BAB II Landasan Teori 2.1. Pengertian Bank Menurut Pasal 1

advertisement
BAB II
Landasan Teori
2.1. Pengertian Bank
Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan
Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang perbankan, dijelaskan bahwa bank
ialah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/ atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sementara itu
definsi bank menurut sumber lainnya:
1.
Bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan
kredit, baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang
diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat
penukar baru berupa giral (G.M Verryn Stuart).
2.
Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit
dan jasa-jasa dalam lau lintas pembayaran dan peredaran uang (UU
no.14/1967 Pasal 1 tentang pokok-pokok perbankan).
3.
Bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai
macam jasa, seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang,
pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan
benda-benda berharga, membiayai perusahaan-perusahaan, dan lain-lain (A.
Abdurrachman, Ensiklopedia Ekonomi Keuangan dan Perdagangan).
4.
Bank adalah badan usaha utamanya menciptakan kredit (Suyatno 1996:1)
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa bank merupakan lembaga
keuangan yang kegiatannya adalah:
a. Menghimpun dana (Funding) dari masyarakat dalam bentuk simpanan,
dalam hal ini bank sebagai tempat menyimpan uang atau berinvestasi bagi
masyarakat. Tujuan utama masyarakat menyimpan uang biasanya adalah
untuk keamanan uangnya, kemudian untuk melakukan investasi dengan
4
5
harapan memperoleh bunga dari hasil simpanannya, untuk memudahkan
melakukan transaksi pembayaran. Untuk memenuhi diatas, baik untuk
mengamankan
uang
maupun
untuk
melakukan
investasi,
bank
menyediakan sarana yang disebut dengan simpanan. Jenis simpanan yang
ditawarkan sangat bervariasi tergantung dari bank yang bersangkutan.
b. Menyalurkan dana (lending) ke masyarakat, dalam hal ini bank
memberikan pinjaman (kredit) kepada masyarakat. Dengan kata lain bank
menyediakan dana bagi masyarakat yang membutuhkannya. Pinjaman
atau kredit yang diberikan dan dibagi dalam berbagai jenis sesuai dengan
keinginan nasabah, sebelum kredit diberikan atau tidak dilakukan
penilaian agar bank terhindar dari kerugian akibat tidak dapat
dikembalikannya pinjaman yang disalurkan bank dengan berbagai sebab.
c. Memberikan jasa-jasa bank lainnya (services) seperti pengiriman uang
(transfer), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari dalam kota
(Clearing), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari luar kota dan
luar negeri (inkaso), letter of credit (L/C), safe deposit box, bank garansi,
bank notes, travellers cheque, dan jasa-jasa lainnya.
2.2. Pengertian Perkreditan
Kegiatan perkreditan merupakan bagian dari kegiatan bank umum. Hal ini
didasarkan pada kenyataan-kenyataan berikut:
1. Perkreditan merupakan kegiatan/aktivitas yang terbesar dari perbankan
2. Besarnya angka pos kredit yang diberikan dalam neraca (pada sisi aktiva)
merupakan angka yang terbesar dalam neraca bank
3. Penghasilan terbesar bank diperoleh dari bunga, provisi, komisi, commitment
fee, appraisal fee, supervision fee, dan lain-lain yang diterima sebagai akibat
dari pemberian kredit bank
4. Risiko terbesar yang akan dipikul oleh bank berasal dari kegiatan pemberian
kredit, bentuknya macam-macam seperti berikut ini:
a. Risiko spread, yang timbul sebagai akibat hasil negatif antara selisih
biaya bunga (yang harus dibayarkan kepada deposan atau nasabah
6
penyimpan dana) dan tingkat bunga kredit (yang diterima dari nasabah
kredit)
b. Risiko kredit bermasalah, yang timbul sebagai akibat tidak dapat
dipenuhinya kewajiban nasabah kredit untuk membayar angsuran
pinjaman maupun bunga kredit pada waktu yang sudah disepakati antara
pihak bank dan nasabah (debitur) kredit
c. Risiko nilai jaminan, yang timbul sebagai akibat turunnya nilai jaminan
(agunan) yang dipegang bank dibandingkan dengan jumlah sisa pinjaman
(outstanding) yang masih harus dilunasi oleh nasabah kredit
d. Risiko kurs valuta asing, yang timbul sebagai akibat kenaikan nilia kurs
valuta asing terhadap mata uang lokal (rupiah), sehingga nasabah kredit
tidak memiliki dana (dalam valuta asing) yang cukup memadai yang
disebabkan oleh pendapatan nasabah dalam valuta lokal.
