BAB II LANDASAN TEORI A. Economic Value Added 1. Definisi Economic Value Added Economic Value Added (EVA) merupakan ukuran kinerja perusahaan yang dihubungkan dengan penciptaan shareholder wealth sepanjang waktu. Economic Value Added (EVA) adalah net operating profit yang dikurangi dengan semua Cosf of Capital dari investasi yang dilakukan. Jadi Economic Value Added (EVA) memfokuskan pada efektifitas manjerial dalam suatu tahun tertentu dengan mengestimasikan laba ekonomis yang sesungguhnya dari perusahaan dalam tahun berjalan. (http://www.valuebasedmanagement.net/methods_eva.html). Ide dasar dari Eva adalah pengemasan ulang dari manajemen perusahaan yang dapat dipercaya dan prinsip keuangan yang pernah ada. Namun EVA merupakan inovasi terpenting karena ia membuat teori keuntungan moderen. Implikasi manajerial dari teori ini adalah mudah diakses oleh manejer perusahaan yang tidak terlatih dengan baik dalam keuangan atau tidak pernah memikirkan nya. EVA membantu para manejer untuk lebih memahami tujuan keuangan, dan dengan demikian membantu mereka untuk mencapai tujuan. EVA tidak memerlukan adanya sesuatu perbandingan dengan perusahaan sejenis dalam industri dan tidak pula membuat suatu analisa 14 15 kecenderungan dengan tahun-tahun sebelumnya. Konsep ini lebih menekankan pada penentuan besarnya cost of capital. Diperhitungkannya biaya modal atas ekuitas merupakan keunggulan pendekatan EVA dibandingkan pendekatan akuntansi tradisional dalam mengukur kinerja perusahaan Panggabean (2005), mendefinisikan EVA sebagai berikut: EVA adalah laba usaha (operating profits) yang dikurangi dengan biaya seluruh modal (capital) yang dipakai sehingga menghasilkan pendapatan (earnings). Sedangkan Brigham dan Houston (2006:68-69), mendefinisikan EVA sebagai berikut: EVA adalah nilai yang ditambahkan oleh manajemen kepada pemegang saham selama suatu tahun tertentu. EVA merupakan suatu estimasi dari laba ekonomis yang sebenarnya dari bisnis untuk jauh berbeda dari laba akuntansi. Stewart dan Co dalam, Juniah (2007:10) menyimpulkan secara sederhana dari formula tersebut bahwa EVA adalah keuntungan operasi bersih dikurangi dengan beban sesungguhnya yang merupakan biaya oportunitas dari seluruh modal yang diinvestasikan dalam perusahaan tersebut. EVA yang negatif tentunya menunjukkan diperlukannya suatu perubahan yang signifikan pada manajemen. 16 1. Perhitungan Economic Value Added (EVA) Pengukuran EVA diturunkan dari kombinasi laporan keuangan perusahaan dan cost of capital yang diinvestasikan. Kombinasi dari laporan laba rugi dan laporan perubahan modal merefleksikan pertumbuhan perusahaan, efisiensi operasi, dan efektivitas manajemen aset. Untuk melengkapi metode perhitungan EVA, berikut dijelaskan perhitungannya dan langkah-langkah dalam perhitungan EVA, sebagai berikut: EVA merupakan pengukuran total faktor kinerja karena perhitungan EVA telah memasukkan semua unsur yang ada dalam laporan laba/rugi dan neraca. EVA sama dengan NOPAT dikurangi biaya modal. Biaya modal merupakan modal yang diinvestasikan perusahaan dikali dengan biaya rata rata tertimbang (WACC). Modal yang diinvestasikan merupakan jumlah dari ekuitas pemegang saham, hutang berbunga baik Analisis pengaruh jangka panjang maupun jangka pendek , hutang tanpa bunga seperti hutang gaji dan hutang pajak. Jadi rumus EVA adalah : EVA = NOPAT – (C* x Capital) = NOPAT – (WACC x Capital) 17 Dimana: NOPAT = Laba operasi bersih setelah pajak (Net Operating Profit After Tax). Capital = Jumlah dana yang terdiri dari hutang dan modal saham ekuitas yang tersedia di perusahaan untuk mendanai usaha perusahaan. C* = Cost of capital, yaitu ongkos modal baik dari modal berupa hutang maupun modal berupa saham, dihitung dengan menggunakan WACC. WACC = Weighted Average Cost of Capital / Biaya modal