LAPORAN FARMAKOLOGI ANTIBIOTIK : Karya Tulis Ilmiah : http

advertisement
This page was exported from Karya Tulis Ilmiah [ http://karyatulisilmiah.com ]
Export date: Wed Jul 19 0:48:25 2017 / +0000 GMT
LAPORAN FARMAKOLOGI ANTIBIOTIK
LINK DOWNLOAD [57.98 KB]
LAPORAN FARMAKOLOGI ANTIBIOTIK
DEFINISI ANTIBIOTIKA
Antibiotika adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri yang memiliki khasiat mematikan
atau menghambat pertumbuhan kuman.
PRINSIP UMUM PENGGUNAAN
Antibiotika digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi akibat kuman atau juga untuk prevensi infeksi,
misalnya pada pembedahan besar. Kuman-kuman yang merugikan dikurangi jumlah dan aktivitasnya, sehingga
zat-zat gizi dapat dipergunakan dengan baik.
GUIDANCE PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA
Antibiotika digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi akibat kuman atau juga untuk prevensi infeksi,
misalnya pada pembedahan besar. Kuman-kuman yang merugikan dikurangi jumlah dan aktivitasnya, sehingga
zat-zat gizi dapat dipergunakan dengan baik. Penggunaan antibiotik ditentukan dengan mempertimbangkan
faktor-faktor berikut :
• Gambaran klinik penyakit infeksi, yakni efek yang ditimbulkan oleh adanya mikroba dalam tubuh hospes.
• Efek terapi antibiotik pada penyakit infeksi diperoleh hanya sebagai akibat kerja antibiotik terhadap
biomekanisme mkroba.
Kombinasi antibiotik digunakan untuk memberi manfaat klinik yang besar. Ada 4 indikasi penggunaan
kombinasi tidak tetap :
• Pengobatan infeksi campuran pemberian kombinasi obat antibiotik sesuai dengan kepekaan kuman-kuman
penyebab infeksi campuran tersebut
• Pengobatan awal pada infeksi brat yang etiologinya belum jelas
• Mendapatkan efek sinergi
• Memperlambat timbulnya resistensi
Resistensi terhadap obat antibiotik adalah kondisi dimana obat tidak mampu membunuh kuman atau
kumannya menjadi kebal terhadap obatnya. Terdapat beberapa jenis resistensi yang dikenal, yaitu
a. Resistensi bawaan
primer, alamiah. Pada kuman telah terjadi resistensi secara alamiah
b. Resisitensi yang diperoleh Sekunder, disebabkan oleh kontak kuman dengan obat antibiotik. Timbul
mutan yang kemudian memperbanyak diri dan menjadi jenis baru yang resisten atau kebal.
c. Resistensi episomal
Pembawa faktor genetika berada diluar kromosom.
d. Resistensi silang Kejadian dimana bakteri resisten terhadao suatu antibiotika dan semua derivatnya.
Contoh: Penisilin dengan Ampisilin, Amoksisilin dsb.
ADVERSE DRUG REACTION
• Reaksi alergi
• Reaksi idiosikrasi
reaksi abnormal yang diturunkan secara genetik terhadap pemberian antibiotic tersebut.
• Reaksi toksik
MEKANISME KERJA ANTIBIOTIKA
Cara kerja yang terpenting adalah perintagan sintesis protein, sehingga kuman musnah, misalnya
kloramfenikol, tetrasiklin, aminoglikosida, makrolida, dan linkomisin. Selain itu beberapa antibiotika bekerja
terhadap dinding sel (penisilin dan sefalosporin). Antibiotika terhadap kebanyakan virus kecil, mungkin karena
virus tidak memiliki proses metabolism sesungguhnya, melainkan tergantung pada host.
KLASIFIKASI ANTIBIOTIK BERDASARKAN MEKANISME KERJANYA
(Goodman and Gillmans,1990)
GOLONGAN DIAMINOPIRIMIDIN
• Antibiotik golongan ini bersifat bakteriostatik.
