BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia merupakan aset utama suatu organisasi yang menjadi perencana dan pelaku aktif dari setiap aktivitas organisasi. Manusia memiliki fikiran, perasaan, keinginan, status, dan latar belakang pendidikan, usia, jenis kelamin, yang sifatnya heterogen yang dibawa kedalam suatu organisasi sehingga tidak seperti mesin, uang dan material yang sifatnya pasif dan dapat dikuasai serta diatur sepenuhnya dalam mendukung tercapainya tujuan organisasi. Manajemen sumber daya manusia adalah suatu bidang manajemen yang khusus mempelajari hubungan dan peran manusia dalam organisasi. Unsur manajemen sumber daya manusia adalah manusia yang merupakan tenaga kerja dalam organisasi. Dengan demikian fokus yang dipelajari manajemen sumber daya manusia ini hanyalah masalah yang berhubungan dengan tenaga kerja manusia saja. Manusia selalu berperan aktif dan dominan dalam setiap kegiatan organisasi, karena manusia menjadi perencana, pelaku dan penentu terwujudnya tujuan organisasi. Tujuan tersebut tidak mungkin terwujud, tanpa peran aktif pegawai bagaimanapun canggihnya alat-alat yang dimiliki organisasi tersebut. Alat-alat canggih yang dimiliki organisasi tidak ada manfaatnya bagi organisasi, jika peran aktif pegawai tidak diikutsertakan. 9 Mengatur pegawai adalah sulit dan komplek, karena mereka memiliki fikiran, perasaan, status, keinginan dan latar belakang yang heterogen yang dibawa ke organisasi sehingga pegawai tidak dapat sepenuhnya diatur dan dikuasai seperti mengatur mesin, modal dan lain-lain. Tetapi harus diatur oleh teori-teori manajemen yang memfokuskan mengenai pengaturan peranan manusia dalam mewujudkan tujuan yang optimal. 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk memperjelas pengertian manajemen sumber daya manusia, berikut penulis mengemukakan pendapat dari para ahli tentang pengertian manajemen sumber daya manusia. Menurut pendapat Anwar Prabu Mangkunegara (2008:2), mendefinisikan Manajemen sumber daya manusia sebagai berikut : “Manajemen sumber daya manusia merupakan suatu perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengadaan, pemgembangan, pemberian balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemisahan tenaga kerja dalam rangka mencapai tujuan organisasi ” Sedangkan menurut Drs. Malayu S.P Hasibuan (2007:10), menyatakan bahwa : “MSDM adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat” 10 Dari beberapa pengertian tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa menajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni yang mengatur suatu rangkaian kegiatan yang endayagunakan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Tujuan utama dari kegiatan manajemen sumber daya manusia adalah memperolah individu – individu yang akan memiliki nilai ekonomi bagi perusahaan, ,memiliki produktifitas yang tinggi dan memiliki kepuasan kerja. 2.1.2 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia Anwar Prabu Mangkunegara dalam bukunya Manajeman Sumber Daya Perusahaan (2008:2-3), mengemukakan enam fungsi operatif manajemen sumber daya manusia, yaitu : 1. Pengadaan tenaga kerja terdiri dari : a. Perencanaan sumber daya manusia b. Analisa jabatan c. Penarikan pegawai d. Penempatan kerja e. Orientasi kerja (job orientation) 2. Pengembangan tenaga kerja mencakup : a. Pendidikan dan pelatihan (training and development) b. Pengembangan (karier) c. Penilaian prestasi kerja 3. Pemberian balas jasa mencakup : 11 a. Balas jasa langsung terdiri dari : - Gaji / upah - Insentif b. Balas jasa tidak langsung terdiri dari : - Keuntungan (benefit) - Pelayanan / kesejahteraan (service) 4. Integrasi mencakup : a. Kebutuhan karyawan b. Motivasi kerja c. Kepuasan kerja d. Disiplin kerja e. Partsipasi kerja 5. Pemeliharaan tenaga kerja a. Komunikasi kerja b. Kesehatan dan keselamatan kerja c. Pengendalian konflik kerja d. Konseling kerja 6. Pemisahan tenaga kerja mencakup : a. Pemberhentian karyawan 2.1.3 Unsur-unsur Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Manajemen yang baik akan memudahkan terwujudnya tujuan perusahaan, 12 pegawai, dan masyarakat. Dengan manajemen daya guna dan hasil guna unsurunsur manajemen akan dapat ditingkatkan. Adapun unsur-unsur manajemen itu terdiri dari beberapa elemen yang disingkat dengan 6 M menurut Malayu S. P Hasibuan (2001: 5) antara lain: 1. Man Man merupakan keseluruhan sumber daya manusia yang ada dalam suatu organisasi yang mempunyai peran yang sangat penting. 2. Money Money merupakan alat bantu berupa alat pembayaran untuk kelancaran operasional baik intern maupun ekstern. 3. Method Method merupakan suatu cara menggunakan semua sistem agar efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 4. Machine Manajemen akan berfungsi jika produksi berjalan, maka machine disini adalah merupakan proses produksi suatu produk dari bahan mentah ke bahan jadi. 5. Material Material adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan peralatan dan perlengkapan untuk mendukung kegiatan operasional. 6. Market Pangsa pasar yang ada untuk menjual produk yang dihasilkan melalui sistem distribusi yang dipakai. 13 Dari uraian mengenai unsur-unsur manajemen tersebut di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa keenam unsur manajemen tersebut harus dilakukan atau dilaksanakan bersama-sama, bila dalam salah satu kegiatan unsur manajemen tersebut ada yang tidak terpenuhi maka kegiatan tidak akan berjalan dengan baik. Dalam suatu organisasi atau perusahaan unsur 6 M selalu berhubungan satu dengan yang lainnya sehingga unsur-unsur tersebut tidak bisa terpisahkan. 2.2 Disiplin Kerja 2.2.1 Pengertian dan Jenis – Jenis Disiplin Kerja Disiplin kerja sangat penting bagi pegawai yang bersangkutan maupun bagi organisasi karena disiplin kerja akan mempengaruhi produktivitas kerja pegawai. Oleh karena itu, pegawai merupakan motor penggerak utama dalam organisasi. Disiplin kerja yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab sesorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Sutrisno (2009) menyatakan “Disiplin menunjukkan suatu kondisi atau sikap hormat yang ada pada diri karyawan terhadap peraturan dan ketepatan perusahaan”. “Menurut Siagian (2008), bahwa ”Disiplin pegawai adalah suatu bentuk pelatihan yang berusaha memperbaiki dan membentuk pengetahuan, sikap dan prilaku pegawai sehingga para pegawai tersebut secara sukarela berusaha bekerja secara kooperatif dengan para pegawai lainnya serta meningkatkan prestasi kerjanya”. 14 “Westra Pariatra (2006:131), disiplin adalah suatu keadaan tertib, dimana orang-orang yang tergabung dalam organisasi tunduk kepada peraturan yang telah ada dengan senang hati.” Sedangkan “menurut Keith Davis yang dikutif oleh Anwar Prabu Mangkunegara (2007:129) mengemukakan bahwa : Dicipline is management action to enforce organization standars. Dengan arti bahwa disiplin kerja adalah pelaksanaan manajemen untuk memperteguh pedoman – pedoman organisai.” Disiplin kerja dibutuhkan untuk menjaga agar prestasi kerja pegawai meningkat. Terdapat dua jenis disiplin dalam organisasi, yaitu: 1) disiplin preventif dan 2) disiplin korektif. 