BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Permainan Bulutangkis Menurut Subardjah (2000) bulutangkis merupakan bentuk permainan bola kecil yang bersifat individual yang dapat dilakukan dengan cara melakukan satu orang melawan satu orang atau tunggal dan dua orang melawan dua orang atau ganda. Bulutangkis adalah cabang olahraga yang termasuk dalam kelompok olahraga permainan. Permainan bulutangkis dapat dimainkan di dalam maupun di luar lapangan. Namun demikian, semua pertandingan resmi yang diselenggarakan sampai saat ini dilakukan di dalam ruangan. Hal ini dikarenakan didalam ruangan laju shuttlecock relatif tidak terpengaruh oleh angin. Ruangan untuk bermain bulutangkis idealnya mempunyai langit-langit minimal setinggi 7,62 meter, penerangan didalam ruangan diusahakan tidak menyebabkan silau pemain. Bentuk lapangan bulutangkis resmi dibatasi dengan garis-garis dalam ukuran panjang dan lebar tertentuyaitu 13,40 meter dan 6,10 meter, dengan ketebalan garis 3,8 cm. Lapangan bulutangkis dibagi menjadi dua bidang sama besar dan dipisahkan oleh net yang terpasang di tiang net yang berdiri tepat dipinggir lapangan dengan tinggi 1,542 meter. Alat yang digunakan adalah raket sebagai alat pemukul serta shuttlecock sebagai bola yang dipukul. Peraturan bulutangkis tidak menyebutkan persyaratan-persyaratan khusus mengenai raket. Umumnya panjang raket 56-67 cm dan beratnya 78-89 gram. Shuttlecock tersedia dalam dua macam: bulu angsa dan nilon. Shuttlecock yang dipakai dalam pertandingan-pertandingan ialah yang terbuat dari bulu angsa, dengan berat 4,8 -5,6 gram dan mempunyai 14-16 helai bulu. Berikut ini gambar bentuk dan ukuran lapangan bulu tangkis. 10 11 Gambar 2.1 Bentuk dan Ukuran Lapangan (BWF:2011) Menurut Suharno HP (1993:18) “Teknik adalah suatu proses gerakan dan pembuktian dalam praktek dengan sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam cabang olahraga”. Penguasaan teknik dasar permainan bulutangkis merupakan salah satu unsur yang turut menentukan menang atau kalahnya suatu pertandingan disamping unsur-unsur kondisi fisik, taktik dan mental. 2. Teknik-Teknik Dasar Bulutangkis Dalam permainan bulutangkis teknik dasar harus dipelajari lebih dahulu guna mengembangkan mutu permainan bulutangkis dimainkan oleh dua regu ataupun ada juga perorangan. Mengingat permainan bulutangkis ada yang beregu, maka kerjasama antar pemain mutlak diperlukan sifat toleransi antar kawan serta saling percaya dan saling mengisi kekurangan dalam regu. Pemain, untuk dapat berprestasi semaksimal mungkin, maka harus menguasai teknik dasar permainan bulutangkis supaya strategi yang diterapkan oleh pelatih akan berjalan di pertandingan. Salah satu teknik yang harus dikuasai oleh para pemain antara lain: a. Sikap berdiri (stance) Sikap berdiri dalam permainan bulutangkis harus dikuasai oleh setiap pemain, adapun sikap berdiri dapat dibagi dalam tiga bentuk, yaitu (1) sikap 12 berdiri saat servis, (2) sikap berdiri saat menerima servis dan (3) sikap saat permainan berlangsung (in play). Gambar 2.2 Berdiri Saat Permainan Berlangsung In Play (BWF:2011) b. Pegangan raket (grip) Ada 2 (dua) cara memegang raket dalam permainan bulutangkis menurut Purnama (2010:14), antara lain: 1. Forehand grip Teknik pegangan forehand dilakukan ibu jari dan jari telunjuk menempel pada bagian permukaan pegangan yang sempit (sejajar dengan kepala raket). Yang perlu diperhatikan dalam teknik pegangan ini adalah pergelangan tangan dapat bergerak leluasa untuk mengarahkan pukulan, agar dapat leluasa yang menjadi kunci adalah letak pangkal pegangan raket berada dalam genggaman tangan, tidak menonjol keluar dari genggaman tangan. Gambar 2.3 Pegangan Forehand (BWF:2011) Keuntungan teknik pegangan forehand diantaranya: 13 a. Raket tidak mudah lepas dan pukulan yang dihasilkan keras. b. Memudahkan melakukan pukulan terhadap bola yang datangnya di sebelah kanan badan (forehand) dan c. Dapat memutar pergelangan tangan untuk menempatkan posisi kepala raket tegak lurus dengan kepala shuttlecock. Kelemahan teknik pegangan forehand, yaitu: a. Lemah terhadap bola yang datangnya di sebelah kiri badan dan b. Lemah dalam menerima bola serangan yang mengarah ke badan. 2. Backhand grip Dari posisi teknik pegangan forehand, dapat dialihkan ke teknik pegangan backhand yakni dengan memutar raket seperempat putaran ke arah kiri. Dari pegangan backhand dapat dialihkan ke teknik pegangan gebuk kasur dengan memutar setengan putaran ke arah kiri. Keuntungan pegangan backhand adalah pemain dengan leluasa dapat mengembalikan bola yang datangnya di sebelah kiri badan. Sebaliknya kelemahan dari teknik pegangan ini, pemain akan kesulitan dalam mengembalikan bola, terutama semes yang mengarah ke sebelah kanan badan. Gambar 2.4 Pegangan Backhand (BWF:2011) c. Servis Pukulan servis merupakan pukulan pertama yang mengawali suatu permainan bulutangkis. Pukulan ini boleh dilakukan baik dengan forehand maupun dengan backhand. Pukulan servis merupakan pukulan yang sangat menentukan dalam awal perolehan nilai, karena pemain yang melakukan servis dengan baik dapat mengendalikan jalannya permainan, misalnya sebagai strategi awal serangan. Dalam permainan bulutangkis ada dua macam servis, yaitu servis 14 panjang dan servis pendek. Pukulan servis dengan panjang banyak digunakan dalam permainan tunggal, sedangkan pukulan servis pendek umumnya digunakan dalam permainan ganda. Arah Servis dilakukan dengan menyilang dari sisi pemain yang melakukan dan menerima servis Servis dalam bulutangkis harus sesuai dengan peraturan permainan bulutangkis, adapun ketentuan tersebut antara lain: 1. Ketinggian bola saat perkenaan dengan kepala raket berada di bawah pinggang. 2. Saat perkenaan dengan bola, kepala raket harus condong ke bawah. 3. Kedua kaki berada pada bidang servis, tidak menyentuh garis tengah atau garis depan. 4. Tidak ada gerakan ganda (saat perkenaan dengan bola satu kali gerakan). Gerakan raket harus berkelanjutan tanpa adanya saat yang putus-putus. 1. Servis pendek Pelaksanaan servis pendek dapat dilaksanakan dengan cara forehand maupun backhand: a. Berdirilah sedekat mungkin dari garis depan b. Letak kedua kaki dapat sejajar atau depan-belakang sesuai kebiasaan c. Bola dipegang salah satu tangan dengan ketinggian dibawah pinggang d. Kepala raket ditempatkan dibelakang kepala bola e. Tentukan arah sasaran servis, lihat bola, lakukan pukulan dengan halus untuk mendapatkan arah bola yang sesuai sasaran tipis diatas net. Gambar 2.5 Servis Pendek Forehand (BWF:2011) 15 2. Servis panjang Pelaksanaan servis panjang biasanya dilaksanakan dengan cara forehand servis tinggi sering digunakan dalam permainan tunggal, latihan servis tinggi sering diabaikan oleh pemain maupun pelatih, padahal servis tinggi yang baik adalah melambung tinggi dan jatuhnya dibidang belakang lapangan lawan, sedekat mungkin dengan garis belakang. Tujuan servis tinggi yang baik antara lain: a. Untuk menghindari permainan bagi lawan yang bagus main netting b. Untuk mempercepat kelelahan fisik lawan, pada saat lawan sudah mulai kehabisan tenaga (daya tahan kardiorespirasi lemah). c. Mengukur kemampuan forehand clear lawan d. Membuka posisi depan lawan Gambar 2.6 Servis Panjang (BWF:2011) d. Dropshot Dropshot adalah pukulan menyerang dengan menempatkan bola tipis dekat jaring pada lapangan lawan. Dropshot mengandalkan kemampuan feeling dalam memukul bola sehingga arah dan ketajaman bola tipis di atas net serta jatuh didekat net. Bola dipukul dengan dorongan dan sentuhan yang halus. Dropshot (pukulan potong) yang baik adalah apabila jatuhnya bola dekat dengan net dan tidak melewati garis ganda. Karakteristik pukulan potong ini adalah shuttlecock senantiasa jatuh dekat jaring di daerah lapangan lawan. Oleh karena itu mampu melakukan pukulan yang sempurna dengan berbagai sikap dan posisi badan dari sudut-sudut lapangan permainan. Faktor pegangan raket, gerak kaki yaang cepat, 16 posisi badan dan proses perpindahan berat badan yang harmonis pada saat memukul merupakan faktor penentu keberhasilan pukulan ini. Sikap persiapan awal dan gerak memukul tidak berbeda dengan pukulan forehand clear. Dalam pelaksanaan pukulan potong ini, adalah menempatkan shuttlecock pada sudutsudut lapangan lawan sedekat mungkin jaring/net, dengan variasi gerak tipu badan dan raket sebelum perkenaan raket dan shuttlecock, yang menyebabkan lawan terlambat mengantisipasi dan bereaksi atas datangnya shuttlecock secara mendadak. Gambar 2.7 Pukulan Dropshot (BWF:2011) e. Drive Pukulan drive adalah jenis pukulan keras dan cepat yang arahnya mendatar. Pukulan drive biasanya digunakan untuk menyerang atau mengembalikan bola dengan cepat dengan arah lurus maupun menyilang ke daerah lawan, baik dengan forehand maupun backhand. Gambar 2.8 Forehand Drive dan Backhand Drive (BWF:2011) 17 f. Netting Netting adalah pukulan pendek yang dilakukan di depan net dengan tujuan untuk menempatkan bola setitpis mungkin jaraknya dengan net di daerah lawan. Netting sangat menentukan akhir dari pertandingan bulutangkis, kualitas netting yang baik memungkinkan pemain mendapatkan umpan dari lawan untuk di forehand clear atau diserang dengan pukulan mematikan yang lain. Karena pengembalian bola netting yang baik tidak banyak pilihan yang harus dilakukan oleh lawan, hanya ada dua pilihan naik ke belakang daerah lawan atau dibalas dengan netting lagi. Pukulan