BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Persediaan
1.
Pengertian Persediaan
Persediaan adalah merupakan salah satu unsur yang paling aktif dalam
operasi perusahaan yang secara continue diperoleh, diubah, yang kemudian
dijual kembali. Sebagian besar dari sumber-sumber perusahaan juga sering
dikaitkan di dalam persediaan yang akan digunakan dalam perusahaan
pabrik. Nilai dari persediaan harus dicatat, digolong-golongkan menurut
sejenisnya yang kemudian dibuatkan perincian dari masing-masing
barangnya dalam suatu periode yang bersangkutan. Pada akhir suatu periode,
pengalokasian biaya-biaya dapat dibedakan pada aktifitas yang terjadi dalam
periode tersebut dan untuk aktivitas mendatang juga harus ditentukan atau
dibuat. Dalam mengalokasikan biaya-biaya, biasanya setiap perusahaan
mengenal pusat-pusat biaya untuk mengukur hasil yang telah dicapai dalam
suatu periode tertentu sehubungan dengan penentuan dari posisi keuangan
perusahan sebagai suatu unit usaha. Kegagalan dalam mengalokasikan biaya
akan dapat menimbulkan kegagalan dalam mengetahui posisi keuangan dan
kemajuan yang telah dicapai oleh suatu perusahaan secara layak.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi
Keuangan (SAK,2008:14) menyatakan bahwa persediaan adalah sebagai
asset:
1. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal.
2. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan.
3. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan
dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Warren Reeve Fess (2006:452) mendefinisikan persediaan adalah :
1. Barang dagang yang disimpan untuk kemudian dijual dalam operasi
bisnis perusahaan.
2. Bahan yang digunakan dalam proses produksi atau yang disimpan untuk
tujuan itu.
Sedangkan menurut Zaki Baridwan (2009:149) mendefinisikan sebagai
berikut :
“Secara umum istilah persediaan barang dipakai untuk menunjukkan
barang-barang yang dimiliki untuk dijual kembali atau untuk memproduksi
barang-barang yang akan dijual”.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa untuk mendapat dikategorikan
sebagai persediaan harus dipenuhi syarat-syarat:
a.
Barang tersebut adalah barang berwujud.
b.
Dimaksudkan untuk dijual, baik secara langsung maupun tidak
langsung (melalui proses produksi).
c.
Dalam rangka usaha normal perusahaan.
8
2.
Fungsi Persediaan
Pengukuran fungsi persediaan sebagai salah satu fungsi yang penting
di dalam perusahaan akan memerlukan pemakaian konsep efektivitas dan
efisiensi. Dengan adanya efektivitas dan efisiensi pada fungsi persediaan
maka diharapkan tujuan-tujuan tersebut dapat tercapai. Menurut Eddy
Herjanto (2007:238) fungsi atau manfaat memiliki persediaan bagi
perusahaan adalah sebagai berikut :
a. Menghilangkan risiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau barang
yang dibutuhkan oleh perusahaan.
b. Menghilangkan risiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga harus
dikembalikan.
c. Menghilangkan risiko terhadap kenaikan harga barang atau inflasi.
d. Menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman sehingga
perusahaan tidak akan kesulitan jika bahan itu tidak tersedia di pasaran.
e. Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan diskon kuantitas.
f. Memberi pelayanan kepada pelanggan dengan tersedianya barang yang
diperlukan.
Dilihat dari tujuan di atas, maka keberadaan fungsi persediaan dapat
melindungi kelancaran produksi dan penjualan sesuai dengan apa yang telah
direncanakan baik waktu, jumlah, kualitas, maupun biayanya secara efektif
dan efisien.
9
3. Jenis-Jenis Persediaan
Persediaan yang terdapat dalam perusahaan dapat dibedakan menurut
beberapa cara. Menurut Sofjan Assauri (2008:239-240) jenis-jenis persediaan
menurut fungsinya adalah sebagai berikut :
a.
