5 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Gerbera Gerbera merupakan tanaman yang berasal dari Afrika Selatan. Tanaman ini merupakan tanaman tahunan di Afrika dan telah tersebar di negara-negara subtropik dan Asia Tropik (Bailey, 1963). Gerbera termasuk dalam family Compositae, tanaman ini juga terkenal dengan nama lain Transvaal daisy (Bird, 1994). Gerbera jamesonii merupakan spesies yang paling terkenal dari 40 spesies yang ada dalam genus gerbera. Penelitian ini menggunakan tanaman gerbera (Gerbera jamesonii) varietas Red Ruby. Karakteristik dari varietas ini memiliki helai mahkota bunga yang tersusun selapis dan berwarna tunggal yaitu merah (Gambar 1). Gambar 1. Tanaman Gerbera var. Red Ruby Daun-daun gerbera muncul pada dasar tanaman dan bertumpuk membentuk roset, tangkai daun bulat, dan daunnya bertepi rata kadang-kadang berlekuk atau berbelah (Bailey, 1963). Gerbera mempunyai bunga majemuk yang berbentuk soliter dengan satu atau dua baris petal yang menyolok. Petal bagian dalam sangat pendek dan kadang-kadang berbentuk tabung dan mempunyai kelopak tereduksi berbentuk bulu (Bailey, 1963). Tangkai bunga muncul diantara kumpulan daun dengan panjang antara 25-40 cm (Auman, 1980) dan diameter bunga berkisar dari 5-13 cm (Holstead, 1985). Warna bunga gerbera beraneka ragam yaitu putih, kuning, oranye merah muda, merah, scarlet (Mattjik, 2010). 6 Keragaman bentuk bunga dilihat dari struktur helai mahkota bunganya dikenal empat jenis gerbera yang telah dibudidayakan di Indonesia yaitu : 1. Gerbera bunga selapis : helai mahkota bunga tersusun selapis dan umumnya berwarna tunggal (merah, kuning, dan merah jambu). 2. Gerbera bunga dua lapis : helai mahkota tersusun bervariasi lebih dari satu lapis dan warnanya lebih dari satu macam. Contohnya yaitu Gerbera jamesonii Fantasi Double Purple yang berwarna ungu cerah. 3. Gerbera berbunga tiga lapis : helai mahkota bunga tersusun tiga lapis dan warnanya lebih dari dua macam. Contoh dari bunga jenis ini adalah Gerbera jamesonii Fantasi Triple Red yang bunganya berwarna dominan merah. 4. Jenis gerbera yang dihasilkan oleh Holand Asia Flori Net di Belanda, dengan ukuran yang lebih besar dari ketiga jenis diatas. Varietas yang telah dibudidayakan adalah Gerbera Yustika (pink merah), Orange jaffa (oranye cerah), Ventury (oranye tua). Bunga gerbera memiliki banyak varietas dan secara umum varietas bunga Gerbera yang dijual di pasaran dibedakan menjadi tiga macam yaitu Gerbera mini, Gerbera spider, dan Gerbera standar. Tanaman gerbera dapat diperbanyak dengan biji, pemisahan rhizome (Auman, 1980) dan dapat diperbanyak dengan metode kultur jaringan (Van Rijssen, 1988). Perbanyakan dengan biji menghasilkan tanaman yang tidak seragam dan membutuhkan satu tahun untuk berbunga, sedangkan tanaman yang diperbanyak dengan pemisahan anakan akan berbunga 4 bulan setelah tanam (Auman, 1980). Pemanenan bunga gerbera dilakukan pada saat bunga sudah mekar sempurna. Bunga dipanen pada saat petal bagian luar telah mekar penuh atau pada saat dua baris benang sarinya telah matang tetapi sebelum bunga utuh belum matang dan polen belum tersebar. Pemanenan bunga untuk tanaman pot atau bunga potong dapat dilakukan pada waktu satu atau dua bunga telah membuka penuh dan polennya dapat dilihat (Mattjik, 2010). Batang menunjukkan efek geotropik negatif jika ditempatkan pada posisi horizontal (Boodley, 1998). Bunga yang telah dipanen dapat bertahan di jambangan sekitar 2-3 minggu. Masa segar 7 setelah dipanen antara 3-8 hari, tergantung varietas dan kondisi lingkungan (Holstead, 1985). Bunga yang bagus adalah bunga yang memiliki rumpun petal yang banyak dan menyatu. Bunga potong yang khusus digunakan untuk keperluan pajangan dalam vas (jambangan) bunga, sebelum atau sesudah dirangkai sebaiknya bagian dasar tangkai bunga dipotong lagi kurang lebih 2 cm secara miring agar tetap segar. Secara umum, bunga yang termasuk dalam mutu I adalah bunga yang memiliki kriteria antara lain : 1. Bunga bagus dan normal (bebas dari serangan hama dan penyakit). 