BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Perbankan Di Indonesia Perbankan secara umum merupakan lembaga keuangan yang melakukan kegiatan berupa pengumpulan dana masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam berbagai bentuk. Di Indonesia sendiri bank merupakan prime resource (sumber utama) pembangunan. Pengertian perbankan menurut UU No.10 Tahun 1998 tentang perubahan atas UU No.7 Tahun 1992 tentang perbankan Bab I pasal 1 adalah sebagai berikut : Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. 2.1.1 Pengertian Bank Bank adalah suatu industri yang bergerak dibidang jasa yang dalam hal ini adalah sebagai media perantara keuangan antara debitur dan kreditur. Bank menerima simpanan dana dari pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (misalnya: dalam bentuk tabungan, giro dan deposito) dan menyalurkannya kepada pihak-pihak yang memerlukan dana dalam bentuk pinjaman. Pihak yang memiliki kelebihan dana akan menerima tingkat pengembalian tertentu dari pihak bank sebagai imbalannya yang dikenal dengan nama bunga. Disisi lain, pihak yang menggunakan dana dari bank harus membayar bunga ke bank. Dalam UU perbankan No.7 Tahun 1992 sebagaimana telah dirubah dalam UU perbankan No.10 Tahun 1998 menyebutkan bahwa : “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Sedangkan Ikatan Akuntan Indonesia dalam PSAK No.31 (1994 : 31.1) mengenai akuntansi perbankan disebutkan sebagai berikut: ” Bank adalah suatau lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (Financial Intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus Unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (deficit Unit) serta lembaga yang berfungsi memperlancar lalulintas pembayaran”. Pengertian bank menurut Muchdarsyah Sinungan (1999 : 3) adalah : ”Bank adalah suatu lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang”. Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pada dasarnya bank merupakan suatu lembaga keuangan yang mempunyai fungsi sebagai mediator atau perantara bagi lalu-lintas uang, yaitu dengan cara menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana, dalam bentuk simpanan dan kemudian mengelola dana tersebut dengan cara meminjamkan kepada masyarakat yang memerlukan dana. 2.1.2 Fungsi Bank Dalam Undang-undang No. 7 tahun 1992 sebagaimana telah disempurnakan menjadi Undang-undang No. 10 tahun 1998 disebukan bahwa fungsi utama perbankan adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Sedangkan Susilo et al (2000 : 6) menyatakan secara spesifik bank dapat berfungsi sebagai : a. Agent of trust Dasar utama kegiatan perbankan adalah trust atau kepercayaan baik dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana masyarakat. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi unsur kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak disalah gunakan oleh bank, uangnya akan dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut dan juga percacaya bahwa pada saat yang dijanjikan masyarakat dapat menarik simpanannya. Pihak bank sendiri akan mau menempatkan atau menyalurkan dananya kepada debitur atas landasan kepercayaan. Pihak bank percaya bahwa debitur tidak akan menyalahgunakan pinjamannya. Debitur akan mengelolanya dan mampu membayar pada saat jatuh tempo. b. Agent of development Sektor dalam kegiatan perekonomian masyarakat yaitu sektor riil dan sektor moneter tidak dapat dipisahkan. Kedua sektor tersebut berinteraksi saling mempengaruhi satu sama lain. Sektor riil tidak dapat bekerja apabali sektor moneter tidak dapat bekerja dengan baik. Tugas bank sebagai penghimpun dan penyalur dana sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan perekonomian disektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan investasi, distribusi dan konsumsi barang dan jasa, mengigat semua kegiatan investasi, distribusi dan konsumsi selalu berkaitan dengan penggunaan uang. Kegiatan investasi, distribusi dan konsumsi tidak lain adalah kegiatan pembangunan ekonomi masyarakat. c. Agent of services Disamping melakukan kegiatan pengimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa-jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa-jasa yang ditawarkan bank erat kaitannya dengan perekonomian masyarakat secara umum. Jasa-jasa bank ini antara lain dapat berupa jasa pengiriman uang, jasa penitipan barang berharga, jasa pemberian jaminan bank. 2.1.3 Jenis-Jenis Bank Jenis bank dapat dilihat dari berbagai sudut pandang dimana jenis bank tersebut menjadi berbeda-beda dan banyak macamnya. Dalam bagian ini akan dibahas tentang bank menurut fungsi, kepemilikan, kemampuan untuk melakukan transaksi valuta asing, penciptaan uang giral dan berdasarkan cara menentukan harga. Jenis bank berdasarkan fungsinya : 1. Bank Sentral Bank sentral di Indonesia, yakni Bank Indonesia, yang memiliki fungsi utama antara lain , mengatur, menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah dan mengawasi seluruh bank yang beroperasi di Indonesia. 2. Bank Umum Bank umum adalah bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk deposit dan giro. Tugas utama bank ini adalah memberikan kredit jangka pendek. 3. Bank Tabungan Bank tabungan merupakan bank yang dalam mengumpulkan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk tabungan. Tugas utama bank ini adalah menanam kembali dana yang dihimpun dalam bentuk surat berharga. 4. Bank Pembangunan Bank tabungan merupakan bank yang dalam mengumpulkan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk deposito atau mengeluarkan surat berharga jangka menengah dan jangka panjang pada bidang pembangunan. 5. Bank Umum lainnya yang mengkhususkan diri pada kegiatan tertentu Pendirian bank ini dimungkinkan oleh ketentuan pasal 5 ayat 2 UU perbankan tahun 1992. Kegiatan tertentu yang dimaksud adalah antara lain : pembiayaan jangka panjang, pembiayaan pengembangan koperasi dan pengusaha lemah, pengembangan ekspor non migas, dan pengembangan pembangunan perumahan. Jenis bank berdasarkan kepemilikannya : 1. Bank Pemerintah atau Bank BUMN Bank pemerinatah atau BUMN Adalah bank yang seluruh sahamnya dimiliki oleh pemerintah atau negara. 2. Bank Pembangunan Daerah Bank pembangunan daerah terdapat pada setiap daerah tingkat I, bank ini didirikan berdasarkan UU No.13 Tahun 1962 pasal 3 dan 7. 3. Bank Swasta Nasional Bank swasta nasional adalah bank yang seluruh sahamnya dimiliki oleh pihak swasta. Bank swasta dapat dibedeakan menjadi dua golongan berdasarkan kemampuannya melakukan transaksi internasional dan transaksi valas, yaitu : • Bank devisa, yaitu bank yang dapat mengadalan transaksi internasional seperti ekspor-impor, jual beli valas dan lain-lain. • Bank non devisa, yaitu bank yang tidak mengadakan transaksi internasional, bank ini dapat meningkatkan statusnya menjadi bank devisa setelah syarat-syarat untuk itu dipenuhi. 4. Bank Asing Bank asing adalah bank yang usahanya dimiliki oleh pihak asing, untuk jenis ini mereka hanya membuka cabang di Indonesia dan kantor pusatnya terdapat di luar negeri. 5. Bank Campuran Bank campuran adalah bank sebagian sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan sebagian lagi oleh pihak swasta nasional. 6. Bank Koperasi Bank koperasi adalah bank yang modalnya berasal dari perkumpulan koperasi. Jenis Bank berdasarkan penciptaan uang giral 1. Bank Primer, yakni bank yang dapat menciptakan uang giral. 2. Bank Sekunder, yakni bank yang bertugas sebagai perantara penyalur kredit. 2.1.4 Kegiatan Perbankan Dalam menjalankan usahanya sebagai lembaga keuangan, kegiatan bank sehari-hari tidak terlepas dari bidang keuangan. Sama seperti halnya perusahaan lainnya, kegiatan perbankan secara sederhana dapat kita katakan sebagai tempat melayani segala kebutuhan nasabahnya. Para nasabah datang silih berganti baik sebagai pembeli jasa atau penjual jasa yang ditawarkan. Hal ini sesuai dengan kegiatan utama bank yaitu membeli uang dari masyarakat (menghimpun dana) melalui simpanan dan kemudian menjual uang yang diperoleh dari penghimpunan dana dengan cara (menyalurkan dana) kepada masyarakat umum dalam bentuk kredit atau pinjaman. Dewasa ini kegiatan-kegiatan perbankan yang ada di Indonesia terutama kegiatan bank umum adalah sebagai berikut: 1. Menghimpun dana dari masyarakat (Funding) dalam bentuk: a. Simpanan Giro (Demand Deposit) yang merupakan simpanan pada bank dimana penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek atau bilyet giro. b. Simpanan Tabungan (Saving Deposit) yaitu simpanan pada bank yang penarikannya dapat dilakukan sesuai perjanjian antara bank dengan nasabah dan penarikannya dengan menggunakan slip penarikan, buku tabungan, kartu ATM atau sarana penarikan lainnya. c. Simpanan Deposito (Time Deposit) merupakan simpanan pada bank yang penarikannya sesuai jangka waktu (jatuh tempo) dan dapat ditarik dengan bilyet giro atau sertifikat deposito. 