit yang
diberikan, sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi
profitabilitas bank.
2. Rasio kualitas aktiva produktif menjadi semakin besar yang menggambarkan
terjadinya situasi yang memburuk.
3. Bank harus memperbesar penyisihan untuk cadangan aktiva produktif yang
diklasifikasikan berdasarkan ketentuan yang berlaku. Hal ini pada akhirnya
akan mengurangi besar modal bank.
4. menurunnya nilai tingkat kesehatan bank berdasarkan perhitungan kesehatan
bank dengan analisis CAMEL.
2.3.4. Penyelamatan Non Performing Loan
semakin banyak kredit yang menumpuk pada kredit macet, bank harus
secepatnya mengambil tindakan penyelamatan agar kredit tersebut tidak terlalu
lama menumpuk dalam kategori bermasalah apalagi dalam kualitas macet.
Penyelamatan terhadap kredit macet dilakukan dengan beberapa metode
yaitu:
1. Rescheduling
Yaitu dengan cara:
a. Memperpanjang jangka waktu kredit
Dalam hal ini debitur diberikan keringanan dalam masalah jangka waktu
kredit, misalnya perpanjangan jangka waktu kredit dari 6 bulan menjadi
satu tahun sehingga debitur mempunyai waktu yang lebuh lama untuk
mengembalikannya.
b. Memperpanjang jangka waktu angsuran
Dalam
hal
ini
jangka
waktu
angsuran
kreditnya
diperpanjang
pembayarannya, misalnya dari 36 kali menjadi 48 kali dan hal ini tentu
saja mengakibatkan jumlah angsuran menjadi lebih kecil.
2. Reconditioning
Dengan cara mengubah berbagai persyaratan yang ada seperti:
a. Kapitalisasi bunga, yaitu dengan cara bunga dijadikan hutang pokok.
b. Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu.
c. Penurunan suku bunga.
d. Pembebasan bunga.
3. Restructing
Yaitu dengan cara:
a. Menambah jumlah kredit
b. Menambah equity yaitu:
o Dengan menyetor uang tunai
o Tambahan dari pemilik
4. Kombinasi
Merupakan kombinasi dari ketiga metode diatas.
5. Penyitaan Jaminan
Penyitaan jaminan merupakan jalan terakhir apabila nasabah sudah benarbenar tidak punya itikad baik atau sudah tidak mampu lagi untuk membayar
semua hutang-hutangnya.
2.4. Loan To Deposit Ratio
Mengukur dan mempertahankan posisi likuiditas keuangan bank dalam arti
luas bukan pekerjaan yang mudah, karena memperkirakan pemasukan dan
pengeluaran kas pada masa yang akan datang juga tidak mudah. Sebagai contoh
bank tidak dapat memperkirakan secara pasti nasabah mana akan menarik giro
atau deposito berjangka mereka, pada tanggal berapa dan jumlah berapa. Dilain
pihak bank juga sulit untuk memperkirakan secara pasti, berapa jumlah tambahan
giro, tabungan atau deposito berjangka yang akan mereka terima dari nasabah
pada masa mendatang. Padahal setiap orang bankir mengetahui bahwa untuk
melayani penarikan deposito dalam jumlah besar secara tiba-tiba, atau permintaan
kredit dari banyak debitur dapat memaksa mereka untuk mencari dana yang lebih
mahal. Hal yang sebaliknya dapat juga berdampak kurang menguntungkan bagi
bank. Uang dalam jumlah besar yang tiba-tiba didepositokan nasabah dapat
menjadi beban (pembayaran bunga) bilamana bank tidak dapat segera
memutarkan dana tersebut.
Loan To Deposit Ratio merupakan perbandingan antara seluruh jumlah
kredit atau pembiayaan yang diberikan bank dengan dana yang diterima bank.
Nilai LDR dapat ditentukan melalui suatu formula yang ditentukan oleh Bank
Indonesia melalui SE BI No.3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001:
LDR =
TotalKredit
TotalDanaPihakKe − 3 + ModalSendiri
Dana pihak ketiga meliputi giro, tabungan, dan depositi tetapi tidak
termasuk giro dan deposito antar bank. Modal inti yang dimaksud adalah sesuai
dengan ketentuan Bank Indonesia yang terdiri atas modal disetor pemilik bank,
agio saham, berbagai cadangan laba ditahan berjalan dan laba tahun berjalan.
Selanjutnya Bank Indonesia juga menetapkan batas maksimal rasio pemberian
kredit terhadap dana uang terhimpun maksimal sebesar 110%.
Loan To Deposit Ratio umumnya digunakan untuk mengukur tingkat
likuiditas sebuah bank. Rasio ini menunjukkan seberapa jauh kemampuan bank
dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Likuiditas
merupakan ketersediaan dana dan sumber dana bank pada saat ini dan masa yang
akan datang.
Loan To Deposit Ratio mempunyai peranan yang sangat penting sebagai
indikator yang menunjukkan tingkat ekspansi kredit yang dilakukan bank,
sehingga LDR dapat juga digunakan untuk mengukur berjalan tidaknya suatu
fungsi intermediansi bank.
Bagi bank yang menganut prinsip manajemen yang berhati-hati (prudent
management), LDR yang tinggi merupakan satu tanda peringatan kepada mereka
agar lebih berhati-hati dalam mempertimbangkan pemberian kredit baru.
