BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. 1 Paradigma Penelitian

advertisement
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3. 1
Paradigma Penelitian
Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia
nyata.
Paradigma
tertanam
kuat
dalam
sosialisasi
para
penganut
dan
praktisinya.Paradigmamenunjukkan pada mereka yang penting, absah, dan masuk
akal.Paradigma juga bersifat normatif, menunjukkan kepada praktisinya apa yang
harus dilakukan tanpa perlu melakukan pertimbangan eksistensial atau epitemologis
yang panjang.1
Paradigma yang digunakan di dalam penelitian ini adalah paradigma kritis.
Paradigma kritis, yaitu paradigm yang mencoba menghasilkan berbagai transformasi
dalam tatanan sosial, dengan menghasilkan ilmu pengetahuan yang berciri historis
dan struktural, yang dinilai menurut tingkat keterposisian sejarahnya dan
kemampuannya untuk menghasilkan praksis, atau tindakan.
Paradigma kritis (critical paradigma) adalah semua teori sosial yang
mempunyai maksud dan implikassi praktis dan berpengaruh terhadap perubahan
sosial. Paradigma ini tidak sekedar melakukan kritik terhadap ketidakadilan sistem
yang dominan yaitu sistem sosial kapitalisme, melainkan suatu paradigma untuk
mengubah sistem dan struktur tersebut menjadi lebih adil. Meskipun terdapat
1
Dedy mulyana, Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003. Hal:9
30
31
beberapa
variasi
teori
sosial
kritis
seperti;
feminisme,
cultural
studies,posmodernisme -aliran ini tidak mau dikategorikan pada golongan kritistetapi kesemuanya aliran tersebut memiliki tiga asumsi dasar yang sama.
Pertama, semuanya menggunakan prinsip-prinsip dasar ilmu sosial interpretif.
Ilmuan kritis harus memahami pengalaman manusia dalam konteksnya. Secara
khusus paradigma kritis bertujuan untuk menginterpretasikan dan karenanya
memahami bagaimana berbagai kelompok sosial dikekang dan ditindas.
Kedua, paradigma ini mengkaji kondisi-kondisi sosial dalam usaha untuk
mengungkap struktur-struktur yang sering kali tersembunyi. Kebanyakan teoriteori kritis mengajarkan bahwa pengetahuan adalah kekuatan untuk memahami
bagaimana seseorang ditindas sehingga orang dapat mengambil tindakan untuk
mengubah kekuatan penindas.
Ketiga, paradigma kritis secara sadar berupaya untuk menggabungakan teori
dan tindakan (praksis). “Praksis” adalah konsep sentral dalam tradisi filsafat
kritis ini. Menurut Habermas (dalam Hardiman, 1993: xix) praksis bukanlah
tingkah-laku buta atas naluri belaka, melainkan tindakan dasar manusia sebagai
makhluk sosial. Asumsi dasar yang ketiga ini bertolak dari persoalan
bagaimana pengetahuan tentang masyarakat dan sejarah bukan hanya sekedar
teori, melainkan mendorong praksis menuju pada perubahan sosial yang
humanis dan mencerdaskan. Asumsi yang ketiga ini diperkuat oleh Jurgen
32
Habermas (1983) dengan memunculkan teori tindakan komunikatif (The
Theory of Communication Action).2
Paradigma kritis memiliki beberapa kriteria yang membedakannya dengan
paradigma lainnya, yaitu ontologi, epistemologi, dan metodelogi. Level ontologi,
realisme Historis. Sebuah realitas dianggap bisa dipahami pernah suatu berciri lentur,
namun dari waktu ke waktu dibentuk oleh serangkaian faktorsosial,politik, budaya
dan ekonomi, etnik gender, yang kemudian mengkristalkan kedalam serangkaian
sebagai nyata. Dalam epistomologi, transaksional dan subjektivitas peneliti dan objek
yang diteliti terhubung secara interaktif, dengan nilai nilai peneliti mempengaruhi
penelitian secara tak terhindarkan. Dalam metodologi, paradigma ini menggunakan
berbagai macam jenis
pengonstruksian dan menggabungkannya dalam sebuah
konsensus. Proses ini melibatkan dua aspek :dialogis dan dialektis. Sifat transaksional
peneliti membutuhkan dialog antara peneliti dan subjek subjek penelitian. Diaologis
merupakan bersifat terbuka dan komunikatif. Sedangkan dialektis adalah penggunaan
dialog sebagai pendekatan agar subjek yang diteliti dapat di telaah pemikirannya dan
membandingkannya dengan cara berpikir peneliti.3
Penulis menggunakan paradigma kritis untuk mengetahui proses kontruksi
representasi idealisme yang ada pada film Demi Ucok.
