BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian 1. Kematian Kematian

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
1.
Kematian
Kematian atau mortalitas adalah salah satu dari tiga komponen proses
demografi yang berpengaruh terhadap struktur penduduk. Dua komponen proses
demografi lainnya adalah kelahiran (fertilitas), dan mobilitas penduduk. Tinggi
rendahnya tingkat mortalitas penduduk di suatu daerah tidak hanya mempengaruhi
pertumbuhan penduduk, tetapi juga merupakan barometer dari tinggi rendahnya
tingkat kesehatan masyarakat di daerah tersebut (Bagus, 2008).
Mati ialah peristiwa hilangnya tanda-tanda kehidupan secara permanen,
yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup. Dengan demikian keadaan
mati selalu didahului oleh keadaan hidup. Mati tidak pernah ada kalau tidak ada
kehidupan. Sedangkan hidup selalu dimulai dengan lahir hidup (live birth)
(Bagus, 2008).
Beberapa definisi atau istilah kematian sekitar kelahiran dan sebelunya. Di
sini dibedakan peristiwa-peristiwa kematian yang terjadi di dalam rahim (intra
utrin) dan di luar rahim (extra utrin). Pada masa janin masih dalam kandugan
(intra utrin), terdapat peristiwa-peristiwa kematian sebagai berikut:
a.
Abortus, kematian janin menjelang dan sampai 16 minggu;
5
Kajian Penyebab Tingkat…, Mauli Dwi Septia, FKIP UMP, 2016
b.
Immatur, kematian janin antara umur kandungan di atas 16 minggu sampai
pada umur kandungan 28 minggu ;
c.
Prematur, kematian janin di dalam kandungan pada umur di atas 28 minggu
sampai waktu lahir.
Selanjutnya kematian bayi di luar rahim (extra utrin) dibedakan atas:
a.
Lahir mati (still berth), kematian yang cukup masanya pada waktu keluar dari
rahim, tidak ada tanda-tanda kehidupan;
b.
Kematian baru lahir (neo natal death) adalah kematian bayi sebelum
berumur satu bulan tetapi kurang dari satu tahun;
c.
Kematian lepas baru lahir (post neo natal death) adalah kematian bayi
setelaah berumur satu bulan tetapi kurang dari satu tahun;
d.
Kematian bayi (infant mortality), kematian setelah bayi lahir hidup hingga
berumur kurang dari satu tahun ( Bagus, 2008).
2. Kematian Bayi
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi pada saat bayi lahir sampai
satu hari sebelum hari ulang tahun pertama. Dari sisi penyebabnya, kematian bayi
dibedakan oleh faktor endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen (kematian
neonatal) adalah kejadian kematian yang terjadi pada bulan pertama sejak bayi
dilahirkan, umumnya disebabkan oleh faktor yang dibawa sejak lahir, diwarisi
oleh orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat dari ibunya selama kehamilan.
Sedangkan kematian eksogen (kematian post neonatal) adalah kematian bayi yang
terjadi antara usia satu bulan atau sampai satu tahun disebabkan oleh faktor yang
berkaitan dengan pengaruh lingkungan (Sudariyanto,2011 dalam Kusuma, 2012).
6
Kajian Penyebab Tingkat…, Mauli Dwi Septia, FKIP UMP, 2016
Menurut peneliti kematian bayi diakibatkan karena kondisi ibu saat hamil
kurang baik, ibu jarang memeriksakan kehamilannya kepada tenaga kesehatan,
jarak kelahiran yang terlalu sempit, makanan yang dikonsumsi ibu tidak bersih,
menyebabkan bayi lahir dengan berat badan rendah dan rentan akan penyakit yang
dapat mengakibatkan bayi meninggal.
B. Penyebab kematian bayi
Di bawah ini ada beberapa penyebab kematian bayi (Waang, 2012)
sebagai berikut:
1.
