1 ANALISIS REVERSE STOCK SPLIT TERHADAP ABNORMAL RETURN DAN VOLUME PERDAGANGAN PADA BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2001-2012 Misykah Yudria Warman, Chandra Wijaya Ilmu Administrasi Niaga, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia Email: [email protected] Abstrak Penelitian ini menggunakan metode studi peristiwa (event study) dengan tujuan mengetahui apakah terdapat abnormal imbal hasil saham (abnormal return) yang signifikan di sekitar tanggal pengunguman. Selain itu, penelitian ini juga melakukan pengujian apakah terdapat perbedaan imbal hasil saham dan aktivitas volume perdagangan (trading volume activity) pada saat sebelum dan sesudah konsolidasi saham (reverse stock split). Sampel yang digunakan adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2001-2012 yang melakukan reverse stock split. Analisis dilakukan dengan menggunakan uji t dan uji t berpasangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Terdapat abnormal return yang signifikan di sekitar pengunguman reverse stock split, 2) Terdapat perbedaan yang signifikan pada abnormal return sebelum dan sesudah pengunguman reverse stock split, 3) Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada volume perdagangan pada saat sebelum dan sesudah reverse stock split. Kata Kunci : abnormal return, volume perdagangan, reverse stock splits, studi peristiwa (event study) Analysis of the Effect of Reverse Stock Split on Abnormal Return and Trading Volume Firms Listed in Indonesia Stock Exchange for the Period od 2001-2012 Abstract The research uses event study method in order to examine the siginificance abnormal return around announcement date and the difference on abnormal return and trading volume before reverse stock split and after reverse stock split. The sample used is listed company in Indonesian Stock Exchange for the period 2001-2012 which have done reverse stock split. The analyses of this research were performed using paired t test and t test. The result showed that: 1) There is significant abnormal return around announcement date,2) There is the differences on abnormal return before reverse stock split and after reverse stock split, 2) There is no significant differences on trading volume before reverse stock split and after reverse stock split Keywords : abnormal return, trading volume , reverse stock splits , event study Analisis reverse…, Misykah Yudria Warma, FISIP UI, 2014 Universitas Indonesia 2 1. Pendahuluan Pada setiap negara, pasar modal merupakan salah satu instrumen keuangan yang menjadi salah satu yang diperhatikan. Hal ini dikarenakan pasar modal memiliki peranan penting dalam keberlangsungan ekonomi baik pada sebuah negara maupun secara global. Di Indonesia, pasar modal mulai berdiri sejak abad ke-19. Definisi dari pasar modal di Indonesia tertera pada Undang-Undang Pasar Modal No.8/1995, yaitu kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Saham merupakan salah satu instrumen keuangan yang yang paling popular, khususnya di Bursa Efek Indonesia. Saham juga merupakan salah satu alternatif sumber pendanaan yang diambil oleh sebuah perusahaan agar dapat mengembangkan kegiatan usahanya. Selain itu, saham juga merupakan sebuah tanda penyertaan modal bagi seseorang atau badan usaha dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas (Husnan, 2001). Husnan (2001) melanjutkan bahwa pihak yang membeli saham memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, dimana berupa klaim pada aset perusahaan atau dividen, dan kehadirannya dalam rapat umum pemegang saham. Dalam melakukan transaksi saham, informasi dapat dikatakan menjadi suatu hal yang sangat berharga dari para investor. Sehingga, informasi dapat dikatakan suatu kebutuhan mendasar bagi investor, terutama dalam pengambilan keputusan. Hal ini dikarenakan informasi dapat mengurangi ketidakpastian yang terjadi, sehingga keputusan yang diambil, diharapkan akan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Aliran informasi pada suatu pasar modal menjadi salah satu tolak ukur dalam menentukan bahwa pasar modal tersebut merupakan pasar yang efisien atau tidak. Pasar efisien dimana harga-harga saham di pasar dengan cepat dapat merefleksikan seluruh informasi yang tersedia di pasar (Houston, 2004). