BAB I PENDAHULUAN

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Di era globalisasi sekarang dimana bisnis tidak lagi mengenal batas negara
mengharuskan adanya transparansi laporan keuangan. Pengguna laporan
keuangan mengharapkan adanya laporan keuangan yang benar dan dapat
dijadikan sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan. Oleh karena itu
pemerintah melalui Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
(BAPEPEM –LK) memberikan jawaban atas tuntutan pentingnya pengelolaan
keuangan yang akuntabel dan transparan yang ditandai dengan diterbitkannya
Peraturan BAPEPAM - LK Nomor Kep-431/BL/2012 dan Keputusan Direksi PT
Bursa Efek Jakarta Nomor Kep-306/BEJ/07-2004 yang menyebutkan bahwa
perusahaan yang go public diwajibkan menyampaikan laporan keuangan yang
disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan - IFRS dan telah diaudit oleh
akuntan publik. Kebutuhan akan adanya audit laporan keuangan oleh akuntan
publik tidak dapat dielakkan lagi, justru menjadi kebutuhan utama sebelum para
pengambil kebijakan mengambil keputusan.
Akuntan Publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari Menteri
Keuangan untuk memberikan jasa sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan Nomor: 17 /PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik. Agoes (2012)
memberikan penjelasan bahwa Akuntan Publik adalah akuntan yang memiliki izin
dari Menteri Keuangan atau pejabat yang berwenang lainnya untuk menjalankan
praktek akuntan publik.
Auditor menjadi profesi yang diharapkan banyak orang yang meletakkan
kepercayaan pada pemeriksaan dan pendapat yang diberikan. Profesionalisme
menjadi syarat utama bagi orang yang bekerja sebagai auditor eksternal. Menurut
standar audit 220 di bagian materi dan penjelasan lain paragraf A10 tahun 2013
tentang penugasan tim perikatan , dinyatakan bahwa tim perikatan mencakup
seseorang yang menggunakan keahlian tertentu dalam bidang akuntansi dan audit,
baik yang ditugaskan maupun yang dipekerjakan.
Di dalam SA 220 di bagian materi dan penjelasan paragraf A11 tahun 2013
juga dinyatakan bahwa rekan perikatan harus mempertimbangkan kompetensi dan
kemampuan yang tepat kepada tim perikatan secara keseluruhan yang salah
satunya mempertimbangkan kemampuan menggunakan pertimbangan profesional
yang tentunya dengan cermat dan seksama.
Seorang auditor dalam proses audit memberikan opini dengan judgment yang
didasarkan pada kejadian-kejadian masa lalu, sekarang dan yang akan datang
(Purwanto, 2011). Auditor adalah suatu profesi yang salah satu tugasnya adalah
melaksanakan audit terhadap laporan keuangan sebuah entitas dan memberikan
opini atau pendapat terhadap laporan keuangan apakah telah disajikan secara
wajar sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang diterapkan secara konsisten.
Didalam proses audit, keputusan yang diambil oleh auditor haruslah
obyektif, namun tetap memerlukan audit judgment. Audit judgment merupakan
kegiatan yang selalu digunakan auditor dalam setiap proses audit, untuk itu
auditor harus terus mengasah judgment mereka. Selain itu audit judgment juga
merupakan salah satu cara pandang auditor dalam menanggapi informasi yang
mempengaruhi dokumentasi bukti serta pembuatan keputusan pendapat auditor
atas laporan keuangan suatu entitas. Tepat atau tidaknya audit judgment akan
sangat menentukan kualitas dari hasil audit dan juga opini yang akan dikeluarkan
oleh auditor.
Salah satu faktor yang mempengaruhi audit judgment yaitu pengalaman
auditor, pengalaman
yang diperoleh selama melakukan audit. Auditor harus
meningkatkan kompetensinya dengan menambah keahlian dan pengalaman
auditnya. Menurut Mayangsari (2003) dalam Praditaningrum (2012) , auditor
yang berpengalaman mempunyai pemahaman dan pengetahuan yang lebih baik
atas laporan keuangan. Susetyo (2009) menyatakan bahwa pengalaman akan
mengurangi pengaruh informasi yang tidak relevan dalam judgment auditor.