5. Kegiatan perkreditan pada suatu bank umum merupakan kegiatan yang paling
banyak memiliki struktur organisasi dan beragam sifatnya. Sebagai contoh,
direktur kredit membawahi berbagai divisi atau bagian kredit yang dibedakan
berdasarkan berikut ini:
a. Jenis kredit (kredit investasi, kredit modal kerja, kredit usaha kecil, kredit
ekspor, kredit profesi, dan sebagainya)
b. Jenis nasabah (kredit korporasi/perusahaan dan kredit perorangan)
c. Jenis valuta (kredit dalam rupiah dan kredit dalam valas)
d. Jenis program (kredit ekspor dan kredit kelayakan usaha)
e. Jenis bantuan (kredit likuiditas, fasilitas diskonto, dan lain-lain)
Tujuan perkreditan harus diarahkan agar sesuai dengan keinginan bank, antara
lain:
1) Membantu
perkembangan
kegiatan
ekonomi
sesuai
dengan
kebijaksanaan dan program pemerintah dengan tetap mendasarkan pada
persyaratan bank
2) Mencari keuntungan yang layak bagi bank
3) Membantu perluasan pemanfaatan jasa-jasa perbankan lainnya, tanpa
mengabaikan prinsip-prinsip kredit itu sendiri.
7
Tujuan kredit ini dimaksudkan untuk pencapaian suatu tujuan tertentu yang
tidak boleh merugikan tujuannya lainnya, bahkan harus saling menunjang atau
dapat dicapai bersama. Untuk itu diperlukan perencanaan yang matang dan
melalui suatu analisis dan penelitian yang cermat untuk mencegah terjadinya
kerugian bank. Adapun beberapa unsur kredit seperti:
1. Debitur dan kreditur
Debitur atau nasabah adalah pihak yang mendapat pinjaman dari kreditor
dan kreditur adalah pihak yang memberikan pinjaman atau menyalurkan
pinjaman yaitu bank.
2. Perjanjian
Setiap pemberian kredit harus didasari adanya perjanjian antara bank dan
debitur berupa perjanjian kredit dan bersifat mengikat untuk memenuhi
ketentuan-ketentuan sebagaimana tertuang dalam perjanjian kredit.
3. Jangka waktu
Setiap kredit harus ditentukan jangka waktu pemberian kredit yaitu jangka
waktu mulai dari kredit dicairkan sampai dengan kredit lunas.
4. Balas jasa
Bank memberikan kredit dengan tujuan agar memperoleh pendapatan atau
balas jasa, yaitu berupa bunga untuk bank konvensional.
5. Kepercayaan
Bank memberikan kredit kepada debitur karena bank percaya bahwa dana
yang disalurkan kepda debitur akan dapat dikembalikan.
6. Risiko
Setiap penyaluran dana pasti mengandung risiko bahwa dana itu tidak
kembali. Kredit yang diberikan oleh bank kepada debitur akan mengandung
risiko adanya kemungkinan debitur tidak dapat mengembalikan dana
pinjamannya.
8
2.3. Siklus Perkreditan
8
7
Pelunasan
Kredit
1
Tambahan
Permohonan
Kredit
Kredit
Kredit
Bermasalah
6
Pengawasan
Kredit
5
9
Analisis
2
Kredit
Persetujuan
Pencairan
Kredit
4
Kredit
3
Perjanjian
Kredit
Gambar 2.1
Siklus Perkreditan (Lukman, Manajemen Perbankan 2003)
Keterangan gambar:
1. Nasabah mengajukan permohonan kredit secara tertulis kepada bank yang
memuat informasi pribadi dan usaha secara lengkap dan juga riwayat
perkreditannya pada bank lain
2. Bank melakukan analisis kredit terhadap kredit yang yang diajukan oleh
nasabah bank seperti kelayakan jumlah permohonan kredit dengan usaha
yang akan dibiayai, analisa 6C
3. Apabila sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang diberlakukan bank, dan
layak diberikan kredit maka bank memberikan persetujuan kredit
4. Perjanjian Kredit dilakukan oleh debitur dengan pihak bank, dan setiap kredit
yang telah disetujui dan disepakati bank wajib dituangkan dalam perjanjian
kredit (akad kredit) secara tertulis
5. Tahap selanjutnya ialah pencairan kredit, sebelumnya bank harus memastikan
bahwa seluruh aspek yuridis yang berkaitan dengan kredit telah diselesaikan
dan telah memberikan perlindungan yang memadai bagi bank
9
6. Setelah dilakukan pencairan kredit, pihak bank memiliki tugas untuk
pengawasan kredit agar kredit yang bersifat pencegahan dini terhadap hal-hal
yang merugikan bank, agar kredit yang telah diberikan digunakan sesuai
dengan tujuan awal, dan debitur menjalankan kewajibannya dengan baik
7. Apabila debitur melakukan kewajibannya dengan baik maka pelunasan kredit
dapat berjalan sesuai dengan perjanjian awal kredit
8. Saat debitur telah menjalankan kewajibannya yaitu pelunasan kreditnya,
debitur dapat mengajukan tambahan kredit kepada bank yang bersangkutan
9. Namun hal yang paling ditakutkan oleh pihak bank yaitu kredit bermasalah
yang dapat terjadi apabila nasabah tidak melaksanakan kewajibannya dengan
baik, dan hal itu dapat menyebabkan dampak negative bagi perkembangan
kredit bank tersebut
Penjelasannya lebih lanjutnya agar dapat dipahami lebih jelas lagi mengenai
keterangan gambar diatas ialah sebagai berikut:
2.3.1. Permohonan Kredit
Bagi perbankan dokumentasi tertulis dari segala apa yang menyangkut
