Laporan Praktikum X Transformasi DNA dengan vektor Agrobacterium tumefaciens Nama : Cokhy Indira Fasha NIM : 10699044 Kelompok :7 Tanggal Praktikum : 29 Oktober 2001 Tanggal Laporan : 5 November 2001 Asisten : Rizki Ali Akbar Departemen Biologi Institut Teknologi Bandung 2001 Laporan Praktikum X Transformasi DNA dengan vektor Agrobacterium tumefaciens I. Pendahuluan A. Latar Belakang Di alam telah ditemukan bakteri Agrobacterium tumefaciens yang memiliki plasmid-Ti dan dapat mentransfer DNA asing ke dalam sel tanaman (umumnya dikotil). Fenomena ini telah mendasari pemikiran mengenai teknik rekayasa genetika melalui bakteri Agrobacterium tumefaciens sebagai vektor. Teknologi ini merupakan pondasi dalam produksi tanaman transgenik. B. Tujuan Memanfaatkan Agrobacterium tumefasciens sebagai vektor dalam transformasi DNA C. Teori dasar Bakteri Agrobacterium tumifasciens, bakteri gram-negatif yang berbentuk batang, menyebabkan penyakit crown-gall pada tanaman dimana ketika tanaman terekspos Afribacterium, sel tanaman normal ditransformasi menjadi sel tumor berbentuk gall oleh proses yang melibatkan transfer gen dari bakteri ke tamanan. Sel tumor yang diinduksi oleh Agrobacterium dapat ditandai oleh beberapa hal. Pertama, tidak seperti kebanyakan sel tanaman normal, sel tumor ini dapat dipisahkan dari gall dan tumbuh tidak terbatas dalam kultur yang tidak mengandung faktor tumbuh dan tanpa keberadaan bakteri Agrobacterium tumefaciens. Selanjutnya, sel ini mensintesis berbagai macam unsur kimia yang tidak biasa dihasilkan, yang dinamakan opines; Turunan asam amino ini dapat dikatabolisme dan digunakan oleh bakteri Agrobacterium tumefaciens. Kemampuan Agrobacterium tumefaciens untuk menginduksi tumor terkait dengan DNA plasmid besar yang dinamakan Ti (Tumor-Inducing) dimana pada plasmid ini terdapat T-DNA(transferred DNA) yang bergabung dengan genom inti dari sel tanaman. Bakteri dapat menginfeksi tanaman yang suseptibel hanya pada site luka, dimana sel tanaman mensekresikan, secara tidak normal, komponen fenolik yaitu acetosyringone. Komponen ini diproduksi sebagai respon dari luka dan dikenali oleh bakteri sebagai tempat terjadinya infeksi dan mengaktivasi rangkaian reaksi dari bakteria yang menyebabkan terjadinya eksisi dari T-DNA dari plasmid Ti dan terjadinya transfer gen ke genom sel inang. Setelah terintegrasi dengan kromosom sel inang, T-DNA ditranskripsi dan ditranslasi oleh sel inang untuk memproduksi tiga kelas protein, yaitu : 1. Enzim yang menyebabkan tanaman untuk memproduksi opine yang spesifik. 2. Indole-acetic acid (IAA) 3. Sitokinin IAA dan sitokinin berfungsi dalam regulasi pertumbuhan tanaman sehingga kenaikan konsentrasi keduanya menyebabkan terjadinya pertumbuhan yang terus berlanjut dan pembelahan sel tanaman secara terus menerus. II. Cara Kerja Semua prosedur kerja dilakukan pada kondisi steril. Pada eksplan daun dibuat potongan secara in-vitro dengan menggunakan pengebor gabus lalu potongan daun ini dimasukkan ke dalam medium YEP cair yang telah diinokulasi dengan bakteri Agrobacterium tumefaciens.dan dikocok dalam selang waktu 3,5 - 5,5 jam. Potongan daun selanjutnya dimasukkan ke dalam larutan antibiotik selama 15 menit dan dikeringkan pada kertas Whatman no.1 steril. Daun kemudian ditanam pada medium WPM atau MS tanpa zat pengatur tumbuh. Kultur dipelihara di ruang Kultur pada suhu 2325OC dengan pencahayaan terus menerus. Pembentukan kalus “crown-gall” diamati setiap minggu selama empat minggu. III. Data Pengamatan Data pengamatan yang didapatkan : Kelompok Waktu Infeksi I II III IV V VI VII VIII IX X 5,5 3,5 5 5 4,5 4,5 4,5 3 3,5 3,5 Jumlah Crown Gall Jumlah Kontaminasi Keterangan + Bakteri Jamur 0 5 2 0 Tidak tumbuh 0 6 0 0 Tidak tumbuh 0 9 0 2 Tidak tumbuh 0 5 0 2 Tidak tumbuh 3 4 0 1 0 8 0 8 Tidak tumbuh 0 8 0 0 Tidak tumbuh 0 7 0 0 Tidak tumbuh 0 7 0 0 Tidak tumbuh 5 3 0 1 Tumbuh pada minggu II