rata-rata tertimbang. (Juniah, 2007:28) 2. Manfaat EVA a. Economic Value Added (EVA) digunakan sebagai penilai kinerja perusahaan dimana fokus penilaian kinerja adalah pada penciptaan nilai (value creation). b. Economic Value Added (EVA) menyebabkan perhatian manajemen sesuai dengan kepentingan pemegang saham. c. Dengan Economic Value Added (EVA), para manajer harus selalu membandingkan tingkat pengembalian proyek dengan tingkat biaya modal yang mencerminkan tingkat risiko proyek tersebut. d. Economic Value Added (EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasi kegiatan atau proyek yang dapat memberikan pengembalian lebih tinggi dari biaya modalnya. (Brigham dan Houston, 2006:70) 18 3. Keunggulan dan Kelemahan EVA Keunggulan Economic Value Added (EVA) Menurut Teuku (1997:68) dalam Dwi (2007:20), keunggulan dari konsep EVA yaitu: a. EVA memfokuskan penilaiannya pada nilai tambah dengan memperhitungkan beban biaya modal sebagai konsekuensi investasi. b. EVA relatif mudah dilakukan hanya yang jadi persoalan adalah perhitungan biaya modal memerlukan data yang lebih banyak dan analisa yang lebih mendalam. c. Data yang disajikan adalah data setelah pajak atau laba bersih sehingga keakuratan data tersebut dapat diyakini oleh perusahaan. d. EVA memiliki korelasi positif yang lebih kuat terhadap perubahanperubahan nilai pasar perusahaan. e. EVA dapat digunakan secara mandiri tanpa membutuhkan data pembanding seperti standar industri atau data dari perusahaann lain, sebagaimana konsep penilaian dengan menggunakan analisis rasio 19 Kelemahan Economic Value Added (EVA) Menurut Teuku (1997:68) dalam Dwi, (2007:22) kelemahan dari konsep EVA yaitu: a. EVA hanya mengukur hasil akhir (result), konsep ini tidak mengukur aktivitas-aktivitas penentu seperti loyalitas dan tingkat ketertarikan konsumen. b. EVA terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa investor sangat mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham tertentu, padahal faktor-faktor lain terkadang justru lebih dominan. c. EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu tahun tertentu, sedangkan nilai suatu perusahaan adalah akumulasi EVA selama umur perusahaan. d. Prosedur perhitungan EVA memerlukan estimasi atas biaya modal dan untuk perusahaan yang belum go public estimasi ini sulit dilakukan. e. Secara konseptual EVA memang lebih unggul daripada analisa keuangan, namun secara praktis EVA belum tentu dapat diterapkan. f. Konsep ini sangat bergantung pada transparansi internal dalam perhitungan Economic Value Added (EVA) secara tepat dan akurat, tetapi dalam kenyataannya perusahaan dalam prakteknya kurang transparan dalam mengemukakan kondisi internal perusahaan. 20 4. Tahap Dalam Penerapan Konsep Economic Value Added (EVA) Stewart dan Co. dalam Juniah (2007:14), penerapan konsep EVA memiliki lima tahap yang saling terkait yaitu sebagai berikut: 1. Memperkenalkannya pada manajemen dan karyawan. 2. Membangun center dan pelatihan. 3. Membuat sistem pelaporan kinerja. 4. Memperkuat sistem insentif. 5. Melatih manajer-manajer lini. B. NOPAT (Net Operating Profit After Tax). NOPAT merupakan penjumlahan dari laba usaha, penghasilan bunga, beban/penghasilan pajak penghasilan, tax shield atas beban bunga, bagian atas laba/rugi bersih perusahaan asosiasi, laba/rugi penjualan aktiva tetap dan investasi saham, laba/rugi kurs yang telah dikeluarkan pengaruh dari aktivitas pembiayaannya, laba/rugi lain-lain yang terkait dengan operasional. Laba/rugi luar biasa dan komponen-komponen lainnya yang berasal dari faktor non-operasional tidak diikutsertakan dalam perhitungan NOPAT. NOPAT dapat diperoleh dari laporan laba perusahaan yaitu data mengenai pendapatan bersih setelah pajak dan besarnya biaya bunga yang ditanggung perusahaan. 