1. Disiplin Preventif Disiplin yang bersifat preventif adalah tindakan yang mendorong para pegawai untuk taat kepada berbagai ketentuan yang berlaku dan memenuhi standar yang telah ditetapkan. Artinya melalui kejelasan dan penjelasan tentang pola, sikap, tindakan dan perilaku yang diinginkan dari setiap anggota organisasi diusahakan pencegahan jangan sampai para pegawai berperilaku negatif. Keberhasilan penerapan disiplin preventif terletak pada pribadi para anggota organisai. Agar disiplin pribadi tersebut semakin kokoh, paling sedikit tiga hal perlu mendapatkan perhatian manajemen yaitu: a. Para anggota organisasi perlu didorong agara mempunyai rasa memiliki organisasi, karena segala logika seorang tidak akan merusak sesuatu yang menjadi miliknya. 15 b. Para pegawai perlu diberi penjelasan tentang berbagai ketentuan yang wajib ditaati dan standar yang harus dipenuhi. Penjelasan dimaksud seyogianya disertai informasi yang lengkap mengenai latar belakang berbagi ketentuan yang bersifat normatif. c. Para pegawai didorong menentukan sendiri cara-cara pendisiplinan diri dalam rangka ketentuan-ketentuan yang berlaku umum bagi seluruh anggota organisasi. 2. Disiplin korektif Disiplinan yang bersifat korektif adalah jika pegawai yang nyata-nyata telah melakukan pelanggaran atas ketentuan-ketentuan yang berlaku atau gagal memenuhi standar yang telah ditetapkan, kepadanya dikenakan sanksi disipliner. Berat atau ringannya suatu sanksi tentunya tergantung pada bobot pelanggaran yang telah terjadi. Pengenaan sanksi biasanya mengikuti prosedur yang sifatnya hirarki. Artinya pengenaan sanksi diprakarsai oleh atasan langsung pegawai yang bersangkutan, diteruskan kepada pimpinan yang lebih tinggi dan keputusan akhir pengenaan sanksi tersebut diambil oleh pejabat pimpinan yang berwenang untuk itu. Prosedur tersebut ditempuh dengan dua maksud, yaitu bahwa pengenaan sanksi dilakukan secara objektif dan sifat sanksi sesuai dengan bobot pelangaran yang dilakukan. Disamping faktor objektivitas dan kesesuaian bobot hukuman dan pelanggaran, pengenaan sanksi harus pula bersifat mendidik dalam arti agar terjadi perubahan sikap dan perilaku di masa mendatang dan bukan terutama menghukum seseorang karena tindakannya di masa lalu. Pengenaan sanksi pun harus mempunyai nilai pelajaran dalam arti mencegah orang melakukan 16 pelanggaran yang serupa. Pihak manajemen harus mampu menerapkan berbagai ketentuan yang berlaku secara efektif dan tidak hanya sekedar merupakan pernyataan di atas kertas. Menurut Siagian (2008), bentuk disiplin yang baik akan tercermin pada suasana: 1. Tingginya rasa kepedulian pegawai terhadap pencapaian tujuan perusahaan 2. Tingginya semangat dan gairah kerja dan inisiatif para pegawai dalam melakukan pekerjaan 3. Besarnya rasa tanggung jawab para pegawai untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya 4. Berkembangnya rasa memiliki dan rasa solidaritas yang tinggi di kalangan pegawai 5. Meningkatkan efisiensi dan prestasi kerja pegawai. 2.2.2 Manfaat Disiplin Kerja Disiplin kerja dapat dilihat sebagai sesuatu yang besar manfaatnya, baik bagi kepentingan organisasi maupun bagi para pegawainya. Bagi organisasi adanya disiplin kerja akan menjamin terpeliharanya tata tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas, sehingga diperoleh hasil yang optimal. Sedangkan bagi pegawai akan diperoleh suasana kerja yang menyenangkan sehingga akan menambah semangat kerja dalam melaksanakan pekerjaannya. Dengan demikian, pegawai dapat melaksanakan tugasnya dengan penuh kesadaran serta dapat mengembangkan tenaga dan pikirannya semaksimal mungkin demi terwujudnya tujuan organisasi (Sutrisno, 2009). 