Batch Stock atau Lot Size Inventory
Persediaan yang diadakan karena kita membeli atau membuat bahanbahan / barang-barang dalam jumlah yang lebih besar dari jumlah yang
dibutuhkan pada saat itu. Jika dalam hal ini pembelian atau pembuatan yang
dilakukan untuk jumlah besar, sedang penggunaan atau pengeluaran dalam
jumlah kecil. Terjadinya persediaan karena pengadaan bahan atau barang
yang dilakukan lebih banyak daripada yang dibutuhkan. Keuntungan yang
akan diperoleh dari adanya batch stock atau lot size inventory ini antara lain
ialah:
1.
2.
3.
Memperoleh potongan harga pada pembelian
Memperoleh efisiensi produksi (manufacturing economies) karena
adanya operasi atau roduction run yang lebih lama.
Adanya penghematan dalam biaya pengangkutan
b.
Fluctuation Stock
Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan
konsumen yang tidak dapat diramalkan. Dalam hal ini perusahaan
mengadakan persediaan untuk dapat memenuhi permintaan konsumen,
apabila tingkat permintaan menunjukkan keadaan yang tidak berurutan atau
tidak tetap dan fluktuasi permintaan tidak dapat diramalkan lebih dahulu. Jadi
apabila terdapat fluktuasi permintaan yang sangat besar, maka persediaan
(fluctuation stock) dibutuhkan sangat besar pula untuk menjaga kemungkinan
naik turunnya permintaan tersebut.
c.
Anticipation Stock
Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang
dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun
dan untuk menghadapi penggunaan atau penjualan permintaan yang
meningkat. Disamping itu anticipation stock dimaksudkan pula untuk
menjaga kemungkinan sukarnya diperoleh bahan-bahan sehingga tidak
menggangu jalannya produk atau menghindari kemacetan produksi.
10
Disamping perbedaan menurut fungsi, persediaan itu dapat dibedakan
atau dikelompokkan menurut jenis dan posisi barang tersebut didalam urutan
pengerjaan produk, yaitu:
a.
Persediaan Bahan Baku (Raw Material Stock)
Persediaan barang-barang terwujud yang digunakan dalam proses
produksi, barang mana dapat diperoleh dari sumber-sumber alam ataupun
dibeli dari supplier atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi
perusahaan pabrik yang menggunakannya. Bahan baku diperlukan oleh
pabrik untuk diolah, yang setelah melalui beberapa proses diharapkan
menjadi barang jadi (finished goods), contoh: benang diolah menjadi kain
atau kaos, kapal dipintal menjadi benang, dan kulit diolah menjadi sepatu.
b.
Persediaan bagian produk atau parts yang dibeli (purchased parts/
compoents stock)
Persediaan barng-barang yang terdiri atas
parts yang diterima dari
perusahaan lain, yang dapat secara langsung di-assembling dengan parts
lain, tanpa melalui proses produksi sebelumnya. Jadi bentuk barang yang
merupakan parts ini tidak mengalami perubahan dalam operasi. Misalnya
pabrik mobil, dimana hal ini bagian-bagian (parts) dari mobil tersebut tidak
diproduksi dalam pabrik mobil, tetapi diproduksi oleh perusahaan lain,
kemudiaan di-assembling menjadi barang jadi yakni mobil.
c. Persediaan bahan-bahan pembantu atau barang-barang perlengkapan
(supplies stock)
11
Persediaan barang-barang atau bahan-bahan yang diperlukan dalam
proses produksi untuk membantu berhasilnya produksi atau dipergunakan
dalam bekerjanya suatu perusahaan, tetapi tidak merupakan bagian atau
komponen dari barang jadi. Misalnya, minyak solar dan minyak pelumas
adalah merupakan bahan pembantu.
d. Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (work in
process/progress stock)
Persediaan barang-barang yang keluar dari tiap-tiap bagian dalam satu
pabrik atau bahan-bahan yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi perlu
diproses kembali untuk kemudian menjadi barang jadi. Tetapi mungkin saja
barang setengah jadi bagi suatu pabrik, merupakan barang jadi bagi pabrik
lain karena proses produksinya memang hanya saat disitu saja. Mungkin pula
barang setengah jadi itu merupakan bahan baku bagi perusahaan lain baginya
yang akan memprosesnya menjadi barang jadi. Jadi, pengertian barang
setengah jadi atau barang dalam proses adalah barang-barang yang belum
berupa barang jadi, tetapi masih merupakan proses lebih lanjut dipabrik itu
sehingga menjadi barang jadi barang yang sudah siap untuk dijual kepada
konsumen atau pelanggan.