2. Bunga mekar dan optimal (untuk Gerbera mekar tiga perempat atau mekar penuh). 3. Mempunyai tangkai bunga yang besar, lurus, dan tegak. 4. Tangkai bunga panjang (untuk Gerbera minimal 40 cm). 5. Keadaan daunnya hijau segar, bersih, dan normal. Bunga yang dikategorikan dalam mutu II, bunga harus bagus dan normal, tapi batang sedikit lebih pendek dari mutu I, terserang hama atau penyakit tapi tidak sampai menimbulkan kerusakan yang berarti pada kualitas bunga (Rismunandar, 1991). Syarat Tumbuh Gerbera membutuhkan suhu sekitar 24˚ C untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Mattjik, 2010). Suhu yang terlalu tinggi dengan intensitas cahaya yang rendah dapat menyebabkan kualitas yang rendah dan memperpendek vase life (Holstead, 1985). Tetapi bila intensitas cahaya yang terlalu tinggi tanaman perlu dinaungi (Van Rijssen, 1988). Menurut Auman (1980), beberapa naungan menghasilkan tangkai yang lebih panjang dan lebih sesuai dengan keinginan konsumen. Gerbera memerlukan kelembaban udara yang sesuai pada masa pertumbuhannya. Tanaman gerbera yang baru dipindahkan memerlukan kelembaban sebesar 80-90% sedangkan kelembaban udara yang optimum bagi pertumbuhannya adalah 80-85% (Van Rijssen, 1988). Tanaman gerbera 8 membutuhkan air yang cukup tinggi tetapi tidak berlebihan. Pemberian air yang sedikit tetapi sering lebih baik daripada pemberian sekali dalam jumlah banyak (Van Rijssen, 1988). Prinsipnya gerbera dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah yang mempunyai struktur dan aerasi yang baik serta ketersediaan air yang konstan (Van Rijssen, 1988). Menurut Boodley (1998), gerbera lebih baik ditanam di tanah lempung berpasir dengan pH 6-6,5. Media yang akan digunakan sebaiknya diuji terlebih dahulu kandungan nutrisinya. Dufault et al (1990) dalam jurnal Horticultural Science seperti dikutip dalam Mattjik (2010) mengungkapkan gerbera ditanam pada jarak tanam 33x33 cm atau 38x38 cm untuk bunga potong dan jika ditanam di pot ukurannya 28x28 cm atau 36x36 cm. Gerbera yang ditanam menggunakan bedengan mempunyai keuntungan yaitu menghasilkan aerasi yang baik, memudahkan kerja dan kelebihan air mudah terbuang sehingga terhindar dari serangan jamur (Van Rijssen, 1988). Kegunaan Bunga Potong Bunga potong adalah bunga yang dimanfaatkan sebagai bahan rangkaian bunga untuk berbagai keperluan dalam daur hidup manusia, mulai dari kelahiran, pernikahan, sampai kematian. Bunga potong diproduksi dari dalam rumah kaca, ruang tertutup, serta lahan terbuka dimana hasil yang diperoleh ada yang sama namun ada juga yang berbeda. Rumah kaca memproduksi bunga potong mawar, krisan, anyelir, anggrek, dan snapdragon. Ruang tertutup memproduksi bunga potong aster dan krisan. Lahan terbuka dihasilkan aster, krisan, gladiol, dan gerbera. Bunga potong disamping memiliki nilai keindahan yang dapat dinikmati, juga mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Syarat-syarat bunga yang berkualitas baik yaitu (Rismunandar, 1991) : 1. Berwarna indah, bersih dan mulus, tidak bernoda dan baunya tidak terlalu menyengat. 2. Mempunyai daya tahan yang lama setelah dipotong. 3. Tangkai bunga cukup panjang dan kuat. 9 4. Tidak mudah rusak dalam proses pengepakan. 