60 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Statistik Deskriptif

advertisement
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui deskripsi suatu
data,
dimana
analisis
ini memberikan
gambaran
tentang nilai maksimum,
minimum, mean dan standar deviasi dari variable penelitian. Pengujian ini
dilakukan untuk
dalam
penelitian
mempermudah memahami variabel-variabel yang digunakan
ini.
Variabel
independen
yang
digunakan
diantaranya
Profitabilitas, Modal Intelektual, Pengungkapan Modal Intelektual dan Nilai
perusahaan sebagai variabel dependen. Dengan menggunakan SPSS 22 hasil
analisis deskriptif diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.1
Analisis Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
PBV
56
.0471
5.7248
1.855545
1.2422666
ROA
56
.0061
.0341
.016223
.0073394
VAIC
56
2.0339
5.3688
3.261463
.8024253
ICD
56
.7049
.8852
.807396
.0489701
Valid N (listwise)
56
Berdasarkan table 4.1 dari output deskriptif tersebut dapat diketahui
deskripsi dari masing variabel yaitu :
60
61
1. N = 56, artinya jumlah data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah
sebesar 56 sampel yang terdiri dari 28 perusahaan perbankan yang
terdaftar di BEI selama 2 periode tahun 2012-2013.
2. Price to book value (PBV). Price to book value mencerminkan
seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan.
Price to book value dihitung berdasarkan perbandingan antara harga
pasar saham dengan nilai buku persaham. Price to book value memiliki
nilai minimum sebesar 0,471, nilai maksimum 5,7248, rata-rata
1,855545, dan standar deviasi sebesar 1,2422666. Hal ini menunjukan
bahwa nilai pasar rata-rata perusahaan disektor perbankan lebih besar
1,855545 kali dari nilai bukunya. Nilai PBV terkecil adalah 0,0471
terdapat pada Bank Artha Graha Internasional Tbk dan nilai PBV
terbesar adalah 5,7248 yaitu Bank Swadesi Tbk ditahun 2013.
3. Return on Asset (ROA). Return on Asset mereflesikan kemampuan
perusahaan dalam menciptakan laba atau keuntungan bisnis dari
efisiensi perusahaan dalam pemanfaatan seluruh aset yang dimilikinya.
Return
on
Asset memiliki nilai minimum sebesar 0,0061, nilai
maksimum 0,0341, nilai rata-rata 0,016223, dan standar deviasi
0,0073394. Hal ini menunjukan bahwa rata-rata tingkat pengembalian
aset yang dilihat dari besarnya presentase laba bersih sebesar sebesar
0,016223 atau 1,622562 % . Nilai ROA terkecil adalah 0,0061 terdapat
pada Bank Pundi Indonesia Tbk dan nilai ROA terbesar adalah 0,0341
dimiliki oleh Bank Rakyat Indonesia Tbk pada tahun 2013.
62
4. Value Added Intelectual Capital (VAIC). Memiliki nilai minimum
sebesar 2,0339, nilai maksimum 5,3688, nilaia rata-rata 3,261463, dan
standar deviasi 0,8024253. Hal ini menunjukan bahwa tingkat efisiensi
penggunaan modal intelektual dalam menghasilkan value added pada
perusahaan perbankan adalah sebesar 3,261463 (common performers)
atau bisa dikatakan perusahaan perbankan di indonesia telah cukup
besar
dalam memperhatikan
modal intelektual dalam menunjang
aktivitas perusahaan. Bank Artha Graha International Tbk memiliki
nilai VAIC terendah yaitu 2,0339. Sedangkan nilai VAIC tertinggi
yaitu 5,3688 dimiliki oleh Bank Swadesi Tbk.
5. Intelectual Capital Disclosure (ICD). Memiliki nilai minimum sebesar
0,7049, nilai maksimum 0,8852, nilaia rata-rata 0,807396, dan standar
deviasi 0,0489701. Hal ini menunjukan bahwa tingkat pengungkapan
modal intelektual pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI
sudah cukup bagus dimana dari 61 item pengungkapan menghasilkan
rata-rata tingkat pengungkapan modal intelektual sebesar 0,807396
atau 80,7 %. Perusahaan yang paling banyak mengungkapkan modal
intelektual adalah Bank Central Asia Tbk dan Bank Bukopin pada
tahun 2013 yaitu sebesar 0,8852 atau 88,5 % dari 61 item. Sedangkan
pengungkapan modal intelektual terendah dimiliki oleh Bank Swadesi
Tbk dan Bank Mayapada International Tbk yaitu sebesar 0,7049 atau
70,4 %.