aktivitas bank dengan segala akibat hukumnya adalah mutlak. Oleh karena
itu permohonan kredit yang diajukan oleh calon nasabah kepada bank,
umumnya dilakukan dengan menyampaikan dokumen-dokumen seperti:
a. Surat permohonan resmi
b. Akte pendirian perusahaan yang merupakan lembaga yang secara
resmi memohonkan kredit, sekaligus menjelaskan siapa yang
berwenang meminta kredit dan lembaga yang bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan penerimaan kredit, termasuk bertanggung jawab
terhadap kewajiban nasabah kredit seperti melunasi utang (angsuran)
beserta bunganya dalam jangka waktu yang telah disepakati
c. Penjelasan atau uraian singkat tentang rencana proyek atau bisnis
yang akan dilaksanakan oleh calon nasabah
d. Untuk proyek yang cukup besar dan membutuhkan jumlah kredit yang
besar, dilengkapi dengan suatu laporan kelayakan proyek (feasibility
study) yang disusun oleh suatu lembaga konsultan yang ditunjuk oleh
calon nasabah
10
e. Laporan keuangan perusahaan
f. Informasi-informasi lain yang biasanya selalu diminta oleh bank,
seperti:
1) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
2) Keterangan domisili dari perusahaan
3) Izin-izin yang telah diperoleh dalam rangka pembangunan
proyek maupun bisnis yang telah berjalan
4) Rekening perusahaan pada beberapa bank
Dalam permohonan tersebut, umumnya calon nasabah diminta untuk
mengisi berbagai formulir standar (baku) yang sudah disusun oleh bank
guna melengkapi hal-hal yang disampaikan calon nasabah. Formulir
standar ini bentuknya bermacam-macam, tergantung kepada:
1) Jenis proyek
2) Sektor industri (atau jasa) dari proyek/bisnis yang akan
dibantu bank
3) Jenis kredit yang diminta
4) Besarnya biaya proyek
5) Besarnya jumlah kredit yang diminta
6) Akan dibiayai satu bank atau melalui kerja sama kredit
sindikasi
2.3.2. Analisis Kredit
Setelah permohonan kredit yang diterima oleh bank (biasanya yang
menerima adalah account officer/ wirakredit atau kepala bagian kredit),
maka calon nasabah diminta untuk memberi keterangan-keterangan
tambahan yang dapat menjelaskan isi dari berbagai dokumen yang
disampaikannya kepada bank. Keterangan-keterangan tersebut bisa
disampaikan secara lisan melalui wawancara (interview) maupun tertulis
sesuai dengan informasi maupun data yang diminta oleh account officer
dari bank.
11
Selanjutnya account officer atau wirakredit melakukan analisis kredit
berdasarkan pedoman (manual) yang sudah ditentukan dalam bank dan
biasanya tergantung kepada jenis kredit yang diminta. Secara umum,
analisis kredit dilakukan berdasarkan prinsip 6C yaitu:
a. Character
Keadaan watak dari nasabah, baik dalam kehidupan pribadi
maupun dalam lingkungan usaha. Kegunaan dari penilaian
terhadap karakter ini adalah untuk mengetahui sejauh mana
kemauan nasabah untuk memenuhi kewajibannya sesuai
dengan perjanjian yang telah ditetapkan.
b. Capital
Jumlah dana/modal sendiri yang dimiliki oleh calon nasabah.
Semakin besar modalnya dalam perusahaan, tentu semakin
tinggi kesungguhan calon nasabah dalam menjalankan
usahanya dan bank akan merasa lebih yakin dalam
memberikan kredit. Modal sendiri juga diperlukan bank
sebagai alat kesungguhan dan tanggung jawab nasabah dalam
menjalankan usahanya karena ikut menanggung resiko
terhadap gagalnya usaha.
c. Capacity
Kemampuan yang dimiliki calon nasabah dalam menjalankan
usahanya guna memperoleh laba yang diharapkan. Kegunaan
dari penilaian ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh
mana calon nasabah mampu untuk mengembalikan atau
melunasi utang-utangnya secara tepat waktu dari usaha yang
diperolehnya.
d. Collateral
Barang-barang yang diserahkan nasabah sebagai agunan
terhadap kredit yang diterimanya. Collateral tersebut harus
dinilai oleh bank untuk mengetahui sejauh mana resiko
kewajiban financial nasabah kepada bank. Pada hakikatnya
12
bentuk collateral yang tidak berwujud seperti letter of
guarantee, letter of comfort, dan rekomendasi.
e. Condition of Economy
Situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi, budaya yang
mempengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat yang
kemungkinannya memengaruhi kelancaran perusahaan calon
debitur.
f. Constraint
Batasan dan hambatan yang tidak memungkinkan suatu bisnis
untuk dilaksanakan pada tempat tertentu, misalnya pendirian
suatu usaha pompa bensin yang disekitarnya banyak bengkel
las atau pembakaran batu bata.
2.3.3. Persetujuan Kredit
Analisis kredit yang dibuat oleh account officer diperiksa dahulu oleh
atasannya yaitu kepala bagian kredit, sebelum disampaikan ke direksi
bank. Nama dari laporan analisis kredit bermacam-macam, tergantung
pada sistem dan prosedur yang dimiliki bank, seperti:
1.