2
Dani Vardiansyah. Filsafat Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Jakarta : PT Indeks. 2008. Hal.62
Ibid. Hal.63
3
33
3. 2 Metode Penelitian
Dengan menggunakan paradigma kritis, maka penelitian ini akan dilakukan
dengan penelitian kualitatif. Pada penelitian kualitatif, data yang berbentuk tidak
berbentuk angka, akan tetapi lebih banyak berbentuk narasi skripsi, cerita dokumen
tertulis dan tidak tertulis. Metode penelitian ini menggunakan tekhnik analisis
semiotika dengan metode Ferdinand De Saussure. Film merupakan bidang kajian
yang amat relevan bagi analisis semiotika, film dibangun dengan tanda semata-mata.
Pada film digunakan tanda-tanda ikonis, yakni tanda-tanda yang menggambarkan
sesuatu.Gambar yang dinamis dalam film merupakan ikonis bagi realitas yang
dinotasikannya.
Analisis semiotika merupakan cara atau metode untuk menganalisis dan
memberikan makna-makna terhadap paket-paket lambang pesan atau teks dengan
segala bentuknya (sign) baik pada media massa maupun dokumen atau teks lainnya
(Pawito,2007:155). Pada dasarnya, studi media massa mencakup pencarian pesan
dan makna dalam materi, karena sesungguhnya semiotika komunikasai, adalah
proses komunikasi yang intinya adalah mencari makna. Dengan kata lain, kita
mempelajari media adalah untuk mempelajari makna – darimana asalnya, seperti
apa, apa tujuannya, bagaimana disampaikan, dan bagaimana kita (pembaca)
memberikan (menafsirkan) maknanya. Bentuk pemaknaan pesan pada sebuah film
melalui tanda-tanda (signs).
Film (menurut Van Zoest, 1993) umumnya dibangundengan banyak tanda,
dimana tanda-tanda tersebut (termasuk berbagai sistem tandanya) bekerjasama
34
dengan baik dalam upaya mencapai efek yang diharapkan, terutamadalam bentuk
gambar dan suara.4
Sedangkan semiotika Ferdinand De Saussure, berpandangan bahwa tandatanda itu berkerja dengan dua elemen.Yaitu, aspek citra tentang bunyi (semacam
kata atau representasi visual) dan sebuah konsep dimana citra bunyi disandarkan.
3. 3 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk
memperoleh data yang diperlukan. Teknik pengumpulan data yang diperlukan dan
dipergunakan peneliti untuk dipergunakan sebagai data adalah sebagai berikut :
3.3.1 Data Primer
Data primer adalah data utama yakni observasi teks (pengamatan isi film)
yang menjadi materi penelitian peneliti. Dalam penelitian ini data primernya adalah :
DVD (Digital Video Disc) Audio dan Visual dalam film “Demi Ucok”.
3.3.2 Data sekunder
Guna menunjang pengumpulan data dalam penelitian ini maka dibutuhkan
data lainnya, yaitu : Studi kepustakaan, yaitu membaca buku-buku, internet, serta
data dan bahan referensi dari berbagai sumber yang berhubungan dengan
permasalahan yang diteliti guna melengkapi data-data yang sudah ada.
