BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Economic Value Added
1. Definisi Economic Value Added
Economic Value Added (EVA) merupakan ukuran kinerja
perusahaan yang dihubungkan dengan penciptaan shareholder wealth
sepanjang waktu. Economic Value Added (EVA) adalah net operating
profit yang dikurangi dengan semua Cosf of Capital dari investasi yang
dilakukan. Jadi Economic Value Added (EVA) memfokuskan
pada
efektifitas manjerial dalam suatu tahun tertentu dengan mengestimasikan
laba ekonomis yang sesungguhnya dari perusahaan dalam tahun berjalan.
(http://www.valuebasedmanagement.net/methods_eva.html).
Ide dasar dari Eva adalah pengemasan ulang dari manajemen
perusahaan yang dapat dipercaya dan prinsip keuangan yang pernah ada.
Namun EVA merupakan inovasi terpenting karena ia membuat teori
keuntungan moderen. Implikasi manajerial dari teori ini adalah mudah
diakses oleh manejer perusahaan yang tidak terlatih dengan baik dalam
keuangan atau tidak pernah memikirkan nya. EVA membantu para
manejer untuk lebih memahami tujuan keuangan, dan dengan demikian
membantu mereka untuk mencapai tujuan.
EVA tidak memerlukan adanya sesuatu perbandingan dengan
perusahaan sejenis dalam industri dan tidak pula membuat suatu analisa
14
15
kecenderungan dengan tahun-tahun sebelumnya. Konsep ini lebih
menekankan pada penentuan besarnya cost of capital. Diperhitungkannya
biaya modal atas ekuitas merupakan keunggulan pendekatan EVA
dibandingkan pendekatan akuntansi tradisional dalam mengukur kinerja
perusahaan
Panggabean (2005), mendefinisikan EVA sebagai berikut:
EVA adalah laba usaha (operating profits) yang dikurangi dengan
biaya seluruh modal (capital) yang dipakai sehingga menghasilkan
pendapatan (earnings).
Sedangkan Brigham dan Houston (2006:68-69), mendefinisikan EVA
sebagai berikut:
EVA adalah nilai yang ditambahkan oleh manajemen kepada
pemegang saham selama suatu tahun tertentu. EVA merupakan
suatu estimasi dari laba ekonomis yang sebenarnya dari bisnis
untuk jauh berbeda dari laba akuntansi.
Stewart dan Co dalam, Juniah (2007:10) menyimpulkan secara
sederhana dari formula tersebut bahwa EVA adalah keuntungan operasi
bersih dikurangi dengan beban sesungguhnya yang merupakan biaya
oportunitas dari seluruh modal yang diinvestasikan dalam perusahaan
tersebut. EVA yang negatif tentunya menunjukkan diperlukannya suatu
perubahan yang signifikan pada manajemen.
16
1.
Perhitungan Economic Value Added (EVA)
Pengukuran EVA diturunkan dari kombinasi laporan keuangan
perusahaan dan cost of capital yang diinvestasikan. Kombinasi dari
laporan
laba
rugi
dan
laporan
perubahan
modal
merefleksikan
pertumbuhan perusahaan, efisiensi operasi, dan efektivitas manajemen
aset.
Untuk melengkapi metode perhitungan EVA, berikut dijelaskan
perhitungannya dan langkah-langkah dalam perhitungan EVA, sebagai
berikut:
EVA
merupakan
pengukuran
total
faktor
kinerja
karena
perhitungan EVA telah memasukkan semua unsur yang ada dalam laporan
laba/rugi dan neraca. EVA sama dengan NOPAT dikurangi biaya modal.
Biaya modal merupakan modal yang diinvestasikan perusahaan dikali
dengan biaya rata rata tertimbang (WACC). Modal yang diinvestasikan
merupakan jumlah dari ekuitas pemegang saham, hutang berbunga baik
Analisis pengaruh jangka panjang maupun jangka pendek , hutang tanpa
bunga seperti hutang gaji dan hutang pajak.
Jadi rumus EVA adalah :
EVA
= NOPAT – (C* x Capital)
= NOPAT – (WACC x Capital)
17
Dimana:
NOPAT = Laba operasi bersih setelah pajak (Net Operating
Profit After Tax).
Capital
= Jumlah dana yang terdiri dari hutang dan modal
saham ekuitas yang tersedia di perusahaan untuk
mendanai usaha perusahaan.
