BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Celebrity Endorser 2.1.1 Pengertian Celebrity Endorser Menurut Shimp, (2003:459), endorser adalah pendukung iklan atau yang dikenal juga sebagai bintang iklan untuk mendukung suatu produk.Sedangkan selebriti adalah tokoh (aktor, penghibur atau atlet) yang dikenal karena prestasinya di dalam bidang-bidang yang berbeda dari produk yang đidukungnya (Shimp, 2003:460). Selebriti dipandang sebagai individu yang disenangi oleh masyarakat dan memiliki keunggulan atraktif yang membedakannya dari individu lain. Shimp (2003:460) berpendapat bahwa celebrity endorser adalah menggunakan artis sebagai bintang iklan di media-media, mulai dari media cetak, media sosial, maupun media telivisi. Selain itu selebriti digunakan karena atribut kesohorannya termasuk ketampanan, keberanian, talenta, keanggunan, kekuatan, dan daya tarik seksualnya yang sering mewakili daya tarik yang diinginkan oleh merek yang mereka iklankan.Shimp menyatakan bahwa sekarang ini banyak konsumen yang mudah mengidentifikasi diri dengan para bintang ini, seringkali dengan memandang mereka sebagai pahlawan atas prestasi, kepribadian, dan daya tarik fisik mereka.Kemungkinan sebanyak 1/4 dari semua iklan menggunakan selebriti (Shimp, 2003:460).Menurut Sumarwan (2004:258) pembelian produk dan jasa serta pemilihan merek, para selebriti bisa memiliki pengaruh kuat kepada konsumen. Selebriti bisa menjadi alat pemasaran suatu produk yang sangat penting, daya tariknya yang luar biasa dan memiliki penggemar yang banyak bisa Universitas Sumatera Utara menjadi hal yang tidak dimiliki orang lain. Selebriti memiliki inner beauty, kharisma dan kredibilitas. Selebriti memiliki daya tarik yang dapat dijadikan strategi yang efektif bila digunakan oleh pengiklan dalam mempromosikan produk maupun jasa. Schiffman dan Kanuk (2008: 243) membagi daya tarik penggunaan selebriti oleh pemasar menjadi empat tipe,yaitu: 1. Pernyataan: didasarkan pada pemakaian pribadi, seorang selebriti membuktikan kualitas produk atau jasa. 2. Dukungan: selebriti meminjamkan namanya dan muncul atas nama suatu produk atau jasa dimana selebriti dapat berperan sebagai ahli ataupun bukan 3. Aktor: selebriti menyajikan produk atau jasa sebagai bagian dari dukungan karakter. 4. Juru bicara: selebriti mewakili merek atau perusahaan selama jangka waktu tertentu. Perusahaan dapat memilih selebriti berdasarkan daya tarik ini untuk mempromosikan produk dan jasanya melalui dukungan dari orang terkenal seperti selebriti. Menurut Batra,et al (1996) menyatakan bahwa terdapat tiga tipe manfaat yang akan didapat oleh perusahaan saat menggunakan celebrity endorser 1. Celebrity endorser dapat meningkatkan skor periklanan bagi audiens baik itu melalui televisi, radio, surat kabar dan majalah. 2. Celebrity endorser mampu membujuk perubahan sikap secara positif terhadap perusahaan maupun produknya dimana semakin kredibel sumbernya, maka semakin tinggi pula sumber dapat membujuk audiens. 3. Karakteristik celebrity endorser dapat diasosiasikan dengan brand image Universitas Sumatera Utara 2.1.2 Pertimbangan dalam memilih Celebrity Endorser Menurut Royan (2004: 258) menjelaskan bahwa terdapat beberapa pertimbangan dalam memilih celebrity endorser, diantaranya: 1. Kepopuleran selebriti Selebriti memiliki karakter yang berbeda-beda.Oleh karena itu perusahaan harus memilih selebriti yang sesuai dengan karakter produk tersebut. Pemilihan selebriti dilakukan berdasarkan brand personality produk yang dikaitkan dengan segmen dan target pasar yang dituju. 2. Kondisi finansial perusahaan Pemilihan selebriti sebgaai endorser tidaklah murah pada umumnya, bahkan memakan biaya yang cukup besar.Oleh karena itu, sebaiknya perusahaan lebih berhati-hati dalam memilih celebrity endorser.Hal ini berkaitan dengan risiko yang akan ditanggung oleh perusahaan bila iklan yang telah ditayangkan gagal mencapai tujuan periklanan Selain itu, menurut Belch dan Belch (2009) dalam penelitian Indah Sulistyorini Muslim (2012: 28) terdapat pertimbangan lainnya dalam memutuskan penggunaan celebrity endorser, yaitu: 1. Overshadowing the product Kepopuleran selebriti yang membuat konsumen lebih memfokuskan kepada selebritinya sehingga gagal dalam menyadari merek yang diiklankan.Oleh karena itu, sebaiknya perusahaan memilih selebriti yang dapat menarik perhatian. 