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa informasi dapat menjadi penentu utama akan terjadinya dinamika pada pasar modal, terutama dalam penentuan harga saham. Reverse stock split atau konsolidasi saham merupakan salah satu dari aksi korporasi dan bentuk informasi yang dilakukan oleh perusahaan. Reverse stock split sebagai suatu Analisis reverse…, Misykah Yudria Warma, FISIP UI, 2014 Universitas Indonesia 3 corporate action merupakan informasi yang akan diterima oleh pelaku bursa, dan akan direspon beragam oleh pasar. Reverse stock split pada dasarnya merupakan suatu kejadian yang tidak biasa di suatu perusahaan dimana suatu perusahaan mensubstitusikan beberapa saham mereka menjadi satu tanpa membuat perubahan pada nilai total kapitalisasi pasar sahamnya (Hwang, 2012). Hal ini dapat dicontohkan dengan pengajuan reverse stock split saham 10:1. Dalam hal ini, perusahaan membuat 10 saham yang beredar sama dengan satu saham. Oleh karena itu, dengan diberlakukannya reverse stock split, harga per saham akan meningkat dengan mengurangi jumlah saham yang beredar. Secara teori, perusahaan yang melakukan reverse stock split sebenarnya tidak akan memberikan dampak apapun kepada perusahaan tersebut. Hal ini dikarenakan kondisi fundamental dari perusahaan tidak akan berubah. Akan tetapi dari pandangan ilmu keuangan, perusahaan yang melakukan reverse stock split akan memberikan informasi para investor yang berisikan sinyal terhadap perusahaannya (Hwang, 2012). Abnormal return merupakan selisih antara tingkat pengembalian yang sebenarnya (actual return) dengan tingkat pengembalian yang diperkirakan (expected return) (Robert Ang, 1997). Abnormal return dapat digunakan dalam melihat seberapa pengaruh suatu event atau kejadian terhadap suatu harga saham. Berdasarkan hal tersebut, abnormal return juga dapat digunakan dalam mengetahui pengaruh reverse stock split pada harga saham. Penelitian-penelitian mengenai pengaruh reverse stock split terhadap abnormal return telah dilakukan beberapa negara. Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa terdapat abnormal return yang negatif pada sekitar pengunguman reverse stock split (Hwang (2012) dan Jing (2004)). Akan tetapi terdapat pula penelitian dimana terdapat abnormal return yang positif pada sekitar pengunguman reverse stock split pada penelitian yang dilakukan di Kanada (Masse, Hanrahan et al., 1997). Likuiditas pada suatu saham dapat dilihat dengan trading volume activity (TVA). Trading volume activity dilihat berdasarkan seberapa besar volume saham yang diperdagangkan dalam setiap harinya. Oleh karena itu, trading volume activity dapat dihitung dengan melihat perbandingan antara jumlah saham yang beredar dengan volume saham yang diperdagangkan dalam waktu tertentu. Beberapa hasil penelitian mengindikasikan bahwa terdapat kenaikan pada likuiditas saham pada reverse stock split, Analisis reverse…, Misykah Yudria Warma, FISIP UI, 2014 Universitas Indonesia 4 seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Jing (2004) dan Trihardian (2007). Akan tetapi hasil tersebut bertentangan pada penelitian Lamoureux dan Poon (1987) di Amerika, dimana adanya penurunan volume perdagangan saham setelah pengunguman reverse stock split. Dari berbagai pemaparan masalah yang melatarbelakangi penelitian ini, maka dirumuskan beberapa pertanyaan dari pokok permasalahan dalam penelitian ini, antara lain: dapat dirumuskan dengan pertanyaan sebagai berikut: 1. Apakah terdapat abnormal return yang signifikan pada sekitar peristiwa reverse stock split di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2001 hingga tahun 2012? 2. Apakah terdapat perbedaan rata-rata abnormal return pada saat sebelum dan sesudah reverse stock split di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2001 hingga tahun 2012? 3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan terhadap volume perdagangan pada saat sebelum dan sesudah reverse stock split di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2001 hingga tahun 2012? Adapun tujuan penelitian ini, sebagai berikut: 1. Membuktikan melalui penelitian empiris mengenai apakah terdapat abnormal return yang signifikan pada sekitar peristiwa reverse stock split di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2001 hingga tahun 2012. 2. Membuktikan melalui penelitian empiris mengenai apakah terdapat perbedaan ratarata abnormal return pada saat sebelum dan sesudah reverse stock split di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2001 hingga tahun 2012. 3. Membuktikan melalui penelitian empiris mengenai apakah terdapat perbedaan yang signifikan terhadap volume perdagangan pada saat sebelum dan sesudah reverse stock split di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2001 hingga tahun 2012. 2. Tinjauan Teoritis Pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan atau sekuritas jangka panjang yang dapat diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun Analisis reverse…, Misykah Yudria Warma, FISIP UI, 2014 Universitas Indonesia 5 perusahaan swasta (Husan, 2001). Sehingga, pasar modal dapat digambarkan sebagai konsep yang lebih sempit dari pasa keuangan (financial market). Dimana, pasar keuangan tersebut memperdagangkan semua bentuk hutang dan modal sendiri, baik dana jangka pendek maupun jangka panjang, baik nogatiable atau tidak. Pasar efisien merupakan suatu hipotesis dimana harga saham bereaksi tepat dan cepat terhadap informasi baru (Reilly dan Brown, 2003). Pasar modal yang efisien juga mencerminkan dimana harga sekuritas-sekuritas yang