BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran

advertisement
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Gambaran Umum Unit Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD N 1 Nambuhan Kecamatan Purwodadi
Kabupaten Grobogan. Subyek penelitian adalah semua kelas 3A yang menjadi
kelas eksperimen2 dan semua kelas 3B yang menjadi kelas eksperimen1. Dengan
kelas 3A berjumlah 20 siswa dan kelas 3B berjumlah 20 siswa. Sekolah Dasar
Negeri 1 Nambuhan terletak di Jalan Danyang – Kuwu No.7.
SD N 1 Nambuhan mempunyai 2 tingkatan kelas paralel, yaitu kelas 3 dan
kelas 4. SD N 1 Nambuhan mempunyai 13 ruangan dengan rincian 8 kelas untuk
kelas 1 sampai kelas 6, 1 ruang kantor guru sekaligus kantor kepala sekolah, 1
perpustakaan, 1 UKS, 1 ruang komputer, dan 1 dapur. Keadaan ruang kelas di SD
N 1 Nambuhan sudah baik dengan penerangan dan ventilasi yang cukup baik.
Terdapat lapangan yang digunakan untuk upacara sekaligus digunakan untuk
olahraga yang sangat luas. Di SD N 1 Nambuhan juga terdapat 4 toilet yang
terdiri dari 2 toilet untuk siswa perempuan, 1 toilet untuk siswa laki-laki dan 1
toilet untuk guru. Berikut tabel jumlah siswa SD N 1 Nambuhan yang digunakan
untuk penelitian.
Tabel 4.1
Distribusi Unit Penelitian
No.
1
2
Kelas dan Sekolah
Kelas 3 A SD N 1
Nambuhan
Kelas 3 B SD N 1
Nambuhan
Jumlah
Jumlah
Presentase
Kelompok
20
50%
Eksperimen2
20
50%
Eksperimen1
40
100%
Unit Penelitian
Siswa
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa terdapat 40 siswa kelas 3 sebagai unit
penelitian dengan jumlah proporsi siswa yang sama antara kelompok eksperimen2
52
53
dan kelompok eksperimen1. Siswa pada kelompok eksperimen2 berjumlah 20
siswa sedangkan siswa pada kelompok eksperimen1 berjumlah 20 siswa.
4.1.1
Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian di SD N 1 Nambuhan Kecamatan Purwodadi
Kabupaten Grobogan Tahun Ajaran 2015/2016 dilakukan 3 kali pertemuan seperti
yang tercantum dalam jadwal penelitian. Penelitian dilaksanakan sejak bulan
Februari 2016. Jadwal kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No.
Hari/Tanggal
Uraian Kegiatan
Meminta ijin kepada kepala sekolah dan melakukan
1.
Senin, 15 Februari
2016
observasi pembelajaran di SD N 1 Nambuhan
sebagai kelas eksperimen2 dan kelas eksperimen1,
serta melakukan wawancara terhadap guru kelas 3A
dan 3B.
2.
3.
Jum’at, 26
Februari 2016
Senin, 29 Februari
2016
Memberikan soal pre-test (kelas eksperimen2 dan
kelas eksperimen1) serta kegiatan pembelajaran
pertama
Kegiatan pembelajaran pertemuan kedua dan
memberikan soal post-test (kelas eksperimen2 dan
kelas eksperimen1)
4.2
Hasil Penelitian
4.2.1
Hasil Penelitian Observasi Proses Pembelajaran dengan Model Make
a Match sebagai Kelompok Eksperimen2
Penelitian yang dilakukan di kelas 3A SD N 1 Nambuhan sebagai
kelompok eksperimen2 dilaksanakan dalam 2 pertemuan. Hal ini dikarenakan
alokasi waktu untuk mata pelajaran IPA yaitu 4 x 35 (2x pertemuan). Perincian
54
dari proses pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
a.
Pertemuan Pertama
Siswa kelas 3 A berjumlah 20 orang. Laki-laki berjumlah 11 orang dan
perempuan berjumlah 9 orang. Jum’at 26 Februari 2016 telah dilaksanakan
pembelajaran pertama. Ketika pertama kali guru masuk, semua siswa langsung
menyapa guru dengan suara keras dan lantang “Selamat Pagi bu”. Kesan pertama
yang diberikan oleh siswa kepada guru sudah sangat membanggakan membuat
guru menjadi tidak takut dan lebih merasa sudah ditunggu kedatangannya.
Pertama pembelajaran guru memberikan soal pretest, belum semuanya terbagi
beberapa siswa sudah banyak yang bertanya, mengapa harus dikerjakan karena
mereka belum mendapatkan pembelajaran itu sebelumnya dan mereka tidak
terlalu bisa mengerjakan soal tersebut. Guru merasa kerepotan menjawab satu per
satu pertanyaan mereka, kemudian guru menyampaikan alasan mengapa mereka
harus mengerjakan soal tersebut dan mereka sedikit demi sedikit mulai tenang
untuk mengerjakan soal tersebut sesuai waktu yang telah diberikan oleh guru.
Setelah selesai mengerjakan soal, guru melanjutkan dengan memberikan
pembelajaran berdasarkan materi yang telah disiapkan sebelumnya dan siswa
antusias mendengarkan penjelasan dari guru dengan tenang. Siswa dibagi dalam
dua kelompok dengan berdasarkan urutan meja mereka, barisan kanan kelompok
soal dan barisan kiri kelompok jawaban. Kemudian guru membagikan kartu soal
dan
jawaban
berdasarkan
kelompoknya
masing-masing.