Sedangkan Angka LDR yang rendah menunjukkan tingkat ekspansi kredit yang
rendah dibandingkan dana yang diterima maka dapat diketahui bahwa bank masih
jauh dari maksimal dalam melaksanakan fungsi intermediansinya. Dimana stándar
besarnya tingkat LDR yang optimal adalah 85%-110%.
2.5 Suku Bunga Bank
Dalam kegiatan perbankan berdasarkan prinsip konvensional ada 2 macam
bunga yang diberikan kepada nasabah yaitu:
1. Bunga Simpanan (Rekening)
Merupakan harga beli yang harus dibayar bank kepada nasabah pemilik
simpanan. Bunga ini diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa kepada
nasabah yang menyimpan uangnya di bank. Sebagai contoh jasa giro, bunga
tabungan atau bunga deposito.
2. Bunga Pinjaman (Kredit)
Merupakan bunga yang dibebankan kepada para peminjam atau harga jual
yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank. Bagi bank bunga
pinjaman merupakan harga jual.
Baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman merupakan komponen
utama faktor biaya dan pendapatan bagi bank. Bunga simpanan merupakan biaya
dana yang harus dikeluarkan kepada nasabah sedangkan bunga pinjaman
merupakan pendapatan yang diterima dari nasabah. Antara bunga simpanan dan
bunga pinjaman masing-masing mempengaruhi satu sama lain. Apabila bunga
simpanan tinggi, maka secara otomatis bunga pinjaman juga terpengaruh ikut
naik.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Suku Bunga
Agar keuntungan yang diperoleh dapat maksimal maka pihak manajemen
bank harus pandai dalam menentukan besar kecilnya komponen suku bunga. Hal
ini disebabkan apabila salah dalam menentukan besar kecilnya komponen suku
bunga maka akan dapat merugikan bank itu sendiri. Terdapat beberapa faktorfaktor yang mempengaruhi penetuan suku bunga, baik bunga simpanan maupun
pinjaman.
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku
bunga secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Kebutuhan dana
Faktor kebutuhan dana dikhususkan untuk dana simpanan, yaitu seberapa
besar kebutuhan dana yang diiginkan. Apabila bank kekurangan dana,
sementara permohonan pinjaman meningkat, maka yang dilakukan oleh bank
agar dana tersebut cepat terpenuhi adalah dengan meningkatkan suku bunga
pinjaman. Sebaliknya apabila permohonan pinjaman sedikit maka bunga
simpanan akan turun karena hal ini merupakan beban.
2. Target laba yang diinginkan
Faktor ini dikhususkan untuk bunga pinjaman. Hal ini disebabkan target laba
merupakan salah satu komponen dalam menentukan besar kecilnya suku
bunga pinjaman. Jika laba yang diinginkan besar maka bunga pinjaman ikut
besar dan demikian pula sebaliknya.
3. Kualitas jaminan
Kualitas jaminan juga diperuntukan untuk bunga pinjaman. Semakin likuid
jaminan (mudah dicairkan) yang diberikan, maka semakin rendah bunga
kredit yang dibebankan dan sebaliknya. Contoh jaminan sertifikat deposito
berbeda dengan jaminan sertifikat tanah. Alasan utama perbedaan ini adalah
dalam hal pencairan jaminan apabila kredit yang diberikan bermasalah. Bagi
bank jamianan yang likuid seperti sertifikat deposito atau rekening giro lebih
mudah dicairkan dibandingkan dengan sertifikat tanah.
4. Kebijaksanaan pemerintah
Dalam menentukan tingkat suku bunga baik simpanan maupun pinjaman bank
tidak boleh melebihi batasan yang ditetapkan oleh pemerintah.
5. Jangka waktu
Baik bunga simpanan maupun pinjaman faktor jangka waktu sangat
menentukan. Semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka akan semakin
tinggi bunganya, hal ini disebabkan besarnya kemungkinan resiko kredit
macet dimasa mendatang. Demikian pula sebaliknya jika pinjaman berjangka
pendek maka bunganya relatif lebih rendah. Untuk bunga simpanan
sebaliknya semakin panjang jangka waktu maka bunga simpanan semakin
rendah dan sebaliknya.
6. Reputasi perusahaan
Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat menetukan
tingkat suku bunga yang akan dibebankan nantinya, karena biasanya
perusahaan yang bonafid kemungkinan resiko kredit dimasa mendatang relatif
kecil dan perusahaan yang kurang bonafid faktor risiko kredit macet cukup
besar.
7. Produk yang kompetitif
Kompetitif maksudnya adalah produk yang dibiayai tersebut laku dipasaran.
Untuk produk yang kompetitif, bunga kredit yang diberikan relatif rendah
dibandingkan dengan produk yang kurang kompetitif. Hal ini disebabkan
produk yang kompetitif tingkat perputaran produknya tinggi sehingga
pembayaran diharapkan lancar.
8. Hubungan baik
Biasanya bunga pinjaman dikaitkan dengan faktor kepercayaan kepada
seseorang atau lembaga. Dalam praktiknya bank menggolongkan nasabahnya
antara nasabah utama (primer) dan nasabah biasa (sekunder). Penggolongan
ini berdasarkan kepada keaktifan serta loyalitas nasabah yang bersangkutan
terhadap bank. Nasabah yang mempunyai hubungan baik dengan bank tentu
bunganya lebih rendah.
