Kloning Gen Xilanase Termozim Dari Streptomyces

advertisement
TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Streptomyces sp.
Sekitar
90% Actinomycetes yang diisolasi dari tanah merupakan
Streptomyces. Bakteri ini merupakan kelompok bakteri Gram positif, yang secara
taksonomi
merupakan
salah
satu
genus
dari
filum
Actinobacteria,
ordo
Actinomycetales, dan famili Streptomycetaceae (Waksman dan Henrici 1943).
Streptomyces bersifat termotoleran yang dapat hidup pada suhu 45-55 oC
(Paul dan Clark 1996) meskipun pertumbuhan optimumnya pada suhu 25-35 oC dan
pada kisaran pH yang netral (Sykes dan Skiner 1973). Hampir semua Streptomyces
bersifat aerobik dan memiliki kemampuan untuk mendegradasi material yang sulit
diuraikan seperti lignin, kitin, pektin, keratin, komplek aromatik, dan asam humat
(Paul dan Clark 1996).
Pencirian Streptomyces seringkali diketahui dengan
terciumnya aroma tanah dari senyawa volatil geosmin.
Streptomyces sp. mengalami diferensiasi selama siklus hidupnya. Pertumbuhannya pada media padat diawali dengan germinasi spora yang ditandai dengan
terbentuknya hifa substrat sebagai hifa vegetatif yang akan menyerap nutrisi dari
media. Kemudian hifa aerial akan tumbuh di atasnya sebagai hifa generatif. Hifa
aerial membentuk miselium yang membawa rantai spora yang tersusun atas lebih dari
50 spora. Dengan menggunakan mikroskop elektron hifa aerial terlihat berpilin atau
seperti rambut (Sykes dan Skinner 1973)
Potensi Streptomyces untuk menghasilkan antibiotik sudah dikenal sejak
lama. Beberapa antibakteri seperti eritromisin, neomisin, streptomisin, tetrasiklin,
vanko-misin dan rifamisin merupakan antibiotik penting yang dihasilkannya. Selain
mampu menghasikan antibiotik tersebut, Streptomyces juga memiliki kemampuan
menghasil-kan senyawa-senyawa metabolit seperti enzim, inhibitor enzim, biopigmen
dan immunomodifier (Hayawaka 2003).
Kemampuan Streptomyces untuk
menghasilkan enzim ekstraselular juga sangat berhubungan dengan kemampuan
bakteri ini untuk tetap bertahan pada lingkungan yang kurang menguntungkan
(Alexander 1977).
Kandungan basa G dan C Streptomyces sp. tergolong tinggi dengan ukuran
genom sekitar 8000 kb. Bentley et al. (2002) melaporkan bahwa ukuran genom total
dari S. coelicolor adalah 8667 kb yang diprediksikan terdiri atas 7825 gen dengan
kandungan basa G dan C sebesar 72,12%. Ikeda et al. (2003) menyatakan panjang
genom S. avermitilis adalah 9025 kb yang mengandung 7851 gen dengan kandungan
basa G dan C sebesar 70,7%.
Streptomyces coctaricanus.
Esnard et al.
(1995)
berhasil mengisolasi S.
costaricanus dari tanah yang banyak mengandung nematoda. Secara morfologi isolat
ini memiliki hifa aerial yang berpilin terdiri atas 10-50 spora dan tidak terbungkus
dalam kantong spora. Pada hifa substratnya tidak terdapat sekat (aseptat). Hifa
aerialnya akan berwarna abu-abu pada medium YMA yang terdiri atas agar-agar,
ekstrak khamir, dan ekstrak malt dan akan berwarna kekuningan pada media ATCC172 yang mengandung N-Z amina dan pati terlarut serta glukosa. Warna hifa tetap
stabil walaupun terjadi perubahan pH pada media tumbuhnya.
Secara fisiologis isolat ini dapat mentoleransi pH hingga 3,5 dan dapat
menggunakan D-fruktosa, D-glukosa, D-manitol, D-xilosa, salisin dan galaktosa
sebagai sumber karbon dan menghasilkan asam-asam organik.
Sumber karbon
lainnya seperti L-arabinosa, rafinosa, L-ramnosa, dan sukrosa tidak dapat digunakan
untuk menghasilkan asam organik. Pertumbuhannya dihambat oleh konsentrasi NaCl
diatas 5%, thalium-asetat 100 g/ml, streptomisin 20 g/ml, dan fenol 0,1%.
Escherichia coli DH5
Galur E. coli DH5
merupakan salah satu galur E. coli yang banyak
digunakan dalam teknologi rekombinasi DNA. Beberapa gen pada galur E. coli ini
sudah mengalami mutasi dari galur aslinya sehingga menguntungkan bila dipakai
sebagai inang pada rekombinasi DNA (Woodcock et al. 1989).