C*
= Cost of capital, yaitu ongkos modal baik dari modal
berupa hutang maupun modal berupa saham,
dihitung dengan menggunakan WACC.
WACC
= Weighted Average Cost of Capital / Biaya modal
rata-rata tertimbang.
(Juniah, 2007:28)
2. Manfaat EVA
a. Economic Value Added (EVA) digunakan sebagai penilai
kinerja perusahaan dimana fokus penilaian kinerja adalah pada
penciptaan nilai (value creation).
b. Economic
Value
Added
(EVA)
menyebabkan
perhatian
manajemen sesuai dengan kepentingan pemegang saham.
c. Dengan Economic Value Added (EVA), para manajer harus selalu
membandingkan tingkat pengembalian proyek dengan
tingkat biaya modal yang mencerminkan tingkat risiko proyek
tersebut.
d.
Economic
Value
Added
(EVA
dapat
digunakan
untuk
mengidentifikasi kegiatan atau proyek yang dapat memberikan
pengembalian lebih tinggi dari biaya modalnya.
(Brigham dan Houston, 2006:70)
18
3. Keunggulan dan Kelemahan EVA
Keunggulan Economic Value Added (EVA)
Menurut Teuku (1997:68) dalam Dwi (2007:20), keunggulan dari
konsep EVA yaitu:
a. EVA
memfokuskan
penilaiannya
pada
nilai
tambah
dengan
memperhitungkan beban biaya modal sebagai konsekuensi investasi.
b. EVA relatif mudah dilakukan hanya yang jadi persoalan adalah
perhitungan biaya modal memerlukan data yang lebih banyak dan
analisa yang lebih mendalam.
c. Data yang disajikan adalah data setelah pajak atau laba bersih sehingga
keakuratan data tersebut dapat diyakini oleh perusahaan.
d. EVA memiliki korelasi positif yang lebih kuat terhadap perubahanperubahan nilai pasar perusahaan.
e. EVA dapat digunakan secara mandiri
tanpa membutuhkan data
pembanding seperti standar industri atau data dari perusahaann
lain, sebagaimana konsep penilaian dengan menggunakan analisis
rasio
19
Kelemahan Economic Value Added (EVA)
Menurut Teuku (1997:68) dalam Dwi, (2007:22) kelemahan dari
konsep EVA yaitu:
a. EVA hanya mengukur hasil akhir (result), konsep ini tidak mengukur
aktivitas-aktivitas penentu seperti loyalitas dan tingkat ketertarikan
konsumen.
b. EVA terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa investor sangat
mengandalkan
pendekatan
fundamental
dalam
mengkaji
dan
mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham tertentu,
padahal faktor-faktor lain terkadang justru lebih dominan.
c. EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu tahun
tertentu, sedangkan nilai suatu perusahaan adalah akumulasi EVA
selama umur perusahaan.
d. Prosedur perhitungan EVA memerlukan estimasi atas biaya modal dan
untuk perusahaan yang belum go public estimasi ini sulit dilakukan.
e. Secara konseptual EVA memang lebih unggul daripada analisa
keuangan, namun secara praktis EVA belum tentu dapat diterapkan.
f. Konsep
ini
sangat
bergantung
pada
transparansi
internal
dalam perhitungan Economic Value Added (EVA) secara tepat dan
akurat, tetapi dalam kenyataannya perusahaan dalam prakteknya
kurang transparan dalam mengemukakan kondisi internal perusahaan.
20
4. Tahap Dalam Penerapan Konsep Economic Value Added (EVA)
Stewart dan Co. dalam Juniah (2007:14), penerapan konsep EVA memiliki
lima tahap yang saling terkait yaitu sebagai berikut:
1. Memperkenalkannya pada manajemen dan karyawan.
2. Membangun center dan pelatihan.
3. Membuat sistem pelaporan kinerja.
4. Memperkuat sistem insentif.
5. Melatih manajer-manajer lini.
B. NOPAT (Net Operating Profit After Tax).
NOPAT merupakan penjumlahan dari laba usaha, penghasilan
bunga, beban/penghasilan pajak penghasilan, tax shield atas beban bunga,
bagian atas laba/rugi bersih perusahaan asosiasi, laba/rugi penjualan aktiva
tetap dan investasi saham, laba/rugi kurs yang telah dikeluarkan pengaruh
dari aktivitas pembiayaannya, laba/rugi lain-lain yang terkait dengan
operasional. Laba/rugi luar biasa dan komponen-komponen lainnya yang
berasal dari faktor non-operasional tidak diikutsertakan dalam perhitungan
NOPAT.
