BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran dapat terjadi jika sebuah unit sosial (orang atau organisasi) berusaha untuk menukarkan sesuatu yang berharga dengan unit sosial lainnya.Dengan demikian, esensi pemasaran adalah sebuah transaksi atau pertukaran.Dalam arti luas, pemasaran terdiri atas kegiatan-kegiatannya, yang disusun untuk menghasilkan dan memudahkan pertukaran demi memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia. Philip Kotler (Setiyaningrum et all, 2015:7) menyatakan bahwa pemasaran adalah kegiatan menganalisis, mengorganisasi, merencanakan, dan mengawasi sumber daya, kebijaksanaan, serta kegiatan yang menimpa para pelanggan perusahaan dengan maksud memuaskan kebutuhan dan keinginan para kelompok pelanggan yang terpilih untuk memperoleh laba. Sedangkan menurut AMA (American Marketing Association) pada tahun 1988, pemasaran adalah proses merencanakan dan melaksanakan konsepsi, menentukan harga (pricing), promosi, dan distribusi dari gagasan (ideas), barang, serta jasa untuk menciptakan pertukaran yang akan memuaskan sasaran dari para individu dan organisasi. Perkembangan mengenai arti pemasaran berikutnya mengarah pada pencarian cara untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan para pelanggan dengan melakukan penelitian dan analisis kebutuhan serta keinginan calon pelanggan, bukan hanya menjual barang. Menurut W.J Stanton (Mursidi, 1993) pemasaran meliputi keseluruhan sistem yang berhubungan dengan kegiatan11 Universitas Sumatera Utara 12 kegiatan usaha, yang bertujuan merencanakan, menentukan harga, hingga mempromosikan, dan mendistribusikan barang-barang atau jasa yang akan memuaskan kebutuhan pembeli, baik yang aktual maupun yang potensial. Dalam kegiatan pemasaran terdapat empat kegiatan utama yaitu :product (produk), price (harga), place (tempat), dan promotion (promosi). 2.1.2 Tujuan Pemasaran Fokus kegiatan pemasaran adalah menemukan cara-cara bagaimana seorang pemasar (marketer) mengatur usaha pemasarannya supaya mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia umumnya, khususnya kebutuhan dan keinginan kelompok masyarakat dengan ciri-ciri tertentu yang dilihat dari faktor pekerjaan, penghasilan, dan gaya hidupnya. Kebutuhan meliputi kebutuhan dasar (primer) manusia yang terdiri atas kebutuhan makan, pakaian, dan tempat berteduh. Kebutuhan sekunder yaitu kebutuhan tambahan yang dapat lebih memuaskan kebutuhan primer, seperti kebutuhan telepon, mobil, barang mewah yang jika tidak dimiliki tidak akan menyusahkan hidup, hanya akan mengurangi kepuasan hidup. Adapun Keinginan adalah cara seseorang memenuhi kebutuhannya. Kotler dan dan keller (2012), mengatakan bahwa hal ini bergantung pada budaya, kemampuan finasial, pribadi seseorang, dan gaya hidupnya. 2.1.3 Konsep Pemasaran Dalam memasarkan produk diperlukan sebuah pengelolaan kegiatan pemasaran yang tepat yang diatur dalam manajemen pemasaran. Menurut Kinnear dan Kenneth (prinsip pemasaran: 2015:7), Manajemen pemasaran adalah analisis, perencanaan, implementasi, dan kontrol dari putusan-putusan tentang pemasaran Universitas Sumatera Utara 13 di dalam bidang-bidang penawaran produk, distribusi, promosi, dan penentuan harga (pricing). Berikut lima konsep strategi pemasaran yang disebut konsep pemasaran yaitu: Konsep Produksi (Production Concept) Konsep Produk (Product Concept) Konsep Penjualan (Selling Concept) Konsep pemasaran (Marketing Concept) Konsep Pemasaran Sosial (Societal Marketing Concept) 2.2 Pemasaran 3.0 Kotler (Kartajaya, 2010:3) Menyatakan bahwa pemasaran telah berevolusi melalui tiga tahap yaitu pemasaran 1.0, 2.0, dan 3.0, banyak pemasar saat ini masih menerapkan pemasaran 1.0 maupun pemasaran 2.0, dan beberapa dari mereka telah menerakan pemasaran 3.0. Pemasaran 1.0 dilakukan selama era industri ketika inti dari teknologi adalah mesin-mesin industri.Konsep pemasaran pada era ini yaitu tentang menjual produk perusahaan kepada konsumen yang ingin membeli.Produk yang dihasilkan adalah produk standard dan di desain untuk memenuhi permintaan massal yang tujuannya adalah untuk menstandardisasi dan memenuhi skala produksi hingga biaya produksinya terendah, sehingga produk-produk ini dapat dijual murah dan terjangkau oleh lebih banyak pembeli. Pemasaran 2.0 hadir pada era teknologi saat ini ketika inti dari teknologi adalah teknologi informasi, konsumen pada era ini sangat mudah mendapat informasi dan membandingkan beberapa tawaran dari produk serupa.Nilai dari suatu produk ditentukan oleh konsumen, konsumen sangat berbeda dalam hal Universitas Sumatera Utara 14 preferensi mereka. Pemasar harus membuat segmen pasar dan mengembangkan sebuah produk unggulan untuk target pasar tertentu, pemasar berusaha meraih hati dan pikiran konsumen tapi secara implisit menganggap bahwa konsumen target pasif dari kampanye pemasaran. Pemasaran 3.0 adalah era yang dipicu oleh nilai-nilai (values-driven), pemasar tidak memperlakukan orang semata-mata sebagai konsumen, namun melakukan pendekatan dengan memandang mereka sebagai manusia