diperdagangkan dapat menyesuaikan dengan cepat terhadap munculnya informasi-informasi baru. Dimana secara konsekuen harga sekuritas menjadi perefleksian dari semua informasi tentang sekuritas tersebut. Houston (2004), menyatakan bahwa pasar dikataan efisien jika harga saham dengan cepat dapat merefleksikan seluruh informasi yang tersedia di pasar. Corporate action atau aksi korporasi menurut Basir dan Fakhrudin (2005) merupakan istilah di pasar modal Indonesia yang menunjukkan aktivitas strategis emiten atau perusahaan (listed company) yang berpengaruh terhadap kepentingan pemegang saham. Selanjutnya, Tjiptono dan Hendy (2001) melengkapi bahwa corporate action merupakan aktifitas emiten yang berpengaruh terhadap jumlah saham yang beredar maupun berpengaruh terhadap harga saham di pasar, yang biasanya merupakan berita yang umumnya menyedot pertahitan pihak-pihak terkait di pasar modal khususnya pada pemegang saham. Corporate action pada pasar modal mengacu kepada stock split, reverse stock split, right issue, saham bonus, pembagian dividen (Karyono, 2004). Corporate action memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepentingan peemgang saham. Hal ini dikarenakan corporate action yang dilakukan emiten akan berpengaruh terhadap jumlah saham yang beredar, komposisi kepemilikan saham, jumlah saham yang akan dipegang pemegang saham, serta pengaruhnya terhadap pergerakan saham. Kemudian, aksi korporasi juga akan mempengaruhi secara langsung ataupun tidak langsung terhadap kinerja perusahaan dimana kinerja perusahaan akan menentukan nilai dari perusahaan. Signalling theory dapat diatikan sebagai event, announcement, corporate action atau publikasi mengenai sebuah perusahaan baik yang disengaja maupun tidak. Dimana hal tersebut akan memiliki muatan informasi sebagai suatu sinyal yang disampaikan ke pasar (Najmudin, 2002). Dasar pemikiran mengenai reverse stock split dapat juga dijelaskan Analisis reverse…, Misykah Yudria Warma, FISIP UI, 2014 Universitas Indonesia 6 dengan signalling theory tersebut. Dalam penelitian-penelitian sebelunya, reverse stock split memberikan informasi dari manajemen berupa sinyal tidak yakin terhadap harga saham mereka di masa depan, sehingga sinyal reverse stock split mengindikasikan bahwa adanya return yang negatif dan pendapatan yang lebih rendah. Sehingga hal ini mengindikasikan bahwa adanya informasi negatif yang diintepretasikan ketika adanya reverse stock split (Jing, 2004). Reverse stock split atau konsolidasi saham merupakan salah satu aksi korporasi dalam menaikkan harga saham dan mengurangi jumlah saham yang beredar (Martell dan Webb, 2007). Hal ini merupakan kejadian istimewa pada suatu perusahaam dimana sebuah perusahaan akan mensubstitusikan beberapa saham menjadi suatu saham tanpa mengubah nilai dari total kapitalisasi pasar pada saham (Hwang et al, 2012). Reverse stock split dapat dilihat sebagai suatu tindakan yang berkebalikan dengan stock split. Dimana, tindakan stock split diambil dalam memecahkan satu saham menjadi beberapa saham dengan nominal yang lebih kecil. Abnormal return merupakan selisih antara tingkat pengembalian yang sebenarnya (actual return) dengan tingkat pengembalian yang diperkirakan (expected return) (Robert Ang, 1997). Abnormal return berguna dalam melihat seberapa besar pengaruh suatu event atau kejadian terhadap harga suatu saham. Hal ini dapat dilihat dengan adanya expected return dimana menggambarkan tingkat penghasilan yang diharapkan, lalu kemudian dikurangi dengan actual return yang merupakan tingkat pengembalian sudah terpengaruh denngan event, maka akan diketahui pengaruh event terhadap saham. Oleh karena itu, abnormal return sebagai acuan dalam melihat adanya pengaruh pada metode event study. Metodologi event study merupakan salah satu alat penelitian analisa bidang keuangan yang paling sering digunakan. Event study sering kali digunakan dalam pengamatan mengenai pergerakan harga saham pasar modal dalam mengetahui apakah terdapat abnormal return yang diperoleh oleh pemegang saham akibat dari suatu event atau kejadian tertentu. Selain abnormal return, event study juga digunakan dalam mengukur tingkat likuiditas instrumen keuangan dalam melihat dampak dari suatu kejadian tertentu. Analisis reverse…, Misykah Yudria Warma, FISIP UI, 2014 Universitas Indonesia 7 Metode Penelitian 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan dalam penelitian ini dikarenakan penelitian ini dilakukan melalui proses pemikiran deduktif, yaitu pemikiran yang dikembangkan dalam sebuah penelitian yang berawal pada pola umum atau universal dan kemudian mengarah pada pola-pola yang khusus atau lebih spesifik. Berdasarkan tujuan, penelitian ini dapat dikategorikan ke dalam jenis penelitian eksplanatif yang bertujuan untuk memaparkan hubungan antara reverse stock split dengan imbal hasil saham (stock return) dan volume perdagangan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan dimensi waktunya, penelitian ini merupakan penelitian cross sectional. Penelitian akan mengambil dimensi waktu tahun 2001 sampai dengan tahun 2012 dengan objek perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia yang melakukan reverse stock split. 