BAB 2 TINJAUAN LITERATUR 2.1. Internet 2.1.1. Sejarah Internet Perkembangan teknologi yang begitu cepat memungkinkan orang untuk berkomunikasi dan berhubungan dengan cepat dan murah. Salah satu teknologi yang mendukung hal ini terjadi adalah teknologi Internet. Dengan Internet batas suatu negara dan wilayah seolah-olah hilang. Teknologi untuk berkomunikasi sebenarnya sudah ada dan digunakan sejak lama yaitu sejak ditemukannya alat yang disebut telepon. Tetapi dengan teknologi Internet orang dapat berkomunikasi dengan lebih murah. Hal ini karena infrastruktur jaringan yang dibangun sudah sedemikian luasnya dan jaringan-jaringan tersebut sudah saling terkoneksi. Ada banyak definisi yang muncul berkenaan dengan istilah Internet tersebut. Berikut definisi yang diberikan oleh Federal Networking Council dalam Internet Monthly Reports, 24 October 1995: “The Federal Networking Council (FNC) agrees that the following language reflects our definition of the term “Internet”. “Internet” refers to the global information systems— (i) is logically linked together by a globally unique address space based on the Internet Protocol (IP) or its subsequent extensions/follow-ons; (ii) is able to support communications using the Transmission Control Protocol/Internet Protocol (TCP/IP) suite or its subsequent extensions/follow-ons, and /or other IP-compatible protocols, and (iii) provides, uses or makes accessible, either publicly or privately, high level services layered on the communications and related infrastructure described herin.” (Federal Network Council, 1995). 12 13 Dalam definisi yang lain Internet disebut sebagai suatu jaringan komputer di seluruh dunia yang berkomunikasi satu sama lain menggunakan suatu protocol yang sama. Dimulai dari jaringan militer yang disebut ARPANet pada tahun 1969, Internet kemudian meluas mengikutsertakan universitas-universitas dan saat ini pelaku bisnis dan individual. Internet mempunyai berbagai layanan seperti e-mail, chat, file transfer, dan World Wide Web. (Anonymous1, 2002). Internet juga disebut sebagai Net, Information Superhighway dan Cyberspace. Dari definisi di atas, bisa disimpulkan bahwa Internet adalah suatu kumpulan dari jaringan komputer dan peralatan jaringan yang mendukungnya yang saling terkoneksi satu sama lain menggunakan suatu protocol yang sama yaitu TCP/IP. Pada awalnya jaringan komputer yang ada hanya terbatas pada vendor-vendor komputer besar seperti IBM, Digital Equipment Corporation (DEC), Apple. Mereka mempunyai standard jaringan sendiri untuk dapat menghubungkan mesin-mesin hasil produksi mereka. Dengan adanya standarisasi protocol yang digunakan, yaitu TCP/IP maka setiap komputer yang terhubung dalam jaringan Internet harus menggunakan protocol ini supaya dapat berkomunikasi. 2.1.2. TCP/IP Transmission Control Protocol/Internet Protocol atau yang biasa disingkat sebagai TCP/IP pada awalnya adalah suatu percobaan yang dilakukan oleh Dinas Pertahanan Amerika (DARPA) yang membangun suatu jaringan komputer untuk kebutuhan mereka agar komputer-komputer yang digunakan dapat saling terhubung sehingga mereka dapat saling berkomunikasi dan bertukar informasi. Jaringan yang dibentuk ini disebut ARPANet. ARPANet pada waktu itu mengadopsi protokol jaringan TCP/IP yang dibangun pada tahun 1970 oleh ahli network Vinton Cerf dan Bob Kahn. Mulai saat itu semua jaringan yang terhubung menggunakan protokol ini 14 disebut Internet. Standarisasi TCP/IP ini membuat jumlah Internet site dan pengguna yang terhubung ke jaringan ini berkembang dengan pesat secara exponensial. (Anonymous2, 1999) Penggunaan protokol TCP/IP ini karena protokol ini mempunyai kelebihan dalam mekanisme transfer data melalui infrastruktur yang tersedia yaitu, kehandalan (reliability), keamanan (security) dan kompatibilitas (compatibility) terhadap infrastruktur jaringan yang sudah ada. 2.1.3. Internet Services Sebagai suatu jaringan global, maka Internet mempunyai berbagai fasilitas untuk dapat digunakan secara bersama-sama oleh penggunanya. Beberapa layanan Internet yang biasa digunakan oleh pengguna Internet saat ini adalah : a. E-mail Electronic Mail atau biasa disebut sebagai e-mail adalah suatu mekanisme pertukaran informasi melalui jaringan Internet melalui protocol TCP/IP dimana pengirim dapat mengirimkan berita kepada satu atau beberapa orang sekaligus melalui aplikasi mail client seperti Outlook Express, Eudora, Netscape Mail dan lain-lain. Proses pengiriman dan penerimaan berita menggunakan e-mail ini dapat diumpamakan seperti seseorang yang mengirim surat kepada rekannya melalui kantor pos dan kantor pos tersebut bertugas mengirim surat ke alamat yang dituju melalui jalur pengiriman yang sudah ada, bisa melalui udara, laut atau darat. Setelah sampai di tujuan maka surat tersebut akan ditempatkan ke suatu kotak surat yang bersangkutan yang dapat kita umpamakan seperti Post Office Box atau P.O. Box. Setiap kali user yang menerima surat tersebut memeriksa isi kotak suratnya maka jika ada surat yang baru dia akan dapat mengambil dan membacanya. 