ANALISIS BIOMASSA DAN KANDUNGAN KARBON PADA JENIS SERASAH DAUN TANAMAN HUTAN KOTA DI ARBORETUM ARSITEKTUR LANSKAP IPB, BOGOR NOVA DWI INDRIYANA DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Biomassa dan Kandungan Karbon pada Jenis Serasah Daun Tanaman Hutan Kota di Arboretum Arsitektur Lanskap IPB, Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2014 Nova Dwi Indriyana NIM E34100144 ABSTRAK NOVA DWI INDRIYANA. Analisis Biomassa dan Kandungan Karbon pada Jenis Serasah Daun Tanaman Hutan Kota di Arboretum Arsitektur Lanskap IPB, Bogor. Dibimbing oleh ENDES N DACHLAN dan BASUKI WASIS. Hutan kota berfungsi sebagai menjaga keseimbangan oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2), mengurangi polutan, penyimpanan dan pengemisi karbon. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung biomassa, kandungan karbondioksida, hubungan antara biomassa dengan karbon terikat, serta menghitung kemampuan serapan karbondioksida pada serasah jenis daun tanaman hutan kota yang ada di arboretum arsitektur lanskap IPB, Bogor. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode destruktif selama 7 minggu terhadap 7 jenis tanaman kota yaitu : trembesi (Samanea saman), merbau (Intsia bijuga), dahu (Dracontomelon dao), ki putri (Podocarpus neriifolius), kayu manis (Cinnamomum zeylanicum), nangka (Artocarpus heterophyllus), simpur (Dillenia indica). Jenis trembesi (Samanea saman) dan merbau (Intsia bijuga) merupakan jenis yang memiliki biomassa dan karbon terikat paling tinggi dari tujuh jenis tanaman hutan kota. Selain itu jenis serasah daun dari pohon trembesi (Samanea saman) dan merbau (Intsia bijuga) yang memiliki kemampuan tertinggi dalam menyerap CO2 sebesar 4.749 dan 4.077 ton/ha/th. Pembangunan hutan kota dengan menanam jenis trembesi dan merbau merupakan salah satu alternatif mengurangi meningkatnya emisi karbon. Kata kunci: biomassa, hutan kota, kandungan karbon. ABSTRACT NOVA DWI INDRIYANA. Biomassa Analysis and Content of Carbon on Manure Type of City Forest plant on Arboretum Architecture Landscape IPB, Bogor. Supervised by ENDES N DACHLAN and BASUKI WASIS. Urban forest functioned as oxygen balancing (O2) and carbon dioxide (CO2), reduce pollutant, stored and emission carbon. This research aimed to measured biomass, carbon dioxide content, connection between biomass and binding carbon, and measured carbon dioxide absorption ability on manure type of city Forest plant on Arboretum Architecture Landscape IPB, Bogor. Method used in this research was destructive method during 7 weeks to 7 types of city plants were : trembesi (Samana saman), merbau (Intsia bijuga), dahu (Deacontomelon dao),ki putri (Podocarpus neriifolius), kayu manis (Cinnamonum zeylanicum), nangka (Artocarpus heterophylus), simpur (Dillenia indica). Trembesi (Samanea saman) and merbau (Intsia bijuga) was such type that has both highest binding biomass and carbon from seven type of city forest plants. Besides that leaf manure type from trembesi (Samanea saman) and merbau (Intsia bijuga) that have highest ability to absorb CO2 about 4.749 and 4.007 ton/ha/year. Urban forest development by plant both trembesi and timber tree types were as one alternative to reduce increasingly emission of carbon. Keywords: biomass, carbon content, urban forest. ANALISIS BIOMASSA DAN KANDUNGAN KARBON PADA JENIS SERASAH DAUN TANAMAN HUTAN KOTA DI ARBORETUM ARSITEKTUR LANSKAP IPB, BOGOR NOVA DWI INDRIYANA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 Judul Skripsi : Analisis Biomassa dan Kandungan Karbon pada Jenis Serasah Daun Tanaman Hutan Kota di Arboretum Arsitektur Lanskap IPB, Bogor Nama : Nova Dwi Indriyana NIM : E34100144 Disetujui oleh Dr Ir Endes N Dachlan, MS Dr Ir Basuki Wasis, MS Pembimbing I Pembimbing II Diketahui oleh Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS Ketua Departemen Tanggal Lulus: PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2014 ini ialah karbon, dengan judul Analisis Biomassa dan Kandungan Karbon pada Jenis Serasah Daun Tanaman Hutan Kota di Arboretum Arsitektur Lanskap IPB, Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Endes N Dachlan, MS dan Bapak Dr Ir Basuki Wasis, MS selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Supriatin laboran Laboratorium Kimia Kayu, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB atas bantuan saat menganalisis sampel di laboratorium. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Juli 2014 Nova Dwi Indriyana DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vii DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR LAMPIRAN vii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 2 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 Ruang Lingkup Penelitian 3 METODE 3 Bahan 3 Alat 4 Metode Pengambilan Data 4 Prosedur Analisis Data 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 8 Kondisi Umum Lokasi Penelitian 8 Jenis Tanaman Hutan Kota yang Terpilih Di Lokasi Penelitian 9 Biomassa Serasah Daun Jenis Tanaman Hutan Kota 15 Kadar Zat Terbang, Abu dan Karbon 17 Kandungan Karbon pada Serasah Daun 18 Hubungan Biomassa Serasah dengan Kandungan Karbon pada Serasah Daun Jenis Tanaman Hutan Kota 20 Serapan CO2 pada Serasah Daun Beberapa Jenis Tanaman Hutan Kota 21 Pemanfaat Serasah Daun Jenis Tanaman Hutan Kota yang memiliki Kandungan Karbon Tertinggi SIMPULAN DAN SARAN 21 22 Simpulan 22 Saran 23 DAFTAR PUSTAKA 23 LAMPIRAN 26 DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 Jenis pohon hutan kota yang diteliti Biomassa serasah daun Kadar zat terbang dan kadar abu pada serasah daun Kandungan karbon Biomassa dan kandungan karbon pada serasah daun Serapan CO2 pada serasah daun 3 16 18 18 20 21 DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Peta wilayah penelitian Pohon dahu Pohon nangka Pohon merbau Pohon trembesi Pohon kayu manis Pohon pohon simpur Pohon ki putri Grafik biomassa serasah daun tanaman hutan kota Grafik kandungan karbon pada serasah daun tanaman hutan kota Grafik hubungan biomassa dengan kandungan karbon 8 9 10 11 12 13 14 15 17 19 20 DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 Biomassa serasah daun Kandungan karbon serasah daun Kadar air serasah daun Rata - rata kadar zat terbang, abu dan karbon Prosedur Annova dan uji lanjut duncan biomasa serasah daun Prosedur Annova dan uji lanjut duncan kandungan karbon serasah daun Uji korelasi hubungan biomassa dengan kandungan karbon serasah daun 26 26 27 27 28 29 30 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kerusakan Hutan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, menurut Kementerian Kehutanan tentang data laju kerusakan hutan (deforestasi) Tahun 2004-2009 mencapai 1.7 juta hektar per tahun. Hal ini mengakibatkan secara signifikan mengurangi sumber karbon yang tersimpan dalam biomassa hutan dan kemampuan bumi untuk menyerap CO2 dari udara juga berkurang. Selain akibat tersebut, intensitas Efek Rumah Kaca (ERK) akan ikut, sehingga menyebabkan pemanasan global (global warming) yang meyebabkan naiknya suhu permukaan bumi (Soemarwoto 2001). Pengurangan ERK dapat dilakukan dengan dibangunnya hutan kota yang ditanami beberapa vegetasi yang memiliki kemampuan menyimpan sumber karbon yang dalam biomassa hutan. Hutan kota merupakan tumbuhan atau vegetasi berkayu di wilayah perkotaan yang memberikan manfaat lingkungan yang sebesar–besarnya dalam hal proteksi, estetika, rekreasi serta kegunaan khusus lainnya (Fakuara 