1.2 Jenis Data Sampel penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2001 hingga 2012. Kriteria-kriteria sampel yang digunakan dalam penelitin ini, ialah (1) Perusahaan yang melakukan reverse stock split dan memiliki data yang tersedia mengenai tanggal pengunguman pada annual report atau www.ksei.co.id (2) Emiten yang aktif diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan yang tidak mengalami transaksi lebih dari 10 hari secara berturut-turut akan dikeluarkan dari sampel. (3) Perusahaan tidak mengikutsertakan dan melakukan corporate action lain selama event window yang terdiri dari 120 hari estimation period dan 30 hari event period. Corporate action yang dimaksud antara lain stock split, pengunguman merger dan akuisisi, dan stock dividend. Dimana hal tersebut dapat mempengaruhi harga saham di sekitar pengunguman reverse stock split. (4) Perusahaan yang melakukan reverse stock split yang lebih dari satu kali, harus memiliki perbedaan waktu minimal satu tahun. Berdasarkan hasil pengumpulan data, didapatkan 33 perusahaan dengan beberapa perusahaan melakukan reverse stock split lebih dari satu kali dan terdapat data keuangan yang tidak lengkap pada periode 2001-2012. Reverse stock split yang tidak memenuhi Analisis reverse…, Misykah Yudria Warma, FISIP UI, 2014 Universitas Indonesia 8 kriteria yaitu sebanyak 10 perusahaan, terdiri 8 perusahaan yang tidak memiliki tanggal pengumuman, dan 2 data outliers. 1.3 Metode Penelitian Dalam melakukan pengamatannya, penelitian ini menggunakan metode event study. Event Study merupakan suatu pengamatan khusus dengan menggunakan data pasar keuangan dalam mengukur hubungan pada suatu nilai perusahaan pada waktu yang spesifik (MacKinlay, 1997). Metode ini seringkali dipakai dalam melihat pergerakan harga saham pada pasar modal dalam mengetahui apakah terdapat abnormal return yang diperoleh oleh para pemegang saham akibat dari suatu kejadian tertentu. Selain itu, MacKinlay (1997) memaparkan bahwa even study juga dapat digunakan untuk mengukur dampak dari suatu kejadian. Event window yang digunakan dalam penelitian ini adalah 151 hari bursa, yang terdiri dari 120 hari sebagai estimation period dan 31 hari event period. Event date terdiri dari 15 hari pre-event dan 10 hari post-period. Penelitian ini menggunakan 120 hari estimation period (t=-135 sampai dengan t=-15). 1.4 Teknis Analisis Data Penelitian ini menggunakan statistik deskriptif, uji asumsi klasik, dan uji beda. Uji asumsi klasik yang digunakan berupa uji normalitas dengan menggunakan Normal P-P Plot dan Kolmogorov Smirnov. Setelah diketahui data outliers dan dikeluarkan, maka data tersebut diuji beda. Uji beda yang digunakan adalah untuk sampel berpasangan (paired samples t-test) dan Uji one-sample t untuk mengetahui perbedaan secara nyata atau tidak dengan rata-rata sebuah sampel. Analisis reverse…, Misykah Yudria Warma, FISIP UI, 2014 Universitas Indonesia 9 2. Hasil dan Pembahasan 4.1 Statistik Deskriptif Tabel 1. Deskriptif Statistik Average Abnormal Return Saham N Minimum AAR_harian 31 Valid N (listwise) 31 Maximum -,080860 ,043920 Mean Std. Deviation -,00267808 ,022976664 Sumber: Olah data penulis menggunakan SPSS 19 Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa average abnormal return perusahaan selama periode penelitian sebesar -0,00267808 dan standar deviasi sebesar 0,022976664. Hal ini dapat dilihat bahwa average abnormal return yang didapatkan pada saham-saham perusahaan adalah negatif, yaitu actual return yang didapatkan lebih kecil sebesar 0,2% dari expected return. Selain itu, dapat dilihat pula nilai maksimum dari rata-rata abnormal return, yaitu 0,043920 yang merupakan average abnormal return pada hari t-1. Sedangkan, nilai average abnormal return terkecil atau minimum adalah -0,080860 yang merupakan average abnormal return pada hari t0. Hal ini menunjukkan bahwa adanya perubahan terhadap average abnormal return yang tajam. Perubahan nilai ini dapat dilihat bahwa actual return yang didapatkan oleh para investor akan lebih besar pada saat h-1 dibandingkan h0. Tabel 2 Statistik Deskriptif Rata-Rata Abnormal Return Saham N Minimum Maximum Mean Std. Deviation AAR_Sebelum 24 -,020048 ,023372 -,00098525 ,010029873 AAR_Sesudah 24 -,045263 ,031711 -,00891546 ,020100024 Valid N (listwise) 24 Sumber: Olah data penulis menggunakan SPSS 19 Analisis reverse…, Misykah Yudria Warma, FISIP UI, 2014 Universitas Indonesia 10 Tabel diatas menunjukkan bahwa average abnormal return pada saat sebelum dan sesudah mengalami penurunan, dimana average abnormal return saham semakin negatif. Hal ini dapat dilihat dengan adanya