13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwa 1. Definisi

advertisement
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gangguan Jiwa
1. Definisi
Gangguan jiwa adalah gangguan cara berfikir (cognitive), kemauan
(volition), emosi (affective), tindakan (psychomotor) (Yosep, 2007).
Gangguan jiwa adalah suatu perilaku klinis yang signifikan atau pola
sindrom psikologis yang ditemukan pada seseorang dan dikaitkan dengan
adanya distress (misalnya, gejala sakit) atau disabilitas (yaitu kerusakan
pada satu atau lebih area fungsi yang penting) atau disabilitas (yaitu
kerusakan pada satu atau lebih area fungsi yang penting) atau disertai
peningkatan resiko kematian, rasa sakit, disabilitas, dan kehilangan
kebebasan (American PsychiatriAssosiation,1994). Penyimpangan yang
dialami penderita, mencakup penyimpangan pada pikiran, perilaku, dan
perasaan tersebut diakibatkan oleh stressor maupun abnormalitas otak,
yang menimbulkan penderitaan pada indivu dan hambatan melaksanakan
peran sosial.
Gangguan jiwa adalah suatu perubahan fungsi jiwa yang
menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan
penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan
peranan sosial (Keliat, 2012).
13
Hubungan Konsep Keluarga..., Fifin Puspa Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
14
Gangguan jiwa adalah sekumpulan keadaanyang tidak normal baik
yang berhubungan dengan keadaan fisik ataupun
mental. Keadaan
tersebut bukan disebabkan oleh sakit atau rusaknya bagian anggota badan
tertentu meskipun terkadang gejalanya dapat terlihat oleh keadaan fisik
(Ardani dkk, 2007).
Jadi dari beberapa definisi gangguan jiwa diatas, dapat disimpulkan
bahwa gangguan jiwa adalah suatu kumpulan dari keadaan-keadaan yang
tidak normal baik pada mental maupun fisik sehingga berakibat pada
perubahan pada fungsi jiwa pada individu dan atau hambatan dalam
melaksanakan peran sosial.
2. Penyebab Gangguan Jiwa
Penyebab gangguan jiwa itu bermacam-macam ada yang
bersumber dari berhubungan dengan orang lain yang tidak memuaskan
seperti diperlakukan tidak adil, diperlakukan semenamena, cinta tidak
terbatas, kehilangan seseorang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, dan
lain-lain.
Gangguan jiwa menurut Freud (2002), dalam Latif (2015), terjadi
karena individu tidak dapat memaikan tuntutan (dorongan instinctive
yang sifatnya seksual) dengan tuntutan super ego (tuntutan
normal
sosial). Individu ingin berbuat sesuatu yang dapat memberikan kepuasan
diri, tetapi perbuatan tersebut akan memberikan celaan masyarakat.
Konflik yang tidak terselesaikan antara keinginan individu dengan
tuntutan masyarakat dapat mengantarkan individu pada gangguan jiwa.
Hubungan Konsep Keluarga..., Fifin Puspa Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
15
Menurut Yoseph (2014) Penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang secara terus menerus saling terkait dan saling
mempengaruhi, yaitu:
a.
Faktor Predisposisi
a.
Faktor-faktor somatik atau organobiologis, seperti neroanatomi,
nerofisiologi, nerokimia, tingkat kematangan dan perkembangan
organik, dan faktor-faktor pre dan peri-natal.
b.
Faktor-faktor psikologis atau psikoedukatif, seperti interaksi ibu
dan anak, persaingan yang terjadi antar saudara kandung,
hubungan sosial dalam kehidupan sehari-hari, kehilangan yang
menyebabkan depresi seperti rasa malu atau rasa bersalah, pola
adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya, dan
tingkat perkembangan emosi.
c.
Faktor-faktor sosial budaya atau sosiokultural, seperti kestabilan
keluarga, tingkat ekonomi, masalah kelompok minoritis yang
meliputi prasangka dan fasilitas kesehatan, pendidikan, dan
kesejahteraan yang tidak memadai, pengaruh rasial dan
keagamaan.
b.