seutuhnya, lengkap dengan pikiran, hati, dan spirit.Semakin banyak konsumen yang berusaha mencari solusi terhadap kegelisahan mereka untuk menciptkan kehidupan yang lebih baik. Dalam dunia yang penuh dengan kebingungan konsumen mencari perusahaan yang dapat memenuhi kebutuhan terdalam mereka dalam bidang sosial, ekonomi, dan keadilan lingkungan pada misi, visi, dan nilainilainya.Dalam produk dan jasa yang dipilihnya, konsumen tidak hanya mencari pemenuhan fungsional dan emosional namun juga pemenuhan spirit. Green marketing termasuk model pemasaran yang tergabung dalam pemasaran 3.0 ini, dimana konsumen tidak lagi hanya mencari manfaat dari pemakaian produk yang diinginkannya, tetapi juga konsumen ingin ikut mengambil bagian dalam menyelamatkan lingkungan. Gerakan konsumen hijau merupakan isu global yang terjadi akhir-akhir ini, salah satu solusi untuk menangani isu tersebut melalui pelestarian lingkungan oleh perusahaan melalui program green marketing. Universitas Sumatera Utara 15 2.3 Green Marketing Green marketing berkembang seiring dengan adanya gerakan konsumen hijau diseluruh dunia, gerakan konsumen hijau yaitu sebuah gerakan moral dengan tujuan untuk melestarikan lingkungan hidup supaya lebih layak huni, inti dari gerakan ini adalah mendorong perubahan perilaku masyarakat yang sebelumnya kurang atau bahkan tidak peduli terhadap lingkungan menjadi peduli pada lingkungan. Green marketing pada intinya menggambarkan pemasaran suatu produk yang didasarkan pada kinerja lingkungan. Menurut Lampe dan Gazda, 1995 (Setiyaningrum et all, 2015:309) green marketing didefinisikan sebagai respon pemasaran terhadap pengaruh lingkungan yang berasal dari perancangan, produksi, pengemasan, pelabelan, penggunaan, dan pembuangan barang atau jasa. Menurut Coddington (1993: 297-302) yang dimaksud dengan green marketing adalah segala aktivitas pemasaran dengan bertanggungjawab terhadap lingkungan, yaitu dengan seminimum mungkin memberikan dampak yang negatif terhadap lingkungan. Mintu (1993) (Lozada 2000) mendefenisikan pemasaran hijau (green marketing) sebagai “aplikasi dari alat pemasaran untuk memfasilitasi perubahan yang memberikan kepuasan organisasi dan tujuan individual dalam melakukan pemeliharaan, perlindungan, dan konservasi pada lingkungan fisik”.Ottman (2006: 22-36) mengemukakan bahwa dimensi green marketing, dengan mengintegrasikan lingkungan ke dalam semua aspek pemasaran pengembangan produk baru (green product) dan komunikasi (green communication). Universitas Sumatera Utara 16 Melaksanakan pemasaran hijau berarti memasukkan pertimbangan lingkungan dalam semua dimensi aktivitas yang dilakukan perusahaan. Pemasaran hijau merupakan pemasaran berkelanjutan untuk mengantisipasi kekuatan konsumerisme yang terus mengalami perkembangan pesat, pendekatan pemasaran berkelanjutan lebih berfokus pada pemasaran yang berkelanjutan lebih berfokus pada pemasaran alternatif dan berdasarkan ide bahwa perusahaan seharusnya mengintegrasikan tujuan ekonomi, tujuan sosial kemasyarakatan, dan tujuan lingkungan dalam menjalankan bisnis. B. Green Marketing Mix Marketing mix mendeskripsikan suatu kumpulan alat-alat yang dapat digunakan oleh manajemen untuk mempengaruhi penjualan.Formula tradisional dari marketing mix ini disebut sebagai 4P yakni product, price (harga), place (tempat), dan promotion (promotion). 1) Produk Hijau (GreenProduct) Produk menurut Kotler (2007: 4) adalah setiap apa saja yang dapat ditawarkan di pasar untuk mendapatkan perhatian, permintaan, pemakaian atau konsumsi, yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan, yang meliputi benda fisik, jasa tempat, organisasi, dan gagasan. Menurut Winardi (1989:346) produk adalah sesuatu hal (baik yang disukai maupun yang tidak disukai) yang diterima orang pada suatu pertukaran; ia merupakan suatu kompleks sifat-sifat yang berwujud atau yang tidak berwujud dan di dalamnya termasuk manfaat fungsional , sosial, dan psikological. Dalam perspektif pemasaran (Widiana dan Sinaga, 2010:37) definisi produk adalah segala sesuat yang bisa ditawarkan ke pasar dan dapat memenuhi kebutuhan Universitas Sumatera Utara 17 konsumen, kepuasan konsumen tidak hanya mengacu pada bentuk fisik produk, melainkan satu paket kepuasan yang didapat dari pembelian produk, kepuasan tersebut merupakan akumulasi kepuasan fisik, psikis, simbolis, dan pelayanan yang diberikan oleh produsen. Produk merupakan hasil interaksi barang, modal, mesin, tenaga kerja, dan lain sebagainya, hasilnya yaitu berbentuk produk atau jasa.Produk yang dihasilkan harus dapat memuaskan keinginan konsumen.Dalam pengelolaan produk termasuk pula perencanaan dan pengembangan produk atau jasa yang baik untuk dipasarkan oleh perusahaan. Produk yang beredar dipasaran saat ini sangat beragam.Produk tersebut dapat berupa barang fisik, jasa ataupun bauran antara keduanya.Produk jasa merupakan atribut pemasaran yang sangat penting. Ada banyak hal yang harus diperhatikan dalam penetapan produk yang akan ditawarkan agar produk tersebut dapat diserap oleh pasar. Dalam