17 Disiplin kerja dibutuhkan untuk tujuan organisasi yang lebih jauh, guna menjaga efisiensi dan mencegah dan mengoreksi tindakan-tindakan individu dalam itikad tidak baik terhadap kelompok. Menurut Sutrisno (2009) menyatakan bahwa: Tujuan disiplin kerja yang baik akan tercermin pada suasana, yaitu : 1) tingginya rasa kepedulian karyawan terhadap pencapaian tujuan perusahaan, 2) tingginya semangat dan gairah kerja dan inisiatif para karyawaan untuk melaksanakan pekerjaan, 3) besarnya rasa tanggung jawab pada karyawan untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya, 4) berkembangnya rasa memiliki dan rasa solidaritas dan rasa solidaritas yang tinggi dikalangan karyawan, 5) meningkatnya efisiensi dan produktivitas kerja pada karyawaan. Berdasarkan tujuan disiplin kerja maka disiplin kerja pegawai harus ditegakkan dalam suatu organisasi. Tanpa dukungan organisasi pegawai yang baik, sulit bagi organisasi untuk mewujudkan tujuannya. Jadi, kedisiplinan adalah kunci keberhasilan suatu perusahaan/organisasi untuk mencapai tujuannya. 2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja Disiplin kerja yang tinggi merupakan harapan bagi setiap pimpinan kepada bawahan, karena itu sangatlah perlu bila disiplin mendapat penanganan intensif dari semua pihak yang terlibat dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan dari suatu organisasi dan juga pemimpin mempunyai pengaruh langsung atas sikap kebiasaan yang diperoleh pegawai. Kebiasaan itu ditentukan oleh pimpinan, baik 18 dengan iklim atau suasana kepemimpinan maupun melalui contoh diri pribadi. Oleh karena itu, untuk mendapatkan disiplin yang baik, maka pimpinan harus memberikan kepemimpinan yang baik pula. Menurut Hasibuan (2005) menyatakan bahwa ”Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan pegawai suatu organisasi, di antaranya : 1) Tujuan dan kemampuan, 2) Keteladanan pimpinan, 3) Balas jasa, 4) Keadilan, 5) Waskat, 6) Sanksi hukuman, 7) Ketegasan, 8) Hubungan kemanusiaan”. Kemudian, menurut Fatroni (2006) menyatakan ”Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat disiplin kerja pegawai suatu organisasi, di antaranya ialah: 1) Tujuan dan kemampuan, 2) Keteladanan pimpinan, 3) Balas jasa, 4) Keadilan, 5) Waskat, 6) Sanksi hukum, 7) Ketegasan, 8) Hubungan kemanusiaan. 19 Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kerja dapat dijelaskan bahwa: 1.Tujuan dan Kemampuan Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan pegawai. Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti bahwa tujuan (pekerjaan) yang dibebankan kepada pegawai harus sesuai dengan kemampuan pegawai bersangkutan, agar pegawai bekerja dengan sungguh-sungguh dan disiplin dalam mengerjakannya. 2.Teladanan Pimpinan Teladanan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan pegawai karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya. Pimpinan harus memberikan contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil serta sesuai kata dengan perbuatannya. Dengan keteladanan pimpinan yang baik, kedisiplinan bawahan pun akan ikut baik. 3.Balas Jasa Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan pegawai karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan pegawai terhadap organisasi atau pekerjaannya. Jika kecintaan pegawai semakin baik terhadap kedisiplinan pegawai yang baik, organisasi harus memberikan balas jasa yang relatif besar. Berperan Kedisiplinan pegawai tidak mungkin baik apabila balas jasa yang pegawai terima kurang memuaskan untuk memenuhi kebutuhan 20 hidupnya beserta keluarga. Jadi, balas jasa berperan penting untuk menciptakan kedisiplinan pegawai. 