tindak pidana pencurian oleh penderita kleptomania dalam

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pencurian merupakan tindakan pidana yang paling banyak dilakukan
di Indonesia. Seseorang dinyatakan terbukti telah melakukan tindak pidana
pencurian apabila telah memenuhi unsur-unsur dalam pencurian dan
dilakukan dengan sengaja yaitu pencurian menghendaki dan mengetahui
akan akibat dari tindakannya.
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana pasal 362 dijelaskan
Bahwa “barang siapa mengambil sesuatu barang yang seluruhnya atau
sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk memilikinnya
secara melawan hukum di ancam karena pencurian dengan pidana penjara
paling lama lima tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus
rupiah”1
Islam juga melindungi hak milik individu manusia, sehingga hak
milik tersebut benar-benar merupakan hak milik tersebutbenar-benar
merupakan hak milik yang aman. Dengan demikian, islam tisak
menghalalkan seseorang merampas hak milik orang lain dengan dalil
apapun. Islam telah mengharamkan mencuri, menghasab, mencopet,
korupsi, riba, menipu, mengurangi timbangan, suap dan sebagainya. Islam
menganggap segala pebuatan mengambil hak orang lain dengan
1
Yoga Aggoro, KUHP ( Kitab Undang-Undang Hukum Pidana ) dan KUHAP ( Kitab UndangUndang Hukum Acara Pidana ) (Jakarta Selatan, Trans Media Pustak, 2009 ) h.121
1
2
kesejahteraan sebagai perbuatan yang batal. Dan memakan hak milik
orang lain itu berarti memakan barang haram.
Islam memberi hukuman berat atas perbuatan mencuri yaitu
hukuman potong atas pencurianya. Bahwa tangan yang khianat dan
mencuri itu adalah merupakan organyang sakit. Sebab itu, tangan tersebut
harus dipotong biar tidak menular ke organ lain sehingga jiwa biasa
selamat. Hukuman potong tangan dapata dijadikan pula peringatan bagi
orang yang dalam hatinya bersirat niat hendak mencuri harta orang lain.2
Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah Ayat 38


 



    
  
Artinya: “Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri,
potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka
kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana”.3
Selain dasar hukum yang bersumber dari Al-Qur’an yang di
ungkapkan dapat juga dilihat hadist Nabi Muhammad SAW :
‫عن أبي هريرة رضي هللا عنه قال قال رسول هللا صلى هللا‬
‫عليه وسلم لعن هللا السارق يسرق البيضة فتقطع يده ويسرق‬
.‫الحبل فتقطع يده‬
2
Sayyaid Sabiq, Fiqh Sunnah 9, (Bandung, PT. Al-Ma’arif, 1984 ), h.213
Dede Rosyada, Hukum Islam dan Pranata Sosial, ( Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, 1996 ), h.
87
3
3
Artinya : “ Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Katanya : Rasullulah
SAW, bersabda : Allah melaknat seorang pencuri yang mencuri telur
sehingga di potong tangannya kemudian dia mencuri tali lalu di potong
tangannya”.4
Kleptomania merupakan salah satu penyakit jiwa atau gangguan
psychis yang membuat penderitanya tidak bisa menahan diri untuk
mencuri. Benda yang dicuri pada umumnya bukanlah benda yang berharga
tetapi tergantung kepada keterkaitan penderita akan barang tersebut.
