BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otitis media merupakan salah satu gangguan kesehatan telinga yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingga bisa tuli, bahkan dapat mengancam jiwa sehingga mempunyai dampak yang merugikan bagi penderita, keluarga dan masyarakat. Saat pendengaran mulai berkurang dan mengganggu aktivitas seharihari barulah mencari bantuan medis, sehingga tak jarang telah menimbulkan komplikasi. Gangguan pada otitis media terletak di telinga bagian tengah. Penyebab otitis media adalah multifaktor, antara lain infeksi bakteri, virus, gangguan fungsi tuba, alergi, gangguan kekebalan tubuh, lingkungan dan faktor sosial ekonomi. 1 Otitis media terdapat pada semua bangsa diseluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara maju dengan angka kejadian bervariasi. Di negaranegara berkembang angka kejadian jauh lebih tinggi karena beberapa hal misalnya higiene yang kurang, faktor sosioekonomi, gizi yang rendah, kepadatan penduduk serta masih ada pengertian masyarakat yang salah terhadap penyakit ini sehingga mereka tidak berobat sampai tuntas. Banyak ahli membuat pembagian dan klasifikasi otitis media. Secara mudah otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media non supuratif. Masing masing golongan mempunyai bentuk akut dan kronis yaitu otitis media supuratif akut dan otitis media supuratif kronis dan otitis media serosa.1,2 Otitis Media Akut (OMA) merupakan inflamasi akut telinga tengah yang berlangsung kurang dari tiga minggu dimana telinga tengah adalah ruang di dalam telinga yang terletak antara membran timpani dengan telinga dalam serta berhubungan dengan nasofaring melalui tuba Eustachius. Perjalanan OMA terdiri atas beberapa aspek yaitu efusi telinga tengah yang akan berkembang menjadi pus oleh karena adanya infeksi mikroorganisme, adanya tanda inflamasi akut serta munculnya gejala otalgia, irritabilitas dan demam. Dikatakan juga bahwa pencetus Universitas Sumatera Utara adalah semakin sering terserang infeksi saluran nafas, makin besar kemungkinan terkena OMA. Penyebab OMA didominasi oleh infeksi bakteri dan sepertiga kasus disebabkan oleh virus. Sepertiga kasus dari infeksi bakteri disebabkan oleh Streptococcus pneumonia, Streptococcus pyogenes dan Haemophilus influenzairus.3 WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2000 terdapat 250 juta (4,2%) penduduk dunia yang pernah menderita OMA disertai gangguan pendengaran, 75 sampai 140 juta terdapat di Asia Tenggara . Pada tahun 2005, terdapat 278 juta orang di dunia pernah menderita gangguan pendengaran. Kurang lebih dua pertiganya terjadi pada negara berkembang.Pada tahun 2014, angka gangguan pendengaran di dunia meningkat menjadi 360 juta orang yaitu sekitar lima persen dari populasi dunia.4 Prevalensi tertinggi OMA di dunia terjadi di Afrika Barat dan Tengah.(43,37%). Area–area lainnya yaitu Amerika Selatan (4,25%), Eropa Timur (3,96%), Asia Timur (3,93%), Asia Pasifik (3,75%) dan Eropa Tengah (3,64%). Di Inggris, sebanyak 30% anak–anak mengunjungi dokter anak setiap tahunnya karena OMA. Di Amerika Serikat, sekitar 20 juta anak–anak menderita OMA setiap tahunnya .4 Di Asia Tenggara, Indonesia termasuk keempat negara dengan prevalensi gangguan telinga tertinggi (4,6%). Tiga negara lainnya adalah Sri Lanka (8,8%), Myanmar (8,4%) dan India (6,3%). Walaupun bukan yang tertinggi tetapi prevalensi 4,6% merupakan angka yang cukup tinggi untuk menimbulkan masalah sosial di tengah masyarakat, misal dalam hal berkomunikasi. Dari hasil survei yang dilaksanakan di tujuh propinsi di Indonesia menunjukkan bahwa otitis media merupakan penyebab utama morbiditas pada telinga tengah. OMA adalah penyakit yang sering terjadi pada anak-anak dibandingkan dengan kelompok usia lainnya. Hal itu disebabkan posisi tuba eustachius anak-anak pada fase perkembangan telinga tengah lebih horizontal, pendek dan lebar dengan drainase yang minimal dibandingkan usia dewasa.4 Anak umur 6-11 bulan lebih rentan menderita OMA. Insiden sedikit lebih tinggi pada anak laki-laki dibanding perempuan. Sebagian kecil anak menderita Universitas Sumatera Utara penyakit ini pada umur yang sudah lebih besar yaitu pada umur empat dan awal lima tahun. Beberapa bersifat individual dapat berlanjut menderita episode akut pada masa dewasa. Kadang-kadang, orang dewasa dengan infeksi saluran pernafasan akut tapi tanpa riwayat sakit pada telinga dapat menderita OMA. Faktor-faktor risiko terjadinya OMA adalah bayi yang lahir prematur dan berat badan lahir rendah, umur (sering pada anak-anak), anak yang dititipkan ke penitipan anak, variasi musim dimana OMA lebih sering terjadi pada musim gugur dan musim dingin, predisposisi genetik, kurangnya asupan air susu ibu, imunodefisiensi, gangguan anatomi seperti celah palatum dan anomali kraniofasial lain, alergi, lingkungan padat, dan sosial ekonomi rendah. OMA apabila tidak ditangani dengan antibiotik yang tepat dapat menimbulkan komplikasi, yaitu otitis media surpuratif kronis, meningitis dan abses otak.5 Untuk itu pencegahan ataupun penanganan terhadap OMA sangat penting, sehingga informasi akan faktor-faktor resiko OMA sangat dibutuhkan. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik ingin melakukan penelitian tentang gambaran klinis penderita Otitis Media Akut di RSUP H. Adam Malik Medan. 1.2 Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana perbandingan karakteristik penderita Otitis Media Akut di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2014 dan 2015. 1.3 Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan umum Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan karakteristik penderita Otitis Media Akut di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2014 dan 2015. Universitas Sumatera Utara 1.3.2 Tujuan khusus Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan distribusi frekuensi pasien OMA berdasarkan: 1. Usia 2. Jenis kelamin 3. Gejala klinis 4. Stadium OMA 5. Jumlah sisi yang terkena 6. Terapi OMA 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bidang penelitian: Hasil penelitian dapat diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai gejala klinis OMA. 2. Bidang pendidikan Penelitian ini diharapkan memberikan informasi mengenai gejala klinis OMA sebagai bahan studi untuk meningkatan wawasan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 3. Rumah sakit Sebagai informasi kepada rumah sakit tentang proporsi penderita OMA setiap tahun. 4. Bidang pelayanan masyarakat Sebagai bahan untuk penyuluhan kepada masyarakat agar dapat meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit OMA. Universitas Sumatera Utara