7 BAB II LANDASAN TEORI A. Persediaan 1. Pengertian Persediaan Persediaan adalah merupakan salah satu unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan yang secara continue diperoleh, diubah, yang kemudian dijual kembali. Sebagian besar dari sumber-sumber perusahaan juga sering dikaitkan di dalam persediaan yang akan digunakan dalam perusahaan pabrik. Nilai dari persediaan harus dicatat, digolong-golongkan menurut sejenisnya yang kemudian dibuatkan perincian dari masing-masing barangnya dalam suatu periode yang bersangkutan. Pada akhir suatu periode, pengalokasian biaya-biaya dapat dibedakan pada aktifitas yang terjadi dalam periode tersebut dan untuk aktivitas mendatang juga harus ditentukan atau dibuat. Dalam mengalokasikan biaya-biaya, biasanya setiap perusahaan mengenal pusat-pusat biaya untuk mengukur hasil yang telah dicapai dalam suatu periode tertentu sehubungan dengan penentuan dari posisi keuangan perusahan sebagai suatu unit usaha. Kegagalan dalam mengalokasikan biaya akan dapat menimbulkan kegagalan dalam mengetahui posisi keuangan dan kemajuan yang telah dicapai oleh suatu perusahaan secara layak. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK,2008:14) menyatakan bahwa persediaan adalah sebagai asset: 1. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal. 2. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan. 3. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. Warren Reeve Fess (2006:452) mendefinisikan persediaan adalah : 1. Barang dagang yang disimpan untuk kemudian dijual dalam operasi bisnis perusahaan. 2. Bahan yang digunakan dalam proses produksi atau yang disimpan untuk tujuan itu. Sedangkan menurut Zaki Baridwan (2009:149) mendefinisikan sebagai berikut : “Secara umum istilah persediaan barang dipakai untuk menunjukkan barang-barang yang dimiliki untuk dijual kembali atau untuk memproduksi barang-barang yang akan dijual”. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa untuk mendapat dikategorikan sebagai persediaan harus dipenuhi syarat-syarat: a. Barang tersebut adalah barang berwujud. b. Dimaksudkan untuk dijual, baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui proses produksi). c. Dalam rangka usaha normal perusahaan. 8 2. Fungsi Persediaan Pengukuran fungsi persediaan sebagai salah satu fungsi yang penting di dalam perusahaan akan memerlukan pemakaian konsep efektivitas dan efisiensi. Dengan adanya efektivitas dan efisiensi pada fungsi persediaan maka diharapkan tujuan-tujuan tersebut dapat tercapai. Menurut Eddy Herjanto (2007:238) fungsi atau manfaat memiliki persediaan bagi perusahaan adalah sebagai berikut : a. Menghilangkan risiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau barang yang dibutuhkan oleh perusahaan. b. Menghilangkan risiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan. c. Menghilangkan risiko terhadap kenaikan harga barang atau inflasi. d. Menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman sehingga perusahaan tidak akan kesulitan jika bahan itu tidak tersedia di pasaran. e. Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan diskon kuantitas. f. Memberi pelayanan kepada pelanggan dengan tersedianya barang yang diperlukan. Dilihat dari tujuan di atas, maka keberadaan fungsi persediaan dapat melindungi kelancaran produksi dan penjualan sesuai dengan apa yang telah direncanakan baik waktu, jumlah, kualitas, maupun biayanya secara efektif dan efisien. 9 3. Jenis-Jenis Persediaan Persediaan yang terdapat dalam perusahaan dapat dibedakan menurut beberapa cara. Menurut Sofjan Assauri (2008:239-240) jenis-jenis persediaan menurut fungsinya adalah sebagai berikut : a. Batch Stock atau Lot Size Inventory Persediaan yang diadakan karena kita membeli atau membuat bahanbahan / barang-barang dalam jumlah yang lebih besar dari jumlah yang dibutuhkan pada saat itu. Jika dalam hal ini pembelian atau pembuatan yang dilakukan untuk jumlah besar, sedang penggunaan atau pengeluaran dalam jumlah kecil. Terjadinya persediaan karena pengadaan bahan atau barang yang dilakukan lebih banyak daripada yang dibutuhkan. Keuntungan yang akan diperoleh dari adanya batch stock atau lot size inventory ini antara lain ialah: 1. 2. 