Mereka
sangat
bersemangat ketika mendapatkan katu tersebut apalagi kartunya yang berwarnawarni membuat mereka sangat tertarik. Ketika guru menyuruh mereka mencari
masing-masing pasangannya dan menjelaskan cara bermainnya, mereka sangat
rame sekali karena sudah tidak sabar untuk menyelesaikannya dan maju ke depan
menjadi pasangan pertama yang membacakan hasilnya. Pembelajaran pertama
sangat mengasikkan karena tidak merasa canggung dan siswa sangat aktif,
antusias dalam pembelajaran tidak terasa begitu cepat. Semua berjalan lancar dan
menyenangkan.
55
b.
Pertemuan kedua
Senin, 29 Februari 2016 dilaksanakan pembelajaran kedua. Siswa sudah
sangat bersemangat ketika pembelajaran dimulai. Siswa banyak bertanya ketika
guru menjelaskan tanpa guru harus memberikan stimulus, mereka langsung
bertanya dan menjawab ketika guru bertanya. Guru membagi 2 kelompok seperti
pembelajaran sebelumnya. Ketika guru sedang membagikan kartu soal dan
jawaban, tiba-tiba ada salah satu siswa berteriak dan berbicara jika ingin
membantu membagikan kartu tersebut dan guru mempersilahkannya untuk
membantunya. Tanpa harus menjelaskan cara bermainnya, dengan secara
langsung ketika siswa yang sudah mendapatkan amplop yang didalamnya ada
kartu langsung dibuka dan mencari pasangannya. Pada pembelajarannya kedua ini
mereka lebih cepat menyelesaikan pekerjaannya dibanding pada pembelajaran
yang pertama. Tetapi karena mungkin mereka terlalu bersemangat untuk mencari
pasangan agar cepat menjadi yang pertama maju ke depan dan mereka tidak
terlalu memperhatikan apakah pasangan yang mereka cari sesuai soal atau
jawaban yang dibawanya, maka banyak yang salah dalam mencari pasangan pada
pembelajaran kedua ini. Kemudian guru memberikan konfirmasi terhadap
jawaban-jawaban mereka dengan benar.
Guru memberikan soal posttest, dan siswa langsung mengerjakan soal-soal
yang telah diberikan guru, akan tetapi ketika guru berkeliling melihat siswa saat
mengerjakan soal, guru menemukan salah satu siswa yang mengalami
ketertinggalan. Banyak siswa yang sudah hampir selesai mengerjakan, tetapi
siswa yang satu ini baru setengah mengerjakan. Jadi ketika semua sudah selesai
mengerjakan dan mendapatkan sticker masing-masing yang kemudian dilanjutkan
istirahat, guru memberikan tambahan waktu kepada satu siswa tersebut untuk
menyelesaikan item-item soal yang belum selesai.
c.
Tingkat Hasil Belajar
Tingkat hasil belajar ini berisi mengenai pemaparan statistik deskriptif dari
hasil pretest dan posttest yang terdiri dari rata-rata nilai (mean), nilai tertinggi
(max), nilai terendah (min), standar deviasi, distribusi frekuensi dan penyajiannya
dalam bentuk grafik.
56
Tabel 4.3
Statistik Deskriptif Hasil Belajar Nilai Pretest dan Posttest Kelompok
Eksperimen2
Descriptive Statistics
N
Terendah Tertinggi
Mean
Std. Deviation
PRETEST
20
50
80
62.05
11.914
POSTTEST
20
60
93
79.05
10.465
Valid N
(listwise)
20
Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kelas
eksperimen2 (nilai pretest) sebelum proses pembelajaran dengan perlakuan model
Make a Match sebesar 62,05 dengan standar deviasi 11,914. Sedangkan setelah
diberikan proses pembelajaran dengan perlakuan model Make a Match didapatkan
nilai rata-rata (nilai posttest) meningkat menjadi 79,05 dengan standar deviasi
10,465. Hal lain yang tampak adalah nilai tertinggi yang dicapai pada pretest
adalah 80 dan nilai terendahnya adalah 50. Sedangkan pada posttest nilai tertinggi
yang berhasil dicapai adalah 93 dan nilai terendahnya adalah 60. Jumlah siswa
yang mengikuti pretest dan posttest ini sebanyak 20 siswa.
Setelah melakukan pembelajaran cooperative learning tipe make a match,
peneliti melakukan evaluasi pembelajaran yang digunakan untuk mengetahui hasil
belajar yang diperoleh siswa setelah pembelajaran berlangsung. Data hasil belajar
siswa kelas 3A kelompok eksperimen2 SD N 1 Nambuhan dengan nilai tertinggi
93 dan nilai terendah 60 dengan siswa sebanyak 20 siswa, maka dapat dibuat tabel
frekuensi yang terdapat jumlah kelas, interval kelas, dan frekuensi. Menggunakan
rumus Sturges (Sugiyono, 2013: 35) yaitu dengan K= 1 + 3,3 logn. K merupakan
jumlah kelas dan n adalah banyaknya data/siswa. Maka dapat dijabarkan di bawah
ini dengan rumus:
Jumlah kelas = 1 + 3,3 logn
= 1 + 3,3 log20
= 1 + 3,2933
57
= 4,2933 (dibulatkan menjadi 4)
= (nilai maksimal – nilai minimal) + 1
Range
= (93 – 50) + 1
= 44
Interval
=
=
= 11
Berdasarkan perhitungan di atas, maka tabel akan disajikan dengan
interval kelas 11 untuk melihat hasil distribusi frekuensi nilai pretest dan posttest.