e. Persediaan Barang Jadi (Finished Good Stock)
Persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam
pabrik dan siap untuk dijual kepada pelanggan atau perusahaan lain. Jadi
barang jadi ini merupakan produk selesai dan telah siap untuk dijual. Biayabiaya meliputi pembuatan produk selesai ini terdiri dari atas biaya bahan
12
baku, upah guru langsung, serta biaya overhead yang berhubungan dengan
produk tersebut.
4.
Sistem Pencatatan Persediaan
Menurut Kieso (2008:404) terdapat dua jenis sistem agar pencatatan
persediaan tetap akurat yaitu :
1)
Sistem Perpetual
Sistem persediaan perpetual (perpetual inventory system) secara terus
menerus melacak perubahan akun Persediaan. Yaitu, semua pembelian dan
penjualan (pengeluaran) barang dicatat secara langsung ke akun Persediaan
pada saat terjadi. Karakteristik akuntansi dari sistem persediaan perpetual
adalah :
 Pembelian barang dagang untuk dijual atau pembelian bahan baku untuk
produksi didebet ke Persediaan dan bukan ke Pembelian.
 Biaya transportasi masuk, retur pembelian dan pengurangan harga, serta
diskon pembelian didebet ke Persediaan dan bukan ke akun terpisah.
 Harga pokok penjualan diakui untuk setiap penjualan dengan mendebet
akun Harga Pokok Penjualan, dan mengkredit Persediaan.
 Persediaan merupakan akun pengendali yang didukung oleh buku besar
pembantu yang berisi catatan persediaan individual. Buku besar
pembantu memperlihatkan kuantitas dan biaya dari setiap jenis
persediaan yang ada di tangan.
Setiap persediaan perpetual menyediakan catatan yang berkelanjutan tentang
saldo baik dalam akun Persediaan maupun akun Harga Pokok Penjualan.
2)
Sistem Periodik/Fisik
Menurut sistem persediaan periodik (periodic inventory system),
kuantitas persediaan di tangan ditentukan, seperti yang tersirat oleh namanya,
secara periodik. Semua pembelian persediaan selama periode akuntansi
dicatat dengan mendebet akun Pembelian. Total akun Pembelian pada akhir
periode akuntansi ditambahakan ke biaya persediaan di tangan pada awal
periode untuk menentukan total biaya barang yang tersedia untuk dijual
selama periode berjalan.
Kemudian total biaya barang yang tersedia untuk dijual dikurangi
dengan persediaan akhir untuk menentukan harga pokok penjualan.
Perhatikan bahwa dalam sistem persediaan periodik, harga pokok penjualan
adalah jumlah residu yang tergantung pada hasil perhitungan persediaan akhir
secara fisik.
Perhitungan fisik persediaan (physical inventory count) yang diharuskan
oleh sistem persediaan periodik dilakukan sekali setahun pada setiap akhir
tahun.
13
5.
Metode Penilaian Persediaan
Menurut Kieso (2008:416) metode penilaian persediaan yang dapat
dipergunakan yaitu:
1) Penilaian dengan pendekatan arus harga pokok (cost basic flow approach)
a.
Identifikasi khusus (specific identification)
Digunakan dengan cara mengidentifikasi setiap barang yang dijual dan
setiap barang dalam pos persediaan. Biaya barang-barang yang telah terjual
dimasukkan dalam harga pokok penjualan, sementara biaya barang-barang
khusus yang masih berada di tangan dimasukkan dalam persediaan. Metode
ini hanya bisa digunakan dalam kondisi yang memungkinkan perusahaan
memisahkan pembelian yang berbeda yang telah dilakukan secara fisik.
Metode ini dapat diterapkan dengan baik dalam situasi yang melibatkan
sejumlah kecil item berharga tinggi dan dapat dibedakan.
b.