21 NOPAT merupakan cara yang lebih baik untuk mengevaluasi kinerja manajemen jika dibandingkan dengan laba bersih (net income). Sebab walaupun net income adalah indikator keuangan yang penting, namun angka tersebut tidak mencerminkan kinerja sesungguhnya dari operasi perusahaan atau efektifitas kerja manajer dan karyawannya. Sebagai ilustrasinya, jika ada dua perusahaan memiliki jumlah utang yang berbeda dan perbedaan jumlah pembayaran bunga, kedua perusahaan tersebut akan memiliki net income yang berbeda walaupun perusahaan tersebut memiliki kinerja operasi yang sama. NOPAT lebih baik dalam menilai efisiensi operasi pada perusahaan yang leveraged. Perhitungan NOPAT ini dihasilkan dari penyesuaian jumlah laba dari laporan keuangan berbasis accrual menjadi laba berbasis kas. Proses untuk mencapai hasil NOPAT ini akan diuraikan dalam tiga tahapan. Beberapa langkah untuk mendapatkan nilai NOPAT ada tiga tahapan dasar: 1. Dimulai dari earning before interest and taxes (EBIT). 2. Membuat dua penyesuaian utama, yaitu mengeliminasi distorsi akuntansi (efek accrual) dan mereklasifikasi beberapa beban yang berasal dari investasi. 3. Mengurangi dengan beban pajak perusahaan Rumus NOPAT (Tunggal, 2008) NOPAT = Laba bersih setelah pajak + beban bunga 22 C. Cash Flow from Operation (CFO) Kas pada umumnya merupakan aktiva yang paling likuid sehingga di klasifikasikan sebagai aktiva lancar. Kas merupakan pos yang dapat digunakan untuk membayar kewajiban lancar dan harus bebas dari setiap restriksi kontraktual yang membatasi pemakaiannya dalam melunasi kewajiban lancar. Tujuan utama laporan arus kas adalah menyediakan informasi yang relevan mengenai penerimaan dan pembayaran kas sebuah perusahaan selama suatu periode. Untuk menghasilkan tujuan ini, laporan arus kas melaporkan: 1. Kas ysng mempengaruhi operasi selama suatu periode 2. Transaksi investasi 3. Transaksi pembiayaan 4. Kenaikan dan penurunan bersih kas selama satu periode Laporan ini meyajikan ikhtisar secara rinci mengenai semua arus kas masuk dan arus kas keluar. Penyajian laporan arus kas menurut PSAK No 2 tahun 2009: 1. Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasi menurut aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan 2. Entitas menyajikan arus kas dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan dengan cara yang paling sesuai dengan bisnis entitas tersebut. Klasifi kasi menurut aktivitas memberikan 23 informasi yang memungkinkan para pengguna laporan untuk menilai pengaruh aktivitas tersebut terhadap posisi keuangan entitas serta terhadap jumlah kas dan setara kas. Informasi tersebut dapat juga digunakan untuk mengevaluasi hubungan di antara ketiga aktivitas tersebut. 3. Suatu transaksi tunggal dapat meliputi beberapa arus kas yang diklasifi kasikan ke dalam lebih dari satu aktivitas. Sebagai contoh, jika pelunasan pinjaman bank meliputi pokok pinjaman dan bunga, maka unsur bunga dapat diklasifi kasikan sebagai aktivitas operasi dan unsur pokok pinjaman diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan. Menurut PSAK No 2 tahun 2009 laporan arus kas terdiri dari 3 aktivitas yaitu: 1. Aktivitas Operasi Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator utama untuk menentukan apakah operasi entitas dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi entitas, membayar dividen, dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar. Informasi mengenai unsur tertentu arus kas historis bersama dengan informasi lain, berguna dalam memprediksi arus kas operasi masa depan. Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan entitas. Oleh karena itu, arus kas tersebut 24 pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi bersih. Beberapa contoh arus kas dari aktivitas operasi adalah: a. penerimaan kas dari penjualan barang dan pemberian jasa. b. penerimaan kas dari royalti, fees, komisi, dan pendapatan lain. c. pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa. d. pembayaran kas kepada dan untuk kepentingan karyawan. e. penerimaan dan pembayaran kas oleh entitas asuransi sehubungan dengan premi, klaim, anuitas, dan manfaat polis lainnya. f. pembayaran kas atau penerimaan kembali (restitusi) pajak penghasilan kecuali jika dapat diidentifi kasikan secara khusus sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi. g. penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang dimiliki untuk tujuan diperdagangkan atau diperjanjikan (dealing). 2. Aktivitas Investasi Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi perlu dilakukan sebab arus kas tersebut mencerminkan pengeluaran yang telah terjadi untuk sumber daya yang dimaksudkan menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. 25 Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas investasi adalah: a. pembayaran kas untuk membeli aset tetap, aset tidak berwujud, dan aset jangka panjang lain, termasuk biaya pengembangan yang dikapitalisasi dan aset tetap yang dibangun sendiri. b. penerimaan kas dari penjualan tanah, bangunan, dan peralatan, serta aset tidak berwujud dan aset jangka panjang lain. c. pembayaran kas untuk membeli instrumen utang atau instrumen ekuitas entitas lain dan kepemilikan dalam ventura bersama (selain pembayaran kas untuk instrumen yang dianggap setara kas atau instrumen yang dimiliki untuk diperdagangkan atau diperjanjikan). d. kas yang diterima dari penjualan instrumen utang dan instrumen ekuitas entitas lain dan kepemilikan ventura bersama (selain penerimaan kas dari instrumen yang dianggap setara kas atau instrumen yang dimiliki untuk diperdagangkan atau diperjanjikan). e. uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain (selain uang muka dan kredit yang diberikan oleh lembaga keuangan). f. penerimaan kas dari pelunasan uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain (selain uang muka dan kredit yang diberikan oleh lembaga keuangan. 26 g. pembayaran kas sehubungan dengan futures contracts, forward contracts, option contracts, dan swap contracts kecuali apabila kontrak tersebut dimiliki untuk tujuan diperdagangkan atau diperjanjikan, atau apabila pembayaran tersebut diklasifi kasikan sebagai aktivitas pendanaan; dan h. pembayaran kas dari futures contracts, forward contracts, option contracts, dan swap contracts kecuali apabila kontrak tersebut dimiliki untuk tujuan diperdagangkan atau diperjanjikan, atau apabila pembayaran tersebut diklasifi kasikan sebagai aktivitas pendanaan. Jika suatu kontrak dimaksudkan untuk lindung nilai (hedge) suatu posisi yang dapat diidentifi kasi, maka arus kas dari kontrak tersebut diklasifi kasikan dengan cara yang sama seperti arus kas dari posisi yang dilindung nilainya. 3. Aktivitas Pendanaan Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan penting dilakukan karena berguna untuk memprediksi klaim atas arus kas masa depan oleh para penyedia modal entitas. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan adalah: a. penerimaan kas dari emisi saham atau instrumen modal lainnya. 27 b. pembayaran kas kepada pemilik untuk menarik atau menebus saham entitas. c. penerimaan kas dari emisi obligasi, pinjaman, wesel, hipotek, dan pinjaman jangka pendek dan jangka panjang lainnya. d. pelunasan pinjaman. e. pembayaran kas oleh penyewa (lessee) untuk mengurangi saldo kewajiban yang berkaitan dengan sewa pembiayaan (fi nance lease). D. Return saham Apabila seseorang membeli saham, berarti dia mengorbankan konsumsinya pada masa kini dengan harapan bahwa ia akan mampu mengkonsumsikan yang lebih dimasa yang akan datang. Pengharapannya akan konsumsi yang lebih tinggi dimasa yang akan datang didasarkan atas dividen yang diharapkan akan diperoleh, dan berharap kenaikan harga sahamnya di waktu yang akan datang. Maksudnya dalam melakukan aktivitas investasi pada saham, diharapkan mendapatkan hasil dimasa yang akan datang yang berupa return. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang. Return tersebut sebagai kompensasi dari pengorbanan ekonomi yang dilakukan saat ini. Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. 28 Tingkat Pengembalian (Return) Saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah return realisasi atau sering disebut dengan actual return. Return realisasi merupakan return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis dan digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan. Return realisasi ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) yang merupakan return yang diharapkan oleh investor di masa mendatang. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return realisasi atau return historis juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) dan resiko dimasa yang akan datang. Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan akan diperoleh investor dimasa datang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi. Return yang diperoleh dari pemilikan saham dapat berupa deviden dan capital gain/loss. Capital gain/loss adalah selisih untung (rugi) dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu. Besarnya actual return dapat dihitung dengan formula sebagai berikut Rit = (Pt - Pt-1) Pt-1 Rit : Tingkat pengembalian saham i pada periode t. P : Harga penutupan saham i pada periode t (periode penutupan/ terakhir) Pt-1 : Harga penutupan saham i pada periode sebelumnya. (Jogiyanto, 2008:195-196) 29 E. Abnormal Return Abnormal return adalah selisih antara tingkat keuntungan yang sebenarnya dengan tingkat keuntungan yang diharapkan. Abnormal return sering digunakan sebagai dasar pengujian efisiensi pasar. Pasar dikatakan efisien jika tidak satu pun pelaku pasar yang menikmati abnormal return dalam jangka waktu yang cukup lama. Akan tetapi, abnormal return dapat digunakan untuk melakukan penilaian kinerja surat berharga. Dalam keuangan, abnormal return merupakan perbedaan antara pengembalian yang diharapkan keamanan dan kembali aktual. Abnormal return kadangkadang dipicu oleh "peristiwa”. Misalnya mencakup merger, pengumuman dividen, pengumuman perusahaan produktif , meningkatkan suku bunga, tuntutan hukum, dll semua yang dapat berkontribusi ke abnormal return. Kegiatan dibidang keuangan biasanya dapat diklasifikasikan sebagai kejadian atau informasi harga yang belum atau sesudahnya ada dipasar keuangan. Abnormal return akan positif jika return yang didapatkan lebih besar dari return yang diharapkan atau return yang dihitung. Sedangkan abnormal return akan negatif jika return yang didapat lebih kecil dari return yang diharapkan atau return yang dihitung. Ada tiga model yang digunakan untuk mengestimasi abnormal return yaitu, model yang disesuaikan dengan rata-rata (Mean Adjusted Model), model pasar (Market Model), model yang disesuaikan dengan pasar (Market Adjusted Model).. Return saham dalam penelitian ini adalah return saham yang abnormal (abnormal return). 30 Rumus abnormal return : ARit = Rit – E(Rit) Keterangan : ARit = abnormal return saham i pada periode ke t Rit = actual return saham i pada periode ke t E(Rit) = expected return sekuritas ke i pada periode ke t Dimana: E(Rit) = Rmt Rmt = IHSGt - IHSGt-1 IHSGt-1 IHSGt = Indeks harga saham gabungan yang terjadi pada periode peristiwa ke-t. IHSGt-1 = Indeks harga saham gabungan yang terjadi pada periode peristiwa ke- t (jogiyanto, 2008) F. Hubungan Antar Variabel 1. Hubungan EVA terhadap abnormal return EVA merupakan alat ukur kinerja perusahaan yang digunakan untuk menilai kinerja operasional karena