3. Memperoleh potongan harga pada pembelian Memperoleh efisiensi produksi (manufacturing economies) karena adanya operasi atau roduction run yang lebih lama. Adanya penghematan dalam biaya pengangkutan b. Fluctuation Stock Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan. Dalam hal ini perusahaan mengadakan persediaan untuk dapat memenuhi permintaan konsumen, apabila tingkat permintaan menunjukkan keadaan yang tidak berurutan atau tidak tetap dan fluktuasi permintaan tidak dapat diramalkan lebih dahulu. Jadi apabila terdapat fluktuasi permintaan yang sangat besar, maka persediaan (fluctuation stock) dibutuhkan sangat besar pula untuk menjaga kemungkinan naik turunnya permintaan tersebut. c. Anticipation Stock Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau penjualan permintaan yang meningkat. Disamping itu anticipation stock dimaksudkan pula untuk menjaga kemungkinan sukarnya diperoleh bahan-bahan sehingga tidak menggangu jalannya produk atau menghindari kemacetan produksi. 10 Disamping perbedaan menurut fungsi, persediaan itu dapat dibedakan atau dikelompokkan menurut jenis dan posisi barang tersebut didalam urutan pengerjaan produk, yaitu: a. Persediaan Bahan Baku (Raw Material Stock) Persediaan barang-barang terwujud yang digunakan dalam proses produksi, barang mana dapat diperoleh dari sumber-sumber alam ataupun dibeli dari supplier atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan pabrik yang menggunakannya. Bahan baku diperlukan oleh pabrik untuk diolah, yang setelah melalui beberapa proses diharapkan menjadi barang jadi (finished goods), contoh: benang diolah menjadi kain atau kaos, kapal dipintal menjadi benang, dan kulit diolah menjadi sepatu. b. Persediaan bagian produk atau parts yang dibeli (purchased parts/ compoents stock) Persediaan barng-barang yang terdiri atas parts yang diterima dari perusahaan lain, yang dapat secara langsung di-assembling dengan parts lain, tanpa melalui proses produksi sebelumnya. Jadi bentuk barang yang merupakan parts ini tidak mengalami perubahan dalam operasi. Misalnya pabrik mobil, dimana hal ini bagian-bagian (parts) dari mobil tersebut tidak diproduksi dalam pabrik mobil, tetapi diproduksi oleh perusahaan lain, kemudiaan di-assembling menjadi barang jadi yakni mobil. c. Persediaan bahan-bahan pembantu atau barang-barang perlengkapan (supplies stock) 11 Persediaan barang-barang atau bahan-bahan yang diperlukan dalam proses produksi untuk membantu berhasilnya produksi atau dipergunakan dalam bekerjanya suatu perusahaan, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen dari barang jadi. Misalnya, minyak solar dan minyak pelumas adalah merupakan bahan pembantu. d. Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (work in process/progress stock) Persediaan barang-barang yang keluar dari tiap-tiap bagian dalam satu pabrik atau bahan-bahan yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi perlu diproses kembali untuk kemudian menjadi barang jadi. Tetapi mungkin saja barang setengah jadi bagi suatu pabrik, merupakan barang jadi bagi pabrik lain karena proses produksinya memang hanya saat disitu saja. Mungkin pula barang setengah jadi itu merupakan bahan baku bagi perusahaan lain baginya yang akan memprosesnya menjadi barang jadi. Jadi, pengertian barang setengah jadi atau barang dalam proses adalah barang-barang yang belum berupa barang jadi, tetapi masih merupakan proses lebih lanjut dipabrik itu sehingga menjadi barang jadi barang yang sudah siap untuk dijual kepada konsumen atau pelanggan. e. Persediaan Barang Jadi (Finished Good Stock) Persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual kepada pelanggan atau perusahaan lain. Jadi barang jadi ini merupakan produk selesai dan telah siap untuk dijual. Biayabiaya meliputi pembuatan produk selesai ini terdiri dari atas biaya bahan 12 baku, upah guru langsung, serta biaya overhead yang berhubungan dengan produk tersebut. 