Biaya Rata-rata (average cost method)
Seperti tersirat dalam namanya, metode biaya rata-rata (average cost
method) menghitung harga pos-pos yang terdapat dalam persediaan atas dasar
biaya rata-rata barang yang sama yang tersedia selama suatu periode.
c.
First-In, First-Out (FIFO)
Metode
FIFO
mengasumsikan
bahwa
barang-barang
digunakan
(dikeluarkan) sesuai urutan pembeliannya. Dengan kata lain, metode ini
mengasumsikan bahwa barang pertama yang dibeli adalah barang pertama
yang digunakan (dalam perusahaan manufaktur) atau dijual (dalam
perusahaan dagang). Karena itu, persediaan yang tersisa merupakan barang
14
yang dibeli paling terakhir. Keunggulan lain dari FIFO adalah mendekatkan
nilai persediaan akhir dengan biaya berjalan. Karena barang pertama yang
dibeli adalah barang pertama yang akan keluar, maka nilai persediaan akhir
akan terdiri dari pembelian paling akhir, terutama jika laju perputaran
persediaan cepat. Pendekatan ini umunya menghasilkan nilai persediaan akhir
di neraca yang mendekati biaya pengganti (replacement cost) jika tidak
terjadi perubahan harga sejak pembelian paling terakhir. Kelemahan
mendasar dari FIFO adalah bahwa biaya berjalan tidak ditandingkan dengan
pendapatan berjalan pada laporan laba rugi. Biaya-biaya paling tua
dibebankan ke pendapatan paling akhir, yang mungkin akan mendistorsi laba
kotor dan laba bersih.
d.
Last-In, First-Out (LIFO)
Metode LIFO menandingkan (matches) biaya dari barang-barang yang
paling akhir dibeli terhadap pendapatan. Jika yang digunakan adalah
persediaan periodik, maka akan diasumsikan bahwa biaya dari total kuantitas
yang terjual atau dikeluarkan selama suatu bulan berasal dari pembelian
akhir.
2) Penilaian persediaan selain arus harga pokok
a. Nilai Terendah Antara Biaya dan Harga Pasar (Lower of Cost MarketLCM)
Aturan umumnya adalah bahwa prinsip biaya historis tidak dapat
diterapkan apabila manfaat (kemampuan menghasilkan pendapatan) masa
15
depan dari aktiva itu tidak lagi sebesar biaya awalnya. Oleh karena itu,
perusahaan melaporkan persediaan pada nilai terendah antara biaya dan harga
pasar (LCM) pada setiap periode pelaporan.
b. Nilai Realisasi Bersih (Net Realizable)
Adalah estimasi harga jual dikurangi biaya pelepasan langsung, seperti
komisi penjualan
c. Metode Laba Kotor (Gross Profit Method)
Metode ini digunakan ketika catatan perusahaan atau persediaan itu sendiri
telah musnah akibat kebakaran atau bencana lain. Metode laba kotor (gross
profit method) didasarkan pada tiga asumsi: (1) Persediaan awal ditambah
pembelian sama dengan total barang yang diperhitungkan; (2) Barang yang
belum terjual harus berada di tangan; (3) Jika penjualan, dikurangi biaya,
dikurangkan dari jumlah persediaan awal ditambah pembelian, maka hasilnya
adalah persediaan akhir.
d. Metode Persediaan Eceran (Retail Inventory Method)
Metode ini mensyaratkan bahwa pencatatan dilakukan atas (1) total biaya
dan nilai eceran dari barang yang dibeli, (2) total biaya dan nilai eceran
barang yang tersedia untuk dijual, dan (3) penjualan peride berjalan.
B.
Pengertian Perputaran Persediaan Barang Jadi
Perputaran persediaan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
berapa kali dana yang ditanam dalam sediaan (inventory) ini berputar dalam
suatu periode. Rasio ini dikenal dengan nama rasio perputaran persediaan
16
(inventory turn over). Dapat diartikan pula bahwa perputaran persediaan
merupakan rasio yang menunjukkan berapa kali jumlah barang sediaan
diganti dalam satu tahun. Semakin kecil rasio ini, semakin buruk demikian
pula sebaliknya.
