IDENTITAS PASIEN Nama Umur : Ny. I.S : 39 tahun Alamat : Pendidikan Pekerjaan : Medrek : MRS : Jam : KRS Pasundan : SD IRT 753XXX 16-04-2015 19.00 WIB : 19-04-2015 Nama Suami : Tn.T Umur : 46 tahun Alamat : Pasundan Pendidikan : SMA Pekerjaan : buruh tani ANAMNESIS Dikirim oleh : Bidan Sifat : Rujukan Keterangan : G1P0A0 38-39 minggu dengan HIPERTENSI ANAMNESA KHUSUS Keluhan utama : sakit kepala Anamnesis khusus :G1 P0 AO ibu merasa hamil 9 bulan, datang dengan keluhan nyeri kepala sejak 2 hari SMRS. Nyeri kepala dirsakan seperti diikat, nyeri kepala disertai dengan nyeri pada bagian belakang leher. Keluhan lain seperti mules, keluar cairan dari jalan lahir, dan perdarahan dari jalan lahir tidak dirasakan oleh ibu, pergerakan janin (+) sejak 4 bulan yang lalu. Riwayat tekanan darah tinggi sebelumnya disangkal oleh ibu, nyeri ulu hati (-), pandangan kabur (-). Ibu sudah menikah 16 tahun yang lalu, riwayat pemakaian KB (-), frekuensi RIWAYAT OBSTETRI Kehamila Tempa Penolon n t g I Cara Cara Kehamil Persalina an BB lahir n Kehamilan saat ini Jenis Usi Hidup Kelamin a / Mati KETERANGAN TAMBAHAN Menikah pertama : ♀ 19 tahun, SD, IRT ♂ 28 tahun, SMA, buruh tani HPHT : 20- 04 -2014 Siklus : teratur Lama: 5-7 hari Darah : Biasa Nyeri: Tidak Menarche : 15 tahun Kontrasepsi terakhir : Tidak pernah memakai alat kontrasepsi PNC : Bidan : Jumlah kunjungan 8 kali. : Terakhir PNC 2minggu yang lalu Keluhan selama hamil : Riwayat penyakit : Tidak ada riwayat penyakit terdahulu STATUS PRAESENSE Keadaan Umum : CM Tensi : 160/80 mmHg Nadi : 98 x/mnt Pernafasan: 20 x/mnt Suhu : 36,50C Tiroid & KGB : Tidak ada kelainan Jantung : BJ I & II murni, reguler, M(-) G(-) Paru : VBS kanan=kiri ,Wh(-), Rh(-) Refleks : Fisiologis (+) BB : Tak ditimbang TB : Tak diukur Edema : -/Varices : -/Abdomen : Cembung lembut Hati dan Limpa : Dalam batas normal INSPEKULO Perdarahan dari OUE (+) DIAGNOSIS KERJA G1 P0A P0 gravida 39-40 minggu dengan PER, letak sungsang, dan infertilitas primer. DIAGNOSIS AKHIR P1A0 partus maturus dengan SC a/i PER, letak sungsang, dan infertilitas primer. LABORATORIUM Tanggal 16/04/2015 Hematologi Darah Rutin Hemoglobin : 10, 9 g/dL Hematokrit : 34% Lekosit : 14,850/mm3 Trombosit : 456.000/mm3 Eritrosit : 4,26 juta/mm3 STATUS OBSTETRIK PEMERIKSAAN LUAR TFU/LP : 37 cm/ 110cm LA : Bokong, Puka HIS : (-) DJJ : 140 x/menit, reguler PEMERIKSAAN DALAM Tidak dilakukan URINE URINE RUTIN kimia urine berat jenis urine :1.020 blood urine : negatif leukosit estrase :POS(++) PH urine :6,0 nitrit urine :negatif protein urine :positif(+) glukosa urine :negatif keton urine :negatif urobilinogen urine :normal bilirubin urine :negatif RENCANA PENGELOLAAN Observasi KU, TTV, BJA, pembukaan, perdarahan Cek lab darah rutin Nifedifin 1mg Dopamet 500mg Inf RL 500 cc 20 gtt/menit Informed consent R/ USG Transfusibila Hb <8 gr/dL R/ Persalinan perabdominam HIS, LAPORAN OPERASI Dilakukan tindakan a dan antiseptik di daerah abdomen dan sekitarnya Dilakukan insisi mediana inferior ± 10 cm Setelah peritoneum dibuka tampak dinding depan uterus Plika vesikouterina diidentifikasi, disayat melintang Kandung kemih disisihkan ke bawah dan ditahan dengan retraktor abdomen SBR disayat konkaf, bagian tengahnya ditembus oleh jari penolong dan di perlebar Jam 14.45 : Lahir bayi ♂ dengan Menarik kaki BB: 2800 gr Disuntikan oksitosin 10 IU intramural, kontraksi baik Jam 14.48: Lahir plasenta dengan tarikan ringan pada tali pusat B: 500 gr Ukuran: 20x20x2 cm SBR dijahit lapis demi lapis, Lapisan pertama dijahit jelujur, sebelum semuanya tertutup diinsersikan IUD Lapisan ke dua dijahit secara jelujur. Setelah yakin tidak ada perdarahan, dilakukan reperitonealisasi dengan peritoneum kandung kemih. Perdarahan dirawat Rongga abdomen dibersihkan Fascia dijahit dengan PGA no.1, kulit dijahit secara subkutikuler Perdarahan 