2. Menyalurkan dana ke masyarakat (Lending) dalam bentuk kredit seperti: a. Kredit investasi merupakan kredit yang diberikan kepada para investor untuk investasi yang penggunaannya jangka panjang. b. Kredit modal kerja merupakan kredit yang diberikan untuk membiayai kegiatan suatu usaha dan biasanya bersifat jangka pendek guna memperlancar transaksi perdagangan. c. Kredit perdagangan merupakan kredit yang diberikan kepada para pedagang baik agen-agen maupun pengecer. d. Kredit konsumtif merupakan kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai untuk keperluan pribadi. e. Kredit produktif merupakan kredit yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa. 3. Memberikan jasa-jasa lainnya (services) antara lain: a. Menerima setoran-setoran seperti; Pembayaran pajak Pembayaran telepon Pembayaran air Pembayaran listrik Pembayaran uang kuliah b. Melayani pembayaran-pembayaran seperti; Gaji/ pensiun /honorarium Pembayaran deviden Pembayaran kupon Pembayaran bonus/ hadiah c. Di dalam pasar modal perbankan dapat memberikan atau menjadi; Penjamin emisi (underwriter) Penaggung (guarantor) Wali amanat (trustee) Perantara perdagangan efek (pialang/broker) Pedagang efek (dealer) Perusahaan pengelola dana (investment company) d. Transfer (Kiriman Uang) merupakan jasa kiriman uang antar bank baik antar bank yang sama maupun bank yang berbeda. e. Inkaso (collection) merupakan jasa penagihan warkat antar bank yang berasal dari luar kota berupa cek, bilyet giro atau surat-surat berharga lainnya yang baik berasal dari warkat bank dalam negeri maupun luar negeri. f. Kliring (clearing) merupakan jasa penarikan warkat (cek atau bilyet giro) yang berasal dari dalam satu kota, termasuk transfer dalam kota antar bank. g. Safe Deposit Box merupakan jasa penyimpanan dokumen, berupa suratsurat atau benda berharga. h. Bank Card merupakan jasa penerbitan kartu-kartu kredit yang dapat digunakan dalam berbagai transaksi dan penarikan uang tunai di ATM. i. Bank Notes (Valas) merupakan kegiatan jual beli mata uang asing. j. Bank garansi merupakan jaminan yang diberikan kepada nasabah dalam pembiayaan proyek tertentu. k. Referensi bank merupakan surat referensi yang dikeluarkan oleh bank. l. Bank draft merupakan wesel yang diterbitkan oleh bank. m. Letter of credit (L/C) merupakan jasa yang diberikan dalam rangka mendukung kegiatan transaksi ekspor impor. n. Cek wisata merupakan cek perjalanan yang biasa digunakanoleh para turis dan dibelanjakan diberbagai tempat perbelanjaan. 2.1.5 Sumber Dana Bank Pengertian sumber dana bank adalah usaha bank dalam menghimpun dana dari masyarakat. Perolehan dana ini tergantung dari bank itu sendiri, apakah dari simpanan masyarakat atau lembaga lainnya. Kemudian untuk membiayai operasinya, dana dapat pula diperoleh dari modal sendiri, yaitu dengan mengeluarkan atau menjual saham. Secara garis besar sumber dana bank dapat diperoleh dari: 1. Dari bank itu sendiri (Dana pihak ke-1) Perolehan dana dari sumber bank itu sendiri (modal sendiri) maksudnya adalah dana yang diperoleh dari dalam bank. Adapun pencarian dana yang bersumber dari bank itu sendiri terdiri dari: a. Setoran modal dari para pemegang saham yaitu, merupakan modal dari para pemegang saham lama atau pemegang saham baru. b. Cadangan laba, yaitu laba yang setiap tahun dicadangkan oleh bank dan sementara waktu Belum digunakan. c. Laba bank yang belum dibagi, merupakan laba tahun berjalan tapi belum dibagikan ke para pemegang saham. Keuntungan dari sumber dana sendiri adalah tidak perlu membayar bunga yang relatif lebih besar daripada jika meminjam ke lembaga lain. Keuntungan lainnya adalah mudah untuk memperoleh dana yang diinginkan (relatif kecil). 2. Dari lembaga lainnya (Dana pihak ke-2) Perolehan dana dari sumber ini dapat diperoleh dari: 1 Bantuan likuiditas Bank Indonesia (BLBI), merupakan kredit yang diberikan Bank Indonesia kepada bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditasnya. 2 Pinjaman antar bank (Call Money). Biasanya pinjaman ini diberikan kepada bank-bank yang mengalami kalah kliring di dalam lembaga kliring dan tidak mampu membayar kekalahannya. Pinjaman ini bersifat jangka pendek dengan bunga yang relatif tinggi. Instrumen yang digunakan terdiri dari sertifikat deposito, promes, SPBU (surat berharga pasar uang). 3 Pinjaman dari bank-bank luar negeri. 4 Modal subordinasi yaitu pinjaman yang diperoleh berdasarkan perjajnjian antar bank dengan pihak lain yang hanya dapat dilunasi apabila bank telah memenuhi kewajiban tertentu, dan hak tagihnya berlaku paling akhir dari semua simpanan dan pinajaman yang diterima bila terjadi likuidasi. 5 Dana dari LKBB yang seringkali tidak berbentuk pinjaman atau kredit melainkan surat berharga yang dapat diperjual beliakan sebelum jatuh tempo. 6 Modal pinjaman yang berupa capiatal notes, loan stock atau warkat. 3. Dari masyarakat luas (Dana pihak ke-3) Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini. Pencarian dana dari sumber ini relatif lebih mudah jika dibandingkan sumber lainnya. Mudah dikarenakan asal dapat memberi bunga yang relatif lebih tinggi dan dapat memberikan fasilitas menarik lainnya sperti hadiah dan pelayanan yang memuaskan menarik dana dari sumber ini tidak terlalu sulit. Kemudian keuntungan lainnya dana yang tersedia dimasyarakat tidak terbatas. Kerugiannya adalah sumber dana dari sumber ini relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan dana sendiri baik untuk biaya bunga maupun biaya promosi. Sumber dana dari masyarakat luas terdiri dari: Simpanan Giro Pengertian giro menurut undang-undang perbankan Nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan. Dapat ditarik setiap saat, maksudnya bahwa uang yang sudah disimpan di rekening giro tersebut dapat ditarik berkali-kali dalam sehari dengan catatan dana yang tersedia masih mencukupi. Kemudian harus memenuhi persyaratan lain yang ditetapkan oleh bank yang bersangkutan. Pengertian cek adalah surat perintah tanpa syarat dari nasabah kepada bank yang memelihara rekening giro nasabah tersebut, untuk membayar sejumlah uang kepada pihak yang disebutkan di dalam cek atau kepada pembawa cek. Jenis-jenis cek yang terdapat di masyarakat dewasa ini antara lain: a. Cek Atas Unjuk Yaitu cek yang tidak tertulis nama seseorang atau badan tertentu di dalam cek tersebut. b. Cek Atas Nama Merupakan cek yang diterbitkan atas nama orang atau badan tertentu yang tertulis jelas dalam cek tersebut. c. Cek Silang Merupakan cek yang dipojok kiri atas diberi dua tanda silang. Cek tersebut berfungsi sebagai pemindahbukuan bukan tunai dan fungsinya sama dengan bilyet giro. d. Cek Mundur Merupakan cek yang diberi tanggal mundur dari sekarang. e. Cek Kosong Yaitu cek yang dananya tidak tersedia artinya jumlah dana yang tertulis di dalam cek tidak dapat dibayar karena dana yang ada di rekening giro jumlahnya lebih kecil. Simpanan Tabungan Pengertian tabungan menurut Undang-Undang Perbankan nomor 10 tahun 1998 adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat- syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan atau alat linnya yang dipersamakan dengan itu. Ada beberapa alat penarikan tabungan, hal ini tergantung dari persyaratan bank masing-masing. Alat-alat yang dimaksud adalah: 1. Buku Tabungan Kepada setiap penabung biasanya diberikan buku tabungan. Di dalam buku tabungan berisi catatn saldo tabungan, penarikan, penyetoran dan pembebanan-pembebanan yang mungkin terjadi. 2. Slip Penarikan Merupakan formulir penarikan dimana nasabah cukup menulis nama, nomer rekening, jumlah uang serta tanda tangan nasabah untuk menarik sejumlah uang. Slip penarikan biasanya digunakan bersamaan dengan buku tabungan. 3. Kartu ATM Yaitu sejenis kartu kredit yang terbuat dari plastik yang dapat digunakan untuk menarik sejumlah uang dari tabungannya baik uang yang ada di bank maupun mesin ATM. Simpanan Deposito Pengertian deposito menurut undang-undang No.10 tahun 1998 adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. Berikut ini jenis-jenis deposito yang ada di Indonesia dewasa ini: a. Deposito Berjangka Merupakan deposito yang diterbitkan dengan jenis waktu tertentu. Deposito berjangka diterbitkan atas nama perorangan maupun lembaga. b. Sertifikat Deposito Sama seperti halnya deposito berjangka, sertifikat deposito merupakan deposito yang diterbitkan dengan jangka waktu 2,3,6,dan12 bulan hanya perbedaannya sertifikat deposito diterbitkan atas unjuk dalam bentuk sertifikat dan dapat diperjual belikan atau dipindahtangankan kepada pihak lain. Perbedaan lain adalah pencairan bunga sertifikat deposito dapat dilakukan dimuka, baik tunai maupun non tunai, disamping setiap bulan akan jatuh tempo. c. Deposit On Call Merupakan deposito yang digunakan untuk deposan yang memiliki jumlah uang yang sangat besar dan sementara waktu belum digunakan. Penerbitan DOC memiliki jangka waktu minimal 7 hari dan paling lama kurang dari 1 bulan. DOC diterbitkan atas nama. 2.1.5.1 Pengalokasian Dana Sumber dana yang berhasil dihimpun kemudian dialopkasikan sedemikian rupa berdasarkan rencana alokasi dengan memperhatikan kebijakansanaan yang telah digariskan dengan tujuan : 1. Mencapai tingkat profitabilitas yang besar. 