Umur ibu
Umur ibu turut menentukan kesehatan maternal dan sangat erat dengan
kondisi kehamilan, persalinan, nifas dan bayinya. Usia ibu hamil yang terlalu
muda atau terlalu tua ( 20 tahun atau
merupakan faktor penyulit
kehamilan, sebab ibu yang hamil terlalu muda, keadaan tubuhnya belum siap
menghadapi kehamilan, persalinan dan nifas serta merawat bayinya, sedangkan
ibu yang usianya 35 tahun atau lebih akan menghadapi risiko kelainan bawaan
dan penyulit pada waktu persalinan yang disebabkan oleh karena jaringan otot
rahim kurang baik untuk menerima kehamilan (Kusumandiri, 2010 dalam Waang,
2012).
Di Indonesia perkawinan usia muda cukup tinggi, terutama di daerah
pedesaan. Perkawinan usia muda biasanya tidak disertai dengan persiapan
pengetahuan reproduksi yang matang dan tidak pula disertai kemamuan
mengakses pelayanan kesehatan karena peristwa hamil dan melahirkan belum
dianggap sebagai suatu keadaan yang harus dikonsultasikan ke tenaga kesehatan.
7
Kajian Penyebab Tingkat…, Mauli Dwi Septia, FKIP UMP, 2016
Masih banyak terjadi perkawinan, kehamilan dan persalinan di luar kurun waktu
reproduksi yang sehat terutama pada usia muda. Resiko kematian pada kelompok
dibawah 20 tahun dan pada kelompok diatas 35 tahun adalah 3 kali lebih tinggi
dari kelompok reproduksi sehat yaitu 20 – 34 tahun (Mochtar, 1998), ada referensi
lain yang menyatakan bahwa kematian maternal pada waktu hamil dan
melahirkan umur < 20 tahun 2 sampai 5 kali lebih tinggi dari kematian maternal
pada usia 20 – 30 tahun dan akan meningkat pada usia > 35 tahun (Prawirohardjo,
2010 dalam Waang, 2012).
2.
Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan baik yang meninggal
ataupun yang hidup (Joeharno 2008 dalam Istonia dalam Waang, 2012). Paritas
merupakan faktor penting dalam menentukan nasib ibu dan janin baik selama
kehamilan maupun selama persalinan (Karjatin, 2002 dalam Waang, 2012)
dengan demikian paritas erat hubungannya dengan penyulit atau komplikasi
persalinan yang pernah dialami pada kelahiran-kelahiran lalu.
Kematian ibu yang pertama cukup tinggi akan tetapi menurun pada
kehamilan kedua atau ketiga namun akan meningkat lagi pada kehamilan yang
keempat dan mencapai puncaknya pada kehamilan yang kelima atau lebih. Selain
itu jumlah persalinan akan memberikan pengalaman kepada ibu untuk persalinan
persalinan berikutnya. Ibu-ibu yang belum pernah melahirkan cenderung mencari
tahu tentang proses persalinan dan pelayanan yang cepat.
8
Kajian Penyebab Tingkat…, Mauli Dwi Septia, FKIP UMP, 2016
3.
Pendidikan
Notoatmodjo pada tahun 2005 mengungkapkan pendidikan mempengaruhi
proses belajar, karena semakin tinggi pendidikan maka semakin banyak informasi
yang didapat. Pendidikan sangat dibutuhkan manusia untuk pengembangan diri
dan meningkatkan kematangan intelektual seseorang. “Kematangan intelektual
akan berpengaruh pada wawasan dan cara berfikir seseorang, baik dalam tindakan
yang dapat dilihat maupun dalam cara pengambilan keputusan yang bijaksana”.
(Cherawati, 2004 dalam Istonia dalam Waang, 2012).
Pengertian pendidikan disini menegaskan bahwa dalam pendidikan
hendaknya tercipta sebuah wadah dimana peserta didik bisa secara aktif
mempertajam dan memunculkan ke permukaan potensi-potensinya sehingga
menjadi kemampuan-kemampuan yang dimilikinya secara alamiah. Defenisi ini
juga memungkinkan sebuah keyakinan bahwa manusia secara alamiah memiliki
dimensi jasad, kejiwaan dan spiritualitas. Di samping itu , defenisi yang sama
memberikan ruang untuk berasumsi bahwa manusia memiliki peluang untuk
bersifat mandiri, aktif, rasional, sosial dan spiritual. Pengertian pendidikan
tersebut juga dapat didukung oleh pertalian sosial yang dibuat oleh teoritisi
fungsionalis dari Talcott Parsons (1959), bahwa diantara tingkat pendidikan yang
lebih tinggi dapat meningkatkan keahlian pekerja, dan meningkatkan penghasilan
individu (Waang, 2012).