200 cc Diuresis 100 cc PB: 49 cmAPGAR: 5-8 FOLLOW UP POST OP Tanggal Jam CATATAN INSTRUKSI 17/04/2015 S/ Tidak ada keluhan P/ Th : O/ KU : CM T : 140/100 mmHg R: 20 x/mnt N : 88 x/mnt S: 34,80C Mata Abdomen : Ca -/- Si -/: Cembung, lembut, DM (-), NT Ceftriaxone2 x 1 gr IV metronidazole 3 x 500 gr kaltrofen supp 3X 500 dopamet 500mg nefedifin cek lab post op jika hb< 8 transfusi (-)BU ( + ) TFU : Sejajar umbilikus puasa sampai BU (+) Lokia : rubra Vulva hygient BAB / BAK :-/+ A/ P1 A0 partus maturus dengan SC indikasi PER, Letak sungsang, dan infertilitas primer FOLLOW UP RUANGAN Tanggal CATATAN Jam 18/04/201 S/ Tidak ada keluhan 5 O/ KU : CM POD I T : 140/90 mmHg R: 20 x/mnt N : 88 x/mnt S: 34,80C Mata: Ca -/- Si -/Abdomen : Cembung, lembut, DM (-), NT (-)BU ( + ) TFU : Sejajar umbilikus Lokia : rubra BAB / BAK : - / + A/ P1 A0 partus maturus dengan SC indikasi PER, Letak sungsang, dan INSTRUKSI P/ Th : Ceftriaxone2 x 1 gr IV metronidazole 3 x 500 gr kaltrofen supp 3X 500 lepas DC Tanggal CATATAN Jam 19/04/20 O/ KU : CM 15 T : 130/80mmHg R: 20 x/mnt N : 88 x/mnt S: 35,80C Mata: Ca -/- Si -/ Abdomen : Cembung, lembut, DM (-), NT (-)BU (+) TFU : Sejajar umbilikus Lokia : rubra BAB / BAK : - / + A/ P1 A0 partus maturus dengan SC indikasi PER, Letak sungsang, dan infertilitas primer O/ KU : CM x/mnt 20/04/2 T : 130/80 mmHg R: 20 N : 99 x/mnt S: 34,80C 015 POD III Mata: Ca -/- Si -/Abdomen : Cembung, lembut, DM (-), NT (-)BU ( + ) TFU : Sejajar umbilikus Lokia : rubra BAB / BAK : - / + A/ P1 A0 partus maturus dengan SC indikasi PEB, Letak sungsang, dan infertilitas primer POD II INSTRUKSI As. Mefenamat 3x500mg Cefadroxil 2x 500 mg Sf 1x1 As. Mefenamat 3x500mg Cefadroxil 2x 500 mg Sf 1x1 PERMASALAHAN Bagaimana penegakkan diagnosis pada kasus ini? A. KEHAMILAN Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dengan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Kehamilan diklasifikasikan menjadi kehamilan fisiologis dan patologis. 1. Kehamilan fisiologis Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam tiga trimester, dimana trimester pertama berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40). 2. Kehamilan patologis Macam-macam kehamilan patologis diantaranya : a. Perdarahan b. Preeklamsia dan eklamsia c. Infeksi. PREEKLAMSIA Preeklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan dan disertai dengan proteinuria. Preeklamsia diklasifikasikan menjadi preeklamsia ringan dan preeklamsia berat. B.1. Preeklamsia ringan a. Pengertian Preeklamsiaringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan/atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur Kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas. b. Patofisiologi Penyebab preeklamsia ringan belum diketahui secara jelas. Penyakit ini di anggap sebagai “maladaptation syndrome” akibat vasospasme general dengan segala akibatnya. c. Gejala klinis Gejala klinis preeklamsia ringan meliputi : 1) Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih, diastol 15 mmHg atau lebih dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau lebih atau sistol 140 mmHg sampai kurang 160 mmHg, diastol 90 mmHg sampai kurang 110 mmHg. 2)Proteinuria : secara kuantitatif lebih 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau secara kualitatif positif 2 (+2). 3)Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan. 4)Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih per minggu selama 2 kali berturutturut. 