MODUL PELATIHAN DASAR Modul 1 STRATEGI ORGANISASI DAN PERUBAHAN SOSIAL Edisi Desember 2016 LAKPESDAM P B N U DAFTAR ISI DAFTAR ISI ........................................................................................................................... i SENI MEMFASILITASI ......................................................................................................... 2 1. Pendekatan Fasilitasi ................................................................................................. 2 2. Kemampuan Daya Serap Manusia atas Informasi ............................................... 2 3. Proses Perubahan Sosial dari Pelatihan/ Kegiatan yang Partisipatoris ............ 3 4. Hal yang Penting untuk Diperhatikan ................................................................... 4 Modul 1. STRATEGI ORGANISASI DAN PERUBAHAN SOSIAL ...................................... 5 TOPIK 1 ANALISIS SOSIAL (Isu Strategis Desa, Pemetaan Stakeholder, Kapasitas Organisasi) DI DESA ............................................................... 6 PROSES ........................................................................................................................ 7 Persiapan .................................................................................................................. 7 Pengantar.................................................................................................................. 7 Permainan / Game REBUTAN KURSI ................................................................. 7 Penjelasan tentang Faktor yang mempengaruhi ............................................. 7 Paparan ..................................................................................................................... 8 ANALISA SOSIAL .............................................................................................. 8 RUANG LINGKUP ............................................................................................. 8 LANGKAH LANGKAH ANALISA SOSIAL .................................................. 9 Klarifikasi / penjelasan......................................................................................... 10 MASALAH......................................................................................................... 10 Diskusi Kelompok dan Presentasi ....................................................................... 10 Presentasi Hasil Diskusi Kelompok .................................................................... 13 ALAT BANTU ........................................................................................................... 14 TOPIK 2 LANGKAH-LANGKAH PENGORGANISASIAN MASYARAKAT 15 PROSES ...................................................................................................................... 15 Persiapan ................................................................................................................ 15 Pengantar................................................................................................................ 15 Permaian / Game TEBAK APAKAH AKU ? ..................................................... 15 Klarifikasi ............................................................................................................... 16 TOPIK 3 STRATEGI ADVOKASI ............................................................................ 18 PROSES ...................................................................................................................... 18 Pengantar................................................................................................................ 18 Dialog interaktif ..................................................................................................... 18 Paparan ................................................................................................................... 19 ADVOKASI ........................................................................................................ 19 Mengapa Perlu Advokasi ................................................................................. 19 Prinsip Advokasi ............................................................................................... 19 Strategi Advokasi .............................................................................................. 19 Bagaimana Melakukan Advokasi.................................................................... 19 Prasyarat ............................................................................................................. 20 Diskusi kelompok dan Paparan........................................................................... 20 Penutup .................................................................................................................. 21 BAHAN BACAAN ........................................................................................................... 22 Bahan Bacaan D.1.1 ...................................................................................................... 22 Bahan Bacaan D.1.2 ...................................................................................................... 26 REFERENSI ....................................................................................................................... 29 i SENI MEMFASILITASI “Memfasilitasi itu seperti menari atau menyanyi. Memfasilitasi harus dilakukan dengan penghayatan dan kegembiraan.” 1. Pendekatan Fasilitasi Ada 2 pendekatan yang biasa dipakai dalam memfasilitasi yaitu pendekatan konvensional dan partisipatoris. (a) (b) Gambar 1 (a) Pendekatan Konvensional, (b) Pendekatan Partisipatoris Pendekatan Konvensional adalah suatu proses fasilitasi dimana proses berjalan satu arah. Fasilitator (atau orang yang memfasilitasi) menjadi narasumber atau pusat segala informasi, sementara peserta/partisipan menjadi pihak yang menerima informasi. Pendekatan konvensional ini dahulu banyak dipakai oleh guru ketika menerangkan pelajaran pada muridnya di kelas. Pendekatan Partisipatoris adalah suatu proses fasilitasi dimana semua orang baik fasilitator maupun peserta adalah narasumber. Pada dasarnya setiap orang memiliki kemampuan dan pengalaman, karenanya Pendekatan partisipatoris ini sesunguhnya sebuah langkah penghargaan kepada setiap peserta. Pendekatan partisipatoris memungkinkan semua orang berkontribusi, berperan dan belajar sesuai dengan kemampuan dan pengalaman masing masing. Selain sebagai narasumber sebagaimana peserta, Fasilitator membantu mengatur alur informasi sehingga semua informasi dari semua peserta tidak tercerai-berai dan melebar kemana-mana. Fasilitator membantu peserta untuk fokus pada setiap topik dalam pelatihan. 