Tabel distribusi frekuensi hasil belajar kelompok eksperimen2 sebagai berikut:
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Nilai Pretest dan Posttest Kelompok
Eksperimen2
Nilai Pretest
Nilai Posttest
No.
Kelas
Kelas
Interval
Frekuensi
Presentase
Frekuensi
Presentase
1.
50 – 61
6
30%
2
10%
2.
62 – 73
12
60%
3
15%
3.
74 – 85
1
5%
7
35%
4.
86 – 97
1
5%
8
40%
20
100%
20
100%
Jumlah
Dari tabel 4.4 di atas dapat disimpulkan bahwa nilai Pretest terdapat 6
siswa yang mendapatkan nilai antara 50-61 dengan presentase 30%, 12 siswa
yang mendapatkan nilai antara 62-73 dengan presentase 60%, 1 siswa yang
mendapatkan nilai antara 74-85 dengan presentase 5%, dan terdapat 1 siswa yang
mendapatkan nilai antara 86-97 dengan presentase 5%.
Sedangkan pada nilai posttest mengalami peningkatan yaitu terdapat 2
siswa yang mendapatkan nilai antara 50-61 dengan presentase 10%. Kemudian
yang mendapatkan nilai antara 62-73 sebanyak 3 siswa dengan presentase 15%,
58
yang mendapatkan nilai antara 74-85 sebanyak 7 siswa dengan prosentase 35%,
dan yang mendapatkan nilai antara 86-97 sebanyak 8 siswa dengan prosentase
40%.
Untuk lebih memperjelas daftar distribusi frekuensi nilai pretest dan
posttest di atas maka disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut.
16
14
12
10
Frekuensi Posttest
8
Frekuensi Pretest
6
4
2
0
50 – 61
62 – 73
74 – 85
86 – 97
Gambar 4.1
Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Pretest dan Posttest Kelompok
Eksperimen2
4.2.2 Hasil Observasi Proses Pembelajaran dengan Model Pembelajaran
Picture and Picture sebagai Kelompok Eksperimen1
Peneliti yang dilakukan di kelas 3B sebagai kelompok eksperimen1
dilaksanakan dalam 2 pertemuan. Hal ini dikarenakan alokasi waktu untuk mata
pelajaran IPA yaitu 4 x 35 (2x pertemuan). Perincian dari proses pembelajaran
yang dilakukan dalam penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
a.
Pertemuan pertama
Siswa kelas 3 B berjumlah 20 orang. Laki-laki berjumlah 12 orang dan
perempuan berjumlah 8 orang. Pembelajaran pertama dilaksanakan pada Jum’at,
26 Februari 2016. Pada pembelajaran pertama siswa merasa sedikit takut karena
59
guru yang belum dikenal sebelumnya sedang memberikan pembelajaran. Ketika
guru memberikan soal pretest, para siswa merasa bingung kenapa tiba-tiba
mereka diberikan soal untuk dikerjakan padahal mereka belum mendapatkan
materi yang ada dalam soal tersebut. Mereka malu bertanya, hanya diam dan
bingung ingin mengerjakan seperti apa karena takut salah. Ketika melihat
kebingunan para siswa, kemudian guru menjelaskan kenapa mereka diberi soal
pretest yang harus dikerjakan sesuai waktu yang telah diberikan oleh guru.
Setelah mereka selesai mengerjakan soal, guru mulai menjelaskan materi yang
ingin disampaikan. Semua siswa melakukan semua pekerjaan yang telah
diperintah oleh guru seperti menyuruh siswa maju ke depan kelas secara
bergantian untuk mengurutkan gambar yang telah disediakan oleh guru dan
mengerjakan tugas kelompok tanpa ada keributan. Pembelajaran pertama berjalan
lancar dan tenang sampai pembelajaran selesai.
b.
Pertemuan kedua
Senin, 29 Februari 2016, para siswa sudah mulai dekat dengan guru.
Ketika siswa tidak mengerti mengenai pembelajaran yang telah disampaikan guru,
siswa dengan malu-malu sudah mulai banyak bertanya dengan guru walaupun
masih harus diberikan stimulus terlebih dahulu, seperti “siapa yang masih belum
mengerti? Siapa yang ingin bertanya?”. Para siswa kelas 3 B lebih pendiam dan
tidak banyak bertanya, tetapi mereka cepat menangkap apa yang telah
disampaikan oleh guru. Baru 1 jam pembelajaran, jeda istirahat. Bel masuk,
pembelajaran dimulai kembali. Ketika guru bertanya kepada semua siswa,
“apakah semuanya sudah kembali ke dalam kelas?”. Banyak siswa yang
menjawab belum, ternyata masih ada 2 siswa yang tidak bisa masuk ke dalam
kelas karena mereka latihan untuk persiapan siaga pada tanggal 9 maret 2016.
Pembelajaran dimulai kembali tanpa kedua siswa tersebut. Pembelajaran berjalan
dengan lancar, mereka lebih antusias dan aktif ketika pembelajaran berlangsung.