5)Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda preeklamsia berat. PREEKLAMSIA B.1. Preeklamsia ringan a. Pengertian Preeklamsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan/atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas. b. Patofisiologi Penyebab preeklamsia ringan belum diketahui secara jelas. Penyakit ini di anggap sebagai “maladaptation syndrome” akibat vasospasme general dengan segala akibatnya. c. Gejala klinis Gejala klinis preeklamsia ringan meliputi : 1) Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih, diastol 15 mmHg atau lebih dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau lebih atau sistol 140 mmHg sampai kurang 160 mmHg, diastol 90 mmHg sampai kurang 110 mmHg. 2) Proteinuria : secara kuantitatif lebih 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau secara kualitatif positif 2 (+2). 3) Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan. d. Pemeriksaan dan diagnosis 1) Kehamilan lebih 20 minggu. 2) Kenaikan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih dengan pemeriksaan 2 kali selang 6 jam dalam keadaan istirahat (untuk pemeriksaan pertama dilakukan 2 kali setelah istirahat 10 menit). 3) Edema tekanan pada tungkai (pretibial), dinding perut, lumbosakral, wajah atau tungkai. 4) Proteinuria lebih 0,3 gram/liter/24 jam, kualitatif (++). e. Penatalaksanaan 1. Penatalaksanaan rawat jalan pasien preeklamsia ringan : 1)Banyak istirahat (berbaring tidur/miring). 2)Diet : cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam. 3)Sedativa ringan : tablet phenobarbital 3 x 30 mg atau diazepam 3 x 2 mg per oral selama 7 hari. 4)Roborantia 5)Kunjungan ulang setiap 1 minggu. 6)Pemeriksaan laboratorium : hemoglobin, hematokrit, trombosit, urine lengkap, asam urat darah, fungsi hati, fungsi ginjal. 2. Penatalaksanaan rawat inap pasien preeklamsia ringan berdasarkan kriteria : 1) Setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukkan adanya perbaikan dari gejala-gejala preeklamsia 2) Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih per minggu selama 2 kali berturut-turut (2 minggu). Bila setelah 1 minggu perawatan di atas tidak ada perbaikan mak a preeklamsia ringan di anggap sebagai preeklamsia berat. Bila dalam perawatan di rumah sakit sudah ada perbaikan sebelum 1 minggu dan kehamilan masih preterm maka penderita tetap dirawat selama 2 hari lagi baru dipulangkan. Perawatan lalu disesuaikan dengan Komplikasi perawatan rawat jalan. Jika preeklamisa berat disertai dengan gejala kejang dan atau ko ma, maka disebut eklamsia. 1. Pengertian Eklamsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelainan neurologik) dan atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala preeklamsia. 2. Patofisiologi Penyebab eklamsia belum diketahui secara jelas. Mekanisme penyakit ini hampir sama dengan preeklamsia dengan akibat yang lebih serius pada organ-organ hati, ginjal, otak, paruparu dan jantung yakni terjadi nekrosis dan perdarahan pada organ-organ tersebut. 3. Gejala klinis a. Tanda-tanda preeklamsia (hipertensi, edema dan proteinuria) b. Kejang-kejang dan atau koma 4. Pemeriksaan dan diagnosis a. Berdasarkan gejala klinis diatas seperti hipertensi, edema, proteinuria, kejang-kejang dan lainnya b. Pemeriksaan laboratorium : 1) Adanya protein dalam urin 2) Fungsi organ hepar, ginjal, dan jantung 3) Fungsi hematologi atau hemostasis.3 5. Penatalaksanaan Tujuan pengobatan : a. Untuk menghentikan dan mencegah kejang b. Mencegah dan mengatasi penyulit, khususnya hipertensi krisis c. Sebagai penunjang untuk mencapai stabilisasi keadaan ibu seoptimal mungkin d. Mengakhiri kehamilan dengan trauma ibu seminimal mungkin. Pengobatan : a. Pengobatan medisinal sama seperti preeklamsia berat kecuali bila timbul kejang-kejang lagi maka dapat diberikan MgSO4 2 gram intravenous selama 2 menit minimal 20 menit setelah pemberian terakhir. Dosis tambahan 2 gram hanya diberikan I kali saja. Bila setelah diberikan amobarbital atau thiopental 3-5 mg/kgBB/IV perlahan-lahan. b. Perawatan bersama : 1) Konsul bagian saraf, penyakit dalam atau jantung, mata, anestesi dan anak. 6. Terminasi kehamilan a. Apabila tahap pemeriksaan, syarat-syarat untuk mengakhiri persalinan per vaginam dipenuhi