63
Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif yang ditampilkan pada
tabel 4.1 Nilai standar deviasi dari profitabilitas, modal intelektual, pengungkapan
modal intelektual dan nilai perusahaan diperoleh sebesar 1.2422666, 0.0073394,
0.8024253, dan 0.0489701 menunjukan angka yang lebih kecil dari nilai rata-rata
sebesar 1.855545, 0,016223, 3.261463, dan 0.807396. hal ini menunjukan hasil
yang baik karena standar deviasi yang merupakan penyimpangan dari data
tersebut lebih kecil dari rata-ratanya.
B. Pengujian Asumsi Klasik
Untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh profitabilitas,
modal
intelektual dan pengungkapan modal intelektual terhadap nilai perusahaan (PBV),
maka dilakukan analisis regersi linear berganda. Analisis regregsi mensyaratkan
beberapa asumsi klasik yang harus dipenuhi agar penaksiran parameter dan
koefisien tidak bias dan mendekati keadaan sesungguhnya. Sehubungan dengan
itu, sebelum dilakukan analisis data dan pengujian hipotesis maka terlebih dahulu
dilakukan pengujian terhadap asumsi-asumsi dalam analisis regresi tersebut.
Sesuai dengan data yang digunakan dalam penelitian ini maka asumsi analsis
regresi yang akan di uji adalah uji normalitas,
uji multikolonieritas,
uji
autokorelasi dan uji heteroskedastisitas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk dapat mengetahui apakah data dalam
model regresi variabel residual berdistribusi normal. Model regresi yang baik
adalah data yang mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Dalam
64
penelitian ini, untuk mendeteksi apakah data berditribusi normal atau tidak
dilakukan dengan menggunakan one sampe kolmogorov smirnov test. Hasil
pengujian dengan menggunakan program SPSS 22 dapat dilihat pada table 4.2
berikut ini :
Tabel 4.2
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
56
Mean
Normal Parameters a,b
Std. Deviation
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
0E-7
.90055164
Absolute
.136
Positive
.136
Negative
-.065
1.021
Asymp. Sig. (2-tailed)
.249
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Berdasarkan table 4.2 besarnya nilai kolmogorov-smirnov Z adalah 1,021
dan nilai Asyim.Sig (2-tailed) adalah 0,249 yang lebih besar dari α (0,05)
sehingga dapat disimpulkan data
tersebut berdistribusi normal atau memnuhi
asumsi normalitas.
2. Uji multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Ghozali
65
(2012). Untuk mendeteksi adanya multikolonieritas atau tidak dilakukan dengan
menilai nilai VIF (Variance Influence Factor) dan Tolerance. Bila nilai VIF < 10
dan tolerance > 0,10 maka model regresi yang digunakan bebas dari masalah
multikolonieritas.
Tabel 4.3
Uji Multikolonieritas
Coefficients a
Model
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
(Constan
t)
4.190
2.144
ROA
VAIC
93.926
.323
24.382
.217
ICD
-6.083
a. Dependent Variable: PBV
2.665
1
Standardize
d
Coefficients
Beta
t
Sig.
Collinearity
Statistics
Toleranc
e
VIF
1.955
.056
.555
.209
3.852
1.485
.000
.144
.487
.512
2.053
1.951
-.240
-2.283
.027
.916
1.092
Suatu model regresi dikatakan tidak memiliki kecenderungan adanya
gejala Multikolonieritas adalah jika tolerance value yang lebih besar dari 0,10 dan
nilai VIF yang lebih kecil dari 10. Berdasarkan hasil output yang didapat seluruh
variabel memiliki nilai toleransi yang lebih besar dari 0,10 (ROA : 0,487 ; VAIC :
0,512 ; ICD : 0,916) dan nilai VIF yang lebih kecil dari 10 (ROA : 2,053 ; VAIC :
1,951 ; ICD : 1,092). Dengan demikian hasil pengujian regresi ini tidak terdapat
gejala Multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi sehingga
layak digunakan sebagai prediktor.
