Menarik Benang Merah Lingkungan Binaan dan Kesehatan

advertisement
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan
Masyarakat
Menarik Benang Merah
LINGKUNGAN BINAAN DAN
KESEHATAN MASYARAKAT
MUHAMAD RATODI
PENERBIT
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
UIN SUNAN AMPEL
Menarik Benang Merah Lingkungan Binaan dan
Kesehatan Masyarakat
Penulis :
Muhamad Ratodi
ISBN : 978-602-50337-0-4
Editor :
Oktavi Elok Hapsari
Disain Sampul:
Mohammad Yazid Rohman
Penerbit
Program Studi Arsitektur UIN Sunan Ampel
Jl. A. Yani no 117 Surabaya, Jawaa Timur
Indonesia, 60237
Email: [email protected]
Cetakan pertama, Oktober 2017
Hak Cipta dilindungi undang-undang
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara
apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit
Teruntuk
Ibunda, Istri dan anak-anakku
tercinta
Kata Pengantar
Tidak dapat dipungkiri bahwa kesehatan merupakan salah satu
hal yang paling berharga bagi kehidupan manusia. Derajat
kesehatan individu memiliki berbagai faktor determinan yang
mampu menentukan optimal tidaknya status kesehatan individu
itu sendiri dan bersifat multisektoral dalam upaya mencapai
derajat kesehatan yang maksimum.
Salah satu yang menjadi penentu kesehatan adalah faktor
lingkungan, khususnya lingkungan binaan atau lingkungan non
alamiah. Manusia dalam kehidupannya tidak bisa tidak lepas dari
lingkungan binaan dan berbagai aspek elemennya. Diperlukan
pemahaman yang mendalam tentang peran dan mekanisme
dampak lingkungan binaan terhadap kesehatan.
Akan tetapi pada kenyataan, belum banyak tulisan populer yang
spesifik membahas ke topik lingkungan binaan dan kesehatan.
Tulisan ini mencoba mengisi kesenjangan atas kurangnya
sumber referensi terkait lingkungan binaan dan kesehatan di
masyarakat.
Buku sederhana ini berupaya untuk mengilustrasikan bagaimana
mekanisme lingkungan binaan berdampak kepada kesehatan
masyarakat. Kajian ini ditujukan bagi khalayak luas, termasuk
para pembuat kebijakan, mahasiswa serta praktisi pendidikan
dan kesehatan masyarakat.
i
Penulis berharap tulisan ini dapat membantu memberikan
pengetahuan seputar diskusi lingkungan binaan dan kaitannya
dengan kesehatan, sehingga dapat menjadi salah satu sumber
yang bermanfaat bagi mereka yang peduli terhadap upaya
menciptakan kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
Walaupun secara spesifik tulisan banyak mengacu dari studi
kasus di negara maju akan tetapi konsep dasar dan kerangka
berpikirnya diharapkan masih relevan dengan kondisi di
Indonesia.
Akhir kata, tak ada gading yang tak retak, tak ada manusia yang
sempurna Semoga buku yang ada di tangan anda ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua
Surabaya, Agustus 2017
Muhamad Ratodi
ii
Daftar Isi
i
Kata Pengantar
Daftar Isi
iii
BAGIAN 1 LINGKUNGAN DAN KESEHATAN
1
BAGIAN 2. KUALITAS BANGUNAN
9
Kualitas Udara ………………………………………..
15
Temperatur ……………………………………………
20
Kelembaban …………………………………………..
21
Kebisingan ……………………………………………..
23
Pencahayaan ………………………………………….
25
Keamanan Hunian …..……………………………..
26
Ruang …………………………………………………….
28
Aksesibilitas …………………………………………...
30
Lingkungan Sekitar ………………………………..
31
Lokalitas …………………………………………………
35
Perbaikan Kualitas Perumahan ……………….
36
iii
BAGIAN 3. AREA PUBLIK DAN JEJARING
SOSIAL
39
Aktifitas Fisik ………………………………………….
42
Kualitas Udara ………………………………………..
47
Jejaring Sosial ………………………………………...
50
Keselamatan Jalan Raya………………………….
52
Daya Tarik Lingkungan …………………………..
56
Aksesibilitas …………………………………………...
58
Jarak Jangkauan Akses …………………………...
59
BAGIAN 4. MEMBANGUN SINERGI
63
Kesenjangan dalam Kesehatan ………………
66
Tantangan Kesehatan Masyarakat …………
67
Pengembangan Kebijakan ……………………..
68
Pembangunan Perkotaan ………………………
69
Perumahan …………………………………………….
71
Kolaborasi dan Dialog ……………………………
72
Penilaian Dampak Kesehatan …………………
73
Apa yang bisa dilakukan ………………………..
76
REFERENSI
83
iv
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
BAGIAN 1
LINGKUNGAN DAN
KESEHATAN
[1]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
P
engaruh sebuah lokasi atau tempat terhadap
kesehatan bukanlah sebuah konsep baru. Jauh
pada
masa
500
SM
Hippocrates
mendeskripsikan rawa-rawa sebagai tempat yang tidak
menyehatkan, sedangkan wilayah tepi bukit yang cerah
dan berangin sebagai tempat yang menyehatkan1.
Di abad ke 18, para pekerja sektor industri sangat
rentan terpapar dengan kondisi kesesakan yang
berlebih, buruknya pencahayaan dan ventilasi serta
minimnya
fasilitas
sanitasi
yang memadai,
baik
ditempat kerja maupun di tempat tinggalnya. Kondisi
tersebut
mengarah
kepada
munculnya
berbagai
penyakit seperti tifus, demam kuning, tuberkulosis dan
kolera2.
Undang-Undang Kesehatan Masyarakat tahun 1848 di
Inggris telah berperan sebagai
cikal bakal usaha
pengendalian penyakit melalui berbagai pendekatan,
[2]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
mulai dari perencanaan kota (urban planning) yang
meliputi penataan sistem pembuangan kotoran, sistem
pengumpulan sampah, pengendalian hewan pengerat
hingga program abatisasi nyamuk.
Para pekerja tambang di abad ke 18
(sumber: dailymail.uk)
Seiring
makin
signifikannya
pengaruh
ilmu
pengetahuan dan sains berdampak kepada pergeseran
titik fokus orientasi terkait kesehatan masyarakat,
dimana berbagai upaya pencegahan (preventive action)
penyakit lebih diutamakan. Sebagai contoh, usaha
pencegahan penyakit dalam konteks perencanaan
[3]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
hunian dan kota dilakukan dengan upaya untuk
memastikan
bangunan
dan
hunian
memiliki
pencahayaan yang memadai serta meminimalkan
paparan racun seperti asbes dan timbal. Konsep zonasi
yang diperkenalkan pada awal abad ke 20, juga
ditujukan untuk memperbaiki derajat kesehatan melalui
dekonsentrasi populasi dan pemisahan area hunian dan
bisnis3.
Akan tetapi pada perkembangan di kemudian hari,
langkah-langkah tersebut memiliki kecenderungan
untuk berkontribusi terhadap munculnya masalah
kesehatan kronis di abad ke 21. Dikemudian hari
diketahui bahwa faktor penguat gejala penyakit dan
kematian dari para penderita gangguan jantung,
kanker, serebrovaskular, penyakit pernafasan kronis
dan cedera disebabkan oleh berbagai unsur dalam
lingkungan binaan yang berkontribusi terhadap gaya
hidup penghuninya dan peningkatan resiko lingkungan
binaan
[4]
yang
berbahaya
terhadap
kesehatan
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
penghuninya. Berbagai bukti juga menunjukkan bahwa
beban penyakit kemungkinan lebih besar menimpa
kelompok sosial dengan tingkat ekonomi rendah,
kelompok minoritas dan kelompok yang memiliki
kerentanan tinggi.
Lebih lanjut, kebijakan perencanaan yang tanpa melalui
kajian komprehensif telah menyebabkan fragmentasi
dengan menekankan kebutuhan individu di atas
kepentingan masyarakat, sehingga mempersulit bagi
individu untuk mengembangkan dan mempertahankan
dukungan jejaring sosialnya. Dengan kata lain, dapat
dikatakan
urbanisasi
menurunkan
dan
kecenderungan
industrialisasi
eksistensi
telah
dukungan
terhadap hubungan sosial meskipun ke dua hal
tersebut,
urbanisasi
dan
industrialisasi,
telah
meningkatkan standar hidup manusia dalam bentuk
perkembangan bahan material dan perbaikan sanitasi4.
[5]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
Dengan demikian sebuah tempat / lokasi dan
kesehatan memiliki hubungan yang erat antara
keduanya
akan
tetapi
sejauh
mana
derajat
keterhubungan tersebut ditentukan oleh berbagai
faktor sosial, lingkungan dan ekonomi sebagaimana
setiap kebijakan yang dibuat pada suatu wilayah sangat
mempengaruhi
derajat
kesehatan
masyarakat
didalamnya5. Peran khusus dari lingkungan binaan
dalam
menentukan
derajat
kesehatan
dan
kesejahteraan diperlihatkan dalam model seperti pada
skema 1. Pada skema tersebut mengidentifikasi
sejumlah elemen di lingkungan binaan, termasuk
bangunan gedung, tempat tinggal, rute dan akses jalan
yang mampu mempengaruhi kesehatan manusia.
Sebagaimana pada skema, hubungan antara manusia
dengan lingkungan binaannya memiliki pengaruh yang
kuat terhadap kesehatan individu. Lingkungan binaan
dapat didefinisikan sebagai semua bangunan, ruangan
dan produk yang dibuat atau dimodifikasi oleh
[6]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
manusia. Lingkungan binaan berdampak terhadap
lingkungan fisik, baik interior maupun eksterior,
sekaligus lingkungan sosial yang selanjutnya mengarah
kepada kepada kesehatan dan kualitas hidup manusia 7.
Skema 1. Determinan kesehatan dan kesejahteraan
disekitar manusia6
[7]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
Kajian ini mencoba menggambarkan temuan penting
dari beragam penelitian dengan pendekatan evidence-
based yang menunjukkan berbagai tempat dimana
manusia tinggal, bekerja dan bersantai memiliki
pengaruh terhadap kesehatan manusia. Kajian kedepan
akan memberi penekanan terhadap banyaknya jalur
yang
memungkinkan
lingkungan
binaan
mempengaruhi kesehatan.
Bagian 2 pada kajian ini membahas bagaimana disain
dan
perawatan
bangunan
sebagaimana
lokasi
bangunan dapat mempengaruhi kesehatan. Bagian 3
akan membahas tentang hubungan kesehatan dengan
ruang terbuka dan jejaring yang ada didalamnya.
Sedangkan Bagian 4 mencoba merangkum wacana
membangun sinergitas antara perencana lingkungan
dan sektor kesehatan.
[8]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
BAGIAN 2
KUALITAS BANGUNAN
“We shape our buildings and thereafter
they shape us (Winston Churcill)”
[9]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
B
angunan digunakan untuk berbagai fungsi
dan
keperluan
manusia,
termasuk
perkantoran, pendidikan, perhubungan, bisnis hiburan,
rekreasi dan lain sebagainya. Tentunya lingkungan
ruang dalam (indoor environment) merupakan tempat
dimana sebagian besar manusia menghabiskan waktu
beraktivitasnya. Berdasarkan hasil penelitian rata-rata
penduduk
negara
berkembang
diperkirakan
menghabiskan lebih dari 85% waktunya beraktivitas di
dalam bangunan atau berpindah-pindah dari satu
bangunan ke bangunan lainnya menggunakan mode
transportasi tertutup9.
