8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Kemampuan 1.1. Defenisi Kemampuan merupakan salah satu unsur dalam kematangan berkaitan dengan pengetahuan atau keterampilan yang dapat di peroleh dari pendidikan, pelatihan, pengalaman, Kemampuan ditujukan untuk seseorang yang baru sebagian dari potensi yang terdapat pada dirinya sendiri (Thoha, 2007). Kemampuan menunjukkan potensi seseorang dalam melaksakan tugas atau pekerjaan.kemampuan itu mungkin juga dimanfaatkan atau mungkin juga tidak. Kemampuan berhubungan erat dengan kemampuan fisik dan mentalyang dimiliki seseorang untuk melaksanakan pekerjaan (Thota, 2007). Berdasarkan uraian diatas bahwa apabila ingin mencapai hasil yang maksimal, seseorang harus bekerja dengan sungguh-sungguh beserta dengan kemampuan yang dimilikinya. Artinya bahwa kemampuan seseorang bisa diukur dari tingkat keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki dalam melaksanakan tugas yang diembankan. 1.2. Jenis Kemampuan Ada 3 jenis kemampuan dasar yang harus dimiliki untuk mendukung seseorang dalam melaksanakan pekerjaan atau tugas, sehingga tercapai hasil yang maksimal (Moenir, 2008), yaitu: 8 Universitas Sumatera Utara 9 a. Technical Skill (kemampuan Teknis) Adalah pengetahuan dan penguasaan kegiatan yang bersangkutan dengan proses dan prosedur yang menyangkut kegiatan dan alat-alat kegiatan. b. Human Skill (Kemampuan bersifat manusiawi) adalah kemampuan untuk bekerja dalam kelompok suasana dimana organisasi merasa aman dan bebas untuk menyampaikan masalah. c. Conceptual Skill (Kemampuan Konseptual) Kemampuan untuk melihat gambar kasar untuk mengenali adanya unsur penting dalam situasi memahami di antara unsur-unsur itu. Anak usia sekolah dikatakan mampu dalam proses pembelajaran apabila ia dapat memenuhi aspek kognitif, afektif dan psikomotoriknya. Universitas Sumatera Utara 10 2. Anak Usia Sekolah 2.1. Defenisi Anak Usia Sekolah Anak usia sekolah adalah anak yang dihitung dari usia 6 sampai mendekati 12 tahun dan memiliki berbagai label, yang masing-masing menguraikan karakteristik penting dari periode tersebut (Wong, 2008). Karakteristik perkembangan anak usia sekolah ditandai dengan perkembangan biologis, psikososial, temperamen, kognitif, moral, spiritual, bahasa, sosial, konsep diri dan seksualitas. Perkembangan biologis ditandai dengan perkembangan pertumbuhan berat badan, perubahan proporsi tubuh, dan kematangan sistem tubuh (Hockenberry dan Wilson, 2007). Perkembangan psikososial pengembangan fase industri. anak usia sekolah ditandai dengan Pada tahap industri anak mengembangkan kemampuan personal dan kemampuan sosial. Perkembangan temperamen anak dikembangkan melalui interaksi dengan lingkungan, pengalaman, motivasi dan kemampuan. Perkembangan temperamen anak dikembangkan melalui interaksi dengan lingkungan, pengalaman, motivasi dan kemampuan (Hockenbery dan Wilson, 2007) Perkembangan Kognitif Anak usia sekolah ditandai dengan memperoleh kemampuan untuk menghubungkan serangkaian kejadian yang dapat menggambarkan mental anak, dimana gambaran tersebut dapat diungkapkan secara verbal atau pun simbolik (Wong, 2009). Perkembangan psikomoral anak disimpulkan kembali oleh Wong (2009), dalam tiga tingkat utama, yaitu tingkat prakonvensional, konvensional dan Universitas Sumatera Utara 11 pascakonvensional, autonomi atau prinsip. Anak usia sekolah berada pada tingkat konvensional, yaitu tahap dimana anak terfokus pada kepatuhan dan loyalitas. Perilaku yang disetujui atau membantu orang dianggap sebagai perilaku yang baik. Perkembangan spiritual anak usia sekolah ditandai dengan menggunakan kata sifat seperti mencintai dan menolong untuk menggambarkan sifat dari Tuhan (Hockenbery dan Wilson, 2007). Perkembangan konsep diri pada anak usia sekolah ditandai anak mulai mengetahui tentang tubuh manusia dan anak mampu menggambarkan figur manusia. Anak usia sekolah juga mulai meningkatkan rasa keingintahuan tentang hubungan seksual, dan Kemampuan sosialisasi anak usia sekolah ditandai dengan keingintahuan tentang dunia luar keluarga dan pengaruh kelompok sangat kuat pada anak (Hockenbery dan Wilson, 2007). 