vii. simpulan dan implikasi kebijakan

advertisement
273
VII.
7.1.
SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis deskripsi, estimasi, dan simulasi peramalan
dampak kebijakan subsidi harga BBM terhadap kinerja perekonomian,
kemiskinan, dan kesejahteraan di Indonesia, dirumuskan simpulan berdasarkan
tujuan penelitian pertama, sebagai berikut :
1.
Fungsi penawaran BBM di Indonesia ditunjukkan oleh perilaku impor
premium, minyak solar, dan minyak tanah dan ekspor elpiji. Impor
premium menunjukkan respon yang positif dan elastis terhadap perubahan
indek harga konsumen domestik. Artinya, meningkatnya indek harga
konsumen akan diikuti oleh meningkatnya impor premium, dan
sebaliknya. Atau dengan kata lain, jika inflasi di masa mendatang
cenderung meningkat maka diduga konsumsi premium di Indonesia akan
semakin meningkat. Impor premium sangat dipengaruhi oleh impor
premium pada tahun sebelumnya. Impor minyak solar dipengaruhi oleh
indek harga konsumen dan jumlah kendaraan niaga di Indonesia. Namun
respon impor minyak solar terhadap perubahan indek harga konsumen dan
jumlah kendaraan niaga kurang elastis. Impor minyak tanah sangat
dipengaruhi oleh jumlah penduduk Indonesia dan menunjukkan respon
yang positif dan elastis terhadap perubahan jumlah penduduk. Ekspor
elpiji sangat dipengaruhi oleh harga dunia elpiji dan jumlah produksi elpiji
dan keduanya memiliki respon positif. Ekspor elpiji tidak elastis terhadap
274
perubahan harga dunia elpiji, namun elastis terhadap perubahan jumlah
produksinya dalam jangka pendek dan panjang.
2.
Konsumsi premium di sektor transportasi dipengaruhi oleh harga jual
ecerannya, memiliki respon negatif, dan tidak elastis terhadap perubahan
harga jual ecerannya. Selain itu, konsumsi premium di sektor transportasi
dipengaruhi oleh jumlah kendaraan roda 2 dan roda 4 dengan respon
positif dan elastis terhadap perubahan jumlah kendaraan roda 2 dan roda 4
dalam jangka panjang. Konsumsi minyak solar di sektor transportasi
dipengaruhi oleh harga jual ecerannya dengan respon negatif dan elastis
terhadap perubahan harga jual ecerannya dalam jangka panjang. Selain itu,
konsumsi minyak solar di sektor transportasi dipengaruhi oleh jumlah
kendaraan niaga dengan respon positif dan elastis terhadap perubahan
jumlah kendaraan niaga dalam jangka panjang. Konsumsi minyak solar di
sektor industri dipengaruhi oleh jumlah industri yang ada dengan respon
positif dan elastis terhadap perubahan jumlah industri dalam jangka
panjang. Konsumsi minyak tanah di sektor rumahtangga dan komersial
sangat dipengaruhi oleh harga jual ecerannya dengan respon negatif dan
tidak elastis terhadap perubahan harga jual ecerannya. Selain itu, konsumsi
minyak tanah di sektor rumahtangga dan komersial sangat dipengaruhi
oleh jumlah penduduk Indonesia dengan respon positif dan sangat elastis
terhadap perubahan jumlah penduduk Indonesia dalam jangka pendek dan
panjang. Konsumsi elpiji di sektor rumahtangga dan komersial sangat
dipengaruhi oleh jumlah penduduk Indonesia dengan respon positif dan
275
elastis terhadap perubahan jumlah penduduk Indonesia dalam jangka
pendek dan jangka panjang.
3.
Subsidi harga premium dipengaruhi oleh harga dunia premium dan nilai
tukar dengan respon positif dan sangat elastis terhadap perubahan harga
dunia premium dan nilai tukar, baik dalam jangka pendek dan jangka
panjang. Subsidi harga minyak solar dipengaruhi oleh nilai tukar dengan
respon positif dan elastis terhadap perubahan nilai tukar jangka pendek
dan jangka panjang. Subsidi harga minyak tanah sangat dipengaruhi oleh
harga dunia minyak tanah dan nilai tukar dengan respon positif dan sangat
elastis terhadap perubahan harga dunia minyak mentah dan nilai tukar baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Subsidi harga elpiji
dipengaruhi oleh harga dunia elpiji dan nilai tukar dengan respon positif
dan tidak elastis terhadap perubahan harga dunia elpiji namun elastis
terhadap perubahan nilai tukar jangka panjang.