1987). Keberadaan hutan kota sangat berfungsi sebagai sistem hidrologi, menciptakan iklim mikro, menjaga keseimbangan oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2), mengurangi polutan, meredam kebisingan, dan menambah nilai estetika dan keasrian kota sehingga berdampak positif terhadap kualitas lingkungan dan kehidupan masyarakat. Selain itu, hutan kota juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan karbon. Biomassa yang terdapat di permukaan bumi kurang lebih terdapat 90 % terdapat dalam hutan yang berbentuk pokok kayu, dahan, daun, akar dan serasah, hewan, dan jasad renik (Arief 2005). Biomassa ini merupakan tempat penyimpanan karbon dan disebut rosot karbon (carbon sink). Karbon yang tersimpan dalam hutan di seluruh dunia diperkirakan sekitar 830 milyar ton. Jumlah ini merupakan sebagian besar dari kandungan karbon dalam atmosfir yang terikat dalam CO2. Secara umum sekitar 40% atau 330 milyar ton karbon tersimpan dalam bagian pohon dan bagian tumbuhan hutan lainnya di atas permukaan tanah, sedangkan sisanya yaitu sekitar 60% atau 500 milyar ton tersimpan dalam tanah hutan dan akar-akar tumbuhan di dalam hutan (Suhendang 2002). Arboretum Arsitektur Lanskap merupakan salah satu bentuk hutan kota yang ada di dalam kampus IPB. Arboretum Arsitektur Lanskap memiliki potensi jenis tanaman hutan kota yang mampu menyerap dan menyimpan karbondioksida. Setiap jenis tegakan tanaman hutan kota memiliki kandungan karbon yang berbeda-berbeda. Karbon organik sebagai hasil fotosintesis akan disimpan dalam biomassa hutan pada pohon berkayu atau dilantai hutan (pada serasah dan tanah hutan). Oleh karena itu penelitian tentang Analisis Biomassa dan Kandungan Karbon pada Jenis Serasah Daun Tanaman Hutan Kota di Arboretum Arsitektur Lanskap IPB perlu dilakukan. 2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, sehingga telah dirumuskan beberapa masalah yang nantinya akan di bahas dalam penelitian ini. Adapun rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut : 1. Berapa jumlah biomassa serasah daun dalam beberapa tegakan tanaman hutan kota di Arboretum Arsitektur Lanskap IPB ? 2. Berapa jumlah kandungan karbon terikat yang tersimpan dalam biomassa serasah daun beberapa tegakan tanaman hutan kota di Arboretum Arsitektur Lanskap IPB ? 3. Apa hubungan antara jumlah biomassa dengan kandungan karbon terikat yang tersimpan dalam serasah daun beberapa tegakan tanaman hutan kota di Arboretum Arsitektur Lanskap IPB ? 4. Berapa jumlah CO2 yang mampu diserap oleh beberapa tegakan tanaman hutan kota yang terdapat di Arboretum Arsitektur Lanskap IPB ? 5. Apa manfaat yang dapat diperoleh dari beberapa tegakan tanaman hutan kota di Arboretum Arsitektur Lanskap IPB ? Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini yaitu: 1. Menghitung jumlah biomassa serasah daun dalam beberapa tegakan tanaman hutan kota di Arboretum Arsitektur Lanskap IPB. 2. Menghitung jumlah kandungan karbon yang tersimpan dalam biomassa serasah daun beberapa tegakan tanaman hutan kota di Arboretum Arsitektur Lanskap IPB. 3. Mengkaji hubungan antara jumlah biomassa dengan kandungan karbon karbon yang tersimpan dalam serasah daun beberapa tegakan tanaman hutan kota di Arboretum Arsitektur Lanskap IPB. 4. Menghitung jumlah CO2 yang mampu diserap oleh serasah daun beberapa tegakan tanaman hutan kota yang terdapat di Arboretum Arsitektur Lanskap IPB . 5. Mengkaji manfaat yang dapat diperoleh dari beberapa tegakan tanaman hutan kota di Arboretum Arsitektur Lanskap IPB. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kandungan karbon terikat pada serasah daun tanaman hutan kota di Arboretum Arsitektur Lanskap IPB, sehingga dapat mendukung pemerintah Indonesia berpartisipasi dalam perdagangan karbon dan upaya menekan perubahan iklim global melalui peningkatkan fiksasi karbon dalam biomassa hutan. Selain itu jenis tegakan terpilih yang diteliti dapat dijadikan rekomendasi jenis tanaman yang dapat ditanam di hutan kota. 3 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini, hanya akan difokuskan terhadap pembahasan tentang biomassa, kandungan karbon terikat dan serapan karbon pada serasah daun beberapa jenis tanaman hutan kota yang yang ada di Arboretum Arsitektur Lanskap IPB. METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di Arboretum Arsitektur Lanskap IPB, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama bulan, terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pengambilan data di lapangan pada bulan Desember 2013 sampai Januari 2014 dan tahap pengujian contoh uji laboratoriun di Laboratorium Peningkatan Mutu Kayu dan Kimia Hasil Hutan, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Bahan Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah : Pohon berasal dari tujuh jenis tanaman yang tumbuh di Arboretum Arsitektur Lanskap IPB Dramaga, Bogor. Adapun kriteria yang menjadi acuan pemilihan adalah sebagai berikut : 1. Pohon yang dipilih merupakan pohon yang biasa ditanam untuk hutan kota. 2. Pohon yang dipilih memiliki nilai keindahan (estetika) untuk ditanam di daerah perkotaan. 3. Pohon yang tergolong bukan jenis yang menggugurkan daunnya, karena dengan jenis yang menggugurkan daunnya pada saat musim kemarau pohon akan meranggas, maka pada saat itu pohon tidak dapat memberikan efek peneduhan. 4. Pohon yang ditanam pada suatu lokasi lahan yang memiliki kondisi iklim dan tanah yang sama. Tabel 1 Jenis pohon hutan kota yang diteliti Nama Pohon Lokal (Nama ilmiah) Famili Dahu (Dracontomelon dao Merr) Nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk) Merbau (Intsia bijuga (Colebr.) O. Kuntze Trembesi (Samanea saman (Jacq.) Merr.) Kayu Manis (Cinnamomum zeylanicum Blume) Simpur (Dillenia indica L.) Ki Putri (Podocarpus neriifolius D. Don.) Anacardiaceae Moraceae Fabaceae Fabaceae Lauraceae Dilleniaceae Podocarpaceae 4 Alat Alat yang digunakan pada penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu alat yang digunakan untuk pengambilan data di lapangan berupa litter trap (alat penampung serasah) berukuran 1 x 1m, patok kayu dengan tinggi 50 cm, tali rafia, wadah plastik, label, meteran, GPS dan alat tulis. Sedangkan peralatan yang digunakan untuk pengujian contoh uji laboratorium berupa timbangan, oven, tanur listrik, cawan porselen, alat penggiling (willey mill). Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan secara langsung di lapangan yaitu meliputi data diameter dan tinggi setiap pohon serta berat basah dari serasah daun. Sedangkan pengumpulan data sekunderr diperoleh dari BMKG (Badan Meteorologi dan Geofisika) Bogor berupa data Suhu rata–rata, Kelembapan rata – rata, Curah hujan, Intensitas radiasi matahari. Metode Pengambilan Data Primer Penampungan Serasah Daun Penampung serasah yang digunakan yaitu hanya 1 penampung serasah pada setiap pohon yang diteliti. Serasah daun dari Dahu, ki putri, kayu manis, nangka, trembesi,simpur, merbau ditampung dengan menggunakan litter trap berukuran 1m x 1m dan diletakan pada lokasi di bawah tegakan. Tinggi trap 30 cm dari permukaan tanah. Setiap trap di beri kode untuk mengetahui jatuhan serasah masing-masing spesies pohon. Jarak antar penanmpung serasah dengan objek penelitian yaitu 1m. Pemasangan litter trap dilakukan pada tanggal 9 Desember 2013. Pengambilan Serasah Daun Serasah daun yang tertampung pada litter trap diambil setiap minggu sekali selama tujuh minggu dimulai pada tanggal 10 Desember 2013 sampai 