Bagian
ini
mencoba
mengkaji
pengaruh
dari
lingkungan internal, termasuk didalamnya perumahan
dan bangunan lainnya, terhadap kesehatan. Kajian ini
juga akan menegaskan isu perancangan baik dalam
bangunan individual maupun lingkungan sekitarnya
serta menelaah bagaimana faktor fisik dan sosioekonomi berdampak kepada kesehatan.
[10]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
Sebagai bentuk pengakuan terhadap peran kondisi
hunian terhadap kesehatan, Badan Kesehatan Dunia
(WHO) telah mendedikasi area topik tertentu yang
mengeksplorasi keterkaitan tersebut. WHO telah
menggambarkan
bahwa
hubungan
saling
mempengaruhi antara hunian dengan kesehatan hanya
dapat dipahami dengan melibatkan beberapa dimensi
kajian yang berbeda, termasuk diantaranya lingkungan,
masyarakat dan ekonomi10.
Bangunan dapat dikatakan sebagai bangunan yang
baik bila memiliki kesesuaian antara rancangan dengan
fungsinya. Perancangan rumah, sekolah, rumah sakit
dan
bangunan
kesehatan, baik
lainnya
secara
dapat
mempengaruhi
langsung maupun
tidak
langsung. Sebagai contoh, rumah sakit yang dirancang
dengan baik dan mempertimbangkan aspek kebutuhan
pasien dan staffnya dapat memberikan dampak positif
terhadap kesembuhan pasien, kinerja staff serta
keselamatan staff dan pasien11,12.
[11]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
Bangunan sekolah yang dirancang dengan baik, yang
memiliki
dampak
langsung
terhadap
kesehatan
siswanya, bahkan telah dikaitkan dengan peningkatan
pencapaian prestasi pendidikan, prospek pekerjaan
yang lebih baik serta pendapatan yang lebih tinggi di
masa dewasa13.
Disain bangunan pun dapat mempengaruhi aktifitas
fisik
dari
pemakainya.
Sebagai
contoh,
banyak
bangunan modern memiliki tampilan dan akses lift
yang
mencolok
sementara
tangga
diletakkan
tersembunyi atau memiliki tampilan yang tidak
menarik. Padahal dengan mendisain tangga yang
mencolok dan memiliki daya tarik yang baik maka
diharapkan mampu mendorong pemakai bangunan
untuk melakukan aktifitas fisik ringan yang bermanfaat
bagi kesehatannya sendiri14.
Perbaikan standar perancangan bangunan dan bahan
bangunan juga telah berkontribusi positif terhadap
[12]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
perbaikan derajat kesehatan melalui berbagai aspek,
diantaranya
kualitas
udara,
kondisi
suhu
serta
pencahayaan yang memadai. Akan tetapi, walaupun
telah terdapat standar modern dalam perancangan
bangunan, tidak semua orang merasakan manfaatnya,
khususnya bagi mereka yang tinggal dan bekerja di
bangunan berusia tua atau tidak terpelihara dengan
baik.
Sebuah penelitian independen di Inggris terkait
kesenjangan kesehatan, yang dikenal dengan Acheson
Report menunjukkan bahwa para lansia dan anak-anak
lebih cenderung terkena dampak dari kondisi hunian
yang tidak layak dibandingkan kelompok usia lain
dalam masyarakat15. Dalam laporan tersebut juga
menyatakan bahwa selain kerentanan biologis, mereka
yang berada pada ujung siklus hidup tersebut juga
cenderung lebih berisiko terhadap permasalahan
ekonomi
dan
kekurangan
dana
dalam
usaha
memperbaiki dan merawat huniannya melalui proses
[13]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
renovasi dan penyediaan bahan bangunan yang
berkualitas16.
Secara
umum,
status
kepemilikan
rumah
telah
digunakan sebagai indikator independen dalam usaha
meningkatkan kesehatan. Akan tetapi sejumlah faktor
masih dapat mempengaruhi hubungan tersebut.
Sebagai
contoh,
kesulitan
dalam
melakukan
pembayaran uang sewa hunian akan memberikan
dampak
negatif
terhadap
kesehatan,
khususnya
kesehatan mental16,17.
Lansia berisiko lebih tinggi terhadap masalah kesehatan hunian
(sumber:okezone.com)
[14]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
Minimnya
kapasitas
keuangan
seseorang
untuk
memilih atau berpindah tempat tinggal juga telah
dikaitkan dengan depresi dan kecemasan18.
Kualitas Udara
Kualitas udara di dalam ruangan secara langsung dapat
mempengaruhi kesehatan. Lima substansi berbahaya
yang terdapat pada udara dalam ruangan telah
diidentifikasi oleh WHO yakni: radon, asap tembakau,
polutan dari proses pembakaran saat memasak,
senyawa organik volatil, dan asbestos. Ke lima
substansi tersebut telah dikaitkan dengan penyakit
pernafasan,
termasuk
asma,
kanker
paru
dan
mesothelioma18 (lihat tabel 1). Radon dan asap
tembakau juga telah diidentifikasi sebagai faktor risiko
terhadap kesehatan yang dikaitkan kualitas udara
indoor di Inggris bersama-sama dengan debu rumah
tangga dan karbon monoksida19.
[15]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
Penelitian telah menunjukkan bahwa untuk melakukan
pengukuran dampak terhadap kesehatan dari paparan
asbestos dan radon pada bangunan cukuplah sulit20
Contoh Sumber Volatil Organic Compound (VOC) dalam ruang
yang bisa mempengaruhi kualitas udara indoor
[16]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
Tabel 1. Aspek kesehatan dari polusi udara dalam ruangan
Polutan
udara
Deskripsi
Dampak terhadap kesehatan
Sebuah gas radioaktif
Dampak:
yang dilepaskan oleh
 Merusak sel paru-paru
uranium, senyawa alami
 Mengarah ke kanker paru
Indoor
Radon
yang dapat ditemukan di
tanah dan bebatuan.
Radon terperangkap di
udara indoor dengan
cara terbawa dari
permukaan tanah ke
udara diatasnya.
Asap
Campuran asap dari hasil
ETS secara khusus berbahaya
Tembakau
pembakaran akhir dari
bagi balita dan anak-anak dan
(Environment
rokok, pipa rokok, cerutu
efeknya termasuk: Asma,
al Tobacco
Smoke /ETS)
serta asap yang
Sindrom kematian mendadak
dihembuskan oleh
pada balita, Bronchitis dan
perokok
pneumonia dan penyakit
pernafasan lainnya.
Perokok pasif juga dapat
mengarah kepada Kanker paru,
Iritasi mata, hidung dan
tenggorokan dan berpotensi
kepada gangguan sistem jantung
[17]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
Cooking
Pollutans
Sumber polusi dalam
Dampak terhadap anak-anak
ruangan yang berasal
berupa gangguan pernafasan
dari proses memasak,
termasuk pneumonia
baik yang menggunakan
Dampak terhadap orang dewasa
bahan bakar
konvensional (kayu
bakar, arang, atau
minyak tanah), maupun
bahan bakar gas.
berupa Penyakit dan infeksi
saluran pernafasan,
Meningkatkan kecenderungan
asma dan perubahan fungsi paru
Senyawa
Senyawa yang menguap
Beberapa senyawa VOC diketahui
Organik
(menjadi gas) pada suhu
sebagai karsinogen sedangkan
Volatil
kamar. Sumber yang
lainnya memiliki efek yang
(Volatil
umumnya memancarkan
berbahaya terhadap kesehatan,
organic
compounds /
VOCs)
VOC ke udara di dalam
diantaranya:
ruangan termasuk
 Iritasi
Asbestos
diantaranya produk-
hidung
produk rumah tangga
 Sakit kepala
dan perawatannya serta
 Pusing
bahan-bahan material
 Gangguan penglihatan
dan perabotan.
 Gangguan memori
Bahan alami yang terbuat
Dampak:
dari serat atau benang
 Keracunan asbestos
yang berukuran sangat
 Kanker
kecil dan sering
digunakan untuk material
interor yang tahan api
dan panas serta produkproduk konsumsen
lainnya, semisal penutup
papan setrika. Serat
tersebut dapat terhisap
ke dalam paru-paru saat
seeorang bernafas.
[18]
mata,
tenggorokan
dan
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
Anak-anak
cenderung lebih
rentan terhadap
kondisi
lingkungan
tertentu
dibandingkan
orang
dewasa
yang sehat.
Rata-rata
orang
dewasa bernafas
sebanyak 13.000
liter udara per hari; dan anak-anak dalam bernafas
membutuhkan 50% udara lebih banyak per berat berat
badannya dibandingkan orang dewasa21. Para lanjut
usia dan orang-orang dengan penyakit pernafasan juga
lebih rentan terhadap gangguan kesehatan akibat
kualitas udara yang buruk22.
[19]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
Temperatur
Suhu ruangan memiliki implikasi yang besar terhadap
kesehatan manusia. Sebuah hasil penelitian di Inggris
tentang determinan sosial dan lingkungan terhadap
kematian di musim dingin selama kurun waktu 10 tahun
menunjukkan bahwa terhadap hubungan antara suhu
ruangan yang rendah dan peningkatan kematian,
khususnya pada kelompok usia lanjut usia dan mereka
yang tinggal di panti werdha23. Temuan serupa juga
dilaporkan dalam sebuah kajian awal yang dilakukan di
Irlandia Utara24. Telah dikemukakan juga bahwa suhu
ekstrem yang dihasilkan oleh kondisi perumahan yang
buruk merupakan hal yang sering diabaikan terkait
beban penyakit secara global, berkontribusi terhadap
kecelakaan domestik, penyebaran penyakit menular dan
memburuknya kesehatan secara umum25.
Sedangkan di Indonesia, yang merupakan negara
dengan iklim tropis, faktor kenyamanan thermal
menjadi isu yang muncul terkait kesehatan individu.
[20]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
Kondisi thermal yang tidak nyaman dalam ruangan
secara simultan dapat mengarah terhadap gangguan
kesehatan sementara akibat kondisi bangunan, atau
yang lebih dikenal dengan Sick Building Syndrome
(SBS). Hasil penelitian Budi Haryono di tahun 2008
menyatakan bahwa dari 350 karyawan yang bekerja
pada 18 gedung perkantoran yang disurvei, 50%
diantaranya mengalami gejala Sick Building Syndrome
(SBS).
Kelembaban
Hubungan antara hunian yang lembab dan berjamur
dengan gangguan kesehatan seperti alergi serta
masalah iritasi kulit telah dilaporkan secara luas dalam
berbagai literatur dan publikasi ilmiah. Suhu udara yang
dingin merupakan salah satu faktor yang berkontribusi
terhadap munculnya kelembaban, bersama dengan
buruknya ventilasi, bahan bangunan yang tidak standar
serta fasilitas pemanas yang tidak memadai17.
[21]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
Terdapat penelitian di Inggris yang mengkaji berbagai
literatur terkait kondisi rumah yang lembab dan
kesehatan pernafasan penghuninya dalam kurun waktu
lebih dari 15 tahun, dimana hasilnya
peningkatan
risiko
gejala
gangguan
menunjukkan
pernafasan
khususnya pada kelompok anak-anak26.