66
3. Uji autokorelasi
Tujuan uji autokorelasi adalah untuk mengetahui apakah dalam sebuah
model regresi linear ada korelasi antara kesalaham pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pada periode t-1 (Sebelumnya). untuk mendeteksi ada tidaknya
Autokorelasi digunakan uji Durbin – Watson (DW test). Menurut Singgih Santoso
(2012:241) Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dilakukan dengan
dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:
a. Angka Durbin Watson dibawah -2, dikatakan ada autokorelasi positif.
b. Angka Durbin Watsondiantara -2 sampai +2, dikatakan tidak ada
autokorelasi.
c. Angka Durbin Watson diatas +2 , dikatakan ada autokorelasi negative.
Tabel 4.4
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model
1
R
.689 a
R Square
.474
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.444
.9261648
Durbin-Watson
1.019
a. Predictors: (Constant), ICD, VAIC, ROA
b. Dependent Variable: PBV
Berdasarkan hasil output diperoleh nilai statistik uji Durbin-Watson
sebesar 1,019. (diantara -2 sampai 2) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat autokorelasi antara variabel Profitabilitas, Modal Intelektual dan
Pengungkapan modal intelektual dengan variabel nilai perusahaan.
67
4. Uji heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Jika variance dari residual tetap maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda
disebut heteroskedastisitas. Ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat pada
grafik scatterplot, yaitu titik yang menyebar secara acak, baik di atas maupun di
bawah angka 0 pada sumbu Y. Hasil penelitian sebagai berikut :
Gambar 4.1
Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Hasil pengolahan data SPSS Versi 22
Dari grafik scatterplot yang ditampilkan pada gambar 4.2, terlihat titik
yang menyebar secara acak tidak membentuk pola tertentu yang jelas serta
tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Jadi dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas pada model regresi.
68
C. Uji Kesesuaian Model
1. Uji koefisien Determinasi
Koefisien
determinasi
(R2)
pada
intinya
mengukur
seberapa
jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien
determinasi adalah antara Nol dan Satu (0 < R < 1). Semakin besar keofisien
determinasinya
maka
semakin
besar
variasi
variabel
independennya
mempengaruhi variabel dependennya.
Tabel 4.5
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model
R
R Square
Adjusted
Square
1
.689 a
.474
.444
R Std. Error of the Durbin-Watson
Estimate
.9261648
1.019
a. Predictors: (Constant), ICD, VAIC, ROA
b. Dependent Variable: PBV
Sumber : Hasil pengolahan data SPSS Versi 22
Berdasarkan table 4.5 diatas pada kolom Adjusted R Square, diperoleh
nilai koefisien determinasi sebesar 0,444. Hal ini berarti bahwa 44,4 % variasi dari
PBV dapat dijelaskan oleh variasi dari ketiga variable independen, sedangkan
55,6 % (100%-44,4%) lainnya dapat dijelaskan oleh variable lainnya.
2. Uji Signifikansi Simultan (Uji statistik F)
Uji Statistik F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel bebas
yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan terhadap
variabel terikat atau dependen dengan tingkat signifikansi yang telah ditentukan
69
sebesar 0,05. Apabila tingkat signifikansi uji F lebih kecil dari 0,05, maka terdapat
pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen.
Jika tingkat signifikansi uji F lebih besar dari 0,05, maka tidak terdapat pengaruh
yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil uji
F dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 4.6
Uji Statistik F
ANOVAa
Model
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Regression
40.273
3
13.424
15.650
.000 b
Residual
44.605
52
.858
Total
84.877
a. Dependent Variable: PBV
55
1
b. Predictors: (Constant), ICD, VAIC, ROA
Sumber : Hasil pengolahan data SPSS Versi 22
Tabel 4.6 menunjukan hasil perhitungan uji F sebesar 15,648 dengan
probabilitas 0,000. Karena probabilitas lebih kecil dari 0,05 yang berarti secara
bersamaan
(simultan)
seluruh
variable
independent
profitabillitas,
modal
intelektual dan pengungkapan modal intelektua berpengaruh signifikan terhadap
variable PBV. Dengan demikian model regresi ini dapat menjelaskan variabel
profitabilitas,
modal intelektual dan pengungkapan modal intelektual secara
bersama-sama berpengaruh terhadap nilai perusahaan (PBV).