Faktor Presipitasi
Respon penderita terhadap halusinasi dapat berupa respons
curiga, ketakutan, perasaan tidak aman, gelisah dan bingung,
perilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil
keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan tidak
Hubungan Konsep Keluarga..., Fifin Puspa Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
16
nyata. Menurut Rawlins dan Heacock (1993) dalam Yosep (2007)
unsur-unsur biopsiko-sosio-spiritual dari halusinasi dapat dilihat dari
lima dimensi, yaitu:
a.
Dimensi Fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti
kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam
hingga delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur
dalam waktu yang lama.
b.
Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak
dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari
halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan.
Penderita tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut hingga
dengan kondisi tersebut penderita berbuat sesuatu terhadap
ketakutan tersebut.
c.
Dimensi Intelektual
Dalam dimensi ini, menerangkan bahwa individu dengan
halusinasi akan memeperlihatkan adanya fungsi ego. Pada
awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk
melawan impuls yang menekan, namun merupakan suatu hal
yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh
perhatian penderita dan tak jarang akan mengontrol semua
perilaku penderita.
Hubungan Konsep Keluarga..., Fifin Puspa Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
17
d.
Dimensi Sosial
Penderita mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal
dan
comforting,
penderita
menganggap
bahwa
hidup
besosialisasi dialam nyata merupakan sangat membahayakan.
Penderita asyik dengan halusinasinya, seolah-olah individu
merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi
sosial, control diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam
dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan sistem kontrol oleh individu
tersebut sehingga jika perintah halusinasi berupa ancaman,
dirinya atau orang lain individu cenderung untuk melakukannya.
e.
Dimensi Spiritual
Secara spiritual, penderita halusinasi mulai dengan kehampaan
hidup, rutinitas tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan
jarang berupaya secara spiritual untuk menyucikan diri. Irama
sirkadiannya terganggu, karena ia saring tidur larut malam dan
bangun sangat siang. Saat terbangun merasa hampa dan tidak
jelas tujuan hidupnya. Ia sering memaki takdir tetapi lemah
dalam upaya menjemput rejeki, menyalahkan lingkungan dan
orang lain yang menyebabkan takdirnya memburuk (Yosep,
2007).
Hubungan Konsep Keluarga..., Fifin Puspa Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
18
3. Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa
Gejala yang timbul sangat bervariasi tergantung pada tahapan
perjalanan penyakit. Ada gejala yang dapat ditemuan dalam kelainan
lain, ada yang paling sering timbul pada skizofrenia yang merupakan
tanda utama diagnosis (Ingram dkk,1993) Gejala umum gangguan jiwa
berat adalah:
a.
Delusi (waham), suatu keyakinan yang salah yang tidak dapat
dijelaskan
oleh
latar
belakang
budaya
pasien
ataupun
pendidikannya. Pasien tidak dapat diyakinkan oleh orang
lainbahwa keyakinanya salah, meskipun banyak bukti kuat yang
dapat diajukan untuk membantah keyakinan pasien tersebut.
b.
Halusinasi adalah persepsi yang salah, tidak terdapat stimulus
sensorik yang berkaitan dengannya. Halusinasi dapat berwujud
penginderaan kelima yang keliru, tetapi yang paling sering adalah
halusinasi pendengaran dan hausinasi penglihatan.
c.
Pembicaraan kacau, terdapat asosiasi yang terlalu longgar. Asosiasi
mental tidak diatur oleh logika, tetapi oleh aturan-aturan tertentu
yang hanya dimiliki oleh pasien.
d.
Tingkah laku kacau, bertngkah laku yang tidak terarah pada tujuan
tertentu,misalnya membuka baju di depan umum.
e.
Simtom-simtom
negatif,
berkurangnya
ekspresi
emosi,
berkurangnya kelancaran dan isi pembicaraan, kehilangan minat
untuk melakukan berbagai hal.
Hubungan Konsep Keluarga..., Fifin Puspa Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
19
B. Kekambuhan
1. Defenisi Kekambuhan
Kekambuhan penderita gangguan jiwa merupakan istilah yang
secara relative merefleksikan perburukan gejala atau perilaku yang
membahayakan penderita dan atau lingkunganya. Tingkat kekambuhan
sering diukur dengan menilai waktu antara lepas rawat dari perawatan
terakhir sampai perawatan berikutnya dan jumlah rawat inap pada
periode tertentu (Pratt dkk, 2006).