Dimana dengan mengecap pendidikan sampai tingkat tinggi, maka kita
akan mempunyai keahlian yang bisa kita gunakan untuk mendapatkan pekerjaan
yang memberikan penghasilan bagi kita guna untuk meniningkatkan kesejahteraan
9
Kajian Penyebab Tingkat…, Mauli Dwi Septia, FKIP UMP, 2016
keluarga. Pengertian secara lebih operasional dikemukakan oleh Philip H. Phenix
ketika mendefenisikan pendidikan, yang dalam hal ini pendidikan umum sebagai
suatu process of engendering essential meanings, proses pemunculan maknamakna yang esensial (Abdul Latif, 2007 dalam Waang, 2012).
Pendidikan formal atau lebih dikenal dengan sistem persekolahan,
mempunyai peranan yang amat menentukan perkembangan potensi manusia
secara maksimal. Rendahnya tingkat pendidikan dan besarnya beban tanggungan
keluarga merupakan salah satu faktor penyebab kemiskinan maupun keterpurukan
kesehatan di daerah perdesaan. Melalui pendidikan, masyarakat memiliki
kesempatan untuk menggali potensinya demi memperoleh kehidupan yang lebih
layak. Akses perempuan dalam dunia pendidikan tidak serta mengatasi masalah
diskriminasi yang di alami perempuan. Maknanya adalah terbukanya akses
pendidikan tidak serta merta membawa transformasi sosial apalagi transformasi
kebudayaan. Selain itu pendidikan orang tua juga berpengaruh terhadap pola
perkembangan anak. Fenomena yang terjadi kebanyakan orangtua menginginkan
anaknya menjadi orang yang sukses dalam pendidikan maupun karirnya, sehingga
di masa yang akan datang mereka dapat memperbaiki kualitas hidupnya menjadi
lebih baik dari sebelumnya.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya
dan masyarakat (Media Edukasi, 2014).
10
Kajian Penyebab Tingkat…, Mauli Dwi Septia, FKIP UMP, 2016
“Wanita dengan tingkat pendidikan rendah biasanya cenderung untuk mempunyai
keputusan yang tidak dianjurkan. Ibu dari pedesaan yang berpendidikan rendah
biasanya cenderung melahirkan dirumah dan ditolong oleh dukun sehingga
banyak mengalami komplikasi kehamilan yang dapat mengancam jiwa ibu dan
bayi. Hal ini terjadi karena rendahnya pendidikan ibu di pedesaan dan tidak tahu
menggunakan akses fasilitas kesehatan”. Hasil studi (Wijono, 2001 dan Yuliana
2011 dalam Waang, 2012).
Faktor pendidikan ibu merupakan faktor pengaruh yang kuat terhadap
kematian bayi. Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha sadar untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan luar sekolah seumur
hidup sehingga makin matang dalam menghadapi dan memecahkan berbagai
masalah termasuk masalah kesehatan dalam rangka menekan risiko kematian.
Pendidikan ibu sangat erat kaitannya dengan reaksi serta pembuatan keputusan
rumah tangga terhadap penyakit. Ini terlihat bahwa kematian balita yang rendah
dijumpai pada golongan wanita yang mempunyai pendidikan yang tinggi. Tinggi
rendahnya tingkat pendidikan ibu erat kaitannya dengan tingkat pengertian
terhadap perawatan kesehatan dan perlunya pemeriksaan kehamilan (Dwi, 2011).
4.
Jarak Ke Fasilitas Kesehatan
Menurut Andersen (1975 dan Green 1980 dalam Waang, 2012) jarak
berhubungan dengan kererjangkauan pelayanan kesehatan yang merupakan faktor
yang
berpengaruh
terhadap
pemanfaatan
fasilitas
pelayanan
kesehatan.