2. Overexposure Hal ini mengacu pada selebriti yang terlalu banyak meng-endorse produk sehingga konsumen menjadi skeptis terhadap endorsement karena mereka Universitas Sumatera Utara mengetahui bahwa selebriti tersebut dibayar. Perusahaan dapat menghindari hal ini dnegan klausul eksklusifitas untuk membatasi jumlah produk yang dapat diendorse oleh selebriti 3. Target audiences receptivity Mengacu pada seberapa baik selebriti dapat menyesuaikan dan diterima oleh target audience yang dituju karena konsumen yang memiliki pengetahuan lebih mengenai suatu produk atau jasa dan memiliki sikap yang teguh lebih sulit dipengaruhi oleh selebriti daripada konsumen yang memiliki lebih sedikit pengetahuan atau konsumen dengan sikap netral. Oleh karena itu, ada pula perusahaan yang menghindari penggunaan selebriti karena target pasar tidak terpengaruh sama sekali dengan celebrity endorser 4. Risk to the advertiser Mengacu pada perilaku negatif selebriti dalam kehidupan personalnya yang dapat membahayakan citra perusahaan.Oleh karena itu, banyak perusahaan melakukan riset dalam mencari tahu latar belakang dan kehidupan personal untuk menghindari hal tersebut. 2.1.3 Peran Celebrity Endorser Menurut Schiffman dan Kanuk (2006: 65-74) peran selebriti sebagai model iklan yang bisa digunakan perusahaan dalam sebuah iklan yaitu: 1. Testimonial, jika secara personal selebriti menggunakan produk tersebut maka pihak dia bisa memberikan kesaksian tentang kualitas maupun keuntungan dari produk atau merek yang diiklankan tersebut. Universitas Sumatera Utara 2. Endorsement, ada kalanya selebriti diminta untuk membintangi iklan produk dimana dia secara pribadi tidak ahli dalam bidang tersebut. 3. Actor, selebriti diminta untuk mempromosikan suatu produk atau merek tertentu terkait dengan peran yang sedang ia bintangi dalam suatu program tayangan tertentu. 4. Spokeperson, selebriti yang mempromosikan produk, merek atau suatu perusahaan dalam kurun waktu tertentu masuk dalam kelompok peran spokerperson. Penampilan mereka akan diasosiasikan dengan merek atau produk yang mereka wakili. 2.1.4 Indikator Celebrity Endorser Menurut Royan (2004:14), indikatorcelebrity endorser terdiri dari 4 unsur: 1. Visibility Visibility memiliki dimensi seberapa jauh popularitas selebriti. 2. Credibility Credibility berhubungan dengan p engetahuan produk yang diketahui selebriti. 3. Attraction Attraction lebih menitik beratkan pada daya tarik sang bintang 4. Power Power adalah kemampuan selebriti dalam menarik konsumen untuk membeli. Dari uraian di atas, dalam penelitian ini yang dipakai sebagai indikator celebrity endorser menggunakan dimensi menurut Royan (2004:14) yaitu: 1. Visibility 2. Credibility 3. Attraction Universitas Sumatera Utara 4. Power 2.2 Brand Image 2.2.1 Pengertian Image Image (Citra) adalah persepsi masyarakat terhadap perusahaan atau produknya.Image dipengaruhi banyak faktor yang di luar kantor perusahaan. Citra yang efektif melakukan tiga hal: 1. Memanfaatkan karakter produk. 2. Menyampaikan karakter itu dengan cara yang berbeda sehingga tidak kalah dengan karakter pesaing 3. Memberikan kekuatan emosional yang lebih dari sekedar citra mental Supaya bisa berfungsi citra itu harus disampaikan melalui setiap sarana komunikasi yang tersedia dalam sarana kontak merek (Kotler, 2002:338).Mengembangkan citra yang kuat membutuhkan kreatifitas dan kerja keras.Citra tidak dapat ditanamkan dalam pikiran manusia dalam semalam atau disebarkan melalui media masa.Sebaliknya citra itu harus disampaikan melalui tiap sarana komunikasi yang tersedia dan disebarkan secara terus-menerus. Untuk berhasil memperoleh dan mempertahankan konsumennya maka perusahaan harus berusaha semaksimal mungkin untuk menampilkan produk dengan memiliki citra mrek (brand image) yang positif di mata konsumen. Dengan menampilkan produk yang memiliki citra merek yang positif dapat mempertinggi kepercayaan konsumen terhadap produknya dan mendorong konsumen semakin lama akan menjadi konsumen yang loyal terhadap produknya tersebut. 2.2.2 Pengertian brand (merek) Universitas Sumatera Utara Menurut Keller (Ferrinadewi, 2008:137) merek adalah nama, istilah tanda, simbol, desain, atau kombinasi seluruhnya. Menurut Webster dan Keller (Tjiptono, 2011:2) brand (merek) telah menjadi elemen krusial yang berkontribusi terhadap kesuksesan sebuah organisasi pemasaran, baik perusahaan bisnis, maupun nirlaba, manufaktur maupun penyedia jasa, dan organisasi lokal maupun global. Menurut Kotler (Sangadji, 2011:323), merek adalah suatu simbol rumit yang dapat menyampaikan hingga enam tingkat pengertian, yaitu : 1. Atribut: Merek mengingatkan atribut-artibut. 