Ketika di akhir pembelajaran, guru memberikan soal posttest yang harus
dikerjakan oleh semua siswa sebanyak 30 soal. Tiba-tiba kedua siswa yang telah
meninggalkan kelas tadinya untuk mengikuti latihan persiapan pesta siaga
kembali datang dan mengikuti pembelajan, padahal pembelajaran hampir selesai
60
hanya kurang mengerjakan soal-soal. Kemudian guru bertanya kepada kedua
siswa tersebut, “pembelajaran ibu hari ini sudah hampir selesai, dan sekarang
teman-teman kalian akan ibu bagikan soal untuk dikerjakan, apakah kalian
sanggup untuk mengerjakan karena kalian tadi tidak mengikuti pembelajaran ibu
setelah istirahat?”, “iya buk, tidak apa-apa karna kita kan tadi sudah mengikuti
pembelajaran ibu ketika sebelum istirahat, kita bisa kok buk, kan kita anak pintar”
kata mereka (Moreno dan Dewi). Ketika mereka telah selesai mengerjakan soal,
guru membagikan sticker yang telah dipersiapan oleh guru sebelumnya.
Pembelajaran telah selesai dan siswa melanjutkan pembelajaran kembali dengan
guru yang lain.
Siswa sangat tertarik dengan pembelajaran yang dilakukan oleh guru
dengan menggunakan model picture and picture karena siswa tertarik dengan
melihat gambar-gambar yang telah disediakan oleh guru. Berbeda dengan guru
kelas yang biasanya hanya menggunakan buku paket dan benda-benda seadanya
yang ada di sekitarnya. Siswa aktif ketika guru menunjukkan gambar-gambar dan
guru bertanya gambar apakah tersebut, dan siswa serempak bersama-sama
menjawab dengan sangat antusias.
c.
Tingkat Hasil Belajar
Tingkat hasil belajar ini berisi mengenai pemaparan statistik deskriptif dari
hasil pretest dan posttest yang terdiri dari rata-rata nilai (mean), nilai tertinggi
(max), nilai terendah (min), standar deviasi, distribusi frekuensi dan penyajiannya
dalam bentuk grafik.
61
Tabel 4.5
Statistik Deskriptif Hasil Belajar Nilai Pretest dan Posttest Kelompok
Eksperimen1
Descriptive Statistics
N
Terendah
Tertinggi
Mean
Std. Deviation
PRETEST
20
43
80
66.00
10.775
POSTTEST
20
69
100
86.30
8.424
Valid N
(listwise)
20
Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata kelas
eksperimen1 (nilai pretest) sebelum proses pembelajaran dengan perlakuan model
Picture and Picture sebesar 66 dengan standar deviasi 10,775. Sedangkan setelah
diberikan proses pembelajaran dengan perlakuan model Picture and Picture
didapatkan nilai rata-rata (nilai posttest) meningkat menjadi 86,33 dengan standar
deviasi 8,424. Hal lain yang tampak adalah nilai tertinggi yang dicapai pada
Pretest adalah 80 dan nilai terendahnya adalah 43. Sedangkan pada posttest nilai
tertinggi yang berhasil dicapai adalah 100 dan nilai terendahnya adalah 69.
Jumlah siswa yang mengikuti pretest dan posttest ini sebanyak 20 siswa.
Setelah melakukan pembelajaran cooperative learning tipe picture and
picture, peneliti melakukan evaluasi pembelajaran yang digunakan untuk
mengetahui hasil belajar yang diperoleh siswa setelah pembelajaran berlangsung.
Data hasil belajar siswa kelas 3B kelompok eksperimen1 SD N 1 Nambuhan
dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 43 dengan siswa sebanyak 20 siswa,
maka dapat dibuat tabel frekuensi yang terdapat jumlah kelas, interval kelas, dan
frekuensi yaitu dengan rumus:
Jumlah kelas = 1 + 3,3 logn
= 1 + 3,3 log20
= 1+ 3,2933
62
= 4,2933 (dibulatkan menjadi 4)
= (nilai maksimum – nilai minimal) + 1
Range
= (100 – 43) + 1
= 58
Interval
=
=
= 14,5 (dibulatkan menjadi 15)
Berdasarkan perhitungan di atas, maka tabel akan disajikan dengan
interval kelas 3. Tabel distribusi frekuensi hasil belajar nilai pretest dan posttest
kelompok eksperimen1 sebagai berikut:
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Nilai Pretest dan Posttest Kelompok
Eksperimen1
No.
Kelas
Kelas Interval
Nilai Pretest
Nilai Posttest
Frekuensi
Persentase
Frekuensi
Persentase
1.
43 – 58
7
35%
0
0%
2.
59 – 74
9
45%
2
10%
3.
75 – 90
4
20%
13
65%
4.
100
0
0%
5
25%
20
100%
20
100%
Jumlah
Dari tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa nilai pretest terdapat 7 siswa
yang mendapakan nilai antara 43-58 dengan persentase 15%, 9 siswa yang
mendapatkan nilai antara 59-74 dengan persentase 45%, 4 siswa yang
63
mendapatkan nilai antara 75-90 dengan persentase 20%, dan tidak terdapat salah
satu siswapun yang mendapatkan nilai antara 91-106 dengan persentase 0%.
Sedangkan pada nilai posttest mengalami peningkatan yaitu tidak terdapat
siswa yang mendapatkan nilai antara 43-58, dan terdapat 2 siswa yang
mendapatkan nilai antara 59-74 dengan persentase 10%, siswa yang mendapatkan
nilai antara 75-90 sebanyak 13 siswa dengan persentase 65% dan sebanyak 13
siswa yang mendapatkan nilai antara 91-106 dengan persentase 25%.
Untuk lebih jelasnya daftar distribusi frekuensi nilai pretest dan posttest di
atas maka disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut.
