ANALISIS EFEKTIVITAS SOCIAL MEDIA TERHADAP KEPUTUSAN

advertisement
ANALISIS EFEKTIVITAS SOCIAL MEDIA
TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN ANDROID MENGGUNAKAN
MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL
(Studi Kasus Mahasiswa Diploma IPB)
Oleh
WIN FARID ARISKA
H24096064
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
Judul Skripsi
: Analisis Efektivitas Social Media Terhadap Keputusan Pembelian
Android menggunakan Model Persamaan Struktural (Studi Kasus
Mahasiswa Diploma IPB)
Nama
: Win Farid Ariska
NIM
: H24096064
Menyetujui
Dosen Pembimbing,
(Dr. Ir. M Syamsun, M.Sc)
NIP. 195002271974121001
Mengetahui
Ketua Departemen,
(Dr. Ir. Jono M Munandar, M.Sc)
NIP. 196101231986011002
Tanggal Lulus :
RINGKASAN
WIN FARID ARISKA. H24096064. Analisis Efektivitas Social Media Terhadap Keputusan
Pembelian Android Menggunakan Model Persamaan Struktural (Studi Kasus Mahasiswa
Diploma IPB). Di bawah bimbingan MUHAMMAD SYAMSUN.
Social media adalah konten berisi informasi, yang dibuat oleh orang yang memanfaatkan
teknologi penerbitan, sangat mudah diakses dan dimaksudkan untuk memfasilitasi komunikasi,
pengaruh dan interaksi dengan sesama dan dengan khalayak umum. Hal ini biasanya dilakukan
melalui Internet dan jaringan komunikasi mobile. Tingginya pengguna social media di Indonesia
memacu para produsen untuk membuat iklan atau melakukan promosi termasuk produsen
Android.
Salah satu model yang dapat menganalisis efektivitas iklan terhadap pembelian adalah
Consumer Decision Model (CDM). CDM adalah model dengan enam variabel yang saling
berhubungan yaitu: Pesan Iklan (F, finding information), Pengenalan merek (B, brand
recognation), Kepercayaan Konsumen (C, confidence), Sikap Konsumen (A, attitude), Niat Beli
(I, intention) dan Pembelian Nyata (P, purchase).
Alur model dalam CDM berawal dari pesan iklan (F) oleh konsumen. Informasi yang
diterima dapat menyebabkan tiga kemungkinan pengaruh yang dimulai dari pengenalan merek
(B), tingkat kepercayaan (C), atau dari informasi itu yang sesuai dengan keinginan dan
kebutuhan konsumen menunjukkan kesesuaian yang akan membentuk sikap (A). Kemudian dari
pengenalan merek (B) selanjutnya dievaluasi apakah pengenalan tersebut sesuai dengan
keinginan dan kebutuhan konsumen dimana kesesuaian tersebut akan membentuk sikap (A), dan
menambah tingkat kepercayaan (C). Pengenalan merek mempunyai sumbangan berupa
penguatan terhadap sikap dan keyakinan konsumen terhadap merek yang ditawarkan yang pada
akhirnya kesemuanya mampu menimbulkan niat beli (I) dari konsumen. Hal ini tentu saja akan
mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian yang nyata (P).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas social media android dalam
mengkomunikasikan pesannya kepada konsumen dengan menggunakan Model Persamaan
Struktural. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu dengan
penyebaran kuesioner dan data sekunder. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Sofware Social Package for Social (SPSS) 17.0 dan SmartPLS 2.0.
Hasil dari analisis PLS didapat bahwa pengaruh F terhadap B signifikan dengan nilai t
sebesar 22,12 lebih besar dari t tabel 1,96. Pengaruh F terhadap C k signifikan karena nilai t lebih
kecil dari t tabel (2,83>1,96), begitu juga dengan pengaruh F terhadap A signifikan (2,10>1,96).
Pengaruh B terhadap C signifikan (4,84>1,96), pengaruh B terhadap A signifikan (6,49>1,96). C
terhadap I berpengaruh signifikan (2,58>1,96), begitu juga dengan pengaruh variabel A terhadap
I signifikan (3,59>1,96). Selanjutnya pengaruh variabel I terhadap P berpengaruh signifikan
karena nilai t statistiknya lebih besar dari t tabel (14,58>1,96).
RIWAYAT HIDUP
Penulis win Farid Ariska dilahirkan pada tanggal 28Oktober 1986 di Iparbondar. Penulis
merupakan anak keempat dari pasangan Banta Ahmad dan Faisah Siddiq Nasution. Penulis
mengawali pendidikan formal di SD Muhammadiyah Gunung Tua tahun 1993 hingga 1999.
Setelah dari Sekolah Dasar penulis melanjutkan pendidikan SLTP Negeri 1 Panyabungan dari
tahun 1999 – 2002. Kemudian tahhun 2002 – 2005, penulis menempuh pendidikan di SMU
Negeri 1 Panyabungan.
Penulis masuk IPB melalui jalur USMI pada tahun 2005 pada program Diploma
Supervisor Jaminan Mutu Pangan sampai tahun 2008. Penulis melanjutkan ke Program Sarjana
Alih Jenis Manajemen pada tahun 2009.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadapan Allah SWT atas
segala limpahan rahmat, karunia dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Institut
Pertanian Bogor.
Skripsi ini mengambil judul “Analisis Efektivitas Social Media Terhadap Keputusan
Pembelian Android Menggunakan Model Persamaan struktural (Studi Kasus Mahasiswa
Diploma IPB)” dilaksanakan sejak bulan November 2011 hingga Maret 2012. Dengan
selesainya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah banyak memberikan dukungan dan motivasi.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan.
Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diperlukan untuk kemajuan yang lebih baik. penulis
berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kemaslahatan umat dan bernilai ibadah dalam
pandangan Allah SWT.
Bogor, Oktober 2012
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang berkat rahmat dan karunia-Nya,sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh
berbagai pihak, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. M. Syamsun, M.Sc. sebagai dosen pembimbing, terima kasih atas kesabarannya dalam
membimbing penulis.
2. Seluruh Staf pengajar dan karyawan serta karyawati Departemen Manajemen FEM IPB.
3. Ibunda dan Ayahanda, atas kasih sayang dan pengorbanan Beliau kepada penulis dan sebagai
motivator utama penulis sehingga terselesaikannya skripsi ini, tidak lupa kepada istri, kakak
dan abangku tercinta atas keceriaan dan dukungan yang diberikan.
4. Rekan-rekan seperjuangan di Program Alih Jenis Manajemen angkatan 6, Asep Irfansyah,
Rosa Maharani, Vinha Simamora dan Rista Januati, Budi Kurnialis, Rahmat Subagyo yang
selalu bersama-sama membuat kenangan indah saat kuliah.
5. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi. Semoga Allah SWT senantiasa
memberikan balasan atas seluruh kebaikan yang telah diberikan.
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................
iii
KATA PENGANTAR ..............................................................................
iv
UCAPAN TERIMA KASIH ...................................................................
v
DAFTAR ISI ............................................................................................
vi
DAFTAR TABEL ....................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................
x
I.
PENDAHULUAN ..............................................................................
1
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1
8
8
8
9
II.
Latar Belakang ............................................................................
Perumusan Masalah .....................................................................
Tujuan Penelitian.........................................................................
Manfaat Penelitian .......................................................................
Ruang Lingkup Penelitian ............................................................
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................
10
2.1 Pemasaran ...................................................................................
2.1.1 Segmentasi Pasar, Pasar Sasaran dan Posisi Pasar .............
2.1.2 Bauran Pemasaran (Marketing Mix) ..................................
2.2 Komunikasi .................................................................................
2.2.1 Komunikasi Pemasaran......................................................
2.2.2 Pengertian Efektivitas ........................................................
2.2.3 Pengertian Social Media ....................................................
2.3 Konsumen ...................................................................................
2.3.1 Pengertian Konsumen .......................................................
2.3.2 Pengertian Perilaku Konsumen .........................................
2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen ...............
2.3.4 Proses Keputusan Pembelian .............................................
2.4 Pengertian Android .....................................................................
2.5 Consumer Decision Model ...........................................................
2.6 Model Persamaan Struktural ........................................................
2.7 Hasil Penelitian Terdahulu ...........................................................
10
10
13
15
15
16
16
17
17
17
17
20
24
24
27
28
III. METODE PENELITIAN ..................................................................
30
3.1
3.2
3.3
Kerangka Pemikiran Penelitian ...................................................
Lokasi dan Waktu Penelitian.......................................................
Metode Penelitian .......................................................................
3.3.1 Pengumpulan Data ............................................................
30
30
31
31
3.3.2 Metode Pengambilan Sampel ............................................
3.3.3 Pengujian kuesioner ..........................................................
3.3.4 Pengolahan dan Analisis Data ...........................................
31
32
33
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..........................................................
41
4.1 Gambaran Umum Penelitian ........................................................
4.2 Karakteristik Responden ..............................................................
4.2.1 Jenis Kelamin....................................................................
4.2.2 Tingkat Usia .....................................................................
4.2.3 Tingkat Pengeluaran..........................................................
4.2.4 Tempat Tinggal .................................................................
4.2.5 Lama Menggunakan Handphone Android .........................
4.2.6 Jenis Handphone Android .................................................
4.2.7 Alasan Menggunakan Handphe Android ...........................
4.2.8 Tingkat Meng-update Status Via Handphone Android ......
4.3 Analisis Efektivitas Social Media Android...................................
4.4 Analisis Model Persamaan Struktural ..........................................
4.4.1 Menilai Outer Model atau Measurement Model .................
a. Discriminant Validity .....................................................
b. Composite Reliability.....................................................
4.4.2 Pengujian Model Struktural (Inner Model) ........................
4.4.3 Pengujian Jalur ..................................................................
41
44
44
44
45
46
47
48
48
49
50
51
51
53
54
54
55
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................
58
1.
2.
Kesimpulan .........................................................................................
Saran ...................................................................................................
58
58
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
60
LAMPIRAN
63
.........................................................................................
DAFTAR TABEL
No
1
2
3
4
5
6
7
Halaman
Data Penjualan Handphone Berdasarkan Sistem Operasinya ...........
Ukuran Goodness of Fit Dalam Model SEM ...................................
Outer Loading (Measurement Model) .............................................
Cross Loading ................................................................................
Composite Reliability dan Cronbach Alpha.....................................
Nilai R-square ................................................................................
Path Coefficients (Mean. STDEV, T-Values) ...................................
2
39
51
53
54
55
56
DAFTAR GAMBAR
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Halaman
Data 20 Negara Pengguna Twitter...................................................
Data 25 Negara Terbesar meng-Update di Twitter ..........................
Data 20 Negara Pengguna Facebook ..............................................
Tahap-Tahap Pengambilan Keputusan Pembelian ...........................
Consumen Decision Model (CDM) .................................................
Kerangka Pemikiran Penelitian .......................................................
Jenis Variabel Dalam SEM .............................................................
Jenis Kelamin Responden Pengguna Android .................................
Tingkat Usia Responden Pengguna Android ...................................
Tingkat Pengeluaran Responden Pengguna Android .......................
Tempat Tinggal Responden Pengguna Android ..............................
Lama Responden Menggunakan Android........................................
Jenis Handphone Android Responden.............................................
Alasan Responden Memilih Android ..............................................
Tingkat Mengupdate Status Via Handphone Android .....................
Hasil Consumer Decision Model (CDM) Android ...........................
4
5
6
22
24
31
37
44
45
46
47
47
48
49
49
51
DAFTAR LAMPIRAN
No
1
2
3
4
5
6
7
Halaman
Kuesioner .......................................................................................
Karakteristik Responden .................................................................
Uji Validitas ...................................................................................
Uji Reliabilitas ................................................................................
Gambar Hasil PLS Algoritma .........................................................
Gambar Hasil Bootstrapping Algoritma ..........................................
Gambar Hasil Drop Bootsrapping Algoritma ..................................
63
66
68
70
71
72
73
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan zaman menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi
perusahaan yang ada di seluruh dunia. Dengan bertambahnya jumlah produk dan pesaing
berarti tidak kekurangan bahan, namun kekurangan konsumen. Ini membuat konsumen
menjadi raja konsumen lebih banyak pilihan dan informasi. Seiring dengan perkembangan
zaman, teknologi telekomunikasi tidak hanya menjadi instrumen peningkatan efektifitas dan
efisiensi bisnis tetapi juga telah menjadi area bisnis yang menggiurkan. Era teknologi
telekomunikasi telah melanda sendi-sendi kehidupan manusia, dimana penggunaan
teknologi telekomunikasi dalam membantu serta meringankan pekerjaan sangat dibutuhkan.
Era teknologi telekomunikasi menjadi area bisnis yang banyak diperebutkan pelaku usaha
karena potensi luar biasa yang dikandungnya. Salah satu prduk teknologi telekomunikasi
yang saat ini dipasarkan adalah handphone.
Seiring dengan berkembangnya teknologi, masyarakat Indonesia khususnya yang
hidup di wilayah perkotaan mulai mengalami perubahan gaya hidup. Bagi mereka,
HandPhone (HP) atau ponsel tidak hanya digunakan sebagai alat telepon atau sms saja,
tetapi mereka juga sudah memperhatikan fitur-fitur lainnya yang mulai terdapat pada semua
jenis dan tipe handphone yang beredar dipasaran. Selain itu, merek handphone pun sudah
menjadi pilihan gaya hidup mereka.
Tabel 1. Data penjualan smartphone di dunia berdasarkan sistem
operasinya.
2010
Company
Units
2009
Market Share
(%)
Units
Market Share
(%)
Symbian
111.576,7
37,6
80.878,3
46,9
Android
67.224,5
22,7
6.798,4
3,9
RIM
47.451,6
16,0
34.346,6
19,9
iOS
46.598,3
15,7
24.889,7
14,4
Microsoft
12.378,2
4,2
15.031,0
8,7
Other Oss
11.417,4
3,8
10.432,1
6,1
296.646,6
100,01
172.376,1
100,0
Total
Sumber : Gartner (2011)
Berikut adalah poin-poin yang menarik dari data di atas:
 Android menanjak dari dengan angka yang cukup mengesankan dari tahun 2009. Market
share Android naik sekitar 888,8% dari tahun lalu dan dengan cepat mengalahkan
competitor-kompetitor mereka.
 Nokia symbian masih merajai market share OS smartphone walaupun mengalami
penurunan market share. Namun begitu, penjualan smartphone berbasis symbian masih
meningkat dibanding tahun lalu. Dan juga, ada kemungkinan symbian tahun ini akan
menanggalkan gelar raja di pasar smartphone apalagi setelah kerja sama Nokia dengan
Microsoft.
 Microsoft walaupun system operasi mobile terbaru mereka, Windows Phone 7 mendapat
banyak review positif namun market share mereka malah turun jauh. Penjualan
smartphone berbasis OS dai Microsoft di platform smarphone akan menanjak atau tidak
setelah bekerja sama dengan Nokia1.
Dalam dua tahun terakhir, OS Android telah banyak digunakan oleh berbagai produk
smarphone dan handheld lainnya termasuk juga PC Tablet. Begitu pula di Indonesia, mobile
1
http://www.teknojurnal.com/2011/02/18/data-dan-analisa-penjualan- handphone-dan-smartphone-di-dunia-pada tahun-2010/
dengan sistem operasi android pun telah beredar luas karena memang selain produk mobile
dari Blackberry dan Apple (memiliki OS tersendiri : iOS dan Blackberry OS), umumnya
gadget terbaru menggandeng Android sebagai system operasinya. Bagi sebagian orang,
Android adalah hal yang asing, karena selama ini di Indonesia sudah terlebih dahulu nyaman
dengan Symbian. Kemudian disusul dengan ledakan Blackberry yang menggunakan
Blackberry OS nya. Kedua OS tadi memang cukup akrab dengan konsumen di Indonesia.
Sistem operasi Android adalah sebuah sistem operasi untuk mobile berbasis Linux.