4.
Harga jual eceran
premium, minyak solar, minyak tanah, dan elpiji
dipengaruhi oleh harga dunianya dan besaran subsidi harganya masingmasing. Artinya, apabila terjadi kenaikan harga dunianya dan diimbangi
oleh kenaikan subsidi harga pada besaran yang sama, maka harga jual
eceran premium, minyak solar, minyak tanah, dan elpiji akan tetap.
Berdasarkan tujuan penelitian kedua, maka disimpulkan sebagai berikut:
1.
Jika terjadi kenaikan harga dunia minyak mentah sebesar 5 persen, maka
harga jual eceran BBM meningkat antara 4.051 persen sampai 19.720
persen. Kenaikan harga jual eceran tersebut disebabkan karena subsidi
harga BBM relatif tidak berubah yang tampaknya sebagai akibat dari
276
keterbatasan belanja pemerintah. Kenaikan harga jual eceran BBM
berdampak pada penurunan jumlah konsumsi BBM, sehingga anggaran
belanja untuk subsidi BBM juga sedikit menurun, yang seterusnya
berdampak pada penurunan belanja pemerintah. Kenaikan harga jual
eceran berdampak pada kenaikan harga-harga umum sehingga inflasi
meningkat cukup besar, selain itu juga terjadi depresiasi nilai tukar rupiah.
Dampak selanjutnya adalah terjadinya kenaikan tingkat suku bunga
sehingga nilai investasi nasional menurun. Penurunan investasi nasional
bersamaan dengan penurunan belanja pemerintah mengakibatkan GDP
nasional menurun dan tingkat pertumbuhan ekonomi juga menurun. Hal
ini selanjutnya, bersama-sama dengan tingkat inflasi yang cukup tinggi,
mengakibatkan tingkat penduduk miskin nasional meningkat. Kenaikan
harga dunia minyak mentah yang mengakibatkan kenaikan harga jual
eceran BBM berdampak pada transfer kesejahteraan dari konsumen ke
produsen. Namun transfer ini masih belum mampu menetralisasi
berkurangnya kesejahteraan dari faktor subsidi BBM, sehingga dampak
bersih kesejahteraan mengalami penurunan sebesar Rp. 1 064 miliar.
2.
Jika pemerintah meningkatkan penerimaan dalam negeri sebesar 10
persen, maka peningkatan itu akan terserap pada belanja pemerintah, baik
belanja subsidi BBM maupun belanja non-subsidi BBM. Peningkatan
belanja subsidi BBM berdampak pada penurunan harga jual eceran BBM
antara 0.029 persen sampai 4.654 persen, sehingga harga-harga umum
relatif dapat terkendali. Penurunan harga jual eceran BBM mengakibatkan
kenaikan jumlah konsumsi BBM yang akhirnya cenderung mendorong
277
peningkatan GDP nasional dan tingkat pertumbuhan ekonomi cenderung
meningkat. Peningkatan GDP nasional akan meningkatkan penawaran
uang sehingga tingkat suku bunga cenderung turun, yang kemudian akan
mendorong peningkatan investasi nasional, baik di sektor migas maupun
diluar sektor migas. Peningkatan kegiatan usaha ekonomi nasional akan
membutuhkan tambahan tenaga kerja yang selama ini tidak bekerja,
sehingga pasar tenaga kerja mengalami permintaan lebih dan tingkat upah
nasional akan meningkat serta pengangguran berkurang. Pada akhirnya,
kondisi perekonomian yang kondusif tersebut mampu mengurangi jumlah
orang miskin di desa dan di kota sehingga tingkat kemiskinan nasional
berkurang tajam. Menggunakan analisis kesejahteraan, penurunan harga
jual eceran BBM memberikan dampak sangat positif pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat dimana terjadi transfer kesejahteraan dari
produsen BBM ke konsumen BBM yang diikuti oleh peningkatan
kesejahteraan yang berasal dari peningkatan subsidi BBM.
3.