4. Sistem Pencatatan Persediaan Menurut Kieso (2008:404) terdapat dua jenis sistem agar pencatatan persediaan tetap akurat yaitu : 1) Sistem Perpetual Sistem persediaan perpetual (perpetual inventory system) secara terus menerus melacak perubahan akun Persediaan. Yaitu, semua pembelian dan penjualan (pengeluaran) barang dicatat secara langsung ke akun Persediaan pada saat terjadi. Karakteristik akuntansi dari sistem persediaan perpetual adalah : Pembelian barang dagang untuk dijual atau pembelian bahan baku untuk produksi didebet ke Persediaan dan bukan ke Pembelian. Biaya transportasi masuk, retur pembelian dan pengurangan harga, serta diskon pembelian didebet ke Persediaan dan bukan ke akun terpisah. Harga pokok penjualan diakui untuk setiap penjualan dengan mendebet akun Harga Pokok Penjualan, dan mengkredit Persediaan. Persediaan merupakan akun pengendali yang didukung oleh buku besar pembantu yang berisi catatan persediaan individual. Buku besar pembantu memperlihatkan kuantitas dan biaya dari setiap jenis persediaan yang ada di tangan. Setiap persediaan perpetual menyediakan catatan yang berkelanjutan tentang saldo baik dalam akun Persediaan maupun akun Harga Pokok Penjualan. 2) Sistem Periodik/Fisik Menurut sistem persediaan periodik (periodic inventory system), kuantitas persediaan di tangan ditentukan, seperti yang tersirat oleh namanya, secara periodik. Semua pembelian persediaan selama periode akuntansi dicatat dengan mendebet akun Pembelian. Total akun Pembelian pada akhir periode akuntansi ditambahakan ke biaya persediaan di tangan pada awal periode untuk menentukan total biaya barang yang tersedia untuk dijual selama periode berjalan. Kemudian total biaya barang yang tersedia untuk dijual dikurangi dengan persediaan akhir untuk menentukan harga pokok penjualan. Perhatikan bahwa dalam sistem persediaan periodik, harga pokok penjualan adalah jumlah residu yang tergantung pada hasil perhitungan persediaan akhir secara fisik. Perhitungan fisik persediaan (physical inventory count) yang diharuskan oleh sistem persediaan periodik dilakukan sekali setahun pada setiap akhir tahun. 13 5. Metode Penilaian Persediaan Menurut Kieso (2008:416) metode penilaian persediaan yang dapat dipergunakan yaitu: 1) Penilaian dengan pendekatan arus harga pokok (cost basic flow approach) a. Identifikasi khusus (specific identification) Digunakan dengan cara mengidentifikasi setiap barang yang dijual dan setiap barang dalam pos persediaan. Biaya barang-barang yang telah terjual dimasukkan dalam harga pokok penjualan, sementara biaya barang-barang khusus yang masih berada di tangan dimasukkan dalam persediaan. Metode ini hanya bisa digunakan dalam kondisi yang memungkinkan perusahaan memisahkan pembelian yang berbeda yang telah dilakukan secara fisik. Metode ini dapat diterapkan dengan baik dalam situasi yang melibatkan sejumlah kecil item berharga tinggi dan dapat dibedakan. b. Biaya Rata-rata (average cost method) Seperti tersirat dalam namanya, metode biaya rata-rata (average cost method) menghitung harga pos-pos yang terdapat dalam persediaan atas dasar biaya rata-rata barang yang sama yang tersedia selama suatu periode. c. First-In, First-Out (FIFO) Metode FIFO mengasumsikan bahwa barang-barang digunakan (dikeluarkan) sesuai urutan pembeliannya. Dengan kata lain, metode ini mengasumsikan bahwa barang pertama yang dibeli adalah barang pertama yang digunakan (dalam perusahaan manufaktur) atau dijual (dalam perusahaan dagang). Karena itu, persediaan yang tersisa merupakan barang 14 yang dibeli paling terakhir. Keunggulan lain dari FIFO adalah mendekatkan nilai persediaan akhir dengan biaya berjalan. Karena barang pertama yang dibeli adalah barang pertama yang akan keluar, maka nilai persediaan akhir akan terdiri dari pembelian paling akhir, terutama jika laju perputaran persediaan cepat. Pendekatan ini umunya menghasilkan nilai persediaan akhir di neraca yang mendekati biaya pengganti (replacement cost) jika tidak terjadi perubahan harga sejak pembelian paling terakhir. Kelemahan mendasar dari FIFO adalah bahwa biaya berjalan tidak ditandingkan dengan pendapatan berjalan pada laporan laba rugi. Biaya-biaya paling tua dibebankan ke pendapatan paling akhir, yang mungkin akan mendistorsi laba kotor dan laba bersih. d. Last-In, First-Out (LIFO) Metode LIFO menandingkan (matches) biaya dari barang-barang yang paling akhir dibeli terhadap pendapatan. Jika yang digunakan adalah persediaan periodik, maka akan diasumsikan bahwa biaya dari total kuantitas yang terjual atau dikeluarkan selama suatu bulan berasal dari pembelian akhir. 