9. Persaingan
Dalam kondisi tidak stabil dan bank kekurangan dana, sementara tingkat
persaingan dalam nmemperebutkan dana simpanan cukup ketat, maka bank
harus bersaing keras dengan bank lainnya. Dalam arti jika untuk bunga
simpanan rata-rata pesaing 15% maka jika hendak membutuhkan dana cepat
sebaiknya bunga simpanan dinaikan diatas bunga pesaing misalnya 16%.
Namun sebaliknya jika untuk bunga pinjaman kita harus berada dibawah
bunga pesaing agar dana yang menumpuk dapat tersalurkan.
Komponen-komponen Dalam Menentukan Bunga Kredit
Sesungguhnya keuntungan utama dari bisnis perbankan adalah bagaimana
mengelola dan menentukan bunga pinjaman secara fleksibel
sehingga
menghasilkan laba yang maksimal. Artinya tingkat suku bunga pinjaman harus
lebih tinggi dari tingkat suku bunga simpanan sehingga bank dapat memperoleh
keuntungan. Namun dalam kondisi tertentu misalnya kesulitan dana maka dapat
terjadi sebaliknya yaitu suku bunga simpanan lebih tinggi dari suku bunga
pinjaman kondisi ini dikenal dengan istilah negative spread. Dalam menentukan
besar kecilnya suku bunga kredit yang akan diberikan kepada debitur terdapat
beberapa komponen yang perlu mendapat perhatian. Komponen-komponen
tersebut antara lain:
1. Total Biaya Dana (Cost Of Fund)
Merupakan total bunga yang dikeluarkan oleh bank untuk memperoleh dana
simpanan baik dalam bentuk simpanan giro, tabungan maupun deposito. Total
biaya dana tergantung seberapa besar bunga yang ditetapkan untuk
memperoleh dana yang diinginkan. Semakin besar bunga yang dibebankan
terhadap bunga simpanan maka semakin tinggi pula biaya dananya demikian
pula sebaliknya. Total biaya dana ini harus dikurangi dengan cadangan wajib
atau reserve requirement (RR) yang telah ditetapkan pemerintah. Saat ini RR
yang ditetapkan pemerintah 5%.
2. Biaya Operasi
Dalam melekukan kegiatan bank membutuhkan berbagai sarana dan prasarana
baik berupa manusia maupun alat. Penggunaan sarana dan prasarana ini
membutuhkan biaya yang harus ditanggung oleh bank sebagai biaya operasi.
Biaya ini terdiri dari biaya gaji, biaya administrasi, biaya pemeliharaan dan
biaya lain-lain.
3. Cadangan Resiko Kredit Macet
Merupakan cadangan terhadap macetnya kredit yang akan diberikan, hal ini
disebabkan setiap kredit yang diberikan pasti mengandung suatu resiko tidak
terbayar. Resiko ini dapat timbul baik disengaja maupun tidak disengaja. Oleh
karena itu pihak bank perlu mencadangkannya sebagai sikap bersiaga
menghadapinya dengan cara membebankan sejumlah presentase tertentu
terhadap kredit yang disalurkan.
4. Laba Yang Diinginkan
Setiap melakukan transaksi bank selalu ingin memperoleh laba yang
maksimal. Penentuan ini ditentukan oleh beberapa pertimbangan yang
penting, mengingat penentuan besarnya laba sangat mempengaruhi besarnya
bunga kredit. Dalam hal ini biasanya bank disamping melihat kondisi pesaing
juga melihat kondisi nasabah apakah nasabah utama atau bukan dan juga
melihat sector-sektor yang dibiayai, misalnya jika proyek pemerintah atau
untuk pengusaha/rakyat kecil maka labanya pun berbeda dengan yang
komersil.
5. Pajak
Pajak merupakan kewajiban yang dibebankan pemerintah kepada bank yang
memberikan fasilitas kredit kepada nasabahnya.
Untuk lebih mudah memahami pembebanan suku bunga berikut ini contoh
komponen-komponen pembebanan suku bunga dalam menentukan suku bunga
kredit adalah sebagai berikut:
Total biaya dana (cost of fund)
Total biaya operasi
Y%
X%
+
Cadangan resiko kredit macet
Z%
A%
Laba yang diinginkan
B%
C%
Pajak Q% dari laba (C%)
D%
E%
+
+
+
Bunga Kredit yang diberikan
F%
kepada para debiturnya
Total biaya dana (cost of fund) = Bunga yang dibebankan
100% - Cadangan wajib
2.5.3. Jenis Pembebanan Suku Bunga Kredit
Setiap nasabah yang memperoleh fasilitas kredit dari bank akan dikenakan
kewajiban membayar kembali. Pembayaran kewajiban tersebut dilakukan setiap
periode apakah harian, mingguan atau bulanan. Pembayaran ini dikenal dengan
nama angsuran. Dalam setiap angsuran yang dibayar oleh nasabah sudah termasuk
pokok pinjaman ditambah bunga yang harus dibayar. Jumlah angsuran yang
dibayar setiap periode berbeda tergantung dari jenis pembebanan suku bunga yang
dilakukan oleh bank.
