identitas pasien

advertisement
IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
: Ny. I.S
: 39 tahun
Alamat
:
Pendidikan
Pekerjaan :
Medrek
:
MRS
:
Jam
:
KRS
Pasundan
: SD
IRT
753XXX
16-04-2015
19.00 WIB
: 19-04-2015
Nama Suami : Tn.T
Umur
: 46 tahun
Alamat
: Pasundan
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan : buruh tani
ANAMNESIS
Dikirim oleh
: Bidan
Sifat
: Rujukan
Keterangan
:
G1P0A0
38-39
minggu
dengan
HIPERTENSI
ANAMNESA KHUSUS
Keluhan utama : sakit kepala
Anamnesis khusus
:G1 P0 AO ibu
merasa hamil 9 bulan, datang dengan
keluhan nyeri kepala sejak 2 hari SMRS.
Nyeri kepala dirsakan seperti diikat, nyeri
kepala disertai dengan nyeri pada bagian
belakang leher. Keluhan lain seperti
mules, keluar cairan dari jalan lahir, dan
perdarahan
dari
jalan
lahir
tidak
dirasakan oleh ibu, pergerakan janin (+)
sejak 4 bulan yang lalu. Riwayat tekanan
darah tinggi sebelumnya disangkal oleh
ibu, nyeri ulu hati (-), pandangan kabur
(-). Ibu sudah menikah 16 tahun yang
lalu, riwayat pemakaian KB (-), frekuensi
RIWAYAT OBSTETRI
Kehamila
Tempa
Penolon
n
t
g
I
Cara
Cara
Kehamil
Persalina
an
BB
lahir
n
Kehamilan saat ini
Jenis
Usi
Hidup
Kelamin
a
/ Mati
KETERANGAN TAMBAHAN
Menikah pertama : ♀ 19 tahun, SD, IRT
♂ 28 tahun, SMA, buruh tani
HPHT
: 20- 04 -2014
Siklus
: teratur
Lama: 5-7 hari
Darah
: Biasa
Nyeri: Tidak
Menarche
: 15 tahun
Kontrasepsi terakhir : Tidak pernah memakai alat kontrasepsi
PNC
: Bidan
: Jumlah kunjungan 8 kali.
: Terakhir PNC 2minggu yang lalu
Keluhan selama hamil : Riwayat penyakit : Tidak ada riwayat penyakit terdahulu
STATUS PRAESENSE
Keadaan
Umum : CM
Tensi : 160/80 mmHg
Nadi : 98 x/mnt
Pernafasan: 20 x/mnt
Suhu : 36,50C
Tiroid & KGB
: Tidak ada kelainan
Jantung : BJ I & II murni, reguler, M(-) G(-)
Paru
: VBS kanan=kiri ,Wh(-), Rh(-)
Refleks
: Fisiologis (+)
BB
: Tak ditimbang
TB
: Tak diukur
Edema
: -/Varices
: -/Abdomen
: Cembung lembut
Hati dan Limpa
: Dalam batas normal
INSPEKULO
Perdarahan dari OUE (+)
DIAGNOSIS KERJA
G1 P0A P0 gravida 39-40 minggu dengan PER, letak
sungsang, dan infertilitas primer.
DIAGNOSIS AKHIR
P1A0 partus maturus dengan SC a/i PER, letak sungsang,
dan infertilitas primer.
LABORATORIUM
Tanggal 16/04/2015
Hematologi
Darah Rutin
Hemoglobin
: 10, 9 g/dL
Hematokrit : 34%
Lekosit
: 14,850/mm3
Trombosit : 456.000/mm3
Eritrosit
: 4,26 juta/mm3
STATUS OBSTETRIK
PEMERIKSAAN LUAR
TFU/LP : 37 cm/ 110cm
LA
: Bokong, Puka
HIS
: (-)
DJJ
: 140 x/menit, reguler
PEMERIKSAAN DALAM
Tidak dilakukan
URINE
URINE RUTIN
kimia urine
berat jenis urine
:1.020
blood urine
: negatif
leukosit estrase
:POS(++)
PH urine
:6,0
nitrit urine
:negatif
protein urine
:positif(+)
glukosa urine
:negatif
keton urine
:negatif
urobilinogen urine
:normal
bilirubin urine
:negatif
RENCANA PENGELOLAAN
 Observasi
KU,
TTV,
BJA,
pembukaan, perdarahan
 Cek lab darah rutin
 Nifedifin 1mg
 Dopamet 500mg
 Inf RL 500 cc 20 gtt/menit
 Informed consent
 R/ USG
 Transfusibila Hb <8 gr/dL
 R/ Persalinan perabdominam
HIS,
LAPORAN OPERASI