2. Kemampuan Daya Serap Manusia atas Informasi Berdasarkan penelitian, aktivitas selama pelatihan mempengaruhi kemampuan menyerap dan mendistribusikan kembali informasi yang didapat selama pelatihan. Gambar berikut menjelaskan bila seorang hanya mendengarkan selama pelatihan, maka dia hanya mampu menyerap 20% informasi yang disampaikan selama pelatihan. Orang hanya mempu menyerap 50% informasi yang didengar dan dilihat. Peserta yang hanya melihat, mendengar atau membaca saja tergolong dalam kategori peserta pasif. Apabila diminta untuk menyampaikan ulang 2 informasi yang didapat, maka dia akan bisa menjelaskan saja tetapi tidak cukup memahami apa yang dijelaskan . Semakin aktif seseorang dalam pelatihan baik itu mendengar, melihat, menulis dan melakukan praktek, makin banyak informasi yang diingat. Begitu juga kemampuan dalam melakukan analisa, mendefinisikan dan melakukan evaluasi. Mampu Mengingat..... Mampu Melakukan..... 10% dari yang dibaca 20% dari yang didengar 30% dari yang dilihat Pasif 50% dari yang dilihat dan didengar 70% dari yang dikata kan dan dituliskan 90% dari yang dilakukan Mendefinisikan Menjelaskan Mendemonstrasikan Mengaplikasikan Aktif Menganalisa Mendefinisikan Mengkreasi Mengevaluasi 3. Proses Perubahan Sosial dari Pelatihan/ Kegiatan yang Partisipatoris Perubahan yang bisa diharapkan dari pelatihan atau kegiatan yang partisipatoris dimana setiap orang belajar dengan lagsung praktek (learning by doing), melakukan refleksi kritis atau belajar dari pengalaman riil baik yang dialami sendiri atau dari pengalaman pihak lain, untuk menyusun agenda perubahan menuju kondisi yang lebih baik secara bersama sama. 3 4. Hal yang Penting untuk Diperhatikan 1. Memahami tujuan dan isi materi yang akan disampaikan 2. Suasana. Seorang fasilitator mengerti bagaimana menciptakan suasana yang nyaman dan memungkinkan setiap orang bisa berpartisipasi aktif selama pelatihan. 3. Setting waktu dan tempat. Dengan mempertimbangkan target peserta, maka Fasilitator harus memperhatikan: a. memastikan waktu kegiatan yang memungkinkan untuk diikui oleh calon peserta. fasilitator memastikan waktu pelatihan yang memadai dan efektif artinya tidak terlalu panjang tetapi hasilnya memadai. b. Tempat pelatihan terjangkau c. Pengaturan tempat duduk/ setting ruangan diatur dalam suasana yang menungkinkan setiap peserta bisa saling berinteraksi/ terhubung/ melihat. Misalnya dengan mengatur tempat duduk melingkar atau berbentuk huruf U 4. Memilah informasi yang harus disampaikan dan didiskusikan selama pelatihan. Tidak semua informasi harus disampaikan dalam pelatihan. Pilihlah poin penting yang sesuai dengan tujuan pelatihan. Bahan atau materi yang lain bisa menjadi bahan bacaan yang memperkaya peserta. Metode partisipatoris justru menekankan agar peserta “menemukan sendiri kesimpulan yang benar” selama proses pelatihan 5. Memilih Metode. Pilih metode yang sederhana, yang i. membuat setiap orang terlibat secara aktif serta ii. mampu menggali pendapat dan infomasi yang dimiliki peserta serta mengelaborasi pengalaman peserta 6. Menghindari dominasi salah satu kelompok/pihak, dan mendorong perempuan dan kelompok rentan untuk berpartisipasi aktif dan mengemukakan pendapat. i. Misalnya dalam setiap kelompok, memastikan semua anggota kelompok punya hak yang sama untuk mengemukakan pendapat. ii. Setiap orang menghargai pendapat yang disampaikan oleh peserta lain iii. Setiap kelompok terdiri dari laki-laki dan perempuan. iv. Apabila pelatihan hanya ditujukan kelompok gender tertentu, misalnya kelompok perempuan atau kelompok laki-laki saja, pastikan bahwa semua orang baik muda atau lansia (bila ada) bisa berpartisipasi aktif. 4 Modul 1. STRATEGI ORGANISASI DAN PERUBAHAN SOSIAL Tujuan : Membangun pengetahuan dan kesadaran kader hijau tentang agenda perubahan sosial 5 TOPIK 1 ANALISIS SOSIAL (Isu Strategis Desa, Pemetaan Stakeholder, Kapasitas Organisasi) DI DESA Tujuan instruksional umum 1. Peserta mengetahui arti penting dan tujuan dilaksanakannya Analisis Sosial 2. Peserta mengetahui Analisis Sosial yang berorientasi pada agenda Perubahan Sosial. Tujuan instruksional khusus 1. Peserta mempunyai pemahaman dan ketrampilan tentang Analisis Sosial; 2. Peserta mempunyai kesadaran baru dalam melakukan analisis sosial; 3. Menjadi media refleksi bagi para peserta tentang agenda perubahan yang dikerjakan; Materi 1. Paradigma perubahan 2. Peta masalah di desa 3. Pemetaan isu strategis desa 4. Pemetaaan stake holder/ pemangku kepentingan 5. Pemetaan arah perubahan yang diinginkan Sarana dan prasarana yang dibutuhkan 1. Papan tulis/ white board /plano/flip chart 2. Metaplan beragam bentuk dan warna, 3. Plano/ flip chart 4. Spidol besar warna warni, Metode 1. Curah Pendapat 2. Game/ permainan Berebut Kursi 3. Diskusi kelompok Materi Pendukung 1. Panduan permainan “REBUTAN KURSI” 2. diagram Pohon 3. matriks. 4. bahan bacaan 1 : kemiskinan 5. Bahan Bacaan 2 : perubahan Time (Waktu yang dibutuhkan) : 180 menit 6 PROSES Persiapan Sebelum Pelatihan tim Fasilitator mempersiapkan perlengkapan pelatihan seperti selotip, kertas plano/flip chart, kertas metaplan, spidol, laptop, video dan proyektor Pengantar (Waktu 10 Menit) Fasilitator membuka sesi dengan mengucapkan salam, memperkenalkan diri dan memaparkan tujuan pelatihan secara ringkas. Fasilitator juga menyampaikan metode yang digunakan selama pembahasan topik 1 serta waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan pelatihan ini. Fasilitator menjajaki pemahaman dan pandangan peserta mengenai Analisa Sosial (Ansos): dengan mengajukan pertanyaaan : ”Menurut anda, apa itu ansos?” Fasilitator mencatat jawaban peserta, menggaris bawahi pendapat yang benar atau mendekati kebenaran Permainan / Game REBUTAN KURSI (Waktu 20 Menit) 1. Fasilitator kemudian mengajak peserta bermain game “Rebutan Kursi” dengan menggunakan alat Bantu B.1.1. Permainan “REBUTAN KURSI” 2. Setelah permainan dianggap cukup, kemudian fasilitator mengajak peserta merefleksikan permainan: Siapa yang tadi sempat tidak kebagian kursi? Mengapa mereka sampai tidak kebagian kursi? Karena faktor apa? 3. Arahkan jawaban peserta pada tiga kemungkinan: a. Faktor-faktor alam (sudah tua, cacat fisik, kegemukan dan sebagainya) b. Faktor manusia (kurang cepat bergerak, salah menghitung posisi dan sebagainya) c.Faktor lingkungan (persaingan keras, banyak kompetitor, suasana gaduh sehingga mengganggu konsentrasi dan sebagainya) Penjelasan tentang Faktor yang mempengaruhi a) faktor alam disebabkan oleh takdir, adi kodrati, di luar jangkauan manusia; b) faktor manusia dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, cara pandang, dan pengalaman hidupnya; sementara c) faktor lingkungan didominasi oleh konstruksi sosial, seperti budaya, tata nilai, situasi politik dan ekonomi, keamanan dan sebagainya. 