Pembebanan suku bunga oleh bank adalah dengan memperhatikan jenis
kredit yang dibiayai, kemudian menjadi pertimbangan bank dalam menentukan
pembebanan suku bunga adalah tingkat resiko dari masing-masing jenis kredit.
Dewasa ini terdapat 3 jenis model pembebanan suku bunga yang sering
dilakukan oleh bank. Adapun model pembebanan suku bunga yang dimaksud
adalah:
1. Flate Rate
Flate rate merupakan perhitungan suku bunga yang tetap setiap periode,
sehingga jumlah angsuran (cicilan) setiap periode pun tetap sampai pinjaman
tersebut lunas.
2. Sliding Rate
Merupakan perhitungan suku bunga yang dilakukan dengan mengalikan %
tase suku bunga per periode dengan sisa pinjaman, sehingga jumlah suku
bunga yang dibayar debitur semakin menurun, akibatnya angsuran yang
dibayarpun menurun jumlahnya.
3. Floating Rate
Merupakan perhitungan suku bunga yang dilakukan sesuai dengan tingkat
suku bunga pada bulan yang bersangkutan. Dalam perhitungan model ini suku
bunga dapat naik, turun atau tetap setiap periodenya. Begitupula dengan
jumlah angsuran yang dibayar sangat tergantung dari suku bunga pada bulan
yang bersangkutan.
Berikut ini contoh kasus mengenai metode pembebanan suku bunga menurut
Dendawijaya (2003: 83)
PT. Sinar Terang memperoleh fasilitas kredit dari BRI senilai
Rp.18.000.000,- jangka waktu kredit adalah 1 tahun(12 bulan), bunga kredit
dikenakan sebesar 14% per tahun. Disamping itu PT. Sinar Terang juga dikenakan
biaya administrasi sebesar Rp.360.000,- dan biaya provisi dan komisi 1%.
Diminta hitunglah:
1. Berapa jumlah angsuran per bulan yang dibayar oleh PT. Sinar Terang
jika BRI menggunakan metode flate rate.
2. Berapa jumlah angsuran per bulan untuk metode sliding rate
3. hitung pula angsuran per bulan yang harus dibayar PT. Sinar Terang
jika BRI menggunakan metode floating rate dengan asumsi tingkat
suku bunga sebagai berikut:
Bulan 1 s/d bulan ke-4
suku bunga
14% per tahun
Bulan 5 s/d bulan ke-8
suku bunga
16% per tahun
Bulan 6 s/d bulan ke-12
suku bunga
15% per tahun
Jawab:
Sebelum menghitung jumlah suku bunga maka terlebih dahulu perlu
dihitung jumlah pokok pinjaman yang harus dibayar PT. Sinar Terang.
1. Metode Flate Rate
Jumlah Pinjaman
a. Pokok pinjaman (PP) =
Jumlah Angsuran
Rp. 18.000.000,=
= Rp. 1.500.000,12
b.
% x pinjaman
Suku bunga =
Tahun
14 % x Rp.18.000.000,=
= Rp. 210.000,12
+
Jumlah angsuran dengan metode flate rate
Rp. 1.710.000,-
Tabel Perhitungan Angsuran Pinjaman PT. Sinar Terang
Dengan Metode Flate Rate
(dalam ribuan)
Bulan Sisa pinjaman Pokok pinjaman
Bunga
Angsuran
1
18.000
1500
210
1710
2
16.500
1500
210
1710
3
15.000
1500
210
1710
4
13.500
1500
210
1710
5
12.000
1500
210
1710
6
10.500
1500
210
1710
7
9.000
1500
210
1710
8
7.500
1500
210
1710
9
6.000
1500
210
1710
10
4.500
1500
210
1710
11
3.000
1500
210
1710
12
1.500
1500
210
1710
Jml
18.000
2.520
20.520
2. Metode Sliding Rate
Jumlah Pinjaman
a. Pokok pinjaman (PP) =
Jumlah Angsuran
Rp. 18.000.000,=
= Rp. 1.500.000,-
12
b. Untuk suku bunga dihitung dengan sisa pinjaman sebagai berikut:
Bulan ke-1
14% x Rp.18.000.000,Bunga
=
X1
= Rp. 210.000,12
PP
= Rp.1.500.000,+
Jumlah angsuran Bulan ke-1
= Rp.1.710.000,-
Bulan ke-2
14% x Rp.16.500.000,Bunga
=
X1
= Rp. 192.500,-
12
PP
= Rp.1.500.000,+
Jumlah angsuran Bulan ke-2
= Rp.1.692.500,-
Bulan ke-3
14% x Rp.15.000.000,Bunga
=
X1
= Rp. 175.000,-
12
PP
= Rp.1.500.000,+
Jumlah angsuran Bulan ke-3
= Rp.1.675.000,-
Bulan ke-4
14% x Rp.13.500.000,Bunga
=
X1
= Rp. 157.500,-
12
PP
= Rp.1.500.000,+
Jumlah angsuran Bulan ke-4
= Rp.1.657.500,-
Bulan ke-5
14% x Rp.12.000.000,Bunga
=
X1
= Rp. 140.000,-
12
PP
= Rp.1.500.000,+
Jumlah angsuran Bulan ke-5
= Rp.1.640.000,-
Bulan ke-6
14% x Rp.10.500.000,Bunga
=
X1
= Rp. 122.500,-
12
PP
= Rp.1.500.000,+