2. mempertahankan kepercayaan masyarakat dengan menjaga agar posisi likuiditasnya tetap aman. Penggunaan dana bank secara umum dibagi menjadi 2 bagian : 1. Non Earning Asset (Aktiva yang tidak menghasilkan) Merupakan penempatan dana olah bank dalam asset yang tidak memberikan keuntungan secara finansial, akan tetapi penempatan itu harus dilakukan oleh bank umum untuk memenuhi kewajibannya kepada nasbah dan untuk kepentingan bank sendiri. Penanaman tersebut terdiri dari : a. Primary reserve (cadangan primer) yaitu cadangan utama vyang wajib dipelihara oleh bank demi memenuhi kewajiban likuiditasnya. Terdiri dari : 1. kas fisik yang disimpan bank 2. saldo giro dari Bank Indonesia. b. Inventaris pada aktiva tetap, dengan tujuan sebagai sarana dan prasarana yang mendukung operasional bank. 2. Earning Asset (Aktiva yang menghasilkan) Merupakan penempatan dana oleh bank dalam asset yang menghasilkan pendapatan untuk menutup biaya-biaya yang dikeluarkan oleh bank. Dari aktiva inilah bank mengharapkan adanya selisih (margin) dari kegiatan pengumpulan dan penyaluran dana. Penanaman ini terdiri dari : a. Secondary reserve, merupakan penempatan dana bukan hanya untuk menghasilkan keuntungan, akan tetapi dimaksudkan sebagai cadangan penyangga (buffer) posisi primary reserve contoh : SBPU, sertifikat BI, commercial papper, call money. b. Pinjaman yang diberikan yaitu penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antar bank dengan pihak lain, yang mewajibkan pihak peminjam untuk meluinasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan yang bersifat langsung atau tidak langsung. c. Investasi dana jangka panjang, merupakan urutan terakhir dalam penempatan dana karena pada kondisi ini bank memiliki kelebihan dana sehinnga digunakan untuk investasi agar dapat memberi keuntungan. 2.2. Kredit Kredit merupakan hal yang essensial dalam dunia perekonomian karena perkembangan yang cepat, maka permasalahan yang menyangkut kredit berkaitan erat dengan masalah perekonomian. 2.2.1 Pengertian Kredit Pengertian kredit menurut Undang-Undang Perbankan nomor 10 tahun 1998 adalah: ”penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”. Undang-undang tentang pokok perbankan diatas, menunjukkan jelasnya hukum antara kreditur dengan debitur yang meliputi haknya disatu pihak dan kewajiban dipihak lain, termasuk jumlah, waktu dan suku bunga dalam perbankan secara tertulis. Dengan kata lain kredit merupakan suatu benda yang intangible yang pada dewasa ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam rangka pendorong dan melancarkan perdagangan, produksi, jasa-jasa dan konsumsi yang semuanya itu pada akhirnya ditujukan untuk menaikkan taraf hidup orang banyak. Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam kredit menurut H. Moh. Tjoekam (1999 : 2) adalah sebagai berikut: 1. Kepercayaan Adalah keyakinan dari kreditur bahwa prestasi yang diberikan akan benarbenar dikembalikan oleh debitur dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan 2. Kreditur Adalah orang atau suatu badan yang memiliki prestasi dan bersedia memberikan pinjaman kepada debitur. 3. Debitur Adalah orang yang membutuhkan prestasi dan berkewajiban mengembalikan prestasi berikut kontra prestasinya. 4. Kesepakatan Suatu konsensus mengenai simpan pinjam antara kreditur dengan debitur. 5. Jangka Waktu Adalah suatu masa antara penyerahan prestasi oleh kreditur dengan saat pengembalian prestasi berikut kontra prestasinya. 6. Resiko Adalah tingkat resiko yang dihadapi akibat adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberiam kredit dengan kontra prestasinya, semakin lama kredit diberikan semakin tinggi resikonya. 7. Prestasi atau kontra prestasi Prestasi adalah obyek kredit yang diberikan dalam bentuk uang sedangkan kontra prestasi adalah balas jasa debitur kepada kreditur berupa bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. 2.2.2 Tujuan Kredit Tujuan utama pemberian kredit menurut Kashmir (2002 : 96) antara lain : a. Mencari keuntungan Yaitu bertujuan memperoleh hasi dari pemberian kredit tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima bank sebagai balas jasa biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. b. Membantu usaha nasabah Tujuan lainnya untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupaun dana modal kerja. Dengan dana tersebut akan dapat mengembangkan dan memperluas usahanya. c. Membantu pemerintah Bagi pemerintah semakin banyak kredit yangv disalurkan oleh pihak bank berarti adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor. Keuntungan bagi pemerintah adalah : Penerimaan pajak dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan bank. Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini untukm kredit pembangunan usaha baru atau perluasan uasaha akan membutuhkan tenaga kerja baru sehingga mengurangi pengangguran. Meningkatkan jumlah barang dan jasa. Menghemat devisa negara terutama untuk produk-produk yang sebelumnya diimpor dan apabila sudah dapat diproduksi di dalam negeri dengan fasilitas kredit yang ada tentunya akan menghemat devisa. Meningkatkan devisa negara, apabila produk yang dibiayai dari kredit untuk keperluan ekspor. 2.2.3 Fungsi Kredit Fungsi kredit pada dasarnya ialah pemenuhan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam rangka melancarkan perdagangan, mendorong dan melancarkan produksi, jasa-jasa dan bahkan konsumsi yang kesemuanya itu pada akhirnya ditujukan untuk menaikkan taraf hidup rakyat banyak. Menurut H. Rachmat Firdaus (2003 : 5) fungsi kredit adalah sebagai berikut : Kredit dapat memajukan arus tukar menukar barang dan jasa. Dengan adanya kredit, lalu-lintas pembayaran barang dan jasa dapat terus berlangsung. Kredit dapat mengaktifkan alat pembayaran yang idle. Terjadinya kredit disebabkan oleh adanya golongan yang berlebih dan golongan yang kekurangan. Maka dari golongan yang berlebih ini akan terkumpul sejumlah dana yang tidak digunakan (idle). Dana yang idle tersebut jika dipinjamkan kepada golongan yang kekurangan akan berubah menjadi dana yang efektif. Kredit dapat menciptakan alat pembayaran baru. Kredit sebagai alat pengendali harga. Andaikata diperlukan adanya perluasan jumlah uang yang beredar di masyarakat, maka salah satu caranya ialah dengan mempermudah dan mempermurah pemberian kredit perbankan kepada masyarakat. Dan andaikata dirasakan adanya keperluan untuk mempersempit jumlah uang yang beredar diusahakan adanya pembatasan. Kredit dapat mengaktifkan dan meningkatkan manfaat atau faedah atau kegunaan potensi-potensi ekonomi yang ada. Dengan adanya bantuan permodalan yang berupa kredit, maka seorang industriawan, petani dan lain sebagainya bbisa memproduksi atau meningkatkan produksi dari potensi-potensi ekonomi yang dimilikinya. 2.2.4 Kolektibilitas Kredit Berdasarkan Surat Keputusan Direksi BI No.31/147/KEP/DIR Tanggal 12 November 1998 tentang kualitas aktiva produktif, maka kualitas kredit dapat digolongkan menjadi: • Lancar (Pass) merupakan pembayaran tepat waktu, perkembangan rekening baik dan tidak ada tunggakan serta sesuai dengan persyaratan kredit. • Dalam perhatian khusus (Special Mention), dimana terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga sampai dengan 90 hari. • Kurang Lancar (Sub Standar), dimana terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga melampaui 90 hari sampai dengan 180 hari. • Diragukan (Doubtfull), dimana terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga melampaui 180 hari sampai dengan 270 hari. • Macet (Loss), dimana terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga melampaui 270 hari. Dan digolongkan NPL adalah kredit yang memiliki kualitas kurang lancar (Sub Standar), diragukan (Doubtfull) dan macet (Loss). 2.2.5 Jenis-Jenis Kredit Jenis kredit yang diberikan oleh perbankan kepada masyarakat dapat dilihat dari berbagai sudut, yaitu: 1. Kredit dilihat dari segi kegunaanya a. Kredit investasi merupakan kredit yang diberikan kepada para investor untuk investasi yang penggunaannya jangka panjang. b. Kredit modal kerja merupakan kredit yang diberikan untuk membiayai kegiatan suatu usaha dan biasanya bersifat jangka pendek guna memperlancar transaksi perdagangan. 2. Kredit dilihat dari segi tujuannya a. Kredit perdagangan merupakan kredit yang diberikan kepada para pedagang baik agen-agen maupun pengecer. b. Kredit konsumtif merupakan kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai untuk keperluan pribadi. c. Kredit produktif merupakan kredit yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa. 3. Kredit dilihat dari segi jaminannya a. Kredit dengan jaminan Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan tertentu. Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau barang tidak berwujud. b. Kredit tanpa jaminan Kredit yang diberikan tanpa jaminan barang. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter serta loyalitas si calon debitur selama berhubungan dengan bank yang bersangkutan. 4. Kredit dilihat dari jangka waktunya a. Kredit jangka pendek Kredit ini merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. b. Kredit jangka menengah Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun. c. Kredit jangka panjang Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling lama yaitu diatas 3 tahun atau 5 tahun. Biasanya kredit ini digunakan untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet, kelapa sawit dan lain-lain. 5. Kredit dilihat dari sektor usahanya a. Kredit pertanian b. Kredit peternakan c. Kredit industri d. Kredit pertambangan e. Kredit pendidikan f. Kredit profesi g. Kredit perumahan 2.2.6 Jaminan Kredit Bank yang berhasil dalam pengelolaan kredit adalah bank yang mampu mengelola kredit bermasalah pada suatu tingkat yang wajar dan tidak menimbulkan kerugian bagi bank tersebut. Oleh karena itu jaminan pemberian kredit merupakan unsur pokok dalam persetujuan pemberian kredit tersebut. Tanpa jaminan bank tidak diperkenankan memberikan kredit kepada siapapun. Jaminan pemberian kredit adalah keyakinan bank atas kesanggupan debitur untuk melunasi kredit sesuai dengan yang diperjanjikan (Keputusan BI No.23/69/Kep/Dir-28-2-1991 pasal 2 dan 1b) untuk memperoleh keyakinan bahwa debitur mampu melunasi kreditnya. Dengan adanya jaminan kredit dimana nilai jaminannya biasanya melebihi nilai kredit maka bank akan aman. Bank dapat mempergunakan atau menjual jaminan kredit untuk menutupi kredit apabila kredit yang diberikan macet. Jaminan kredit juga dapat melindungi bank dari nasabah yang nakal. Hal ini disebabkan tidak sedikit bank yang mampu tetapi tidak mau membayar kreditnya. Yang paling penting dalam jaminan kredit adalah mengikat nasabah untuk segera melunasi utang-utangnya. Nasabah akan terikat dengan bank mengingat jaminan kredit akan disita oleh bank apabila nasabah tidak mampu membayar. Untuk masalah-masalah khusus kredit dapat pula diberikan tanpa jaminan. Hal ini tentu dengan berbagai pertimbangan yang matang misalnya untuk jumlah yang kecil atau kredit sosial. Dalam praktiknya yang dapat dijadikan jaminan kredit oleh calon debitur adalah sebagai berikut: a. Jaminan dengan barang-barang seperti: • Tanah • Bangunan • Kendaraan Bermotor • Mesin-mesin/peralatan • Barang dagangan • Dan barang-barang berharga lainnya b. Jaminan surat berharga seperti: • Sertifikat saham • Sertifikat obligasi • Sertifikat tanah • Sertifikat deposito • Promes • Wesel • Dan surat berharga lainnya c. Jaminan orang atau perusahaan Yaitu jaminan yang diberikan oleh seseorang atau perusahaan kepada bank terhadap fasilitas kredit yang diberikan. Apabila kredit tersebut macet maka orang atau perusahaan yang memberikan jaminan itulah yang diminta pertanggung jawabannya atau menanggung resikonya. d. Jaminan asuransi Yaitu bank menjaminkan kredit tersebut kepada pihak asuransi terutama terhadap phisik objek kredit, seperti kendaraan, gedung dan lainnya. Apabila terjadi kehilangan atau kebakaran maka pihak asuransilah yang akan menanggung kerugian tersebut. 2.2.7 Prinsip-prinsip Pemberian Kredit Jaminan Kredit yang diberikan nasabah kepada bank hanyalah merupakan tambahan, terutama untuk melindungi kredit yang macet akibat suatu musibah. Akan tetapi apabila telah dilakukan analisa kredit, sehingga nasabah sudah dikatakan layak untuk memperoleh kredit, maka fungsi jaminan kredit hanyalah untuk berjaga-jaga. Sebelum suatu fasilitas kredit diberikan maka bank harus merasa yakin terlebih dahulu bahwa kredit yang diberikan akan benar-benar kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari penilaian kredit sebelum kredit tersebut disalurkan. Penilaian kredit oleh bank dapat dilakukan dengan berbagai prinsip untuk mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya, apakah calon debitur memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban kepada bank secara tertib baik pembayaran pokok pinjaman maupun bunganya sesuai dengan ketentuan yang disepakati. Analisis yang dilakukan dalam memberikan kredit: Prinsip-prinsip kredit analisis 7P 1. Personality yaitu menilai nasabah dari segi kepribadian atau tingkah lakunya seharihari maupun masa lalunya. 2. Party yang mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas, serta karakternya. 3. Purpose yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. 4. Prospect yaitu untuk menilai usaha nasbah dimasa yang akan datang apakah menguntungkan atau tidak. 5. Payment merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit yang diperolehnya. 6. Profitability untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. 7. protection tujuannya adalah bagaimana menjaga kredit yang dikucurkan oleh bank namun melalui suatu perlindungan. Prinsip-prinsip kredit analisis 5C 1. Character Adalah sifat atau watak seseorang dalam hal ini calon debitur. 2. Capacity Untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam membayar kredit yang dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis serta kemampuan mencari laba. 3. Capital Untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap suatu usaha yang akan dibiayai oleh bank. 4. Collateral Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. 5. Condition Dalam menilai kredit hendaknya dinilai juga kondisi ekonomi sekarang dan untuk masa yang akan datang sesuai sektor masing-masing. 2.3. Non Performing Loan Penyaluran kredit merupakan aktivitas pokok bank karena dengan menyalurkan kredit kepada debitur, bank memperoleh bunga yang merupakan sumber utama pendapatan bank. Oleh karena itu, pemberian kredit harus dapat dikelola dengan baik yang didukung oleh sistem pemgawasan dan pengendalian yang memadai untuk dapat mengatasi resiko kredit yang timbul. Bisnis perbankan pada dasarnya tidak dapat melepaskan diri dari resiko kredit berupa tidak lancarnya pembayaran kembali atau dengan kata lain disebut kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL). Terjadinya NPL disuatu bank merupakan hal yang wajar. 2.3.1. Pengertian Non Performing Loan salah satu resiko yang dihadapi bank adalah resiko tidak terbayarnya kredit yang telah diberikan atau yang sering disebut dengan resiko kredit. Resiko kredit umumnya timbul dari berbagai kredit yang masuk dalam kategori kredit bermasalah. Keberadaan NPL dalam jumlah yang cukup banyak menimbulkan kesulitan sekaligus menurunkan tingkat kesehatan bank yang bersangkutan. Oleh sebab itu bank dituntut untuk selalu menjaga kreditnya agar tidak berada dalam kategori kredit bermasalah (NPL). Risiko yang dihadapi bank adalah resiko tidak terbayarnya kredit yang sering disebut default risk atau resiko kredit. Meskipun resiko kredit tidak dapat dihindarkan, maka harus diusahakan dalam tingkat yang wajar berkisar antara 3-5% dari total kreditnya. Kredit yang termasuk dalam kategori NPL adalah kredit kurang lancar (Sub Standar), kredit diragukan (Doubtfull) dan kredit macet (Loss). Bank yang berhasil dalam pengelolaan kreditnya adalah bank yang mampu mengelolan NPL dalam tingkat yang wajar dan tidak merugikan bank. Adapun masalah yang dihadapi perbankan Indonesia adalah sebagai berikut: Pertama, NPL yang meningkat tajam, misalnya; kredit macet. Dengan meningkatnya NPL maka akibatnya bank harus menyediakan cadangan penghapusan piutang yang cukup besar, sehingga kemampuan memberikan kredit menjadi sangat terbatas. Kedua, likuiditasnya yakni masalah tingginya mobilitas dana masyarakat sehingga bank melakukan rangsangan seperti tingkat suku bunga yang sangat tinggi agar dana masyarakat terhimpun kembali. Dalam buku Bank Management and Regulation, Keeton and Morris (1992:279) memberikan pengertian NPL sebagai berikut: “ A Non Performing Loan is a loan has not been charged off but is 90 days or more overdue…” Dari definisi diatas dapat diartikan bahwa kredit dapat dikatakan bermasalah bilamana terjadi keterlambatan pembayaran bunga dan atau pokok pinjaman lebih dari 90 hari sejak jatuh tempo. Untuk mengetahui besarnya tingkat Non Performing Loan suatu bank maka diperlukan suatu ukuran. Bank Indonesia menginstruksikan perhitungan non performing loan dalam laporan tahunan perbankan nasional sesuai dengan SE BI No.3/33/DPNP tanggal 14 Desember 2001 tentang perhitungan rasio keuangan yang dirumuskan sebagai berikut: NPL = TotalKreditBermasalah TotalKredit 2.3.2. Penyebab Timbulnya Non Performing Loan Jika tidak ditangani dengan baik maka kredit bermasalah atau NPL merupakan sumber kerugian yang potensial bagi bank. Dalam menjalankan fungsinya sebagai penyalur dana kepada masyarakat, maka bank sebagai lembaga perkreditan harus melakukan analisis melalui prinsip 5C ( Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition) guna meminimalisasi resiko NPL atau tidak kembalinya kredit. Menurut Dahlan Siamat (2001 : 175), dari sisi perspektif bank terjadi kredit bermasalah disebabkan oleh berbagai faktor