Gen endA1 merupakan produk mutasi titik dari gen endA. Mutasi gen endA
menjadi gen endA1 dimaksudkan untuk menghindari produksi enzim endonuklease
tipe I yang dapat dihasilkan oleh gen endA. Enzim ini dapat memotong plasmid
sehingga akan terbentuk nick pada plasmid atau menjadi oligonukleotidanya. Galur
E. coli yang membawa mutasi gen endA (endA1) jika digunakan sebagai inang akan
menghasilkan kualitas DNA plasmid yang baik karena DNA tetap utuh dan tidak
terjadi nick pada DNA plasmid utas ganda ( Schoenfeld et al. 1995).
Protein yang dihasilkan gen recA (RecA) berperan dalam pemasangan DNA,
pembagian kromosom dan rekombinasi homolog.
Protein ini bersama protein
RecBCD akan mengenali situs chi dalam rekombinasi homolog. Untuk menjaga
kestabilan plasmid DNA yang mengandung sisipan DNA didalam sel inang terhadap
rekombinasi homolog, maka pada E. coli DH5 gen recA dimutasikan menjadi recA1
sehingga protein RecA tidak dihasilkan (Hanahan 1991).
Gen deoR berperan dalam sintesis deoksiribosa secara konstitutif. Keberadaan gen ini di dalam galur E. coli yang digunakan sebagai inang memungkinkan untuk
menjaga jumlah plasmid berukuran besar didalam sel. Hal ini sangat menguntungkan
dalam penyusunan pustaka genom (Hanahan 1991).
Gen gyrA96 merupakan produk mutasi dari gen gyrA. Sebelum dimutasikan
gen gyrA akan menghasilkan protein DNA gyrase yang dapat menyebabkan delesi
pada DNA utas ganda. Setelah dimutasikan menjadi gen gyrA96 protein DNA gyrase
tidak akan dihasilkan. Galur yang membawa gen gyrA96 dapat digunakan sebagai
inang untuk keperluan kloning gen karena DNA yang disisipkan pada vektor tidak
akan terdelesi (Hanahan 1991).
Gen lacZ M15 merupakan produk mutasi dari gen lacZ. Protein -galaktosidase merupakan produk dari gen lacZ yang terdiri atas subunit
Gen lacZ M15 hanya menghasilkan subunit
dan subunit
.
(Yannisch-Perron et al. 1985). Jika
plasmid yang membawa gen yang dapat menghasilkan subunit
dari protein -
galaktosidase dimasukkan ke dalam galur E. coli ini, maka akan terbentuk protein galaktosidase yang memiliki aktivitas menguraikan senyawa X-gal (5-bromo-4-kloro3-indolil- -D-galaktosida)
menjadi
senyawa
5-bromo-4-kloro-3-indolil
yang
berwarna biru dan D-galaktosa. Keberadaan gen lacZ M15 pada E. coli galur ini
dapat dimanfaatkan untuk menyeleksi koloni yang membawa dan yang tidak
membawa plasmid rekombinan. DNA akan disisipkan di Multiple Cloning Site
(MCS) yang merupakan bagian dari gen lacZ pada plasmid. Jika plasmid tidak
tersisipi maka subunit
dapat dihasilkan sehingga dapat bergabung dengan subunit
yang dihasilkan inang. Gabungan kedua subunit protein tersebut akan menghasilkan
protein
-galaktosidase aktif yang dapat menghasilkan koloni berwarna biru jika
terdapat senyawa X-gal pada media. Tetapi jika plasmid tersisipi maka subunit
tidak akan dihasilkan sehingga walaupun terdapat senyawa X-gal pada media
tumbuhnya koloni tetap akan berwarna putih (Sambrook dan Russell 2001).
Teknologi Rekombinasi DNA
Teknologi rekombinasi DNA berkembang setelah tahun 1970-an seiring
dengan kemajuan yang pesat di bidang biologi molekular, enzimologi, dan genetika
molekuler dari virus dan plasmid.
Kemajuan di bidang tersebut memungkinkan
untuk menjalankan prosedur pemindahan sekuen DNA dari satu organisme ke
organisme lainnya sehingga peristilahannya sering mengarah kepada kloning gen
(Glick dan Pasternak 1989).
Di dalam biologi sel istilah kloning memiliki dua pengertian yaitu
penggandaan sekuen tertentu dari DNA sehingga menghasilkan DNA yang identik,
dan pengisolasian sekuen tertentu dari DNA suatu organisme atau sel untuk diperbanyak pada organisme atau sel yang berbeda (Alberts et al. 2002).