7 4. Uji lagi jawaban peserta, misalnya : menurut teman-teman benarkah kegemukan itu faktor alam? Apakah bukan faktor manusianya yang kurang menjaga pola makan? dan seterusnya. Paparan (Waktu 20 Menit) 1. Fasilitator lalu mengulas sedikit tentang paradigma, lalu memaparkan slide tentang shifting paradigm (Alat Bantu B.1.2 Lembar Balik) dengan mengambil contoh kasus, ”Mengapa seseorang menjadi miskin?”, minta setiap peserta memaparkan secara singkat jawabannya atas pertanyaan tersebut. 2. Fasilitator mencatat jawaban peserta dan mengelompokannya dalam tiga bagian: Takdir, Manusia, atau Konstruksi sosial? Mempertajamnya dan memberikan kesempatan peserta lain untuk menyanggah pengelompokkan tersebut. 3. Fasilitator lalu memaparkan slide tentang paradigma dan kesadaran manusia serta memberi kesempatan peserta untuk menanggapinya. 4. Fasilitator kembali menegaskan kepada masing-masing peserta, ”saat ini mereka berada di kesadaran mana?” 5. Berdasarkan proses yang sudah dilalui, fasilitator kemudian menanyakan kembali, jadi apa itu ansos? Fasilitator menganalogika ansos dengan proses pemeriksaan pasien oleh seorang dokter. Ketika ada pasien datang kepada dokter, apa yang dilakukan oleh sang dokter? Apakah langsung memberi resep? Atau memeriksa? Jika memeriksa apa yang pertama kali ditanyakan dokter? Lalu apa? Lalu apa? Lalu apa lagi? 6. Fasilitator menggaris bawahi proses diagnosis, pemeriksaan laboratorium, anamnesis/ assessment dan menganalogikannya dengan rangkaian proses Ansos. 7. Fasilitator memaparkan slide pengertian ansos, fungsi ansos, kerangka ideologi ansos, dan alur ansos. ANALISA SOSIAL Pengertian : Analisis sosial merupakan usaha untuk menganalisis secara objektif dan dalam lingkup yang lebih luas dari kesan yang nampak atas suatu keadaan atau masalah sosial. Tujuan : Analisis sosial diarahkan untuk memperoleh gambaran lengkap mengenai situasi sosial dengan menelaah kaitan-kaitan historis, struktural dan konsekuensi masalah. Analisis sosial akan mempelajari struktur sosial, mendalami fenomenafenomena sosial, kaitan-kaitan aspek politik, ekonomi, budaya dan agama. Sehingga akan diketahui sejauh mana terjadi perubahan sosial, bagaimana institusi sosial yang menyebabkan masalah-masalah sosial, dan juga dampak sosial yang muncul akibat masalah sosial RUANG LINGKUP Pada dasarnya semua realitas sosial dapat dianalisis, namun dalam konteks transformasi (perubahan) sosial, maka paling tidak objek analisa sosial harus relevan dengan target perubahan sosial yang direncanakan yang sesuai dengan 8 visi atau misi organisasi. Secara umum objek sosial yang dapat di analisis antara lain; • Masalah-masalah sosial, seperti; kemiskinan, pelacuran, pengangguran, kriminilitas • Sistem sosial seperti: tradisi, usaha kecil atau menengah, sistem pemerintahan, sitem pertanian • Lembaga-lembaga sosial seperti sekolah layanan rumah sakit, lembaga pedesaan. • Kebijakan publik seperti : dampak UU DESA, Aturan penggunaan energi dan sebagainya. LANGKAH LANGKAH ANALISA SOSIAL • Memilih dan menentukan sasaran analisis sosial Pemilihan sasaran masalah harus berdasarkan pada pertimbangan rasional dalam arti realitas (kenyataan) yang dianalisis merupakan masalah yang memiliki signifikansi sosial dan sesuai dengan visi atau misi organisasi. • Pengumpulan data atau informasi penunjang Untuk dapat menganalisis masalah secara utuh, maka perlu didukung dengan data dan informasi penunjang yang lengkap dan relevan, baik melalui dokumen media massa, kegiatan observasi maupun investigasi langsung dilapangan. Memeriksa kembali (recheck) data atau informasi mutlak dilakukan untuk menguji kasahihan data (validitas data). • Identifikasi dan analisis masalah Merupakan tahap menganalisis objek berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Pemetaan beberapa faktor atau unsur (variabel), seperti keterkaitan aspek politik, ekonomi, budaya dan agama dilakukan pada tahap ini. Melalui analisis secara komphrehensif diharapkan dapat memahami subtansi masalah dan menemukan saling keterkaitan antara aspek. Analisis Masalah bisa juga dilakukan dengan alat pohon masalah untuk menemukan akar masalah. Terhadap akar masalah ini kemudian dilakukan analisis prioritas untuk menentukan isu strategis yang sesuai dengan sumber daya yang tersedia. • Mengembangkan persepsi Setelah itu dilakukan identifikasi atas berbagai aspek yang mempengaruhi atau terlibat dalam masalah. Pada tahap ini akan muncul beberapapengembangan analisis atas akar masalah yang dianggap sebagai isu strategis, seperti analisis stakeholder, analiais kepentingan (untung rugi), dan beberapa alternative sebagai kerangka tindak lanjut. Selanjutnya dikembangkan presepsi atas akar masalah/isu strategis sesuai cara pandang yang objektif. • Menarik kesimpulan Pada tahap ini telah diperoleh kesimpulan tentang; akar masalah, pihak mana saja yang terlibat, pihak yang diuntungkan dan dirugikan, akibat yang dimunculkan secara politik, sosial dan ekonomi serta paradigma tindakan yang bisa dilakukan untuk proses perubahan sosial. Kemudian disusunlah strategi rekayasa sosial untuk menghasilkan perubahan sosial. 9 8. Selanjutnya fasilitator mengajak peserta untuk mempraktikkan alur ansos, dimulai dari identifikasi masalah: tanyakan kepada peserta tentang pengertian masalah/isu. Fasilitator mencatat di flipchart dan menggaris bawahi pendapat yg mendekati kebenaran 9. Fasilitator lalu menjelaskan slide pengertian masalah, lalu memancing pengalaman peserta dalam menyelesaikan masalah dalam hidupnya: bagaimana cara penyelesaian yg ditempuh dan bagaimana hasilnya. Klarifikasi / penjelasan MASALAH Masalah adalah Kesenjangan antara harapan dan realitas. Mengidentifikasi (mengenali), mengurai dan menempatkan masalah menjadi penting untuk menemukan faktor penyebabnya, agar penyelesaian atas masalah betul-betul efektif untuk mengatasinya secara mendasar, bukan cuma di kulit atau pada serpihanserpihannya, atau lebih parah lagi justru menimbulkan masalah baru. Diskusi Kelompok dan Presentasi (Waktu 90 Menit) 1. Fasilitator membagi peserta menjadi 4 kelompok berbasis daerah atau kedekatan wilayah per RW/ Jorong/Dusun/Kampung. 