yang dapat dibedakan sebagai berikut : • Faktor Internal Faktor internal kredit bermasalah berhubungan dengan kebijakan dan strategi yang ditempuh pihak bank, antara lain : a. Kebijakan perkreditan yang ekspansif Bank yang memiliki dana (excess liquidity) sering menetapkan kebijakan perkreditan yang terlalu ekspansif yang melebihi pertumbuhan kredit secara wajar yaitu menetapkan sejumlah target kredit dalam waktu tertentu. Keharusan pencapaian kredit yang harus dicapai mendorong pejabat kredit menempuh langkah yang agresif sehingga mengakibatkan tidak lagi selektif dalam memilih calon debitur dan kurang menetapkan prinsip-prinsip perkreditan yang sehat dalam menilai permohonan kredit. b. Penyimpangan dalam pelaksanaan prosedur perkreditan Pejabat bank sering tidak mengikuti dan kurang disiplin dalam menerapkan prosedur perkreditan sesuai dengan pedoman dan tata cara pemberian kredit dalam suatu bank. Penyimpangan tersebut bias disebabkan karena jumlah dan kualitas SDM, khususnya yang menangani masalah perkreditan belum memadai. Disamping itu, adanya pihak dalam bank yang sangat dominan dalam pemutusan kredit. c. Lemahnya sistem administrasi dan pengawasan kredit Lemahnya sistem administrasi dan pengawasan kredit menyebabkan kredit yang secara potensial akan mengalami masalah tidak dapat dilacak secara dini, sehingga bank terlambat melakukan langkah pencegahan. d. Lemahnya informasi kredit e. Itikad kurang baik dari pihak bank Pemilik atau pengurus bank seringkali memanfaatkan keberadaan banknya untuk kepentingan kelompok bisnisnya dengan sengaja melanggar ketentuan kehati-hatian perbankan. • Faktor Eksternal a. Penurunan kegiatan ekonomi dan tingginya tingkat bunga kredit Penurunan kegiatan ekonomi dapat disebabkan oleh adanya kebijakan penyejukan kegiatan ekonomi atau akibat kebijakan pengetatan uang yang dilakukan oleh BI menyebabkan tingkat bunga naik yang pada gilirannya bank tidak mampu membayar cicilan pokok dan bunga kredit. b. Pemanfaatan iklim persaingan perbankan yang tidak sehat oleh debitur Persaingan bank yang sangat ketat dalam penyaluran kredit dapat dimanfaatkan debitur yang memiliki itikad kurang baik dengan cara memperoleh kredit melebihi jumlah yang diperlukan dan untuk usaha yang tidak jelas atau untuk spekulatif. c. Kegagalan usaha debitur Kegagalan usaha debitur dapat terjadi karena sifat usaha debutur sensitive terhadap pengaruh eksternal misalnya kegagalan dalam pemasaran produk, terjadi perubahan harga dipasar, perubahan pola konsumen dan pengaruh perekonomian nasional. d. Debitur mengalami musibah Sedangkan menurut Lukman Dendawijaya (2003 : 102), kemacetan suatu fasilitas kredit disebabkan oleh 2 faktor yaitu: 1. Dari pihak perbankan Dalam hal ini pihak analisis kredit kurang teliti baik dalam mengecek kebenaran dan keaslian dokumen maupun salah dalam melakukan perhitungan dengan rasio-rasio yang ada. Akibatnya, apa yang seharusnya terjadi, tidak dprediksi sebelumnya. 2. Dari pihak nasabah Kemacetan kredit yang disebabkan nasabah diakibatkan 2 hal yaitu: a. Adanya unsur kesengajaan Artinya nasabah sengaja tidak mau membayar kewajibannya kepada bank sehingga kredit yang diberikan dengan sendirinya macet. b. Adanya unsur tidak sengaja Artinya nasabah memiliki kemauan untuk membayar akan tetapi tidak mampu dikarenakan usaha yang dibiayai terkena musibah misalnya kebanjiran atau kebakaran sehingga mengalami kerugian. Pihak bank akan berhati-hati pada semua faktor tersebut dan akan mengawasi dengan sungguh-sungguh. Kelambanan dalam menangkap isyarat tak menguntungkan dari faktor tersebut dan kelalaian dalam mengambil tindakan penanganan dapat menjerumuskan kredit ke dalam bermasalah. 2.3.3. Dampak Non Performing Loan dampak dari keberadaan Non Performing Loan dalam jumlah besar tidak hanya berdampak pada bank yang bersangkutan, tetapi dapat meluas dalam cakupan nasional apabila tidak ditangani dengan tepat. Lukman Dendawijaya (2003 : 86) mengemukakan dampak keberadaan Non Performing Loan yang tidak wajar sebagai berikut: 1. Hilangnya kesempatan memperoleh pendapatan (income) dari kredit yang diberikan, sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi profitabilitas bank. 2. Rasio kualitas aktiva produktif menjadi semakin besar yang menggambarkan terjadinya situasi yang memburuk. 3. Bank harus memperbesar penyisihan untuk cadangan aktiva produktif yang diklasifikasikan berdasarkan ketentuan yang berlaku. Hal ini pada akhirnya akan mengurangi besar modal bank. 4. menurunnya nilai tingkat kesehatan bank berdasarkan perhitungan kesehatan bank dengan analisis CAMEL. 2.3.4. Penyelamatan Non Performing Loan semakin banyak kredit yang menumpuk pada kredit macet, bank harus secepatnya mengambil tindakan penyelamatan agar kredit tersebut tidak terlalu lama menumpuk dalam kategori bermasalah apalagi dalam kualitas macet. Penyelamatan terhadap kredit macet dilakukan dengan beberapa metode yaitu: 1. Rescheduling Yaitu dengan cara: a. Memperpanjang jangka waktu kredit Dalam hal ini debitur diberikan keringanan dalam masalah jangka waktu kredit, misalnya perpanjangan jangka waktu kredit dari 6 bulan menjadi satu tahun sehingga debitur mempunyai waktu yang lebuh lama untuk mengembalikannya. b. Memperpanjang jangka waktu angsuran Dalam hal ini jangka waktu angsuran kreditnya diperpanjang pembayarannya, misalnya dari 36 kali menjadi 48 kali dan hal ini tentu saja mengakibatkan jumlah angsuran menjadi lebih kecil. 2. Reconditioning Dengan cara mengubah berbagai persyaratan yang ada seperti: a. Kapitalisasi bunga, yaitu dengan cara bunga dijadikan hutang pokok. b. Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu. c. Penurunan suku bunga. d. Pembebasan bunga. 3. Restructing Yaitu dengan cara: a. Menambah jumlah kredit b. Menambah equity yaitu: o Dengan menyetor uang tunai o Tambahan dari pemilik 4. Kombinasi Merupakan kombinasi dari ketiga metode diatas. 5. Penyitaan Jaminan Penyitaan jaminan merupakan jalan terakhir apabila nasabah sudah benarbenar tidak punya itikad baik atau sudah tidak mampu lagi untuk membayar semua hutang-hutangnya. 2.4. Loan To Deposit Ratio Mengukur dan mempertahankan posisi likuiditas keuangan bank dalam arti luas bukan pekerjaan yang mudah, karena memperkirakan pemasukan dan pengeluaran kas pada masa yang akan datang juga tidak mudah. Sebagai contoh bank tidak dapat memperkirakan secara pasti nasabah mana akan menarik giro atau deposito berjangka mereka, pada tanggal berapa dan jumlah berapa. Dilain pihak bank juga sulit untuk memperkirakan secara pasti, berapa jumlah tambahan giro, tabungan atau deposito berjangka yang akan mereka terima dari nasabah pada masa mendatang. Padahal setiap orang bankir mengetahui bahwa untuk melayani penarikan deposito dalam jumlah besar secara tiba-tiba, atau permintaan kredit dari banyak debitur dapat memaksa mereka untuk mencari dana yang lebih mahal. Hal yang sebaliknya dapat juga berdampak kurang menguntungkan bagi bank. Uang dalam jumlah besar yang tiba-tiba didepositokan nasabah dapat menjadi beban (pembayaran bunga) bilamana bank tidak dapat segera memutarkan dana tersebut. Loan To Deposit Ratio merupakan perbandingan antara seluruh jumlah kredit atau pembiayaan yang diberikan bank dengan dana yang diterima bank. Nilai LDR dapat ditentukan melalui suatu formula yang ditentukan oleh Bank Indonesia melalui SE BI No.3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001: LDR = TotalKredit TotalDanaPihakKe − 3 + ModalSendiri Dana pihak ketiga meliputi giro, tabungan, dan depositi tetapi tidak termasuk giro dan deposito antar bank. Modal inti yang dimaksud adalah sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang terdiri atas modal disetor pemilik bank, agio saham, berbagai cadangan laba ditahan berjalan dan laba tahun berjalan. Selanjutnya Bank Indonesia juga menetapkan batas maksimal rasio pemberian kredit terhadap dana uang terhimpun maksimal sebesar 110%. Loan To Deposit Ratio umumnya digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas sebuah bank. Rasio ini menunjukkan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Likuiditas merupakan ketersediaan dana dan sumber dana bank pada saat ini dan masa yang akan datang. Loan To Deposit Ratio mempunyai peranan yang sangat penting sebagai indikator yang menunjukkan tingkat ekspansi kredit yang dilakukan bank, sehingga LDR dapat juga digunakan untuk mengukur berjalan tidaknya suatu fungsi intermediansi bank. Bagi bank yang menganut prinsip manajemen yang berhati-hati (prudent management), LDR yang tinggi merupakan satu tanda peringatan kepada mereka agar lebih berhati-hati dalam mempertimbangkan pemberian kredit baru. Sedangkan Angka LDR yang rendah menunjukkan tingkat ekspansi kredit yang rendah dibandingkan dana yang diterima maka dapat diketahui bahwa bank masih jauh dari maksimal dalam melaksanakan fungsi intermediansinya. Dimana stándar besarnya tingkat LDR yang optimal adalah 85%-110%. 