strategi organisasi dan perubahan sosial

advertisement
MODUL PELATIHAN DASAR
Modul 1
STRATEGI ORGANISASI DAN
PERUBAHAN SOSIAL
Edisi Desember 2016
LAKPESDAM
P B N U
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... i
SENI MEMFASILITASI ......................................................................................................... 2
1. Pendekatan Fasilitasi ................................................................................................. 2
2. Kemampuan Daya Serap Manusia atas Informasi ............................................... 2
3. Proses Perubahan Sosial dari Pelatihan/ Kegiatan yang Partisipatoris ............ 3
4. Hal yang Penting untuk Diperhatikan ................................................................... 4
Modul 1. STRATEGI ORGANISASI DAN PERUBAHAN SOSIAL ...................................... 5
TOPIK 1 ANALISIS SOSIAL (Isu Strategis Desa, Pemetaan Stakeholder,
Kapasitas Organisasi) DI DESA ............................................................... 6
PROSES ........................................................................................................................ 7
Persiapan .................................................................................................................. 7
Pengantar.................................................................................................................. 7
Permainan / Game REBUTAN KURSI ................................................................. 7
Penjelasan tentang Faktor yang mempengaruhi ............................................. 7
Paparan ..................................................................................................................... 8
ANALISA SOSIAL .............................................................................................. 8
RUANG LINGKUP ............................................................................................. 8
LANGKAH LANGKAH ANALISA SOSIAL .................................................. 9
Klarifikasi / penjelasan......................................................................................... 10
MASALAH......................................................................................................... 10
Diskusi Kelompok dan Presentasi ....................................................................... 10
Presentasi Hasil Diskusi Kelompok .................................................................... 13
ALAT BANTU ........................................................................................................... 14
TOPIK 2 LANGKAH-LANGKAH PENGORGANISASIAN MASYARAKAT 15
PROSES ...................................................................................................................... 15
Persiapan ................................................................................................................ 15
Pengantar................................................................................................................ 15
Permaian / Game TEBAK APAKAH AKU ? ..................................................... 15
Klarifikasi ............................................................................................................... 16
TOPIK 3 STRATEGI ADVOKASI ............................................................................ 18
PROSES ...................................................................................................................... 18
Pengantar................................................................................................................ 18
Dialog interaktif ..................................................................................................... 18
Paparan ................................................................................................................... 19
ADVOKASI ........................................................................................................ 19
Mengapa Perlu Advokasi ................................................................................. 19
Prinsip Advokasi ............................................................................................... 19
Strategi Advokasi .............................................................................................. 19
Bagaimana Melakukan Advokasi.................................................................... 19
Prasyarat ............................................................................................................. 20
Diskusi kelompok dan Paparan........................................................................... 20
Penutup .................................................................................................................. 21
BAHAN BACAAN ........................................................................................................... 22
Bahan Bacaan D.1.1 ...................................................................................................... 22
Bahan Bacaan D.1.2 ...................................................................................................... 26
REFERENSI ....................................................................................................................... 29
i
SENI MEMFASILITASI
“Memfasilitasi itu seperti menari atau menyanyi.
Memfasilitasi harus dilakukan dengan penghayatan dan kegembiraan.”
1. Pendekatan Fasilitasi
Ada 2 pendekatan yang biasa dipakai dalam memfasilitasi yaitu pendekatan
konvensional dan partisipatoris.
(a)
(b)
Gambar 1 (a) Pendekatan Konvensional, (b) Pendekatan Partisipatoris
Pendekatan Konvensional adalah suatu proses fasilitasi dimana proses berjalan
satu arah. Fasilitator (atau orang yang memfasilitasi) menjadi narasumber atau
pusat segala informasi, sementara peserta/partisipan menjadi pihak yang
menerima informasi. Pendekatan konvensional ini dahulu banyak dipakai oleh
guru ketika menerangkan pelajaran pada muridnya di kelas.
Pendekatan Partisipatoris adalah suatu proses fasilitasi dimana semua orang baik
fasilitator maupun peserta adalah narasumber. Pada dasarnya setiap orang
memiliki kemampuan dan pengalaman, karenanya Pendekatan partisipatoris ini
sesunguhnya sebuah langkah penghargaan kepada setiap peserta. Pendekatan
partisipatoris memungkinkan semua orang berkontribusi, berperan dan belajar
sesuai dengan kemampuan dan pengalaman masing masing. Selain sebagai
narasumber sebagaimana peserta, Fasilitator membantu mengatur alur informasi
sehingga semua informasi dari semua peserta tidak tercerai-berai dan melebar
kemana-mana. Fasilitator membantu peserta untuk fokus pada setiap topik dalam
pelatihan.
2. Kemampuan Daya Serap Manusia atas Informasi
Berdasarkan penelitian, aktivitas selama pelatihan mempengaruhi kemampuan
menyerap dan mendistribusikan kembali informasi yang didapat selama pelatihan.
Gambar berikut menjelaskan bila seorang hanya mendengarkan selama pelatihan,
maka dia hanya mampu menyerap 20% informasi yang disampaikan selama
pelatihan. Orang hanya mempu menyerap 50% informasi yang didengar dan
dilihat. Peserta yang hanya melihat, mendengar atau membaca saja tergolong
dalam kategori peserta pasif. Apabila diminta untuk menyampaikan ulang
2
informasi yang didapat, maka dia akan bisa menjelaskan saja tetapi tidak cukup
memahami apa yang dijelaskan .
Semakin aktif seseorang dalam pelatihan baik itu mendengar, melihat, menulis dan
melakukan praktek, makin banyak informasi yang diingat. Begitu juga kemampuan
dalam melakukan analisa, mendefinisikan dan melakukan evaluasi.
Mampu Mengingat.....
Mampu Melakukan.....
10% dari yang dibaca
20% dari yang didengar
30% dari yang dilihat
Pasif
50% dari yang dilihat
dan didengar
70% dari yang dikata
kan dan dituliskan
90% dari yang
dilakukan
Mendefinisikan
Menjelaskan
Mendemonstrasikan
Mengaplikasikan
Aktif
Menganalisa
Mendefinisikan
Mengkreasi
Mengevaluasi
3. Proses Perubahan Sosial dari Pelatihan/ Kegiatan yang
Partisipatoris
Perubahan yang bisa diharapkan dari pelatihan atau kegiatan yang partisipatoris
dimana setiap orang belajar dengan lagsung praktek (learning by doing), melakukan
refleksi kritis atau belajar dari pengalaman riil baik yang dialami sendiri atau dari
pengalaman pihak lain, untuk menyusun agenda perubahan menuju kondisi yang
lebih baik secara bersama sama.
3
4. Hal yang Penting untuk Diperhatikan
1. Memahami tujuan dan isi materi yang akan disampaikan
2. Suasana. Seorang fasilitator mengerti bagaimana menciptakan suasana yang
nyaman dan memungkinkan setiap orang bisa berpartisipasi aktif selama
pelatihan.
3. Setting waktu dan tempat. Dengan mempertimbangkan target peserta, maka
Fasilitator harus memperhatikan:
a. memastikan waktu kegiatan yang memungkinkan untuk diikui oleh
calon peserta. fasilitator memastikan waktu pelatihan yang memadai
dan efektif artinya tidak terlalu panjang tetapi hasilnya memadai.
b. Tempat pelatihan terjangkau
c. Pengaturan tempat duduk/ setting ruangan diatur dalam suasana yang
menungkinkan setiap peserta bisa saling berinteraksi/ terhubung/
melihat. Misalnya dengan mengatur tempat duduk melingkar atau
berbentuk huruf U
4. Memilah informasi yang harus disampaikan dan didiskusikan selama pelatihan.
Tidak semua informasi harus disampaikan dalam pelatihan. Pilihlah poin
penting yang sesuai dengan tujuan pelatihan. Bahan atau materi yang lain bisa
menjadi bahan bacaan yang memperkaya peserta. Metode partisipatoris justru
menekankan agar peserta “menemukan sendiri kesimpulan yang benar” selama
proses pelatihan
5. Memilih Metode. Pilih metode yang sederhana, yang
i.
membuat setiap orang terlibat secara aktif serta
ii.
mampu menggali pendapat dan infomasi yang dimiliki peserta serta
mengelaborasi pengalaman peserta
6. Menghindari dominasi salah satu kelompok/pihak, dan mendorong
perempuan dan kelompok rentan untuk berpartisipasi aktif dan
mengemukakan pendapat.
i.