merencanakan penawaran suatu produk, tenaga pemasaran perlu memahami 5 (lima) tingkatan produk sebagai berikut: a. Produk utama, yaitu produk yang sebenarnya dibutuhkan oleh konsumen b. Produk generik, yaitu produk dasar yang mampu memenuhi fungsi/manfaaat produk yag sebenarnya. c. Produk harapan, yaitu produk formal yang ditawarkan dengan berbagai atribut dan kondisinya secara layak diharapkan dan disepakati untuk dibeli. Universitas Sumatera Utara 18 d. Produk pelengkap, yaitu berbagai produk dilengkapi atau ditambah berbagai manfaat dan layanan, sehingga dapat memberikan kepuasan dan bisa dibedakan dengan produk pesaing. e. Produk potensial, yaitu segala macam tambahan dan perubahan yang mungkin dikembangkan untuk suatu produk di masa yang akan datang. Menurut John Elkington, Julia Hailes, dan John Makower dalam buku “the green consumer” terdapat kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan apakah suatu produk ramah atau tidak terhadap lingkungan, yaitu: a) Tingkat bahaya produk bagi kesehatan manusia atau binatang. b) Seberapa jauh produk dapat menyebabkan kerusakan lingkungan selama di pabrik, digunakan atau dibuang. c) Tingkat penggunaan energi dan sumber daya yang tidak proporsional selama di pabrik, digunakan atau dibuang. d) Seberapa banyak produk menyebabkan limbah yang tidak berguna ketika kemasannya berlebihan atau untuk suatu penggunaan yang singkat. e) Seberapa jauh produk melibatkan penggunaan yang tidak ada gunanya atau kejam terhadap binatang. f) Pengunaan material yang berasal dari spesies atau lingkungan yang terancam. Kasali (2005: 35) mendefiniskan produk hijau (Green product) adalah produk yang tidak berbahaya bagi manusia dan lingkungannya, tidak boros sumber daya, tidak menghasilkan sampah berlebihan, dan tidak melibatkan kekejaman pada binatang. Suatu produk yang dirancang dan diproses dengan Universitas Sumatera Utara 19 suatu cara untuk mengurangi efek-efek yang dapat mencemari lingkungan, baik dalam produksi, pendistribusian dan pengkonsumsiannya. 2) Harga Hijau (Green Price) Menurut Widiana dan Sinaga (2010:59), harga adalah nilai dari produk atau jasa yang diharapkan bersama pelayanannya yang harus dikeluarkan atau dibayar oleh konsumen untuk mendapatkan sejumlah produk.Harga merupakan komponen yang berpengaruh langsung terhadap laba perusahaan karena tingkat harga yang ditetapkan mempengaruhi kuantitas produk yang terjual.Selain itu secara tidak langsung harga juga mempengaruhi biaya karena kuantitas yang terjual berpengaruh pada biaya yang ditimbulkan dalam kaitannya dengan efisiensi produksi.Definisi harga menurut Stanton dalam Swasta dan Irawan (2005:241) harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa produk kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya. Berdasarkan definisi tersebut dapat diketahui harga merupakan nilai dari suatu barang atau jasa yang dinyatakan dalam nominal uang.Harga ditetapkan oleh pembeli dan penjual melalui tawar-menawar hingga memperoleh kesepakatan yang yang disetujui oleh kedua belah pihak. Sasaran-saran dalam penetapan harga (Widiana dan Sinaga, 2010:59) adalah sebagai berikut: a. Mempertahankan pasar b. Memaksimumkan pendapatan c. Memaksimumkan keuntungan atau laba d. Pertumbuhan penjualan yang maksimum Universitas Sumatera Utara 20 e. Penetapan harga pelucuran pasar f. Kepimimpinan mutu produk Harga sebuah produk hijau memiliki perbedaan dengan produk konvensional, harga produk hijau sesuai dengan mutu produk yang dihasilkan, produk hijau biasanya lebih mahal dibandingkan produk konvensional, Hal ini dikarenakan adanya biaya tambahan dalam memodifikasi proses produksi, pengemasan yang menggunakan teknologi yang tinggi dan juga proses pembuangan limbah. Tetapi ada juga produk hijau dengan harga yang rendah karena bahan baku yang digunakan berasal dari bahan yang didaur ulang atau bahan yang tidak merusak lingkungan. 3) Promosi Hijau (GreenPromotion) Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasikan suatu program pemasaran, betapapun berkualitasnya suatu produk, bila konsumen belum pernah mendengarnya dan tidak yakin bahwa produk itu akan berguna bagi mereka, maka mereka tidak akan membelinya (Widiana dan Sinaga, 2010:85). Promosi adalah salah satu bagian dari bauran pemasaran (marketing mix) yang besar peranannya.Promosi merupakan suatu ungkapan dalam arti luas tentang kegiatan-kegiatan yang secara aktif dilakukan oleh perusahaan (penjual) untuk mendorong konsumen membeli produk yang ditawarkan.Menurut Tjiptono (2002: 219) definisi promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran.Yang dimaksud komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang berusaha menyebar informasi, mempengaruhi atau membujuk dan/atau mengingatkan pasar sasaran dari produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan Universitas Sumatera Utara 21 perusahaan yang bersangkutan. Menurut Winardi (1989:426), promosi berusaha untuk mempengaruhi perilaku pihak yang menerimanya dan untuk membujuk mereka untuk menerima konsep-konsep, servis-servis, atau