Untuk lebih jelasnya mengenai Android, berikut adalah kutipan singkat dari Wikipedia.
Android adalah system operasi untuk telepon seluler yang berbasis Linux. Android
menyediakan platform terbuka bagi para pengembang buat menciptakan aplikasi mereka
sendiri untuk digunakan oleh bermacam peranti bergerak. Cepatnya perubahan teknologi
juga berdampak pada media yang digunakan oleh pelaku pemasar. Pemasaran yang pada
awalnya hanya melakukan promosi dengan televise atau media cetak, kini hal tersebut
berubah. Pelaku pemasaran juga harus mempertimbangkan khalayak pengguna social media.
Social Network atau yang biasa disebut jejaring sosial adalah jaringan interaksi sosial
dan hubungan pribadi diantara individu-individu yang berlainan. Dengan pengaruh
penggunaan IT saat ini, jejaring social berkembang menjadi suatu situs (website) yang
didedikasikan atau suatu aplikasi yang memungkinkan pengguna untuk berkomunikasi satu
sama lain dengan mem-posting informasi, komentar, pesan, gambar, dan lain-lain.
Perkembangan jejaring sosial yang sangat pesat ditandai dengan banyaknya
kemunculan media jejaring sosial (social media), diantaranya seperti layanan MySpace,
Friendster, Facebook, Twitter, LinkedIn, Meebo, dan lain-lain. Apabila dilihat dari jumlah
pengguna, saat ini Sosial Media di Indonesia dikuasai oleh dua pemain besar, yaitu
Facebook dan Twitter. Pengguna kedua layanan ini kecenderungannya meningkat dari tahun
ke tahun.
Data dan fakta pengguna jejaring sosial Twitter Indonesia. Tweeple atau Tweep
adalah sebutan untuk pengguna jejaring sosial Twitter. Menurut data yang dilansir situs
Semiocast Dot Com, jumlah tweeps di Indonesia sebanyak 19,5 juta orang. Jumlah tersebut
menempati posisi kelima dunia setelah Amerika Serikat (sekitar 107 juta pengguna), Brasil
(33 juta pengguna), Jepang (29 juta pengguna), dan Inggris (24 juta pengguna).
Semiocast telah menganalisis 383 juta profil pengguna Twitter yang dibuat sebelum
1 Januari 2012. Analisis tersebut juga mengungkapkan bahwa dengan 107.7 juta akun yang
dibuat sebelum 1 Januari 2012, Amerika Serikat sekarang hanya mewakili 28,1% dari
seluruh pengguna Twitter. Namun demikian, jejaring sosial tersebut tetap sangat aktif di
negara asalnya. Pada bulan Desember 2011 saja, sekitar 5.6 juta pengguna baru diciptakan
dari Amerika Serikat.
Hal lain yang menarik, Jepang menjadi bahasa yang paling banyak digunakan kedua
di Twitter, setelah bahasa Inggris. Di bawah Indonesia, peringkat 6 hingga 10 masingmasing ditempati: India dengan 13 juta pengguna, Meksiko 11 juta pengguna, Filipina 8 juta
pengguna, Spanyol 8 juta pengguna, dan Kanada 7 juta pengguna.
Gambar 1. Data 20 negara pengguna twitter terbesar (semiocast.com, 2011)
Sementara itu, data yang dirilis situs A World of Tweets Dot Com menempatkan
Indonesia sebagai negara ketiga terbanyak di dunia dalam menulis tweet (kicauan), yakni
sebesar 11,39%. Peringkat pertama diduduki Amerika Serikat dengan jumlah tweet
sebanyak 27%, dan peringkat kedua dipegang Brazil dengan tweet sebesar 24 %.
Di bawah Indonesia, Inggris dengan 6% dan Belanda sebesar 4%. Namun demikian, untuk
tingkat benua Asia, Indonesia bertengger di posisi jawara tweet dengan meraih 53,97%,
disusul Jepang 14,5%, Malaysia 8,96%, Korea Selatan 4,36% dan Turki 4,08%.
Data-data dari A World of Tweets Dot Com tersebut diperoleh berdasarkan rekaman
total jumlah tweet seluruh dunia sejak November 2010.
Gambar 2. Data 25 negara terbesar meng update di twitter (a world of tweets.com, 2011)
Hal yang menarik yang bisa dicermati dari data dan fakta pengguna Jejaring Sosial
Twitter di Indonesia adalah: Pertama, pangsa pasar menggiurkan. Jumlah pengguna
Twitter di Indonesia sebesar 19,5 juta orang, diakui atau tidak merupakan pangsa pasar
menggiurkan. Maka tidak heran berbagai produsen mulai kelas teri hingga kakap berlombalomba menggarap potensi ekonomi besar ini. Strategi dan taktik agar merek (brand) produk
mereka tertanam kuat adalah urusan masing-masing. Namun demikian, tujuan akhirnya
tiada lain agar produk-produk mereka laku di pasaran. Sekurang-kurangnya menjadi
referensi.
Dibandingkan dengan pengguna Facebook Indonesia yang telah mencapai 43,06 juta
(data terakhir situs Socialbakers Dot Com terlampir), dan mereka berasal dari kalangan
bawah hingga atas. Sementara pengguna Twitter Indonesia memiliki karakteristik khusus.
Kebanyakan dari mereka adalah kelas menengah ke atas yang cukup mandiri dalam
ekonomi. Banyak pula di antaranya gemar berganti-ganti gadget terbaru. Informasi
mengenai munculnya gadget-gadget terbaru acap bersliweran di Twitter, yang disadari atau
tidak menjadi referensi agar memiliki gadget terbaru itu.
Gambar 3. Data 20 negara pengguna facebook terbesar (semiocast.com, 2011).
Kedua, pengguna Twitter Indonesia cerewet. Berkaitan dengan poin dua di atas, suka
atau tidak suka, sesungguhnya pengguna Twitter Indonesia itu cerewet. Hal-hal kecil,
misalnya, belum sarapan saja bisa menjadi tweet. Hampir setiap pertemuan mulai dari
kongkow di warung kopi hingga cafe elit, pertemuan RT, rapat-rapat kepanitiaan dan
sebagainya, pengguna Twitter Indonesia sibuk dengan gadget ponselnya asyik twitteran2.
Pengguna jejaring sosial memungkinkan pengguna melakukan perubahan (update),
baik itu informasi, status, content, dan lain-lain, setiap saat secara online dengan
2
https://dwikisetiyawan.wordpress.com/2012/02/29/data-dan-fakta-pengguna-jejaring-sosial-twitter-indonesia/
menggunakan IT sebagai media penyampainnya. Hal yang membuat jejaring social banyak
diminati adalah dimungkinkannya berhubungan dengan banyak pihak tidak terkendala
dengan factor jarak dan sehingga promosi yang dilakukan tidak lagi menekankan persaingan
pada pasar melainkan persaingan yang sebenarnya berada pada benak konsumen. Sebuah
merek yang memiliki karakter merek yang kuat akan membentuk loyalitas yang tinggi.
Untuk dapat masuk dalam benak konsumen suatu merek harus memiliki karakter merek
yang kuat.
Lingkungan bisnis bergerak sangat dinamis, serta mempunyai ketidakpasian paling
besar. Oleh karena itu, perusahaan dituntut bersaing secara kompetitif dalam hal meciptakan
dan mempertahankan konsumen waktu dan hanya membutuhkan usaha dan sumber daya
yang minimal, yaitu cukup dengan tersedianya media IT dan koneksi internet.
Tingginya penggunaan social media di Indonesia menjadikan peluang yang cukup
besar bagi para pemasar untuk dapat mempromosikan produknya yang loyal (secara lebih
spesifik disebut pelanggan), dan salah satunya adalah melalui perang antar merek.
Perusahaan semakin menyadari merek menjadi faktor penting dalam persaingan dan menjadi
aset perusahaan yang bernilai. Promosi yang dilakukan pemasar melalui social media
bertujuan agar mendapatkan tingkat penjualan yang tinggi. Peran pemilik untuk dapat
mengontrol mereknya untuk tetap menciptakan karakter dari merek yang dipromosikan,
sehingga harapannya promosi yang dilakukan pada social media dapat efektif sampai pada
benak konsumen.
1.2. Perumusan Masalah
Promosi melalui social media merupakan salah satu bentuk komunikasi pemasaran
yang cukup efaktif dan murah. Perusahaan tidak perlu mengeluarkan anggaran yang besar
untuk melakukan promosi tersebut, promosi ini didapatkan gratis dari para konsumen yang
telah mengkonsumsi produk mereka. Komunikasi pemasaran ini sangat ampuh
meningkatkan jumlah penjualan suatu produk, karena konsumen cenderung akan
menginformasikan mengenai produk yang telah dikonsumsinya secara jujur sehingga dapat
mempengaruhi orang lain dalam melakukan proses keputusan pembelian. Selain itu, dilihat
dari data dimana penggunaan social media di Indonesia yang cukup besar dapat
mempengaruhi tingkat penjualan android yang dari tahun ke tahun semakin meningkat.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dirumuskan masalah penelitian ini, yaitu:
- Bagaimana efektivitas social media pada pemasaran android dalam mengkomunikasikan
pesannya kepada konsumen dengan menggunakan Model Persamaan Struktur?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilaksakannya penelitian ini adalah:
- Menganalisis efektivitas social media android dalam mengkomunikasikan pesannya
kepada konsumen dengan menggunakan Model Persamaan Struktur
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan sebagai berikut:
1.
Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan dalam
bidang pemasaran, terutama sebagai acuan studi tentang bagaimana menganalisa
efektifitass social media dalam suatu proses keputusan pembelian, juga untuk
memberikan sumbangan informasi yang dapat
menambah pengetahuan bagi
pembacanya.
2. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan dibidang manajemen pemasaran khususnya
mengenai promosi melalui social media dan keputusan pembelian serta melatih
kemampuan menulis untuk mengaplikasikan teori-teori yang sudah didapatkan saat
perkuliahan.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini terbatas pada menganalisis Efektivitas Social
Media pada Pemasaran Android dengan Menggunakan Model Persamaan Struktural.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pemasaran
Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan
kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan cara
menciptakan, menawarkan, dan menukarkan produk yang memiliki nilai komoditas
(Kotler, 2004). Pemasaran merupakan ujung tombak keberhasilan suatu usaha. Untuk
mencapai keberhasilan tersebut, sebuah perusahaan diharuskan untuk menentukan strategi
pemasaran yang tepat. Dengan mengunakan strategi pemasaran yang tepat, suatu
perusahaan dapat menempati posisi yang kuat dalam persaingan.
Menurut Rangkuti (2006) pemasaran adalah suatu proses kegiatan yang
dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial, budaya, politik, ekonomi, dan manajerial. Akibat
dari pengaruh berbagai faktor tersebut adalah masing-masing individu maupun kelompok
mendapatkan kebutuhan dan keinginan dengan menciptakan, menawarkan, dan
menukarkan produk yang memiliki nilai komoditas.
2.1.1 Segmentasi Pasar, Pasar Sasaran, dan Posisi Pasar
a. Segmentasi Pasar
Kotler dan Keller (2009) segmentasi pasar terdiri dari sekelompok pelanggan
yang memiliki sekumpulan kebutuhan dan keinginan yang serupa.
1.
Segmentasi geografi
Segmentasi geografis memerlukan pembagian pasar menjadi berbagai unit
geografis seperti Negara, Negara bagian, wilayah, kabupaten, kota, atau
lingkungan sekitar. Perusahan dapat beroperasi di satu atau beberapa daerah, atau
beroperasi di seluruh daerah, sambil tetap memberikan perhatian pada variasi
lokal.
2.
Segmentasi demografi
Segmentasi demografi merupakan pembagian pasar ke dalam kelompokkelompok berdasarkan variable-variabel demografi, seperti usia, jenis kelamin,
jumlah keluarga, daur hidup keluarga, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, agama,
ras dan kebangsaan. Variabel-variabel demografi merupakan dasar paling populer
untuk membedakan kelompok-kelompok konsumen. Satu alasan adalah bahwa
tingkat keinginan, polihan dan pemakaian konsumen seringkali selalu dikaitkan
dengan variable-variabel demografi. Alasan lain adalah bahwa variable-variabel
demografi lebih mudah untuk mengukur daripada kebanyakan variable lain.
Berikut ini akan digambarkan bagaimana variable-variabel demografi tertentu
telah diterapkan pada segmentasi pasar.
-
Tingkat usia dan daur hidup
Keinginan dan kapasitas konsumen berubah seiring dengan bertambahnya
usia. Bahkan anak-anak usia enam bulan berbeda dengan anak-anak usia tiga
bulan dalam potensi mereka berkonsumsi
-
Jenis kelamin
Segmentasi jenis kelamin telah lama diterapkan dalam pakaian, tata rambut,
kosmetik
dan
majalah.
Kadang-kadang
para
pemasar
lain
akan
memperhatikan sebuah kesempatan untuk membeat segmentasi berdasarkan
jenis kelamin
-
Pendapatan
Praktek segmentasi ini sudah lama sekali dijalankan perusahaan. Produk yang
dikelompokkan untuk segmentasi jenis ini mobil, rumah dan lain-lain.
-
Segmentasi berdasarkan lebih dari satu variable demografi
Segmentasi jenis yang demikian sering sekali dipakai perusahaan. Misalkan
segmentasi ini merupakan penggabungan antara pendapatan, usia dan jenis
kelamin.
3.
Segmentasi psikografis
Psikografis adalah ilmu untuk menggunakan psikologi dan demografi guna lebih
memahami konsumen. Dalam segmentasi psikografi, pembeli dibagi menjadi
berbagai kelompok berdasarkan sikap psikologis/kepribadian, gaya hidup atau
nilai.
4.
Segmentasi perilaku
Dalam segmentasi perilaku ini konsumen dibagi kedalam kelompok berdasarkan
pengetahuan, sikap, penggunaan atau tanggapan mereka terhadap sebuah produk.
Banyak pemasar berpendapat bahwa variable perilaku merupakan titik awal
terbaik untuk membuat segmen-segmen pasar.
-
Kejadian
Kejadian dapat didefinisikan berdasarkan waktu hari, bulan, tahun, atau
berdasarkan aspek temporer kehidupan konsumen yang didefinisikan dengan
baik. Kita dapat membedakan pembeli menurut kejadian ketika mereka
memiliki kebutuhan, membeli produk, atau menggunakan produk.
-
Manfaat
Tidak semua orang yang membeli produk menginginkan manfaat yang sama
dari produk tersebut.
-
Status pengguna
Semua produk mempunyai nonpengguna, mantan pengguna, pengguna
potensial, pengguna pertama, dan pengguna teratur. Perusahaan besar yang
mencari bagian pasar yang tinggi biasanya lebih tertarik kepada calon
pemakai sedangkan perusahaan kecil biasanya lebih suka mempertahankan
pemakai tetapnya supaya tidak lari ke perusahaan lain.
-
Tingkat penggunaan
Pasar dapat disegmentasikan menjadi pengguna produk kelas ringan,
menengah, dan berat. Pengguna berat sering kali hanya menduduki persentase
pasar yang kecil tetapi memiliki persentase total konsumsi yang tinggi.