18
16
14
12
10
Frekuensi Posttest
8
Frekuensi Pretest
6
4
2
0
43 – 58
59 – 74
75 – 90
≤ 100
Gambar 4.2
Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Pretest dan Posttetst Kelompok
Eksperimen1
Analisis Deskriptif Hasil Belajar
Sebelum dilaksanakan uji normlitas dan uji homogenitas, terlebih dahulu
dilakukan uji deskriptif menggunakan SPSS 16.0 dengan merangkum data hasil
belajar nilai posttest kelompok eksperimen2 dan kelompok eksperimen1 setelah
mendapatkan perlakuan yang telah diklasifikasi deskriptif statistik dengan ukuran
skor minimum, maksimum, jumlah, mean, dan standar deviasi. Berikut adalah
64
tabel 4.9 yang menyajikan analisis deskriptif hasil belajar nilai posttest kelompok
eksperimen2 dan kelompok eksperimen1.
Tabel 4.7
Statistik Deskriptif Hasil Belajar Nilai Posttest Kelompok Eksperimen2 dan
Kelompok Eksperimen1
Descriptive Statistics
Std.
N
Terendah
Tertinggi
Mean
Deviation
Eksperimen2
20
60
93
79.05
10.465
Eksperimen1
20
60.00
100.00
84.5500
11.47755
Valid N
(listwise)
20
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa jumlah siswa pada kelompok eksperimen2
adalah 20 dan jumlah siswa pada kelompok eksperimen1 adalah sama yaitu 20.
Nilai paling rendah pada kelompok eksperimen2 adalah 60, sedangkan nilai
paling tinggi adalah 93. Jadi rentang nilai pada kelompok eksperimen2 adalah 33.
Nilai paling rendah pada kelompok eksperimen1 60, sedangkan nilai paling tinggi
adalah 100. Jadi rentang nilai kelompok eksperimen1 adalah 40. Rata-rata hasil
belajar nilai posttest pada kelompok eksperimen2 adalah 79,05, sedangkan ratarata hasil belajar nilai posttest pada kelompok eksperimen1 adalah 84,55. Standar
deviasi pada kelompok eksperimen2 adalah 10,465, sedangkan standar deviasi
pada kelompok ekperimen adalah 11,47755.
Hasil Uji Perbedaan Rerata Hasil Belajar Menggunakan Model Make a
Match dan Picture and Picture
Dalam hasil uji beda penelitian ini dipaparkan mengenai teknik analisis
data yang digunakan yaitu uji prasyarat dan uji hipotesis. Uji prasyarat terdiri atas
uji normalitas dan homogenitas yang digunakan untuk mengetahui distribusi
65
kenormalan data dan tingkat kesetaraan dari data yang akan diuji t (beda ratarata). Pengujian normalitas dan homogenitas data analisis dengan menggunakan
bantuan SPSS 16.0 for windows.
4.3 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah populasi data
berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas data dengan bantuan SPSS
16.0 for windows. Pengujian normalitas data menggunakan Kolmogrov-Smirnov,
dengan
ketentuan
data
dikatakan
berdistribusi
normal
jika
nilai
probabilitas/signifikansi > 0,05. Hasil uji normalitas data-data yang digunakan
adalah sebagai berikut.
Tabel 4.8
Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar Nilai Posttest Kelompok Eksperimen2 dan
Kelompok Eksperimen1
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Perlakuan
Nilai
Eksperime
n2
Ekspeimen
Statistic
Df
Sig.
Shapiro-Wilk
Statistic
Df
Sig.
.186
20
.068
.914
20
.077
.141
20
.200*
.961
20
.564
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Dari tabel 4.10 di atas menunjukkan hasil uji normalitas hasil belajar
kelompok eksperimen2 dan kelompok eksperimen1 dengan hasil sebagai berikut:
1. Skor hasil belajar kelompok eksperimen2 berdasarkan uji normalitas
menggunakan Kolmogrov-Smirnova menunjukkan data berdistribusi
normal. Terbukti pada signifikansi kelompok eksperimen2 adalah
0,068. Jika sig > 0,05 maka data dikatakan berdistribusi normal,
66
sedangkan jika sig < 0,05 maka data dikatakan berdistribusi tidak
normal. Karena sig. data kelompok eksperimen2 0,068 > 0,05 maka
data dikatakan berdistribusi normal.
2. Skor hasil belajar kelompok eksperimen1 berdasarkan uji normalitas
menggunakan Kolmogrov-Smirnova menunjukkan data berdistribusi
normal. Terbukti pada signifikansi kelompok eksperimen1 adalah
0,200. Jika sig > 0,05 maka data dikatakan berdistribusi normal,
sedangkan jika sig < 0,05 maka data dikatakan berdistribusi tidak
normal. Karena sig. data kelompok eksperimen1 0,200 > 0,05 maka
data dikatakan berdistribusi normal.
4.4 Uji Homogenitas
Uji homogenitas ini digunakan untuk mengetahui data dari kedua
kelompok memiliki tingkat variansi data yang sama atau tidak setelah adanya
perlakuan di kelompok eksperimen2 dengan penggunaan model pembelajaran
cooperative learning tipe Make a Match dengan dibandingkan hasil belajar pada
kelompok eksperimen1 dengan penggunaan model pembelajaran cooperative
learning tipe picture and picture. Uji homogenitas ini menggunakan Lavene Test
dengan ketentuan apabila nilai probabilitas/signifikansi > 0.05 maka dapat
dikatakan bahwa populasi data memiliki varian yang sama atau dengan kata lain
data homogen. Pengujian homogenitas dilakukan dengan menggunakan bangtuan
SPSS 16.0 for windows. Hasil uji homogenitas skor hasil belajar data kelompok
eksperimen2 dan kelompok eksperimen1 disajikan pada tabel di bawah ini.