Metode kloning umumnya mengikuti lima tahap (Nelson dan Cox 2005)
meliputi :
1. pemotongan DNA dengan menggunakan enzim restriksi endonuklease yang
memiliki situs pemotongan tertentu
2. memilih DNA vektor yang memiliki kemampuan bereplikasi secara otonom
seperti yang dimiliki oleh virus dan plasmid
3. menggabungkan
secara
kovalen
potongan
DNA
dengan
DNA
menggunakan enzim ligase sehingga menghasilkan DNA rekombinan
vektor
4. memasukkan DNA rekombinan tersebut ke dalam sel inang yang memiliki enzimenzim yang dibutuhkan DNA rekombinan untuk bereplikasi
5. menyeleksi sel inang yang mengandung DNA rekombinan.
Untuk mengisolasi gen spesifik dapat dimulai dengan menyusun pustaka
genom yaitu kumpulan lengkap dari potongan-potongan DNA yang dikloning dari sel
inang atau jaringan. Pustaka genom memiliki paling sedikit satu potongan DNA atau
gen yang diinginkan (Alberts et al. 2002).
Pemotongan seluruh DNA genom dari suatu species dengan menggunakan
enzim restriksi endonuklease dan mengklonkan setiap potongan DNA yang
dihasilkan kepada vektor yang sesuai dikenal sebagai shotgun kloning. Teknik ini
menghasilkan potongan DNA yang cukup banyak sehingga vektor rekombinan yang
diperoleh memiliki sisipan DNA yang berbeda-beda.
Vektor yang mengandung
potongan DNA genom disebut sebagai klon DNA genomik sehingga keseluruhan
koleksi vektor rekombinan disebut sebagai pustaka DNA genomik.
Karena
pemotongan dilakukan secara acak maka hanya beberapa vektor rekombinan yang
mengandung gen (Alberts et al. 2002).
Setelah pustaka genom dibuat, klon yang diperoleh diseleksi dengan
mengidentifikasi DNA sisipan yang mengandung gen yang diinginkan. Tiga metode
yang umum digunakan untuk mengidentifikasi klon yang mengandung gen yang
diinginkan (Glick dan Pasternak 1989) meliputi :
1. Hibridisasi DNA, keberadaan gen dilacak dengan menggunakan pelacak sehingga
akan terbentuk ikatan hidrogen antara pasangan basa yang sesuai dari utas tunggal
gen dan utas tunggal DNA pelacak.
2. Immunologi assay, jika DNA klon diekspresikan pada sel inang menghasilkan
protein, keberadaan protein tersebut dapat dideteksi dengan antibodi primer.
Untuk lebih spesifik ditambahkan antibodi sekunder yang biasanya berupa enzim
yang dapat mengubah substrat menjadi produk yang berwarna, sehingga klon
yang positif mengandung gen yang diinginkan akan menghasilkan warna pada
media.
3. Aktivitas protein, jika gen target dapat menghasilkan protein enzim maka
pemilihan klon dapat dilakukan dengan menggunakan aktivitas enzim untuk
mengkatalis substrat menjadi produk pada media. Jika protein enzim yang
dihasilkan penting untuk pertumbuhan sel inangnya maka sel inang memiliki
kemampuan untuk tumbuh pada media minimum yang hanya mengandung
substrat untuk enzim yang dihasilkan tersebut.
Plasmid
Plasmid merupakan DNA ekstra kromosomal dari prokariot dengan ukuran
sangat bervariasi dari 1 kb hingga 200 kb. Sebagian besar plasmid berbentuk sirkuler
dan dalam keadaan superkoil. Bentuk sirkuler atau superkoil ini memudahkan dalam
pemisahan dengan DNA kromosom pada saat isolasi menggunakan metode alkalin.
Keistimewaan DNA plasmid adalah kemampuannya bereplikasi secara otonom tanpa
bergantung pada replikasi DNA kromosom. Hal ini disebabkan oleh sekuen replikon
yaitu bagian kecil dari plasmid yang merupakan elemen yang berhubungan dengan
cis-acting dan memiliki situs untuk berdifusi dengan perangkat protein replikasi dari
sel inang pada inisiasi sintesis DNA. Dengan demikian pada pembelahan sel inang
jumlah plasmid yang terbawa sel turunannya akan sama banyaknya. Plasmid juga
membawa gen yang menyandikan beberapa enzim yang berguna bagi inangnya
seperti gen penyandi resistensi terhadap antibiotik, gen penyandi protein yang dapat
menguraikan senyawa-senyawa organik komplek, gen yang dapat memproduksi
kolisin, enterotoksin dan enzim-enzim restriksi (Sambrook dan Russell 2001).