15 b. File Transfer Protocol File transfer protocol adalah suatu mekanisme pengiriman dan pengambilan file atau biasa disebut upload dan download suatu file dari suatu sumber tertentu, biasanya sebuah server, dengan menggunakan protocol File Transfer Protocol yang merupakan bagian dari TCP/IP Protocol suite. Proses menaruh file ke suatu server atau FTP server biasa disebut sebagai Upload sedangkan proses pengambilan suatu file dari suatu server, biasa disebut Download. c. Chat dan Messenger Chat atau chatting adalah komunikasi online yang dilakukan oleh dua atau lebih user pada saat yang bersaaman melalui suatu server chat tertentu dengan menggunakan program chat seperti IRC atau ICQ. Aplikasi ini berkembang dengan fasilitas yang lebih baru seperti pengiriman gambar, melakukan game secara online seperti yang dapat dilakukan menggunakan Yahoo Messenger atau MSN Messenger. d. Newsgroup atau Discussion Forum Newsgroup pada awalnya adalah tempat bertukar informasi secara online yang disediakan oleh penyedia informasi local dengan menggunakan fasilitas Bulletin Board System atau BBS. Perkembangan BBS ini kemudian menjadi Newsgroup atau Discussion Forum dengan topik-topik diskusi yang ditawarkan oleh penyedia server newsgroup ini dan bahkan forum-forum yang berasal dari server newsgroup lain. Pengguna dapat dengan bebas mengikuti diskusi tersebut melalui news client dan topik-topiknya secara threading. e. World Wide Web World Wide Web atau biasa disebut WWW adalah fasilitas dalam Internet yang berfungsi untuk bertukar informasi baik teks, gambar maupun animasi 16 yang lebih canggih melalui suatu aplikasi yang disebut sebagai Web Browser. WWW ini menggunakan protocol yang disebut sebagai Hypertext Transfer Protocol atau HTTP. Dengan adanya fasilitas ini maka dunia Internet semakin bergairah karena informasi yang didapat dapat beragam dan pengguna dapat berinteraksi dengan suatu institusi secara interaktif menggunakan fasilitas ini. WWW saat ini juga digunakan oleh pelaku bisnis untuk mempromosikan produk-produknya yang kemudian berkembang menjadi mekanisme perdagangan secara elektronic atau melalui Internet ini yang disebut sebagai ecommerce. 2.2. E-Commerce 2.2.1. Sekilas E-Commerce Perkembangan Internet di dunia semakin lama semakin ke arah pemberdayaan semua proses melalui jaringan global ini. Internet yang pada awalnya hanya menampilkan informasi baik profil perusahaan sampai dengan produk yang ditawarkan, saat ini sudah dilengkapi dengan interaksi customer dengan proses bisnis suatu perusahaan melalui web. Definisi mengenai e-commerce sangat beragam, hal ini tergantung kepada cara pandang pemanfaatan teknologi ini. Association for Electronic Commerce mendefinisikan bahwa e-commerce adalah “mekanisme bisnis secara elektronis” (Indrajit, 2001, p1). CommerceNet yang merupakan suatu konsorsium industri, memberikan definisi yang lebih lengkap penggunaan jejaring komputer sebagai sarana untuk penciptaan relasi bisnis. Dalam implementasinya e-commerce terdapat proses transaksi jual beli produk atau jasa antara dua belah pihak melalui Internet atau dalam suatu perusahaan melalui Intranet. Dengan adanya aplikasi ini maka solusi bisnis ini 17 dapat meningkatkan kualitas produk dan jasa dan dapat meningkatkan kecepatan pengiriman barang dan mengurangi biaya operasional. (Anonymous3, 2002) Dalam bukunya Eko Indrajit mengutip pendapat dari Hartman mengenai definisi dari ecommerce ini, yaitu “suatu jenis dari mekanisme bisnis secara elektronis yang memfokuskan diri pada transaksi bisnis berbasis individu dengan menggunakan internet sebagai medium pertukaran barang atau jasa baik antara dua buah institusi (B2B) maupun antarinstitusi dan konsumen (B2C)” (Indrajit, 2001, p1) Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa e-commerce merupakan aktifitas bisnis yang dilakukan dengan pemanfaatan teknologi jaringan yang disebut Internet. Dalam prakteknya e-commerce secara umum memiliki karakteristik sebagai berikut : a. Adanya transaksi yang dilakukan oleh dua belah pihak b. Adanya pertukaran barang dan/atau jasa, informasi dan aliran uang c. Internet menjadi medium utama dalam proses atau mekanisme perdagangan tersebut Selain itu pemanfaatan e-commerce saat ini merubah paradigma pelaku bisnis dalam melakukan aktifitas bisnisnya. Pemanfaatan aplikasi e-commerce memiliki tujuan yang sama dalam suatu reengineering proses suatu bisnis yaitu: • Mengurangi biaya • Memperpendek waktu siklus produk • Mempercepat respon terhadap customer • Meningkatkan kualitas dari suatu layanan Secara umum e-commerce dibagi menurut pelaku bisnisnya yaitu : • B-to-B, yaitu proses perdagangan dilakukan oleh dua institusi yang melakukan aktifitas bisnis melalui infrastruktur Internet 18 • B-to-C, yaitu proses perdagangan dilakukan oleh institusi dengan customer secara retail yang dilakukan melalui infrastruktur Internet • C-to-C, yaitu proses perdagangan dilakukan oleh antar customer menggunakan fasilitas yang disediakan oleh pengelola situs • IntraBisnis, yaitu proses yang dilakukan untuk mendukung aplikasi ecommerce ini melalui proses kolaborasi dalam perusahaan itu sendiri Menurut Goldman Sach yang dikutip oleh Riyeke Ustadiyanto, model bisnis net-companies terbagi menjadi enam macam yaitu (Ustadiyanto, 2001, p22) : 1. Connectivity yaitu bentuk bisnis yang menawarkan akses Internet kepada pelanggannya. Jenis perusahaan ini termasuk dalam bisnis Internet Service Provider seperti IndosatNet, CBN, IndoNet. 