67
Tabel 4.9
Hasil Uji Homogenitas Skor Hasil Belajar Nilai Posttest Kelompok
Eksperimen2 dan Eksperimen1
Test of Homogeneity of Variance
Levene
Statistic
Nilai
df1
df2
Sig.
Based on Mean
.045
1
38
.834
Based on Median
.017
1
38
.897
.017
1
36.898
.897
.031
1
38
.861
Based on Median and
with adjusted df
Based on trimmed mean
Berdasarkan tabel 4.11 di atas menunjukkan hasil uji homogenitas skor
hasil belajar kelompok eksperimen2 dan kelompok eksperimen1 yang hasilnya
adalah pada output test of homogeneity of variance angka signifikansi yang ada
untuk adalah untuk probabilitas based on mean adalah 0,834, based on median
adalah 0,897, based on median and with adjusted df adalah 0,897, dan based on
trimmed mean adalah 0,861. Jika signifikansi atau probabilitas > 0,05 maka dapat
dikatakan bahwa varian sama atau homogen, namun jika signifikansi atau
probabilitas < 0,05 maka dapat dikatakan bahwa varian data tidak sama atau tidak
homogeneity. Oleh karena angka signifikansi skor hasil belajar kelompok
eksperimen2 dan kelompok eksperimen1 > 0,05, maka kedua data dinyatakan
homogen atau memiliki varian yang sama.
4.5 Uji Beda (Uji t) dan Uji Hipotesis
Berdasarkan hasil dari uji normalitas yang menunjukkan bahwa persebaran
data posttest berdistribusi normal dan uji homogenitas yang menunjukkan bahwa
data posttest homogen, maka dengan demikian uji prasyarat telah terpenuhi
sehingga populasi data posttest tersebut dapat dikenakan untuk uji t (uji beda rata-
68
rata) sebagai acuan menguji hipotesis yaitu ada/tidak perbedaan rata-rata nilai
posttest
yang signifikan
antara
kelompok
eksperimen2
dan
kelompok
eksperimen1. Di bawah ini disajikan hasil uji t (uji beda rata-rata) kelompok
eksperimen2 dan kelompok eksperimen1.
Tabel 4.10
Hasil Uji Beda Skor Hasil Belajar Kelompok Eksperimen2 dan Kelompok
Eksperimen1
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Difference
F
Sig.
t
df
Sig. (2-
Mean
tailed)
Difference
Std. Error
Difference Lower
Upper
Nila Equal variances assumed
.045 .834 -1.584
i
Equal variances not assumed
38
.122
-5.500
3.473 -12.531
1.531
-1.584 37.681
.122
-5.500
3.473 -12.533
1.533
Analisis uji beda t-test menggunakan equal variances assumed (asumsi
varian sama). Dari tabel 4.12 di atas dapat dilihat bahwa nilai t hitung adalah 1,584 dengan sig. (2-tailed) 0,122. Nilai probabilitas > 0,05 maka Ho diterima dan
Ha ditolak, dapat dikatakan juga bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan
pada hasil nilai posttest kelompok eksperimen1 dan kelompok eksperimen2.
Hasil Uji Hipotesis
Hasil uji t (uji beda rata-rata) terhadap nilai posttest kelompok
eksperimen1 dan kelompok eksperimen2 dapat dijadikan acuan untuk menguji
hipotesis. Hipotesis yang telah dirumuskan adalah sebagai berikut.
69
1.
Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dalam penerapan model
pembelajaran Cooperative Learning tipe Make a Match dan model
pembelajaran Picture and Picture terhadap hasil belajar IPA siswa kelas 3
SD N 1 Nambuhan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan Semester
2 Tahun Ajaran 2015/2016
2.
Ha: Terdapat pengaruh yang signifkan dalam penerapan model
pembelajaran Cooperative Learning tipe Make a Match dan model
pembelajaran Picture and Picture terhadap hasil belajar IPA siswa kelas 3
SD N 1 Nambuhan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan Semester
2 Tahun Ajaran 2015/2016.
Berdasarkan hasil uji t (uji beda rata-rata) yang telah dilakukan terhadap
nilai posttest kelompok eksperimen2 dan eksperimen1, diperoleh hasil yaitu nilai
t-test
sebesar
-1,584
dengan
sig.
(2-tailed)
0,122.
Karena
angka
signifikansi/probabilitas menunjukkan nilainya > 0,05 maka Ho diterima yaitu
tidak terdapat pengaruh yang signifikan dalam penerapan model pembelajaran
Cooperative Learning tipe Make a Match dan model pembelajaran Picture and
Picture terhadap hasil belajar IPA siswa kelas 3 SD N 1 Nambuhan Kecamatan
Purwodadi Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun Ajaran 2015/2016.
4.6 Pembahasan Hasil Penelitian
Uji keefektifan model hakikatnya adalah sebuah eksperimen1 untuk
menguji keampuhan model pembelajaran Make a Match dan Picture and Picture
dalam meningkatkan kompetensi hasil belajar siswa dibandingkan dengan model
lain. Dengan demikian pembahasan ini difokuskan pada rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu “Apakah terdapat perbedaan keefektifan model pembelajaran
Make a Match dan model pembelajaran Picture and Picture ditinjau dari hasil
belajar materi cuaca dan pengaruhnya bagi kehidupan manusia dalam
pembelajaran IPA kelas 3 SD N 1 Nambuhan Kecamatan Purwodadi Kabupaten
Grobogan”. Pada bab 3 telah dipaparkan ukuran keefektifan model didasarkan
pada seberapa tinggi kompetensi hasil belajar sebagai model pembelajaran. Model
70
dikatakan efektif jika nilai hasil belajar yang diperoleh siswa ≥ nilai KKM, yaitu
70.