Jika pemerintah menurunkan subsidi BBM yaitu premium, minyak solar,
minyak tanah, dan elpiji, dan belanja pemerintah diluar subsidi BBM
cenderung konstan, maka hal ini akan menurunkan anggaran belanja
pemerintah. Penurunan belanja pemerintah cenderung berdampak buruk
bagi upaya pemerintah mengurangi angka kemiskinan nasional. Penurunan
subsidi harga BBM mengakibatkan harga jual eceran BBM meningkat
tajam, yang berkisar antara 11.235 persen sampai 102.742 persen, dimana
kemudian jumlah konsumsi BBM mengalami penurunan yang berkisar
antara 0.458 persen sampai 16.378 persen. Penurunan jumlah konsumsi
278
BBM memberikan sinyal kurang baik bagi kegiatan usaha nasional
sehingga diperkirakan tingkat pertumbuhan ekonomi akan cenderung
menurun. Penurunan kegiatan usaha nasional merupakan sinyal bagi
penurunan permintaan uang sedemikian sehingga tingkat suku bunga
domestik
meningkat
dan
investasi
menurun
serta
pengangguran
meningkat. Gap fiskal menurun 52.291 persen yang mengindikasikan
bahwa simulasi ini sejalan dengan kebijakan fiskal yang berkelanjutan
karena mengurangi ketergantungan pada sumber pembiayaan luar negeri.
Pada akhirnya GDP nasional mengalami penurunan dan jumlah penduduk
miskin nasional juga mengalami peningkatan. Harga jual eceran BBM
yang meningkat mengindikasikan terjadinya transfer kesejahteraan dari
konsumen BBM ke produsen BBM, dan pada saat bersamaan terjadi
penurunan kesejahteraan masyarakat yang berasal dari penurunan subsidi
BBM. Dampak bersih kesejahteraan mengalami penurunan tajam sebesar
Rp. 54 410 miliar.
4.
Jika pemerintah melakukan kebijakan konversi minyak tanah ke elpiji,
maka harga jual eceran minyak tanah dinaikkan dan harga jual eceran
elpiji diturunkan, dengan harapan jumlah konsumsi minyak tanah menurun
yang kemudian digantikan dengan peningkatan jumlah konsumsi elpiji.
Simulasi ini mengakibatkan penurunan jumlah konsumsi minyak tanah,
baik di sektor transportasi, industri, maupun rumahtangga dan komersial.
Demikian pula jumlah konsumsi elpjii mengalami peningkatan baik di
sektor industri dan rumahtangga dan komersial. Namun besarnya
penurunan konsumsi minyak tanah, baik dari segi kandungan kalori
279
maupun dari segi volume, tidak dapat dikompensasi dengan besasrnya
peningkatan konsumsi elpiji. Hal ini mengindikasikan terjadinya peralihan
sumber energi masyarakat, yang biasanya menggunakan minyak tanah
beralih ke non-minyak tanah. Untuk pengguna rumah tangga di perdesaan,
kemungkinan besar terjadi peralihan ke sumber energi biomassa seperti
kayu bakar, sampah organik, dan arang. Untuk rumahtangga di perkotaan
kemungkinan besar terjadi peralihan ke sumber energi elpiji. Peralihan
sumber energi ini diperkirakan akan berdampak pada penurunan
produktivitas
masyarakat
sehingga
tingkat
pertumbuhan
ekonomi
cenderung menurun, tingkat pengangguran dan inflasi meningkat. Pada
akhirnya, peningkatan harga energi secara umum untuk konsumsi
rumahtangga dan komersial, baik yang di perdesaan maupun perkotaan,
akan berdampak pada peningkatan jumlah penduduk miskin nasional.
Pada simulasi ini terjadi kenaikan harga minyak tanah sebesar 141.352
persen, sehingga terjadi pengurangan kesejahteraan konsumen Rp. 27 146
miliar dan peningkatan kesejahteraan produsen sebeser Rp. 14 902 miliar.
Hal ini terjadi karena jumlah konsumsi minyak tanah relatif lebih elastis
terhadap perubahan harga jual ecerannya dibandingkan dengan jumlah
penawaran minyak tanah. Secara keseluruhan, simulasi ini mengakibatkan
penurunan dampak bersih kesejahteraan sebesar Rp. 39 824 miliar.
5.