Dilakukan tindakan a dan antiseptik di daerah abdomen dan sekitarnya

Dilakukan insisi mediana inferior ± 10 cm

Setelah peritoneum dibuka tampak dinding depan uterus

Plika vesikouterina diidentifikasi, disayat melintang

Kandung kemih disisihkan ke bawah dan ditahan dengan retraktor abdomen

SBR disayat konkaf, bagian tengahnya ditembus oleh jari penolong dan di
perlebar

Jam 14.45 : Lahir bayi ♂ dengan Menarik kaki

BB: 2800 gr

Disuntikan oksitosin 10 IU intramural, kontraksi baik

Jam 14.48: Lahir plasenta dengan tarikan ringan pada tali pusat

B: 500 gr Ukuran: 20x20x2 cm

SBR dijahit lapis demi lapis, Lapisan pertama dijahit jelujur, sebelum
semuanya tertutup diinsersikan IUD

Lapisan ke dua dijahit secara jelujur. Setelah yakin tidak ada perdarahan,
dilakukan reperitonealisasi dengan peritoneum kandung kemih.

Perdarahan dirawat

Rongga abdomen dibersihkan

Fascia dijahit dengan PGA no.1, kulit dijahit secara subkutikuler

Perdarahan 200 cc

Diuresis 100 cc
PB: 49 cmAPGAR: 5-8
FOLLOW UP POST OP
Tanggal Jam
CATATAN
INSTRUKSI
17/04/2015
S/ Tidak ada keluhan
P/ Th :
O/ KU : CM
T
: 140/100 mmHg R: 20 x/mnt
N
: 88 x/mnt S: 34,80C
Mata
Abdomen
: Ca -/- Si -/:
Cembung, lembut, DM (-), NT
Ceftriaxone2 x 1 gr IV
metronidazole 3 x 500 gr
kaltrofen supp 3X 500
dopamet 500mg
nefedifin
cek lab post op
jika hb< 8 transfusi
(-)BU ( + )
TFU





: Sejajar umbilikus
puasa sampai BU (+)
Lokia
: rubra
Vulva hygient
BAB / BAK
:-/+
A/ P1 A0 partus maturus dengan SC indikasi
PER, Letak sungsang, dan infertilitas primer
FOLLOW UP RUANGAN
Tanggal
CATATAN
Jam
18/04/201 S/ Tidak ada keluhan
5
O/ KU
: CM
POD I
T
: 140/90 mmHg R: 20 x/mnt
N
: 88 x/mnt
S: 34,80C
Mata: Ca -/- Si -/Abdomen :
Cembung, lembut, DM
(-), NT (-)BU ( + )
TFU : Sejajar umbilikus
Lokia : rubra
BAB / BAK : - / +
A/ P1 A0 partus maturus dengan SC
indikasi PER, Letak sungsang, dan
INSTRUKSI
P/ Th :