netting yang baik yaitu apabila bolanya dipukul halus dan melintir tipis dekat sekali dengan net, dipukul dengan sentuhan tenaga halus sekali. Karakteristik teknik dasar ini adalah shuttlecock senantiasa jatuh bergulir sedekat mungkin dengan jaring/net di daerah lapangan lawan. Koordinasi gerak kaki, lengan, keseimbangan tubuh, posisi raket dan shuttlecock saat perkenaan, serta daya konsentrasi adalah faktor-faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan pukulan ini. Gambar 2.9 Netting Backhand dan Netting Forehand (BWF:2011) g. Footwork Dalam permainan bulutangkis kaki berfungsi sebagai penompang tubuh untuk bergerak kesegala arah dengan cepat, sehingga dapat memposisikan tubuh sedemikian rupa supaya dapat melakukan gerakan pukulan dengan efektif. Langkah kaki dalam permainan bulutangkis sering diistilahkan footwork. Footwork merupakan dasar untuk bisa menghasilkan pukulan berkualitas, yaitu apabila dilakukan dalam posisi baik. Untuk bisa memukul dengan posisi baik, seorang atlet harus memiliki kecepatan gerak. Kecepatan gerak kaki tidak bisa 18 dicapai kalau footworknya tidak teratur. Prinsip dasar footwork dalam permainan bulutangkis adalah kaki yang sesuai dengan tangan yang digunakan untuk memegang raket saat memukul selalu berakhir sesuai arah tangan tersebut. h. Forehand clear Pukulan forehand clear adalah shuttlecock yang dipukul dari atas kepala, posisi biasanya dari belakang dan diarahkan keatas pada bagian belakang lapangan lawan. Pukulan lob merupakan pukulan yang paling sering dilakukan oleh setiap pemain bulutangkis. Pukulan lob sangat penting dalam mengendalikan permainan bulutangkis, sangat baik untuk mempersiapkan serangan atau untuk membenahi posisi sulit saat mendapat tekanan dari lawan. Posisi tubuh sangat menentukan untuk dapat melakukan pukulan lob yang baik, sehingga kaidahkaidah teknik pukulan ini harus dilaksanakan saat latihan. 3. Teknik Forehand Clear Bulutangkis Forehand clear adalah pukulan overhead (atas kepala) yang diarahkan ke atas dan dilakukan dengan tenaga penuh. Pukulan ini digunakan untuk mengatur tempo permainan. Karena itu tujuan utamanya untuk mengendalikan permainan. Pukulan forehand clear adalah bentuk pukulan keras yang sering digunakan dalam permainan bulutangkis. Karakteristik pukulan ini adalah tinggi melambung, laju jalannya shuttlecock sedang dari bidang belakang lapangan kita diarahkan menuju ke bidang belakang lapangan lawan, sehingga pukulan ini membutuhkan aspek kekuatan otot bahu, lengan, dan fleksibilitas pergelangan tangan serta koordinasi gerak tubuh yang harmonis (Pool 2010:44). a. Pukulan forehand clear Teknik pukulan forehand clear tersebut secara bertahap setiap pemain harus menguasainya dengan sempurna. Manfaatnya sangat besar untuk meningkatkan kualitas permainan. 19 Gambar 2.10 Rangkaian Gerakan Forehand Clear (http://badminton.chorwong.com) Adapun langkah-langkah melakukan forehand clear adalah sebagai berikut: 1) Persiapan: Gunakan Pegangan V Sikap awal badan rileks Langkahkan ke belakang untuk membuka atau meregangkan salah satu kaki ke belakang Posisi kaki sedikit merendah atau lutut sedikit ditekuk Badan menghadap ke samping. Gambar 2.11 Sikap Awal Melakukan Forehand Clear 20 2) Pelaksanaan Mulailah putaran lengan ke belakang, tengadahkan lengan bawah Buatlah sudut antara lengan tangan dan raket Selanjutnya putar/ayunkan lengan ke depan dengan posisi lengan tangan menelungkup sekuat tenaga dan memutar badan 180. Gambar 2.12 Ayunan Raket/Lengan Saat Memukul Shuttlecock 3) Perkenaan Jangkaulah setinggi mungkin saat memukul shuttlecock, dengan posisi lengan lurus, perkenaan saat memukul berada di sebelah depan bahu. Gambar 2.13 Perkenaan raket dengan shuttlecock 21 4) Sikap lanjutan Selesaikan putaran lengan dengan mendarat Gerakan lanjutan lengan tangan rileks, raket berada didepan badan Kaki yang sebelumnya di belakang dipindahkan ke depan untuk menumpu titik berat badan Gambar 2.14 Gerakan Lanjutan Setelah Melakukan Forehand Clear Saat memukul beberapa gerakan terjadi dengan cepat yaitu : 1) berat badan berpindah dari kaki kanan ke kaki kiri pada saat berputar sehingga menghadap ke daerah lawan, 2) lengan bergerak ke atas mulai dari siku sampai lengan bawah sehingga pergelangan tangan berputar ke arah dalam, 3) pada saat raket menyuntuh shuttle, pergelangan tangan menjadi lurus (tidak teracung lagi) demikian pula dengan lengan dan bidang raket tepat menghadap sasaran, 4) raket mengeluarkan suara mendesing pada saat menyentuh shutlle, 5) kepala raket mengayun ke bawah dengan pergelangan tangan setinggi dada sehingga suatu putaran ayunan penuh terjadi dan gerakan akhir raket menyilang sebelah kiri tubuh ( James Poole, 1982:28). Gerakan ayunan ini dapat disamakan dengan melemparkan bola dimana gerakan tubuh yang terjadi adalah sama. Mekanisme gerakan tubuh yang sama terjadi pada tiga jenis pukulan yaitu pukulan bersih (clear), pukulan jatuh (drop) dan pukulan keras (smash). Kedudukan gerak lanjutan sangat penting terhadap 22 ketepatan pukulan. Kekuatan dan momentum yang lebih besar tidak menjamin ketepatan pukulan, sehingga untuk mendapatkan ketepatan pukulan teknik overhead forehand dropshoot yang baik diperlukan koordinasi gerak yang baik terutama pada saat melakukan follow through. Apabila teknik forehand clear dilakukan dengan benar maka sangat membantu untuk memperoleh arah dan sasaran shuttlecock dengan tepat. Adapun arah dan sasaran dari pukulan forehand clear adalah seperti gambar dibawah ini. Gambar 2.15 Arah dan Sasaran Shuttlecock Pukulan Forehand Clear (BWF:2011) a) Analisis Gerakan Dalam Teknik Forehand Clear Sikap permulaan untuk menganalisis gerakan tubuh yaitu sikap bergiri tegak dan sikap anatomis. Istilah arah yang digunakan ialah anterior, posterior, distal, proksimal, superior, inferior, medial, superfacial, profundus. Gerakan dasar yang terjadi pada bidang sagital dengan sumbu transfersal ialah fleksi, ekstensi, fleksi dorsal, fleksi plantar. Gerakan pada bidang frontal sumbu anterposterior ialah abduksi, adduksi, abduksi horisontal, adduksi horisontal, elevasi, depresi, fleksi lateral, infers, eversi. Gerakan dasar pada bidang transfersal dengan sumbu longitudinal ialah rotasi medial, rotasi lateral, supinasi, pronasi. Gerak sirkumduksi terjadi pada bidang sagital dan frontal dengan sumbu triaksial (Sudarminto,1992:15) Gerakan forehand clear merupakan koordinasi bagian anggota gerak atas yang terdiri dari tulang belakang, gelang panggul, gelang bahu, lengan atas dan lengan bawah. Sedangkan bagian anggota gerak bawah yang terlibat terdiri dari tulang paha (femur), tulang tempurung lutut (knee), tulang kering, tulang betis, 23 dan tulang kaki. Sehingga kedua bagian anggota gerak tersebut memerluakan koordinasi yang baik untuk bisa melakukan gerakan forehand clear yang benar. 1) Kerja Sendi dan Gerak Yang Terjadi Sendi sterno klavikular, sendi yang dibentuk oleh ujung besar di sebelah sternum dari klavikula yang bergerak secara abduksi dan adduksi. Sendi akromio klavikular, dibentuk oleh ujung luar dari klavikula yang bersendi dengan proses akromion dari scapula bergerak secara abduksi dan adduksi. Sendi bahu humero scapular, sendi putar kepala humerus membentuk setengah bola, pembatasan gerak ditentukan oleh otot yang mengelilinginya, kebebasan gerak keseluruhan arah (abduksi, adduksi, fleksi, ekstensi, eksorotasi, dan endorotari). Sendi siku atau sendi engsel, membentuk sendi humeri rasialis dan empat permukaan persendian yang berada dalam kapsul sendi gerakan terjadi adalah fleksi dan ekstensi. Sendi radio ulnari, sendi antara radius dan ulna, radius berputar dalam ligamen pembatas sendi dan ujung bawah radius berputar di atas kepala ulna serta dalam gerakan pronasi dan supinasi. Sendi panggul, membatasi gerakan sendi keseluruhan arah dan membentuk sikap tegak tubuh dalam keadaan berdiri gerakan sendi fleksi dan ekstensi. Sendi lutut, sendi pergelangan kaki, dan sendi telapak kaki merupakan sendi engsel yang melakukan gerakan fleksi dan ekstensi dengan gerakan sedikit mengayun (Syaifudin, 1996:33) Gerakan pada bagian tubuh tertentu dihasilkam dari kontraksi sekelompok otot. Sekelompok otot yang menghasilkan gerakan disebut otot penggerak atau agonis. Pada sisi lain yang berkebalikan dengan otot penggerak ada otot lain yang sifatnya menghambat yang disebut antagonis. Di dalam gerakan suatu bagian tubuh, selain agonis dan antagonis ada lagi otot yang disebut sinergis yaitu otot yang bersifat mengatur gerakan. Apabila otot agonis, sinergis, dan antagonis bisa berfungsi secara serasi, maka gerakan bisa terjadi dengan lancar (Sugiyanto, 1992:245). 24 2) Analisis Fisiologi dalam Gerakan Forehand Clear Gerakan-gerakan tubuh merupakan hasil dan gerak sejumlah otot yang terkoordinasi. Gerakan kelompok otot ini dapat merupakan kejasama dari fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, dan rotasi. Karena fungsinya setiap otot itu yang memungkinkan kelompok otot bergerak efisien, maka otot tersebut dapat disebut sebagia penggerak utama, antagonis, dan sinergis (Soedarminto,1992:33). Pengertian koordinasi dari sudut pandang anatomi fisiologi adalah gerakan dilihat sebagai pengaturan terhadap kerja otot-otot yang diatur melalui sistem persyaratan atau disebut dengan intra musculare coordination. Koordinasi gerakan meliputi pengkoordinasian kerja otot-otot yang terlibat dalam suatu pelaksanaam gerakan. Pengkoordinasian kerja otot-otot tersebut diatur sedemikian rupa oleh sistem persyarafan. Penyesuaian komponen-komponen kekuatan dan kecepatan yang dibutuhkan oleh otot-otot dalam pelaksanaan gerakan sesuai dengan kebutuhan setiap bagian gerakan. Penyesuaian kekuatan dan kecepatan ini dimaksudkan agar setiap bagian gerakan dapat dilakukan secara efektif dan efesien, sehingga memungkinkan pencapaian hasil yang optimal (Kiram,1992:50). 