BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Program “Kampanye #BeraniBeda” adalah sebuah program komunikasi pemasaran yang dirancang oleh Pionicon Management untuk mempromosikan buku “#BeraniBeda Juki untuk Indonesia Satu”. Program ini dirancang sebagai program yang mendukung narasi tentang pencalonan tokoh utama dalam buku tersebut, yaitu karakter “Si Juki”. Pada perkembangannya, karakter “Si Juki” menjadi sebuah transmedia brand setelah mengalami proses branding yang dilakukan oleh Pionicon Management. Sebagai hasilnya, program “Kampanye #BeraniBeda” menjadi salah satu contoh program komunikasi pemasaran yang mengandung praktik transmedia branding di dalamnya. Praktik transmedia branding memiliki tiga elemen utama yang meliputi narasi, partisipasi, dan merek. Narasi yang disebarkan di berbagai saluran media (transmedia storytelling) menjadi strategi andalan yang digunakan dalam praktik ini untuk memancing ketertarikan pengguna media baru ke dalam cerita tentang merek hingga menarik keterlibatan mereka dalam proses penciptaan dan penyebaran cerita tersebut. Sementara elemen partisipasi hadir sebagai pusat dari praktik ini yang mampu mendorong keterlibatan dan partisipasi konsumen potensial dalam bentuk interaksi langsung dengan merek yang bersangkutan, terlibat dalam penciptaan konten cerita, atau bahkan menjadi bagian dari cerita itu sendiri. Kehadiran transmedia branding membentuk aturan baru seputar branding dan strategi komunikasi pemasaran terpadu yang berpusat pada narasi dan partisipasi. Pada akhir penelitian ini, peneliti menemukan empat hal tentang praktik transmedia branding dalam program “Kampanye #BeraniBeda” sebagai pengembangan program IMC melalui media baru. Pertama, adanya dua cerita yang berhimpitan satu sama lain antara cerita fiksi dan fakta yang 112 dimanfaatkan untuk menarik perhatian konsumen pengguna media baru ke dalam narasi “Si Juki” dalam program “Kampanye #BeraniBeda”. Narasi “Si Juki” dalam program “Kampanye #BeraniBeda” dibangun atas dua konsep cerita utama, yaitu (1) cerita dan karakteristik khas yang telah melekat pada karakter “Si Juki” melalui cerita-cerita yang telah disampaikan sebelumnya serta (2) cerita yang didasarkan pada gejolak sosial politik di Indonesia menjelang Pemilu Presiden pada tahun 2014. Karakter “Si Juki” adalah fiksi sementara cerita Pemilu Presiden di tahun 2014 adalah fakta. Karakter “Si Juki” menjadi komponen untuk menghibur dengan sifat ‘nyeleneh’ dan pemikiran antimainstream-nya. Sementara cerita tentang Pemilu Presiden tahun 2014 digunakan untuk menarik perhatian konsumen pengguna media baru agar dapat masuk dan terlibat ke dalam narasi “Si Juki” dengan lebih mudah karena adanya persamaan pemahaman mengenai isu-isu pemilu yang sedang terjadi pada saat itu. Kedua, proses partisipasi pada praktik transmedia branding mengandalkan adanya penyebaran satu narasi terpadu di berbagai saluran media (transmedia storytelling). Setiap media menyampaikan suatu cerita yang menjadi bagian dari keseluruhan narasi yang lebih besar. Praktik transmedia branding berupaya untuk mengelilingi konsumen dengan cerita tentang merek yang disampaikan di berbagai media. Tujuannya adalah untuk menarik ketertarikan konsumen untuk menggali lebih dalam cerita tentang merek dari satu media ke media lainnya. Hal inilah yang menjadi pembeda antara proses partisipasi yang biasa ditemui pada program-program IMC lama dan proses partisipasi yang ada dalam praktik transmedia branding. Ketiga, narasi dan partisipasi menjadi dua elemen praktik transmedia branding yang berperan besar dalam keseluruhan program “Kampanye #BeraniBeda”. Narasi dalam program “Kampanye #BeraniBeda” berperan dalam (1) memberikan pre-experience untuk membangun identitas visual dari karakter “Si Juki” dan membangkitkan ekspektasi terhadap cerita dalam buku “#BeraniBeda Juki untuk Indonesia Satu” sehingga konsumen pengguna media baru dapat mengerti nilai yang ingin disampaikan dalam buku tersebut 113 bahkan sebelum melihat dan membacanya, (2) isu sosial politik di Indonesia menjelang Pemilu Presiden tahun 2014 dimanfaatkan agar konsumen “Si Juki” yang juga bagian dari masyarakat Indonesia dapat menerima dan masuk ke dalam narasi “Si Juki” dengan mudah sehingga dapat terjalin ikatan emosional yang lebih dalam antara “Si Juki” dengan konsumennya, (3) ajakan “berani beda” yang menjadi bagian dari narasi dalam program “Kampanye #BeraniBeda” dapat meningkatkan citra positif “Si Juki” sekaligus memperkuat positioning “Si Juki” sebagai karakter yang menyuarakan ajakan untuk berani berpikir beda, berani untuk menjadi diri sendiri, dan membuat perubahan nyata kepada anak-anak muda. Sementara partisipasi dalam program “Kampanye #BeraniBeda” berperan dalam (1) menciptakan pembicaraan yang menarik tentang merek “Si Juki”, yaitu dengan interaksi yang dilakukan baik antara “Si Juki” dengan konsumennya maupun di antara konsumen itu sendiri, (2) membuat konsumen itu sendiri sebagai agen yang ikut terlibat dalam proses penyebaran narasi tentang pencalonan “Si Juki” dalam Pemilu Presiden tahun 2014, (3) memberikan pengalaman untuk berinteraksi dengan “Si Juki” serta terlibat dalam ‘aksi kampanye’ “Si Juki” dalam Pemilu Presiden tahun 2014 kepada konsumen yang dapat berpengaruh terhadap loyalitas dan hubungan yang berkesinambungan dengan konsumen. Keempat, penerapan praktik transmedia branding dapat menjadi salah satu alternatif strategi untuk mengembangkan program komunikasi pemasaran di ranah industri hiburan yang banyak melibatkan narasi dan karakter-karakter yang unik. Melalui praktik transmedia branding, perusahaan dapat memberikan pre-experience tentang narasi yang akan dihadirkan dalam film, buku, atau komik kepada sasaran programnya dengan menyebarkan potongan-potongan satu narasi tersebut di berbagai saluran media komunikasi. Hal ini dapat membangkitkan ekspektasi konsumen terhadap produk narasi yang akan diterbitkan karena konsumen dapat mengetahui nilai dari produk narasi tersebut sebelum diterbitkan. 114 B. SARAN Dari hasil penelitian ini maka beberapa saran yang dapat diajukan adalah: 1. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan menganalisis secara spesifik pada hasil atau dampak dari praktik transmedia branding sebagai pengembangan program komunikasi pemasaran melalui media baru. Menganalisis hasil berarti menganalisis dari sisi pengguna media baru, misalnya dengan menganalisis efektivitas program komunikasi pemasaran yang dijalankan dalam mempengaruhi persepsi konsumen, dan lain-lain. 2. Perusahaan sebaiknya lebih memperhatikan aspek kelemahan yang dimiliki oleh media baru, yaitu kemampuannya untuk menyebarkan pesan dengan cepat dimana setiap orang berpeluang menjadi produsen pesan tidak dapat dikontrol dan sewaktu-waktu dapat menimbulkan ancaman bagi perusahaan yang mampu membahayakan citra merek. Oleh sebab itu, strategi pemberian feedback atas respons-respons pengguna menjadi salah satu hal penting yang perlu diperhatikan, terutama dalam praktik transmedia branding. 3. Perusahaan sebaiknya merancang sebuah teknik evaluasi khusus dalam setiap program komunikasi pemasaran yang telah dijalankan. Terlebih perusahaan adalah start-up company yang mengembangkan bisnis yang tergolong baru di Indonesia. Fakta tersebut membuat referensi programprogram komunikasi pemasaran yang dapat diadopsi dan dikembangkan menjadi sangat minim sehingga keberadaan evaluasi, baik secara kuantitatif maupun kualitatif, dapat memberikan informasi mengenai hasil komunikasi yang telah dicapai serta kelebihan dan kekurangan program yang nantinya dapat digunakan sebagai review untuk menyusun program komunikasi pemasaran di masa mendatang. 115