Misalnya dalam setiap kelompok, memastikan semua anggota kelompok
punya hak yang sama untuk mengemukakan pendapat.
ii.
Setiap orang menghargai pendapat yang disampaikan oleh peserta lain
iii.
Setiap kelompok terdiri dari laki-laki dan perempuan.
iv.
Apabila pelatihan hanya ditujukan kelompok gender tertentu, misalnya
kelompok perempuan atau kelompok laki-laki saja, pastikan bahwa
semua orang baik muda atau lansia (bila ada) bisa berpartisipasi aktif.
4
Modul 1. STRATEGI ORGANISASI DAN PERUBAHAN
SOSIAL
Tujuan : Membangun pengetahuan dan kesadaran kader hijau tentang agenda perubahan
sosial
5
TOPIK 1 ANALISIS SOSIAL (Isu Strategis Desa, Pemetaan
Stakeholder, Kapasitas Organisasi) DI DESA
Tujuan instruksional umum
1. Peserta mengetahui arti penting dan tujuan dilaksanakannya Analisis Sosial
2. Peserta mengetahui Analisis Sosial yang berorientasi pada agenda Perubahan Sosial.
Tujuan instruksional khusus
1. Peserta mempunyai pemahaman dan ketrampilan tentang Analisis Sosial;
2. Peserta mempunyai kesadaran baru dalam melakukan analisis sosial;
3. Menjadi media refleksi bagi para peserta tentang agenda perubahan yang dikerjakan;
Materi
1. Paradigma perubahan
2. Peta masalah di desa
3. Pemetaan isu strategis desa
4. Pemetaaan stake holder/ pemangku kepentingan
5. Pemetaan arah perubahan yang diinginkan
Sarana dan prasarana yang dibutuhkan
1. Papan tulis/ white board /plano/flip chart
2. Metaplan beragam bentuk dan warna,
3. Plano/ flip chart
4. Spidol besar warna warni,
Metode
1. Curah Pendapat
2. Game/ permainan Berebut Kursi
3. Diskusi kelompok
Materi Pendukung
1. Panduan permainan “REBUTAN KURSI”
2. diagram Pohon
3. matriks.
4. bahan bacaan 1 : kemiskinan
5. Bahan Bacaan 2 : perubahan
Time (Waktu yang dibutuhkan) : 180 menit
6
PROSES
Persiapan
Sebelum Pelatihan tim Fasilitator mempersiapkan perlengkapan pelatihan seperti
selotip, kertas plano/flip chart, kertas metaplan, spidol, laptop, video dan
proyektor
Pengantar
(Waktu 10 Menit)
Fasilitator membuka sesi dengan mengucapkan salam, memperkenalkan diri dan
memaparkan tujuan pelatihan secara ringkas. Fasilitator juga menyampaikan
metode yang digunakan selama pembahasan topik 1 serta waktu yang dibutuhkan
untuk kegiatan pelatihan ini.
Fasilitator menjajaki pemahaman dan pandangan peserta mengenai Analisa Sosial
(Ansos): dengan mengajukan pertanyaaan : ”Menurut anda, apa itu ansos?”
Fasilitator mencatat jawaban peserta, menggaris bawahi pendapat yang benar atau
mendekati kebenaran
Permainan / Game REBUTAN KURSI
(Waktu 20 Menit)
1. Fasilitator kemudian mengajak peserta bermain game “Rebutan Kursi” dengan
menggunakan alat Bantu B.1.1. Permainan “REBUTAN KURSI”
2. Setelah permainan dianggap cukup, kemudian fasilitator mengajak peserta
merefleksikan permainan:
 Siapa yang tadi sempat tidak kebagian kursi?
 Mengapa mereka sampai tidak kebagian kursi? Karena faktor apa?
3. Arahkan jawaban peserta pada tiga kemungkinan:
a. Faktor-faktor alam (sudah tua, cacat fisik, kegemukan dan sebagainya)
b. Faktor manusia (kurang cepat bergerak, salah menghitung posisi dan
sebagainya)
c.Faktor lingkungan (persaingan keras, banyak kompetitor, suasana gaduh
sehingga mengganggu konsentrasi dan sebagainya)
Penjelasan tentang Faktor yang mempengaruhi
a) faktor alam disebabkan oleh takdir, adi kodrati, di luar jangkauan manusia;
b) faktor manusia dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, cara pandang, dan
pengalaman hidupnya; sementara
c) faktor lingkungan didominasi oleh konstruksi sosial, seperti budaya, tata
nilai, situasi politik dan ekonomi, keamanan dan sebagainya.
7
4. Uji lagi jawaban peserta, misalnya : menurut teman-teman benarkah
kegemukan itu faktor alam? Apakah bukan faktor manusianya yang kurang
menjaga pola makan? dan seterusnya.
Paparan
(Waktu 20 Menit)
1. Fasilitator lalu mengulas sedikit tentang paradigma, lalu memaparkan slide
tentang shifting paradigm (Alat Bantu B.1.2 Lembar Balik) dengan mengambil
contoh kasus, ”Mengapa seseorang menjadi miskin?”, minta setiap peserta
memaparkan secara singkat jawabannya atas pertanyaan tersebut.
2. Fasilitator mencatat jawaban peserta dan mengelompokannya dalam tiga
bagian: Takdir, Manusia, atau Konstruksi sosial? Mempertajamnya dan
memberikan kesempatan peserta lain untuk menyanggah pengelompokkan
tersebut.
3. Fasilitator lalu memaparkan slide tentang paradigma dan kesadaran manusia
serta memberi kesempatan peserta untuk menanggapinya.
4. Fasilitator kembali menegaskan kepada masing-masing peserta, ”saat ini
mereka berada di kesadaran mana?”
5. Berdasarkan proses yang sudah dilalui, fasilitator kemudian menanyakan
kembali, jadi apa itu ansos? Fasilitator menganalogika ansos dengan proses
pemeriksaan pasien oleh seorang dokter. Ketika ada pasien datang kepada
dokter, apa yang dilakukan oleh sang dokter? Apakah langsung memberi
resep? Atau memeriksa? Jika memeriksa apa yang pertama kali ditanyakan
dokter? Lalu apa? Lalu apa? Lalu apa lagi?
6. Fasilitator menggaris bawahi proses diagnosis, pemeriksaan laboratorium,
anamnesis/ assessment dan menganalogikannya dengan rangkaian proses
Ansos.
7. Fasilitator memaparkan slide pengertian ansos, fungsi ansos, kerangka ideologi
ansos, dan alur ansos.
ANALISA SOSIAL
Pengertian : Analisis sosial merupakan usaha untuk menganalisis secara
objektif dan dalam lingkup yang lebih luas dari kesan yang nampak atas suatu
keadaan atau masalah sosial.
Tujuan : Analisis sosial diarahkan untuk memperoleh gambaran lengkap
mengenai situasi sosial dengan menelaah kaitan-kaitan historis, struktural dan
konsekuensi masalah.