4
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, PT.Remaja Rosdakarya.Bandung:2004.hal.128
35
3. 4
Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah tanda-tanda yang mengandung unsur-unsur
idealisme pada film “Demi Ucok” dengan menggunakan analisis semiotika yang
meliputi performance pemain (visual) dan dialog (audio) yang dibagi berdasarkan
sequence yang terdapat dalam film “Demi Ucok”
3. 5
Unit Analisis
Unit analisis adalah setiap unit yang akan dianalisa, digambarkan, atau
dijelaskan dengan penjelasan-penjelasan deskriptif. Yang menjadi unit
analisis
dalam penelitian ini adalah gambar, suara dan teks dalam film “Demi Ucok”. Ruang
lingkup penelitian tentang idealisme yang diteliti memfokuskan pada setiap adegan
yang mengandung nilai-nilai idealisme yang dianalisis menggunakan analisis
semiotik Ferdinand De Saussure.
3.6
Definisi Konsep
Untuk pelaksanaan penelitian ini berbagai konsep dan istilah perlu diperjelas,
definisi konsepnya adalah :
36
1
Representasi
Representasi adalah kegunaan dari tanda. Marcel
Danesi mendefinisikannya sebagai “proses merekam
ide, pengetahuan, atau pesan dalam beberapa cara
fisik.” Ini dapat didefinisikan lebih tepat sebagai
kegunaan dari tanda yaitu untuk menyambungkan,
melukiskan,
meniru
sesuatu
yang
dirasa,
di
mengerti, diimajinasikan atau dirasakan dalam
beberapa bentuk fisik. Representasi bekerja pada
hubungan tanda dan makna.
2
Idealisme
Idealisme adalah doktrin yang mengajarkan bahwa
hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam
kebergantungannya pada jiwa (mind) dan roh
(spirit). Secara ringkas idealisme mengatakan bahwa
realitas terdiri dari ide-ide, pikiran-pikiran, akal
(mind) atau jiwa (self) dan bukan benda material dan
kekuatan. Idealisme menekankan mind sebagai hal
yang lebih dahulu (primer) daripada materi.
3
Film Drama
Film-film drama pada umumnya berhubungan
dengan tema, cerita, setting, karakter, serta suasana
yang memotret kehidupan nyata. Konflik bisa dipicu
oleh lingkungan, diri sendiri, maupun dari alam.
37
Kisahnya seringkali menggugah emosi, dramatic,
dan mampu menguras air mata penontonnya. Tema
umumnya mengangkat isu-isu sosial baik skala besar
(masyarakat) maupun skala kecil (keluarga). Film
jenis ini umumnya tidak terfokus pada aksi fisik atau
komedi dan jarang sekali menggunakan efek visual.
3.7
Teknik Analisis Data
Data berupa tanda-tanda yang ada dalam penelitian ini diolah secara kualitatif
untuk kemudian dimaknai.Memaknai berarti bahwa setiap tanda tidak hanya
memberikan informasi, dalam hal ini tanda dalam film mengkomunikasikan serta
mengkonstitusikan sistem terstruktur dari tanda untuk kemudian menemukan tanda
dalam penelitian ini digunakan metode analisis Ferdinand De Saussure.
Penelitian ini menggunakan semiotika dari Ferdinand De Saussure karena
tanda yang menggambarkan idealisme terlihat melalui perilaku verbal dan non
verbal yang bisa diinterpretasikan dengan metode Saussure. Karena menurut
Saussure, tanda linguistikmemiliki dua sisi yakni penanda (signifier) dan petanda
(signified).