3) Mekanisme Gerak Otot Otot merupakan penggerak tulang yang dapat bergerak karena adanya sel otot. Otot bekerja dengan cara berkontraksi (memendek) dan berelaksasi (memanjang) sehingga otot disebut alat gerak aktif. Dalam keadaan relaksasi ujung filamen aktin bertumpang tindih satu sama lainnya, yang sekaligus juga terjadi tumpang tinding sepenuhnya antara filamen miosin. Pada keadaan berkontraksi maka filamen aktin tertarik ke bagian dalam diantara filamen miosin (Sugiyanto, 2004:4). Otot pada umumnya bekerja dengan kontraksi dan relaksasi. Pada otot lurik terdapat aktin dan miosin yang mempunyai daya berkerut membentuk aktomiosin. Bila aktin mendekat ke miosin maka otot akan berkontraksi, sebaliknya bila aktin menjahui miosin maka otot akan relaksasi. 4) Otot yang Berperan dalam Forehand Clear Otot-otot yang bekerja menggerakan lengan menurut Syaifudin (1996:38) adalah: 25 1) M.deltoid atau (otot segitiga), otot ini berbentuk lengkung bahu dan berpangkal disisi tulang selangka ujung bahu, balung tulang belikat dan diafise tulang pangkal lengan terdapat kandung kender yang fungsinya mengangkat lengan sampai datar. 2) M.Subskapularis (otot depan tulang belikat), otot ini mulai dari depan tulang belikat menuju tahu kecil tulang pangkal lengan, dibawahnya terdapat kandung lender yang fungsinya menengahkan atau memutar tulang humerus ke dalam. 3) M. Suprasupinatus (otot depan tulang belikat), otot ini berpangkal di lekuk sebelah atas menuju ke taju besar tulang pangkal lengan yang fungsinya mengangkat lengan. 4) M. Infraspinatus (otot bawah tulang belikat), otot ini berpangkal di lekuk sebelah bawah balung tulang belikat, menuju taju besar tulang pangkal lengan yang fungsinya memutar lengan ke dalam. 5) M. Teres mayor (otot lengan bulat besar), otot ini berpangkal di siku bawah tulang belikat dan menuju ke taju kecil tulang pangkal lengan. Diantara otot lengan bulat kecil dan otot lengan besar terdapat kepala yang panjang dari muskulus triceps brachi yang fungsinya bisa memutar lengan kedalam. 6) M. Teres minor (otot lengan belikat kecil), otot ini berpangkal di siku sebelah luar tulang belikat menuju taju besar tulang pangkal lengan yang fungsinya memutar lengan ke luar. Otot pangkal lengan atas tersiri dari : otot-otot ketul (fleksor) dan otot kedang (ekstensor). Yang meliputi : a) M. Biceps brachii (otot lengan berkepala dua), kepala yang panjang melekat pada sendi bahu, kepala yang pendek melekat di sebelah luar dan di sebelah dalam. Otot ini ke bawah menuju ke tulang pengupil. Di bawah urat terdapat kandung lender yang fungsinya membengkokan lengan bawah siku, meratakan hasta dan mengangkat lengan. b) M. Brachialis (otot lengan dalam), otot ini berpangkal di bawah otot segitiga di tulang pangkal lengan menuju taju pangkal tulang hasta 26 yang fungsinya membengkokkan lengan bawah siku. c) M. korako brachialis, otot ini berpangkal di prosesus korakoid menuju tulang pangkal lengan yang fungsinya mengangkat lengan. d) M. triceps brachialis (otot lengan kepala tiga), kepala luar berpangkal disebelah belakang tulang pangkal lengan dan menuju ke bawah kemudian bersatu dengan yang lain, kepala dalam dimulai sebelah dalam tulang pangkal lengan, kepala panjang dimulai pada tulang dibawah sendi dan ketiga-tiganya mempunyai sebuah urat yang melekat di olekrani. 5) Bentuk kontraksi otot dalam serangkaian gerak forehand clear Setelah mengetahui bagian otot yang bekerja dalam serangkaian gerakan pada forehand clear, dengan begitu dapat menganalisa bagian otot yang bekerja atau berkontraksi pada saat melakukan serangkaian gerakan forehand clear dalam hal ini tetap di bagi dalam empat tahapan yaitu tahap posisi badan saat memkul, ayunan raket, saat impact atau perkenaan raket dengan shuttlecock, dan gerak lanjutan. 1) Posisi badan pada saat memukul shuttlecock a) Ketika tangan mengangkat mengangkat lengan (abduksi), lengan di tekuk kurang lebih 60° sehingga M. Biceps Brachi dan M. Brachioradialis berkontraksi memendek. b) Ketika tungkai di ayunkan kebelakang beberapa otot berkontraksi diantaranya: M. Biceps Femoris, M. Gastrocnemius, M. Soleus, M. Fibularis Longus. c) Ketika tungkai di ayunkan kedepan, maka terdapat otot yang berkontraksi, diantaranya: M. Rectus Femoris, M Vastus Lateralis, M. Vastus Madialis, M. Tibialis Anterior. 2) Ayunan Raket a) Ketika melakukan gerakan ini, maka ada beberapa otot bagian leher yang dikontraksi, diantaranya: M.Sternocleidomastoideus, M. Plasama dan M. Sternohyoideus. b) Ketika mengayunkan raket, otot lengan yang berkontraksi adalah M. Triceps Brachi, M. Extensor Carpi Radialis Longus, M. Extensor Carpi 27 Ulnaris, M. Extensor Digitorum Longus. c) Ketika tungkai di ayunkan, otot tungkai yang berkontraksi adalah: M. Adduktor Longus, M. Brachilis, M. Vastus Lateralis, M. Vastus Medialis, M. Tractus Iliotibialis, dan M. Adduktor Magnus. 3) Saat impact atau perkenaan raket dengan shuttlecock a) Ketika impact, M. Trapezius berkontraksi. b) Ketika impact beberapa otot lengan berkontraksi, diantaranya: M. Teres major, M. Teres minor, M. Deltoid, M. Biceps brachii, M. Brachioradialis, M Flexor carpi radialis, M. Triceps brachii. c) Ketika impact, beberapa bagian otot perut dan punggung berkontraksi, antara lain: M. Obliquus externum, Obliquus internum, M. Rectus abdominis, M. Latissimus dorsi. d) Ketika impact, otot bagian tungkai juga berkontraksi antara lain: M. Biceps femoris, M. Gastrocnemius, M. Soleus, M. Fibularis longus, M. Rectus femoris, M. Vastus lateralis, M. Vastus medialis, M. Tibialis anterior, M. Fibularis longuis. 4) Gerak Lanjutan a) Dalam tahap ini beberapa otot lengan berkontraksi, yaitu: M. Teres major, M. Teres minor, M. Deltoid, M. Biceps brachii, M. Brachioradialis, M Flexor carpi radialis, M. Triceps brachii, M. Extensor carpi ulnaris, M. Ekstensor digitorum longus. b) Beberapa otot bagian leher yang berkontraksi ketika tahap pemulihan diantaranya: M. Sternocleidomastoideus, M. Platisma, M. Sternohyoideus. c) Beberapa otot bagian punggung yang berkontraksi ketika tahap pemulihan, diantaranya: M. Trapezius dan M. Latissimus dorsi. d) Bagian otot perut yang berkontraksi adalah: M. Rectus abdominis. e) Ketika melakukan tahap pemulihan beberapa otot tungkai berkontraksi, diantaranya: M. Biceps femoris, M. Gastrocnemius, M. Soleus, M. Fibularis longus, M. Rectus femoris, M. Vastus lateralis, M. Vastus medialis, M. Tibialis anterior, M. Fibularis longuis. 28 b) Analisis Biomekanika Gerak Forehand Clear Biomekanika mempelajari tentang gaya internal dan gaya eksternal yang beraksi pada tubuh manusia dan pengaruh-pengaruh yang ditimbulkan oleh gayagaya tersebut (Sugiyanto, 1992:243). Dalam ilmu fisika, gerak diartikan sebagai suatu proses perpindahan suatu benda dari suatu posisi ke posisi lain yang dapat diamati secara objektif adalah bahwa perpindahan benda tersebut dapat diukur dalam suatu satuan waktu dan ruangan (Kiram, 1992: 48). Gerakan pada manusia dapat diamati karena adanya perubahan dari posisi tubuh atau anggota tubuh dalam ruang dan waktu. Semua bentuk gerakan terjadi karena dipengaruhi oleh sejumlah gaya, yaitu kontraksi otot (Hidayat, 1997:50). Secara mekanis gerakan bisa diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu gerakan translatori dan gerakan ratotari (Sugiyanto, 1992:44). Gerakan translatori adalah gerakan di mana benda bergerak secara keseluruhan dari suatu tempatketempat lain. Sedangkan ratotari adalah gerakan yang berpusat pada poros tertentu seperti pada gerakan lengan tangan terhadap bahu. Gerakan terjadi karena adanya stimulus gerak. Stimulus gerak dihantarkan oleh syaraf ke setiap unit gerak pada otot. Otot berkontraksi dan kemudian menggerakan tukang yang berporos pada persendian. Untuk nerkontrksinya otot diperlukan energi dan energi yang dihasilkan dari berfungsinya sistem suplai. Selama terjadinya, agar gerakan itu bisa dilakukan dengan lancar dan sesuai dengan kemauan, yang berperan mengendalikannya sistem kontrol yaitu syaraf dan endokrin (Sugiyanto, 1992:245). Pengertian koordinasi dari sudut pandang biomekanika tidak jauh berbeda dengan sudut pandang anatomi dan fisiologi. Pengertian dari sudut pandang biomekanika lebih diarahkan pada penyesuaian antara impluls kekuatan kepada otot atau sekelompok otot dengan kebutuhan setiap pelaksanaan bagian gerakan (Phil Yanuar Kiram, 1992:50). Koordinasi merupakan kemampuan tubuh melakukan gerakan atau kerja dengan tepat dan efisien. Koordinasi adalah hubungan yang harmonis dari berbagai faktor yang terjadi pada suatu gerakan (Prateknyo, 2006:5). Koordinasi merupakan kemampuan tubuh untuk secara 29 bersamaan melakukan berbagai tugas gerak secara mulus dan tepat (Atmojo, 2008:57). 