Analisis sosial akan mempelajari struktur sosial, mendalami fenomenafenomena sosial, kaitan-kaitan aspek politik, ekonomi, budaya dan agama.
Sehingga akan diketahui sejauh mana terjadi perubahan sosial, bagaimana
institusi sosial yang menyebabkan masalah-masalah sosial, dan juga dampak
sosial yang muncul akibat masalah sosial
RUANG LINGKUP
Pada dasarnya semua realitas sosial dapat dianalisis, namun dalam konteks
transformasi (perubahan) sosial, maka paling tidak objek analisa sosial harus
relevan dengan target perubahan sosial yang direncanakan yang sesuai dengan
8
visi atau misi organisasi. Secara umum objek sosial yang dapat di analisis
antara lain;
• Masalah-masalah sosial, seperti; kemiskinan, pelacuran, pengangguran,
kriminilitas
• Sistem sosial seperti: tradisi, usaha kecil atau menengah, sistem
pemerintahan, sitem pertanian
• Lembaga-lembaga sosial seperti sekolah layanan rumah sakit, lembaga
pedesaan.
• Kebijakan publik seperti : dampak UU DESA, Aturan penggunaan energi
dan sebagainya.
LANGKAH LANGKAH ANALISA SOSIAL
•
Memilih dan menentukan sasaran analisis sosial
Pemilihan sasaran masalah harus berdasarkan pada pertimbangan rasional
dalam arti realitas (kenyataan) yang dianalisis merupakan masalah yang
memiliki signifikansi sosial dan sesuai dengan visi atau misi organisasi.
•
Pengumpulan data atau informasi penunjang
Untuk dapat menganalisis masalah secara utuh, maka perlu didukung
dengan data dan informasi penunjang yang lengkap dan relevan, baik
melalui dokumen media massa, kegiatan observasi maupun investigasi
langsung dilapangan. Memeriksa kembali (recheck) data atau informasi
mutlak dilakukan untuk menguji kasahihan data (validitas data).
•
Identifikasi dan analisis masalah
Merupakan tahap menganalisis objek berdasarkan data yang telah
dikumpulkan. Pemetaan beberapa faktor atau unsur (variabel), seperti
keterkaitan aspek politik, ekonomi, budaya dan agama dilakukan pada
tahap ini. Melalui analisis secara komphrehensif diharapkan dapat
memahami subtansi masalah dan menemukan saling keterkaitan antara
aspek. Analisis Masalah bisa juga dilakukan dengan alat pohon masalah
untuk menemukan akar masalah. Terhadap akar masalah ini kemudian
dilakukan analisis prioritas untuk menentukan isu strategis yang sesuai
dengan sumber daya yang tersedia.
•
Mengembangkan persepsi
Setelah itu dilakukan identifikasi atas berbagai aspek yang mempengaruhi
atau terlibat dalam masalah. Pada tahap ini akan muncul
beberapapengembangan analisis atas akar masalah yang dianggap sebagai
isu strategis, seperti analisis stakeholder, analiais kepentingan (untung rugi),
dan beberapa alternative sebagai kerangka tindak lanjut. Selanjutnya
dikembangkan presepsi atas akar masalah/isu strategis sesuai cara pandang
yang objektif.
•
Menarik kesimpulan
Pada tahap ini telah diperoleh kesimpulan tentang; akar masalah, pihak
mana saja yang terlibat, pihak yang diuntungkan dan dirugikan, akibat
yang dimunculkan secara politik, sosial dan ekonomi serta paradigma
tindakan yang bisa dilakukan untuk proses perubahan sosial. Kemudian
disusunlah strategi rekayasa sosial untuk menghasilkan perubahan sosial.
9
8. Selanjutnya fasilitator mengajak peserta untuk mempraktikkan alur ansos,
dimulai dari identifikasi masalah: tanyakan kepada peserta tentang pengertian
masalah/isu. Fasilitator mencatat di flipchart dan menggaris bawahi pendapat
yg mendekati kebenaran
9. Fasilitator lalu menjelaskan slide pengertian masalah, lalu memancing
pengalaman peserta dalam menyelesaikan masalah dalam hidupnya:
bagaimana cara penyelesaian yg ditempuh dan bagaimana hasilnya.
Klarifikasi / penjelasan
MASALAH
Masalah adalah Kesenjangan antara harapan dan realitas. Mengidentifikasi
(mengenali), mengurai dan menempatkan masalah menjadi penting untuk
menemukan faktor penyebabnya, agar penyelesaian atas masalah betul-betul efektif
untuk mengatasinya secara mendasar, bukan cuma di kulit atau pada serpihanserpihannya, atau lebih parah lagi justru menimbulkan masalah baru.
Diskusi Kelompok dan Presentasi
(Waktu 90 Menit)
1. Fasilitator membagi peserta menjadi 4 kelompok berbasis daerah atau
kedekatan wilayah per RW/ Jorong/Dusun/Kampung.
2. Diskusi kelompok, 20 menit
3. Setiap kelompok diminta untuk membuat peta sosial di daerahnya dalam
jangkauan 1-5 km ( atau per dusun/Jorong/RW atau wilayah dengan batas
yang jelas yang mencakup :
o Denah wilayah
o Ada Apa dan Siapa saja di wilayah tersebut?
o Letak antar mereka (Jarak)?
o Bagaimana sejarah keberadaan mereka?
o Budaya apa saja yg sangat berpengaruh pada mereka?
o Bagaimana relasi antar mereka? (kekuasaan, ekonomi, kultural)
o Apa saja masalah kemiskinan dan sumber daya energi dalam wilayah yang
dipetakan tersebut ?
o Salin setiap masalah yg teridentifikasi disalin ke metaplan, satu metaplan
satu masalah. Dari berbagai masalah yang ada, minta tiap kelompok
memilih satu masalah yang dianggap masalah paling besar di wilayah
tersebut.
4. Setelah diskusi kelompok selama 20 menit Lalu peserta dikenalkan (atau
diingatkan; bagi yang sudah pernah menggunakan) analisis pohon masalah.
Fasilitator memberi contoh sederhana, analisa pohon masalah. Misalnya
a. Masalah : lapar
b. Penyebab langsung : tidak punya makanan
c. Akar penyebab : gagal panen
d. Akibatnya : badan lemas,
e. Dampaknya : sakit
10
Lembar Kerja C.1.1 Analisa Pohon Masalah
sakit
Badan
lemas
Masalah:
LAPAR
Tidak punya
makanan
Gagal
panen
Pengan
gguran
5. Lanjutan Diskusi Kelompok. Setiap kelompok diminta meletakkan masalah
yang telah dipilih dan membuat analisa pohon masalah . Lakukan selama 20
menit
 Tugaskan setiap kelompok membuat analisis pohon masalah
menggunakan lembar kerja C.1.1
 Masalah yang dianggap terbesar tersebut sebagai batang masalah,
sementara masalah lain dicari hubungannya dengan batang masalah
dalam relasi sebab-akibat.
 Masalah yang menjadi akibat langsung dari batang masalah
ditempatkan sebagai dahan masalah, yang menjadi akibat tidak
langsung atau akibat dari dahan masalah ditempatkan sebagai
ranting masalah.
11

Sedangkan masalah yang menjadi penyebab langsung terjadinya
batang masalah ditempatkan sebagai akar masalah. Sementara
masalah yang menjadi penyebab tidak langsung atau menyebabkan
terjadinya akar masalah ditempatkan sebagai akarnya akar masalah.