Sebuah kajian yang lain menunjukkan hubungan antara
kelembaban,
kesehatan
perkembangan
yang
buruk
jamur
pada
dan
status
anak-anak
dan
kemungkinan hubungannya dengan kelompok dewasa
dengan status kesehatan yang lebih buruk, khususnya
yang berkaitan dengan gangguan pernafasan24. Terkait
masalah pernafasan dan alergi, penelitian terbaru telah
menunjukkan hubungan yang signifikan dengan faktor
kelelahan, depresi dan kecemasan kronis. Lebih lanjut
dikatakan
bahwa
terdapat
beberapa
indikasi
peningkatan risiko akan stroke otak, serangan jantung
dan hipertensi yang dikaitkan dengan rumah yang
[22]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
berjamur,
akan
tetapi
indikasi
tersebut
masih
memerlukan penelitian lebih lanjut27.
Kebisingan
Dampak kebisingan terhadap kesehatan menjadi lebih
sulit untuk diukur saat tingkat kebisingannya hanya
menyebabkan gangguan kenyamanan dan bukan
dianggap sebagai sebuah potensi kerusakan yang nyata
terhadap pendengaran individu. Hal ini disebabkan
karena sifat subjektifitas alami dari gangguan yang
mencakup preferensi pribadi dan perbedaan tingkat
toleransi terhadap sumber kebisingan antar individu.
Sebuah laporan penelitian tentang efek kebisingan dan
gangguan kesehatan menunjukkan sebuah rantai kausal
antara kesehatan, gangguan audio dan rasa sakit, tetapi
tautan yang utama dikaitkan dengan bagaimana
individu mengalami kebisingan serta bagaimana usaha
individu tersebut dalam mengendalikan dampak dari
lingkungannya28.
[23]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
Beberapa contoh aktifitas dengan tingkat desibelnya
(sumber: design-real.com)
Penelitian lain telah menemukan perbedaan mencolok
dari dampak gangguan pada kelompok usia yang
berbeda. Bagi kelompok usia dewasa, gejala utama
meliputi
depresi
dan
berdampak
pada
sistem
kardiovaskular, pernafasan dan musculo-skeletal. Gejala
utama yang dialami oleh kelompok usia lanjut adalah
peningkatan
kejadian
stroke,
sedangkan
pada
kelompok anak-anak efek kebisingan yang utama
terlihat pada gejala gangguan pernafasan29.
Kebisingan pada malam hari juga dianggap sebagai
sebuah masalah dikarenakan mampu mempengaruhi
[24]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
kualitas tidur seseorang yang pada akhirnya berdampak
kepada kesehatan10. Lebih lanjut, penelitian telah
menunjukkan bahwa tingkat kebisingan berkontribusi
terhadap memburuknya kondisi penderita asma yang
tinggal di perkotaan dikarenakan para penderita asma
tersebut tidak dapat tidur dengan kondisi jendela yang
terbuka akibat kebisingan yang terjadi30.
Pencahayaan
Tingkat pencahayaan, terutama intensitas paparan sinar
matahari,
dapat
berdampak
pada
kesejahteraan
psikologis individu. Sebuah hubungan telah ditemukan
antara kejadian depresi dengan kurangnya paparan
sinar matahari18. Lebih lanjut, kemungkinan terdapat
hubungan antara jumlah cahaya alami pada sekolah
terhadap
motivasi
murid
dan
efektivitas
waktu
pembelajaran12,14.
[25]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
Keamanan Hunian
Sebuah studi menunjukkan lebih dari 20 juta kasus
cedera yang terjadi di rumah dan tempat hiburan setiap
tahunnya memerlukan penanganan medis, dengan 10%
diantaranya melibatkan perawatan rumah sakit dan
83.000 kasus berujung kepada kematian31. Disain rumah
tinggal juga dianggap sebagai salah satu penyebab
utama terjadinya kecelakaan domestik18.
Data statistik terbaru dari Sistem Surveilan Kecelakaan
Rumah Tangga dan Tempat Hiburan di Eropa (EHLAS)
[26]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
mengidentifikasi 48% kecelakaan terjadi di dalam rumah
tinggal dan sekitarnya. Para lanjut usia dan anak-anak
menjadi kelompok usia yang paling berisiko terhadap
berbagai jenis kecelakaan yang lazim terjadi seperti
terjatuh dan luka bakar.32,33
Area di Rumah dan tempat publik yang paling sering terjadi
kecelakaan32
[27]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
Ruang
Ketentuan ruang yang memadai juga telah dikaitkan
dengan dampak terhadap kesehatan. Sebuah hubungan
telah ditemukan antara buruknya kondisi kesehatan
mental dengan minimnya ketersediaan ruang pada
rumah tinggal sebagaimana tidak memadainya kondisi
ruang untuk aktifitas interaksi sosial baik didalam
maupun diluar rumah tinggal18.
Sumber: tribunennews.com
Hunian dan flat yang didiami oleh penghuni dengan
banyak variasi jenis pekerjaan merupakan faktor risiko
terkuat terkait rumah tinggal
[28]
yang berhubungan
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
dengan kondisi kesehatan mental yang buruk17. Sebuah
hubungan juga telah ditemukan antara tingginya jumlah
penghuni
dan
pertumbuhan
jamur
terkait
hasil
peningkatan kelembaban area18,24. Secara khusus anakanak berisiko mengalami gangguan kesehatan sebagai
hasil dari keterbatasan ruang dan kesesakan yang
berlebih (overcrowding). Anak-anak yang tinggal pada
hunian bertingkat tinggi cenderung akan mengalami
pembatasan akses untuk bermain yang mana dapat
dihubungkan dengan lebih banyak permasalahan
perilaku, peningkatan masalah kesehatan mental dan
secara umum derajat kesehatan yang lebih rendah
dibandingkan anak-anak yang tinggal hunian rendah
atau perumahan keluarga tunggal36.
Penyediaan ruang tidak semata-mata berhubungan
dengan perumahan; ruang yang yang dialokasi secara
memadai per siswa pada bangunan sekolah juga dapat
dikaitkan dengan motivasi belajar para siswa dan
efektifitas waktu pembelajaran12.
[29]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
Aksesibilitas
Aksesibilitas
dimaknai
telah
sebagai
pemanfaatan
secara menyeluruh
sebuah hunian dan
lingkungan
sekitarnya.
Para
lanjut usia adalah
kelompok
paling
yang
sering
mengalami
permasalahan
aksesibilitas
dan
semakin
meningkat
seiring
pertambahan usia. Permasalahan aksesibilitas telah
dikaitkan dengan rendahnya kesejahteraan secara
subjektif, memburuknya rasa sehat yang dipersepsikan
serta rendahnya kualitas kesejahteraan psikologis18.
[30]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
Konsep perancangan untuk kehidupan (design for life)
menyadari perubahan kebutuhan dari para penghuni
bangunan sepanjang hidup mereka dan memastikan
bahwa rumah tinggal dapat diakses dan mampu
beradaptasi dengan para penghuninya yang memiliki
permasalahan mobilitas atau pergerakan baik yang
sifatnya sementara maupun permanen.
Lingkungan sekitar
Perancangan
terhadap
lingkungan
sekitar
yang
mengelilingi bangunan dapat berpengaruh terhadap
kesehatan37.
Sebagai
contoh,
pemandangan
dari
jendela rumah sakit, sekolah ataupun rumah tinggal
telah
dikaitkan
dengan
dampak
kesehatan.
Pemandangan alam secara khusus dianggap sangat
bermanfaat
dengan
banyaknya
penelitian
yang
menunjukkan bahwa pasien-pasien rumah sakit yang
mendiami
kamar
perawatan
yang
memiliki
pemandangan alami cenderung mengalami pemulihan
[31]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
yang jauh lebih cepat daripada pada pasien yang
kamarnya tidak memiliki pemandangan alami12,38.
Pemandangan alami juga telah dihubungkan dengan
penurunan angka kematian para penduduk lanjut usia,
rendahnya angka panggilan medis diantara para
tahanan
penjara, rendahnya
kegelisahan
pada
pasien
tekanan
dokter
darah
gigi 14.
dan
Sebuah
penelitian yang dilakukan di sekolah menunjukkan
bahwa siswa yang memiliki akses atau pandangan
langsung ke lingkungan alami menunjukkan tingkat
perhatian yang lebih tinggi daripada mereka yang tidak
memiliki akses tersebut14,36.
Peletakan titik masuk rumah dapat mempengaruhi
pengembangan dan memelihara kualitas dukungan
jejaring sosial. Kemungkinan terjadinya interaksi sosial
menjadi lebih besar saat pintu masuk dari unit hunian
dirancang berdekatan atau saling berhadapan satu
[32]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
sama lainnya, atau langsung terkoneksi menuju akses
pejalan kaki atau area pertemuan publik18.
Ciri lain dari perencanaan kota yang mengedepankan
orientasi terhadap masyarakat meliputi39:
1. perencanaan yang mendorong keterkaitan visual,
2. mengusahakan pemenuhan aspek privasi yang
memadai,
3. memastikan para penduduknya memiliki akses yang
mudah terhadap berbagai fasilitas, taman, fasilitas
rekreasi dan pusat kota,
4. memberikan ruang yang ramah bagi pejalan kaki
5. menyediakan pemandangan yang baik terhadap
lingkungan sekitar (streetcapes),
6. mendorong penggunaan beranda terbuka dan
pagar yang rendah,
7. membatasi lalu lintas kendaraan bermotor
Akan tetapi sebuah studi lain menekankan pentingnya
memiliki batasan yang jelas antara ruang private dan
[33]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
ruang fasilitas bersama seperti banyaknya akses pada
area rekreasi dan sedikitnya taman yang mendukung
pemenuhan kebutuhan privasi dihubungkan tingginya
tingkat kejadian depresi40.
Hubungan
antara
perancangan
wilayah
dengan
kriminalitas telah menyita cukup banyak perhatian akan
tetapi berbagai teori yang berbeda muncul tentang
bagaimana
kriminalitas
bisa
dicegah
dengan
pendekatan perancangan. Konsep dari tata ruang yang
mampu mempertahankan penghuninya, ditunjukkan
melalui prinsip cul-de-sacs dan lingkungan terisolasi,
yang bekerja dengan prinsip dan pemikiran bahwa
dengan tidak memasukkan orang asing ke lingkungan
akan mengurangi potensi kejahatan36.
Belakangan ini telah ditegaskan bahwa konsep tersebut
dapat membuat suatu tempat atau lingkungan menjadi
lebih rentan, karena karakternya yang tersembunyi dari
perhatian publik dan fakta bahwa rasa aman dapat
[34]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
ditingkatkan jika terdapat lebih banyak berlalu lalang
melewati tempat atau lingkungan tersebut41. Sehingga
disain yang mampu meningkatkan visibilitas lokasi;
seperti konfigurasi perumahan yang memfasilitasi
pengawasan lingkungan serta menyingkirkan elemen
lingkungan yang mengarah kepada hal negatif (contoh:
bangunan
terlantar);
dapat
mengurangi
angka
kriminalitas42. Disain yang baik dapat mendorong rasa
kepemilikan bersama, keterlibatan masyarakat yang
lebih besar serta menekan angka efek negatif seperti
vandalisme dan penyalahgunaan fasilitas43.
Lokalitas
Terdapat peningkatan pengakuan terhadap kaitan
antara kondisi lingkungan yang tidak memadai dengan
kesehatan
individu.