1. Sifat gerakan forehand clear bulutangkis. Ditinjau dari biomekanika gerakan ayunan lengan saat forehand clear lebih banyak didominasi oleh kekuatan otot lengan, sedangkan otot yang terdapat pada pangkal lengan atas dan lengan bawah peran aktif terjadi pada saat impact (pertemuan) antara proksimal lengan pada saat raket memukul shuttlecock dimana lengan difleksikan dengan bantuan Musculus Biceps Brachii. Jadi pada saat impact (pertemuan) lengan pada saat raket memukul shuttlecock terjadi suatu momentum yang berkaitan dengan kecepatan dan massa benda yang sedang bergerak. Momentum merupakan besaran gerak yang bertambah atau berkurangnya dengan cara menambah atau mengurangi massa atau kecepatannya (Soedarminto, 1992:116). Peningkatan momentum terjadi bila gaya digunakan searah dengan gerak. Bila gaya yang digunakan berlawanan dengan gerak menghasilkan perlambatan atau pengurangan momentum. Hal ini terjadi pada forehand clear saat kontak shuttlecock mengenai raket dengan lengan yang menghasilkan perlambatan shuttlecock. Sesuai dengan hukum reaksi “pada setiap aksi akan timbul suatu reaksi yang sama besarnya dan berlawanan arah”. Bila suatu benda bergerak mendapatkan momentum, sedang benda lain yang dikenai gayanya akan memiliki momentum yang sama besar dan berlawanan arah (Haryono, 2005:16). Serangkaian gerak forehand clear adalah merupakan kumpulan berbagai gerak antara lain abduksi, adduksi, fleksi, dan ekstensi. Gerak abduksi adalah gerakan yang menjauhi garis tengah badan didalam bidang frontal dan berputar pada sumbu anteropostior. Gerak adduksi adalah kebalikan dari gerakan abduksi dimana bagian badan bergerak kearah garis tengah badan atau mendekati poros tengah badan (Soedarminto, 1992:10). Gerak fleksi adalah gerakan dari bagian tubuh yang terjadi didalam bidang sagital dan berputar pada sumbu transversal, fleksi pada sendi ialah mengecilkan sudut antara dua segmen yang bertemu pada sendi tersebut. Sedangkan gerak ekstensi merupakan kebalikan dari gerak fleksi, yang terjadi didalam bidang yang sama dan juga pada sumbu yang sama, tetapi memperbesar sudut sendi (Soedarminto, 1992:7). Berikut akan disajikan unsur 30 gerakan teknik forehand clear pada bulutangkis. A. Posisi siap (awalan) a) Kaki dan bahu sejajar dengan jaring, kaki dibuka sejajar dengan bahu. b) Lutut agak ditekuk kurang lebih 110°. c) Tumpuan pada kedua kaki yang jinit. d) Pegangan raket digenggam dan setinggi pinggang e) Kepala raket menghadap ke arah lawan Sikap seperti yang diuraikan diatas bertujuan untuk memperoleh keseimbangan yang tepat. Kaki yang dibuka selebar bahu akan memperoleh tumpuan yang baik, tidak mudah goyah dan mudah untuk melakukan gerakan. Kalau hendak bergerak dengan seketika dan cepat ke suatu arah, maka badan harus dalam kondisi labil (Hidayat, 1997:36). Kondisi labil ini ditunjukan oleh tumpuan badan yang berdiri hanya ujung telapak kaki atau posisi jinjit yang juga berperan sebagai resistance (R) atau tahanan. Gambar 2.16 Sikap Awalan 1. Tulang yang berperan dan gerak yang terjadi pada saat posisi siap (awalan) a) Tulang yang berperan. i. Bahu: Clavikula, acromion, skapula, dan caput humeri ii. Lengan: Humerus, Costa (cartilago) epycondylus M-L, Olecranon, Radius, Ulna dan Carpalias 31 iii. Telapak Tangan: Metacarpalia dan phalange iv. Kaki: Tuberculum Majus, Patela, Fibula dan Tibia v. Telapak Kaki: Melleolus Lateralis, Malleolus Medialis, Tarsalia, Metatarsalia dan Phalanges. vi. Togok: Vertebra cervicales, Procsimal transversal, Procsimal Spinosus, Vertebra Thoracalis, Vert Lumbalis. b) Gerak yang terjadi pada saat posisi siap (awalan) i. Saat telapak tangan menggenggam raket gerakan yang terjadi yaitu phalanges melakukan gerakan adduksi terhadap metacarpal. ii. Saat mengangkat lengan gerakan yang terjadi yaitu radius ulna melakukan gerakan fleksi, adduksi terhadap humerus, costa (cartilago) epicondylus melakukan gerakan fleksi, caput humeri melakukan gerakan adduksi. iii. Bagian tangan yang tidak memegang raket yaitu radius, ulna melakukan gerakan adduksi terhadap humerus, costa (cartilago) epicandylus melakukan gerakan fleksi, dan humerus melakukan gerakan adduksi terhadap costa cartilage. iv. Posisi kaki kiri pada saat agak menekuk gerakan yang terjadi yaitu femur melakukan gerakan fleksi adduksi terhadap tibia dan fibula, patela melaukan gerekan fleksi, tarsalia, metatarsal, phlanges melakukan gerakan fleksi adduksi terhadap malleolus lateralis, dan tuberculum majus melakukan gerakan fleksi terhadap caput femoris. v. Posisi kaki kanan yang agak lurus yaitu femur melakukan gerakan ekstensi terhadap tibia fibula. vi. Gerakan togok pada saat posisi sipa(awalan) yaitu vert lumbalis, vert thoracalis, proc spinosus, proc transversal melakukan gerakan fleksi. 2) Otot yang berperan dan kontraksi otot yang terjadi pada saat posisi siap (awalan). a) Jenis otot i. Otot bahu dan dada depan: otot trapezius, otot deltoid, otot bicep, otot latisimus dorsi, otot pektoralis mayor, dan otot abdominus. ii. Otot perut: Otot oblikus abdominis externus, otot seratus anterior, krista iliaka, linea alba, Sarung otot rectus, otot oblikus abdominis, otot rektus 32 abdominis, dan otot transversus. iii. Otot pada punggung : otot trapazius, otot deltoid, otot teres minor dan mayor, otot latisimus dorsi dan otot gluteus madius dan maksimus. iv. Otot tangan: Otot bicep brachi, otot tricep, otot brakialis, otot brakioradialis, otot pronator teres, otot fleksor karpi radialis, otot palmaris longus, otot fleksor retinakulum, otot fleksor karpi ulnaris, otot ekstensor karpi radialis longus, otot ankoneus, otot ekstensor digitorum, otot ekstensor karpi ulnaris, otot ekstensor dan abduktor ibu jari, dan otot ekstensor retinakulum. v. Otot paha : Spina iliaka, iliakus, Otot tensot fasialata, otot aduktor dari paha, otot sartosius, otot rektus femoris, vastus medialis, otot vastus lateralis, otot aduktor, otot gluteus maksimus, otot paha lateral dan otot paha medial. vi. Otot tungkai: Tendon rektus femoris, patela, tendon satorius, otot, otot tibialis anterior, otot peroneus longus, otot ekstensor digitorum longus, otot gastroknemius, otot soleus, ekstensor atas, maleous medialis, retinakula bawah, tendon ekstensor jari-jari kaki, tendon achilles dan kalkaneus. vii. Otot leher: Otot sterno-matoideus dan otot sterno-kleidomastoideus. b) Gerakan otot saat berkontraksi i. Ketika tangan mengangkat raket kontraksi otot yang terjadi yaitu: otot tricep, otot bisep brachi, otot brachialis, otot brakioradialis, otot pronator teres, otot fleksor karpi radialis, otot palmaris longus,otot fleksor retinakulum, otot ekstensor digitorum, otot ekstensor karpi radialis longus, otot deltoid,otot ekstensor dan abduktor ibu jari, otot fleksor karpi ulnaris berkontraksi memendek, sedangkan tendon bicep, atot ankoneus,otot ekstensor karpi ulanris berkontraksi memanjang. ii. Saat kaki kanan dan kiri agak menekuk kontraksi otot yang terjadi yaitu : otot soleus, otot gastroknemius, tendon sartorius, kepala otot gastroknemius, otot paha lateral, otot paha medial, otot aduktor, otot gluteus maksimus berkontraksi memendek, sedangkan otot peroneus longus, otot tibialis anterior,otot ekstensor digitorum longus, otot vastus lateralis, otot tensor fasialata, otot rektus femoris, otot sartorius, otot tensor fasialata, otot aduktor dari paha berkontraksi memanjang. B. Posisi saat gerakan perkenaan 33 a) Kaki melangkah ke belakang b) Lengan kanan diangkat keatas ditekuk membentuk sudut 45° c) Lengan kiri mengayun keatas sebagai penyeimbang d) Pergelangan tangan dalam posisi teracung, dengan raket berada di belakang kepala dan bahu. e) Saat raket menyentuh shuttle, pergelangan tangan berubah menjadi lurus (tidak teracung). f) Lengan dan bidang raket menghadap tepat ke sasaran. g) Kepala raket mengayun ke bawah dengan pergelangan tangan setinggi dada sehingga terjadi suatu putaran ayunan penuh dan gerakan akhir ayunan raket menyilang sebelah kiri. h) Berat badan pindah ke kaki belakang i) Togok agak condong kebelakang Pada saat persiapan sebelum memukul lengan ditarik kebelakang abduksi dan flexy, posisi dilakukan untuk memperoleh jarak antara persiapan dan titik perkenaan (impact) sehingga diperoleh percepatan yang baik pada shuttlecock yang dipukul. Seperti rumus kecepatan yang berbunyi “kecepatan atau velocity (V) berbanding lurus dengan jarak (S), makin besar jarak (S) makin besar pula velocity (V). Gambar 2.17 Jarak awalan Kemudian, saat raket menyentuh shuttlecock (impact), pergelangan 34 tangan berubah menjadi lurus (tidak teracung). Lengan dan bidang raket menghadap tepat ke sasaran. Sasaran yang dimaksud yaitu arah shuttlecock yang dipukul ada pada sudut elevasi 45°. Karena dengan sudut elevasi 45° ini bisa mencapai jarak horisontal yang maksimal (Hidayat 1997:147) Gambar 2.18 Perkenaan Raket Dengan Shuttlecock 1. Tulang yang berperan dan gerak yang terjadi pada saat perkenaan a) Tulang yang berperan i. Bahu: Clavikula, acromion, skapula, dan caput humeri ii. Lengan: Humerus, Costa (cartilago) epycondylus M-L, Olecranon, Radius, Ulna dan Carpalia iii. Telapak Tangan: Metacarpalia dan phalanges iv. Kaki: Tuberculum Majus, Patela, Fibula dan Tibia v. Telapak Kaki: Melleolus Lateralis, Malleolus Medialis, Tarsalia, Metatarsalia dan Phalanges. vi. Togok: Vertebra cervicalis, Procsimal transversal, Procsimal Spinosus, 35 Vertebra Thoracalis, Vertebra Lumbalis. b) Gerak yang terjadi pada saat gerakan perkenaan i. Saat telapak tangan menggenggam raket gerakan yang terjadi yaitu phalanges melakukan gerakan adduksi terhadap metacarpal. ii. Saat mengangkat lengan gerakan yang terjadi yaitu radius ulna melakukan gerakan fleksi, adduksi terhadap humerus, costa (cartilago) epicondylus melakukan gerakan fleksi, caput humeri melakukan gerakan adduksi, dan humerus melakukan gerakan adduksi terhadap costa cartilage. iii. Bagian tangan yang tidak memegang raket yaitu radius, ulna melakukan gerakan adduksi terhadap humerus, costa ( cartilago) epicandylus melakukan gerakan fleksi, dan humerus melakukan gerakan adduksi terhadap costa cartilage. iv. Posisi kaki kiri yang agak lurus yaitu femur malakukan gerakan fleksi adduksi terhadap tibia fibula dan patela melakukan gerakan fleksi. v. Posisi kaki kanan yang agak lurus yaitu femur melakukan gerakan ekstensi terhadap tibia fibula. vi. Gerakan togok pada saat perkenaan yaitu vert lumbalis, vert thoracalis, proc spinosus, proc transversal melakukan gerakan fleksi kebelakang. 