2. Context, yaitu bentuk model bisnis yang memberikan jasa atau layanan berupa informasi dan hiburan. Jenis perusahaan ini seperti perusahaan media online seperti Kompas Cybermedia, Detik.com, Astaga.com. 3. Content, yaitu bentuk model bisnis yang memberikan layanan penyediaan isi berupa text atau multimedia sebagai layanan utamanya. Perusahaan jenis ini seperti marketbiz.net, bizweb2000.com. 4. Communication, yaitu bentuk model bisnis dengan menyediakan sarana untuk berkomunikasi secara interaktif seperti layanan media web chat, voice chat, web phone dan sebagainya. Perusahaan jenis ini seperti Dialpad.com. 5. Commerce, yaitu bentuk model bisnis dengan menyediakan sarana untuk melakukan aktivitas perdagangan atau bisnis secara online. Perusahaan jenis ini seperti Amazon.com, Sanur Online, Ojolali.com. 19 Jika dilihat secara menyeluruh dari jenis pelaku bisnis yang terlibat dalam proses e-commerce selain perusahaan itu sendiri yang menggunakan model bisnis ecommerce, hubungan yang lain dapat dijalin dengan : • Pemasok (supplier) • Distributor • Rekanan (partner) • Konsumen (Customer) Dalam gambar 2.1 dijelaskan bahwa dengan menggunakan teknologi jaringan, suatu perusahaan dapat menjalin kerjasama dengan relasi tersebut di atas baik melalui Internet, Intranet maupun Extranet. Internet/Intranet/Extranet Distributors Customers Manufacturing And Production R&D and Engineering Finance and Management Inward Focused Core Business Process and Applications Procurement Distribution Supply Chain Logististics Suppliers Gambar 2.1. Hubungan antara entitas bisnis Sumber : Peter Fingar, 2000 Marketing Advertising Sales Customer Care Partners 20 Ketiga teknologi jaringan ini dapat membantu suatu perusahaan dalam menjalankan proses bisnisnya. Melalui Internet perusahaan tersebut dapat berinteraksi dengan konsumen yang dapat mengakses informasi mengenai produk yang ditawarkan. Dalam hal ini proses e-commerce jenis ini disebut sebagai Business to Consumer (B-to-C). Intranet digunakan suatu perusahaan e-commerce sebagai suatu sarana untuk menghubungkan semua sumber daya baik itu manusia, pengetahuan atau knowledge, dan data, yang kesemuanya itu diatur dalam suatu mekanisme aplikasi menggunakan jaringan. Aplikasi ini harus dapat memenuhi fungsinya dalam hal kolaborasi, komunikasi dan kooperasi. Extranet merupakan infrastruktur dalam menjalin hubungan dengan rekanan atau pemasok dalam mendukung fungsi bisnis ini. Pada awalnya extranet merupakan pengembangan dari suatu proses yang sudah ada yaitu EDI (Electronic Data Interchange). Institutions • Government • Merchants • Manufacturers • Suppliers • Consumers • • • • EC • • • • Process Marketing Sales Payment Fullfillment Support Networks Internet Intranet Extranet Gambar 2.2. Tiga domain yang membentuk komunitas E-Commerce Sumber : David Kosiur, 1997 21 Dengan adanya infrastruktur jaringan Internet maka mekanisme pertukaran data dapat dijalankan juga pada jalur ini. Secara keseluruhan untuk menjalankan proses perdagangan elektronik ini bukan hanya sekedar melakukan perdagangan melalui Internet, namun diatas semua itu perusahaan yang ingin menjadi pelaku bisnis ini harus merubah cara-cara perusahaan dalam melakukan aktifitas usahanya sehari-hari. Dengan kata lain perusahaan tersebut harus meredefinisi ulang model bisnis yang sesuai sehingga dalam prakteknya nanti tidak menghambat proses bisnis menggunakan e-commerce ini. 2.2.2. E-Commerce Value Chain Dalam prosesnya suatu bisnis dimulai dari menarik pelanggan untuk membeli atau menggunakan produk dan jasanya. Demikian juga dalam e-commerce, seperti terlihat dalam gambar 2.3, langkah pertama yang harus dilakukan adalah dengan menarik sebanyak mungkin pelanggan. Pada langkah ini perusahaan akan berusaha agar perhatian pelanggan tetap tertuju kepada produk dan jasa yang ditawarkan perusahaan tersebut. Setelah itu baru usaha untuk berinteraksi dengan pelanggan, yaitu dengan cara menawarkan pemenuhan bagi kebutuhan pelanggan dan berusaha agar berbagai kebutuhan tersebut dapat selalu terpenuhi dengan cara mendapatkan informasi mengenai keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhan yang mungkin pada saat itu belum bisa terpenuhi. Pengiriman katalog produk-produk baru atau penawaran khusus dapat menjadi jalur komunikasi dengan pelanggan. Langkah ketiga dalam usaha pemenuhan kebutuhan konsumen ini adalah menjalankan proses perdagangan itu sendiri yaitu dari mulai penerimaan order, transaksi penjualan dan pembayaran, jaminan pengiriman sampai barang tiba ke 22 pelanggan. Segala upaya untuk memberikan kepuasan dan kenyamanan dalam bertransaksi menjadi tujuan dalam perdagangan elektronik ini karena meskipun secara proses perdagangan elektronik ini sama dengan perdagangan konvensional, namun perilaku konsumen yang menggunakan fasilitas ini agak berbeda. Mereka berkeinginan agar transaksi melalui Internet ini diharapkan dapat lebih mudah dan dengan proses yang tidak rumit sehingga keamanan bertransaksi dan jaminan penyerahan produk menjadi hal yang sangat penting. Get and keep Customer interest Attract Turn interest into orders Interact Advertising Marketing Manage Orders Act Catalog Sales Service Customers React Order capture Payment Fullfillment Customer services Order tracking Gambar 2.3. Internet Commerce Value Chain Sumber : Treese and Stewart, 1998 Pada akhirnya setelah transaksi selesai dan barang telah dikirim ke pelanggan, layanan pasca penjualan atau after sales service, menjadi issue yang sangat penting dalam ekonomi baru ini. Segala macam pertanyaan dan keluhan yang harus dijawab menjadi tanggung jawab perusahaan. Jika pada saat transaksi berlangsung tidak terdapat hal yang menyulitkan pelanggan, namun pada waktu pelanggan mengajukan pertanyaan mengenai produk yang dibelinya atau bahkan keluhan mengenai pengiriman atau handling dari suatu produk, dan perusahaan tidak mampu untuk menangani masalah ini, maka pelanggan akan merasa kecewa dan tidak akan