Jumlah angsuran Bulan ke-6
= Rp.1.622.500,-
Bulan ke-7
14% x Rp.9.000.000,Bunga
=
X1
= Rp. 105.000,-
12
PP
= Rp.1.500.000,+
Jumlah angsuran Bulan ke-7
= Rp.1.605.000,-
Bulan ke-8
14% x Rp.7.500.000,Bunga
=
X1
= Rp. 87.500,-
12
PP
= Rp.1.500.000,+
Jumlah angsuran Bulan ke-8
= Rp.1.587.500,-
Bulan ke-9
14% x Rp.6.000.000,Bunga
=
X1
= Rp. 70.000,-
12
PP
= Rp.1.500.000,+
Jumlah angsuran Bulan ke-9
= Rp.1.570.000,-
Bulan ke-10
14% x Rp.4.500.000,Bunga
=
X1
= Rp. 52.500,-
12
PP
= Rp.1.500.000,+
Jumlah angsuran Bulan ke-10
= Rp.1.552.500,-
Bulan ke-11
14% x Rp.3.000.000,Bunga
=
X1
= Rp. 35.000,-
12
PP
= Rp.1.500.000,+
Jumlah angsuran Bulan ke-11
= Rp.1.535.000,-
Bulan ke-12
14% x Rp.1.500.000,Bunga
=
X1
= Rp. 17.500,-
12
PP
= Rp.1.500.000,+
Jumlah angsuran Bulan ke-12
= Rp.1.517.500,-
Tabel Perhitungan Angsuran Pinjaman PT. Sinar Terang
Dengan Metode Sliding Rate
(dalam ribuan)
Bula Sisa pinjaman
Pokok pinjaman
Bunga
Angsuran
n
1
18.000
1500
210
1710
2
16.500
1500
192,5
1.692,5
3
15.000
1500
175
1.675
4
13.500
1500
157,5
1.657,5
5
12.000
1500
140
1.640
6
10.500
1500
122,5
1.622,5
7
8
9
10
11
12
Jml
9.000
7.500
6.000
4.500
3.000
1.500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
18.000
105
87,5
70
52,5
35
17,5
1.365
1.605
1.587,5
1.570
1.552,5
1.535
1.517,5
19.365
3. Metode Floating Rate
Jumlah Pinjaman
a. Pokok pinjaman (PP) =
Jumlah Angsuran
Rp. 18.000.000,=
= Rp. 1.500.000,-
12
b. Untuk suku bunga dihitung dengan sisa pinjaman sebagai berikut:
Bulan ke-1
14% x Rp.18.000.000,Bunga
=
X1
= Rp. 210.000,-
12
PP
= Rp.1.500.000,+
Jumlah angsuran Bulan ke-1
= Rp.1.710.000,-
Bulan ke-2
14% x Rp.18.000.000,Bunga
=
X1
= Rp. 210.000,-
12
PP
= Rp.1.500.000,+
Jumlah angsuran Bulan ke-2
= Rp.1.710.000,-
Bulan ke-3
14% x Rp.18.000.000,Bunga
=
X1
= Rp. 210.000,-
12
PP
= Rp.1.500.000,+
Jumlah angsuran Bulan ke-3
= Rp.1.710.000,-
Bulan ke-4
14% x Rp.18.000.000,Bunga
=
X1
12
= Rp. 210.000,-
PP
= Rp.1.500.000,+
Jumlah angsuran Bulan ke-4
= Rp.1.710.000,-
Bulan ke-5
16% x Rp.18.000.000,Bunga
=
X1
= Rp. 240.000,-
12
PP
= Rp.1.500.000,+
Jumlah angsuran Bulan ke-5
= Rp.1.740.000,-
Bulan ke-6
16% x Rp.18.000.000,Bunga
=
X1
= Rp. 240.000,-
12
PP
= Rp.1.500.000,+
Jumlah angsuran Bulan ke-6
= Rp.1.740.000,-
Bulan ke-7
16% x Rp.18.000.000,Bunga
=
X1
= Rp. 240.000,-
12
PP
= Rp.1.500.000,+
Jumlah angsuran Bulan ke-7
= Rp.1.740.000,-
Bulan ke-8
16% x Rp.18.000.000,Bunga
=
X1
= Rp. 240.000,-
12
PP
= Rp.1.500.000,+
Jumlah angsuran Bulan ke-8
= Rp.1.740.000,-
Bulan ke-9
15% x Rp.18.000.000,Bunga
=
X1
= Rp. 225.000,-
12
PP
= Rp.1.500.000,+
Jumlah angsuran Bulan ke-9
= Rp.1.725.000,-
Bulan ke-10
15% x Rp.18.000.000,Bunga
=
X1
= Rp. 225.000,-
12
PP
= Rp.1.500.000,+
Jumlah angsuran Bulan ke-10
= Rp.1.725.000,-
Bulan ke-11
15% x Rp.18.000.000,Bunga
=
X1
= Rp. 225.000,-
12
PP
= Rp.1.500.000,+
Jumlah angsuran Bulan ke-11
= Rp.1.725.000,-
Bulan ke-12
15% x Rp.18.000.000,Bunga
=
X1
= Rp. 225.000,-
12
PP
= Rp.1.500.000,+
Jumlah angsuran Bulan ke-12
= Rp.1.725.000,-
Tabel Perhitungan Angsuran Pinjaman PT. Sinar Terang
Dengan Metode Floating Rate
(dalam ribuan)
Bunga
Angsuran
Bulan Sisa pinjaman Pokok pinjaman
1
18.000
1500
210
1.710
2
16.500
1500
210
1.710
3
15.000
1500
210
1.710
4
13.500
1500
210
1.710
5
12.000
1500
240
1.740
6
10.500
1500
240
1.740
7
9.000
1500
240
1.740
8
7.500
1500
240
1.740
9
6.000
1500
225
1.725
10
4.500
1500
225
1.725
11
3.000
1500
225
1.725
12
1.500
1500
225
1.725
Jml
18.000
2.700
20.700
2.5.4. Jenis Pembebanan Suku Bunga Simpanan
•
Simpanan Tabungan
Biaya yang dikeluarkan oleh bank untuk simpanan tabungan biasanya
berupa bunga. Metode pembebanan tabungan sama seperti pembebanan bunga
untuk jasa giro yaitu saldo terendah, saldo rata-rata, dan saldo harian.
