PENDAHULUAN Latar Belakang Padi merupakan komoditas pertanian yang banyak diusahakan oleh petani di dunia. Bagi sebagian besar petani, padi mempakan pilihan utama untuk diusahakan dalam upaya memenuhi kebutuhan pangan. Sejalan dengan makin bertambahnya jurnlah penduduk, permintaan terhadap beras pun semakin meningkat. Pada akhir-akhir ini produksi beras nasional mengalami p e n m a n yang sangat berarti. Pada tahun 2000 produksi beras Indonesia sebesar 32.8 juta ton sedangkan pada tahm 2001 produksi berm Indonesia sebesar 31.7 juta ton (BPS & Ditjen BPTP 2002). Konsep penggunaan Agrobacterium tumefaciem sebagai vektor untuk merakit tanaman transgenik mempunyai prospek dan harapan. Beberapa tanaman agronomi dan holtikultura yang memiliki nilai penting secara rutin ditransformasi menggunakan bakteri hi. Sistem transformasi dengan Agrobacterium secara luas telah digunakan untuk introduksi gen asing kedalam genom tanaman (Gelvin SB 1998). Introduksi gen asing ke dalam sel tanaman melalui proses transformasi merupakan ide dari perakitan tanaman transgenik. Keberadaan gen penyeleksi antibiotik atau resistensi herbisida yang kondisinya terus menerus diekspresikan telah menimbulkan beberapa masalah (Granger 2002). Pertama, munculnya kekhawatiran publik tentang terjadinya resistensi dari organisme penggangu. Hal ini terjadi karena produk yang diekspresikan terus menerus dapat berfungsi sebagai agen seleksi sehingga dapat meningkatkan ketahanan bakteri terhadap antibiotik tertentu (dari penggunaan gen penyeleksi antibiotik) dan gulma terhadap herbisida tertentu (dari penggunaan gen penyeleksi herbisida). Kedua, ekpresi gen penyeleksi yang terus menerus mungkin dapat mengganggu produksi karena surnber asam amino dipakai untuk menghasilkan protein yang disandi oleh gen penyeleksi. Ketiga, keterbatasan agen seleksi pada sistem seleksi yang efektif menjadi hambatan jika akan dilakukan penyisipan gen lain dengan menggunakan gen seleksi sebagai penanda seleksinya. Adanya sistem seleksi positif, misalnya dengan menggunakan manosa sebagai agen penyeleksi (Lucca et al. 2001) telah memberikan suatu pilihan pengalihan penggunaan senyawa antibiotik dalam sistem seleksi. Gen penyeleksi antibiotik selalu digunakan dalam sistim transformasi, tetapi gen tersebut biasanya tidak dibutuhkan apabila tanaman transgenik telah dihasilkan Gen penyeleksi antibiotik pada tanaman transgenik yang telah didapat bukan hanya tidak dibutuhkan lagi, tetapi juga dapat menimbulkan masalah baru. Sebagai contoh, gen resistensi antibiotik yang berbeda hams digunakan bila a& penambahan gen wing ke dalam tanaman transgenik, tetapi sejumlah gen penyeleksi antibiotik yang ada terbatas. Keamanan dari gen penyeleksi antibiotik me~pakaIlmasalah dalam pemasaran produk rekayasa genetik. Keberadaan gen penyeleksi antibiotik pada tanaman transgenik telah menimbulkan keberatan antara lain berupa kekhawatiran terjadinya transfer gen tersebut ke milcroorganisme dan kemunglunan terganggunya ekspresi gen yang memillki peran penting, serta kesulitan untuk mengintroduksi gen lain karena terbatasnya gen penyeleksi antibiotik yang dapat digunakan. Gen penyeleksi dapat dieliminasi dari tanaman transgenik melalui seleksi pada generasi berikutnya setelah proses segregasi. Gen penyeleksi &pat berpisah dari gen sasaran bila kedua gen tersebut terletak pada kromosom yang berbeda atau keduanya bebas. Terdapat beberapa metode yang dapat mengeliminasi keberadaan gen penyeleksi antibiotik, antara lain melalui, ko-transfonnasi baik dengan particle bombardment maupun dengan double T-DNA, site-specrfc recombination (Mom & Hooykaas 1992, Zuo JR et al. 2001), dan inm- genomic translocation via transposable elements (Cotsafis et al. 2002). Pada sistem ketransformasi, gen sasaran dipisahkan dari gen penyeleksi antibiotik. Teknik ini dapat menjadi suatu teknik generik yang dapat diterapkan untuk semua sistem transformasi tanaman dalam mengeliminasi gen penyeleksi antibiotik. Secara alami, beberapa isolat Agrobacterium memiliki lebih dari satu T-DNA, dan tumor crown gall seringkali disebabkan karena ko-transformasi oleh beberapa T-DNA (Hooykaas & Schilperoort 1992). Selain gen sasaran yang diintroduksikan, T-DNA tidak mengintroduksi DNA lain kecuali right border dan leji border dari Agrobacterium itu sendiri ke dalam genom. Teknik ini dapat menjadi suatu teknik