2. Otot yang berperan dan kontraksi otot yang terjadi pada saat perkenaan. a) Jenis otot i. Otot bahu dan dada depan: otot trapezius, otot deltoid, otot bisep, otot latisimus dorsi, otot pektoralis mayor, dan otot abdominus. ii. Otot perut: Otot oblikus abdominis externus, otot seratus anterior, krista iliaka, linea alba, Sarung otot rectus, otot oblikus abdominis, otot rektus abdominis, dan otot transversus. iii. Otot pada punggung: otot trapazius, otot deltoid, otot teres minor dan mayor, otot latisimus dorsi dan otot gluteus madius dan maksimus. iv. Otot tangan: Otot bicep brachi, otot tricep, otot brakialis, otot brakioradialis, otot pronator teres, otot fleksor karpi radialis, otot palmaris longus, otot fleksor retinakulum, otot fleksor karpi ulnaris, otot ekstensor karpi radialis longus, otot ankoneus, otot ekstensor digitorum, otot ekstensor karpi ulnaris, otot ekstensor dan abduktor ibu jari, dan otot ekstensor retinakulum. 36 v. Otot paha : Spina iliaka, iliakus, Otot tensot fasialata, otot aduktor dari paha, otot sartosius, otot rektus femoris, vastus medialis, otot vastus lateralis, otot aduktor, otot gluteus maksimus, otot paha lateral dan otot paha medial. vi. Otot tungkai : Tendon rektus femoris, patela, tendon satorius, otot tibialis anterior, otot tibialis anterior, otot peroneus longus, otot ekstensor digitorum longus, otot gastroknemius, otot soleus, ekstensor atas, maleous medialis, retinakula bawah, tendon ekstensor jari-jari kaki, tendon achilles dan kalkaneus. vii. Otot leher : Otot sterno-matoideus dan otot sterno-kleidomastoideus. b) Gerakan otot saat berkontraksi i. Ketika tangan mengangkat raket kontraksi otot yang terjadi yaitu : otot tricep, otot bisep brachi, otot brachialis, otot brakioradialis, otot pronator teres, otot fleksor karpi radialis, otot palmaris longus,otot fleksor retinakulum, otot ekstensor digitorum, otot ekstensor karpi radialis longus, otot deltoid, otot ekstensor dan abduktor ibu jari, otot fleksor karpi ulnaris berkontraksi memendek, sedangkan tendon bicep, otot ankoneus, otot ekstensor karpi ulanris berkontraksi memanjang. ii. Bahu kanan pada saat perkenaan kontraksi otot yang terjadi yaitu: otot deltoid, otot trapesius, otot teres minor dan mayor berkontraksi memanjang sedangkan bahu kiri pada saat perkenaan kontraksi otot yang terjadi yaitu : otot deltoid, otot trapesius berkontraksi memendek. iii. Kontraksi otot yang terjadi pada perut bagian kanan yaitu: otot seratus anterior, otot abliqus abdominis, otot rektus abdominis berkontrakmsi memanjang memutar kearah kiri, sedangkan orot perut bagian kiri yaitu otot seratus anterior, otot abliqus abdominis, otot rektus abdominis berkontraksi memendek memutar kekanan. iv. Kontraksi otot yang terjadi pada punggung bagian kiri yaitu: otot latisimus dorsi memanjang mengarang ke kanan, sedangkan punggung bagian kanan yaitu: otot latisimus dorsi berkontraksi memendek mengarah ke kanan. v. Saat kaki kanan dan kiri agak menekuk kontraksi otot yang terhjadi yaitu : otot soleus, otot gastroknemius, tendon sartorius, kepala otot gastroknemius, otot paha lateral, otot paha medial, otot aduktor, otot gluteus maksimus 37 berkontraksi memendek, sedangkan otot peroneus longus, otot tibialis anterior, otot ekstensor digitorum longus, otot vastus lateralis, otot tensor fasialata, otot rektus femoris, otot sartorius, otot tensor fasialata, otot aduktor dari paha berkontraksi memanjang. C. Fase Follow Trough a) Gerakan tangan yang memegang raket berakhir dengan telapak tangan menghadap luar. b) Gerakan raket berakhir di bawah lurus dengan gerakan bola c) Raket menyilang pada posisi tubuh yang berlawanan d) Ayunan kaki yang di belakang dengan gerakan seperti gunting e) Togok agak condong ke depan. f) Berat badan berpindah ke depan Gerakan lanjutan (follow through) bertujuan untuk memperoleh keseimbangan setelah kita melakukan gerakan dan keseimbangan terganggu karena impact raket dengan shuttlecock. Gambar 2.19 Gerak Lanjutan 1. Tulang yang berperan dan gerakan yang terjadi pada saat follow trough a) Tulang yang berperan i. Bahu: Clavikula, acromion, skapula, dan caput humeri ii. Lengan: Humerus, Costa (cartilago) epycondylus M-L, Olecranon, Radius, Ulna dan Carpalia 38 iii. Telapak Tangan: Metacarpalia dan phalanges iv. Kaki: Tuberculum Majus, Patela, Fibula dan Tibia v. Telapak Kaki: Melleolus Lateralis, Malleolus Medialis, Tarsalia, Metatarsalia dan Phalanges. vi. Togok: Vert cevicalis, Proc transversal, Proc Spinosus, Vert Thoracalis, Vert Lumbalis. b) Gerak yang terjadi pada saat Follow Trough i. Telapak tangan menggenggam raket gerakan yang terjadi yaitu phalanges melakukan gerakan adduksi terhadap metacarpal. ii. Saat mengangkat lengan gerakan yang terjadi yaitu radius ulna melakukan gerakan fleksi, adduksi terhadap humerus, costa (cartilago) epicondylus melakukan gerakan fleksi, caput humeri melakukan gerakan abduksi, dan humerus melakukan gerakan abduksi terhadap costa cartilage. iii. Bagian tangan yang tidak memegang raket yaitu radius, ulna melakukan gerakan adduksi terhadap humerus, costa (cartilago) epicandylus melakukan gerakan fleksi, dan humerus melakukan gerakan adduksi terhadap costa cartilage. iv. Posisi kaki kiri yang agak lurus yaitu femur malakukan gerakan fleksi adduksi terhadap tibia fibula dan patela melakukan gerakan fleksi. v. Posisi kaki kanan yang agak lurus yaitu femur melakukan gerakan ekstensi terhadap tibia fibula. vi. Gerakan togok pada saat perkenaan yaitu vert lumbalis, vert thoracalis, proc spinosus, proc transversal melakukan gerakan fleksi kedepan. 2. Otot yang berperan dan kontraksi otot yang terjadi pada saat Follow Trough a) Jenis Otot i. Otot bahu dan dada depan: otot trapezius, otot deltoid, otot bisep, otot latisimus dorsi, otot pektoralis mayor, dan otot abdominus. ii. Otot perut: Otot oblikus abdominis externus, otot seratus anterior, krista iliaka, linea alba, Sarung otot rectus, otot oblikus abdominis, otot rektus abdominis, dan otot transversus. iii. Otot pada punggung : otot trapazius, otot deltoid, otot teres minor dan mayor, otot latisimus dorsi dan otot gluteus madius dan maksimus. 39 iv. Otot tangan: Otot bicep brachi, otot tricep, otot brakialis, otot brakioradialis, otot pronator teres, otot fleksor karpi radialis, otot palmaris longus, otot fleksor retinakulum, otot fleksor karpi ulnaris, otot ekstensor karpi radialis longus, otot ankoneus, otot ekstensor digitorum, otot ekstensor karpi ulnaris, otot ekstensor dan abduktor ibu jari, dan otot ekstensor retinakulum. v. Otot paha: Spina iliaka, iliakus, Otot tensot fasialata, otot aduktor dari paha, otot sartosius, otot rektus femoris, vastus medialis, otot vastus lateralis, otot aduktor, otot gluteus maksimus, otot paha lateral dan otot paha medial. vi. Otot tungkai: Tendon rektus femoris, patela, tendon satorius, otot tibialis anterior, otot tibialis anterior, otot peroneus longus, otot ekstensor digitorum longus, otot gastroknemius, otot soleus, ekstensor atas, maleous medialis, retinakula bawah, tendon ekstensor jari-jari kaki, tendon achilles dan kalkneus. vii. Otot leher: Otot sterno-matoideus dan otot sterno-kleidomastoideus. b) Gerakan otot saat berkontraksi i. Ketika tangan mengayun raket ke bawah kontraksi otot yang terjadi yaitu : otot tricep, otot bisep brachi, otot brachialis, otot brakioradialis, otot pronator teres, otot fleksor karpi radialis, otot palmaris longus,otot fleksor retinakulum, otot ekstensor digitorum, otot ekstensor karpi radialis longus, otot deltoid,otot ekstensor dan abduktor ibu jari, otot fleksor karpi ulnaris berkontraksi memanjang, sedangkan tendon bicep, atot ankoneus,otot ekstensor karpi ulanris berkontraksi memendek. ii. Bahu depan pada saat follow trough kontraksi otot yang terjadi yaitu : otot deltoid, otot trapesius, otot teres minor dan mayor berkontraksi memanjang sedangkan bahu belakang pada saat perkenaan kontraksi otot yang terjadi yaitu: otot deltoid, otot trapesius, otot pektoralis mayor berkontraksi memendek. iii. Kontraksi otot yang terjadi pada perut yaitu: otot seratus anterior, otot abliqus abdominis, otot rektus abdominis berkontrakmsi memendek, iv. Kontraksi otot yang terjadi pada punggung bagian kiri yaitu: otot latisimus dorsi memanjang , sedangkan punggung bagian kanan yaitu: otot latisimus dorsi, otot gluteus medius dan maksimus berkontraksi memanjang 40 mengarah ke depan. v. Ketika kaki kanan dan kiri agak menekuk kontraksi otot yang terjadi yaitu: otot soleus, otot gastroknemius, tendon sartorius, kepala otot gastroknemius, otot paha lateral, otot paha medial, otot aduktor, otot gluteus maksimus berkontraksi memendek, sedangkan otot peroneus longus, otot tibialis anterior, otot ekstensor digitorum longus, otot vastus lateralis, otot tensor fasialata, otot rektus femoris, otot sartorius, otot tensor fasialata, atot aduktor dari paha berkontraksi memanjang. 