maka persalinan tindakan dengan trauma yang minimal. b. Apabila penderita sudah inpartu pada fase aktif, langsung dilakukan amniotom lalu diikuti partograf. Bila ada kemacetan dilakukan seksio sesar. c. Tindakan seksio sesar dilakukan pada keadaan : 1) Penderita belum inpartu 2) Fase laten 3) Gawat janin tindakan seksio sesar dikerjakan dengan mempertimbangkan keadaan atau kondisi ibu. C. FAKTORFAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI 1. Faktor usia Usia 20-30 tahun adalah periode paling aman untuk hamil atau melahirkan, akan tetapi di negara berkembang sekitar 10% - 20% bayi dilahirkan dari ibu yang usianya tergolong remaja. Dari penelitian didapatkan bahwa dua tahun setelah menstruasi yang pertama, seorang wanita masih sangat mungkin terjadinya hipertensi dan kejang di karenakan mengalami tekanan yang baru dirasakan saat pertama kali melahirkan sehingga menyebabkan preeklamsia dan eklamsia. Usia wanita remaja pada kehamilan pertama atau nulipara umur belasan tahun (usia muda kurang dari 20 tahun) juga masih sangat mungkin terjadinya hipertensi pada kehamilannya dikarenakan organ reproduksi didalam tubuhnya masih belum matang secara sempurna. Dan terjadi peningkatan hubungan usia terhadap preeklamsia dan eklamsia pada wanita hamil yang berusia diatas 35 tahun, hal ini dikarenakan organ reproduksi sudah mengalami penurunan, sehingga rentan terjadinya hipertensi dalam kehamilannya. Maka faktor usia berpengaruh terhadap terjadinya preeklamsia dan eklamsia. 2. Paritas Dari penelitian didapatkan bahwa Primigravida mengalami kejadi an preeklamsia dan eklamsia sebesar 38 % dari semua kasus hipertensi pada kehamilan. Dan faktor yang mempengaruhi preeklamsia dan eklamsia lebih tinggi frekuensinya pada primigravida dibandingkan dengan multigravida, terutama pada primigravida dengan usia muda. Hal tersebut dikarenakan wanita dengan preeklamsia dan eklamsia dapat mengalami kelainan aktivasi imun dan hal ini dapat menghambat invasi trovoblas pada pembuluh darah ibu. Sehingga preeklamsia dan e 3. Riwayat hipertensi klamsia lebih sering terjadi pada wanita yang terpajan antigen paternal untuk yang pertama kali Salah satu faktor risiko terjadinya preeklamsia atau eklamsia adal seperti kehamilan pertama kali atau kehamilan pertama dengan ah riwayat hipertensi pasangan baru. kronis, atau penyakit vaskuler hipertensi sebelumnya, atau hipertensi esensial. Sebagian besar kehamilan dengan hipertensi esensial berlangsung normal sampai cukup bulan. Pada kirakira sepertiga diantara para wanita penderita tekanan darahnya tinggi setelah k ehamilan 30 minggu tanpa disertai gejala lain. Kirakira 20% menunjukkan kenaikan yang lebih mencolok dan dapat disertai satu gejala preeklampsia 4. Kehamilan ganda Preeklamsia dan eklamsia mempunyai risiko 3 kali lebih sering terjadi pada kehamilan ganda dari 105 kasus kembar dua didapatkan 28,6% kejadian preeklamsia dan didapatkan satu kasus kematian ibu karena eklamsia. Dari hasil yang tercantum diatas, sebagai faktor penyebabnya adalah dislensia uterus. Definisi Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak 5. Faktor genetika memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri (Prawirohardjo, 2008). Klasifikasi letak sungsang 1. Presentasi bokong murni (frank breech) Yaitu letak sungsang dimana kedua kaki terangkat ke atas sehingga ujung kaki setinggi bahu atau kepala janin. 2. Presentasi bokong kaki sempurna (complete breech) Yaitu letak sungsang dimana kedua kaki dan tangan menyilang sempurna dan di samping bokong dapat diraba kedua kaki. 3. Presentasi bokong kaki tidak sempurna (incomplete breech) Yaitu letak sungsang dimana hanya satu kaki di samping bokong, sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas. (Kasdu, 2005) (2) (1) (3) Gambar 1 Klasifikasi letak sungsang. Etiologi Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan didalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relative lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa.Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang, ataupun letak lintang. Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relative berkurang.Karena bokong dengan kedua tungkai yang terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada dalam ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus.Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala. Faktor-faktor lain yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang diantaranya adalah multiparitas, hamil kembar, hidramnion, hidrosefalus, plasenta previa, dan panggul sempit.Kadang-kadang letak sungsang disebabkan karena kelainan uterus dan kelainan bentuk uterus. Plasenta yang terletak di daerah kornu fundus uteri dapat pula menyebabkan letak DIAGNOS IS Diagnosis letak sungsang yaitu pada pemeriksaan luar kepala tidak teraba di bagian bawah uterus melainkan teraba di fundus uteri.Kadang-kadang bokong janin teraba bulat dan dapat memberi kesan seolah-olah kepala, tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah kepala. Seringkali wanita tersebut menyatakan bahwa kehamilannya terasa lain daripada yang terdahulu, karena terasa penuh di bagian atas dan gerakan terasa lebih banyak di bagian bawah. Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi daripada umbilicus.Apabila diagnosis letak sungsang dengan pemeriksaan luar tidak dapat dibuat, karena misalnya dinding perut tebal, uterus mudah berkontraksi atau banyaknya air ketuban, maka diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan dalam.Apabila masih ada keragu-raguan, harus dipertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografik.Setelah ketuban pecah, dapat diraba lebih jelas adanya bokong yang ditandai dengan adanya sacrum, kedua tuber ossis iskii, dan anus.Bila dapat diraba kaki, maka harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan. Pada persalinan lama, bokong janin mengalami edema, sehingga kadang-kadang sulit untuk membedakan bokong dengan muka. Pemeriksaan yang teliti dapat membedakan antara bokong 1) Anamnesa Dari anamnesa data yang diperoleh berdasarkan keluhan ibu antara lain klien merasakan perut terasa lebih keras dibagian ulu hati, gerakan janin lebih banyak dirasakan dibawah, keluhan ibu kadang sesak nafas, ulu hati terasa sakit, perut terasa penuh, nafsu makan berkurang dan kadang muntah (Sarwono, 1993). 2) Pemeriksaan fisik dapat dilakukan sebagai berikut : Palpasi menurut Leopold Leopold I : Kepala di fundus uteri Leopold II : teraba punggung disatu sisi, bagian kecil di bagian lain. Leopold III : Bokong terasa di bagian bawah rahim (Sumarto .R. 1999) Pembahasan Auskultasi Daripenegakkan auskultasi diagnosis bunyi janting Pada kasus: ini, sudah janin benar,biasanya dengan terdengar paling keras pada daerah punggung.letak Anakkepala sedikitdan di melakukan pemeriksaan fisik untuk menentukan atas pusat (Sarwono.P. bagian terbawah yang 1998). teraba adalah bokong. Begitu pula dengan pemeriksaan bunyi jantung janin yang terdengar di daerah atas umbilicus. Dan pada hasil USG nya Tata Laksana letak sungsang Tujuan penanganan pada masa kehamilan adalah mencegah malpresentasi pada waktu persalinan. Pada saat ini ada tiga cara yang dipakai untuk mengubah presentasi bokong menjadi presentasi kepala yaitu versi luar, moksibusi atau akupuntur dan Versi luar adalah prosedur yang dilakukan dengan menggunakan tekanan dan maneuver tertentu pada perut ibu untuk mengubah presentasi janin menjadi presentasi kepala. Prosedur versi luar cukup aman dan efektif, namun komplikasi yang dapat terjadi adalah bradikardi janin yang bersifat sementara, solusio plasenta, komplikasi pada tali pusat, perdarahan feto-maternal dengan kemungkinan sensitisasi, ketuban