generik yang &pat diterapkan untuk semua sistem transformasi tanaman dalam mengeliminasi gen penyeleksi antibiotik. KO-transformasi menggunakan double T-DNA dilakukan dengan memisahkan gen sasaran dan gen penyeleksi antibiotik pada T-DNA yang berbeda. T-DNA adalah daerah DNA yang akan ditransfer dan telah diketahui dibatasi oleh 25 pasangan basa pada masing-masing ujungnya yang dikenal sebagai batas kiri (leji border) dan batas kanan (right border) (Hooykaas & Schilperoort 1992). KO-transformasi dengan menggunakan Agrobacterium melalui double T-DNA memungkinkan dihasilkannya tanaman transgenik tanpa gen penyeleksi antibiotik setelah segregasi (Komari et al. 1996; Matthews et al. 2001; Zhou et al. 2003). Kegiatan transformasi gen melalui perantara alami Agrobacterium tumefaciens telah menjadi kegiatan rutin pada banyak laboratorium di Indonesia. Akan tetapi tanaman transgenik yang dihasilkan dari sistem transformasi ini akan selalu mengandung gen penyeleksi antibiotik. Introduksi gen asing kedalam tanaman tingkat tingg menggunakan teknik Agrobacterium tumefaciens merupakan teknik yang sering digunakan &lam biofogi molekuler dan rekayasa genetik tanaman. Walaupun metode ini pada awalnya digunakan pada tanaman dikotiledon, tetapi sekarang telah dikembangkan pada beberapa tanaman sereal seperti padi, jagung (Hiei et al. 1994). Salah satu keuntungan transfer gen dengan A. tumefaciens adalah efisiensi transformasi yang tinggi. Pada penelitian ini strategi yang dilakukan untuk mengintegrasikan gen penyeleksi yang dapat bersegregasi dengan gen sasaran adalah: 1 ) double T-DNA yang masing-masing membawa gen penyeleksi dan gen sasaran secara terpisah, dan gen sasaran yang digunakan adalah gen cryIAb. 2 ) Dua T-DNA berbeda inang, T-DNA yang satu membawa gen penyeleksi dan T-DNA lainnya membawa gen sasaran pada masing-masing plasmid Gen sasaran yang digunakan adalah gen penyandi asam salisilat yang dibawa oleh plasmid pCambia 1200 yang telah dibuang gen penyeleksinya. Asam salisilat dipilih karena memililu potensi dapat mempertinggi ketahanan tanaman terhadap stres biotik maupun abiotik. Asam salisilat secara alami terdapat dalam tanaman dan terlibat dalam beberapa fungsi fisiologis, seperti pembukaan stomata, induksi pembungaan, dan memiliki peran penting &lam mengatasi serangan patogen (Verbeme et al. 2000). Penelitian yang dilakukan Verbeme et al. (2000)pada tanaman tembakau menunjukan bahwa gen-gen peningkat ekspresi asam salisilat (genpmsB clan gen enC) yang berhasil disisipkan temyata dapat meningkatkan daya resistensi tanaman tersebut terhadap patogen, namun tidak mempengamhi fenotip tanaman tersebut. Kandungan asam salisilat pada tanaman padi berkorelasi positif dengan tingkat ketahanan padi terhadap Pyricularia grisea (Silverman et al. 1995). Gengen yang bertanggung jawab dalam biosintesis asam salisilat dihasilkan oleh Pseudomonm fluorescens (gen pmsB) dan Escherichia coli (gen enlC). Gen-gen tersebut terlibat dalam jalur biosintesis asam salisilat yang dimulai dari isochorismate sinthase oleh gen entC dan isochorismate pyruvate lyase oleh gen pmsB untuk meningkatkan resistensi terhadap penyakit yang disebabkan oleh cendawan (Mercado et al. 1989). Penggerek batang m e ~ p d c a nsalah satu hama utama tanaman padi yang kuantitas serangannya semakin meningkat. Penggerek batang me~p&aIIsalah satu hama utama padi di Asia yang mengakibatkan kehilangan produksi sebesar 5 1 0 % (Pathak & Khan 1994) bahkan sampai 60-95% (Wunn et al. 1996). Penanganan hama penggerek batang sampai saat ini masih tergantung pada penggunaan pestisida. Gen cry adalah penyandi protein aktif anti serangga yang diisolasi dari BaciIlw thuringiemis, yaitu bakteri yang menghasilkan suatu kristal protein yang bersifat racun jika terhidrolisis dalam jaringan usus serangga (Dekeyser et al. 1990). Ekspresi gen yang diisolasi dari B. thuringiensis ini pada kultivar IR58 dan Basmati dapat meningkatkan ketahanan terhadap penggerek batang kuning dan bergaris (Wunn et d.1996; Nayak et al. 1997). Wunn et al. (1996) melaporkan tanaman padi yang mengekspresikan gen cyMb dapat meningkatkan ketahanan terhadap hama penggerek batang sampai 100%. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengkonsbuksi vektor ekspresi gen yang dapat mengeliminasi gen penyeleksi antibiotik dengan menggunakan Olyza sativa sebagai tanaman model.