4.Keadilan Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan pegawai, karena ego dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta diperlakukan sama dengan manusia lainnya. Keadilan yang dijadikan dasar kebijaksanaan dalam memberikan balas jasa (pengakuan) atau hukuman akan merangsang terciptannya kedisiplinan pegawai yang baik. 5.Waskat Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam mewujudkan kedisiplinan pegawai organisasi. Dengan pengawasan melekat berarti atasan langsung harus aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan prestasi kerja bawahannya. Hal ini berarti atasan harus selalu hadir ditempat kerja agar dapat mengawasi dan memberikan petunjuk, jika ada bawahannya yang mengalami kesulitan dalam menyelasaikan tugasnya. Waskat efektif merangsang kedisiplinan dan moral kerja pegawai. Pegawai merasa mendapat perhatian, bimbingan, pengarahan, petunjuk, dan pengawasan dari atasannya. Dengan waskat, atasan secara langsung dapat mengetahui kemampuan dan kedisiplinan setiap individu bawahannya, sehingga kondute setiap bawahan dinilai objektif. Jadi waskat menuntut adanya kebersamaan aktif antara pimpinan dan pegawai dalam mencapai tujuan organisasi. 21 6.Sanksi Hukuman Sanksi hukuman berperan penting dalam memeihara kedisiplinan pegawai. Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, pegawai akan semakin takut melanggar peraturan-peraturan organisasi, sikap, dan prilaku indisipliner pegawai akan berkurang. Berat / ringan saksi hukuman yang akan diterapkan ikut mempengaruhi baik buruknya kedisiplinan pegawai. Sanksi hukuman harus ditetapkan berdasarkan pertimbangan logis, masuk akal, dan diinformasikan secara jelas kepada semua pegawai. 7.Ketegasan Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi kedisiplinan pegawai. Pimpinan harus berani dan tegas untuk menghukum setiap pegawai yang indispliner sesuai dengan sanksi hukuman yang telah ditetapkan. pimpinan yang berani bertindak tegas menerapkan hukuman bagi pegawai indisipliner akan akan disegani dan diakui kepemimpinanya oleh bawahan. 2.2.4 Indikator-indikator Disiplin Kerja Indicator disiplin kerja menurut Soedjono (2005 : 69) adalah : 1. Para pekerja dating kekantor dengan tertib, tepat waktu dan teratur. Dengan dating kekantor secara tertib, tepat waktu, dan teratur maka disiplin kerja dapat dikatakan baik. Dalam hal ini juga dapat mempengaruhi prestasi karyawan, sesuai yang diharapkan oleh perusahaan. 22 2. Berpakaian rapi ditempat kerja Berpakaian rapi juga merupakan salah satu factor yang mempengaruhi disiplin kerja karyawan karena dengan berpakaian rapi suasana kerja akan terasa nyaman dan rasa percaya diri dalam bekerja akan tinggi sehingga prestasi kerja karyawan juga akan tinggi. 3. Menggunakan perlengkapan kantor dengan hati-hati Sikap hati-hati dapat menunjukan bahwa seseorang memiliki sikap disiplin kerja yang baik karena apabila tidak hati-hati dalam menggunakan perlengkapan kantor akan terjadi kerusakan yang mengakibatkan kerugian-kerugian dan menurunkan prestasi kerja 4. Mengikuti cara kerja yang ditentukan oleh perusahaan Dengan mengikuti cara kerja yang ditentukan oleh perusahaan maka dapat menunjukan bahwa karyawan memiliki disiplin kerja yang baik, juga menunjukan kepatuhan karyawan terhadap perusahaan yang nantinya dapat meningkatkan prestasi kerja karyawan dan keuntungan bagi perusahaan meningkat. 5. Memiliki tanggup jawab yang tinggi Dengan bertanggung jawab terhadap segala tugasnya, maka menunjukan bahwa disiplin kerja karyawan tinggi sehingga diharapkan prestasi kerja karyawan tinggi. 