2. Manfaat: Atribut-atribut harus diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan emosional. 3. Nilai: Merek tersebut juga mengatakan sesuatu tentang nilai produsennya. 4. Budaya: Merek tersebut juga mungkin melambangkan budaya tertentu. 5. Kepribadian: Merek tersebut dapat mencerminkan kepribadian tertentu. 6. Pemakai: Merek tersebut menyiratkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk tersebut. Tjiptono (2008:104) menyatakan bahwa merek merupakan nama, istilah, tanda, simbol/lambang, desain, warna, gerak, atau kombinasi aribut-atribut produk lainnya yang diharapkan dapat memberikan identitas dan diferensiasi terhadap produk pesaing. Susanto & Wijanarko (2004:79) mendefinifsikan merek sebagai sebuah nama, logo, dan simbol yang membedakan sebuah produk atau layanan dari para pesaingnya berdasarkan kriteria tertentu. Lebih lanjut Tjiptono (2008: 104) menjelaskan tujuan merek adalah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 1. Sebagai identitas, yang bermanfaat dalam diferensiasi atau membedakan produk suatu perusahaan dengan produk pesaingnya. Ini akan memudahkan konsumen untuk mengenalinya saat berbelanja dan saat melakukan pembelian ulang. 2. Alat promosi, yaitu sebagai daya tarik produk. 3. Untuk membina citra, yaitu dengan memberikan keyakinan, jaminan kualitas, serta prestise tertentu kepada konsumen. 4. Untuk mengendalikan pasar. Lebih lanjut Tjiptono (2008:106) menjatakan agar suatu merek dapat mencerminkan makna-makna yang ingin disampaikan, maka ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan, yaitu : 1. Merek harus khas atau unik. 2..Merek harus menggambarkan sesuatu mengenai manfaat produk dan pemakaiannya. 3. Merek harus menggambarkan kualitas produk. 4. Merek harus mudah diucapkan, dikenali, dan diingat. 5. Merek tidak boleh mengandung arti yang buruk di negara dan dalam bahasa lain. 6. Merek harus dapat menyesuaikan diri (adaptable) dengan produk-produk baru yang mungkin ditambahkan ke dalam lini produk. Terdapat 4 (empat) pilihan strategi merek yang sering digunakan oleh perusahaan (Simamora, 2003:72), yaitu: a. Merek baru (new brand): Menggunakan merek baru untuk kategori produk baru. b. Perluasan lini (lini ekstension): Universitas Sumatera Utara Menggunakan merek lama untuk kategori produk lama. c. Perluasan merek (brand ekstension): Menggunakan merek yang sudah ada untuk produk baru, atau strategi menjadikan semua produk memiliki merek yang sama. d. Multi-merek (multibrand): Menggunakan merek baru untuk kategori merek lama. Dalam pendekatan ini produknya sama tetapi memiliki merek yang berbeda, sehingga sebuah perusahaan bisa memiliki beberapa merek untuk produk yang sama. 2.2.3 Pengertian Brand Image Rangkuti (Sangadji, 2011:327) mengemukakan bahwa brand image (citra merek)adalah sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk di benak konsumen.Menurut Kotler dan Keller (2007:346), citra merek merupakan “perceptions and beliefs held by consumers.As reflected in the associationheld in consumer memory” yaitu “persepsi dan keyakinan konsumen, seperti tercermin dalam asosiasiyang terjadi dalam memori konsumen”. Menurut Kotler (2005:69), merek citra (brand image) muncul bersama produk atau jasa yang sulit dibedakan, atau menilai mutunya, atau menyampaikan pernyataan tentang pengguna. Strateginya meliputi upaya menciptakan desain tersendiri, mengasosiasikannya dengan pengguna selebriti, atau menciptakan citra iklan yang kuat. Menurut pendapat Keller (2008:56), pengukuran citra merek dapat dilakukan berdasarkan pada aspek sebuah merek, yaitu: 1. Kekuatan (Strengthness) Kekuatan dalam hal ini adalah keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh merek yang bersifat fisik yang tidak ditemukan pada merek lainnya. Keunggulan merek Universitas Sumatera Utara ini mengacu pada atribut-atribut fisik atas merek tersebut sehingga biasa dianggap sebagai sebuah kelebihan yang tidak ada pada merek lain atau merek pesaing. Yang termasuk dalam kelompok kekuatan (strength) ini adalah penampilan fisik produk, keberfungsian semua fasilitas produk, harga produk, maupun penampilan fasilitas pendukung dari produk tersebut. 