Menjawab rumusan masalah dari topik pembahasan mengenai hasil belajar
yang telah dilakukan dalam pembelajaran IPA siswa kelas 3A kelompok
eksperimen2 dan kelas 3B kelompok eksperimen1, diperoleh rata-rata tahap
pengukuran awal pada kelas eksperimen2 dan eksperimen1 sebesar 62,05 dan
79,05. Rata-rata tahap pengukuran akhir pada kelas eksperimen2 dan kelas
eksperimen1 sebesar 66,00 dan 86,30. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa
kedua model dalam tahap akhir keduanya sama-sama memberikan peningkatan
hasil belajar.
Distribusi frekuensi data seperti tertera pada tabel 4.4
menunjukkan
bahwa jumlah siswa kelas eksperimen2 pada nilai Pretest terdapat 7 siswa yang
mendapatkan nilai antara 45-53 dengan presentase 35%, 1 siswa yang
mendapatkan nilai antara 54-63 dengan presentase 5%, 10 siswa yang
mendapatkan nilai antara 64-73 dengan presentase 50%, 2 siswa yang
mendapatkan nilai antara 74-83 dengan presentase 10%, dan tidak terdapat salah
satu siswapun yang mendapatkan nilai antara 84-93.
Sedangkan pada nilai posttest mengalami peningkatan yaitu tidak terdapat
satupun siswa yang mendapatkan
nilai antara 45-53 dengan presentase 0%.
Kemudian yang mendapatkan nilai antara 54-63 sebanyak 3 siswa dengan
presentase 15%, yang mendapatkan nilai antara 64-73 sebanyak 2 siswa dengan
prosentase 10%, yang mendapatkan nilai antara 74-83 sebanyak 7 siswa dengan
prosentase 35%, dan sebanyak 8 siswa mendapatkan nilai antara 84-93 dengan
prosentase 40%.
Distribusi frekuensi data seperti tertera pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa
jumlah siswa kelas eksperimen1 pada nilai pretest terdapat 3 siswa yang
mendapakan nilai antara 40-55 dengan persentase 15%, 9 siswa yang
mendapatkan nilai antara 56-71 dengan persentase 45%, 8 siswa yang
mendapatkan nilai antara 72-87 dengan persentase 40%, dan tidak terdapat salah
satu siswapun yang mendapatkan nilai antara 88-103 dengan persentase 0%.
71
Sedangkan pada nilai posttest mengalami peningkatan yaitu tidak terdapat
siswa yang mendapatkan nilai antara 40-55, dan tidak terdapat siswa yang
mendapatkan nilai antara 56-71. Kemudian yang mendapatkan nilai antara 72-87
sebanyak 11 siswa dengan persentase 55% dan sebanyak 9 siswa yang
mendapatkan nilai antara 88-103 dengan persentase 45%.
Model Cooperative Learning tipe Picture and Picture yang memberikan
pengaruh positif terhadap kenaikan hasil belajar siswa dibandingkan dengan
model Cooperative Learning tipe Make a Match dikarenakan model Cooperative
Learning tipe Picture and Picture memiliki sintak pembelajaran yang menarik
kreatifitas dan berfikir siswa sehingga siswa dapat mengeksplore diri dalam
kelompoknya saling memberikan ide kreatifitas dan kekompakan. Berkut adalah
sintaks pembelajaran Picture and Picture dalam Aqib (2013: 18) adalah a) guru
menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, b) menyampaikan materi sebagai
pengantar, c) guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan
berkaitan materi, d) guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian
memasang/mengurutkan
gambar-gambar
menjadi
urutan
logis,
e)
guru
menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut, f) dari alasan/urutan
gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan
kompetensi yang ingin dicapai, g) kesimpulan/rangkuman. Dalam hal tersebut
siswa diminta untuk berdiskusi mengenai urutan gambar proses terjadinya hujan
bersama kelompoknya yang menuntut siswa saling bertukar pikiran gambar mana
yang cocok sesuai urutannya. Oleh karena itu siswa lebih mudah memahami
materi yang sudah dijelaskan.
Pembelajaran yang menggunakan model Picture and Picture dapat
meningkatkan hasil belajar siswa, tetapi tidak kalah ampuhnya juga dengan model
Make a Match karena selisih rata-rata dari kedua model tersebut hanya sedikit.
Model Cooperative Learning tipe Make a Match juga memiliki sintak
pembelajaran yang kreatif dan membuat siswa menjadi berfikir sehingga dapat
mengeksplore diri dalam kelompoknya.
Dari hal tersebut siswa diminta untuk berfikir kritis dalam menjodohkan
kartu dan mencari pasangan sesuai kartu yang dipegangnya. Oleh karena itulah
72
siswa lebih mudah memahami materi yang sudah dijelaskan. Berdasarkan
pemaparan sintak dari model Cooperative Learning tipe Make a Match dan
Picture and Picture, dari kedua model tersebut memang terdapat bebarapa sintak
yang sama yaitu guru menyampaikan materi, pembagian kelompok, berfikir kritis
bersama kelompok, penyampaian hasil kerja, dan konfirmasi guru mengenai
kebenaran hasil kerja.