Cara menghitung rasio perputaran persediaan dilakukan dengan dua cara
yaitu : pertama, membandingkan antara harga pokok barang yang dijual
dengan nilai sediaan, dan kedua, membandungkan antara penjualan dengan
nilai sediaan. Apabila rasio yang diperoleh tinggi, ini menunjukkan
perusahaaan bekerja secara efisien dan likuid persediaan semakin baik.
Demikian pula apabila perputaran sediaan rendah berarti perusahaan bekerja
secara tidak efisien atau tidak produktif dan banyak barang sediaan
menumpuk. Hal ini mengakibatkan investasi dalam tingkat pengembalian
yang rendah.
Menurut Kasmir (2008:180) rumusan untuk mencari inventory turn over
dapat digunakan dengan dua cara sebagai berikut :
1.
Inventory turn over =
Harga pokok barang yang dijual
Sediaan
2.
Inventory turn over =
Penjualan
Sediaan
Persediaan merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar yang
selalu dibeli dan dijual secara terus-menerus serta mengalami perubahan
karena perubahan tersebut maka perusahaan perlu mengevaluasi terhadap
persediaan yang dimiliki. Evaluasi ini akan membantu pihak perusahaan
17
dalam
melakukan
analisa
persediaan
dengan
mengetahui
tingkat
perputarannya.
Perusahaan-perusahaan yang mempunyai tingkat perputaran persediaan
yang tinggi akan mengikat dana perusahaan yang mungkin saja dapat
diinvestasikan
kedalam
bentuk
investasi
lainnya
secara
lebih
menguntungkan. Selain itu, tingkat persediaan yang tinggi akan memperbesar
biaya-biaya penyimpangan barang, premi asuransi dan pajak, kerugian yang
timbul akibat keusangan, kerusakan atau kecurian. Namun sebaliknya, jika
tingkat persediaan rendah dapat menyebabkan kehabisan kesempatan menjual
dan hilangnya pelanggan yang setia.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa rasio
perputaran persediaan dapat mengukur efisiensi perusahaan dalam mengelola
dan menjual perusahaan. Dengan demikian, rasio ini mengukur likuiditas
persediaan perusahaan. Secara umum, semakin besar perputaran persediaan
maka semakin efisien dan efektif perusahaan mengelola persediaannya.
Perputaran persediaan yang tinggi biasanya merupakan tanda pengelolaan
yang efisien serta baiknya likuidiatas persediaan di perusahaan tersebut.
C. Rasio Keuangan untuk Pengukuran Kinerja Keuangan
Pengertian rasio keuangan menurut Kasmir (2008:104) merupakan
indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan
membagi satu angka dengan angka lainnya. Rasio keuangan digunakan untuk
18
mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Dari hasil rasio
keuangan ini akan terlihat kondisi kesehatan perusahaan yang bersangkutan.
Jadi rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka
yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan
angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan
komponen dalam satu laporan keuangan atau antarkomponen yang ada di
antara laporan keuangan. Kemudian angka yang diperbandingkan dapat
berupa angka-angka dalam satu periode maupun beberapa periode.
Hasil rasio keuangan ini digunakan untuk menilai kinerja manajemen
dalam suatu periode apakah mencapai target seperti yang telah ditetapkan.
Kemudian juga dapat dinilai kemapuan manajemen dalam memberdayakan
sumber daya perusahaan secara efektif.
Dari kinerja yang dihasilkan ini juga dapat dijadikan sebagai evaluasi
hal-hal yang perlu dilakukan ke depan agar kinerja manajemen dapat
ditingkatkan atau dipertahankan sesuai dengan target perusahaan. Atau
kebijakan yang harus diambil oleh pemilik perusahaan untuk melakukan
perubahan terhadap orang-orang yang duduk dalam manajemen ke depan.
D. Profitabilitas
1.
Pengertian Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kriteria penilaian yang secara luas dianggap
paling baik untuk dipakai sebagai alat ukur tentang hasil pelaksanaan operasi
perusahaan. Karena profitabilitas merupakan alat pembanding pada berbagai
19
investasi atau penanaman modal yang sesuai dengan tingkat risiko masingmasing dan profitabilitas mampu menggambarkan tingkat laba yang
dihasilkan menurut jumlah modal yang ditawarkan atau diinvestasikan karena
dinyatakan dalam angka relatif (presentase).
