Strategi Pemasaran Produk Mainan Anak-Anak

advertisement
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1. Sejarah Perusahaan
PT. STB merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang mainan
anak-anak, assesories anak dan furniture anak dari bahan dasar kayu. Perusahaan
berdiri sejak tahun 1993 yang beralamat di Jl. Moh. Toha No. 13 Ciawi Bogor.
Pada awalnya nama perusahaan adalah Four Corner dan kemudian berganti nama
menjadi PT. Safira Tumbuh Berkembang disingkat dengan PT. STB.
PT. STB mempunyai misi memanfaatkan limbah kayu sebagai bahan baku
dalam memproduksi produk mainan anak-anak yang mempunyai nilai ekonomis.
Sedangkan visinya adalah menjadikan produk PT. STB sebagai produk mainan
anak-anak edukatif yang membangun perkembangan kreatifitas anak.
Pada bulan Januari 1995, perusahaan mendapat kunjungan dari SEVI,
perusahaan mainan kayu terbesar di Italia, untuk melihat proses produksi yang ada
di Four Corner. Ketertarikan “SEVI” terhadap mutu produk yang dimiliki oleh
Four Corner, pada Nopember 1995 pimpinan perusahaan di undang ke Italia
untuk mengunjungi pabrik mainan kayu “SEVI” dan hasil kunjungan tersebut
perusahaan mendapatkan kontrak kerja selama 10 tahun untuk pemasok mainan
kayu dengan merek : Hampelhans” dan “The Chekies”. Selain itu, perusahaan
memperoleh bantuan mesin-mesin produksi dari Italia. Pada tahun 1997, SEVI di
beli oleh TRUDI sehingga kelanjutan kontrak diteruskan TRUDI hingga
pertengahan tahun 2000.
Pada bulan Juli 1999, PT. STB mengikuti Pameran Produk Ekspor di Jakarta
dengan memperkenalkan produk The Chekies dan “Hampelhans”. Di luar dugaan
respon pasar yang cukup baik menyebabkan permintaan meningkat.
Sejak pertengahan tahun 2000, PT. STB mulai membentuk departemen
pemasaran sendiri untuk memperluas pasar, baik lokal maupun internasional.
Dalam menjalankan usahanya PT. STB tidak luput dari perkembangan maupun
kegagalan, oleh karenanya pada tahun 2003 melalui proses hubungan baik dan
kelancaran pasokan barang yang di order, PT. STB memutuskan usahanya hanya
ekspor ke negara Swiss dan berusaha mengembangkan pasar di dalam negeri
melalui media internet dan pameran ekspo produk dalam negeri yang dilakukan
oleh UKM maupun pemerintah seperti perindustrian, perdagangan, Pemda DKI.
29
Dalam memproduksi mainan anak-anak dari kayu, perusahaan sangat
memperhatikan image, fungsi dan ketertarikan anak-anak pada sebuah produk,
sehingga desainnya lebih banyak menggunakan image atau fitur flora dan fauna.
Hasil produksi PT. STB dipajang pada outlet yang terdapat di dalam komplek
pabrik yang dinamai Rumah Abia.
4.1.2. Sumber Daya Manusia
PT. STB memanfaatkan sumberdaya manusia yang ada di daerah sekitar
pabrik dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 24 orang.
Penempatan pekerja
disesuaikan dengan keterampilan yang dikuasai oleh pekerja.
Dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan sehari-hari diperlukan
keteraturan dan kejelasan tugas bagi setiap individu dalam perusahaan. Untuk
menunjang keteraturan organisasi perusahaan, disusun struktur organisasi
sebagaimana Gambar 8.
Direktur
Utama
aaaaaa
aaaaaa
aaaa
Direktur
Produksi
Direktur
keuangan
Manajer
Produksi
Supervisor
Manajer
Pemasaran
Manajer
Keuangan
Administrasi
dan
Purchasing
Operasional
Gambar 8. Struktur organisasi PT. STB
Adapun uraian tugas dari masing-masing bagian adalah sebagai berikut:
a. Direktur Utama
Sebagai pimpinan sekaligus pemilik perusahaan PT. STB bertugas untuk
menentukan kebijaksanaan perusahaan dan memimpin laju perusahaan.
b. Direktur Produksi
Bertugas memimpin proses produksi mulai dari perencanaan, finishing,
packaging sampai pada quality control. Disamping itu, direktur produksi juga
merupakan desainer mainan yang akan dihasilkan.
30
c. Direktur Keuangan
Bertugas mengatur segala macam tentang keuangan perusahaan, termasuk
didalamnya mencatat apakah suatu produk memberikan keuntungan untuk
perusahaan atau tidak.
d. Manager Produksi
Bertugas mengatur jadwal produksi, supervisi proses produksi,
mengkoordinasikan kegiatan, mengawasi proses finishing, proses packaging
dan quality control.
e. Manager Administrasi dan Keuangan
Mengurus bagian administrasi perusahaan dari pengeluaran bahan baku
f.
g.
h.
i.
sampai pembagian gaji karyawan dan mengatur pemasukan dan pengeluaran
keuangan perusahaan Seperti mencatat pemasukan dan pengeluaran harian
keuangan.
Manager Pemasaran
Bertugas mencari dan melayani klien serta distribusi
Supervisor
Bertugas untuk mengatur seluruh kegiatan di bagian produksi
Purchasing
Bertugas untuk menyediakan bahan-bahan baku untuk kepentingan produksi
Operasional
Bertugas mengoperasionalkan proses produksi, proses finishing dan proses
packaging
4.1.3. Pemasaran
a. Pasar Ekspor
Pemasaran ekspor hanya terjadi ke Swiss sejak tahun 2003. Pangsa pasar
ekspor semakin tidak dapat diandalkan, sehingga perusahaan juga mulai
melakukan mengembangkan pasar domestik.
b. Pasar Domestik
Ditengah perkembangannya, pada Januari 2008 perusahaan PT. STB
memperkenalkan Wisata Karya dengan sebutan perusahaan “Factory Chuting”
yaitu anak mengenal lebih dekat proses produksi pembuatan suatu mainan
melalui pengamatan proses pembuatan mainan.
Outlet tempat pajangan hasil produksi PT. STB yang disebut dengan
Rumah Abia merupakan tempat pemasaran berbagai produk yang diproduksi
oleh PT. STB.
Secara otomatis orang tua murid yang ikut datang
mendampingi anaknya akan mampir melihat bahkan membeli di outlet ini.
31
Pemasaran produk yang dilakukan PT. STB selama ini adalah dengan
menggunakan (1) Media internet yaitu melalui website rumah_abia.com dan
(2) Pameran, yaitu mengikuti pameran-pameran, baik pameran besar maupun
bazar-bazar yang diselenggarakan UKM maupun pemerintah seperti Pemda
DKI, Perindustrian, dan lain-lain.
Sasaran pasar dalam negeri PT. STB adalah sebagai berikut: (1) Sekolah
Taman Kanak-kanak. Sekolah menjadi target pasar dari PT. STB, karena
sekolah dapat menggunakan produk-produk yang diproduksi oleh rumah Abia
sebagai alat peraga dalam proses pembelajaran maupun sebagai mainan,
asesories atau hiasan bagi sekolah. (2). Keluarga anak & Orang Tua. Anak
dan orang tua tentunya berhubungan erat saat mereka memutuskan untuk
menggunakan suatu produk tertentu. Dengan ketertarikan anak terhadap
produk apa yang ingin mereka miliki tentunya membuat orang tua juga ikut
memutuskan apakah produk tersebut memang pantas untuk dimiliki dan
digunakan oleh anak mereka.
4.1.4. Produksi
a. Bahan Baku
Jenis kayu yang sering digunakan adalah kayu-kayu sisa atau limbah,
karena bentuk produk mainan
mayoritas kecil-kecil, mereka dapat
memanfaatkan dari kayu-kayu sisa dengan harga yang jauh lebih murah
dibandingkan dengan mereka harus menggunakan jenis kayu baru.
Penggunaan bahan baku dari kayu sisa atau limbah dapat menguntungkan
perusahaan sampai 80%
dalam bahan baku kayu.
Sumber bahan baku
diperoleh dari perusahaan furniture yang telah ekspor yang terdapat disekitar
perusahaan, yang merupakan limbah kayu salah desain atau potong.
b. Material pendukung
Selain material utama yang digunakan, terkadang PT. STB juga
menggunakan material lain yang dapat mendukung produk mereka. Baik
sebagai packaging atau pendukung kebutuhan lainnya. Material lain yang
digunakan adalah magnet untuk produk hiasan untuk kulkas, kertas bahan
duplek atau cowrigated yang sifatnya ramah lingkungan, ringan dan aman
digunakan untuk kemasan produk mainan, dan jenis logam digunakan untuk
produk hiasan atau gantungan kunci.
32
c. Kapasitas Produksi
Untuk produksi mainan anak dan asesories kamar anak bisa mencapai
antara 20.000 - 30.000 buah per tahun. Sedangkan untuk furniture anak bisa
mencapai 15 buah per tahun. Pada produksi furniture anak dihitung
berdasarkan jumlah permintaan konsumen, yakni dari pesanan konsumen yang
ingin memiliki furniture khusus untuk kamar anaknya. Pada produksi furniture
anak ini baru dimulai pada tahun 2008.
d. Fasilitas Perusahaan
Fasilitas yang dimiliki antara lain, kantor, outlet Rumah Abia, workshop
pembentukan mainan, asesories, furniture, peralatan yang tersedia di
workshop PT. STB
4.2. Karakteristik Responden
Jawaban responden terhadap pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner
kemudian di entri dalam program exel dan hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 4.