Gangguan kejiwaan ini bukan karena khayalan atau halusinasi, penderita
kleptomania ini bisa didiagnosa dari kebiasaan yang mereka lalukan ketika
melihat benda yang dimiliki orang lain. Penderita melakukan hal ini bukan
karena iri atau benci terhadap orang yang memiliki barang tetapi karena
adanya dorongan dari otak sebagai tantangan untuk mengambil barang
tersebut dan membuktikan kepada dirinya bahwa bisa mengambil barang
itu tanpa di ketahui oleh korban. 5
Individu yang mempunyai gangguan kleptomania ditandai oleh
kegagalan menahan dorongan untuk mencuri sesuatu yang tidak
dibutuhkan atau tidak menghasilkan uang, ketika dorongan untuk mencuri
itu muncul, ia merasa tidak nyaman, gelisah dan dorongan tersebut
semakin kuat, setelah perilaku tersebut tersalurkan, individu merasakan
kepuasaan. Saat-saat tertentu individu dapat merasakan penyesalan
terhadap kebiasaan tersebut, akan tetapi penyesalan tersebut tidak
menghentikan kebiasaan buruk tersebut, justru ketika muncul dorongan itu
4
5
Prof. Dr. H. Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, ( Jakarta, Sinar Grafika, 2009 ), h. 64
http: //www.doktersahabat kita.com
4
kembali, ia akan kembali mencuri. Oleh karena itu beberapa ahli klinis
menyebut kondisi seperti itu sebagai bagian dari spektrum gangguan
afektif obessi-kompulsif (OCD).
Kleptomania di derita paling banyak ditemukan pada wanita secara
umum, rata-rata usia berkisar 20-35 tahun. Kemunculan kleptomania
secara pasti tidak dapat diketahui namun kleptomania mempunyai korelasi
dengan ganggaun yang dialami individu sebelumnya seperti obsessivecompulsive.
Beberapa penelitian psikoanalisa menyebutkan bahwa kleptomania
disebabkan oleh pelbagai permasalahan dan fase masa kanak-kanak yang
tidak berjalan dengan semestinya, akibatnya dorongan mencuri merupakan
salah satu cara dorongan untuk mengembalikan masa tersebut. Penderita
kleptomania melaporkan bahwa rata-rata awal kemunculan gangguan
tersebut pada usia 5 tahun.
Seseorang pengidap penyakit kleptomania melakukan pencurian
bukan karena dia memang memerlukan barang yang diambilnya atau
bukan karena barang itu memang memeiliki nilai yang mahal. Tapi dia
melakukan pencurian karena adanya dorongan yang tidak biasa di
tahannya. Hal ini jelas berbeda dengan seorang pencuri biasa yang merasa
khawatir kalau-kalau tindakannya diketahui orang lain, seorang pengidap
penyakit kleptomania sama sekali tidak memeiliki kekhawatiran seperti itu
saat dia melakukan pencurian. Bagi diri seorang kleptomania mencuri
5
justru merupakan sebuah tindakan yang menyenangkan. 6 Penderita
Kleptomania biasanya akan merasa tegang sebelum mencuri dan
merasakan kenikmatan atau kepuasan tersendiri setelah mencuri. Orang
yang menderita kleptomania tidak ada batasan umur, gender, kaya, miskin
atau jabatan sekalipun. Bagi penderita kleptomania mencuri bukan untuk
kebutuhan pribadinya akan tetapi hanya sebagai tanda kebanggaan atas
dirinya.
Kleptomania
dikategorikan
sebagai
penyakit
jiwa
yang
dipersamakan dalam pandangan hukum, baik menurut fiqh jinayah
maupun hukum positif. Pertanggungjawaban pidana pencurian bagi
penderita kleptomania lebih menitik beratkan pada aspek kejiwaan,
pembebasan pertanggungjawaban pidana pencurian tersebut, apabila dapat
dibuktikan
di
persidangan
bahwa
pelaku
benar-benar
menderita
kleptomania. Dalam fiqh Jinayah hapusnya pertanggungjawaban pidana
tidak berarti menghapuskan pertanggungjawaban perdata, oleh sebab itu
dikenakan pembebanan materi (ganti rugi).