Masyarakat yang membutuhkan seringkali tidak dapat menjangkau fasilitas
pelayanan kesehatan akibat hambatan jarak yang dipengaruhi oleh jenis jalan,
11
Kajian Penyebab Tingkat…, Mauli Dwi Septia, FKIP UMP, 2016
jenis kendaraan, berat ringannya penyakit dan kemampuan biaya untuk ongkos
jalan. Dengan demikian terjadi keterlambatan rujukan dalam mencapai fasilitas
kesehatan yang lebih lengkap sehingga bila terjadi komplikasi pada ibu akan sulit
untuk diatasi.
5.
Kesejahteraan Sosial
Menurut Arthur Dunham kesejahteraan sosial didefinisikan sebagai
kegiatan yang terorganisasi dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan dari segi
sosial melalui pemberian bantuan kepada orang untuk memenuhi kebutuhankebutuhan didalam beberapa bidang seperti kehidupan keluarga dan anak,
kesehatan, penyesuaian sosial, standar-standar kehidupan dan hubunganhubungan sosial.
Di sisi lain, pengertian kesejahteraan sosial dituangkan kedalam undangundang nomor 6 tahun 1974, tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan
sosial, pasal 2 ayat 1 yang berbunyi sebagai berikut:
“kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial materil
maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman
lahir batin, yang memungkinkan bagi setiap warga Negara untuk mengadakan
usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang
sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi
hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan pancasila Istonia (Waang,
2012).
Kesejahteraan sosial sebagai fungsi terorganisir adalah kumpulan kegiatan
yang bermaksud untuk memungkinkan individu-individu, keluarga-keluarga,
12
Kajian Penyebab Tingkat…, Mauli Dwi Septia, FKIP UMP, 2016
kelompok-kelompok dan komunitas-komunitas menanggulangi masalah sosial
yang diakibatkan oleh perubahan kondisi-kondisi. Tetapi disamping itu, secara
luas,
kecuali
bertanggung jawab
terhadap
pelayanan-pelayanan
khusus,
kesejahteraan sosial berfungsi lebih lanjut ke bidang yang lebih luas di dalam
pembangunan sosial suatu Negara (Midgley, 2000).
Pada pengertian yang lebih luas, kesejahteran sosial dapat memainkan
peranan penting dalam memberikan sumbangan untuk secara efektif menggali dan
menggerakkan sumber-sumber daya manusia serta sumber-sumber material yang
ada disuatu negara agar dapat berhasil menanggulangi kebutuhan-kebutuhan
sosial yang ditimbulkan oleh perubahan, dengan demikian berperan serta dalam
pembinaan bangsa (Midgley, 2000).
6.
Sosial Budaya
Sosial budaya adalah (adat istiadat) atau kebiasan yang sering kali di
lakukan. Kondisi sosial budaya (adat istiadat) dan kondisi lingkungan (kondisi
geografis) berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi. Situasi budaya dalam hal
ini adat istiadat saat ini memang tidak kondusif untuk help seeking behavior
dalam masalah kesehatan reproduksi di Indonesia. Hal ini dikemukakan
berdasarkan realita, bahwa masyarakat Indonesia pada umumnya sudah terbiasa
menganggap bahwa kehamilan merupakan suatu hal yang wajar yang tidak
memerlukan antenal care. Hal ini tentu berkaitan pula tentang pengetahuan dan
pemahaman masyarakat tentang pentingnya antenal care dan pemeliharaan
kesehatan reproduksi lainnya (Muhammad, 1996 dalam Suryawati 2007).
13
Kajian Penyebab Tingkat…, Mauli Dwi Septia, FKIP UMP, 2016
7.
Pelayanan Kesehatan
Prilaku dan pelayanan kesehatan merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi drajat kesehatan baik individu maupun masyarakat. Peningkatan
drajat kesehatan hanya dapat dicapai apabila kebutuhan (need) dan tuntutan
(demand) perseorangan, keluarga, kelompok, dan atau masyarakat terhadap
kesehatan dapat terpenuhi kebutuhan dan tuntutan ini adalah sesuatu yang terdapat
pada pihak pemakai jasa pelayanan kesehatan (health consumer) (Waang, 2012).
Menurut levey dan Lomba yang dikutip oleh Azwar (2010), pelayanan
kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersamasama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan ,
mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan,
kelompok, keluarga, dan ataupun masyarakat.