5. Dihasilkan oleh tanaman yang subur, mudah berbunga, dan tanpa mengenal musim. Kualitas bunga potong yang baik dan mempunyai nilai jual yang tinggi dapat diperoleh dengan melakukan pemotongan bunga pada waktu yang tepat. Bunga yang akan dipanen dilihat terlebih dahulu kondisi fisiknya sebelum maupun saat pemanenan. Bunga potong gerbera dalam rangkaian bunga lebih sering dijadikan sebagai bunga pengiring daripada menjadi rangkaian bunga utama. Pemupukan Pupuk dalam pertanian modern merupakan hal yang penting untuk meningkatkan produksi. Foth (1984) mendefinisikan pupuk dalam arti luas adalah semua bahan yang ditambahkan ke dalam tanah yang menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai hara yang dibutuhkan tanaman selama pertumbuhannya serta memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, sehingga tanaman dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik. Pupuk organik telah dianggap sebagai salah satu alternatif masukan produksi dalam budidaya tanaman, khususnya yang menyangkut pemupukan. Kenaikan harga pupuk akibat berkurangnya subsidi pemerintah memicu penggunaan pupuk organik lebih intensif untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk anorganik. Pada dasarnya pupuk organik berbeda dengan pupuk anorganik, seperti Urea, SP 36, atau MOP sehingga dalam aplikasinya tidak dapat menggantikan seluruh hara yang dibutuhkan tanaman. Produk tersebut memiliki bahan aktif yang mampu menghasilkan senyawa yang berperan dalam proses pelarutan hara dalam tanah. Fungsi senyawa tersebut yaitu membantu penyediaan hara dari udara dan mematahkan ikatan-ikatan yang menyebabkan unsur hara tertentu tidak tersedia bagi tanaman. Penyediaan unsur hara bagi tanaman akan meningkat melalui mekanisme tersebut (Wachjar et al, 2006). Penambahan pupuk organik ke tanaman memiliki beberapa keuntungan. Menurut Hadisuwito (2007), keunggulan penambahan pupuk organik adalah pupuk organik mengandung unsur hara makro dan mikro yang lengkap tetapi jumlahnya sedikit, dapat memperbaiki struktur tanah daya simpan air yang tinggi. 10 Beberapa tanaman yang dipupuk dengan pupuk organik lebih tahan penyakit. Keunggulan lainnya adalah meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah yang menguntungkan dan memiliki residual effect yang positif, sehingga tanaman yang ditanam pada musim berikutnya tetap bagus pertumbuhan dan produktivitasnya. Pemupukan gerbera pada waktu tanam yang telah dilakukan di pembibitan Cipanas, Cianjur adalah 60 gram Urea, 75 gram TSP, dan 40 gram KCl setiap m2. Pemupukan sebagai pemeliharaan dilakukan setiap bulan dengan memberikan 45 gram ZA, 7,5 gram TSP, 20 gram KNO3, dan 7 gram MgSO4 untuk setiap m2 (Mattjik, 2010). Pupuk Organik Aminah (2003) mengungkapkan bahwa pupuk organik mampu menahan erosi, kemampuan tanah untuk mengikat air tinggi, menciptakan kondisi yang sesuai untuk mikroba tanah. Gerbera menyukai tanah yang kaya akan bahan organik (Bird, 1994). Bahan organik merupakan sistem kompleks yang dinamis yang berasal dari sisa tanaman dan hewan yang terdapat dalam tanah yang terus menerus megalami perubahan bentuk karena dipengaruhi oleh faktor fisik, kimia, dan biologi. Berdasarkan sumbernya bahan organik dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis yaitu : (1) pupuk kandang yang berasal dari kotoran ternak, (2) pupuk hijau yang berasal dari bagian tanaman yang segar, (3) mulsa yang berasal dari sisa tanaman, (4) latex yang berasal dari getah karet alam, (5) blotong yang berasal dari limbah pabrik dari jenis tanaman tertentu (Sukartaatmadja, 2001). Usaha untuk pemenuhan kebutuhan hara tanaman maka dalam penanaman gerbera ditambahkan pupuk organik. Pupuk organik merupakan hasil-hasil akhir dari perubahan atau penguraian bagian-bagian atau sisa-sisa tanaman dan hewan misalnya pupuk kandang, pupuk hijau, kompos (Sutedjo, 1987). Pupuk kandang merupakan bahan organik yang dapat memperbaiki sifat fisik tanah karena penggunaannya akan meningkatkan kadar humus tanah (Sutedjo, 1987). Disamping mengandung mikro elemen, pupuk kandang juga merupakan pembawa mikroorganisme menguntungkan bagi kesuburan tanah (Work and Crew dalam Adiyoga, 1987). Komposisi unsur hara dari berbagai jenis pupuk kandang yang 11 ditunjukkan pada Tabel 2 memperlihatkan bahwa kandungan unsur N, P2O5, dan K2O tertinggi terdapat pada pukan ayam. Tabel 2. Komposisi Unsur Hara Berbagai Jenis Pupuk Organik