23 2.3 Prestasi Kerja 2.3.1 Pengertian Prestasi Kerja dan Manfaat Prestasi Kerja Pada dasarnya, prestasi kerja bersifat subjektif. Setiap individu akan memiliki tingkat prestasi yang berbeda-beda sesuai dengan sistem penilaian yang berlaku pada dirinya. Hal ini dapat disebabkan adanya perbedaan masing-masing individu. Semakin banyak aspek-aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu tersebut. Meskipun kegiatan-kegiatan perusahaan seperti penarikan, seleksi, dan pengembangan sangat penting, namun salah satu ukuran terakhir keberhasilan perusahaan adalah prestasi kerja karyawan. Baik perusahaan maupun para karyawan memerlukan umpan balik atas upaya-upaya mereka. “ Prabowo dalam Herawati (2007:18) mengemukakan bahwa prestasi lebih merupakan tingkat keberhasilan yang dicapai seseorang untuk mengetahui sejauh mana seseorang mencapai prestasi yang diukur atau dinilai. Prestasi juga merupakan suatu hasil yang dicapai seseorang setelah ia melakukan suatu kegiatan. Tanpa adanya prestasi kerja yang tinggi, mengakibatkan tugas-tugas pekerjaan yang diselesaikan kurang baik, kurang baiknya pelaksanakan tugas yang dikerjakan oleh pegawai menunjukan rendahnya prestasi kerja pegawai yang akan menggangu proses pencapaian tujuan perusahaan.” “Rivai dalam Zulham (2008) menyatakan bahwa “prestasi kerja adalah kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan”. 24 “Sutrisno (2009 : 165 ) mendefinisikan prestasi kerja sebagai hasil kerja yang dicapai seseorang dari tingkah laku kerjanya dalam melaksanakan aktivitas kerja.“ “Prestasi Kerja adalah hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai SDM per satuan periode waktu tertentu dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara 2009:9)” Prestasi kerja karyawan merupakan penampilan kerja karyawan dalam upaya mengembangkan diri demi untuk kepentingan perusahaan. Prestasi karyawan ini menyangkut kecakapan dan kemampuan pelaksanaan tugas yang diberikan, penampilan dalam pelaksanaan tugas, ketegaran jasmani dan rohaninya selama bekerja, dan sebagainya. Dengan demikian, prestasi kerja dapat diartikan sebagai hasil kerja yang diciptakan individu atau kelompok berdasarkan kemampuan yang dimilikinya untuk menghasilkan barang dan jasa. Prestasi kerja yang tinggi sangat bermanfaat bagi perusahaan maupun untuk karyawan sendiri. Manfaat prestasi kerja adalah sebagai berikut. a. Dengan prestasi kerja yang tinggi, maka setiap karyawan dapat memperoleh upah yang tinggi. Selain itu, karyawan juga mempunyai kesempatan untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi di perusahaan. b. Karyawan dapat mengetahui apakah hasil kerja mereka selama ini di perusahaan sesuai dengan standar atau tidak. Untuk itu pihak perusahaan perlu melakukan penilaian prestasi kerja karyawan. Jika karyawan berprestasi 25 tinggi, berarti hal tersebut menjadi ukuran bahwa karyawan tersebut telah bekerja sebagaimana yang diharapkan. c. Prestasi kerja menjadi dasar bagi perusahaan untuk mendapatkan posisi serta tugas dan tanggung jawab seorang karyawan. Perusahaan tidak dapat menempatkan seseorang dalam suatu posisi jabatan tanpa dasar yang kuat. Dasar yang perlu digunakan adalah prestasi kerja karyawan itu sendiri. d. Prestasi kerja dapat mendorong perusahaan untuk memiliki kinerja yang lebih baik di masa mendatang. Jika setiap karyawan di perusahaan itu berprestasi sesuai dengan standar yang ditetapkan, maka tentu perusahaan akan memiliki kinerja yang semakin baik. Hal ini, mendorong perusahaan untuk berkembang dan juga akan memberikan manfaat secara lebih baik lagi kepada masyarakat konsumen di masa-masa mendatang. Ini adalah tujuan utama dari semua perusahaan. 2.3.2 Penilaian Prestasi Kerja Untuk mengetahui prestasi kerja karyawan, perlu adanya penilaian prestasi kerja, yaitu proses melalui yang bagaimana organisasi perusahaan mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawannya. Ini berarti penilaian prestasi kerja karyawan merupakan suatu proses penilaian yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengevaluasi segala kegiatan kepegawaian untuk mengetahui karya-karya yang dicapai mereka. 