70
D. Hasil Uji Hipotesis
1. Uji statistik t
Uji t bertujuan untuk menunjukan seberapa jauh pengaruh saru variabel
independen
intelektual)
(Profitabilitaas,
secara
individu
modal
intelektual
dalam
menerangkan
dan
pengungkapan
variabel dependen
modal
(Nilai
perusahaan (PBV)). Ghozali (2012). Apabila p-Value < tingkat signifikansi, maka
variabel independen tersebut secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen dengan demikian hipotesis diterima. Nilai t dalam penelitian ini
menggunakan tingkat signifikansi 5% (0,05). Adapun hasil uji statistik t adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.7
Uji Statistik t
Coefficients a
Unstandardized Coefficients
Model
Standardized
t
Sig.
1.955
.056
Coefficients
1
B
Std. Error
Beta
(Constant)
4.190
2.144
ROA
93.926
24.382
.555
3.852
.000
VAIC
.323
.217
.209
1.485
.144
ICD
-6.083
2.665
-.240
-2.283
.027
a. Dependent Variable: PBV
Sumber : Hasil pengolahan data SPSS Versi 22
1. Variabel Profitabilitas (ROA) memiliki nilai t sebesar 3,852 dan nilai sig.
sebesar 0,000
atau <
0,05,
hal ini menunjukan bahwa variabel
profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan
71
2. Variabel Modal intelektual (VAIC) memiliki nilai t sebesar 1,480 dan nilai
sig. sebesar 0,145 atau > 0,05, hal ini menunjukan bahwa secara parsial
variabel modal intelektual tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan.
3. Variabel Pengungkapan modal intelektual (ICD) memiliki nilai t sebesar –
2,283 dan nilai sig. sebesar 0,027 atau < 0,05 dengan demikian dapat
disimpulkan
bahwa
secara
parsial
variabel
pengungkapan
modal
intelektual berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
2. Analisis Regresi Linear Berganda
Berdasarkan Tabel 4.7 diatas dapat diperoleh persamaan regresi linear
berganda sebagai berikut:
Y = α + β₁ X₁ +β₂X₂+ β3 X3 + e
PBV = 4,190 + 93,926 ROA + 0,323 VAIC – 6,083 ICD + e
-
Dari regresi diatas dapat disimpulkan bahwa :
-
α = konstanta sebesar 4,190
artinya apabila profitabilitas (X1), modal
intelektual (X2) dan pengungkapan modal intelektual (X3) nilai nya 0
maka nilai perusahaan yang dihitung menggunakan price to book
value
(PBV) akan bertambah 4,190 kali.
-
Koefisien ROA (X1) sebesar 93,926 dan pada variabel profitabilitas
(ROA) terdapat hubungan positif dengan nilai perusahaan (PBV). Hal ini
menunjukan bahwa
setiap perubahan 1 % jumlah ROA (Profitabilitas),
maka akan diikuti oleh peningkatan nilai perusahaan (PBV) sebesar
93,926 % dengan asumsi variabel lainya tetap. Hal ini sejalan dengan
72
signaling theory dimana kenaikan return on asset memberikan sinyal
positif terhadap investor, sehingga investor akan memberikan nilai yang
lebih tinggi atas perusahaan.
-
Koefisien VAIC (X2) sebesar 0,323 pada variabel modal intelektual
terdapat hubungan positif dengan nilai perusahaan. Hal ini menunjukan
bahwa setiap penambahan modal intelekual sebanyak 1 poin maka akan
diikuti oleh peningkatan nilai perusahaan sebesar 0,323 dengan asumsi
variabel lainnya tetap. Ini menunjukan bahwa kontribusi yang dibuat oleh
setiap
rupiah
yang
diinvestasikan
dalam
modal
intelektual
akan
meningkatan nilai tambah perusahaan sebesar 0,323 kali.
-
Koefisien ICD (X3) sebesar -6,073 dan pada variabel ICD tersebut
hubungan negatif dengan nilai perusahaan. Hal ini menunjukan bahwa
setiap perubahan ICD, maka akan diikuti oleh penurunan nilai perusahaan
sebesar -6,073 kali dengan asumsi variabel lainnya tetap.