Laporan analisis kredit
2.
Laporan analisis permohonan kredit
3.
Laporan rekomendasi kredit
4.
Appraisal study
5.
Laporan studi kelayakan proyek
Atas dasar laporan analisis kredit diatas, pembahasan dan persetujuan
kredit dilakukan oleh lembaga yang mungkin berbeda-beda, tergantung
pada sistem dan prosedur yang berlaku pada masing-masing bank.
Lembaga-lembaga itu antara lain sebagai berikut:
1. Kepala cabang, misalnya untuk jumlah kredit sampai dengan Rp 500
juta
2. Kepala wilayah, misalnya untuk kredit sampai dengan Rp 750 juta
3. Direktur kredit, misalnya untuk kredit sampai dengan Rp 1 miliar
13
4. Direksi bank, misalnya untuk kredit sampai dengan Rp 5 miliar
5. Dewan komisaris, misalnya untuk kredit di atas Rp 5 miliar
Pada beberapa bank umum, pembahasan dan persetujuan kredit
dilakukan oleh suatu komite yang dibentuk direksi yang disebut “komite
kredit”. Tugas komite ini adalah:
a. Memeriksa laporan analisis kredit
b. Menyetujui permohonan kredit yang diajukan calon nasabah
c. Menetapkan syarat-syarat pemberian kredit, seperti tingkat bunga,
jangka waktu pinjaman, jenis dan besarnya agunan (jaminan kredit),
dan persyaratan lain yang akan menjadi dasar bagi penyusunan
perjanjian kredit (akad kredit) yang dibuat dihadapan notaris publik.
2.3.4. Perjanjian Kredit
Perjanjian kredit (akad kredit) dipersiapkan oleh seorang notaris
publik yang ditunjuk bank atau dipilih oleh calon nasabah (atau atas dasar
kesepakatan bersama antara bank dan calon nasabah). Bank mengirimkan
ahli hukumnya (lawyer atau legal officer) untuk mendampingi wirakredit
dalam membahas berbagai ketentuan yang harus dimuat dalam perjanjian
kredit.
Ketentuan-ketentuan tersebut sebagian besar diambil dari hasil
analisis kredit yang dituangkan dalam laporan analisis kredit yang telah
disetujui (termasuk revisi atau perbuahan yang ditetapkan oleh komite
kredit maupun direksi bank). Secara umum, isi perjanjian kredit yang
dibuat oleh notaris publik berdasarkan masukan dari pihak bank adalah
sebagai berikut.
1. Pihak pemberi kredit (bank yang bersangkutan)
2. Pihak penerima kredit (perusahaan nasabah)
3. Tujuan pemberian kredit, dalam hal ini tergantung pada jenis proyek
atau bisnis yang akan dibangun, diperluas (expansion), direhabilitasi,
ditambah modal kerjanya, dan lain-lain
14
4. Besarnya biaya proyek, termasuk investasi tetap, kebutuhan modal
kerja, biaya pendahuluan (prainvestment), dan sebagainya
5. Besarnya kredit yang akan diberikan bank
6. Tingkat bunga kredit
7. Biaya-biaya lain yang harus dibayar nasabah kredit, seperti appraisal
fee, commitment fee, supervision fee, provisi kredit, dan lain-lain
8. Jangka waktu pengembalian kredit (angsuran kredit)
9. Jadwal pembayaran angsuran kredit dan pembayaran bunga kredit yang
dinyatakan secara terperinci pada pasal tertentu dalam perjanjian kredit
dan dituangkan dalam lampiran perjanjian kredit
10. Jaminan kredit, yang meliputi jenis jaminan, pemiliknya, jumlah dan
nilainya, serta cara pengikatannya secara hukum yang dinyatakan
secara terperinci dalam pasal tertentu pada perjanjian kredit dan
dituangkan pada lampiran perjanjian kredit
11. Syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum kredit dicairkan
12. kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan atau dipenuhi oleh nasabah
kredit selama kredit belum dilunasi, misalnya:
a. Menyampaikan laporan produksi, laporan penjualan, laporan
keuangan, laporan tenaga kerja, laporan utang, piutang nasabah, dan
lain-lain
b. Kewajiban mengasuransikan semua aktiva tetap pada proyek yang
dibiayai bank, terutama yang dijadikan agunan (jaminan kredit)
13. Hak-hak yang dimiliki bank selama kredit belum dilunasi, misalnya
memeriksa secara fisik keadaan proyek yang dibiayai bank, memeriksa
buku-buku dan laporan keuangan nasabah, dan lain-lain.
Perjanjian
kredit
yang dibuat
dihadapan
notaris
publik
tersebut
ditandatangani tiga pihak (bank, nasabah dan notaris publik) serta
dicatatkan dan didaftarkan oleh notaris publik pada pengadilan negeri yang
sesuai dengan domisili dari bank pemberi kredit sehingga mempunyai
kekuatan hukum yang mengikat semua pihak. Dalam hal ini penambahan
15
kredit biasanya dibuatkan tambahan (addendum) pada perjanjian kredit
yang pertama dan merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan.