 Tugas tiap kelompok adalah mencari akar terdalam dari setiap
masalah, lalu memutuskan akar masalah mana yang diprioritaskan
untuk diselesaikan lebih dulu, berdasarkan analisis alternatif atau
analisis prioritas. Akar masalah yang menjadi prioritas ini
selanjutnya disebut isu strategis. (Lembar Kerja C.1.2- isu strategis)
Lembar Kerja C.1.2 Isu Strategis
Akar
Masalah
yg ingin
ditangani
Desakan
Kebutuhan
Thd Hasil
Aspek Penilaian
Ketersediaan
Kompetensi
Sumberdaya
/kapasitas
(Manusia,
yg dimiliki
Dana
&
Fasilitas)
Kecukupan
waktu
pengerjaan
Potensi
Jaringan
Prioritas
6.
Setelah akar masalah ditemukan, ajak peserta menindaklanjuti dengan
analisis struktural: Mengenali aktor dan kekuasaan serta relasinya dengan
kepentingan (untung rugi). Awali dengan pemaparan tentang relasi
kekuasaan dan kepentingan serta peta kekuasaan menggunakan Alat Bantu
kubus kekuasaan ala John Gaventa.
7.
Diskusi kelompok lanjutan, 20 menit
Setelah itu setiap kelompok diminta untuk melakukan analisis struktural
(dengan menggunakan lembar kerja C.1.3)
12
Lembar kerja C.1.3 Analisa Struktural
Masalah
Akar
Masalah
Aktor
Kategori Aktor
(Pelaku / korban; Visible /
invisible / Hiden; Lokal /
regional / Nasional / Global)
Kepentingan
Atas
Masalah
Analisis Untung Rugi
Diuntungkan
Siapa?
Bentuk Keuntungan?
Mengapa?
Dirugikan
Siapa?
Bentuk Kerugian?
Mengapa?
8. Kemudian setiap kelompok juga dminta untuk merumuskan arah perubahan
yang diinginkan: Dengan cara rumit, mengubah pohon masalah menjadi pohon
harapan, atau dengan cara lebih mudah, membalik kalimat negatif isu strategis
dalam masalah menjadi kalimat positif. misalnya isu strategisnya adalah
masih kurang akses pemasaran atas hasil bumi masyarakat desa, arah
perubahan adalah, adanya akses ekonomi yang mencukupi yang menjangkau
seluruh lapisan warga desa.
9. Kemudian dari arah perubahan yang diinginkan tersebut dipetakan
stakeholder yang diharapkan terlibat dan peran yang diharapkan dalam
perubahan. (Lembar Kerja C.1.4)
Lembar Kerja C.1.4 Arah perubahan yang diinginkan
Arah Perubahan yang Diinginkan…?
Stakeholder
Peran yang diharapkan dalam perubahan
Primer
Sekunder
Tersier
Presentasi Hasil Diskusi Kelompok
(Waktu 30 menit)
1. Setelah semua proses analisis sosial selesai, setiap kelompok mendapat
kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, sementara
kelompok lain menanggapinya. Presentasi dan tanggapan tiap kelompok
dilakukan 10 menit
2. Fasilitator mencatat beberapa hal yang penting, kemudian memberikan ulasan
singkat sambil menekankan beberapa hal penting
3. Fasilitator mengajak peserta menyimpulkan intisari materi analisis sosial,
pembelajaran yang mereka peroleh dan gambaran kegunaannya atas gerakan
penanggulangan kemiskinan berbasis energi terbarukan.
4. Fasilitator mengajak peserta memberi apresiasi kepada proses pembelajaran
mereka pada sesi ini dengan bertepuk tangan, kemudian menutup forum.
13
ALAT BANTU
Alat Bantu B.1.1. Game REBUTAN KURSI
Panduan cara bermain REBUTAN KURSI
1. Kursi sejumlah peserta ditata melingkar
2. Fasilitator berdiri ditengah lingkaran
3. Fasilitator meminta peserta untuk berdiri di depan kursi yang sudah tersedia
4. Fasilitator menjelaskan cara bermain rebutan kursi.
a. Fasilitator akan menghitung 1 sampai 3.
b. Pada hitungan ke 3 peserta harus menyeberang lingkaran dan mencari
kursi baru.
c. Syaratnya peserta tidak boleh mencari kursi di sebalah kanan atau
kirinya, apalagi kembali ke kursinya sendiri.
d. Yang tidak kebagian kursi akan berdiri di tengah lingkaran dan akan
menjadi pemberi aba aba berikutnya (menghitung 1,2,3).
e. Pada hitungan ketiga, si pemberi aba-aba juga bergabung dengan peserta
lain untuk berebut kursi
f. Orang yang tidak mendapat kursi, akan menjadi pemberi aba-aba
berikutnya
g. Begitu seterusnya
h. Fasilitator menanyakan kepada peserta, apakah sudah memahami cara
bermain atau belum.
i. Jika peserta belum jelas, maka fasilitator sekali lagi menjelaskan cara
bermain rebutan kursi. Jika sudah jelas maka permainan bisa dimulai.
5. Ketika fasilitator menjelaskan cara bermain berebut kursi, pada saat peserta
menjawab paham, dengan diam diam, Co-fasilitator (orang yang membantu
fasilitator) mengambil salah satu kursi peserta.
6. Selanjutnya fasilitator bisa memulai permainan rrebutan kursi.
7. Permainan rebutan kursi ini bisa dilakukan dalam 3-5 putaran sampai dirasa
cukup
Alat Bantu B.1.1 lembar Balik
14
TOPIK 2 LANGKAH-LANGKAH PENGORGANISASIAN MASYARAKAT
Tujuan instruksional umum
1. Peserta mengetahui arti pentingnya pengorganisasian masyarakat untuk perubahan
sosial
2. Peserta memiliki kemampuan dasar bagaimana proses pengorganisasian masyarakat
dilaksanakan
Tujuan instruksional khusus
1. Peserta dapat memahami peran sebagai penggerak warga/ CO serta peran dan
fungsinya.
2. Peserta dapat memahami pentingnya pengorganisasian masyarakat dan teknik-teknik
pengorganisasian masyarakat
Sarana dan prasarana yang dibutuhkan
plano, metaplan, spidol, LCD proyektor, komputer/laptop
Metode
game, brainstorming, diskusi kelompok
Materi Pendukung
Alat bantu permainan
Time (Waktu yang dibutuhkan) : 60 menit
PROSES
Persiapan
Fasilitator menyiapkan 3 buah lintingan kertas yang masing masing bertuliskan
Membentuk
SOFA
Membentuk
TEKO
Membentuk
MANGKUK
Pengantar
(Waktu 5 Menit)
Fasilitator membuka sesi dengan mengucap salam kepada peserta dan
menjelaskan secara ringkas tujuan dari sesi ini.
Permaian / Game TEBAK APAKAH AKU ?
(Waktu 30 Menit)
1. Fasilitator membagi peserta menjadi 3 kelompok. Setiap kelompok
diminta untuk memilih siapa yang menjadi pemimpin kelompok.
2. Fasilitator menjelaskan bahwa mereka akan bermain “TEBAK
APAKAH AKU“. Memberi contoh, misalnya dirinya membentuk diri
menjadi pinsil/ roket dengan berdiri lurus dan menangkupkan
kedua tangan diatas kepala dan meminta peserta untuk menebak
benda apa yang sedang diperagakan, atau mengajak salah seorang
15
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
peserta, bersama bergandengan tangan dan merentangkan tangan membentuk
pagar dan meminta peserta menebak benda yang diperagakan.
Fasilitator meminta pemimpin kelompok untuk mengambil lintingan kertas
yang telah disiapkan oleh fasilitator dan meminta setiap kelompok untuk
merahasiakan tugas masing masing kelompok, jagan sampai diketahui oleh
kelompok lain.
Diskusikan dalam kelompok bagaimana harus membentuk benda yang
menjadi tugas masing-masing dari kerjasama anggota kelompoknya. Apabila
tebakan kelompok lain betul, berarti mereka mampu melakukan tugas dengan
baik.
