BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Beiakang Semakin menipisnya persediaan bahan bakar petroleum, maka diperlukan bahan bakar pengganti yang bersifat terbarukan. Biodiesei merupakan bahan bakar alternatif yang dapat diperoleh dari minyak tumbuhan, lemak binatang atau minyak goreng bekas (Mardiah dkk, 2006). Harga biodiesei masih relatif tinggi sehingga perlu mencari bahan baku energi alternatif ramah lingkungan yang lebih murah. Salah satunya dapat menggunakan minyak goreng bekas untuk memproduksi biodiesei. Ini merupakan pemanfaatan limbah dari minyak goreng yang bersifat karsinogenik. Umumnya minyak goreng bekas mengandung asam lemak bebas yang tinggi. Oleh karena itu, sebelum menggunakan minyak goreng bekas sebagai bahan baku untuk memproduksi biodiesei harus dilakukan pemurnian melalui tahap despicing dan netralisasi. Asam lemak bebas dan kandungan air dapat member! pengaruh negatif, karena dapat menyebabkan terbentuknya sabun, bereaksi dengan katalis dan keefektifan kerja katalis berkurang yang dapat mengurangi hasil produksi ester. Minyak yang telah dimumikan dapat langsung digunakan untuk memproduksi biodiesei melalui proses transesterifikasi. Pada prinsipnya, proses transesterifikasi adalah mengeluarkan gliserin dari minyak dan mereaksikan asam lemak bebasnya dengan alkohol berkatalis 1 basa menjadi alkohol ester (Anggaraini, 2006). Campuran yang terjadi kemudian didiamkan sehingga terbentuk dua lapisan, yaitu lapisan bawah adalah gliserin dan lapisan atas metil ester (biodiesei) (Anggaraini, 1999). Katalis basa yang sering digunakan adalah NaOH. Katalis tersebut merupakan katalis homogen, memerlukan waktu reaksi relatif lebih singkat dibanding dengan menggunakan katalis asam. Selain itu, reaksinya berlangsung pada temperatur dan tekanan yang rendah (Haryanto, 2002). Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dilakukan pembuatan biodiesei dari minyak goreng bekas menggunakan katalis NaOH. Untuk mendapatkan biodiesei optimal maka dilakukan variasi terhadap variabel proses yaitu temperatur dan waktu reaksi serta natrium hidroksida dan metanol dalam skala laboratorium. Kemudian mutu biodiesei tersebut dianalisis dan dibandingkan dengan standart mutu biodiesei untuk bahan bakar. 1.2. Perumusan Masalah Menipisnya persediaan bahan bakar petroleum, diperlukan bahan bakar pengganti yang bersifat terbarukan. Biodiesei merupakan bahan bakar alternatif yang dapat diperoleh dari minyak tumbuhan, lemak binatang, atau minyak goreng bekas melalui transesterifikasi dengan alkohol. Harga biodiesei saat ini masih relatif tinggi karena harga bahan baku yang cukup tinggi. Untuk memproduksi biodiesei yang kompetitif diperlukan bahan baku yang harganya murah, salah satunya adalah minyak goreng bekas. Perlakuan pendahuluan dilakukan untuk pemurnian pada minyak goreng bekas melalui 2 proses despicing dan netralisasi untuk menurunkan kandungan asam lemak bebasnya. Minyak goreng bekas hasil pemurnian digunakan langsung untuk diproses melalui reaksi transesterifikasi dengan bantuan katalis natrium hidroksida sehingga diperoleh biodiesei. Reaksi tersebut dipengaruhi oleh jumlah metanol, natrium hidroksida serta temperatur dan waktu reaksi. Biodiesei optimal yang dihasilkan dianalisa mutunya dan dibandingkan dengan standar mutu biodiesei untuk bahan bakar. 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan: 1. Menentukan kondisi optimal terhadap sintesa biodiesei dari minyak goreng bekas dengan katalis NaOH yaitu: pengaruh kuantitas metanol dan natrium hidroksida serta temperatur dan waktu reaksi terhadap hasil perolehan biodiesei. 2. Menentukan karakteristik sifat biodiesei dengan menggunakan parameter bilangan asam, kandungan air, viskositas, massa jenis, karbon residu, titik nyala (flash point). 3. Membandingkan karakteristik sifat biodiesei yang diperoleh dengan standar bahan bakar biodiesei SNl-04-7182-2006. 3 1.4. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Fisika Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau. Untuk pengujian titik nyala dilakukan di laboratorium Teknik Perminyakan Universitas Islam Riau (UIR). Penelitian ini berlangsung selama ±6 (enam) bulan. 4