Keputusan untuk melakukan rawat inap di rumah sakit pada
penderita gangguan jiwa adalah hal utama yang dilakukan atas indikasi
keamanan penderita karena adanya kekambuhan yang tampak dengan
tindakan seperti ide bunuh diri atau mencelakakan orang lain, dan bila
terdapat perilaku yang sangat terdisorganisasi atau tidak wajar termasuk
bila penderita tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar berupa makan,
perawatan diri dan tempat tinggalnya. Selain itu rawat inap rumah sakit
diperlukan untuk hal-hal yang berkaitan dengan diagnostic san stabilitas
pemberian medikasi (Durand& Barlow, 2007)
Kekambuhan gangguan jiwa psikotik adalah munculnya kembali
gejala gejala psikotik yang nyata.Angka kekambuhan secara positif
berhubungan dengan beberapa kali masuk Rumah Sakit, lamanya dan
perjalanan penyakit (Wirnata, 2009). Kekambuhan adalah keadaan
penderita dimana jatuh sakit lagi (biasanya lebih parah dari pada yang
terdahulu) dan mengakibatkan penderita harus dirawat kembali.
Hubungan Konsep Keluarga..., Fifin Puspa Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
20
2. Faktor-Faktor Penyebab Kekambuhan
Ada beberapa hal yang bisa memicu kekambuhan penderita
gangguan jiwa antara lain tidak minum obat dan tidak kontrol ke dokter
secara teratur, menghentikan sendiri obat tanpa persetujuan dari dokter,
kurangnya dukungan dari keluarga dan masyarakat, serta adanya masalah
kehidupan yang berat yang membuat stress, (Akbar, 2008 dan Wirnata,
2009).
a.
Ketidakpatuhan Meminum Obat
Faktor yang paling penting dengan kekambuhan pada
penderita gangguan jiwa adalah ketidakpatuhan meminum obat.
Salah satu terapi pada penderita skzofrenia adalah pemberian
antipsikosis. Obat tersebut bekerja bila dipakai dengan benar tetapi
banyak dijumpai penderita skizofrenia tidak menggunakan obat
mereka secara rutin.
Menurut Tambayong (2002) faktor ketidakpatuhan terhadap
pengobatan adalah kurang pahamnya penderita tentang tujuan
pengobatan yang ditetapkan sehubungan dengan prognosisnya,
sukarnya memperoleh obat diluar rumah sakit, mahalnya harga obat,
dan kurangnya perhatian dan kepedulian keluarga yang mungkin
bertanggungjawab atas pembelian atau pemberian obat kepada
penderita. Terapi obat yang efektif dan aman hanya dapat dicapai
bila penderita mengetahui seluk beluk pengobatan serta kegunaanya.
Hubungan Konsep Keluarga..., Fifin Puspa Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
21
Kriteria ketidakpatuhan terhadap pengobatan adalah jika
ditemukan salah satu keadaan dibawah ini :
1) Pada penderita rawat jalan atau rawat inap dalam 72 jam
menunjukkan, menolak obat yang diresepkan baik secara aktif
atau pasif
2) Penderita rawat inap dengan riwayat tidak patuh pada
pengobatan sewaktu rawat jalan minimal tidak patuh selama 7
hari dalam sebulan.
3) Penderita rawat jalan dengan riwayat ketidakpatuhan yang
sangat jelas seperti sudah pernah dilakukan keputusan untuk
mengawasi dengan ketat oleh orang lain dalam waktu sebulan.
4) Penderita rawat inap yang mengatakan dirinya tidak dapat
menelan obat-obatan walaupun tidak ditemukan kondisi medis
yang dapat mengakibatkan hal tersebut
b.
Faktor Sehubungan dengan Pengobatan
Penderita yang tidak mengalami efek samping terhadap
pengobatan kemungkinan lebih mau melanjutkan pengobatan. Efek
samping obat neuroleptik yang tidak menyenangkan sebaiknya
diperhitungkan sebab dapat berperan dalam menurunkan kepatuhan.
Efek samping yang umum dan penting adalah efek ekstrapiramidal,
gangguan seksual dan penambahan berat badan. Namun pada data
ternyata tidak ada hubungan antara regimen terapi dan profil efek
samping dengan kepatuhan terhadap pengobatan. Kenyataanya
Hubungan Konsep Keluarga..., Fifin Puspa Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
22
penderita yang tidak patuh tidak berbeda dari penderita yang patuh
dalam melaporkan efek samping neurologic.
c.
