BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri ritel modern telah berkembang pada tahun 1960-an tepatnya pada tahun 1964 yang ditandai dengan berdirinya sarinah Building. Industri ini mulai menampakan pertumbuhannya dari Tahun 1970 – 1977 dengan adanya perubahan jenis gerai misalnya Supermarket, Departement Store dan sebagainya. Pada awalnya bisnis ritel modern ini didominasi oleh peritel dalam negeri misalnya Matahari, Ramayana, Hero, dan sebagainya. Dalam perkembangannya pada tahun 1998 terjadi kesepakatan antara IMF dengan pemerintah Indonesia mengenai perijinan peritel asing untuk dapat berinvestasi atau membuka gerai tanpa harus berpartner dengan peritel lokal. Hal tersebut merupakan peluang yang sangat menjanjikan bagi peritel lokal maupun asing karena Indonesia memiliki potensi market share sangat besar dengan jumlah penduduk terbesar ke-empat di dunia setelah Cina. Amerika dan India yakni lebih dari 220 juta penduduk, sehingga banyak peritel baik lokal maupun asing mengincar pasar ritel di Indonesia untuk memperoleh keuntungan yang sangat besar (Cipto, 2009). Permasalahan yang timbul ketika peritel modern mulai memasuki wilayah keberadaan peritel tradisional adalah terjadinya persaingan. Salah satu penyebabnya adalah pada proses pemberian ijin pendirian ritel modern oleh pemerintah daerah yang bersangkutan dilakukan secara tidak transparan dan sering berbenturan dengan berbagai kepentingan pribadi didalamnya. Berdasarkan hasil riset ACNielsen(2007), peritel modern mengalami pertumbuhan pangsa pasar sebesar 2,4% pertahun terhadap pasar tradisional sehingga keberadaan ritel modern ini terkadang memicu adanya persaingan tidak sehat atau monopoli (Sesjulindah, 2009). 1 Dalam periode enam tahun terakhir, dari tahun 2008–2013, jumlah gerai ritel modern di Indonesia mengalami pertumbuhan rata-rata 17,57% per tahun. Pada tahun 2008, jumlah usaha ritel di Indonesia masih sebanyak 10.365 gerai, kemudian pada tahun 2013 mencapai 18.152 gerai tersebar di hampir seluruh kota di Indonesia. Pertumbuhan jumlah gerai tersebut tentu saja diikuti dengan pertumbuhan penjualan. Menurut Asosiasi Perusahaan Ritel Indonesia (Aprindo), pertumbuhan bisnis ritel di Indonesia antara 10%–15% per tahun. Penjualan ritel pada tahun 2006 masih sebesar Rp49 triliun, dan melesat hingga mencapai Rp120 triliun pada tahun 2012. Sedangkan pada tahun 2013, pertumbuhan ritel diperkirakan masih sama, yaitu 10% – 15%, atau mencapai Rp138 triliun. Jumlah pendapatan terbesar merupakan kontribusi dari hipermarket, kemudian disusul oleh minimarket dan supermarket. Dengan dibukanya pintu masuk bagi para peritel asing sebagaimana Keputusan Presiden No. 118/2000 yang telah mengeluarkan bisnis ritel dari negative list bagi penanaman modal asing (PMA), sejak itu ritel asing mulai marak masuk ke Indonesia. Masuknya ritel asing dalam bisnis ini menunjukkan bisnis ini sangat menguntungkan. Menyebabkan para peritel lokal pun ikut bangkit dan membuat suatu perubahan pada usaha mereka tersebut. Terlihat pada tahun-tahun belakangan ini telah terjadi pergeseran dari dunia market tradisional ke market modern pada tahun 2002-2003, group HERO memulai untuk berpindah ke business Hypermart yang pada awalnya HERO masih dalam jajaran supermarket. Kini group Hero merubah nama brand mereka menjadi Giant. Namun di sisi lain, masuknya hipermarket asing yang semakin ekspansif memperluas jaringan gerainya, dapat menjadi ancaman bagi peritel lokal. Peritel asing tidak hanya membuka gerai di Jakarta. Misalnya Carrefour, dalam enam tahun belakangan sudah merambah ke luar Jakarta, termasuk ke Yogyakarta, Surabaya, Semarang, Palembang, dan Makassar. 2 Pada tahun 2004 Group Matahari bergerak dalam konsep departement store dan supermarket dan kemudian Group Matahari meluncurkan 4 gerai Hypermarket yang memiliki konsep one stop buy. Berbagai retailer lainnya bermuculan diberbagai daerah yaitu Yogya Group ,Borma (Jawa Barat), Diamond (Jakarta dan daerah luar jawa lainnya) Semakin maraknya ritel modern tentu saja menimbulkan persaingan sesama ritel modern tersebut. Selain itu, maraknya ritel modern memudahkan konsumen untuk memilih ritel yang disukai dan cocok dengan keinginan konsumen. Sehingga konsumen dengan mudah bisa berganti ritel modern yang dikunjungi, atau tetap loyal dengan satu ritel karena sudah merasa