Pembebanan suku bunga tabungan tergantung pada bank namun dalam
praktiknya sering digunakan saldo harian.
Berikut ini contoh pembebanan bunga tabungan yang harus dibayar oleh
bank kepada nasabah menurut Dendawijaya (2003:59):
Nama Nasabah: Tn. Roy Akase
Nomor Rekening: 10.07.1997
Laporan Rekening Tabungan
Tn Roy Akase
Per 30 September 2000
Tgl
Transaksi
Debet
Kredit
Saldo
01
Setor tunai
-
3.000.000
3.000.000
09
Setor tunai
-
5.000.000
8.000.000
14
Tarik tunai
4.000.000
-
4.000.000
16
Transfer masuk
-
6.000.000
10.000.000
23
Tarik tunai
7.000.000
-
3.000.000
27
Setor tunai
-
6.000.000
9.000.000
Diketahui :
-
Pajak 15%
-
Suku bunga 17% per tahun
-
Jika bunga dihitung dengan saldo harian maka suku bunga sebagai
berikut:
Dari Tgl. 1 s/d tgl. 10 bunga = 16% per tahun
Dari Tgl. 11 s/d tgl. 20 bunga = 17% per tahun
Dari Tgl. 21 s/d tgl. 30 bunga = 20% per tahun
1. Perhitungan bunga dengan menggunakan saldo terendah
Saldo terendah bulan September adalah Rp. 3.000.000,- maka bunga pada
bulan September adalah:
17% x Rp. 3.000.000
Bunga =
= Rp. 42.500,-
12 bulan
Pajak = 15% x Rp. 42.500,-
= Rp. 6.375,-
Bunga bersih
= Rp. 36.125,-
-
2. Perhitungan bunga dengan menggunakan saldo rata-rata
Saldo rata-rata untuk bulan September adalah:
Rp. 37.000.000,= Rp. 6.166.667,6
Keterangan :
a. Angka Rp. 37.000.000,- diperoleh dari mebjumlahkan saldo mulai
tanggal 1 September sampai dengan tanggal 27 September 2000.
b. Sedangkan angka 6 diperoleh dari jumlah transaksi yang terjadi
selama bulan tersebut, maka bunganya adalah sebagai berikut:
17% x Rp. 6.166.667,Bunga =
= Rp. 87.361,-
12 bulan
Pajak = 15% x Rp. 87.361,-
= Rp. 13.104,-
Bunga bersih
= Rp. 74.257,-
3. Perhitungan bunga dengan menggunakan saldo harian
Tgl. 1 s/d 8 September
16% x Rp. 3.000.000
Bunga =
x 8 hari = Rp. 10.521
365 hari
Tgl. 9 dan 10 September
16% x Rp. 8.000.000
Bunga =
x 2 hari = Rp. 7.014
365 hari
Tgl. 11 s/d 13 September
17% x Rp. 8.000.000
Bunga =
x 3 hari = Rp. 11.178
365 hari
Tgl. 14 dan 15 September
17% x Rp. 4.000.000
Bunga =
x 2 hari = Rp. 3.726
365 hari
Tgl. 16 s/d 20 September
17% x Rp. 10.000.000
Bunga =
x 5 hari = Rp. 23.288
365 hari
Tgl. 21 dan 22 September
20% x Rp. 10.000.000
Bunga =
x 2 hari = Rp. 10.959
365 hari
Tgl. 23 s/d 26 September
20% x Rp. 3.000.000
Bunga =
x 4 hari = Rp. 6.575
365 hari
Tgl. 27 s/d 30 September
20% x Rp. 9.000.000
Bunga =
x 4 hari = Rp. 19.726
365 hari
Total bunga harian
= Rp. 92.987
Pajak 15% x Rp. 92.987,-
= Rp. 13.948
-
Bunga bersih
•
= Rp. 79.039
Simpanan Giro
Bagi bank simpanan giro merupakan sumber dana yang dibeli dari
masyarakat. Sumber dana ini harus dibayar dengan suku bunga tertentu.
Pemberian balas jasa berupa suku bunga ini disebut jasa giro.
Bunga atau jasa giro yang dibayar kepada pemegang giro dihitung dengan
berbagai metode. Metode perhitungan yang paling umum dilakukan adalah
dengan menggunakan saldo terendah. Artinya bunga dihitung dari saldo
terendah dalam bulan tersebut.