Plasmid dapat masuk atau ke luar sel tanpa mengganggu pertumbuhan sel,
oleh karena itu plasmid dapat digunakan sebagai vektor untuk membawa gen tertentu.
Beberapa hal yang menyebabkan plasmid dapat digunakan sebagai vektor dalam
rekombinasi DNA adalah karena memiliki ori, memiliki berat molekul rendah,
mampu mengekspresikan gen yang dibawanya dari sel asal ke sel inang, memiliki
situs pemotongan tunggal untuk kebanyakan enzim restriksi endonuklease, dan mempunyai dua atau lebih gen penanda (Primose 1991).
Salah satu plasmid yang dapat digunakan sebagai vektor dalam rekombinasi
DNA adalah pBluescript II KS (+).
Plasmid ini disebut juga phagemid karena
membawa dan menggunakan ori dari utas tunggal bakteriofag berfilamen (M13 atau
f1) (Sambrook dan Russell 2001). Ukuran plasmid pBluescript II KS (+) adalah
sekitar 3 kb, membawa gen resitensi terhadap antibiotik ampisilin dan gen reporter
lacZ. Pada lacZnya terdapat polylinker ekstensif dengan 21 situs pengenalan enzim
restriksi endonuklease yang unik. Pada bagian ujung polylinker terdapat T7 dan T3
promotor RNA polimerase yang terletak pada bagian N terminal gen lacZ dan dapat
digunakan untuk mensintesis RNA secara in vitro. Gambar 1 menunjukkan peta
pBluescript II KS (+). Jika plasmid ini ditransformasikan pada sel E. coli DH5
kompeten dan ditumbuhkan pada media yang mengandung X-gal maka koloni yang
tumbuh akan berwarna biru. Hal ini disebabkan oleh bergabungnya protein subunit
yang dihasilkan plasmid dan subunit
yang dihasilkan sel E. coli DH5 . Gabungan
dua subunit ini menghasilkan protein -galaktosidase aktif yang mampu memecah
ikatan pada X-gal menghasilkan senyawa berwarna biru. Bila daerah polylinker
tersisipi oleh DNA insert maka koloninya akan berwarna putih (Anonim 2003).
~
Gambar 1 Struktur pBluescript II KS (+) (Anonim 2003 dalam www.stratagene.com)
Struktur dan Keberadaan Xilan
Secara kimiawi xilan merupakan heteropolimer kompleks dengan rantai
utamanya tersusun atas xilosa yang berikatan -1,4-glikosida sehingga rantai utama
ini sering disebut sebagai residu
-xilopiranosa.
Selain rantai utama penyusun
polimernya terdapat rantai samping yang berupa arabinosa, galaktosa, asam
glukoronat, asam asetat, asam ferulat dan asam p-koumarat.
Dari struktur yang
dibentuknya xilan dapat digolongkan menjadi homoxilan linier, arabinoxilan,
glukuronoxilan dan glukurono-arabinoxilan (Beg et al. 2001; Saha 2000). Gambar 2
menggambarkan struktur hipotetikal dari molekul xilan.
Ikatan -1,4-D-xilopiranosa
ENDOXILANASE
-xilosidase
Ikatan asam -1,2-4-0metil-D-glukuronat
ASETIL- XILANESTERASE
Ikatan -1,3-Larabinofuranosida
GLUKURONIDASE
Ac : gugus asetil
R-H : asam p-kumarat
R-OCH3 : asam ferulat
- LARABINOFURANOSIDASE
FERULIL dan
p-KUMAROIL
ESTERASE
Gambar 2 Struktur hipotetikal xilan dari tumbuhan dan berbagai enzim xilanolitik
yang bekerja untuk menghidrolisis ikatan yang terdapat pada struktur
xilan tersebut (Beg et al. 2001).
Xilan merupakan komponen utama penyusun hemiselulosa yang banyak
ditemukan pada dinding sel tumbuhan dengan konsentrasi berkisar antara 30-35%
dari berat kering total. Kandungan xilan pada tumbuhan berkayu keras dari golongan
Angiospermae lebih tinggi (15-30%) dibandingkan dengan tumbuhan berkayu lunak
dari golongan Gimnospermae (7-12%). Xilan pada kayu keras berupa O-asetil-4-Ometilglukoronoxilan yang rantai utamanya tersusun oleh paling sedikit 70 residu -
xilopiranosa dengan derajat polimerisasi antara 150-200 yang membentuk ikatan 1,4-glikosida. Setiap sepuluh residu xilosa terikat asam 4-O-metil glukuronat pada
posisi atom C nomor 2 di xilosa kedua. Pada kayu keras ini asetilasi xilan lebih
banyak ditemukan pada posisi atom C nomor 3 dibanding dengan atom C nomor 2.
