Presentasi Muhammadiyah dan ekonomi

advertisement


Kata Tajdi berasal dari bahasa Arab “jaddadayujaddidu-tajdiidan” yang artinya
memperbaharui. Dalam bahasa indonesia
diartikan dengan pembaharuan atau
modernisasi.
Dalam ensiklopedi Islam Indonesia kata tajdid
diartikan dengan istilah untuk merubah
kehidupan ummat dari keadaan yang sedang
berlangsung kepada keadaan baru yang
dikehendak diwujudkan.



Nurcholis majid mendefinisikan tajdid
atau
pembaharuan dalam islam dengan istilah modernisasi
berarti sebagai rasionalisasi untuk memperoleh daya
guna dalam berfikir dan bekerja guna kebahagian
ummat manusia sebagai aktualisasi prerintah Allah.
Sedangkan dalam kamus istilah fiqih, kata tajdid
diartikan
sebagai
memperbaharuhi
atau
menghidupkan kembali nilai keagamaan sesuai
dengan nilai qur’an dan as-sunah setelah mengalami
kemunduran dan kelesuan karena kurafat dan bid’ah
di kalangan ummat Islam.
M.
Quraisy
Shihab
me3ndefinisikan
sebagai
pembaharuan dan pencerahan.
Terkait dengan tajdid rasulallah pernah
mengutus Muadz ke Yaman. Rasulallah
besabda” bagaimana kamu jika kalau
menghukum bila datang suatu perkara? Muadz
menjawab” saya akan menghukum dengan
kitabullah” bagaimana jika tidak terdapat di
kitabullah” Muadz menjawab” saya akan
menghukum
dengan
sunah
rasulallah,
bagaimana jika tidak terdapat pada Sunah
Rasulallah, muad menjawab” saya berijtihad
denan pikiran saya dan tidak akan
mundur…(HR. Abu Dawud)




Kata Tajdid tidak dapat dipisahkan dengan
Muhammadiyah sebab Muhammadiyah merupak
organisasi yang bergerak dalam bidang tajdid dan
reformasi.
Bagi Muhammadiyah gerakan Tajdid meliputi dua hal
yaitu tajdi dalam pengertian Pemurnian (purification)
dan tajdid dalam kontek pembaharuan (reformation)
Tajdid dalam kontek pemurnian adalah kembali
kepada semangat dan ajaran Islam yang murni dan
membebaskan umat Islam dari tahayul. Bid’ah
Khurafat.
Dan tajdid dalam mkontek pembaharuan adalah usaha
dan upaya intelektual Islam untyk menyegarkan dan
memperbaharui pengertian dan penghayatan terhadap
agamanya berhadapan dengan perubahan dan
perkembangan masyarakat.




Kata tajdid memiliki 2 makna. Dilihat dari segi dan
sasarannya, Pertama: berarti pembaharuan yang bermakna
mengembalikan kepada yang aslinya, ialah apabila tajdid itu
sasarannya mengenai soal-soal yang mempunyai sandaran,
dasar, landasan dan sumber yang tidak berobah-obah (tetap).
Kedua: berarti pembaharuan yang bermakna modernisasi,
ialah apabila tajdid itu sasarannya mengenai hal-hal yang tidak
memiliki sandaran dasar, seperti metode, sistem, teknik,
strategi, taktik dan lain-lain yang sebangsa itu ialah
disesuaikan dengan situasi kondisi atau ruang dan waktu.
Sedangkan rumusan tajdid yang ada diberita resmi
Muhammadiyah adalah dari segi bahasa berarti pembaharuan,
dan dari segi istilah tajdid memiliki 2 arti:
1. Pemurnian
2. Peningkatan, pengebangan, modernisasi dan yang semakna
dengannya.



Dalam arti “pemurnian” istilah tajdid diarahkan
kepada pemeliharaan matan ajaran Islam yang
berdasarkan dan bersumber kepad Al-Qur’an dan
As-Sunah as-shohihah
Dalam
arti
“peningkatan,
pengembangan,
modernaisasi dan yang semakna” tajdid diartikan
sebagai penafsiran, pengamalan, dan perwujudan
ajaran Islam dengan tetap berpegang teguh kepada
Qur’an dan Sunah Ash-shihihah.
Untuk melaksanakan tajdid dalam kedua
pengertian tersebut diperlukan aktualisasi akal
pikiran yang cerdas dan fitri, serta akal budi yang
bersih, yang dijiwai ajaran Islam.



Munurut Muhammadiyah, Tajdid merupakan
salah satu watak dari ajaran Islam.
Pada awalnya Muhammadiyah dikenal dengan
gerakan “Purifikasi” yaitu kembali kepada
semangat dan ajaran Islam yang murni dan
membebaskan umat Islam dari TBC.
Kemudian modernisassi (pembaharuan) yaitu
dalam menghadapi corak kehidupan
keagamaan ganda yaitu antara sinkretisme dan
tradisional


Pada awal berdirinya Muhammadiyah belum
memiliki majelis ini, seiring dengan tumbuh
kembangannya persyerikatan ini kebutuhankebutuhan internal juga ikut berkembang,
misalnya
munculnya
perselisihan
paham
mengenai masalah-masalah keagamaan, terutama
yang berhubungan dengan fiqih yang mesti
diselesaikan.
Melihat pentingnya lembaga ini maka pada tahun
1928 M. melalui keputusan kongres ke-17 di
Yogyakarta berdirilah lembaga tersebut dengan
nama Majelis Tarjih Muhammadiyah.