26 Kegiatan organisasi perusahaan dalam hal penilaian prestasi kerja dapat memperbaiki keputusan-keputusan perusahaan dan memberikan umpan balik kepada para karyawan mengenai pelaksanaan tugas atau kerja mereka. Adapun indikator prestasi kerja menurut Malayu (2007:91) yaitu : 1. Kesetiaan Penilaian mengukur kesetiaan karyawan terhadap pekerjaannya, jabatan, dan organisasi. Kesetiaan dicerminkan oleh kesediaan karyawan menjaga dan membela organisasi didalam maupun diluar organisasi dari rongrongan orang yang tidak bertanggung jawab. 2. Prestasi kerja Penilai menilai hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dapat dihasilkan karyawan tersebut dari uraian pekerjaannya. 3. Kejujuran Penilai menilai kejujuran dalam melaksanakan tugas-tugasnya memenuhi perjanjian baik bagi dirinya sendiri maupun terhadap orang lain seperti kepada para bahawannya. 4. Kedisiplinan Penilaian menilai disiplin karyawan dalam mematuhi peraturan-peraturan yang ada dan melakukan pekerjaannya sesuai dengan intruksi yang diberikan kepadanya. 5. Kreativitas 27 Penilai menilai kemampuan karyawan dalam mengembangkan kreativitasnya untuk menyelesaikan pekerjaannya, sehingga bekerja lebih berdaya guna dan berhasil guna. 6. Kerja sama Penilai menilai kesediaan karyawan berpatisipasi dan bekerja sama dengan karyawan lainnya secara vertikal atau horizontal didalam maupun diluar pekerjaan akan semakin baik. 7. Kepribadian Penilai menilai karyawan dari sikap perilaku, kesopanan, periang, disukai, memberi kesan menyenangkan, memperlihatkan sikap yang baik, serta berpenampilan simpatik dan wajar. 8. Prakarsa Penilai menilai kemampuan berfikir yang orisinil dan berdasarkan inisiatif sendiri untuk menganalisis, menilai, menciptakan alasan, mendapatkan kesimpulan, dan membuat keputusan penyelesaian masalah yang dihadapinya. 9. Kecakapan Penilai menilai kecakapan karyawan dalam menyatukan dan menyelaraskan bermacan-macam elemen yang semuanya terlibat didalam penyusunan kebijaksanaan dan didalam situasi manajemen. 10. Tanggung jawab Penilai menilai kesediaan karyawan dalam mempertanggung jawabkan kebijaksanaannya, pekerjaan, dan hasil kerjanya, sarana dan prasarana yang dipergunakannya, serta perilaku kerjanya. 28 2.3.3 Metode dan Sarana Pengukuran Prestasi Kerja Ada beberapa metode dan sarana pengukuran prestasi kerja karyawan. Sistem tersebut secara umum adalah sebagai berikut. a. Sistem rangking Cara paling sederhana untuk menilai prestasi kerja adalah dengan membandingkan karyawan yang satu dengan yang lainnya untuk menetukan siapa yang lebih baik. Perbandingan dilakukan secara keseluruhan, artinya tidak dicoba dipisah-pisahkan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi kerja. b. Perbandingan karyawan dengan karyawan Suatu cara untuk memisahkan penilaian seseorang ke dalam berbagai faktor adalah dengan menggunakan karyawan dengan karyawan. Faktor-faktor seperti kepemimpinan dan inisiatif, dipilih untuk maksud-maksud penilaian tersebut. Suatu skala penilaian dirancang untuk masing-masing faktor yang dinilai. Tetapi, skala penilaian tersebut bukannya disusun definisi untuk masing-masing faktornya, tetapi dibandingkan dengan karyawan-karyawan tertentu, untuk mencerminkan tingkatan-tingkatan suatu faktor tertentu. Dengan demikian, penilaian akan membandingkan suatu faktor, misalnya kepemimpinan, dari seorang karyawan dengan karyawan pembanding tersebut, untuk menentukan dengan karyawan mana, karyawan