penurunan rata-rata (mean) dari -0,00098525 pada saat sebelum pengunguman reverse stock split menjadi -0,00891546 pada saat setelah pengunguman reverse stock split. Selain itu, data ini juga dapat menjelaskan bahwa dengan average abnormal return saat sebelum melakukan reverse stock split sebesar -0,00098525 menunjukkan bahwa actual return saham lebih kecil yang didapatkan lebih kecil 0,1 % dari expected return dengan standar deviasi 0,010029873. Average abnormal return saham lebih kecil dari standar deviasi, hal ini menunjukkan penyimpangan nilai abnormal return saham pada saat sebelum reverse stock split yang lebih besar terhadap nilai rata-rata. Tabel 3. Deskriptif Statistik Rata-Rata Trading Volume Activity N Minimum Maximum Mean Std. Deviation TVA_Sebelum 24 ,000000 ,276360 ,02185254 ,057794214 TVA_Sesudah 24 ,000005 ,207654 ,03638688 ,055577387 Valid N (listwise) 24 Sumber: Olah data penulis menggunakan SPSS 19 Tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata trading volume activity mengalami kenaikan dari sebelum pengunguman reverse stock split, yakni sebesar 0,02185254, terhadap sesudah reverse stock split 0,03638688. Hal ini mengindikasikan bahwa adanya perubahan yang positif terhadap volume perdagangan saham akibat pengunguman reverse stock split. Rata-rata trading volume activity pada saat sebelum pengunguman reverse stock split lebih rendah dibanding standar deviasi, hal ini menunjukkan bahwa penyimpangan nilai trading volume activity besar. Kemudian, pada trading volume activity sesudah reverse stock split dideskripsikan bahwa rata-rata yang diperoleh adalah 0,03638688. Dimana, rata-rata tersebut lebih kecil dibandingkan standar deviasinya, yakni 0,055577387. Analisis reverse…, Misykah Yudria Warma, FISIP UI, 2014 Universitas Indonesia 11 2.2 Hasil Pengujian Hipotesis 4.2.1 Hipotesis Pertama Ho : Tidak terdapat abnormal return yang signifikan pada sekitar peristiwa reverse stock split. Ha : Terdapat abnormal return yang signifikan pada sekitar peristiwa reverse stock split. Pengujian hipotesis pertama dilakukan dengan menggunakan one-sample t-test. Uji ini bertujuan melihat apakah abnormal return berbeda secara nyata atau tidak dengan ratarata abnormal return pada periode penelitian. Dalam melakukan pengujian hipotesis yang pertama ini, maka dilakukan penghitungan terhadap rata-rata abnormal return (average abnormal return) di setiap hari event period. Event period dalam ini adalah t-15 sampai dengan t+15. Kemudian, kedua sampel akan diuji menggunakan uji t-test dengan tingkat signifikansi 5% atau 0,05 dan 10% atau 0,01 dalam penghitungan t-tabel. Selain itu dilihat pula bahwa, apabila tingkat signifikansi (2-tailed) kurang dari 5% maka Ho ditolak, dimana terdapat abnormal return yang signifikan pada sekitar reverse stock split. Berikut ini hasil dari pengolahan data menggunakan t-test. Analisis reverse…, Misykah Yudria Warma, FISIP UI, 2014 Universitas Indonesia 12 Tabel 4 Uji t-test Average Abnormal Return AR t-­‐stat T_15 T_14 T_13 T_12 T_11 T_10 T_9 T_8 T_7 T_6 T_5 T_4 T_3 T_2 T_1 T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T10 T11 T12 T13 T14 T15 -­‐0,01874 0,00639 0,00849 -­‐0,02302 0,03252 -­‐0,00238 0,01074 0,01261 -­‐0,00202 -­‐0,00309 0,01457 0,01384 -­‐0,02389 -­‐0,02840 0,04392 -­‐0,08086 -­‐0,01576 -­‐0,01605 -­‐0,02327 -­‐0,02266 -­‐0,01142 -­‐0,01349 0,015549 -­‐0,00565 0,002256 0,001175 0,014033 0,012875 0,003351 -­‐0,01258 0,027942 Sig. (2tailed) -,745 ,464 -1,190 ,246 ,467 ,645 -1,478 ,153 ,461 ,649 -2,743 ,012 1,398 ,176 -,408 ,687 -,576 ,570 1,588 ,126 ,340 ,737 ,987 ,334 -1,842 ,078 -1,523 ,141 1,936 ,065 -2,725 ,012 -1,081 ,291 -,627 ,537 -1,996 ,058 -2,844 ,009 ,505 ,618 -2,508 ,020 -,214 ,832 -1,207 ,240 -,517 ,610 ,062 ,951 ,907 ,374 ,938 ,358 ,107 ,916 -1,097 ,284 1,658 ,111 * Signifikan pada α 5% ** Signifikan pada α 10% TS = Tidak Signifikan Signifikansi TS TS TS TS TS * ** TS TS ** TS TS * ** * * TS TS * * TS * TS TS TS TS TS TS TS TS ** Sumber: Olah data penulis menggunakan SPSS 19 Analisis reverse…, Misykah Yudria Warma, FISIP UI, 2014 Universitas Indonesia 13 Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa tepat saat pengunguman reverse stock split, yakni t0, ditemukan abnormal return yang negatif dan signifikan dengan signifikansi 5 % atau 0,05. Selain itu, ditemukan pula abnormal return yang negatif dan signifikan pada di hari ketiga sebelum hari pengunguman, dengan ukuran signifikansi yang sama (α = 5%), dan hari kedua sebelum pengunguman dengan tingkat signifikansi 10% atau 0,01. Sedangkan, abnormal return yang negatif dan signifikan tidak begitu banyak ditemukan pada setelah pengunguman reverse stock split. Dimana abnormal return yang negatif dan signifikan ditemukan pada hari ketiga, keempat dan keenam dengan tingkat signifikansi 5% untuk hari ketiga dan keempat, dan 10% untuk hari keenam. 