Sumber Pukan Sapi Kerbau Kambing Ayam Babi Kuda Kadar Bahan N P2O5 K2O CaO Rasio air organik C/N ----------------------------------------- % -------------------------------------80 16.0 0.3 0.2 0.15 0.2 20-25 81 12.7 0.25 0.18 0.17 0.4 25-28 64 31.0 0.7 0.4 0.25 0.4 20-25 57 29.0 1.5 1.3 0.8 4.0 9-11 78 17.0 0.5 0.4 0.4 0.07 19-20 73 22.0 0.5 0.25 0.3 0.2 24 Sumber : Petunjuk Penggunaan Pupuk oleh Lingga (1998) Pupuk hijau adalah pupuk yang berasal dari tanaman atau bagian tanaman yang didekomposisikan dengan cara dibenamkan ke dalam tanah atau dibiarkan membusuk. Pupuk hijau digunakan untuk menambah bahan organik dan unsur hara khususnya nitrogen (Food and Fertilizer Technology Centre, 1995). Susanto (2002) menyatakan bahwa daya dekomposisi dan kecepatan aktivitas mikroorganisme pupuk hijau dipengaruhi oleh nisbah C/N dan kadar air bahan. Nisbah C/N yang terlalu lebar akan mengakibatkan immobilisasi N sehingga tidak tersedia untuk tanaman, sedangkan apabila nisbah C/N kecil akan terjadi mineralisasi N. Kadar air bahan berhubungan dengan kelembaban dan tingkat kelarutan bahan oleh aktivitas mikroorganisme. Kadar air paling sedikit sekitar 25-30% berat kering bahan. Kadar air optimum untuk dekomposisi adalah 50-60%. Kadar air dibawah 20% akan mengakibatkan proses dekomposisi berhenti. Kompos merupakan zat akhir suatu proses fermentasi tumpukan sampah/serasah tanaman (Sutedjo, 1987). Kandungan unsur hara tidak pernah tetap tergantung dari bahan yang dikomposkan, cara pengomposan, dan cara penyimpanannya (Lingga, 1998). 12 Pupuk Kandang Kambing Kotoran kambing berbentuk khas dibanding pupuk kandang yang lain karena berbentuk butiran-butiran. Tekstur butiran ini menyebabkan agak sukar dipecah secara fisik sehingga berpengaruh terhadap proses dekomposisi dan penyediaan hara. Nilai rasio C/N pukan kambing umunya masih diatas 30. Pupuk kandang yang baik harus mempunyai rasio C/N <20 sehingga pukan kambing akan lebih baik penggunaannya bila dikomposkan terlebih dahulu. Pukan ini akan memberikan manfaat yang lebih baik pada musim kedua pertanaman apabila digunakan secara langsung. Kadar air pukan kambing relatif lebih rendah dari pukan sapi dan sedikit lebih tinggi dari pukan ayam. Kadar hara pukan kambing mengandung kalium yang relatif lebih tinggi dari pukan lainnya, sedangkan kadar hara N dan P hampir sama dengan pukan lainnya (Hartatik dan Widowati, 2006). Pupuk Kandang Ayam Pupuk kandang ayam merupakan salah satu jenis pupuk kandang yang biasa digunakan petani. Pupuk kandang ayam memiliki kandungan hara yang lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk kandang lainnya. Hal ini dikarenakan pada pupuk kandang ayam bagian cairnya bercampur dengan bagian padat. Menurut Hardjowigeno (2003), pupuk kandang ayam mengandung N tiga kali lebih banyak dibandingkan pupuk kandang lainnya. Kotoran ayam yang digunakan untuk pupuk sering mengandung koksidiostat yang berfungsi sebagai herbisida. Humus Bambu Humus bambu adalah hasil pelapukan bahan organik yang berasal dari daun bambu oleh jasad mikro. Pengertian humus bambu yang dijelaskan dalam Forum Kerjasama Agribisnis 2011 adalah serasah sisa-sisa daun, seludang dan ranting bambu yang berserakan di bawah rumpun tanaman tersebut. Humus daun bambu sangat membantu dalam proses penggemburan tanah dan memiliki daya tukar ion yang tinggi sehingga bisa menyimpan unsur hara. 13 Bentuk humus bambu yang sudah hancur tetap membentuk massa yang porous, tidak memadat dan tidak lengket sehingga air yang disiramkan ke dalam media tersebut akan terus larut ke bagian bawah. Humus bambu meskipun sudah hancur akan tetap bersifat netral (pH 6,5 - 7). Daya serap humus daun bambu cukup tinggi yaitu sekitar 80-90% dari bobotnya sehingga media tetap lembab. Humus bambu ini mudah ditumbuhi jamur, terlebih ketika terjadi perubahan suhu, kelembaban, dan aerasi yang ekstrim (Prayugo, 2007).