Kajian ini melibatkan responden yang berjumlah 60 orang, terdiri dari 30
responden guru Taman Kanak-kanak (TK) dan 30 responden orangtua murid Taman
Kanak-kanak. Data hasil wawancara responden disajikan pada lampiran 4. Berikut
ini adalah karasteristik responden, mencakup usia, pekerjaan, pendidikan, jumlah
anggota keluarga, jenis kelamin, dan pengeluaran per bulan untuk mainan anakanak.
a. Usia
Untuk mengetahui pendapat responden terhadap produk mainan anak-anak
yang terbuat dari limbah kayu, responden sebagian besar berusia antara 31-40
tahun (38,3%), kemudian disusul usia antara 20-30 tahun (36,7%), serta usia
41-50 tahun sebesar 25,0% sebagaimana diperlihatkan Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Indentifikasi kondisi usia responden penelitian
No
a
b
c
Uraian
20-30 tahun
31-40 tahun
41-50 tahun
Jumlah
Jumlah
(org)
22
23
15
60
Persentase
(%)
36.7
38.3
25.0
100.0
33
b. Pekerjaan
Dilihat dari sisi pekerjaan, sebagian besar responden bekerja sebagai
guru/pegawai swasta (56.7%), disusul oleh ibu rumah tangga (31,6%), PNS
sebesar 6,7%, dan wiraswasta sebesar 5,0%. Secara lengkap proporsi responden
berdasarkan pekerjaan sebagaimana Tabel 3
Tabel 3. Identifikasi pekerjaan responden penelitian
No.
a
b
c
d
Pekerjaan
ABRI/PNS
Pengusaha Manager/Wirausaha
Pegawai swasta/guru
Ibu Rumah Tangga
Jumlah
Jumlah
(org)
4
3
34
19
60
Persentase
(%)
6.7
5.0
56.7
31.6
100.0
c. Pendidikan
Berdasarkan tingkat pendidikan sebagian besar responden berpendidikan S1
(43,3%), kemudian di urutan kedua berpendidikan Diploma/Akademi sebesar
40%, lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4. Tingkat pendidikan seseorang
berpengaruh terhadap penerima dan pergantian informasi yang diperolehnya.
Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka pola pikirnya semakin sistematis
dan ingin mendapatkan sesuatu yang baik dan bermanfaat. Ditengah kesadaran
masyarakat akan pendidikan anak saat ini, faktor edukasi dari mainan anak-anak
menjadi penting bagi orang tua.
Tabel 4. Kondisi tingkat pendidikan responden penelitian
No
a
b
c
Pendidikan
SMU
Diploma/Akademi
S1/S2/S3
Jumlah
Jumlah
(orang)
10
24
26
60
Persentasi
(%)
16.7
40.0
43.3
100.0
d. Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah keluarga responden terkait jumlah pengeluaran yang digunakan
keluarga dalam mengkonsumsi atau membelanjakan barang dan jasa. Semakin
besar jumlah anggota keluarga biasanya kecenderungan pengeluaran semakin
34
besar. Berdasarkan Tabel 5, jumlah anggota keluarga responden antara 3 sd 4
orang sebesar 46,7%, kemudiaan disusul jumlah anggota antara 5-6 orang
sebesar 31,6%.
Tabel 5. Jumlah anggota keluarga responden penelitian
No
a
b
c
d
Jumlah anggota Keluarga (Jiwa)
1 - 2 jiwa
3 - 4 jiwa
5 - 6 jiwa
> 6 orang
Jumlah
Jumlah
(orang)
7
28
19
6
60
Persentasi
(%)
11.7
46.7
31.6
10.0
100.0
e. Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin, semua responden atau 100% merupakan
wanita, baik guru taman kanak-kanak maupun orangtua murid.
f. Tingkat Pengeluaran Untuk Mainan Per Bulan
Jika dilihat dari sisi pengeluaran responden untuk membeli mainan anakanak setiap bulannya, nampak bahwa sebagian besar responden atau sebesar
38,3% berpengeluaran sebesar kurang dari Rp 50,000. Sedangkan 33,4%
responden mengatakan pengeluarannya untuk mainan anak-anak tidak menentu
dan tergantung permintaan anak. Pengeluaran responden untuk membeli mainan
anak-anak selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Jumlah pengeluaran responden untuk mainan anak-anak setiap bulan
No
a
b
c
d
e
Pengeluaran beli mainan anak-anak
(Rp/bln)
< Rp 50.000
> Rp 50.000 s/d 100.000
> 100.000p 200.000
> 200.000
Tidak menentu
Jumlah
Jumlah
(orang)
23
11
2
4
20
60
Persentasi
(%)
38.3
18.3
3.3
6.7
33.4
100.0
Variabel yang paling sering dilakukan para peneliti pemasaran dalam
mengukur kelas sosial adalah pekerjaan, pendapatan dan pendidikan. Dari data
pengamatan terhadap responden bahwa sekitar 68,3% memiliki pekerjaan
sebagai ABRI/PNS, Pengusaha maupun karyawan swasta maupun guru dengan
tingkat pendidikan. Diploma dan Sarjana. Berkisar 83,3% responden
35
berpendapatan minimal Rp 2 Juta/bulan.
Sebaran usia responden berkisar 20
s/d 40 tahun. Berdasarkan penilaian skor status pekerjaan, pendidikan,
pendapatan dan kelompok usia yang dikutip Angel et al (1995) dari Tabel A1
Charles B, Nam dan Mary G (1983) tentang kelas sosial, menunjukkan bahwa
responden berada pada kelas sosial menengah bawah. Perilaku karekteristik
responden berguna untuk analisis konsumen dalam mendesain program
pemasaran dan untuk menganalisis pengenalan kebutuhan, proses pencarian,
kriteria evaluasi dan pola pembelian produk serta preferensi merek dan
pengolahan media.
Pengeluaran yang disediakan responden setiap bulannya untuk membeli
mainan anak-anak yang nilainya sampai Rp 100.000,- sekitar 56,6% dan hanya
10% yang menyediakan pengeluarannya di atas
Rp 100.000,- per
bulan menunjukkan bahwa pembelian mainan anak-anak belum menjadi
prioritas sebagian besar orangtua dan guru. Dalam penyediaan pengeluaran
untuk membeli mainan anak-anak sebesar 33,4% responden tidak merencanakan
pengeluaran bulanan untuk pembelian mainan akan tetapi tergantung situasi,
yaitu pada saat anak menginginkan mainan.
4.3.
Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Mainan Anak-anak
4.3.1. Pengenalan Kebutuhan
Tahap awal yang menjadi pertimbangan konsumen dalam pembelian mainan
anak-anak adalah pengenalan kebutuhan. Pengenalan akan kebutuhan dimulai dari
pernah tidaknya mendengar produk yang akan dibeli. Berdasarkan hasil penelitian,
hampir seluruh responden (98,3%), telah pernah mendengar mainan anak-anak dari
berbagai jenis bahan sebagaimana pada Tabel 7.
Tabel 7. Pengenalan responden pada mainan anak-anak
No
a
b
Uraian
Ya, Pernah
Tidak pernah
Jumlah
Jumlah (org)
59
1
60
Persentase (%)
98.3
1.7
100.0
Sedangkan responden yang sudah pernah mendengar produk mainan anakanak dari limbah kayu di Rumah Abia dan telah pernah berkunjung ke Rumah
Abia sebesar 73,3% responden yaitu 44 responden dari 60 responden sampel
sebagaimana pada Tabel 8.
36
Tabel 8. Pernah tidaknya responden mendengar produk mainan anak-anak Rumah
Abia
No
a
b
Uraian
Ya, Pernah
Tidak pernah
Jumlah
Jumlah (org)
44
16
60
Persentase (%)
73.3
26.7
100.0
Pendapat responden tentang pengenalan kebutuhan mainan anak-anak dari
limbah kayu sejalan dengan Angel (1995) yang menyebutkan bahwa pengenalan
kebutuhan tergantung 2 (dua) faktor yaitu a) kebutuhan yang dikenali harus cukup
penting, b) konsumen harus percaya bahwa solusi bagi kebutuhan ada dalam batas
kemampuan konsumen. Kebutuhan konsumen akan mainan anak dari limbah kayu
menjadi sesuatu yang cukup penting karena produk mainan tersebut memiliki
keunggulan dari aspek pendidikan bagi anak, yang dapat merangsang kreativitas
anak saat merakit berbagai mainan. Selain itu si anak dapat mengetahui bahwa
limbah kayu dapat dimanfaatkan dan tidak terbuang begitu saja. Sedangkan
berdasarkan faktor kemampuan responden, tidak semua kebutuhan yang dikenal
dapat dimiliki konsumen karena keterbatasan pengeluaran responden dalam
pembelian mainan anak yang sebagian besar hanya berkisar Rp 50.000,- per bulan.