2. Keunikan (Uniqueness) Keunikan adalah kemampuan untuk membedakan sebuah merek diantara merek lainnya.Keunikan ini muncul dari atribut produk yang menjadi kesan unik atau diferensiasi antara produk satu dengan produk lainnya yang memberikan alasan bagi konsumen bahwa mereka harus membeli produk tersebut. Perusahaan harus bisa membuat produk mereka unik dan beda dengan produk pesaing. Contohnya, dengan cara yang sama konsumen akan mengekspektasikan bahwa sebuah pedagang online akan melayani mereka dengan segala kemudahan, variasi layanan, cara pilihan pengiriman, prosedur pembelian yang aman, pelayanan konsumen yang bertanggung jawab, pedoman privasi yang ketat, dan berbagai hal lainnya yang diharapkan konsumen adalah yang paling baik dan berbeda dibandingkan dengan pedagang online lainnya. Singkatnya, untuk membuat produk berbeda dari yang lain, pemasar harus membuat dan memastikan hal-hal dalam produk yang kuat (strength) dalam merek agar merek tidak hanya disukai (favorable) tapi juga memiliki keunikan dan berbeda dengan merek pesaingnya yang termasuk dalam kategori unik ini adalah hal berbeda yang paling dominan dalam sebuah produk dengan produk pesaingnya, variasi layanan, variasi harga, fisik produk itu sendiri seperti fitur produk dan variasi produk yang tersedia, penampilan atau nama dari sebuah merek yang memberikan kesan positif, cara Universitas Sumatera Utara penyampaian informasi kepada konsumen, pedoman privasi yang ketat dari perusahaan, serta prosedur pembelian yang terjamin. 3. Kesukaan (Favorable) Untuk memilih mana yang disukai dan unik yang berhubungan dengan merek, pemasar harus menganalisis dengan teliti mengenai konsumen dan kompetisi untuk memutuskan posisi terbaik bagi merek tersebut.Kesukaan (favorable) mengarah pada kemampuan merek tersebut agar mudah diingat oleh konsumen. Yang termasuk dalam kategori favorable ini antara lain kemudahan merek produk untuk diucapkan, kemampuan merek untuk tetap diingat oleh konsumen, kemudahan penggunaan produk, kecocokan konsumen dengan produk, serta kesesuaian antara kesan merek di benak pelanggan dengan citra yang diinginkan perusahaan atas merek bersangkutan. Dari uraian di atas, dalam penelitian ini indikator dari citra merek yang dipakai adalah kekuatan (strengthness), keunikan (uniqueness), dan kesukaan (favorable). 2.3 Harga 2.3.1 Pengertian Harga Menurut Kotler (2009:529), harga adalah nilai yang dipertukarkan konsumen untuk suatu manfaat atas pengkonsumsian, penggunaan atau kepemilikan barang atau jasa. Biasanya seorang penjual menetapkan harga berdasarkan kombinasi barang secara finish ditambah beberapa jasa lain serta keuntungan yang memuaskan. Harga berdasarkan pendapat Tjiptono (2011:151) adalah satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh hak Universitas Sumatera Utara kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau jasa. Dalam dunia bisnis, menurut Salvatore (2008:36), harga diartikan sebagai jumlah uang yang ditentukan perusahaan sebagai imbalan barang atau jasa yang mereka perdagangkan dan suatu yang lain yang diadakan perusahaan untuk memuaskan keinginan konsumen. Suatu yang lain itu dapat berupa kebanggaan milik produk yang tenar mereknya, jaminan mutu, perasaan yang aman karena memiliki produk tersebut. Sedangkan menurut Ulrich (2008:109) istilah harga dapat diartikan sebagai sejumlah uang dan atau aspek lain yang mengundang utilitas atau kegunaan tertentu yang diperlukan untuk mendapatkan suatu produk. Oleh karena itu, harga dapat mempengaruhi konsumen dalam memutuskan apakah akan membeli produk tersebut atau tidak dan berapa jumlah yang akan dibeli berdasarkan harga tersebut. Ketika konsumen membeli suatu produk, mereka menukar suatu nilai (harga) untuk mendapatkan suatu nilai lainnya (manfaat karena memiliki atau menggunakan suatu produk).Harga sering dijadikan indikator kualitas bagi konsumen.Orang sering memilih harga yang lebih tinggi antara dua barang sejenis, karena cenderung beranggapan kualitasnya lebih baik dan merasa puas atas pelayanan sebelumnya sehingga menimbulkan sebuah loyalitas terhadap produk atau jasa tersebut. Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa harga adalah suatu nilai yang harus dibayarkan oleh konsumen kepada produsen yang berfungsi untuk memperoleh barang dan jasa yang diinginkan. 2.3.2 Langkah Penetapan Harga Menurut Zimmerer (2009:82), langkah untuk menetapkan suatu harga, yaitu memilih tujuan penetapan harga, dan ada 5 tujuan penetapan harga perusahaan, yaitu: Universitas Sumatera Utara 1. Menentukan permintaan. Tiap harga yang dikenakan perusahaan akan menghasilkan tingkat permintaan yang berbeda dank arena itu akan memberi pengaruh yang berbeda pula pada tujuan pemasarannya. Dalam keadaan normal, permintaan dan harga berhubungan terbalik, yaitu semakin rendah harga, semakin tinggi permintaan. 