2. Diskusi kelompok, 20 menit 3. Setiap kelompok diminta untuk membuat peta sosial di daerahnya dalam jangkauan 1-5 km ( atau per dusun/Jorong/RW atau wilayah dengan batas yang jelas yang mencakup : o Denah wilayah o Ada Apa dan Siapa saja di wilayah tersebut? o Letak antar mereka (Jarak)? o Bagaimana sejarah keberadaan mereka? o Budaya apa saja yg sangat berpengaruh pada mereka? o Bagaimana relasi antar mereka? (kekuasaan, ekonomi, kultural) o Apa saja masalah kemiskinan dan sumber daya energi dalam wilayah yang dipetakan tersebut ? o Salin setiap masalah yg teridentifikasi disalin ke metaplan, satu metaplan satu masalah. Dari berbagai masalah yang ada, minta tiap kelompok memilih satu masalah yang dianggap masalah paling besar di wilayah tersebut. 4. Setelah diskusi kelompok selama 20 menit Lalu peserta dikenalkan (atau diingatkan; bagi yang sudah pernah menggunakan) analisis pohon masalah. Fasilitator memberi contoh sederhana, analisa pohon masalah. Misalnya a. Masalah : lapar b. Penyebab langsung : tidak punya makanan c. Akar penyebab : gagal panen d. Akibatnya : badan lemas, e. Dampaknya : sakit 10 Lembar Kerja C.1.1 Analisa Pohon Masalah sakit Badan lemas Masalah: LAPAR Tidak punya makanan Gagal panen Pengan gguran 5. Lanjutan Diskusi Kelompok. Setiap kelompok diminta meletakkan masalah yang telah dipilih dan membuat analisa pohon masalah . Lakukan selama 20 menit Tugaskan setiap kelompok membuat analisis pohon masalah menggunakan lembar kerja C.1.1 Masalah yang dianggap terbesar tersebut sebagai batang masalah, sementara masalah lain dicari hubungannya dengan batang masalah dalam relasi sebab-akibat. Masalah yang menjadi akibat langsung dari batang masalah ditempatkan sebagai dahan masalah, yang menjadi akibat tidak langsung atau akibat dari dahan masalah ditempatkan sebagai ranting masalah. 11 Sedangkan masalah yang menjadi penyebab langsung terjadinya batang masalah ditempatkan sebagai akar masalah. Sementara masalah yang menjadi penyebab tidak langsung atau menyebabkan terjadinya akar masalah ditempatkan sebagai akarnya akar masalah. Tugas tiap kelompok adalah mencari akar terdalam dari setiap masalah, lalu memutuskan akar masalah mana yang diprioritaskan untuk diselesaikan lebih dulu, berdasarkan analisis alternatif atau analisis prioritas. Akar masalah yang menjadi prioritas ini selanjutnya disebut isu strategis. (Lembar Kerja C.1.2- isu strategis) Lembar Kerja C.1.2 Isu Strategis Akar Masalah yg ingin ditangani Desakan Kebutuhan Thd Hasil Aspek Penilaian Ketersediaan Kompetensi Sumberdaya /kapasitas (Manusia, yg dimiliki Dana & Fasilitas) Kecukupan waktu pengerjaan Potensi Jaringan Prioritas 6. Setelah akar masalah ditemukan, ajak peserta menindaklanjuti dengan analisis struktural: Mengenali aktor dan kekuasaan serta relasinya dengan kepentingan (untung rugi). Awali dengan pemaparan tentang relasi kekuasaan dan kepentingan serta peta kekuasaan menggunakan Alat Bantu kubus kekuasaan ala John Gaventa. 7. Diskusi kelompok lanjutan, 20 menit Setelah itu setiap kelompok diminta untuk melakukan analisis struktural (dengan menggunakan lembar kerja C.1.3) 12 Lembar kerja C.1.3 Analisa Struktural Masalah Akar Masalah Aktor Kategori Aktor (Pelaku / korban; Visible / invisible / Hiden; Lokal / regional / Nasional / Global) Kepentingan Atas Masalah Analisis Untung Rugi Diuntungkan Siapa? Bentuk Keuntungan? Mengapa? Dirugikan Siapa? Bentuk Kerugian? Mengapa? 8. Kemudian setiap kelompok juga dminta untuk merumuskan arah perubahan yang diinginkan: Dengan cara rumit, mengubah pohon masalah menjadi pohon harapan, atau dengan cara lebih mudah, membalik kalimat negatif isu strategis dalam masalah menjadi kalimat positif. misalnya isu strategisnya adalah masih kurang akses pemasaran atas hasil bumi masyarakat desa, arah perubahan adalah, adanya akses ekonomi yang mencukupi yang menjangkau seluruh lapisan warga desa. 9. Kemudian dari arah perubahan yang diinginkan tersebut dipetakan stakeholder yang diharapkan terlibat dan peran yang diharapkan dalam perubahan. (Lembar Kerja C.1.4) Lembar Kerja C.1.4 Arah perubahan yang diinginkan Arah Perubahan yang Diinginkan…? Stakeholder Peran yang diharapkan dalam perubahan Primer Sekunder Tersier Presentasi Hasil Diskusi Kelompok (Waktu 30 menit) 1. Setelah semua proses analisis sosial selesai, setiap kelompok mendapat kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, sementara kelompok lain menanggapinya. Presentasi dan tanggapan tiap kelompok dilakukan 10 menit 2. Fasilitator mencatat beberapa hal yang penting, kemudian memberikan ulasan singkat sambil menekankan beberapa hal penting 3. Fasilitator mengajak peserta menyimpulkan intisari materi analisis sosial, pembelajaran yang mereka peroleh dan gambaran kegunaannya atas gerakan penanggulangan kemiskinan berbasis energi terbarukan. 4. Fasilitator mengajak peserta memberi apresiasi kepada proses pembelajaran mereka pada sesi ini dengan bertepuk tangan, kemudian menutup forum. 13 ALAT BANTU Alat Bantu B.1.1. Game REBUTAN KURSI Panduan cara bermain REBUTAN KURSI 1. Kursi sejumlah peserta ditata melingkar 2. Fasilitator berdiri ditengah lingkaran 3. Fasilitator meminta peserta untuk berdiri di depan kursi yang sudah tersedia 4. Fasilitator menjelaskan cara bermain rebutan kursi. a. Fasilitator akan menghitung 1 sampai 3. b. Pada hitungan ke 3 peserta harus menyeberang lingkaran dan mencari kursi baru. c. Syaratnya peserta tidak boleh mencari kursi di sebalah kanan atau kirinya, apalagi kembali ke kursinya sendiri. d. Yang tidak kebagian kursi akan berdiri di tengah lingkaran dan akan menjadi pemberi aba aba berikutnya (menghitung 1,2,3). e. Pada hitungan ketiga, si pemberi aba-aba juga bergabung dengan peserta lain untuk berebut kursi f. Orang yang tidak mendapat kursi, akan menjadi pemberi aba-aba berikutnya g. Begitu seterusnya h. Fasilitator menanyakan kepada peserta, apakah sudah memahami cara bermain atau belum. i. Jika peserta belum jelas, maka fasilitator sekali lagi menjelaskan cara bermain rebutan kursi. Jika sudah jelas maka permainan bisa dimulai. 5. Ketika fasilitator menjelaskan cara bermain berebut kursi, pada saat peserta menjawab paham, dengan diam diam, Co-fasilitator (orang yang membantu fasilitator) mengambil salah satu kursi peserta. 6. Selanjutnya fasilitator bisa memulai permainan rrebutan kursi. 7. Permainan rebutan kursi ini bisa dilakukan dalam 3-5 putaran sampai dirasa cukup Alat Bantu B.1.1 lembar Balik 14 TOPIK 2 LANGKAH-LANGKAH PENGORGANISASIAN MASYARAKAT Tujuan instruksional umum 1. Peserta mengetahui arti pentingnya pengorganisasian masyarakat untuk perubahan sosial 2. Peserta memiliki kemampuan dasar bagaimana proses pengorganisasian masyarakat dilaksanakan Tujuan instruksional khusus 1. Peserta dapat memahami peran sebagai penggerak warga/ CO serta peran dan fungsinya. 