pecah dini. Persalinan pada presentasi bokong: a. Pervaginam Persalinan letak sungsang dengan pervaginam mempunyai syarat yang harus dipenuhi yaitu pembukaan benar-benar lengkap, kulit ketuban sudah pecah, his adekuat dan tafsiran berat badan janin < 3500 gram. Terdapat situasi-situasi tertentu yang membuat persalinan pervaginam tidak dapat dihindarkan yaitu ibu memilih persalinan pervaginam, direncanakan bedah sesar tetapi terjadi proses persalinan yang sedemikian cepat, persalinan terjadi di fasilitas yang tidak memungkinkan dilakukan bedah sesar, presentasi bokong yang tidak terdiagnosis hingga kala II dan kelahiran janin kedua pada kehamilan kembar. Persalinan pervaginam tidak dilakukan apabila didapatkan kontra indikasi persalinan pervaginam bagi ibu dan janin, presentasi kaki, hiperekstensi 1) Persalinan spontan (spontaneous breech) Yaitu janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri (cara bracht). Pada persalinan spontan bracht ada 3 tahapan yaitu tahapan pertama yaitu fase lambat, fase cepat, dan fase lambat. Berikut ini prosedur melahirkan secara bracht: Ibu dalam posisi litotomi, sedang penolong berdiri di depan vulva, dilahirkan dengan kekuatan ibu sendiri. Setelah anak lahir, perawatan dan pertolongan selanjutnya dilakukan seperti pada persalinan spontan pervaginam pada presentasi belakang kepala. 2) Partial Extraction/ Manual Aid Janin dilahirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga penolong. a) Mueller 1. Badan janin dipegang secara femuro-pelvis dan sambil dilakukan traksi curam ke bawah sejauh mungkin sampai bahu depan di bawah simfisis dan lengan depan dilahirkan dengan mengait lengan di bawahnya. 2. Setelah bahu dan lengan depan lahir, maka badan janin yang masih dipegang secara femuro-pelvis ditarik ke atas sampai bahu belakang lahir (Wiknjosastro, 2007). b) Klasik 1) Kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada pergelangan kakinya dan dielevasi ke atas sejauh mungkin sehingga perut janin mendekati perut ibu. 2) Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan lahir dengan jari telunjuk menelusuri bahu janin sampai pada fossa cubiti kemudian lengan bawah dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah mengusap muka janin. 3) Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan kaki janin diganti dengan tangan kanan penolong dan ditarik curam ke bawah sehingga punggung janin mendekati punggung ibu. Dengan cara yang sama lengan dapat dilahirkan (Wiknjosastro, 2007). c) Lovset 1) Badan janin dipegang secara femuro-pelvis dan sambil dilakukan traksi curam ke bawah badan janin diputar setengah lingkaran, sehingga bahu belakang menjadi bahu depan. 2) Sambil melakukan traksi, badan janin diputar kembali ke arah yang berlawanan setengah lingkaran demikian seterusnya bolak-balik sehingga bahu belakang tampak di bawah simfisis dan lengan dapat dilahirkan. d) Mauriceau 1) Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke dalam jalan lahir. 2) Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk serta jari ke empat mencengkeram fossa canina sedangkan jari yang lain mencengkeram leher. 3) Badan anak diletakkan di atas lengan bawah penolong seolah-olah janin menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari ke tiga penolong mencengkeram leher janin dari arah punggung. 4) Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah sambil seorang asisten melakukan fundal pressure. 5) Saat suboksiput tampak di bawah simfisis, kepala janin dielevasi ke atas dengan suboksiput sebagai hipomoklion sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut, hidung, mata, 3) Full Extraction dahi, ubun-ubun besar dan akhirnya seluruh kepala Yaitu janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga (Wiknjosastro, 2007) penolong.Ekstraksi sungsang dilakukan jika ada indikasi dan memenuhi syarat untuk mengakhiri persalinan serta tidak ada kontra indikasi.Indikasi ekstraksi sungsang yaitu gawat janin, tali pusat menumbung, persalinan macet. a) Cara ekstraksi bokong 1) Lakukan periksa dalam vagina untuk memastikan titik penunjuk (os sacrum). 