28 Januari 2014 dan bulan ini merupakan bulan musim penghujan. Pengambilan serasah daun dilakukan dengan menempatkan ke dalam plastik yang ditandai dengan kode untuk masing–masing litter trap. Pengambilan serasah daun dilakukan setiap hari senin selama tujuh minggu. Serasah yang dijadikan sebagai kompenen bahan penelitian terdiri dari helaian daun (lamina). Serasah adalah lapisan tanah bagian atas yang terdiri dari bagian tumbuhan yang telah mati seperti guguran daun , ranting dan cabang, bunga dan buah, kulit kayu serta bagian lainnya yang menyebar di permukaan tanah di bawah hutan sebelum bahan tersebut mengalami dekomposisi (Kurniasari 2009). Penghitungan Biomassa Serasah Daun Pengambilan sampel untuk biomassa serasah dilakukan dengan metode 2 kuadran kayu berukuran 1 X 1 m diletakkan di lokasi Sampling. Penghitungan 5 biomassa serasah mennggunakan cara sampling dengan pemanenan (Destructive sampling) secara in situ. Serasah daun yang jatuh ke litter trap kemudian dimasukkan ke kantong plastik dan serasah daun ditimbang berat basahnya dengan ketelitian timbangan 0.001 gram. Kemudian dioven dalam oven suhu ± 60º C selama 24 jam. Setelah itu berat kering ditimbang dan dicatat. Hasil dari pengukuran dihitung dengan satuan gram/m2/minggu dan dikonversi satuan menjadi ton/ha/tahun. Penghitungan Kadar Karbon Hal yang pertama dilakukan sebelum penghitungan kadar karbon terikat di laboratorium adalah persiapan contoh uji. Bahan-bahan yang telah diperoleh dilapangan berupa serasah daun dari setiap jenis tegakan pohon yag terpilih dan dioven pada suhu ± 60º C selama 24 jam. Setelah kering bahan-bahan tersebut dibuat serbuk dengan menggunakan penggilingan dan dilewatkan pada alat saring berukuran 40 – 60 mesh. Penghitungan Kadar Karbon diperoleh dari hasil analisis laboratorium. Sampel akan dianalisis di Laboratorium Peningkatan Mutu Kayu dan Kimia Hasil Hutan, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Budiyanto (2006) menyatakan proses untuk mendapatkan kadar karbon terikat yang dilakukan dilaboratorium mencakup 3 proses yaitu : 1. Penentuan Zat terbang arang Prosedur penentuan zat terbang yang digunakan berdasarkan American Society for Testing Material (ASTM) D 5832-98 (ASTM 1990 dalam Sutapa 2006). Pertama, Cawan porselen diisi dengan contoh uji berupa serbuk sebanyak ± 2 gram, kemudian cawan ditutup rapat dengan penutupnya. Contoh uji dimasukkan ke dalam tanur listrik bersuhu 9500 C selama 2 menit. Kemudian cawan berisi contoh uji tersebut didinginkan dalam desikator dan selanjutnya ditimbang. Kadar zat terbang dinyatakan dalam persen (%). 2. Penentuan Kandungan abu Prosedur penentuan kadar abu menggunakan American Society for Testing Material (ASTM) D 2866-94 (ASTM 1990 dalam Sutapa 2006). Sisa contoh uji dari penentuan kadar zat terbang dimasukkan ke dalam tanur listrik bersuhu 9500 C selama 6 jam. Selanjutnya didinginkan didalam desikator dan kemudian ditimbang untuk mencari berat akhirnya, berat akhir (abu) yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanur contoh uji merupakan kadar abu contoh uji. 3. Penentuan Kadar Karbon Penentuan kadar karbon contoh uji dari tiap-tiap bagian pohon menggunakan ASTM D-3175 (Sutapa 2006), dimana kadar karbon contoh uji merupakan hasil pengurangan 100% terhadap kadar zat terbang dan kadar abu. Metode Pengambilan Data Sekunder Pengukuran Suhu dan Kelembaban udara Suhu dan kelembaban di lokasi penelitian didapatkan dari pusat data Badan Meteorologi dan Geofisika Bogor. 6 Prosedur Analisis Data Perhitungan Kadar Air Perhitungan kadar air serasah daun dilakukan dengan menggunakan rumus (Haygreen dan Bowyer 1989). %Kadar Air x 100% Keterangan: %KA = persentase kadar air BBc = berat basah contoh uji (g) BKc = berat kering contoh uji (g) Perhitungan Biomassa Perhitungan biomassa serasah daun dilakukan dengan menggunakan rumus (Haygreen dan Bowyer 1989). B Keterangan : %KA = persentase kadar air BB = berat basah B = biomassa Penghitungan Kadar Karbon Penghitungan kadar karbon menggunakan rumus sebagai berikut : Penentuan Kadar Zat Terbang Kadar zat terbang dinyatakan dalam persen dengan rumus (ASTM 1990 dalam Sutapa 2006) : Kadar Zat Terbang Penentuan Kadar Abu Kadar abu dinyatakan dalam persen dengan rumus (ASTM 1990 dalam Sutapa 2006) : Kadar Abu Penentuan Kadar Karbon Kadar karbon tetap ditentukan berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-3730-1995 sebagai berikut : Kadar Karbon = 100% - Kadar Zat Terbang - Kadar Abu 7 Perhitungan Kandungan Karbon Penghitungan kandungan karbon untuk masing-masing sample serasah dapat diperoleh dengan mangalikan biomassa masing-masing sample serasah daun dengan prosentase kadar karbon terikat hasil analisis di Laboratorium. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : Wc = % Kadar Karbon x B Keterangan: Wc % Kadar Karbon B = Kandungan Karbon (gr, ml, kg, liter) = Kabar karbon hasil dari analisis laboratorium (%) = Biomassa serasah daun (gr, kg, ton) Perhitungan Besarnya Penyerapan CO2 Besarnya karbon dioksida (CO2) yang mampu diserap oleh tanaman dapat diperoleh dari perhitungan konversi kandungan unsur karbon terhadap besarnya serapan CO2, maka perhitungan dilakukan berdasarkan 1 juta metrik ton karbon ekivalen dengan 3.67 juta metrik ton CO2. Dengan demikian besarnya kemampuan tanaman (daun) dalam menyerap CO2 (Murdiyarso 1999).sehingga dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Wco2 = Wc x 3.67 Keterangan: Wco2 Wc 3.67 = Banyaknya CO2 yang diserap (ton) = Kandungan karbon pada serasah daun (ton/Ha) = Angka ekivalen/konversi unsur karbon (C) ke CO2 [masa atom C=12 dan O=16, CO2 = (1x12)+(2x16) = 44, konversinya = (44/12) = 3.67] Analisis Data Setelah pengambilan data di lapangan, data yang diperoleh kemudian dianalisis. Data-data yang dianalisis adalah produksi serasah dan penghitungan kadar karbon. Metode analisis data yang digunakan adalah : 1. Analisis deskriptif dan penyajian dalam bentuk gambar (histogram, diagram batang dan lain-lain). 2. Analisis perbedaan biomassa dan kadar karbon pada bagian-bagian pohon dilakukan analisis statistik dengan uji beda nilai tengah menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan Analysis of Varians (ANOVA) taraf signifikan 5% dan jika ada perbedaan nyata antar perlakuan diuji lanjut dengan uji Duncan. Adapun parameter yang diuji adalah: a. Perbedaan biomassa serasah pada setiap jenis pohon yaitu pada serasah daun. b. Perbedaan kadar karbon pada setiap jenis pohon yaitu pada serasah daun. Prosedur uji statistiknya adalah sebagai berikut : 1. Menentukan formulasi hipotesis H0 : semua jenis tidak berbeda nyata (tidak significant) 8 2. 3. 4. 5. H1 : minimal ada satu jenis yang berbeda nyata (significant) Menentukan taraf nyata Taraf nyata yang digunakan 5% (0,05) Menentukan kriteria pengujian Jika nilai probabiliti < alpha 5 % , maka tolak H0 Jika nilai probabiliti > alpha 5 %, maka terima H0 Menentukan nilai uji Rumus yang digunakan : Yij= μ+ Ti+εij Keterangan : Yij = Respon pada perlakuan ke-i ulangan ke-j μ = Rata-rata Umum Ti = Pengaruh perlakuan ke-i ij = Pengaruh galat percobaan Ɛ Menentukan kesimpulan Menyimpulkan H0 diterima atau ditolak. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada di Arboretum Arsitektur Lanskap (ARL). Kawasan studi merupakan bagian dari Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB). Arboretum ARL IPB memiliki luas ± 4 Ha, dengan batas fisik tapak terdiri dari batas timur dan batas utara. Jalan ramin IPB sebagai batas utara, dan jalan raya Bogor – Jasinga merupakan batas timur dari arboretm ARL. Secara administratif terletak di Desa Babakan, Kec. Darmaga, Kab. Bogor, Propinsi Jawa Barat. Letak geografis antara 06º31’- 06º45’ dan 106º30’ - 106º30’-106º45’ BT. Ketinggian tempat antara 145 – 400 m pdl (tergolong dataran rendah). Gambar 1 Peta wilayah penelitian 9 Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson, kawasan IPB Darmaga termasuk ke dalam kawasan beriklim tropis basah dengan curah hujan tipe A (Mulyani (1985) dalam Dewi (2011). Berdasarkan data yang diperoleh dari Stasiun Klimatologi Darmaga (2014), suhu rata–rata di kawasan IPB Darmaga selama penelitian 22.7 – 26.9ºC dengan curah hujan sedang (20 mm). Jenis Tanaman Hutan Kota yang Terpilih Di Lokasi Penelitian Arboretum Arsitektur Lanskap IPB merupakan salah satu bagian dari hutan kota yang terdapat di dalam Kampus IPB, yang mana didalamnya terdapat berbagai jenis vegetasi tanaman hutan kota. Adapun beberapa jenis tanaman hutan kota yang terdapat di Arboretum Arsitektur Lanskap IPB dan yang terpilih dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Dahu Sebaran tumbuh pohon dahu yaitu diseluruh Sumatra, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, NTT, Maluku (Buharman 2011). Pohon dahu yang tumbuh di Arboretum Arsitektur Lanskap IPB memiliki tinggi total 9.76 m dengan DBH sebesar 25.47 cm. Dracontomelon dao termasuk dalam katagori status konservasi IUCN Red List yaitu tergolong pada Vulnerable (VU). Gambar 2 Pohon dahu Menurut Lemmens (1995) mengklasifikasikan dahu sebagai berikut. Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas : Rosidae Ordo : Sapindales Famili : Anacardiaceae Genus : Dracontomelon Spesies : Dracontomelon dao Merr. 10 Sebagai kayu perdagangan, dahu dapat dijadikan hutan tanaman dan digunakan untuk tanaman agroforestri karena sifatnya yang tahan terhadap naungan serta dapat ditanam di kanan kiri jalan raya sebagai penyerap karbonioksida disekitar lingkungan perkotaan. a. Nangka Nangka merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari india dan menyebar ke daerah tropis termasuk Indonesia. Berdasarkan kajian biologi (morfologi) percabangan batang simpodial dengan warna hijau kotor. Tingginya bisa mencapai 20-30 m dengan diameter batang mencapai 80 cm. Daun berbentuk jorong, dengan daun-daun penumpu yang lebar. Pertulangan daun menyirip hingga menempel pada tepi daun (Craspedodromous). Pohon nangka yang tumbuh di Arboretum Arsitektur Lanskap IPB memeiliki tinggi total 7.33 m dengan DBH sebesar 24.47 cm. Gambar 3 Pohon nangka Menurut Bailey (1962) dalam Widyastuti (1993) mengklasifikasikan nagka sebagai berikut : Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas : Dilleniidae Ordo : Urticales Famili : Moraceae Genus : Artocarpus Spesies : Artocarpus heterophyllus Lamk. Menurut Widyastuti (1993) beberapa kerabat dekat nangka yang benilai ekonomi dan termasuk dalam famili yang sama yaitu cempedak (Artocarpus champeden), sukun (Artocarpus insica), dan kluwih (Artocarpus communis). Cempedak merupakan spesies yang paling dekat hubungannya dengan nangka. 11 b. Merbau Merbau merupakan nama yang paling umum digunakan untuk genus Intsia spp., yang terdiri dari tiga spesies yang terpisah – Intsia bijuga, Intsia palembanica, dan Intsia retusa. Merbau juga dikenal dengan nama “kwila” di Papua New Guinea, “ipil” di Filipina, dan “kayu besi” di Malaysia Barat. Pohon merbau tumbuh tegak, lurus, dapat mencapai tinggi 50 meter dengan tinggi bebas cabang mencapai 20 meter dan diameter batang 160 cm bahkan ada yang mencapai 250 cm. Batang berbanir dengan warna kulit luar kelabu coklat dan beralur dangkal. Daunnya tersusun majemuk terdiri dari 4 sampai 6 anak daun berbentuk bundar atau bulat telur. Gambar 4 Pohon merbau Menurut Lemmens (1995) mengklasifikasikan trembesi sebagai berikut : Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas : Rosidae Ordo : Fabales Famili : Fabaceae (suku polong-polongan) Genus : Intsia Spesies : Intsia bijuga (Colebr.) O. Kuntze. Menurut Newman et all (2005) pohon merbau tumbuh di hutan hujan tropis dataran rendah, dan sering kali ditemukan di daerah pesisir yang berbatasan dengan rawa bakau, sungai dan dataran sedimentasi (floodplain). Penyebaran merbau meliputi wilayah Asia Tenggara sampai Filipina dan Papua New Guinea, dan beberapa pulau di Pasifik. Namun, akibat eksploitasi besarbesaran tegakan komersial yang tersisa hanya didapati di tiga negara saja Intsia bijuga di Papua New Guinea dan Indonesia, dan Intsia palembanica di Indonesia dan Malaysia. Indonesia sendiri, merbau hanya ditemukan di Propinsi Papua dan sebagian Sumatera. Sebagian besar kayu merbau yang diperdagangkan di dunia berasal dari pulau Papua New Guinea ini. Menurut International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) merbau digolongkan sebagai spesies yang rentan terancam kepunahan 12 (vulnerable), sedangkan berdasarkan Convention on International Trade in Endangered Species (CITES) pada tahun 1992 termasuk dalam Appendix II. c. Trembesi Trembesi atau pohon ki hujan, merupakan tanaman pelindung yang mempunyai banyak manfaat. Trembesi merupakan jenis pohon yang memiliki kemampuan menyerap karbondioksida dari udara yang sangat besar. Pohon ini mampu menyerap 28.488,39 kg CO2/pohon setiap tahunnya. Selain tanaman peneduh, trembesi memiliki kegunaan lainnya. Daun trembesi dapat digunakan untuk obat tradisional antara lain demam, diare, sakit kepala, dan sakit perut (Duke (1983) dalam Nuroniah dan Kosasih (2010)) . Gambar 5 Pohon trembesi Menurut Staples dan Elevitch (2006) mengklasifikasikan taksonomi tumbuhan trembesi sebagai berikut : Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua/dikotil) Sub Kelas : Rosidae Ordo : Fabales Famili : Fabaceae (alt. Mimosaceae) Genus : Samanea Spesies : Samanea saman (Jacq.) Merr. Trembesi dapat mencapai tinggi maksimum 15-25 m. Diameter setinggi dada mencapai 1-2 m. Trembesi memiliki kanopi yang dapat mencapai diameter 30 m. Trembesi membentuk kanopi berbentuk payung, dengan penyebaran horisontal kanopi yang lebih besar dibandingkan tinggi pohon jika ditanam di tempat yang terbuka (Nuroniah dan Kosasih 2010). Pohon trembesi yang tumbuh di Arboretum Arsitektur Lanskap IPB memiliki tinggi total 13,85 m dengan DBH sebesar 54,14 m. 13 d. Kayu manis Tanaman kayu manis merupakan jenis tanaman berumur panjang yang menghasilkan kulit. Kulit ini di Indonesia diberi nama kayu manis dan termasuk dalam jenis rempah-rempah. Gambar 6 Pohon kayu manis Menurut Albert (1985) dalam Rismunandar (2001) mengklasifikasikan kayu manis sebagai berikut : Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Divisi : Gymnospermae Subdivisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledonae Sub kelas : Dialypetalae Ordo : Policarpicae Famili : Lauraceae Genus : Cinnamomum Spesies : Cinnamomum zeylanicum Blume. Pohon tinggi bisa mencapai 15 meter, batang berkayu dan bercabangcabang, daun tunggal lanset warna daun muda merah pucat setelah tua berwarna hijau, perbungaan bentuk malai tumbuh diketiak daun buah muda berwarna hijau, dan setelah tua berwarna hitam, akar tunggang (Rismunandar 2001). Pohon kayu manis yang tumbuh di arboretum arsitektur lanskap memeiliki tinggi total 8.96 m dengan DBH sebesar 18.15 cm. e. Simpur Secara umum kayu simpur tidak dapat digunakan untuk bahan bangunan. Pohon simpur yang tumbuh di Arboretum Arsitektur Lanskap IPB memiliki tinggi total 10.59 dengan DBH sebesar 26.43. 