2.3.5. Pencairan Kredit
Pencairan kredit yang diminta debitur kredit hanya dapat dilakukan
apabila nasabah telah memenuhi persyaratan seperti, persyaratan pencairan
kredit:
1. Perjanjian kredit sudah ditandatangani
2. Penarikan kredit sudah sesuai dengan kebutuhan proyek, misalnya
membayar kontraktor yang membangun pabrik
3. Penarikan kredit sudah sesuai dengan jadwal pembangunan proyek
4. Permohonan pencairan kredit didukung oleh dokumen yang sesuai
dengan kebutuhan pencairan kredit. Beberapa bank menggunakan
sistem/ prosedur ini dan menyebutnya dengan istilah payments against
documents
5. Besarnya kredit harus sesuai dengan perbandingan/ rasio yang
disepakati antara dana yang bersumber dari nasabah/ debitur (equity)
dan pembiayaan dari bank (loan atau debt). Pencairannya dengan
berbagai cara ada yang langsung dikirimkan ke rekening nasabah ada
pula yang dialamatkan ke rekening perusahaan yang menjadi rekanan
nasabah
2.3.6. Pengawasan Kredit
Pengawasan ini dilakukan bank setelah kredit dicairkan merupakan
salah satu kunci utama dari keberhasilan pemberian kredit. Fungsi
utamanya ialah pencegahan sedini mungkin terjadinya hal-hal yang dapat
merugikan bank dalam perkreditannya atau terjadi praktek pemberian
kredit yang tidak sehat. Oleh karena itu pengawasan harus dilakukan terusmenerus oleh bank, selain ketajaman dan ketelitian yang dilakukan
sewaktu melakukan analisis kredit. Terjadinya kegagalan kredit (kredit
16
bermasalah) terutama disebabkan oleh kelalaian bank dalam melakukan
pengawasan kredit.
Pengawasan kredit meliputi berbagai aspek atau kegiatan, yakni sebagai
berikut:
1. Adanya administrasi kredit yang memadai dan menggunakan cara-cara
mutakhir, seperti penggunaan computer, on line system, dan sebagainya
2. Keharusan bagi nasabah kredit untuk menyampaikan laporan secara
berkala atas jenis-jenis laporan yang telah disepakati dan dituangkan
dalam perjanjian kredit,seperti:
a. Laporan produksi
b. Laporan penjualan
c. Laporan utang dan piutang perusahaan
d. Laporan keuangan (neraca, perhitungan laba/rugi, dan lain-lain)
e. Laporan tenaga kerja
f. Laporan asuransi aktiva tetap
g. Laporan perubahan izin yang diterima dari instansi terkait
3. Keharusan bagi wirakredit untuk melakukan kunjungan (visit) ke
perusahaan ataupun proyek maupun setelah proyek tersebut berjalan
sebaga suatu usaha bisnis.
4. Adanya konsultasi yang terstruktur antara pihak bank dengan debitur,
terutama jika debitur mulai mengalami kesulitan dalam bisnisnya atau
telah menunjukkan tanda-tanda kemungkinan terjadinya kemacetan.
Kesulitan tersebut mungkin terjadi pada berbagai masalah, seperti
masalah produksi, pemasaran, tenaga kerja, keuangan, perpajakan, dan
lain sebagainya. Konsultasi yang dilakukan secara dini pada umumnya
dapat mengurangi atau menekan kemungkinan terjadinya kegagalan
proyek atau kredit macet.
5. Adanya suatu “sistem peringatan” pada administrasi bank (umumnya
dikelola oleh wirakredit yang menangani nasabah yang bersangkutan).
Peringatan dini ini seperti data yang memperlihatkan kepada wirakredit
berbagai informasi tentang nasabah kredit yang berkaitan dengan
17
kepatuhan kepada ketentuan yang telah dibuat dalam perjanjian kredit,
misalnya:
a. Pengasuransian berbagai aktiva tetap yang dimilki nasabah, terutama
aktiva tetap yang dijadikan agunan (jaminan kredit) yang diserahkan
kepada bank
b. Besarnya nilai agunan yang masih ada dibandingkan dengan nilai
sisa pinjaman (outstanding)
c. Posisi nasabah berdasarkan kolektibilitas kreditnya pada setiap
waktu, apakah nasabah masih tergolong kredit lancar ataukah sudah
menjadi kredit yang kurang lancar, kredit diragukan atau bahkan
kredit macet. Posisi nasabah ini erat kaitannya dengan sistem
pelaporan ke Bank Indonesia dan sangat menentukan dalam
penilaian terhadap tingkat kesehatan bank yang besangkutan.
2.3.7. Pelunasan Kredit
Dalam kondisi yang ideal nasabah akan dapat selalu memenuhi
kewajibannya terhadap bank sesuai dengan kesepakatan yang dimuat dalam
perjanjian kredit. Nasabah dapat membayar angsuran pokok pinjaman beserta
bunganya sesuai dengan jadwal yang telah dibuat, sehingga kredit/pinjaman
bank akhirnya dinyatakan lunas.
