BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aset merupakan sebuah barang yang mencakup sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya ekonomi. Dari persprektif keuangan dan akuntansi, aset adalah sumber daya ekonomi yang dimiliki dan atau dikuasai oleh perseorangan/entitas atau pemerintah dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan dapat diperoleh, serta dapat diukur dalam satuan uang (SPI: KPUP, 1). Manfaat ekonomi yang diharapkan dalam sebuah aset di masa depan menjadikan sebuah tanda tanya besar, hal ini apakah sesuai dengan ekspektasi yang diinginkan ataupun sebaliknya. karena di dalam sebuah aset terdapat nilai ekonomi, nilai komersial, dan nilai tukar. Real property adalah bagian dari aset. Real property terbagi dalam bentuk berwujud (tangible) dan tidak berwujud (intangible), yaitu entitas fisik berupa tanah, pengembangan di atasnya, dan kepemilikannya dalam konsep hukum. Siregar (2004: 58) memberikan sebuah penjelasan bahwa aset dalam perspektifnya dari segi pembangunan berkelanjutan menambah sebuah aspek pokok selain sumber daya manusia dan sumber daya alam yaitu infrastruktur. Infrastruktur yang dimaksudkan adalah suatu buatan manusia yang dapat digunakan sebagai sarana untuk kehidupan manusia dan sebagai sarana untuk dapat memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya manusia dengan semaksimalnya, baik untuk saat ini maupun keberlanjutannya di masa yang akan 1 datang. Oleh karena itu, sangatlah penting dalam real property untuk dapat menghasilkan manfaat yang maksimal. Lampung sebagai salah satu provinsi di Indonesia merupakan sebuah provinsi dengan perekonomian yang sedang berkembang, terletak di pulau Sumatera bagian selatan. Real property di daerah memegang peranan penting dalam perkembangan ekonomi masyarakat untuk Lampung. Menjadi salah satu tugas pemeritah dan mengembangkan real property secara maksimal. Sumber : Wikimapia, 2015 Gambar 1.1 Gambaran Global PT UL di Kota Bandar Lampung Aset di daerah memberikan sumbangan yang banyak untuk masyarakat. Hal ini menjadikan sebuah aset yang terletak di Lampung bernama PT UL perlu diperhatikan dalam pemanfaatannya guna mencapai manfaat yang maksimal. Pembangunan di PT UL mengalami peningkatan dalam menanggapi permintaan pendidikan di Provinsi Lampung. Untuk memberikan kontribusi terhadap pendidikan kepada masyarakat Lampung, diperlukan fasilitas-fasilitas pendukung kegiatan pendidikan. Apabila pembangunan sebuah real property yang sudah direncanakan berhenti di tengah jalan dan telah menelan biaya yang cukup 2 banyak, hal ini akan menjadi sebuah masalah. Properti tersebut tidak akan menghasilkan manfaat maksimal dalam pelaksanaannya, bahkan dapat terjadi hal yang sebaliknya. Pertumbuhan jumlah penduduk di Provinsi Lampung menjadikan real property khususnya tanah sebagai barang superior. Hal tersebut terlihat pada harga tanah yang semakin melambung tinggi secara berkelanjutan. Pengembangan tahap pertama real property yang dilakukan PT UL yaitu tapak PT ULH telah menghabiskan biaya 53 milyar rupiah, namun pembangunannya tidak terselesaikan. Akibatnya real property tidak dapat menghasilkan manfaat ekonomi yang maksimal dan bahkan mengalami kerugian atas ketidakberlanjutannya. Properti yang idle atau mangkrak tidak dapat dimanfaatkan. Hal ini mengakibatkan hilangnya pendapatan potensial untuk pemilik lahan yaitu PT UL dalam bentuk efisiensi kegiatan praktikum Program Studi Kedokteran. Properti juga mengalami keusangan usia seiring waktu. Diperlukan analisis lebih lanjut tentang perubahan ekspektasi pasar, serta berapakah nilai potensial yang didapat apabila pembangunan proyek ini terselesaikan. 1.2 Keaslian penelitian Penelitian ini merupakan penerapan Land Development Analysis (LDA), pendekatan data pasar dan Reproduction Cost New sebagai alat analisis utama. Penelitian terdahulu yang telah dilakukan adalah sebagai berikut. 1. Platinga dkk. (2002), mengatakan bahwa nilai sewa lahan pertanian dipengaruhi secara positif oleh pertumbuhan kepadatan penduduk dan secara negatif oleh tekanan pengembangan lahan di daerah tersebut. Nilai tanah 3 merupakan cerminan dari nilai produksi pertanian yang terdiskonto dan nilai pengembangan lahan di masa depan yang terdiskonto. 2. Boshoff (2011), mengatakan bahwa informasi yang didapatkan dalam menggunakan analisis Land Development Method adalah sangat sensitif. Aplikasi metode ini mengharuskan perhatian khusus dalam variabel dan asumsi yang digunakan penilai. Asumsi harus dapat diterima sebagai parameter yang baik. 3. Boyd dan Boyd (2012), mengatakan bahwa aplikasi metode Depreciated Replacement Cost dalam Land Extraction Method digunakan ketika tidak terdapat transaksi tanah sebagai komparasi. Penggunaan metode perbandingan pasar untuk menilai tanah pada metode Depreciated Replacement Cost merupakan penggunaan yang salah. Dua teknik pendekatan tersebut hanya dapat digunakan dalam penilaian tanah untuk tujuan pajak guna analisis komparatif terhadap perbedaan dalam produktivitas untuk mendapatkan nilai komponen tanahnya, dan alokasi perbandingan antara nilai pasar dan nilai tanah yang didapat dari bukti pasar. 