2) Penilaian persediaan selain arus harga pokok a. Nilai Terendah Antara Biaya dan Harga Pasar (Lower of Cost MarketLCM) Aturan umumnya adalah bahwa prinsip biaya historis tidak dapat diterapkan apabila manfaat (kemampuan menghasilkan pendapatan) masa 15 depan dari aktiva itu tidak lagi sebesar biaya awalnya. Oleh karena itu, perusahaan melaporkan persediaan pada nilai terendah antara biaya dan harga pasar (LCM) pada setiap periode pelaporan. b. Nilai Realisasi Bersih (Net Realizable) Adalah estimasi harga jual dikurangi biaya pelepasan langsung, seperti komisi penjualan c. Metode Laba Kotor (Gross Profit Method) Metode ini digunakan ketika catatan perusahaan atau persediaan itu sendiri telah musnah akibat kebakaran atau bencana lain. Metode laba kotor (gross profit method) didasarkan pada tiga asumsi: (1) Persediaan awal ditambah pembelian sama dengan total barang yang diperhitungkan; (2) Barang yang belum terjual harus berada di tangan; (3) Jika penjualan, dikurangi biaya, dikurangkan dari jumlah persediaan awal ditambah pembelian, maka hasilnya adalah persediaan akhir. d. Metode Persediaan Eceran (Retail Inventory Method) Metode ini mensyaratkan bahwa pencatatan dilakukan atas (1) total biaya dan nilai eceran dari barang yang dibeli, (2) total biaya dan nilai eceran barang yang tersedia untuk dijual, dan (3) penjualan peride berjalan. B. Pengertian Perputaran Persediaan Barang Jadi Perputaran persediaan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam sediaan (inventory) ini berputar dalam suatu periode. Rasio ini dikenal dengan nama rasio perputaran persediaan 16 (inventory turn over). Dapat diartikan pula bahwa perputaran persediaan merupakan rasio yang menunjukkan berapa kali jumlah barang sediaan diganti dalam satu tahun. Semakin kecil rasio ini, semakin buruk demikian pula sebaliknya. Cara menghitung rasio perputaran persediaan dilakukan dengan dua cara yaitu : pertama, membandingkan antara harga pokok barang yang dijual dengan nilai sediaan, dan kedua, membandungkan antara penjualan dengan nilai sediaan. Apabila rasio yang diperoleh tinggi, ini menunjukkan perusahaaan bekerja secara efisien dan likuid persediaan semakin baik. Demikian pula apabila perputaran sediaan rendah berarti perusahaan bekerja secara tidak efisien atau tidak produktif dan banyak barang sediaan menumpuk. Hal ini mengakibatkan investasi dalam tingkat pengembalian yang rendah. Menurut Kasmir (2008:180) rumusan untuk mencari inventory turn over dapat digunakan dengan dua cara sebagai berikut : 1. Inventory turn over = Harga pokok barang yang dijual Sediaan 2. Inventory turn over = Penjualan Sediaan Persediaan merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar yang selalu dibeli dan dijual secara terus-menerus serta mengalami perubahan karena perubahan tersebut maka perusahaan perlu mengevaluasi terhadap persediaan yang dimiliki. Evaluasi ini akan membantu pihak perusahaan 17 dalam melakukan analisa persediaan dengan mengetahui tingkat perputarannya. Perusahaan-perusahaan yang mempunyai tingkat perputaran persediaan yang tinggi akan mengikat dana perusahaan yang mungkin saja dapat diinvestasikan kedalam bentuk investasi lainnya secara lebih menguntungkan. Selain itu, tingkat persediaan yang tinggi akan memperbesar biaya-biaya penyimpangan barang, premi asuransi dan pajak, kerugian yang timbul akibat keusangan, kerusakan atau kecurian. Namun sebaliknya, jika tingkat persediaan rendah dapat menyebabkan kehabisan kesempatan menjual dan hilangnya pelanggan yang setia. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa rasio perputaran persediaan dapat mengukur efisiensi perusahaan dalam mengelola dan menjual perusahaan. Dengan demikian, rasio ini mengukur likuiditas persediaan perusahaan. Secara umum, semakin besar perputaran persediaan maka semakin efisien dan efektif perusahaan mengelola persediaannya. Perputaran persediaan yang tinggi biasanya merupakan tanda pengelolaan yang efisien serta baiknya likuidiatas persediaan di perusahaan tersebut. C. Rasio Keuangan untuk Pengukuran Kinerja Keuangan Pengertian rasio keuangan menurut Kasmir (2008:104) merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. Rasio keuangan digunakan untuk 18 mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Dari hasil rasio keuangan ini akan terlihat kondisi kesehatan perusahaan yang bersangkutan. Jadi rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antarkomponen yang ada di antara laporan keuangan. Kemudian angka yang diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu periode maupun beberapa periode. Hasil rasio keuangan ini digunakan untuk menilai kinerja manajemen dalam suatu periode apakah mencapai target seperti yang telah ditetapkan. Kemudian juga dapat dinilai kemapuan manajemen dalam memberdayakan sumber daya perusahaan secara efektif. Dari kinerja yang dihasilkan ini juga dapat dijadikan sebagai evaluasi hal-hal yang perlu dilakukan ke depan agar kinerja manajemen dapat ditingkatkan atau dipertahankan sesuai dengan target perusahaan. Atau kebijakan yang harus diambil oleh pemilik perusahaan untuk melakukan perubahan terhadap orang-orang yang duduk dalam manajemen ke depan. D. Profitabilitas 1. Pengertian Profitabilitas Profitabilitas merupakan kriteria penilaian yang secara luas dianggap paling baik untuk dipakai sebagai alat ukur tentang hasil pelaksanaan operasi perusahaan. Karena profitabilitas merupakan alat pembanding pada berbagai 19 investasi atau penanaman modal yang sesuai dengan tingkat risiko masingmasing dan profitabilitas mampu menggambarkan tingkat laba yang dihasilkan menurut jumlah modal yang ditawarkan atau diinvestasikan karena dinyatakan dalam angka relatif (presentase). Profitabilitas adalah suatu perhitungan atas kemampuan memperoleh laba, dalam periode tertentu dimasa yang akan datang atau suatu perhitungan memperoleh laba dari investasi yang ditanam, dalam periode tertentu dimasa yang akan datang. 2. Cara Mempertinggi Profitabilitas Profitabilitas merupakan kriteria penilaian yang secara luas dianggap paling baik untuk dipakai sebagai alat ukur tentang hasil pelaksanaan operasi perusahaan. Oleh karena itu, penting bagi suatu perusahaan untuk mengetahui cara mempertinggi profitabilitas dalam suatu periode. Cara mempertinggi profitabilitas dapat dilakukan dengan cara : a. Memperbesar Profit Margin Laba dapat dipengaruhi oleh seberapa besar biaya-biaya yang digunakan perusahaan. Sehingga ada dua kemungkinan untuk memperbesar profit margin tersebut yaitu : 1. Dengan menambah biaya usaha (operating expense) sampai tingkat tertentu diusahakan tambahan penjualan yang sebesar-besarnya atau dengan perkataan lain tambahan penjualan harus lebih besar daripada tambahan biaya operasi. Pendapatan dari penjualan dapat diperbesar dengan menambah volume penjualan pada harga yang tetap atau jika 20 volume penjualan sudah meningkat pada tingkat tertentu maka penjualan dapat diperbesar dengan menaikkan harga jual/unit. 2. Dengan mengurangi pendapatan dari penjualan sampai tingkat tertentu diusahakan adanya pengurangan biaya operasi yang semaksimal mungkin atau dengan kata lain mengurangi biaya usaha lebih besar daripada berkurangnya pendapatan dari penjualan. Besarnya kecilnya laba usaha atau net operating income tergantung kepada pendapatan dari sales dan besarnya biaya usaha (operating expense). Dengan jumlah biaya usaha tertentu profitabilitas dapat diperbesar dengan cara memperbesar penjualan atau dengan jumlah penjualan tertentu profitabilitasnya dapat diperbesar dengan cara menekan atau memperkecil biaya usahanya. b. Mempertinggi Operating Assets Turnover Ada dua cara dimana perusahaan dapat menaikkan operating assets turnover yaitu : 1. Menaikkan penjualan relatif lebih besar dengan bertambahnya biaya operasi. Jadi kalau perusahaan dapat menaikkan harga jual/unit dan disamping itu juga volume penjualan diperbesar maka akan diperoleh jumlah penjualan yang relatif jauh lebih besar dibandingkan dengan tambahan modal kerja, dalam hal ini akan menaikkan operating assets turnover. 