4. Perkembangan Gerak Atlet Tingkat Pemula Atlet tingkat Pemula di klub bulutangkis Kabupaten Pacitan rata-rata berusia antara 6-12 tahun. Dalam tingkat kejuaran bulutangkis usia 6-12 masuk kategori tingkat usia dini. Tinjauan karakteristik atlet tingkat pemula berdasarkan usia kronologis berada pada masa anak besar, atlet tingkat pemula di klub bulutangkis Kabupaten Pacitan didominasi oleh anak berusia antara 6-12 tahun, secara usia kronologis berada masa Anak besar. Menurut Sugiyanto (1998) “masa anak besar terjadi pada usia 6 sampai 10 atau 12 tahun”. Menurut Sugiyanto (1991) pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada anak-anak (anak kecil dan anak besar) ditandai dengan pertumbuhan fisik yaitu tinggi badan, berat badan, besar penampang bagian-bagian tubuh, dan lebar dan panjang bagian-bagian tubuh. Selain itu, juga terjadi perkembangan kemampuan fisik dan gerak dasar. Sedangkan menurut Gallahue dan Ozmun (1998:267-292) dari segi perkembangan fisik, pada masa ini sudah terjadi perkembangan komponen biomotorik diantaranya kekuatan, fleksibilitas, daya tahan, power dan kemampuan biomotorik lainnya. Pada anak kecil, pertumbuhan fisik secara proporsional sedikit lambat apabila dibandingkan dengan masa bayi. Perbandingan antara anak laki-laki dan perempuan menunjukkan adanya sedikit perbedaan. Anak laki-laki sedikit lebih tinggi dan besar. Perbandingan lebar bahu dan lebar panggul anak laki-laki dan perempuan belum berbeda. Pada masa ini, koordinasi dan keseimbangan serta kemampuan gerak dasar mulai mengalami peningkatan 41 Pertumbuhan dan perkembangan fisik pada anak besar menunjukkan adanya kecenderungan yang berbeda dibanding masa sebelumnya dan juga masa sesudahnya. Kecenderungan yang terjadi adalah dalam hal kepesatan dan pola pertumbuhan yang berkaitan dengan proporsi ukuran bagian-bagian tubuh. Kemampuan fisik mengalami perkembangan yang jelas terutama dalam hal kekuatan, fleksibilitas, keseimbangan, dan koordinasi. Selain itu, perkembangan penguasaan gerak dasar juga mengalami peningkatan yang ditandai dengan peningkatan kualitas atau mengalami penyempurnaan (Sugiyanto, 1991:101). Menurut Sugiyanto (1991:20-31) secara proporsional pertumbuhan fisik anak besar relatif melambat dibandingkan dengan pada masa anak kecil dan pada masa bayi. Dalam hal pertumbuhan bagian-bagian tubuh, pertumbuhan panjang kaki, panjang lengan dan kaki relatif lebih cepat dibandingkan panjang togok. Pada usia 6 tahun sebesar lebih kurang 45% dibandingkan tinggi badan, pada usia 11 tahun menjadi 47% dan pada usia 14 tahun mencapai 49%. Perbandingan bentuk ukuran tubuh antara anak laki-laki dan dengan anak perempuan mulai tampak pada akhir anak besar. Anak perempuan sedikit agak cepat dalam hal pertumbuhan lebar pinggul. Perbandingan kecepatan tinggi badan antara anak laki-laki dan anak perempuan juga tidak sama, ada saat-saat masa anak perempuan lebih cepat dan masa anak laki-laki lebih cepat. Pada usia 10 sampai dengan 14 tahun anak perempuan lebih tinggi tapi setelah itu anak lakilaki menjadi lebih tinggi. Pertumbuhan jaringan otot berangsur-angsur mengalami peningkatan dan makin cepat pada anak masa besar. Pada masa anak besar, kecendrungan setiap anak untuk tumbuh kearah tipe tubuh tertentu mulai tampak. Ada 3 tipe tubuh antara lain mesemorph, endomorph, dan ectomorph. Melihat kecendrungan tersebut, berarti mulai pada masa anak besar ini dimungkinkan untuk melatih dan melakukan pemanduan bakat, yakni yang dihubungkan dengan kesesuaian tipe tubuh dengan cabang olahraga tertentu. 1) Perkembangan Kemampuan Fisik Perkembangan kemampuan fisik terjadi sejalan dengan pertumbuhan fisik. Tubuh yang tumbuh semakin tinggi, dan makin besar bisa meningkatkan 42 kemampuan fisiknya. Kemampuan fisik yang berkembang adalah kekuatan, fleksibilitas dan keseimbangan. a) Kekuatan Kekuatan merupakan kemampuan fisik yang dihasilkan dari kemampuan kontraksi otot dalam mengangkat dan menahan beban. Makin besar penampang otot, makin besar kekuatan yang bisa dihasilkan. Pada anak perempuan secara proporsional peningkatan kekuatan tercepat dicapai pada pada usia 9 sampai 10 tahun dan anak laki-laki mencapainya pada usia 11 sampai dengan 12 tahun. Anak perempuan mencapai peningkatan tercepatnya 2 tahun lebih awal di bandingkan anak laki-laki, ini disebabkan karena kecenderungan anak perempuan mencapai kematangan fisiologis dan biologis lebih kurang 2 tahun lebih awal dibandingkan anak laki-laki. Ditinjau dari tingkat kekuatan pada masa anak kecil antara anak laki-laki dan perempuan relatif memiliki kekuatan yang sama, namun pada masa anak besar mulai ada perbedaan yang berangsur-angsur semakin nyata, dan anak laki-laki lebih kuat. Perkembangan kekuatan terjadi secara simetris antara bagian tubuh yang kanan danyang kiri, dimana bagian yang dominan sedikit lebih besar peningkatan. Orang kidal yang cenderung lebih banyak menggunakan tangan kiri, tangan kiri sedikit lebih kuat (Sugiyanto, 1991:112). Sedangkan menurut Gallahue dan Ozmun (1998:272) kekuatan otot adalah kemampuan tubuh untuk mengeluarkan kekuatan. Mudahnya, ini adalah kemampuan untuk mengerahkan usaha maksimal seseorang. Anak-anak yang terlibat dalam aktivitas bermain sehari-hari telah memperkuat kakinya dengan cara berlari dan naik sepeda. Kekuatan lengan mereka bertambah dengan cara mengangkat, membawa obyek, memegang alat, atau mengayunkan mainan. Kekuatan bisa diklasifikasikan sebagai isotonic, isometric, atau isokinetic. Kekuatan isometric adalah pengerahan usaha terhadap benda tidak bergerak. Ada kontraksi otot, tetapi hanya ada sedikit perubahan jarak. Kekuatan isotonic merujuk pada kemampuan otot untuk melakukan gerakan dengan jarak maksimal. Otot yang diperlukan mengalami kontraksi, dan ada gerakan memanjangkan dan memendekkan otot saat melakukan gerakan. Gerakan mengangkat barbell dan benchpress merupakan contoh dari kekuatan isotonic. Kekuatan isokinetic adalah kemampuan untuk melakukan kontraksi otot dan menjaga kontraksi itu pada satu 43 gerakan utuh. Kekuatan isokinetic diukur menggunakan mesin khusus yang mengakomodir penolakan pada tingkat tertentu saat otot bekerja. b) Fleksibilitas Menurut William (1993) dalam Gallahue dan Ozmun (1998:274) fleksibilitas sendi adalah kemampuan dari berbagai sendi tubuh untuk bergerak pada jarak maksimal mereka. Ada dua tipe fleksibilitas: statis dan dinamis. Fleksibilitas statis adalah gerakan yang dilakukan dengan pelan-pelan dan tarikan yang lambat dengan keterlibatan sendi yang sangat terbatas. Fleksibilitas dinamis adalah gerakan yang dilakukan dengan cepat hingga mencapai batasnya. Fleksibilitas adalah keluasan gerak persendian. Menurut penelitian fleksibilitas yang dilakukan Hupprich dan Sigerseth (1950) dalam Sugiyanto (1991:113) menyebutkan bahwa sampai umur 12 tahun anak perempuan mengalami peningkatan fleksibilitas secara umum dan sesudah usia 12 tahun akan mengalami penurunan, ada pengecualian dalam penurunan fleksibilitas secara umum tersebut, yaitu pada bahu, lutut, dan paha fleksibilitasnya sudah mulai menurun sesudah umur 6 tahun, flesibilitas pergelangan kaki adalah yang konstan di semua umur, fleksibilitas pada setiap bagian tubuh tidak ada interkorelasi. c) Keseimbangan Keseimbangan adalah kemampuan untuk menjaga kestabilan tubuh saat berada pada berbagai posisi, keseimbangan adalah dasar bagi semua gerakan dan dipengaruhi oleh visual, tactile-kinesthetic dan vestibular stimulation. Penglihatan memainkan peranan penting dalam keseimbangan pada anak-anak. Cratty dan Martin (1969) dalam Gallahue dan Ozmun (1998:288) menemukan bahwa anak laki-laki dan perempuan umur 6 tahun atau kurang dari 6 tahun tidak bisa berdiri secara seimbang sambil berdiri satu kaki dengan mata tertutup. Saat umur 7 tahun bagaimanapun, mereka dapat mempertahankan keseimbangannya dengan mata mereka tertutup dan kemampuan untuk mengeseimbangkan diri terus berkembang seiring bertambahnya umur. Penggunaan mata membantu anak untuk fokus pada titik yang ditunjuk dalam rangka mempertahankan keseimbangan. Mata juga membantu anak untuk secara cermat memonitor badan selama dalam keseimbangan statis atau dinamis. 44 Keseimbangan bisa diklasifikasikan menjadi 2 macam, yaitu keseimbangan statis dan keseimbangan dinamis. Keseimbangan statis adalah kemampuan mempertahankan posisi tubuh untuk tidak bergoyang atau roboh, sedangkan keseimbangan dinamik adalah kemampuan untuk mempertahankan tubuh untuk tidak jatuh pada saat melakukan gerakan. Berdasarkan beberapa penelitian mengeai keseimbangan, dapat disimpulkan bahwa antara umur 6-16 tahun umumnya anak-anak mengalami peningkatan keseimbangan dinamik, tetapi antara umur 12-14 tahun hanya sedikit peningkatannya, keseimbangan dinamik anak laki-laki dengan perempuan mengalami peningkatan yang berbeda besarnya, dan dalam hal keseimbangan statis ada peningkatan yang ajeg pada masa anak besar. (Sugiyanto, 1991:114) 2) Perkembangan koordinasi gerak Menurut Sugiyanto (1991:118) koordinasi adalah kemampuan untuk mengontrol gerakan tubuh. Kemampuan ini berhubungan dengan kemampuan kontrol tubuh. Individu yang koordinasi geraknya baik mampu mengendalikan gerak tubuhnya sesuai dengan kemauannya. Kemampuan koordinasi gerak dinilai berdasarkan kemampuan melakukan gerak-gerak keterampilan. Pada masa anak besar kemampuan ini berkembang dengan baik. Pertumbuhan fisik yang relatif lambat pada masa tersebut justru menguntungkan dalam hal meningkatkan koordinasi. 