Dengan
demikian
secara
keseluruhan “daerah yang terimbas” memiliki dampak
langsung pada gangguan kesehatan bahkan walaupun
faktor risiko perilaku dan status sosial ekonomi telah
dikendalikan15,17. Sebagai contoh, ketersediaan dan
[35]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
akses terhadap pelayanan mungkin akan lebih terbatas
pada beberapa wilayah dengan dampak lanjutan yang
mengarah kepada gangguan kesehatan fisik maupun
mental44,45.
Perbaikan Kualitas Perumahan
Penelitian lanjutan telah dilakukan terkait dengan
dampak
perbaikan
kualitas
perumahan
terhadap
kesehatan. Hubungan yang signifikan telah ditunjukkan
antara perbaikan perumahan, kesehatan mental dan
gejala gangguan pernafasan.
[36]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
Dampak yang merugikan juga teridentifikasi pada
potensi hubungan tidak langsung dengan kesehatan
melalui peningkatan biaya terkait perumahan (seperti
harga sewa dan perawatan) yang berujung kepada
berkurangnya
pendapatan
penghuni
serta
kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan pokok
sehari-hari serta penyediaan hunian yang nyaman
secara thermal 46-48.
[37]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
[38]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
BAGIAN 3
AREA PUBLIK DAN JEJARING
SOSIAL
[39]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
S
etiap penduduk di kota akan memerlukan
udara segar untuk bernafas, sebuah pelarian
visual dan mental bernuansa pedesaan yang
didapatkan dari taman dan area terbuka hijau yang
dirancang didalam perkotaan49. Ruang publik dimaknai
sebagai setiap ruang terbuka yang berada didalam
lingkungan binaan kota yang tidak dimiliki secara
pribadi dan memadukan antara ruang hijau dengan
ruang masyarakat. Ruang hijau termasuk diantaranya
taman,
kebun dan koridor hijau sedangkan ruang
masyarakat meliputi pasar, alun-alun kota, jalur pejalan
kaki dan fasilitas transportasi ( terminal bis dan stasiun
kereta). Gagasan akan konektifitas atau jejaring
digunakan untuk memotret peran mendasar dari
infrastruktur transportasi yang memainkan peran dalam
menghubungkan secara bersama-sama ruang dan
tempat yang berada didalam lingkungan binaan
perkotaan. Bagian ini akan mengkaji bukti-bukti yang
mengkaitkan antara kesehatan dengan area publik dan
[40]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
jejaring yang ada di dalam lingkungan binaan. Kajian ini
akan menelaah berbagai faktor yang mempengaruhi
penggunaan ruang publik dan pergerakannya disekitar
lingkungan binaan, termasuk dari sisi ketersediaan
ruang publik, daya tarik visual dan faktor keselamatan.
Berbagai
pengaruh
yang
menyeluruh
seperti
perancangan dan penggunaan lahan dan sistem
transportasi juga menjadi pertimbangan dalam kajian
ini. Dampak transportasi terhadap kesehatan telah
diungkap terlebih dahulu dalam sebuah publikasi di
Irlandia
yang
menelaah
sejumlah
area
amatan,
[41]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
diantaranya cedera akibat kecelakaan lalu lintas, polusi
udara dan kebisingan, aktifitas fisik dan efeknya
terhadap komunitas serta inklusi sosial50. Oleh karena
itu pada bagian ini akan berfokus pada berbagai faktor
yang mempengaruhi pemilihan dan penggunaan moda
transportasi.
Ruang publik dan jejaringnya mampu mempengaruhi
kesehatan fisik, mental dan sosial dalam berbagai cara.
Akses terhadap ruang publik yang berkualitas baik dan
terpelihara dengan baik, sistem transportasi umum
yang efisien dan modern dan lingkungan yang ramah
dapat
mendorong
keberadaan
aktifitas
fisik,
meningkatkan kecenderungan untuk berinteraksi sosial
serta berkontribusi terhadap perbaikan kualitas udara.
Aktifitas Fisik
Aktifitas fisik mengurangi risiko obesitas, penyakit
jantung, diabetes dan stress, akan tetapi menurut Badan
Kesehatan Dunia (WHO) , 60 persen penduduk dunia
[42]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
tidak mencapai jumlah minimum aktifitas fisik harian
yang
diperlukan
untuk
memperoleh
kesehatan51.
Sebuah kajian tentang keuntungan ekonomi dari ruang
hijau memperkirakan bahwa penyediaan ruang hijau
untuk mebawa perubahan sebesar 1% terhadap
populasi tetap ternyata mampu memberikan nilai
ekonomis mulai dari 479 juta Euro sampai dengan 1.4
milyar Euro per tahunnya tergantung apakah kelompok
usia lanjut (75+) dimasukkan atau tidak ke dalam
analisis.
Laporan tersebut juga menyimpulkan bahwa sementara
dampak aktifitas fisik terhadap penyakit jantung,
gangguan musco-skeletal, stroke dan kanker dapat
diukur, akan tetapi dampaknya terhadap kesehatan
psikologis lebih sulit untuk dilakukan kuantifikasi 52.
Namun bukti-bukti dari penelitian lain menunjukkan
bahwa kehadiran ruang hijau dapat bermanfaat bagi
kesehatan mental.53,54
[43]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
Ruang hijau dapat memberikan dampak positif
terhadap kesehatan dengan menyediakan :

Sebuah ruang bagi masyarakat untuk bertemu
dan berinteraksi

Sebuah tempat untuk berolahraga

Sebua tempat untuk bersantai

Sebuah pengalaman visual yang menyenangkan

Sebuah penghalang untuk mengurangi
kebisingan lingkungan

Sebuah filter untuk memberbaiki kualitas udara
Lingkungan
perkotaan
yang
minim
akan
ruang
pertemuan terbuka dapat mendorong kebiasaan untuk
hidup berpindah-pindah, sedangkan penyediaan taman
yang menarik dan ruang terbuka dapat memfasilitasi
kesempatan
warganya
Kecenderungan
untuk
untuk
menjadi
berolahraga.43,55,56
aktif
secara
fisik
meningkat tiga kali lebih tinggi bila berada pada
lingkungan pemukiman yang berisi penghijauan yang
memadai dan kemungkingan akan kelebihan berat
badan atau obesitas dapat berkurang sampai dengan 40
persen.57
[44]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
Menjadikan aktifitas fisik sebagai bagian dari kegiatan
sehari-hari dianggap mampu menjadi cara yang paling
efektif dalam memenuhi standar minimun 30 menit
aktifitas fisik per hari sesuai panduan51. Dampak
transportasi publik terhadap tingkat aktifitas fisik
dikarenakan sebagian besar perjalanan dimulai dan
diakhiri dengan beberapa aktifitas fisik dalam upaya
mengakses layanan transportasi itu sendiri. Sebuah
studi menyatakan bahwa dalam sebuah perjalanan
melibatkan 19 menit aktifitas fisik, atau hampir dua per
tiga
dari
waktu
minimum
yang
distandarkan 58.
Sebaliknya sebuah studi tentang hubungan antara
waktu berkendaraan (motor atau mobil), aktifitas fisik
dan obesitas menemukan bahwa pada setiap tambahan
satu jam yang dihabiskan untuk berkendaraan dalam
sehari
maka
akan
meningkatkan
kecenderungan
terserang obesitas sebesar 6 persen59.
Perancangan jalan dapat memfasilitasi atau sebaliknya
menghambat aktifitas pejalan kaki dan mereka yang
[45]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
bersepeda. Sebuah studi yang dilakukan pada penghuni
kota Los Angeles menunjukkan bahwa warga yang
tinggal
didalam
area
yang
jalan
lingkungannya
dirancang dengan pendekatan sistem grid tradisional
25% diantaranya cenderung lebih suka untuk berjalan
kaki ke tempat kerjanya dibandingkan warga yang pada
area lain dengan kondisi sosio-ekonominya sejenis yang
jalan lingkungannya dirancang khusus untuk mobil
saja60.
Faktor lingkungan lain yang mepengaruhi pemilihan
moda transportasi meliputi ketersediaan jalur sepeda
dan pejalan kaki, yang disarankan terpisah dari
pengguna jalan lainnya dan langkah-langkah lain yang
dapat mengendalikan lalu lintas kendaraan bermotor61.
Dalam
menelaah
bagaimana
lingkungan
binaan
mempengaruhi aktifitas fisik, beberapa pakar mengakui
bahwa hal tersebut merupakan hal yang kompleks
untuk diuraikan serta pengaruh tersebut berjalan
[46]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
melalui berbagai faktor mediasi seperti karakteristik
sosial demografi, variabel personal dan budaya,
keselamatan dan keamanan serta alokasi waktu62.
Berbagai faktor yang memfasilitasi atau menghambat
aktivitas fisik dirangkum seperti yang terlihat pada tabel
berikut.
Faktor yang mendukung & menghambat aktivitas fisik62
Mendukung
Penggunaan Lahan
Aksesibilitas
Perancangan
Menghambat
Kepadatan penggunaan lahan
Bauran penggunaan lahan
Jarak yang jauh dari tujuan atau
fasilitas pelayanan
Perancangan fasilitas yang hanya
berorientasi estetika
Infrastruktur
Kondisi trotoar yang tak layak
Transportasi
Jalan dengan pola berliku
Sikap dan motivasi
Faktor individu
Faktor interpersonal
Kualitas Udara
Efek dari paparan kualitas udara yang buruk terhadap
kesehatan telah dipelajari secara ekstensif. Paparan
polusi udara yang tinggi dan dalam jangka panjang
[47]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
dapat mengurangi angka harapan hidup selama satu
tahun atau lebih3,22. Polusi yang berasal dari aktifitas lalu
lintas telah diidentifikasi sebagai salah satu dari empat
pemicu
utama
kejadian
asma30.
Terdapat
juga
peningkatan bukti-bukti terkait dampak polusi udara
terhadap jantung dan saluran pernafasan22.
Lebih lanjut lagi, mereka yang tinggal dekat dengan
jalan raya yang ramai memiliki kemungkinan untuk
mengalami peningkatan risiko keterpaparan terhadap
polutan karsinogen
yang berasal dari bahan bakar
kendaraan63.
Beberapa kelompok penduduk lebih rentan terhadap
polusi udara, termasuk diantaranya anak-anak pada usia
dini, lanjut usia, mereka yang memiliki penyakit jantung
dan pernafasan, mereka yang terpapar dengan bahan
beracun lainnya yang mampu menambah atau bereaksi
dengan polutan udara, serta tekanan sosial ekonomi 22.
Secara khusus anak-anak memiliki risiko yang tinggi
[48]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
sebagian dikarenakan sistem kekebalan tubuh dan
fisiologi mereka yang belum matang, sebagaimana bayi
yang berusia dibawah satu tahun juga memiliki risiko
yang besar pula64. Dampak negatif dari perkotaan
cenderung diidentifikasikan dengan volume lalu lintas
yang sangat tinggi yang menyebabkan peningkatan
kadar polusi udara15.
Ruang hijau dapat secara positif mempengaruhi
kesehatan melalui kontribusinya dalam meningkatkan
kualitas
udara.
Vegetasi
mampu
menghilangkan
polutan, apakah berupa gas atau partikel debu, dan
kemampuan vegetasi ini mencakup semua ukuran
partikel debu dan semua polusi terkait lalu lintas53.
Sebagai contoh, sebuah area hutan kota dengan
karakteristik vegetasi
yang berdaun lebar dapat
mengurangi polusi udara ambien sebesar 17%65.