2.2. Tahap Perkembangan Anak Usia Sekolah Anak usia sekolah memiliki perubahan dari periode sebelumnya. Harapan dan tuntutan baru dengan adanya lingkungan yang baru dengan masuk sekolah dasar saat usia 6 atau 7 tahun (Hurlock, 2008). Anak usia sekolah mengalami beberapa perubahan sampai akhir dari periode masa kanak-kanak dimana anak mulai matang secara seksual pada usia 12 tahun (Santrock, 2008). Dalam tahap perkembangan anak di usia sekolah, anak lebih banyak mengembangkan kemampuannya dalam interaksi soisal, belajar tentang nilai moral dan budaya dari keluarga serta mulai mencoba untuk mengambil bagian peran dalam kelompoknya. Perkembangan yang lebih khusus juga mulai muncul dalam tahap Universitas Sumatera Utara 12 ini seperti perkembangan konsep diri, keterampilan serta belajar untuk menghargai lingkungan sekitarnya (Hidayat, 2008) Terdapat tiga tahapan perkembangan anak usia sekolah menurut teori tumbuh kembang, yaitu: 1. Perkembangan Kognitif (Piaget) Dilihat dari sisi kognitif, perkembangan anak usia sekolah berada pada tahap konkret dengan perkembangan kemampuan anak yang sudah mulai memandang secara realistis terhadap dunianya dan mempunyai anggapan yang sama dengan orang lain. Sifat ego sentrik sudah mulai hilang, sebab anak mulai memiliki pengertian tentang keterbatasan diri sendiri. Anak usia sekolah mulai dapat mengetahui tujuan rasional tentang kejadian dan mengelompokkan objek dalam situasi dan tempat yang berbeda. Pada periode ini, anak mulai mampu mengelompokkan, menghitung, mengurutkan, dan mengatur bukti-bukti dalam penyelesaian masalah. Anak menyelesaikan masalah secara nyata dan urut dari apa yang dirasakan. Sifat pikiran anak usia sekolah berada dalam tahap reversibilitas, yaitu anak mulai memandang sesutau dari arah sebaliknya atau dapat disebut anak memiliki dua pandangan terhadap sesuatu. Perkembangan kognitif anak usia sekolah memperlihatkan anak lebih bersifat logis dan dapat menyelesaikan masalah secara konkret. Kemampuan kognitif pada anak terus berkembang sampai remaja (Hurlock, 2009) Universitas Sumatera Utara 13 2. Perkembangan Psikoseksual (Freud) Pada perkembangan ini, anak usia sekolah berada pada fase laten dimana perkembangannya ditunjukkan melalui kepuasan anak terhadap diri sendiri yang mulai terintegrasi dan anak sudah masuk pada masa pubertas. Anak juga mulai berhadapan dengan tuntutan sosial seperti memulai sebuah hubungan dalam kelompok (Wong, 2009). 3. Perkembangan Psikososial Pada perkembangan ini, anak berada dalam tahapan rajin dan akan selalu berusaha mencapai sesuatu yang diinginkan terutama apabila hal tersebut bernilai sosial atau bermanfaat bagi kelompoknya. Pada tahap ini anak akan sangat tertarik dalam menyelasaikan sebuah masalah atau tantangan dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan oleh adanya keinginan anak untuk mengambil setiap peran yang ada di lingkungan sosial terutama dalam kelompok sebayanya. Pada tahap ini, anak menginginkan adanya pencapaian yang nyata. Keberhasilan anak dalam pencapaian setiap hal yang mereka lakukan akan meningkatkan rasa kemandirian dan kepercayaan diri anak (Wong, 2009). 