2.3.8. Tambahan Kredit
Terjadinya permohonan tambahan kredit yang diajukan debitur kepada
bank atas dasar pelunasan proyek yang merupakan hal yang menggembirakan
bagi pihak bank. Kegembiraan pihak bank ini dikarenakan tiga hal:
a. bukti bahwa proyeksi kredit yang pertama berjalan dengan baik dan sukses
b. Kesempatan untuk memperoleh tambahan income bagi bank, dan
c. Suatu kebanggaan tersendiri bagi pihak bank yang akan dapat digunakan
untuk tujuan promosi dalam memasarkan produk–produknya kepada
masyarakat
18
2.3.9. Kredit Bermasalah
2.3.9.1. Pengertian Kredit Bermasalah
Banyak yang menjelaskan tentang pengertian kredit bermasalah
seperti:
a) Kredit
yang
dalam
pelaksanaannya
belum
mencapai/
memenuhi target yang diinginkan oleh pihak bank
b) Kredit yang memiliki kemungkinan timbulnya risiko di
kemudian hari bagi bank dalam arti luas
c) Mengalami
kesulitan
didalam
penyelesaian
kewajiban-
kewajibannya baik dalam bentuk pembayaran kembali
pokoknya dan/atau pembayaran bunga, denda keterlambatan
serta ongkos-ongkos bank yang menjadi beban debitur yang
bersangkutan
d) Kredit dimana pembayaran kembalinya dalam bahaya,
terutama apabila sumber-sumber pembayaran kembali yang
diharapkan diperkirakan tidak cukup untuk membayar kembali
kredit, sehingga belum mencapai/ memenuhi target yang
diinginkan oleh bank
2.3.9.2. Sebab-Sebab Terjadinya Kredit Bermasalah
Kredit bermasalah terjadi ketika suatu persetujuan pengembalian
mengalami suatu resiko kegagalan, bahkan cenderung menuju atau
mengalami rugi yang potensial. Perlu diketahui bahwa menganggap
kredit bermasalah selalu dikarenakan kesalahan debitur merupakan
hal yang salah. Kredit berkembang menjadi kredit bermasalah
disebabkan oleh berbagai hal yang berasal dari debitur, dari kondisi
eksternal, maupun dari bank pemberi kredit itu sendiri. Kesalahan
bank yang kemudian menyebabkan kredit yang diberikan menjadi
bermasalah dapat berawal dari tahap perencanaan, tahap analisis, dan
tahap pengawasan. Adapun hal yang menjadi penyebab timbulnya
kredit bermasalah sebagai berikut:
19
1. Karena kesalahan bank
a. Kurang pengecekan terhadap latar belakang calon
nasabah
b. Kurang tajam dalam menganalisis terhadap maksud
dan tujuan penggunaan kredit dan sumber pembayaran
kembali
c. Kurang pemahaman terhadap kebutuhan keuangan
yang sebenarnya dari calon nasabah dan manfaat kredit
yang diberikan
d. Kurang mahir dalam menganalisis laporan keuangan
calon nasabah
e. Kurang lengkap mencantumkan syarat-syarat
f. Terlalu banyak memberikan kelonggaran
g. Kurang pengalaman dari pejabat kredit atau account
officer
h. Pejabat kredit atau account officer mudah dipengaruhi,
diintimidasi atau dipaksa oleh calon nasabah
i. Kurang mengadakan review, minta laporan dan
menganalisis
laporan
keuangan
serta
informasi-
informasi kredit lainnya
j. Kurang mengadakan kunjungan on the spot pada lokasi
perusahaan nasabah
k. Kurang mengadakan kontak dengan nasabah
l. Pemberian kredit terlalu banyak tanpa disadari
m. Campur tangan terlalu besar dari pihak terkait,
misalnya komisaris, direktur bank sehingga petugas
tidak independen dalam memutuskan kredit
n. Pengikatan agunan yang kurang sempurna
o. Tidak punya kebijakan perkreditan yang sehat
2. Karena kesalahan nasabah
a. Nasabah tidak kompeten
b. Nasabah tidak atau kurang berpengalaman
20
c. Nasbah kurang memberikan waktu untuk usahanya
d. Nasabah tidak jujur
e. Debitur sengaja tidak melakukan pembayaran angsuran
kepada bank, karena nasabah sengaja tidak memiliki
kemauan dalam memenuhi kewajibannya
f. Debitur melakukan ekspansi terlalu besar, sehingga
dana yang dibutuhkan terlalu besar
g. Penyelewengan
yang dilakukan nasabah dengan
menggunakan dana kredit tersebut tidak sesuai dengan
tujuan penggunaannya.
3. Faktor eksternal
Akibat gagalnya pengelola dengan tepat mengantisipasi
dan menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut, seperti:
a. Kondisi perekonomian
b. Perubahan-peruabahn peraturan
c. Bencana alam
2.3.9.3. Gejala Dini Timbulnya Kredit Bermasalah
Jika bank tidak mau rugi karena kredit yang diberikan menjadi
bermasalah, bank harus dapat mengidentifikasi gejala-gejala dininya
sehingga dapat segera mengambil langkah penanganan sebelum
masalahnya menjadi semkain parah.