Agar lebih jelas perhitungan jasa giro akan diuraikan dengan contoh
berikut ini menurut Dendawijaya (2003 : 55) :
Nama Nasabah: Tn. Ray
Nomor Rekening: 10.04.1998
Rekening Koran
Tn Ray
Per 30 September 2000
Tgl
Transaksi
Debet
Kredit
Saldo
01
Saldo
-
-
5.500.000
08
Setor tunai
-
10.000.000
15.500.000
10
Tarik tunai
3.000.000
-
12.500.000
15
Tarik tunai
2.500.000
-
10.000.000
Tgl
Transaksi
Debet
Kredit
Saldo
16
Setor kliring
-
4.000.000
14.000.000
20
Tarik tunai
7.000.000
-
7.000.000
22
Setor tunai
-
2.000.000
9.000.000
24
Transfer masuk
-
7.000.000
16.000.000
29
Tarik tunai
14.000.000
-
2.000.000
Diketahui :
-
Pajak 15%
-
Jasa giro 14% per tahun
1. Perhitungan bunga dengan menggunakan saldo terendah
Saldo terendah bulan September adalah Rp. 2.000.000,- maka bunga pada
bulan September adalah:
14% x Rp. 2.000.000
Bunga =
= Rp. 23.333,-
12 bulan
Pajak = 15% x Rp. 23.333,-
= Rp. 3.500,-
Bunga bersih
= Rp. 19.833,-
2. Perhitungan bunga dengan menggunakan saldo rata-rata
Saldo rata-rata untuk bulan September adalah:
Rp. 91.500.000,= Rp. 10.166.667,9
Keterangan :
a. Angka Rp. 91.500.000,- diperoleh dari menjumlahkan saldo mulai
tanggal 1 September sampai dengan tanggal 29 September 2000.
b. Sedangkan angka 9 diperoleh dari jumlah transaksi yang terjadi
selama bulan tersebut, maka bunganya adalah sebagai berikut:
14% x Rp. 10.166.667,Bunga =
= Rp. 118.611,-
12 bulan
Pajak = 15% x Rp. 118.611,-
= Rp. 17.792,-
Bunga bersih
= Rp. 100.819
•
Simpanan Deposito
1. Deposito Berjangka
Agar lebih jelas jumlah biaya bunga yang harus ditanggung oleh bank
untuk dibayarkan kepada nasabah akan dijelaskan dengan contoh sebagai
berikut menurut Dendawijaya (2003 : 64) :
a. Tuan Daniel ingin menerbitkan deposito berjangka untuk jangka
waktu 6 bulan. Nominal yang diinginkan adalah Rp. 50.000.000,- dan
pembayaran secara tunai. Bunga 20% per tahun dan dikenakan pajak
serta bunga diambil setiap bulan tunai.
Jumlah bunga yang dibayar bank setiap bulan adalah:
20% x Rp.50.000.000
Bunga =
X 1 = Rp.833.333
12 bulan
Pajak = 15% x Rp.833.333
= Rp.124.999
-
Bunga bersih per bulan
= Rp.708.334
b. Tuan Ibrahim ingin menerbitkan deposito berjangka dengan nominal
Rp.30.000.000,- jangka waktu yang diinginkan adalah 9 bulan bunga
dikenakan 26% per tahun dan diambil setelah jatuh tempo. Setelah
jatuh tempo seluruh deposito dicairkan dan uangnya diambil tunai.
Jumlah bunga yang harus dibayar oleh bank setelah jatuh tempo.
26% x Rp.30.000.000
Bunga =
12 bulan
Pajak = 15% x Rp.5850.000
x 9 = Rp.5.850.000
= Rp. 877.500
-
Bunga bersih setelah jatuh tempo = Rp.4972.500
2. Sertifikat Deposito
Agar lebih jelas jumlah biaya bunga yang harus ditanggung oleh bank
untuk dibayarkan kepada nasabah akan dijelaskan dengan contoh sebagai
berikut menurut Dendawijaya (2003 : 66) :
a. Nn. Rahmi Budi membeli 10 lembar sertifikat deposito nominal @
Rp.30.000.000,- bunga 18% Pa (per tahun) dan diambil dimuka jangka
waktu 12 bulan dan pembayaran secara tunai kemudian dikenakan
pajak 15 %.
Jumlah bunga yang harus dibayarkan oleh bank:
Total nominal sertifikat deposito 10 x Rp.30.000.000
=
Rp.300.000.000
18% x Rp.300.000.000
Bunga =
x 12 = Rp.54.000.000
12 bulan
Pajak = 15% x Rp.54.000.000
= Rp 8.100.000
Jumlah yang harus dibayar
= Rp. 45.900.000
b. Nn. Farrah Azmi membeli 30 lembar sertifikat deposito nominal @
Rp.400.000,- untuk jangka waktu 3 bulan. Bunga 16% dan diambil
setiap bulan. Pajak 15%.