• Mekanisme kerjanya adalah dengan menghambat sistesis asam folat dari bakteri. Bakteri tidak dapat
mengabsorbsi asam folat dari makanannya, untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Pada bakteri, asam folat
disistesis sendiri menggunakan paraamino benzoic acid (Batubara, 2010).
• Efektif untuk mengatasi serangan bakteri Gram (+) dan Gram (-).
• Pemberiannya biasanya dikombinasikan dengan golongan sulfonamida
• Aplikasinya dapat dilakukan secara oral maupun suntikan, baik subkutan maupun injeksi.
GOLONGAN QUINOLON
• Quinolon merupakan golongan antibiotik yang relatif baru digunakan sebagai antiinfeksi saluran kemih.
• Mekanisme kerja quinolon menghentikan sintesis DNA bakteri dengan menghambat enzim DNA girase,
enzim ini memiliki peranan penting untuk proses replikasi DNA bakteri (Batubara, 2010).
• Beberapa contoh antibiotik golongan quinolon antara lain:
a. Siprofloksasin Mempunyai substituen 6-fluoro yang sangat memperkuat efek antibakteri, terutama
golongan gram negatif seperti E. Coli, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella dan Campylobacter.
b. Norfloksasin tidak mempunyai efek sistemik. Terkonsentrasi dalam urin dan merupakan obat lini kedua
pada infeksi saluran kemih (Neal, 2006).
GOLONGAN BETA LAKTAM
Seluruh anggota golongan antibiotik beta laktam memiliki cincin beta laktam dalam struktur kimianya.
Spektrum kerja dari antibiotik beta laktam mencakup bakteri gram (+) dan gram (-), namun bervariasi
tergantung pada masing-masing senyawa. Cincin beta laktam merupakan syarat mutlak untuk khasiat antibiotik
jenis ini. Jika cincin beta laktam ini dibuka misalnya oleh enzim beta-laktamase (penisilinase dan
sefalosporinase), maka zat ini akan menjadi inaktif.
Antibiotik beta laktam mempunyai mekanisme kerja yang mampu menyebabkan kerusakan pada dinding sel
bakteri, yakni dengan menghambat secara selektif sintesis dari dinding sel bakteri. Diawali dengan aksi
antibiotik berupa ikatan obat pada reseptor sel yang disebut protein binding penisilin (PBP). Seteah melakat
pada suatu reseptor dari sel, reaksi transpeptidasi dihambat.
Reaksi transpeptidasi yang dikatalis oleh enzim transpeptidase akan menghasilkan ikatan silang antara dua
rantai peptida-glukan. Walaupun dinding sel tetap terus dibentuk. Dinding sel yang terbentuk tidak memiliki
ikatan silang dan peptidoglikan yang terbentuk tidak sempurna sehingga lebih lemah dan mudah terdegradasi.
Pada kondisi normal, perbedaan tekanan osmotik di dalam sel bakteri gram negatif dan di lingkungan akan
membuat terjadinya lisis sel. Selain itu, kompleks protein transpeptidase dan antibiotik beta-laktam akan
menstimulasi senyawa autolisin yang dapat mendigesti dinding sel bakteri tersebut. Dengan demikian, bakteri
yang kehilangan dinding sel maupun mengalami lisis akan mati.
Terdapat dua golongan besar antibiotik beta laktam, yakni Penisilin dan Sefalosporin.
Penisilin merupakan antiobiotik pertama yang digunakan di klinik pada tahun 1941 yang merupakan antibiotik
spektrum sempit. Diperoleh dari jamur Pennicilium notatum dan Pennicilium chrysogenum. Terdapat beberapa
jenis penisillin, yakni Penisilin-G (Benzyl Penicillin), yang umumnya bekerja pada bakteri gram positif
(Coccus dan Bacillus). Penisilin-G digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti
Gonorrhoea, Syphilis, Diptheria, Tetanus dan gas gangren.
Sedangkan sefalosporin diperoleh dari jamur Pennicilium acremonium. Sefalosporin termasuk antibiotik
spektrum luas dengan cakupan bakteri gram negatif yang lebih banyak dan bersifat bakteriosid. Efek samping
yang mungkin timbul akibat penggunaan penisilin dan sefalosporin adalah reaksi hipersensitifitas, mual,
muntah, gangguan lambung dan pada dosis tinggi dapat menimbulkan nefrotoksis dan neurotoksis.