Sedangkan menurut hukum positif apabila jiwanya tidak normal
fungsinya juga tidak baik, bagi mereka tidak adanya diadakan
pertanggungjawaban mereka harus dirawat dan dididik dengan cara yang
tepat. Didalam pasal 44 KUHPidana yang berbunyi : “Barang siapa
melakukan
6
perbuatan yang tidak dipertanggungjawabkan kepadanya
Http: //www. gudang-hukum.co. cc /2010/ 07 / tinjauan-hukum-pidana-terhasap.html
6
disebabkan karena jiwanya cacat dalam tubuhnya, atau terganggu karena
penyakit, tidak dapat di pidana ”
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengambil
judul “ Tindak Pidana Pencurian Pada Penderita Kleptomania
Prespektif Hukum Islam Dan Hukum Positif”
B. Rumusan Masalah
Dari pemikiran di atas, maka penulis dapat merumuskan
permasalahan sebagai berikut :
Bagaimana hukum tindak pidana pencurian pada penderita kleptomania
menurut hukum Islam dan hukum Positif?
C. Penegasan Istilah
Skripsi ini berjudul : “ Tindak Pidana Pencurian Pada Penderita
Kleptomania Perspektif Hukum Islam Dan Hukum Positif “. Untuk
menghindari kesalah pahaman dan interprestasi memahami istilah yang
digunakan, maka penulis memberikan penjelasan terlebih dahulu tentang
penggunaan beberapa kata yang dipandang perlu dalam kaitanya dengan
judul tersebut adab yang mengandung arti lebih luas dari yang dimasukan,
sehingga dengan penegasan ini akan dapat di ketahui arti atau makna yang
di maksud.
7
Tindak pidana : Kejahatan, pelanggaran, kriminal hukum.7
Pencurian
: Mengambil harta orang lain dengan sembunyi-sembunyi
di lakukan orang yang tidak di percaya menjaga barang
tersebut.8
Kleptomania : Dorongan hati untuk mencuri milik harta orang lain demi
kepuasan hatinya, tentang mencuri itu bukan hasil yang di
cari.9
Prespektif
: Cara melukiskan suatu benda dan sebagaimana yang
terlihat oleh mata dengan tiga dimensi.10
Hukum Islam : Seperangkat aturan berdasarkan wahyu Allah SWT dan
sunnah Rosul-Nya tentang tingkah laku manusia mukallaf
yang diakui dan diyakini berlaku dan mengikat untuk
semua umat yang beragama islam.11
Hukum positif : Produk yang disusun atau di muat olegh manusia
berdasarkan dasar-dasar atau pedoman-pedoman hokum
yang ada mengnai suatu permasalahan yang terjadi dan
berkembang di masyarakat yang harus dipatuhi dan di
laksanakan oleh semua orang yang berstatus sebagai
warga negara atau anggota masyarakat dalam suatu
7
H. Zainul Bahri S.H, Kamus Umum Khususnya Bidang Hukumdan Politik, ( Bandung, Angkasa,
1996 ), h. 250
8
Drs. Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam ( Fiqh Jinayah ), ( Bandung, Pustaka Setia,2000 ), h.
83
9
Drs. Sudarsono, SH, Kamus Konseling, ( Jakarta, PT. Rineka Cipta , 1997 ), h. 122
10
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembagan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia Edisi Kedua, ( Jakarta, Balai Pustaka, 1996 ), h.760
11
Amir Syarifuddin, Pengertian dan Sumber Hukum Islam ( dalam falsafah hokum islam ), (
Jakarta, Depag, Bumi Aksara dan Depag, edisi I,cet II, 1992 ), h. 14
8
pemerintahan yang mana hukum tersebut dapat menjadi
solusi –solusi dalam permasalahan masyarakat dan akan
tetap menjadi aturan selama belum ada pembuatan
pergantian atau penghapusan terhadap hukum atau
Undang-Undang tersebut.