Faktor Lingkungan
Dukungan dan bantuan merupakan bagian penting dalam
kepatuhan pengobatan. Penderita yang tinggal sendirian secara
umum mempunyai angka kepatuhan yang rendah dibandingkan
dengan mereka yang tinggal dalam lingkungan yang mendukung.
Kemungkinan lain, sikap negative dalam lingkungan sosial penderita
terhadap pengobatan psikiatri atau terhadap penderita sendiri dapat
mempengaruhi kepatuhan yang biasanya bila penderita tinggal
dengan orang lain.
Menurut Agus (2001) penyebab kekambuhan penderita
gangguan jiwa adalah faktor psikososial yaitu pengaruh lingkungan
keluarga maupun sosial. Faktor yang mempengaruhi perilaku
penderita terhadap kepatuhan adalah pengaruh obat terhadap
penyakitnya. Penting untuk memberikan dukungan untuk menambah
sikap positif terhadap pengobatan pada penderita. Lingkungan
terapetik juga harus diperhitungkan. Penderita rawat inap dimana
teman sekamar pernah mengalami pengalaman buruk terhadap satu
jenis obat dan menceritakannya maka akan merubah sikap penderita
terhadap obat yang sama.
Hubungan Konsep Keluarga..., Fifin Puspa Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
23
C. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah sekelompok orang yang dihubungkan oleh
keturunan atau perkawinan. Menurut World Health Organisation (WHO),
keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui
pertalian darah, adopsi atau perkawinan. Keluarga adalah sebuah unit
terkecil dalam kehidupan sosisal dalam masyarakat yang terdiri atas
orang tua dan anak baik yang berhubungan melalui pertalian darah
perkawinan, maupun adopsi (NasirA& Muhith A, 2011).
Menurut ahli keluarga yaitu Friedman (2010) menjelaskan bahwa
keluarga dalam memenuhi kebutuhannya memiliki fungsi dasar keluarga.
Fungsi dasar tersebut terbagi menjadi lima fungsi yang salah satu nya
adalah fungsi afektif, yaitu fungsi keluarga untuk pembentukan dan
pemeliharaan
kepribadian
anak,
pemantapan
kepribadian
anak,
pemantapan kepribadian orang dewasa, serta pemenuhan kebutuhan
psikologis para anggotanya. Apabila fungsi efektif ini tidak dapat
berjalan semestinya maka akan terjadi gangguan psikologis yang
berdampak pada kejiwaa dari keseluruhan unit keluarga tersebut. Banyak
kejadian dalam keluarga yang terkait fungsi efektif ini yang bisa memicu
terjadinya ganggua kejiwaan baik pada anggota maupun pada pola
keseluruhan unit keluarganya, contoh kejadian kejadian tersebut seperti
perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, kultural dan lain lain.
Kejadian tersebut tidak semata mata muncul, tetapi selalu ada
pemicunya.
Hubungan Konsep Keluarga..., Fifin Puspa Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
24
Konsep keluarga yang biasanya menjadi pemicu adalah struktur
nilai, struktur peran, pola komunikasi, pola interaksi, dan iklim keluarga
yang mendukung untuk mencetuskan terjadinya kekambuhan pada
keluarga tersebut.
2. Peran Keluarga
Peran adalah sesuatu yang diharapkan secara normatif dari
seseorang dalam situasi sosial tertentu agar dapat memenuhi harapan.
Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh
seseorang dalam konteks keluarga. Jadi peran keluarga menggambarkan
seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan kegiatan yang
berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Setiap
anggota keluarga mempunyai peran masing masing antara lain adalah :
a.
Ayah
Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung/ pengayom, pemberi rasa aman
bagi setiap anggota keluarga dan juga setiap anggota masyarakat
kelompok sosial tertentu.
b.
Ibu
Ibu sebagai pengatur rumah tangga, pengasuh dan pendidik
anak anak, pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah
tambahan keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok
sosial tertentu.
Hubungan Konsep Keluarga..., Fifin Puspa Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
25
c.