14 Gambar 7 Pohon simpur Menurut Lemmens (1995) mengklasifikasikan simpur sebagai berikut : Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas : Dilleniidae Ordo : Dilleniales Famili : Dilleniaceae (suku simpur-simpuran) Genus : Dillenia Spesies : Dillenia indica L. Menurut Roberto (2012) menyatakan bahwa simpur merupakan jenis tanaman yang dapat tumbuh di lahan bekas penambangan emas, tetapi belum diketahui seberapa besar toleransi tanaman tersebut terhadap merkuri. f. Ki Putri Jenis pohon Podocarpus neriifolius merupakan spesies konifer yang termasuk famili Podocarpaceae. Sebaran tanaman ini dapat ditemukan di India, Nepal, Cina, Indonesia, Malaysia, Brunei, Thiland, Vietnam, Laos, Kamboja, Myanmar, Filipina, Papua Nugini, Fiji, dan Kepulauan Solomon. Pohon dapat berukuran kecil hingga besar yang tingginya mencapai 40 m, kadang-kadang lebih,diameternya sampai 70 cm, tidak berbanir ataukalau ada kecil. Batangnya tegak, sering berlekuk,dengan kulit luar yang tipis, halus sampai bersisik atau beralur dan berwarna coklatkeabu-abuan. Daunnya tunggal, berbentuk lanset yang sempit sampai lebar. Pohon ki putri yang tumbuh di Arboretum Arsitektur Lanskap IPB memiliki tinggi total 4.52 m dengan DBH 17.51cm. 15 Gambar 8 Pohon ki putri Menurut Lemmens (1995) mengklasifikasikan ki putri sebagai berikut : Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Coniferophyta Kelas : Pinopsida Ordo : Pinales Famili : Podocarpaceae Genus : Podocarpus Spesies : Podocarpus neriifolius D. Don Seringkali tumbuhan ini digunakan sebagai tanaman hias dan baik sebagai tanaman pagar pekarangan. Biomassa Serasah Daun Beberapa Jenis Tanaman Hutan Kota Biomassa merupakan jumlah total dari bahan organik yang hidup di atas tanah pada pohon termasuk daun, ranting, cabang batang utama dan kulit yang dinyatakan dalam berat kering oven ton per unit area (Brown 1997 dalam Kusumadewi 2012). Sedangkan menurut Chapman (1976) dalam Widyasari (2010) menyatakan bahwa biomassa adalah berat bahan organik suatu organisme per satuan unit area pada suatu saat, berat bahan organik umumnya dinyatakan dengan satuan berat (dry weight) atau kadang-kadang dalam berat kering bebas abu (ash free dry weight). Kandungan biomassa pohon merupakan penjumlahan dari kandungan biomassa tiap organ pohon yang merupakan gambaran total material organik hasil dari fotosintesis. Melalui proses fotosintesis, CO2 di udara diserap oleh tanaman dengan bantuan sinar matahari kemudian diubah menjadi karbohidrat, selanjutnya didistribusikan ke seluruh tubuh tanaman dan ditimbun dalam bentuk daun, batang, cabang, buah dan bunga (Hairiah dan Rahayu 2007). 16 Biomassa yang dihitung pada penelitian ini merupakan bahan oraganik yang hidup di atas tanah pada pohon berupa serasah daun dari setiap jenis tanaman hutan kota. Biomassa serasah tersebut diperoleh dari hasil penampung serasah daun menggunakan litter trap pada setiap minggunya. Serasah daun dioven terlebih dahulu untuk mengetahui biomassa yang dinyatakan dalam berat kering oven gr per unit area kemudian dikonversi kedalam satuan ton/ha/th. Hasil pengukuran biomassa serasah daun dari setiap jenis tanaman hutan kota dapat dilihat pada Tabel 2. Jenis Dahu Nangka Merbau Trembesi Kayu manis Simpur Ki putri Tabel 2 Biomassa serasah daun Rataan (gr/m2/minggu) Rataan (ton/ha/th) 3.14 5.17 9.16 10.88 3.76 8.38 1.44 1.63 2.68 4.76 5.66 1.96 4.36 0.75 Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian, diketahui bahwa yang memiliki nilai biomassa serasah daun tertinggi dari tujuh jenis tanaman hutan kota di arboretum arsitektur lanskap adalah trembesi dan merbau. Biomassa trembesi sebesar 5.661 ton/ha/th dan merbau sebesar 4.766 ton/ha/th. Trembesi dan merbau memiliki biomassa tertinggi dari jenis serasah daun yang diteliti. Hal ini dikarenakan persen kadar air rata–rata pada serasah daun trembesi sebesar 307.221%, dan merbau mengandung 138.054% kadar air. Semakin tinggi persen kadar air yang terkandung pada bahan organik maka nilai biomassanya semakin tinggi. Menurut Widyasari (2010) bahwa besarnya kandungan kadar air pada setiap bagian pohon (batang, cabang, ranting dan daun) dapat mempengaruhi secara langsung terhadap potensi biomassa atau berat kering setiap bagian pohon disamping berat basahnya. Bagian daun memiliki nilai kadar air yang paling besar karena pada bagian ini, kandungan bahan penyusun kayu seperti selulosa, hemiselulosa dan lignin rendah sehingga pada rongga sel yang kosong banyak terisi air. Selain itu, daun memiliki jumlah stomata yang lebih banyak daripada lenti sel yang terdapat pada batang yang menyebabkan banyaknya air dari lingkungan yang diserap oleh daun sehingga rongga yang ada pada daun akan banyak terisi air. Data biomassa serasah daun dianalisis berdasarkan uji statistik melelaui uji annova. Hasil uji statistik dilanjutkan ke uji duncan yang digambarkan pada grafik, grafik tersebut dapat dilihat pada Gambar 8. 17 Rataan Biomassa Serasah Daun (ton/ha/th) 9 8 A A 7 AB 6 5 4 BC CD 3 CD 2 D 1 0 Trembesi Merbau Sempur Nangka Kayumani Dahu KiPutri Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama, tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan α 0.05 Gambar 9 Grafik biomassa serasah daun tanaman hutan kota Hasil pengamatan rata–rata total biomassa serasah daun pada masingmasing jenis tanaman hutan kota disajikan pada Tabel 2 dan Gambar 1. Berdasarkan hasil uji statistik melalui Rancangan Acak Lengkap (RAL) annova diperoleh F-hitung 9.12 atau nilai prob(0.0001)<alpha 5% maka tolak H0 artinya minimal ada satu jenis yang memberikan biomassa serasah yang berbeda. Karena hasil berbeda nyata (significant) maka lakukan uji lanjut Duncan. Melalui hasil analisis uji jarak berganda Duncan diketahui bahwa jenis trembesi dan merbau memiliki biomassa lebih tinggi dan berbeda nyata dibanding dengan biomassa pada jenis dahu, ki putri, kayu manis, nangka, simpur. Kadar Zat Terbang, Abu dan Karbon Kadar zat terbang merupakan kandungan zat-zat yang mudah menguap atau hilang pada suhu pemanasan 950ºC yang tersusun dari senyawa alifatik, terfana dan fenolik (Purwitasari 2011). Kadar abu adalah kadar oksida logam yang tersisa pada pemanasan tinggi, yang terdiri dari mineral-mineral terikat kuat pada arang seperti kalsium, kalium dan magnesium. Abu adalah sisa dari pembakaran bahan yang mengandung bahan-bahan anorganik. Daun memiliki kadar abu terbesar karena daun mengandung lebih banyak bahan anorganik dibanding bagian pohon yang lain. Menurut Sudarja (2007) Kadar karbon adalah fraksi karbon dalam arang selain fraksi abu, zat mudah menguap dan air. Setiap jenis tanaman hutan kota memiliki kadar zat terbang dan kadar abu yang berbeda- beda pada setiap daun, cabang, ranting dan batang pohon. Rata – rata kadar zat terbang pada serasah daun jenis tanaman hutan kota disajikan pada Tabel 3. 