2. Memperkirakan biaya. Dalam hal penetapan harga, perusahaan ingin menetapkan harga yang dapat menutup biaya produksi, distribusi dan penjualan produknya. 3. Menganalisis biaya, harga, dan penawaran pesaing. Dalam rentang harga yang mungkin itu diantara biaya dan permintaan pasar, biaya pesaing, harga pesaing dan kemungkinan reaksi harga membantu perusahaan dalam menetapkan harga yang dikenakan. 4. Memilih penetapan harga. Metode penetapan harga yang ditetapkan perusahaan akan menghasilkan suatu harga tertentu. Harga Mark Up, penetapan harga berdasarkan sasaran pengembalian, penetapan harga berdasarkan nilai yang dipersepsikan, penetapan harga nilai. 5. Memilih harga akhir. Dalam memilih harga akhir, perusahaan harus mempertimbangkan berbagai faktor tambahan, termasuk penerapan harga psikologis, pengaruh elemen bauran pemasaran lain terhadap harga. 2.3.3 Metode Penetapan Harga Beberapa metode penetapan harga menurut Kotler (2009:529): 1. Mark Up Pricing Harga jual ditentukan berdasarkan persentasi keuntungan yang diharapkan ditambah dengan keseluruhan biaya produksi sebagai keuntungan atau laba Target Universitas Sumatera Utara Return Pricing Perusahaan menentukan tingkat harga yang akan menghasilkan pengembalian dengan target yang sudah ditentukan. 2. Perceived – Value Pricing Harga ditentukan berdasrkan penilaian konsumen terhadap produk, bila konsumen menilai produk tinggi, maka penetapan harga produk tersebut juga tinggi. 3. Going – Rate Pricing Harga yang ada mengikuti harga pasar yang ada, berdasarkan harga jual yang ditetapkan pesaing 4. Sealed – Bid Pricing Harga ditentukan berdasarkan dugaan perusahaan tentang berapa besar harga yang akan ditetapkan pesaing, bukan biaya dan permintaannya sendiri yang digunakan ketika perusahaan ingin memenangkan produk. 2.3.4 Peranan Harga Harga mempunyai peranan penting dalam keberhasilan pemasaran suatu produk dan kelangsungan hidup perusahaan. Peranan harga dalam keberhasilan suatu produk dan kelangsungan hidup perusahaan berdasarkan pendapat Soegoto (2008:67) adalah sebagai berikut, 1. Harga adalah suatu faktor penentu jumlah permintaan produk di pasar. Dalam kehidupan sehari – hari permintaan produk dapat bersifat elastis/ tidak elastis terhadap perubahan terhadap harga harga. Permintaan dapat dikatakan elastis apabila permintaan berubah setiap kali harga turun / naik. Sedangkan harga dikatakan tidak elastis apabila permintaan tidak banyak berubah karena perubahan harga. Termasuk dalam kategori produk yang elastis terhadap Universitas Sumatera Utara perubahan harga adalah barang/ jasa yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan sekunder. 2. Harga menentukan jumlah hasil penjualan dan keunggulan. Hasil penjualan produk yang diterima perusahaan setiap masa tertentu sama dengan jumlah satuan yang terjual kali harga per satuan produk. Sedangkan keuntungan yang diperoleh setiap masa tertentu sama dengan hasil penjualan yang dikurangi jumlah biaya yang ditanggung perusahaan dalam masa yang sama. 3. Harga dalam strategi harga mempengaruhi keberhasilan distribusi produk. Harga per satuan produk, struktur potongan harga dan syarat pembayaran mempunyai peranan penting terhadap ketersediaan distributor dalam mendistribusikan produk. Dimana harga tersebut harus kompetitif dalam arti tidak terlalu besar bedanya dengan harga produk saingan yang setaraf. Apabila perbandingan harga tersebut terlalu besar, maka kelancaran penjualan produk yang bersangkutan dapat terhambat, akibatnya resiko yang ditanggung distributor ditanggung menjadi lebih besar dibandingkan dengan apabila mereka mendistribusikan produk lain yang lebih laku. Hal itu dapat menimbulkan kesegaran distributor mendistribusikan produk yang bersangkutan, apalagi jika syarat penjualan adalah kredit penjualan. 4. Harga dapat mempengaruhi segmen pasar yang dapat di tembus perusahaan. Melebarkan sayap pemasaran produk dengan memasuki segmen pasar yang lain yang belum digarap sebelumnya dapat menambah jumlah keuntungan. Dengan penentuan segmen pasar, perusahaan harus menetapkan harga dan kualitas yang sesuai dengan segmen pasar yang dituju. Salah satu segmen pasar Universitas Sumatera Utara di banyak negara yang dipergunakan sebagai sasaran melebarkan jangkauan pemasaran produk adalah segmen pasar tingkat bawah. 