Setelah 10 menit, minta kelompok 1 untuk memperagakan bentuk yang dibuat.
tanyakan kepada peserta lain, bentuk apa yang sedang diperagakan.
Beri tepuk tangan bila tebakannya betul.
Lakukan peragaan dua kelompok yang lain
Setelah selesai permainan tanyakan kepada peserta apa pesan yang bisa
diambil dari permainan tadi, arahkan jawaban pada
a. Apakah ada aturan main, tujuan, keanggotaan/ sumber daya,
komunikasi, koordinasi, kerjasama, pembagian peran, tim leader
Fasilitator mencatat jawaban peserta dalam plano, dan mengidentikkan dengan
langkah-langkah pengorganisasian
Klarifikasi
Pengorganisasian adalah pengaturan/pengelolaan sumber daya untuk mencapai
tujuan.
Hal hal penting yang harus ada dalam pengorganisasian antara lain
1. Ada tujuan jelas yang ingin dicapai
2. Ada anggota, lebih dari 1 orang
3. Ada komunikasi yang terjalin antar anggota
4. Kerjasama
5. Koordinasi
6. Pembagian peran
7. Pemimpin / koordinator
8. Aturan main/ aturan organisasi.
Langkah pengorganisasian
1. Sekumpulan orang dengan tujuan yang sama bersepakat melakukan
pengorganisasiaan
2. Menetapkan tujuan /visi, misi yang akan dicapai
3. Menysusun strategi dan aktivitas untuk mencapai tujuan (rencana kerja/ rencana
aksi)
4. Memetakan kapasitas sumber daya seperti : pemetaan masalah, kapasitas,
kebutuhan, peta pemangu kepantingan/ peta stake holder, pembiayaan dll
5. Membuat kesepakatan aturan organisasi,
6. Melakukan pembagian peran sesuai dengan kompetensi/kemampuan masing masing
16
catatan :
 untuk mecapai tujuan organisasi penting untuk melakukan penggalangan
dukungan.
 Dari pemetaan stakeholder, bisa digali siapa-siapa para pihak yang
potensial menjadi anggota organisasi, siapa yang potensial menjadi
pendukung, berjejaring, bersama sama mewujudkan tujuan organisasi
meskipun bukan menjadi anggota
 Untuk mewujudkan tujuan organisasi ataupun menggalang dukungan,
maka harus dilakukan upaya advokasi.
 Penting untuk mengidentifikasi strategi advokasi yang tepat untuk
menggalang dukungan sampai terwujud tujuan oganisasi.
17
TOPIK 3 STRATEGI ADVOKASI
Tujuan instruksional umum
1. Peserta memahami arti pentingnya advokasi bagi perubahan sosial
2. Peserta memahami bagaimana menjalankan strategi advokasi
Tujuan instruksional khusus
1. Peserta memahami jenis-jenis advokasi,
2. Peserta memiliki kemampuan teknis advokasi, dan
3. Peserta memiliki kemampuan melibatkan warga dan pihak-pihak dalam jaringan
kerja advokasi
Sarana dan prasarana yang dibutuhkan
Diisi oleh TA sektor
Metode
Diisi oleh Tenaga Ahli Capacity Building
Materi Pendukung
Ceramah; game/role play; diskusi kasus/kelompok; menulis cerita/gambar
Diisi oleh Tenaga Ahli sektor
1. Peserta mengetahui arti pentingnya pengorganisasian masyarakat untuk
perubahan sosial
2. Peserta memiliki kemampuan dasar bagaimana proses pengorganisasian
masyarakat dilaksanakan
Time (Waktu yang dibutuhkan) : 60 menit
PROSES
Pengantar
(Waktu 5 Menit)
Fasilitator menjelaskan tujuan dari sesi ini .
 Untuk mewujudkan tujuan organisasi ataupun menggalang dukungan,
maka harus dilakukan upaya advokasi.
 Penting untuk mengidentifikasi strategi advokasi yang tepat untuk
menggalang dukungan sampai terwujud tujuan oganisasi.
Dialog interaktif
(Waktu 10 Menit)
1. Fasilitator bertanya kepada peserta tentang pemahaman mereka terhadap
advokasi catat setiap jawaban peserta yang mendekati kebenaran pada plano
a) Fasilitator bertanya lagi, apa yang dilakukan untuk bisa mendapatkan
pemenuhan hak
b) Tulis jawaban peserta
c) Paparkan slide tentang Advokasi
18
Paparan
(Waktu 15 Menit)
ADVOKASI
 ADVOKASI adalah suatu cara untuk mencapai tujuan tertentu.
 Lebih rinci, advokasi merupakan suatu usaha yang sistematik dan
terorganisir untuk mempengaruhi dan mendesakkan terjadinya perubahan
kebijakan publik secara bertahap-maju, melalui semua saluran dan piranti
demokrasi perwakilan, proses-proses politik dan legislasi dalam sistem yang
berlaku.
Mengapa Perlu Advokasi
 Konsep hak tagih Masyaralat adalah pembayar pajak, negara sebagai
penerima pajak mempunyai peran dan kewajiban memenuhi hak warga
 Seringkali suatu kebijakan keluar tanpa mempertimbangkan kebutuhan dan
atau rasa keadilan masyarakat,
 Suatu proses tidak berjalan sebagaimana mestinya,
 Masyarakat sebagai subyek pembangunan harus mau dan mampu
mendesakkan perubahan tersebut.
Prinsip Advokasi
 Realistis artinya spesifik, terukur, dapat dicapai dalam kurun waktu tertentu
( SMART)
 Sistematis, dilakukan dengan terorganisir
 Taktis
 Strategis
 Berani
Strategi Advokasi







Pengorganisasian
Jejaring
Demo/aksi /mobilisasi
Diskusi, lobby, audiensi, hearing,
Partisipasi aktif dalam musrenbang desa/kecamatan/kabupaten
Media baik cetak, audio/lagu, visual / film, spanduk, leaflet,
Litigasi / jalur hukum
Bagaimana Melakukan Advokasi







Identifikasi isu / masalah
Memilih isu strategis yg akan diadvokasi
Mengumpulkan data / info /dana…
Melakukan analisa data
Analisa para pihak
Analisa kekuatan –kelemahan-peluang dan tantangan
Memilih strategi advokasi
19
Prasyarat







Komunikasi
Bekerjasama
Aturan main
Pembagian peran
Prioritas
Tindakan nyata
Kepercayaan
STAKEHOLDER - STRATEGI ADVOKASI
•Lobi
•Aksi utk advokasi
• Media kampanye
•Merupakan kawan
potensial
• Jejaring
Kuasa -,
komitmen
+
Kuasa +
komitmen
tinggi +
Kuasa , komitmen
-
Kuasa +
komitmen -
•Pengorganisasian
•Kekuatan dalam
melakukan
advokasi . Bisa
menjadi peluang
dukungan
•Lobi
•Audiensi
•Diskusi
•Merupakan tantangan
dalam melakukan advokasi
Diskusi kelompok dan Paparan
(Waktu 30 Menit)
1. Selanjutnya bagi peserta menjadi 3 kelompok. Masing masing kelompok
berdiskusi sesuai dengan pertanyaan untuk masing masing kelompok selama 15
menit
Kelompok 1 pengorganisasian Masyarakat. Pertanyaannya adalah
 Apa tantangan dan kendala dalam melakukan pengorganisasian kader hijau
Kelompok 2 Advokasi pertanyaanya
• Siapa saja para pihak yang harus dipengaruhi, apa pilihan strategi yang
tepat agar mereka mendukung program energi terbarukan.