menggunakan fasilitas ini kembali, dan lebih buruk lagi karena ini menggunakan 23 jaringan global dimana semua orang mempunyai hak yang sama, maka pelanggan yang tidak puas akan memberitahukan kepada Internet community mengenai hal ini yang akan berakibat kepada menurunnya daya saing perusahaan tersebut. Untuk menentukan model bisnis yang dituju maka penting untuk mengerti terlebih dahulu karakteristik dari kebutuhan pasar. Model bisnis B-to-B adalah berbagai interaksi antara rantai nilai dari produsen yang memproduksi bahan mentah sampai ke penjual retail, termasuk manufaktur dan distributor. Di lain pihak model bisnis B-to-C hanya mengandalkan pada interaksi antara pelanggan dan penjual ritel (gambar 2.4). Secara umum transaksi B-to-C termasuk diantaranya adalah : Akuisisi account ii. Menemukan produk melalui pencarian dan penelusuran iii. Negosiasi harga iv. Pembayaran, dan v. Pengiriman barang Distributor Manufacturer B-to-B Gambar 2.4. E-Business Value Chain Sumber : Menasce, 2000 Consumer Raw Material Producer i. Retailer B-to-C 24 2.3. Strategi Bisnis dalam E-Commerce 2.3.1. Peranan Teknologi dalam Penerapan E-Commerce Pada prakteknya, jika sebuah perusahaan ingin menerapkan e-commerce yang dalam hal ini merupakan unsur teknologi, pengembangan teknologi informasi ini harus sejalan dengan dan berada dalam kerangka arsitektur bisnis perusahaan. Hal ini disebabkan karena suatu perusahaan yang bermaksud menerapkan teknologi informasi ini tidak dapat menyusun strategi implementasi e-commerce-nya secara tambal sulam yang akan berakibat pada tingginya biaya yang dikeluarkan akibat salah menerapkan strategi. Hal ini dikutip oleh Indrajit bahwa konsep pengembangan e-commerce harus sejalan dengan dengan konsep pengembangan bisnis sendiri, karena pengembangan bisnis selalu berubah dengan cepat dari waktu ke waktu harus segera diantisipasi oleh manajemen perusahaan (Fingar, 2000). Sebagai gambaran untuk menunjukkan bahwa pengembangan e-commerce harus sejalan dengan pengembangan bisnis suatu perusahaan dapat dijelaskan dengan bagan dalam gambar 2.5. Dalam penerapan e-commerce sebagai suatu strategi bisnis maka seluruh komponen perusahaan harus dapat mencurahkan segenap konsentrasinya mengenai penerapan teknologi informasi ini agar segala resiko dan konsekuensi dapat diketahui sedini mungkin. Analisa SWOT dapat digunakan untuk mengetahui potensi yang dimiliki oleh perusahaan dan berbagai peluang yang muncul dengan adanya teknologi internet dan e-commerce ini. Pada dasarnya penerapan strategi bisnis menggunakan ecommerce ini membutuhkan pemahaman yang menyeluruh oleh segenap komponen perusahaan akan apa yang dapat dan mungkin dilakukan oleh e-commerce untuk 25 peningkatan kinerja bisnis perusahaan tersebut dilihat dari berbagai aspek (Indrajit, 2001). E-Commerce Business Strategy Strengths, Weakness, Opportunities, Threats, Goals, Requirements, Contstraints Repository Business Object Model Use Cases Inter-Enterprise Business Process Internal and External Organizational, Process anda Data Models Computer-Based Applications Component Repository Vendor Management, I-Market, Extended Supply Chain, Customer Care Technology Infrastructure Distributed Object Infrastructure Legacy Applicationss and Assets Gambar 2.5. Konsep arsitektur bisnsis dan teknologi dalam pengembangan ecommerce Sumber : Fingar, 2000 Tahap kedua dalam penerapan e-commerce sebagai strategi bisnis suatu perusahaan adalah bagaimana proses bisnis di dalam dan antar perusahaan dilakukan. Pemilihan model bisnis yang sesuai dan bagaimana model bisnis tersebut mempengaruhi cara berpikir dan bekerja suatu organisasi sangat menentukan pada tahap ini. Kerjasama dengan entity bisnis lain sebagai pemasok, rekanan, vendor dan pelanggan juga menentukan proses bisnis yang dilakukan. Inti dari tahap ini adalah bagaimana proses yang akan dilakukan dengan model bisnis yang sudah dipilih 26 tersebut dapat memberikan kontribusi yang positif tentang bagaimana produk yang akan ditawarkan kelak sehingga dapat meningkatkan nilai dan kepuasan pelanggan. Tahap berikut setelah menentukan jenis proses bisnis yang ingin diterapkan dalam perusahaan tersebut adalah menentukan komponen-komponen obyek bisnis yang diperlukan dalam membangun model bisnis tersebut. Komponen atau modul bisnis tersebut biasanya berupa modul-modul aplikasi seperti modul aplikasi pesanan, otorisasi, modul untuk mencari atau katalog elektronik, modul aplikasi penghubung antar modul, modul aplikasi interaktif yang memungkinkan pelanggan dapat berinteraksi dengan organisasi secara langsung dan modul-modul pendukung lainnya. Dengan mencocokkan dengan model bisnis yang telah dipilih, sebuah perusahaan dapat menerapkan modul-modul tersebut sehingga kerangka yang sudah terbentuk dapat dilengkapi dengan adanya modul-modul aplikasi tersebut. Akhirnya penerapan model bisnis yang menggunakan konsep e-commerce ini harus didukung oleh infrastruktur teknologi informasi yang sesuai karena dalam hal ini konsep penerapan model bisnis ini menggunakan komponen bisnis objek. Untuk itu perusahaan harus mempunyai model kerangka pengembangan teknologi informasi seperti data proses dan teknologi yang sesuai yaitu implementasi berbasis objek. Juga tak kalah penting yaitu asset-asset perusahaan seperti perangkat keras dan perangkat lunak yang masih menggunakan konsep bisnis lama harus segera diganti dan diperbaharui. 