-
Status loyalitas
Pemasar biasanya membayangkan empat kelompok berdasarkan status
loyalitas merek:
a) Loyalitas berat, konsumen yang hanya membeli satu merek sepanjang
waktu
b) Loyalitas yang terbagi, konsumen yang loyal kepada dua atau tiga merek
c) Loyalitas yang bergeser, konsumen yang beralih loyalitas dari satu merek
ke merek lain
d) Orang yang suka berpindah, konsumen yang tidak memperlihatkan
loyalitas kepada merek apapun.
b. Pasar Sasaran
Apabila perusahaan telah mengidentifikasi peluang pada tiap segmen pasarnya,
maka selanjutnya perusahaan harus mengevaluasi beragam segmen dan memutuskan
berapa berapa banyak segmen dan segmen mana yang akan dibidik. Proses
mengevaluasi segmen pasar yang berbeda, perusahaan harus memperhatikan faktor
daya tarik segmen secara keseluruhan serta faktor tujuan dan sumber daya perusahaan
(Kotler dan Amstrong, 2004). Penentuan pasar sasaran yakni tindakan memilih satu
atau lebih segmen pasar untuk dimasuki atau dilayani berdasarkan potensi laba segmen
tersebut dan kesesuaiannya dengan strategi korporat perusahaan (Tjiptono, 2008).
c. Posisi Pasar
Menurut Kotler dan Amstrong (2004), setelah perusahaan memutuskan segmen
– segmen pasar yang akan dimasuki, haruslah diputuskan posisi apa yang harus
ditempati dalam segmen tersebut. Posisi produk adalah cara produk didefiisikan oleh
konsumen berdasarkan makna tempat suatu produk, merek, atau sekelompok produk
di dalam benak konsumen, relatif terhadap penawaran pesaingnya. Positioning suatu
produk menuntut perusahaan untuk menanamkan keunikan manfaat dan diferensiasi
merek ke dalam benak konsumen.
2.1.2 Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang diunakan perusahaan
untuk terus menerus mencapai tujuan pemasaran di pasar sasaran (Kotler, 2002). Bauran
pemasaran (marketing mix) yaitu empat keputusan bagi sebuah merek yang saling terkait
meliputi product, price, place, dan promotoin:
a. Product
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk memuaskan
keinginan atau kebutuhan. Menurut Tjiptono (2008) produk merupakan segala
sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari,, dibeli,
digunakan atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar
yang bersangkutan, baik intangible maupun tangible.
b.
Price
Harga
adalah
nilai
barang
atau
jasa
dalam
bentuk
uang.
Harga
juga
mengkomunikasikan posisi nilai yang dimaksudkan oleh perusahaan kepada pasar
tentang produk dan mereknya. Harga merupakan satu – satunya unsur bauran
pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan,
sedangkan ketiga unsur lain menyebabkan timbulnya biaya. Harga juga merupakan
unsur bauran pemasaran ang bersifat fleksibilittas, artinnya dapat diubah dengan cepat
(Tjiptono, 2008).
c. Place
Tempat atau saluran distribusi merupakan serangkaian organisasi yang saling
tergantung yang terlibat dalam proses untuk menjadikan produk siap untuk
dikonsumsi oleh konsumen. Pendistribusian dapat diartikan sebagai kegiatan
pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan
jasa dari produsen ke konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan yang
diperlukan (Tjiptono, 2008).
d. Promotion
Kordinasi semua penjual dalam memulai suatu usaha untuk menyediakan saluran
informasi dan persuasi untuk menjual barang dan jasa atau mempromosikan sebuah
ide.
2.2. Komunikasi
Komunikasi adalah proses dimana pemikiran dan pemahaman disampaikan antar
individu, atau antara organisasi dengan individu (Shimp, 2003). Komunikasi juga diartikan
kedalam suatu proses pertukaran informasi antar individu melalui sistem yang biasa
(lazim) baik dengan simbol – simbol, sinyal – sinyal, maupun perilaku atau tindakan.
Pengertian komunikasi ini paling tidak melibatkan dua orang atau lebih dengan
menggunakan cara – cara berkomunikasi yang biasa dilakukan oleh seseorang seperti
melalui lisan, tulisan, maupun sinyal – sinyal nonverbal (Purwanto, 2003). Bentuk
komunikasi dibagi menjadi dua bagian yaitu komunikasi verbal dan komunikasi non
verbal. Komunikasi verbal adalah bentuk komunikasi yang lazim digunakan untuk
meyampaikan pesan – pesan bisnis kepada pihak lain melalui tulisan maupun lisan dan
memiliki struktur yang teratur dan terorganisasi dengan baik. Komuikasi non verbal
memiliki sifat yang kurang terstruktur sehingga sulit untuk dipelajari seperti komunikasi
menggunakan gerakan – gerakan tubuh, bahasa tubuh sebagai alat untuk berkomunikasi
dengan orang lain (Purwanto, 2003).
2.2.1 Komunikasi Pemasaran
Menurut Tjiptono (2008), Komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran
yang
berusaha
menyebarkan
informasi,
mempengaruhi/membujuk,
dan/atau
mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima,
membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan.
Terdapat lima cara dari komunikasi pemasaran yang utama atau sering disebut bauran
komunikasi (Durianto, 2003), yaitu:
1. Advertising (Periklanan), yaitu semua bentuk penyajian nonpersonal, promosi, dan
ide tentang barang atau jasa yang dibayar oleh suatu sponsor.
2. Sales Promotion (Promosi Penjualan), yaitu berbagai bentuk insentif jangka pendek
untuk mendorong keinginan konsumen untuk mencoba atau membeli suatu produk
atau jasa.
3. Public relation (Hubungan Masyarakat dan Publisitas), yaitu berbagai macam
program untuk memelihara, menciptakan, dan mengembangkan citra perusahaan atau
merek sebuah produk.
4. Personal Selling (Penjualan Pribadi), yaitu interaksi langsung dengan satu atau
beberapa calon pembeli dengan melakukan presentasi, menjawab pertanyaan, dan
menerima pesanan.
5. Direct Marketing (Pemasaran langsung), yaitu penggunaan surat, telepon, faksimili,
e-mail, dan alat komunikasi nonpersonal lainnya untuk melakukan komunikasi secara
langsung dari para pelanggan dan calon pelanggan.
2.2.2 Pengertian Efektivitas
Efektivitas adalah kemampuan untuk menentukan tujuan yang memadai atau bisa
diartikan melakukan hal yang tepat, sedangkan efisiensi berarti kemampuan untuk
meminimalkan penggunaan sumber daya dalam mencapai tujuan organisasi atau
melakukan sesuatu yang tepat (Stoner, 1996).
2.2.3 Pengertian Social Media
Menurut Thoyibie (2010), Social media adalah konten berisi informasi, yang
dibuat oleh orang yang memanfaatkan teknologi penerbitan, sangat mudah diakses dan
dimaksudkan untuk memfasilitasi komunikasi, pengaruh dan interaksi dengan sesama dan
dengan khalayak umum. Hal ini biasanya dilakukan melalui internet dan jaringan
komunikasi mobile.
Social media marketing adalah proses mempromosikan produk atau bisnis melalui
saluran media sosial, merupakan bagian dari word of mount marketing, dan merupakan
strategi pemasaran yang efektif dan murah untuk dilakukan. Social media marketing
merupakan keterlibatan komunitas online untuk menghasilkan peluang meningkatkan
penjualan. Social media merupakan alat yang paling sederhana tapi dengan efek yang
sangat luar biasa.
2.3. Konsumen
2.3.1 Pengertian Konsumen
Kotler (2005) mendefinisikan konsumen sebagai individu atau kelompok yang
berusaha memenuhi atau mendapatkan barang atau jasa yang dipergunakan untuk
kehidupan pribadi atau kelompoknya. Berdasarkan pasal 1 ayat 2 Undang – Undang
Nomor 8 Tahun 1999 mengenai perlindungan konsumen, menerangkan bahwa konsumen
adalah setiap orang pemakai barang dan jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi
kepentingan sendiri, keluarga, orang lainn, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan.
2.3.2 Pengertian Perilaku Konsumen
Schiffman dan Kanuk dalam Samuel (2004), menjelaskan bahwa perilaku
konsumen adalah perilaku yang ditunjukkan konsumen dalam pencarian akan pembelian,
penggunaan, pengevaluasian, dan penggantian produk dan jasa yang diharapkan dapat
memuaskan kebutuhan konsumen.
2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Sementara perilaku konsumen itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
1. Faktor Sosial
a. Group
Sikap dan perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak grup-grup kecil dimana
orang tersebut berada dan mempunyai pengaruh langsung yang disebut membership
group. Membership group terdiri dari dua, meliputi primary group (keluarga,
teman, tetangga, dan rekan kerja) dan secondary group yang lebih formal dan
memiliki interaksi rutin yang sedikit (kelompok keagamaan, perkumpulan
professional dan serikat dagang). (Kotler, et.al, 2003)
b. Family influence
Keluarga memberikan pengaruh yang besar dalam perilaku pembelian, pengaruh
suami, istri dan anak dalam memiliki peran yang cukup besar dalam menentukan
keputusan pembelian produk dan servis yang berbeda.
c. Roles and Status
Sebuah role terdiri dari aktivitas yang diharapkan pada seseorang untuk dilakukan
sesuai dengan orang-orang di sekitarnya. Tiap peran membawa sebuah status yang
merefleksikan penghargaan umum yang diberikan oleh masyarakat (Kotler dan
Amstrong, 2006).
2. Faktor Personal
a. Economic Situation
Keadaan ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan terhadap keputusan
pembelian produk, contohnya rolex diposisikan konsumen kelas atas sedangkan
timex dimaksudkan untuk konsumen menengah. Situasi ekonomi seseorang sangat
mempengaruhi pemilihan produk dan keputusan pembelian pada suatu produk
tertentu (Kotler dan Amstrong, 2006).
b. Lifestyle
Pola kehidupan seseorang yang diekspresikan dalam aktivitas, ketertarikan dan
opini orang tersebut. orang-orang yang datang dari kebudayaan, kelas social dan
pekerjaan yang sama mungkin saja mempunyai gaya hidup yang berbeda (Kotler
dan Amstrong, 2006).
c. Personality and Self Concept
Personality adalah karakteristik unik dari keadaan psikologi seseorang yang
mengacu kepada kestabilan dan respon terus menerus terhadap lingkungan
seseorang (Kotler dan Amstrong, 2006)
d. Occupation
Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibeli. Contohnya,
pekerja konstruksi sering membeli makan siang dan catering yang datang ke tempat
kerja. Bisnis eksekutif, mambeli makan siang dari full service restoran, sedangkan
pekerja kantor membawa makan siangnya dari rumah atau membeli restoran cepat
saji terdekat (Kotler, et.al, 2003)
3. Faktor Psichological
a. Motivation
Motivasi (dorongan) adalah keadaan diri seseorang yang mendorong keinginan
individu untuk melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa sebenarnya perilaku konsumen dimulai dengan
adanya motif/ motifasi (Kotler, et.al, 2003).
b. Perception
Persepsi adalah proses dimana seseorang
memilih,
mengorganisasi dan
menerjemahkan informasi untuk membentuk sebuah gambaran yang berarti dari
dunia. Seseorang dapat membentuk berbagai macam persepsi yang berbeda dari
rangsangan yang sama (Kotler, et.al, 2003).
c. Learning
Pembelajaran adalah suatu proses yang selalu berkembang dan berubah sebagai
hasil dari informasi terbaru yang diterima (mungkin didapatkan dari membaca,
diskusi, observasi, berpikir) atau dari pengalaman sesungguhnya, baik informasi
terbaru yang diterima maupun pengalaman pribadi yang bertindak sebagai feedback
bagi individu dan menyediakan dasar bagi perilaku masa depan dalam situasi yang
sama. proses belajar pada suatu pembelian dapat terjadi apabila konsumen ingin
menanggapi dan memperoleh kepuasan atau sebaliknya tidak terjadi apabila
konsumen dikecewakan oleh produk yang kurang baik.
d. Belieftrkans and Attitude
Beliefs adalah pemikiran deskrispsi bahwa seseorang mempercayai sesuatu. Beliefs
dapat didasarkan pada pengetahuan asli, opini dan iman (Kotler & Amstrong,
2006). Sedangkan attitude adalah evaluasi perasaan suka atau tidak suka, dan
kecenderungan yang relative konsisten dari seseornag pada sebuah obyek atau ide
(Kotler dan Amstrong, 2006).
4. Faktor Cultural
Culture (kebudayaan)adalah nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku
yang dipelajari seseorang melalui keluarga dan lembaga penting lainnya. Culture,
mengkompromikan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku yang dipelajari
seseorang secara terus-menerus dalam sebuah lingkungan (Kotler, et.al, 2003).
2.3.4 Proses Keputusan Pembelian
Keputusan pembelian konsumen dipengaruhi oleh perilaku konsumen. Perilaku
konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi
serta menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan
menyusuli tindakan ini (Engel, 1994).
Peter dan Olson (1999) mengemukakan bahwa inti dari pengambilan keputusan
konsumen adalah proses pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk
mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternative dan memilih salah satu diantaranya.
Hasil dari proses pengintegrasian ini adalah suatu pilihan yang disajikan secara kognitif
sebagai keinginan berperilaku. Kotler (1996) mengungkapkan bahwa seseorang mungkin
dapat memiliki peranan yang berbeda-beda dalam setiap keputusan pembelian. Berbagai
peranan yang mungkin terjadi antara lain sebagai berikut:
1. Pengambil inisiatif (initiator), yaitu orang yang pertama-tama menyarankan atau
memikirkan gagasan membeli produk atau jasa tertentu.
2. Orang yang mempengaruhi (influence), yaitu orang yang pandangan atau nasihatnya
diperhitungkan dalam membuat keputusan akhir.
3. Pembuat keputusan (decider), yaitu seseorang yang akan menentukan keputusan
mengenai produk yang akan dibeli, cara pembayaaran, tempat melakukan pembelian.
4. Pembeli(buyer), yaitu seseorang yang melakukan pembelian.
Pemakai (user), yaitu seseorang atau beberapa orang yang menikmati atau
memakai produk atau jasa. Henry Assael (1995) merumuskan bahwa perilaku pembelian
yang dilakukan oleh konsumen dapat dibedakan menjadi empat tipe, yaitu sebagai
berikut:
1. Perilaku pembeli yang kompleks
Keterlibatan konsumen dalam proses pemilihan dan pembelian produk sangat tinggi.
Keterlibatan konsumen dalam proses pemulihan dan pembelian akan menjadi semakin
tinggi apabila produk yang akan dibeli merupakan produk berharga tinggi, jarang
dibeli, berisiko, sangat berkesan dan informasi yang dimiliki konsumen mengenai
produk tersebut sedikit. Pemasar perlu membedakan cirri-ciri yang mencolok dari
mereknya. Perincian tersebut dapat dilakukan melalui media cetak yang dapat
menggambarkan produk mereka dengan lengkap melalui katalog belanja.
2. Perilaku membeli yang mengurangi ketidakcocokan
Keterlibatan konsumen dalam proses pemilihan serta pembelian produk tinggi, namun
konsumen akan melakukan proses pembelian dengan waktu yang lebih cepat karena
perbedaan dalam hal merek tidak terlalu diperhatikan. Pemasar harus dapat
memperhatikan hal-hal yang dapat mempengaruhi pilihan konsumen terhadap merek,
seperti harga, lokasi dan tenaga penjual. Selain itu, komunikasi pemasaran yang baik
juga diperlukan sebagai factor yang dapat menimbulkan kepercayaan dari konsumen
terhadap produk dan agar konsumen merasa telah menentukan pilihan yang tepat.
3. Perilaku membeli berdasarkan kebiasaan
Keterlibatan konsumen dalam proses pembelian ini relative kecil. Selain itu tidak
terdapat perbedaan yang mencolok antar berbagai merek dalam kategori produk
sejenis, sehingga pemasar dapat memanfaatkan promosi harga dan penjualan agar
konsumen tertarik untuk membeli produk tersebut.
4. Perilaku pembeli yang mencari keragaman
Keterlibatan konsumen dalam proses pembelian relative kecil, namun terdapat
perbedaan yang mencolok antar berbagai merek. Dalam kondisi ini loyalitas konsumen
kecil karena konsumen sering kali berganti-ganti merek dalam kategori produk sejenis.
Perpindahan merek tersebut terjadi karena konsumen merasa tidak puas akan produk
tersebut.