Saussure berpendapat bahwa sebuah tanda adalah ibarat sehelai kertas yang
memiliki dua sisi, sisi pertama adalah penanda dan sisi lainnya adalah petanda.Disini
penanda adalah sebuah aspek material dari sebuah tanda, sedangkan petanda adalah
38
konsep dari sebuah tanda.Aspek material dari sebuah tanda muncul ketika kita
menangkap bunyi.Penanda adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang
bermakna.
Untuk menganalisis menggunakan metode Ferdinand De Saussure. Analisis
data yang dilakukan adalah :
1. Menonton film “Demi Ucok” produksi Kepompong Gendut
2. Melakukan
pendefinisian
terhadap
film
“Demi
Ucok”
kemudian
dioperasionalkan melalui katagori representasi Idealisme
3. Analisis dan penafsiran tanda-tanda komunikasi digunakan sebagai upaya
mengetahui gambaran representasi tentang idealisme dalam film “Demi
Ucok”.
Sign
Composed of
Signifier
Signification
Signified
(Sumber :McQuaill, 2000)
Referent
(external reality)
39
Menurut Saussure, tanda (sign) terdiri dari : bunyi-bunyian dan gambar,
disebut signifier atau penanda, dan konsep-konsep dari bunyi-bunyian dan gambar,
disebut signified. Dalam berkomuikasi, seseorang menggunakan tanda untuk
mengirim makna tentang objek dan orang lain akan menginterpretasikan makna
tersebut. Objek bagi Saussure disebut “referent” atau makna. Hampir serupa dengan
Pierce yang mengistilahkan interpretant untuk signified dan objek untuk signifier,
bedanya Saussure memaknai “objek” sebagai referent dan menyebutkannya sebagai
unsur tambahan dalam proses penandaan.
No
1
Analisi Saussure
Isi Film “Demi Ucok”
Signifier dan signified. Tanda- Kata-kata dan tanda dari isi dialog
tanda kebahasaan merupakan yang menunjukkan idealisme yang ada
elemen
dasar
berwujud
bahasa
kata-kata.
yang di dalam film “demi ucok”
Tanda
merupakan suatu kesatuan dari
penanda (Signifier) dilengkapi
tanda itu sendiri (signified)
2
Form
dan
Content.
Disini Kumpulan-kumpulan
bahasa merupakan sistem nilai mendefinisikan
yang ditentukan oleh perbedaan menunjukkan
dari koleksi unsur bukan dari dibanding
bahasa
idealis
beberapa
bahasa
untuk
meyang
perbedaan
lainnya
yang
40
materi.
3
terdapat dalam film “demi ucok”
Langue dan Parole. Hubungan Tutur kata yang berhubungan dengan
antara
norma
bahasa
yang Norma bahasa untuk menjelaskan
digunakan oleh suatu individu nilai-nilai idealismeyang digunakan
dengan tutur bahasa ciri khas oleh para tokoh di film “demi ucok”
individu yang digunakan dalam yang bisa menjadi ciri khas si penutur
berkomunikasi antar penutur bahasa dalam film tersebut
bahasa.
4
Synchronic
Diachronic.adanya
dan Beberapa
perubahan
bahasa
yang
proses menjadi petunjuk perbedaan bahasa
perubahan bahasa. Oleh karena yang dibentuk oleh sebuah sistem yang
itu keadaan menuntut adanya tergambar dari isi pembicara dalam
perbedaan yang jelas antara film “demi ucok”
fakta-fakta kebahasaan sebagai
sebuah sistem, dan fakta-fakta
kebahasaan yang mengalami
evolusi.
41
5
Syntagmatic
dan
Beberapa
kata-kata
yang
Associative.Hubungan
menggambarkan nilai-nilai idealisme
sintagmatik dan paradigmatik
dihubungkan dengan pilihan-pilihan
terdapat
sound effect ataupun ilustrasi musik
dalam
kata-kata
sebagai rangkaian bunyi-bunyi
maupun
konsep.
kata-kata
sebagai
yang ada dalam film “demi ucok”
Download