2. Peserta dapat memahami pentingnya pengorganisasian masyarakat dan teknik-teknik pengorganisasian masyarakat Sarana dan prasarana yang dibutuhkan plano, metaplan, spidol, LCD proyektor, komputer/laptop Metode game, brainstorming, diskusi kelompok Materi Pendukung Alat bantu permainan Time (Waktu yang dibutuhkan) : 60 menit PROSES Persiapan Fasilitator menyiapkan 3 buah lintingan kertas yang masing masing bertuliskan Membentuk SOFA Membentuk TEKO Membentuk MANGKUK Pengantar (Waktu 5 Menit) Fasilitator membuka sesi dengan mengucap salam kepada peserta dan menjelaskan secara ringkas tujuan dari sesi ini. Permaian / Game TEBAK APAKAH AKU ? (Waktu 30 Menit) 1. Fasilitator membagi peserta menjadi 3 kelompok. Setiap kelompok diminta untuk memilih siapa yang menjadi pemimpin kelompok. 2. Fasilitator menjelaskan bahwa mereka akan bermain “TEBAK APAKAH AKU“. Memberi contoh, misalnya dirinya membentuk diri menjadi pinsil/ roket dengan berdiri lurus dan menangkupkan kedua tangan diatas kepala dan meminta peserta untuk menebak benda apa yang sedang diperagakan, atau mengajak salah seorang 15 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. peserta, bersama bergandengan tangan dan merentangkan tangan membentuk pagar dan meminta peserta menebak benda yang diperagakan. Fasilitator meminta pemimpin kelompok untuk mengambil lintingan kertas yang telah disiapkan oleh fasilitator dan meminta setiap kelompok untuk merahasiakan tugas masing masing kelompok, jagan sampai diketahui oleh kelompok lain. Diskusikan dalam kelompok bagaimana harus membentuk benda yang menjadi tugas masing-masing dari kerjasama anggota kelompoknya. Apabila tebakan kelompok lain betul, berarti mereka mampu melakukan tugas dengan baik. Setelah 10 menit, minta kelompok 1 untuk memperagakan bentuk yang dibuat. tanyakan kepada peserta lain, bentuk apa yang sedang diperagakan. Beri tepuk tangan bila tebakannya betul. Lakukan peragaan dua kelompok yang lain Setelah selesai permainan tanyakan kepada peserta apa pesan yang bisa diambil dari permainan tadi, arahkan jawaban pada a. Apakah ada aturan main, tujuan, keanggotaan/ sumber daya, komunikasi, koordinasi, kerjasama, pembagian peran, tim leader Fasilitator mencatat jawaban peserta dalam plano, dan mengidentikkan dengan langkah-langkah pengorganisasian Klarifikasi Pengorganisasian adalah pengaturan/pengelolaan sumber daya untuk mencapai tujuan. Hal hal penting yang harus ada dalam pengorganisasian antara lain 1. Ada tujuan jelas yang ingin dicapai 2. Ada anggota, lebih dari 1 orang 3. Ada komunikasi yang terjalin antar anggota 4. Kerjasama 5. Koordinasi 6. Pembagian peran 7. Pemimpin / koordinator 8. Aturan main/ aturan organisasi. Langkah pengorganisasian 1. Sekumpulan orang dengan tujuan yang sama bersepakat melakukan pengorganisasiaan 2. Menetapkan tujuan /visi, misi yang akan dicapai 3. Menysusun strategi dan aktivitas untuk mencapai tujuan (rencana kerja/ rencana aksi) 4. Memetakan kapasitas sumber daya seperti : pemetaan masalah, kapasitas, kebutuhan, peta pemangu kepantingan/ peta stake holder, pembiayaan dll 5. Membuat kesepakatan aturan organisasi, 6. Melakukan pembagian peran sesuai dengan kompetensi/kemampuan masing masing 16 catatan : untuk mecapai tujuan organisasi penting untuk melakukan penggalangan dukungan. Dari pemetaan stakeholder, bisa digali siapa-siapa para pihak yang potensial menjadi anggota organisasi, siapa yang potensial menjadi pendukung, berjejaring, bersama sama mewujudkan tujuan organisasi meskipun bukan menjadi anggota Untuk mewujudkan tujuan organisasi ataupun menggalang dukungan, maka harus dilakukan upaya advokasi. Penting untuk mengidentifikasi strategi advokasi yang tepat untuk menggalang dukungan sampai terwujud tujuan oganisasi. 17 TOPIK 3 STRATEGI ADVOKASI Tujuan instruksional umum 1. Peserta memahami arti pentingnya advokasi bagi perubahan sosial 2. Peserta memahami bagaimana menjalankan strategi advokasi Tujuan instruksional khusus 1. Peserta memahami jenis-jenis advokasi, 2. Peserta memiliki kemampuan teknis advokasi, dan 3. Peserta memiliki kemampuan melibatkan warga dan pihak-pihak dalam jaringan kerja advokasi Sarana dan prasarana yang dibutuhkan Diisi oleh TA sektor Metode Diisi oleh Tenaga Ahli Capacity Building Materi Pendukung Ceramah; game/role play; diskusi kasus/kelompok; menulis cerita/gambar Diisi oleh Tenaga Ahli sektor 1. Peserta mengetahui arti pentingnya pengorganisasian masyarakat untuk perubahan sosial 2. Peserta memiliki kemampuan dasar bagaimana proses pengorganisasian masyarakat dilaksanakan Time (Waktu yang dibutuhkan) : 60 menit PROSES Pengantar (Waktu 5 Menit) Fasilitator menjelaskan tujuan dari sesi ini . Untuk mewujudkan tujuan organisasi ataupun menggalang dukungan, maka harus dilakukan upaya advokasi. Penting untuk mengidentifikasi strategi advokasi yang tepat untuk menggalang dukungan sampai terwujud tujuan oganisasi. Dialog interaktif (Waktu 10 Menit) 1. Fasilitator bertanya kepada peserta tentang pemahaman mereka terhadap advokasi catat setiap jawaban peserta yang mendekati kebenaran pada plano a) Fasilitator bertanya lagi, apa yang dilakukan untuk bisa mendapatkan pemenuhan hak b) Tulis jawaban peserta c) Paparkan slide tentang Advokasi 18 Paparan (Waktu 15 Menit) ADVOKASI ADVOKASI adalah suatu cara untuk mencapai tujuan tertentu. Lebih rinci, advokasi merupakan suatu usaha yang sistematik dan terorganisir untuk mempengaruhi dan mendesakkan terjadinya perubahan kebijakan publik secara bertahap-maju, melalui semua saluran dan piranti demokrasi perwakilan, proses-proses politik dan legislasi dalam sistem yang berlaku. Mengapa Perlu Advokasi Konsep hak tagih Masyaralat adalah pembayar pajak, negara sebagai penerima pajak mempunyai peran dan kewajiban memenuhi hak warga Seringkali suatu kebijakan keluar tanpa mempertimbangkan kebutuhan dan atau rasa keadilan masyarakat, Suatu proses tidak berjalan sebagaimana mestinya, Masyarakat sebagai subyek pembangunan harus mau dan mampu mendesakkan perubahan tersebut. Prinsip Advokasi Realistis artinya spesifik, terukur, dapat dicapai dalam kurun waktu tertentu ( SMART) Sistematis, dilakukan dengan terorganisir Taktis Strategis Berani Strategi Advokasi Pengorganisasian Jejaring Demo/aksi /mobilisasi Diskusi, lobby, audiensi, hearing, Partisipasi aktif dalam musrenbang desa/kecamatan/kabupaten Media baik cetak, audio/lagu, visual / film, spanduk, leaflet, Litigasi / jalur hukum Bagaimana Melakukan Advokasi Identifikasi isu / masalah Memilih isu strategis yg akan diadvokasi Mengumpulkan data / info /dana… Melakukan analisa data Analisa para pihak Analisa kekuatan –kelemahan-peluang dan tantangan Memilih strategi advokasi 19 Prasyarat Komunikasi Bekerjasama Aturan main Pembagian peran Prioritas Tindakan nyata Kepercayaan STAKEHOLDER - STRATEGI ADVOKASI •Lobi •Aksi utk