Proses keputusan pembelian dapat melewati lima tahapan proses pembelian (Kotler,
2005) yaitu:
Su
Pengenalan
masalah
Pencarian
informasi
Evaluasi
alternatif
Keputusan
pembelian
Perilaku setelah
pembelian
Gambar 4. Tahap-tahap pengambilan keputusan pembelian (Kotler, 2005)
1. Tahap pengenalan masalah
Merupakan tahap pertama dalam suatu proses pembelian, konsumen mulai mengenal
adanya suatu masalah atau kebutuhan. Sejauh mana suatu produk dapat memenuhi
harapan konsumen selama konsumen dapat pula mempengaruhi pengenalan kebutuhan
dan juga kepuasan konsumen terhadap produk tersebut. Pada saat suatu produk dapat
memenuhi kebutuhan konsumen, maka keadaan yang actual dan yang diinginkan akan
selaraas. Namun sebaliknya, suatu produk yang kurang memenuhi kebutuhan
konsumen akan mengakibatkan keadaan actual yang menyimpang dari keadaan yang
diinginkan dan hal ini akan mencetuskan pengenalan kebutuhan ketika pembelian
ulang dilakukan oleh konsumen.
2. Pencarian informasi
Seorang konsumen yang terdorong kebutuhannya mungkin juga akan mencari
informasi tentang produk yang akan memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan
masalahnya. Konsumen dapat memperoleh informasi dari banyak sumber. Sumber
informasi konsumen antara lain:
1). Sumber pribadi (keluarga, teman)
2). Sumber komersial (periklanan, tenaga penjual)
3). Sumber public (media elektronik, media cetak)
Pengaruh relative dari sumber informasi ini beraneka ragam menurut kategori produk
dan karakteristik pembelian.
3. Evaluasi alternative
Konsumen sebelum melakukan tahap pembelian akan suatu produk juga melihat
alternative lainnya yang dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhannya. Konsumen
akan memilih pada atribut yang akan memberikan manfaat yang dicari.
4. Tahap keputusan pembelian
Konsumen akan menentukan pilihan serta bentuk niat pembelian setelah melalui
tahap-tahap sebelumnya, konsumen biasanya akan membeli produk yang paling dapat
memnuhi kebutuhannya. Konsumen juga dapat menunda atau menghindari keputusan
pembelian jika resiko yang dihadapi besar bila membeli produk tersebut.
5. Konsumen akan mengevaluasi produk yang dibelinya apakah memuaskan atau tidak,
jika memuaskan dan sesuai dengan harapan konsumen maka ada kemungkinan ia akan
kembali membeli produk tersebut.
Perspektif pengambilan keputusan menekankan pendekatan pemrosesan informasi
yang rasional terhadap perilaku pembelian konsumen. Pengambilan keputusan oleh
konsumen untuk melakukan pembelian suatu produk diawali oleh adanya kesadaran atas
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dan keinginan disebut need arousal (Sutisna, 2003).
Jika sudah disadari adanya kebutuhan dan keinginan, maka konsumen akan mencari
informasi mengenai keberadaan produk yang diinginkannya. Proses pencaarian informasi
ini akan dilakukan dengan mengumpulkan semua informasi yang berhubungan dengan
produk yang diinginkan. Dari berbagai informasi yang diperoleh konsumen melakukan
seleksi atas alternative-alternatif yang tersedia. Proses seleksi inilah yang disebut sebagai
tahap evaluasi informasi. Dengan menggunakan berbagai kriteria yang ada dalam benak
konsumen, salah satu merek produk dipilih untuk dibeli. Bagi konsumen yang
mempunyai keterlibatan tinggi terhadap produk yang diinginkannya, proses pengambilan
keputusan akan mempertimbangkan berbagai hal.
2.4. Pengertian Android
Android adalah sistem operasi untuk telepon seluler yang berbasis Linux. Android
menyediakan platform terbuka bagi para pengembang buat menciptakan aplikasi mereka
sendiri untuk digunakan oleh bermacam peranti bergerak.
2.5. Consumer Decision Model
Consumer Decision Model (CDM) merupakan salah satu model yang dapat
menganalisis efektivitas sebuah iklan terhadap pembelian. Consumer Decision Model
(CDM) adalah suatu model dengan enam variabel yang saling berhubungan yaitu: Pesan
Iklan (F, finding information), Pengenalan merek (B, brand recognation), Kepercayaan
Konsumen (C, confidence), Sikap Konsumen (A, attitude), Niat Beli (I, intention) dan
Pembelian Nyata (P, purchase), (John Howard A, dalam Durianto, 2003). Consumer
Decision Model (CDM) merupakan proses pembedaan dan pengelompokkan bentuk –
bentuk pikiran konsumen, sebagaimana terlihat pada gambar 5 di bawah ini.
C
F
B
I
P
A
Gambar 5. Consumer Decision Model (CDM) (Durianto, 2003).
Alur model tersebut berawal dari penerimaan informasi atau pesan iklan (F) oleh
konsumen. Informasi yang diterima dapat menyebabkan tiga kemungkinan pengaruh yang
dimulai dari pengenalan merek oleh konsumen (B), tingkat kepercayaan (C), atau dari
informasi itu yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen menunjukkan
kesesuaian yang akan membentuk sikap (A). Kemudian dari pengenalan merek (B)
selanjutnya dievaluasi apakah pengenalan tersebut sesuai dengan keinginan dan kebutuhan
konsumen dimana kesesuaian tersebut akan membentuk sikap (A), dan menambah tingkat
kepercayaan (C). Pengenalan merek mempunyai sumbangan berupa penguatan terhadap
sikap dan keyakinan konsumen terhadap merek yang ditawarkan yang pada akhirnya
kesemuanya mampu menimbulkan niat beli (I) dari konsumen. Hal ini tentu saja akan
mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian yang nyata (P).
1. Pesan Iklan (Information)
Pesan iklan yang ideal menurut Kotler dalam Durianto (2003), harus mampu menarik
perhatian (attention),
mempertahankan ketertarikan (interest),
membangkitkan
keinginan (desire), dan menggerakkan tindakan (action). Pesan dalam iklan seharusnya
dapat menyatakan sesuatu yang dibutuhkan dan penting dalam suatu produk,
menginformasikan sesuatu yang dibutuhkan dan penting dalam suatu produk,
menginformasikan sesuatu yang eksklusif yang tidak ada pada produk lain sejenis,
dapat dipercaya, dan dapat dibuktikan. Menurut Howard dalam Durianto (2003), pesan
iklan dalam Consumer Decision Model (CDM) merupakan variabel tertentu dari I P C
A F B keenam variabel. Consumer Decision Model (CDM) menunjukkan bahwa pesan
iklan dapat menyebabkan calon pembeli mengenal suatu merek, mengevaluasi suatu
merek – merek yang dibutuhkan calon pembeli, menentukan sikap dan mengukur
seberapa besar kepuasan konsumen terhadap suatu merek serta atribut – atribut lainnya
dari suatu produk.
2. Pengenalan Merek (Brand Recognition)
Pengenalan merek sangat penting untuk mengetahui sampai sejauh mana pembeli
mengetahui ciri – ciri suatu merek. Pegenalan ini memungkinkan terbentuknya sikap
terhadap merek atau meningkatkan keyakinan konsumen pada suatu merek. Dalam hal
ini, pengenalan merek merupakan pengenalan atribut merek secara fisik, seperti warna,
ukuran, dan bentuk sehingga kemasan dan desain produk sangat penting.
3. Sikap Konsumen (Attitude)
Sikap konsumen adalah faktor penting yang mempengaruhi keputusan konsumen.
Sikap menunjukkan apa yang konsmen sukai dan tidak disukai. Dapat dikatakan bahwa
sikap merupakan respon evaluaif. Respon hanya akan dapat timbul jika individu
dihadapkan pada suatu rangsangan yang menghendaki adanya reaksi individu. Respon
evaluatif merupakan bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap yang muncul yang
didasari proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan terhadap
rangsangan dalam bentuk nilai baik dan buruk, menyenagkan dan tidak menyenangkan,
positif dan negatif, yang kemudian akan menjadi potensi dan reaksi pada suatu objek.
Sikap juga dapat diartikan sebagai evaluasi terhadap rangsangan yang ada. Rangsangan
tersebut dapat berupa pesan iklan yang ditampilkan melalui iklan televisi. Kemampuan
iklan untuk menciptakan sikap yang menukung terhadap produk sering tergantung pada
sikap konsumen. Iklan yang diminati secara menguntungkan dapat menghasilkan sikap
yang lebih positif terhadap produk. Iklan yang tidak diminati dapat mengurangi minat
pembelian produk.
4. Kepercayaan Konsumen (Confidence)
Menurut Durianto (2003), kepercayaan konsumen adalah bagaimana pembeli dapat
yakin akan keputusan mereka terhadap suatu merek, apakah produk tersebut dapat
memuaskan kebutuhan konsumen atau tidak. Kepercayaan konsumen dapat meningkat
jika calon pembeli sudah mendapatkan keterangan yang jelas yang didapat konsumen
dari pesan iklan (informasi) yang ditayangkan televisi secara berulang – ulang, brosur,
pemasaran langsung, dan lainnya.
5. Niat Beli (Intention)
Niat untuk membeli merupakan sesuatu yang berhubungan dengan rencana konsumen
untuk membeli produk tertentu, serta berapa banyak unit produk yang dibutuhkan pada
periode tertentu. Niat beli merupakan pernyataan mental konsumen yang merefleksikan
rencana pembelian sejumlah produk dengan merek tertentu. Pengetahuan akan niat beli
sangat diperlukan para pemasar untuk mengetahui niat konsumen terhadap suatu
produk maupun untuk memprediksi perilaku konsumen di masa mendatang.
6. Pembelian Nyata (Purchace)
Pembelian nyata merupakan saat konsumen membayar atau membuat surat hutang
dalam jumlah tertentu untuk membeli suatu produk pada waktu tertentu. Pembelian
nyata muncul karena konsumen sudah mempunyai niat untuk membeli suatu produk.
Pembelian nyata merupakan sasaran akhir Consumer Decision Model (CDM), baik
untuk konsumen yang baru pertama kali membeli ataupun untuk konsumen yang
melakukan pembelian ulang. Berdasarkan pendekatan CDM, pengukuran efektivitas
iklan digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel F (pesan iklan), B (pengenalan
merek), C (keyakinan konsumen), I (niat beli) dan A (sikap konsumen) terhadap
pembelian nyata (P) suatu merek atau produk dan juga untuk mencari informasi,
apakah terdapat variabel antara dan variabel bukan antara dari B (pengenalan merek), C
(keyakinan konsumen), I (niat beli), dan A (sikap konsumen) yang dapat
mempengaruhi F (pesan iklan) terhadap P (Pembelian nyata).
2.6. Model Pemasaran Struktural
Menurut Santoso (2007), SEM adalah teknik statistik multivariat yang merupakan
kombinasi antara analisis faktor dan analisis regresi (korelasi), yang bertujuan untuk
menguji hubungan – hubungan antara variabel yang ada pada sebuah model, baik itu antara
indikator dengan konstruknya ataupun hubungan antara konstruk. SEM adalah model
persamaan regresi ganda dengan tujuan menguji model pegukuran dan model struktural
(Kusnaedi, 2008). Model persamaan struktural merupakan suatu teknik statistik yang
mampu menganalisis variabel latent, variabel indikator dan kesalahan pengukuran secara
langsung. Dengan model ini dapat mampu menganalisis hubungan antara variabel latent
dengan variael indikatornya, hubungan antara variabel latent yang satu dengan variabel
latent yang lain, juga mengetahui besarnya kesalahan pengukuran. Stuctural Equation
Modeling (SEM) termasuk kedalam multivariat statistic dependensi yang memungkinkan
dilakukannya analisis satu atau lebih variabel independen dengan satu atau lebih variabel
dependen. Dalam SEM dikenal tiga jenis model, yaitu model struktural (structural model),
model pengukuran (measurement model) dan model hybrid (full SEM model) yang
merupakan gabungan model struktural dan model pengukuran (Sitinjak, 2006).
2.7. Hasil Penelitian Terdahulu
Yuliawati (2011), dalam penelitiannya mengenai analisis efektivitas social media
dan faktor – faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian es krim wall’s magnum
berdasarkan gender (studi kasus mahasiswa program diploma IPB), dari hasil yang
diperoleh dengan menggunakan alat analisis Consumer decision Model (CDM) dan
korelasi karonik menunjukkan bahwa informasi yang disampaikan melalui social media
menjadi lebih efektif mempengaruhi pembelian nyata konsumen mahasiswi melalui tiga
variabel perantara, yaitu pengenalan merek (B), kepercayaan konsumen (C), dan sikap
konsumen (A), dan faktor – faktor yang paling mempengaruhi terhadap pembelian nyata es
krim Wall’s Magnum adalah faktor wiraniaga, ukuran kemasan, dengan bobot karonik dan
loading diatas 0,5. Sedangkan pada konsumen mahasiswa informasi yang diperoleh
melalui social media menjadi lebih efektif mempengaruhi pembelian konsumen melalui
variabel kepercayaan konsumen (C) saja, serta yang menjadi faktor yang mempengaruhi
pembelian nyata adalah faktor keluarga, manfaat penggunaan dan variasi rasa.
Penelitian yang dilakukan Sulaeman (2011) adalah mengenai pengukuran analisis
model struktural dan analisis diskriminasi es krim Wall’s magnum pada konsumen
pengguna social media (studi kasus mahasiswa program strata 1 IPB). Berdasarkan hasil
analisis CDM dan analisa struktur model dapat disimpulkan bahwa pengguna efekivitas
social media es krim Wall’s Magnum dalam mengkomunikasikan informasinya kepada
konsumen dengan menggunakan metode analisis model struktural dapat diketahui bahwa
penginformasian yang dilakukan oleh Wall’s Magnum di social media menjadi lebih
efektif dengan melewati variabel antara pengenalan merek (B), sikap konsumen (A) dan
niat beli (I) hingga tercipta pembelian nyata (P).
Putrika (2011), dalam penelitiannya mengenai efektivitas social media pada
pemasaran es krim Wall’s magnum dengan menggunakan model persamaan struktural
(studi kasus mahasiswa program diploma IPB). Berdasarkan hasil mengenai efektivitas
social media pada pemasaran es krim Wall’s Magnnum yaitu komunikasi pemasaran
dikatakan efektif melalui sosial media dengan penyebaran informasi tentang es krim Wall’s
Magnum dengan model CDM sehingga mempengaruhi variabel – variabel sampai dengan
pembelian nyata, dengan bantuan analisis model persamaan struktural. Penyebaran
informasi yang dilakukan di sosial media (F) mengenai pemasaran es krim Wall’s Magnum
mampu secara efektif sampai dengan mempengarui pembelian nyata (P) dengan melalui
variabel antara pengenalan merek (B) es krim Wall’s Magnum sehingga menciptakan
kepercayaan konsumen (C) dan sikap konsumen (A) terhadap es krim wall’s Magnum,
variabel ini mendorong terbentuknya niat beli konsumen (I) terhadap es krim Wall’s
Magnum sehingga tercipta pembelian nyata (P) terhadap es krim Wall’s Magnum tersebut.
Dari model yang digunakan (CDM) yang dianalisis dengan metode persamaan struktural
informasi yang diperoleh dari social media dapat meningkatkan pembelian es krim Wall’s
Magnum.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Dimulai dari peluncuran Android yang pertama pada sekitar tahun 2008 sampai
dengan sekarang, produk Android sangat diminati oleh masyarakat dikarenakan aplikasi dan
penambahan
fitur
yang
terus
diperbaharui
dan
memudahkan
konsumen
untuk
menggunakannya. Android juga merupakan produk yang mudah digunakan untuk orang
yang baru menggunakannya.
Dilihat dari segi harga, harga produk Android cukup bervariasi sehingga dapat
terjangkau oleh berbagai kalangan. Dengan segala kelebihan dan fitur yang terdapat didalam
Android, membuat ponsel pintar ini mampu bersaing dengan pesaing-pesainganya seperti
Nokia mapun Apple.