Adapun gejala dini tersebut dapat dideteksi dari keadaan-keadaan
seperti:
a. Ada tunggakan (tunggakan bunga dan tunggakan angsuran)
b. Mengajukan perpanjangan
c. Kondisi keuangan menurun
d. Laporan keuangan terlambat atau yang tadinya selalu diaudit
akuntan menjadi tidak diaudit
e. Saldo rata-rata giro menurun dan sering overdraft
f. Hubungan dengan bank semakin renggang, menghindar setiap
kali dihubungi
21
g. Penurunan nilai/ hilangnya agunan
h. Penggunaan kredit tidak sesuai rencana
i. Kehilangan langgan utama
j. Masalah keluarga
k. Menurunnya kesehatan debitur, meninggal
l. Memberikan laporan yang tidak benar.
2.3.10. Penyelamatan Kredit Bermasalah
Dalam usaha mengatasi timbulnya kredit bermasalah, pihak bank dapat
melakukan beberapa tindakan penyelamatan kredit sebagai berikut:
1. Rescheduling
2. Reconditioning
3. Restructuring
4. Kombinasi 3-R
5. Eksekusi
2.3.10.1. Rescheduling
Rescheduling (penjadwalan kembali) merupakan upaya pertama
dari pihak bank untuk menyelamatkan kredit yang diberikannya
kepada debitur. Cara ini dilakukan jika ternyata pihak debitur
(berdasarkan penelitian dan perhitungan yang dilakukan account
officer bank) tidak mampu untuk memenuhi kewajibannya dalam
hal pembayaran kembali angsuran pokok maupun bunga kredit.
Rescheduling adalah penjadwalan kembali sebagian atau seluruh
kewajiban debitur. Misalnya angsuran pokok pinjaman (pokok
kredit) yang semula dijadwalan akan selesai dalam jangka waktu 4
tahun diubah jadwalnya sedemikian rupa sehingga pelunasan kredit
akan memakan waktu 5 tahun. Hal tersebut disesuaikan dengan
proyeksi arus kas yang bersumber dari kemampuan usaha debitur
yang sedang mengalami kesulitan.
22
1.
Jadwal angsuran per triwulan diubah menjadi per semester atau
jadwal angsuran bulanan diubah menjadi angsuran triwulan
sehingga seluruh pelunasan pokok pinjaman menjadi lebih
panjang waktunya
2.
Besarnya angsuran pokok pinjaman diperkecil dengan jangka
waktu angsuran yang sama sehingga pelunasan pokok
pinjaman secara keseluruhan menjadi lebih lama
3.
Kombinasi dari perubahan jangka waktu beserta besarnya tiap
angsuran pokok yang pada akhirnya akan menyebabkan
perpanjangan jangka waktu pelunasan pokok kredit
2.3.10.2. Reconditioning
Merupakan usaha pihak bank untuk menyelamatkan kredit yang
diberikannya dengan cara mengubah sebagian atau seluruh kondisi
(persyaratan) yang semula disepakati bersama pihak debitur dan
dituangkan dalam perjanjian kredit. Persyaratan yang diubah
tersebut antara lain:
1. Tingkat bunga kredit, misalnya dari sebesar 24% p.a. diturunkan
menjadi 21% p.a
2. Persyaratan untuk pencairan kredit, misalnya sebelum dilakukan
pencairan kredit, harus direkrut beberapa tenaga ahli asing yang
akan melaksanakan proyek, akan tetapi jika kondisi proyek serta
pembiayaan
tidak
memungkinkan,
persyaratan
tersebut
diperlunak atau bahkan ditiadakan sama sekali
3. Jaminan kredit (agunan), beberapa jaminan yang semula harus
diberikan/diserahkan debitur kepada bank terpaksa tidak bisa
terlaksana karena beberapa alasan, misalnya tanah yang akan
dijaminkan ternyata bermasalah dalam hal keabsahan sertifikat
ataupun berupa tanah yanga masih dipersengketakan dengan
pihak ketiga
4.
Jenis serta besarnya beberapa fee yang harus dibayar kepada
bank, misalnya dalam kasus yang terjadi pada kredit sindikasi
23
(kredit yang diberikan oleh beberapa bank secara bersama-sama
dalam satu perjanjian kredit)
5.
Manajemen proyek atau bisnis yang dibiayai bank berdasarkan
analisis yang dilakukan bank maupun atas nasihat dari konsultan
yang ditunjuk bank. Hal ini terpaksa dilakukan untuk
mengamankan jalannya proyek dan merupakan persyaratan baru
atau persyaratan tamabahan yang diminta oleh bank yang harus
dipenuhi debitur dalam rangka penyelamatan proyek
6.
Kombinasi dari beberapa perubahan diatas
2.3.10.3. Restructuring
Restructuring atau restrukturisasi adalah usaha penyelamatan
kredit yang terpaksa harus dilakukan bank dengan cara mengubah
komposisi
pembiayaan
yang
mendasari
pemberian
kredit.
Pembiayaan suatu proyek atau bisnis tidak seluruhnya berasal dari
modal (dana) sendiri, tetapi sebagian besar dibiayai dengan kredit
yang diperoleh bank.