2.3.2. Permasalahan dalam penerapan E-Commerce Setiap penerapan teknologi mempunyai masalah dan hambatan yang harus dihadapi oleh setiap perusahaan. Dalam penerapan konsep bisnis menggunakan ecommerce ini pun suatu perusahaan dapat mengalami masalah yang jika tidak 27 ditangani dengan baik akan berakibat pada menurunnya daya saing perusahaan tersebut. Menurut Ustadiyanto (Ustadiyanto, 2001), ada sembilan bidang yang muncul ketika penerapan e-commerce dalam penciptaan pasar di Internet yang berarti perusahaan tersebut harus siap memasuki pasar Internasional. Secara umum permasalahan ini dapat dibagi menjadi tiga bagian besar yaitu masalah ekonomi dan finansial, masalah hukum dan masalah akses pasar. • Masalah Finansial : o Bea cukai dan perpajakan o Pembayaran secara elektronis • Masalah Hukum : o Uniform Commercial Code untuk e-commerce o Perlindungan intellectual property o Privasi o Keamanan • Masalah Akses Pasar : o Prasarana telekomunikasi dan teknologi informasi o Isi (content) o Standar-standar teknis 28 Masalah Finansial Masalah Hukum E-Commerce Masalah akses pasar Gambar 2.6. Masalah yang timbul dalam implementasi E-Commerce Sumber : Ustadiyanto, 2001 Penjelasan akan hal ini akan sangat berhubungan dengan bagaimana model bisnis yang akan diterapkan dan strategi bisnis sesuai kerangka yang telah ditetapkan pada saat awal perusahaan tersebut menentukan akan penerapan teknologi ini. Masalah Finansial yang berarti berhubungan dengan masalah ekonomi baik itu mikro atau makro, hal ini sangat berperan bagi suatu perusahaan yang menerapkan konsep ini. Hal ini disebabkan karena Internet sebagai infrastruktur global menciptakan pasar yang dalam hal ini berskala global pula. Untuk itu kebijakankebijakan yang diambil oleh suatu pemerintahan seperti di Indonesia diharapkan dapat mendukung proses perdagangan ini sehingga hal ini dapat memacu pertumbuhan ecommerce khususnya di Indonesia. Masalahnya adalah bagaimana suatu produk yang diperdagangkan melalui Internet dikenai pajak dan bea sesuai dengan peraturan yang berlaku di setiap negara. Untuk itu pemerintahan saat ini harus dapat memikirkan bagaimana penerapan pajak dan bea cukai tersebut tidak bertentangan dengan peraturan perdagangan internasional dan peraturan perpajakan tersebut tidak menghambat praktek perdagangan melalui Internet ini. 29 Sistem pembayaran yang digunakan dalam bisnis melalui Internet ini juga merupakan hal yang sangat penting karena mempengaruhi pelanggan yang tidak hanya menggunakan satu jenis mata uang saja tapi merupakan pelanggan global. Jaringan penyedia layanan kartu kredit dalam hal ini berperan penting dalam mendukung proses perdagangan elektronik ini. Persoalan berikutnya adalah menyangkut masalah hukum. Masalah hukum yang pertama adalah kerangka perdagangan global melalui Internet yang disebut juga sebagai Uniform Commercial Code. Kerangka perdagangan global ini diharapkan dapat menampung semua peraturan-peraturan yang menjadi konvensi bersama bagi pelaku bisnis di seluruh dunia yang menggunakan sistem perdagangan elektronik. Hal-hal yang berhubungan dengan relasi antar konsumen dan produsen, produsen dan pemerintah, dan produsen dan rekanan, dapat diatur dalam suatu kerangka perdagangan baku untuk pelaksanaan perdagangan elektronik. Masalah lain yang berhubungan dengan hukum adalah masalah perlindungan terhadap kekayaan intelektual atau biasa disebut sebagai Intellectual Property. Untuk melakukan perdagangan secara elektronik maka pelaku bisnis diharapkan dapat mengerti akan hak kekayaan intelektual merupakan hak yang sangat hakiki dalam arti tidak akan ada pembajakan dalam produk sehingga pembeli atau pelanggan dapat yakin bahwa produk yang dibelinya merupakan produk yang asli. Setiap individu yang bergerak dalam perdagangan elektronik juga harus merasa yakin bahwa segala aktivitas dan informasi yang diberikan atau didapat merupakan hak yang bersifat pribadi. Untuk masalah ini maka privasi dalam melakukan perdagangan dapat diperhatikan bagi penyedia layanan perdagangan elektronik, baik dari sisi perusahaan yang menyediakan jasa koneksi maupun penyedia layanan produk. Privasi juga berhubungan erat dengan sistem keamanan 30 dalam sistem perdagangan elektronik. Penyedia jasa layanan harus menjamin bahwa data yang dikirim atau diterima oleh pelanggan dapat digunakan secara semestinya melalui suatu mekanisme keamanan yang terjamin. Sebagai unsur yang ketiga dalam permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan perdagangan elektronik adalah masalah akses pasar. Untuk masalah ini tidak hanya penyedia layanan akses atau biasa disebut sebagai Internet Service Provider (ISP) yang berhubungan, namun dalam hal ini adalah pemerintah sebagai penentu kebijakan masalah telekomunikasi, perusahaan penyedia infrastruktur telekomunikasi dan perusahaan penyedia layanan produk itu sendiri. Penentuan model bisnis dari suatu perusahaan yang berbasis e-commerce akan menentukan isi dari situs yang dibuat dalam mempromosikan produk dan layanan perdagangan elektronik tersebut. Dengan adanya kebebasan arus informasi dalam dunia maya ini maka pengelola situs dan perusahaan penyedia jasa layanan penampungnya atau content provider harus dapat memberi batasan-batasan yang jelas akan apa yang seharusnya dimuat dan apa yang tidak dapat dimuat. Hal ini karena setiap negara juga mempunyai aturan-aturan mengenai kebebasan informasi sehingga dalam menentukan isi dari situs yang dibuat disesuaikan dengan aturan perundangan yang berlaku. Terakhir masalah yang dapat timbul dengan pemanfaatan perdagangan elektronik ini adalah menyangkut standar teknis yang digunakan. Untuk setiap sistem yang menggunakan pemanfaatan teknologi apalagi dalam hal ini juga unsur perdagangan yang terkait dengan privasi dari masing-masing pelaku bisnis sangat dijaga, maka penggunaan standar teknis dalam pelaksanaan perdagangan elektronis ini menjadi perhatian yang penting sehingga pemilihan perangkat keras, piranti lunak, prosedur dan bentuk kerjasama dengan lembaga keuangan mempunyai standar yang 31 baku sehingga dapat mengurangi resiko kecurangan atau berakibat kepada kerugian yang cukup besar. 