BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Desa Sukagalih, Kecamatan Mega Mendung, Kabupaten Bogor yang terletak pada ketinggian ± 900 meter di atas permukaan laut, Laboratorium Biosistematika Serangga serta Laboratorium Fisiologi dan Toksikologi Serangga IPB. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret hingga Agustus 2005 (musim kemarau/MK) dan September 2005 hingga Maret 2006 (musim hujan/MH). Persiapan Lahan dan Perlakuan Lahan diolah dengan cangkul dan dibagi menjadi 6 petak perlakuan yang masing- masing berukuran 7 m x 6 m. Perlakuan terdiri dari (1) organik monokultur kubis (OM), (2) organik tumpangsari kubis-tomat (OT), (3) input rendah monokultur kubis (LM), (4) input rendah tumpangsari kubis-tomat (LT), (5) konvensional monokultur kubis (KM) dan (6) konvensional tumpangsari kubistomat (KT). Pada petak perlakuan dibuat bedengan yang terdiri dari 6 bedengan. Setiap perlakuan diulang 4 kali. Pemupukan Pupuk kandang yang digunakan pada MK, dipersiapkan 1 bulan sebelum tanam yang terdiri dari kotoran kambing, kotoran ayam petelur dan sekam dengan perbandinga n (3:6:1) sedangkan pada MH digunakan kompos kotoran kuda. Pupuk kandang diaplikasikan langsung pada lubang tanam seminggu sebelum tanam. Pupuk sintetik untuk tanaman kubis petak konvensional dan input rendah diberikan 3 kali yakni saat tanam, 28 hari setelah tanam (hst) dan 56 hst (Tabel 1). Tabel 1 Dosis pupuk pada setiap perlakuan Perlakuan OM OT LM LT KM KT Pupuk kandang (ton/ha) MK&MH 50 50 30 30 10 10 Urea (kg/ha) MK MH 0 0 0 0 75 200 75 200 150 400 150 400 KCl (kg/ha) MK MH 0 0 0 0 25 0 25 0 50 0 50 0 TSP NPK (kg/ha) (kg/ha) MK MH MH 0 0 0 0 0 0 25 0 500 25 0 500 50 0 1 000 50 0 1 000 Penanaman Benih kubis yang digunakan adalah varietas Grand 1l untuk MK dan MH, sedangkan benih tomat adalah varietas Marta untuk MK dan varietas Arthaloka untuk MH. Persemaian benih untuk perlakuan konvensional dibuat terpisah karena ada aplikasi insektisida. Bibit kubis dan tomat ditanam 4 minggu setelah semai. Tomat ditanam lebih dahulu yakni 4 minggu sebelum kubis ditanam. Kubis ditanam dengan jarak tanam 50 cm x 60 cm (Gambar 2a) dan pada petak tumpangsari, tomat ditanam satu baris di bagian tengah bedengan (diantara baris tanaman kubis) dengan jarak tanam 40 cm (Gambar 2b). (a) (b) Gambar 2 Tanaman kubis pada petak (a) monokultur dan (b) tumpangsari. Pengamatan Hama dan Penyakit Pengamatan hama dan penyakit dilakukan mulai tanaman berumur 14 hst sampai menjelang panen dengan interval seminggu sekali. Jumlah tanaman contoh yaitu 10 tanaman per petak ulangan. Teknik penentuan tanaman contoh ditetapkan secara sistematis. Parameter yang diamati adalah populasi hama, intensitas serangan, luas serangan, tingkat parasitisasi, tinggi tanaman, arthropoda tanah, mikroorganisme dan produksi kubis dan tomat. Penilaian intensitas serangan, kejadian penyakit dan luas serangan oleh hama dan patogen dinyatakan dalam persen. Intensitas serangan Gryllotalpa sp. (Orthoptera: Gryllotalpidae) dan kejadian penyakit akar gada (P. brassicae) pada tanaman kubis serta luas serangan geminivirus pada tanaman tomat (Direktorat Perlindungan Hortikultura 2002) dihitung menggunakan rumus berikut P = (n/N) x 100% P = intensitas/ luas serangan n = jumlah tanaman terserang N = jumlah tanaman yang diamati Intensitas serangan X. campestris pada tanaman kubis dan alternaria solani Sor. serta Phytophthora infestans Mont. pada tanaman tomat (Direktorat Perlindungan Hortikultura 2002) dihitung menggunakan rumus berikut ∑ (ni.vi ) I = x 100% N.Z