Pemasaran Android sangat luas, dilihat dari segi distribusi Android memasarkan
produknya secara global dan mendunia, dengan banyaknya ponsel keluaran terbaru yang
menggunakan aplikasi ini tentunya kita dapat mudah mendapatkan ponsel Android di
pasaran. Pemesanan ponsel ini bisa melalui internet atau secara langsung datang ke counter
resmi maupun distibutor-distributor di sekluruh wilayah Indonesia.
Dilihat dari segi promosi Android adalah sebuah brand yang kuat dan terkenal, dan
Android sangat familiar hampir di seluruh kalangan. Promosi-promosi yang gencar
dilakukan oleh Android baik melalui iklan, media cetak maupun internet, dapat menaikan
jumlah penjualan produk ini, kerjasama dengan google, tentu membuat branding dan posisi
pemasaran Android semakin kuat dan juga kerja sama dengan ponsel-ponsel yang
menggunakan aplikasi Android, sehingga kita dapat mudah menemukannya dipasaran,
provider ponsel berbasis Android juga melakukan strategi pemasaran dengan memberikan
diskon-diskon kepada konsumen pada periode tertentu, Android juga menjadi beberapa
sponsor untuk event-event tertentu. Pemasaran yang dilakukan pada social media dinilai
cukup efektif karena peningkatan penggunaan sosial media diseluruh dunia yang selalu
meningkat dari tahun ke tahun, cara pemasaran ini dirasa cukup jitu karna masyarakat yang
melihat tayangan tersebut akan tertarik dan merasa mempunyai kebanggan tersendiri jika
menggunakan produk Android tersebut.
Dengan melihat latar belakang tersebut dapat diambil sebuah kerangka pemikiran
sebagai berikut :
Produk Android
Komunikasi Pemasaran
Social Media
Efektivitas Social Media Android
CDM (Consumer Decision Model)
C
B
I
P
F
A
F = Pesan Iklan
A = Sikap konsumen
B = Pengenalan Merek
I = Niat Beli
C = Kepercayaan konsumen
P = Pembelian Nyata
Model Persamaan Struktur
Rekomendasi Kebijakan
Gambar 6. Kerangka pemikiran penelitian
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kampus Diploma IPB Cilibende. Waktu dan
pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai dengan April. Pengambilan
data dilakukan melalui penyebaran kuesioner, dan wawancara.
3.3. Metode Penelitian
3.3.1 Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Data Primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan langsung atau observasi,
wawancara dengan pihak manajemen dan penyebaran kuesioner bagi para pelanggan
sebagai responden. Pertanyaan dalam kuesioner terdiri dari pertanyaan terbuka dan
pertanyaan tertutup, pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang memberikan kebebasan
jawaban sesuai dengan keinginan responden. Sedangkan pertanyaan tertutup adalah
pertanyaan yang jawabannya telah disediakan, sehingga responden hanya dapat memilih
salah satu alternatif jawaban yang menurutnya paling sesuai.
Data Sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut baik oleh pihak
pengumpul data primer atau pihak lain yang dapat diperoleh dari berbagai sumber studi
literatur diantaranya; Buku-buku, internet, tabloid, majalah, jurnal dan hasil-hasil
penelitian terdahulu.
3.3.2 Metode Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan contoh yang digunakan adalah secara nonprobability
sampling sehingga probabilitas masing – masing anggota tidak diketahui. Dengan cara ini
semua elemen populasi belum tentu memiliki peluang yang sama untuk dipilih menjadi
anggota sampel. Metode yang digunakan adalah metode convenience sampling. Sampel
ini digunakan untuk mendapatkan unit sampel menurut kemudahan dalam memperoleh
responden. Pada umumnya, peneliti menggunakan metode ini untuk memperoleh daftar
pertanyaan dalam jumlah besar dan lengkap secara cepat dan hemat dimana penentuan
responden berdasarkan pada ketersediaan sampel menjadi responden. (Kuncoro, 2003).
Jumlah sampel yang di gunakan adalah sebanyak 57, jumlah tersebut didapat dari
100 kuesioner yang di sebar dan yang memenuhi screening question sebanyak 57. Jumlah
tersebut sudah memenuhi syarat minimum (30 sampel) utuk dapat diolah menggunakan
software smart PLS.
3.3.3 Pengujian Kuisioner
Penilitian ini menggunakan uji kuisioner seperti uji validitas dan uji reliabilitas.
Hal ini dilakukan agar kuisioner yang digunakan memang akurat dan layak untuk
disebarkan kepada responden. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan bantuan
program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16 dan MINITAB 14.
a. Uji Validitas
Setelah kuesioner akhir terbentuk, langkah awal yang dilakukan adalah
menguji validitas kuesioner. Pengujian validitas dimaksudkan untuk mengetahui
sejauhmana suatu alat pengukur (instrumen) mengukur apa yang ingin diukur (Umar,
2003). Uji validitas digunakan untuk menghitung nilai korelasi (r) antara data pada
masing-masing pertanyaan dengan skor total. Teknik yang dipakai untuk menguji
validitas kuesioner adalah teknik korelasi product moment pearson berikut :
rxy 
n  XY   X  Y
n  X   X 
Keterangan :
…............................….(2)
n  Y   Y 
2
2
2
2
rxy = Korelasi antar X dan Y
n = Jumlah responden
X = Skor masing-masing pertanyaan
Y = Skor total
b. Uji Reliabilitas
Jika alat ukur dinyatakan sahih, selanjutnya reliabilitas alat ukur tersebut diuji.
Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat ukur di dalam
mengukur gejala yang sama (Umar, 2003). Reliabilitas alat ukur dalam bentuk skala
dapat dicari dengan menggunakan teknik alpha cronbach berikut :
2
 k   σ 

r11  
1
………………...........................………….(3)

2
σ 1 
 k  1 
Keterangan :
r11
= Reliabilitas instrumen
K
= Banyaknya butir pertanyaan

1
2
2
= Jumlah ragam butir
= Jumlah ragam total
Untuk mencari nilai ragam digunakan rumus berikut :
 X 

2
2
 
X
2
Keterangan :
n
n
...………….....................................……….(4)
n = Jumlah responden
X = Nilai skor yang dipilih
3.3.4 Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif
serta pendekatan konsep – konsep manajemen pemasaran yang ada, yaitu dengan
menggunakan model CDM, Model Persamaan Struktural yang dibantu dengan
menggunakan software SmartPLS 2.0 dan Excel 2007.
1. Consumer Decition Model (CDM)
Model dengan enam variabel yang saling berhubungan, yaitu Pesan Iklan (F,
finding information), Pengenalan Merek (B, brand recognition), Kepercayaan
konsumen (C, confidence), Sikap konsumen (A, attitude), Niat Beli (I, intention) dan
Pembelian Nyata (P, purchase). Unuk mengetahui efektivitas iklan dengan
menggunakan CDM digunakan analisis bentuk hubungan dan analisis keeratan
hubungan. Pengaruh langsung suatu variabel independen terhadap variabel dependen
pada penelitian sebelumnya di telusri dengan menggunakan analisis regresi linear
sederhana. Analisis regresi yang digunakan memperhatikan prinsip parsimony, yaitu
semakin sederhana suatu model semakin bagus model tersebut dan dengan
pertimbangan efisiensi dan kemudahan pemahaman model tersebut dari sisi pengguna
(Durianto, 2003). Model populasi yang digunakan adalah:
Yi = α + βXi + εi .....................................................................(5)
Dimana :
Yi = variabel dependen
Xi = variabel independen
α = intersep model
β = koefisien regresi
ε = error term
Pada persamaan tersebut akan dianalisis persamaan regresi sederhana antara
variabel informasi yang dilihat di social media (F) dengan pengenalan merek (B),
informasi yang dilihat di social media (F) dengan kepercayaan konsumen (C),
informasi yang dilihat di social media (F) dengan sikap konsumen (A). Pada ketiga
pesan tersebut, variabel informasi yang dilihat di social media (F) menjadi variabel
independen dan variabel B, C, dan A menjadi variabel dependen. Persamaan regresi
berikutnya adalah persamaan regresi antara variabel pengenalan merek (B) dengan
kepercayaan konsumen (C), pengenalan merek (B) dengan sikap konsumen (A),
dimana variabel B sebagai variabel independen dan variabel C dan A sebagai variabel
dependen. Persamaan berikutnya yang akan dianalisis adalah persamaan regresi
sederhana antara variabel niat beli (I) dengan kepercayaan konsumen (C), niat beli (I)
dengan sikap konsumen (A), dan niat beli (I) dengan pembelian nyata (P). Pada
persamaan ini, variabel niat bei (I)sebagai variabel dependen dan variabel C, A, dan P
menjadi variabel independen.
Sebagaimana diketahui, sebenarnya path analysis sama dengan analisis regresi,
namun hasil dari path analysis adalah koefisien regresi yang sudah distandarkan
sehingga bisa langsung diketahui variabel mana diantara variabel – variabel yang
dilibatkan yang kontribusinya paling besar (memberi kontribusi paling tinggi) kepada
variabel terikat (Sitinjak, 2006).
2. Model Persamaan Struktural (Stuctural Equation Modeling)
Ditinjau dari efek kausal Model Persamaan Struktural dibedakan menjadi dua
jenis model struktural, yaitu recursive model. Dalam recursive model semua efek
kausal adalah satu arah (unidirectional) dan errors (kesalahan) tidak berkolerasi.
Sedangkan dalam non recorsive model, dimungkinkan adanya feedback loop dengan
errors yang berkolerasi. Pada umumnya variabel latent bebas dimasukkan dalm model
tidak dapat secara sempurna menjelaskan variabel latent terikatnya, sehingga dalam
model strukturalnya biasanya ditambahkan komponen kesalahan struktural. Model
pengukuran menggambarkan hubungan variabel latent dengan variabel – variabel
teramati atau variabel indikator. Variabel – variabel teramati dari suatu variabel latent
tidak dapat merefleksikan variabel latentnya secara sempurna, dengan demikian
penambahan kesalahan pengukuran dalam model sangat diperlukan agar model
pengukuran menjadi lengkap (Sitinjak, 2006). Variabel – variabel dalam model CDM
dianalisis hubungnnya dengan menggunakan model persamaan struktural (Structural
Equation Modeling), sehingga dapat dilihat apakah ada pengaruh antara variabel
indikator informasi pada social media (F) sampai dengan pembelian nyata (P). Jenis
variabel dalam model persamaan struktural (Kusnaedi, 2008) dapat dilihat pada
gambar 6 berikut:
Variabel dalam
Model Persamaan Struktural
(SEM)
Model Struktural
Variabel
Laten
Eksogen
Model Pengukuran
Variabel
Laten
Ekdogen
Variabel
Manifes
Eksogen
Variabel
Manifes
Ekdogen
Diukur oleh
Diukur oleh
Diteliti
Variabel
Antara
(intervening)
Tidak Diteliti
Variabel
Independen
Variabel
Dependen
Gambar 7. Jenis variabel dalam SEM (Sitinjak, 2006)
Penerapan SEM mengikuti prosedur umum berikut (Sitinjak, 2006):
1. Spesifikasi model (Model Specification)
Spesifikasi model secara garis besar dijalankan dengan menspessifikasi model
struktural. Spesifikasi model pengukuran model pengukuran meliputi aktivitas
mendefinisikan variabel – variabel latent, mendefinisikan variabel – variabel
teramati, dan mendefinisikan hubungan antara variabel latent dengan variabel –
variabel teramati. Spesifikasi model struktural dilakukan dengan mendefinisikan
hubungan kausal di antara variabel – variabel latent. Tahapan selanjutnya
menetapkan gambaran path diagram model hybrid yang merupakan kombinasi
model pengukuran dan struktural.
2. Identifikasi (Identification)
Tahapan identifikasi dimaksudkan untuk menjaga agar model yang dispesifikasikan
bukan merupakan model under identified atau unidentified yaitu model dimana
jumlah parameter yang diestimasi lebih besar dari jumlah data yang diketahui.
Terdapat tiga kemungkinan identifikasi dalam persamaan simultan, yaitu under
identified, just identified atau over identified.
3. Estimasi (Estimation)
Tahapan ini ditujukan untuk memperoleh estimasi dari setiap paarameter yang
dispesifikasikan dalam model yang membentuk matrik ∑ (θ) sedemikian rupa
sehingga parameter menjadi sedekat mungkin dengan nilai yang ada dalam matriks
S (matrik kovarian sampel dari variabel teramati). Matriks kovarian sampel S
digunakan untuk mewakili ∑ (matriks kovarian populasi) karena matriks kovarian
populasi tidak diketahui.
4. Uji Kecocokan (Testing Fit)
Tahapan ini ditujukan untuk mengetahui derajat kecocokan atau Goodness of Fit
(GOF) antara data dan model. Dalam format model – model persamaan struktural,
yang dimaksud dengan kesesuaian model adalah kesesuaian antara mariks
kovariansi data sampel dengan mariks kovariansi populasi yang diestimasi. Suatu
model dikatakan fit, sesuai, atau cocok dengan data apabila matriks kovariansi data
sampel tidak berbeda dengan matriks kovariansi populasi yang diestimasi. Ukuran
derajat kecocokan yang dapat digunakan secara saling mendukung, sebagai patokan
kesesuaian model dalam SEM, sebagai berikut (Sitinjak, 2006):
a. Absolute Fit Measure (Ukuran Kecocokan Absolut)
Menentukan derajat prediksi model keseluruhan (model struktural dan
pengukuran) terhadap matrik korelasi dan kovarian.
b. Incremental Fit Measure (Ukuran Kecocokan Inkremental)
Membandingkan model yang diusulkan dengan model dasar yang sering disebut
sebagai null model atau independence model.
c. Parsimonius Fit Measure (Ukuran Kecocokan Parsimoni)
Mengaitkan model dengan jumlah koefisien yang diestimasi yakni yang
diperlukan untuk mencapai kecocokan pada tingkat tersebut. Sesuai dengan
prinsip parsimoni atau kehematan berarti memperoleh degree of fit setinggi –
tingginya atau setiap degree of freedom.
Tabel 2. Ukuran Goodness of Fit (GOF) dalam model – model persamaan
struktural.
Ukuran Kecocokan Absolut
Ukuran Derajat Kecocokan
Tingkat Kecocokan yang bisa Diterima
Statistic Chi-square dan P-value
Mengikuti uji statistik yang berkaitan dengan
persyaratan signifikan. Semakin kecil semakin baik.
Non-Centrality Parameter (NCP)
Dinyatakan dalam bentuk spesifikasi ulang dari
Chi-square. Penilaian didasarkan atas perbandingan
dengan model lain. Semakin kecil semakin baik
Scaled NCP (SNCP)
NCP yang dinyatakan dalam bentuk rata-rata
perbedaan setiap observasi dalam rangka
perbandingan antar model. Semakin kecil semakin
baik.
Goodness of Fit Index (GFI)
Nilai berkisar antara 0-1, dengan nilai lebih tinggi
adalah lebih baik. GFI ≥ 0,9 adalah good fit.
Root Mean Square Residual Residual rata-rata antara matrik (korelasi atau
(RMSR)
kovarian) teramati dan hasil estimasi. RMRS/RMR
≤ 0,05 adalah good fit.
Root
Mean
Square
Error Rata-rata perbedaan per degree of freedom yang
Approximation (RMSEA)
diharapkan terjadi dalam populasi dan bukan dalam
sampel. RMSEA ≤ 0,08 adalah good fit.
Expected Cross Validation Index GOF yang diharapkan pada sampel yang lain
(ECVI)
dengan ukuran yang sama. Penilaian didasarkan
atas perbandingan antar model. Semakin kecil
semakin baik.
Ukuran Kecocokan Absolut
Ukuran Derajat Kecocokan
Tingkat Kecocokan yang bisa Diterima
Tucker-Lewis Index atau Non Nilai berkisar antara 0-1, dengan nilai lebih tingi
Normed Fit Index (TLI atau adalah lebih baik. TLI ≥ 0,9 adalah good fit, sedang
NNFI)
0,8 ≤ TLI < 0,9 adalah marginal fit.