Jumlah bunga yang harus dibayar oleh bank:
Total nominal sertifikat deposito 30 x Rp. 400.000 = Rp.12.000.000
16% x Rp.12.000.000
Bunga =
x 1 = Rp.160.000
12 bulan
Pajak = 15% x Rp.160.000
= Rp 24.000
jumlah yang harus dibayar
= Rp.136.000
3. Deposito On Call
Agar lebih jelas untuk memahami perbedaan antara dua jenis deposito di
atas dengan DOC berikut ini akan diuraikan:
Tuan Habibi memiliki sejumlah uang Rp.100.000.000,- ingin menerbitkan
depositi on call hari ini tanggal 1 Maret 2001. bunga yang telah
dinegosiasikan adalah 5% per bulan dan diambil pada saat pencairan. Pada
tanggal 20 Maret 2001 Tuan Habibi mencairkan deposito on callnya. Pajak
12%.
Jumlah bunga yang harus dibayar oleh bank ádalah:
Lama uang mengendap dari tanggal 1 Maret sampai dengan tanggal 20
Maret = 20 hari
5% x Rp.100.000.000
Bunga =
x 20 hari = Rp.3.333.333
30 hari
Pajak = 15% x Rp.3.333.333
= Rp 500.000
-
jumlah yang harus dibayar
= Rp.2.833.333
2.6 Laba Bank dari Bunga
Dalam menjalankan suatu usaha atau setiap kegiatan tertentu harapan yang
pertama kali diinginkan adalah memperoleh keuntungan. Bank dalam mencari
keuntungan juga memiliki cara tersendiri. Keuntungan utama bagi bank yang
berdasarkan prinsip konvensional adalah berdasarkan bunga yang telah
ditentukan.
Bunga dari bank yang berdasarkan prinsip konvensional dapat diartikan
sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank kepada nasabah yang membeli atau
menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar
kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dan yang harus dibayar oleh nasabah
kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman).
Baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman merupakan komponen
utama faktor biaya dan pendapatan bagi bank. Bunga simpanan merupakan biaya
dana yang harus dikeluarkan kepada nasabah sedangkan bunga pinjaman
merupakan pendapatan yang diterima dari nasabah. Antara bunga simpanan dan
bunga pinjaman masing-masing mempengaruhi satu sama lain. Apabila bunga
simpanan tinggi, maka secara otomatis bunga pinjaman juga terpengaruh ikut
naik.
Laba bank yang berasal dari bunga diperoleh dari selisih positif antara
pendapatan bunga dengan beban bunga.
•
Pendapatan Bunga
Pendapatan bunga sampai saat ini masih merupakan sumber utama
pendapatan
bank
karena
kontribusinya
terhadap
pendapatan
secara
keseluruhan ádalah yang paling besar. Pendapatan bunga berasal dari kredit
yang diberikan dan penempatan dana baik kepada bank lain maupun Bank
Indonesia dalam bentuk sertifikat Bank Indonesia.
•
Beban Bunga
Merupakan beban yang berasal dari bunga yang dikeluarkan secara langsung
dalam rangka penghimpunan dana yang terdiri dari deposito, tabungan dan
giro. Beban bunga deposito merupakan beban bunga terbesar yang
dikeluarkan bank karena tingkat suku bunga deposito yang ditawarkan paling
tinggi dibandingkan dengan suku bunga tabungan maupun giro.
2.7 Pengaruh Non Performing Loan Dan Loan To Deposit Ratio Terhadap
Laba dari Bunga
Perbankan sebagai lembaga kepercayaan masyarakat dalam menyimpan
uangnya, masih dilanda krisis kepercayaan itu sendiri. Hal ini dikarenakan
masyarakat masih belum sepenuhnya mempercayai perbankan nasional, dimana
hal ini mempengaruhi kegiatan operasional bank.
Kredit sebagai salah satu sumber pendanaan sektor riil masih sedikit
diberikan oleh bank, hal ini disebabkan oleh meningkatnya tingkat NPL yang
dialami bank sebagai konsekuensi risiko kredit yang dihadapi oleh bank. Oleh
karena risiko yang ditanggung bank inilah yang menyebabkan manajemen bank
harus melakukan beberapa tahap proses dalam pengucuran kredit untuk
memperkecil risiko kredit bermasalah.
Oleh karena dibatasinya tingkat kredit bermasalah sebesar 3-5%, maka
manajemen bank tidak dapat melakukan ekspansi kreditnya secara leluasa yang
akan mengakibatkan menurunnya pendapatan bunga dari kegiatan intermediasi.
Hal ini dapat terlihat dari rendahnya LDR. Namun LDR yang tinggi tidak selalu
menggambarkan bank telah melakukan kegiatan intermediasinya dengan baik, tapi
merupakan suatu peringatan kepada mereka agar lebih berhati-hati dalam
mempertimbangkan pemberian kredit sebab bisa saja terjadi penumpukan dana di
bank. Dimana stándar besarnya tingkat LDR yang optimal menurut Bank
Indonesia adalah 85%-110%.
Seandainya kredit kurang dikelola dengan baik maka akan banyak kredit
bermasalah (NPL) yang berakibat pada menurunnya pendapatan bunga bank yang
memicu rendahnya tingkat LDR serta menurunnya pengembalian pokok pinjaman
yang pada gilirannya bank akan menderita kerugian. Walaupun laba bank dari
bunga tidak sepenuhnya ditentukan oleh perolehan bunga kredit, namun kualitas
kredit akan sangat menentukan pendapatan bank yang pada gilirannya akan
berpengaruh terhadap laba bank dari bunga.
Download