barang tertentu Promosi mempunyai kegiatan yaitu memperkenalkan produk dan jasa kepada konsumen sehingga konsumen menjadi kenal dan mengetahui produk tersebut.Promosi digunakan sebagai alat perusahaan untuk memperkenalkan produknya kepada konsumen dan diharapkan konsumen terpengaruh dan mau membeli, terlebih lagi jika konsumen puas terhadap prosuk yang dipromosikan tersebut.Promosi juga digunakan untuk menjalin komunikasi antara perusahaan dengan konsumen agar terjalin hubungan yang lebih baik. Definisi promosi menurut Swastha (2000: 349) adalah arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan sesorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran. Sedangkan menurut Tjiptono (2002: 222) promosi merupakan upaya untuk mengarahkan seseorang agar dapat mengenal produk perusahaan, lalu memahaminya, berubah sikap, menyukai, yakin, kemudian akhirnya membeli, dan selalu ingat akan produk tersebut. Menurut Philip Kotler (1988:242), bauran promosi terdiri dari empat alat utama yaitu: a) Iklan, Semua bentuk penyajian non personal, promosi ide-ide, promosi barang produk atau jasa yang dilakukan oleh sponsor tertentu yang dibayar. b) Promosi penjualan, insentif jangka pendek untuk merangsang pembelian atau penjualan suatu produk atau jasa. Universitas Sumatera Utara 22 c) Publisitas, suatu stimulasi non-personal terhadap permintaan suatu produk, jasa atau unit dagang dengan menyebarkan berita-berita komersial yang penting mengenai kebutuhan akan produk tertentu di suatu media yang disebar-sebarkan atau menghasilkan suatu sosok kehadiran yang menarik mengenai produk itu di radio, televise, atau panggung yang tidak dibayar oleh pihak sponsor. d) Penjualan pribadi, penyajian lisan dalam suatu pembicaraan dengan satu atau beberapa pembeli potensial dengan tujuan untuk melakukan penjualan. Seiring dengan berkembangnya gerakan hjau di seluruh dunia, sebagian besar organisasi memilih memilih menggunakan iklan dengan tema lingkungan yang disebarluaskan melalui media eletronik atau media cetak.Iklan dengan tema lingkungan disebut juga iklan hijau, tujuan iklan hijau adalah mempengaruhi perilaku pembelin konsumen yang tidak berbahaya bagi lingkungan dan mengalihkan perhatian konsumen pada konsekuensi positif dari perilaku pembelian diri konsumen itu sendiri dan lingkungannya. Menurut Davis (Setiyaningrum et all, 2015 : 318), iklan dengan tema lingkungan yang digunakan oleh perusahaan memiliki tiga elemen utama, yaitu iklan yang menggambarkan kepedulian perusahaan pada lingkungan, iklan yang menggambarkan cara perusahaan mengubah prosedur operasioalnya untuk menunjukkan kepedulian dan dedikasinya dalam memperbaiki lingkungan, dan iklan yang menggambarkan tindakan perusahaan yang terlibat terhadap lingkungan tertentu. Dalam Widiana dan Universitas Sumatera Utara 23 Sinaga (2010:87), Tujuan dari promosi berkaitan dengan tahap-tahap dalam proses pembelian adalah: a) Menyadari (awareness) produk yang ditawarkan. b) Menyukai (interest) dan berusaha mengetahui lebih lanjut. c) Mencoba (trial) untuk membandingkan dengan harapannya. d) Mengambil tindakan (act) membeli atau tidak membeli. e) Tindak lanjut (follow-up) membeli kembali atau pindah merek. 4) Distribusi atau Tempat (Place) Sebagian besar produsen bekerjasama dengan para perantara untuk dapat melempar produk mereka agar sampai ke pasaran guna menciptakan kegunaan bagi para pelanggan, salah satunya adalah distribusi.Menurut Fandi Tjiptono (Widiana dan Sinaga, 2010:111) adalah kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen sampai kepada konsumen, sehingga penggunaanya sesuai dengan yang diperlukan (jenis, jumlah, harga, tempat, dan saat dibutuhkan).Definis saluran distribusi menurut Warren J. Keegan adalah sistem yang menghubungkan manufaktur ke pelanggan.Sedangkan Definisi saluran distribusi menurut Philip Kotler adalah sekelompok perusahaan da perorangan yang memiliki hak pemilikan atas produk, atau membantu memindahkan hak pemilikan produk atau jasa ketika dipindahkan dari produsen ke konsumen. Distribusi merupakan kegiatan pemasaran yang berfungsi untuk memperlancar arus penyampaian produk dari produsen ke konsumen. Tugas distribusi adalah memilih perantara yang akan digunakan dalam saluran Universitas Sumatera Utara 24 distribusi serta mengembangkan sistem distribusi yang secara fisik menangani dan mengangkut produk melalui saluran tersbeut. Menurut Kotler (2007:129) saluran distribusi terdiri dari: a) Saluran nol tingkat, saluran ini terdiri dari produsen yang menjual langsung produknya ke konsumen. b) Saluran satu tingkat, saluran ini terdiri dari produsen, perantara, dan konsumen. c) Saluran dua tingkat, saluran ini terdiri dari dua perantara yaitu: produsen, pengecer, agen, dan konsumen. d) Saluran tiga tingkat, saluran ini terdiri dari tiga perantara yaitu: produsen, grosir, pemborong, pengecer, dan konsumen. Adapun definisi dari saluran distribusi menurut Swastha (2000:190) Saluran distribusi adalah saluran yang digunakan oleh perusahaan atau produsen untuk menyalurkan