NOPAT dapat diperoleh dari laporan laba perusahaan yaitu data
mengenai pendapatan bersih setelah pajak dan besarnya biaya bunga yang
ditanggung perusahaan.
21
NOPAT merupakan cara yang lebih baik untuk mengevaluasi
kinerja manajemen jika dibandingkan dengan laba bersih (net income).
Sebab walaupun net income adalah indikator keuangan yang penting,
namun angka tersebut tidak mencerminkan kinerja sesungguhnya dari
operasi perusahaan atau efektifitas kerja manajer dan karyawannya.
Sebagai ilustrasinya, jika ada dua perusahaan memiliki jumlah utang yang
berbeda dan perbedaan jumlah pembayaran bunga, kedua perusahaan
tersebut akan memiliki net income yang berbeda walaupun perusahaan
tersebut memiliki kinerja operasi yang sama.
NOPAT lebih baik dalam menilai efisiensi operasi pada perusahaan
yang leveraged. Perhitungan NOPAT ini dihasilkan dari penyesuaian
jumlah laba dari laporan keuangan berbasis accrual menjadi laba berbasis
kas. Proses untuk mencapai hasil NOPAT ini akan diuraikan dalam tiga
tahapan.
Beberapa langkah untuk mendapatkan nilai NOPAT ada tiga
tahapan dasar:
1. Dimulai dari earning before interest and taxes (EBIT).
2. Membuat dua penyesuaian utama, yaitu mengeliminasi distorsi
akuntansi (efek accrual) dan mereklasifikasi beberapa beban yang
berasal dari investasi.
3. Mengurangi dengan beban pajak perusahaan
Rumus NOPAT (Tunggal, 2008)
NOPAT = Laba bersih setelah pajak + beban bunga
22
C. Cash Flow from Operation (CFO)
Kas pada umumnya merupakan aktiva yang paling likuid sehingga
di klasifikasikan sebagai aktiva lancar. Kas merupakan pos yang dapat
digunakan untuk membayar kewajiban lancar dan harus bebas dari setiap
restriksi kontraktual yang membatasi pemakaiannya dalam melunasi
kewajiban lancar.
Tujuan utama laporan arus kas adalah menyediakan informasi yang
relevan mengenai penerimaan dan pembayaran kas sebuah perusahaan
selama suatu periode. Untuk menghasilkan tujuan ini, laporan arus kas
melaporkan:
1. Kas ysng mempengaruhi operasi selama suatu periode
2. Transaksi investasi
3. Transaksi pembiayaan
4. Kenaikan dan penurunan bersih kas selama satu periode
Laporan ini meyajikan ikhtisar secara rinci mengenai semua arus
kas masuk dan arus kas keluar.
Penyajian laporan arus kas menurut PSAK No 2 tahun 2009:
1.
Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode
tertentu dan diklasifikasi menurut aktivitas operasi, investasi,
dan pendanaan
2.
Entitas menyajikan arus kas dari aktivitas operasi, investasi,
dan pendanaan dengan cara yang paling sesuai dengan bisnis
entitas tersebut. Klasifi kasi menurut aktivitas memberikan
23
informasi yang memungkinkan para pengguna laporan untuk
menilai pengaruh aktivitas tersebut terhadap posisi keuangan
entitas serta terhadap jumlah kas dan setara kas. Informasi
tersebut dapat juga digunakan untuk mengevaluasi hubungan di
antara ketiga aktivitas tersebut.
3. Suatu transaksi tunggal dapat meliputi beberapa arus kas yang
diklasifi kasikan ke dalam lebih dari satu aktivitas. Sebagai
contoh, jika pelunasan pinjaman bank meliputi pokok pinjaman
dan bunga, maka unsur bunga dapat diklasifi kasikan sebagai
aktivitas operasi dan unsur pokok pinjaman diklasifikasikan
sebagai aktivitas pendanaan.