Kelompok 3 Kampanye dan sistem pendukung. Pertanyaanya
• Buatlah media kampanye untuk menggalang dukungan dari masyarakat
terkait energi terbarukan (boleh poster, leaflet dll)
2. Setelah 20 menit, minta setiap kelompok untuk melihat hasil kerja kelompok
yang lain. bila ada pertanyaan atau usulan atau komentar, tuliskan dalam kertas
dan tempelkan pada tempat yang sesuai dengan pertanyaan tersebut.
20
3. selanjutnya peserta kembali ke hasil kerja kelompok dan melihat input dari
kelompok lain.
4. fasilitator menanyakan apa komentar dari masing masing perwakilan kelompok
(dengan mempertimbangkan keterwakilan laki-laki dan perempuan) atas proses
belajar hari ini.
Penutup
Fasilitator mengunci sesi dengan menekankan pentingnya melakuan analisa sosial,
analisa stakeholder dan menyusun langkah advokasi yang tepat demi tercapainya
tujuan.
Tutup pelatihan dengan memberikan apresiasi atas partisipasi dan kerja keras
peserta.
21
BAHAN BACAAN
Bahan Bacaan D.1.1
Bahan Bacaan 1 Hampir Punah, Miskin, dan Terpinggirkan dari Pergaulan
28/01/15, 10:36 WIB
BAK RAKSASA: Wartawan Jawa Pos Hilmi Setiawan (tengah) bersama pasangan suami istri
pigmi Rampasasa; Viktor Jemarut, 80, dan Tekla Ndandus, 76. (Jawa Pos Photo)
Keberadaan masyarakat pigmi di Dusun Rampasasa, Desa Wae Mulu, Kecamatan
Wae Rii, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT), masih menyimpan
misteri. Konon, postur tubuh mereka yang pendek mewarisi gen manusia purba
Homo Floresiensis yang fosilnya ditemukan di Gua Ling Bua, tak jauh dari
Rampasasa.
Laporan Hilmi Setiawan, Manggarai
MISTERI orang pigmi Rampasasa itu menarik perhatian dr Aman Bhakti
Pulungan. Aman menganggap keberadaan mereka terlihat ’’ganjil’’ dibanding
orang modern pada umumnya. Postur orang pigmi paling tinggi hanya 150 cm,
namun dengan organ tubuh yang tumbuh ’’normal’’. Karena itulah, Aman lalu
menjadikan orang-orang pigmi sebagai objek penelitian disertasinya untuk meraih
gelar doktor di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) 13 Januari lalu
(Jawa Pos, 15 Januari 2015).
Berdasar penelitian Aman, postur pendek orang pigmi tidak disebabkan
kekurangan gizi atau zat kalsium. Bahkan, kata dosen FKUI tersebut, asupan gizi
orang-orang pigmi lebih dari cukup. Malah, yang ekstrem, lebih baik dibanding
gizi orang Jakarta.
Aman menyimpulkan bahwa postur pendek orang-orang pigmi ternyata
merupakan faktor genetis alias keturunan. Mereka diindikasi masih keturunan
22
manusia purba masyarakat Flores (Homo Floresiensis) yang hidup ratusan tahun
silam di Flores.
Atas dasar hasil penelitian Aman itu, Jawa Pos menemui langsung orang-orang
pigmi di Rampasasa 16 Januari lalu. Hingga saat ini orang pigmi di Rampasasa
masih tersisa sekitar 200 jiwa.
Begitu sampai di dusun yang terletak di lereng bukit itu, saya langsung berkunjung
ke salah satu rumah warga pigmi. Memang, setiap tamu yang datang ke kampung
kate Rampasasa akan diajak masuk ke rumah gendang, rumah adat mereka.
Dinamai rumah gendang karena di tiang penyangga rumah bagian tengah
digantung beberapa buah gendang. Juga ada perisai dan cambuk. Ketiganya
dipakai saat ada perhelatan tarian adat caci setiap selesai musim panen, sekitar
Agustus.
Saat masuk rumah kecil itu, saya seperti raksasa yang sedang masuk rumah liliput.
Tinggi tubuh saya yang sekitar 170 cm nyaris menyundul kayu penyangga atap
yang terbuat dari seng. Bahkan, ketika melalui pintu, saya harus merunduk agar
tidak terbentur gawangnya yang hanya setinggi 1,7 meter.
Rumah gendang tersebut mempunyai lima ruangan. Empat ruangan untuk kamar
tidur penghuni yang masing-masing berukuran 4 x 3 meter. Letaknya di empat
sudut rumah gendang. Sedangkan satu ruangan lainnya merupakan ruang
serbaguna yang berada persis di tengah-tengah rumah. Ruang serbaguna itu
dipakai untuk upacara adat menyambut tamu atau upacara-upacara keluarga
lainnya, seperti pernikahan, kelahiran, atau kematian.
Setiap tamu asing yang masuk rumah gendang akan disambut upacara kapu oleh
seluruh warga pigmi Rampasasa. Siang itu upacara dipimpin Darius Sekak, 65,
yang merupakan ketua rumah gendang. Pria bertinggi 140,9 cm tersebut tinggal
bersama istrinya, Regina Idas (140,8 cm).
Penghuni rumah gendang terdiri atas pasangan dari suku-suku yang berbeda.
Mereka tinggal di empat kamar yang tersedia. Dua kamar untuk perwakilan suku
Ntala, sedangkan dua kamar lainnya untuk suku Tuke’i dan suku Lao. Suku Ntala
mendapat dua kamar karena jumlah dan pengaruhnya lebih dominan daripada
suku lainnya.
Suku Ntala diwakili Darius dan istrinya serta pasangan Victor Jerubu (146,5 cm)
dan Yuliana Mia (140). Suku Tuke’i mendelegasikan pasangan Petrus Antas (145,5)
dan Martha Dahung (136,5). Sementara itu, perwakilan suku Lao di rumah itu
adalah Rofinus Dangkut (157,9) beserta istrinya, Yuiana Nut (140,6).’’Rumah adat
ini harus diisi perwakilan dari suku-suku yang ada. Tidak boleh hanya dihuni satu
suku saja,’’ jelas Darius.
Kondisi bilik-bilik kamar di rumah gendang itu sangat sederhana dan jauh dari
standar kesehatan rumah pada umumnya. Setiap kamar masih disekat lagi menjadi
23
dua ruangan. Satu ruangan difungsikan sebagai ruang keluarga, ruangan yang lain
untuk tempat tidur.
Kondisi tempat tidurnya juga sangat sederhana, hanya berupa dipan kayu yang di
atasnya diberi kasur tipis yang sudah kumal. Tak ada pencahayaan, apalagi listrik.
Cahaya hanya bergantung kepada sinar matahari yang masuk melalui celah-celah
dinding kayu.
Darius menceritakan, di rumah gendang berlaku aturan pewarisan bilik kamar.
Biasanya orang tua akan menyerahkan bilik kamar itu kepada anaknya yang belum
bisa membangun rumah sendiri. Tetapi, ketika anak-anaknya sudah bisa
membangun rumah sendiri di luar rumah gendang, kamar tersebut akan dihuni
orang tuanya sampai meninggal.
Dan, ketika orang tua yang menghuni rumah gendang itu meninggal, harus ada
salah satu di antara anak-anaknya yang bersedia menghuni bilik kamar di rumah
gendang. ’’Anak-anak tidak boleh menolak. Karena itu amanat dari orang tua
sebelum meninggal,’’ jelas Darius.
Dengan cara seperti itu, keempat bilik kamar di rumah gendang tidak pernah
kosong. Aturan adat tersebut mereka jalankan secara turun-temurun sejak dulu.
Terkait dengan postur tubuh mereka yang pendek, Darius mengakui bahwa itu
merupakan warisan dari nenak moyang mereka yang secara ilmiah dikenal dengan
nama homo Floresiensis. Manusia purba itu dulu banyak hidup di gua-gua, salah
satunya di Gua Liang Bua yang terletak sekitar 2 km dari Dusun Rampasasa.