3) Aktivitas yang diperlukan anak besar. Menurut Sugiyanto (1991:127) sifat-sifat pertumbuhan dan perkembangan fisik dan gerak, minat dan sifat-sifat sosial-psikologi dapat diperhatikan dalam pemberian aktivitas agar sesuai dengan kebutuhanya agar petumbuhan dan perkembangan lebih lanjut menjadi semakin lebih baik. Aktivitas yang diperlukan anak besar adalah sebagai berikut : a) Aktivitas Keterampilan yang Ada Tujuannya. Anak dilibatkan aktivitas yang diatur untuk tujuan tertentu misalnya : 1) Bermain dalam situasi berlomba dan bertanding. 2) Aktivitas pengujian diri 3) Aktivitas menggunakan alat-alat 4) Pengenalan cabang-cabang olahraga tertentu yang sederhana 45 5) Berlatih melakukan gerakan yang berulang-ulang untuk menguasai keterampilan tertentu. b) Aktivitas Beregu. Anak-anak diberi kesempatan untuk bermain berkelompok untuk membina kemampuan kerjasama dan saling pengertian. 1) Aktivitas permainan atau berlomba beregu 2) Menari berkelompok serta membuat formasi tertentu. c) Aktivitas Mencoba-Coba. Anak diberi kesempatan mencoba-coba menurut kreativitas dan kemampuan masing-masing. 1) Aktivitas menyelesaikan tugas dengan cara dan kemampuan sendirisendiri. 2) Aktivitas gerak bebas dan tari kreatif d) Aktivitas latihan fisik dan latihan keberanian. Anak diberi kesempatan melakukan aktivitas fisik yang membutuhkan kekuatan, ketahanan dan keberanian. Misalnya: 1) Latihan kemampuan fisik yang berunsur gerak, jalan, lari, lompat, lempar, tangkap, sepak, panjat, mengguling, mengulur dan melipat tubuh. 2) Permainan kombatif : bermain perang-perangan, kejar-kejaran. 3) Latihan relaksasi. e) Perkembangan kemampuan gerak dasar pada anak-anak Masa anak besar adalah kesempatan untuk menyempurnakan keterampilan melakukan gerakan-gerakan dasar. Gerakan dasar yang yang sudah mulai bisa dilakukan pada masa anak kecil makin bisa dilakukan dengan baik dan semakin bervariasi pola gerakannya. Sampai usia kurang lebih 11 tahun keterampilan anak laki-laki dan perempuan relatif belum besar perbedaanya, namun ada kecenderungan bahwa anak laki-laki lebih baik dalam keterampilan yang memerlukan kekuatan atau melibatkan kemampuan otot-otot besar, sedangkan anak perempuan lebih baik dalam keterampilan yang memerlukan kecermatan atau melibatkan otot-otot halus sesudah usia 11 tahun perbedaan keterampilan semakin besar. 46 Perkembangan kemampuan gerak dasar terjadi sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan fisik. Semakin tinggi pertumbuhan fisik dan semakin besar atau makin berotot, maka peningkatan penguasaan gerak dasar bisa diidentifikasi sebagai berikut : a. Mekanika tubuh dalam melakukan gerakan semakin baik b. Kontrol dan kelancaran gerak makin baik. c. Pola atau bentuk gerakan makin bervariasi. d. Gerakan makin bertenaga. Menurut Gallahue dan Ozmun (1998) kemampuan gerak dasar pada anak- anak telah bisa diamati pada akhir tahun kedua. Perubahan-perubahan yang jelas dapat diamati pada bagaimana mereka berhubungan dengan lingkungan mereka. Pada akhir tahun kedua ini, mereka telah menguasai kemampuan gerakan yang belum sempurna yang dikembangkan pada masa pertumbuhan. Kemampuan gerakan tersebut membentuk dasar dimana masing-masing anak berkembang atau memperbaiki pola gerakan dasar pada awal masa anak-anak dan keterampilan gerakan yang matang dari masa anak-anak sampai dewasa akhir. Menurut Sugiyanto (1991:119) perkembangan kemampuan gerak anak-anak dapat diketahui dengan cara malakukan tes dan pengukuran kemampuan berlari, meloncat dan melempar. 5. Latihan Latihan merupakan suatu kegiatan olahraga yang sistematis dalam waktu yang panjang, ditingkatkan secara bertahap dan perorangan, bertujuan membentuk manusia yang berfungsi fisiologis dan psikologisnya untuk memenuhi tuntutan tugas Bompa, (dalam Budiwanto 2004). Kemudian definisi yang lain menyebutkan bahwa latihan adalah suatu program latihan fisik untuk mengembangkan seorang atlet dalam menghadapi pertandingan penting (Fox, Bowers & Foss, 1993). Teknik adalah proses gerakan dan pembuktian dalam praktek dengan sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam cabang olahraga (Suharno, 1993). Keterampilan teknik merupakan bagian penting dalam pencapaian prestasi. Dengan keterampilan teknik yang baik maka seorang atlet 47 memungkinkan mampu menampilkan permainan atau gaya yang baik dalam suatu cabang olahraga. Teknik dalam setiap cabang olahraga selalu berkembang sesuai dengan tujuan dan peraturan permainan yang semakin tinggi tuntutannya, yaitu prestasi maksimal. Oleh karena itu latihan keterampilan teknik harus secara proporsional mendapat prioritas utama dalam susunan program latihan. Proses latihan menganut hukum dan prinsip-prinsip tertentu yang diungkapkan Argasasmita, dkk (2007) latihan tidak selalu positif dan optimal bila pembenanan tidak diberikan dengan kaidah hukum dan prinsip-prinsip latihan yang benar. Menurut Fox, Bowers & Foss (1988), prinsip dasar dalam program latihan adalah mengetahui sistem energi utama yang dipakai untuk melakukan suatu aktivitas dan melalui prinsip beban berlebih (overload) untuk menyusun satu program latihan yang akan mengembangkan sistem energi yang bersifat khusus pada cabang olahraga, kebutuhan tubuh secara optimal. Beberapa hukum, prinsip latihan dan faktor yang biasa digunakan akan disajikan berikut ini. a. Hukum Latihan Hukum Overload atau yang biasa disebut prinsip beban lebih adalah prinsip latihan yang menekankan pada pembebanan latihan yang lebih berat daripada yang mampu dilakukan oleh atlet (Hadisasmita dan Syarifuddin, 1996). Tubuh manusia memiliki sifat adaptasi terhadap perlakuan yang dikenakan, bila tubuh dikenakan latihan beban dengan tingkat intesitas yang ditetapkan maka tubuh akan beradaptasi, Argasasmita, dkk (2007). Proses adapatasi tersebut menyebabkan kelelahan dan memerlukan istirahat, setelah istirahat tubuh mengalami peningkatan kebugaran, peningkatan kebugaran melalui adaptasi dari hukum overload disebut overkompensasi. Argasasmita, dkk (2007) hukum overload juga menunjukkan bahwa pemberian beban latihan harus sesuai untuk mendapatkan overkompensasi yang optimal sesuai dengan bentuk dan jenis beban latihan yang diberikan. Hukum Reversibilitas, kemampuan fisik atlet naik turun sesuai dengan latihan dan proses adaptasi tubuh atlet, Argasasmita, dkk (2007) sehingga menuntut atlet secara berkelanjutan dan progresif. Menurut Soekarman (1987) bahwa, setiap hasil latihan kalau tidak dipelihara akan kembali keadaan semula. 48 Berdasarkan hukum reversibilitas, latihan fisik harus secara teratur dan kontinyu. Hukum reversibilitas harus dipegang oleh pelatih maupun atlet. Latihan yang teratur dan kontinyu sehingga menghasilkan kebugaran yang progresif. Hukum kekhususan menurut Argasasmita, dkk (2007) memberikan tuntunan bahwa beban latihan yang diberikan kepada atlet harus sesuai dengan kebutuhan terhadap kemampuan dan keterampilan fisik (biomotor abilities) cabang olahraga dan kondisi objektif dari atlet tersebut seperti umur kronologis, umur perkembangan. Kemampuan fisik dan mentalnya saat itu. Soekarman (1987) mengemukakan bahwa latihan itu harus khusus untuk meningkatkan kekuatan atau sistem energi yang digunakan dalam cabang olahraga yang bersangkutan. Hukum kekhususan memberikan tuntutan pada pelatih untuk memahami sepenuhnya kondisi atlet terhadap cabang olahraga yang ditekuni, kekuatanya serta peluang dan tantangan bagi atlet yang diasuhnya untuk dapat mencapai prestasi. b. Prinsip latihan Prinsip pedagogik, latihan pada dasarnya adalah proses belajar dan mencerminkan proses pendidikan yang bertujuan kemampuan kognitif, fisik, pskimotor dan afektif. untuk meningkatkan Prinsip pedagogik dalam Argasasmita dkk, (2007) mengarahkan latihan untuk mengikuti berbagai kaidah yaitu multilateral, pengembangan kesehatan, kebermanfaatan, kesadaran, sistematik dan gradual. Prinsip variasi, latihan merupakan proses jangka panjang, sehingga diperlukan pengaturan suasana latihan yang kondusif dan menyenangkan agar atlet tidak bosan dan tidak meninggalkan latihan. Argasasmita, dkk (2007) variasi yang dapat diberikan oleh pelatih dalam latihan dapat berupa: 1) Tempat latihan yang berganti-ganti, misalnya di stadion, di gor, di tempat fitness/gym, di alam bebas, di pantai, bukit, tempat rekreasi dan sebagainya yang dapat memberikan suasana baru bagi atlet. 2) Metode latihan yang bervariasi, untuk tujuan latihan yang sama pelatih dapat menggunakan metode berbeda, misalnya latihan kecepatan dapat diberikan dengan metode repetisi, namun dapat juga metode permainan. 