barang-barangnya kepada konsumen. Dalam green place sistem dan peritel yang dipilih dan diberikan insentif sebagai perantara yang “hijau”, serta menggunakan gerai ritel yang menawarkan suasana toko yang ramah lingkungan dan relaks untuk melayani konsumen melalui tata ruang yang inovatif, penjualan yang tidak agresif, serta pelatihan bagi karyawan untuk selalu ramah dan melayani pelanggan dengan sepenuh hati (Setiyaningrum et all, 2015: 326, 332). Universitas Sumatera Utara 25 C. Alat-alat Pemasaran Hijau Eco-label, eco-brand, dan iklan bertema lingkungan diidentifikasi sebagai alat pemasaran hijau yang dapat meningkatkan pengetahuan konsumen mengenai produk ramah lingkungan (Rahbar dan Wahid, 2011). Alat-alat pemasaran hijau tersebut dapat diyakini menjadi sarana yang memudahkan bagi konsumen mempersepsikan produk hijau, memunculkan kesadaran akan produk hijau, dan mendorong konsumen untuk membeli produk ramah lingkungan. Penerapan alat-alat pemasaran hijau ini berperan penting dalam membantu konsumen untuk membedakan produk hijau dengan produk konvensional dan mengubah perilaku pembelian aktual konsumen dari yang semula membeli produk konvensional, lalu membeli produk ramah lingkungan untuk mengurangi dampak negatif produk sintetis pada lingkungan. 1) Eco-label Menurut Rex dan Brauman (2007), eco-label adalah sebagai alat yang digunakan konsumen untuk memfasilitasi pengambilan keputusan dalam memilih produk ramah lingkungan dan memungkinkan konsumen untuk mengetahui suatu cara produk dibuat. Eco-label berperan sebagai pedoman bagi konsumen dalam memilih produk ramah lingkungan dan sering kali digunakan oleh perusahaan untuk mendiferensiasikan produk, memosisikan produk, dan mengomunikasikan produk yang ramah lingkungan (D’Schouza, 2000; D’Schouza et al, 2006).Eco-label lebih ditujukan untuk mempromosikan konsumenrisme lingkungan, sehingga konsumen dengan mudah mengidentifikasi dan lebih menyukai produk yang ramah lingkungan daripada produk konvensional. Universitas Sumatera Utara 26 2) Eco-brand Eco-brand merupakan nama, simbol, atau desain produk yang tidak berbahaya bagi lingkungan, eco-brand dapat digunakan untuk memosisikan produk yang ditawarkan perusahaan sebagai produk hijau sehingga memudahkan konsumen membedakan merek produk hijau dengan merek produk nonhijau dala kategori produk yang sama. Faktor utama yang memotivasi konsumen mengubah perilaku pembelian aktual untuk membeli produk ramah lingkungan adalah manfaat emosional dari merek. 3) Iklan Dengan Tema Lingkungan Iklan dengan tema lingkungan disebut juga iklan hijau. Tujuan iklan hijau adalah memengaruhi perilaku pembelian konsumen dengan cara mendorong konsumen untuk membeli produk yang tidak berbahaya bagi lingkungan dan mengalihkan perhatian konsumen pada konsekuensi positif dari perilaku pembelian dari konsumen itu sendiri dan lingkungannya. Iklan dengan tema lingkungan yang digunakan oleh perusahaan memiliki tiga elemen utama, yaitu iklan yang menggambarkan kepedulian perusahaan pada lingkungan, iklan yang menggambarkan cara perusahaan mengubah prosedur operasionalnya untuk menunjukkan kepedulian dan dedikasinya dalam memperbaiki lingkungan, dan iklan yang menggambarkan tindakan perusahaan yang terlibat terhadap lingkungan tertentu. D. Dasar implementasi pemasaran hijau Adanya tekanan eksternal dan internal dapat mendorong perusahaan untuk berinisiatif menjadi go green (Polonsky dan Rosenberger, 2001). Tekanan eksternal yang mendorong perusahaan menjadi go green,sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 27 1) Pemuasan permintaan konsumen 2) Reaksi terhadap tindakan go green yang dilakukan oleh pesaing 3) Permintaan dari saluran atau pemasok untuk memodifikasi input. Tekanan internal yang mendorong perusahaan untuk menjadi go green, yaitu: 1) Biaya, dengan menjadi go green, perusahaan dapat mencapai efisiensi sumber daya yang lebih besar dan menghemat uang yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku dan mengolah limbah karena bahan baku yang digunakan lebih sedikit dan jumlah limbah atau polusi yang dihasilkan berkurang. 2) Filosofi, ketika perusahaan melihat tujuan lingkungan pada level yang sama seperti tujuan perusahaan, isu go green dimasukkan ke dalam strategi perusahaan dan kemudian diintegrasikan kedalam aktivitas taktis perusahaan. F. Strategi Pemasaran Hijau Menon dan Menon (1997), yang dikutip Polonsky dan Rosenberger (2001), menyatakan bahwa aktivitas pemasaran hijau di suatu organisasi dapat diimplementasikan dalam tiga level, yaitu level strategik (strategic greening), level quasi-strategic (quasi-strategic), dan level taktis (tactical greening). Ketiga level aktivitas pemasaran hijau tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi besarnya perubahan yang disyaratkan perusahaan dan menggambarkan besarnya komitmen perusahaan dan menggambarkan besarnya komitmen perusahaan terhadap tujuan lingkungan. Universitas Sumatera Utara 28 Pemilihan Strategi Green Marketing Ginsberg dan Bloom, mengemukakan bahwa strategi pemasaran hijau yang tepat diperlukan oleh perusahaan yang ingin mengadopsi pemasaran hijau. Pemilihan strategi green marketing yang akan diterapkan perusahaan harus didasarkan pada pertimbangan dua aspek penting yaitu seberapa besar segmen pasar hijau industri dimana perusahaan beroperasi dan kemampuan perusahaan untuk mendiferensiasikan produk atau merek hijaunya dari para pesaing. 