I = intensitas serangan, Z = kategori nilai kerusakan tertinggi ni = jumlah tanaman yang mempunyai kategori nilai kerusakan ke- i vi = kategori nilai kerusakan ke-i (Tabel 2) N = jumlah tanaman atau bagian tanaman yang diamati Tabel 2 Kategori penilaian kerusakan tanaman Kategori 0 1 2 3 4 5 6 Kerusakan pada tanaman (x) tidak ada serangan kerusakan tanaman kerusakan tanama n kerusakan tanaman kerusakan tanaman kerusakan tanaman kerusakan tanaman x = 0% 0% < x = 15% 15% < x = 30% 30% < x = 45% 45% < x = 60% 60% < x = 75% 75% < x = 100% Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama pada perlakuan organik dilakukan secara mekanik (pengambilan kelompok telur dan larva) serta menggunakan insektisida botani dengan mempertimbangkan AE. Pengendalian pada perlakuan input rendah menggunakan pestisida sintetik dengan mempertimbangkan ambang ekonomi, sedangkan pada perlakuan konvensional, menggunakan pestisida sintetik secara berjadwal yaitu 1-2 kali seminggu. Insektisida yang digunakan berbahan aktif profenofos (Curacron 500 EC, b.a 50%), deltametrin (Decis 2,5 EC, b.a 2,5%), fungisida berbahan aktif propineb (Antracol 70 WP, b.a 70%) dan mankozeb (Dithane M–45 WP, b.a 45%). Sanitasi gulma dilakukan pada saat tanaman berumur 26 dan 54 hst. Penyiraman dilakukan bila diperlukan. Pemangkasan tomat dilakukan dengan memotong tunas, cabang sakit dan cabang tidak produktif. Pemeliharaan kubis dilakukan melalui pembuangan daun tua dan sakit. Perangkap Jebakan (Pitfall Trap) Arthropoda tanah diamati dengan memasang pitfall trap yang diletakkan selama 48 jam sebanyak 4 buah/ulangan. Pemasangan pitfall trap dilakukan mulai 28 hst sebanyak 5 kali dengan interval seminggu sekali. Pitfall trap yang digunakan berupa wadah plastik berdiameter 6,5 cm dan tinggi 10 cm diisi dengan larutan formalin 2% sebanyak 30 ml. Arthropoda yang diperoleh diidentifikasi di Laboratorium Biosistematika Serangga dengan mengacu pada Borror et al. (1996) dan Direktorat Bina Perlindungan Tanaman (1999). Parasitisasi Pengamatan larva hama terparasit dilakukan sebanyak 5 kali, dimulai 28 hst dengan interval seminggu sekali. Larva hama diambil secara acak dari setiap petak ulangan maksimum 20 ekor dan bahan tanaman contoh sebagai bahan makanan. Larva dipelihara dalam kotak plastik (10 cm x 9 cm x 4,5 cm) di Laboratorium Fisiologi dan Toksikologi Serangga sampai terlihat larva terparasit atau muncul parasitoid. Persentase larva terparasit dihitung dengan rumus: S larva terparasit Tingkat parasitisasi (%) = x 100 % S total larva yang diamati Mikroorganisme Pengamatan mikroorganisme dilakukan dengan mengambil tanah di sekitar perakaran tanaman kubis dan tomat (rhizosfer) dan daun tomat (filosfer) secara acak. Contoh tanah (5 g) dan daun (1 g) dari petak perlakuan organik, input rendah dan konvensional dimasukkan ke dalam 50 ml aquades steril, kemudian diaduk selama 15 menit. Suspensi tanah dan daun kemudian diencerkan sampai 10-4 . Dari masing- masing pengenceran diambil 0,5 ml dan disebar pada media king’s B dan martin agar. Setelah diinkubasikan pada suhu kamar selama 24-48 jam koloni mikroorganisme yang tumbuh dihitung, dikarakterisasi bentuk, warna dan tepian koloninya. Suspensi yang tersisa dipanaskan pada suhu ± 80 O C selama 10 menit, kemudian diencerkan sampai 10-4 . Dari masing- masing pengenceran diambil 0,5 ml dan disebar pada media triptic soy agar (TSA). Setelah diinkubasikan pada suhu kamar selama 24-48 jam koloni mikroorganisme yang tumbuh dihitung, dikarakterisasi bentuk, warna dan tepian koloninya.