Dilihat dari bahan mainan anak-anak sebagian besar responden atau 93,3%
telah mengenal mainan anak-anak dari bahan plastik,
sebesar
73,3% telah
mengenal mainan dari bahan kayu dan sebesar 38,3% responden telah mengenal
mainan dari bahan logam sebagaimana Tabel 9.
Tabel 9. Jenis bahan produk mainan anak-anak yang dikenal responden
No
Jenis Bahan
a
Bahan Logam
b
Bahan Plastik
c
Bahan kayu
d
Lainnya (Karet)
*) Presentase dari 60 responden
Jumlah (org)
23
56
44
1
Persentase* (%)
38.3
93.3
73.3
1.7
Berdasarkan jenis mainan yang telah dikenal : (a) sebagian besar atau 98.3%
responden telah mengenal mobil-mobilan, pistol, boneka dan masak-masakan; (b)
sebesar 68.3% responden mengenal jenis mainan kotak celengan berbagai motif;
(c) sebesar 60.0% responden telah mengenal berbagai pajangan magnet kulkas; (d)
37
sebesar 48.3% responden telah mengenal jenis mainan menyusun balok bermotif.
Lebih jelasnya sebagaimana Tabel 10.
Tabel 10. Jenis produk mainan anak-anak yang dikenal responden
No
Jenis Mainan yang dikenal
a
b
c
d
e
Gantungan kunci dari baju
Berbagai pajangan magnet kulkas
Kotak celengan berbagai motif
Menyusun balok bermotif
Mobil-mobilan, pistol, boneka dan
masak-masakan
f
Lainnya (ayunan, jungkitan, perosotan)
*) Presentase dari 60 responden
Jumlah
(org)
28
36
41
29
Persentase*
(%)
46.7
60.0
68.3
48.3
59
19
98.3
31.7
Sebelum suatu kebutuhan dikenal, terlebih dahulu suatu kebutuhan harus
dicari informasi. Sering terjadi bahwa pengambilan keputusan pembelian dilakukan
terhadap suatu kebutuhan dikenal hanya karena ada situasi kehabisan persediaan,
sehingga pengenalan kebutuhan terjadi karena suatu kebutuhan yang diantisipasi
pada masa datang yang diakibatkan oleh perubahan didalam situasi yang aktual.
Sejauhmana produk dapat memenuhi kebutuhan konsumen, selama itu juga
konsumen dapat mempengaruhi pengenalan kebutuhan. Pada saat suatu produk
memenuhi harapan maka saat itu juga situasi aktual dan situasi yang diinginkan
selaras dan pada saat tidak sesuai dengan harapan maka pengenalan kebutuhan
pada pengambilan keputusan pembelian ulang dapat masuk dalam kategori produk
diantisipasi.
4.3.2. Mencari Informasi
Setelah pengenalan kebutuhan terjadi, maka pertimbangan kedua yang
dilakukan konsumen adalah pencarian informasi dari suatu produk barang atau
jasa yang ingin dibeli. Pencarian informasi yang dilakukan dapat bersifat internal
yang melibatkan perolehan pengetahuan dari ingatan dan bersifat pencarian
eksternal terdiri dari pengumpulan informasi dari pasar. Pencarian informasi
internal biasanya digunakan oleh konsumen yang sudah pernah mengenal produk
mainan anak-anak, tergantung pada kemampuan pengetahuan untuk mengingatnya.
Sebagian besar informasi tentang produk mainan anak-anak dari limbah kayu yang
diproduksi PT. STB
berasal dari pencarian informasi eksternal dari teman
38
(38,3%), internet sebesar 31,7%, brosur 20,0%,
pameran sebesar 6,7%
sebagaimana pada Tabel 11.
Tabel 11. Sumber informasi yang digunakan responden dalam membeli mainan
anak anak di Rumah Abia
No
Sumber Informasi
a
b
c
d
e
Teman
Brosur
Pameran
Internet
Lainnya (Cerita anak saya)
Jumlah
Persentase
(%)
38.3
20.0
6.7
31.7
3.3
100.0
Jumlah (org)
23
12
4
19
2
60
Berdasarkan sumber informasi konsumen, umumnya responden memperoleh
sumber informasi komersial yang berasal dari internet, brosur dan pameran sebesar
61,7% dan sumber informasi pribadi yaitu dari teman sebesar 38,3%. Dari
pengamatan, sumber informasi konsumen maka sekitar 73,3% telah berkunjung ke
Rumah Abia, baik secara pribadi, keluarga ataupun dari sekolah, lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Pernah tidaknya responden mengunjungi Rumah Abia
No
a
b
Pernah tidaknya mengunjungi Rumah
Abia
Ya, Pernah
Tidak pernah
Jumlah
Jumlah
(org)
44
16
60
Persentase
(%)
73.3
26.7
100.0
Sedangkan kunjungan terakhir ke Rumah Abia, sebagian besar responden atau
38,6% berkunjung ke Rumah Abia satu tahun lalu, sedangkan 27.3% responden
berkunjung 6 bulan lalu
dan 13,6% responden berkunjung 3 bulan lalu
sebagaimana pada Tabel 13.
Tabel 13. Waktu kunjungan terakhir responden ke Rumah Abia
No
a
b
c
d
Kunjungan terakhir
3 bulan lalu
6 bulan lalu
1 tahun lalu
Lainnya (Lebih dari 1 tahun)
Jumlah
Jumlah (org) Persentase
(%)
6
13.6
12
27.3
17
38.6
9
20.5
44
100.0
39
Dilihat dari sisi keinginan berkunjung ke Rumah Abia lagi, sebesar 53,3%
responden mengatakan ingin berkunjung dan tergantung waktu luang, sebesar
25,0% mengatakan ingin berkunjung dengan alasan sekedar ingin tahu
perkembangan, dan sebesar 21,7% responden mengatakan sangat ingin berkunjung
(Tabel 14).
Keinginan responden akan berbagai jenis mainan anak-anak di Rumah Abia
sangat bervariasi sebagaimana Tabel 15, sebagian besar responden menyukai
gantungan kunci, magnet panjang, kotak celengan berbagai motif, grumpy jery dan
berbagai motif pajangan.
Tabel 14. Keinginan responden untuk mengunjungi Rumah Abia
No
a
b
c
Keinginan mengunjungi Rumah
Abia
Ya, sangat ingin
Ya, sekedar ingin tahu
Ya, tergantung waktu luang
Jumlah
Jumlah
(org)
13
15
32
60
Persentase
(%)
21.7
25.0
53.3
100.0
Tabel 15. Jenis produk mainan anak-anak yang disukai responden di Rumah Abia
No
a
b
c
d
e
f
Jenis mainan disukai
Gantungan kunci magnet panjang
Grumpy jery
Kotak celengan berbagai motif
Berbagai motif pajangan
Alat ukur tinggi badan
Menyusun potongan kayu (puzzle)
Jumlah
(org)
50
37
41
40
34
9
Persentase*
(%)
83.3
61.7
68.3
66.7
56.7
15.0
*) Presentase dari 60 responden
4.3.3. Evaluasi Alternatif
Pada umumnya konsumen tidak langsung membeli suatu produk barang
maupun jasa, walaupun konsumen telah mendapat informasi yang lengkap tentang
produk yang akan dibeli. Sebagai pertimbangan yang akan dilakukan konsumen
sebelum memutuskan untuk membeli adalah terlebih dahulu mengevaluasi produk
yang akan dibeli baik dari waktu pembelian, tempat membeli, kebiasaan konsumen
dalam membeli suatu produk maupun pengambilan keputusan untuk membeli.
40
Sesuai dengan hasil responden, sebagian besar atau 98,3% pernah membeli mainan
anak-anak dalam satu tahun terakhir dan hanya 1,7% yang tidak membeli pada
tahun yang sama sebagaimana pada tabel Tabel 16.
Dilihat dari sisi kebiasaan membeli, sebesar 40,0% responden membeli
mainan dengan terlebih dahulu direncanakan dari rumah, 35% membeli tergantung
situasi, dan 25% pembelian dilakukan secara mendadak sebagaimana pada Tabel
17.
Tabel 16. Pembelian produk mainan anak-anak dalam satu tahun terakhir di
Rumah Abia
No
a
b
Uraian
Ya, pernah
Tidak pernah
Jumlah
Jumlah
(org)
59
1
60
Persentase
(%)
98.3
1.7
100.0
Tabel 17. Kebiasaan responden dalam membeli mainan anak-anak
No
a
b
c
Uraian
Sudah direncanakan sebelumnya
Tergantung situasi
Mendadak
Jumlah
Jumlah
(org)
24
21
15
60
Persentase
(%)
40.0
35.0
25.0
100.0
Pertimbangan konsumen dalam memilih tempat pembelian mainan anak-anak,
sebagian besar responden atau 51,7% memilih supermarket atau toko mainan
anak- anak, dan sebesar 48,3% responden membeli mainan di pedagang
keliling/depan sekolahan. Data lebih lengkap terhadap tempat membeli mainan
anak-anak disajikan pada Tabel 18.