advokasi • Media kampanye •Merupakan kawan potensial • Jejaring Kuasa -, komitmen + Kuasa + komitmen tinggi + Kuasa , komitmen - Kuasa + komitmen - •Pengorganisasian •Kekuatan dalam melakukan advokasi . Bisa menjadi peluang dukungan •Lobi •Audiensi •Diskusi •Merupakan tantangan dalam melakukan advokasi Diskusi kelompok dan Paparan (Waktu 30 Menit) 1. Selanjutnya bagi peserta menjadi 3 kelompok. Masing masing kelompok berdiskusi sesuai dengan pertanyaan untuk masing masing kelompok selama 15 menit Kelompok 1 pengorganisasian Masyarakat. Pertanyaannya adalah Apa tantangan dan kendala dalam melakukan pengorganisasian kader hijau Kelompok 2 Advokasi pertanyaanya • Siapa saja para pihak yang harus dipengaruhi, apa pilihan strategi yang tepat agar mereka mendukung program energi terbarukan. Kelompok 3 Kampanye dan sistem pendukung. Pertanyaanya • Buatlah media kampanye untuk menggalang dukungan dari masyarakat terkait energi terbarukan (boleh poster, leaflet dll) 2. Setelah 20 menit, minta setiap kelompok untuk melihat hasil kerja kelompok yang lain. bila ada pertanyaan atau usulan atau komentar, tuliskan dalam kertas dan tempelkan pada tempat yang sesuai dengan pertanyaan tersebut. 20 3. selanjutnya peserta kembali ke hasil kerja kelompok dan melihat input dari kelompok lain. 4. fasilitator menanyakan apa komentar dari masing masing perwakilan kelompok (dengan mempertimbangkan keterwakilan laki-laki dan perempuan) atas proses belajar hari ini. Penutup Fasilitator mengunci sesi dengan menekankan pentingnya melakuan analisa sosial, analisa stakeholder dan menyusun langkah advokasi yang tepat demi tercapainya tujuan. Tutup pelatihan dengan memberikan apresiasi atas partisipasi dan kerja keras peserta. 21 BAHAN BACAAN Bahan Bacaan D.1.1 Bahan Bacaan 1 Hampir Punah, Miskin, dan Terpinggirkan dari Pergaulan 28/01/15, 10:36 WIB BAK RAKSASA: Wartawan Jawa Pos Hilmi Setiawan (tengah) bersama pasangan suami istri pigmi Rampasasa; Viktor Jemarut, 80, dan Tekla Ndandus, 76. (Jawa Pos Photo) Keberadaan masyarakat pigmi di Dusun Rampasasa, Desa Wae Mulu, Kecamatan Wae Rii, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT), masih menyimpan misteri. Konon, postur tubuh mereka yang pendek mewarisi gen manusia purba Homo Floresiensis yang fosilnya ditemukan di Gua Ling Bua, tak jauh dari Rampasasa. Laporan Hilmi Setiawan, Manggarai MISTERI orang pigmi Rampasasa itu menarik perhatian dr Aman Bhakti Pulungan. Aman menganggap keberadaan mereka terlihat ’’ganjil’’ dibanding orang modern pada umumnya. Postur orang pigmi paling tinggi hanya 150 cm, namun dengan organ tubuh yang tumbuh ’’normal’’. Karena itulah, Aman lalu menjadikan orang-orang pigmi sebagai objek penelitian disertasinya untuk meraih gelar doktor di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) 13 Januari lalu (Jawa Pos, 15 Januari 2015). Berdasar penelitian Aman, postur pendek orang pigmi tidak disebabkan kekurangan gizi atau zat kalsium. Bahkan, kata dosen FKUI tersebut, asupan gizi orang-orang pigmi lebih dari cukup. Malah, yang ekstrem, lebih baik dibanding gizi orang Jakarta. Aman menyimpulkan bahwa postur pendek orang-orang pigmi ternyata merupakan faktor genetis alias keturunan. Mereka diindikasi masih keturunan 22 manusia purba masyarakat Flores (Homo Floresiensis) yang hidup ratusan tahun silam di Flores. Atas dasar hasil penelitian Aman itu, Jawa Pos menemui langsung orang-orang pigmi di Rampasasa 16 Januari lalu. Hingga saat ini orang pigmi di Rampasasa masih tersisa sekitar 200 jiwa. Begitu sampai di dusun yang terletak di lereng bukit itu, saya langsung berkunjung ke salah satu rumah warga pigmi. Memang, setiap tamu yang datang ke kampung kate Rampasasa akan diajak masuk ke rumah gendang, rumah adat mereka. Dinamai rumah gendang karena di tiang penyangga rumah bagian tengah digantung beberapa buah gendang. Juga ada perisai dan cambuk. Ketiganya dipakai saat ada perhelatan tarian adat caci setiap selesai musim panen, sekitar Agustus. Saat masuk rumah kecil itu, saya seperti raksasa yang sedang masuk rumah liliput. Tinggi tubuh saya yang sekitar 170 cm nyaris menyundul kayu penyangga atap yang terbuat dari seng. Bahkan, ketika melalui pintu, saya harus merunduk agar tidak terbentur gawangnya yang hanya setinggi 1,7 meter. Rumah gendang tersebut mempunyai lima ruangan. Empat ruangan untuk kamar tidur penghuni yang masing-masing berukuran 4 x 3 meter. Letaknya di empat sudut rumah gendang. Sedangkan satu ruangan lainnya merupakan ruang serbaguna yang berada persis di tengah-tengah rumah. Ruang serbaguna itu dipakai untuk upacara adat menyambut tamu atau upacara-upacara keluarga lainnya, seperti pernikahan, kelahiran, atau kematian. Setiap tamu asing yang masuk rumah gendang akan disambut upacara kapu oleh seluruh warga pigmi Rampasasa. Siang itu upacara dipimpin Darius Sekak, 65, yang merupakan ketua rumah gendang. Pria bertinggi 140,9 cm tersebut tinggal bersama istrinya, Regina Idas (140,8 cm). Penghuni rumah gendang terdiri atas pasangan dari suku-suku yang berbeda. Mereka tinggal di empat kamar yang tersedia. Dua kamar untuk perwakilan suku Ntala, sedangkan dua kamar lainnya untuk suku Tuke’i dan suku Lao. Suku Ntala mendapat dua kamar karena jumlah dan pengaruhnya lebih dominan daripada suku lainnya. Suku Ntala diwakili Darius dan istrinya serta pasangan Victor Jerubu (146,5 cm) dan Yuliana Mia (140). Suku Tuke’i mendelegasikan pasangan Petrus Antas (145,5) dan Martha Dahung (136,5). Sementara itu, perwakilan suku Lao di rumah itu adalah Rofinus Dangkut (157,9) beserta istrinya, Yuiana Nut (140,6).’’Rumah adat ini harus diisi perwakilan dari suku-suku yang ada. Tidak boleh hanya dihuni satu suku saja,’’ jelas Darius. Kondisi bilik-bilik kamar di rumah gendang itu sangat sederhana dan jauh dari standar kesehatan rumah pada umumnya. Setiap kamar masih disekat lagi menjadi 23 dua ruangan. Satu ruangan difungsikan sebagai ruang keluarga, ruangan yang lain untuk tempat tidur. Kondisi tempat tidurnya juga sangat sederhana, hanya berupa dipan kayu yang di atasnya diberi kasur tipis yang sudah kumal. Tak ada pencahayaan, apalagi listrik. Cahaya hanya bergantung kepada sinar matahari yang masuk melalui celah-celah dinding kayu. Darius menceritakan, di rumah gendang berlaku aturan pewarisan bilik kamar. Biasanya orang tua akan menyerahkan bilik kamar itu kepada anaknya yang belum bisa membangun rumah sendiri. Tetapi, ketika anak-anaknya sudah bisa membangun rumah sendiri di luar rumah gendang, kamar tersebut akan dihuni orang tuanya sampai meninggal. Dan, ketika orang tua yang menghuni rumah gendang itu meninggal, harus ada salah satu di antara anak-anaknya yang bersedia