Profitabilitas adalah suatu perhitungan atas kemampuan memperoleh
laba, dalam periode tertentu dimasa yang akan datang atau suatu perhitungan
memperoleh laba dari investasi yang ditanam, dalam periode tertentu dimasa
yang akan datang.
2.
Cara Mempertinggi Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kriteria penilaian yang secara luas dianggap
paling baik untuk dipakai sebagai alat ukur tentang hasil pelaksanaan operasi
perusahaan. Oleh karena itu, penting bagi suatu perusahaan untuk mengetahui
cara mempertinggi profitabilitas dalam suatu periode. Cara mempertinggi
profitabilitas dapat dilakukan dengan cara :
a.
Memperbesar Profit Margin
Laba dapat dipengaruhi oleh seberapa besar biaya-biaya yang digunakan
perusahaan. Sehingga ada dua kemungkinan untuk memperbesar profit
margin tersebut yaitu :
1. Dengan menambah biaya usaha (operating expense) sampai tingkat
tertentu diusahakan tambahan penjualan yang sebesar-besarnya atau
dengan perkataan lain tambahan penjualan harus lebih besar daripada
tambahan biaya operasi. Pendapatan dari penjualan dapat diperbesar
dengan menambah volume penjualan pada harga yang tetap atau jika
20
volume penjualan sudah meningkat pada tingkat tertentu maka
penjualan dapat diperbesar dengan menaikkan harga jual/unit.
2. Dengan mengurangi pendapatan dari penjualan sampai tingkat
tertentu diusahakan adanya pengurangan biaya operasi yang
semaksimal mungkin atau dengan kata lain mengurangi biaya usaha
lebih besar daripada berkurangnya pendapatan dari penjualan.
Besarnya kecilnya laba usaha atau net operating income tergantung
kepada pendapatan dari sales dan besarnya biaya usaha (operating
expense). Dengan jumlah biaya usaha tertentu profitabilitas dapat
diperbesar dengan cara memperbesar penjualan atau dengan jumlah
penjualan tertentu profitabilitasnya dapat diperbesar dengan cara
menekan atau memperkecil biaya usahanya.
b.
Mempertinggi Operating Assets Turnover
Ada dua cara dimana perusahaan dapat menaikkan operating assets
turnover yaitu :
1. Menaikkan penjualan relatif lebih besar dengan bertambahnya biaya
operasi. Jadi kalau perusahaan dapat menaikkan harga jual/unit dan
disamping itu juga volume penjualan diperbesar maka akan diperoleh
jumlah penjualan yang relatif jauh lebih besar dibandingkan dengan
tambahan modal kerja, dalam hal ini akan menaikkan operating
assets turnover.
21
2. Menurunkan biaya operasi relatif lebih besar daripada menurunkan
penjualan. Biasanya yang mempengaruhi berubahnya profit margin
juga akan mempengaruhi operating assets turnover.
Tinggi rendahnya operating assets turnover selama periode tertentu
ditentukan oleh dua faktor yaitu net sales dan operating assets. Semakin
besar jumlah sales selama periode tertentu dapat mengakibatkan semakin
tingginya turnovernya dan semakin kecil operating assets maka akan
mengakibatkan semakin tinggi turnovernya.
3.
Rasio Pengukuran Profitabilitas
Menurut Arief dan Edi (2008:70) :
Rasio profitabilitas bertujuan untuk mengukur efektivitas manajemen
yang tercermin pada imbalan atas hasil investasi melalui kegiatan
perusahaan atau dengan kata lain mengukur kinerja perusahaan secara
keseluruhan dan efisiensi dalam pengelolaan kewajiban dan modal.
Sedangkan rasio profitabilitas menurut Toto Prihadi (2008:51) yaitu :
Tujuan didirikannya perusahaan adalah untuk memperoleh laba (profit),
maka wajar apabila profitabilitas menjadi perhatian utama para analis dan
investor. Tingkat profitabilitas yang konsisten akan menjadi tolak ukur
bagaimana perusahaan tersebut mampu bertahan dalam bisnisnya dengan
memperoleh return yang memadai disbanding dengan risikonya.