Anak
Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai denga
perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual (Setiadi,2008). Jadi
peran keluarga adalah memberikan dukungan, membantu memenuhi
kebutuhan anggota dan melatih untuk melakukan interaksi satu
dengan yang lainya.
3. Fungsi Keluarga
Fungsi dasar keluarga adalah memenuhi anggota keluarga. Lima
fungsi keluarga menurut Friedman (2010) adalah :
a.
Fungsi Afektif
Fungsi
afektif
merupakan
suatu
basis
sentral
bagi
pembentukan dan keberlangsungan unit keluarga dengan demikian
funsi afektif merupakan fungsi paling viral. Tujuan dari fungsi
afektif untuk stabilitas kepribadian kaum dewasa, memuhi
kebutuhan kebutuhan para anggota keluarga. Keluarga harus
memenuhi kebutuhan kasih sayang dari anggotanya karena respon
afektif dari seorang anggota keluarga merupakan penghargaan
terhadap kehidupan keluarga. Pada keluarga dengan gangguan jiwa
harus memberikan reinforcement positif terhadap segala kemampuan
yang sudah dilakukan penderita dengan tujuan untuk meningkatkan
harga diri positif.
Hubungan Konsep Keluarga..., Fifin Puspa Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
26
b.
Fungsi Sosialisasi
Fungsi ini bertujuan untuk mengajarkan bagaimana berfungsi
dan
menerima peran peran sosial dewasa. Keluarga memiliki
tanggungjawab untuk mentransformasikan seorang anak menjadi
menjadi
seorang
individu
yang
dapat
bersosialisasi
dalam
masyarakat. Keluarga diharapkan dapat membantu penderita
gangguan jiwa mampu melakukan hubungan sosial baik didalam
lingkungan keluarga itu sendiri maupun diluar lingkungan seperti
berinteraksi dengan tetangga sekitarnya, berbelanja, memanfaatkan
transportasi umum maupun melakukan iteraksi dalam kelompok
yang ada di wilayah tempat tinggalnya.
c.
Fungsi Reproduksi
Salah satu fungsi dasar keluarga adalah menjamin kontinuitas
keluarga antar generasi dan masyarakat, fungsi reproduksi ini
bertujuan
untuk
menjaga
kelangsungan
generasi
dan
juga
keberlangsungan hidup masyarakat. Keluarga dengan gangguan jiwa
harus mempertahankan kualitas hidup setiap anggota keluarganya
agar keberlangsungan generasi tetap terjaga.
d.
Fungsi Ekonomis
Fungsi ekonomis meliputi ketersediaan sumber sumber dari
keluarga secara finansial, dan pengalokasian sumber tersebut yang
sesuai melalui proses pengambilan keputusan. Kemampuan keluarga
seperti sandang, pangan, papan dan perawatan kesehatan yang
Hubungan Konsep Keluarga..., Fifin Puspa Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
27
memadai merupakan suatu persfektif tentang sistem nilai keluarga
itu sendiri. Kemampuan keluarga juga harus mendukung anggota
keluarga dengan gangguan jiwa untuk memanfaatkan sumber sumber
finansial yang tersedia baik dari keluarga itu sendiri maupun
pemerintah seperti askeskin agar pengobatan penderita tetap
berkelanjutan. Keluarga juga mengaarkan penderita untuk mengelola
keuangan sesuai kebutuhan penderita.
e.
Fungsi Perawatan Kesehatan
Perawatan
kesehatan
keluarga
adalah
tingkat
perawatan
kesehatan masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga
pada unit atau kesatuan yag dirawat, denngan sehat sebagai tujuan
melalui pegobatan sebagai saran atau penyalur, Bailon dan Maglaya
(1978) dalam Puspitasari (2015).
Fungsi perawatan kesehatan yaitu fungsi untuk mempertahankan
kesehatan anggota keluarga agar memiliki produktivitas tinggi.
Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga dibidang
kesehatan. Perawatan kesehatan dan praktik praktik sehat yang
mempengaruhi status kesehatan anggota keluarga secara individual.
Perawatan yang berkesinambungan mengurangi angka kekambuhan
bagi penderita gangguan jiwa. Pentingnya keluarga memotivasi dan
membantu penderita untuk melakukan kontrol secara rutin ke
fasilitas pelayanan kesehatan yang terdekat seperti puskesmas.