2) Jari telunjuk tangan operator yang berhadapan dengan os sacrum dikaitkan pada lipat paha depan janin. Kemudian dilakukan ekstraksi curam ke bawah. 3) Bila trokanter depan sudah berada di bawah simfisis, jari telunjuk tangan operator yang lain dipasang pada lipat paha belakang untuk membantu traksi sehingga bokong berada di luar vulva. 4) Arah ekstraksi berubah ke atas untuk mengeluarkan trokanter belakang. 5) Ekstraksi kemudian mengikuti putaran paksi dalam. 6) Bila pusat sudah berada di luar vulva, dikendorkan. 7) Ekstraksi diteruskan dengan cara menempatkan kedua tangan pada bokong janin dengan kedua ibu jari berada di atas sacrum dan jari-jari kedua tangan berada di atas lipat paha janin. 8) Ekstraksi dilakukan dengan punggung janin di depan, kemudian mengikuti putaran paksi dalam bahu, salah satu bahu akan ke depan. 9) Setelah ujung tulang belikat terlihat dilakukan periksa dalam b) Cara ekstraksi kaki : 1) Bila kaki masih terdapat di dalam vagina, tangan operator yang berada pada posisi yang sama dengan os sacrum dimasukkan dalam vagina untuk menelusuri bokong, paha sampai lutut guna mengadakan abduksi paha janin sehingga kaki janin keluar. Selama melakukan tindakan ini, fundus uteri ditahan oleh tangan operator yang lain. 2) Bila satu atau dua kaki sudah berada di luar vulva, maka dipegang dengan dua tangan operator pada betis dengan kedua ibu jari berada punggung betis. Lakukan traksi ke bawah.Setelah lutut dan sebagian paha keluar, pegangan dialihkan pada paha dengan kedua ibu jari pada punggung paha. 3) Dilakukan traksi ke bawah lagi (operator jongkok) dengan tujuan menyesuaikan arah traksi dengan sumbu panggul ibu. 4) Kedua tangan penolong memegang betis anak dengan meletakkan kedua ibu jari dibelakang betis sejajar dengan sumbu panjangnya dan jari-jari lain didepan tulang kering. Dengan pegangan ini dilakukan traksi curam bawah pada kaki sampai pangkal paha lahir. Dengan pegangan ini pangkal paha ditarik curam bawah sampai trochanter depan lahir. 5) Pegangan kini dipindahkan keatas setinggi mungkin dengan b. Perabdominam Memperhatikan komplikasi persalinan letak sungsang melalui pervaginam, maka sebagian besar pertolongan persalinan letak sungsang dilakukan dengan seksio sesarea.Pada saat ini seksio sesarea menduduki tempat yang sangat penting dalam menghadapi persalinan letak sungsang.Seksio sesarea direkomendasikan pada presentasi kaki ganda dan panggul sempit (Prawirohardjo, 2008). Prosedur persalinan sungsang per abdominal: •. Persalinan letak sungsang dengan secsio casaria merupakan pilihan yang terbaik. Banyak ahli melaporkan bahwa persalinan letak sungsang pervaginam memberi trauma yang sangat berarti bagi janin. •. Namun tidak berarti semua letak sungsang dilahirkan perabdominal. Untuk melakukan penilaian apakah letak sungsang dapat melahirkan pervaginam atau perabdominal kadang-kadang sukar dilakukan. •. Beberapa kreteria letak sungsang harus lahir perabdominal adalah o. primigravida tua o. nilai sosial janin tinggi riwayat persalinanpenilaian yang buruk Skor o. Andros merupakan yang lebih tepat untuk o. janin besar lebihlahir dariperabdominal 3,5-4 kg mengetahui janin bisa atau pervaginam o. dicurigai CPD 0 1 2 Paritas Primi multi Umur kehamilan >39 mg 38 mg <37 mg Tafsiran Berat Janin >3630 gram 3629-3176 gram <3176 gram Pernah letsung (2500 gram) Tidak 1x >2x Pembukaan serviks <2cm 3 cm >4cm Stasion <-3 -2 -1 / lebih rendah Keterangan: ≤3 : persalinan perabdominal 4 : evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat badan janin, bila nilai tetap dapat dilahirkan pervaginam >5 : dilahirkan