Normed Fit Index (NFI)
Nilai berkisar antara 0-1, dengan nilai lebih tingi
adalah lebih baik. NFI ≥ 0,9 adalah good fit, sedang
0,8 ≤ NFI < 0,9 adalah marginal fit.
Lanjutan Tabel 2.
Ukuran Kecocokan Absolut
Ukuran Derajat Kecocokan
Tingkat Kecocokan yang bisa Diterima
Adjusted Goodness of Fit Index Nilai berkisar antara 0-1, dengan nilai lebih tingi
(AGFI)
adalah lebih baik. AGFI ≥ 0,9 adalah good fit,
sedang 0,8 ≤ AGFI <0,9 adalah marginal fit.
Incremental Fit Index (AFI)
Nilai berkisar antara 0-1, dengan nilai lebih tingi
adalah lebih baik. IFI ≥ 0,9 adalah good fit, sedang
0,8 ≤ IFI < 0,9 adalah marginal fit.
Comparative Fit Index (CFI)
Nilai berkisar antara 0-1, dengan nilai lebih tingi
adalah lebih baik. CFI ≥ 0,9 adalah good fit, sedang
0,8 ≤ CFI <0,9 adalah marginal fit.
Parsimonius Goodness of Fit Index Spesifikasi ulang dari GFI, dimana nilai lebih
(PGFI)
tinggi menunjukkan parsimoni yang lebih besar.
Ukuran ini digunakan untuk perbandingan diantara
model-model.
Normed Chi-Square
Rasio antara Chi-square dibagi degree of freedom.
Nilai yang disarankan: batas bawah = 1.0, batas
atas = 2.0 atau 3.0 dan lebih longgar 5.0.
Parsimonius Normed of Fit Inddex Nilai tinggi menunjukkan kecocokan lebih baik;
(PNFI)
hanya digunakan untuk perbandingan antar model
alternatif.
Akaike
Information
Criterion Nilai positif lebih kecil menunjukkan parsimoni
(AIC)
lebih baik; digunakan untuk perbandingan antar
model.
Consistent Akaike Information Nilai positif lebih kecil menunjukkan parsimoni
Criterion (CAIC)
lebih baik; digunakan untuk perbandingan antar
model.
Critical N (CN)
Estimasi ukuran sampel yang mencukupi untuk
menghasilkan suatu edequate model fit untuk ChiSquare test. CN > 200 mengindikasikan bahwa
sebuah model cukup mewakili sampel data.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Penelitian
Pertengahan akhir tahun 2010 bisa dibilang awal mula memasyarakatnya handphone
berbasis Android di Indonesia. Berbagai macam vendor handphone semakin aktif merilis
dan memasarkan handphone berbasis Android di Indonesia, baik itu vendor lokal ataupun
vendor luar negeri. Untuk vendor lokal sendiri, seputar pertengahan tahun 2010 beberapa
handphone Android dengan harga yang relatif murah mereka luncurkan seperti Nexian
Journey, IMO X2, Indosat Wiigo, serta lainnya.
Kehadiran handphone berbasis Android secara resmi di Indonesia adalah pada bulan
Juni 2009 ketika HTC meluncurkan HTC Magic-nya di Indonesia yang dibundling dengan
Telkomsel. Handphone tersebut dijual dengan harga yang cukup mahal saat itu, sekitar Rp.
6,5 juta. Beberapa bulan berikutnya tepatnya pada November 2009, IMO (sebuah vendor
handphone lokal), merilis handphone lokal pertama yang berbasis Android, IMO S900
dengan
harga
Rp
2,4
juta
yang
masih
relatif
murah
dibanding
handphone-
handphone Android yang tersedia saat itu di Indonesia.
Pada tahun 2009 pasar Android di Indonesia bisa dibilang belum jelas, karena
Android sendiri masih dalam tahap awal pada tahun tersebut sehingga langkah kedua vendor
handphone tersebut cukup berani dengan merilis handphone Android pertama di Indonesia.
Pada tahun 2009 juga mungkin baru segelintir orang yang mengenal Android di Indonesia,
beda jika dibandingkan dengan saat ini dimana handphone Android sudah semakin umum
dan murah.
Pada bulan Februari 2010, Samsung meluncurkan handphone Samsung Galaxy Spica
yang berbasis di Android. Dengan harganya yang relatif murah, yaitu sekitar Rp 3,49 juta.
Performa yang ditawarkan oleh Galaxy Spica pun cukup bagus sesuai dengan harganya
sehingga menjadikan handphone ini cukup populer di Indonesia.
Puncaknya pada tahun 2010 adalah pada pameran Indonesia Cellular Show 2010
dimana vendor-vendor handphone baik lokal ataupun luar negeri memperkenalkan
handphone-handphone Android teranyar dari mereka. Sebut saja Nexian Journey, Acer
Liquid E, Samsung Galaxy S, dan lain-lain. Vendor lokal pada waktu itu semakin berani
merambah dunia Android dan handphone serta gadget lainnya seperti tablet yang berbasis
Android semakin merajalela, dan kebanyakan gadget-gadget tersebut berasal dari Cina .
Yang cukup menarik perhatian dari kesemua handphone Android tersebut adalah
Nexian Journey. Nexian awalnya meluncurkan handphone ini dengan harga Rp. 3 juta tanpa
bundling dengan operator seluler dan performanya cukup bagus untuk sekelasnya. Lalu
kemudian dibundling dengan operator seluler 3 di Indonesia dengan promo Internet gratis
satu tahun. Lalu harganya dipangkas menjadi Rp. 2 juta, dan kemudian menjadi Rp. 1 juta
untuk batas waktu tertentu. Strategi Nexian ini cukup membantu mengembangkan promosi
Android di Indonesia karena mereka cukup gencar mempromosikan Nexian Journey. Selain
itu ketika Nexian mengadakan promo Nexian Journey seharga Rp. 1 juta, banyak orang
yang tiba-tiba tertarik untuk mencoba handphone berbasis Android.
Sekarang ini, semakin banyak vendor yang merilis handphone-handphone berbasis
Android di Indonesia, mulai dari HTC, Samsung, Sony Erricson, Nexian, dan lain-lain. Dan
tiap vendor pun menawarkan keunikan tersendiri, ada yang menargetkan pasar high-end, ada
yang low-end, ada yang mid-end, atau malah campuran dari tiap pasar. Saat ini ada 2 vendor
yang cukup menarik untuk dilihat perkembangannya di pasar handphone Android di
Indonesia, Samsung dan LG. Kedua vendor handphone ini sepertinya semakin fokus untuk
masuk ke pasar low-end Android di Indonesia. Lihat saja handphone Android keluaran
terbaru mereka, Samsung Galaxy Mini dan LG Optimus Me yang keduanya dibandrol
dengan harga sekitar Rp 1,5 jutaan dan keduanya pun dirilis di waktu yang hampir
bersamaan di bulan Februari 2011. Performa kedua handphone tersebut pun menurut saya
pribadi sangat bagus dibanding dengan harganya.
Melihat cepatnya perkembangan Android di dunia, bukan tidak mungkin dalam
waktu dekat di Indonesia pun akan mengikuti tren Android di dunia. Saat ini pasar
handphone Indonesia masih didominasi oleh Nokia dan Symbian-nya. Namun melihat
semakin gencarnya vendor-vendor handphone memasarkan handphone Android murah di
Indonesia, bisa jadi dalam beberapa tahun kedepan Android akan semakin mendominasi
Indonesia.
Tentu saja selain harga handphone yang murah, agar Android semakin dapat
memasyarakat di Indonesia dibutuhkan paket data yang lebih baik dan pemasaran yang
gencar dan tepat sasaran dari vendor handphone. Mungkin jika vendor handphone lokal juga
ikut semakin gencar memasarkan handphone-handphone berbasis Android efeknya akan
lebih cepat karena mereka mengerti apa yang dimaui oleh kebanyakan orang Indonesia dan
bagaimana strategi pemasaran yang tepat. Contohnya lihat saja Nexian yang setiap promo
handphone terbarunya selalu diikuti dengan panjangnya antrian pembeli dan pintar untuk
ikut melibatkan figur publik lokal3.
Social Media berkembang dengan sangat pesat, mulai dari yang sifatnya komunikasi
(blog, social networking, forum), multimedia (photo, audio video sharing), kolaborasi (wiki,
social bookmarking), review, hingga hiburan (game online), semuanya berkembang dengan
sangat pesat. Twitter dan Facebook, menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari – hari
di dunia maya. Social media dapat menjangkau target pasar yang lebih banyak dalam waktu
yang lebih singkat. Sesuai dengan fungsinya untuk mengumpulkan teman, informasi yang
disampaikan melalui social media akan cepat menyebar dari teman ke teman, ketemannya
teman, ke teman temannya teman, dan begitu seterusnya.
Menyadari peluang tersebut, perusahaan yang menggunakan Android sebagai
operation systemnya juga memanfaatkan social media sebagai media promosi mereka.
Android membuat account di facebook dan twitter dengan nama andronesia, sehingga setiap
konsumen dapat memperoleh informasi tentang android di account tersebut.
4.2. Karakteristik Responden
Jumlah responden penelitian efektifitas social media pada pemasaran android
sebanyak 100 responden yang merupakan mahasiswa Diploma IPB. Kriteria penyaringan
data responden yaitu responden penelitian pernah melihat iklan atau status update atau
komentar mengenai android di social media.
Karakteristik responden dibedakan berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat
pengeluaran perbulan, tempat tinggal, lama menggunakan handphone android, darimana
mengetahui handphone android, jenis handphone android yang dimiliki, alasan memilih
handphone android, intensitas melihat teman social media mengupdate status menggunakan
handphone android.
4.2.1 Jenis Kelamin
Karakteristik responden mahasiswa program diploma berdasarkan jenis kelamin
dapat dilihat pada Gambar 7. Jumlah responden laki-laki dan perempuan hampir sama
3
http://www.teknojurnal.com/2011/04/18/sejarah-dan-masa-depan-perkembangan-handphone-berbasis-android-di-indonesia/
yaitu, jumlah responden laki-laki sebesar 51 persen dan jumlah responden perempuan
sebesar 49 persen.
49%
51%
PRIA
WANITA
Gambar 8. Jenis kelamin responden pengguna handphone android
4.2.2 Tingkat Usia
Berdasarkan tingkat usia responden penelitian dapat dibagi menjadi empat
tingkatan usia. Usia 18 tahun, usia 19 tahun, usia 20 tahun,, dan usia 22 tahun. Dari hasil
analisis jumlah responden berusia 20 tahun paling besar yaitu sebesar 37 persen, sedangkan
usia 19 tahun sebesar 35 persen dan responden usia 18 tahun sebesar 26 persen. Sisanya 2
persen yaitu responden yang berusia 22 tahun. Data hasil analisis karakteristik tingkat usia
responden dapat dilihat pada Gambar 8
2%
26%
37%
18 THN
19 THN
20 THN
35%
22 THN
Gambar 9. Usia responden pengguna handphone android
4.2.3 Tingkat Pengeluaran
Berdasarkan tingkat pengeluaran per bulan responden penelitian dapat dibagi
menjadi lima kelas. Pengeluaran < 500.000 per bulan, tingkat pengeluaran Rp 500.001
hingga Rp 1.000.000 per bulan, tingkat pengeluaran Rp 1.000.001 hingga Rp 1.500.000 per
bulan, tingkat pengeluaran Rp 1.500.001 hingga Rp 2.000.000 per bulan dan tingkat
pengeluaran > Rp 2.000.001 per bulan. Dari data hasil analisis pengeluaran responden Rp.
500.000 hingga Rp. 1.000.000 memiliki jumlah responden yang paling banyak yaitu
sebesar 58 persen, kemudian 23 persen jumlah responden tingkat pengeluarannya sebesar
Rp. 1.000.000 – Rp. 1.500.000, 12 persen jumlah responden memiliki tingkat pengeluaran
kurang dari Rp. 500.000, 5 persen jumlah responden memiliki tingkat pengeluaran Rp.
1.500.00 – Rp. 2.000.000, dan sisanya 2 persen responden dengan tingkat pengeluaran
diatas Rp.2.000.000. Data hasil analisis karakteristik pengeluaran responden dapat dilihat
pada Gambar 9 di bawah ini.
2%
5%
Rp. <500.000
12%
23%
Rp.500.001-1.000.000
Rp.1.000.001-Rp.1.500.000
58%
Rp.1.500.001-Rp.2.000.000
Rp. >2.000.000
Gambar 10. Tingkat pengeluaran responden pengguna handphone android
4.2.4 Tempat Tinggal
Karakteristik responden berdasarkan tempat tinggal dibagi menjadi empat
kelompok tempat tinggal yaitu, responden yang tinggal di rumah orang tua, kamar kost,
rumah sewa, dan lainnya. Dari data hasil analisis diperoleh lebih dari setengah responden
bertempat tinggal di kamar kost. Ini dikarenakan mahasiswa Diploma IPB kebanyakan
berasal dari luar kota Bogor, dan 26 persen jumlah responden bertempat tinggal di rumah
orang tua, 5 persen jumlah responden bertempat tinggal di rumah sewa, sedangkan sisanya
2 persen jumlah responden bertempat tinggal selain yang ada diatas. Data hasil analisis
berdasarkan karakteristik tempat tinggal responden dapat di lihat pada Gambar 10.
2%
5%
26%
RUMAH ORTU
KOST
RUMAH SEWA
67%
LAINNYA
Gambar 11. Tempat tinggal responden pengguna handphone android
4.2.5 Lama Menggunakan Handphone Android
Berdasarkan karakteristik lama responden menggunakan handphone android dibagi
menjadi dua kelompok yaitu, kelompok yang menggunakan handphone android kurang
dari satu tahun adalah yang paling besar yaitu sebanyak 82 persen. Kemudian kelompok
yang menggunakan handphone android antara satu tahun sampai dua tahun sebanyak 18
persen. Data hasil analisis karakteristik berdasarkan lama menggunakan handphone
android dapat dilihat pada Gambar 11 dibawah ini.
18%
< 1 tahun
1-2 tahun
82%
Gambar 12. Lama responden menggunakan handphone android
4.2.6 Jenis Handphone Android
Berdasarkan karakteristik jenis handphone android yang dimiliki oleh responden
dibagi menjadi tiga jenis yaitu, Samsung, Sony Ericksson, dan HTC. Dari hasil analisis
diperoleh jenis handphone Samsung memiliki jumlah yang paling banyak dipakai dimana
jumlahnya sebesar 72 persen. Hal ini disebabkan karena intensitas iklan Samsung sangat
sering dan produk Samsung juga sering melakukan inovasi. Sedangkan 26 persen dari
jumlah responden memiliki handphone Sony Ericksson, dan sisanya 2 persen dari jumlah
responden memiliki jenis handphone HTC. Data hasil analisis karakteristik responden
berdasarkan jenis handphone yang dimiliki dapat dilihat pada Gambar 12.
2%
26%
SAMSUNG
72%
Sony Ericsson
HTC
Gambar 13. Jenis handphone android yang dimiliki responden
4.2.7 Alasan Memilih Handphone Android
Data hasil analisis karakteristik responden berdasarkan alasan memilih merek
handphone android dibagi menjadi empat kategori yaitu, berdasarkan manfaat dan
kegunaan, kualitas, merek, dan lainnya (selain manfaat dan kegunaan, kualitas, merek).
Dari hasil analisis diperoleh lebih dari setengah jumlah responden yaitu sebesar 68 persen
responden memilih handphone android karena manfaat dan kegunaannya, sedangkan
jumlah responden yang memilih handphone android karena kualitasnya sebesar 25 persen,
dan 5 persen responden memilih karena mereknya, sisanya 2 persen responden memilih
handphone android lainnya. Data hasil analisis karakteristik responden memilih handphone
android dapat dilihat pada Gambar 13.
