bahan dan metode

advertisement
12
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo IPB Darmaga
Bogor pada ketinggian 240 m dpl. Analisis pupuk kandang ayam dilaksanakan di
Laboratorium Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan IPB
Darmaga Bogor sedangkan analisis derajat infeksi akar oleh CMA dilakukan di
Laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi LPPM IPB.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga Mei 2011.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan yaitu benih jagung varietas Bisma sebanyak 25 kg/ha
(deskripsi varietas disajikan pada Lampiran 1), pupuk kandang ayam (jenis ayam
pedaging),
pupuk anorganik berupa pupuk urea, SP-18 dan KCl, inokulan
campuran CMA dari Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro)
Bogor, karbofuran, dan kapur dolomite. Alat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah seperangkat alat budidaya pertanian, ajir, timbangan, dan karung.
Metode Penelitian
Rancangan yang digunakan berupa Rancangan Split Plot dengan
rancangan lingkungan berupa rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT)
dengan dua faktor perlakuan dan tiga ulangan. Faktor pertama sebagai petak
utama yaitu CMA yang terdiri dari 2 perlakuan yaitu tanpa CMA (M0) dan dengan
CMA sebanyak 10 g/tanaman (M1). Faktor kedua sebagai anak petak yaitu pupuk
kandang ayam yang terdiri dari 5 taraf yaitu: 0 ton/ha (A0); 5 ton/ha (A1);
10 ton/ha (A2); 15 ton/ha (A3); dan 20 ton/ha (A4). Dalam penelitian ini terdapat
10 kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan sehingga terdapat 30 satuan percobaan.
Model rancangan yang digunakan adalah :
13
Yijk = µ + αi + βj +δij+ τk + (ατ)ij + εijk
keterangan :
Yijk
= nilai pengamatan pengaruh CMA ke-i, ulangan ke-j, dan pupuk
kandang ayam ke-k
µ
= rataan umum
αi
= pengaruh perlakuan CMA ke-i
βj
= pengaruh perlakuan kelompok ke-j
δij
= pengaruh galat (a)
τk
= pengaruh perlakuan pupuk kandang ayam ke-k
(ατ)ij
= pengaruh interaksi CMA ke-i dan pupuk kandang ayam ke-k
pada kelompok ke-j
εijk
= pengaruh galat acak
Apabila hasil uji F (α = 5%) menunjukkan pengaruh yang nyata, maka dilakukan
uji lanjut menggunakan Uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf
5 %.
Pelaksanaan Penelitian
Analisis Pupuk Kandang Ayam
Analisis kandungan hara pupuk kandang ayam dilakukan untuk mengetahui
kandungan hara N, P, dan K yang terdapat pada contoh pupuk kandang ayam
kering (Lampiran 2).
Persiapan Lahan
Persiapan lahan diawali dengan pengolahan lahan seluas 770 m2. Perlakuan
ditempatkan pada petak-petak percobaan berukuran 4 m x 5 m, jarak antar petak
perlakuan 50 cm, dan jarak antar kelompok (ulangan) 100 cm.
Penanaman
Jarak tanam yang digunakan yaitu 75 cm x 40 cm. Penanaman benih jagung
dilakukan dengan cara ditugal dengan kedalaman lubang tanam sekitar 5 cm.
Petakan yang mendapat perlakukan CMA, diberi CMA sebanyak 10 g/lubang
tanam kemudian benih jagung ditanam sebanyak 2 biji per lubang dan diberi
14
karbofuran sebanyak 5 butir/lubang tanam. Pemberian kapur dolomite dengan
dosis 2 ton/ha diberikan 1 minggu sebelum tanam.
Pemupukan
Aplikasi perlakuan pupuk kandang ayam dilakukan 2 minggu sebelum
penanaman dengan dosis sesuai perlakuan yaitu 0, 5, 10, 15, dan 20 ton/ha atau
sebanyak 0, 10, 20, 30, dan 40 kg/petak. Pemupukan dengan pupuk kandang ayam
dilakukan dengan cara ditebar di atas lahan yang telah diolah kemudian dicampur
dan diratakan.
Pemberian pupuk anorganik pada dosis pupuk kandang ayam 0 ton/ha
menggunakan 100 % dosis rekomendasi, sedangkan untuk dosis pupuk kandang
ayam 5, 10, 15, dan 20 ton/ha digunakan 50 % dosis rekomendasi. Dosis
rekomendasi berasal dari Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya
Genetik Pertanian Bogor (BB Biogen) yaitu: 135 kg N/ha dalam bentuk pupuk
urea, 36 kg P2O5/ha dalam bentuk pupuk SP-36, dan 30 kg K2O/ha dalam bentuk
pupuk KCl. Pemberian pupuk urea dilakukan secara split yaitu 1/3 bagian pada
saat tanam dan 2/3 bagian pada saat tanaman berumur 4 MST.