18 Jenis % ZT % Abu %C Tabel 3 Kadar zat terbang dan kadar abu pada serasah daun Dahu Nangka Merbau Trembesi Kayu Simpur manis 66.46 64.03 63.38 76.63 72.19 66.15 7.86 11.32 11.57 3.31 7.77 8.99 25.68 21.50 25.03 20.06 20.03 24.85 Ki putri 70.80 5.05 24.14 Keterangan : % ZT : % Zat Terbang % C : % Karbon Berdasarkan hasil analisis laboratorium yang disajikan pada Tabel 3, kadar zat terbang rata-rata terbesar terdapat pada sampel ± 2 gr serasah daun jenis trembesi yaitu 76.63% sedangkan kadar zat terbang rata–rata terkecil terdapat pada jenis kayu manis yaitu 72.19%. Kadar abu rata–rata yang terkandung pada serasah daun tertinggi terdapat pada jenis merbau sebesar 11.574%, sedangkan trembesi memiliki kadar abu yang rendah yaitu 3.31%. Menurut Widyasari (2010) bahwa besarnya kadar karbon ditentukan oleh besarnya nilai kadar abu dan kadar zat terbang dimana semakin besar kandungan kadar zat terbang dan kadar abu maka makin rendah kadar karbon yang ada dalam serasah daun tersebut. Nilai kadar karbon pada trembesi yaitu 20.06% dan pada kayu manis sebesar 20.03%. Perbedaan nilai kadar zat terbang, abu dan karbon dipengaruhi oleh sifat dari masing–masing jenis serasah daun. Akan tetapi dengan adanya pengaruh jumlah biomassa yang tinggi pada serasah daun trembesi dan merbau menyebabkan nilai kandungan karbon yang tinggi diantara tujuh jenis tanaman hutan kota yang diteliti Kandungan Karbon pada Serasah Daun Jaringan tumbuhan bervariasi kandungan karbonnya. Batang dan buah mempunyai lebih banyak karbon per satuan beratnya dibanding dengan daun, tetapi tumbuhan umumnya mempunyai beberapa jaringan yang banyak karbon dan beberapa jaringan lagi sedikit karbon, dengan konsentrasi karbon rata-rata sekitar 45-50% yang telah diterima secara umum (Chan 1982 dalam Widyasari 2010). Hasil analisis dari laboratorium terkait kandungan karbon terikat pada daun dari setiap jenis tanaman hutan kota dapat dilihat pada Tabel 4. Jenis Dahu Nangka Merbau Trembesi Kayu manis Simpur Ki putri Tabel 4 Kandungan karbon pada serasah daun Rataan Rataan 2 (gr/m /minggu) (ton/ha/th) 0.81 0.43 1.27 0.58 2.22 1.11 2.27 1.29 0.69 0.39 1.83 0.91 0.35 0.18 19 Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian, diketahui bahwa tanaman yang memiliki kandungan karbon terikat pada serasah daun tertinggi dari tujuh jenis tanaman hutan kota di arboretum arsitektur lanskap adalah; trembesi dan merbau. Kandungan karbon terikat trembesi sebesar 1.294 ton/ha/th dan merbau sebesar 1.111 ton/ha/th. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian kandungan karbon terikat yang ditunjukkan oleh masing-masing serasah daun menunjukkan kemampuan tumbuhan sebagai penampungan CO2 dari atmosfir setelah melalui proses fotosintesis dan respirasi. Menurut Novita (2010) bahwa tumbuhan merupakan satu-satunya mahluk hidup yang memiliki kemampuan untuk mengiksat gas CO2 di udara secara enzimatik oleh akseptor berkarbon 5 (RuBp/Ribulosa-1,5-Bifosfat) dalam suatu proses pembentukan karbon pada siklus Calvin dalam proses fotosintesis. Pada proses respirasi, hasil proses fotosintesis akan dioksidasi melalui tahapan glikolisis, lintasan pentose dan fosfat oksidatif. Data kandungan karbon terikat pada serasah daun dianalisis berdasarkan uji statistik melaui uji annova. Hasil uji statistik dilanjutkan ke uji duncan yang digambarkan pada grafik, grafik tersebut dapat dilihat pada Gambar 9. 2,5 Rataan Kandungan Karbon (ton/ha/th) A 2 A 1,5 AB BC 1 CD CD 0,5 D 0 Trembesi Merbau Sempur Nangka Dahu Kayumanis KiPutri Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama, tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan α 0.05 Gambar 10 Grafik kandungan karbon pada serasah daun Hasil pengamatan rata–rata karbon terikat serasah daun pada masing masing jenis tanaman hutan kota disajikan pada Tabel 3 dan Gambar 2. Berdasarkan hasil uji statistik melalui Rancangan Acak Lengkap (RAL) annova diperoleh F-hitung 9.22 atau nilai prob (0.0001)<alpha 5% maka tolak Ho artinya minimal ada satu jenis yang memberikan kandungan karbon yang berbeda. Karena hasil (berbeda nyata) significant maka lakukan uji lanjut Duncan. Melalui hasil analisis uji jarak berganda Duncan diketahui bahwa jenis trembesi dan merbau memiliki karbon terikat lebih tinggi dan berbeda nyata dibanding dengan karbon terikat pada jenis dahu, ki putri, kayu manis, nangka, simpur. 20 Hubungan Biomassa Serasah dengan Karbon Terikat pada Serasah Daun Jenis Tanaman Hutan Kota Nilai biomassa dan kandungan karbon terikat pada serasah daun jenis tanaman hutan kota memiliki hubungan yang berbading lurus. Nilai tersebut disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Biomassa dan kandungan karbon terikat pada serasah daun Jenis Rataan Biomassa (ton/ha/th) Rataan Karbon Terikat (ton/ha/th) 1.63 2.68 4.76 5.66 1.96 4.36 0.75 0.43 0.58 1.11 1.29 0.39 0.91 0.18 Dahu Nangka Merbau Trembesi Kayu manis Simpur Ki putri Berdasarkan data nilai biomassa dan kandungan karbon terikat pada serasah daun setiap jenis tanaman hutan kota bahwa nilai keduannya memiliki hubungan yang berbanding lurus, maka dialakukan analisis uji statistik melalui uji korelasi yang disajikan pada Gambar 10. 3,0 KARBONTERIKAT 2,5 2,0 1,5 1,0 0,5 0,0 0 2 4 6 BIOMASSA 8 10 12 Gambar 11 Grafik hubungan biomassa dengan karbon terikat Berdasarkan Gambar 10 dilihat bahwa karbon terikat berbanding lurus dengan biomassa serasah daun karena berada pada satu garis regresi. Berdasarkan hasil uji korelasi diperoleh p-value(0.000)<alpha 5% maka tolak H0 artinya terdapat korelasi yang significant antara biomassa dengan karbon terikat. Besar koefisien korelasi sebesar 0.949 mendekati 1, sehingga terdapat hubungan sangat 21 kuat dan positif, ketika terjadi peningkatan biomassa maka akan terjadi peningkatan karbon terikat pada serasah daun. Hal ini serupa dengan penelitian Kusumadewi (2012) bahwa hubungan antara biomassa dengan kandungan karbon adalah linear positif, dimana kandungan karbon meningkat secara linear seiring dengan meningkatnya biomassa. Serapan CO2 pada Serasah Daun Beberapa Jenis Tanaman Hutan Kota Potensi Hutan Kota dalam menyerap CO2 dari atmosfer bervariasi menurut jenis, tingkat umur, dan keraptan tanaman (Heriansyah 2005). Pada penelitian ini hanya akan dibahas besarnya CO2 yang mampu diserap oleh serasah daun dari beberapa jenis tanaman hutan kota di Arboretum Arsitektur Lanskap IPB, Bogor. Besarnya nilai serapan CO2 pada beberapa jenis tanaman hutan kota dapat dilihat pada Tabel 6. Jenis Dahu Nangka Merbau Trembesi Kayu manis Simpur Ki putri Tabel 6 Serapan CO2 pada serasah daun Rataan (gr/m2/minggu) 2.97 4.67 8.10 8.35 2.55 6.70 1.27 Rataan (ton/ha/th) 1.56 2.14 4.07 4.75 1.45 3.35 0.67 Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa serasah trembesi dan merbau memiliki kemampuan tertinggi dalam menyerap CO2 yang ada di atmosfer adalah sebesar 4.749 dan 4.077 ton/ha/th. Menurut Dahlan (2007) bahwa pohon trembesi, merbau, dan nagka memiliki kemampuan menyerap karbondioksida dan menyerap air tanah yang kuat, dalam setahun tanaman tersebut dapat menyerap 28.488.39 kg/tahun karbondioksida, merbau 19.25 kg/tahun dan nangka 126.51 kg/tahun. Jumlah C yang tersimpan dalam tubuh tanaman hidup (biomassa) pada suatu lahan menggambarkan banyaknya CO2 di atmosfer yang diserap oleh tanaman (C-sequestration). Pemanfaatan Serasah Daun Jenis Tanaman Hutan Kota yang memiliki Kandungan Karbon Terikat Tertinggi Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa tanaman trembesi dan merbau merupakan jenis tanaman hutan kota yang memiliki kandungan karbon terikat dan kemampuan menyerap CO2 tertinggi dari tujuh jenis tanaman hutan kota yang diteliti. Sehingga salah satu cara yang paling efektif untuk memperkecil laju peningkatan karbon adalah dengan melakukan pembangunan hutan kota 22 (penanaman) yang didalamnya ditanami oleh beberapa jenis tanaman seperti trembesi dan merbau. Cadangan karbon dalam hutan kota tersebut dapat