Ceftriaxone2 x 1 gr IV
metronidazole 3 x
500 gr
kaltrofen supp 3X
500
lepas DC
Tanggal
CATATAN
Jam
19/04/20 O/ KU : CM
15
T : 130/80mmHg R: 20 x/mnt
N : 88 x/mnt S: 35,80C
Mata: Ca -/- Si -/ Abdomen : Cembung, lembut, DM (-), NT (-)BU
(+)
TFU : Sejajar umbilikus
Lokia : rubra
BAB / BAK : - / +
A/ P1 A0 partus maturus dengan SC indikasi PER,
Letak sungsang, dan infertilitas primer
O/ KU : CM
x/mnt
20/04/2 T : 130/80 mmHg R: 20
N : 99 x/mnt S: 34,80C
015
POD III Mata: Ca -/- Si -/Abdomen : Cembung, lembut, DM (-),
NT (-)BU ( + )
TFU : Sejajar umbilikus
Lokia : rubra
BAB / BAK : - / +
A/ P1 A0 partus maturus dengan SC indikasi PEB,
Letak sungsang, dan infertilitas primer
POD II
INSTRUKSI
 As. Mefenamat
3x500mg
 Cefadroxil 2x
500 mg
 Sf 1x1  As. Mefenamat
3x500mg
 Cefadroxil 2x
500 mg
 Sf 1x1
PERMASALAHAN
Bagaimana penegakkan diagnosis pada kasus ini?
A. KEHAMILAN
Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dengan
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Kehamilan
diklasifikasikan menjadi kehamilan fisiologis dan patologis.
1. Kehamilan fisiologis
Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan
normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar
atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam
tiga trimester, dimana trimester pertama berlangsung dalam 12 minggu,
trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester
ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40).
2. Kehamilan patologis
Macam-macam kehamilan patologis diantaranya :
a. Perdarahan
b. Preeklamsia dan eklamsia
c. Infeksi.
PREEKLAMSIA
Preeklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi yang timbul setelah
20 minggu kehamilan dan disertai dengan proteinuria.
Preeklamsia diklasifikasikan menjadi preeklamsia ringan dan preeklamsia berat.
B.1. Preeklamsia ringan
a. Pengertian
Preeklamsiaringan
adalah
timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan/atau
edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.
Gejala ini dapat timbul sebelum umur
Kehamilan
20
minggu pada penyakit trofoblas.
b. Patofisiologi
Penyebab preeklamsia ringan belum diketahui secara jelas. Penyakit ini di anggap
sebagai
“maladaptation
syndrome” akibat
vasospasme general dengan segala akibatnya.
c. Gejala klinis
Gejala klinis preeklamsia ringan meliputi :
1) Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih, diastol 15 mmHg atau lebih
dari
tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau lebih atau
sistol
140
mmHg
sampai
kurang
160
mmHg, diastol 90 mmHg sampai kurang 110 mmHg.
2)Proteinuria : secara kuantitatif lebih 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau
secara
kualitatif positif 2
(+2).
3)Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan.
4)Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih per minggu selama 2 kali
berturutturut.
5)Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda preeklamsia berat.
PREEKLAMSIA
B.1. Preeklamsia ringan
a. Pengertian
Preeklamsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria
dan/atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera
setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan
20 minggu pada penyakit trofoblas.
b. Patofisiologi
Penyebab preeklamsia ringan belum diketahui secara jelas. Penyakit
ini
di anggap sebagai “maladaptation syndrome” akibat
vasospasme general dengan segala akibatnya.
c. Gejala klinis
Gejala klinis preeklamsia ringan meliputi :
1)
Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih, diastol 15
mmHg atau lebih dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan
20 minggu atau lebih atau sistol 140 mmHg sampai kurang
160 mmHg, diastol 90 mmHg sampai kurang 110 mmHg.
2) Proteinuria : secara kuantitatif lebih 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau
secara kualitatif positif 2 (+2).
3) Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau
tangan.
d. Pemeriksaan dan diagnosis
1) Kehamilan lebih 20 minggu.
2)
Kenaikan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih dengan
pemeriksaan 2 kali selang 6 jam dalam keadaan istirahat (untuk
pemeriksaan pertama dilakukan 2 kali setelah istirahat 10 menit).
3) Edema tekanan pada tungkai (pretibial), dinding
perut,
lumbosakral, wajah atau tungkai.
4) Proteinuria lebih 0,3 gram/liter/24 jam, kualitatif (++).
e. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan rawat jalan pasien preeklamsia ringan :
1)Banyak istirahat (berbaring tidur/miring).
2)Diet : cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
