PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : 257-258 DISKUSI Pertanyaan : a. Sri Nugroho Marsoem (Fahutan UGM Yogyakarta) - Untuk Pak Yanto, data-data yang telah dikumpulkan supaya bisa disebutkan angka produksi dan serapan tenaga kerja secara detail. b. Sumarhani (PHKA) - Pengembangan HHBK sepertinya menjanjikan. Akan tetapi, hasil penelitian di Jawa Barat ditemukan adanya permasalahan untuk komoditi HHBK seperti nilam dan vanila yang mengalami perubahan harga. Bagaimana kira-kira solusinya agar tidak terjadi perubahan harga untuk komoditi HHBK, terutama vanili dan nilam tersebut?. c. Nurrahman (Dinas kehutanan Kabupaten Sukabumi) - Karena tekanan terhadap kayu meningkat, perlu disikapi dengan perhatian khusus terhadap HHBK. Contohnya, untuk pengembangan ulat sutera, permasalahan yang tidak dikuasai oleh masyarakat adalah pemasarannya. Hal ini perlu disikapi dengan kebijakan khusus untuk petani. Contoh lainnya adalah madu hutan yang ternyata kurang laku, mungkin juga perlu adanya intervensi pemerintah dalam hal ini. Upaya-upaya inilah yang belum disinggung. d. Anton (Ditjen PHKA) - Kebijakan mengenai HHBK pantang disusun oleh 1 pihak tertentu - Proses pengurusan administrasi kayu bisa kontradiksi apabila kayu perlu diolah secara langsung, bagaimana? Jawaban/Tanggapan: Yanto Rochmayanto (Loka Litbang HHBK Kuok, Riau) - Data-data mengenai HHBK akan diperbaiki kembali. - Pengembangan HHBK bukan semata angin surga. Untuk mengatasi masalah pemasaran, solusi yang ditawarkan adalah dibentuknya pola kemitraan antara petani- 257 PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : 257-258 petani HHBK dengan jaringan tata niaga. Contoh bentuk kemitraan yang baik adalah pada petani sawit dimana lahan merupakan milik petani dan tata niaga hasilnya pun sudah diatur dan bagus. - Kebijakan dan tata niaga HHBK memang sebaiknya perlu diubah. Tambahan: Jamal Balfas (Ketua Sidang) HHBK merupakan permasalahan dan tantangan bagi rimbawan semua. 258