2.3. Ciri-ciri Anak Usia Sekolah Menurut Lusi (2008), menyatakan bahwa orangtua, pendidik, dan ahli psikologis memberikan berbagai label kepada periode ini dan label-label itu mencerminkan ciri-ciri penting dari periode anak usia sekolah. Label-label tersebut yaitu: Universitas Sumatera Utara 14 1. Label yang digunakan oleh orang tua a. Usia yang menyulitkan Suatu masa dimana anak tidak mau lagi menuruti perintah dan dimana ia lebih banyak dipengaruhi oleh teman-teman sebaya daripada oleh orang tua dan anggota keluarga lainnya b. Usia tidak rapi Suatu masa dimana anak cenderung tidak memperdulikan dan ceroboh dalam penampilan, dan kamarnya sangat berantakan. Sekalipun ada peraturan keluarga yang ketat mengenai kerapian dan perawatan barang-barangnya, hanya beberapa saja yang taat, kecuali bila orang tua mengharuskan melakukannya dan mengancam dengan hukuman. 2. Label yang digunakan oleh para pendidik a. Usia sekolah dasar Pada usia tersebut anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa, dan mempelajari berbagai ketrampilan penting tertentu, baik ketrampilan kurikuler maupun ekstra kurikuler. Universitas Sumatera Utara 15 b. Periode kritis Suatu masa dimana anak membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak sukses, atau sangat sukses. Sekali terbentuk, kebiasaan untuk bekerja dibawah, diatas atau sesuai dengan kemampuan cenderung menetap sampai dewasa. Dilaporkan bahwa tingkat perilaku berprestasi pada masa kanak-kanak mempunyai korelasi yang tinggi dengan perilaku berprestasi pada masa dewasa. 3. Label yang digunakan ahli psikologi a. Usia berkelompok Suatu masa dimana perhatian utama anak tertuju pada keinginan diterima oleh teman-teman sebaya sebagai anggota kelompok, terutama kelompok yang bergengsi dalam pandangan teman-temannya. Oleh karena itu, anak ingin menyesuaikan dengan standar yang disetujui kelompok dalam penampilan, berbicara, dan perilaku. b. Usia penyesuaian diri Suatu masa dimana perhatian pokok anak adalah dukungan dari temanteman sebaya dan keanggotaan dalam kelompok. c. Usia kreatif Suatu masa dalam rentang kehidupan dimana akan ditentukan apakah anakanak menjadi konformis atau pencipta karya yang baru dan orisinil. Meskipun dasar-dasar untuk ungkapan kreatif diletakkan pada awal masa kanak-kanak, namun kemampuan untuk menggunakan dasar-dasar ini dalam kegiatan-kegiatan Universitas Sumatera Utara 16 orisinal pada umumnya belum berkembang sempurna sebelum anak-anak belum mencapai tahun-tahun akhir masa kanak-kanak. d. Usia bermain Bukan karena terdapat lebih banyak waktu untuk bermain daripada periodeperiode lain, namun terdapat tumpang tindih antara ciri-ciri kegiatan bermain anak-anak yang lebih muda dengan ciri-ciri bermain anak-anak remaja. Jadi alasan periode ini disebut sebagai usia bermain adalah karena luasnya minat dan kegiatan bermain dan bukan karena banyaknya waktu untuk bermain (Lusi, 2008). Jadi dapat disimpulkan bahwa masa ini adalah masa usia dini anak yang paling tepat memperoleh suatu pendidikan kesehatan mencuci tangan. Masa dimana anak senang mempelajari apa yang ada di sekitarnya dengan suka bermain dan berkelompok dengan teman-temannya baik dalam keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan di sekitarnya. Anak akan mudah diberikan masukan mengenai pendidikan kesehatan mencuci tangan sehingga dapat merubah perilaku yang sebelumnya tidak rajin dan tidak patuh mencuci tangan. Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan, anak menjadi tahu pentingnya mencuci tangan dan merubah perilaku mencuci tangannya . Universitas Sumatera Utara 17 3. Mencuci Tangan 3.1. Defenisi Cuci Tangan Menurut Departemen kesehatan Republik Indonesia/Depkes RI (2007) mencuci tangan adalah proses yang secara mekanis melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air. Cuci tangan dilakukan dengan menggosok tangan menggunakan sabun secara bersamaan ke seluruh kulit permukaan tangan dengan kuat dan ringkas sesuai dengan prosedur pelaksanaan yang benar dan dibilas dibawah air mengalir dengan menggunakan sabun anti mikroba, dan bertujuan untuk membebaskan tangan dari kuman serta mencegah kontaminasi silang, memindahkan angka maksimum kulit dari kemungkinan adanya infeksi pathogen (Kusyadi, 2010). Cuci Tangan Pakai Sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari-jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan rantai penyebaran kuman. Mencuci tangan dengan sabun merupakan salah satu upaya pencegahan penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan sering menjadi agen pembawa kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan kontak langsung ataupun kontak tidak langsung (WHO, 2009). Tangan yang bersentuhan langsung dengan kotoran manusia dan hewan, ataupun cairan tubuh lain seperti ingus dan air ludah dapat terkontaminasi oleh kuman-kuman penyakit seperti bakteri, virus dan parasit yang dapat menempel pada permukaaan kulit. Oleh karena itu tangan sangat berperan dalam penularan Universitas Sumatera Utara 18 penyakit, khususnya penyakit yang ditularkan melalui mulut, misalnya diare, tangan akan bebas dari kuman penyakit apabila cuci tangan dengan baik dan benar (Depkes RI, 2009). 3.2. Tujuan Cuci Tangan Menurut Susiati (2008), tujuan dilakukan cuci tangan yaitu untuk mengangkat mikroorganisme yang ada di tangan, mencegah infeksi silang (croos infection), menjaga kondisi steril, melindungi diri dan pasien dari infeksi, dan memberikan perasaan segar dan bersih. Tujuan utama dari cuci tangan secara higienis adalah untuk menghalangi transmisi patogen-patogen kuman dengan cepat dan secara efektif (Carl, 2008). 3.3. Waktu yang Tepat Mencuci Tangan Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia/Depkes RI (2009), waktu yang tepat untuk mencuci tangan adalah : 1. Sebelum makan 2.sesudah buang air besar 3. Sesudah bermain Universitas Sumatera Utara 19 3.4. Teknik Mencuci Tangan a. Teknik cuci tangan biasa Teknik mencuci tangan biasa adalah membersihkan tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir atau yang disiramkan, biasanya digunakan sebelum dan sesudah melakukan tindakan yang tidak mempunyai resiko penularan penyakit. Peralatan yang dibutuhkan untuk mencuci tangan biasa adalah setiap wastafel dilengkapi dengan peralatan cuci tangan sesuai standar (misalnya kran air bertangkai panjang untuk mengalirkan air bersih, tempat sampah injak tertutup yang dilapisi kantung sampah atau kantung plastik untuk sampah yang terkontaminasi atau terinfeksi), alat pengering seperti tisu, lap tangan, sabun cair atau cairan pembersih tangan yang berfungsi sebagai antiseptik, lotion tangan, serta di bawah wastafel terdapat alas kaki dari bahan handuk. b. Teknik cuci tangan aseptik Mencuci tangan aseptik yaitu cuci tangan yang dilakukan sebelum tindakan aseptik pada pasien dengan menggunakan antiseptik. Mencuci tangan dengan larutan disinfektan, khususnya bagi petugas yang berhubungan dengan pasien yang mempunyai penyakit menular atau sebelum melakukan tindakan bedah aseptik dengan antiseptik dan sikat steril. c. Teknik cuci tangan steril Teknik mencuci tangan steril adalah mencuci tangan secara steril (suci hama), khususnya bila akan membantu tindakan pembedahan atau operasi. Peralatan yang dibutuhkan untuk mencuci tangan steril adalah menyediakan bak cuci tangan dengan pedal kaki atau pengontrol lutut, sabun antimikrobial (non- Universitas Sumatera Utara 20 iritasi, spektrum luas, kerja cepat), sikat scrub bedah dengan pembersih kuku dari plastik, masker kertas dan topi atau penutup kepala, handuk steril, pakaian diruang scrub dan pelindung mata, penutup sepatu (Tietjen, 2006). 