Tabel 18. Tempat kebiasaan responden membeli mainan anak-anak
No
Uraian
a
Supermarket Toko Mainan Anak
b D Pedagang Keliling/depan sekolahan
Jumlah
Jumlah
(org)
31
29
60
Persentase
(%)
51.7
48.3
100.0
Dalam memutuskan pembelian mainan anak-anak sebesar 45,0% responden
mengatakan yang memutuskan adalah anak-anak mereka. Sebesar 31,7%
41
responden mengatakan yang memutuskan adalah suami/istri sebagaimana Tabel
19.
Tabel 19. Pengambil keputusan dalam pembelian mainan anak-anak
No
a
b
c
d
e
Uraian
Suami/istri
anak
Teman
Pedagang
Inisiatif sendiri
Jumlah
Jumlah (org)
19
27
3
10
1
60
Persentase
(%)
31.7
45.0
5.0
16.6
1.7
100.0
Apabila dilihat dari waktu pembelian sebesar 66,7% responden mengatakan
akan membeli, jika anak minta mainan dan sebesar 26,7% membeli pada
waktu
promosi di pameran. (Tabel 20).
Tabel 20. Kebiasaan yang dilakukan responden dalam pembelian mainan anakanak
No
Uraian
a
b
c
Waktu ada diskon
Jika anak minta mainan
Pameran
Jumlah
Jumlah (org)
4
40
16
60
Persentase
(%)
6.6
66.7
26.7
100.0
4.3.4. Keputusan Membeli
a. Kesan Pelanggan
Dari 60 responden, sebanyak 44 orang atau 73,3% pernah membeli mainan
anak dari limbah kayu di Rumah Abia, sedangkan lainnya belum pernah seperti
diperlihatkan Tabel 21.
Tabel 21. Pernah tidaknya responden membeli mainan anak-anak di Rumah Abia
No
a
b
Pernah tidaknya membeli
Ya, pernah
Tidak pernah
Jumlah
Jumlah (org) Persentase (%)
44
73.3
16
26.7
60
100.0
Dari 44 responden yang telah berkunjung ke Rumah Abia, dapat
diinformasikan hal-hal berikut :
42
1) Sebagian besar atau 88,6% responden membeli mainan anak-anak dari limbah
kayu di Rumah Abia, sedangkan lainnya 11,4% membeli pada saat pameran
(Tabel 22).
Tabel 22.
No
a
b
Tempat responden dalam membeli mainan anak-anak dari
limbah kayu
Uraian
Persentase
(%)
88.6
11.4
100.0
Jumlah (org)
Rumah Abia
Pameran
Jumlah
39
5
44
2) Keputusan pembelian mainan dari kayu di Rumah Abia sebagian besar atau
56,8% diputuskan oleh anak-anak, sedangkan sisanya atau 43,2% diputuskan
orang tua (Tabel 23).
Tabel 23. Keputusan pembelian mainan di Rumah Abia
No
a
b
Uraian
Jumlah (org)
Orang tua
Anak
Jumlah
19
25
44
Persentase
(%)
43.2
56.8
100.0
3) Waktu pembelian mainan anak-anak dari kayu sebagian besar dilakukan pada
waktu kunjungan ke Rumah Abia (84,1%), saat pameran sebesar 9,1%, dan
pada saat anak minta mainan 6,8% (Tabel 24).
Tabel 24. Waktu yang diluangkan responden dalam pembelian mainan anakanak dari kayu
No
a
b
c
Uraian
Waktu kunjungan ke
Rumah Abia
Pameran
Jika anak minta mainan
Jumlah
37
Persentase
(%)
84.1
4
3
44
9.1
6.8
100.0
Jumlah (org)
4) Jenis mainan yang dibeli di Rumah Abia sebagian besar atau 41.7% jenis
menyusun balok bermotif (puzzle) dan jenis kotak celengan/hiasan kamar anak
sebesar 31.7% (Tabel 25).
43
Tabel 25. Jenis produk mainan anak-anak yang dibeli responden di Rumah
Abia
No
a
b
c
d
e
Uraian
Gantungan kunci atau baju
Berbagai pegangan magnet
kulkas
Kotak celengan/hiasan kamar
anak
Menyusun balok bermotif
Tempat kartu nama bermotif
Jumlah
(org)
12
Persentase
(%)
20.0
11
18.3
19
25
9
31.7
41.7
15.0
5) Dilihat dari frekuensi pembelian mainan anak-anak dari kayu, sebagian besar
responden atau 52,3% berpendapat tidak tentu/tergantung kebutuhan anak
sekolah (Tabel 26).
Tabel 26. Frekuensi pembelian produk mainan anak-anak dari kayu
No
a
b
c
d
Uraian
Sering 2 kali sebulan
Kadang 2 bulan sekali
Jarang beberapa bulan sekali
Tidak tentu, tergantung
kebutuhan anak sekolah
Jumlah
Jumlah
(org)
8
9
4
23
Persentase
(%)
18.2
20.4
9.1
52.3
44
100.0
6) Dilihat dari sisi alasan responden membeli mainan anak-anak dari kayu di
Rumah Abia, sebanyak 65,9% responden berpendapat untuk menambah daya
kreatif anak dan 25,0% karena mutu/kualitas terjamin (Tabel 27).
Tabel 27. Alasan responden membeli mainan anak-anak dari kayu
No
a
b
c
d
Uraian
Sekedar ingin mencoba
Karena mutu/kualitas terjamin
Untuk menambah daya kreatif
anak
Harga terjangkau
Jumlah
Jumlah
(org)
3
11
29
Persentase
(%)
6.8
25.0
65.9
1
44
2.3
100.0
44
b. Alasan Responden Belum Membeli Mainan dari Limbah Kayu
Dari 60 responden sebanyak 16 orang atau 26,7% belum mengenal dan
belum pernah berkunjung ke Rumah Abia. Responden tersebut belum membeli
produk mainan anak-anak yang dihasilkan Rumah Abia dengan alasan belum
pernah mengenal dan mengetahui produk mainan anak-anak Rumah Abia. Hal
ini berarti, upaya promosi yang dilakukan perusahaan melalui internet perlu
mendapat perhatian dan diperbaiki.
c. Pendapat Responden Tentang Harga
Pada saat wawancara dengan responden, penulis membawa berbagai
macam aneka mainan anak-anak dari limbah kayu yang di produksi PT. STB,
sehingga yang belum berkunjung ke Rumah Abia dapat memberikan pendapat
tentang berbagai harga. Pada Tabel 28, diperlihatkan data hasil rekapitulasi
pendapat responden tentang harga. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa : (a).
Untuk mainan yang harganya kurang dari Rp 50.000.-, sebagian besar atau lebih
dari 50% responden mengatakan murah sampai sedang. Hal ini terjadi pada
harga produk mainan gantungan kunci/magnet, grumpy Jery dan kotak celengan
berbagai motif dan tempat kartu nama. (b) Untuk mainan yang harganya lebih
dari Rp 50.000,- sebagian besar atau lebih dari 50% responden berpendapat
mahal. Pendapat tersebut terjadi untuk produk mainan berbagai motif gantungan
baju, menyusun balok bergambar dan alat ukur tinggi badan, dan mainan
memasukkan lempeng bulat ke dalam lobang yang dikendalikan tali/benang
penarik.
Secara umum harga yang diinginkan konsumen jauh lebih rendah dari pada
harga yang ditawarkan saat wawancara. Hal ini dapat dimengerti, karena pada
umumnya kemampuan membayar (willingness to pay) lebih kecil dari harga yang
ditawarkan.
Hal penting yang dilakukan perusahaan untuk dapat tetap
mempertahankan pelanggan dan meningkatkan penjualan adalah penurunan harga
sesuai dengan keinginan konsumen yaitu sebesar 9,34%.
45
Tabel 28. Pendapat responden tentang harga produk mainan di Rumah Abia
1
Gantungan
Kunci/magnet
31.7
63.3
5.0
Rerata
Harga
harga
saat
yang
wawan
diingin
cara
kan
(Rp)
(Rp)
4,506
5,000
2
Grumpy Jery
13.3
65.0
21.7
14,208
15,000
78.3
3
Kotak
celengan
berbagai
motif dan
tempat kartu
nama
1.7
50.0
48.3
23,701
25,000
51.7
4
Berbagai
motif
gantungan
baju
5.0
43.3
51.7
44,724
50,000
48.3
5
Menyusun
balok
bergambar
dan alat ukur
tinggi badan
Mainan
memasukkan
lempeng bulat
ke dalam
lobang
melalui
penarik tali
0.0
20.0
80.0
90,875
100,00
0
20.0
0.0
11.7
88.3
90,875
150,00
0
11.7
No
.
6
4.4.
Jenis mainan
Murah
(%)
Sedang
(%)
Mahal
(%)
Jumlah
murah
dan
sedang
(%)
95.0
Keinginan Konsumen
4.4.1. Evaluasi Pasca Pembelian
Evaluasi pasca pembelian dilakukan terhadap responden yang telah berkunjung
ke Rumah Abia. Pada Tabel 29 diperlihatkan data hasil rekapitulasi kepuasan
responden yang mencakup keragaman produk, ketahanan produk, merek, lokasi
pemasaran, kemudahan mencapai Rumah Abia, harga, dan promosi yang telah
dilakukan selama ini.
