BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan pinus (Pinus merkusii Jungh, at de Vriese) merupakan jenis komoditas hutan tanaman yang menjadi andalan di Perum Perhutani. Daur pertumbuhan yang lebih cepat dan komoditas hasil hutan non kayu menjadi nilai tambah yang dimiliki tanaman pinus. Pinus/tusam termasuk ke dalam keluarga Pinaceae, pohon bertajuk, lebat, berbentuk kerucut, mempunyai perakaran yang cukup dalam dan kuat. Jenis ini dapat tumbuh pada berbagai ketinggian tempat bahkan mendekati 0 meter di atas permukaan laut. Pinus/tusam merupakan jenis tanaman asli Indonesia yang mempunyai daerah persebaran alami di Tapanuli, Kerinci dan Aceh. Pohon pinus dikenal sebagai salah satu jenis kayu perdagangan Indonesia. Kayu yang di hasilkan oleh pohon pinus mempunyai warna yang bersih dan putih kekuningan sehingga sangat menarik digunakan untuk berbagai funiture, bangunan rumah, lantai, meubel, kotak dan tangkai korek api, pulp, papan wol kayu, kayu lapis dan berbagai produk lainnya. Keunggulan lain yang dimiliki pohon pinus adalah bisa menghasilkan produk non kayu berupa getah, resin, gondorukem dan terpentin. Hasil hutan non kayu tersebut sangat memberikan manfaat bagi masyarakat sebagai nilai tambah dari hutan tanaman pinus yang dikembangkan. Hutan tanaman pinus (P. merkusii) merupakan salah satu jenis daun jarum yang penting artinya bagi Perum Perhutani yang mengelola hutan tanaman di Pulau Jawa. Komoditas non kayu yang bisa dihasilkan dari hutan pinus memberikan tambahan masukan bagi Perhutani di Pulau Jawa mengingat semakin menurunnya jumlah dan kualitas tanaman jati (Tectona grandis) sebagai tanaman utama. Tanaman pinus banyak ditanam di kawasan lindung, karena tanaman ini merupakan tanaman perintis dengan tujuan utama cepat menghijaukan kawasan. Di luar Pulau Jawa tanaman pinus merupakan hasil dari penghijaun dan reboisasi. Tanaman pinus sudah menyebar hampir di seluruh wilayah Indonesia terutama di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. 2 Pohon pinus yang semakin dikenal dan banyak di tanam sebagai hutan tanaman baik di Pulau Jawa maupun luar Pulau Jawa beresiko mendapat serangan hama dan penyakit. Kondisi hutan tanaman yang monokultur dan cenderung homogen menyebabkan kemudahan bagi serangan hama dan penyakit. Jenis hama yang umum diketahui dan berpotensi merusak antara lain ulat kantong, rayap dan Diorytria sp. Sedangkan serangan penyakit yang diketahui paling berbahaya untuk tanaman pinus adalah Fusarium sp, Pythium sp, dan Rhizoctonia sp yang menyerang bibit di persemaian. Serangan penyakit ini sering dikenal dengan istilah lodoh. Saat ini ditemukan jenis hama ordo Hemiptera yang dikenal dengan istilah kutu lilin (Pineus boerneri). Hama kutu lilin yang menyerang tanaman P. merkusii di Indonesia merupakan hama baru yang datang dari luar Indonesia (eksotik) yang hingga saat ini belum diketemukan pada jenis tanaman pinus yang lain. Tanaman terserang daun akan menguning, serangan selanjutnya daun akan berwarna kecoklatan, mengering dan akhirnya pucuk mengalami kematian (die back) dan terjadi percabangan yang banyak/tumbuh tidak normal. Kondisi tersebut dalam skala yang luas dapat menyebabkan penuruan kualitas dan kuantitas produk dari kayu pinus sehingga menimbulkan kerugian secara ekonomi. Di Perum Perhutani Unit III KPH Sumedang ditemukan serangan hama kutu lilin pada hutan pinus yang cukup membahayakan kondisi tegakan. Serangan hama kutu lilin ini menyebar pada sebagian hutan pinus yang ada. Pengetahuan mengenai kondisi penyebaran serangan hama kutu lilin pada tegakan pinus diperlukan untuk menentukan tindakan pengendalian secara alamiah melalui modifikasi lingkungan yang tidak disukai hama kutu lilin tersebut. 1.2 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penyebaran serangan hama kutu lilin (Pineus boerneri) pada tegakan hutan pinus (P. merkusii) di Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten KPH Sumedang. 3 1.3 Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengenali penyebaran serangan hama kutu lilin (P. boerneri) dan sebagai bahan dasar dalam melakukan modifikasi lingkungan untuk pengendalian hama secara efektif.