2.5 Suku Bunga Bank Dalam kegiatan perbankan berdasarkan prinsip konvensional ada 2 macam bunga yang diberikan kepada nasabah yaitu: 1. Bunga Simpanan (Rekening) Merupakan harga beli yang harus dibayar bank kepada nasabah pemilik simpanan. Bunga ini diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa kepada nasabah yang menyimpan uangnya di bank. Sebagai contoh jasa giro, bunga tabungan atau bunga deposito. 2. Bunga Pinjaman (Kredit) Merupakan bunga yang dibebankan kepada para peminjam atau harga jual yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank. Bagi bank bunga pinjaman merupakan harga jual. Baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman merupakan komponen utama faktor biaya dan pendapatan bagi bank. Bunga simpanan merupakan biaya dana yang harus dikeluarkan kepada nasabah sedangkan bunga pinjaman merupakan pendapatan yang diterima dari nasabah. Antara bunga simpanan dan bunga pinjaman masing-masing mempengaruhi satu sama lain. Apabila bunga simpanan tinggi, maka secara otomatis bunga pinjaman juga terpengaruh ikut naik. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Suku Bunga Agar keuntungan yang diperoleh dapat maksimal maka pihak manajemen bank harus pandai dalam menentukan besar kecilnya komponen suku bunga. Hal ini disebabkan apabila salah dalam menentukan besar kecilnya komponen suku bunga maka akan dapat merugikan bank itu sendiri. Terdapat beberapa faktorfaktor yang mempengaruhi penetuan suku bunga, baik bunga simpanan maupun pinjaman. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Kebutuhan dana Faktor kebutuhan dana dikhususkan untuk dana simpanan, yaitu seberapa besar kebutuhan dana yang diiginkan. Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan pinjaman meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat terpenuhi adalah dengan meningkatkan suku bunga pinjaman. Sebaliknya apabila permohonan pinjaman sedikit maka bunga simpanan akan turun karena hal ini merupakan beban. 2. Target laba yang diinginkan Faktor ini dikhususkan untuk bunga pinjaman. Hal ini disebabkan target laba merupakan salah satu komponen dalam menentukan besar kecilnya suku bunga pinjaman. Jika laba yang diinginkan besar maka bunga pinjaman ikut besar dan demikian pula sebaliknya. 3. Kualitas jaminan Kualitas jaminan juga diperuntukan untuk bunga pinjaman. Semakin likuid jaminan (mudah dicairkan) yang diberikan, maka semakin rendah bunga kredit yang dibebankan dan sebaliknya. Contoh jaminan sertifikat deposito berbeda dengan jaminan sertifikat tanah. Alasan utama perbedaan ini adalah dalam hal pencairan jaminan apabila kredit yang diberikan bermasalah. Bagi bank jamianan yang likuid seperti sertifikat deposito atau rekening giro lebih mudah dicairkan dibandingkan dengan sertifikat tanah. 4. Kebijaksanaan pemerintah Dalam menentukan tingkat suku bunga baik simpanan maupun pinjaman bank tidak boleh melebihi batasan yang ditetapkan oleh pemerintah. 5. Jangka waktu Baik bunga simpanan maupun pinjaman faktor jangka waktu sangat menentukan. Semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka akan semakin tinggi bunganya, hal ini disebabkan besarnya kemungkinan resiko kredit macet dimasa mendatang. Demikian pula sebaliknya jika pinjaman berjangka pendek maka bunganya relatif lebih rendah. Untuk bunga simpanan sebaliknya semakin panjang jangka waktu maka bunga simpanan semakin rendah dan sebaliknya. 6. Reputasi perusahaan Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat menetukan tingkat suku bunga yang akan dibebankan nantinya, karena biasanya perusahaan yang bonafid kemungkinan resiko kredit dimasa mendatang relatif kecil dan perusahaan yang kurang bonafid faktor risiko kredit macet cukup besar. 7. Produk yang kompetitif Kompetitif maksudnya adalah produk yang dibiayai tersebut laku dipasaran. Untuk produk yang kompetitif, bunga kredit yang diberikan relatif rendah dibandingkan dengan produk yang kurang kompetitif. Hal ini disebabkan produk yang kompetitif tingkat perputaran produknya tinggi sehingga pembayaran diharapkan lancar. 8. Hubungan baik Biasanya bunga pinjaman dikaitkan dengan faktor kepercayaan kepada seseorang atau lembaga. Dalam praktiknya bank menggolongkan nasabahnya antara nasabah utama (primer) dan nasabah biasa (sekunder). Penggolongan ini berdasarkan kepada keaktifan serta loyalitas nasabah yang bersangkutan terhadap bank. Nasabah yang mempunyai hubungan baik dengan bank tentu bunganya lebih rendah. 9. Persaingan Dalam kondisi tidak stabil dan bank kekurangan dana, sementara tingkat persaingan dalam nmemperebutkan dana simpanan cukup ketat, maka bank harus bersaing keras dengan bank lainnya. Dalam arti jika untuk bunga simpanan rata-rata pesaing 15% maka jika hendak membutuhkan dana cepat sebaiknya bunga simpanan dinaikan diatas bunga pesaing misalnya 16%. Namun sebaliknya jika untuk bunga pinjaman kita harus berada dibawah bunga pesaing agar dana yang menumpuk dapat tersalurkan. Komponen-komponen Dalam Menentukan Bunga Kredit Sesungguhnya keuntungan utama dari bisnis perbankan adalah bagaimana mengelola dan menentukan bunga pinjaman secara fleksibel sehingga menghasilkan laba yang maksimal. Artinya tingkat suku bunga pinjaman harus lebih tinggi dari tingkat suku bunga simpanan sehingga bank dapat memperoleh keuntungan. Namun dalam kondisi tertentu misalnya kesulitan dana maka dapat terjadi sebaliknya yaitu suku bunga simpanan lebih tinggi dari suku bunga pinjaman kondisi ini dikenal dengan istilah negative spread. Dalam menentukan besar kecilnya suku bunga kredit yang akan diberikan kepada debitur terdapat beberapa komponen yang perlu mendapat perhatian. Komponen-komponen tersebut antara lain: 1. Total Biaya Dana (Cost Of Fund) Merupakan total bunga yang dikeluarkan oleh bank untuk memperoleh dana simpanan baik dalam bentuk simpanan giro, tabungan maupun deposito. Total biaya dana tergantung seberapa besar bunga yang ditetapkan untuk memperoleh dana yang diinginkan. Semakin besar bunga yang dibebankan terhadap bunga simpanan maka semakin tinggi pula biaya dananya demikian pula sebaliknya. Total biaya dana ini harus dikurangi dengan cadangan wajib atau reserve requirement (RR) yang telah ditetapkan pemerintah. Saat ini RR yang ditetapkan pemerintah 5%. 2. Biaya Operasi Dalam melekukan kegiatan bank membutuhkan berbagai sarana dan prasarana baik berupa manusia maupun alat. Penggunaan sarana dan prasarana ini membutuhkan biaya yang harus ditanggung oleh bank sebagai biaya operasi. Biaya ini terdiri dari biaya gaji, biaya administrasi, biaya pemeliharaan dan biaya lain-lain. 3. Cadangan Resiko Kredit Macet Merupakan cadangan terhadap macetnya kredit yang akan diberikan, hal ini disebabkan setiap kredit yang diberikan pasti mengandung suatu resiko tidak terbayar. Resiko ini dapat timbul baik disengaja maupun tidak disengaja. Oleh karena itu pihak bank perlu mencadangkannya sebagai sikap bersiaga menghadapinya dengan cara membebankan sejumlah presentase tertentu terhadap kredit yang disalurkan. 4. Laba Yang Diinginkan Setiap melakukan transaksi bank selalu ingin memperoleh laba yang maksimal. Penentuan ini ditentukan oleh beberapa pertimbangan yang penting, mengingat penentuan besarnya laba sangat mempengaruhi besarnya bunga kredit. Dalam hal ini biasanya bank disamping melihat kondisi pesaing juga melihat kondisi nasabah apakah nasabah utama atau bukan dan juga melihat sector-sektor yang dibiayai, misalnya jika proyek pemerintah atau untuk pengusaha/rakyat kecil maka labanya pun berbeda dengan yang komersil. 5. Pajak Pajak merupakan kewajiban yang dibebankan pemerintah kepada bank yang memberikan fasilitas kredit kepada nasabahnya. Untuk lebih mudah memahami pembebanan suku bunga berikut ini contoh komponen-komponen pembebanan suku bunga dalam menentukan suku bunga kredit adalah sebagai berikut: Total biaya dana (cost of fund) Total biaya operasi Y% X% + Cadangan resiko kredit macet Z% A% Laba yang diinginkan B% C% Pajak Q% dari laba (C%) D% E% + + + Bunga Kredit yang diberikan F% kepada para debiturnya Total biaya dana (cost of fund) = Bunga yang dibebankan 100% - Cadangan wajib 2.5.3. Jenis Pembebanan Suku Bunga Kredit Setiap nasabah yang memperoleh fasilitas kredit dari bank akan dikenakan kewajiban membayar kembali. Pembayaran kewajiban tersebut dilakukan setiap periode apakah harian, mingguan atau bulanan. Pembayaran ini dikenal dengan nama angsuran. Dalam setiap angsuran yang dibayar oleh nasabah sudah termasuk pokok pinjaman ditambah bunga yang harus dibayar. Jumlah angsuran yang dibayar setiap periode berbeda tergantung dari jenis pembebanan suku bunga yang dilakukan oleh bank. Pembebanan suku bunga oleh bank adalah dengan memperhatikan jenis kredit yang dibiayai, kemudian menjadi pertimbangan bank dalam menentukan pembebanan suku bunga adalah tingkat resiko dari masing-masing jenis kredit. Dewasa ini terdapat 3 jenis model pembebanan suku bunga yang sering dilakukan oleh bank. Adapun model pembebanan suku bunga yang dimaksud adalah: 1. Flate Rate Flate rate merupakan perhitungan suku bunga yang tetap setiap periode, sehingga jumlah angsuran (cicilan) setiap periode pun tetap sampai pinjaman tersebut lunas. 