3)Sedativa ringan : tablet phenobarbital 3 x 30 mg atau diazepam 3
x 2 mg per oral selama 7 hari.
4)Roborantia
5)Kunjungan ulang setiap 1 minggu.
6)Pemeriksaan laboratorium : hemoglobin, hematokrit, trombosit,
urine lengkap, asam urat darah, fungsi hati, fungsi ginjal.
2. Penatalaksanaan rawat inap pasien preeklamsia ringan
berdasarkan kriteria :
1)
Setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukkan
adanya perbaikan dari gejala-gejala preeklamsia
2)
Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih per minggu selama 2
kali berturut-turut (2 minggu).
Bila setelah 1 minggu perawatan di atas tidak ada perbaikan mak
a preeklamsia ringan di anggap sebagai preeklamsia berat. Bila
dalam
perawatan
di
rumah
sakit
sudah
ada perbaikan sebelum 1 minggu dan kehamilan masih preterm
maka penderita tetap dirawat selama 2 hari lagi baru
dipulangkan.
Perawatan
lalu
disesuaikan
dengan
Komplikasi
perawatan rawat jalan.
Jika preeklamisa berat disertai dengan gejala kejang dan atau ko
ma, maka disebut eklamsia.
1. Pengertian
Eklamsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam
persalinan
atau
masa
nifas
yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat
kelainan
neurologik)
dan atau koma dimana
sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala preeklamsia.
2. Patofisiologi
Penyebab eklamsia
belum diketahui secara jelas. Mekanisme
penyakit
ini
hampir
sama
dengan preeklamsia dengan
akibat yang lebih serius pada organ-organ hati, ginjal, otak, paruparu
dan jantung yakni terjadi nekrosis dan perdarahan pada
organ-organ tersebut.
3. Gejala klinis
a. Tanda-tanda preeklamsia (hipertensi, edema dan proteinuria)
b. Kejang-kejang dan atau koma
4. Pemeriksaan dan diagnosis
a. Berdasarkan gejala klinis diatas seperti hipertensi, edema,
proteinuria, kejang-kejang dan lainnya
b. Pemeriksaan laboratorium :
1) Adanya protein dalam urin
2) Fungsi organ hepar, ginjal, dan jantung
3) Fungsi hematologi atau hemostasis.3
5. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan :
a. Untuk menghentikan dan mencegah kejang
b. Mencegah dan mengatasi penyulit, khususnya hipertensi krisis
c. Sebagai penunjang untuk mencapai stabilisasi keadaan ibu
seoptimal mungkin
d. Mengakhiri kehamilan dengan trauma ibu seminimal mungkin.
Pengobatan :
a. Pengobatan medisinal sama seperti preeklamsia berat kecuali
bila timbul kejang-kejang lagi maka dapat diberikan MgSO4 2
gram intravenous selama 2 menit minimal 20 menit setelah
pemberian terakhir. Dosis tambahan 2 gram hanya diberikan I
kali saja. Bila setelah diberikan amobarbital atau thiopental 3-5
mg/kgBB/IV perlahan-lahan.
b. Perawatan bersama :
1) Konsul bagian saraf, penyakit dalam atau jantung, mata,
anestesi dan anak.
6. Terminasi kehamilan
a. Apabila tahap pemeriksaan, syarat-syarat untuk mengakhiri
persalinan per vaginam dipenuhi maka persalinan tindakan
dengan trauma yang minimal.
b. Apabila penderita sudah inpartu pada fase aktif, langsung
dilakukan amniotom lalu diikuti partograf. Bila ada kemacetan
dilakukan seksio sesar.
c. Tindakan seksio sesar dilakukan pada keadaan :
1) Penderita belum inpartu
2) Fase laten
3) Gawat janin tindakan seksio sesar dikerjakan dengan
mempertimbangkan keadaan atau kondisi ibu.
C. FAKTORFAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI
1. Faktor usia
Usia 20-30 tahun adalah periode paling aman untuk hamil atau
melahirkan,
akan
tetapi
di
negara berkembang sekitar 10% - 20% bayi dilahirkan dari ibu
yang usianya
tergolong
remaja.
Dari penelitian
didapatkan bahwa dua tahun setelah menstruasi yang pertama,
seorang wanita masih sangat mungkin terjadinya hipertensi dan
kejang di karenakan mengalami tekanan yang baru dirasakan saat
pertama kali melahirkan sehingga menyebabkan preeklamsia dan
eklamsia.
Usia
wanita
remaja
pada
kehamilan
pertama atau nulipara umur belasan tahun (usia muda kurang dari
20 tahun) juga masih sangat mungkin terjadinya hipertensi pada
kehamilannya
dikarenakan
organ
reproduksi
didalam
tubuhnya masih belum matang secara sempurna. Dan terjadi
peningkatan
hubungan usia terhadap
preeklamsia dan eklamsia
pada wanita hamil yang berusia diatas 35 tahun, hal ini dikarenakan
organ reproduksi
sudah
mengalami
penurunan,
sehingga
rentan terjadinya hipertensi dalam kehamilannya. Maka faktor usia
berpengaruh terhadap terjadinya preeklamsia dan eklamsia.
2. Paritas
Dari penelitian didapatkan bahwa Primigravida mengalami kejadi
an
preeklamsia
dan
eklamsia sebesar 38 % dari semua kasus hipertensi pada kehamilan.
Dan faktor yang mempengaruhi preeklamsia dan eklamsia lebih