[49]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
Jejaring Sosial
Pengaruh jejaring sosial pada kesehatan menjadi
sebuah issue yang semakin berkembang. Jaringan sosial
yang tidak memadai umumnya dihubungkan dengan
sejumlah
dampak
terhadap
kesehatan
termasuk
diantaranya obesitas, penyakit jantung, permasalahan
kesehatan
mental
serta
peningkatan
angka
kematian66,67. Sebuah lingkungan yang didisain dengan
baik akan mampu mendorong atau menunjang interaksi
antar masyarakatnya, begitupun sebaliknya.
[50]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
Disain lingkungan juga menjadi elemen yang paling
memungkinkan untuk mempromosikan penguatan
jejaring sosial antara lingkungan dengan fungsinya yang
beragam
dan
memungkinkan
berorientasi
kepada
penduduknya
pejalan
untuk
kaki,
melakukan
aktivitas sehari-hari tanpa menggunakan kendaraan
bermotor68.
Berbagai penelitian juga telah menunjukkan bahwa
ketika volume lalu lintas meningkat, maka sensitifas
masyarakat terhadap kehidupan bertetangga semakin
menurun. Pada lingkungan perumahan, mereka yang
tinggal pada tepi jalan yang lalu lalangnya rendah
cenderung menganggap seluruh jalan adalah wilayah
teritorial mereka dan dilaporkan mereka memiliki
interaksi sosial yang lebih tinggi dibandingkan mereka
yang tinggal pada tepi jalan yang tingkat lalu lalangnya
tinggi69. Ketersediaan taman dan ruang bersama juga
mampu meningkatkan potensi interaksi sosial dan
aktifitas bermasyarakat53.
[51]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
Keselamatan Jalan Raya
Kecelakaan di jalan raya merupakan salah satu
penyebab menurunnya angka harapan hidup di
berbagai kota di dunia. Umumnya para lanjut usia
sangat rentan terhadap kecelakaan, baik sebagai pejalan
kaki, penumpang maupun pengemudi70. Anak-anak
juga merupakan kelompok pejalan kaki dengan risiko
cedera tertinggi, mengingat jumlah jumlah anak-anak
yang melakukan aktifitas dengan berjalan kaki cukup
tinggi71.
Dampak
negatif
dari
perkotaan
cenderung
diidentikasikan dengan tingginya volume lalu lintas,
dengan penduduk yang berisiko tinggi terhadap
kecelakaan
jalan
raya,
seringkali
tanpa
memiliki
keuntungan dari akses akan transportasi pribadi72.
Risiko cedera, terutama para anak-anak pejalan kaki,
akan semakin meningkat seiring dengan peningkatan
volume lalu lintas, kecepatan rata-rata lalu lintas yang
[52]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
melebihi 40 km/jam, dan padatnya parkiran pada tepian
jalan73. Perancangan jalan raya berkontribusi kepada
keselamatan penggunanya; jalanan yang lurus, lebar
dan halus mendorong pengendara untuk memacu
kendaraannya dalam kecepatan tinggi dan membuat
orang enggan untuk bepergian dengan berjalan kaki
atau sepeda, sedangkan kondisi jalan yang sempit dan
berliku serta berbelok memiliki efek sebaliknya 61.
Dampak faktor keselamatan jalan raya tidak hanya
berupa risiko cedera saja, terutama pada anak-anak.
Bahaya lalu lintas yang membayangi para orangtua
dapat mengarah kepada tindakan orangtua untuk
melarang anak-anaknya bermain di jalan, berjalan atau
bersepeda
berdampak
ke
sekolahnya,
pada
minimnya
yang
pada
aktifitas
akhirnya
fisik
anak.
Sebagaimana pola aktifitas fisik yang dibiasakan pada
masa
kanak-kanak
merupakan
determinan
kunci
terhadap pembentukan perilaku di masa dewasa, maka
[53]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
hal ini akan berpotensi memiliki implikasi yang jauh ke
depan terhadap kesehatan individu74.
Masalah keamanan juga menjadi relevan terkait dengan
penggunaan ruang publik, tetapi lebih sering dikaitkan
kejahatan atau ketakutan akan tindak kejahatan. Secara
umum, individu akan lebih cenderung menggunakan
ruang publik secara maksimal jika area ruang publik
tersebut memberikan rasa aman75. Perbaikan sarana
penerangan jalan menunjukkan efek pengurangan
tindak kejahatan dan meningkatkan rasa aman dan
kepercayaan diri penduduk pada malam hari76.
Sebuah
survei
di
Inggris
pada
tahun
2001
mengungkapkan bahwa 13% responden merasa tidak
aman dan 20% merasa sedikit tidak aman saat mereka
harus berjalan sendirian di area publik setelah malam
tiba. Sekitar 30% menyatakan bahwa mereka tidak
pernah berjalan sendirian di area tempat tinggal mereka
saat malam tiba, dan pada kelompok responden wanita
[54]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
angka tersebut naik menjadi 43% sedangkan pada
kelompok lanjut usia (60+) angkanya menjadi 66%.
Seperti dikutip dari responden, rasa takut akan tindak
kejahatan itu menjadi alasan penyebab utamanya hal
tersebut terjadi, bukan karena kejahatan itu sendiri 77.
Kecemasan yang akut dapat memiliki efek yang
merugikan terhadap kualitas hidup manusia dan rasa
takut itu sendiri menjadi masalah yang tidak kalah
seriusnya sebagaimana permasalah kriminalitas itu
sendiri36,69. Sebuah studi mengenai dampak dari rasa
aman yang yang diterima individu pada tingkat aktifitas
fisik menunjukkan bahwa kemungkinan individu untuk
menjadi aktif dalam sebuah lingkungan perumahan
yang tidak kondusif menjadi 50 persen lebih rendah
daripada individu yang berada pada lingkungan yang
kondusif, serta kemungkinan untuk mengalami kasus
kelebihan berat badan atau obesitas meningkat menjadi
50 persen lebih besar57.
[55]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
Kualitas hidup dan keamanan lingkungan fisik yang baik
sangatlah penting untuk perkembangan anak yang
sehat. Anak-anak yang tinggal di lingkungan yang tidak
aman memiliki risiko yang lebih besar terpapar berbagai
permasalahan perilaku, seperti hiperaktif, agresif atau
penarikan diri69.
Daya Tarik Lingkungan
Memburuknya berbagai elemen fisik di lingkungan
perkotaan seperti lingkungan yang kumuh, vandalisme
dan sampah yang berserakan, dapat membahayakan
kesehatan penduduknya. Berbagai penelitian telah
menyoroti bagaimana sebuah lingkungan fisik dapat
memberikan
dampak
yang
signifikan
terhadap
kesehatan fisik dan mental melalui penurunan frekuensi
aktifitas fisik, meningkatnya rasa cemas berlebih
dikalangan penghuninya dan meningkatnya kasus
gangguan sosial54,56,57,78. Orang akan cenderung untuk
melakukan aktifitas fisik atau olahraga ringan jika
[56]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
tersedia trotoar atau pedestrian jalan yang menarik,
tanpa ada gangguan disepanjang jalurnya, dalam
kondisi yang terawat serta memiliki pemandangan yang
menyenangkan61,62,75.
Sebuah kajian mengenai taman publik di Inggris
menyatakan bahwa mereka yang hidup di daerah yang
terkucil pada sebuah wilayah kota cenderung akan
kehilangan keuntungan dari sebuah taman dan ruang
hijau yang berkualitas baik. Dalam 100 taman yang
wewenang pengelolaannya dicabut, 40% diantaranya
mengalami
penurunan
kualitas
fisik
dan
88%
[57]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
diantaranya dinilai akan semakin memburuk kondisinya
di masa yang akan datang79. Dibagian luar taman publik
pada daerah tertinggal diperkotaan akan ditemukan
banyak grafiti dan tindakan pengrusakan (vandalisme)
yang mencolok43.
Aksesibilitas
Kecenderungan penggunaan ruang terbuka publik
untuk aktivitas fisik akan semakin meningkat seiring
peningkatan kemudahan akses ke ruang publik itu
sendiri52. Penelitian kualitatif juga telah menunjukkan
bahwa aspek kemudahan akses ke berbagai fasilitas
bebas
biaya
merupakan
faktor
yang
sangat
mepengaruhi aktifitas masyarakat61. Minimnya akses
terhadap penggunaan transportasi secara mencolok
dialami oleh para lanjut usia, kelompok difabel dan
mereka yang berada pada kelas sosial ekonomi
terendah.
[58]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
Ke tiga kelompok tersebut akan megalami kendala
dalam mengakses berbagai layanan ekonomi dan
fasilitas perawatan kesehatan serta dapat menghabiskan
sebagian besar sumber daya yang mereka miliki hanya
untuk kebutuhan transportasi15. Mereka cenderung
menjadi sangat rentan khususnya pada lingkungan yang
didominasi oleh penggunaan kendaraan pribadi 61.
Jarak Jangkauan Akses
Praktik pemanfaatan lahan yang memisahkan antara
lokasi kerja, pusat perbelanjaan barang dan jasa serta
lokasi perumahan dapat mendorong penggunaan
kendaraan pribadi, terlebih lagi bila pilihan transportasi
publik tidak tersedia atau tidak menjadi alternatif yang
menarik untuk mobilitas penduduk80.
Ketika perkembangan perkotaan tidaklah direncanakan
atau tidak terkendali dan meluas ke daerah perbatasan
yang berada di pinggir kota –biasa diistilahkan urban
sprawl – maka tingkat ketergantungan masyarakat
[59]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
terhadap kendaraan bermotor akan semakin melesat
naik81.
Bukti yang diperoleh dari penelitian di Amerika Serikat
menunjukkan bahwa mereka yang tinggal di area urban
sprawl akan berkendara tiga atau empat kali lebih lama
daripada mereka yang tinggal diarea yang efisien dan
terencana dengan baik82.
Bila dibanding mereka yang tinggal di kawasan terpadu,
individu yang tinggal di area perluasan kota (urban
sprawl) cenderung kurang berjalan kaki sebagai
olahraganya, memiliki tingkat berat badan yang lebih
[60]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
tinggi dan juga berpotensi memiliki tekanan darah
tinggi83.
Lamanya
waktu
perjalanan
juga
dapat
berdampak terhadap kesehatan mental, kehidupan
berkeluarga dan jejaring sosial bagi mereka yang tidak
memiliki waktu yang cukup untuk terlibat dalam aktif
dalam kegiatan bermasyarakat42.
Perluasan kota (urban sprawl) dapat berdampak
kepada kesehatan dengan meningkatnya:

Risiko Obesitas

Polusi Udara

Kecelakaan Lalu Lintas

Stress

Perasaan terisolasi
[61]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
[62]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
BAGIAN 4
MEMBANGUN SINERGI
[63]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
K
ajian ini menunjukkan dampak besar dari
lingkungan
binaan
masyarakat.
Pada
terhadap
level
kesehatan
makro
dampak
tersebut berhubungan dengan perencanaan tata ruang
kota,
pemanfaatan
lahan
yang
terpadu
serta
infrastruktur transportasi. Pada tingkat lokal meliputi
perancangan, perawatan dan pemanfaatan bangunan,
ruang publik dan jaringan transportasi menjadi hal yang
sama pentingnya.