Hubungan Konsep Keluarga..., Fifin Puspa Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
28
Kategori respon keluarga terhadap anggota keluarga dengan
gangguan jiwa menurut Susana (2007):
1) Berduka (grief)
Berduka adalah respon wajar yang paling umum terjadi sehubungan
dengan adanya proses kehilangan seseorang yang awalnya dikenal
sebelum sakit, untuk kemudian hilangnya harapan pada pasien, hanya
masalahnya, seberapa dalam dan lamanya respon berduka ini dialami
oleh keluarga, seawal mungkin perawat mampu mengidentifikasinya,
sehingga keluarga maupun pasien sendiri dapat pulih dengan segera.
2) Marah
Respon berikutnya ketika berduka dialami keluarga, maka akan
berhadapan dengan respon kedua yaitu marah. Respon tersebut
merupakan hal yang wajar namun jangan sampai perilaku tersebut
membawa keluarga kedalam penderitaan yang justru semakin parah.
3) Merasa tidak berdaya dan takut
Keluarga dengan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
merupakan suatu beban tersendiri. Keluarga berupaya untuk
mengobati atau menyembuhkan pasien skizofrenia. Pada kenyataanya
patologis gangguan jiwa itu sendiri semakin lama diderita justru
semakin sulit kesembuhannya, inilah yang menyebabkan keluarga
merasa tidak berdaya dan takut. Perasaan keluarga demikian, di
negara kita juga didukung oleh rata rata keadaan ekonomi yang
paspasan bahkan kekurangan, sehingga sangat wajar, apabila tidak
Hubungan Konsep Keluarga..., Fifin Puspa Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
29
sedikit mereka yang terganggu jiwanya menjadi gelandangan atau
keluyuran dimana mana atau tersangkut oleh razia dinas sosial
(Susana,2007).
4) Penerimaan keluarga terhadap penderita gangguan jiwa
Ditandai dengan adanya perhatian dan kasih sayang, memberikan
waktu berperan serta dalam kegiatan sehari-hari, tidak mengharapkan
terlalu banyak pada penderita. Penerimaan keluarga terhadap
penderita gangguan jiwa yang sebenarnya sesuai dengan pemahaman
yang dimiliki keluarga akan menerima kondisi penderita baik secara
mental maupun fisik serta memberikan kasih sayang, perhatian yang
banyak dan mampu untuk memahami perkembangan sejak dini.
Menerima seseorang dengan ikhlas, tepat serta apa adanya orang
tersebut, adalah faktor kritis dalam membantu mengembangkan
perubahan konstruktif orang tersebut, dalam memberi kemudahan
pemecahan problemnya, dan mendorong usaha menuju kesehatan jiwa
yang lebih besar atau belajar produktif (Gordon 1996 dalam Susana
2007).
Banyaknya penderita gangguan jiwa yang tinggal bersama keluarga
menjadikan keluarga sebagai kunci dalam memberikan perawatan bagi
penderita
gangguan
jiwa,
kebutuhan
terhadap
pengetahuan
dan
keterampilan keluarga dalam merawat penderita akan mempengaruhi
kualitas hidup penderita itu sendiri.
Hubungan Konsep Keluarga..., Fifin Puspa Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
30
D. Penerimaan Masyarakat
1. Pengertian Penerimaan
Penerimaan adalah hubungan yang terjalin antara dua belah pihak
atau lebih dimana pihak pihak tersebut saling menerima satu sama lain
dengan baik sehingga tercipta suasana yang hangat, nyaman, dan tentram
serta pemenuhan kebutuhan saling menghargai terpenuhi (Surya, 1998
dalam Soleh 2011).
2. Unsur unsur Penerimaan
Soleh (2010) menyebutkan beberapa hal yang merupakan unsur
dari penerimaan, antara lain :
a.
Perhatian
b.
Perlakuan yang baik dan positif
c.