cocok. Kini yang menjadi penentu berkembangnya atau runtuhnya sebuah bisnis ritel adalah bergantung pada pilihan konsumen itu sendiri. Di bawah ini adalah Posisi Brand Image dari beberapa pedagang besar: Gambar 1.1 Posisi Brand Image Supermarket Sumber : Hasil Riset Acnielsen(2007) Survei Top Brand yang mengukur tiga parameter, yaitu TOM BA, last usage, dan future intention, selain digunakan untuk mengetahui Top Brand Index, bisa juga digunakan untuk mengetahui perilaku switching konsumen. Berikut ditampilkan perilaku 3 switching konsumen berdasarkan hasil survei Top Brand 2012, atribut last usage dan future intention, untuk kategori hipermarket, supermarket, dan minimarket. Gambar 1.2 Brand Switching Analisis Kategori Supermarket Sumber : Hasil Riset Acnielsen(2007) Bagaimana dengan supermarket? Berdasarkan brand switching analysis di atas, terlihat bahwa Hero merupakan satu-satunya merek yang diprediksikan akan bertambah jumlah pengunjungnya di masa mendatang. Angka net switching merek tersebut positif. Jumlah pengunjung merek lain yang akan berganti mengunjungi Hero (switching in) lebih banyak dari pengunjung Hero yang akan berpindah mengunjungi merek lain (switching out). Mempertimbangkan pentingnya peran positioning pada keberhasilan suatu produk, maka terdapat tiga langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan positioning. Mengidentifikasi keunggulan-keunggulan kompetitif yang dimiliki oleh perusahaan. Untuk mendapatkan keunggulan bersaing (competitive advantage) maka perusahaan harus melakukan kegiatan diferensiasi atas penawaran kepada konsumen yang berbeda dibandingkan dengan penawaran dari pesaing. Diferensiasi dapat dilakukan melalui 4 inovasi pada bauran pemasaran (marketing mix) seperti atribut produk, harga, saluran distribusi, dan juga aktifitas komunikasi pemasaran (kotler:2003) Dari tahapan di atas dapat diketahui bahwa brand positioning merupakan salah satu bagian dalam usaha untuk membangun ekuitas merek yang kuat merupakan aset yang bernilai dari perusahaan. Dalam tahapan strategi membangun ekuitas merek yang kuat, brand positioning memiliki peran awal yang sangat menentukan dalam strategi selanjutnya. Jika perusahaan salah dalam menentukan competitive advantage yang diangkat sebagai strategi brand positioning maka dapat dipastikan kinerja dari merek tersebut akan gagal atau lemah. Brand positioning dapat dibangun melalui tiga pondasi dasar yaitu atribut produk, serta kepercayaan dan nilai. Brand positioning bedasarkan atribut produk adalah cara tercepat untuk membangun brand awareness tetapi pondasi ini hanya memberikan efek jangka pendek karena keunggulan suatu atribut produk dapat dengan mudah ditiru oleh pesaing. Manfaat produk sebagai pondasi dalam brand positioning adalah satu langkah yang lebih baik dari pondasi atribut produk. Manfaat produk bisa dikategorikan menjadi manfaat secara fungsional maupun secara emosional sehingga brand positioning tidak hanya menciptakan brand awareness tetapi juga mulai menciptakan brand preference bagi konsumen yang merasakan manfaat fungsional sekaligus manfaat emosional dari produk yang dikonsumsinya. Pondasi terakhir adalah kepercayaan dan nilai, dimana pondasi ini merupakan dasar yang paling kuat dan paling efektif. Pemasar tidak dapat menggunakan pondasi kepercayaan dan nilai pada saat awal pengenalan suatu produk baru. Penggunaan pondasi terakhir ini hanya dapat dilakukan oleh establish brand yang sebelumnya membangun ekuitas mereknya melalui pondasi yang pertama dan kedua. Kekayaan dan nilai dari brand positioning akan memberikan efek jangka panjang yang merupakan aset berharga bagi perusahaan bagi brand loyalty dari para konsumennya. 