tinggi frekuensinya pada primigravida dibandingkan dengan
multigravida, terutama pada primigravida dengan usia muda. Hal
tersebut dikarenakan wanita dengan preeklamsia dan eklamsia
dapat mengalami kelainan aktivasi imun dan hal ini dapat
menghambat
invasi
trovoblas pada pembuluh darah ibu. Sehingga preeklamsia dan e
3. Riwayat hipertensi
klamsia
lebih
sering
terjadi
pada
wanita yang terpajan antigen paternal untuk yang pertama kali
Salah satu faktor risiko terjadinya preeklamsia atau eklamsia adal
seperti
kehamilan pertama kali atau kehamilan pertama dengan
ah
riwayat
hipertensi
pasangan baru.
kronis, atau penyakit vaskuler hipertensi sebelumnya,
atau
hipertensi esensial. Sebagian besar kehamilan dengan hipertensi
esensial berlangsung normal sampai cukup bulan. Pada kirakira sepertiga
diantara para wanita penderita tekanan darahnya tinggi setelah k
ehamilan 30
minggu tanpa disertai gejala lain. Kirakira 20% menunjukkan kenaikan
yang lebih mencolok dan dapat disertai satu gejala preeklampsia 4. Kehamilan ganda
Preeklamsia dan eklamsia mempunyai risiko 3 kali lebih sering
terjadi
pada
kehamilan
ganda
dari 105 kasus kembar dua didapatkan 28,6%
kejadian
preeklamsia
dan didapatkan satu kasus kematian ibu karena
eklamsia.
Dari
hasil
yang
tercantum diatas, sebagai faktor penyebabnya
adalah dislensia uterus.
Definisi
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak
5. Faktor genetika
memanjang
dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di
bagian bawah kavum uteri (Prawirohardjo, 2008).
Klasifikasi letak sungsang
1. Presentasi bokong murni (frank breech)
Yaitu letak sungsang dimana kedua kaki terangkat ke
atas sehingga ujung
kaki setinggi bahu atau kepala janin.
2. Presentasi bokong kaki sempurna (complete breech)
Yaitu letak sungsang dimana kedua kaki dan tangan
menyilang sempurna
dan di samping bokong dapat diraba
kedua kaki.
3. Presentasi bokong kaki tidak sempurna (incomplete breech)
Yaitu letak sungsang dimana hanya satu kaki di samping bokong,
sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas. (Kasdu, 2005)
(2)
(1)
(3)
Gambar 1 Klasifikasi letak sungsang.
Etiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi
janin terhadap ruangan didalam uterus. Pada kehamilan sampai
kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relative lebih banyak,
sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa.Dengan
demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala,
letak sungsang, ataupun letak lintang.
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat
dan jumlah air ketuban relative berkurang.Karena bokong dengan
kedua tungkai yang terlipat lebih besar daripada kepala, maka
bokong dipaksa menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri,
sedangkan kepala berada dalam ruangan yang lebih kecil di
segmen bawah uterus.Dengan demikian dapat dimengerti
mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak
sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan,
janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala.
Faktor-faktor lain yang memegang peranan dalam terjadinya
letak sungsang diantaranya adalah multiparitas, hamil kembar,
hidramnion,
hidrosefalus,
plasenta
previa,
dan
panggul
sempit.Kadang-kadang letak sungsang disebabkan karena kelainan
uterus dan kelainan bentuk uterus. Plasenta yang terletak di
daerah kornu fundus uteri dapat pula menyebabkan letak
DIAGNOS
IS
Diagnosis letak sungsang yaitu pada pemeriksaan luar kepala
tidak teraba di bagian bawah uterus melainkan teraba di fundus
uteri.Kadang-kadang bokong janin teraba bulat dan dapat
memberi kesan seolah-olah kepala, tetapi bokong tidak dapat
digerakkan
semudah
kepala.
Seringkali
wanita
tersebut
menyatakan bahwa kehamilannya terasa lain daripada yang
terdahulu, karena terasa penuh di bagian atas dan gerakan terasa
lebih banyak di bagian bawah.
Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi atau
sedikit lebih tinggi daripada umbilicus.Apabila diagnosis letak
sungsang dengan pemeriksaan luar tidak dapat dibuat, karena
misalnya dinding perut tebal, uterus mudah berkontraksi atau
banyaknya air ketuban, maka diagnosis ditegakkan berdasarkan
pemeriksaan dalam.Apabila masih ada keragu-raguan, harus
dipertimbangkan
untuk
melakukan
pemeriksaan
ultrasonografik.Setelah ketuban pecah, dapat diraba lebih jelas
adanya bokong yang ditandai dengan adanya sacrum, kedua tuber
ossis iskii, dan anus.Bila dapat diraba kaki, maka harus dibedakan
dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan
ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain
dan panjang jari kurang lebih sama dengan panjang telapak
tangan. Pada persalinan lama, bokong janin mengalami edema,
sehingga kadang-kadang sulit untuk membedakan bokong dengan
muka.
Pemeriksaan yang teliti dapat membedakan antara bokong
1) Anamnesa
Dari anamnesa data yang diperoleh berdasarkan keluhan
ibu antara lain klien merasakan perut terasa lebih keras
dibagian ulu hati, gerakan janin lebih banyak dirasakan
dibawah, keluhan ibu kadang sesak nafas, ulu hati terasa sakit,
perut terasa penuh, nafsu makan berkurang dan kadang
muntah (Sarwono, 1993).
2) Pemeriksaan fisik dapat dilakukan sebagai berikut :
Palpasi menurut Leopold
Leopold I : Kepala di fundus uteri
Leopold II : teraba punggung disatu sisi, bagian kecil di bagian
lain.
Leopold III : Bokong terasa di bagian bawah rahim (Sumarto .R.
1999)
Pembahasan
Auskultasi
Daripenegakkan
auskultasi diagnosis
bunyi janting
Pada kasus: ini,
sudah janin
benar,biasanya
dengan
terdengar paling
keras pada
daerah
punggung.letak
Anakkepala
sedikitdan
di
melakukan
pemeriksaan
fisik untuk
menentukan
atas
pusat
(Sarwono.P.
bagian
terbawah
yang 1998).
teraba adalah bokong. Begitu pula dengan
pemeriksaan bunyi jantung janin yang terdengar di daerah atas
umbilicus. Dan pada hasil USG nya
Tata Laksana letak sungsang
Tujuan penanganan pada masa kehamilan adalah mencegah
malpresentasi pada waktu persalinan. Pada saat ini ada tiga cara
yang dipakai untuk mengubah presentasi bokong menjadi
presentasi kepala yaitu versi luar, moksibusi atau akupuntur dan
Versi luar adalah prosedur yang dilakukan dengan
menggunakan tekanan dan maneuver tertentu pada perut ibu
untuk mengubah presentasi janin menjadi presentasi kepala.
Prosedur versi luar cukup aman dan efektif, namun komplikasi
yang dapat terjadi adalah bradikardi janin yang bersifat
sementara, solusio
plasenta, komplikasi pada tali pusat,
perdarahan feto-maternal dengan kemungkinan sensitisasi,
ketuban pecah dini.
Persalinan pada presentasi bokong:
a. Pervaginam
Persalinan letak sungsang dengan pervaginam mempunyai
syarat yang harus dipenuhi yaitu pembukaan benar-benar
lengkap, kulit ketuban sudah pecah, his adekuat dan tafsiran
berat badan janin < 3500 gram. Terdapat situasi-situasi
tertentu yang membuat persalinan pervaginam tidak dapat
dihindarkan yaitu ibu memilih persalinan pervaginam,
direncanakan bedah sesar tetapi terjadi proses persalinan yang
sedemikian cepat, persalinan terjadi di fasilitas yang tidak
memungkinkan dilakukan bedah sesar, presentasi bokong yang
tidak terdiagnosis hingga kala II dan kelahiran janin kedua
pada kehamilan kembar. Persalinan pervaginam tidak
dilakukan apabila didapatkan kontra indikasi persalinan
pervaginam bagi ibu dan janin, presentasi kaki, hiperekstensi
1) Persalinan spontan (spontaneous breech)
Yaitu janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu
sendiri (cara bracht). Pada persalinan spontan bracht ada 3
tahapan yaitu tahapan pertama yaitu fase lambat, fase cepat,
dan fase lambat. Berikut ini prosedur melahirkan secara bracht:
Ibu dalam posisi litotomi, sedang penolong berdiri di depan
vulva, dilahirkan dengan kekuatan ibu sendiri. Setelah anak
lahir, perawatan dan pertolongan selanjutnya dilakukan seperti
pada persalinan spontan pervaginam pada presentasi belakang
kepala.
2) Partial Extraction/ Manual Aid
Janin dilahirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu
dan sebagian lagi dengan tenaga penolong.
a) Mueller
1. Badan janin dipegang secara femuro-pelvis dan sambil
dilakukan traksi curam ke bawah sejauh mungkin sampai
bahu depan di bawah simfisis dan lengan depan dilahirkan
dengan mengait lengan di bawahnya.
2. Setelah bahu dan lengan depan lahir, maka badan janin
yang masih dipegang secara femuro-pelvis ditarik ke atas
sampai bahu belakang lahir (Wiknjosastro, 2007).
b) Klasik
1) Kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan penolong
pada pergelangan kakinya dan dielevasi ke atas sejauh
mungkin sehingga perut janin mendekati perut ibu.
2) Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke
dalam jalan lahir dengan jari telunjuk menelusuri bahu janin
sampai pada fossa cubiti kemudian lengan bawah dilahirkan
dengan gerakan seolah-olah lengan bawah mengusap muka
janin.
3) Untuk
melahirkan
lengan
depan,
pegangan
pada
pergelangan kaki janin diganti dengan tangan kanan
penolong dan ditarik curam ke bawah sehingga punggung
janin mendekati punggung ibu. Dengan cara yang sama
lengan dapat dilahirkan (Wiknjosastro, 2007).
c) Lovset