’’Nenek moyang kami itu pindah ke Rampasasa setelah di sekitar Gua Liang Bua
terjadi wabah penyakit misterius. Banyak yang kemudian mati di dalam gua,’’ jelas
Darius.
Meskipun secara fisik lebih pendek dibanding warga pada umumnya, orang-orang
pigmi Rampasasa tidak pernah berkecil hati. Pemuda-pemuda pigmi juga aktif ikut
kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan. ’’Kami kan juga warga seperti yang lain.
Jadi ya wajar kalau kami ikut kegiatan seperti yang lain,’’ tutur pria yang dituakan
di suku Ntala itu.
Dari sisi sosial ekonomi, masyarakat pigmi Rampasasa masuk kategori prasejahtera
alias miskin. Penghasilan mereka sebagai buruh tani cengkih dan kemiri tidak
seberapa. Paling banter mereka hanya mendapatkan beberapa kg beras sebagai
ongkos kuli berkebun.
Untuk mencukupi kebutuhan hidup lainnya, masyarakat pigmi menarik ongkos
kepada setiap wisatawan yang datang ke kampung mereka. Misalnya, ketika
wisatawan ingin masuk rumah gendang, warga akan menarik tarif Rp 100 ribu per
orang.
24
Kemudian, untuk foto bersama orang-orang kate itu, wisatawan juga harus
mengeluarkan duit antara Rp 50 ribu-Rp 100 ribu. Lalu, untuk jasa pemandu masuk
ke kampung pigmi Rampasasa, tarifnya Rp 50 ribu. ’’Orang pigmi Rampasasa
menganggap setiap tamu yang datang itu membawa berkah bagi mereka,’’ kata
Kornelis, penjaga situs Gua Liang Bua.
25
Bahan Bacaan D.1.2
Bahan Bacaan 2
PERUBAHAN SOSIAL: AWAL DARI REKAYASA SOSIAL1
Prolog ini merupakan catatan awal untuk memberikan suatu preskripsi bahwa
perubahan sosial merupakan keniscayaan yang menimpa suatu masyarakat,
seberapapun dia tersisolasi. Persoalannya bagaimana perubahan sosial tersebut
dirancang dengan perencanaan, sehingga yang muncul dalam masyarakat yang
berada dalam order (tatanannya); meskipun didalamnay berkelindan berbagai
perubahan. Artinya; tiada masyarakat yang dapat steril dari perubahan sosial.
Justru perubahan sosial memberikan suatu bukti terjadinya dinamika di dalam
masyarakat tersebut. Tanpa perubahan sosial, masyarakat tersebut adalah
masyarakat yang ’mati’, stagnan, tanpa dinamika.
Terdapat dua (2) bentuk perubahan sosial. Pertama, perubahan sosial yang tidak
terencana (unplanned social change). Perubahan social yang terjadi terus menerus
yang terjadi secara perlahan yang tanpa direncanakan yang biasanya diakibatkan
oleh teknologi dan globalisasi. Perubahan dalam contoh di atas adalah salah satu
bentuk adanya perubahan yang tidak disadari dengan hadirnya kebudayaan
materiil, yakni televise. Kedua, perubahan social yang terencana (planned social
change); yakni sebuah perubahan social yang didesain serta ditetapkan strategi dan
tujuannya2. Nah, dalam kasus perubahan social di desa adapt tersebut di atas juga
terjadi akibat sebuah desain matang (rekayasa social) dari Negara, misalnya melalui
proyek modernisasi yang berbalut ideologi pembangunanisme (developmentalisme).
Lalu apa sesungguhnya perubahan social tersebut. Perubahan social adalah proses
perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi suatu sistem sosial 3. Sementara
Suparlan4 menegaskan bahwa perubahan sosial adalah perubahan dalam struktur
sosial dan pola-pola hubungan sosial, yang antara lain mencakup; sistem status,
hubungan-hubungan dalam keluarga, sistem-sistem politik dan kekuatan, serta
persebaran penduduk. Selain itu terdapat tiga (3) unsur penting perubahan sosial,
yakni (1) sumber yang menjadi tenaga pendorong perubahan, (2) proses perubahan,
dan (3) akibat atau konsekuensi perubahan itu5.
Menurut J. Rahmat6, ada beberapa penyebab terjadinya perubahan sosial. (1) bahwa
masyarakat berubaha karena ideas; pandangan hidup, pandangan dunia dan nilainilai.
Max Weber adalah salah satu tokoh yang percaya bahwa ideas merupakan
penyebab utama terjadinya perubahan sosial. Hal ini dia perlihatkan dalam
1 Materi Pelatihan Kader Dasar PMII 2010
2 J. Rahmat, 2000, Rekayasa Sosial, Bandung Rosdakarya, hal. 45.
3 Rogers, Everet M., 1988, Social Change in Rural Society, Englewood Cliffs, NJ, Prentice Hall, hal. 7
4 Suparlan, Parsudi, 1986, Perubahan Sosial dalam Manusia Indonesia, Individu, Kelaurga, Keluarga dan Masyarakat,Jakarta:
Akademika Pressindo, hal 114-127
5 Sumartono sebagaimana dikutip Setyo Yuwono Sudikan, 2001, Metode Penelitian Kebudyaan, Surabaya: Citra Wacana, hal. 9
6 Ibid, halm 46-48
26
menganalisis perubahan sosial dalam masyarakat Eropa dengan semangat etik
protestanismenya sehingga memunculkan spirit kapitalisme. Diakui oleh Weber
bahwa ideologi ternyata berpengaruh bagi perkembangan dalam masyarakat. (2)
yang mempengaruhi terjadinya perubahan dalam masyarakat juga terjadi dengan
adanya tokoh-tokoh besar (the great individuals) yang seringkali disebut sebagai
heroes (pahlawan), dan (3) perubahan sosial bisa terjadi karena munculnya social
movement (gerakan sosial). Yakni sebuah gerakan yang digalang sebagai aksi sosial,
utamanya oleh LSM/NGO, yayasan, organisasi sosial, dsb serta
Lebih lanjut Kang Jalal7 menyebut bahwa dalam perubahan sosial dibutuhkan
berbagai strategi yang selayaknya dilakukan melalui berbagai cara, tergantung
analisis situasi atas problem sosial yang ada. (1) strategi normative-reeducative
(normatif-reedukatif). Normative adalah kata sifat dari norm (norma) yang berarti
atuiran-aturan yang berlaku dalam masyarakat. Norma tersebut termasyarakatkan
lewat education, sehingga strategi normatif digandengkan denagn upaya reeducation
(pendidikan ulan) untuk menanamkan dan mengganti paradigma berpikir
masyarakat lama dengan yang baru8. Cara atau taktik yang dilakukan adalah
dengan mendidik, bukan sekedar mengubah perilaku yang tampak melainkan juga
mengubah keyakinan dan nilai sasaran perubahan, (2) persuasive strategy (strategi
persuasif). Strategi perubahan yang dilakukan melalui penggalangan opini dan
pandangan masyarakat yang utamanya dilakukan melalui media massa dan
propaganda. Cara yang dilakukan adalah dengan membujuk atau mempengaruhi
lewat suatu bentuk propaganda ide atau hegemoni ide.(3) perubahan sosial terjadi
karena revolusi atau people’s power. Revolusi dianggap sebagai puncak (jalan
terakhir) dari semua bentuk perubahan sosial, karena ia menyentuh segenap sudut
dan dimensi sosial, dan mengudang gejolak dan emosional dari semua orang yang
terlibat di dalamnya.