4. Manaf, dkk. (2013) mengatakan bahwa hubungan antara pasar properti dan efisiensinya dapat diuji dalam konteks suplai tanah. Masalah suplai tanah ini sebagai barang yang terbatas khususnya untuk kegunaan tempat tinggal. Menjadi masalah akut ketika tanah perkotaan yang diidentifikasi memiliki potensi pembangunan namun tidak dibangun dan dibiarkan kosong ataupun tidak dimanfaatkan. Faktor-faktor dalam efisiensi tanah ini juga memberikan kesempatan edukasi, lapangan pekerjaan, hiburan, dan daya tarik sosial. 4 5. Manihuruk (2014), mengatakan bahwa hasil dari penilaian tanah menggunakan Land Development Analysis (LDA) dengan pengembangan perumahan (sederhana, menengah dan mewah) terdapat potensi pendapatan yang diperoleh oleh pengembang sebesar Rp10.738.306.216,00 dengan indikasi nilai pasar tanah kosong sebesar Rp109.000,00 per meter persegi dan indikasi nilai pasar sebesar 106.200,00 per meter persegi. Hasil dari pendekatan pendapatan (income approach) dengan Land Development Analysis (LDA), terdapat opportunity lost sebesar Rp414.844.900,00 jika lahan tersebut dibiarkan kosong oleh pemilik tanah/lahan. Bagi pemerintah, potensi penerimaan pajak yang seharusnya diperoleh adalah sebesar Rp162.874.000,00. 6. Boshoff (2014) mengatakan bahwa tumah tangga dalam menentukan keputusan pengeluaran didasarkan oleh harapan akan pertumbuhan nilai capital growth. Dalam periode ini permintaan dipengaruhi oleh capital growth dan dibiayai oleh simpanan atau tabungan. Akibatnya, terjadi penolakan harga properti yang ada. Dalam kasus ekonomi secara keseluruhan, hal ini menggambarkan ketidakmampuan membiayai pengeluaran dan pertumbuhan ekonomi selanjutnya. 7. Mulyana (2015) menggunakan analisis Highest and Best Use (HBU) untuk perumahan kelas menengah. Opportunity cost bagi pemerintah dari pajak bumi dari nilai pasar (HBU) adalah sebesar Rp3.077.894 jika lahan dan bangunan sudah terbangun. Opportunity cost atas Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sebesar Rp12.077.444 dan terdapat opportunity lost sebesar 5 Rp11.812.570 atas lahan seluas 6.548 m2. Opportunity cost bagi pemilik lahan dengan menggunakan alat analisis highest and best use adalah sebesar Rp2.507.884.000. Sebaliknya, jika lahan kosong tanpa pengembangan ini dijual, nilai yang didapat sebesar Rp261.920.000 dengan opportunity lost sebesar Rp2.245.964.000. 1.3 Rumusan Masalah Pembangunan rumah sakit oleh PT UL merupakan fasilitas penunjang kegiatan belajar mengajar Fakultas Kedokteran. Terhentinya proyek pembangunan mengakibatkan potential loss bagi PT UL. Diperlukan penelitian lanjut tentang tapak PT ULH ini guna penyesuaian aktiva dan memprediksi nilai potensial yang didapat seiring waktu dengan mangkraknya proyek ini. Berdasarkan uraian rumusan masalah yang telah dipaparkan, peneliti akan menggunakan alat analisis Land development Analysis (LDA), alat analisis Reproduction Cost New, dan pendekatan data pasar untuk menjawab pertanyaan penelitian dan tujuan dari penelitian. Pertanyaan penelitian ini adalah berapa nilai oppurtunity cost pada lahan tersebut dan Strategi pengembangan yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan pengembangan tapak PT ULH saat ini. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1 Menilai opportunity cost pengembangan Highest and Best Use tapak PT ULH. 6 2 Menentukan strategi pengembangan tapak Rumah Sakit Pendidikan Universitas Lampung saat ini. 1.5 Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. berapa nilai oppurtunity cost pada lahan tersebut 2. Strategi pengembangan yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan pengembangan tapak PT ULH saat ini. 1.6 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Menjadi bahan pertimbangan Universitas Lampung dalam pengembangan tapak saat ini. 2. Bahan referensi dan salah satu rujukan bagi penelitian yang lebih lanjut mengenai penilaian aset daerah menggunakan Land Development Analysis (LDA), analisis Reproduction Cost New, dan analisis pendekatan data pasar. 1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam tesis ini adalah seabai berikut: Bab I Pendahuluan mencakup uraian tentang latar belakang, keaslian penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori/Kajian Pustaka mencakup tinjauan pustaka, kajian terhadap penelitian terdahulu, landasan teori, dan kerangka penelitian. Bab III Metode Penelitian menjelaskan tentang jenis dan sumber data, serta metode analisis data. Bab IV Analisis Data dan Pembahasan berisi analisis dan pembahasan yang menjelaskan tentang analisis ekonomi, 7 analisis kawasan, analisis pasar, analisis keuangan, uji Highest and Best Use, nilai pengembangan tapak, analisis value in use, analisis opportunity cost dan analisis pengembangan. Bab V Kesimpulan dan Saran berisi tentang kesimpulan, implikasi, keterbatasan penelitian, dan saran. 8