4.2.2 Hipotesis Kedua H0 : Tidak terdapat perbedaan abnormal return pada waktu sebelum dan sesudah peristiwa reverse stock split. Ha : Terdapat perbedaan abnormal return pada waktu sebelum dan sesudah peristiwa reverse stock split. Untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis 2, maka dilakukan pembagian antara average abnormal return saat sebelum reverse stock split. Average abnormal return sebelum reverse stock split merupakan rata-rata abnormal return yang didapatkan pada t15 sampai dengan t-1. Sedangkan, average abnormal return saham merupakan rata-rata abnormal return saham yang didapatkan pada t 0 sampai dengan t+15. Kemudian, kedua sampel akan diuji menggunakan uji beda untuk sampel berhubungan (paired sample t-test) dengan tingkat signifikansi 5% atau 0,05. Apabila tingkat signifikansi (2-tailed) kurang dari 5% maka Ho ditolak, dimana terdapat perbedaan yang signifikan terhadap average abnormal return saham pada saat sebelum dan sesudah reverse stock split. Berikut ini hasil dari pengolahan data menggunakan paired sample t-test. Analisis reverse…, Misykah Yudria Warma, FISIP UI, 2014 Universitas Indonesia 14 Tabel 5 Uji Paired Sample t-test Average Abnormal return Sampel Std. Error Mean N Std. Deviation Mean Pair 1 AAR_Sebelum -,00098525 24 ,010029873 ,002047339 AAR_Sesudah -,00891546 24 ,020100024 ,004102900 Sumber: Olah data penulis menggunakan SPSS 21 Berdasarkan tabel tersebut memperlihatkan hasil paired sample t-test pada average abnormal return sebelum dan sesudah reverse stock split. Dari hasil tabel tersebut terlihat bahwa t hitung sebesar 1,770 masih berada pada kisaran 2,069, sehingga hal ini menunjukkan bahwa hipotesis nol diterima. Dengan kata lain, average abnormal return antara sebelum pengunguman reverse stock split sama dengan setelah pengunguman reverse stock split. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya, yakni penelitian yang dilakukan oleh Trihardian (2007). Selain itu, terdapat indicator lainnya yang dapat memperkuat hasil penelitian ini, dimana Sig (2-tailed) yaitu 0,090 > 0,05 (signifikansi 5%) yang menunjukkan bahwa hipotesis nol diterima. Kemudian, terlihat pula bahwa terjadinya penurunan tingkat average abnormal return dari sebelum pengunguman reverse stock split ke sesudah reverse stock split. Hal ini telihat dengan adanya mean yang positif yang mengindikasikan bahwa tingkat rata-rata sebelum lebih tinggi dibandingkan tingkat rata-rata setelahnya. Analisis reverse…, Misykah Yudria Warma, FISIP UI, 2014 Universitas Indonesia 15 4.2.3 Hipotesis Ketiga H0 : Tidak terdapat perbedaan volume perdagangan pada waktu sebelum dan sesudah peristiwa reverse stock split. Ha : Terdapat perbedaan volume perdagangan pada waktu sebelum dan sesudah peristiwa reverse stock split. Dalam melakukan pengujian terhadap hipotesis 3, maka terlebih dahulu melakukan perhitungan rata-rata dari trading volume activity pada saat sebelum pengunguman reverse stock split dan setelah pengunguman reverse stock split. Rata-rata trading volume activity sebelum pengunguman reverse stock split yang diperoleh pada t-15 sampai dengan t-1. Sedangkan, rata-rata trading volume activity saham diperoleh pada t 0 sampai dengan t+15. Kemudian, kedua sampel akan diuji menggunakan uji beda untuk sampel berhubungan (paired sample t-test) dengan tingkat signifikansi 5% atau 0,05. Apabila tingkat signifikansi (2-tailed) kurang dari 5% maka Ho ditolak, dimana terdapat perbedaan yang signifikan terhadap rata-rata trading volume activity saham pada saat sebelum dan sesudah peengunguman reverse stock split. Berikut ini hasil dari pengolahan data menggunakan paired sample t-test. Tabel 6 Uji Paired Sample T-Test Average Trading Volume Activity Sampel Mean Pair 1 N Std. Deviation Std. Error Mean TVA_Sebelum1 ,09315896 24 ,117246450 ,023932831 TVA_Sesudah1 ,13746175 24 ,135098577 ,027576882 Sumber: Olah data peneliti menggunakan SPSS 19 (2014) Pada tabel 4.11 pengujian hipotesis mengindikasikan bahwa hipotesis diterima (Ho diterima). Hasil ini ditujukkan berdasarkan nilai uji statistiknya, dimana t hitung sebesar - Analisis reverse…, Misykah Yudria Warma, FISIP UI, 2014 Universitas Indonesia 16 1,614 masih berada pada kisaran 2,069. Dengan kata lain, tidak terdapat perbedaan volume perdagangan pada waktu sebelum dan sesudah pengunguman reverse stock split. Hal ini berkebalikan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan Trihardian (2007), dimana dalam penelitiannya menghasilkan bahwa terdapat perbedaan volume pada saat sebelum dan sesudah pengunguman reverse stock split. Akan tetapi dalam penelitian ini mengindikasikan bahwa terdapatnya kenaikan rata-rata trading volume activity berdasarkan mean yang negatif sebesar -0,443028. Hal ini dapat diartikan bahwa rata-rata trading volume activity sebelum pengunguman reverse stock split lebih kecil dibandingkan setelah pengungumannya. Dimana hasil tersebut mendukung penelitian-penelitian sebelumnya seperti penelitian yang dilakukan oleh Jing (2004) dan Savitri (2007). 