Dalam uraian di atas dapat diambil suatu konklusi tentang maksud
penulis mememilih judul tersebut adalah ingin mengetahui bagaimana
hukuman dan aturan-aturan tindak pidana pencurian pada penderita
kleptomania dalam hukum Islam dan hukum positif.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan
Sesuai masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Untuk mengetahui hukum tindak pidana pencurian pada penderita
kleptomania menurut hukum Islam dan hukum Positif
2. Kegunaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mempunyai manfaat
(konstribusi) Baik secara teori maupun praktis
a. Teoritis
Hasil penelitian ini dapat memberikan konstribusi bagi
pengembangan khasanah kepustakaan khususnya keilmuan di
9
bidang Hukum islam dan Hukum Positif tentang tindak pidana
pencurian oleh penderita kleptomania.
b. Praktis
1) Referensi yang dapat digunakan sebagai acuan bagi peneliti
dalam bidang yang relefan dengan penelitian di masa
mendatang dalam lingkup yang lebih detail jelas dan
mendalam.
2) Sebagai masukan bagi penegak hukum dalam menegakan
hukum dan memberi penjelasan kepada instansi-instansi yang
terkait, khususnya pemerintah dan masyarakat.
E. Tinjauan Pustaka
a. Kerangka Teori
Pencurian merupakan salah satu tindak pidana yang di dalam
islam di kenal dengan jinayah atau jarimah. Jinayah merupakan
perbuatan-perbuatan yang di ancam dengan hukuman dengan hukuman
hudud atau qishash, sedangkan jarimah merupakan perbuatan yang di
ancam dengan hukuman ta’zir ( penjara ). Ajaran Islam menetapkan
hukuman jinayah dan jarimah dalam rangka menjaga pokok-pokok
kemaslahatan manusia yaitu jiwa, akal, agama, harta dan nasab (
keturunan)12. Pecurian adalah mengambil sesuatu milik orang lain
12
A.Hanafi, Azas-azas Hukum Islam, ( Jakarta, Bulan Bintang, 1967 ), hlm.16
10
secara diam-diam dan rahasia, dari tempat penyimpanan yang terjaga
dan rapi, dengan maksud untuk dimiliki.13
Untuk terwujudnya tindak pidana pencurian yang pelakunnya
dapat dikenai hukuman had, disyaratkan barang dicuri merupakan hak
milik orang lain. Apabila barang yang diambil dari orang lain itu hak
milik pencuri yang dititipkan kepadanya maka perbuatan tersebut tidak
di anggap sebagai pencuri, walaupun pengambilan tersebut dilakukan
secara diam-diam .
Pemilik pencurian atas barang yang dicuri yang menyebabkan
dirinya tidak dikenai hukuman harus tetap berlangsung sampai
denagan saat dilakukannya pencurian. Apabila pada awalnya ia
menjadi pemilik atas barang tersebut, tetapi beberapa saat menjelang
dilakuknaya pencurian ia memindahkan hak milik atas barang tersebut
kepada orang lain maka ia tetap di kenai hukuman hukuman had,
karena pada dilakukannya pencurian barang tersebut sudah bukan
miliknya lagi.14
Pada Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dalam padal 362
menjelaskan bahwa barang siapa mengambil sesuatu barang yang
seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk
memilikinnya secara melawan hukum di ancam karena pencurian
13
Taopo Santoso, Membumikan Hukum Pidana Islam, (Jakarta, Gema Insani Press, 2003 ), hlm.
