9 3 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan mulai April 2012 sampai dengan Agustus 2012 di Laboratorium Biologi Molekuler, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bahan Bahan tanaman yang digunakan adalah populasi BC3F4 dari persilangan antara padi japonica cv. Nipponbare transgenik dan padi indica kultivar Ciherang. Ciri-ciri padi Ciherang disajikan pada Lampiran 1. Primer HPT-F (5’ GATGCCTCCGCTCGAAGTAGCG 3’) dan primer HPT-R (5’ GCATCTCCCGCCGTGCAC3’) digunakan untuk mengidentifikasi adanya gen hpt. Primer 35S - F (5’ GAGAGAAAGCTTCATGGAGTCAAAGATTCAAA 3’) dan primer CsNitr1-L-R (5’ ATAGATGATGGAGGCGATGG 3’) digunakan untuk mengetahui gen CsNitr1-L yang difusikan dengan promoter 35S CaMV menggunakan polymerase chain reaction (PCR). Primer Aktin-F (5’ TCCATCTTGGCATCTCTCA 3’) dan Primer Aktin-R (5’ GTACCCGCATCAGGCATC 3’) digunakan untuk mengamplifikasi aktin sebagai kontrol internal tanaman padi untuk mengetahui keberadaan DNA genom. Posisi primer HPT, 35S dan CsNitr1 disajikan pada gambar 4. Gambar 4. Peta daerah T-DNA plasmid pIG121HM. RB = right border; PNOS= promoter nopaline sythase; NPTII = neomycin phosphotransferase II; TNos = terminator nopaline sythase untuk gen target; CsNitr1-L = nitrit reduktase; P35S = promoter 35S CaMV; hpt = hygromisin phosphotransferase; LB = left border; 10 Metode Penelitian Seleksi kecambah transgenik dengan higromisin Biji padi dikeringkan di dalam inkubator pada suhu 45 °C selama 2 hari. Biji-biji tersebut kemudian disterilisasi dengan perendaman dengan etanol 70% selama 1 menit dan pada larutan pemutih/bleach 30% (konsentrasi akhir sodium hypochlorite NaOCl 2%) + tween selama 1 jam. Biji kemudian dibilas dengan akuades steril sebanyak lima kali. Biji yang telah disterilkan kemudian ditumbuhkan di media MS0 yang mengandung 50 mg/l antibiotik higromisin selama tiga minggu untuk mendapatkan tanaman yang tahan higromisin. Sebagai kontrol terhadap efektifitas media seleksi, padi non transgenik ditanam di media selektif yang sama dengan media untuk tanaman transgenik. Bibit yang tumbuh dipindahkan ke cawan petri baru dengan media air selama 1 minggu kemudian bibit dipindah ke media tanam berupa bak kecil yang berisi tanah selama 2 minggu. Selanjutnya bibit ini dipindah ke media ember yang berisi tanah, yang telah dianalisis terlebih dahulu untuk mengetahui kandungan Ntotal. Tanah yang digunakan sebagai media tumbuh adalah 10 kg/ember. Setiap ember ditanami satu bibit. Perlakuan pupuk Tanaman transgenik dan non transgenik yang telah dipindah ke ember diberi pupuk dasar 100 kg TSP dan 100 kg/ha KCl tiap hektar, pada saat tanam. Pupuk urea diberikan sebagai perlakuan dengan empat taraf yaitu 0, 50, 100 dan 150 kg/ha. Urea di berikan 3 kali yaitu 25% pada saat tanam, 25% berumur 4 MST dan 50% memasuki primordia akhir. Percobaan setiap genotipe pada setiap dosis pemupukan terdiri dari dua bibit. Analisis fenotipe Fenotipe yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah tanaman tiap rumpun, berat kering tanaman, hari mulai berbunga, panjang malai, berat 100 biji, jumlah biji per malai dan berat biji tiap rumpun. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan uji beda nyata. Tinggi tanaman diukur mulai dari titik tumbuh hingga leher malai, yang dilakukan di akhir penelitian (panen) terhadap satu tanaman yang paling tinggi dalam satu rumpun. Jumlah anakan tiap rumpun dihitung ketika tanaman memasuki masa reproduktif ditandai dengan keluarnya malai dengan menghitung semua tanaman dalam satu rumpun dikurangi dengan tanaman induk. Umur berbunga dihitung dari saat tanam sampai dengan tanaman menghasilkan malai. Panjang malai diukur dari pangkal malai sampai dengan ujung malai dengan mengambil 3 malai tiap rumpun kemudian di rata-ratakan. Berat seratus biji dihitung berdasarkan