Lama kerja dari penisilin diperpanjang oleh obat-obatan seperti probenesid, sulfinpirazon, asetol, dan
indometasin. Efek penisilin dikurangi oleh antibiotika yang bersifat bakteriostatis.
Farmakokinetik dari sefalosporin diawali dengan resorbsi di usus yang berlangsung cepat, kemudian
didistribusikan ke cairan tubuh dan jaringan yang pada akhirnya diekskresikan melalui urin.
TETRASIKLIN
Senyawa tetrasiklin diperoleh dari Streptomyces aureofaciens (klortetrasiklin) dan Streptomyces rimosus
(oksite trasikli). Tetrasiklin bersifat bakteriostatis. Rute pemberian hanya melalui injeksi intra vena dapat
dicapai kadar plama yang bakterisid lemah. Spektrum kerja dari tetraksilin luas, yaitu meliputi banyak cocci
Gram positif dan Gram negatif serta kebanyakan bacili, kecuali Pseudomonas dan Proteus.
• Pengunaan : infeksi saluran nafas dan paru-paru, saluran kemih, kulit dan mata.
• Kinetik : resorbsi tetrasiklin dari usus pada lambung kurang lebih 75% dan agak lambat baru setelah 3-4 jam
tercapai kadra puncak dalam darah. Pengecualian untuk doksisilin dan minosiklin yang diserap baik sekali
yaitu 90-100%. Ekskresi secara utuh melalui ginjal. Untuk doksisilin dan minosiklin disekresi melalui
empedu dan tinja.
• Efek samping : pada penggunaan oral sering terjadi gangguan lambung-usus (mual, muntah, diare), suprainfeksi oleh jamur Candida albicans (dengan gejala mulut dan tenggorokan nyeri, gatal sekitar anus, diare,
diabetes insipidus, kerusakan ginjal, hati.
Pada gigi berefek pada terdeposisinya perkembangan tulang dan gigi. Pemberian pada pertengahan kehamilan
sampai 5 bulan, akan memberikan efek pada gigi desidui berupa diskolorisasi kecoklatan pada gigi yang
menyerupai karies. Tetrasikilin yang diberikan antara umur 3 bulan sampai 6 bulan akan mempengaruhi
perkembangam dentin dari gigi anterior. Sedangkan pemberian tetrasikilin yang diberikan di akhir masa
kehamilan atau masa kanak-kanak dapat menyebabkan penghambatan secara temporer dari pertumbuhan
tulang.Pada penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan kelainan bentuk dan pengurangan tinggi badan.
• Kontra indikasi : tidak boleh diberikan pada wanita hamil setelah bulan keempat dari kehamilan, dan pada
anak-anak sampai usia 8 tahun.
• Interaksi : tetrasiklin tidak boleh diminum bersamaan dengan susu atau antisida, Karena tetrasiklin
membentuk senyawa komplek yang tak larut dengan besi, alumunium, magnesium dan kalsium. Ini akan
menyebabkan gagalnya resorbsi dari usus-ginjal.
SULFONAMIDA
Senyawa-senyawa dari sulfenomida dapat digunakan untuk menghadapi berbagai infeksi. Selain itu, dapat
digunakan sebagai diuretika (zat perintang karbonanhidrase) dan antidiabetika oral. Sulfonamide bersifat
amfoter. Artinya dapat membentuk garam dengan asam maupun basa. Mekanisme kerja dari obat ini
berdasarkan pencegahan sintesis (dihidro)folat dalam kuman dengan cara antagonis. Sulfonamide diresorbsi di
lambung dan usus (terkecuali sulfa-usus).