1) Badan janin dipegang secara femuro-pelvis dan sambil
dilakukan traksi curam ke bawah badan janin diputar
setengah lingkaran, sehingga bahu belakang menjadi bahu
depan.
2) Sambil melakukan traksi, badan janin diputar kembali ke
arah yang berlawanan setengah lingkaran demikian
seterusnya bolak-balik sehingga bahu belakang tampak di
bawah simfisis dan lengan dapat dilahirkan.
d) Mauriceau
1) Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin
dimasukkan ke dalam jalan lahir.
2) Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk
serta jari ke empat mencengkeram fossa canina sedangkan
jari yang lain mencengkeram leher.
3) Badan anak diletakkan di atas lengan bawah penolong
seolah-olah janin menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari ke
tiga penolong mencengkeram leher janin dari arah
punggung.
4) Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke
bawah sambil seorang asisten melakukan fundal pressure.
5) Saat suboksiput tampak di bawah simfisis, kepala janin
dielevasi ke atas dengan suboksiput sebagai hipomoklion
sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut, hidung, mata,
3) Full Extraction
dahi, ubun-ubun besar dan akhirnya seluruh kepala
Yaitu janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga
(Wiknjosastro, 2007)
penolong.Ekstraksi sungsang dilakukan jika ada indikasi dan
memenuhi syarat untuk mengakhiri persalinan serta tidak ada
kontra indikasi.Indikasi ekstraksi sungsang yaitu gawat janin, tali
pusat menumbung, persalinan macet.
a) Cara ekstraksi bokong
1) Lakukan periksa dalam vagina untuk memastikan titik
penunjuk (os sacrum).
2) Jari telunjuk tangan operator yang berhadapan dengan os
sacrum dikaitkan pada lipat paha depan janin. Kemudian
dilakukan ekstraksi curam ke bawah.
3) Bila trokanter depan sudah berada di bawah simfisis, jari
telunjuk tangan operator yang lain dipasang pada lipat paha
belakang untuk membantu traksi sehingga bokong berada di
luar vulva.
4) Arah ekstraksi berubah ke atas untuk mengeluarkan
trokanter belakang.
5) Ekstraksi kemudian mengikuti putaran paksi dalam.
6) Bila pusat sudah berada di luar vulva, dikendorkan.
7) Ekstraksi diteruskan dengan cara menempatkan kedua
tangan pada bokong janin dengan kedua ibu jari berada di
atas sacrum dan jari-jari kedua tangan berada di atas lipat
paha janin.
8) Ekstraksi dilakukan dengan punggung janin di depan,
kemudian mengikuti putaran paksi dalam bahu, salah satu
bahu akan ke depan.
9) Setelah ujung tulang belikat terlihat dilakukan periksa dalam
b) Cara ekstraksi kaki :
1) Bila kaki masih terdapat di dalam vagina, tangan operator
yang berada pada posisi yang sama dengan os sacrum
dimasukkan dalam vagina untuk menelusuri bokong, paha
sampai lutut guna mengadakan abduksi paha janin
sehingga kaki janin keluar. Selama melakukan tindakan ini,
fundus uteri ditahan oleh tangan operator yang lain.
2) Bila satu atau dua kaki sudah berada di luar vulva, maka
dipegang dengan dua tangan operator pada betis dengan
kedua ibu jari berada punggung betis. Lakukan traksi ke
bawah.Setelah lutut dan sebagian paha keluar, pegangan
dialihkan pada paha dengan kedua ibu jari pada punggung
paha.
3) Dilakukan traksi ke bawah lagi (operator jongkok) dengan
tujuan menyesuaikan arah traksi dengan sumbu panggul
ibu.
4) Kedua tangan penolong memegang betis anak dengan
meletakkan kedua ibu jari dibelakang betis sejajar dengan
sumbu panjangnya dan jari-jari lain didepan tulang kering.
Dengan pegangan ini dilakukan traksi curam bawah pada
kaki sampai pangkal paha lahir. Dengan pegangan ini
pangkal paha ditarik curam bawah sampai trochanter depan
lahir.
5) Pegangan kini dipindahkan keatas setinggi mungkin dengan
b. Perabdominam
Memperhatikan komplikasi persalinan letak sungsang melalui
pervaginam, maka sebagian besar pertolongan persalinan letak
sungsang dilakukan dengan seksio sesarea.Pada saat ini seksio
sesarea menduduki tempat yang sangat penting dalam
menghadapi
persalinan
letak
sungsang.Seksio
sesarea
direkomendasikan pada presentasi kaki ganda dan panggul
sempit (Prawirohardjo, 2008).
Prosedur persalinan sungsang per abdominal:
•. Persalinan letak sungsang dengan secsio casaria merupakan
pilihan yang terbaik. Banyak ahli melaporkan bahwa
persalinan letak sungsang pervaginam memberi trauma yang
sangat berarti bagi janin.
•. Namun tidak berarti semua letak sungsang dilahirkan
perabdominal. Untuk melakukan penilaian apakah letak
sungsang dapat melahirkan pervaginam atau perabdominal
kadang-kadang sukar dilakukan.
•. Beberapa kreteria letak sungsang harus lahir perabdominal