Jika pemerintah menggabungkan kebijakan pengurangan subsidi BBM
dengan kebijakan konversi minyak tanah ke elpiji, maka akan memberikan
dampak yang kurang kondusif bagi perekonomian karena tingginya
kenaikan harga jual eceran BBM yang berkisar antara 11.537 persen
280
sampai 145.116 persen, kecuali harga jual eceran elpiji. Selain itu,
penurunan subsidi harga BBM secara umum mengakibatkan penurunan
belanja pemerintah cukup besar yang berdampak pada penurunan GDP
nasional dan tingkat pertumbuhan ekonomi. Gap fiskal menurun 58.905
persen sehingga baik bagi upaya pemerintah untuk mengurangi
ketergantungan dari sumber pembiayaan luar negeri. Kombinasi kenaikan
harga jual eceran BBM dan penurunan belanja pemerintah cenderung akan
berdampak stagflasi bagi perekonomian. Pada akhirnya tingkat penduduk
miskin nasional meningkat cukup tajam terutama penduduk miskin di
perkotaan, meskipun harga jual eceran elpiji sedikit menurun. Selain itu
juga terjadi penurunan kesejahteraan konsumen sebesar Rp. 61 597 miliar
dan peningkatan kesejahteraan produsen sebesar Rp. 55 536 miliar, dan
penurunan dampak bersih kesejahteraan sebesar Rp. 65 187 miliar.
6.
Jika pengurangan subsidi BBM dan konversi minyak tanah ke elpiji
dilakukan ketika harga dunia minyak mentah dan penerimaan dalam negeri
pemerintah meningkat, maka kondisi perekonomian secara umum masih
kurang baik. Harga jual eceran BBM meningkat, kecuali elpiji, yang
berkisar antara 20.034 persen sampai 166.956 persen, sehingga belanja
pemerintah dan GDP nasional menurun. Naiknya harga jual eceran BBM
secara umum mengakibatkan jumlah konsumsi BBM mengalami
penurunan
sehingga
berdampak
kurang
kondusif
bagi
kegiatan
perekonomian. Dampak selanjutnya adalah penurunan tingkat investasi
nasional, penurunan upah nasional, penurunan tingkat pertumbuhan
ekonomi, peningkatan pengangguran, peningkatan inflasi, dan peningkatan
281
jumlah penduduk miskin nasional. Simulasi ini mampu mengurangi
ketergantungan pada sumber pembiayaan luar negeri sebesar 54.474
persen, karena itu sejalan dengan kebijakan fiskal yang berkelanjutan.
Selain itu terjadi penurunan dampak bersih kesejahteraan masyarakat
sebesar Rp. 66 900 miliar.
7.
Jika penghematan yang diperoleh dari pengurangan subsidi BBM
ditambahkan kembali pada belanja non-subsidi BBM sehingga belanja
pemerintah relatif konstan, atau kebijakan realokasi anggaran, maka
simulasi ini memberikan dampak yang relatif baik bagi kinerja
perekonomian, kemiskinan, dan kesejahteraan masyarakat. Pada simulasi
ini, harga jual eceran BBM, kecuali elpiji, meningkat antara 20.491 persen
sampai 168.134 persen sehingga jumlah konsumsi BBM secara umum
mengalami penurunan cukup tajam. Hal ini cenderung berdampak kurang
baik bagi kegiatan perekonomian nasional. Namun di sisi lain, belanja
pemerintah mengalami peningkatan yang berasal dari peningkatan
penerimaan dalam negeri pemerintah. Tampaknya, di negara berkembang
seperti Indonesia, belanja pemerintah masih memegang posisi dominan
dalam mendorong perekonomian nasional. Hal ini terbukti bahwa
peningkatan
belanja
pemerintah
sebesar
10.177
persen
mampu
meningkatkan GDP nasional dan mendorong tingkat pertumbuhan
ekonomi nasional sebesar 9.591 persen. Peningkatan GDP nasional
mengakibatkan penawaran uang lebih besar dari permintaan uang sehingga
tingkat suku bunga menurun dan investasi meningkat. Lebih lanjut
peningkatan investasi berdampak pada peningkatan permintaan tenaga
282
kerja dan penyerapan tenaga kerja yang menganggur. Gap fiskal
meningkat sebesar 9.678 persen, kurang baik bagi strategi kebijakan fiskal
yang berkelanjutan. Kombinasi antara kenaikan harga jual eceran BBM
dan peningkatan belanja pemerintah ternyata mampu mengurangi jumlah
penduduk miskin perdesaan dan terutama penduduk miskin perkotaan,
sehingga tingkat penduduk miskin nasional menurun cukup besar.
Meskipun simulasi ini mengakibatkan membaiknya dampak terhadap
kinerja
perekonomian
dan
kemiskinan,
namun
dampak
bersih
kesejahteraan mengalami penurunan sebesar Rp. 66 863 miliar.
8.