Adanya asetil menyebabkan xilan dapat larut di air. Gugus asetil dapat dihilangkan
dengan perlakuan basa (Beg et al. 2001). Pada kayu lunak, xilan tersusun atas
arabino-4-O-metilglukuroxilan dan dengan kandungan asam 4-O-metilglukuronat
yang lebih tinggi dibanding xilan pada kayu keras. Asam 4-O-metilglukuronat terikat
pada atom C nomor 2 dari xilosa. Xilan pada kayu lunak tidak terasetilasi karena
atom C nomor 3-nya telah mengikat -L-arabinofuranosa dengan membentuk ikatan
-1,3 glikosida.
Perbandingan
-D-xilopiranosa, asam 4-O-metil- -D-glukuronat,
dan L-arabinofuranosa adalah 100:20:13 (Puls dan Scuseil 1993 dalam Beg et al.
2001). Struktur xilan pada kayu lunak lebih pendek dan percabangannya lebih sedikit
jika dibandingkan dengan xilan kayu keras dengan derajat polimerisasi antara 70-130.
Kandungan monomer penyusun xilan dari beberapa tumbuhan disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Komposisi monomer (%) berbagai sumber xilan (Saha 2003).
Jenis xilan
Birchwood
Rice bran
Wheat
arabinoxilan
Corn fiber
Xilosa
Arabinosa
Glukosa
Manosa
Galaktosa
6,1
0,1
Asam anhiro
Uronat
8,3
1,1
-
Asam
glukuronat
-
89,3
46
65,8
1
44,9
33,5
1,4
1,9
0,3
0,1
46-54
33-35
-
-
5-11
-
3-6
Enzim Xilanolitik
Hidrolisis molekul xilan menjadi molekul penyusunnya secara sempurna
memerlukan sistem enzim xilanolitik yang bergantung dari struktur xilan itu sendiri.
Enzim-enzim xilanolitik terdiri atas -1,4-endoxilanase, -xilosidase, -L-arabinofuranosidase, -glukuronidase, asetil xilan esterase, dan asam fenolat (asam ferulat
dan p-koumarat ) esterase (Beg et al. 2001). Gambaran cara kerja enzim-enzim
hidrolitik tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. Keberadaan sistim enzim xilanolitik
terdapat pada berbagai mikroorganisme seperti fungi, actinomycetes, dan bakteri.
Enzim endo-1,4- -xilanase (1,4- -D-xylanxylanohydrolase, EC. 3.2.1.8)
menghidrolisis secara acak struktur dasar xilan menjadi xilooligosakarida. Kelompok
rantai sampingnya dihidrolisis oleh -L-arabinofuranosidase, -glukuronidase, dan
asetil xilan esterase.
Enzim endo-1,4- -xilanase sebagian besar dihasilkan oleh
mikroorganisme seperti bakteri dan fungi, dan beberapa diantaranya juga dihasilkan
oleh tumbuhan dan hewan (Subramaniyan dan Prima 2002).
Enzim -xilosidase (1,4- -D-xylanxylanohydrolase, EC. 3.2.1.37) menghidrolisis 1,4- -D-xilooligosakarida dari ujung nonpereduksi serta menyederhanakan
xilooligosakarida menjadi xilosa. Enzim ini mampu pula menghidrolisis substrat arilxilosida.
Selain itu beberapa enzim
furanosidase (13% dari
-xilosidase memiliki aktivitas
-L-arabino-
-xilosidase), namun tidak memiliki aktivitas glikosidase
yang lainnya ( Yaw et al. 2000).
Enzim
-L-arabinofuranosidase (EC. 3.2.1.55) menghidrolisis ujung non
pereduksi antara ikatan
-L-arabinofuranosida dengan berbagai polisakarida yang
mengandung arabinofuranosa. Adanya rantai samping L-arabinofuranosida dalam
struktur xilan dapat memberikan halangan ruang untuk aktivitas endoxilanase dan xilosidase karena strukturnya yang besar dapat menghalangi kedua enzim tersebut
untuk mengakses ikatan glikosidik pada molekul xilan. Oleh karena itu keberadaan
enzim arabinofuranosidase sangat penting dalam degradasi total molekul xilan
(Debeche et al. 2002; Shallom et al. 2002).