• Kombinasi Sulfonamida
a. Trisulfa adalah kombinasi dari 3 sulfonamida, biasanya sulfadiazine, sulfamerazin, dan sulfamezathin dalam
perbandingan yang sama.
b. Kotrimoksazol adalah kombinasi dari sulfametoksazol = trimetoprin dalam perbandingan 5 : 1 (400=80 mg)
• Kombinasi Sulfonamida
• Kombinasi trimetropin + sulfa lain dengan sifat-sifat dan penggunaan sama dengan kortimoksazol adalah:
o Supristol= sulfomoxol 200mg +trimetoprim 43mg
o Kelfitin = sulfalen 200mg + trimetiprim 250mg
o Lidatrim = sulfametrol 400mg + trimetokrim 80mg
• Penggunaan Sulfonamida
• Infeksi saluran kemih : sulfametizol, sulfavurasol dan kortimoksazol. Ini sering digunakan sebagai
desinfektan saluran kemih atas yang menahun.
• Infeksi mata: sulfasetamida, sulfaditramida dan sulfametizol. Ini digunakan topikal terhadap infeksi mata
yang disebabkan oleh kuman-kuman yang peka terhadap sulfonamida dan digunakan untuk trakoma.
• Radang usus: sulfasasalazin khusus digunakan pada penyakit radang usus kronis.
• Radang otak atau meningitis: sulfadiasin, resistensi dari sulfadiasin sangat pesat sehingga obat ini diganti
dengan ampisilin atau rifampisin.
• Efek Samping Sulfonamida
• Reaksi alergi seperti urtikaria, fotosensitasi dan sindrom stevens-johnson pada anak.
• Gangguan saluran cerna ( mual, diare).
• Pada kehamilan dan laktasi penggunaan sulfonamida tidak dinajurakan pada bulan-bulan terakhir, karena
resiko timbulnya icterus-inti pada neonanti (akibat pembebasan bilirubin dari ikatan protein plasma)
• Dosis
a. Anak-anak : 100-150 mg/kg berat badan atau menurut usia antara 1-3 tahun sepertiga, antara 4-10 tahun
setenagh, dan antara 11-15 tahun tigaperempat dosis dewasa.
b. Pengobatan dengan dosis tepat harus dilanjutkan minimal 5-7 hari untuk menghindari gagalnya terapi dan
cepatnya timbul resistensi.
Penggolongan Sulfonamida
a. Sulfonamida short-acting : sulfametazol, derivat-isokazol (sulfaferasol) dan derivat-pirimidin 9sulfadiazinmerazin, metazin, sulfasomidin)
b. Sulfonamida liong-acting : sulfadoksin dan sulfalen
c. Sulfonamida usus: sulfaguanidin dan salazosulfapiridin
d. Sulfonamida lokal: sulfatenamida, sulfadikramida dan silversulfadiasin.
AMINOGLIKOSIDA
Aminoglikosida dihasilkan oleh jenis-jenis fungi Streptomyces dan Micromospora. Semua senyawa dan
turunan semi sintesisnya mengandung dua atau tiga gula amino di dalam molekulnya, yang saling terikat
secara glukosidis. Spekturm kerjanya luas meliputi banyak bacilli Gram-negatif, antara lain E.Colli, Klebsiella,
Enterobacter, Salmonella, Shigella. Aminoglikosida juga aktif terhadap gonococci dan sejumlah bakteri gram
positif. Aktivitasnya adalah bakterisid, berdasarkan dayanya untuk mempenetrasi dinding bakteri dan mengikat
diri pada ribosom di dalam sel. Proses translasi (RNA dan DNA) diganggu, sehingga biosintesa proteinnya
dikacaukan.
• Efek samping secara umum pada penggunaan parenteral menyebabkan kerusakan organ pendengaran da
keseimbangan (ototoksis).Pada penggunaan oral bisa terjadi nausea, muntah, dan diare. Pada kehamilan dan
laktasi tidak dianjurkan, karena bisa menyebabkan ketulian pada bayi.
• Macam-macam aminoglikosida :
a. Streptomisin
Penggunaan
mengandung satu molekul gula amino dalam molekulnya
parenteral pada tuberkulosa, dikombinasi dengan rifampisin, INH, pirazinamida.
Spektrum kerja : Aktif melawan Mycobacterium Tuberculosis. Akan tetapi karena streptomisin menyebabkan
ototoksisitas yang berkaitan dengan dosis, terutama dalam jangka waktu panjang, streptomisin sering
digantikan oleh rifampisin.