4.3 Pembahasan Hasil Penelitian 4.3.1 Reverse Stock Split terhadap Abnormal Rreturn Saham Penghitungan abnormal return dalam penelitian ini dimulai dengan melakukan penghitungan abnormal return berdasarkan metode market model setiap harinya. Kemudian sampel data abnormal retun di uji dengan menggunakan beda t-test dalam mengetahui apakah terdapat abnormal return yang negatif dan signifikan di setiap harinya dan menggunakan uji paired t-test dimana untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan abnormal return antara sebelum dan sesudah reverse stock split. Dalam pengujian hipotesis pertama pada abnormal return, hasil yang didapatkan bahwa terbukti bahwa adanya abnormal return yang negatif dan signifikan pada seitar waktu pengunguman reverse stock split. Hal ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Savitri (2007) dan Hwang (2012). Secara keseluruhan abnormal return yang dihasilkan signifikan dan negatif sebanyak 10 dari 31 hari, atau 32% dari jumlah hari pada event period. Waktu yang memiliki abnormal return yang negatif mayoritas berada pada sekitar waktu pengunguman reverse stock split, yaitu 3 (tiga) hari sebelum dan sesudah pengunguman reverse stock split. Akan tetapi, terdapat pengecualian di hari ke dua dan ketiga setelah pengunguman. Kemudian terdapat pula abnormal return yang negatif dan signifikan di hari ke-6 dan ke-15. Analisis reverse…, Misykah Yudria Warma, FISIP UI, 2014 Universitas Indonesia 17 Abnormal return yang negatif ini sesuai dengan hasil yang ditemukan oleh Savitri (2007), Jing (2004), hwang (2012), dan Desai dan Jain (1997). Dengan ini mengindikasikan bahwa return yang didapatkan oleh investor lebih kecil dibandingkan yang seharusnya. Hal ini dapat disebabkann oleh adanya underreaction dari pasar dimana, pasar mendapatkan sinyal yang negatif dengan adanya pengunguman reverse stock split. Selain itu, dengan adanya abnormal return yang positif pada hari pertama dan kedua setelah pengunguman reverse stock split, terlihat bahwa adanya respon yang tidak konsisten dalam menanggapi penggunguman reverse stock split. Selain itu, hal yang memungkinkan terjadi adalah adanya pengaruh dari signalling yang tertangkap oleh investor dan pricing effect. Kemudian dalam pengujian hipotesis yang kedua berkaitan dengan reverse stock split dan abnormal return mendapatkan hasil perbedaan antara abnormal return pada saat sebelum dan sesudah reverse stock split terbukti signifikan. Hal ini seusai dengan hasil penelitian dari penelitian sebelumnya, yakni penelitian yang dilakukan oleh Trihardian (2007). Hasil dalam penelitian ini juga membuktikan bahwa invetor tidak akan mendapatkan abnormal return bila malakukan transaksi saham-saham reverse stock split pada sekitar waktu pengunguman reverse stock split. Hal ini dikarenakan reaksi dari para investor yang tidak konsisten. Selain itu, menyebarnya informasi mengenai corporate action kemungkinan telah menyebar sebelum dilakukannya pengunguman reverse stock split. 4.3.3 Reverse Stock Split terhadap Volume Perdagangan Saham Penghitungan abnormal return pada penelitian ini dimulai dengan melakuakn penghitungan trading volume activity dari msaing-masing perusahaan pada periode yang ditentukan. Kemudian seluruh data harian trading volume activity di uji menggunakan uji paired sample t-test untuk melihat signifikansi perberdaaan terhadap volume perdagangan pada saat sebelum reverse stock split dan sesudah reverse stock split. Penelitian ini tidak memperlihatkan bahwa adanya perbedaan yang seignifikan terhadap volume perdagangan sebelum dilakukannya reverse stock split dan setelahnya. Namun, dalam penelitian ini menunjukkan bahwa trading volume activity mengalami kenaikan setelah dilakukannya reverse stock split. Hal ini terlihat dengan adanya mean Analisis reverse…, Misykah Yudria Warma, FISIP UI, 2014 Universitas Indonesia 18 yang negatif yang menandakan bahwa terdapat kenaikan volume perdagangan, dimana mean yang tertera adalah sebesar -0,443028. Kurangnya signifikansi ini kemungkinan juga didapatkan oleh beragamnya perusahaan yang dijadikan sampel. Peningkatan pada trading volume activity ini memperlihatkan bahwa adanya peningkatan likuiditas terhadap saham setelah pengunguman reverse stock split. Hal ini sesuai dengan penelitian sbeelunya yakni penelitian yang dilakukan oleh Jing (2004) dan han (1995). Berdasarkan hasil tersebut juga dapat membuktikan terhadap tujuan-tujuan yang diharapkan oleh manajemen perusahaan dalam melakukan reverse stock split, yaitu meningkatkan likuiditas dan maketibilitas saham. 5. Simpulan dan Saran 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis penelitian dan pembahasan pada sebelumnya, maka dapat disimpulkan sesuai dengan pertanyaaan penelitian sebagai berikut: 1. Terdapat abnormal return yang negatif dan signifikan pada waktu sekitar pengunguman reverse stock split. 