2. Sliding Rate Merupakan perhitungan suku bunga yang dilakukan dengan mengalikan % tase suku bunga per periode dengan sisa pinjaman, sehingga jumlah suku bunga yang dibayar debitur semakin menurun, akibatnya angsuran yang dibayarpun menurun jumlahnya. 3. Floating Rate Merupakan perhitungan suku bunga yang dilakukan sesuai dengan tingkat suku bunga pada bulan yang bersangkutan. Dalam perhitungan model ini suku bunga dapat naik, turun atau tetap setiap periodenya. Begitupula dengan jumlah angsuran yang dibayar sangat tergantung dari suku bunga pada bulan yang bersangkutan. Berikut ini contoh kasus mengenai metode pembebanan suku bunga menurut Dendawijaya (2003: 83) PT. Sinar Terang memperoleh fasilitas kredit dari BRI senilai Rp.18.000.000,- jangka waktu kredit adalah 1 tahun(12 bulan), bunga kredit dikenakan sebesar 14% per tahun. Disamping itu PT. Sinar Terang juga dikenakan biaya administrasi sebesar Rp.360.000,- dan biaya provisi dan komisi 1%. Diminta hitunglah: 1. Berapa jumlah angsuran per bulan yang dibayar oleh PT. Sinar Terang jika BRI menggunakan metode flate rate. 2. Berapa jumlah angsuran per bulan untuk metode sliding rate 3. hitung pula angsuran per bulan yang harus dibayar PT. Sinar Terang jika BRI menggunakan metode floating rate dengan asumsi tingkat suku bunga sebagai berikut: Bulan 1 s/d bulan ke-4 suku bunga 14% per tahun Bulan 5 s/d bulan ke-8 suku bunga 16% per tahun Bulan 6 s/d bulan ke-12 suku bunga 15% per tahun Jawab: Sebelum menghitung jumlah suku bunga maka terlebih dahulu perlu dihitung jumlah pokok pinjaman yang harus dibayar PT. Sinar Terang. 1. Metode Flate Rate Jumlah Pinjaman a. Pokok pinjaman (PP) = Jumlah Angsuran Rp. 18.000.000,= = Rp. 1.500.000,12 b. % x pinjaman Suku bunga = Tahun 14 % x Rp.18.000.000,= = Rp. 210.000,12 + Jumlah angsuran dengan metode flate rate Rp. 1.710.000,- Tabel Perhitungan Angsuran Pinjaman PT. Sinar Terang Dengan Metode Flate Rate (dalam ribuan) Bulan Sisa pinjaman Pokok pinjaman Bunga Angsuran 1 18.000 1500 210 1710 2 16.500 1500 210 1710 3 15.000 1500 210 1710 4 13.500 1500 210 1710 5 12.000 1500 210 1710 6 10.500 1500 210 1710 7 9.000 1500 210 1710 8 7.500 1500 210 1710 9 6.000 1500 210 1710 10 4.500 1500 210 1710 11 3.000 1500 210 1710 12 1.500 1500 210 1710 Jml 18.000 2.520 20.520 2. Metode Sliding Rate Jumlah Pinjaman a. Pokok pinjaman (PP) = Jumlah Angsuran Rp. 18.000.000,= = Rp. 1.500.000,- 12 b. Untuk suku bunga dihitung dengan sisa pinjaman sebagai berikut: Bulan ke-1 14% x Rp.18.000.000,Bunga = X1 = Rp. 210.000,12 PP = Rp.1.500.000,+ Jumlah angsuran Bulan ke-1 = Rp.1.710.000,- Bulan ke-2 14% x Rp.16.500.000,Bunga = X1 = Rp. 192.500,- 12 PP = Rp.1.500.000,+ Jumlah angsuran Bulan ke-2 = Rp.1.692.500,- Bulan ke-3 14% x Rp.15.000.000,Bunga = X1 = Rp. 175.000,- 12 PP = Rp.1.500.000,+ Jumlah angsuran Bulan ke-3 = Rp.1.675.000,- Bulan ke-4 14% x Rp.13.500.000,Bunga = X1 = Rp. 157.500,- 12 PP = Rp.1.500.000,+ Jumlah angsuran Bulan ke-4 = Rp.1.657.500,- Bulan ke-5 14% x Rp.12.000.000,Bunga = X1 = Rp. 140.000,- 12 PP = Rp.1.500.000,+ Jumlah angsuran Bulan ke-5 = Rp.1.640.000,- Bulan ke-6 14% x Rp.10.500.000,Bunga = X1 = Rp. 122.500,- 12 PP = Rp.1.500.000,+ Jumlah angsuran Bulan ke-6 = Rp.1.622.500,- Bulan ke-7 14% x Rp.9.000.000,Bunga = X1 = Rp. 105.000,- 12 PP = Rp.1.500.000,+ Jumlah angsuran Bulan ke-7 = Rp.1.605.000,- Bulan ke-8 14% x Rp.7.500.000,Bunga = X1 = Rp. 87.500,- 12 PP = Rp.1.500.000,+ Jumlah angsuran Bulan ke-8 = Rp.1.587.500,- Bulan ke-9 14% x Rp.6.000.000,Bunga = X1 = Rp. 70.000,- 12 PP = Rp.1.500.000,+ Jumlah angsuran Bulan ke-9 = Rp.1.570.000,- Bulan ke-10 14% x Rp.4.500.000,Bunga = X1 = Rp. 52.500,- 12 PP = Rp.1.500.000,+ Jumlah angsuran Bulan ke-10 = Rp.1.552.500,- Bulan ke-11 14% x Rp.3.000.000,Bunga = X1 = Rp. 35.000,- 12 PP = Rp.1.500.000,+ Jumlah angsuran Bulan ke-11 = Rp.1.535.000,- Bulan ke-12 14% x Rp.1.500.000,Bunga = X1 = Rp. 17.500,- 12 PP = Rp.1.500.000,+ Jumlah angsuran Bulan ke-12 = Rp.1.517.500,- Tabel Perhitungan Angsuran Pinjaman PT. Sinar Terang Dengan Metode Sliding Rate (dalam ribuan) Bula Sisa pinjaman Pokok pinjaman Bunga Angsuran n 1 18.000 1500 210 1710 2 16.500 1500 192,5 1.692,5 3 15.000 1500 175 1.675 4 13.500 1500 157,5 1.657,5 5 12.000 1500 140 1.640 6 10.500 1500 122,5 1.622,5 7 8 9 10 11 12 Jml 9.000 7.500 6.000 4.500 3.000 1.500 1500 1500 1500 1500 1500 1500 18.000 105 87,5 70 52,5 35 17,5 1.365 1.605 1.587,5 1.570 1.552,5 1.535 1.517,5 19.365 3. Metode Floating Rate Jumlah Pinjaman a. Pokok pinjaman (PP) = Jumlah Angsuran Rp. 18.000.000,= = Rp. 1.500.000,- 12 b. Untuk suku bunga dihitung dengan sisa pinjaman sebagai berikut: Bulan ke-1 14% x Rp.18.000.000,Bunga = X1 = Rp. 210.000,- 12 PP = Rp.1.500.000,+ Jumlah angsuran Bulan ke-1 = Rp.1.710.000,- Bulan ke-2 14% x Rp.18.000.000,Bunga = X1 = Rp. 210.000,- 12 PP = Rp.1.500.000,+ Jumlah angsuran Bulan ke-2 = Rp.1.710.000,- Bulan ke-3 14% x Rp.18.000.000,Bunga = X1 = Rp. 210.000,- 12 PP = Rp.1.500.000,+ Jumlah angsuran Bulan ke-3 = Rp.1.710.000,- Bulan ke-4 14% x Rp.18.000.000,Bunga = X1 12 = Rp. 210.000,- PP = Rp.1.500.000,+ Jumlah angsuran Bulan ke-4 = Rp.1.710.000,- Bulan ke-5 16% x Rp.18.000.000,Bunga = X1 = Rp. 240.000,- 12 PP = Rp.1.500.000,+ Jumlah angsuran Bulan ke-5 = Rp.1.740.000,- Bulan ke-6 16% x Rp.18.000.000,Bunga = X1 = Rp. 240.000,- 12 PP = Rp.1.500.000,+ Jumlah angsuran Bulan ke-6 = Rp.1.740.000,- Bulan ke-7 16% x Rp.18.000.000,Bunga = X1 = Rp. 240.000,- 12 PP = Rp.1.500.000,+ Jumlah angsuran Bulan ke-7 = Rp.1.740.000,- Bulan ke-8 16% x Rp.18.000.000,Bunga = X1 = Rp. 240.000,- 12 PP = Rp.1.500.000,+ Jumlah angsuran Bulan ke-8 = Rp.1.740.000,- Bulan ke-9 15% x Rp.18.000.000,Bunga = X1 = Rp. 225.000,- 12 PP = Rp.1.500.000,+ Jumlah angsuran Bulan ke-9 = Rp.1.725.000,- Bulan ke-10 15% x Rp.18.000.000,Bunga = X1 = Rp. 225.000,- 12 PP = Rp.1.500.000,+ Jumlah angsuran Bulan ke-10 = Rp.1.725.000,- Bulan ke-11 15% x Rp.18.000.000,Bunga = X1 = Rp. 225.000,- 12 PP = Rp.1.500.000,+ Jumlah angsuran Bulan ke-11 = Rp.1.725.000,- Bulan ke-12 15% x Rp.18.000.000,Bunga = X1 = Rp. 225.000,- 12 PP = Rp.1.500.000,+ Jumlah angsuran Bulan ke-12 = Rp.1.725.000,- Tabel Perhitungan Angsuran Pinjaman PT. Sinar Terang Dengan Metode Floating Rate (dalam ribuan) Bunga Angsuran Bulan Sisa pinjaman Pokok pinjaman 1 18.000 1500 210 1.710 2 16.500 1500 210 1.710 3 15.000 1500 210 1.710 4 13.500 1500 210 1.710 5 12.000 1500 240 1.740 6 10.500 1500 240 1.740 7 9.000 1500 240 1.740 8 7.500 1500 240 1.740 9 6.000 1500 225 1.725 10 4.500 1500 225 1.725 11 3.000 1500 225 1.725 12 1.500 1500 225 1.725 Jml 18.000 2.700 20.700 2.5.4. Jenis Pembebanan Suku Bunga Simpanan • Simpanan Tabungan Biaya yang dikeluarkan oleh bank untuk simpanan tabungan biasanya berupa bunga. Metode pembebanan tabungan sama seperti pembebanan bunga untuk jasa giro yaitu saldo terendah, saldo rata-rata, dan saldo harian. Pembebanan suku bunga tabungan tergantung pada bank namun dalam praktiknya sering digunakan saldo harian. Berikut ini contoh pembebanan bunga tabungan yang harus dibayar oleh bank kepada nasabah menurut Dendawijaya (2003:59): Nama Nasabah: Tn. Roy Akase Nomor Rekening: 10.07.1997 Laporan Rekening Tabungan Tn Roy Akase Per 30 September 2000 Tgl Transaksi Debet Kredit Saldo 01 Setor tunai - 3.000.000 3.000.000 09 Setor tunai - 5.000.000 8.000.000 14 Tarik tunai 4.000.000 - 4.000.000 16 Transfer masuk - 6.000.000 10.000.000 23 Tarik tunai 7.000.000 - 3.000.000 27 Setor tunai - 6.000.000 9.000.000 Diketahui : - Pajak 15% - Suku bunga 17% per tahun - Jika bunga dihitung dengan saldo harian maka suku bunga sebagai berikut: Dari Tgl. 1 s/d tgl. 10 bunga = 16% per tahun Dari Tgl. 11 s/d tgl. 20 bunga = 17% per tahun Dari Tgl. 21 s/d tgl. 30 bunga = 20% per tahun 1. Perhitungan bunga dengan menggunakan saldo terendah Saldo terendah bulan September adalah Rp. 3.000.000,- maka bunga pada bulan September adalah: 17% x Rp. 3.000.000 Bunga = = Rp. 42.500,- 12 bulan Pajak = 15% x Rp. 42.500,- = Rp. 6.375,- Bunga bersih = Rp. 36.125,- - 2. Perhitungan bunga dengan menggunakan saldo rata-rata Saldo rata-rata untuk bulan September adalah: Rp. 37.000.000,= Rp. 6.166.667,6 Keterangan : a. Angka Rp. 37.000.000,- diperoleh dari mebjumlahkan saldo mulai tanggal 1 September sampai dengan tanggal 27 September 2000. b. Sedangkan angka 6 diperoleh dari jumlah transaksi yang terjadi selama bulan tersebut, maka bunganya adalah sebagai berikut: 17% x Rp. 6.166.667,Bunga = = Rp. 87.361,- 12 bulan Pajak = 15% x Rp. 87.361,- = Rp. 13.104,- Bunga bersih = Rp. 74.257,- 3. Perhitungan bunga dengan menggunakan saldo harian Tgl. 1 s/d 8 September 16% x Rp. 3.000.000 Bunga = x 8 hari = Rp. 10.521 365 hari Tgl. 9 dan 10 September 16% x Rp. 8.000.000 Bunga = x 2 hari = Rp. 7.014 365 hari Tgl. 