Enzim
-D-glukuronidase (EC 3.2.1.1) dibutuhkan untuk menghidrolisis
ikatan 1,2- -glikosidik antara xilosa dengan asam D-glukuronat atau ikatan -O-metil
ester. Hidrolisis lengkap glukuronoxilan memerlukan enzim golongan esterase untuk
melepaskan ikatan asam asetat dan fenol. Enzim asetil xilan esterase (EC 3.1.16)
menghidrolisis ikatan antara xilosa dengan asam asetat, rantai sisi gula reduksi
arabinosa dengan asam ferulat (feruloyl esterase), dan rantai sisi gula reduksi
arabinosa dengan asam p-koumarat (p-coumaroyl esterase). Hidrolisis ikatan-ikatan
tersebut pada rantai utama xilan oleh enzim asetil xilan esterase membantu dalam
mereduksi lignin pada biobleaching pulp. Hal ini disebabkan oleh terputusnya ikatan
ester antara lignin dan hemiselulosa sehingga struktur dinding sel menjadi lebih
longgar (Subramaniyan dan Prema 2002).
Enzim xilanase yang berasal dari mikroba diklasifikasikan oleh Wong et al.
(1988) ke dalam dua famili utama berdasarkan sifat fisiko-kimianya, yaitu massa
molekul relatif dan titik isoelektrik atau point isoelectric-nya (pI). Famili GH10
(disebut juga famili F) merupakan kelompok endoxilanase dengan massa molekul
relatif tinggi dengan nilai pI yang rendah. Sebaliknya famili GH11 (disebut juga
famili G) merupakan kelompok endoxilanase yang memiliki massa molekul relatif
yang rendah dan nilai pI yang tinggi. Perbedaan antara keduanya terletak pada aksi
enzim tersebut dimana famili 10 mampu menyerang ikatan glikosidik di sebelah titik
cabang dan mengarah keujung nonpereduksi dengan menggunakan dua residu
xilopiranosil nonsubstitusi antara cabang-cabang, sedangkan famili 11 menggunakan
tiga residu xilopiranosil nonsubstitusi.
Berdasarkan hal tersebut famili 10
mempunyai beberapa aktivitas katalitik yang sesuai dengan dengan -xilosidase.
Pengklasifikasian enzim xilanase saat ini tidak hanya digunakan untuk enzimenzim xilanase tetapi juga untuk enzim-enzim glikosidase (EC 3.2.1.x). Dasar utama
pengelompokannya adalah aktivitas enzim dalam menghidrolisis ikatan glikosida dan
dilanjutkan dengan kesamaan struktur utama dari sekuen katalitik domain. Hingga
saat ini terdapat 96 famili enzim berdasarkan sistem pengelompokannya (Collins et
al. 2005).
Beberapa isolat Streptomyces diketahui mampu menghasilkan enzim
xilanolitik.
Streptomyces halstedii JM8, S. lividans dan S. olivaceoviridis E-86
menghasilkan endo-1,4- -xilanase (EC 3.2.1.8) dan selobiohidrolase (EC 3.2.1.91)
yang termasuk dalam famili 10. Streptomyces sp. S38 dapat menghasilkan xilanase
famili 11 (Collins et al. 2005). Famili 11 ini bersifat monospesifik yang hanya
menghidrolisis 1,4- -D-xilooligosakarida melalui pelepasan secara berturut-turut gula
reduksi D-xilosa dari ujung non pereduksinya.
Mekanisme Reaksi Hidrolisis Xilanase
Model yang dapat menjelaskan mekanisme molekular reaksi hidrolisis
xilanase terhadap polimer xilan dihasilkan oleh dua mekanisme yaitu retensi dan
inversi. Hal ini memerlukan satu atau dua keadaan transisi dari komplek enzim
substrat. Pemindahan glikosil merupakan hasil dari substitusi nukleofilik pada gugus
karbon dari gula pereduksi yang terlarut pada pusat anomerik dan diperoleh melalui
kedua mekanisme yaitu retensi atau inversi. Enzim selulase dan xilanase kebanyakan
diketahui menghidrolisis substratnya dengan konfigurasi retensi dari C1 anomerik.
Hal ini membutuhkan mekanisme pemindahan ganda untuk retensi anomerik dari
produk.
Mekanisme pemindahan ganda mengikuti tahapan sebagai berikut :
i. katalis asam akan memprotonasi substrat
ii. gugus karboksil dari enzim terbentuk
iii. terbentuk ikatan kovalen intermediat glikosil enzim dimana gugus karboksilat
membentuk konfigurasi anomerik pada gula yang berseberangan dari substrat
yang dihidrolisis.
iv. ikatan kovalen intermediat ini dicapai dari dua arah menuju keadaan transisi yang
memerlukan ion-ion oxokarbonium
v. variasi dari interaksi non kovalen yang terjadi sangat berperan dalam
memperbaiki laju reaksi (Subramaniyan dan Prema 2002).