Farmakokinetik : Resorpsinya dari usus nihil, distribusinya ke jaringan buruk, dapat melewati plasenta. Waktu
paruhnya 2-3 jam. Ekskresinya melalui ginjal rata-rata 60 % dalam bentuk utuh.
Efek samping : Terhadap ginjal dan organ pendengar. Bisa menyebaban ketulian.
Dosis : tergantung dari usia. 1 dd 0.5-1 g maksimum 2 bulan, selalu dikombinasi dengan obat-obat lain.
b. Gentamisin
Penggunaan
mrngandung 2 molekul gula yang dihubungkan oleh sikloheksan
parenteral, topikal
Spektrum kerja melawan Pseudomonas, Proteus, dan stafilokokus yang resisten untuk penisilin dan
metisilin. Tidak aktif terhadap mycobacterium.
Farmakokinetik
Efek Samping
Waktu paruh : 2-3 jam, ekskresi melalui kemih secara utuh rata-rata 70 %
Lebih ringan dari pada streptomisin dan kanamisin. Agak jarang mengganggu pendengaran.
Dosis 3-5 mg/kg/hari dalam 3 dosis (garam sulfat). Krem 0.1 %, salep mata dan tetes mata 0.3 % : 4-6 dd 12 tetes. (Garamycin).
c. Paramomisin
Penggunaan
Indikasi
Oral
infeksi usus dan mensterilkan usus sebelum pembedahan
Dosis disentri amoeba oral 35 mg/kg/hari dalam 3 dosis selama 5-10 hari, crystosporidiosis oral 4x sehari
500-750 mg
MAKROLIDA
Makrolida digunakan sebagai obat alternatif pada pasien yang sensitif penisilin, terutama pada infeksi yang
disebabkan oleh streptococcus, stafilokokus, pneumococcus, dan clostridium. Rute pemberian secara oral,
tetapi eritromisin dan klaritromisin dapat diberikan intravena bila perlu. Efek samping dari mekanisme kerja
semua makrolida dapat mengganggu fungsi hati. Penggunaan makrolida tidak efektif pada meningitis. Kondisi
resistensi pada pengguna antibiotic ini bisa terjadi karena adanya perubahan yang dikendalikan oleh plasmid
pada reseptornya dalam subunit 50S ribosom bakteri.
• Contoh Makrolida :
a. Eritromisin
Aktivitas bekerja bakteriostatis. Mekanisme kerjanya melalui pengikatan reversible pada ribosom kuman,
sehingga menghambat sintesis protein
Indikasi infeksi paru-paru oleh Mycoplasma pneumonia, infeksi usus dengan Campilobacter jejuni. Untuk
infeksi saluran nafas dijadikan alternatif kedua bilaman terdapat resistansi atau hipersensitivitas oleh penisilin
atau sefalosporin.
Farmakokinetik Makanan memperburuk absorpsinya, maka sebaiknya diminum saat perut kosong. 80 %
terikat pada protein. Kadar dalam intraseluler tinggi. Metabolismenya, semua makrolida diuraikan dalam hati,
sebagian oleh system sitokrom-P450. Ekskresinya melalui empedu dan tinja serta kemih, terutama dalam
bentuk inaktif.
Efek samping
gangguan lambung-usus, diare, nyeri perut,nausea,muntah.
Interaksi denga obat lain bisa terjadi. Penghambatan metabolisme teofilin, kumarin, rifampisin, siklosporin.
Pada kehamilan dan laktasi, dapat diberikan dengan aman, namun derivatnya belum diketahui secara pasti.
Dosis Oral 2-4 dd 250-500 mg pada saat perut kosong, untuk anak-anak 20-40 mg/kgBB/hari selama
maksimum 7 hari.
b. Spiramisin
Indikasi
Infeksi di jaringan mulut, tenggorokan, dan saluran napas
Farmakokinetik
dosis.
Resorpsinya tidak konstan, PP-nya hanya 30 %, waktu paruhnya 4-8 jam tergantung dari
Efek samping Ringan. Wanita hamil dapat meminum obat ini, tetapi tidak dianjurkan selama laktasi karena
kadarnya dalam ASI tinggi sekali.