46
a. Kepuasan Responden terhadap aneka ragam produk mainan dari kayu
Sebagian besar atau 70,5% responden berpendapat cukup puas dengan
berbagai aneka ragam produk mainan anak-anak dari limbah kayu di Rumah Abia,
sedangkan diurutan kedua sebesar 18,2% responden mengatakan masih kurang
puas dengan aneka ragam produk. Apabila dibandingkan jumlah yang berpendapat
sangat puas dan puas (11,4%) dengan yang berpendapat kurang puas dan tidak
puas (18,2%), nampak bahwa yang berpendapat kurang puas dan tidak puas masih
lebih
besar.
Hal
ini
mengindikasikan
bahwa
perusahaan
masih
perlu
pengembangan aneka ragam produk dimasa yang akan datang, meskipun 70,5%
responden menyatakan cukup puas. Hal ini dilakukan perusahaan agar pelanggan
tidak beralih kepada produk mainan kayu dari pesaing.
b. Kepuasan responden tentang kualitas produk mainan dari limbah kayu
Sebagian besar responden atau sebesar 65,9% berpendapat puas dengan
kekuatan produk atau kualitas mainan anak-anak dari limbah kayu di Rumah Abia,
sebesar 18,2% responden mengatakan cukup puas. Dibandingkan jumlah yang
berpendapat sangat puas dan puas (72,7%) dengan yang berpendapat kurang puas
dan tidak puas (9,1%), nampak bahwa yang berpendapat sangat puas dan puas
jauh masih lebih besar. Kondisi kualitas produk yang demikian mengakibatkan
harga jual menjadi lebih tinggi. Hal inilah yang mengakibatkan produk PT. STB
harganya relatif lebih tinggi dibandingkan produk sejenis lainnya untuk pasar
domestik. Meskipun kualitas
telah diakui konsumen kekuatannya, perusahaan
tidak boleh lengah dan berpuas diri, perusahaan harus terus berinovasi
mengembangkan kualitas produknya.
c. Kepuasan responden tentang unsur pendidikan
Salah satu keunggulan Rumah Abia adalah menyediakan permainan dari
kayu yang terkait dengan unsur pendidikan, seperti merakit bagian-bagian mainan
menjadi satu kesatuan yang utuh, mendesain mainan anak-anak dengan motif atau
gambar flora dan fauna yang memiliki unsur pendidikan pengenalan flora dan
fauna kepada anak usia dini bahkan merangsang kreativitas anak. Pada Tabel 29
menunjukkan bahwa sebagian besar responden atau sebesar 75,0% berpendapat
cukup puas dengan adanya unsur pendidikan yang diperoleh pada mainan anakanak dari limbah kayu, sedangkan sebesar 13,6% berpendapat puas. Jumlah yang
berpendapat sangat puas dan puas masih tergolong rendah, yaitu sebesar 18,2%.
47
Dengan demikian menghasilkan produk-produk mainan anak-anak dari limbah
kayu yang memuat unsur pendidikan yang dapat merangsang motorik anak masih
diperlukan dan terus ditingkatkan dalam pengembangan perusahaan.
Tabel 29. Tingkat kepuasan responden terhadap produk mainan anak di Rumah
Abia
Jumlah
kurang
puas
dan
tidak
puas
(%)
18.2
1
Aneka
ragam
produk
2.3
9.1
70.5
18.2
0
Jumlah
sangat
puas
dan
puas
(%)
11.4
2
Mutu
produk
Unsur
pendidikan
Merek
Lokasi
pemasaran
Kemudaha
n mencapai
Rumah
Abia
Harga
Promosi
yang telah
dilakukan
6.8
65.9
18.2
6.8
2.3
72.7
9.1
4.5
13.6
75.0
6.8
-
18.2
6.8
-
6.8
9.1
20.5
11.4
70.5
15.9
2.3
63.6
6.8
9.1
72.7
79.5
2.3
2.3
34.1
56.8
4.5
4.5
61.4
-
2.3
9.1
6.8
4.5
75.0
31.8
15.9
54.5
2.3
9.1
90.9
86.4
No
3
4
5
6
7
8
Uraian
Sangat
Puas
(%)
Puas
(%)
Cukup
puas
(%)
Kurang Tidak
puas
puas
(%)
(%)
d. Kepuasan responden tentang merek
Sebagian besar responden atau sebesar 70,5% berpendapat kurang puas
dengan merek produk mainan dari limbah kayu di Rumah Abia, sedangkan 20,5%
berpendapat cukup puas. Jika dicermati lebih jauh, jumlah yang berpendapat sangat
puas dan puas (6,8%) sedangkan yang berpendapat kurang puas dan tidak puas
(72.7%), nampak bahwa yang berpendapat kurang puas dan tidak puas masih lebih
besar. Hal ini mengindikasikan bahwa belum semua produk PT. STB bermerek
dan merek yang sudah ada saat ini kurang dikenal oleh konsumen domestik.
Perusahaan masih perlu mempromosikan merek mainan anak-anak yang
dikembangkan dan perlu segera memberi merek pada produk yang belum diberi
merek
e. Kepuasan responden tentang lokasi pemasaran
Sampai saat ini lokasi pemasaran produk mainan anak-anak dari limbah
kayu masih dipasarkan di Rumah Abia.
Tentang lokasi ini, sebesar 63,6%
responden mengatakan tidak puas, dan 15,9% responden mengatakan kurang puas.
48
Jumlah responden yang berpendapat kurang puas dan tidak puas sebesar 79,5%.
Sedangkan jumlah responden yang mengatakan sangat puas dan puas hanya
sebesar 9,1%. Dari data tersebut, nampak bahwa lokasi pemasaran perlu perhatian
dalam pengembangan perusahaan atau lokasi pemasaran ditempatkan lebih dekat
dengan konsumen yaitu pada lokasi pusat pertokoan atau perbelanjaan yang
didekatnya terdapat arena bermain anak-anak.
f. Kepuasan responden tentang kemudahan mencapai Rumah Abia
Sebagian besar atau 56,8% responden mengatakan kurang puas tentang
kemudahan mencapai Rumah Abia, sedangkan sebesar 34,1% responden
mengatakan cukup puas. Jumlah responden yang berpendapat kurang puas dan
tidak puas tentang kemudahan mencapai Rumah Abia hanya sebesar 61.4%.
Sedangkan jumlah responden yang mengatakan sangat puas dan puas sebesar
4.5%.
Dengan demikian, meskipun lokasinya di Ciawi, namun responden
berpendapat kurang puas dan tidak puas. Dari data kebiasaan responden membeli
mainan anak-anak diketahui bahwa sebagian besar konsumen mainan anak-anak
membeli di supermarket atau toko mainan dan pedagang keliling di sekolahan.
Kemudahan mencapai kedua tempat tersebut jauh lebih baik daripada ke Rumah
Abia. Dengan demikian PT. STB perlu memikirkan tambahan outlet pemasaran
yang lebih dekat dengan kota Bogor, sehingga lebih muda didatangi orang tua
dengan anak yang masih kecil.
g. Kepuasan responden tentang harga
Sebagian besar atau 75,5% responden mengatakan kurang puas tentang harga
yang diberlakukan di Rumah Abia, sedangkan sebesar 15,9% responden
mengatakan tidak puas. Jumlah responden yang berpendapat kurang puas dan tidak
puas tentang harga sebesar 90.9%. Sedangkan jumlah responden yang mengatakan
sangat puas dan puas hanya sebesar 2,3%. Sebagaimana telah disinggung pada
kepuasan tentang ketahanan atau kualitas produk, dimana sebagian besar
responden berpendapat puas akan ketahanan produk. Kualitas produk PT. STB
adalah kualitas ekspor, tentu saja hal tersebut berimplikasi pada peningkatan harga.
Kondisi ini mengakibatkan produk mainan anak-anak dari kayu tersebut menjadi
mahal untuk pasar domestik. Data responden 90,9% yang kurang puas dan tidak
puas terhadap harga yang ditetapkan PT. STB, memberi gambaran kepada
perusahaan untuk mensegmentasikan pasar bagi konsumen yaitu produk yang
harganya Rp 50.000,- ke bawah diperuntukkan untuk konsumen menengah ke
49
bawah dan produk yang harganya diatas Rp 50.000,- diperuntukkan untuk
konsumen menengah keatas.
h. Kepuasan responden tentang promosi dan media promosi
Sebagian besar atau 54,5% responden mengatakan kurang puas dengan
media promosi yang dilakukan selama ini, sedangkan sebesar 31,8% berpendapat
tidak puas. Jumlah responden yang berpendapat kurang puas dan tidak puas
tentang promosi yang dilakukan selama ini sebesar 86,4%. Sedangkan jumlah
responden yang mengatakan sangat puas dan puas sebesar hanya 9,1%. Selama ini
sebagian besar promosi dilakukan melalui internet.
Berdasarkan jawaban
responden tentang pertanyaan media promosi yang diinginkan konsumen diketahui
bahwa sebagian besar responden menghendaki promosi melalui majalah anak-anak
(31,8%) dan demo di sekolahan (38,6%) sebagaimana Tabel 30.