5 Positioning Yang dimiliki untuk dikomunikasikan dan diposisikan dalam benak konsumen. Adapun persyaratan suatu keunggulan untuk dapat dipilih dan dikomunikasikan adalah sesuatu yang penting bagi konsumen, sesuatu yang khas dan unik, bernilai superior, mudah dikomunikasikan, sesuatu yang baru/pioner, terjangkau (daya beli), dapat memberikan keuntungan. Beberapa persyaratan diatas perlu diperhatikan dalam usaha untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam positioning seperti berikut (Kotler & Amstrong,2003) Adapun perbedaan antara supermarket dan hypermarket adalah Hipermarket bentuk pasar modern yang sangat besar, dalam segi luas tempat dan barang-barang yang diperdagangkan. Selain tempatnya yang luas, hipermarket biasanya dan memiliki lahan parkir yang luas. Dari segi harga, barang-barang di hipermarket seringkali lebih murah daripada supermarket, toko, atau pasar tradisional. Ini dimungkinkan karena hipermarket memiliki modal yang sangat besar dan membeli barang dari produsen dalam jumlah lebih besar daripada pesaingnya, tetapi menjualnya dalam bentuk satuan. Supermarket atau pasar swalayan adalah sebuah toko yang menjual segala kebutuhan sehari-hari. Kata yang secara harfiah yang diambil dari bahasa Inggris ini artinya adalah pasar yang besar. Barang barang yang dijual di supermarket biasanya adalah barang barang kebutuhan sehari hari. Seperti bahan makanan, minuman, dan barang kebutuhan seperti tissue dan lain sebagainya. Supermarket semua barang ada, dari kelontong, sepeda, TV dan camera, furnitur, baju, ikan dan daging, buah2an, minuman, pokoknya serba ada kebutuhan sehari-hari. Contohnya Giant Supermarket, Toserba Yogya (Jawa Barat), Carrefour Express, Sri Ratu (Jawa Tengah), Mirota (Yogyakarta), Macan Yaohan (Sumatera Utara), Foodmart, Foodmart Gourmet, Super 6 Indo, TipTop Supermarket, Puncak Supermarket (Bangka Belitung) dan lain-lain. Supermarket lebih high class. Supermarket merupakan lokasi jual beli (tempat belanja) para konsumen yang menyediakan barang lengkap dengan konsep melayani sendiri. Disebabkan karena adanya kebutuhan meningkat seiring permintaan yang beragam, baik mengenai kenyamanan, kelengkapan barang dan harga yang bersaing, maupun kemudahan lain, toko atau gerai ini berkembang menjadi sebuah toko yang lebih modern yang dinamakan Supermarket yang merupakan bagian dari bisnis ritel . ( Triyono, 2006 ) Keberadaan Supermarket semakin banyak dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi keluarga karena keterbatasan waktu untuk berkumpul. Demikian pula yang terjadi di Karawang, kini sebagian besar masyarakat beralih dari berbelanja di pasar tradisional ke Supermarket. Kondisi ini menunjukkan terjadinya perubahan pemilihan tempat, waktu, dan perilaku pembelian, dimana kondisi ini terbukti dari semakin banyaknya Supermarket didirikan di Karawang . Peritel sebagai pihak yang menawarkan berbagai produk kepada konsumen harus dapat menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam pembelian, mengetahui persepsi konsumen dalam menilai sesuatu yang berpengaruh dalam pembelian, dengan demikian pemasar dapat merancang strategi pemasaran yang sesuai dengan keinginan konsumen. Menurut Ma’ruf (2006 ), bahwa bauran pemasaran (marketing mix) di dalam perkembangan ritel saat ini, terdiri dari lokasi, produk, harga, atmosfer dalam gerai, pelayanan, dan periklanan/promosi. Dalam hal ini timbul pebisnis ritel dengan persaingan yang ketat dalam merebut para pelanggan. 7 Tabel 1.1 Perkiraan Rata-Rata Jumlah Pengunjung Supermarket Di Karawang Kota No Jumlah Pengunjung Perhari/(orang) Nama Supermarket 1 2 3 4 Carrefour Giant Robinson FoodMart TOTAL Sumber: *Hasil Wawancara Manajer Area Supermarket, 2014 *Hasil dari situs internet 3000 2000 3000 1500 9500 Melihat dari fenomena yang sudah ada dan juga cara pemasaran yang relatif hampir sama setiap supermarket bahwa positioning merek supermarket menentukan untuk menambah angka jumlah pengunjung yang datang ke Supermarket. Dan untuk Merek Supermarket yang akan diajukan sebagai studi kasus ini penulis akan mengambil studi kasus pada Merek Supermarket Carrefur, Giant, Robinson, Foodmart di Karawang Kota. Yang pada dasarnya bahwa supermarket lebih memudahkan pengunjung untuk menikmati fasilitas berbelanja yang nyaman dan memberikan citra merek di benak konsumen secara berkelanjutan dengan diposisikan di dalam benak konsumen. Berdasarkan uraian-uraian tersebut diatas penulis tertarik untuk menganalisis Positioning Merek Supermarket pada Carrefour, Giant, Robinson, dan FoodMart yang berada di karawang kota yang berjudul : “Analisis Peta Positioning Merek Supermarket (Study Kasus Pada Carrefour, Giant, Robinson, Foodmart di Karawang Kota)” 8 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian singkat latar belakang permasalahan diatas, maka peninjau mengidentifikasi masalah yang akan diangkat adalah sebagai berikut: 1. Banyaknya persaingan ritel yang mengincar pasar di indonesia? 