2.3.3. Model Bisnis Perusahaan DotCom Sebuah perusahaan menginginkan agar bisnisnya dapat menghasilkan arus kas yang positif, karena tujuan dari suatu model bisnis adalah menghasilkan keuntungan bagi perusahaan tersebut. Untuk itu pemilihan model bisnis yang tepat dapat mempengaruhi cash flow dari operasional perusahaan tersebut. Demikian juga perusahaan-perusahaan yang memanfaatkan perdagangan elektronik sebagai inti dari bisnisnya harus memikirkan sumber-sumber pendapatan berdasarkan proses bisnis yang digunakan. Menurut Eko Indrajit, ada beberapa sumber pendapatan dari berbagai pihak yang merupakan sumber pendapatan dari bisnis dotcom ini (Indrajit, 2001). • Pendapatan utama yang berasal dari penjualan produk atau jasa langsung ke konsumen • Pendapatan bagi hasil dari penjualan produk atau jasa yang ditawarkan bersama-sama dengan rekananan karena penjualan produk atau jasa tersebut hanya dapat dilakukan melalui bentuk kerjasama yang telah ditetapkan • Pendapatan dari ruang iklan yang disediakan melalui situs perdagangan elektronik tersebut. Penjualan ruang iklan tersebut dapat dilakukan kalau perusahaan tersebut telah memiliki basis pelanggan yang cukup kuat sehingga menari perusahaan lain untuk menempatkan iklannya di situs tersebut • Data pelanggan untuk dijadikan sumber penelitian. Meskipun hal ini masih diperdebatkan namun kadang data perilaku konsumen berdasarkan jenis 32 kelamin, demografi, dan karakteristik lainnya dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan bagi perusahaan yang mempunyai data pelanggan tersebut. Dari keempat model pendapatan tersebut maka dapat ditarik bahwa ada empat pihak yang saling terkait dalam pembentukan model bisnis perusahaan dotcom ini, yaitu : • Members, yaitu calon konsumen atau pelanggan tetap dari perusahaan tersebut • Content Partners, merupakan rekanan yang dapat menyajikan informasi mengenai produk yang dijual. Dalam hal ini content partner bisa content provider atau perusahaan yang menyediakan informasi bagi produk yang dijual • Merchants, merupakan rekanan yang memiliki produk atau jasa yang akan ditawarkan perusahaan • Advertisers, merupakan perusahaan yang berminat menempatkan iklannya pada situs perusahaan tersebut sebagai sarana promosi bagi produk mereka Members Content Partners Internet Business Merchants Advertisers Gambar 2.7. Pihak yang terkait dalam implementasi e-business Sumber : Indrajit, 2000 33 Pada prakteknya kombinasi antara keempat pihak dan model pendapatan tersebut menimbulkan bentuk model bisnis yang beragam dalam pelaksanaan bisnis melalui Internet ini. Model bisnis tersebut antara lain adalah : Fee-Based Structure, Membership Model, Multi-Level Marketing, Reverse Auction System, Visiting Site Charge. Ada kalanya suatu perusahaan yang telah menerapkan model bisnis tertentu, maka model bisnis tersebut dapat dipatenkan karena mudah sekali bagi suatu perusahaan meniru model bisnis yang sudah ada. Dari model bisnis yang ada maka perlu diperhatikan juga bentuk kerjasama dan proses bisnis itu sendiri supaya alur kerja dari perusahaan tersebut dapat menunjang tujuan utamanya yaitu menghasilkan revenue yang positif bagi perusahaan. Juga model pembayaran atau payment method yang digunakan, sehingga proses bisnis yang berjalan tidak terganggu karena urusan pembayaran yang tidak baik. 2.3.4. Penerapan E-Commerce sebagai Kerangka Bisnis suatu Perusahaan Ada anggapan bahwa e-commerce merupakan suatu model perdagangan produk atau jasa seperti layaknya penjualan konvensional namun menggunakan media Internet. Hal ini dapat menjadi suatu jebakan sendiri bagi perusahaan yang menginginkan usahanya dapat diimplementasikan ke Internet. Melalui euphoria Internet ini banyak perusahaan yang tanpa model bisnis yang jelas dalam menjalankan bisnisnya melalui Internet, saat ini mengalami kesulitan bahkan di ambang kehancuran. Secara lengkap Eko Indrajit menjelaskan dua titik ekstrem (Indrajit, 2001) kemampuan e-commerce dalam mendukung bisnis suatu perusahaan yang menginginkan perubahan bisnisnya melalui Internet. Kemampuan pertama adalah e- 34 commerce untuk menjadi follower yaitu e-commerce digunakan seperti layaknya suatu bisnis pada umumnya, dimana di situ terdapat transaksi antara penjual dan pembeli dan pertukaran uang melalui infrastruktur Internet. Kemampuan yang lain adalah e-commerce dapat menciptakan suatu model bisnis baru yang dapat menjadi terobosan bagi perdagangan konvensional saat ini karena dalam bisnis melalui ecommerce ini mekanisme pasar bebas dapat diterapkan melalui jaringan global ini. 2.4. Aspek-Aspek Bisnis untuk meningkatkan daya saing 2.4.1. Strategi Bisnis dalam Perdagangan Elektronik Dalam setiap jenis usaha aktifitas pemasaran memegang peranan yang sangat penting pada suatu perusahaan dalam usahanya mendapatkan arus pendapatan yang baik (revenue stream). Bahkan secara umum konsentrasi yang terbesar dalam seluruh aktifitas perusahaan tersebut adalah dalam