Rekayasa sosial: gagasan konseptual
Berangkat dari realitas bahwa perubahan sosial tidak dapat dicegah sebagai sebuah
keniscayaan sejarah, baik direncanakan maupun tidak direncanakan, tulisan ini
berupaya lebih dilokalisir untuk mewacanakan perubahan sosial dengan
perencanaan atau desain perubahan sosial. Istilah populernya adalah rekayasa
sosial.
Istilah "rekayasa sosial (social engineering)" seringkali dipandang negatif karena
lebih banyak digunakan untuk menunjuk perilaku yang manipulatif. Padahal,
secara konseptual, istilah "rekayasa sosial" adalah suatu konsep yang netral yang
mengandung makna upaya mendesain suatu perubahan sosial sehingga efek yang
diperoleh dari perubahan tersebut dapat diarahkan dan diantisipasi. Konsep
rekayasa sosial, dengan demikian, menunjuk pada suatu upaya mendesain atau
7 Ibid,hal 55-56
8 Dalam konteks ini asumsinya sederhana bahwa tidak perubahan tanpa diawali dengan perubahan cara berpikir. Lihatlah
perubahan besar dalam peradaban besar umat manusia selalu diawali dengan perubahan dari cara berpikir masyarakatnya.
27
mengkondisikan terjadinya perubahan struktur dan kultur masyarakat secara
terencana. Rekayasa sosial (social engineering) adalah salah satu cara yang bisa
dilakukan untuk menciptakan masyarakat yang bersih, kuat, disiplin dan
berbudaya. Dalam prinsip berpikir sistem, perubahan yang signifikan hanya dapat
dilakukan oleh individu dan masyarakat itu sendiri, bukan menunggu peran
struktur saja. Untuk membentuk struktur yang kuat, diperlukan elemen kebaruan
(emergent properties) yang lahir dari individu dan komunitas yang sadar/belajar
secara terus menerus (the lifelong learner). Komunitas ini dapat dirancang dengan
menggunakan pendekatan dan penerapan beberapa prinsip organisasi
pembelajaran (learning organisation) dan berpikir sistem (system thinking) yang
dirajut dan dikonstruksi dalam konsep dan metode pembelajaran primer.
Dari Problem Sosial, Unsur-Unsur Sosial hingga Aksi Sosial
Pada dasarnya rekayasa sosial hanya dapat diselenggarakan kepada masyarakat
yang didalamnya terdapat sejumlah problem (sosial). Problem-problem sosial
tersebut memberikan dampak bagi perjalanan panjang (dinamika) dalam
masyarakat. Tapa ada problem sosial, tidak akan ada orang berpikir untuk
melakukan rekayasa sosial. Artinya, problem sosial menjadi faktor utama untuk
segera diatas dalam melakukan rekayasa sosial.
Problem sosial biasanya muncul akibat terjadinya kesenjangan antara apa yang
seharusnya terjadi dalam masyarakat (das sollen) dengan kondisi yang sebenarnya
terjadi (das sein). Misalnya; awalnya masyarakat berharap agar arus lalu lintas di
Metropolitan Surabaya berjalan aman, tertib dan lancar. Semua pengguna jalan raya
berjalan dengan mentaati aturan yang berlaku, ada atau tidak ada petuga.
Sayangnya, apa yang diinginkan oleh masyarakat bertolak belakang dengan realitas
yang terjadi. Betapa banyak pelanggaran lalu lintas terjadi akibat ketidaktaatan
mereka pada peraturan. Akibatnya terjadi perbedaan antara yang ideal dengan
realitas. Kesenjangan tersebut merupakan suatu problem sosial yang mesti segera
di atasi. Itulah sebabnya, dibuatlah sebuah skenario (strategi) sebagai bagian
rekayasa sosial melalui kampanye safety riding9.
Dengan demikian, dalam melakukan rekayasa sosial, analisis atas situasi (problem
sosial) dalam masyarakat tidak boleh ditinggalkan. Sebab, bisa jadi tanpa analisis
situasi ini sebuah rekayasa sosial akan mengalami kegagalan. Ibarat sebuah
adagium salah di tingkat hulu akan berakhir fatal di tingkat hilir. Salah dalam membaca
sebab musabab sehingga terlahir problem sosial akan berakibat kesalahan dalam
menentukan rekayasa sosial yang dijalankannya. Tanpa pembicaraan mengenai
problem sosial ini, alih-alih melakukan rekayasa sosial untuk menyelesaikan
problem sosial, kita mungkin malah menambah panjang munculnya problem sosial
baru. Dalam melakukan pemecahan atas problem sosial ada kalanya memang
dituntut aksi sosial (aksi kolektif) yakni tindakan kolektif (bersama) untuk
9 Bisa juga yang dilakukan oleh Pemkot Surabaya bekerjasama dengan harian Jawa Pos menggelar kegiatan Surabaya Green and
Clean untuk mendorong masyarakat metropolis memiliki kesadaran dalam mengelola lingkungan sekitarnya.
28
mengatasi problem sosial, sehingga perubahan sosial bisa digerakkan bersama
sesuai dengan keinginan bersama.
Philip Kotler10 memberikan gambaran unsur-unsur sosial dan aksi sosial yang
dapat dilakukan dalam melakukan rekayasa sosial; (1) cause (sebab), yakni upaya
atau tujuan sosial –yang dipercayai oleh pelaku perubahan- dapat memberikan
jawaban pada problem sosial, (2) change agency (pelaku perubahan), yakni
organisasi yang misi utamanya memajukan sebab sosial, (3) Change target (sasaran
perubahan); individu, kelompok atau lembaga yang ditunjuk sebagai sasaran upaya
perubahan, (4) Channel (saluran); media untuk menyampaikan pengaruh dan dari
setiap pelaku perubahan ke sasaran perubahan, dan (5) Change strategy (strategi
perubahan); teknik utama untuk mempengaruhi yang diterapkan oleh pelaku
perubahan untuk menimbulkan dampak pada sasaran perubahan.
Sebagai catatan tambahan, dalam melakukan rekayasa sosial –hal lazim yang marak
digunakan oleh LSM/NGO atau organisasi sosial- adalah melakukan analisis
situasi dengan pendekatan analisis SWOT; yakni Streght (kekuatan), Weakness
(kelemahan), Oppurtunity (peluang) dan Treath (ancaman). Analisis ini dilakukan
untuk mengukur seberapa besar kemampuan atau potensi kita dalam melakukan
rekayasa sosial.
Melalui analisa ini, minimal kita dapat menentukan bentuk-bentuk rekayasa sosial
yang hendak dijalankan. Namun demikian, ada berbagai pendekatan dalam
melakukan rekayasa sosial –tergantung dari- gaya dan prototipe masing-masing
pelaku perubahan sosial sekaligus masyarakat yang akan dirancang perubahan
sosialnya.
REFERENSI
1. Materi Pelatihan Kader Dasar PMII 2010
2. J. Rahmat, 2000, Rekayasa Sosial, Bandung Rosdakarya, hal. 45.
3. Rogers, Everet M., 1988, Social Change in Rural Society, Englewood Cliffs, NJ,
Prentice Hall, hal. 7
4. Suparlan, Parsudi, 1986, Perubahan Sosial dalam Manusia Indonesia, Individu,
Keluarga, Keluarga dan Masyarakat, Jakarta: Akademika Pressindo, hal 114-127
5. Sumartono sebagaimana dikutip Setyo Yuwono Sudikan, 2001, Metode
Penelitian Kebudyaan, Surabaya: Citra Wacana, hal. 9
6. Aminatun Zubaedah, Paparan Strategi Advokasi dalam pelatihan
Pengembangan Program Kerja PKK, 2011
10 Sebagaimana dikutip oleh Jalaludin Rakhmat, op cit, halm. 83
29
Download