Pemberian kesempatan
3. Prinsip prinsip Penerimaan
Prinsip prinsip penerimaan dapat dilihat dari kemampuan seseorang
dalam
mengungkapkan
kebutuhan
dalam
kepercayaan
dirinya,
memberikan pujian positif, dan keramahan yang tidak berlebihan yang
ditunjukan melalui ekspresi dan rasa saling memahami dan menghargai
antar individu dengan segala karakteristik baik secara positif maupun
negatif.Selain ekspresi, penerimaan juga dapat ditunjukan melalui sikap
seperti perhatian yang terpusat, mendengarkan dengan penuh konsentrasi,
memberikan dukungan dan semangat, menerima kondisi individu dengan
Hubungan Konsep Keluarga..., Fifin Puspa Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
31
kelebihan dan kekurangannya, dan mau memberi pertolonga saat
dibutuhkan (Siporin, 1975 dalam Soleh 2011).
4. Faktor faktor yang Mempengaruhi Penerimaan
Penerimaan masyarakat terhadap gangguan jiwa dipengaruhi oleh
beberapa
factor
antara
lain
pengetahuan
masyarakat,
persepsi
masyarakat, dan sikap masyarakat (Scars,1999 dalam Adilamarta, 2011).
a.
Pengetahuan
Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai
hasil
pengguanaan
panca
indranya,
yang
berbeda
dengan
kepercayaan, takhayul dan penerangan lain yang keliru (Soekanto,
2006). Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi
setelah orang yang melakukan pengindraan terhadap suatu objek
tertentu.
Dalam memahami sesuatu perlu adanya pengetahuan yang
mana pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh beberapa
egati.
Menurut Notoatmodjo (2003) dalam Puspitasari (2015)
egati
egati tersebut, yaitu :
1) Tingkat pendidikan
2) Sosial Ekonomi
3) Sumber Informasi
4) Pengalaman hidup
5) Umur
Hubungan Konsep Keluarga..., Fifin Puspa Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
32
b.
Persepsi
Persepsi dapat diartikan sebagai kemampuan dalam mengenal
sesuatu yang hadir berupa hal yang bersifat konkrit jasmaniah, bukan
yang bersifat batin, seperti benda, barang, kualitas atau perbedaan
antar dua hal atau lebih yang diperoleh melalui proses mengamati,
mengetahui dan mengartikan setelah pancaindra medapatkan
rangsangan (Baihaqidkk,2007). Persepsi memiliki dua fungsi yang
berbeda, yaitu fungsi secara kognitif sebagai alat ukur untuk kontak
utama antara manusia dan dunia, dan fungsi secara emosional untuk
membangkitkan perasaan danmerangsang tindakan tindakan tertentu.
Menurut Maramis (2004) dalam Puspitasari (2015) persepsi
seseorang dipengaruhi oleh berbagai
egati, antara lain :
1) Kepercayaan
2) Sikap
3) Pendidikan
4) Lingkungan
5) Budaya
Proses terjadinya persepsi pertama kali dimulai dari objek yang
menimbulkan stimulus yang ditangkap oleh alat indra atau reseptor,
dimana proses ini dinamakan proses kealaman (fisik). Stimulus yang
diterima oleh alat indra kemudian dilanjutkan oleh saraf sensorik
meuju otak sehingga proses ini dinamakan proses fisiologis.
Kemudian rangsangan yang telah diterima tersebut diproses didalam
Hubungan Konsep Keluarga..., Fifin Puspa Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
33
otak sehingga individu dapat menyadari sesuatu yang diterima
dengan reseptor itu, sebagai akibat dari stimulus yang diterima.
Proses yang terjadi di otak atau pusat kesadaran itulah yang
dinamakan proses psikologis. Dengan demikian taraf terakhir dari
persepsi adalah individu menyadari tentang sesuatu yang diterima
melalui alat indera atau reseptor (Sunaryo, 2004).
c.
Sikap
Sikap adalah penilaian atau pendapat seseorang terhadap objek
(masalah kesehatan, termasuk penyakit) atau stimulus yang ada.
Sikap yang terdapat pada seseorangakan memberikan dampak pada
tingkah laku ataupun perbuatan dari seseorang tersebut. Sikap
merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap objek atau stimulus tertentu. Notoatmojo, (2003) dalam
Puspitasari (2015). Sedangkan definisi lain menyebutkan bahwa
sikap adalah sebuah penentu dari perilaku dimana sikap dan perilaku
memiliki keterkaitan dengan persepsi, kepribadian, perasaan, dan
motivasi. Sikap merupakan keadaan mental yang dapat dipelajari dan
diorganisasikan melalui pengalaman yang menghasilkan pengaruh
secara spesifik terhadap respon seseorang terhadap orang lain, objek
atau situasi yang berhubungan.