mempertimbangkan required rate of return yang dituntut oleh investor dan kreditor. Perlu dipahami dalam rumusan yang sederhana, bahwa jika EVA lebih besar dari satu berarti menunjukan adanya nilai tambah terhadap perusahaan selama operasionalnya. Apabila EVA sama 31 besarnya dengan nol, berarti perusahaan berada pada kondisi impas yang berarti return yang diharapkan sama dengan yang terdahulu selama operasionalnya, apabila EVA berada dibawah nol maka perusahaan gagal memiliki harapan para investornya. EVA ditentukan oleh dua hal yaitu keuntungan bersih operasional setelah pajak dan tingkat biaya modal. Laba operasi setelah pajak menggambarkan hasil penciptaan nilai didalam perusahaan, sedangkan biaya modal dapat diartikan sebagai suatu pengorbanan yang dikeluarkan dalam penciptaan nilai tersebut. Dengan demikian walaupun laba operasional setelah pajak naik, belum tentu menaikkan nilai EVA. EVA merupakan cara untuk mengetahui kinerja perusahaan, jika kinerja suatu perusahaan semakin baik maka abnormal return yang dihasilkan oleh suatu perusahaan semakin tinggi sehingga harga saham semakin tinggi dan resiko yang ditimbulkan semakin kecil. (Harjito dan Aryayoga, 2009) 2. Hubungan NOPAT terhadap abnormal return NOPAT merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi kinerja manajemen perusahaan. Cara tersebut lebih baik jika dibandingkan dengan laba bersih. Perusahaan yang mempunyai hutang lebih besar, akan mempunyai laba bersih yang lebih kecil. Laba bersih suatu perusahaan memang penting, tetapi laba bersih tidak selalu 32 menggambarkan kemampuan operasi perusahaan secara tepat atau efektif tidaknya operasional suatu perusahaan. Jika NOPAT yang didapat perusahaan positif maka return yang dihasilkan akan meningkat sehingga kekayaan perusahaan akan semakin membaik. Sebaliknya, jika NOPAT yang didapat perusahaan negatif maka return yang dihasilkan akan menurun dan kekayaan perusahaan akan memburuk. (Harjito dan Aryayoga, 2009) 3. Hubungan CFO terhadap abnormal return Reaksi pasar yang positif akan terjadi apabila terjadi total arus kas yang diumumkan naik dibandingkan tahun sebelumnya. Jika kas tersedia diperusahaan, investor akan menilai kelangsungan bisnis dan pertumbuhan perusahaan bisa membayar utang, membiayai kegiatan operasional, membayar deviden. Sinyal positif tentang perusahaan akan dicerminkan melalui naiknya harga saham perusahaan dipasar modal, yang akan diikiuti nilai abnormal return yang positif. Sebaliknya jika total arus kas yang diumumkan perusahaan rendah, investor menilai perusahaan tidak mempunyai kas yang cukup untuk membiayai kegiatan usahanya. Sinyal negatif ini akan dicerminkan dengan turunnya harga saham dipasar modal, yang berarti nilai abnormal return negatif. (Nelvianti, 2013) 33 G. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian sejenis yang pernah dilakukan antara lain adalah sebagai berikut: Pradhono (2004) melakukan penelitian yang bertujuan untuk melakukan analisis pengaruh Economic Value Added, Residual income, Earnings dan arus kas operasi terhadap return yang diterima pemegang saham. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan regresi linear sederhana hal ini disebabkan karena masing-masing variabel bebas kesemuanya berasal dari unsur yang sama yaitu earnings. Ada 4 model regresi linear sederhana yang digunakan untuk menganalisis pengaruh 4 variabel bebas CFO, earnings, residual income dan EVA terhadap return. Hasil model regresi menyatakan kesimpulan bahwa EVA berpengaruh positif terhadap return. Sedangkan Residual income memiliki hubungan terbalik dengan return. Hal ini menunjukkan bahwa residual income merupakan tolak ukur kinerja yang tidak mencerminkan tambahan kekayaan bagi pemegang saham. Seharusnya tolak kinerja memiliki hubungan positif dengan return Earnings berpengaruh positif terhadap return. Arus kas operasi (CFO) berpengaruh positif terhadap return. CFO memiliki koefisien beta yang terbesar, yang berarti bahwa CFO memiliki pengaruh yang lebih nyata terhadap return, dibanding ketiga tolak ukur kinerja lainnya. 