Data pada tabel 30 menggambarkan bahwa pada era globalisasi saat ini
belum semua orangtua maupun guru mengakses internet, hal ini dapat dilihat
bahwa media promosi yang diinginkan konsumen bukan internet (9,1%) akan
tetapi Demo kesekolah-sekolah (38,6) dan
iklan pada majalah anak-
anak/tabloid/surat khabar (31,8%). Berdasarkan data tersebut, PT. STB perlu
mengembangkan media promosi yaitu melakukan demo kesekolah TK potensial
(TK yang berpeluang akan berkunjung ke lokasi pemasaran PT. STB) dan
memasang iklan pada majalah/tabloid anak-anak seperti Bobo, Kids, Donald
Bebek. Perusahaan tetap mempertahankan promosi yang ada saat ini yaitu internet
dan pameran untuk media bagi segmen pasar menengah ke atas.
Tabel 30. Media promosi yang diinginkan responden
No.
a
b
c
d
e
f
Media Promosi
TV
Iklan pada TV Plasma
Radio
Majalah anak-anak/Buletin/Surat
kabar
Internet
Demo kesekolah-sekolah
Jumlah
(org)
2
4
3
14
4
17
Persentase
(%)
4.5
9.1
6.8
31.8
9.1
38.6
50
4.4.2. Analisis Atribut Prioritas
Dalam bisnis penting diketahui pertimbangan konsumen dalam membeli
suatu produk, termasuk produk mainan anak-anak dari limbah kayu yang
diproduksi PT.STB. Tentu saja banyak pertimbangan di benak konsumen dalam
membeli suatu produk. Dalam penelitian ini pertimbangan tersebut dibatasi pada
harga, mutu produk, merek, daya tarik unsur pendidikan, daya tarik penggunaan
warna cerah dalam mainan anak-anak, promosi yang dilakukan, kemudahan
memperoleh mainan anak-anak dari limbah kayu, variasi disain, dan munculnya
disain baru. Untuk mengetahui urutan prioritas konsumen dalam membeli mainan,
dilakukan dengan analisis Thurstone. Perhitungan lengkap analisis Tthurstone
tersebut dapat dilihat pada lampiran 5, sedangkan rinciannya disajikan pada Tabel
31 dan Gambar 8.
Berdasarkan analisis Thurstone, berturut-turut akan diuraikan atribut produk
yang paling diprioritaskan sampai tidak diprioritaskan konsumen dalam
pertimbangan pembelian mainan anak-anak.
Tabel 31. Skala Thurstone berdasarkan urutan kepentingan prioritas pembelian
Urutan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Atribut Prioritas
Merek
Harga
Munculnya disain baru
Daya tarik kecerahan warna
Mutu/kualitas/ketahanan
Daya tarik unsur pendidikan
Variasi Disain
Promosi yang dilakukan
Kemudahan memperoleh mainan
Skala
0.62
0.56
0.50
0.29
0.26
0.20
0.15
0.04
0.00
a. Pertimbangan merek
Merek dagang merupakan tanda untuk menunjukkan kepada pembeli
tentang perusahaan penghasil produk yang bersangkutan, disamping itu merek
dagang merupakan bagian penting dari produk (Sutojo, 2009). Hal ini sejalan
dengan hasil analisis Thurstone pada atribut merek yang merupakan pertimbangan
prioritas pertama dalam pembelian mainan anak-anak dari limbah kayu dengan
skala 0.62 atau skala tertinggi (Tabel 31). Bagi sebagian besar konsumen merek
dagang dapat menjadi jaminan bahwa produk yang dibeli memberikan manfaat
sesuai dengan yang dibutuhkan dan diinginkan. Sebaliknya, bagi produsen merek
51
dagang membawa reputasi bisnis perusahaan karena merek dagang mengandung
janji kepada konsumen bahwa produsen akan menyajikan manfaat, kegunaan,
atribut dan pernak-pernik produk yang memuaskan konsumen.
Dari segi
psikologis sosial merek barang dapat memberikan kepuasan tersendiri bagi
konsumen, karena menurut sebagian besar konsumen jika memiliki barang atau
mempergunakan merek tertentu akan merasa dirinya tergolong dalam kelas sosial
tertentu.
Hal ini sesuai dengan hasil pendapat responden terhadap jawaban
kuesioner tentang merek produk dimana sebagian besar memilih merek luar negeri
(impor) sebagai pilihan seperti Disney dan Barbie. Berdasarkan data hasil analisis
pada Tabel 31 dan Gambar 8, untuk meningkatkan produk dalam pengembangan
usaha PT. STB, perusahaan harus memperhatikan penggunaan merek produk yang
dihasilkan. Mengingat PT. STB adalah perusahaan dalam kategori usaha kecil
menengah maka
perusahaan dianjurkan
untuk memberi merek dengan
menggunakan kombinasi antara nama perusahaan PT. STB atau Rumah Abia
dengan merek yang telah digunakan PT. STB, misalnya
Hampelhans Rumah
Abia” dan “The Chekies Rumah Abia”. Manfaat yang dihasilkan dari pemberian
merek dengan kombinasi merek adalah memperkenalkan produsen kepada
konsumen sehingga kesan konsumen dapat lebih mengenal produk Rumah Abia;
kemudahan produsen dalam memperkenalkan produk baru dan manfaat yang tidak
kalah pentingnya adalah menjadi media promosi bagi produsen. Hal yang berbeda
untuk pasar ekspor, biasanya pesanan dengan job order, yaitu si buyer (pembeli)
memesan dengan mengirim disain, sehingga penggunaan merek untuk ekspor
tidak terlalu penting.
52
0.70
9. Kemudahan
Memperoleh
0.60
8. Promosi
0.50
7. Variasi Desain
0.40
6. Daya Tarik
Pendidikan
5.Mutu
0.30
4. Warna Cerah
0.20
3. Desain Baru
0.10
2. Harga
1. Merek
0.00
1
Gambar 9. Skala Thurstone pada atribut prioritas pembelian mainan
b. Pertimbangan Harga
Harga merupakan pertimbangan prioritas kedua dalam pembelian mainan
dengan skala Thurstone 0.56 atau skala kedua tertinggi (Tabel 31 dan Gambar 8).
Artinya jika seseorang pelanggan yang mau membeli mainan anak-anak dari
limbah kayu, maka pertimbangan kedua adalah harga. Sementara itu, berdasarkan
hasil evaluasi pasca pembelian yang dilakukan responden yang telah berkunjung
dan membeli mainan di Rumah Abia, memperlihatkan bahwa 75% responden
kurang puas terhadap harga (Tabel 29). Artinya konsumen belum puas dengan
harga yang ditawarkan perusahaan saat ini, padahal harga tersebut merupakan
pertimbangan kedua bagi konsumen dalam pembelian mainan anak-anak dari
limbah kayu sesuai analisis Thurstone berdasarkan tingkat atribut prioritas (Tabel
31). Untuk meningkatkan penjualan dan mempertahankan pelanggan agar tidak
peralih kepada produk lain, perusahaan perlu mempertimbangkan penurunan harga
sesuai dengan harga rerata pendapat responden.
53
c. Pertimbangan munculnya desain baru
Munculnya desain baru merupakan pertimbangan prioritas ketiga
dalam
pembelian mainan dengan skala Thurstone 0.50 atau skala ketiga tertinggi (Tabel
31 dan Gambar 8). Salah satu hal yang penting diperhatikan dalam produk mainan
adalah keragaman produk atau aneka ragam produk mainan tersebut sangat
tergantung dari inovasi, berupa munculnya desain produk baru. Apabila inovasi
dalam desain produk baru kurang berkembang, maka produk mainan yang ada
tidak bertambah (hanya yang itu-itu saja) dan membosankan, sehingga konsumen
kurang berminat membelinya.
Atribut munculnya disain baru merupakan pertimbangan prioritas ketiga
bagi konsumen, dengan demikian inovasi produk baru penting diperhatikan
perusahaan kedepan. Berkembangnya inovasi produk baru sangat tergantung dari
tenaga perancang yang mampu menghasilkan desain-desain kreatif. Dalam hal
memunculkan desain baru, masih menghadapi tantangan terbatasnya tenaga desain
industry kreatif termasuk desain mainan anak-anak (Jurusan Seni Rupa ITB, 2003).
d. Pertimbangan daya tarik penggunan warna cerah
Produk mainan anak-anak berbasis kayu yang diproduksi PT. STB mempunyai
keunikan atau daya tarik dalam unsur pendidikan dan penggunaan warna cerah.
Daya tarik penggunaan warna cerah merupakan pertimbangan prioritas keempat
dalam pembelian mainan dengan skala Thurstone 0,29 atau skala keempat tertinggi
(Tabel 31). Hal ini sejalan dengan perkembangan phisiologis anak pada umumnya
yaitu anak usia 2 sd 6 tahun senang dengan bentuk dan warna cerah karena
penggunaan warna cerah memberikan rangsangan mata pada anak-anak (Hurluck,
1990).
Dalam kaitan tersebut, sangat erat hubungan antara psikologi
perkembangan anak dengan penggunaan warna serta disain mainan. Ketiga hal
tersebut harus menjadi satu kesatuan yang harus dimiliki seorang perancang mainan
aank-anak dalam menciptakan daya tarik.
e. Pertimbangan mutu atau Kualitas
Mutu atau kualitas/ketahanan produk merupakan pertimbangan prioritas
kelima
tertinggi
dalam pembelian mainan dengan skala Thurstone 0,26 atau skala kelima
(Tabel
31).