Sikap disebut sebagai respon
egative e dimana respon
hanya akan timbul bila seseorang diharapkan dengan suatu stimulus
yang menghendaki adanya reaksi dari orang tersebut. Reaksi
Hubungan Konsep Keluarga..., Fifin Puspa Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
34
egative e merupakan bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai
munculnya sikap didasari oleh proses evaluasi yang terjasi dalam diri
individu sehingga akan menghasilkan kesimpulan tersebut stimulus
dalam bentuk dan nilai baik – buruk, positif –
egative, atau
menyenangkan – tidak menyenangkan yang kemudian mengkristal
sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap (Azwar,2005).
Sikap mempunyai 4 tingkatan, menurut Notoatmodjo (2003)
dalam Puspitasari (2015) meliputi :
1) Menerima yang berarti mau memperhatikan dan memahami
stimulus yang ada secara otomatis
2) Merespon stimulus saat diberikan rangsangan seperti menjawab
bila ditanya atau mengerjakan sesuatu saat diperintah.
3) Menghargai dengan mengajak orang lain untuk mengerjakan
atau mendiskusikan stimulus yang diberikan.
4) Bertanggungjawab dan menerima resiko atas segala sesuatu
yang telah dipilih oleh orang yang bersangkutan.
Hubungan Konsep Keluarga..., Fifin Puspa Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
35
E. Keragka Teori
Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka teori penelitian ini dapat
digambarkan seperti berikut dibawah ini:
Faktor Predisposisi :
1. Faktor somatik
2. Faktor psikologis
atau psikoedukatif
3. Faktor sosial
budaya atau
sosiokultural
Konsep Keluarga :
1. struktur nilai
2. struktur peran
3. pola komunikasi
4. pola interaksidan
5. iklim keluarga
Sembuh
Sumber : Yoseph
(2014)
Gangguan jiwa
Kambuh
Faktor Presipitasi :
1. Dimensi fisik
2. Dimensi emosional
3. Dimensi intelektual
4. Dimensi sosial
5. Dimensi spiritual
Sumber : Rawlins dan
Heacock 1993 dalam
Yosep 2009)
Faktor
penerimaan
masyarakat :
1. Pengetahuan
masyarakat
2. Persepsi masyarakat
3. Sikap masyarakat
Sumber : Scars, 1999
dalam Adilamarta 2011.
Faktor yang mempengaruhi
kekambuhan :
1. Ketidakpatuhan minum
obat
2. Faktor sehubungan
dengan penderita
3. Faktor sehubungan
dengan pengobatan
4. Faktor interaksi dengan
profesional kesehatan
5. Faktor lingkungan
Sumber : Akbar, 2008
dalam Wirnata 2009.
Gambar 2.1
Kerangka teori modifikasi Friedman (2010), Yosep (2007), Rawlins dan
Heacock 1993 dalam Yosep (2009), Scars 1999 dalam Adilamarta (2011),
Akbar 2008 dalam Wirmata (2009).
Hubungan Konsep Keluarga..., Fifin Puspa Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
36
F. Kerangka Konsep
Variabel bebas
Variabel terikat
Konsep Keluarga
Kekambuhan penderita
gangguan jiwa
Penerimaan Masyarakat
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
G. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
a.
Ha : Ada hubungan yang bermakna antara hubungan konsep keluarga
dengan kekambuhan penderita gangguan jiwa di Desa Karangsari
Kecamatan Adipala Kabupaten Cilacap.
b.
Ho : Tidak ada hubungan yang bermakna antara hubungan konsep
keluarga dengan kekambuhan penderita gangguan jiwa di Desa
Karangsari Kecamatan Adipala Kabupaten Cilacap.
c.
Ha : Ada hubungan yang bermakna antara penerimaan masyarakat
dengan kekambuhan penderita gangguan jiwa di Desa Karangsari
Kecamatan Adipala Kabupaten Cilacap.
d.
Ho : Tidak ada hubungan
yang bermakna antara penerimaan
masyarakat dengan kekambuhan penderita gangguan jiwa di Desa
Karangsari Kecamatan Adipala Kabupaten Cilacap.
Hubungan Konsep Keluarga..., Fifin Puspa Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Download