adalah
o. primigravida tua
o. nilai sosial janin tinggi
riwayat
persalinanpenilaian
yang buruk
Skor o.
Andros
merupakan
yang lebih tepat untuk
o. janin besar
lebihlahir
dariperabdominal
3,5-4 kg
mengetahui
janin bisa
atau pervaginam
o. dicurigai CPD
0
1
2
Paritas
Primi
multi
Umur kehamilan
>39 mg
38 mg
<37 mg
Tafsiran Berat Janin
>3630 gram
3629-3176 gram
<3176 gram
Pernah letsung (2500 gram)
Tidak
1x
>2x
Pembukaan serviks
<2cm
3 cm
>4cm
Stasion
<-3
-2
-1 / lebih rendah
Keterangan:
≤3
: persalinan perabdominal
4 : evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat badan
janin, bila nilai tetap dapat dilahirkan pervaginam
>5 : dilahirkan pervaginam
Komplikasi persalinan letak sungsang
1) Komplikasi pada ibu
a) Perdarahan
b) Robekan jalan lahir
c) Infeksi
2) Komplikasi pada bayi
a) Asfiksia bayi, dapat disebabkan oleh :
i. Kemacetan persalinan kepala (aspirasi air ketuban-lendir)
ii. Perdarahan atau edema jaringan otak
iii. Kerusakan medula oblongata
iv. Kerusakan persendian tulang leher
v. Kematian bayi karena asfiksia berat
b) Trauma persalinan
i. Dislokasi-fraktur persendian, tulang ekstremitas
ii. Kerusakan alat vital : limpa, hati, paru-paru atau jantung
c) Infeksi, dapat terjadi karena :
i. Persalinan berlangsung lama
ii. Ketuban pecah pada pembukaan kecil
iii. Manipulasi dengan pemeriksaan dalam
Prognosis
• Maternal / ibu
• Bagi janin
3) Infertilitas
Infertilitas merupakan masalah yang dihadapi oleh
pasangan suami istri yang telah menikah selama minimal
satu tahun, melakukan hubungan senggama teratur, tanpa
menggunakan kontrasepsi, tetapi belum memperoleh
kehamilan. Pada prinsipnya masalah yang terkait dengan
infertilitas ini dapat dibagi berdasarkan masalah yang
sering dijumpai pada perempuan dan masalah yang sering
dijumpai pada lelaki. Mengingat faktor usia meruapakan
faktor
yang
sangat
mempengaruhi
keberhasilan
pengobatan, maka bagi perempuan berusia 35 tahun atau
lebih tentu tidak perlu harus menunggu selama 1 tahun.
Minimal enam bulan sudah cukup bagi pasien dengan
masalah infertilitas untuk dating ke dokter untuk melakukan
pemeriksaan dasar.
Infertilitas dikatakan sebagai infertilitas primer jika
sebelumnya pasangan suami istri belum pernah mengalami
kehamilan. Sementara itu, dikatakan sebagai infertilitas
sekunder jika pasangan suami istri gagal untuk memperolah
kehamilan setelah satu tahun pasca persalinan atau pasca
abortus, tanpa menggunakan kontrasepsi apapun.
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi wanita yang didiagnosis dengan infertilitas, kira-kira
13%, dengan jangkauan 7-28%, tergantung pada usia seorang
wanita. Dan prevalensi ini cenderung stabil selama 40 tahun
terakhir; etnis atau ras memiliki pengaruh yang kecil pada
prevalensi. Namun, insidensi dari infertilitas primer telah
meningkat, bersamaan dengan penurunan insidensi infertilitas
sekunder, yang kemungkinan besar akibat perubahan sosial
seperti penundaan kehamilan.
Data yang berasal dari National Survey of Family Growth tahun
1995 mengungkapkan bahwa 7% dari pasangan yang sudah
menikah, di mana pasangan wanita adalah usia reproduksi, tidak
mendapatkan kehamilan setelah 12 bulan melakukan hubungan
seksual tanpa kontrasepsi. Selain itu, 15% dari wanita usia
reproduksi dilaporkan telah menerima pelayanan infertilitas dalam
hidup mereka. Dalam beberapa tahun terakhir, permintaan
pelayanan infertilitas telah meningkat, terutama di negara-negara
Barat. Alasan utama hal ini adalah kecenderungan wanita untuk
kehadiran seorang anak karena karir pekerjaan. Faktor-faktor
lainnya, antara lain adanya peningkatan dan efektivitas berbagai
metode assisted reproductive technology (ART), kesadaran
masyarakat yang semakin tinggi berkaitan dengan penanganan
ETIOLOGI
1. Faktor Pria
Penyebab infertilitas pada pria dapat dibagi menjadi 3 kategori
utama, yaitu:
a) Gangguan produksi sperma, misalnya akibat kegagalan
testis primer (hipergonadotropik hipogonadisme) yang
disebabkan oleh faktor genetik (Sindroma Klinefelter,
mikrodelesi kromosom Y) atau kerusakan langsung lainnya
terkait anatomi (cryptorchidism, varikokel), infeksi (mumps
orchitis), atau gonadotoksin. Stimulasi gonadotropin yang
tidak adekuat yang disebabkan karena faktor genetik
(isolated gonadotropin deficiency), efek langsung maupun
tidak langsung dari tumor hipotalamus atau pituitari, atau
penggunaan
androgen
eksogen,
misalnya
Danazol,
Metiltestosteron (penekanan pada sekresi gonadotropin)
merupakan penyebab lain dari produksi sperma yang buruk.
b) Gangguan fungsi sper
Download