proses pemasaran atau marketing. Dalam manajemen strategi, suatu perusahaan harus menentukan terlebih dahulu model bisnis yang akan dijalankan dan bagaimana strategi yang akan digunakan dalam menguasai pasar. Strategi manajemen merupakan proses dalam memformulasi, implementasi, dan evaluasi beberapa fungsi keputusan dari beberapa sumber yang kemudian digunakan untuk perusahaan dalam mencapai tujuannya (David, 1997, p4). Baik perusahaan konvensional maupun perusahaan yang menggunakan perdagangan elektronik mempunyai misi yang sama yaitu untuk memperoleh laba sebesar-besarnya dengan biaya yang seminimal mungkin. Untuk itu strategi pemasaran yang efektif akan membuat kinerja dan daya saing perusahaan tersebut meningkat. Strategi pemasaran dengan menentukan segmentasi pasar, targeting konsumen dan positioning produk dapat menjadi dasar untuk langkah selanjutnya. Setelah itu dengan model 4P yaitu Product, Price, Place dan Promotion atau yang 35 dikenal dengan marketing mix, perusahaan akan berusaha untuk menembus pasar dan meningkatkan daya saingnya. Kemudian menjadi 6P dengan menambah 2P yaitu Partners dan People (Archer, Yuan & Basset, 2000). Dalam konsep pemasaran konvensional memang dikenal dengan 4P namun dalam hal ini pemasaran melalui Internet melibatkan pemain yaitu konsumen yang menggunakan fasilitas perdagangan elektronik tersebut dan rekanan yang merupakan bagian tak terpisahkan dalam membangun bisnis ini. Penjelasan mengenai 6P ini adalah sebagai berikut : • People : pelanggan atau calon pelanggan, baik individual maupun perusahaan bisnis • Product : barang, jasa, atau konsep/ide yang dijual dalam rangka pemenuhan kebutuhan konsumen • Promotion : proses komunikasi antara penjual dan pembeli • Price : harga yang harus dibebankan kepada konsumen untuk suatu produk • Place : proses bagaimana produk tersebut dapat sampai ke tangan konsumen • Partners : perantara atau kontraktor outsource Hasil dari penerapan 6P ini dapat dilihat ringkasannya dalam Tabel 2.1 Tabel 2.1. Hubungan Model 6P dan dampaknya terhadap E-Commerce Sumber : Archer, Yuan dan Basset, 2000 Komponen Efeknya terhadap E-Commerce Marketing Mix People • Membatasi, memperluas, dan definisi ulang pelanggan yang prospektif 36 • Identifikasi secara demografi ceruk pasar tertentu (market niches) • Melengkapi pengumpulan informasi untuk mengidentifi-kasi karakteristik konsumen dan perilaku pasar • Meningkatkan pengharapan akan pilihan yang lebih luas, harga yang lebih murah, dan layanan yang lebih baik • Merubah persepsi dan lebih mempercayai akan institusi virtual atau fisik Product • Memperkaya informasi mengenai produk dan jasa yang ditawarkan • Menyediakan bentuk yang baru dari informasi produk dan jasa • Menyediakan kustomisasi massal dari produk dan jasa • Menuntut perhatian yang lebih mengenai masalah proteksi copyright Place • Peralihan dari ruang secara fisik ke dunia maya (cyberspace) • Informasi mengenai pengiriman secara on-line dari barang atau jasa • Mendukung outsourcing, koordinasi dari dalam dan luar terhadapat penyediaan barang atau logistik Price • Mempromosikan globaliasi tentang marketplace • Model baru mengenai penetapan harga dan metode pembayaran • Pembentukan pasar yang lebih efisien, harga yang lebih bersaing 37 Promotion • Menimbulkan issue mengenai perpajakan yang baru • Memberikan pilihan baru mengenai push dan pull technologies • Mendukung, memfasilitasi pencarian informasi oleh konsumen • Menarik perhatian konsumen dengan informasi gratis • Menyediakan jenis produk yang beragam dan disesuaikan dengan keinginan konsumen Partners • Membangun komunitas virtual • Strategi promosi yang flexible dapat diimplementasikan • Menghilangkan atau mengadaptasi perantara (intermediary) • Perantara secara digital seperti web search engines, direktori atau lelang elektronik • Koordinasi rekanan lewat hubungan secara virtual yaitu secara elektronis • Mesin pencari, dukungan direktori untuk proses belanja pelanggan 2.4.2. Pemasaran di Internet Saat ini dengan jumlah penduduk Indonesia sebesar 230 juta penduduk dan pengguna Internet yang hanya 2 juta sampai 4 juta, yaitu sekitar 1% sampai 2% sebenarnya belum dapat menjanjikan bahwa pertumbuhan e-commerce di Indonesia akan berkembang dengan baik, walau demikian perkembangan teknologi dan infrastruktur yang sedemikian pesat dan perkembangan politik Indonesia yang diharapkan semakin membaik dapat menjadi lahan yang subur bagi bisnis ini. Dalam pelaksanaan mekanisme perdagangan melalui Internet ini segala macam inovasi dapat 38 muncul karena sifat dari jaringan global ini dan kompetisi yang terbuka bagi semua pemain yang bergerak dalam bisnis ini. Untuk itu setiap perusahaan dapat menggunakan peluang ini sebaik-baiknya dalam membuat model bisnis yang unik dan sesuai dengan kultur atau budaya konsumen di Indonesia. Dalam pemasaran melalui Internet, secara garis besar memang sama yaitu dalam pemilihan produk, harga, distribusi dan penyajianya, namun agak sedikit berbeda karena budaya pengguna Internet berbeda dengan konsumen biasa yang membeli produk melalui jalur distribusi biasa. Hal ini harus diketahui juga oleh pengelola atau perusahaan tersebut. Dalam hal ini budaya pengguna Internet seperti yang diungkapkan oleh Jill dan Matthew Ellsworth (Ellsworth & Ellsworth, 1997) adalah sebagai berikut : • Pemakai Internet (Internauts) menginginkan informasi yang detail dan dapat memuaskan kebutuhan mereka • Internauts berharap bahwa informasi tersebut dapat diterima secara