49 3) Suasana latihan, yaitu dengan memberikan berbagai situasi lapangan yang berbeda dengan mendatangkan klub lain untuk berlatih bersama, atau berlatih dalam kondisi baru. Prinsip individual, prinsipnya masing-masing individu berbeda satu dengan yang lain. Dalam latihan setiap individu juga berbeda kemampuannya, manfaat latihan akan lebih berarti jika program latihan tersebut direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan karakteristik dan kondisi individu atlet. Oleh karena itu faktor-faktor karakteristik individu atlet harus dipertimbangkan untuk menyusun program latihan. Argasasmita, dkk (2007) prinsip individual berkaitan dengan hukum kekhususan yang berimplementasi pada latihan yang khusus bagi setiap atlet. Hukum dan prinsip inilah yang memunculkan adanya beban luar dan beban dalam. Prinsip keterlibatan aktif, salah satu tugas pelatih dalam proses latihan adalah memperlakukan atlet dengan kesempatan yang sama, oleh karena itu pelatih perlu merancang manajemen latihannya agar setiap atlet dapat melaksanakan kegiatan latihan secara optimal. Argasasmita, dkk (2007:48) keterlibatan yang aktif pada atlet dapat akan menghasilkan hasil latihan yang optimal. Keterlibatan ini berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut: 1) Kegiatan fisik (motor density), yaitu bagaimana atlet dapat melaksanakan aktifitas fisik dengan kesempatan yang sama pada setiap sesi latihan. 2) Kegiatan mental dan intelektual, yaitu bagaimana atlet dilibatkan dalam setiap pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penyusunan program latihan, pelaksanaan latihan dan kompetisi dan berbagai hal yang berkaitan dengan dengan pengembangan kepribadian dan kedewasan atlet. c. Faktor latihan Bompa (dalam Budiwanto, 2004) menyatakan, "faktor dasar latihan meliputi latihan fisik, teknik, taktik, dan mental". Jadi latihan itu harus dilakukan secara menyeluruh agar proporsinya tepat dan menimbulkan efek yang baik bagi tubuh. Bompa (dalam Budiwanto, 2004) menyatakan bahwa" Untuk memoles dan menyempurnakan teknik olahraga yang dipilih melalui suatu upaya teknis, seseorang harus mengembangkan kapasitas penampilan lebih lanjut dengan teknik yang tepat secara keseluruhan." 50 Menurut Suharno (1992) "teknik adalah suatu proses gerakan dan pembuktian dalam praktik dengan sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam cabang olahraga". Budiwanto (2004) menyatakan bahwa" keterampilan teknik merupakan bagian terpenting dalam pencapaian prestasi olahraga. Tanpa keterampilan teknik yang baik maka seorang atlet tidak mungkin akan mampu menampilkan permainan atau gaya yang baik dalam suatu cabang olahraga". Budiwanto (2004) menyimpulkan teknik dasar ada tiga kategori, yaitu teknik dasar, teknik menengah dan teknik tinggi". Teknik dasar adalah suatu teknik dimana proses melakukan gerakan merupakan fondamen dasar, gerakan dilakukan dalam kondisi sederhana dan mudah. Teknik menengah adalah suatu teknik dimana dalam melakukan gerakan menuntut penggunaan kecepatan, kekuatan, kelincahan dan koordinasi yang lebih tinggi daripada teknik dasar. Teknik tinggi adalah suatu teknik dimana dalam melakukan gerakan menuntut tempo yang tinggi, koordinasi, keseimbangan, ketepatan yang tinggi serta gerakan tersebut sulit, simultan dalam kondisi yang berat. Dalam kegiatan kepelatihan, pelatih diharapkan mampu memberikan tahap-tahap latihan, dari yang mudah ke yang sukar, dari beban yang ringan ke yang berat, dari teknik yang rendah, menengah, lalu ke teknik yang lebih tinggi, agar peserta mampu beradaptasi secara perlahan-lahan. Suharno (1993) menyatakan langkah-langkah melatih teknik: (a) Melatih gerak teknik secara keseluruhan dan kasar, (b) melatih gerak-gerak badan dengan teliti dan benar, (c) melatih gerak keseluruan secara cermat dengan jalan menitik beratkan kunci-kunci gerak yang dapat menjamin kebenaran gerak keseluruhan, (d) mengotomatisasikan gerak yang benar secara keseluruhan dengan jalan melakukan sebanyak mungkin frekuensinya, (e) dicobakan/dipraktekkan dalam permainan dengan pengontrolan secara cermat gerakan teknik tersebut, (f) penyempurnaan kesalahan-kesalahan yang terdapat saat bermain/bertanding, kemudian dilatih secara intensif untuk pemantapan otomatisme gerak, (g) dinilai/dievaluasi hasil gerak keterampilan yang menjadi tujuan latihan. Latihan penguasaan teknik juga harus dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan prinsip-prinsip latihan. Hal ini bertujuan untuk lebih memudahkan dalam penguasaan tekniknya sehingga dapat memperoleh hasil yang maksimal. Latihan 51 dari tahap yang paling sederhana menuju kepada tingkatan yang lebih kompleks akan sangat efektif dilakukan karena penguasaan ketrampilan geraknya dapat tersusun dengan sistematis. B. Kerangka Berfikir Kerangka berpikir merupakan argumentasi teoritik terhadap hipotesis yang diajukan, dalam penelitian pengembangan kerangka berpikir memberikan arahan tentang langkah-langkah metodologis yang akan diambil, penelitian ini menggunakan metode pengembangan research and development Borg dan Gall (1983). Pemilihan metode pengembangan ini karena dianggap sesuai dengan permasalahan yang akan diangkat menjadi topik penelitian dan dapat menjadi solusi dari permasalahan yang ada. Secara garis besar metode pengembangan ada tiga tahap, yang pertama tahap 1 pendahuluan, kedua tahap uji produk, dan tahap uji efektivitas produk. Tahap 1 pendahuluan terdiri analisis kebutuhan, kajian teoritik dan pengembangan produk awal. Analisis kebutuhan dilakukan untuk mengetahui proses latihan dan kesenjangan antara harapan dan kenyataan di klub atau persatuan bulutangkis di Kabupaten Pacitan. Setelah menemukan masalah yang akan diangkat menjadi masalah penelitian, kemudian dilanjutkan kajian teoritik yang relevan dengan topik masalah penelitian yang diangkat. Pengembangan atau yang sering disebut sebagai penelitian pengembangan dilakukan dengan maksud menjembatani jurang yang terbentang cukup lebar antara penelitian dan praktek pendidikan. Langkah pertama penelitian pengembangan yaitu pengembangan produk awal yaitu mengembangkan model latihan forehand clear dalam bulutangkis. Model latihan forehand clear dikembangkan berdasarkan karakteristik atlet tingkat pemula dan disesuaikan dengan kajian teori tentang bulutangkis, analisis kondisi fisik, prinsip latihan dan tentang belajar gerak. Tahap 2 uji coba produk ada dua yaitu uji coba ahli dan uji coba lapangan bertujuan untuk mendapatkan penilaian dari ahli bulutangkis dan atlet bulutangkis tingkat intermediet di Kabupaten Pacitan. Hasil evaluasi dijadikan acuan dan masukan untuk perbaikan model latihan forehand clear yang dikembangkan oleh 52 peneliti. Hasil penelitian juga sebagai acuan, apakah produk bisa dilanjutkan atau tidak. Tahap uji efektivitas produk menggunakan rancangan eksperimen semu, eksperimen semu membandingkan 2 kelompok antara kelompok coba yang menggunakan model latihan forehand clear yang dikembangkan peneliti dan kelompok kontrol yang menggunakan model latihan forehand clear yang konvensional. Uji efektivitas ada tiga tahapan yaitu: tes awal, perlakuan, tes akhir. Tes awal menggunakan instrumen tes forehand clear dan skala penilaian forehand clear bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal keterampilan forehand clear atlet tingkat intermediet kelompok coba dan kelompok kontrol di Kabupaten Pacitan. Perlakuan kelompok coba dan kelompok kontrol selama 16 kali pertemuan, 3 kali seminggu, banyaknya pertemuan disesuaikan dengan prinsip latihan. Tes akhir menggunakan instrumen tes target daerah sasaran dan skala penilaian forehand clear bertujuan untuk mengetahui kemampuan forehand clear atlet tingkat intermediet di Kabupaten Pacitan setelah diberi perlakuan. C. Penelitian yang Relevan Secara umum pengembangan model latihan teknik dasar forehand clear bulutangkis ditinjau analisis biomekanika belum banyak dilakukan sehingga peneliti belum menemukan penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan sekarang. D. Spesifikasi Produk yang Diharapkan Peneliti akan mengembangkan model latihan forehand clear dengan memperhatikan tahapan pelaksanaan latihan, yang dilakukan dari yang mudah ke yang sukar, dari yang sederhana ke yang kompleks, dari jarak dekat ke yang jauh, dan dari tingkat kesulitan yang rendah ke yang tinggi (Depdiknas, 2006:9). Kemudian akan menjelaskan yaitu pertama tentang teknik forehand clear. Produk yang dihasilkan berisi tentang model-model latihan teknik forehand clear bulutangkis. Produk pengembangan ini berbasis pembentukan gerak berdasarkan analisis biomekanika, produk ini berisi latihan pendahuluan yang sifatnya mengarah pada gerakan teknik forehand clear sehingga diharapkan 53 menyenangkan dan membantu memudahkan atlet untuk menguasai teknik tersebut. Penyusunan model latihan teknik forehand clear ini subyek penelitian adalah atlet bulutangkis yang berada pada tahapan intermediet, dimana penekanan utamanya diarahkan pada pengembangan yang diarahkan pada tujuan. Kegiatankegiatan latihannya mengarah pada pengkondisian terhadap penguasaan keterampilan. Penguatan tingkat koordinasi lebih diutamakan terkait dengan gerakan-gerakan yang diberikan. Pemberian materi latihan masih mengarah pada teknik dan fisik. Namun taktik juga dapat diberikan tetapi hanya pada pengkondisian pengembangan komponen kognitif. Gambaran spesifikasi pengembangan model latihan forehand clear pada atlet tingkat intermediet adalah sebagai berikut: 54 Tabel 2.1 Spesifikasi Produk Yang Diharapkan Konsep Variabel Indikator Model latihan Latihan Latihan untuk fleksibelitas forehand clear pendahuluan dalam forehand clear bulutangkis bulutangkis (peregangan) Model latihan Latihan individu forehand clear Latihan berpasangan bulutangkis Latihan target Program latihan Program latihan bulanan forehand clear Program latihan mingguan bulutangkis Program latihan harian