Perancangan
jaringan
jalan,
ketersediaan
ruang
terbuka, pemenuhan rasa aman dan keamanan yang
nyata terhadap sebuah area serta sumber daya personal
juga menjadi pengaruh yang penting terhadap
lingkungan dan kondisi sosial. Sebagai contoh saat
mendorong masyarakat untuk berjalan kaki dan
bersepeda disekitar lingkungan mereka berarti penting
untuk membuat jalanan menjadi tempat yang aman
dan menarik, dengan memastikan pemenuhan semua
kebutuhan pengguna jalan, tidak hanya bagi para
[64]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
pengendara kendaraan bermotor. Sebuah taman yang
dirancang dengan baik akan menarik seseorang untuk
tinggal lebih lama, berinteraksi dan melakukan lebih
banyak aktifitas. Bagaimana sebuah lingkungan binaan
dengan sekian banyak komponennya dapat berdampak
pada kesehatan dapat dillustrasikan sebagaimana pada
skema berikut
Skema Mekanisme pengaruh Lingkungan Binaan terhadap kesehatan
[65]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
Kesenjangan Dalam Kesehatan
Pada akhirnya, yang paling teramat penting adalah
fakta bahwa beban tidak merata dari konsep kausalitas
sehat-sakit yang berhubungan dengan lingkungan
binaan
menjadi
beban
kelompok tertentu
tanggungan
didalam
beberapa
masyarakat. Hal
ini
sebelumnya sudah disoroti bahwa mereka yang paling
tidak
berkecukupan
didalam
masyarakat
akan
mengalami penurunan status kesehatan yang lebih
buruk66. Fakta ini menambah bukti lebih lanjut terhadap
perspektif tersebut. Masyarakat yang miskin akan
cenderung hidup dalam lingkungan binaan yang
berkualitas rendah dan tentunya hal ini berkontribusi
terhadap menurunnya derajat kesehatan mereka.
Dalam laporan ini juga mengidentifikasi anak-anak dan
lanjut usia khususnya menjadi kelompok yang rentan,
bukan hanya karena kerentanan biologis mereka tapi
dikarenakan juga jumlah yang signifikan dari anak-anak
dan lanjut usia yang tergolong kelompok miskin.
[66]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
Tantangan Bagi Kesehatan Masyarakat
Lingkungan adalah sebuah pemukiman dimana orang
menjalani hidupnya dan berbagai bukti menunjukkan
lingkungan menjadi faktor yang sangat penting bagi
kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Memerangi
penyakit jantung, masalah gangguan pernafasan dan
penyakit
mental
berarti
memastikan
tersedianya
peluang masyarakat untuk beraktivitas secara sehat,
berolahraga, mendapatkan kualitas udara yang baik
dan jejaring lingkungan sosial, dimana kesemuanya
dipengaruhi oleh sifat fisik dari lingkungan itu sendiri.
Perencanaan yang efektif bagi kesehatan masyarakat
melibatkan lebih dari sekedar perencanaan pelayanan
kuratif, tetapi juga melibatkan habitat manusia yang
sehat
serta
struktur
sosial
yang
mendukung74.
Tantangan kesehatan masyarakat yang berkaitan
dengan lingkungan binaan meliputi kualitas dan akses
ke
sarana
pendidikan,
peluang
ekonomi,
akses
terhadap layanan sosial dan kesehatan, menciptakan
[67]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
ikatan jejaring sosial yang kuat, kualitas udara dan air
yang baik serta kesempatan untuk melakkan aktivitas
fisik. Kesemua itu tergantung kepada kemampuan dan
komitmen kita untuk menciptakan lingkungan binaan
yang lebih sehat.
Pengembangan Kebijakan
Kebutuhan akan kebijakan dan kerangka legislatif yang
kuat dalam memandu pembangunan di masa yang
akan datang telah diakui dan saat ini terdapat
pemangku
kebijakan
yang
meninjau
kebutuhan
strategis dari ke dua wilayah tersebut selama periode
waktu tertentu. Dalam usaha pencapaian jangka
panjang
dituangkan
Pembangunan
Wilayah
dalam
2025,
sebuah
yang
Strategi
menjabarkan
berbagai konteks kebijakan untuk pembangunan di
masa yang akan datang. Kebijakan tersebut akan
memandu pembangunan fisik dengan menitikberatkan
kepada permintaan perumahan, transportasi dan
[68]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
infrastruktur serta menyediakan arah strategis terhadap
kebutuhan di masa yang akan datang84.
Strategi Tata Ruang Wilayah Nasional Tahun 2002-2020
telah menetapkan sebuah kerangka kerja untuk
memberikan
keseimbangan
antara
pembangunan
ekonomi, sosial dan fisik85. Rencana lainnya yang terkait
adalah
Rencana
Pembangunan
Nasional
dan
Transportasi Abad 21 yang saat ini masih berjalan86,87.
Berbagai kebijakan tersebut menawarkan kesempatan
yang besar untuk mengatasi berbagai tantangan serius
terkait kesehatan masyarakat.
Pembangunan Perkotaan
Sebagian besar wajah wilayah telah berubah wajah
menjadi sebuah masyarakat perkotaan. Persentase
penduduk dunia yang tinggal di wilayah perkotaan
meningkat dari 32% pada tahun 1926 menjadi 60%
pada tahun 2002. Di Eropa, sebaran yang terjadi juga
cukup serupa dimana 65% dari populasi penduduk
[69]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
tinggal
di
diantaranya
wilayah
di
perkotaan
area
sedangkan
pedesaan89.
35%
Sedangkan
di
Indonesia, di tahun 1995 jumlah penduduk yang tinggal
diperkotaan
mencapai
angka
40%
dari
jumlah
penduduk keseluruhan, meningkat di tahun 2010
hingga mencapai angka 52% dan diprediksi pada tahun
2025 akan mencapai angka 65% atau setara dengan
195 juta penduduk yang mendiami wilayah perkotaan.
Penyebaran kota-kota yang cenderung menjauhi pusat
kota
dicerminkan
data
statistik
terbaru
yang
menunjukkan penurunan jumlah penduduk di Kota
Belfast dan Dublin tetapi memperlihakan kenaikan yang
signifikan di wilayah seputar dua kota tersebut90,91.
Sejumlah faktor ekonomi, sosial dan politik telah
memberikan kontribusi terhadap pembangunan yang
tidak tanggap akan hal tersebut, termasuk penurunan
produktifitas industri dan efek gangguan keamanan92.
[70]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
Berbagai kajian tentang pola perjalanan dari hunian ke
lokasi kerja menunjukkan perkembangan angka ratarata jarak tempuh perjalanan93 dan mobil menjadi
moda transportasi yang paling sering digunakan94.
Potensi
dampak
perluasan
kota
(urban
sprawl)
terhadap kesehatan telah mendapat banyak perhatian
dan harus dapat segera ditangani.
Perumahan
Sebuah tinjauan mengenai kondisi perumahan di 14
negara Eropa selama periode 1994-1997 berdasarkan
Komunitas Panel Rumah Tangga Eropa menemukan
bahwa Irlandia dan Inggris memiliki angka kematian
musiman yang tertinggi di antara negara-negara Eropa
Utara, dimana hal tersebut oleh sebagian pihak sebagai
pertanda akan minimnya perlindungan dan banyaknya
perumahan dengan sistem termal yang tidak efisien di
ke dua negara tersebut. Faktor lain juga diteliti dalam
upaya analisisnya, termasuk menilai faktor yang bersifat
objektif maupun subjektif seperti kepadatan hunian,
[71]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
kelembaban dan kepuasan akan kondisi hunian95.
Sejumlah perumahan baru yang sedang dibangun di
wilayah
dua
yuridiksi
ini
menghadirkan
sebuah
kesempatan penting dalam memastikan berbagai isu
yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat
dapat segera ditangani.
Kolaborasi dan Dialog
Terdapat sebuah kebutuhan yang jelas akan sebuah
kolaborasi antara pihak perencana dan mereka yang
berkecimpung di sektor kesehatan masyarakat dan
lingkungan. Sebagaimana setiap pihak yang berada
diluar sektor kesehatan yang akan semakin sadar akan
dampak dari tindakan-tindakan mereka terhadap
kesehatan, maka mereka yang bekerja di sektor
kesehatan juga perlu memahami proses perencanaan
dan kebijakan lingkungan untuk dapat memberi
masukan sesuai dengan kapasitas dan tata cara yang
tepat. Hal tersebut akan menjadi tahap awal yang ideal
saat penyusunan perencanaan akan dilakukan dan
[72]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
perubahan yang nyata dapat dicapai. Penilaian Dampak
Kesehatan atau Health Impact Assessment menjadi
sebuah tool yang sistematis yang dapat memfasilitasi
keterlibatan lintas sektoral.
Penilaian Dampak Kesehatan
Health Impact Assessment (HIA) atau Penilaian Dampak
Kesehatan merupakan sebuah kombinasi dari standar
prosedur, metode dan alat bantu dimana sebuah
program atau kebijakan dapat dinilai bagaimana
potensi dampaknya terhadap kesehatan penduduk dan
sebaran dampak itu sendiri di masyarakat98. Tujuan dari
HIA sendiri adalah untuk memaksimalkan status
kesehatan masyarakat dan meminimalisir efek kerugian
terhadap kesehatan masyarakat yang ditimbulkan dari
pengajuan sebuah program atau kebijakan publik.
Dengan HIA dampak langsung terhadap kesehatan
pada masyarakat dapat diamati, misalnya melalui
paparan polutan (termasuk kebisingan) yang mungkin
[73]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
dilepaskan di udara, air dan tanah sebagai akibat dari
aktivitas manusia, sedangkan efek tidak langsung dapat
diamati melalui pengaruh terhadap berbagai faktor
determinan kesehatan99.
Indonesia sendiri telah dianggap memenuhi kriteria
dalam upaya mengembangkan HIA100. Akan tetapi
pengembangan HIA di Indonesia masih menghadapi
berbagai tantangan, diantaranya munculnya kebutuhan
mendesak
untuk
pembaharuan
perancangan
melakukan
kebijakan
lingkungan
/
peninjauan
peraturan
binaan
secara
dan
terkait
reguler,
rendahnya sense of priority akan kesehatan masyarakat
dan lingkungan, minimnya pelatihan dan sertifikasi
sumber
daya
manusia
terkait
pelaksana
HIA,
ketidakmerataan kapasitas diberbagai wilayah dalam
melakukan
HIA
serta
masih
adanya
resistensi
masyarakat yang mempertanyakan bukti nyata dari
efektifitas HIA101.
[74]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
Hubungan antara lingkungan binaan dan kesehatan
masyarakat tidak akan pernah terputus dan sejarah
membuktikan
bahwa
setiap
tindakan
yang
memperburuk hubungan keduanya akan menyebabkan
masalah bagi kesejahteraan hidup manusia.
Baru pada beberapa waktu terakhir usaha perlindungan
terhadap lingkungan, kesehatan masyarakat dan hak
asasi manusia dipandang sebagai satu bidang khusus
kebijakan publik baik oleh institusi pemerintahan
maupun non pemerintah dilevel nasional ataupun
internasional. Hak asasi manusia dalam konteks
lingkungan binaan dan prinsip keberlanjutan ditujukan
agar manusia dapat bertahan hidup serta memiliki
standar kehidupan yang memadai dan aman, termasuk
terlindungi dari zat berbahaya dan produk yang tidak
aman. Tanpa kebijakan berwawasan lingkungan dan
kesehatan masyarakat, kemampuan masyarakat untuk
menerapkan prinsip saling menghrmati dan kesetaraan
tidak akan pernah terwujud. Peran pemerintah daerah
[75]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
dan petugas kesehatan dalam memperbaiki kesehatan
masyarakat melalui penilaian dampak kesehatan juga
tidak boleh dianggap enteng.