Auditor yang berpengalaman dalam membuat suatu judgment tidak mudah
dipengaruhi oleh kehadiran informasi yang tidak relevan. Yustrianthe (2012)
menyatakan pengalaman dinilai memiliki manfaat atau pengaruh yang besar
terhadap penilaian kinerja auditor. Selain itu, pengalaman menjadi salah satu
persyaratan dalam memperoleh ijin menjadi akuntan publik. Pengalaman sangat
erat kaitannya dengan pengetahuan, karena pengalaman seseorang yang
bertambah akan meningkatkan pengetahuannya juga. Pengalaman dapat dilihat
dari berbagai sisi. Pengalaman auditor dapat dilihat dari lamanya seseorang
bekerja pada profesi yang sama sebagai auditor. Semakin lama auditor menekuni
profesinya, maka mereka dinilai semakin berpengalaman. Selain itu, pengalaman
auditor dapat juga ditentukan oleh banyaknya tugas pemeriksaan yang pernah
dilakukan atau banyaknya jenis perusahaan yang telah diaudit. Semakin banyak
variasi jenis pekerjaan ataupun jenis perusahaan yang diperiksanya, maka auditor
tersebut dinilai semakin berpengalaman. Semakin berpengalaman seorang auditor
dalam bidangnya, maka auditor dinilai mempunyai pengetahuan lebih dalam
mengidentifikasi bukti atau informasi yang relevan dan tidak relevan untuk
mendukung penugasan auditnya termasuk dalam pembuatan audit judgment-nya.
Susetyo (2009) menemukan bahwa berdasarkan pengalaman audit masingmasing responden terhadap audit judgment memberikan hasil yang sangat
bervariasi. Hal ini karena setiap responden dihadapkan pada beberapa kasus yang
berbeda, sehingga judgment masing-masing responden juga bervariasi tergantung
pengetahuan, intuisi, dan persepsinya masing-masing.
Menurut Praditaningrum (2012) faktor lain yang dapat mempengaruhi audit
judgment adalah tekanan ketaatan. Dalam melaksanakan proses audit, auditor
dapat mengalami tekanan ketaatan dari atasan maupun entitas yang diperiksanya .
Hartanto (2001) dikutip Praditaningrum (2012) mengatakan bahwa bawahan yang
mendapat tekanan ketaatan dari atasan dapat mengalami perubahan psikologis dari
seseorang yang berperilaku mandiri, menjadi perilaku agen. Tekanan dari atasan
atau klien juga dapat memberikan pengaruh yang buruk seperti hilangnya
profesionalisme, hilangnya kepercayaan publik dan kredibilitas sosial. Hartanto
dan Kusuma (2001) dalam Yustrianthe (2012) melihat adanya pengaruh tekanan
atasan pada konsekuensi yang memerlukan biaya, seperti halnya tuntutan hukum,
hilangnya profesionalisme, dan hilangnya kepercayaan publik dan kredibilitas
sosial. Hal tersebut mengindikasikan adanya pengaruh dari tekanan atasan pada
judgment yang diambil auditor. Jamilah et al (2007) di dalam Yustrianthe (2012)
mengembangkan teori paradigma ketaatan dan kekuasaan bahwa bawahan yang
mengalami tekanan ketaatan dari atasan akan mengalami perubahan psikologis
dari seseorang yang berperilaku autonomis menjadi perilaku agen. Perubahan dari
perilaku ini terjadi karena bawahan merasa menjadi perantara dari sumber
kekuasaan, dan dirinya terlepas dari tanggung jawab atas apa yang dilakukannya.
Faktor selanjutnya yang dapat mempengaruhi audit judgment yaitu
kompleksitas tugas. Abdol Mohammadi dan Wright (1987) di dalam Yustrianthe
(2012) menyatakan bahwa auditor selalu dihadapkan dengan tugas – tugas yang
kompleks, banyak, berbeda-beda dan saling terkait satu dengan lainnya.
Kompleksitas tugas merupakan tugas yang tidak terstruktur, sulit untuk dipahami
dan ambigu. Pengujian terhadap kompleksitas tugas dalam audit juga bersifat
penting karena kecenderungan bahwa tugas audit adalah tugas kompleks. Adanya
kompleksitas tugas yang tinggi dapat merusak judgment yang dibuat auditor.
Jamilah et al. (2007) di dalam Praditaningrum (2012) mengemukakan ada tiga
alasan yang cukup mendasar mengapa pengujian terhadap kompleksitas tugas
untuk sebuah situasi audit perlu dilakukan.
Pertama, kompleksitas tugas ini
diduga berpengaruh signifikan terhadap kinerja seorang auditor. Kedua, sarana
dan teknik pembuatan keputusan dan latihan tertentu diduga telah dikondisikan
sedemikian rupa ketika para peneliti memahami keganjilan pada kompleksitas
tugas audit. Ketiga, pemahaman terhadap kompleksitas dari sebuah tugas dapat
membantu tim menemukan solusi terbaik bagi staf audit dan tugas audit.