2.3.5 Penetapan Harga Menurut Tjiptono, (2011:152), terdapat empat jenis tujuan penetapan harga, yaitu : 1. Tujuan berorientasi pada laba. Asumsi ini menyatakan bahwa setiap perusahaan selalu memilih harga yang dapat menghasilkan laba paling tinggi atau biasa disebut juga maximasi laba.Pada umumnya, perusahaan menggunakan pendekatan target laba, yaitu tingkat laba yang sesuai sebagai sasaran laba. Terdapat dua jenis target laba yang biasa digunakan yaitu target marjin dan target ROI (Return Of Investment). 2. Tujuan berorientasi pada volume. Biasa dikenal dengan istilah volume pricing objectives. Harga ditetapkan sedemikian rupa agar dapat mencapai target volume penjualan. Tujuan ini banyak diterapkan pada perusahaan penerbangan, lembaga pendidikan dan pertunjukan bioskop. 3. Tujuan berorientasi pada Citra. Citra perusahaan dapat dibentuk melalui strategi penetapan harga. Perusahaan menetapkan harga tinggi untuk membentuk dan mempertahankan citra, sementara itu harga rendah dapat digunakan untuk membentuk citra nilai tertentu. 4. Tujuan Stabilisasi Harga. Konsumen sangat sensitif terhadap harga, bila perusahaan menurunkan harga, maka pesaingnya harus menurunkan pula harga. Universitas Sumatera Utara 5. Tujuan lainnya. Harga ditetapkan dengan tujuan mencegah masuknya pesaing, mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukung penjualan ulang atau menghindari campur tangan pemerintah. 2.3.6 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Harga Menurut Lupiyoadi (2011:102) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi harga, diantaranya sebagai berikut : 1. Elastisitas permintaan Dengan elastisitas ini, dapat diketahui hubungan antara harga dengan permintaan. 2. Struktur biaya Umumnya terdapat dua jenis biaya yang terdapat dalam struktur biaya yaitu biaya tetap dan biaya variabel. 3. Persaingan. Perusahaan harus mengamati pesaing-pesaingnya agar dapat menentukan harga yang tepat. 4. Positioning dalam jasa yang ditawarkan. 5. Sasaran yang ingin dicapai perusahaan. 6. Siklus hidup jasa. 7. Sumber daya yang digunakan. 8. Kondisi ekonomi. 2.3.7 Indikator Harga Menurut Lupiyoadi (2011:119), indikator harga terdiri atas: Universitas Sumatera Utara 1. Keterjangkauan harga Keterjangkauan harga berarti penetapan harga oleh perusahaan yang sesuai dengan kemampuan keuangan pelanggan sehingga pelanggan tidak merasa kesulitan keuangan saat melakukan pembelian produk perusahaan. 2. Kesesuaian harga dengan kualitas produk Kesesuaian harga dengan kualitas produk berarti adanya penetapan harga oleh perusahaan yang sesuai dengan keunggulan produk perusahaan. Dalam hal ini, kualitas produk yang tinggi akan dihargai dengan harga yang tinggi oleh pelanggan. 3. Daya saing harga Daya saing harga berarti kemampuan perusahaan dalam menyesuaikan harga produknya sesuai dengan kondisi pasar, pesaing perusahaan dan permintaan harga oleh pelanggan secara umum. 4. Kesesuaian harga dengan manfaat Kesesuaian harga dengan manfaat berarti perusahaan mampu memberikan manfaat yang sesuai dengan harga dari produk tersebut. Pelanggan akan membayar dengan harga tinggi jika manfaat yang diberikan oleh produk tersebut cukup penting dan besar bagi pelanggan. 2.4 Keputusan Pembelian 2.4.1 Pengertian Keputusan Pembelian Menurut Swastha (2008:106), keputusan pembelian adalah perilaku konsumen akan menentukan proses pengambilan keputusan dalam pembelian mereka. Menurut Soegoto (2008:72), keputusan pembelian merupakan keputusan yang diambil konsumen untuk melakukan pembelian suatu produk dapat dipengaruhi Universitas Sumatera Utara dan diukur berdasarkan motivasi konsumen untuk membeli terhadap rangsangan perusahaan yang dapat dicerminkan dari atribut produk atau merek yaitu kualitas produk, promosi dan desain. Menurut Zimmerer (2009:107), keputusan pembelian merupakan suatu tindakan keputusan konsumen dalam membeli dan menggunakan suatu produk sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Sebagai objek utama dari promosi penjualan, konsumen merupakan satu hal yang harus mendapatkan perhatian lebih dari seorang pemasar atau perusahaan. Maka sebelum melaksanakan aktivitas pemasaran, perusahaan perlu mengenali konsumen sasarannya dan tipe dari proses keputusan yang mereka lalui. Sebagian keputusan membeli melibatkan hanya seorang pembuat keputusan, keputusan membeli lainnya mungkin melibatkan beberapa peserta, yang memerankan peranan seperti pengambil prakarsa, orang yang mempengaruhi pembuat keputusan, pembeli dan pemakai. Tugas pemasar atau perusahaan diantaranya adalah mengenal peserta-peserta pembeli lainnya, pengaruh yang mereka berikan kepada pembeli, memahami tingkah laku pembeli pada setiap tahap pembelian dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku itu.Pemahaman terhadap semua itu memungkinkan pemasar atau perusahaan untuk pengembangkan suatu program pemasaran yang efektif dan pentingnya bagi pasar sasaran. 