menghuni bilik kamar di rumah gendang. ’’Anak-anak tidak boleh menolak. Karena itu amanat dari orang tua sebelum meninggal,’’ jelas Darius. Dengan cara seperti itu, keempat bilik kamar di rumah gendang tidak pernah kosong. Aturan adat tersebut mereka jalankan secara turun-temurun sejak dulu. Terkait dengan postur tubuh mereka yang pendek, Darius mengakui bahwa itu merupakan warisan dari nenak moyang mereka yang secara ilmiah dikenal dengan nama homo Floresiensis. Manusia purba itu dulu banyak hidup di gua-gua, salah satunya di Gua Liang Bua yang terletak sekitar 2 km dari Dusun Rampasasa. ’’Nenek moyang kami itu pindah ke Rampasasa setelah di sekitar Gua Liang Bua terjadi wabah penyakit misterius. Banyak yang kemudian mati di dalam gua,’’ jelas Darius. Meskipun secara fisik lebih pendek dibanding warga pada umumnya, orang-orang pigmi Rampasasa tidak pernah berkecil hati. Pemuda-pemuda pigmi juga aktif ikut kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan. ’’Kami kan juga warga seperti yang lain. Jadi ya wajar kalau kami ikut kegiatan seperti yang lain,’’ tutur pria yang dituakan di suku Ntala itu. Dari sisi sosial ekonomi, masyarakat pigmi Rampasasa masuk kategori prasejahtera alias miskin. Penghasilan mereka sebagai buruh tani cengkih dan kemiri tidak seberapa. Paling banter mereka hanya mendapatkan beberapa kg beras sebagai ongkos kuli berkebun. Untuk mencukupi kebutuhan hidup lainnya, masyarakat pigmi menarik ongkos kepada setiap wisatawan yang datang ke kampung mereka. Misalnya, ketika wisatawan ingin masuk rumah gendang, warga akan menarik tarif Rp 100 ribu per orang. 24 Kemudian, untuk foto bersama orang-orang kate itu, wisatawan juga harus mengeluarkan duit antara Rp 50 ribu-Rp 100 ribu. Lalu, untuk jasa pemandu masuk ke kampung pigmi Rampasasa, tarifnya Rp 50 ribu. ’’Orang pigmi Rampasasa menganggap setiap tamu yang datang itu membawa berkah bagi mereka,’’ kata Kornelis, penjaga situs Gua Liang Bua. 25 Bahan Bacaan D.1.2 Bahan Bacaan 2 PERUBAHAN SOSIAL: AWAL DARI REKAYASA SOSIAL1 Prolog ini merupakan catatan awal untuk memberikan suatu preskripsi bahwa perubahan sosial merupakan keniscayaan yang menimpa suatu masyarakat, seberapapun dia tersisolasi. Persoalannya bagaimana perubahan sosial tersebut dirancang dengan perencanaan, sehingga yang muncul dalam masyarakat yang berada dalam order (tatanannya); meskipun didalamnay berkelindan berbagai perubahan. Artinya; tiada masyarakat yang dapat steril dari perubahan sosial. Justru perubahan sosial memberikan suatu bukti terjadinya dinamika di dalam masyarakat tersebut. Tanpa perubahan sosial, masyarakat tersebut adalah masyarakat yang ’mati’, stagnan, tanpa dinamika. Terdapat dua (2) bentuk perubahan sosial. Pertama, perubahan sosial yang tidak terencana (unplanned social change). Perubahan social yang terjadi terus menerus yang terjadi secara perlahan yang tanpa direncanakan yang biasanya diakibatkan oleh teknologi dan globalisasi. Perubahan dalam contoh di atas adalah salah satu bentuk adanya perubahan yang tidak disadari dengan hadirnya kebudayaan materiil, yakni televise. Kedua, perubahan social yang terencana (planned social change); yakni sebuah perubahan social yang didesain serta ditetapkan strategi dan tujuannya2. Nah, dalam kasus perubahan social di desa adapt tersebut di atas juga terjadi akibat sebuah desain matang (rekayasa social) dari Negara, misalnya melalui proyek modernisasi yang berbalut ideologi pembangunanisme (developmentalisme). Lalu apa sesungguhnya perubahan social tersebut. Perubahan social adalah proses perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi suatu sistem sosial 3. Sementara Suparlan4 menegaskan bahwa perubahan sosial adalah perubahan dalam struktur sosial dan pola-pola hubungan sosial, yang antara lain mencakup; sistem status, hubungan-hubungan dalam keluarga, sistem-sistem politik dan kekuatan, serta persebaran penduduk. Selain itu terdapat tiga (3) unsur penting perubahan sosial, yakni (1) sumber yang menjadi tenaga pendorong perubahan, (2) proses perubahan, dan (3) akibat atau konsekuensi perubahan itu5. Menurut J. Rahmat6, ada beberapa penyebab terjadinya perubahan sosial. (1) bahwa masyarakat berubaha karena ideas; pandangan hidup, pandangan dunia dan nilainilai. Max Weber adalah salah satu tokoh yang percaya bahwa ideas merupakan penyebab utama terjadinya perubahan sosial. Hal ini dia perlihatkan dalam 1 Materi Pelatihan Kader Dasar PMII 2010 2 J. Rahmat, 2000, Rekayasa Sosial, Bandung Rosdakarya, hal. 45. 3 Rogers, Everet M., 1988, Social Change in Rural Society, Englewood Cliffs, NJ, Prentice Hall, hal. 7 4 Suparlan, Parsudi, 1986, Perubahan Sosial dalam Manusia Indonesia, Individu, Kelaurga, Keluarga dan Masyarakat,Jakarta: Akademika Pressindo, hal 114-127 5 Sumartono sebagaimana dikutip Setyo Yuwono Sudikan, 2001, Metode Penelitian Kebudyaan, Surabaya: Citra Wacana, hal. 9 6 Ibid, halm 46-48 26 menganalisis perubahan sosial dalam masyarakat Eropa dengan semangat etik protestanismenya sehingga memunculkan spirit kapitalisme. Diakui oleh Weber bahwa ideologi ternyata berpengaruh bagi perkembangan dalam masyarakat. (2) yang mempengaruhi terjadinya perubahan dalam masyarakat juga terjadi dengan adanya tokoh-tokoh besar (the great individuals) yang seringkali disebut sebagai heroes (pahlawan), dan (3) perubahan sosial bisa terjadi karena munculnya social movement (gerakan sosial). Yakni sebuah gerakan yang digalang sebagai aksi sosial, utamanya oleh LSM/NGO, yayasan, organisasi sosial, dsb serta Lebih lanjut Kang Jalal7 menyebut bahwa dalam perubahan sosial dibutuhkan berbagai strategi yang selayaknya dilakukan melalui berbagai cara, tergantung analisis situasi atas problem sosial yang ada. (1) strategi normative-reeducative (normatif-reedukatif). Normative adalah kata sifat dari norm (norma) yang berarti atuiran-aturan yang berlaku dalam masyarakat. Norma tersebut termasyarakatkan lewat education, sehingga strategi normatif digandengkan denagn upaya reeducation (pendidikan ulan) untuk menanamkan dan mengganti paradigma berpikir masyarakat lama dengan yang baru8. Cara atau taktik yang dilakukan adalah dengan mendidik, bukan sekedar mengubah perilaku yang tampak melainkan juga mengubah keyakinan dan nilai sasaran perubahan, (2) persuasive strategy (strategi persuasif). Strategi perubahan yang dilakukan melalui penggalangan opini dan pandangan masyarakat yang utamanya dilakukan melalui media massa dan propaganda. Cara yang dilakukan adalah dengan membujuk atau mempengaruhi lewat suatu bentuk propaganda ide atau hegemoni ide.