Faktor keahlian audit juga temasuk yang mempengaruhi audit judgment ,
dimana keahlian merupakan unsur penting yang harus dimiliki oleh seorang
auditor untuk bekerja sebagai tenaga profesional. Keahlian auditor dalam
melakukan audit menunjukkan tingkat kemampuan dan pengetahuan yang
dimiliki auditor. Keahlian auditor juga bertambah seiring dengan pengalamaan
kerja maupun praktek audit yang telah dilakukannya.
Faktor kesadaran etika profesi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
audit judgment. Pengembangan kesadaran etis/moral memainkan peranan kunci
dalam semua area profesi akuntan (Louwers, 1997) yang dikutip Sabrina (2012),
termasuk dalam melatih sikap skeptisisme profesional akuntan.
Audit judgment diperlukan karena audit tidak semuanya dilakukan terhadap
seluruh bukti. Jamilah et al (2007) di dalam Yustrianthe (2012) menyatakan
bahwa Akuntan publik mempunyai tiga sumber informasi yang potensial untuk
membuat suatu pilihan yaitu: teknik manual, referensi yang lebih detail dan teknik
keahlian. Berdasarkan proses informasi dari ketiga sumber tersebut, akuntan
mungkin akan melihat sumber yang pertama, bergantung pada keadaan perlu
tidaknya diperluas dengan sumber informasi kedua, atau dengan sumber informasi
yang ketiga, tetapi jarang memakai keduanya.
Faktor pengaruh pengalaman Auditor, tekanan ketaatan, kompleksitas tugas ,
keahlian audit dan ketaatan etika profesional sudah ada penelitian yang mencari
korelasi dengan audit judgment seorang auditor. Sebab itulah penulis tertarik
untuk melakukan penelitian ulang untuk memperkuat penelitian – penelitian
sebelumnya dengan obyek penelitian terhadap Kantor Akuntan Publik terdaftar
yang berlokasi di Jakarta.
Perbedaan dengan penelitian terdahulu yaitu terletak pada objek penelitian.
Penelitian tedahulu meneliti pada sektor publik sedangkan peneliti melakukan
pada sektor swasta. Selain itu peneliti terdahulu meneliti pada propinsi / kota di
luar Jakarta atau instansi tertentu, sedangkan peneliti melakukan pada sektor
swasta dalam hal ini adalah kantor akuntan publik yang berada di Jakarta.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan dari penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah pengalaman auditor berpengaruh terhadap audit judgment ?
2. Apakah tekanan ketaatan berpengaruh terhadap audit judgment ?
3. Apakah kompleksitas tugas berpengaruh terhadap audit judgment ?
4. Apakah keahlian auditor berpengaruh terhadap audit judgment ?
5. Apakah etika profesional auditor berpengaruh terhadap audit judgment ?
6. Apakah pengalaman auditor, tekanan ketaatan, kompleksitas tugas, keahlian
audit dan etika profesional auditor berpengaruh terhadap audit judgment
secara simultan ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :
1.1
Untuk mengetahui apakah
pengalaman auditor berpengaruh
terhadap audit judgment.
1.2
Untuk mengetahui apakah tekanan ketaatan auditor berpengaruh
terhadap audit judgment.
1.3
Untuk mengetahui apakah kompleksitas tugas berpengaruh
terhadap audit judgment.
1.4
Untuk mengetahui apakah keahlian auditor berpengaruh terhadap
audit judgment.
1.5
Untuk mengetahui apakah etika profesional auditor berpengaruh
terhadap audit judgment.
1.6
Untuk mengetahui apakah pengalaman auditor, tekanan ketaatan,
kompleksitas tugas, keahlian audit dan etika profesional auditor
berpengaruh terhadap audit judgment secara simultan.
2.
Manfaat Penelitian ini adalah :
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
2.1.
Secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
literatur mengenai audit judgment di Indonesia, serta dapat menjadi
referensi dan mendorong dilakukan penelitian berikutnya mengenai
audit judgment.
2.2.
Secara operasional / praktisi
Penelitian ini diharapkan dapat memperdalam kajian faktor –
faktor yang mempengaruhi audit judgment bagi seorang praktisi
yang berprofesi sebagai auditor serta memberikan tambahan
informasi
kinerjanya.
terhadap
auditor
untuk
meningkatkan
kualitas
Download