cumacuma • Internauts tidak menginginkan e-mail promosi yang tidak diharapkan • Internauts mengharapkan isi yang baik dari suatu situs, dan tidak terlalu mengindahkan slogan-slogan atau hiasan yang tidak penting Inti dari pemasaran di Internet adalah menarik pengguna Internet dari cobacoba menjadi konsumen dan diharapkan menjadi pelanggan tetap dari situs tersebut, sembari perusahaan tersebut melebarkan pangsa pasarnya melalui promosi dan peningkatan kualitas layanannya. Untuk mengimplementasikan e-commerce sebagai suatu strategi dalam usaha untuk memperluas pasar dan meningkatkan daya saing, maka perusahaan agar dapat mengenali karakteristik dari e-commerce itu sendiri dan berbagai keuntungan atau 39 kerugian yang terjadi jika diterapkan model bisnis ini. Berikut adalah keuntungan dan kerugian yang menyertai dalam implementasi e-commerce ini. Tabel 2.2. Keuntungan dan Kerugian penerapan E-Commerce Sumber : Archer, Yuan dan Basset, 2002 Shopping Keuntungan dalam Penerapan Kerugian dalam Penerapan Characteristics E-Commerce E-Commerce Accessibility • Mengurangi waktu perjalanan • Menghilangkan batas • Terbatas hanya konsumen yang memiliki akses Internet secara geografis Informasi Produk • Siapa saja, dimana saja, kapan saja • Lebih detail, dapat dicari dengan • Produknya mudah disentuh, dicium, dirasakan • Mencoba software • secara gratis, yang paket • Tidak dapat lingkungan tidak dapat dapat merasakan belanja yang diambil/download sesungguhnya seperti Multi-media, virtual reality dan kesempatan untuk jalan-jalan bentuk-bentuk nyata yang menarik • Komentar dari berbagai pihak yang dapat mendukung Sentuhan Pribadi • Layanan lebih ke arah personalisasi • Kontak langsung ke petugas lebih sulit, tidak menghubungi dapat secara langsung misalnya bertatap muka Keamanan dan • Mudah dalam melakukan • Banyak masalah timbul 40 Privasi • pembayaran mengenai proses pembayaran Keamanan dari pihak lain seperti • Kejanggalan Bank, Credit Card Authenticator, menangani sudah tersedia dalam dalam pembayaran jumlah kecil dalam jumlah besar Setelah mengetahui beberapa faktor dalam menjalankan bisnis secara elektronik atau perdagangan elektronik ini maka sebagai suatu perusahaan yang menginginkan agar bisnisnya dapat berjalan dengan baik maka diperlukan suatu strategi dalam pelaksanaannya. Untuk memantau strategi tersebut terlaksana dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan maka faktor-faktor kritis sebuah perusahaan harus dibentuk agar eksekutif dapat memonitor kinerja peusahaan. Sebagai contoh faktor kritis penentu keberhasilan suatu perusahaan agar dapat bersaing adalah market share, price competitiveness, financial position, product quality, customer loyalty. Market Share Price Competitiveness Competitive Profile Financial Position Product quality Customer Loyalty Gambar 2.8. Critical Success Factor untuk meningkatkan daya saing Sumber : David, 1997 dan 41 2.5. E-commerce di Indonesia Perkembangan Internet di Indonesia akhir-akhir ini sangat pesat, seperti yang dilaporkan oleh APJII (APJII, 2002), perbandingan antara subscriber, dalam hal ini berarti pengguna yang terdaftar pada salah satu ISP di Indonesia mencapai 581.000 dan pengguna dalam hal ini yang pernah menggunakan fasilitas Internet baik melalui jaringan di kantor, warung Internet maupun fasilitas sekolah atau kampus adalah sebesar 4.200.000. Hal ini sangat kecil persentasenya dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia dan pemakai komputer pada khususnya. Meskipun kelihatannya sangat kecil kemungkinan perkembangan e-commerce di Indonesia, namun dengan semakin membaiknya perekonomian dan politik di Indonesia hal ini dapat membentuk suasana yang cukup kondusif bagi perkembangan dunia Internet di Indonesia pada umumnya dan e-commerce pada khususnya. Secara umum pemerintah saat ini juga sedang mempersiapkan infrastruktur komunikasi sebagai landasan bagi perkembangan transformasi informasi di Indonesia. Di lain pihak perusahaan-perusahaan komunikasi seperti Telkom dan Indosat dengan gencar mempersiapkan infrastruktur teknologi informasi ini dengan memperluas jaringan-jaringan komunikasinya ke beberapa daerah. Perkembangan perdagangan elektronik di Indonesia ini sudah berjalan seperti pada sanur.com yang bergerak dalam penjualan buku seperti amazon.com dan perusahaan dotcom lainnya yang bergerak dalam model bisnis seperti portal, B-to-B, e-tail, e-auction, dan lain sebagainya. Saat ini mereka mempunyai pasar tersendiri dan memiliki strategi bisnis sendiri, tetapi tidak sedikit yang hanya mengandalkan modal yang besar tanpa didukung dengan sumber daya manusia dan kualitas pelayanan yang prima menjadi ambruk. 42 Masalah-masalah yang timbul dalam pelaksanaan perdagangan elektronik di Indonesia masih di seputar keengganan konsumen untuk berani melangkah dalam menggunakan fasilitas Internet dalam transaksi jual belinya karena budaya belanja dan ketidakyakinan akan keamanan data yang berjalan melalui media ini. Hal lain adalah belum adanya kepastian hukum dan dukungan dari pemerintah dalam menumbuhkan kondisi yang baik dalam teknologi informasi dan komunikasi ini. Selain itu masalah infrastruktur, kecepatan dan kemudahan pelanggan dalam melakukan transaksi dan kemudahan dalam mendapatkan informasi berkaitan dengan produk-produk baru yang semuanya ini berhubungan dengan customer relationship atau dalam dunia bisnis disebut sebagai humas dan dalam teknologi informasi saat ini dikenal dengan Customer Relationship Management atau CRM.