28
14
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana , (Jakarta, Sinar Graffika, 2005 ), hlm. 87
11
dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana denda
paling banyak sembilan ratus rupiah.15
Hukum terhadap pelaku pencuri karena kleptomania yaitu para
penderita kleptomania dapat dikenakan hukuman atas perbuatan
pencurian yang telah dilakukannya karena kemampuannya untuk
bertanggung jawab tidak sepenuhnya hilang. Seorang kleptomania
dapat bertanggung jawab atas perbuatanya dilakukan dalam keadaan
seorang tersebut sedang sakit atau tidak harus ada penyakit dari dokter
ahli jiwa. Apabila orang tersebut benar mempunyai penyakit
kleptomania maka aparat penegak hukum harus memberikan tindakan
kepada pelaku.16
Pengidap kleptomania dibawah sadarnya mencuri barang milik
orang lain, ketidak mampuan bertanggungjawab karena jiwa yang
cacat dalam tubuhnya atau tergantung karena penyakit. Sangat sukar
untuk membuktikan bahwa seorang mengidap kleptomania, kecuali
kalau ada tanda-tanda yang menunjukan bahwa terdakwa mungkin
jiwanya tidak normal. Dalam hal ini hakim harus memerintahkan
pemeriksaan yang khusus terhadap jiwa terdakwa tersebut, jika
hasilnya memang jiwanya tidak normal maka di jatuhi pasal 44
KUHPidana, pidana tidak dapat di jatuhkan untuk menentukan bahwa
terdakwa tidak mampu bertanggungjawab tidak cukup di tentukan oleh
15
Yoga Aggoro, KUHP ( Kitab Undang-Undang Hukum Pidana ) dan KUHAP ( Kitab UndangUndang Hukum Acara Pidana ) (Jakarta Selatan, Trans Media Pustak, 2009 ) hlm.121
16
http: // www. gudang-hukum.co.c / 2010 / 07 / tinjauan-hukum-pidana-terhadap.html
12
psychiater atau hakim itu sendiri, tetapi harus ada kerja sama antara
psychiater dan hakim.17
b. Hasil Penelitian Yang Relevan.
Agar penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah
maka perlu adanya kajian-kajian karya ilmiah maupun buku yang
terdapat relevansinya dengan objek pembahasan. Pembahasan tersebut
tercantum dalam buku, skripsi, jurnal maupun artikel dan internet.
Berikut ini penulis paparkan beberapa penelitian yang membahas tema
ini antara lain:
M. Yulianto dalam skripsinya yang berjudul ”Konsep Hukum
Islam Tentang Nisab Pencurian Yang Berakibat
Hukum Potong
Tangan” mengemukakan bahwa term nisab atau batas ukuran harta
curian yang menyebabkan hukuman potong tangan dipandang sangat
penting dan diperlukan bagi
terlaksananya
kejelasan tentang
pemberlakuan hukuman yang disebutkan dalam surat Al-Maidah ayat
38 yaitu potong dan demi terlaksananya keadilan yaitu dalam kadar
nidab pencurian yang satu nisabnya ¼ dinar 3 dirham.
H. Facrullah dalam Tesis yang berjudul ”Penegakan Hukum
Pencurian Tenaga Listrik (Studi Kasus di PT. PLN (Persero) APJ
Pekalongan)” mengemukakan bahwa Satu-satunya jalan untuk
mengurangi pencurian tenaga listrik yaitu dengan cara melakukan
penegakan hukum. Tujuannya agar pelaku pencurian tenaga listrik
17
http: // www. cybermed.cbn.net.id/cbprtl/cybernews/detail.aspx
13
jera, namun pelaksanaannya tidak semudah membalikan tangan. Ada
banyak factor yang mempengaruhi penegakan hukum yaitu (1) Faktor
perangkat hukum yang kurang efektif karena sanksi hukumnya masih
ringan, (2) Faktor budaya masyarakat, (3) Faktor Penegak Hukum, (4)
Faktor sarana atau fasilitas, (5) Faktor masyarakat.
Ahmad Arif dalam skripsinya yang berjudul ”Tindak Pidana
Pencurian Dengan Kekerasan (Kajian Perkembangan Bentuk dan
Jenis Pemidanaan di Pengadilan Negeri Kabupaten Semarang)”
mengemukakan bahwa kejahatan pencurian dengan kekerasan di
wilayah hukum kabupaten semarang mengalami peningkatan yang
fluktuatif dan hal itu dipacu oleh beberapa faktor ekonomi, pendidikan,
mental, faktor keyakinan terhadap agama dan faktor ikatan sosial
dalam bentuk keluarga dan masyarakat Bentuk-bentuk tindak pidana
pencurian dengan kekerasan yang sering terjadi yaitu perampokan,
perampasan dan penjambretan dan proses pemidanaan sama dengan
yang diatur dalam KUHP. Untuk meminimalisir jenis kejahatan
tersebut perlu adanya peranan pemerintah untuk menciptakan lapangan
kerja baru dan meningkatkan taraf perekonomian rakyat. Dan peranan
masyarakat untik membentuk suatu lingkungan yang mendidik,
agamis, dan harmonis, dalam bekeuarga atau bermasyarakat.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
mengkaji secara lebih khusus tentang aturan-aturan tindak pidana
14
pencurian pada penderita kleptomania dalam presfektif hukum Islam
dan hukum positif.