Menurut PSAK No 2 tahun 2009 laporan arus kas terdiri dari 3
aktivitas yaitu:
1. Aktivitas Operasi
Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan
indikator utama untuk menentukan apakah operasi entitas dapat
menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara
kemampuan operasi entitas, membayar dividen, dan melakukan investasi
baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar. Informasi mengenai
unsur tertentu arus kas historis bersama dengan informasi lain, berguna
dalam memprediksi arus kas operasi masa depan.
Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas
penghasil utama pendapatan entitas. Oleh karena itu, arus kas tersebut
24
pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang
mempengaruhi penetapan laba atau rugi bersih.
Beberapa contoh arus kas dari aktivitas operasi adalah:
a. penerimaan kas dari penjualan barang dan pemberian jasa.
b. penerimaan kas dari royalti, fees, komisi, dan pendapatan lain.
c. pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa.
d. pembayaran kas kepada dan untuk kepentingan karyawan.
e.
penerimaan dan pembayaran kas oleh entitas asuransi
sehubungan dengan premi, klaim, anuitas, dan manfaat polis
lainnya.
f. pembayaran kas atau penerimaan kembali (restitusi) pajak
penghasilan kecuali jika dapat diidentifi kasikan secara khusus
sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi.
g. penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang dimiliki
untuk tujuan diperdagangkan atau diperjanjikan (dealing).
2. Aktivitas Investasi
Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas
investasi perlu dilakukan sebab arus kas tersebut mencerminkan
pengeluaran yang telah terjadi untuk sumber daya yang dimaksudkan
menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan.
25
Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas investasi
adalah:
a. pembayaran kas untuk membeli aset tetap, aset tidak berwujud,
dan aset jangka panjang lain, termasuk biaya pengembangan
yang dikapitalisasi dan aset tetap yang dibangun sendiri.
b. penerimaan kas dari penjualan tanah, bangunan, dan peralatan,
serta aset tidak berwujud dan aset jangka panjang lain.
c. pembayaran kas untuk membeli instrumen utang atau
instrumen ekuitas entitas lain dan kepemilikan dalam ventura
bersama (selain pembayaran kas untuk instrumen yang
dianggap setara kas atau instrumen yang dimiliki untuk
diperdagangkan atau diperjanjikan).
d. kas yang diterima dari penjualan instrumen utang dan
instrumen ekuitas entitas lain dan kepemilikan ventura bersama
(selain penerimaan kas dari instrumen yang dianggap setara
kas atau instrumen yang dimiliki untuk diperdagangkan atau
diperjanjikan).
e. uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain
(selain uang muka dan kredit yang diberikan oleh lembaga
keuangan).
f. penerimaan kas dari pelunasan uang muka dan pinjaman yang
diberikan kepada pihak lain (selain uang muka dan kredit yang
diberikan oleh lembaga keuangan.
26
g. pembayaran kas sehubungan dengan futures contracts, forward
contracts, option contracts, dan swap contracts kecuali apabila
kontrak tersebut dimiliki untuk tujuan diperdagangkan atau
diperjanjikan, atau apabila pembayaran tersebut diklasifi
kasikan sebagai aktivitas pendanaan; dan
h. pembayaran kas dari futures contracts, forward contracts,
option contracts, dan swap contracts kecuali apabila kontrak
tersebut
dimiliki
untuk
tujuan
diperdagangkan
atau
diperjanjikan, atau apabila pembayaran tersebut diklasifi
kasikan sebagai aktivitas pendanaan.
Jika suatu kontrak dimaksudkan untuk lindung nilai (hedge) suatu
posisi yang dapat diidentifi kasi, maka arus kas dari kontrak tersebut
diklasifi kasikan dengan cara yang sama seperti arus kas dari posisi yang
dilindung nilainya.
3. Aktivitas Pendanaan
Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas
pendanaan penting dilakukan karena berguna untuk memprediksi klaim
atas arus kas masa depan oleh para penyedia modal entitas.
Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan
adalah:
a. penerimaan kas dari emisi saham atau instrumen modal
lainnya.
27
b. pembayaran kas kepada pemilik untuk menarik atau menebus
saham entitas.
c. penerimaan kas dari emisi obligasi, pinjaman, wesel, hipotek,
dan pinjaman jangka pendek dan jangka panjang lainnya.
d. pelunasan pinjaman.
e. pembayaran kas oleh penyewa (lessee) untuk mengurangi saldo
kewajiban yang berkaitan dengan sewa pembiayaan (fi nance
lease).