2.3.10.4. Kombinasi 3-R
Dalam rangka penyelamatan kredit bermasalah, bila diperlukan
bank
dapat
melakukan
berbagai
kombinasi
dari
tindakan
rescheduling, reconditioning, dan restructuring tersebut diatas,
yakni:
1. Rescheduling, dan reconditioning
2. Reconditioning, dan restructuring
3. Rescheduling, dan restructuring
4. Rescheduling, reconditioning, dan restructuring sekaligus
2.3.10.5. Eksekusi
Jika semua usaha penyelamatan seperti yang telah diuraikan
diatas sudah dicoba, namun nasabah masih juga tidak mampu
24
memenuhi kewajibannya terhadap bank, maka jalan terakhir adalah
bank melakukan eksekusi melalui berbagai cara, antara lain:
1. Menyerahkan kwajiban kepada BUPN (Badan Urusan Piutang
Negara)
2. Menyerahkan perkara ke pengadilan negeri (perkara perdata)
2.4. Jenis Kredit Sesuai dengan Kolektibilitas
Menurut Drs. Ismail dalam bukunya Akuntansi Bank kredit dapat dibedakan
sesuai dengan kolektibilitas/kualitas/penggolongan kredit yaitu performing loan
dan non-performing loan. Penggolongan kredit menjadi performing dan nonperforming loan didasarkan pada kriteria kualitatif dan kuantitatif. Penilaian
penggolongan kredit secara kualitatif didasarkan pada prospek usaha debitur dan
kondisi keuangan usaha debitur. Kondisi keuangan debitur dapat dilihat dari
kemungkinan kemampuan debitur untuk membayar kembali pinjamannya dari
hasil usahanya. Sedangkan penggolongan kredit secara kuantitatif didasarkan
pada pembayaran angsuran oleh debitur yang tercermin dalam catatan bank.
Pembayaran angsuran kredit mencakup pembayaran pinjaman pokok dan bunga.
Performing loan merupakan penggolongan kredit atas kualitas kredit
nasabah yang lancar dan/atau terjadi tunggakan sampai dengan 90 hari.
Performing loan dibagi menjadi dua yaitu:
a. Kredit lancar
Kredit lancar, adalah kredit yang tidak terdapat tunggakan. Setiap
tanggal jatuh tempo angsuran, debitur dapat membayar pinjaman
pokok maupun bunga.
Kriterianya:
1. Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu
2. Memiliki mutasi rekening yang aktif
3. Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai (cash
collateral)
b. Kredit dalam perhatian khusus
Kredit dalam perhatian khusus adalah penggolongan kerdit yang
tertunggak baik angsuran pinjaman pokok dan pembayaran bunga,
25
akan tetapi tunggakannya sampai dengan 90 hari (tidak melebihi 90
hari kalender).
Kriterianya:
1. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang belum
melampaui 90 hari
2. Kadang-kadang terjadi cerukan
3. Mutasi rekening relatif aktif
4. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan
5. Didukung oleh pinjaman baru
Non performing loan merupakan kredit yang menunggak melebihi
90 hari. Non performing loan dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Kredit kurang lancar
Kredit kurang lancar terjadi bila debitur tidak dapat membayar
angsuran pinjaman pokok dan/atau bunga antara 91 hari sampai
dengan 180 hari.
Kriterianya:
1. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah
melampaui 90 hari
2. Sering terjadi cerukan
3. Mutasi rekening relative rendah
4. Terdapat likuidasi masalah keuangan yang dihadapi debitur
5. Dokumentasi pinjaman lemah
b. Kredit diragukan
Kredit diragukan terjadi dalam hal debitur tidak dapat membayar
angsuran pinjaman pokok dan/atau pembayaran bunga antara 181
hari sampai dengan 270 hari.
Kriterianya:
1. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah
melampaui 180 hari
2. Terjadi cerukan yang bersifat permanen
3. Terjadi kapitalisasi bunga
26
4. Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian kredit
maupun peningkatan jaminan.
c. Kredit macet
Terjadi apabila debitur tidak mampu membayar berturut-turut lebih
dari 270 hari.
Kriterianya:
1. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah
melampaui 270 hari
2. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru
3. Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat
dicairkan pada nilai wajar
Sedangkan, Kualitas kredit angsuran KPR menurut Ali Suyanto
Herli (2013:33) dibagi sebagai berikut:
a. Lancar , 0<x<6 angsuran , dan PK belum jatuh tempo
b. Kurang Lancar , 6<x<9 Angsuran , dan/atau PK telah
jatuh tempo kurang dari, atau maksimal 1 bulan
c. Diragukan, 9<x<30 angsuran , dan/atau PK telah jatuh
tempo lebih daripada 1 bulan dan tidak lebih daripada,
atau maksimal 2 bulan
d. Macet, x>30 angsuran, dan/atau PK telah jatuh tempo
lebih daripada 2 bulan:
1. kredit dijustifikasi telah berhenti total dan debitur
sudah tidak ada kemampuan lagi untuk membayar
angsuran
2. kredit telah masuk proses eksekusi lelang di
KPKNL (Kantor Penyelenggara Kekayaan Negara
dan Lelang) atau litigasi di pengadilan negeri.
Download