2%
5%
25%
MANFAAT
KUALITAS
68%
MEREK
LAINNYA
Gambar 14. Alasan responden memilih handphone android
4.2.8 Tingkat Meng-update Status Via Handphone Android
Berdasarkan hasil analisis karakteristik responden yang pernah melihat teman
social medianya meng-update status via handphone android diperoleh hampir semua
responden menjawab pernah yaitu sebesar 95 persen dan sisanya 5 persen menjawab tidak
pernah melihat. Data hasil analisis karakteristik responden yang pernah melihat teman
social media meng-update status via handphone android dapat dilihat pada Gambar 14.
5%
PERNAH
TDK PERNAH
95%
Gambar 15. Tingkat mengupdate status via handphone android
4.3. Analisis Efektivitas Social Media Android
Informasi di social media mengenai Android berpengaruh terhadap variabel-variabel
yang diukur pada Consumer Decision Model sampai dengan variabel pembelian nyata.
Berdasarkan hasil CDM pengaruh terhadap pembelian Android melalui empat jalur seperti
terlihat pada gambar 16. Jalur model pertama yaitu informasi yang dilihat di social media
(F) menjadi lebih efektif mempengaruhi pembelian konsumen melalui variabel pengenalan
merek (B).. pengenalan merek merupakan landasan untuk terciptanya sikap (A) dan
kepercayaan konsumen (C). Selanjutnya membangun pembentukan sikap, dimana sikap
konsumen (A) dapat memacu keinginan atau niat untuk membeli (I) produk setelah
konsumen mengenali suatu merek. Akhirnya konsumen melakukan pembelian nyata dengan
membeli suatu produk.
Sedangkan jalur model kedua mulai dari variabel pesan iklan Android (F) yang ingin
disampaikan kepada konsumen sudah mampu membangun variabel pengenalan merek.
Dengan demikian, informasi yang dilihat di social media dan pengenalan pembeli terhadap
merek akan ciri dan keistimewaan produk dapat meningkatkan pembelian Android dengan
kepercayaan konsumen (C) terhadap suatu merek dalam memuaskan kebutuhannya. Serta
dengan kepercayaan konsumen terhadap kualitas produk maka terbentuklah niat beli
konsumen (I) yang didorong dengan pembelian nyata (P). Pada akhirnya informasi yang
dilihat di social media berhasil meningkatkan pangsa pasarnya Android.
Kemudian jalur model ketiga mulai dari variabel pesan iklan Android (F) yang ingin
disampaikan kepada konsumen langsung mampu membangun variabel kepercayaan
konsumen (C), dari kepercayaan konsumen ini terbentuklah niat beli konsumen (I) yang
didorong dengan pembelian nyata (P). Terakhir model jalur yang keempat dimana variabel
pesan iklan (F) yang disampaikan kepada konsumen langsung dapat mempengaruhi sikap
konsumen terhadap produk android (A) yang kemudian membentuk niat beli konsumen (I)
dan akhirnya melakukan pembelian nyata (P).
C
2.83
F
22.12
2.10
2.58
14.58
4.84
B
I
6.49
A
P
3.59
Gambar 16. Hasil consumer decision model (CDM) Android
4.4. Analisis Model persamaan Struktural
Teknik pengolahan dengan menggunakan metode SEM berbasis Partial Least
Square (PLS) memerlukan dua tahap untuk menilai Fit Model dari sebuah model penelitian
(Ghozali, 2006). Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut:
4.4.1 Menilai Outer Model atau Measurement Model
Terdapat tiga kriteria di dalam penggunaan teknik analisa data dengan SmartPLS
untuk menilai outer model yaitu Convergent Validity, Discriminant Validity dan Composite
reliability. Convergent Validity dari model pengukuran dengan refleksif indikator dinilai
berdasarkan korelasi antara item scor /component score yang diestimasi dengan Software
PLS. Ukuran refleksif individual dikatakan tinggi jika berkorelasi lebih dari 0,70 dengan
konstruk yang diukur. Namun demikian pada riset tahap pengembangan skala, loading 0,50
sampai 0,60 masih dapat diterima. Dalam penelitian ini akan digunakan batas loading
factor sebesar 0,70.
Tabel 3. Outer Loading (Measurement Model)
Model Awal
Modifikasi
Sikap Konsumen
A1 <- A
0.635
0.771
0.780
A2 <- A
0.836
0.871
A3 <- A
0.794
0.785
A4 <- A
A5 <- A
0.839
0.840
Lanjutan Tabel 3.
B1 <- B
B2 <- B
B3 <- B
B4 <- B
B5 <- B
C1 <- C
C2 <- C
C3 <- C
C4 <- C
C5 <- C
F1 <- F
F2 <- F
F3 <- F
F4 <- F
F5 <- F
I1 <- I
I2 <- I
I3 <- I
I4 <- I
I5 <- I
P1 <- P
P2 <- P
P3 <- P
P4 <- P
P5 <- P
Pengenalan Merek
0.718
0.706
0.832
0.832
0.792
0.795
0.740
0.745
0.828
0.833
Kepercayaan Konsumen
0.671
0.769
0.788
0.835
0.860
0.707
0.726
0.821
0.829
Pesan Iklan
0.682
0.724
0.728
0.881
0.897
0.790
0,803
0.705
0.717
Niat Beli
0.452
0.802
0.832
0.839
0.867
0.832
0.824
0.878
0.864
Pembelian Nyata
0.613
0.743
0.765
0.874
0.894
0.854
0.885
0.819
0.823
Hasil pengolahan dengan menggunakan PLS dapat dilihat pada Tabel 2. Nilai outer
model atau korelasi antara konstruk dengan variabel pada awalnya belum memenuhi
convergent validity karena masih ada indikator yang memiliki nilai loading factor dibawah
0,70.
Modifikasi model dilakukan dengan mengeluarkan indikator-indikator yang
memiliki nilai loading factor di bawah 0,70. Pada model modifikasi sebagaimana pada
tabel 2 tersebut menunjukkan bahwa semua loading factor memiliki nilai di atas 0,70,
sehingga konstruk untuk semua variabel sudah tidak ada yang dieliminasi dari model.
a. Discriminant Validity
Discriminan validity dilakukan untuk memastikan bahwa setiap konsep
dari masing-masing variabel laten berbeda dengan variabel lainnya. Model
mempunyai discriminant validity yang baik jika setiap nilai loading dari
setiap indikator dari sebuah variabel laten mamiliki nilai loading yang
paling besar dengan nilai loading lain terhadap variabel laten lainnya. Hasil
pengujian discriminant validity diperoleh sebagai berikut:
Tabel 4. Cross loading
A2
A3
A4
A5
B1
B2
B3
B4
B5
C2
C3
C4
C5
F2
F3
F4
F5
I2
I3
A
B
C
F
I
P
0,779696
0,870510
0,794179
0,840118
0,631466
0,683674
0,666812
0,700654
0,675857
0,700090
0,790705
0,670010
0,773079
0,475230
0,699180
0,692259
0,465715
0,693487
0,712320
0,737779
0,705465
0,650411
0,723914
0,705286
0,832157
0,795373
0,744550
0,832621
0,678123
0,695971
0,504950
0,701572
0,522816
0,831975
0,667720
0,459044
0,588799
0,512691
0,708943
0,825785
0,736563
0,738782
0,583940
0,647594
0,648625
0,654884
0,636750
0,788405
0,860408
0,725955
0,828507
0,461050
0,644642
0,704569
0,476080
0,728651
0,749999
0,668874
0,646002
0,509296
0,660052
0,500475
0,700003
0,701661
0,583065
0,670099
0,657506
0,744060
0,374551
0,555836
0,727840
0,896584
0,802736
0,716698
0,583175
0,516253
0,622102
0,721261
0,709175
0,750319
0,551085
0,517390
0,579721
0,615968
0,542585
0,615751
0,755834
0,614750
0,713027
0,370347
0,566644
0,691491
0,511463
0,831908
0,867117
0,665640
0,760579
0,701101
0,644087
0,436216
0,608187
0,613834
0,555719
0,606636
0,678755
0,835396
0,556206
0,633762
0,417382
0,628473
0,545497
0,443576
0,742931
0,796617
I4
I5
P2
P3
P4
P5
0,703787
0,783840
0,611311
0,736771
0,739170
0,730687
0,622695
0,706360
0,602638
0,651676
0,603306
0,566519
0,659639
0,718301
0,632142
0,736773
0,735510
0,740087
0,577842
0,665554
0,573463
0,561116
0,482166
0,582062
0,823942
0,864121
0,706653
0,731395
0,731019
0,727643
0,703056
0,684771
0,764630
0,893769
0,864981
0,822695
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa beberapa nilai loading factor untuk setiap
indikator dari masing-masing variabel laten masih memiliki nilai loading factor yang tidak
paling besar dibanding nilai loading jika dihubungan dengan variabel laten lainnya. Hal ini
bahwa berarti setiap variabel laten belum memiliki discriminant validity yang baik dimana
beberapa variabel laten masih memiliki pengukur yang berkorelasi tinggi dengan konstruk
lainnya.
b. Composite Reliability
Disamping uji validitas konstruk, dilakukan juga uji reliabilitas konstruk yang
diukur dengan dua kriteria yaitu composite reliability dan cronbach alpha dari blok
indikator yang mengukur konstruk. Konstruk dinyatakan reliabel jika nilai composite
reliability maupun cronbach alpha di atas 0,70. Berikut adalah hasil outputnya:
Tabel 5. Composite reliability dan cronbach alpha
Composite Cronbachs
Reliability
Alpha
A
B
C
F
I
P
0,892620
0,887915
0,878083
0,867598
0,910302
0,903816
0,839031
0,841469
0,814639
0,796926
0,868533
0,857000
Hasil output composite reliability maupun cronbach alpha untuk semua
konstruk mempunyai nilai di atas 0,70. Jadi dapat disimpulkan bahwa konstruk
memiliki reliabilitas yang baik.
4.4.2 Pengujian Model Struktural (Inner Model)
Pengujian inner model atau model struktural dilakukan untuk melihat hubungan
antara konstruk, nilai signifikansi dan R-square dari model penelitian. Model struktural
dievaluasi dengan menggunakan R-square untuk konstruk dependen uji t serta signifikansi
dari koefisien parameter jalur struktural.
Dalam menilai model dengan PLS dimulai dengan melihat R-square untuk setiap
variabel laten dependen. Tabel 5 merupakan hasil estimasi R-square dengan menggunkan
SmartPLS.
Tabel 6. Nilai R-square
A
B
C
F
I
P
R Square
0,746647
0,655955
0,676817
0,752817
0,748617
Pada prinsipnya penelitian ini menggunakan enam buah variabel yang dipengaruhi
oleh variabel lainnya yaitu variabel pengenalan merek (B) dipengaruhi oleh variabel pesan
iklan (F). Variabel kepercayaan konsumen (C) dipengaruhi oleh variabel pesan iklan (F)
dan pengenalan merek (B). Variabel sikap konsumen (A) dipengaruhi oleh variabel pesan
iklan (F) dan pengenalan merek (B). Variabel niat beli (I) dipengaruhi oleh variabel
kepercayaan konsumen (C) dan sikap konsumen (A). Terakhir variabel pembelians nyata
(P) dipengaruhi oleh variabel niat beli (I).
Tabel 5 menunjukkan nilai R-square untuk variabel A 0,746647, variabel B
0,655955, variabel C 0,676817, variabel I 0,752817dan variabel P 0,748617. Hasil ini
menunjukkan bahwa 65,59 % variabel pengenalan merek (B) dipengaruhi oleh variabel
pesan iklan (F), 67,68 % variabel kepercayaan konsumen (C) dipengaruhi oleh pesan iklan
(F) dan pengenalan merek (B), 74,66 % varibel sikap konsumen (A) dipengaruhi oleh
pesan iklan (F) dan pengenalan merek (B), 75,28 % variabel niat beli (I) dipengaruhi oleh
variabel kepercayaan konsumen (C) dan sikap konsumen (A). Selanjutnya 74,86 %
variabel pembelian nyata dipengaruhi oleh variabel niat beli (I).
4.4.3 Pengujian Jalur
Signifikansi parameter yang diestimasi memberikan informasi yang sangat berguna
mengenai huungan antara variabel-variabel penelitian. Dasar yang digunakan dalam
menguji hipotesis jalur adalah nilai yang terdapat pada output Path Coefficients (Mean,
STDEV, T-Values). Tabel 6 memberikan output estimasi untuk pengujian model struktural.
Tabel 7. Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Values)
Original
Sample
(O)
A -> I
B -> A
B -> C
C -> I
F -> A
F -> B
F -> C
I -> P
0,500247
0,709849
0,614385
0,385884
0,182244
0,809910
0,241964
0,865226
Sample
Mean (M)
Standard
Deviation
(STDEV)
0,514507
0,696427
0,598290
0,368824
0,192722
0,813303
0,251262
0,863807
0,139193
0,109242
0,126727
0,149405
0,086427
0,036604
0,085392
0,059311
Standard
Error
(STERR)
0,139193
0,109242
0,126727
0,149405
0,086427
0,036604
0,085392
0,059311
T Statistics
(|O/STERR|)
3,593905*
6,497956*
4,848101*
2,582809*
2,108646*
22,126380*
2,833564*
14,588040*
Dalam PLS pengujian secara statistik setiap hubungan yang dihipotesiskan
digunakan dengan menggunakan simulasi. Dalam hal ini dilakukan metode bootstrap pada
sampel. Pengujian dengan bootstrap juga dimaksudkan dengan meminimalkan masalah
ketidaknormalan data penelitian. Hasil pengujian dengan bootstrapping dari analisis PLS
adalah sebagai berikut:
Pertama, hasil pengujian menunjukkan bahwa hubungan variabel pesan iklan (F)
dengan pengenalan merek (B) menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar 0,809910 dengan
nilai T statistik sebesar 22,126380. Nilai tersebut lebih besar dari t tabel (1,960). Hasil ini
berarti bahwa pesan iklan memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap
pengenalan merek.
Kedua, hasil pengujian menunjukkan bahwa hubungan variabel pesan iklan (F)
dengan kepercayaan konsumen (C) menunjukkan koefisien jalur sebesar 0,241964 dengan
nilai T statistik 2,833564. Nilai tersebut lebih besar dari t tabel (1,960). Hasil ini berarti
bahwa pesan iklan memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap kepercayaan
konsumen.
Ketiga, hasil pengujian menunjukkan bahwa hubungan variabel pesan iklan (F)
dengan sikap konsumen (A) menunjukkan koefisien jalur sebesar 0,182244 dengan nilai T
statistik 2,108646. Nilai tersebut lebih besar dari t tabel (1,960). Hasil ini berarti bahwa
pesan iklan memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap sikap konsumen.
Keempat, hasil pengujian menunjukkan bahwa hubungan variabel pengenalan
merek (B) dengan kepercayaan konsumen (C) menunjukkan koefisien jalur sebesar
0,614385 dengan nilai T statistik 4,848101. Nilai tersebut lebih besar dari t tabel (1,960).
Hasil ini berarti bahwa pengenalan merek memiliki hubungan yang positif dan signifikan
terhadap kepercayaan konsumen.
Kelima, hasil pengujian menunjukkan bahwa hubungan variabel pengenalan merek
(B) dengan sikap konsumen (A) menunjukkan koefisien jalur sebesar 0,709849 dengan
nilai T statistik 6,497956. Nilai tersebut lebih besar dari t tabel (1,960). Hasil ini berarti
bahwa pengenalan merek memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap sikap
konsumen.
Keenam, hasil pengujian menunjukkan bahwa hubungan variabel kepercayaan
konsumen (C) dengan niat beli (I) menunjukkan koefisien jalur sebesar 0,385884 dengan
nilai T statistik 2,582809. Nilai tersebut lebih besar dari t tabel (1,960). Hasil ini berarti
bahwa kepercayaan konsumen memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap
niat beli.