Sebagai contoh untuk menjelaskan mekanisme reaksi hidrolisis xilanase
disajikan pada Gambar 3 yang merupakan mekanisme hidrolisi xilanase dari Bacillus
circulans.
Gambar 3 Mekanisme reaksi dari xilanase B. circulans (1XNB). A : Struktur helikal
xilan ada pada Tyr 65 dan Tyr 69, Glu 172 adalah katalis asam basa dan
Glu 78 adalah nukleofilik. B : Glikon terikat pada Glu 78 membentuk
intermediat yang terus dipertahankan selama reaksi transglikosilasi. C :
Molekul air memindahkan nukleofilik. D : Disosiasi dan diffusi dari
glikon (xilobiose) memungkinkan perpindahan enzim pada posisi yang
baru terhadap substrat. Xilanase famili 11 menunjukkan mekanisme
endo secara acak yang disebabkan oleh glikon yang dihasilkan pada
tahap B dan D (Subramaniyan dan Prema 2002).
Regulasi Biosintesis Xilanase dari Mikroba
Enzim xilanase banyak dihasilkan dari mikroba terutama fungi dan bakteri.
Faktor penting yang harus diperhatikan dalam produksi enzim dari mikroba adalah
pemilihan induser yang tepat dan komposisi media yang optimum. Hal ini berkenaan
dengan regulasi sintesis enzim xilanase dari mikroba.
Xilan merupakan molekul besar sehingga dalam kondisi utuh tidak dapat
masuk ke dalam sel. Fragmen xilan dengan berat molekul lebih kecil seperti xilosa,
xilobiosa, xilooligosakarida dan heterodisakarida dari xilosa dan glukosa memegang
peranan penting dalam biosintesis xilanase.
Xilanase dapat dihasilkan secara
konstitutif maupun indusif. Xilanase yang dihasilkan secara konstitutif mendegradasi
xilan menjadi xilooligosakarida dan xilobiosa, sehingga molekul ini dapat diangkut
kedalam sel untuk menginduksi gen xilanase lainnya. Xilanase indusibel lebih lanjut
akan mendegradasi xilan menjadi xilooligosakarida dan xilobiosa.
-xilosidase yang
diproduksi baik secara konstitutif dan/atau indusif mengubah xilobiosa menjadi
xilosa dan selanjutnya diikuti oleh proses transglikosilasi menjadi XylB1-2Xyl dan
GlcB1-2Xyl. Senyawa ini akan dimasukkan ke dalam sel dan bertindak sebagai
induser tambahan bagi gen penyandi xilanolitik (Kulkarni et al. 1999). Selengkapnya
regulasi biosintesis xilanase dapat dilihat pada Gambar 4.
Membran Sel
Sitoplasma
Glukosa/Xilosa
Ekspresi Xilanase
Cairan Kultur
Ekstra Selular
Mesin sekresi
Permease
Mesin sekresi
Aktivitas Xilanase Konstitutif
Induksi Xilanase
Primer
Xilan
Xilooligosakarida
Xilosidase
Xilobiosa
Homo/Hetero
Disakarida
Xilobiosa
Xilosa
Glukosa
Induksi Xilanase
Tahap Kedua
Xilanase
Xilosidase
Transglikosi
dase
Gambar 4 Model hipotetik regulasi biosintesis xilanase (Kulkarni et al. 1999).
Xilanase sebagian besar dihasilkan oleh mikroba secara indusif antara lain
oleh Trametes trogii (Levin dan Forsciassin 1998 dalam Beg et al. 2001),
Aspergillus awamori (Siendenberg et al. 1998 dalam Beg et al 2001), dan
Streptomyces sp. QG-11-33 (Beg et al. 2000).
Induksi xilanase oleh berbagai
senyawa seperti L-sorbose, beragam xilooligosakarida, xilosa, dan lignoselulosa
dilaporkan oleh banyak peneliti antara lain diinduksi oleh L-sorbose pada Sclerotium
rolfsii (Sachslehner et al. 1998 dalam Beg et al 2001) dan Trichoderma reesei PC-3-7
(Xu et al. 1998). Induksi oleh xilosa dan glukosa bersifat sebagai aktivator terdapat
pada Bacillus sp. BP-7 (Lopez et al. 1998), dan Trichosporon cutaneum SL409 (Liu
et al. 1998 dalam Beg et al. 2001).
Dalam beberapa kondisi dilaporkan metabolit
sederhana seperti glukosa dan/atau xilosa yang merupakan hasil aktivitas xilanase
dapat menjadi represor untuk biosintesis xilanase (Beg et al. 2001).