34 Penelitian yang dilakukan oleh (Mardinah et.al 2006) menunjukan bahwa EVA pada tahun penelitian 2004 tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham, namun pada penelitian tahun 2005 hasil yang diperoleh adalah EVA memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Meythi (2006) melakukan penelitian yang bertujuan untuk melakukan analisa pengaruh arus kas operasi terhadap harga saham dengan persistensi laba sebagai variabel intervening. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 100 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dalam jangka waktu 4 tahun (1999-2002). Data dikumpulkan menggunakan purposive sampling method. Komponen arus kas yang digunakan adalah arus kas operasi yang diambil dari laporan arus kas perusahaan yang dipublikasikan. Persisten laba diukur menggunakan koefisien regresi antara laba berjalan dengan laba mendatang. Laba yang digunakan adalah laba usaha. Hasil analisis menunjukkan bahwa arus kas operasi tidak mempengaruhi harga saham dengan persistensi laba sebagai variabel intervening. Taufik Hidayat (2006) melakukan penelitian untuk menganalisis dua permasalahan mendasar yaitu apakah EVA mengungguli pengukuran lainnya seperti laba, arus kas operasi, dan residual income dalam menjelaskan imbal hasil saham. Penelitian ini menggunakan pendekatan pooled time series dan cross sectional data terhadap 121 perusahaan di Bursa Efek Jakarta selama tahun 2001 hingga tahun 2003. Penelitian 35 digunakan dengan menggunakan dua pendekatan yaitu Relative Information Content dan Incremental Information Content. Berdasarkan hasil analisis dengan pendekatan relative information content , penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa Laba Sebelum Pos Luar Biasa (EBEI) lebih dapat menjelaskan imbal hasil saham dibandingkan EVA, Arus Kas Operasi (CFO), dan Residual income (RI). Pendekatan incremental information content menghasilkan kesimpulan bahwa EBEI dan CFO lebih dapat menjelaskan imbal hasil saham dibandingkan EVA dan RI. Rina (2008) melakukan penelitian analisa pengaruh Economic Value Added (EVA), Net Operating Profit After Tax (NOPAT) Dan Cash Flow From Operation (CFO) terhadap return saham dan abnormal return periode 2000-2003. Analisa menggunakan empat model. Hasil regresi pool least square model 1 diperoleh kesimpulan bahwa variabel EVA dan CFO yang mempengaruhi return saham. Hasil regresi pool least square model 2 yang berpengarug signifikan terhadap abnormal return adalah EVA,NOPAT dan CFo. Hasil regresi pool least square model 3 hanya ΔNOPAT yang berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hasil regresi pool least square model 4 variabel ΔEVA dan ΔNOPAT yang berpengaruh signifikan terhadap return Eva Rohmatul (2011) melakukan penelitian untuk menganalisis pengaruh Economic Value Added (EVA), Return On Asset (ROA) dan arus kas operasi terhadap return saham pada perusahaan manufaktur kategori food and beverages di Bursa Efek Indonesia. Data yang 36 digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari data laporan keuangan perusahaan manufaktur kategori food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2007 – 2009. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Berdasarkan hasil analisis disimpulkan bahwa Economic Value Added (EVA), Return On Asset (ROA) dan Arus Kas Operasi baik secara simultan maupun secara parsial tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap return saham pada perusahaan manufaktur kategori food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.