F. Metode Penelitian
1.
Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan ( library
research) yaitu penulis menghimpun bahan dari buku-buku yang
relevan dengan permasalahan yaitu mengenai sifat studi komparatif
pidana pencurian pada penderita kleptomania.18
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu
pendekatan penelitian yang membahas makna atau arti tentang tindak
pidana pencurian pada penderita kleptomania.
2.
Sumber Data Penelitian
Untuk mencapai tujuan penelitian sumber data yang pasti
digunakan :
a. Sumber data primer
Yaitu sumber data yang pokok dan berkenaan dengan pembahasan
yang akan dikaji berupa KUHP, Al-Qur’an, Hadist.
b. Sumber Data Sekunder
Yaitu sumber data yang diperoleh dari sumber kedua, berupa
kitab-kitab fiqh, buku-buku, internet dan referensi –referensi lain
yang berkaitan dengan permasalahan yang di teliti.
18
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Fakultas UGM, 1986), jilid 1, hlm. 9
15
3.
Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi
dokumen yaitu penelitian yang digunakan dengan cara membaca,
memahami, megkaji, dan dan mengidentifikasikan literature yang
berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.
4.
Teknik Analisis Data
Analisis yang digunakan adalah metode komparatif yaitu suatu
metode yang digunakan untuk memperoleh suatu kesimpulan dengan
cara membandingkan antara data-data yang satu dengan data-data
yang lainnya yang nantinya akan mengetahui mana yang lebih kuat,
kemudian mengkompromikan satu dengan yang lain.19 Dalam hal ini
penulis mengomparasikan beberapa mengenai tindak pidana pada
penderita kleptomania prespektif hukum Islam dan hukum Positif
yang telah diperoleh untuk mendapat beberapa kesimpulan yang bisa
dipertanggungjawabkan.
G. Sistematika Penulisan.
Untuk memudahkan pembahasan (sistematika) maka dalam
penelitian ini disusun sistematika pembahasan sebagai berikut :
19
Winarno Surachmad, Dasar-Dasar Teknik Research, ( Bandung, Transito, 1982 ), hlm. 135-136
16
Bab pertama adalah pendahuluan, dimaksudkan sebagai uraian dan
keterangan untuk mengarahkan seluruh isi penelitian. Secara berurutan
ditulis latar belakang masalah, rumusan masalah, penegasan istilah, tujuan,
kegunaan penelitian, telaah pustaka; kerangka teori, hasil penelitian,
metode penelitian, dan sistimatika penelitian.
Bab kedua, dibahas tentang tinjauan umum tentang pencurian pada
penderita
kleptomania,
berisi
pengertian,
sebab-sebab
penderita
kleptomani, ciri-ciri penderita kleptomania dan dampak kleptomania.
Bab ketiga, hal-hal yang berhubungan dengan tindak pidana
pencurian pada penderita kleptomania perspektif hukum Islam dan hukum
Positif, berisi paparan mengenai pengrrtian pencurian, landasan hukum
dan sanksi menurut hukum Islam dan hukum Positif.
Bab keempat, analisis tinjauan hukum tindak pidana pencurian
pada penderita kleptomania menurut hukum Islam dan hukum Positif.
Bab kelima, merupakan penutup bab yang berisi tentang simpulan
dan saran-saran yang memberikan jawaban singkat atau permasalahan
yang diagkat dalam penelitian.
Download