Menurut (Parasuraman, Zeithmal dan Berry 1990 dalam Waang, 2012)
yang dikenal dengan servqual modal, ada empat faktor yang mempengaruhi
persepsi dan harapan pasien terhadap jenis pelayanan, yaitu:
a.
Pengalaman dari teman (word of mouth communication)
b.
Kebutuhan atau keinginan (personal need)
c.
Pengalaman masa lalu saat menerima jasa kesehatan (past experiences)
d.
Komunikasi melalui iklan (eksternal marketing).
C. Penelitian Terdahulu
Aeni, 2011 dalam penelitiannya yang berjudul “Risiko Kematian Ibu Di
Kabupaten Pati”. Tujuan penelitian adalah menggambarkan kematian ibu di
Kabupaten Pati dan menganalisis faktor risiko kematian maternal di Kabupaten
14
Kajian Penyebab Tingkat…, Mauli Dwi Septia, FKIP UMP, 2016
Pati. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kasus kontrol.
Hasil penelitian adalah tiga penyebab utama kematian ibu di Kabupaten Pati
adalah penyakit jantung, preeklamsi/eklamsi, dan perdarahan. Kematian ibu
tersebar di 16 kecamatan dari 21 kecamatan yang ada dan sebagian besar
kematian terjadi pada masa nifas. Analisis regresi logistik menunjukkan bahwa
faktor yang berpengaruh terhadap kematian ibu adalah komplikasi kehamilan (OR
= 12,198, nilai p = 0,010), komplikasi persalinan (OR = 9,94, nilai p = 0,020) dan
riwayat penyakit (OR = 27,735, nilai p = 0,011). Secara bersama-sama, ketiga
variabel tersebut berkontribusi terhadap 64,3% kematian ibu yang terjadi di
Kabupaten Pati Tahun 2011.
Istonia
Hermolinda Waang, 2012 dalam penelitiannya yang berjudul
“Analisis Upaya Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi Melalui Pelaksanaan
Revolusi KIA di Kabupaten Alor, Propinsi NTT’’. Tujuan dari penelitian tersebut
adalah agar tercapainya percepatan penurunan angka kematian ibu melahirkan dan
kematian bayi baru lahir melalui persalinan di fasilitas kesehatan yang memadai.
Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah metode penelitian
kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian kuantitatif menunjukan 56% ibu
melahirkan ditolong tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan, 44% ditolong oleh
dukun di rumah.
Hasil penelitian kualitatif masih kurangnya jumlah bidan,
kurangnya kemitraan dengan dukun, pemanfaatan ruang tunggu dan menggunakan
leaflet yang dibuat peneliti.
15
Kajian Penyebab Tingkat…, Mauli Dwi Septia, FKIP UMP, 2016
Tabel 2.1 Perbedaan Penelitian dengan penelitian terdahulu
Penelitian/
Tahun
Aeni, 2011
Waang, 2012
Judul
Risiko Kematian Ibu
Analisis Upaya Penurunan
Angka Kematian Ibu dan
Bayi Melalui Pelaksanaan
Revolusi KIA
Lokasi
Kabupaten Pati
Kabupaten Alor,
NTT
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah
menggambarkan kematian ibu
di
Kabupaten
Pati
dan
menganalisis faktor risiko
kematian maternal
Metode
Penelitian
Penelitian kasus control
Tujuan
dari
penelitian
tersebut
adalah
agar
tercapainya
percepatan
penurunan angka kematian
ibu melahirkan dan kematian
bayi baru lahir melalui
persalinan
di
fasilitas
kesehatan yang memadai
Penelitian Kualitatif dan
Kuantitatif
Hasil penelitian kuantitatif
menunjukan
56%
ibu
melahirkan ditolong tenaga
kesehatan
di
fasilitas
kesehatan, 44% ditolong oleh
dukun di rumah.
Hasil
penelitian kualitatif masih
kurangnya jumlah bidan,
kurangnya kemitraan dengan
dukun, pemanfaatan ruang
tunggu dan menggunakan
leaflet yang dibuat peneliti.
