BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi bencana yang sangat tinggi dan juga sangat bervariasi dari aspek jenis bencana. Salah satunya adalah bencana akibat debris flow atau pada umumnya disebut bencana sedimen (sediment related disaster). Bencana sedimen didefinisikan sebagai fenomena yang menyebabkan kerusakan baik secara langsung ataupun tidak langsung pada kehidupan manusia dan harta benda, ketidaknyamanan bagi kehidupan masyarakat, dan atau kerusakan lingkungan, melalui suatu skala besar pergerakan tanah dan batuan. Kerusakan akibat bencana ini dapat terjadi dalam 4 bentuk yaitu: bangunan dan lahan pertanian hilang akibat tanah longsor atau erosi, rumah-rumah hancur oleh daya rusak tanah dan batuan selama pergerakan tanah atau batuan, rumah dan lahan pertanian terkubur di bawah tanah oleh akumulasi skala besar sedimen, peningkatan endapan pada dasar sungai dan penguburan waduk disebabkan oleh sedimen sepanjang sungai yang dapat mengundang datangnya banjir, 76 gangguan fungsi penggunaan air, dan kerusakan lingkungan (Ministry of Land, Infrastructure and Transport-Japan, 2004). Bencana sedimen sendiri adalah fenomena alam yang mekanisme kejadiannya terkait erat dengan proses suatu aliran sedimen atau bisa juga disebut dengan dinamika alam yang berupa perpindahan suatu material tanah dan batuan (sedimen) yang mengakibatkan tanah longsor, tanah gerak, aliran lahar didaerah gunung api dan aliran debris hampir terjadi di setiap musim hujan tiba. Perubahan iklim yang terjadi secara ekstrem menyebabkan intensitas curah hujan yang cukup tinggi berpengaruh terhadap terjadinya bencana sedimen disamping itu kondisi wilayah Indonesia yang memiliki kontur relief muka bumi yang heterogen dengan kemiringan cukup tinggi, pola sungai yang beragam, 1 2 panjang, dan mempunyai hulu sungai yang banyak mengakibatkan bencana sedimen meninggi saat curah hujan tinggi secara terus menerus (Djoko Legono,2010). Upaya-upaya untuk menanggulangi akibat bencana sedimen telah banyak dikembangkan. Salah satunya yang bersifat struktur yaitu dengan teknologi bangunan Sabo untuk mengendalikan aliran sedimen. Pada penelitian ini akan membahas penanggulangan secara non struktur yaitu mensimulasikan debris flow, agar daerah bahaya/rawan bencana banjir debris dapat diperkirakan dalam rangka pengembangan “Sistem Peringatan Dini”, sehingga akan mengurangi dampak negatif dari bencana. Untuk mensimulasi debris flow digunakan SIMLAR V.1.0 yang merupakan software untuk penerapan model simulasi 2D aliran debris untuk prakiraan daerah bahaya/rawan banjir debris daerah gunung api. B. Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasi tipe marfologi Kali Putih berdasarkan metode Rosgen. 2. Menentukan debit banjir menggunakan metode Nakayashu. 3. Untuk mengetahui efektifitas bangunan sabo dalam mengendalikan debris flow pada hasil simulasi program/software SIMLAR V.1.0. 4. Memetakan daerah bahaya/rawan banjir debris di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Kali Putih dalam rangka pengembangan “Sistem Peringatan Dini”. C. Manfaat Penelitian Diharapkan penelitian ini dapat memetakan daerah/area rawan bencana banjir debris Daerah Aliran Sungai (DAS) Kali Putih sehingga penduduk yang berada di sekitar area tersebut dapat memahami dan mengerti daerah rawan bencana dalam rangka pengembangan “Sistem Peringatan Dini”. D. Batasan Masalah 1. Penelitian dilakukan pada Sungai Kali Putih. 2. Simulasi aliran lahar menggunakan program SIMLAR V.1.0. 3 3. Semua data yang dianalisis adalah data kejadian di tahun 2011. E. Keaslian Penelitian Penelitian dengan menggunakan program simulasi lahar sebelumnya oleh Argitalia Fajar Kurniawan, UGM, 2012 yaitu “Pengaruh Perubahan Digital Elevation Model (DEM) dalam Simulasi Banjir Bandang di Kali Putih, Kabupaten Jember, Tahun 2006, Menggunakan SIMLAR V.1.0” yang titik beratnya membahas Pengaruh DEM pada dalam simulasi banjir yang menggunakan SIMLAR V.1.0 dalam memberikan gambaran umum mengenai karakteristik sebaran aliran banjir. Sedangkan pada penelitian ini titik beratnya membahas prediksi rambatan banjir debris akibat dampak sakunder erupsi gunung api atau keruntuhan bendung alam dan memetakan daerah bahaya/rawan banjir debris dalam rangka pengembangan “Sistem Peringatan Dini”.