Jika diasumsikan bahwa terjadi inflasi 5 persen per tahun, untuk lebih
mendekati kondisi dunia nyata, maka simulasi ini secara umum
memberikan dampak yang kurang baik bagi kinerja perekonomian dan
kemiskinan. Harga jual eceran BBM, kecuali elpiji, meningkat antara
22.854 persen sampai 174.203 persen, yang berdampak pada penurunan
jumlah konsumsi BBM dan relatif kurang baik bagi kegiatan ekonomi
nasional. Secara umum GDP nasional meningkat, tingkat suku bunga
meningkat, investasi nasional mengalami penurunan, penyerapan tenaga
kerja berkurang, inflasi sangat tinggi, dan pertumbuhan ekonomi
meningkat tajam. Gap fiskal meningkat sebesar 11.874 persen yang
mengindikasikan kurang baik dalam upaya pelaksanaan strategi fiskal
yang berkelanjutan. Kombinasi dari kinerja perekonomian diatas
tampaknya relatif baik bagi upaya pengentasan penduduk miskin yang
berkurang sebesar 7.967 persen. Meskipun demikian terjadi penurunan
dampak bersih kesejahteraan sebesar Rp. 66 387 miliar.
283
Pada saat harga dunia minyak mentah dan inflasi meningkat, kebijakan
pemerintah untuk mengurangi subsidi BBM, konversi minyak tanah ke elpiji,
peningkatan penerimaan dalam negeri, dan realokasi anggaran, tampaknya
mampu memberikan dampak yang relatif baik bagi kinerja perekonomian dan
upaya
pengentasan
kemiskinan.
Meskipun
diakui
bahwa
simulasi
ini
meningkatkan ketergantungan pemerintah pada pembiayaan luar negeri dan
terjadinya penurunan kesejahteraan masyarakat yang cukup besar. Secara umum
dapat disimpulkan bahwa kebijakan pengurangan subsidi BBM dan konversi
minyak tanah ke elpiji masih mampu memberikan hasil yang relatif baik bagi
perekonomian Indonesia.
7.2.
Implikasi Kebijakan
Berdasarkan simpulan, maka disusun implikasi kebijakan berikut:
1.
Dalam rangka menciptakan anggaran negara yang berimbang dan stabil,
pemerintah perlu berhati-hati terhadap guncangan eksternal yang berasal
dari kenaikan harga dunia minyak mentah dan depresiasi nilai tukar
rupiah. Dalam penetapan asumsi makro APBN, pemerintah seyogyanya
berhati-hati dengan mencantumkan kemungkinan terburuk kedua variabel
tersebut, selain menciptakan ruang fiskal yang relatif besar dalam APBN.
Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kelenturan bagi APBN dalam
menyesuaikan diri terhadap perubahan terburuk faktor eksternal.
2.
Mengantisipasi dampak kenaikan harga dunia minyak mentah terhadap
penurunan jumlah impor BBM, pemerintah seyogyanya menyediakan
cadangan BBM dalam negeri (buffer stock) yang dapat digunakan untuk
konsumsi beberapa waktu ke depan. Cadangan tersebut berfungsi sebagai
284
stabilisator apabila terjadi kenaikan harga dunia minyak mentah yang
berada diluar kemampuan anggaran negara untuk membelinya.
3.
Peningkatan penerimaan dalam negeri pemerintah, khususnya ketika
terjadi kenaikan harga dunia minyak mentah, sangat bermanfaat untuk
mempertahankan kinerja perekonomian, upaya mengurangi jumlah
penduduk miskin, dan upaya mengurangi ketergantungan pemerintah
terhadap bantuan pembiayaan dari luar negeri.
4.
Agar upaya pemerintah untuk menggantikan sumber energi rumahtangga
dan komersial melalui program konversi minyak tanah ke elpiji dapat
berhasil, maka perlu memperhatikan kemampuan daya beli masyarakat
terutama penduduk miskin di perkotaan, selain juga mempersiapkan
sistem distribusi elpiji, agar dapat menjangkau seluruh rumahtangga dan
komersial di Indonesia baik yang tinggal di perkotaan maupun perdesaan.
5.
Dalam upaya meredam dampak negatif kebijakan pengurangan subsidi
BBM dan konversi minyak tanah ke elpiji, pemerintah perlu meningkatkan
penerimaan dalam negeri dan mempertahankan besaran anggaran belanja
pemerintah melalui realokasi anggaran.
6.
Pemerintah perlu menciptakan sistem pengawasan yang efisien dan benar
agar tidak terjadi kebocoran dalam penyaluran BBM bersubsidi. Hal ini
sesuai dengan amanat Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2006 yang
membatasi kelompok masyarakat yang berhak membeli BBM bersubsidi.