Ketujuh, hasil pengujian menunjukkan bahwa hubungan variabel sikap pembeli (A)
dengan niat beli (I) menunjukkan koefisien jalur sebesar 0,500247 dengan nilai T statistik
3,593905. Nilai tersebut lebih besar dari t tabel (1,960). Hasil ini berarti bahwa sikap
konsumen memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap niat beli.
Kedelapan, hasil pengujian menunjukkan bahwa hubungan variabel niat beli (I)
dengan pembelian nyata (P) menunjukkan koefisien jalur sebesar 0,865226 dengan nilai T
statistik 14,588040. Nilai tersebut lebih besar dari t tabel (1,960). Hasil ini berarti bahwa
niat beli memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap pembelian nyata.
Nilai t sebesar 6,192 tersebut lebih besar dari t tabel sebesar 1,96 yang berarti bahwa
parameter mediasi tersebut signifikan. Maka dengan demikian model pengaruh tidak
langsung dari variabel pesan iklan terhadap kepercayaan konsumen melalui pengenalan
merek dapat diterima.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan permasalahan dan pembahasan mengenai efektivitas social media dan faktor
yang mempengaruhi keputusan pembelian android , maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
Berdasarkan hasil analisis Consumer Decision Model diketahui bahwa informasi yang
ingin disampaikan oleh produsen Android melalui social media berpengaruh terhadap
variabel yang diukur pada Consumer Decision Model dari variabel informasi di social media
(F) sampai dengan variabel pembelian nyata (P). Berdasarkan hasil CDM pengaruh terhadap
pembelian Aandroid melalui dua jakur. Jalur model pertama yaitu informasi yang dilihat di
social media (F) menjadi lebih efektif mempengaruhi pembelian konsumen melalui variabel
merek. Dari pengenalan merek kemudian dapat membangun kepercayaan konsumen (C)
sampai kepada niat beli oleh konsumen (I) selanjutnya ke pembelian nyata (P). Untuk jalur
kedua dimana pesan iklan yang ada di social media menyebabkan konsumen mengetahui
merek (B) selanjutnya tercipta sikap konsumen (A). Dari sikap konsumen akan
menimbulkan niat beli (I) yang akhirnya menimbulkan pembelian nyata (P). Pada akhirnya
informasi yang dilihat di social media (F) berhasil meningkatkans pangsa pasarnya Android.
2. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka saran yang dapat dijadikan bahan
pertimbangan adalah sebagai berikut:
a.
Informasi dengan melihat status tentang Android di social media menunjukkan
pengaruh cukup signifikan terhadap pembelian Android. Oleh karena itu, sebaiknya
produsen Android dapat menggunakan peluang tersebut untuk memanfaatkan social
media sebagai salah satu alat promosi yang efektif.
b.
Melihat hubungan dimana pesan iklan (F) terhadap kepercayaan konsumen (C) dan
pesan iklan (F) terhadap sikap konsumen (A) mempunyai kelemahan, maka produsen
harus lebih membuat inovasi dan lebih kreatif agar konsumen tidak beralih ke
kompetitor lain.
DAFTAR PUSTAKA
Assael, H. 1995. Costumer Behavior And Marketing Action. Keat Publishing Company, Boston.
Durianto, D. 2003. Invasi Pasar dengan Iklan yang Efektif: Strategi, Program, dan Teknik
Pengukuran. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Engel, J. F. 1994. Perilaku Konsumen, Edisi Keenam, Jilid 1. Binapura Aksara, Jakarta.
http://www.teknojurnal.com/2011/02/18/data-dan-analisa-penjualanhandphone-dansmartphone-di-dunia-pada tahun-2010/
https://dwikisetiyawan.wordpress.com/2012/02/29/data - dan - fakta - pengguna -jejaring-sosialtwitter-indonesia/
Kotler, P. 1996. Marketing, Jilid 1 (terjemahan: Herujati Purwoto). Erlangga, Jakarta.
________. 2002. Manajemen Pemasaran, Edisi Milenium, Jilid 1 (terjemahan: Hendra Teguh,
SE, AK). Prenhallindo, Jakarta.
________, J. Bowen, J. Makens. 2003. Pemasaran Perhotelan dan Kepariwisataan Edisi Kedua.
PT. Prenhallindo, Jakarta
________. 2004. Manajemen Pemasaran, Edisi Millenium. Prenhallindo, Jakarta.
________ dan G. Amstrong. 2004. Dasar-Dasar Pemasaran, Edisi Kesembilan, Jilid 1. Indeks,
Jakarta.
________. 2005. Manajemen Pemasaran Edisi 11 (terjemahan, Jilid 2). Indeks, Jakarta.
________. dan G. Armstong. 2006. Dasar-dasar Pemasaran. Alih bahasa: Alexander Sindoro,
Jakarta
________ dan K. Keller. 2009. Manajemen Pemasaran, Edisi 13, Jilid 1. Erlangga, Jakarta.
Kuncoro, M. 2003. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Kusnaedi, M. S. 2008. Model-Model Persamaan Struktural: Satu dan Multigroup Sampel dengan
LISREL. ALFABETA, Bandung.
Peter, P. J dan J. C. Olson. 1999. Consumer Behavior : Perilaku Konsumen dan Strategi
Pemasaran Edisi Keempat Jilid 2. Erlangga, Jakarta.
Purwanto, D. 2003. Komunikasi Bisnis, Edisi Kedua. Erlangga, Jakarta.
Putrika, S. M. 2011. Efektivitas Social Media Pada Pemasaran Es Krim Wall’s Magnum Dengan
Menggunakan Model Persamaan Struktural (Studi Kasus Mahasiswa Program Diploma
IPB). Skripsi pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Rangkuti, F. 2006. Teknik Mengukur dan Strategi Meningkatkan Kepuasan Pelanggan. PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Santoso, S. 2007. Stuctural Equation Modelling Konsep dan Aplikasi dengan AMOS. PT Elex
Media Komputindo, Jakarta.
Shimp, T. A. 2003. Periklanan dan Promosi, Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu.
Erlangga, Jakarta.
Sitinjak, T. J. R dan Sugiharto. 2006. Lisrel. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Stoner, J. A. F. 1996. Manajemen, Edisi Bahasa Indonesia, Jilid 1.
Sulaeman, G. A. F. 2011. Pengukuran Analisis Model Struktural dan Analisis Diskriminan Es
Krim Wall’s Magnum pada Konsumen Pengguna Social Media (Studi Kasus Mahasiswa
Program Strata 1 IPB. Skripsi pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan
Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sutisna. 2003. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Remaja Rosdakarya, Bandung
www.semiocast.com, diakses tahun 2011.
www. a world of tweets.com, diakses tahun 2011.
Thoyibie, L. 2010. Psikologi Social Media. http: //komunikasi-indonesia.org. [08 Februari 2011].
Tjiptono, F. 2008. Strategi Pemasaran. CV Andi Offset, Yogyakarta.
Umar, H. 2005. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Yuliawati, I. 2011. Analisis Efektifitas Social Media dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Keputusan Pembelian Es Krim Wall’s Magnum Berdasarkan Gender (Studi Kasus
Mahasiswa Diploma IPB). Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
KUISIONER PENELITIAN
Kuesioner ini merupakan instrumen dalam penelitian berjudul “ANALISIS PENGARUH
SOCIAL MEDIA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK HANDPHONE
ANDROID (STUDI KASUS MAHASISWA DIPLOMA IPB)” guna penyelesaian tugas
akhir pada DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR, yang dilakukan oleh:
Nama
: WIN FARID ARISKA
NRP
: H2096064
Saya mengharapkan kesediaan Saudara untuk meluangkan waku untuk megisi kuesioner ini secara benar. Informasi
yang diterima dalam kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan akademis.
Terima kasih atas bantuan dan kerja sama saudara.
Identitas responden
Nama
:
Jurusan
:
No. HP
:
I. SCREENING
(Petunjuk: pilihlah salah satu jawaban dan beri tanda (x) yang paling sesuai dengan kondisi anda)
1. Apakah Anda mengetahui merek android dari Media Social dan kemudian melakukan pembelian produk android
tersebut?
a. Ya
b. Tidak
(Jika jawaban Anda adalah tidak silahkan berhenti disini dan abaikan pertanyaan selanjutnya. Terima kasih)
II. KARAKTERISTIK RESPONDEN
(Petunjuk: pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan kondisi Anda)
1. Jenis kelamin anda?
a. Pria
b. Wanita
2. Berapa usia Anda?
...............................................................................................................................
3. Apa pekerjaan Anda?
...............................................................................................................................
4. pengeluaran Anda tiap bulan?
a. < Rp. 500.000
d. Rp. 1.500.001 – Rp. 2.000.000
b. Rp. 500.001 – Rp. 1.000.000
e. > Rp. 2.000.000
c. Rp. 1.00.001 – Rp. 1.500.000
5. Dimanakah Anda tinggal?
a. Rumah orang tua / kerabat
d. Rumah sewa
b. Asrama
e. Lainnya, ______________
c. Kamar kost
Lanjutan Lampiran 1
III. Informasi mengenai konsumen Handphone Android
(Petunjuk: pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan kondisi Anda)
1. Sudah berapa lamakan Anda menggunakan Handphone android?
a. < 1 tahun
c. 3 – 4 tahun
b. 1 – 2 tahun
d. > 4 tahun
2. Jenis Handphone Android apa yang Anda miliki?
...............................................................................................................................
3. Alasan Anda memilih merek Handphone Android?
a. Manfaat dan kegunaan
d. Harga
b. Kualitas
e. Lainnya, ______________
c. Merek
4. Pernahkah Anda melihat teman social media meng-update status menggunakan via handphone Android?
a. Pernah
b. Tidak pernah
IV. Efektivitas dan Kekuatan Iklan
Petunjuk: Beri tanda (√) pada jawaban yang sesuai pendapat Anda berdasarkan keterangan pilihan berikut:
1.
2.
3.
Sangat Tidak Setuju (STS)
Tidak Setuju (TS)
Cukup (C)
4. Setuju (S)
5. Sangat Setuju (SS)
No.
Pertanyaan
A.
Variabel Pesan Iklan (F)
Informasi tentang Handphone Android yang dilihat dari
social media mencerminkan gaya hidup modern
Informasi tentang Handphone Android yang dilihat dari
social media memberikan kesan handphone yang memiliki
teknologi canggih
Informasi tentang Handphone Android yang dilihat dari
social media menampilkan handphone yang berkualitas
Informasi tentang Handphone Android yang dilihar dari
social media mudah diingat
Informasi tentang Handphone Android sering saya lihat
dari social media
Variabel Pengenalan Merek (B)
Merek Handphone Android yang saya kenal
mencerminkan gaya hidup modern
Merek Handphone Android yang saya kenal memiliki
teknologi canggih
Merek Handphone Android yang saya kenal menampilkan
karakter handphone yang berkualitas
Merek Handphone Android yang saya kenal informasi
mudah diingat
Merek Handphone Android yang saya kenal informasinya
sering di update di social media
1.
2.
3.
4.
5.
B.
1.
2.
3.
4.
5.
Lanjutan lampiran 1
C.
1.
2.
3.
4.
5.
D.
1.
2.
3.
4.
5.
E.
1.
2.
Variabel kepercayaan konsumen
Saya percaya Handphone Android mencerminkan gaya
hidup modern
Saya percaya Handphone Android memiliki teknologi
canggih
Saya percaya Handphone Android menampilkan karakter
handphone yang berkualitas
Saya percaya Handphone Android informasinya mudah
diingat
Saya percaya Handphone Android informasinya sering di
update di social media
Variabel Sikap konsumen (A)
Saya
menyukai Handphone Android karena
mencerminkan gaya hidup modern
Saya menyukai Handphone Android karena memiliki
teknologi canggih
Saya menyukai Handphone Android karena menampilkan
karakter handphone yang berkualitas
Saya menyukai Handphone Android karena informasinya
mudah diingat
Saya menyukai Handphone Android karena informasinya
sering di update di social media
Variabel Niat Beli (I)
Saya berniat membeli Handphone Android karena
mencerminkan gaya hidup modern
Saya berniat membeli Handphone Android karena
memiliki teknologi canggih
STS
TS
C
S
SS
3.
4.
5.
F.
1.
2.
3.
4.
5.
Saya berniat membeli Handphone Android karena
menampilkan karakter handphone yang berkualitas
Saya berniat membeli Handphone Android karena
informasinya mudah diingat
Saya berniat membeli Handphone Android karena
informasinya sering di update di social media
Variabel Pembelian Nyata (P)
Saya membeli Handphone Android karena mencerminkan
gaya hidup modern
Saya membeli Handphone Android karena memiliki
teknologi canggih
Saya membeli Handphone Android karena menampilkan
karakter handphone yang berkualitas
Saya membeli Handphone Android karena informasinya
mudah diingat
Saya membeli Handphone Android karena informasinya
sering di update di social media
Saran dan Kritik Anda:
_____________________________________________________________________________________________
_____________________________________________________________________________________________
_____________________________________________________________________________________________
_____________________________________
---TERIMA KASIH---
Lampiran 2. Karakteristik Responden Mahasiswa/i Diploma IPB
Karakteristik Responden
Mahasiswa/i Diploma IPB
Persentase (%)
1. Berdasarkan Jenis Kelamin
Laki-laki
29
Perempuan
28
Total
57
2. Berdasarkan Umur Responden
18 tahun
15
19 tahun
20
20 tahun
21
22 tahun
1
Total
57
3. Berdasarkan Pengeluaran Responden
< Rp.500.000
7
Rp.500.001 – Rp.1.000.000
33
Rp.1.000.001 – Rp.1.500.000
13
Rp.1.500.001 – Rp.2.000.000
3
>Rp.2.000.001
1
Total
57
4. Berdasarkan Tempat Tinggal Responden
Rumah Orang Tua
15
Kamar Kost
38
Rumah Sewa
3
Lainnya
1
Total
57
5. Berdasarkan Lama Menggunakan HP Android
< 1 Tahun
47
1 Tahun – 2 Tahun
10
Total
57
Lanjutan Lampiran 2.
6. Berdasarkan Alasan Memilih HP Android
Manfaat dan Kegunaan
Kualitas
39
Merek
14
Harga
3
Lainnya
1
Total
57
7. Berdasarkan Jenis HP Android Yang Dimiliki
Samsung
41
Sony Ericksson
15
LG
1
Total
57
8. Berdasarkan Meng-Update Status Via HP Android
Pernah
54
Tidak Pernah
3
Total
57
Lampiran 3. Tabel Uji Validitas
F1
F2
F3
F4
F5
B1
B2
B3
B4
B5
C1
C2
C3
C4
C5
A1
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
,471(**)
0,009
30
,678(**)
0,000
30
,591(**)
0,001
30
,637(**)
0,000
30
,547(**)
0,002
30
,701(**)
0,000
30
,626(**)
0,000
30
,654(**)
0,000
30
,674(**)
0,000
30
,740(**)
0,000
30
,738(**)
0,000
30
,687(**)
0,000
30
,758(**)
0,000
30
,689(**)
0,000
30
,630(**)
0,000
30
,742(**)
0,000
30
Lanjutan Lampiran 3.
A2
A3
A4
A5
I1
I2
I3
I4
I5
P1
P2
P3
P4
P5
TOTAL
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
,565(**)
0,001
30
,753(**)
0,000
30
,643(**)
0,000
30
,711(**)
0,000
30
,729(**)
0,000
30
,652(**)
0,000
30
,828(**)
0,000
30
,727(**)
0,000
30
,656(**)
0,000
30
,686(**)
0,000
30
,621(**)
0,000
30
,686(**)
0,000
30
,703(**)
0,000
30
,568(**)
0,001
30
1
30
Lampiran 4. Tabel Uji Reliabilitas
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
Cases
Valid
Excluded(a)
Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
0,957
N of Items
30
N
30
%
100,0
0
0,0
30
100,0
Download