Dosis Oral 4 dd 0,5-1 g, anak-anak 50-100 mg/kg/hari selama 5 hari, pada toxoplasmaosis selama 3-4
minggu.
DERIVAT NITROBENZENA
Contoh obat antibiotik yang merupakan derivate dari nitrobenzena adalah khloramfenikol.
Khloramfenikol:
• Khloramfenikol diberikan secara oral atau intravena
• Efek samping
aplasia sumsum tulang
• Supresi reversible sel darah merah dan putih, ensefalopati, neuritis optic
• Indikasi
demam tifoid, meningitis Haemophylus influenza
• Dimetabolisme di hati, bisa menghambat metabolism obat lain dan bisa mempotensiasi aksi fenitoin,
warfarin, sulfonylurea
• Neonatus tidak dapat memetabolisme dengan cepat, akumulasi menyebabkan sidrom “grey baby”
ANTIFUNGAL
Antifungal digunakan untuk mengobati infeksi jamur. Secara umum infeksi jamur dibagi menjadi 2 yaitu
infeksi jamur sistemik dan topical. Contoh antifungal untuk infeksi sistemik adalah amfoterisin B, flusitosin,
ketokonazol. Sedangkan contoh antifungal untuk infeksi jamur topical adalah griseofulvin, mikonazol, dan
klotrimazol.
1. Ketokonazol
Ketokonazol merupakan turunan dari imidazol yang mempunyai aktivitas antijamur baik sistemik maupun
nonsistemik. Efektif terhadap Candida, Coccidioides imitis, Crytococcus Neoformans, H. capsulatum, B.
Dermatidis, Aspergillus, dan Sporothrix spp.
Farmakokinetik Ketokonazol merupakan antijamur sistemik per oral yang diserap baik melalui saluran cerna
dan menghasilkan kadar plasma yang cukup untuk menekan aktivitas berbagai jenis jamur. Penyerapan melalui
saluran cerna akn berkurang pada penderita dengan pH lambung yang tinggi.Sebagian besar dari obat ini
mengalami metabolism lintas pertama. Ekskresinya melalui cairan empedu ke lumen usus dan hanya sebagian
kecil saja yang dikeluarkan melalui urin.
2. Mikonazol
Mikonazol mempunyai spektrum luas baik terhadap jamur sistemik maupun dermatofit. Obat ini berbentuk
kristal putih, tidak berwarna dan berbau, sebagian kecil larut dalam air tetapi lebih larut dalm pelarut organik.
Aktivitas antijamur menghambat aktivitas jamur Trichophyton, Epidermophyton, Microsporum, Candida,
dan Malassezia furfur. Mikonazol menghambat sintesis ergosterol yang menyebabkan permeabilitas membrane
sel jamur meningkat juga menyebabkan gangguan sintesis asam nukleat yang akan menyebabkan kerusakan
jamur.
Efek samping
iritasi, rasa terbakar.
ANTIVIRUS
• Obat yang menghentikan virus untuk memasuki sel pejamu (host)
Amantadin mengganggu replikasi influenza A dengan menghambat protein M2 transmembran yang
penting untuk pelepasan selubung virus.
Zanamivir obat baru yang secara spesifik mengahambat neuraminidase influenza A dan B, suatu enzim
yang penting untuk pelepasan virus dari sel yang terinfeksi. Obat ini mengurangi durasi gejala bila diberikan
dalam 48 jam sejak dimulainya gejala.Efektif dalam pencegahan influenza pada orang dewasa sehat.
Imunoglobulin melawan antigen superficial virus dan dapat mengganggu proses masuknya virus ke dalam
sel pejamu (host). Suntikan immunoglobulin normal berguna untuk perlindungan sementara elawan hepatitis
A, campak, dan rubella.
• Obat yang menghambat sintesis asam nukleat
Asiklovir Virus herpes simpleks (HSV) dan varisela zoster (VZV), mengandung timidin kinase yang bisa
mengubah asiklovir menjadi bentuk monofosfat.Monofosfat mengalami fosforilasi oleh enzim host menjadi
asikloguanosin trifosfat yang menghambat polymerase DNA virus dan sintesis DNA virus. Efektif diberikan
secara topical, oral dan parenteral.