2.4.2 Proses Keputusan Pembelian Konsumen Proses pengambilan keputusan pembelian oleh konsumen sangat bervariasi ada yang sederhana ada pula yang kompleks. Menurut Tjiptono (2011:203) membagi proses pengambilan keputusan dalam tiga jenis, antara lain : 1. Proses pengambilan keputusan bersifat kebiasaan (Habitual decision making) merupakan proses pengambilan keputusan paling sederhana yaitu konsumen Universitas Sumatera Utara mengenali suatu masalah kemudian langsung mengambil keputusan untuk membeli merek favorit atau kegemaran tanpa adanya evaluasi. 2. Proses pengambilan keputusan terbatas (limited decision making), dimana konsumen mengenali masalah kemudian mengevaluasi beberapa merek produk berdasarkan pengetahuan tanpa mencari informasi baru. 3. Proses pengambilan keputusan luas merupakan jenis keputusan yang paling lengkap dimulai dengan pemgenalan masalah melalui pembelian produk, konsumen mencari informasi produk atau merek tertentu dan dicari pemecahan masalahnya, evaluasi tersebut mengarah pada keputusan pembelian, dimana pada akhirnya konsumen akan mengevaluasi hasil keputusan tersebut. Menurut Kotler (2009:185), terdapat lima tahap proses yang dilewati pembeli untuk mencapai proses keputusan pembelian yaitu 1. Pengenalan Masalah Pengenalan kebutuhan merupakan tahap pertama proses keputusan pembelian dimana konsumen mengenali permasalahan atau kebutuhan. Pembeli merasakan adanya perbedaan antara keadaan aktual dan sejumlah keadaan yang diinginkan. Kebutuhan itu dapat dipicu oleh stimulan internal ketika salah satu kebutuhan normal, lapar, haus, ke tingkat yang cukup tinggi sehingga menjadi pendorong. Selain itu pula kebutuhan juga dipicu oleh rangsangan eksternal. 2. Pencarian informasi Pencarian informasi merupakan tahap proses pengambilan keputusan pembeli dimana konsumen tergerak untuk mencari informasi tambahan, konsumen mungkin sekedar meningkatkan perhatian atau mungkin pula mencari informasi Universitas Sumatera Utara secara aktif. Konsumen dapat memperoleh informasi dari berbagai sumber. Masih menurut Kotler (2009:185), dimana sumber itu meliputi: a. Sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga, rekan kerja). b. Sumber komersial (iklan, penjualan, pengecer, bungkus, situs Web, dll) c. Sumber publik (media masa, organisasi pemberi peringkat). d. Sumber berdasarkan pengalaman pribadi (memegang, meneliti,menggunakan produk). 3. Evaluasi alternatif Pengevaluasian alternatif merupakan tahap proses keputusan pembeli dimana konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi berbagai merek alternatif di dalam serangkaian pilihan. Cara konsumen memulai usaha mengevaluasi alternatif pembelian tergantung pada konsumen individual dan situas pembelian tertentu. Dalam beberapa kasus, konsumen menggunakan kalkulasi yang cermat dan pikiran yang logis. Dalam waktu yang lain, konsumen bersangkutan mengerjakan sedikit atau tidak mengerjakan evaluasi sama sekali. 4. Keputusan pembelian Keputusan pembelian merupakan tahap proses keputusan dimana konsumen secara aktual melakukan pembelian produk. Secara umum, keputusan pembelian konsumen akan membeli merek yang paling disukai, tetapi ada dua faktor yang muncul diantara kecenderungan pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain, karena konsumen mungkin membentuk kecenderungan pembelian berdasar pada pendapat yang diharapkan. Faktor kedua adalah faktor situasi yang tak terduga, karena keadaan tak terduga dapat mengubah kecenderungan pembelian. Universitas Sumatera Utara 5. Perilaku setelah pembelian Perilaku setelah pembelian merupakan tahap proses keputusan pembeli konsumen melakukan tindakan lebih lanjut setelah pembelian berdasarkan pada kepuasan atau ketidakpuasan mereka. Menurut Kotler (2009:185), yang menentukan puas tidak pusanya pembelian terletak pada hubungan antara harapan konsumen dan kinerja produk yang dirasakan. Jika produk jauh di bawah harapan konsumen maka konsumen kecewa, jika produk memenuhi harapannya, konsumen terpuaskan. Jika melebihi harapannya, maka konsumen akan sangat senang. 