1. KH. Mas Mansur
2. Ki Bagus Hadikusumo
3. KH. Ahmad Badawi
4. Krt. KH. Wardan Diponingrat
5. KH. Azhar Basyir
6. Prof. Drs. Asjmuni Abdurrohman (19901995)
7. Prof. Dr. H. Amin Abdullah (1995-2000)
8. Dr. H. Syamsul Anwar. MA (2000-2005)


1) mempergiat pengkajian dan penelitian
ajaran Islam dalam rangka pelaksanaan tajdid
dan antisipasi perkembangan masyarakat.
2) menyampaikan fatwa dan pertimbangan
kepada
pimpinan
persyerikatan
guna
memnentukan
kebijaksanaan
dalam
menjalankan
kepemimpinan
serta
membimbing umat khususnya anggota dan
keluarga Muhammadiyah.



3) mendampingi dan membantu pimpinan
persyeriktan dalam membimbing anggota
melaksanakan ajakran Islam.
4) membantu pimpinan persyeriktan dalam
mempersiapkan dan meningkatkan kualitas
ulama
5) mengarahkan perbedaan pendapat atau
faham dalam bidang keagamaan ke arah yang
lebih maslahat.

Metodelogi yang dikembangkan oleh majelis
Tarjih adalah metode Istimbath. Istimbath
menurut bahasa adalah mengeluarkan atau
menetapkan. Menurut Istilah adalah suatu
kaidah dalam usul fiqh dalam menetapkan
hukum dengan cara ijtihad. Dengan kata lain
mengeluarkan hukum-hukum dari nash-nash
yang telah ditetapkan syara’



1) Al-Ijtihad Al-Bayani: menjelaskan hukum
yang khususnya telah ada dalam Al-Qur’an
dan Al-Hadits.
2) Al-Ijtihad Al-Qiyasi: menyelesaikan kasus
baru dengan cara mengaanalogikannya dengan
kasus yang hukumnya telah diatur dalam AlQur’an dan Al-Hadits.
3) Al-Ijtihad Al-Istishalhi: menyelesaikan
beberapa kasus baru yang tidak terdapat
dalam kedua sumber hukum di atas. Dengan
cara menggunakan penalaran yang didasarkan
atas kemaslahatan.



1) Prinsip Al- Mura’ah (konserpasi) yaitu
upaya pelestarian nilai-nilai dasar yang
termuat dalam wahyu.
Pelestarian ini
dilakukan dengan upaya purifikation. Seperti
Aqidah dan Ibadah Mahdhah.
2) Prinsip Al-Tahdithi (inovasi) upaya
penyempurnaan
ajaran
Islam
guna
mememnuhi tuntutan spritual masyarakat
Islam
3) Prinsip Al-Ihtikari (kreasi), penciptaan
rumusan pemikiran Islam secara kreatif,
konstraktif. Dengan adaptatif dan selektif.

Islam adalah agama yang sempurna dan mengatur
seluruh aspek kehudupan termasuk ekonomi

Prinsip ekonomi islam :
1. Prinsip halal haram
2. Prinsip kemanfaatan
3. Prinsip kesederhanaan



Paradigma menurut Thomas Khun yaitu suatu
cara pandang
Paradigma menurut Syaikh Taqiyuddin anNabhani yaitu pemikiran dasar yang menjadi
landasan bagi pemikiran-pemikiran lain
Jiwa ekonomi Muhammadiyah sudah terlihat
dari profil pendirinya yaitu seorang
bussinesman


Para pembisnis memiliki misi amar makruf
nahi munkar sehingga berimbas positif pada
eksistensi lembaga dan pemberdayaan
ekonomi bagi tubuh muhammadiyah
KH.Ahmad Dahlan Mengajarkan bahwa islam
tidak bersifat ucapan tetapi harus diaplikasikan
terhadap serangkaian aksi nyata berupa
amalan yang kongkret di berbagai bidang.



Terbentuk pada Muktamar 41 Tahun 1985 di
Solo
Terbentuk karena dorongan dari programprogram ekonomi yang telah di rancang dan
terlibat didalam bidang ekonomi
MEM berubah menjadi MPEM pada muktamar
43 di Banda Aceh
MPEM mempunyai visi
1. Mengembangkan Badan Usaha Milik Muhammadiyah
2. Mengembangkan wadah koperasi Muhammadiyah
3. Memberdayakan anggota Muhammadiyah untuk
menggembangkan BUMM
 MPEM berubah menjadi ME PP Muhammadiyah



Upaya untuk mencapai visi dan misi
Muhammadiyah, pada dasarnya sudah
memiliki modal yang memadai yaitu
1. Sumber daya manusia
2. Lembaga yang didirikan
3. Organisasi muhammadiyah
Berdasarkan muktamar ke 44 Tahun 2000 di
Jakarta

Berdasarkan muktamar ke 44 Tahun 2000 di
Jakarta menetapkan program kerja :
1. Melancarkan Program pemberdayaan
ekonomi rakyat
2. Menggalang kerjasama dengan berbagai
pihak untuk mengembangkan programprogram ekonomi
3. Mengembangkan pelatihan-pelatihan
Download