2. Proses perijinan pendirian ritel modern oleh pemerintah daerah yang dilakukan secara tidak transparan? 3. Dibukanya bagi para peritel asing untuk masuk ke daerah-daerah sebagaimana keputusan presiden No.118/2000? 4. Banyaknya ritel modern memudahkan kosumen untuk memilih ritel yang di sukai sesuai dengan keinginan konsumen, sehingga konsumen dengan mudah berganti ritel modern? 5. Kepentingan brand image dalam usaha membangun ekuitas merek yang kuat dan merupakan aset yang bernilai dari perusahaan? 1.3 Pembatasan Masalah Dari semua rumusan masalah yang diuraikan oleh peninjau, peninjau membatasi masalah yang diambil dalam penentuan penulisan ilmiah ini yaitu : 1. Penelitian ini dalam Bidang ilmu khususnya di bidang ilmu Manajemen Pemasaran. 2. Secara khusus penelitian ini membahas tema Penelitian Analisis Positioning. 3. Penelitian ini menggunakan Analisis Korespondensi. 4. Penelitian ini menggunakan alat bantu SPSS 16.0 dan Excel. 9 1.4 Perumusan Penelitian Berdasarkan dari semua maksud dan alasan dari latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya diatas, hingga di dapat sebuah perumusan masalah yang akan dibahas adalah : 1. Bagaimana Positioning pada Carrefour, Giant, Robinson, Foodmart di Karawang Kota? 2. Bagaimana peta persaingan Supermarket Carrefour, Giant, Robinson, Foodmart di Karawang Kota? 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan yang telah penulis rumuskan diatas, maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dari hasil penelitian diantaranya : 1. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana persepsi mahasiswa Fakultas Ekonomi Unsika tentang positioning Merek Supermarket Carrefour, Giant, Robinson, Foodmart di Karawang Kota? 2. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana peta persaingan Merek Supermarket Carrefour, Giant, Robinson, Foodmart di Karawang Kota? 1.6 Kegunaan Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapakan berguna bagi penulis maupun bagi Fakultas Ekonomi Universitas Singaperbangsa, serta pihak-pihak lain yang berkepentingan. Secara rinci kegunaan peninjauan ini dapat diartikan sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis a. Dengan penelitian ini bisa mengetahui dan mendapat gambaran secara langsung di lapangan, sehingga akan memperoleh pengetahuan teori dan praktis secara terpadu. Dan merupakan sarana untuk pengembangan wawasan penulisan dalam bidang penjualan. 10 b. Untuk memenuhi salah satu syarat akademik pada Fakultas Ekonomi program S1 Manajemen. c. Untuk mengetahui bagaimana hasil proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan selama ini. d. Untuk menambah dan melengkapi literatur-literatur serta bahan bacaan diperpustakaan, dan khususnya bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Singaperbangsa Karawang. 2. Manfaat Praktis a. Sebagai salah satu bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam menentukan kebijaksanaan serta memecahkan masalah-masalah khususnya dalam hal guna menetapkan positioning untuk merek supermarket di masa yang akan datang. b. Laporan yang disusun ini diharapakan dapat menjadi bahan referensi dalam penelitian terhadap masalah yang berhubungan dengan penetapan positioning merek supermarket agar bisa mencapai hasil yang lebih baik 1.7 Tempat Dan Waktu Penelitian Untuk mencapai tujuan tersebut di atas peninjau melakukan serangkaian peninjauan yang dilakukan beberapa tempat atau lokasi yang dijadikan peneltian dikarenakan tujuan ini dilakukan untuk membandingkan positioning antara Supermarket Carrefur, Giant, Robinson, Foodmart. 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di supermarket yang meliputi Carrefour, Giant, Robinson, dan Foodmart. Dan sumber datanya di ambil dari mahasiswa di Universitas Singaperbangsa Karawang yang dijadikan sebagai instrumen penelitian untuk kuisioner yang akan di berikan kepada mahasiswa. 11 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 8 (delapan) bulan, mulai bulan Januari sampai Agustus 2014. Untuk lebih jelasnya tentang penelitian di bawah ini. Dengan jadwal kegiatan sebagai berikut : Tabel 1.2 Jadwal Penelitian Waktu Pelaksanaan No Jenis Kegiatan Tahun 2014 Januari 1 Penulisan Proposal 2 Perbaikan Proposal 3 Pengurusan Ijin 4 Pengambilan Data 5 Analisis/ Penijauan Data 6 Penulisan Laporan Februari Sumber : Kajian, 2014 12 Maret April Mei Juni Juli Agustus