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran
tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh
22
laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah
penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan.
Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan
perbandingan antara berbagai komponen yang ada di laporan keuangan,
terutama laporan keuangan neraca dan laporan keuangan laba rugi.
Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode operasi. Tujuannya
adalah agar terlihat perkembangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu,
baik penurunan atau kenaikan, sekaligus mencari penyebab perubahan
tersebut.
Menurut Kasmir (2008:197) tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi
perusahaan, maupun bagi pihak luar perusahaan, yaitu :
a.
Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam
satu periode tertentu;
b.
Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun
sekarang;
c.
Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu;
d.
Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri;
Menurut Kasmir (2008: 199) jenis-jenis rasio profitabilitas yang dapat
digunakan adalah :
a.
Profit Margin on Sales
Profit Margin on Sales atau Ratio Profit Margin atau margin laba atas
penjualan merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur
margin laba atas penjualan. Cara pengukuran rasio ini adalah dengan
23
membandingkan laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih. Rasio ini
juga dikenal dengan nama profit margin.
Terdapat dua rumus untuk mencari profit margin, yaitu sebagai berikut :
1)
Gross Profit Margin (Margin Laba Kotor)
Merupakan perbandingan antar penjualan bersih dikurangi dengan harga
pokok penjualan dengan tingkat penjualan, rasio ini menggambarkan laba
kotor dapat dicapai dari jumlah penjualan.
Rasio ini mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
operasi dari operasi usahanya yang murni. Gross Profit margin semakin
tinggi maka semakin baik hasilnya.
Untuk margin laba kotor dengan rumus :
Gross Profit Margin
=
Laba kotor
Penjualan
2)
Net Profit Margin (Margin Laba Bersih)
Margin
laba
bersih
merupakan
ukuran
keuntungan
dengan
membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak dibandingkan dengan
penjualan. Rasio ini menunjukkan pendapatan bersih perusahaan atas
penjualan.
Untuk margin laba bersih dengan rumus :
Net Profit Margin
=
Laba Setelah Pajak
Penjualan
24
b.
Hasil Pengembalian Investasi (Return on Investment / ROI)
Hasil pengembalian investasi atau lebih dikenal dengan nama Return on
Investment (ROI) atau return on total assets merupakan rasio yang
menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam
perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas
manajemen dalam mengelola investasinya.
Disamping itu, hasil pengembalian investasi menunjukkan produktivitas
dari seluruh dana perusahaan, baik modal pinjaman maupun modal sendiri.
Semakin kecil (rendah) rasio ini, semakin kurang baik, demikian pula
sebaliknya. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari
keseluruhan operasi perusahaan.
Rumus untuk mencari Return on Investment dapat digunakan sebagai
berikut :
Return On Investment (ROI) =
Earning After Interest and Tax
Total assets
c.
Hasil Pengembalian Ekuitas (Return on Equity / ROE)
Hasil pengembalian ekuitas atau return on equity atau rentabilitas modal
sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan
modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri.
Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan
semakin kuat, demikian pula sebaliknya.
25
Rumus untuk mencari Return on Equity (ROE) dapat digunakan sebagai
berikut :
Return on Equity (ROE) = Earning After Interest and Tax
Equity
d.
Laba Per Lembar Saham Biasa (Earning per Share of Common Stock)
Rasio laba per lembar saham atau disebut juga rasio nilai buku
merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai
keuntungan bagi pemegang saham. Rasio yang rendah berarti manajemen
belum berhasil untuk memuaskan pemegang saham, sebaliknya dengan rasio
yang tinggi, kesejahteraan pemegang saham meningkat. Dengan pengertian
lain, tingkat pengembalian yang tinggi.
Keuntungan bagi pemegang saham adalah jumlah keuntungan setelah
dipotong pajak. Keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham biasa
adalah jumlah keuntungan dikurangi pajak, dividen, dan dikurangi hak-hak
lain untuk pemegang saham prioritas.