E. Pembahasan
Hasil yang didapatkan dari dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan
Berdasarkan pengujian hipotesis mengenai pengaruh variabel profitabilitas
(ROA) terhadap nilai perusahaan menunjukan bahwa ROA berpengaruh positif
dan signfikan terhadap nilai perusahaan (PBV). Atau dengan kata lain semakin
besar ROA akan meningkatkan nilai perusahaan. Sehingga Dapat disimpulkan
bahwa profitabilitas yang tinggi menunjukan prospek dan kinerja
perusahaan
73
yang baik karena semakin efisien perputaran asset dan semakin tinggi profit
margin yang diperoleh perusahaan. Perusahaan yang mempunyai ROA yang besar
mempunyai kesempatan untuk memperoleh laba yang tinggi, para pemegang
saham lebih menginginkan perusahaan dengan ROA yang tinggi karena akan
meningkatkan
harga
saham.
Selain
itu adanya pengaruh positif signifikan
profitabilitas terhadap nilai perusahaan dimungkinkan adanya sinyal positif pada
para investor, sehingga harga saham meningkat, dan meningkatnya harga saham
membuat nilai perusahaan akan meningkat pula.
Hasil ini sejalan dengan signaling theory dimana kenaikan return on asset
terbukti memberikan sinyal positif terhadap investor, dari kenaikan tersebut
investor akan memberikan nilai yang lebih tinggi atas perusahaan. Penelitian ini
mendukung hasil penelitian Ayuningtias dan Kurnia (2013) dan Dewi dan Tarnia
(2011) yang menunjukan hasil bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan
antara profitabilitas dengan nilai perusahaan.
2. Pengaruh Modal intelektual terhadap Nilai Perusahaan
Hasil pengujian hipotesis mengenai pengaruh variabel modal intelektual
(VAIC) terhadap nilai perusahaan (PBV) menunjukan bahwa modal intelektual
tidak
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa pasar, dalam hal ini calon investor tidak memberikan nilai
yang tinggi terhadap perusahaan yang memiliki modal intelektual yang tinggi.
Belum
adanya
standar
dalam pengukuran
modal intelektual kemungkinan
menyebabkan pasar belum mampu melakukan penilaian yang tepat atas modal
74
intelektual
yang
mengindikasikan
dimiliki
bahwa
perusahaan.
penghargaan
Selain
pasar
itu
pada
temuan
suatu
penelitian
perusahaan
ini
lebih
didasarkan pada sumber daya fisik yang dimiliki oleh perusahaan, dimana investor
cenderung tidak menitikberatkan pada sumber daya intelektual yang dimiliki
perusahaan.
Walaupun secara teori modal intelektual berpengaruh terhadap nilai
pasar karena menunjukan keunggulan kompetitif perusahaan sehingga pasar
mengapreisiasi keunggulan ini.
Hasil penelitian ini menunjukan hasil yang sama dengan penelitian yang
dilakukan oleh Widarjo (2011) dan Hadiwijaya dan Rokhman (2013) yang
menunjukan hasil tidak adanya pengaruh signifikan antara modal intelektual
terhadap nilai perusahaan.
3. Pengaruh
Pengungkapan
Modal
Intelektual
terhadap
Nilai
pengungkapan
modal
Perusahaan
Hasil
pengujian
hipotesis
mengenai pengaruh
intelektual terhadap nilai perusahaan menunjukan bahwa secara parsial variabel
pengungkapan modal intelektual berpengaruh secara signifikan terhadap nilai
perusahaan. Kondisi ini menunjukan bahwa semakin tinggi pengungkapan modal
intelektual yang dilakukan perusahaan maka akan diikuti dengan kenaikan nilai
perusahaan. Hasil penelitian ini mengindikasikan pengungkapan modal intelektual
dapat mengurangi asimetri informasi. Semakin banyak item-item dalam indeks
pengungkapan modal intelektual yang diungkapkan perusahaan maka akan
semakin mudah investor dalam mengetahui prospek dan kinerja perusahaan secara
75
keseluruhan. Sehingga investor dapat memberikan penilaian yang lebih tinggi
pula pada perusahaan.
Hasil penelitian ini menunjukan hasil yang sama dengan penelitian yang
dilakukan oleh S.Jacub (2012) yang menunjukan hasil adanya pengaruh signifikan
antara pengungkapan modal intelektual terhadap nilai perusahaan.
Download