Hal
ini
menunjukkan
bahwa
konsumen
juga
mempertimbangkan mutu atau kualitas/ketahanan dan ketangguhan produk, karena
konsumen berharap produk mainan anak-anak yang telah dibeli meningkatkan
jangka waktu penggunaan, tahan lama dan mempunyai ketangguhan dan aman bagi
54
anak. Manfaat yang diperoleh perusahaan dari upaya pengembangan mutu produk
adalah dapat menarik lebih banyak konsumen yang menjadikan mutu sebagai salah
satu motivasi dalam pembelian.
Berdasarkan urutan prioritas ini, perusahaan
diharapkan terus mengembangkan mutu produk yang memberikan manfaat buat
konsumen/pembeli.
Berdasarkan hasil evaluasi pasca pembelian, diketahui sebesar 65,9%
responden puas dengan mutu atau ketahanan produk perusahaan (Tabel 29).
Tingginya tingkat kepuasan konsumen akan kualitas produk dapat dimengerti,
mengingat perusahaan atau PT. STB pada awalnya berorientasi ekspor, tentunya
kualitasnya juga kualitas ekspor.
Dengan demikian kualitas mainan anak yang
diproduksi PT.STB lebih tinggi dibandingkan kualitas pasar lokal.
f. Pertimbangan unsur pendidikan
Daya tarik unsur pendidikan dalam produk mainan anak-anak dari limbah
kayu
merupakan pertimbangan prioritas keenam
dengan skala Thurstone 0,20 atau skala keenam
dalam pembelian mainan
tertinggi (Tabel 31).
Salah satu keunggulan Rumah Abia adalah menyediakan permainan dari kayu
yang terkait dengan unsur pendidikan, seperti merakit bagian-bagian mainan menjadi
satu kesatuan yang utuh, mendesain mainan anak-anak dengan motif atau gambar
flora dan fauna yang memiliki unsur pendidikan pengenalan flora dan fauna kepada
anak usia dini dan merangsang kreativitas anak. Dengan demikian menghasilkan
produk-produk mainan anak-anak dari limbah kayu yang memuat unsur pendidikan
yang dapat merangsang motorik anak masih diperlukan dan terus ditingkatkan dalam
pengembangan perusahaan.
Hasil wawancara juga memperlihatkan bahwa alasan utama orang tua
membeli mainan anak-anak dari limbah kayu, adalah adanya keunikan atau daya
tarik unsur pendidikan yang terkandung dalam mainan anak yang dapat mempercepat
atau menguatkan kemampuan kecerdasan anak seperti kemampuan motorik,
konsentrasi dan kreatifitas. Hal ini didukung oleh jawaban responden dengan alasan
membeli mainan anak-anak dari Rumah Abia, yaitu sebesar 65,9% untuk
meningkatkan kreativitas dan sebesar 25% karena mutu terjamin (Tabel 27).
Berdasarkan hasil evaluasi pasca pembelian, diketahui bahwa sebesar 70,5%
responden mengatakan cukup puas dengan adanya kandungan unsur pendidikan
dalam mainan anak-anak dari kayu yang diproduksi PT. STB (Tabel 29). Dengan
55
demikian perusahaan perlu mempertahankan dan bahkan megembangkan daya tarik
unsur pendidikan menjadi keunggulan produk PT. STB..
g. Pertimbangan variasi desain
Keragaman produk dapat dilihat dari munculnya desain baru dan variasi
disain. Munculnya desain baru telah dibahas di di atas. Variasi disain adalah
keragaman rancangan/disain produk, misalnya produk mainan mobil-mobilan
didesain menjadi berbagai model sehingga menarik bagi anak-anak. Dengan
demikian terjadi peningkatan jumlah (alternatif) pilihan produk bagi konsumen.
Variasi desain produk mainan anak-anak dari limbah kayu
merupakan
pertimbangan prioritas ketujuh dengan skala Thurstone 0,15 atau urutan ketujuh
tertinggi (Tabel 31).
h. Pertimbangan Promosi
Promosi yang dilakukan perusahaan merupakan pertimbangan prioritas
kedelapan dengan skala Thurstone 0.04 atau urutan kedelapan
tertinggi (Tabel 31).
Hal ini sejalan dengan evaluasi pasca pembelian terhadap kepuasan konsumen yang
memperlihatkan konsumen belum puas terhadap promosi yang dilakukan selama ini
(Tabel 29), dimana sebagian besar promosi dilakukan melalui internet. Data pada
Tabel 30 menggambarkan bahwa pada era globalisasi saat ini belum semua orangtua
maupun guru mengakses internet, hal ini dapat dilihat bahwa media promosi yang
diinginkan konsumen internet hanya 9,1%, sedangkan
demo kesekolah-sekolah
sebesar 38,6% dan iklan pada majalah anak-anak/tabloid/surat kabar sebesar 31,8%.
Berdasarkan data tersebut, PT. STB perlu mengembangkan media promosi yaitu
melakukan demo kesekolah TK potensial, yaitu TK yang berpeluang akan berkunjung
ke lokasi pemasaran PT. STB, dan memasang iklan pada majalah/tabloid anak-anak
seperti Bobo, Kids, Donald Bebek, dengan tetap mempertahankan promosi yang ada
saat ini yaitu internet dan pameran.
i. Pertimbangan kemudahan memperoleh mainan
Dilihat dari kemudahan memperoleh mainan termasuk tempat/lokasi penjualan
dan akses mencapai lokasi merupakan pertimbangan prioritas kesembilan dengan
skala Thurstone 0.00 atau urutan kesembilan tertinggi (Tabel 31). Meskipun
kemudahan memperoleh mainan merupakan urutan kesembilan dalam pertimbangan
pembelian mainan anak-anak, namun berdasarkan evaluasi pasca pembelian
konsumen belum puas dengan tempat penjualan yang ada sekarang (Tabel 29).
Sampai saat ini lokasi penjualan/pemasaran produk mainan anak-anak dari limbah
56
kayu masih dipasarkan di Rumah Abia
atau hanya satu lokasi saja. Jadi produk
mainan anak-anak dari limbah kayu produk PT. STB belum dipasarkan di toko
mainan. Dari data tersebut, perlu dikembangkan
lokasi pemasaran melalui
dipertimbangkan menjalin kerjasama pada toko mainan anak di mall atau
supermarket.
4.5. Strategi Pemasaran
Secara umum strategi pemasaran yang perlu dilakukan perusahaan adalah
merumuskan kembali segmen pasar yang menjadi fokus layanan.
Selama ini
perusahaan hanya fokus melayani segmen pasar dari golongan kelas sosial menengah
ke atas, sedangkan segmen pasar menengah kebawah kurang diperhatikan. Hal ini
terlihat dari data pengunjung yang datang ke tempat pemasaran PT. STB (Rumah
Abia) sebagaimana disajikan pada Lampiran 9.
Hasil analisis Thurstone pada atribut prioritas, diketahui bahwa faktor-faktor
yang menjadi
urutan atribut
prioritas sebagai pertimbangan konsumen dalam
pembelian mainan anak-anak dari limbah kayu berturut-turut adalah merek, harga,
munculnya desain baru, daya tarik penggunaan
warna cerah, mutu/kualitas,
kandungan unsur pendidikan, variasi desain, kemudahan memperoleh mainan, dan
promosi. Berdasarkan faktor yang diinginkan tersebut, disusun strategi peningkatan
produk untuk atribut yang terkait dengan produk sebagai berikut:
a. Merek
Sebagian produk telah bermerek chekies dan hampelhang, namun sebagian lagi
belum diberi merek. Strategi pengembangan produk untuk merek pada produk yang
belum bermerek adalah perusahaan mengembangkan kombinasi produk merek antara
merek yang telah ada selama ini dengan nama perusahaan yaitu chekies Rumah Abia
atau
hampelhan Rumah Abia.
Strategi pengembangan merek ini sekaligus
bermanfaat untuk mempromosikan produk PT. STB sehingga tidak perlu
mengeluarkan biaya promosi yang biasanya sangat mahal.
b. Harga
Segmen pasar yang dilayani perusahan sekarang terbatas pada segmen kelas
menenengah ke atas, hal ini dapat dilihat pada Lampiran 9, yang berkunjung ke
Rumah Abia hanya sekolah TK bergengsi. Padahal banyak sekolah TK dari kelas
menengah ke bawa yang perlu digarap perusahaan untuk meningkatkan pangsa pasar
dan pada gilirannya akan meningkat total volume penjualan. Strategi yang perlu
57
dilakukan PT. STB adalah strategi penetapan harga (price determination strategy)
untuk segmen pasar menengah keatas dan segmen pasar menengah ke bawah. Pada
umumnya segmen pasar menengah keatas tidak terlalu berpengaruh pada harga yang
lebih tinggi, tetapi segmen ini akan sensitif dengan kualitas/mutu, sehingga strategi
yang perlu dilakukan untuk segmen pasar menengah ke atas adalah peningkatan
mutu. Sedangkan segmen pasar kelas menengah ke bawah sangat terpengaruh
dengan tingkat harga (elastisitas harga), artinya apabila harga diturunkan, maka
jumlah yang belanja dari segmen menengah kebawah kemungkinan akan meningkat.