berbentuk batang pohon yang berdiri di hutan kota, cabang dan ranting, serasah dan sampah yang tidak dibakar, bunga dan buah yang diawetkan, dan lain sebagainya. Batang kayu menjadi sumber cadangan karbon terbesar. Batang kayu yang tetap dipertahankan dalam bentuk aslinya misalnya diberikan bahan pengawet atau dibuat bahan arsitektur, akan menjadi cadangan karbon yang tidak berbahaya berbeda jika batang kayu tersebut sudah terdekomposisi dan menjadi gas CO2 yang berbahaya. Cabang dan ranting pohon jika tidak terdekomposisi juga akan menjadi cadangan karbon. Begitu pula serasah dan dedaunan tumbuhan, jika terawetkan akan menjadi cadangan karbon. Selain untuk menurunkan laju peningkatan karbon, pembuatan hutan kota dengan tanaman yang didalamnya ditanami trembesi dan merbau juga dapat berperan sebagai pengelolaan untuk mengkonservasi karbon. Pengelolaan yang dimaksud adalah dengan cara memanfaatkan kembali kandungan karbon yang terdapat pada serasah daun, ranting dan cabang sebagai pupuk, kompos dan arang. Pemanfaatan kembali kandungan karbon yang terdapat pada serasah bertujuan untuk menghindari terjadinya pelepasan karbon kembali yang nantinya menjadi emisi karbon. Karena terbentuknya emisi karbon umumnya disebabkan oleh perubahan wujud dari cadangan karbon yang tersimpan pada permukaan tanah sebagai biomassa tanaman, sisa tanaman yang sudah mati (nekromassa) maupun dalam tanah menjadi bahan organik tanah. Perubahan wujud karbon ini kemudian menjadi dasar untuk menghitung emisi, dimana sebagian besar unsur karbon (C) yang terurai ke udara biasanya terikat dengan O2 (oksigen) dan menjadi CO2 (karbon dioksida). Itulah sebabnya ketika satu hektar hutan menghilang (pohon-pohonnya mati), maka biomasa pohon-pohon tersebut cepat atau lambat akan terurai dan unsur karbonnya terikat ke udara menjadi emisi. Ketika satu lahan kosong ditanami tumbuhan, maka akan terjadi proses pengikatan unsur C dari udara kembali menjadi biomasa tanaman secara bertahap ketika tanaman tersebut tumbuh besar (sekuestrasi) (Kauffman dan Donato, 2012). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Biomassa serasah daun tertinggi dari tujuh jenis tanaman hutan kota di arboretum arsitektur lanskap adalah; trembesi dan merbau. Biomassa trembesi sebesar 5.661 ton/ha/th dan merbau sebesar 4.766 ton/ha/th. 2. Kandungan karbon pada serasah daun tertinggi dari tujuh jenis tanaman hutan kota di arboretum arsitektur lanskap adalah; trembesi dan merbau. Kandungan karbon trembesi sebesar 1.294 ton/ha/th dan merbau sebesar 1.111 ton/ha/th. 3. Terdapat korelasi yang significant antara biomassa dengan kandungan karbon. Besar koefisien korelasi sebesar 0.949 mendekati 1, sehingga 23 terdapat hubungan sangat kuat dan positif, ketika terjadi peningkatan biomassa maka akan terjadi peningkatan kandunagn karbon pada serasah daun. 4. Jenis serasah daun dari pohon trembesi dan merbau yang memiliki kemampuan tertinggi dalam menyerap CO2 yang ada di atmosfer adalah sebesar 4.749 dan 4.077 ton/ha/th. 5. Pembangunan hutan kota dengan menanam jenis trembesi dan merbau merupakan salah satu alternatif mengurangi meningkatnya emisi karbon. Pemanfaatan kembali kandungan karbon yang terdapat pada serasah berupa pembuatan pupuk, arang bertujuan untuk menghindari terjadinya pelepasan karbon kembali yang nantinya menjadi emisi karbon. Saran Pengukuran kandungan karbon pada jenis tanaman hutan kota yang ada di Arboretum Arsitektur Lanskap dalam penelitian ini hanya difokuskan pada serasah daun saja, sedangkan tegakan pohon berdiri yang meliputi meliputi cabang, ranting,batang, tumbuhan bawah dan tanah tidak diukur potensi kandungan karbonnya. Komponen–komponen tersebut memiliki potensi masa karbon yang besar. Oleh karena itu perlu adanya penelitian mengenai potensi kandungan karbon pada tegakan pohon berdiri yang meliputi cabang, ranting,batang, tumbuhan bawah dan tanah. DAFTAR PUSTAKA Arief A. 2005. Hutan dan Kehutanan. Yogyakarta (ID): Kanisius Pr. Buharman, Djm’an DF, Widyani N, Sudradjat S. 2011. Atlas Benih Tanamn Hutan Indonesia Jilid II. Bogor (ID): Balai Penelitian Teknologi Perbenih Tanaman Hutan Bogor Pr. Brown S. 1997. Estimating Biomass and Biomass Change of Tropical Forest A Primer. USA: FAO. Forestry Paper. 134:10 – 13. Dahlan E. 2010. Trembesi Dahulunya Asing Namun Sekarang Tidak Lagi. Bogor (ID): IPB Pr. Dewi K. 2011. Evaluasi tanaman tepi jalan di kampus IPB Darmaga [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Fakuara Y. 1987. Hutan Kota Ditinjau dari Aspek Nasional. Seminar Hutan Kota DKI Jakarta. Hairiah K, Rahayu S. 2007. Pengukuran Karbon Tersimpan di Berbagai Macam Penggunaan Lahan. World Agroforestry Centre. ICRAF Southeast Asia Regional Office. Bogor. Haygreen JG, Bowyer JL. 1989. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu, Suatu Pengantar. Hadikusumo SA. Penerjemah; prawirohatmodjo S, Editor. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada Pr. 24 Heriansyah I. 2005. Potensi Hutan Tanaman Industri dalam Mensequester Karbon. Jurnal Online. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor. Kauffman JB, Donato DC. 2012. Protocols For The Measurement, Monitoring And Reporting Of Structure, Biomass And Carbon Stocks In Mangrove Forests. Working Paper 86. CIFOR, Bogor, Indonesia. Kurniasari S. 2009. Produktivitas Serasah dan Laju Dekomposisi di Kebun Campur Senjoyo Semarang Jawa Tengah serta Uji Laboratorium Anakan Mahoni (Swietenia Macrophylla King) pada Beragam Dosis Kompos yang Dicampur Em4. [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Kusumadewi F. 2012. Analisis Karbon Terikat Di Atas Permukaan Tanah Pada Tegakan Pohon Mahoni Dan Jati Di Lahan Reklamasi Bekas Tambang Pasir Gumulung Tonggoh, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Lemmens RHMJ, Soerianegara I, Wong WC. 1995. Plant Resource of South-East Asia No. 5 (2). Timber Trees: Minor Commercial. Prosea Foundation. Bogor. Indonesia Murdiyarso D, Noordwijk M, Juyanto A. 1999. Modeling Global Change Impacts on the Soil Environment. IC-SEA Repert No. 6 BIOTROP – GTCE/ Impacts Centre for Southeast Asia (IC-SEA). Bogor. Murdiyarso D. 1999. Perlindungan Atmosfer Melalui Perdagangan Karbon : Paradigma Baru dalam Sektor Kehutanan. Orasi Ilmiah Guru Besar tetap Ilmu Atmosfer. Fakultas MIPA IPB. Bogor. Novita N. 2010. Potensi karbon terikat di atas permukaan tanah pada hutan gambut bekas tebangan di Merang Sumatera Selatan [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Newman J, Lawson S. 2005. The Last Frontier. Telapak, penerjemah; Valentinus A, Currey D, Doherry F, Hapsoro, Gunawan H, Minangsari M, Shah P, Gregg J, Ridzki R, Frey V, dkk, editor. Bogor (ID): Penerbit Telapak. Terjemahan dari : EIA UK. Nuroniah HS, Kosasih AS. 2010. Mengenal Jenis Trembesi (Samanea saman (Jacquin). Merrill) sebagai Pohon Peneduh. Jurnal Mitra Hutan Tanaman. 5 (1):1-5. Purwitasari H. 2011. Model persamaan alometrik biomassa dan massa karbon pohon (studi kasus pada HTI akasia mangium di BKPH Parung Panjang, KPH Bogor, perum perhutani unit III, Jawa Barat dan Banten) [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. [Kemenhut] Kementerian Kehutanan. 