Hasil
Hasil penelitian adalah tiga
penyebab utama kematian ibu
di Kabupaten Pati adalah
penyakit
jantung,
preeklamsi/eklamsi,
dan
perdarahan. Kematian ibu
tersebar di 16 kecamatan dari
21 kecamatan yang ada dan
sebagian besar kematian
terjadi pada masa nifas.
Peneliti, 2016
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi
Tingkat Kematian
Ibu Dan Bayi
Propinsi Desa
Kotayasa,
Kecamatan Sumbang,
Kabupaten Banyumas
Tujuan dilakukannya
penelitian ini adalah
untuk
mengetahui
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
tingkat kematian ibu
dan kematian bayi
Penelitian Deskriptif
Kualitatif
Berdasarkan
hasil
penelitian penyebab
tingkat kematian bayi
yaitu
tingkat
pendidikan
yang
rendah
sebesar
41,8%,
pendapatan
keluarga yang rendah
sebesar
58,4%,
pelayanan kesehatan
yang masih kurang
baik sebesar 58,8%,
usia ibu yang terlalu
rentan
untuk
mengandung sebesar
75% dan kebiasaan
masyarakat
untuk
tidak memeriksakan
kehamilan sejak awal
sebesar 58,8%.
(Aeni, 2011 dan Waang 2012)
16
Kajian Penyebab Tingkat…, Mauli Dwi Septia, FKIP UMP, 2016
D. Landasan Teori
1.
Kematian ialah peristiwa hilangnya tanda-tanda kehidupan secara permanen,
yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup. Dengan demikian
keadaan mati selalu didahului oleh keadaan hidup.
2.
Kematian ibu adalah kurangnya kesadaran untuk memeriksakan kehamilan,
jarak yang terlalu dekat, umur yang terlalu muda atau terlalu tua dan makanan
yang di konsumsi saat kehamilan kurang baik sehingga mempengaruhi
kondisi ibu saat melahirkan.
3.
Kematian bayi diakibatkan karena kondisi ibu saat hamil kurang baik, ibu
jarang memeriksakan kehamilannya kepada tenaga kesehatan, jarak kelahiran
yang terlalu sempit, makanan yang dikonsumsi ibu tidak bersih,
menyebabkan bayi lahir dengan berat badan rendah dan rentan akan penyakit
yang dapat mengakibatkan bayi meninggal.
4.
Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah umur akan semakin berkembang pula daya tangkap
dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin baik
juga.
5.
Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan baik yang meninggal
ataupun yang hidup.
6.
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, karena semakin tinggi pendidikan
maka semakin banyak informasi yang didapat. Pendidikan sangat dibutuhkan
manusia untuk pengembangan diri dan meningkatkan kematangan intelektual
seseorang.
17
Kajian Penyebab Tingkat…, Mauli Dwi Septia, FKIP UMP, 2016
7.
Jarak berhubungan dengan kererjangkauan pelayanan kesehatan yang
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pemanfaatan fasilitas pelayanan
kesehatan.
8.
Kesejahteraan sosial didefinisikan sebagai kegiatan yang terorganisasi dengan
tujuan meningkatkan kesejahteraan dari segi sosial melalui pemberian
bantuan kepada orang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan didalam
beberapa bidang seperti kehidupan keluarga dan anak, kesehatan,
penyesuaian sosial, standar-standar kehidupan dan hubungan-hubungan
sosial.
9.
Sosial budaya adalah (adat istiadat) atau kebiasan yang sering kali di lakukan.
10. Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau
secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan , mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan, kelompok, keluarga, dan ataupun
masyarakat.
18
Kajian Penyebab Tingkat…, Mauli Dwi Septia, FKIP UMP, 2016
E. Kerangka Pikir
Penyebab kematian
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Umur ibu
Jarak ke fasilitas kesehatan
TINGKAT
Pendidikan
KEMATIAN BAYI
Paritas
Kesejahteraan sosial
Pelayanan kesehatan
Sosial budaya
Gambar 2.1. Diagram alur kerangka pikir
F. Pertanyaan Penelitian
Mengapa tingkat kematian bayi di Desa Kotayasa Kecamatan Sumbang
Kabupaten Banyumas sangat tinggi dibandingkan dengan Desa-Desa lainnya?
19
Kajian Penyebab Tingkat…, Mauli Dwi Septia, FKIP UMP, 2016
Download