Pemeliharaan
Pemeliharaan meliputi kegiatan penyulaman, pengendalian OPT (organisme
pengganggu tanaman), dan pembumbunan. Melalui pemeliharaan ini diharapkan
tanaman dapat tumbuh secara baik dan optimal.
Penyulaman dilakukan terhadap benih-benih jagung yang tidak tumbuh.
Penyulaman ini dilakukan pada 1 minggu setelah tanam (MST) sehingga
diharapkan populasi tanaman dalam petakan dapat terpenuhi secara optimal.
Pengendalian OPT dilakukan untuk mengendalikan hama, penyakit, dan
gulma pada tanaman jagung. Pengendalian hama dilakukan dengan pemberian
insektisida Karbofuran sebanyak 5 butir/tanaman pada saat penanaman benih dan
4 MST. Pengendalian gulma dilakukan secara manual setiap dua minggu sekali.
Penyiangan pada 4 MST dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembumbunan.
Pembumbunan dilakukan dengan cara menaikkan atau menimbun tanah
pada tanaman jagung sehingga terbentuk guludan. Pembumbunan ini bertujuan
untuk menutup akar jagung yang terbuka sehingga tanaman jagung mampu berdiri
15
secara tegak dan kokoh. Penyiraman pada pertanaman tanaman jagung dilakukan
dengan memanfaatkan turunnya hujan.
Pemanenan
Panen hasil dilakukan pada saat terbentuk black layer atau pada saat 75 %
tanaman telah berwarna kuning ditandai kelobot dan rambut jagung yang
mengering serta biji apabila ditekan dengan kuku tidak berbekas.
Pengeringan dan Pemipilan
Pengeringan dilakukan terhadap tongkol jagung dengan menggunakan panas
matahari selama 3 hari. Tongkol yang telah mengalami proses pengeringan
selanjutnya dipipil. Hail pipilan jagung selanjutnya dijemur kembali dengan panas
matahari selama 3 hari.
Analisis Infeksi CMA
Analisis infeksi CMA pada akar tanaman jagung diamati pada fase vegetatif
maksimum tanaman jagung yaitu pada 7 MST. Analisis ini dilakukan untuk
mengetahui persentase akar yang terinfeksi CMA. Proses analisis infeksi akar
dapat dilihat pada Lampiran 3.
Pengamatan
Persentase Tumbuh. Dihitung pada 1 MST untuk mengetahui daya
tumbuh benih di lapang.
Tinggi Tanaman. Pengukuran dilakukan dengan mengukur tinggi
tanaman (cm) dari atas permukaan tanah hingga ujung daun tertinggi dimulai pada
2 MST hingga 75 % tanaman jagung telah muncul bunga (tassel).
Diameter batang. Pengukuran dilakukan dengan mengukur diameter
batang (cm) tanaman jagung pada 30 cm di atas permukaan tanah yang dimulai
pada 5 MST hingga 75 % tanaman jagung telah muncul bunga (tassel).
Jumlah daun. Pengamatan dilakukan dengan menghitung daun yang telah
terbuka sempurna dimulai pada 2 MST hingga 75 % tanaman jagung telah muncul
bunga (tassel).
Umur tasseling. Dihitung sejak tanam hingga 75 % tanaman dalam
petakan membentuk bunga.
16
Umur silking. Dihitung sejak tanam hingga 75 % tanaman dalam petakan
membentuk silk (rambut jagung).
Umur panen. Dihitung sejak tanam hingga 75 % tanaman dalam petakan
memenuhi kriteria panen yaitu telah terbentuk black layer atau terlihat rambut dan
kelobot jagung yang mengering.
Bobot brangkasan. Diukur dengan menimbang brangkasan tanaman
jagung per tanaman (g) dan per ubin (kg). Ubinan yang digunakan berukuran
2.5 m x 2.5 m.
Bobot tongkol. Diukur setelah mengalami proses pengeringan selama
3 hari. Bobot tongkol yang diukur yaitu bobot jagung per tanaman (g) dan per
ubin (kg). Ubinan yang digunakan berukuran 2.5 m x 2.5 m.
Bobot pipilan. Diukur setelah mengalami proses pengeringan selama
3 hari. Bobot pipilan yang diukur yaitu bobot jagung per tanaman (g) dan per ubin
(kg). Ubinan yang digunakan berukuran 2.5 m x 2.5 m.
Ukuran tongkol. Berupa lingkar tongkol (cm) yang diukur pada bagian
tengah tongkol dan panjang tongkol (cm) yang diukur dari pangkal tongkol
hingga ujung tongkol berisi.
Persentase infeksi akar. Diukur pada saat masa vegetatif akhir sekitar 6075 HST.
Download