Berdasarkan uraian pada Tabel 28, maka strategi yang dilakukan adalah menurunkan
harga sesuai dengan harga rerata yaitu kurang lebih sebesar 9,34% dari harga yang
telah ditetapkan perusahaan.
c. Desain baru
Salah satu kekurangan industri kreatif, termasuk mainan anak dari kayu adalah
kurangnya inovasi produk akibat kurangnya desain-desain baru sementara anak usia
2 – 6 tahun menginginkan produk yang selalu baru karena perkembangan usianya
yang selalu ingin mengetahui sesuatu. Strategi pengembangan produk untuk desain
baru adalah menambah produk jenis baru yang belum pernah diproduksi
sebelumnya, yang bentuk atau ukuran dan harga lebih rendah dari jenis produk lain
yang pernah dipasarkan. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan potensi permintaan
produk di segmen pasar yang cukup kuat/besar namun tenaga beli konsumen dalam
segmen pasar lebih rendah/lemah bila dibandingkan dengan segmen pasar yang telah
perusahaan layani sebelumnya. Mengingat anak
usia 2 sd 6 tahun memiliki
kecenderungan untuk mengetahui hal-hal yang baru dengan tetap mempertahankan
mutu serta kandungan unsur pendidikan yang merupakan ciri khas/keunikan PT.
STB maka perusahaan secara periodik mengembangkan desain baru dalam
pengembangan usahanya.
Untuk
inovasi produk baru penting diperhatikan
pelatihan tenaga desainer/perancang.
d. Daya tarik kecerahan warna
Secara umum anak-anak usia 2 sampai dengan 6 tahun memiliki ketertarikan
pada bentuk dan warna suatu benda dan jauh lebih besar pengaruhnya daripada
fungsi benda tersebut. Karena ketertarikan warna bersifat murni hasil rangsangan
yang kuat pada mata anak-anak, maka daya tarik kecerahan warna menjadi salah
satu keunggulan PT.STB. Strategi yang akan dilakukan adalah mengembangkan
58
kombinasi warna cerah yang dapat memikat anak-anak untuk memiliki mainan
warna-warna cerah tanpa menghilangkan unsur pendidikan dalam mainan.
e. Mutu/kualitas
PT. STB memproduksi mainan anak-anak dengan memperhatikan mutu, mulai
dari bahan baku, proses pembuatan, komposisi penggunaan cat dan kecerahan warna,
ketahanan dan keamanan bagi anak-anak. Strategi yang digunakan adalah perusahaan
diharapkan terus mengembangkan mutu produk yang memberikan manfaat buat
konsumen/pembeli dan mempertahankan mutu/kualitas yang telah ada sebagai salah
satu keunggulan PT. STB. sekaligus meningkatkan mutu/kualitas sesuai dengan
segmen pasar layanan. Perusahaan diharapkan terus mengembangkan mutu produk
yang memberikan manfaat buat konsumen/pembeli.
f. Unsur pendidikan
Anak-anak usia 2 sampai dengan 6 adalah anak yang baru memasuki dunia
pendidikan dan merupakan awal mula pembentukan karakter pada diri anak,
sehingga pada usia ini, anak-anak
lebih senang menghabiskan waktunya bermain.
Untuk itulah diperlukan mainan yang dapat merangsang kreativitas anak. Sejalan
dengan target pasar PT. STB adalah sekolah Taman Kanak-kanak, maka kandungan
unsur pendidikan yang dimiliki produk mainan menjadi daya tarik tersendiri sebagai
keunikan yang ditawarkan perusahaan.
Strategi yang digunakan adalah
mengembangkan kandungan unsur pendidikan yang terdapat pada mainan anakanak, karena merupakan keunikan atau ciri khas dari desain yang diproduksi PT.
STB
g. Variasi desain
Produk mainan anak-anak yang diproduksi PT. STB sangat bervariasi atau
beragam, yaitu memproduksi 31 jenis mainan anak-anak. Walaupun mainan yang
diproduksi
sudah
cukup
bervariasi
atau
beragam,
perusahaan
harus
mempertimbangkan produk yang diinginkan pelanggan agar tidak beralih pada
produk lain. Strategi yang dilakukan adalah perusahaan mempertahankan variasi
desain yang telah ada serta mengembangkan variasi desain produk baru lainnya.
h. Promosi
Promosi ikut memegang peranan penting dalam memberikan pengaruh
terhadap penjualan. Promosi harus dilakukan dengan tepat sasaran sesuai dengan
perilaku pembeli/konsumen. Dari data pembelian mainan dari limbah kayu di
Rumah Abia, diketahui bahwa sebagian besar atau 56,8% pembelian diputuskan
59
anak-anak, sedangkan sisanya atau 43,2% diputuskan orang tua.
Data ini
mengindikasikan bahwa sasaran promosi adalah anak-anak dan orang tua. Dengan
demikian promosi perlu dirancang agar kedua sasaran (anak dan orangtua) tersebut
dapat dipengaruhi secara efektif. Dalam kaitannya dengan media promosi, sebagian
besar atau 38,6% mengatakan agar promosi dilakukan melalui demo di sekolah,
sebesar 31,8% agar promosi dilakukan melalui majalah anak-anak.
Berdasarkan uraian di atas, untuk meningkatkan volume penjualan,
dilakukan strategi promosi berikut : (a). pemberian hadiah seperti gantungan kunci
kepada konsumen atau pelanggan yang telah berbelanja sebesar Rp 100.000 sd Rp
200.000; (b) mengembangkan promosi melalui personal selling, yaitu melakukan
interaksi langsung antara penjual dengan sekolah TK potensial, misalnya pada saat
sekolah mengumpulkan orang tua (tahun ajaran, penerimaan raport atau halal bi
halal); (c). mengembangkan promosi melalui hubungan masyarakat dan publisitas,
melalui penyediaan berita komersial tentang produk Rumah Abia di suatu media
yang disiarkan di TV atau radio atau panggung (biasanya pada saat pameran tanpa
dibayar sponsor); (d) mengembangkan promosi melalui iklan pada majalah anakanak seperti Bobo, Donald Bebek dan Taboloid Kids.
i. Kemudahan memperoleh mainan
Kemudahan memperoleh mainan anak-anak dari limbah kayu yang diproduksi
PT. STB berkaitan dengan strategisnya tempat penjualan/pemasaran, jumlah tempat
penjualan serta kemudahan mencapai lokasi pemasaran. Sampai saat ini jumlah
tempat pemasaran produk mainan PT.STB hanya di Rumah Abia. Berkaitan dengan
hal tersebut, strategi yang akan dilakukan adalah : (a) mempertahankan tempat
penjualan yang ada saat ini dan menjalin kerja sama dengan toko mainan anak-anak
yang terdapat pada pusat pertokoan/mall untuk
memasarkan produk pada toko
tersebut dengan sistem pembayaran yang telah disepakati kedua belah pihak; (b)
menjalin kerjasama dengan sekolah Taman Kanak-kanak potensial dalam pemasaran
produk PT.STB.
Berdasarkan uraian di atas, secara ringkas strategi pemasaran produk mainan
anak-anak yang akan dilakukan dapat dilihat pada Tabel 32.
60
Tabel 32.
Strategi pemasaran produk
perusahaan
Atribut
Merek
Harga
Disain baru
Mutu/kualitas
Unsur pendidikan
Promosi
Kemudahan
memperoleh
mainan
mainan anak-anak yang akan dilakukan
Strategi yang Dilakukan
Mengembangkan kombinasi merek produk antara
merek yang telah ada selama ini dengan nama
perusahaan seperti
chekies Rumah Abia atau
hampelhan Rumah Abia.
Strategi ini sekaligus
bermanfaat untuk mempromosikan produk PT. STB.
Untuk segmen menengah ke bawah
menurunkan
harga sebesar 9,34% dari harga yang ditetapkan
perusahaan.
Menambah produk jenis baru yang belum pernah
diproduksi sebelumnya, yang bentuk atau ukuran dan
harga lebih murah dari jenis produk lain yang pernah
dipasarkan.
Inovasi produk baru untuk memberikan variasi desain
alternative pilihan bagi pelanggan dan
pelatihan
tenaga desainer/perancang.
Mengembangkan mutu produk yang memberikan
manfaat buat konsumen/pembeli dan mempertahankan
mutu/kualitas yang telah ada sebagai salah satu
keunggulan PT. STB.
Mengembangkan kandungan unsur pendidikan yang
terdapat pada mainan anak-anak, karena merupakan
keunikan atau ciri khas dari desain yang diproduksi
PT. STB.
Mengembangkan promosi melalui personal selling,
yaitu melakukan interaksi langsung antara penjual
dengan sekolah TK potensial, misalnya pada saat
sekolah mengumpulkan orang tua (tahun ajaran baru ,
penerimaan raport, dan lainnya).
Mengembangkan promosi melalui iklan pada majalah
anak-anak seperti Bobo, Donald Bebek dan Taboloid
Kids.
Mengembangkan tempat penjualan yang ada saat ini
melalui menjalan kerjasama pada toko mainan anakanak
yang
terdapat
pada
pusat
perbelanjaan/pertokoan, seperti mall atau supermarket
yang letaknya berdekatan dengan arena bermain anakanak.
Menjalin kerjasama dengan sekolah taman kanakkanak potensial dalam pemasaran produk kepada
orangtua murid.
Download