Hasil analisis persyaratan kedua kelompok yaitu kelompok eksperimen2
dan kelompok eksperimen1 adalah homogen karena nilai posttest hasil belajar
adalah 0,834 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa kedua variansi (kelompok
eksperimen2 dan eksperimen1) adalah homogen. Dari uji normalitas untuk nilai
posttest kelompok eksperimen2 nilai signifikansi sebesar 0,68 > 0,05 dan nilai
posttest di kelompok eksperimen1 nilai signifikansi sebesar 0,200 > 0,05. Maka
dapat diambil kesimpulan bahwa nilai posttest hasil belajar kelompok
eksperimen2 dan kelompok eksperimen1 berdistribusi normal.
Berdasarkan uji beda nilai posttest kelas eksperimen2 dan kelas
eksperimen1 yaitu dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Make
a Match dan model Cooperative Learning tipe Picture and Picture menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar pada
pembelajaran IPA. Hal ini ditinjau dari uji t hasil belajar siswa mempunyai nilai
probabilitas signifikansi 0,122 > 0,05, artinya bahwa Ho diterima dan Ha ditolak,
jadi tidak terdapat perbedaan yang signifikan penggunaan model Cooperative
Learning tipe Make a Match dan model Cooperative Learning tipe Picture and
Picture terhadap hasil belajar IPA siswa kelas 3A pada kelompok eksperimen2
dan kelas 3B pada kelompok eksperimen1.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Erwin
Widya, 2013 dengan judul penelitian “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Picture and Picture Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi
Pembelajaran IPA Kelas 5 Semester II SD N Regunung 01 Tahun Pelajaran
2012/2013”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture terhadap hasil
belajar IPA siswa kelas 5A sebagai kelas eksperimen1 dan 5B sebagai kelas
73
eksperimen2 di SD Negeri Regunung 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten
Semarang Semester II Tahun 2012/2013. Dari penelitian ini menunjukkan bahwa
uji hipotesis pada nilai posttest kelompok eksperimen1 dan eksperimen2 diperoleh
nilai sig. (2-tailed) 0,001<0,005, berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Penelitian ini
menyimpulkan model pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture lebih
efektif dan berpengaruh terhadap hasil belajar IPA daripada pembelajaran dengan
model konvensional.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Wendi Nugraha (2012)
dengan judul penelitian “Keefektifan Penerapan Model Make a Match pada
Pembelajaran Matematika Kelas V Materi Geometri di Sekolah Dasar Negeri 1
Purbalingga Kidul Kabupaten Purbalingga”. Subjek penelitian ini adalah siswa
kelas V Sekolah Dasar Negeri 1 Purbalingga Kidul sebanyak 54 siswa, yang
terdiri dari dua kelas paralel, kelas VA sebagai kelas eksperimen1 dan kelas VB
sebagai kelas eksperimen2. Hasil belajar siswa yang pembelajarannya
menerapkan model make a match lebih baik daripada hasil belajar siswa yang
proses belajarnya menerapkan model konvensional. Hal ini dibuktikan dengan
hasil belajar siswa di kelas eksperimen1 sebesar 79,07, sedangkan di kelas
eksperimen2 sebesar 68,89. Penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh
model Cooperative Learning teknik make a match terhadap hasil belajar
Matematika siswa kelas V.
Pemaparan hasil analisis data di atas, dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan nilai awal dan akhir penggunaan model cooperative learning tipe Make
a Match dan model cooperative learning tipe picture and picture dalam
pencapaian hasil belajar IPA siswa kelas 3A dan siswa kelas 3B Gugus Ahmad
Yani Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan semester II tahun ajaran
2015/2016 akan tetapi tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara hasil akhir
kelas kelompok eksperimen2 dan kelas kelompok eksperimen1.
a.
Implikasi Teoretis
Berdasarkan kegiatan belajar mengajar yang telah dilakukan dengan
menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe make a match dan
model pembelajaran cooperative learning tipe picture and picture dapat dilihat
74
bahwa dengan menggunakan model pembelajaran tersebut, siswa menjadi lebih
aktif dan antusias dalam mengikuti pelajaran. Model pembelajaran tersebut sangat
cocok diterapkan dalam pembelajaran IPA, karena model tersebut dapat
melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran baik aktif secara fisik maupun
mental, selain itu model pembelajaran cooperative learning tipe make a match
dan model pembelajaran cooperative learning tipe picture and picture dapat
memberikan kondisi belajar yang tepat dalam mengembangkan kemampuan
berfikir dan kreatif secara optimal, karena pelajaran IPA merupakan pelajaran
yang tidak hanya mengandalkan pengetahuan saja, tetapi juga harus bisa
menimbulkan sikap kritis siswa terhadap suatu fenomena yang terjadi maka
pembelajaran IPA dnegan menggunakan model tersebut dirasa cukup tepat untuk
diimplikasikan dalam pembelajaran khususnya pembelajaran IPA.
b.
Implikasi Praktis
Hasil penelitian pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
Cooperative Learning tipe Make a Match dan Picture and Picture secara praktis
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk digunakan oleh guru dalam
pembelajaran agar siswa menjadi lebih aktif antusias dalam pembelajaran, karena
model pembelajaran yang digunakan tersebut tidak terlalu monoton dan teacher
center, sehingga dapat memberikan kesan yang santai kepada siswa karena dalam
pembelajaran tersebut dirancang sebagai belajar sambil bermain .
Download