yang dinilai paling mendekati. c. Sistem grading Kategori untuk prestasi kerja karyawan misalnya adalah baik sekali, memuaskan dan kurang memuaskan, yang masing-masing mempunyai definisi 29 yang jelas. Prestasi kerja dari tiap karyawan kemudian diperbandingkan dengan definisi masing-masing kategori, untuk dimasukkan ke dalam salah satunya. Dengan demikian penilai harus juga melakukan penilai relatif diantara para karyawan tersebut disamping membandingkannya dengan definisi masing-masing kategori. d. Skala grafis Pada metode ini, baik tidaknya pekerjaan seseorang karyawan dinilai bersasarkan faktor-faktor yang dianggap penting bagi pelaksanaan perkerjaan tersebut. Kemudian faktor-faktor tersebut dibagi ke dalam berbagai kategori, misalnya baik sekali, cukup, kurang, dan sebagainya disertai dengan definisi yang jelas untuk masing-masing kategori. Faktor-faktor yang biasa dipakai untuk menilai adalah kuantitas pekerjaan, kealitas pekerjaan, kerja sama, kepemimpinan, kehati-hatian, pengetahuan mengenai jabatannya, kerajinan, kesetiaan, dapat tidaknya diandalkan, dan inisiatif. e. Checklist Pertanyaan yang diajukan mengenai tingkah laku karyawan yang dinilai dan jawabannya hanya ya dan tidak. Nilai untuk suatu pertanyaan mungkin bimbang. Penilai tidak mengetahui pertanyaan mana yang lebih penting dan mana yang tidak. Hanya penyusun daftar pertanyaan atau juga bagian personalia yang melakukan penilaian atas hasil pengisian checklist tersebut. f. Manajemen berdasarkan sasaran Metode ini dalam melakukan penilaian, melibatkan dua pihak, yaitu karyawan dan pimpinan. Jadi pimpinan bukan hanya sekedar duduk menilai, tetapi perlu 30 bersama-sama menentukan sasaran dengan para bawahan yang bisa dipakai sebagai pedoman penilaian tersebut, sehingga para bawahan bisa mengendalikan diri untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan manajemen berdasarkan sasaran akan mendorong penentuan tujuan secara bersama, diikuti dengan penilaian secara bersama pula terhadap pelaksanaan pekerjaan. 2.4 Peranan disiplin kerja terhadap prestasi kerja Sebagian telah dikatakan dalam pencapaian keputusan suatu perusahaan terlaksana bilamana kerja sama antara atasan dan bawahan disamping faktor lain seperti sarana dan prasarana yang ada diperusahaan tersebut. Bagi karyawan dalam turut serta mencapai tujuan perusahaan dapat dilaksanakan melalui pelaksanaan pekerjaannya. Setiap karyawan dalam melaksanakam pekerjaannya perlu adanya penyesuaian diri dengan ketentuan-ketentuan yang ada, agar pelaksanaan pekerjaannya berjalan sesuai dengan rencara yang telah ditetapkan penyesuaian diri ini maksudnya agar perilaku setiap karyawan diarahkan pada perilaku yang tertib, teratur dan timbul adanya kepatuhan yang diharapkan bagi perusahaan. Pencapaian disiplin kerja dilaksanakan dengan segala konsekuensi yang akan memberikan mamfaat bagi karyawan perusahaan. Akan sulit bagi karyawan bilamana didalam perusahaan tidak ada ketentuan-ketentuan yang diberlakukan untuk dapat dipegang sebagai landasan pekerjaan. 31 Disiplin kerja dapat membina dan meningkatkan prestasi kerja seorang karyawan karena didalam terdapat unsur ketertiban, keteraturan dan kepatuhan dalam melaksanakan kerja. Suatu hal yang pasti dari seorang karyawan yang memiliki prestasi lebih baik, disebabkan karena adanya perpaduan antara kemampuan dirinya dengan unsur-unsur yang ada dalam prinsip kedisiplinan. Dengan demikian keduanya memiliki hubungan yang sangat kuat yang tidak dapat dipisahkansatu sama yang lain. Kedua faktor ini akan dapat menciptakan seorang karyawan yang berwibawa, berdaya guna,bersih, berkualitas tinggi dan sadar akan tanggung jawab. 32