21 2. Menurunkan biaya operasi relatif lebih besar daripada menurunkan penjualan. Biasanya yang mempengaruhi berubahnya profit margin juga akan mempengaruhi operating assets turnover. Tinggi rendahnya operating assets turnover selama periode tertentu ditentukan oleh dua faktor yaitu net sales dan operating assets. Semakin besar jumlah sales selama periode tertentu dapat mengakibatkan semakin tingginya turnovernya dan semakin kecil operating assets maka akan mengakibatkan semakin tinggi turnovernya. 3. Rasio Pengukuran Profitabilitas Menurut Arief dan Edi (2008:70) : Rasio profitabilitas bertujuan untuk mengukur efektivitas manajemen yang tercermin pada imbalan atas hasil investasi melalui kegiatan perusahaan atau dengan kata lain mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhan dan efisiensi dalam pengelolaan kewajiban dan modal. Sedangkan rasio profitabilitas menurut Toto Prihadi (2008:51) yaitu : Tujuan didirikannya perusahaan adalah untuk memperoleh laba (profit), maka wajar apabila profitabilitas menjadi perhatian utama para analis dan investor. Tingkat profitabilitas yang konsisten akan menjadi tolak ukur bagaimana perusahaan tersebut mampu bertahan dalam bisnisnya dengan memperoleh return yang memadai disbanding dengan risikonya. Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh 22 laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan. Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara berbagai komponen yang ada di laporan keuangan, terutama laporan keuangan neraca dan laporan keuangan laba rugi. Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode operasi. Tujuannya adalah agar terlihat perkembangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan, sekaligus mencari penyebab perubahan tersebut. Menurut Kasmir (2008:197) tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan, maupun bagi pihak luar perusahaan, yaitu : a. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu; b. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang; c. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu; d. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri; Menurut Kasmir (2008: 199) jenis-jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan adalah : a. Profit Margin on Sales Profit Margin on Sales atau Ratio Profit Margin atau margin laba atas penjualan merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. Cara pengukuran rasio ini adalah dengan 23 membandingkan laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih. Rasio ini juga dikenal dengan nama profit margin. Terdapat dua rumus untuk mencari profit margin, yaitu sebagai berikut : 1) Gross Profit Margin (Margin Laba Kotor) Merupakan perbandingan antar penjualan bersih dikurangi dengan harga pokok penjualan dengan tingkat penjualan, rasio ini menggambarkan laba kotor dapat dicapai dari jumlah penjualan. Rasio ini mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba operasi dari operasi usahanya yang murni. Gross Profit margin semakin tinggi maka semakin baik hasilnya. Untuk margin laba kotor dengan rumus : Gross Profit Margin = Laba kotor Penjualan 2) Net Profit Margin (Margin Laba Bersih) Margin laba bersih merupakan ukuran keuntungan dengan membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak dibandingkan dengan penjualan. Rasio ini menunjukkan pendapatan bersih perusahaan atas penjualan. Untuk margin laba bersih dengan rumus : Net Profit Margin = Laba Setelah Pajak Penjualan 24 b. Hasil Pengembalian Investasi (Return on Investment / ROI) Hasil pengembalian investasi atau lebih dikenal dengan nama Return on Investment (ROI) atau return on total assets merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya. Disamping itu, hasil pengembalian investasi menunjukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan, baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Semakin kecil (rendah) rasio ini, semakin kurang baik, demikian pula sebaliknya. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Rumus untuk mencari Return on Investment dapat digunakan sebagai berikut : Return On Investment (ROI) = Earning After Interest and Tax Total assets c. Hasil Pengembalian Ekuitas (Return on Equity / ROE) Hasil pengembalian ekuitas atau return on equity atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya. 25 Rumus untuk mencari Return on Equity (ROE) dapat digunakan sebagai berikut : Return on Equity (ROE) = Earning After Interest and Tax Equity d. Laba Per Lembar Saham Biasa (Earning per Share of Common Stock) Rasio laba per lembar saham atau disebut juga rasio nilai buku merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Rasio yang rendah berarti manajemen belum berhasil untuk memuaskan pemegang saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi, kesejahteraan pemegang saham meningkat. Dengan pengertian lain, tingkat pengembalian yang tinggi. Keuntungan bagi pemegang saham adalah jumlah keuntungan setelah dipotong pajak. Keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham biasa adalah jumlah keuntungan dikurangi pajak, dividen, dan dikurangi hak-hak lain untuk pemegang saham prioritas. Rumus untuk mencari laba per lembar saham biasa adalah sebagai berikut. Laba Per Lembar Saham = Laba saham biasa Saham biasa yang beredar 26 E. Return On Assets Return on assets (ROA) merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan keuntungan dengan sejumlah keseluruhan aktiva yang tersedia dalam perusahan. Return on assets juga sering disebut sebagai rentabilitas ekonomis merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio ini diukur dengan membandingkan antara laba bersih terhadap total aktiva. Semakin tinggi perbandingan laba bersih terhadap total aktiva maka akan semakin baik bagi perusahaan. F. Pengaruh Perputaran Persediaan terhadap Return On Assets Semakin tinggi atau besar tingkat perputaran persediaan dalam suatu perusahaan maka semakin efisien perusahaan dalam mengelola persediaannya. Selain itu perusahaan juga memperoleh laba karena dapat meminimalisir biaya-biaya. Perputaran itu sendiri menunjukkan berapa kali dalam setahun sebuah perusahaan rata-rata menjual persediaan dan digantikan. Persediaaan barang yang lebih banyak daripada yang dibutuhkan dapat menurunkan laba bersih perusahaan karena persediaan barang yang berlebihan mengharuskan perusahaan mengeluarkan dana lebih besar untuk gudang dan persediaan barang yang berlebihan dapat menyebabkan barang tersebut menjadi usang atau tidak laku dijual. Sebaliknya, persediaan barang yang sedikit daripada yang dibutuhkan dapat pula memangkas laba bersih 27 perusahaan dikarenakan penjualan dapat berpindah ketangan perusahaan pesaing lainnya apabila barang-barang yang dibutuhkan pelanggan ternyata tidak tersedia untuk dijual serta kekurangan keanekaan produk untuk memuaskan selera dan kebutuhan pelanggan. Hal ini akan menyebabkan hilangnya kepercayaan daripada langganan perusahaan sehingga akan mengganggu penjualannya dimasa-masa yang akan datang. Persediaan barang jadi yang cukup juga dapat menjamin efektifitas kegiatan pemasaran, karena apabila persediaan kurang maka bisa jadi perusahaan akan kehilangan kesempatan untuk merebut pasar dalam hal penjualan, begitu juga sebaliknya. Dengan demikian persediaan menjadi sangat penting bagi perusahaan karena menyangkut kepuasan akan kebutuhan konsumen, apabila tidak dikelola dengan baik maka konsumen bisa berpindah ke pesaing yang menyebabkan turunnya penjualan sehingga mempengaruhi profitabiltas. Semakin besar inventory turnover akan semakin baik karena berarti semakin efisien seluruh aktiva yang digunakan untuk menunjang kegiatan penjualan. ROA yang meningkat karena dipengaruhi oleh inventory turnover. G. Hasil Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini: 28 Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu Tahun Nama Peneliti 2009 Judul Penelitian Hasil Penelitian Ellys Delfrina Pengaruh Perputaran Tingkat Perputaran Sipangkar Persediaan Terhadap Persediaan Tingkat Profitabilitas pengaruh yang tidak Perusahaan pada signifikan Perusahaan Otomotif Profitabilitas. memiliki terhadap yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2008 Seprina Pengaruh Tingkat Tingkat Perputaran Ruleta Perputaran Piutang Piutang memiliki Sitanggang Terhadap pada Profitabilitas pengaruh yang tidak PT.Gresik Cipta signifikan terhadap Sejahtera Cabang Medan. Profitabilitas. 2007 Gunarto Pengaruh Tingkat Tingkat Perputaran Perputaran Piutang dan Piutang dan Perputaran Persediaan Perputaran Persediaan Terhadap Rentabilitas berpengaruh signifikan Ekonomi pada cabang Semarang. 29 KPRI terhadap Ekonomi. Rentabilitas