pervaginam Komplikasi persalinan letak sungsang 1) Komplikasi pada ibu a) Perdarahan b) Robekan jalan lahir c) Infeksi 2) Komplikasi pada bayi a) Asfiksia bayi, dapat disebabkan oleh : i. Kemacetan persalinan kepala (aspirasi air ketuban-lendir) ii. Perdarahan atau edema jaringan otak iii. Kerusakan medula oblongata iv. Kerusakan persendian tulang leher v. Kematian bayi karena asfiksia berat b) Trauma persalinan i. Dislokasi-fraktur persendian, tulang ekstremitas ii. Kerusakan alat vital : limpa, hati, paru-paru atau jantung c) Infeksi, dapat terjadi karena : i. Persalinan berlangsung lama ii. Ketuban pecah pada pembukaan kecil iii. Manipulasi dengan pemeriksaan dalam Prognosis • Maternal / ibu • Bagi janin 3) Infertilitas Infertilitas merupakan masalah yang dihadapi oleh pasangan suami istri yang telah menikah selama minimal satu tahun, melakukan hubungan senggama teratur, tanpa menggunakan kontrasepsi, tetapi belum memperoleh kehamilan. Pada prinsipnya masalah yang terkait dengan infertilitas ini dapat dibagi berdasarkan masalah yang sering dijumpai pada perempuan dan masalah yang sering dijumpai pada lelaki. Mengingat faktor usia meruapakan faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan pengobatan, maka bagi perempuan berusia 35 tahun atau lebih tentu tidak perlu harus menunggu selama 1 tahun. Minimal enam bulan sudah cukup bagi pasien dengan masalah infertilitas untuk dating ke dokter untuk melakukan pemeriksaan dasar. Infertilitas dikatakan sebagai infertilitas primer jika sebelumnya pasangan suami istri belum pernah mengalami kehamilan. Sementara itu, dikatakan sebagai infertilitas sekunder jika pasangan suami istri gagal untuk memperolah kehamilan setelah satu tahun pasca persalinan atau pasca abortus, tanpa menggunakan kontrasepsi apapun. EPIDEMIOLOGI Prevalensi wanita yang didiagnosis dengan infertilitas, kira-kira 13%, dengan jangkauan 7-28%, tergantung pada usia seorang wanita. Dan prevalensi ini cenderung stabil selama 40 tahun terakhir; etnis atau ras memiliki pengaruh yang kecil pada prevalensi. Namun, insidensi dari infertilitas primer telah meningkat, bersamaan dengan penurunan insidensi infertilitas sekunder, yang kemungkinan besar akibat perubahan sosial seperti penundaan kehamilan. Data yang berasal dari National Survey of Family Growth tahun 1995 mengungkapkan bahwa 7% dari pasangan yang sudah menikah, di mana pasangan wanita adalah usia reproduksi, tidak mendapatkan kehamilan setelah 12 bulan melakukan hubungan seksual tanpa kontrasepsi. Selain itu, 15% dari wanita usia reproduksi dilaporkan telah menerima pelayanan infertilitas dalam hidup mereka. Dalam beberapa tahun terakhir, permintaan pelayanan infertilitas telah meningkat, terutama di negara-negara Barat. Alasan utama hal ini adalah kecenderungan wanita untuk kehadiran seorang anak karena karir pekerjaan. Faktor-faktor lainnya, antara lain adanya peningkatan dan efektivitas berbagai metode assisted reproductive technology (ART), kesadaran masyarakat yang semakin tinggi berkaitan dengan penanganan ETIOLOGI 1. Faktor Pria Penyebab infertilitas pada pria dapat dibagi menjadi 3 kategori utama, yaitu: a) Gangguan produksi sperma, misalnya akibat kegagalan testis primer (hipergonadotropik hipogonadisme) yang disebabkan oleh faktor genetik (Sindroma Klinefelter, mikrodelesi kromosom Y) atau kerusakan langsung lainnya terkait anatomi (cryptorchidism, varikokel), infeksi (mumps orchitis), atau gonadotoksin. Stimulasi gonadotropin yang tidak adekuat yang disebabkan karena faktor genetik (isolated gonadotropin deficiency), efek langsung maupun tidak langsung dari tumor hipotalamus atau pituitari, atau penggunaan androgen eksogen, misalnya Danazol, Metiltestosteron (penekanan pada sekresi gonadotropin) merupakan penyebab lain dari produksi sperma yang buruk. b) Gangguan fungsi sper