2009. Peraturan Menteri Kehutanan RI. tentang Tata Cara Pengurangan Emisi dari Deforestrasi dan Degredasi Hutan (REDD). Jakarta (ID): Kemenhut. Rismunandar, Paimin, FB. 2001. Kayu manis budidaya dan pengolahan Edisi Revisi. Jakarta (ID): Penebar Swadaya Pr. Roberto R. 2012. Studi tumbuhan pionir pada lahan bekas penambangan emas tanpa izin (PETI) Di Cagar Alam Mandor, Kecamatan Mandor Kabupaten Landak [skripsi]. Pontianak (ID): Universitas Tanjungpura Pontianak. Sudarja, Diharjo K, Sutapa JP. 2007. Pengelolaan limbah industri sawit sebagai bahan bakar alternatif. Ilmiah Semesta Teknika. 10 (1):69 – 81. 25 Soemarto O. 2001. Ekologi Lingkunganidup dan Pembangunan. Jakarta (ID): Djambatan Pr. Suhendang E. 2002. Pengantar Ilmu Kehutanan. Bogor (ID): IPB Pr. Sutapa JPG, Irawati D. 2006. Petunjuk Praktikum Energi Biomassa. Laboratorium Energi Biomassa Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fahutan. Yogyakarta (ID): Universitas Gadjah Mada. Staples GW, Elevitch CR. 2006. Samanea saman (rain tree). Di akses pada tanggal 18 Maret 2014. http://www.agroforesty.net/ read/rain tree. Widyasari NAE, Saharjo BH, Solichin, Istomo. 2010. Pendugaan biomassa dan potensi karbon terikat di atas permukaan tanah pada hutan rawa gambut bekas terbakar di Sumatra selatan. Ilmu Pertanian Indonesia. 15(1):41-49. Widyastuti YE. 1993. Nangka dan Cempedak (Ragam Jenis dan Pembudidayaan). Jakarta (ID): Penebar Swadaya Pr. 26 Lampiran 1 Biomassa serasah daun Pengamatan (gr/m2/minggu) Jenis I Dahu Nangka Merbau Trembesi Kayu manis Simpur Ki putri 5.16 4.36 23.41 8.60 2.84 8.78 3.70 II 3.48 6.17 11.56 8.30 6.12 4.47 0.65 III 2,12 5.05 3.95 12.46 3.82 10.15 1.23 IV 3.41 4.70 7.04 16.42 4.02 10.94 1.29 V 1.59 3.08 9.96 11.48 1.35 9.10 1.23 VI 3.10 4.24 4.48 7.03 2.07 7.03 0.85 VII 3.11 8.56 3.74 11.89 6.12 8.17 1.14 Rataan (gr/m2/minggu) Rataan (ton/ha/th) 3.14 5.17 9.16 10.88 3.76 8.38 1.44 1.63 2.68 4.76 5.66 1.96 4.36 0.75 Lampiran 2 Kandungan karbon serasah daun Pengamatan (gr/m2/minggu) Jenis Rataan (gr/m2/minggu) Rataan (ton/ha/th) 0.81 0.43 Dahu I 1.33 II 0.89 III 0.53 IV 0.95 V 0.42 VI 0.77 VII 0.75 Nangka 1.08 1.43 1.22 1.17 0.77 1.07 2.16 1.27 0.58 Merbau 1.87 1.56 1.55 3.42 2.23 1.31 2.64 2.21 1.11 Trembesi 5.83 2.84 2.84 1.74 2.39 1.13 0.99 2.27 1.29 Kayu manis 0.65 1.29 0.92 0.93 0.31 0.47 0.25 0.68 0.39 Simpur 1.95 1.08 2.56 0.93 2.12 1.87 2.26 1.83 0.91 Ki putri 0.86 0.15 0.29 0.32 0.30 0.20 0.31 0.35 0.18 27 Lampiran 3 Kadar air serasah daun Jenis Dahu I 225.33 II 209.91 III 84.96 Nangka 407.98 324.98 84.24 Merbau 159.34 125.94 Trembesi 419.75 Kayu manis Kadar air (%) IV 105.98 Rataan (%) V 285.53 VI 453.86 VII 134.16 214.25 274.73 536.01 485.83 149.88 323.38 75.67 111.49 163.29 226.37 104.26 138.05 408.97 67.93 244.65 365.07 533.30 110.84 307.22 125.39 225.62 77.02 285.59 226.88 326.53 120.02 198.15 Simpur 234.51 210.67 64.13 158.85 308.89 309.82 112.21 199.87 Ki putri 201.83 113.65 43.15 309.67 361.78 368.51 172.19 224.40 Lampiran 4 Rata - rata kadar zat terbang, abu dan karbon Jenis Dahu Nangka Merbau Trembesi Kayu manis Simpur Ki putri % ZT 66.46 64.03 63.38 76.63 72.19 66.15 70.80 % Abu 7.86 11.32 11.57 3.31 7.77 8.99 5.05 % Karbon 25.68 21.50 25.03 20.06 20.03 24.85 24.14 27 28 Lampiran 5 Prosedur Annova dan uji lanjut duncan biomasaa serasah daun Kelas Informasi Kelas Tingkat Nilai Dahu Kayumanis KiPutri Merbau Nangka Sempur Trembesi Tingkat Sample 7 Jumlah Observasi Baca Jumlah Observasi Digunakan 49 49 Dependen Variabel respon1 Sumber Contoh Error Total DF 6 42 48 Jumlah Kuadrat 1.48286984 1.13860386 2.62147370 R-Square 0.565663 Mean Square 0.24714497 0.02710962 Coeff Var 3.428519 Nilai F 9.12 Root MSE 0.164650 Pr > F <.0001 respon1 Mean 4.802365 R-square 56,56% artinya keragaman yang mampu dijelaskan oleh model sebesar 56,83% sedangkan sisanya 34.28% dijelaskan oleh faktor lain diluar model. Tingkat sampel respon1 N Dahu Kayu manis KiPutri Merbau Nangka Sempur Trembesi Mean 1.63406286 1.95787429 0.75036000 4.76587429 2.68672114 4.35767429 5.66086857 7 7 7 7 7 7 7 Std Dev 0.58946344 0.96534212 0.53284990 3.63061280 0.91481126 1.11251540 1.66126116 Rentang Uji Duncan Respon 1 0.05 42 0.02711 Alpha Derajat Kesalahan bebas Mean Square Error Jumlah Rentang Kritis 2 .1776 3 .1868 4 .1928 5 .1971 6 .2004 7 .2030 29 Lampiran 5 Prosedur Annova dan uji lanjut duncan biomasaa serasah daun (lanjutan) Pengelompokan Duncan A A B A B C D C D C D Berarti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata Mean N 5.6609 7 4.7659 7 4.3577 7 2.6867 7 1.9579 7 1.6341 7 0.7504 7 Sampel Trembesi Merbau Sempur Nangka Kayumani Dahu KiPutri Note : jika subscript terdapat huruf yang sama maka tidak berbeda nyata. Lampiran 6 Prosedur ANNOVA dan Uji lanjut duncan kandungan karbon Kelas Tingkat Sample 7 Informasi Kelas Tingkat Nilai Dahu Kayumanis KiPutri Merbau Nangka Sempur Trembesi Jumlah Observasi Baca Jumlah Observasi Digunakan 49 49 Dependen Variabel: respon2 Source Sample Error Sample DF 6 42 6 R-Square 0.568308 Sum of Squares 1.35339302 1.02804866 1.35339302 Coeff Var 14.58013 Mean Square 0.22556550 0.02447735 0.22556550 F Value 9.22 Root MSE 0.156452 Pr > F <.0001 respon2 Mean 1.073052 R-square 56,83% artinya keragaman yang mampu dijelaskan oelh model sebesar 56,83% sedangkan sisanya 43.17% dijelaskan oleh faktor lain diluar model Tingkat sampel Dahu Kayu manis KiPutri Merbau Nangka Sempur Trembesi N 7 7 7 7 7 7 7 respon2 Mean 0.42057143 0.35671429 0.18014286 1.18271429 0.66185714 0.95000000 1.14828571 Std Dev 0.15764819 0.19692445 0.12190629 0.89576033 0.22955786 0.31398301 0.38636111 30 Lampiran 6 Prosedur ANNOVA dan Uji lanjut duncan kandungan karbon (lanjyuan) Rentang Uji Duncan Respon 2 0.05 42 0.024477 Alpha Derajat Kesalahan bebas Error Mean Square Jumlah Rentang kritis 2 .1688 3 .1775 4 .1832 5 .1873 Berarti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata Mean N 1.1827 7 1.1483 7 0.9500 7 0.6619 7 0.4206 7 0.3567 7 0.1801 7 Duncan Grouping A A B A B C D C D C D 6 .1904 7 .1929 Sample Trembesi Merbau Sempur Nangka Dahu Kayumani KiPutri Note : jika subscript terdapat huruf yang sama maka tidak berbeda nyata. Lampiran 7 Uji korelasi hubungan biomassa dengan karbon terikat pada serasah daun 3,0 KARBONTERIKAT 2,5 2,0 1,5 1,0 0,5 0,0 0 2 4 6 BIOMASSA 8 10 12 Correlations: BIOMASSA; KARBON TERIKAT Korelasi DuncanPearson dari BIOMASSA dan KARBONTERIKAT = 0.949 P-Value = 0,000 31 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sumenep, Madura, Jawa Timur pada tanggal 5 November 1991 sebagai anak ke dua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Nurhasan dan Ibunda Nurhayati. Pada tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri I Sumenep, Madura. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SNMPTN di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan pada tahun 2010. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Kelompok Pemerhati Mamalia – Tarsius dan Biro Kesekreriatan di Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) tahun 2010-2012. Penulis pernah mengikuti praktik lapang antara lain Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan Jalur Cilacap – Baturraden (2012), dan Praktik Pengelolaan Hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat (2013), dan Praktik Kerja Lapang Profesi di Cagar Alam Rawa Danau (2014). Selain itu penulis pernah mengikuti Program Magang Mandiri Fakultas Kehutanan di Taman Nasional Alas Purwo. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, penulis melakukan penelitian dengan judul Analisis Karbon Terikat pada Jenis Serasah Daun Tanaman Hutan Kota Di Arboretum Arsitektur Lanskap IPB, Bogor dibawah bimbingan Dr Ir H Endes N Dachlan, MS dan Dr Ir Basuki Wasis, MS. 32