Apa yang bisa dilakukan
Dalam konteks membangun sinergi antara semua pihak
yang terlibat dalam perencanaan dan perancangan
lingkungan binaan, beberapa langkah dapat dilakukan
untuk membangun sinergitas dan mempromosikan
kesehatan
masyarakat
melalui
pendekatan
perancangan, diantaranya yakni102:
1. Memperluas peran otoritas kesehatan dalam proses
pengambilan keputusan
Memberi otoritas kesehatan kesempatan untuk
terlibat dalam proses pengambilan keputusan
perencanaan dapat membawa perubahan karena
mereka dapat memberikan masukan mengenai
informasi
yang
berkaitan
dengan
kesehatan
masyarakat. Otoritas kesehatan harus dilibatkan
[76]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
pada semua tingkat proses pengambilan keputusan
perencanaan. Otoritas kesehatan dapat bertindak
sebagai katalisator dan fasilitator untuk mencapai
perubahan di masyarakat. Pihak otoritas kesehatan
dapat
memulai
dialog
menggunakannya
di
masyarakat
untuk
dan
mempromosikan
pembuatan keputusan yang tepat terkaitan dengan
perancangan di masyarakat.
2. Menyediakan
membimbing
peraturan
dan
perundang-undangan
yang
jelas
memberdayakan
dalam
untuk
otoritas
menerapkan
persyaratan HIA.
Peraturan dibutuhkan untuk memberikan otoritas
yang jelas bagi para pihak kesehatan masyarakat
dalam proses perencanaan penggunaan lahan dan
untuk menjamin bahwa pertimbangan spesifik yang
diajukan dimasukkan ke dalam proses tersebut.
Institusi
kesehatan
masyarakat
setempat
membutuhkan lebih banyak informasi tentang
[77]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
bagaimana meningkatkan pengaruh mereka di
bidang perencanaan penggunaan lahan seiring
dengan pengembangan pemahaman terkait disain
perkotaan dan transportasi. Kementerian terkait
dapat memainkan peran sebagai kolaborator antara
perencanaan
kesehatan
masyarakat
dan
perencanaan penggunaan lahan atau perancangan
di masyarakat. Kementerian juga dapat mendorong
peningkatan
kapasitas
di
tingkat
lokal
dan
memberikan data serta tolok ukur kesehatan
masyarakat untuk menghasilkan sebuah rancangan
yang aman dan sehat bagi masyarakat. Para tenaga
kesehatan masyarakat perlu beralih dari sekedar
hanya
terlibat
dalam
tahapan
implementasi
perancangan di masyarakat menjadi terlibat secara
dini dan proaktif dalam tahap penyusunan visi dan
kebijakan
perencanaan
dan
lingkungan binaan di masyarakat.
[78]
perancangan
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
3. Memasukkan
ketentuan
pelakasanaan
HIA
untuk
terkait
kewajiban
pengajuan
proyek
pembangunan
Pihak yang berwenang dalam penyusunan rencana
pembangunan
juga
harus
dipaksakan
untuk
melakukan penilaian dampak kesehatan / HIA untuk
memastikan
rencana
dan
kebijakan
tersebut
berjalan secara berkesinambungan. Informasi yang
diperoleh dari HIA dapat memberikan panduan
pengambilan keputusan penggunaan lahan dengan
cara
yang
dapat
mempromosikan
dan
atau
memperbaiki kesehatan populasi tertentu dan
mengurangi dampak negatif dari perubahan pada
lingkungan binaan. Perencana yang paham tentang
penerapan HIA dapat memberikan kontribusi
penting bagi kesehatan dan keberlangsungan
masyarakat yang mereka layani.
4. Mendorong peranan lembaga peradilan dan hukum
dalam melindungi hak-hak masyarakat dalam
[79]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
menegakkan implementasi HIA sebagai prasyarat
dalam sistem perencanaan dan pengembangan
lahan
Tidak dapat dipungkiri bahwa degradasi lingkungan
pada akhirnya dapat membahayakan kesehatan
masyarakat baik untuk generasi saat ini maupun
generasi yang akan datang. Oleh karena itu,
beberapa lembaga peradilan telah menafsirkan hak
atas penyediaan kehidupan kedalam undangundang dengan berbagai cara sehingga dapat
mempromosikan
perlindungan
terhadap
hak
lingkungan. Hak atas lingkungan termasuk hak
untuk terbebas dari kondisi lingkungan yang
mengancam kesehatan dan kehidupan itu sendiri.
Hak atas lingkungan dapat diberikan kepada warga
negara berdasarkan ketentuan undang-undang dan
konstitusi dan hak ini dapat diajukan di hadapan
pengadilan jika terbukti bahwa hak tersebut telah
dilanggar. Hak warga negara terhadap hak atas
[80]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
lingkungan
hanya
pemberlakukan
HIA
dapat
direalisasikan
sebagai
prasyarat
jika
telah
dipayungi secara hukum serta apabila pemerintah
daerah mengabaikan tugasnya untuk melakukan
HIA dalam proses perencanaan dan pengembangan
lahan diwilayahnya.
[81]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
[82]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
Referensi
1.
Hippocrates (original text written 400 B.C.E). On
Airs,
Waters,
and
Places.
In:
http://classics.mit.edu/Hippocrates/airwatpl.1.1.ht
ml (diakses pada 31 Maret 2016).
2.
Chadwick E. Report on the sanitary condition of the
labouring population of Great Britain. Edinburgh:
Edinburgh University Press; 1842.
3.
Duhl LJ, Sanchez AK. Healthy Cities and the City
Planning Process - A Background Document on
Links between Health and Urban Planning.
Copenhagen: World Health Organisation Regional
Office for Europe; 1999.
4.
Lindheim R, Syme L. Environments, People and
Health. Ann Rev Public Health, 1983;4:335-359.
5.
Marmot M, Wilkinson RG, eds. Social Determinants
of Health. Oxford: Oxford University Press; 1999.
6.
Barton H, Grant M. The Determinants of Health and
Well-being in our Neighbourhoods; 2006.
7.
Srinivasan S, O'Fallon LR, Dearry A. Creating
Healthy Communities, Healthy Homes, Healthy
People: Initiating a Research Agenda on the Built
Environment and Public Health. Am J Public Health
2003;93(9):1446-1450.
[83]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
8.
Churchill
W.
Winston
Churchill
quote.
In:
www.winstonchurchill.org (diakses pada 6 Februari
2016).
9.
Samet JM, Spengler JD. Indoor Environment and
Health: Moving Into the 21st Century. Am J of
Public Health 2003;93(9).
10. World Health Organisation Regional Office for
Europe. Housing and Health; Identifying Priorities.
Meeting Report. Bonn: European Centre for
Environment and Health Bonn Office; 2003 20th22nd October.
11. Future Healthcare Network. Investing in Design:
Developing a Business Case for Good Design in
Health. London: NHS Confederation; 2003.
12. CABE Space. The Value of Good Design: How
Buildings and Spaces create Economic and Social
Value; 2002.
13. Davies
S.
Subcultural
explanations
and
interpretations of school deviance. Aggression and
Violent Behaviour 1999;4(2):191-202.
14. Frumkin H. Healthy Places: Exploring the Evidence.
Am J Public Health 2003;93(9):1451-1456.
15. Acheson D. Independent Inquiry into Inequalities
and Health: Report. London: London Stationary
Office; 1998.
[84]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
16. Thomson H, Petticrew M, Morrison D. Housing
Improvement and Health Gain: A Summary and
Systematic Review. Glasgow: Medical Research
Council; 2002.
17. Taske N, Taylor L, Mulvihill C, Doyle N, Goodrich J,
Killoran A. Housing and Public Health: A Review of
Reviews of Interventions for Improving Health.
Evidence briefing: National Institute for Health and
Clinical Excellence; 2005.
18. World
Health
Organisation
Europe.
Fourth
Ministerial Conference on Environment and Health.
Budapest 2004.
19. Raw G. Building Regulation Health and Safety.
Watford: Building Research Establishment; 2001.
20. Canadian Institute for Health Information. Housing
and Population Health. Ontario; 2004.
21. Environmental Protection Agency. Health and
Environmental Effects of Particulate Matter. In:
http://www.epa.gov/rgytgrnj/programs/artd/air/q
uality/pmhealth.htm (diakses pada 25 April 2016)
22. World Health Organisation Europe. Health Aspects
of Air Pollution. 2004.
23. Wilkinson P, Armstrong B, Fletcher T, Landon M,
McKee M, Pattenden S, et al. Cold Comfort: The
Social and Environmental Determinants of Excess
[85]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
Winter Deaths in England 1986 - 1996: Joseph
Rowntree Foundation; 2001.
24. Gingles EJ, McErlain MS, McPeake JWR, Reavie L.
Health and Housing Study: Department of Public
Health Medicine, Eastern Health and Social
Services Board and Research Unit, Northern Ireland
Housing Executive; 1995.
25. World Health Organisation Regional Office for
Europe. Housing and Health in Europe, Report on
a WHO Symposium. Bonn; 2001.
26. Peat J, Dickerson J, Li J. Effects of damp and mould
in the home on respiratory health: a review of the
literature. Allergy 1998;53:120-128.
27. World Health Organisation Regional Office for
Europe. The LARES project (Large Analysis and
Review of European housing and health Status). In:
http://www.euro.who.int/Housing/activities/20020
711_1 (diakses pada 24 April 2016).
28. enHealth
Council.
The
health
effects
of
environmental noise - other than hearing loss.
Canberra: Department of Health and Ageing; 2004.
29. World Health Organisation Europe, Niemann DH,
Maschke DC. WHO LARES, Final report, Noise
effects and morbidity; 2004.
[86]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
30. National
Institute
for
Health
and
Clinical
Excellence. Asthma: Breathtaking epidemic. In:
http://www.publichealth.nice.org.uk/page.aspx?o=
500709 (diakses pada 2 Februari 2016).
31. EU Public Health Portal. My Environment: At Home.
In:
http://ec.europa.eu/healtheu/my_environment/at_
home/index_en.htm (diakses pada 1 Juni 2016).
32. Department of Health and Children. European
Home and Leisure Accident Surveillance System
(EHLASS) Report for Ireland. Dublin; 2002.
33. Royal Society for the Prevention of Accidents
(RoSPA).
In:
http://www.rospa.com/ni/homesafety/statistics/in
dex.htm (diakses pada 19 Juni 2016)
34. Breysse P, Farr N, Galke W, Lanphear B, Morley R,
Bergofsky L. The relationship between Housing and
Health: Children at Risk. Annapolis: National Centre
for Healthy Housing; 2004.
35. British Medical Association. Housing and Health:
building for the future. London: British Medical
Association; 2003.
36. Cave
B,
Molyneux
P.
Healthy
Sustainable
Communities: A spatial planning checklist. Milton
[87]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
Keynes: Milton Keynes South Midlands Health and
Social Care Group; 2004.
37. World Health Organisation Regional Office for
Europe. WHO Technical Meeting on the Immediate
Housing Environment. Freiburg: European Centre
for Environment and Health Bonn Office; 2002 14th
- 15th November.
38. Ulrich RS. View through a window may influence
recovery
from
surgery.
Science
1984;224(4647):420-421.
39. Butterworth I. The Relationship Between the Built
Environment and Wellbeing: a Literature Review.