2.4.3 Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Peran Pembelian Proses pengambilan keputusan pembelian suatu barang atau jasa akan melibatkan berbagai pihak, sesuai dengan peran masing-masing. Menurut Kotler (2009:206), pihak-pihak yang terlibat dalam proses keputusan pembelian konsumen dapat dibagi menjadi : 1. Pencetus (Initiator), yaitu orang yang pertama menyarankan atau memikirkan gagasan membeli produk atau jasa tertentu. 2. Pengguna (User), yaitu seseorang atau beberapa orang yang menikmati atau memakai produk atau jasa yang dibeli. 3. Pihak yang mempengaruhi (Influencer), adalah orang yang pandangan atau nasehatnya diperhitungkan dalam membuat keputusan. 4. Pengambil keputusan (Decider), adalah seorang yang pada akhirnya menentukan sebagian besar atau keseluruhan keputusan pembelian : apakah jadi membeli, apa yang dibeli, bagaimana cara membeli, atau dimana akan membeli. 5. Pemberi persetujuan (approver), orang yang mengotorisasikan tindakan yang direncanakan oleh pengambil keputusan atau pembeli. Universitas Sumatera Utara 6. Pembeli (Buyer), yaitu seseorang yang melakukan pembelian yang sebenarnya. 7. Penjaga gerbang (gatekeeper), Orang yang mempunyai kekuatan untuk mencegah penjual atau informasi agar tidak menjangkau anggota pusat pembelian. 2.5Penelitian Terdahulu Dalam mengadakan sebuah penelitian, maka tidak terlepas dari penelitian terdahulu yang relevan.Dengan tujuan untuk memperkuat hasil penelitian, sebagai pedoman penelitian, dan untuk membandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu. Adapun ringkasan penelitian terdahulu yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Alfiyah Nuraini (2015) melakukan penelitian berjudul “Pengaruh Celebrity Endorser dan Kualitas Produk terhadap Keputusan Pembelian melalui Citra Merek sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus pada pengguna Kosmetik Wardah di Kota Semarang) ”. Hasil penelitian menunjukan bahwa Celebrity endorser, kualitas produk dan citra merek sebagai variabel intervening berpengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap keputusan pembelian. 2. Brian Gumelar (2016) melakukan penelitian berjudul “Pengaruh Brand Image dan Celebrity Endorser terhadap Keputusan Pembelian Kosmetik Wardah (Studi pada Mahasiswi S1 Universitas Negeri Yogyakarta )”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Brand Image dan Celebrity Endorser berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian kosmetik Wardah pada Mahasiswi S1 Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Yeni haerani (2015) melakukan penelitian berjudul “Analisis Pengaruh Efektivitas Iklan Terhadap Citra Merek Serta Dampaknya Pada Minat Beli Sampo Pantene (Studi Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas Universitas Sumatera Utara Diponegoro)”. Hasil penelitian membuktikan proses yang paling berpengaruh terhadap peningkatan minat beli sampo Pantene adalah dengan daya tarik iklan yang mempengaruhi efektivitas iklan sebagai penentu keberhasilan dalam peningkatan minat beli.. 4. Indah Sulistyorini Muslim (2012) melakukan penelitian berjudul “Pengaruh Dimensi Celebrity Endorser terhadap Citra Merek (Studi pada Iklan Mie Sedaap Versi Edwin Lau Pada Mahasiswa Ilmu Rumpun Kesehatan Universitas Indonesia). Hasil penelitian menunjukkan bahwa celebrity endorser mempengaruhi respon konsumen sebesar 22,3% dan dimensi genuinesupport merupakan dimensi yang paling berpengaruh terhadap Mahasiswa Ilmu Rumpun Kesehatan Universitas Indonesia). 5. Yuri Ardiyanto (2013) melakukan penelitian berjudul “Pengaruh Celebrity Endorser Dan Brand Association Terhadap Keputusan Pembelian Shampoo Clear Men (Studi Kasus Iklan Shampoo Clear Men Versi Cristiano Ronaldo Tahun 2012 Pada Mahasiswa Uny). Hasil penelitian menunjukkan bahwa celebrity endorser berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian, dan brand association berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian, 2.6 Kerangka Pemikiran Berdasarkan teori maka dapat dilihat kerangka berpikir yang menggambarkan hubungan dari variabel independen dalam hal ini adalah Celebrity Endorser (X1), Brand Image (X2), dan Harga (X3) terhadap Keputusan Pembelian (Y). Variabelvariabel tersebut akan dianalisis dalam penelitian sehingga diketahui seberapa besar Keputusan Pembelian dipengaruhi oleh Celebrity Endorser, Brand Image dan Harga. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Celebrity Endorser (X1) Brand Image (X2) Keputusan Pembelian (Y Harga (X3) Sumber: Diolah oleh Penulis (2016) Universitas Sumatera Utara