1) LeanGreenStrategy Lean green marketing cocok diterapkan oleh perusahaan yang memiliki ukuran segmen pasar hijau rendah dan kemampuan diferensiasi konsep hijau rendah. Perusahaan yang menerapkan strategi ini berusaha menjadi good corporate citizen,tetapi tidak berfokus pada pemublikasian atau memasarkan inisiatif hijaunya. Perusahaan lebih berfokus pada penghematan biaya dan peningkatan efisiensi melalui aktivitas untuk menciptakan keunggulan kompetitif dalam hal biaya rendah. 2) Defensive Green Strategy Defensive green strategy cocok diterapkan oleh perusahaan yang memiliki ukuran segmen pasar hijau tinggi dan kemampuan diferensiasi konsep hijau rendah. Perusahan yang menerapkan defensive green strategy cenderung menggunakan pemasaran hijau sebagai ukuran pencegahan yaitu respon terhadap suatu krisis atau respon terhadap tindakan pesaing, perusahaan berusaha untuk memperbaiki citra merek dan mengurangi bahaya, mengakui bahwa segmen pasar hijau itu penting, dan perusahaan tidak dapat dipisahkan dari pihak-pihak lain yang menguntungkan. Universitas Sumatera Utara 29 3) Shaded Green Strategy Shaded green strategy cocok diterapkan oleh perusahaan yang memiliki ukuran segmen pasar hijau rendah dan kemapuan diferensiasi konsep hijau tinggi. Perusahaan yang menerapkan Shaded green strategy berinvenstasi pada proses ramah lingkungan yang bersifat jangka panjang dan tersistem, yang mensyaratkan komitmen besar pada aspek finansial dan nonfinasial. Perusahaan melihat konsep hijau sebagai peluang untuk mengembangkan produk dan teknologi yang inovatif dan memuaskan kebutuhan yang akhirnya menghasilkan keunggulan kompetitif. 4) Ekstreme Green Strategy Ekstreme green strategy cocok diterapkan oleh perusahaan yang memiliki ukuran segmen pasar hijau tinggi dan kemampuan diferensiasi konsep hijau tinggi. Isu lingkungan seluruhnya diintegrasikan dalam proses bisnis dan daur hidup dari perusahaan yang menerapkan Ekstreme green strategy. Konsep hijau digunakan sebagai kekuatan kendali utama operasional perusahaan sehari-hari, praktik hijau mencakup pendekatan penetapan harga daur hidup, manajemen kualitas total hijau, dan pemanufakturan yang ramah lingkungan. Gambar 2.1 Matriks Strategi Pemasaran Hijau Tinggi Ukuran Segmen Pasar Defensive Green Strategy Extreme Green Strategy Lean Green Strategy Shaded Green Strategy Rendah Rendah Kemampuan Difensiasi pada Konsep Hijau Tinggi Sumber: Ginberg dan Bloom (2004) Universitas Sumatera Utara 30 G. Penggunaan Bauran Pemasaran Pada Strategi Green Marketing Elemen bauran pemasaran (produk, harga, tempat, dan promosi) yang digunakan strategi green marketing masing-masing berbeda.Tabel 2.1 menyajikan elemen bauran pemasaran yang digunakan strategi green marketing masingmasing. Tabel 2.1 Elemen Bauran Pemasaran pada Strategi Green Marketing Tipe Strategi Produk Harga Lean green stretgy X Defensive green stretgy X Shaded green stretgy X X Extreme green stretgy X X Tempat Promosi X X X X Sumber : Ginsberg dan Bloom (2004) Lean green marketing merupakan strategi pemasaran hijau perusahaan yang menekankan konsep hijaunya pada elemen produk, yaitu pengembangan produk, perancangan produk, dan pembuatan produk. Defensive green marketing merupakan strategi pemasaran hijau perusahaan yang menekankan konsep hijaunya pada elemen promosi, khususnya promosi melalui hubungan masyarakat (Humas) yang lebih bersifat tersirat daripada alat promosi lain, seperti iklan dan elemen produk yang mencakup pengembangan produk, perancangan produk, dan pembuatan produk. Shaded green marketing merupakan strategi pemasaran hijau perusahaan yang menekankan konsep hijaunya pada elemen promosi yang lebih agresif, seperti iklan, elemen produk yang mencakup pengembangan produk, perancangan produk, dan pembuatan produk, serta elemen harga melalui pencapaian efisiensi biaya.Extreme green strategy merupakan strategi pemasaran Universitas Sumatera Utara 31 hijau perusahaan yang menekankan konsep hijaunya pada seluruh elemen bauran pemasaran yang mencakup produk, harga, promosi, dan tempat, seperti sistem distribusi dan peritel yang dipilih dan diberikan insentif sebagai perantara yang “hijau”. 