Rumus untuk mencari laba per lembar saham biasa adalah sebagai
berikut.
Laba Per Lembar Saham =
Laba saham biasa
Saham biasa yang beredar
26
E. Return On Assets
Return on assets (ROA) merupakan pengukuran kemampuan
perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan keuntungan dengan
sejumlah keseluruhan aktiva yang tersedia dalam perusahan. Return on assets
juga sering disebut sebagai rentabilitas ekonomis merupakan ukuran
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang
dimiliki oleh perusahaan. Rasio ini diukur dengan membandingkan antara laba
bersih terhadap total aktiva. Semakin tinggi perbandingan laba bersih terhadap
total aktiva maka akan semakin baik bagi perusahaan.
F. Pengaruh Perputaran Persediaan terhadap Return On Assets
Semakin tinggi atau besar tingkat perputaran persediaan dalam suatu
perusahaan
maka
semakin
efisien
perusahaan
dalam
mengelola
persediaannya. Selain itu perusahaan juga memperoleh laba karena dapat
meminimalisir biaya-biaya. Perputaran itu sendiri menunjukkan berapa kali
dalam setahun sebuah perusahaan rata-rata menjual persediaan dan
digantikan.
Persediaaan barang yang lebih banyak daripada yang dibutuhkan dapat
menurunkan laba bersih perusahaan karena persediaan barang yang
berlebihan mengharuskan perusahaan mengeluarkan dana lebih besar untuk
gudang dan persediaan barang yang berlebihan dapat menyebabkan barang
tersebut menjadi usang atau tidak laku dijual. Sebaliknya, persediaan barang
yang sedikit daripada yang dibutuhkan dapat pula memangkas laba bersih
27
perusahaan dikarenakan penjualan dapat berpindah ketangan perusahaan
pesaing lainnya apabila barang-barang yang dibutuhkan pelanggan ternyata
tidak tersedia untuk dijual serta kekurangan keanekaan produk untuk
memuaskan selera dan kebutuhan pelanggan. Hal ini akan menyebabkan
hilangnya kepercayaan daripada langganan perusahaan sehingga akan
mengganggu penjualannya dimasa-masa yang akan datang.
Persediaan barang jadi yang cukup juga dapat menjamin efektifitas
kegiatan pemasaran, karena apabila persediaan kurang maka bisa jadi
perusahaan akan kehilangan kesempatan untuk merebut pasar dalam hal
penjualan, begitu juga sebaliknya. Dengan demikian persediaan menjadi
sangat penting bagi perusahaan karena menyangkut kepuasan akan kebutuhan
konsumen, apabila tidak dikelola dengan baik maka konsumen bisa
berpindah ke pesaing yang menyebabkan turunnya penjualan sehingga
mempengaruhi profitabiltas.
Semakin besar inventory turnover akan semakin baik karena berarti
semakin efisien seluruh aktiva yang digunakan untuk menunjang kegiatan
penjualan. ROA yang meningkat karena dipengaruhi oleh inventory turnover.
G.
Hasil Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
28
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu
Tahun Nama Peneliti
2009
Judul Penelitian
Hasil Penelitian
Ellys Delfrina Pengaruh Perputaran
Tingkat
Perputaran
Sipangkar
Persediaan Terhadap
Persediaan
Tingkat Profitabilitas
pengaruh yang tidak
Perusahaan pada
signifikan
Perusahaan Otomotif
Profitabilitas.
memiliki
terhadap
yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
2008
Seprina
Pengaruh
Tingkat Tingkat
Perputaran
Ruleta
Perputaran
Piutang Piutang
memiliki
Sitanggang
Terhadap
pada
Profitabilitas pengaruh yang tidak
PT.Gresik
Cipta signifikan
terhadap
Sejahtera Cabang Medan. Profitabilitas.
2007
Gunarto
Pengaruh
Tingkat Tingkat
Perputaran
Perputaran Piutang dan Piutang
dan
Perputaran
Persediaan Perputaran Persediaan
Terhadap
Rentabilitas berpengaruh signifikan
Ekonomi
pada
cabang Semarang.
29
KPRI terhadap
Ekonomi.
Rentabilitas
Download