Upaya pembatasan konsumen dengan menciptakan sistem distribusi
tertutup BBM dengan menggunakan sistem elektronik atau manual
menggunakan kartu kendali atau alat identifikasi lainnya
285
7.3.
Saran Penelitian Lanjutan
1.
Penajaman penelitian dampak subsidi harga BBM terhadap kemiskinan
dapat dilakukan dengan menggunakan data kedalaman kemiskinan dan
keparahan kemiskinan.
2.
Besaran subsidi harga BBM sebaiknya menggunakan data riil ketika
metode cost and fee diterapkan pada periode tahun 1986-2006 dan ketika
metode MOPS plus alpha diterapkan setelah tahun 2006.
3.
Karena harga jual eceran elpiji dan karakteristik pasar elpiji berbeda-beda
menurut ukuran tabung elpiji yaitu tabung 3 kg, 12 kg, dan 50 kg, maka
penelitian lanjutan tentang pasar elpiji sebaiknya dibedakan berdasarkan
ukuran tabung elpiji. Hal ini dilakukan untuk memperoleh hasil analisis
yang lebih akurat dan alternatif kebijakan yang direkomendasikan dapat
lebih tepat sasaran sesuai dengan karakteristik pasar elpiji masing-masing.
4.
Pembatasan konsumen pengguna yang berhak membeli BBM subsidi
berdampak pada penurunan volume BBM subsidi dari semula 59.6 juta
kiloliter pada tahun 2005 menjadi 37.9 juta kiloliter pada tahun 2006.
Namun karena keterbatasan data, penelitian ini menganggap seolah-olah
tidak ada pembatasan konsumen pengguna, sehingga data BBM subsidi
pada tahun setelah 2006 menggunakan data konsumsi BBM. Oleh karena
itu disarankan agar dilakukan pemilahan dari awal antara volume BBM
subsidi dengan BBM non-subsidi.
5.
Mengingat setiap jenis BBM memiliki konsumen utama yang berbeda dan
tidak saling substitusi, maka studi yang mendalam terhadap masing-
286
masing konsumen utama dapat memberikan masukan spesifik dalam
perumusan kebijakan subsidi harga untuk setiap jenis BBM.
6.
Program konversi minyak tanah ke elpiji perlu diteliti lebih lanjut untuk
memperoleh gambaran yang lebih tepat, khususnya dalam kaitan dengan
pembatasan konsumen minyak tanah, pemberlakuan harga ekonomi
minyak tanah, perubahan kebiasaan dan perilaku masyarakat, dan sistem
distribusi elpiji hingga ke pelosok daerah.
7.
Pada tahun 2004 subsidi BBM mencapai puncak yaitu 24.30 persen dari
belanja pemerintah. Apakah alokasi anggaran untuk subsidi BBM tersebut
merupakan kebijakan yang optimal bagi rakyat? Untuk menjawab
pertanyaan tersebut, perlu dikaji lebih lanjut mengenai besarnya
‘opportunity cost’ apabila anggaran untuk subsidi BBM digunakan untuk
membiayai kegiatan pembangunan atau pos anggaran lainnya.
8.
Penelitian ini mengasumsikan bahwa sumber energi final Indonesia hanya
berasal dari BBM, meskipun diketahui bahwa perannya cukup penting.
Oleh karena itu, penelitian lanjutan sebaiknya mempertimbangkan sumber
energi final lain seperti biomassa (kayu bakar dan arang), gas alam,
batubara, dan listrik.
9.
Subsidi komoditas seperti subsidi BBM ini seringkali tidak tepat sasaran,
menimbulkan penyalahgunaan antar pengguna, merangsang ekspor ilegal,
dan sulit dalam pengawasannya. Untuk mengatasi hal tersebut sebaiknya
diwacanakan peralihan bentuk subsidi dari subsidi komoditas ke subsidi
langsung masyarakat yang membutuhkan. Penelitian yang mendalam
287
mengenai hal ini diharapkan dapat mengurangi kekurangan subsidi
komoditas serta mengurangi dampak negatif dari terjadinya distorsi pasar.
10.
Upaya pemerintah untuk mengurangi subsidi BBM sebaiknya dilakukan
secara bertahap dengan sosialisasi yang luas, penetapan batasan subsidi
optimal yang mampu ditanggung anggaran negara, mempertahankan
strategi keberlanjutan fiskal, dan sebagai upaya pembelajaran bagi
masyarakat agar dapat melakukan penghematan konsumsi BBM.
Download