(3) perubahan sosial terjadi karena revolusi atau people’s power. Revolusi dianggap sebagai puncak (jalan terakhir) dari semua bentuk perubahan sosial, karena ia menyentuh segenap sudut dan dimensi sosial, dan mengudang gejolak dan emosional dari semua orang yang terlibat di dalamnya. Rekayasa sosial: gagasan konseptual Berangkat dari realitas bahwa perubahan sosial tidak dapat dicegah sebagai sebuah keniscayaan sejarah, baik direncanakan maupun tidak direncanakan, tulisan ini berupaya lebih dilokalisir untuk mewacanakan perubahan sosial dengan perencanaan atau desain perubahan sosial. Istilah populernya adalah rekayasa sosial. Istilah "rekayasa sosial (social engineering)" seringkali dipandang negatif karena lebih banyak digunakan untuk menunjuk perilaku yang manipulatif. Padahal, secara konseptual, istilah "rekayasa sosial" adalah suatu konsep yang netral yang mengandung makna upaya mendesain suatu perubahan sosial sehingga efek yang diperoleh dari perubahan tersebut dapat diarahkan dan diantisipasi. Konsep rekayasa sosial, dengan demikian, menunjuk pada suatu upaya mendesain atau 7 Ibid,hal 55-56 8 Dalam konteks ini asumsinya sederhana bahwa tidak perubahan tanpa diawali dengan perubahan cara berpikir. Lihatlah perubahan besar dalam peradaban besar umat manusia selalu diawali dengan perubahan dari cara berpikir masyarakatnya. 27 mengkondisikan terjadinya perubahan struktur dan kultur masyarakat secara terencana. Rekayasa sosial (social engineering) adalah salah satu cara yang bisa dilakukan untuk menciptakan masyarakat yang bersih, kuat, disiplin dan berbudaya. Dalam prinsip berpikir sistem, perubahan yang signifikan hanya dapat dilakukan oleh individu dan masyarakat itu sendiri, bukan menunggu peran struktur saja. Untuk membentuk struktur yang kuat, diperlukan elemen kebaruan (emergent properties) yang lahir dari individu dan komunitas yang sadar/belajar secara terus menerus (the lifelong learner). Komunitas ini dapat dirancang dengan menggunakan pendekatan dan penerapan beberapa prinsip organisasi pembelajaran (learning organisation) dan berpikir sistem (system thinking) yang dirajut dan dikonstruksi dalam konsep dan metode pembelajaran primer. Dari Problem Sosial, Unsur-Unsur Sosial hingga Aksi Sosial Pada dasarnya rekayasa sosial hanya dapat diselenggarakan kepada masyarakat yang didalamnya terdapat sejumlah problem (sosial). Problem-problem sosial tersebut memberikan dampak bagi perjalanan panjang (dinamika) dalam masyarakat. Tapa ada problem sosial, tidak akan ada orang berpikir untuk melakukan rekayasa sosial. Artinya, problem sosial menjadi faktor utama untuk segera diatas dalam melakukan rekayasa sosial. Problem sosial biasanya muncul akibat terjadinya kesenjangan antara apa yang seharusnya terjadi dalam masyarakat (das sollen) dengan kondisi yang sebenarnya terjadi (das sein). Misalnya; awalnya masyarakat berharap agar arus lalu lintas di Metropolitan Surabaya berjalan aman, tertib dan lancar. Semua pengguna jalan raya berjalan dengan mentaati aturan yang berlaku, ada atau tidak ada petuga. Sayangnya, apa yang diinginkan oleh masyarakat bertolak belakang dengan realitas yang terjadi. Betapa banyak pelanggaran lalu lintas terjadi akibat ketidaktaatan mereka pada peraturan. Akibatnya terjadi perbedaan antara yang ideal dengan realitas. Kesenjangan tersebut merupakan suatu problem sosial yang mesti segera di atasi. Itulah sebabnya, dibuatlah sebuah skenario (strategi) sebagai bagian rekayasa sosial melalui kampanye safety riding9. Dengan demikian, dalam melakukan rekayasa sosial, analisis atas situasi (problem sosial) dalam masyarakat tidak boleh ditinggalkan. Sebab, bisa jadi tanpa analisis situasi ini sebuah rekayasa sosial akan mengalami kegagalan. Ibarat sebuah adagium salah di tingkat hulu akan berakhir fatal di tingkat hilir. Salah dalam membaca sebab musabab sehingga terlahir problem sosial akan berakibat kesalahan dalam menentukan rekayasa sosial yang dijalankannya. Tanpa pembicaraan mengenai problem sosial ini, alih-alih melakukan rekayasa sosial untuk menyelesaikan problem sosial, kita mungkin malah menambah panjang munculnya problem sosial baru. Dalam melakukan pemecahan atas problem sosial ada kalanya memang dituntut aksi sosial (aksi kolektif) yakni tindakan kolektif (bersama) untuk 9 Bisa juga yang dilakukan oleh Pemkot Surabaya bekerjasama dengan harian Jawa Pos menggelar kegiatan Surabaya Green and Clean untuk mendorong masyarakat metropolis memiliki kesadaran dalam mengelola lingkungan sekitarnya. 28 mengatasi problem sosial, sehingga perubahan sosial bisa digerakkan bersama sesuai dengan keinginan bersama. Philip Kotler10 memberikan gambaran unsur-unsur sosial dan aksi sosial yang dapat dilakukan dalam melakukan rekayasa sosial; (1) cause (sebab), yakni upaya atau tujuan sosial –yang dipercayai oleh pelaku perubahan- dapat memberikan jawaban pada problem sosial, (2) change agency (pelaku perubahan), yakni organisasi yang misi utamanya memajukan sebab sosial, (3) Change target (sasaran perubahan); individu, kelompok atau lembaga yang ditunjuk sebagai sasaran upaya perubahan, (4) Channel (saluran); media untuk menyampaikan pengaruh dan dari setiap pelaku perubahan ke sasaran perubahan, dan (5) Change strategy (strategi perubahan); teknik utama untuk mempengaruhi yang diterapkan oleh pelaku perubahan untuk menimbulkan dampak pada sasaran perubahan. Sebagai catatan tambahan, dalam melakukan rekayasa sosial –hal lazim yang marak digunakan oleh LSM/NGO atau organisasi sosial- adalah melakukan analisis situasi dengan pendekatan analisis SWOT; yakni Streght (kekuatan), Weakness (kelemahan), Oppurtunity (peluang) dan Treath (ancaman). Analisis ini dilakukan untuk mengukur seberapa besar kemampuan atau potensi kita dalam melakukan rekayasa sosial. Melalui analisa ini, minimal kita dapat menentukan bentuk-bentuk rekayasa sosial yang hendak dijalankan. Namun demikian, ada berbagai pendekatan dalam melakukan rekayasa sosial –tergantung dari- gaya dan prototipe masing-masing pelaku perubahan sosial sekaligus masyarakat yang akan dirancang perubahan sosialnya. REFERENSI 1. Materi Pelatihan Kader Dasar PMII 2010 2. J. Rahmat, 2000, Rekayasa Sosial, Bandung Rosdakarya, hal. 45. 3. Rogers, Everet M., 1988, Social Change in Rural Society, Englewood Cliffs, NJ, Prentice Hall, hal. 7 4. Suparlan, Parsudi, 1986, Perubahan Sosial dalam Manusia Indonesia, Individu, Keluarga, Keluarga dan Masyarakat, Jakarta: Akademika Pressindo, hal 114-127 5. Sumartono sebagaimana dikutip Setyo Yuwono Sudikan, 2001, Metode Penelitian Kebudyaan, Surabaya: Citra Wacana, hal. 9 6. Aminatun Zubaedah, Paparan Strategi Advokasi dalam pelatihan Pengembangan Program Kerja PKK, 2011 10 Sebagaimana dikutip oleh Jalaludin Rakhmat, op cit, halm. 83 29