11 s/d 13 September 17% x Rp. 8.000.000 Bunga = x 3 hari = Rp. 11.178 365 hari Tgl. 14 dan 15 September 17% x Rp. 4.000.000 Bunga = x 2 hari = Rp. 3.726 365 hari Tgl. 16 s/d 20 September 17% x Rp. 10.000.000 Bunga = x 5 hari = Rp. 23.288 365 hari Tgl. 21 dan 22 September 20% x Rp. 10.000.000 Bunga = x 2 hari = Rp. 10.959 365 hari Tgl. 23 s/d 26 September 20% x Rp. 3.000.000 Bunga = x 4 hari = Rp. 6.575 365 hari Tgl. 27 s/d 30 September 20% x Rp. 9.000.000 Bunga = x 4 hari = Rp. 19.726 365 hari Total bunga harian = Rp. 92.987 Pajak 15% x Rp. 92.987,- = Rp. 13.948 - Bunga bersih • = Rp. 79.039 Simpanan Giro Bagi bank simpanan giro merupakan sumber dana yang dibeli dari masyarakat. Sumber dana ini harus dibayar dengan suku bunga tertentu. Pemberian balas jasa berupa suku bunga ini disebut jasa giro. Bunga atau jasa giro yang dibayar kepada pemegang giro dihitung dengan berbagai metode. Metode perhitungan yang paling umum dilakukan adalah dengan menggunakan saldo terendah. Artinya bunga dihitung dari saldo terendah dalam bulan tersebut. Agar lebih jelas perhitungan jasa giro akan diuraikan dengan contoh berikut ini menurut Dendawijaya (2003 : 55) : Nama Nasabah: Tn. Ray Nomor Rekening: 10.04.1998 Rekening Koran Tn Ray Per 30 September 2000 Tgl Transaksi Debet Kredit Saldo 01 Saldo - - 5.500.000 08 Setor tunai - 10.000.000 15.500.000 10 Tarik tunai 3.000.000 - 12.500.000 15 Tarik tunai 2.500.000 - 10.000.000 Tgl Transaksi Debet Kredit Saldo 16 Setor kliring - 4.000.000 14.000.000 20 Tarik tunai 7.000.000 - 7.000.000 22 Setor tunai - 2.000.000 9.000.000 24 Transfer masuk - 7.000.000 16.000.000 29 Tarik tunai 14.000.000 - 2.000.000 Diketahui : - Pajak 15% - Jasa giro 14% per tahun 1. Perhitungan bunga dengan menggunakan saldo terendah Saldo terendah bulan September adalah Rp. 2.000.000,- maka bunga pada bulan September adalah: 14% x Rp. 2.000.000 Bunga = = Rp. 23.333,- 12 bulan Pajak = 15% x Rp. 23.333,- = Rp. 3.500,- Bunga bersih = Rp. 19.833,- 2. Perhitungan bunga dengan menggunakan saldo rata-rata Saldo rata-rata untuk bulan September adalah: Rp. 91.500.000,= Rp. 10.166.667,9 Keterangan : a. Angka Rp. 91.500.000,- diperoleh dari menjumlahkan saldo mulai tanggal 1 September sampai dengan tanggal 29 September 2000. b. Sedangkan angka 9 diperoleh dari jumlah transaksi yang terjadi selama bulan tersebut, maka bunganya adalah sebagai berikut: 14% x Rp. 10.166.667,Bunga = = Rp. 118.611,- 12 bulan Pajak = 15% x Rp. 118.611,- = Rp. 17.792,- Bunga bersih = Rp. 100.819 • Simpanan Deposito 1. Deposito Berjangka Agar lebih jelas jumlah biaya bunga yang harus ditanggung oleh bank untuk dibayarkan kepada nasabah akan dijelaskan dengan contoh sebagai berikut menurut Dendawijaya (2003 : 64) : a. Tuan Daniel ingin menerbitkan deposito berjangka untuk jangka waktu 6 bulan. Nominal yang diinginkan adalah Rp. 50.000.000,- dan pembayaran secara tunai. Bunga 20% per tahun dan dikenakan pajak serta bunga diambil setiap bulan tunai. Jumlah bunga yang dibayar bank setiap bulan adalah: 20% x Rp.50.000.000 Bunga = X 1 = Rp.833.333 12 bulan Pajak = 15% x Rp.833.333 = Rp.124.999 - Bunga bersih per bulan = Rp.708.334 b. Tuan Ibrahim ingin menerbitkan deposito berjangka dengan nominal Rp.30.000.000,- jangka waktu yang diinginkan adalah 9 bulan bunga dikenakan 26% per tahun dan diambil setelah jatuh tempo. Setelah jatuh tempo seluruh deposito dicairkan dan uangnya diambil tunai. Jumlah bunga yang harus dibayar oleh bank setelah jatuh tempo. 26% x Rp.30.000.000 Bunga = 12 bulan Pajak = 15% x Rp.5850.000 x 9 = Rp.5.850.000 = Rp. 877.500 - Bunga bersih setelah jatuh tempo = Rp.4972.500 2. Sertifikat Deposito Agar lebih jelas jumlah biaya bunga yang harus ditanggung oleh bank untuk dibayarkan kepada nasabah akan dijelaskan dengan contoh sebagai berikut menurut Dendawijaya (2003 : 66) : a. Nn. Rahmi Budi membeli 10 lembar sertifikat deposito nominal @ Rp.30.000.000,- bunga 18% Pa (per tahun) dan diambil dimuka jangka waktu 12 bulan dan pembayaran secara tunai kemudian dikenakan pajak 15 %. Jumlah bunga yang harus dibayarkan oleh bank: Total nominal sertifikat deposito 10 x Rp.30.000.000 = Rp.300.000.000 18% x Rp.300.000.000 Bunga = x 12 = Rp.54.000.000 12 bulan Pajak = 15% x Rp.54.000.000 = Rp 8.100.000 Jumlah yang harus dibayar = Rp. 45.900.000 b. Nn. Farrah Azmi membeli 30 lembar sertifikat deposito nominal @ Rp.400.000,- untuk jangka waktu 3 bulan. Bunga 16% dan diambil setiap bulan. Pajak 15%. Jumlah bunga yang harus dibayar oleh bank: Total nominal sertifikat deposito 30 x Rp. 400.000 = Rp.12.000.000 16% x Rp.12.000.000 Bunga = x 1 = Rp.160.000 12 bulan Pajak = 15% x Rp.160.000 = Rp 24.000 jumlah yang harus dibayar = Rp.136.000 3. Deposito On Call Agar lebih jelas untuk memahami perbedaan antara dua jenis deposito di atas dengan DOC berikut ini akan diuraikan: Tuan Habibi memiliki sejumlah uang Rp.100.000.000,- ingin menerbitkan depositi on call hari ini tanggal 1 Maret 2001. bunga yang telah dinegosiasikan adalah 5% per bulan dan diambil pada saat pencairan. Pada tanggal 20 Maret 2001 Tuan Habibi mencairkan deposito on callnya. Pajak 12%. Jumlah bunga yang harus dibayar oleh bank ádalah: Lama uang mengendap dari tanggal 1 Maret sampai dengan tanggal 20 Maret = 20 hari 5% x Rp.100.000.000 Bunga = x 20 hari = Rp.3.333.333 30 hari Pajak = 15% x Rp.3.333.333 = Rp 500.000 - jumlah yang harus dibayar = Rp.2.833.333 2.6 Laba Bank dari Bunga Dalam menjalankan suatu usaha atau setiap kegiatan tertentu harapan yang pertama kali diinginkan adalah memperoleh keuntungan. Bank dalam mencari keuntungan juga memiliki cara tersendiri. Keuntungan utama bagi bank yang berdasarkan prinsip konvensional adalah berdasarkan bunga yang telah ditentukan. Bunga dari bank yang berdasarkan prinsip konvensional dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman). Baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman merupakan komponen utama faktor biaya dan pendapatan bagi bank. Bunga simpanan merupakan biaya dana yang harus dikeluarkan kepada nasabah sedangkan bunga pinjaman merupakan pendapatan yang diterima dari nasabah. Antara bunga simpanan dan bunga pinjaman masing-masing mempengaruhi satu sama lain. Apabila bunga simpanan tinggi, maka secara otomatis bunga pinjaman juga terpengaruh ikut naik. Laba bank yang berasal dari bunga diperoleh dari selisih positif antara pendapatan bunga dengan beban bunga. • Pendapatan Bunga Pendapatan bunga sampai saat ini masih merupakan sumber utama pendapatan bank karena kontribusinya terhadap pendapatan secara keseluruhan ádalah yang paling besar. Pendapatan bunga berasal dari kredit yang diberikan dan penempatan dana baik kepada bank lain maupun Bank Indonesia dalam bentuk sertifikat Bank Indonesia. • Beban Bunga Merupakan beban yang berasal dari bunga yang dikeluarkan secara langsung dalam rangka penghimpunan dana yang terdiri dari deposito, tabungan dan giro. Beban bunga deposito merupakan beban bunga terbesar yang dikeluarkan bank karena tingkat suku bunga deposito yang ditawarkan paling tinggi dibandingkan dengan suku bunga tabungan maupun giro. 2.7 Pengaruh Non Performing Loan Dan Loan To Deposit Ratio Terhadap Laba dari Bunga Perbankan sebagai lembaga kepercayaan masyarakat dalam menyimpan uangnya, masih dilanda krisis kepercayaan itu sendiri. Hal ini dikarenakan masyarakat masih belum sepenuhnya mempercayai perbankan nasional, dimana hal ini mempengaruhi kegiatan operasional bank. Kredit sebagai salah satu sumber pendanaan sektor riil masih sedikit diberikan oleh bank, hal ini disebabkan oleh meningkatnya tingkat NPL yang dialami bank sebagai konsekuensi risiko kredit yang dihadapi oleh bank. Oleh karena risiko yang ditanggung bank inilah yang menyebabkan manajemen bank harus melakukan beberapa tahap proses dalam pengucuran kredit untuk memperkecil risiko kredit bermasalah. Oleh karena dibatasinya tingkat kredit bermasalah sebesar 3-5%, maka manajemen bank tidak dapat melakukan ekspansi kreditnya secara leluasa yang akan mengakibatkan menurunnya pendapatan bunga dari kegiatan intermediasi. Hal ini dapat terlihat dari rendahnya LDR. Namun LDR yang tinggi tidak selalu menggambarkan bank telah melakukan kegiatan intermediasinya dengan baik, tapi merupakan suatu peringatan kepada mereka agar lebih berhati-hati dalam mempertimbangkan pemberian kredit sebab bisa saja terjadi penumpukan dana di bank. Dimana stándar besarnya tingkat LDR yang optimal menurut Bank Indonesia adalah 85%-110%. Seandainya kredit kurang dikelola dengan baik maka akan banyak kredit bermasalah (NPL) yang berakibat pada menurunnya pendapatan bunga bank yang memicu rendahnya tingkat LDR serta menurunnya pengembalian pokok pinjaman yang pada gilirannya bank akan menderita kerugian. Walaupun laba bank dari bunga tidak sepenuhnya ditentukan oleh perolehan bunga kredit, namun kualitas kredit akan sangat menentukan pendapatan bank yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap laba bank dari bunga.