1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 1979, usaha peningkatan produksi palawija mendapat perhatian yang cukup besar dari pemerintah karena pemerintah menyadari bahwa palawija merupakan bagian dari komoditi pangan yang penting selain beras. Salah satu tanaman palawija yang paling utama di Indonesia adalah jagung. Pengembangan tanaman palawija, seperti tanaman jagung, dapat meningkatkan ketersediaaan pangan dan pendapatan petani serta menjadi komoditas pengganti pangan utama bagi masyarakat. Jenis jagung yang mulai diminati di Indonesia adalah jagung manis karena memiliki rasa yang lebih manis dibandingkan jagung biasa dan umur produksinya lebih singkat (genjah), sehingga sangat menguntungkan untuk diusahakan. Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi jagung manis dapat ditempuh dengan pemberian pupuk. Sampai saat ini pertanian Indonesia masih sangat bergantung pada penggunaan pupuk kimia (anorganik). Pemupukan secara kimia sintetis (anorganik) merupakan jalan termudah dan tercepat dalam menangani masalah kahat hara, karena mudah terurai dan langsung dapat diserap tanaman, sehingga pertumbuhan menjadi lebih subur. Namun, pemupukan secara kimia sintetis (anorganik) mempunyai beberapa kelemahan, yaitu mahal, tidak dapat menyelesaikan masalah kerusakan fisik dan biologi tanah, serta pemupukan yang tidak tepat dan berlebihan menyebabkan pencemaran lingkungan. Produktivitas tanah dan keberlanjutan produksi pertanian ditentukan oleh kecukupan kandungan bahan organik tanah. Bahan organik tanah merupakan komponen penting penentu kesuburan tanah, terutama di daerah tropika seperti Indonesia yang memiliki suhu udara dan curah hujan yang tinggi. Kandungan bahan organik tanah pada sebagian besar lahan pertanian di Indonesia telah mencapai tingkat rendah bahkan sangat rendah yaitu sekitar < 2% (Pramono, 2004). Terabaikannya pengembalian bahan organik ke dalam tanah dan intensifnya penggunaan pupuk anorganik pada lahan pertanian telah menyebabkan mutu fisik dan kimia tanah menurun. Kondisi tanah yang demikian menyebabkan 2 berkurangnya hara mikro, perlindungan terhadap penyakit rendah, boros terhadap penggunaan pupuk dan air, serta tanaman peka terhadap kekeringan. Pemanfaatan pupuk organik menjadi solusi yang tepat untuk menjaga stabilitas tanah karena pupuk organik dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi, mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Djuniwati et al. (2008) menunjukkan bahwa pemberian bahan organik cover crop dapat meningkatkan pH, C-organik, dan KTK tanah. Oleh karena itu, penelitian ini melakukan pengujian pupuk organik granul pada tanaman jagung manis sebagai indikator dan melihat perubahan beberapa sifat kimia Latosol Darmaga setelah panen. 1.2. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas pupuk organik granul pada produksi dan serapan hara tanaman jagung manis (Zea mays L. Saccharata) serta pengaruhnya pada sifat kimia Latosol Darmaga.