Gansiklovir harus diberikan secra intravena. Hanya digunakan untuk mengobati infeksi sitomegalovirus
(CMV) berat pada pasien immunocompromised.
Zidovudin menghambat transcriptase reverse HIV dan digunakan secara oral pada terapi AIDS. Efek
sampingnya berupa anemia, neutropenia, mialgia, mual, dan sakit kepala. Inhibitor transkripatase reverse
nukleosida lainnya adalah stavudin, didanosin, dan zalsitabin.
• Inhibitor protease
Pada HIV, mRNA ditranslasi menjadi poliprotein inert. Poliprotein diubah menjadi protein matur yang
esensial oleh suatu protease yang spesifik virus. Inhibitor “protease HIV” yang digunakan dalam kombinasi
dengan obat lain, termasuk saquinavir dan ritonavir. Efek sampingnya mual, muntah, diabetes, dan
lipodistropi.
ANTIPROTOZOA
Malaria merupakan jenis penyakit yang disebabkan oleh protozoa. Antimalaria atau bisa disebut sebagai anti
protozoa bersifat toksik bagi skizon eritrositik, skizon adalah sporozoit matang di jaringan dari protozoa yang
dimasukkan ke dalam tubuh manusia. Obat antiprotozoa atau antimalaria yang bekerja cepat antara lain:
a. Klorokuin Skizontisida darah kerja cepat
b. Kuinin Mengobati serangan klinis dari malaria
c. Meflokuin Mengobati serangan klinis dari malaria, profilaksis
d. Malaron dan terapi.
e. Riamet Aktif untuk P. Vivax dan P. Ovale.
Efek yang ditimbulkan dari dosis tinggi mengakibatkan mual, muntah, diare, ruam pruritis, dan yang jarang
adalah psikosis. Pemberian dosisi tinggi dalam jangka panjang akan merusak retina secara irreversibel.
Pemberian dari kuinin, meflokuin, malaron, dan riamet dilakukan melalui oral.
Skizontisida darah kerja lambat
a. Proguanil + pirimetamin
b. Proguanil + atovakuon
untuk kemoprofilaksis.
skizontisida efektif namun kerjanya lambat untuk mengobati serangan akut.
mengobati infeksi P.falcivarum yang resisten dan semakin banyak digunakan
Skizontisida jaringan
Primakuin Satu-satunya antimalaria yang membunuh skizon P. vivax dan P. ovale yang dorman di hati.
Tetapi tidak memiliki kemampuan untuk mengobati serangan klinis. Efek samping yang ditimbulkan meliputi
mual, muntah, depresi sumsum tulang, dan anemia hemolitik.
DAFTAR PUSTAKA
Katzung, Bertram G. 2008. Farmakologi dasar & Klinik / Bertram G ; alih bahasa, Staf Dosen Farmakologi
Fakultas Kedokteran UNSRI ; editor, H. Azwar Agoes. – Ed.6.- Jakarta : EGC
Neal, M.J. 2005. Farmakologi Medis. Ed 5.Surabaya : Erlangga
Tripathi, KD.2003.Essential of Medical Pharmacology. 5th ed. New Delhi: Jitendar
Rahardja,Kirana.2002 Obat-Obat Penting. Ed 5. Jakarta : PT. Alex Media Komputindo
Suryawati, Sri. 2005. Efek Samping Obat. Yogyakarta : Pusat Studi Farmakologi Klinik dan Kebijakan Obat
Universitas Gadjah Mada
Anief, M. 2004. Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Mutschler, E. 1991. Dinamika Obat Farmakologi dan Toksikologi. Ed 5. Bandung: Penerbit ITB
Vervloet C, Durham S. ABC of allergies Adverse reactions to drugs. BMJ 1998;316:1511-4.
Post date: 2016-06-09 23:32:27
Post date GMT: 2016-06-09 23:32:27
Post modified date: 2016-06-09 23:32:27
Post modified date GMT: 2016-06-09 23:32:27
Powered by [ Universal Post Manager ] plugin. MS Word saving format developed by gVectors Team www.gVectors.com
Download