rata-rata dari tiga kali penimbangan dari 100 biji yang diambil secara acak untuk tiap rumpun. Berat biji tiap rumpun diukur dengan menimbang seluruh biji yang dihasilkan tanaman dalam satu rumpun. Jumlah biji per malai dihitung berdasarkan rata-rata dari 3 malai tiap rumpun yang diambil secara acak. 11 Rancanan percobaan Percobaan ini terdiri dari 4 macam dosis pemupukan yaitu 0, 50, 100 dan 150 kg/ha. Masing-masing percobaan pemupukan menggunakan rancangan acak kelompok dengan satu perlakuan dan dua ulangan. Perlakuan terdiri dari lima genotipe. Masing-masing perlakuan terdiri dari dua tanaman. Adapun rumus matematikanya adalah sebagai berikut: Yij = µ + τi + Bj + єij Dimana : Yij : Pengamatan Faktor genotipe taraf ke-i, faktor pemupukan taraf kej dan kelompok ke-k µ : Rataan Umum τi : Pengaruh Faktor genotipe pada taraf ke-i Bj : Pengaruh Kelompok pada taraf ke-j єij : Pengaruh galat pada faktor genotipe taraf ke-i dan kelompok ke-j Pengolahan data dilakukan terhadap pengaruh genotipe untuk masingmasing dosis pemupukan dan tidak dilakukan pengolahan antar dosis pemupukan. Isolasi DNA tanaman Isolasi DNA tanaman padi menggunakan prosedur CTAB (Doyle & Doyle 1990) yang dimodifikasi. DNA diisolasi dari tanaman padi setelah dipindah ke bak kecil. Sebanyak 0,5 g daun padi digerus dengan nitrogen cair hingga membentuk serbuk kemudian ditambahi 600 µl larutan buffer CTAB (CTAB, PVP, ß-merkaptoetanol) dan 1/10 volume Na asetat di dalam tabung mikro. Selanjutnya tabung mikro yang berisi suspensi sel dan DNA diinkubasi pada suhu 65°C selama 30 menit dan diinkubasi di dalam es selama 5 menit. Setelah itu, 1x vol chloroform-isoamil alkohol (24:1) ditambahkan kedalam suspensi tersebut, kemudian dibolak-balik agar tercampur dan dilanjutkan dengan sentrifugasi 11.000 g selama 15 menit. Cairan yang terdapat di atas dipindahkan ke tabung mikro baru kemudian ditambahi dengan 1/10 volume Na asetat, 2/3 volume isopropanol dingin dan 2 x volume etanol absolute (98%) lalu di bolak-balik sebentar agar tercampur, kemudian diinkubasi di es selama 15 menit. Tabung disentrgifugasi lagi dengan kecepatan 11.000 g. Cairan dibuang dan endapan yang terbentuk ditambahi dengan etanol 70% kemudian disentrifugasi kembali dengan kecepatan 11.000 g selama 5 menit. Endapan yang ada dikeringkan dengan vakum 5 menit, lalu dilarutkan dengan 50 µl buffer TE (10 mM Tris-HCl; 1 mM EDTA) dan diberi perlakuan 1µl RNAse (100 µg/µl). Suspensi DNA kemudian diinkubasi 37 °C selama 30 menit. Kualitas dan kuantitas DNA yang diisolasi selanjutnya diukur dengan nanodrop. 12 Analisis gen hpt dan CsNitr1-L dengan PCR DNA yang telah diisolasi selanjutnya dianalisis dengan PCR menggunakan metode Sambrook dan Russel (1989). Reaksi PCR terdiri dari 100 ɳg DNA, 7,5 µl Readymix PCR kit 2G, 0,75 DMSO, 0,75 µl primer forward (10 µM), 0,75 µl primer reverse (10 µM), dan 4,25 µl ddH2O steril dengan total volume 15 µl. Kondisi PCR yang digunakan untuk analisis gen hpt adalah pra PCR 94°C selama 5 menit, denaturasi 94°C selama 30 detik, annealing 65°C selama 30 detik, extention pada suhu 72°C selama 30 detik. Seluruh rangkaian dilakukan selama 35 siklus dan diakhiri dengan pasca PCR pada suhu 72°C selama 5 menit. Kondisi PCR yang digunakan untuk analisis gen CsNitr1-L adalah pra PCR 95°C selama 4 menit, denaturasi pada suhu 94°C selama 1 menit, annealing pada suhu 55°C selama 45 detik, extention pada suhu 72°C selama 1 menit. Seluruh rangkaian dilakukan sebanyak 30 siklus, diakhiri dengan pasca PCR pada suhu 72°C selama 5 menit. Hasil PCR dielektroforesis pada gel agarose 1 % pada voltase 75 volt selama 45 menit. Selanjutnya gel direndam dengan larutan etidium bromida (0,5 mg/l) selama 10 menit dan di air selama 7 menit. Visualisasi pita DNA di gel dilakukan di bawah UV transiluminator dengan Gel Doc.