D. Return saham
Apabila seseorang membeli saham, berarti dia mengorbankan
konsumsinya pada masa kini dengan harapan bahwa ia akan mampu
mengkonsumsikan yang lebih dimasa yang akan datang. Pengharapannya
akan konsumsi yang lebih tinggi dimasa yang akan datang didasarkan atas
dividen yang diharapkan akan diperoleh, dan berharap kenaikan harga
sahamnya di waktu yang akan datang. Maksudnya dalam melakukan
aktivitas investasi pada saham, diharapkan mendapatkan hasil dimasa yang
akan datang yang berupa return. Return dapat berupa return realisasi yang
sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang
diharapkan akan terjadi di masa mendatang. Return tersebut sebagai
kompensasi dari pengorbanan ekonomi yang dilakukan saat ini. Return
realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi. Return
realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena
digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan.
28
Tingkat Pengembalian (Return) Saham yang digunakan dalam
penelitian ini adalah return realisasi atau sering disebut dengan actual
return. Return realisasi merupakan return yang telah terjadi yang dihitung
berdasarkan data historis dan digunakan sebagai salah satu pengukur
kinerja perusahaan. Return realisasi ini juga berguna sebagai dasar
penentuan return ekspektasi (expected return) yang merupakan return
yang diharapkan oleh investor di masa mendatang.
Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu
pengukur kinerja dari perusahaan. Return realisasi atau return historis juga
berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) dan
resiko dimasa yang akan datang. Return ekspektasi merupakan return yang
diharapkan akan diperoleh investor dimasa datang. Berbeda dengan return
realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum
terjadi. Return yang diperoleh dari pemilikan saham dapat berupa deviden
dan capital gain/loss. Capital gain/loss adalah selisih untung (rugi) dari
harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu.
Besarnya actual return dapat dihitung dengan formula sebagai berikut
Rit = (Pt - Pt-1)
Pt-1
Rit
: Tingkat pengembalian saham i pada periode t.
P
: Harga penutupan saham i pada periode t (periode penutupan/
terakhir)
Pt-1
: Harga penutupan saham i pada periode sebelumnya.
(Jogiyanto, 2008:195-196)
29
E. Abnormal Return
Abnormal return adalah selisih antara tingkat keuntungan yang
sebenarnya dengan tingkat keuntungan yang diharapkan. Abnormal return
sering digunakan sebagai dasar pengujian efisiensi pasar. Pasar dikatakan
efisien jika tidak satu pun pelaku pasar yang menikmati abnormal return
dalam jangka waktu yang cukup lama. Akan tetapi, abnormal return dapat
digunakan untuk melakukan penilaian kinerja surat berharga. Dalam
keuangan, abnormal return merupakan perbedaan antara pengembalian
yang diharapkan keamanan dan kembali aktual. Abnormal return kadangkadang dipicu oleh "peristiwa”. Misalnya mencakup merger, pengumuman
dividen, pengumuman perusahaan produktif , meningkatkan suku bunga,
tuntutan hukum, dll semua yang dapat berkontribusi ke abnormal return.
Kegiatan dibidang keuangan biasanya dapat diklasifikasikan sebagai
kejadian atau informasi harga yang belum atau sesudahnya ada dipasar
keuangan. Abnormal return akan positif jika return yang didapatkan lebih
besar dari return yang diharapkan atau return yang dihitung. Sedangkan
abnormal return akan negatif jika return yang didapat lebih kecil dari
return yang diharapkan atau return yang dihitung.
Ada tiga model yang digunakan untuk mengestimasi abnormal
return yaitu, model yang disesuaikan dengan rata-rata (Mean Adjusted
Model), model pasar (Market Model), model yang disesuaikan dengan
pasar (Market Adjusted Model).. Return saham dalam penelitian ini adalah
return saham yang abnormal (abnormal return).
30
Rumus abnormal return :
ARit = Rit – E(Rit)
Keterangan :
ARit
= abnormal return saham i pada periode ke t
Rit
= actual return saham i pada periode ke t
E(Rit) = expected return sekuritas ke i pada periode ke t
Dimana:
E(Rit)
= Rmt
Rmt
= IHSGt - IHSGt-1
IHSGt-1
IHSGt
= Indeks harga saham gabungan yang terjadi pada periode
peristiwa ke-t.