2. Terdapat persamaan abnormal return yang signifikan pada saat sebelum pengunguman reverse stock split dan setelahnya. 3. Tidak terdapat perbedaan pada volume perdagangan saham antara sebelum dan setelah melakukan reverse stock split. 2.3 Saran 5.2.1 Bagi Investor Hasil tersebut mengindikasikan bahwa investor sebaiknya menghindari sahamsaham yang telah melakukan reverse stock split atau akan melakukan reverse stock split. Hal ini dikarenakan perusahaan-perusahaan yang melakukan aksi korporasi tersebut mengindikasikan bahwa pesimis terhadap harga saham mereka. Akan tetapi, bila investor ingin melakukan strategi buy and hold dalam jangka panjang, investor disarankan untuk melakukan kajian fundamental yang sangat mendalam terlebih dahulu terhadap perusahaan tersebut. Kemudian, bila investor ingin membeli saham reverse stock split akan lebih baik Analisis reverse…, Misykah Yudria Warma, FISIP UI, 2014 Universitas Indonesia 19 untuk mengetahui prospek dan benar-benar yakin akan kinerja fundamental di masa mendatang. 5.2.2 Bagi Emiten Dalam meningkatkan likuiditas perusahaan lebih baik berfokus pada memperbaiki kinerja fundamentalnya secara terus menurus, dengan dilakukannya hal tersebut secara otomatis para investor akan melirik, sehingga harga saham dan likuiditas meningkat. 5.2.3 Bagi Regulator Bursa Efek Indonesia dan Otoritas jasa Keuangan sebagai fasilitator dan regulator bagi pasar modal, sebaiknya perlu meninjau kembali mengenai pengaruh reverse stock split terhadap perusahaan. Dimana teradapat hasil-hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa reverse stock split tidak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas dan harga saham. Sehingga akan lebih baik bila perusahaan disarankan untuk memperbaiki kinerja fundamentalnya bila ingin meningkatkan likuiditas perusahaanya 5.2.4 Penelitian Selanjutnya Pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan indikator-indikator tidak hanya volume perdagangan dalam mengukur likuiditas akan tetapi dapat dilakukan dengan indikator lainnya seperti bid-ask spread, jumlah investor individual, atau frekuensi perdagangan investor individual. Sama halnya dengan pengukuran abnormal return. Pengukuran abnormal return juga dapat dilakukan dengan mean-adjusted model dan market-adjusted model. Selain itu, dalam penelitian berikutnya dapat mepertimbangkan rasio yang digunakan pada saat reverse stock split dalam melihat pengaruhnya terhadap abnormal return dan volume perdagangannya. Daftar Referensi: Buku: Bodie, Z., Kane, A., dan Marcus, A. J. (2009). Investments: Investasi (6 ed.). (Z. Dalimunthe, Trans.) Jakarta: Salemba Empat. Analisis reverse…, Misykah Yudria Warma, FISIP UI, 2014 Universitas Indonesia 20 Damodaran, Aswath. (2002). Investment Valuation: Tools and Techniques for Determaining the Value of Any Asset, 2nd Edition. New York: John Wiley&Sons Darmadji, Tjiptono, Fakhrudn, Herxly M. (001). Pasar Modal di Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab. Jakarta: PT Salemba Empat Patria. Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah. ( 2005). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Reily, Frank K, dan Brown, Keith C. (2003). Investment Analysis and Portfolio Management (7th ed.). South-Western. Suad, Husnan. (2001). UPPAMPYKPN Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Jurnal, Arktikel, Skripsi, Tesis, serta Disertasi Hwang, Jae-Kwang, Young Dimkpah, dan Alex I. Ogwu. (2012). Do Reverse Stock Splits Benefit Long-term Shareholders?. International Atlantic Economy Society 2012. Jing, Lihua. 2004. An Event Study of Reverse Stock Slit in Hong Kong Market. Karyono, Budi. (2004). Pengaruh Pengunguman Dividen Tunai terhadap Abnormal Return ) Listed Companies. International Business Research Vol.5, No. 1 MacKinlay, A. Craig. Event Studies in Economic and Finance. (1997). Journal of Economic Literature. Vol. XXXV, pp. 13-39. Martell, F. Terrence dan Gwendolyn P. Webb. (2007). The Performance of Stocks that are Reverse Split. Springer Science and Business Media, LLC 2007. Masse, Isidore, J. R Hanrahan, dan Joseph Kushner. (1997). The Effect of Canadian Stock Splits, Stock Dividends, and reverse Splits on the Value of the Firm. Quartely Journal of Business and Wconomics;36, 4; Proquest, pg.51. Neuman, LW. (1997). Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches. London: Allyn and Bacon. Trihardian, Lanang. (2007). Dampak Keputusan Reverse Stock Split pada Return dan Volume Transaksi Saham : Studi Kasus Saham BBNI dan BNBR. Tesis. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Tidak Diterbitkan. Savitri, Melinda. (2006). Analisis Pengaruh Stock Split dan Reverse Stock Split terhadap Return dan Volume Perdagangan Saham Harian di Bursa Efek Jakarta. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Tidak Diterbitkan. Analisis reverse…, Misykah Yudria Warma, FISIP UI, 2014 Universitas Indonesia