Melbourne:
The
Victorian
Health
Promotion
Foundation; 2000.
40. Weich S, Burton E, Blanchard M, Prince M,
Sprouston K, Erens B. Measuring the built
environment: validity of a site survey instrument for
use in urban settings. Health Place 2001;7:283-292.
41. Cave B. Rapid Review of Health Evidence for the
Draft London Plan. London: Greater London
Authority and the London Health Observatory;
2002.
42. Dannenberg AL, Jackson RJ, Frumlin H, Schieber
RA, Pratt M, Kochtizky C, et al. The Impact of
Community Design and Land-Use Choices on
[88]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
Public Health: A scientific research agenda. Am J
Public Health 2003;93(9).
43. Williams KD, Green SD. Literature Review of Public
Space and Local Environments for the Cross
Cutting Review. Oxford Brookes University: Oxford
Centre for Sustainable Development; 2001.
44. Wainwright NWJ, Surtees PG. Places, people and
their physical and mental functional health. J
Epidemiology Community Health 2004:333-339.
45. Dalgard O, Tambs K. Urban environment and
mental health. A longitudinal study. Br J Psychiatry
1997;171:530-536.
46. Thomson H, Petticrew M, Morrison D. Housing
Improvement and Health Gain: A summary and
systematic review. Glasgow: Medical Research
Council Social & Public Health Sciences Unit; 2002.
47. World Health Organisation Europe. Is housing
improvement a potential health improvement
strategy? Copenhagan: Health Evidence Network
(HEN); 2005.
48. Thomson H, Petticrew M, Morrison D. Health
Effects of Housing Improvement: Systematic
Review
of
Intervention
Studies.
BMJ
2001;323(7306):187-190.
[89]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
49. Campbell L. Public Space as Democratic Space:
Parks as Agents for Social Health. In: Healthy Living
NYC:
http://www.healthylivingnyc.com/article/52
(diakses pada 25 April 2016).
50. Kavanagh P, Doyle C, Metcalfe O. Health Impacts
of Transport: A Review. Dublin: Institute of Public
Health in Ireland; 2005.
51. World Health Organisation. Why Move for Health.
In:
http://www.who.int/moveforhealth/introduction/e
n/index.html (diakses pada 7 Juni 2016).
52. CJC Consulting, Willis PK, Osman DL. Economic
Benefits of Accessible Green Spaces for Physical
and Mental Health: Scoping study, Final report for
the
Forestry
Commission.
Oxford:
Forestry
Commission; 2005.
53. Michie C, De Rozarieux D. Rapid Review to Support
the Mayor of London's Biodiversity Strategy. The
Health Impacts of Green Spaces in London.
London: Ealing Hospital NHS Trust; 2001.
54. CABE Space. Decent parks? Decent behaviour? The
link between the quality of parks and user
behaviour. London; 2005.
[90]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
55. Jackson RJ, Kochtitzky C. Creating a Healthy
Environment: The Impact of the Built Environment
on Public Health. Washington DC; 2001.
56. Semenza JC. The Intersection of Urban Planning,
Art, and Public Health: The Sunnyside Piazza. Am J
Public Health 2003;93(9).
57. Ellaway A, Macintyre S, Xavier B. Graffiti, greenery,
and obesity in adults: secondary analysis of
European cross sectional survey. BMJ 2005;331:611
- 612.
58. Besser LM, Dannenberg AL. Walking to Public
Transit, Steps to Help Meet Physical Activity
Recommendations. Am J Prev Med 2005;29(4):273280.
59. Lawerence FD, Andresen MA, Schmid TL. Obesity
Relationships with Community Design, Physical
Activity, and Time spent in Cars. Am J Prev Med
2004;27(2):87-96.
60. Cervero R, Gorham R. Commuting in transit versus
automobile
neighborhoods.
Journal
of
the
American Planning Association 1995;61:210-225.
61. Frank LD, Engelke P. How Land Use and
Transportation Systems Impact Public Health: A
Literature Review of the Relationship Between
Physical Activity and Built Form. ACES: Active
[91]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
Community Environments Initiative Working Paper
#1. Georgia: Georgia Institute of Technology.
62. Committee
on
Physical
Activity
Health,
Transportation, and Land Use. Does the Built
Environment
Influence
Physical
Activity?
Washington DC: Transportation Research Board
Institute of Medicine of the National Academies;
2005.
63. World Health Organisation Regional Office for
Europe.
Transport,
Environment
and
Health.
Copenhagen; 2000.
64. World Health Organisation Regional Office for
Europe. Transport-related Health Effects with a
Particular Focus on Children. Vienna; 2004.
65. Swanwick C, Dunnett N, Woolley H. Improving
Urban Parks, Play Areas and Green Spaces: Interim
Report on Literature Review: Department of
Landscape, University of Sheffield; 2001.
66. Balanda K, Wilde J, The Institute of Public Health in
Ireland. Inequalities in Perceived Health. Dublin;
2003.
67. Berkman LK, Kawachi I, eds. Social Epidemiology.
New York: Oxford University Press; 2000.
68. Leyden
KM.
Environment:
[92]
Social
The
Capital
Importance
and
of
the
Built
Walkable
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
Neighborhoods.
Am
J
Public
Health
2003;93(9):1546-1551.
69. Cave B, Coutts A. Health Evidence base for the
Mayor's draft Cultural Strategy. London: South East
London Strategic Health Authority and East
London & the City Health Action Zone; 2002.
70. European Commission. CARE Community Road
Accident
Database.
In:
http://ec.europa.eu/transport/care/index_en.htm
(diakses pada 26 April 2016).
71. Roberts I, Ashton T, Dunn R, Lee-Joe T. Preventing
child pedestrian injury: pedestrian education or
traffic calming? Aust N Z J Public Health
1994;18(2):209-202.
72. Davis A. Submission to the Inquiry into Inequalities
in
Health.
Input
Paper:
transport
and
pollution;1998.
73. Roberts I, Li L, Barker M. Trends in intentional injury
deaths in children and teenagers (1980-1995). J
Public Health (Oxf) 1998;20(4):463-466.
74. Barton
H,
Grant
M,
Guise
R.
Shaping
Neighbourhoods, A guide for health, sustainability
and vitality. London: Spoon Press; 2003.
75. Dorfman SF. Exploring the Built Environment. In:
http://www.medscape.com/viewarticle/489023
[93]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
(diakses pada 31 January 2016) Medscape Public
Health & Prevention; 2004.
76. Cave B. Rapid review of health evidence for the
draft London Plan; Based on "Towards the London
Plan: initial proposals for the Mayor's Spatial
Development Strategy". London: Greater London
Authority and the London Health Observatory;
2001.
77. Home Office. British Crime Survey 2001. London:
The Stationery Office; 2001.
78. Weich S, Blanchard M, Prince M, Burton E, Erens B,
Sprouston K. Mental Health and the Built
Environment: Cross-sectional Survey of Individual
and Contextual Risk Factors for Depression. Br J
Psychiatry 2002:428-433.
79. Department for Transport Local Government and
the Regions. Green Spaces, Better Places – Final
report of The Urban Green Spaces Taskforce.
London:
Department
for
Transport
Local
Government and the Regions; 2002.
80. Sanchez LJ, Duhl AK. Healthy Cities and the City
Planning Process. European Health 1999;21.
81. Frumkin H. Urban Sprawl and Public Health. Public
Health Reports 2002;117:201-217.
[94]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
82. National Association of County & City Health
Officials (NACCHO). Public Health in Land Use
Planning & Community Design. Factsheet.
83. McCann BA, Ewing R. Measuring the Health Effects
of Sprawl, A National Analysis of Physical Activity,
Obesity and Chronic Disease: Smart Growth
America; 2003.
84. Department for Regional Development. Shaping
our Future Regional Development Strategy for
Northern Ireland 2025; Belfast, 2001.
85. Department
of
the
Environment
and
Local
Government. National Spatial Strategy for Ireland
2002 - 2012. Dublin.
86. Department of Transport. Transport 21. Dublin;
2005.
87. National Development Plan 2000-2006. Dublin:
Government Stationery Office.
88. Central Statistics Office. Census 2002: Principle
Demographic Results. Dublin: Stationery Office;
2003.
89. Northern Ireland Statistics and Research Agency.
Report of the Interdepartmental Urban-rural
Definition Group; 2005.
90. Northern Ireland Statistics and Research Agency
(NISRA).
Population
Density.
In:
[95]
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
http://www.nisra.gov.uk/archive/demography/pop
ulation/LGD_Pop_%20Densities(1981%20to%2020
04).xls (diakses pada 28 Juni 2016) 2004.
91. Central Statistics Office. Preliminary Report for
Census 2002. Dublin: Stationery Office; 2002.
92. Department
of
Culture
Arts
and
Leisure.
Architecture and the Built Environment for
Northern Ireland. Belfast; 2006.
93. McCarthy
C.
Crawling
through
the
sprawl:
commuting patterns, urban form and public
transport in Dublin. Dublin: DKM Economic
Consultants; 2004.
94. Department for Regional Development. Regional
Transportation Strategy for Northern Ireland 2002
-
2012.
Belfast:
Department
for
Regional
Development; 2002.
95. Healy JD. Housing Conditions, Energy Efficiency,
Affordability and satisfaction with housing: A PanEuropean Analysis. Environmetnal studies research
series. Dublin: University College Dublin; 2002.
96. Central Statistics Office. Principle Statistics: New
Dwellings
Completed.
http://www.cso.ie/statistics/newdwellings.htm
(diakses pada 8 Juni 2016).
[96]
In:
Menarik Benang Merah
Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat
97. Department of Social Development, Northern
Ireland Housing Bulletin. Belfast: 2006.
98. European Centre for Health Policy. Health Impact
Assessment:
Main
concepts
and
suggested
approach. Gothenburg; 1999.
99. Dua B, Acharya AS. Health Impact Assessment:
Need and Future Scope in India. Indian J
Community Med Off Publ Indian Assoc Prev Soc
Med. 2014;39(2):76–81.
100. Caussy D, Kumar P, Sein UT. Health impact
assessment needs in south-east Asian countries.
Bull World Health Organ. 2003;81(6):439.
101. Nefawan I. Health Impact Assessment: INDONESIA
[Internet]. Regional Forum on Environmental
Health; [disitasi pada 26 Sep 16]. Available from:
http://drustage.unep.org/system/files/RFEHDocs/
4_indonesia_presentation.pdf
102. Maidin AJ, Ahamed NFS. Mandatory Health Impact
Assessment in Malaysian Land Planning and
Development Control System. Procedia - Soc
Behav Sci. 2012 Dec 19;68(Supplement C):164–72.
[97]
Tentang penulis
Muhamad Ratodi, tercatat sebagai dosen
pada Program Studi Arsitektur Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Lulusan
Sarjana
Teknik
Arsitektur
Universitas
Pancasila (2003) dan Magister Kesehatan
Masyarakat Peminatan Promosi Kesehatan
dan Ilmu Perilaku di Universitas Airlangga (2011) ini menaruh
minat pada kajian Lingkungan Binaan dan Kesehatan Masyarakat.
Saat ini tergabung dalam Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan
Indonesia (IPLBI), Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia
(IAKMI), dan Relawan Jurnal Indonesia (RJI) serta aktif dalam
pengelolaan EMARA Indonesian Journal of Architecture dan
Journal of Health Science and Prevention.
Penulis dapat dihubungi di [email protected]
Download