IHSGt-1 = Indeks harga saham gabungan yang terjadi pada periode
peristiwa ke- t
(jogiyanto, 2008)
F. Hubungan Antar Variabel
1. Hubungan EVA terhadap abnormal return
EVA merupakan alat ukur kinerja perusahaan yang digunakan
untuk menilai kinerja operasional karena mempertimbangkan
required rate of return yang dituntut oleh investor dan kreditor.
Perlu dipahami dalam rumusan yang sederhana, bahwa jika EVA
lebih besar dari satu berarti menunjukan adanya nilai tambah
terhadap perusahaan selama operasionalnya. Apabila EVA sama
31
besarnya dengan nol, berarti perusahaan berada pada kondisi impas
yang berarti return yang diharapkan sama dengan yang terdahulu
selama operasionalnya, apabila EVA berada dibawah nol maka
perusahaan gagal memiliki harapan para investornya. EVA
ditentukan oleh dua hal yaitu keuntungan bersih operasional setelah
pajak dan tingkat biaya modal. Laba operasi setelah pajak
menggambarkan hasil penciptaan nilai didalam perusahaan,
sedangkan biaya modal dapat diartikan sebagai suatu pengorbanan
yang dikeluarkan dalam penciptaan nilai tersebut. Dengan
demikian walaupun laba operasional setelah pajak naik, belum
tentu menaikkan nilai EVA. EVA merupakan cara untuk
mengetahui kinerja perusahaan, jika kinerja suatu perusahaan
semakin baik maka abnormal return yang dihasilkan oleh suatu
perusahaan semakin tinggi sehingga harga saham semakin tinggi
dan resiko yang ditimbulkan semakin kecil. (Harjito dan Aryayoga,
2009)
2. Hubungan NOPAT terhadap abnormal return
NOPAT merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi kinerja
manajemen perusahaan. Cara tersebut lebih baik jika dibandingkan
dengan laba bersih. Perusahaan yang mempunyai hutang lebih
besar, akan mempunyai laba bersih yang lebih kecil. Laba bersih
suatu perusahaan memang penting, tetapi laba bersih tidak selalu
32
menggambarkan kemampuan operasi perusahaan secara tepat atau
efektif tidaknya operasional suatu perusahaan. Jika NOPAT yang
didapat perusahaan positif maka return yang dihasilkan akan
meningkat sehingga kekayaan perusahaan akan semakin membaik.
Sebaliknya, jika NOPAT yang didapat perusahaan negatif maka
return yang dihasilkan akan menurun dan kekayaan perusahaan
akan memburuk. (Harjito dan Aryayoga, 2009)
3. Hubungan CFO terhadap abnormal return
Reaksi pasar yang positif akan terjadi apabila terjadi total arus
kas yang diumumkan naik dibandingkan tahun sebelumnya. Jika
kas tersedia diperusahaan, investor akan menilai kelangsungan
bisnis dan pertumbuhan perusahaan bisa membayar utang,
membiayai kegiatan operasional, membayar deviden. Sinyal positif
tentang perusahaan akan dicerminkan melalui naiknya harga saham
perusahaan dipasar modal, yang akan diikiuti nilai abnormal return
yang positif. Sebaliknya jika total arus kas yang diumumkan
perusahaan rendah, investor menilai perusahaan tidak mempunyai
kas yang cukup untuk membiayai kegiatan usahanya. Sinyal negatif
ini akan dicerminkan dengan turunnya harga saham dipasar modal,
yang berarti nilai abnormal return negatif. (Nelvianti, 2013)
33
G. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian sejenis yang pernah dilakukan antara lain
adalah sebagai berikut:
Pradhono (2004) melakukan penelitian yang bertujuan untuk
melakukan analisis pengaruh Economic Value Added, Residual income,
Earnings dan arus kas operasi terhadap return yang diterima pemegang
saham. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan regresi linear
sederhana hal ini disebabkan karena masing-masing variabel bebas
kesemuanya berasal dari unsur yang sama yaitu earnings. Ada 4 model
regresi linear sederhana yang digunakan untuk menganalisis pengaruh 4
variabel bebas CFO, earnings, residual income dan EVA terhadap return.