2.4 Keputusan Pembelian Setiap konsumen melakukan berbagai macam keputusan tentang pencarian, pembelian, penggunaan, beragam produk, dan merek pada setiap periode tertentu.Konsumen melakukan keputusan setiap hari atau setiap periode tanpa menyadari bahwa mereka telah mengambil keputusan. Proses pengambilan keputusan sebagai aktifitas penting dalam perilaku konsumen perlu dipahami untuk merumuskan strategi pemasaran yang tepat yang mampu mempengaruhi setiap tahapan proses pengambilan keputusan yang berlangsung. Schiffman dan Kanuk (1994) mendefiniskan suatu keputusan sebagai pemilihan suatu tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif. Seorang konsumen yang hendak melakukan pilihan maka ia harus memiliki pilihan alternatif. Suatu keputusan tanpa pilihan disebut sebagai sebuah “Hobson’s choice” (Schiffman dan kanuk, 1994).SangadjiEt All (2013) Pengambilan keputusan konsumen adalah proses pemecahan masalah yang diarahkan pada sasaran. Pemecahan masalah konsumen sebenarnyan merupakan suatu aliran tindakan timbal balik yang berkesinambungan di antara faktor lingkungan, proses kognitif dan afektif, serta tindakan perilaku. Setiadi (2003) mendefinisikan bahwa inti dari pengambilan keputusan konsumen adalah proses pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua perilaku alternatif atau lebih, dan memilih salah satu di Universitas Sumatera Utara 32 antaranya. Hasil dari proses pengintegrasian adalah suatu pilihan yang disajikan secara kognitif sebagai keinginan berperilaku. Gambar 2.2 Model Sederhana Perilaku Konsumen Umpan balik terhadap evakuasi paska pembelian Faktor Individual Pengambilan Keputusan Pengaruh Lingkungan Respon Konsumen Komunikasi Umpan balik terhadap perkembangan lingkungan pada strategi pemasaran Sumber: Assael (Suryani, 2008:12) Berdasarkan gambar diatas dapat dijelaskan bahwa komponen inti dari model tersebut adalah consumer decision making yang merupakan proses menerima, mengevaluasi informasi merk produk tertentu. Ada dua faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan yang selanjutnya akan menentukan respon konsumen. a. Konsumen itu sendiri, ada dua unsur yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan yaitu: 1) Pikiran konsumen yang meliputi kebutuhan atau motivasi, persepsi, dan sikap. 2) Karakteristik konsumen yang meliputi demografi, gaya hidup, dan kepribadian konsumen. Universitas Sumatera Utara 33 b. Pengaruh lingkungan yang terdiri atas nilai budaya, pengaruh sub dan lintas budaya, kelas sosial, face to face group dan situasi lain yang menetukan. Setelah konsumen membuat keputusan, evaluasi setelah pembelian dilakukan (ditunjukkan dari feedback ke individual consumer). Selama proses evaluasi ini, konsumen akan belajar dari pengalaman dan merubah pola pikirnya, mengevaluasi merek dan memilih merek yang disukai. Pengalaman konsumen ini secara langsung akan berpengaruh pada pembelian ulang berikutnya. Menurut tujuan pembeliannya, konsumen dapat dikelompokkan menjadi konsumen akhir ( individual ) yaitu yang terdiri atas individu dan rumah tangga yang tujuan pembeliannya adalah untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau untuk dikonsumsi. Sedangkan kelompok lain adalah konsumen organisasional yang terdiri atas organisasi, pemakai industri, pedagang dan lembaga non-profit yang tujuan pembeliannya adalah untuk memperoleh laba atau kesejahteraan anggotanya. Keputusan pembelian barang / jasa seringkali melibatkan dua pihak atau lebih. Umumnya ada lima peranan yang terlibat. Kelima peran tersebut meliputi : a) Pemrakarsa (initiator), yaitu orang yang pertama kali menyarankan ide untuk membeli suatu barang / jasa. b) Pembawa pengaruh (influencer) yaitu orang yang memiliki pandangan atau nasihat yang mempengaruhi keputusan pembeli. c) Pengambil keputusan (decider) yaitu yang menentukan keputusan pembelian. Universitas Sumatera Utara 34 d) Pemberi (buyer) yaitu orang yang melakukan pembelian yang secara nyata. e) Pemakai (user) yaitu orang yang mengkonsumsi dan menggunakan barang / jasa yang dibeli. Gambar 2.3 Matriks Pengambilan Keputusan Konsumen Decision Making (Information search consideration of brand alternatives) Habit (Little or no information search, consideration of only one brands) High Involvement Purrchase Decision Low Involvement Purrchase Decision Compleks Decision Making (Autos, electronics, photography, system) Brand Loyalty (Athletics shoes, adult cereals) Limited Decision Making (Adult cereal, snack food) Inertia (Canned vegetables,paper towels) Sumber: Suryani (2008:14) Berdasarkan matriks di atas, proses keputusan pembelian sangat bervariasi.Pada dimensi pertama, konsumen dibedakan berdasarkan tingkat pengambilan keputusan. Dimensi kedua, konsumen dibedakan berdasarkan tingkat keterlibatan saat pemilihan suatu merek.Proses ketiga disebut limited decision making. Pada proses ini keterlibatan konsumen pada saat pembelian suatu merek kecil sekali tetapi masih memerlukan pengambilan keputusan.Kemudian proses terakhir adalah inertia. Proses ini terjadi ketika proses ketiga dilakukan berulangulang dan konsumen membeli suatu merk bukan karena setia pada merk tersebut akan tetapi telah menjadi kebiasaan membeli merk tersebut. Universitas Sumatera Utara 35 Pengambilan keputusan sebagai proses penting yang mempengaruhi perilaku konsumen sangat penting untuk dipahami pemasar. Menurut Schiffman dan Kanukk (Suryani 2008:15) pengambilan keputusan dapat dipandang sebagai suatu sistem yang terdiri dari input, proses dan output.Prosesnya seperti disajikan pada gambar 2.4 