Kloning Gen Xilanase
Untuk tujuan komersial dan peningkatan nilai ekonomis dari produksi
xilanase sangatlah penting untuk mencari organisme yang mampu melakukan overproduksi enzim tersebut. Teknik rekombinasi DNA merupakan salah satu teknik
yang dapat digunakan untuk memperbaiki produksi xilanase.
Gen xilanase yang terdapat pada mikrooorganisme banyak
dijumpai
berhubungan dengan fungsi gen yang menyandikan selulase contohnya pada
Pseudomonas fluorescens, selulase, xilanase dan arabinofuranosidase ditranskripsikan pada arah yang sama dan hanya dipisahkan oleh 148 bp. Walaupun letak gen-gen
tersebut berdekatan tetapi belum cukup bukti untuk mengatakan bahwa transkripsinya
berlangsung secara polisistronik (Kulkarni et al. 1999).
Aktivitas xilanase yang digunakan pada industri kertas diharapkan bebas dari
dari aktivitas selulase, oleh sebab itu Biely (1985) mengatakan bahwa tujuan dari
kloning gen xilanase adalah : (i) untuk mengkonstruksi produser yang menghasilkan
sistim xilanolitik yang bebas dari enzim selulolitik; (ii) Memperbaiki karakteristik
industrial mikroorganisme dengan memasukkan gen xilanase dan xilosidase.
Sejumlah gen xilanase telah di kloning baik secara heterologus maupun
homologus. Pada kloning heterologus menggunakan E. coli sebagai inang aktivitas
xilanase sering mengalami penurunan yang disebabkan oleh adanya modifikasi pasca
translasi dan adanya akumulasi xilanase rekombinan di dalam sel (Kulkarni et al.
1999).
Untuk menghindari hal tersebut, teknik over-ekspresi banyak dilakukan
dengan menggunakan promotor kuat pada vektor yang digunakan.
Sebagai mikroba potensial penghasil enzim-enzim metabolik, Streptomyces
dapat dijadikan alternatif untuk digunakan sebagai penghasil xilanase. Walaupun
masih sedikit studi yang dilakukan dibandingkan dengan studi dengan menggunakan
mikroba lainnya, beberapa peneliti telah melakukan kloning gen baik secara heterologus maupun homologus dari gen xilanase Streptomyces. Tabel 2 menyajikan
kloning gen xilanase yang berasal dari beberapa Streptomyces yang diekspresikan
secara heterologus maupun homologus.
Tabel 2 Kloning gen xilanase dari Streptomyces
Organisme
S. lividans
Vektor yang digunakan
pIJ702
Inang
Nama
S. lividans
Keterangan
Referensi
Tiga klon memiliki sisipan fragmen DNA rata-rata 2 kb
Mondou et al.
yang membawa seluruh gen struktural. Klon mensekresi-
1986
kan xilanase dengan berat molekul 43 kDa.
S. halstedii JM8
pIJ702 dan pIJ487
S. lividan, S. albus,
Terdapat aktivitas xilanase yang terdiri dari 2 pita protein
Ruiz-Arribas
dan S. parvulus
berukuran 45 dan 35 kDa yang merupakan ekspresi dari
et al. 1995
xys1L dan xys1S
S. thermoviolaceus
pUC18 dan pUC19, phage
E. coli JM 109 dan
Tiga gen menyandikan dua tipe endo-xilanase (STX-I dan
Tsujibo et al.
OPC-520
M13mp18, phage M13mp19 dan
S.griseus PSR2
STX-II) dan asetil xilan- esterase (STX-III). Transforman
1997
E. coli membawa sisipan fragmen 3,3 kb (fragmen
pIJ702
BamHI) yang membawa 1,005 kb stxII dan 0,993 kb stxIII.
Transforman S. griseus membawa sisipan 2,7 kb (fragmen
SphI) ORF stxI terdapat pada sekuen 121 – 1549.
S. thermoviolaceus
pUC18 dan pUC19, pET-20b
E. coli JM 109 dan
pBXL1 membawa sisipan 3,8 kb yang membawa gen
Tsujibo et al.
OPC-520
untuk ekspresi
E. coli BL21(DE3)
bxlA (2,1 kb) yang mengekspresikan -xilosidase.
2001
S. thermoviolaceus
pUC18 dan pUC19, phage
E. coli JM 109
pXY95 membawa sisipan 2,8 kb yang membawa gen stxI
Tsujibo et al.
OPC-520
M13mp18, phage M13mp19 dan
dan stxIV ( -L-arabinofuranosidase). Gen stxIV berada
2002
pIJ702
1,47 kb di atas gen stxI yang terpisah oleh 663 nukleotida
dan ditranskripsikan secara divergen.
Download