3.5. Prosedur mencuci tangan Prosedur enam langkah cuci tangan sesuai standart World Health Organization (WHO, 2013), yaitu : a. Menggosok telapak tangan ketemu telapak tangan, b. Menggosok punggung tangan dan sela-sela jari pada kedua tangan, c. Menggosok telapak tangan dan sela-sela jari kedua tangan, d. Menggosok punggung jari kedua tangan dengan kedua posisi tangan saling mengunci, e. Menggosok dan putar ibu jari tangan kanan dan sebaliknya, f. Letakkan kelima ujung jari tangan kanan diatas telapak tangan kiri dengan melakukan maju dan mundur dan sebaliknya. 3.6. Hubungan Mencuci Tangan dengan Kesehatan Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia/Depkes RI (2009), penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan mencuci tangan dengan sabun adalah: 1. Diare adalah merupakan penyakit penyebab kematian kedua yang paling umum untuk anak-anak balita hingga anak usia sekolah. 2. Infeksi saluran pernapasan adalah penyebab kematian utama untuk anak-anak balita. Mencuci tangan dengan sabun mengurangi angka infeksi saluran Universitas Sumatera Utara 21 pernapasan ini dengan dua langkah yaitu melepaskan patogen-patogen pernapasan yang terdapat pada tangan dan permukaan telapak tangan dan dengan menghilangkan patogen (kuman penyakit) lainnya terutama virus (entrentic) yang menjadi penyebab tidak hanya diare namun juga gejala penyakit pernapasan lainnya. Bukti-bukti telah ditemukan bahwa praktikpraktik menjaga kesehatan dan kebersihan seperti mencuci tangan sebelum dansesudah makan, buang air besar dan kecil dapat mengurangi tingkat infeksi. 3. Infeksi cacing, infeksi mata dan penyakit kulit, mencuci tangan telah terbukti dapat mengurangi kejadian penyakit kulit, infeksi mata seperti trakoma, dan cacingan khususnya untuk (ascariasis dan trichuriasis). 3.7. Bahaya Jika tidak Mencuci Tangan Jika tidak mencuci tangan, kita dapat menginfeksi diri sendiri terhadap kuman dengan menyentuh mata, hidung atau mulut, serta dapat menyebarkan kuman ke orang lain. Penyakit infeksi umumnya menyebar melalui kontak tangan ke tangan termasuk demam biasa, flu dan beberapa kelainan sistem pencernaan seperti diare. Kebersihan tangan yang kurang juga dapat menyebabkan penyakit terkait makanan seperti infeksi Salmonella dan E. Coli. Beberapa mengalami gejala yang mengganggu seperti mual, muntah, dan diare (Lestari, 2008). Universitas Sumatera Utara 22 4. Edukasi 4.1. Defenisi Edukasi Edukasi adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik praktik belajar atau instruksi, dengan tujuan untuk mengingat fakta atau kondisi nyata, dengan cara memberi dorongan terhadap pengarahan diri (self direction), aktif memberikan informasi-informasi atau ide baru. Edukasi merupakan serangkaian upaya yang ditujukan untuk mempengaruhi orang lain, mulai dari individu, kelompok,keluarga dan masyarakat agar terlaksananya perilaku hidup sehat (Setiawati, 2008). Definisi di atas menunjukkan bahwa edukasi adalah suatu proses perubahan perilaku secara terencana pada diri individu, kelompok, atau masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat. Edukasi merupakan proses belajar dari tidak tahu tentang nilai kesehatan menjadi tahu dan dari tidak mampu mengatasi kesehatan sendiri menjadi mandiri (Setiawati, 2008). 4.2. Tujuan Edukasi Menurut Notoatmodjo (2010) tujuan edukasi adalah: a. Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di masyarakat. b. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat. c. Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan kesehatan yang ada. Universitas Sumatera Utara