IV. Pembahasan Percobaan ini mencoba melihat teknik inokulasi bakteri Agrobacterium tumefaciens kepada tanaman serta mencoba melakukan kultur jaringan dari hasil inokulasi tersebut. Bakteri ini merupakan salah satu perekayasa genetik alami, dimana terjadinya rekayasa ini ialah karena proses insersi dari T-DNA dari plasmid Ti yang dimiliki oleh sel bakteri. Secara kimia, proses ini dapat digambarkan sebagai berikut : Agrobacterium tumefaciens menempel pada permukaan sel tumbuhan yang mengalami luka. Sel tumbuhan mengeluarkan suatu sinyal luka, sejenis asetosyringone. Sinyal tadi dikenali oleh gen Vir A yang terdapat pada membran Agrobacterium tumefaciens. Vir A dengan ikatan sinyalnya menaktivasi vir G. Aktivitas vir G mengaktifkan gen Vir D dan E. Vir D memotong pada tempat yang spesifik dari plasmid Ti, yaitu “left border” dan “right border”. Antara “left border” dan “right border” inilah terdapat T-DNA. T-DNA akan ditransfer ke dalam sel tumbuhan yang kemudian berintegrasi dengan DNA inti sel tumbuhan. T-DNA ini mengkode protein yang memproduksi hormon dan opine. Hormon akan menolong pertumbuhan jaringan yang telah bertransformasi sehingga terbentuk crown gall. Kanker tersebut memberikan keuntungan pada bakteri dengan berlebihnya nutrisi yang diperoleh. Dari data didapatkan hasil yang kurang memuaskan, dimana crown gall yang terbentuk sedikit. Pembentukan crown gall ini dipengaruhi oleh : periode terjadinya infeksi besar permukaan luka konsentrasi bakteri dalam larutan suhu dan pH pengadukan Pada percobaan ini variabel yang diukur adalah periode infeksi. Dari data yang didapatkan pertama kalinya terjadi infeksi ialah pada periode infeksi 3,5 jam. Jadi pada waktu kurang dari 3,5 jam, diperkirakan tumbuhan belum terinfeksi oleh Agrobacterium tumefaciens.Tentu saja kesimpulan ini masih sangat kasar, karena data yang didapatkan hanya dua buah yaitu pada waktu 3,5 dan 5,5 jam saja, sedangkan perlakuan pada periode lainnya tidak ditemukan adanya crown gall. Untuk mendapatkan kesimpulan lebih tepat, diperlukan data yang lebih baik. Selain itu, ada juga kemungkinan bahwa tumbuhan yang sebenarnya sudah terinfeksi tidak dapat tumbuh karena medium nutrisi yang kurang baik, baik ketersediaan nutrisinya maupun faktor fisik dan kimia lainnya. Lalu, ada juga kemungkinan tempat penyimpanan yang kurang baik sehingga mempengaruhi pertumbuhan, dimana dalam hal ini yang mempengaruhi adalah suhu dan cahaya. Pada percobaan kelompok kami, sebenarnya potongan daun pada minggu II sudah mulai meregang ke atas, tetapi selanjutnya tidak ada perubahan sampai minggu IV. Pada beberapa kultur juga terjadi kontaminasi oleh bakteri dan jamur. Pada kontaminasi Agrobacterium tumefaciens, hal ini menunjukkan bahwa pencucian dengan antibiotik setelah infeksi kurang baik sehingga bakteri ini masih terdapat pada tanaman. Selain bakteri Agrobacterium tumefaciens, kontaminasi yang terjadi disebabkan oleh pengaruh eksternal. Pada saat melakukan percobaan, mungkin saja praktikan berbicara atau melakukan hal-hal yang dapat membawa spora jamur atau bakteri ke dalam botol kultur. V. Kesimpulan 1. Pada transformasi dapat dimanfaatkan Agrobacterium tumefasciens sebagai vektor dalam transformasi DNA dengan mekanisme alaminya yaitu insersi T-DNA yang berasal plasmid Ti dari ke dalam sel tumbuhan. 2. Periode infeksi minimal Agrobacterium tumefasciens ke sel tumbuhan yang dapat menghasilkan crown gall adalah 3,5 jam. 3. Kontaminasi terjadi karena masuknya organisme lain ke medium kultur in vitro. VI. Daftar Pustaka 1. 2. 3. 4. Albert, B. et al. 1994. Biologi Molekuler Sel, 2nd ed. Gramedia. Jakarta Albert, B. et al. 1989. Molecular Biology of The Cell, 2nd ed.Garland Publishing, Inc. New York Campbell, N. A. 1996. Biology 4th ed. Addison Wesley Longman. Singapore. Karp, G. 1996. Cell and Molecular Biology: Concepts and Experiment. John Willey and Sons, Inc. New York.