Hasil model regresi menyatakan kesimpulan bahwa EVA berpengaruh
positif terhadap return. Sedangkan Residual income memiliki hubungan
terbalik dengan return. Hal ini menunjukkan bahwa residual income
merupakan tolak ukur kinerja yang tidak mencerminkan tambahan
kekayaan bagi pemegang saham. Seharusnya tolak kinerja memiliki
hubungan positif dengan return Earnings berpengaruh positif terhadap
return. Arus kas operasi (CFO) berpengaruh positif terhadap return. CFO
memiliki koefisien beta yang terbesar, yang berarti bahwa CFO memiliki
pengaruh yang lebih nyata terhadap return, dibanding ketiga tolak ukur
kinerja lainnya.
34
Penelitian yang dilakukan oleh (Mardinah et.al 2006) menunjukan
bahwa EVA pada tahun penelitian 2004 tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap return saham, namun pada penelitian tahun 2005 hasil
yang diperoleh adalah EVA memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
return saham.
Meythi (2006) melakukan penelitian yang bertujuan untuk
melakukan analisa pengaruh arus kas operasi terhadap harga saham dengan
persistensi laba sebagai variabel intervening. Penelitian ini menggunakan
sampel sebanyak 100 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta
dalam
jangka
waktu
4
tahun
(1999-2002).
Data
dikumpulkan
menggunakan purposive sampling method. Komponen arus kas yang
digunakan adalah arus kas operasi yang diambil dari laporan arus kas
perusahaan yang dipublikasikan. Persisten laba diukur menggunakan
koefisien regresi antara laba berjalan dengan laba mendatang. Laba yang
digunakan adalah laba usaha. Hasil analisis menunjukkan bahwa arus kas
operasi tidak mempengaruhi harga saham dengan persistensi laba sebagai
variabel intervening.
Taufik Hidayat (2006) melakukan penelitian untuk menganalisis
dua permasalahan mendasar yaitu apakah EVA mengungguli pengukuran
lainnya seperti laba, arus kas operasi, dan residual income dalam
menjelaskan imbal hasil saham. Penelitian ini menggunakan pendekatan
pooled time series dan cross sectional data terhadap 121 perusahaan di
Bursa Efek Jakarta selama tahun 2001 hingga tahun 2003. Penelitian
35
digunakan
dengan
menggunakan
dua
pendekatan
yaitu
Relative
Information Content dan Incremental Information Content. Berdasarkan
hasil analisis dengan pendekatan relative information content , penelitian
ini menghasilkan kesimpulan bahwa Laba Sebelum Pos Luar Biasa (EBEI)
lebih dapat menjelaskan imbal hasil saham dibandingkan EVA, Arus Kas
Operasi (CFO), dan Residual income (RI). Pendekatan incremental
information content menghasilkan kesimpulan bahwa EBEI dan CFO lebih
dapat menjelaskan imbal hasil saham dibandingkan EVA dan RI.
Rina (2008) melakukan penelitian analisa pengaruh Economic
Value Added (EVA), Net Operating Profit After Tax (NOPAT) Dan Cash
Flow From Operation (CFO) terhadap return saham dan abnormal return
periode 2000-2003. Analisa menggunakan empat model. Hasil regresi
pool least square model 1 diperoleh kesimpulan bahwa variabel EVA dan
CFO yang mempengaruhi return saham. Hasil regresi pool least square
model 2 yang berpengarug signifikan terhadap abnormal return adalah
EVA,NOPAT dan CFo. Hasil regresi pool least square model 3 hanya
ΔNOPAT yang berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hasil regresi
pool least square model 4 variabel ΔEVA dan ΔNOPAT yang berpengaruh
signifikan terhadap return
Eva Rohmatul (2011) melakukan penelitian untuk menganalisis
pengaruh Economic Value Added (EVA), Return On Asset (ROA) dan
arus kas operasi terhadap return saham pada perusahaan manufaktur
kategori food and beverages
di Bursa Efek Indonesia. Data yang
36
digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari
data laporan keuangan perusahaan manufaktur kategori food and
beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2007 –
2009. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis regresi linier
berganda. Berdasarkan hasil analisis disimpulkan bahwa Economic Value
Added (EVA), Return On Asset (ROA) dan Arus Kas Operasi baik secara
simultan maupun secara parsial tidak mempunyai pengaruh secara
signifikan terhadap return saham pada perusahaan manufaktur kategori
food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Download