berikut: Universitas Sumatera Utara 36 Gambar 2.4 Metode Pengambilan Keputusan Lingkungan eksternal Usaha-usaha Pemasaran Perusahaan: 1. Produk 2. Promosi 3. Harga 4. Distribusi Input Lingkungan Sosial Budaya: 1. Keluarga 2. Sumber informasi 3. Sumber non komersial 4. Kelas Sosial 5. Budaya dan sub budaya Pengambilan Keputusan Konsumen Pengenalan Kebutuhan Proses Pencarian informasi sebelum membeli Evaluasi alternatif Faktor Psikologi 1. Motivasi 2. Kepribadian 3. Pembelajaran 4. Persepsi 5. Sikap Pengalaman Perilaku Paska Pengambilan Keputusan Pembelian 1. Pencobaan 2. Pembelian ulang Output Evalusi paska pembelian Sumber : Suryani (2008:16) Dengan demikian dalam proses pengambilan keputusan ada tiga tahapan proses yang dilakukan yakni tahapan pengakuan adanya kebutuhan (konsumen merasakan adanya kebutuhan), usaha pencarian informasi sebelum membeli dan penilaian terhadap alternatif. Proses tersebut dipengaruhi usaha-usaha dari Universitas Sumatera Utara 37 pemasaran perusahaan dan lingkungan sosio-kultural serta kondisi psikologis konsumen. Faktor eksternal yang dapat menjadi input dan berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan adalah usaha-usaha yang dilakukan oleh pemasar melalui strategi dan bauran pemasaran dan faktor eksternal yang berupa lingkungan sosial budaya seperti keluarga, kelas sosial, sumber-sumber informal dan komersial, budaya, sub budaya. Kedua kekuatan eksternal tersebut akan mempengaruhi proses pengambilan keputusan.. Berikut akan dijelaskan proses pengambilan keputusan oleh konsumen (Suryani, 200817): a. Mengenali kebutuhan, Pada tahap ini konsumen merasakan bahwa ada hal yang dirasakan kurang dan menuntut untuk dipenuhi. Konsumen menyadari bahwa terdapat perbedaan antara apa yang dialaminya dengan yang diharapkan. Kesadaran akan perlunya memenuhi kebutuhan ini terjadi karena adanya rangsangan dari dalam maupun dari luar. b. Mencari informasi,.apayang terbaik yang harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, pertanyaan ini akan muncul pada konsumen. Supaya dirinya dapat memenuhi kebutuhan dengan cara terbaik, maka konsumen berusaha untuk mencari informasi. Pencarian informasi ini akan berbeda tingkatannya tergantung pada persepsi konsumen atas resiko dari produk yang akan dibelinya. Konsumen umumnya mencari informasi dari berbagai sumber. Tidak hanya dari sumber resmi yang dikeluarkan perusahaan seperti iklan atau dari pemasar melalui tenaga penjual, tetapi juga informasi dari pihak lain (utamanya orang yang berpengalaman) untuk mendapatkan informasi Universitas Sumatera Utara 38 yang bernar-benar obyektif. Media juga menjadi salah satu sumber informasi penting bagi konsumen. Konsumen juga akan mencari informasi dari keluarga, teman, kenalan dan tetangga. c. Mengevaluasi alternatif,informasiyang diperoleh dari berbagai sumber tersebut akan menjadi bahan pertimbangan bagi konsumen untuk mengambil keputusan. Konsumen akan mempertimbangakan manfaat termasuk keterpercayaan merk dan biaya atau resiko yang akan diperoleh jika membeli suatu produk. Berbagai risiko seperti risiko waktu, tenaga, biaya, risiko psikologis, sosial akan dipertimbangkan oleh konsumen. d. Mengambil keputusan,setelahmelalui evaluasi dengan pertimbangan yang matang, konsumen akanmengambil keputusan. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi keputusan membeli dan tujuan pembelian yaitu sikap orang lain, dan faktor situsional yang tidak dapat diprediksikan (tidak terduga). Pengaruh dari sikap orang lain tergantung pada intensitas sikap negatifnya terhadap alternatif pilihan konsumen yang akan membeli untuk mengikuti orang lain. Sedangkan keadaan tidak terduga merupakan faktor situsional yang menyebabkan konsumen mengubah tujuan pembelian maupun keputusan pembelian.. e. Evaluasi paskapembelian,setelahmembeli konsumen akan mengevaluasi atas keputusan dan tindakannya dalam membeli. Jika konsumen menilai kinerja produk atau layanan yang dirasakan sama atau melebihi apa yang diharapkan, maka konsumen akan puas dan sebaliknya jika kinerja produk atau jasa yang diterima kurang dari yang diharapkan, maka konsumen akan tidak puas. Kepuasan dan ketidakpuasan yang dialami konsumen Universitas Sumatera Utara 39 akan berpengaruh terhadap perilaku selanjutnya. Jika konsumen puas, maka dia akan memperlihatkan sikap dan perilaku positif terhadap produk atau jasa yang dibelinya. Dia kemungkinan akan membeli kembali, akan loyal atau bahkan tidak segan-segan akan merekomendasikan kepada orang lain untuk membeli jika ditanya. Sebaliknya jika konsumen kecewa, maka dia cenderung akan bersikap negatif, menghentikan untuk pembelian berikutnya atau menceritakan hal-hal yang tidak menyenangkan mengenai produk atau jasa yang dibelinya kepada konsumen lain. Akibatnya hal ini dapat berdampak buruk pada promosi yang dilakukan perusahaan. Menurut Kotler (2009: 185), terdapat lima proses keputusan pembelian yaitu: pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian. a. Pengenalan masalah Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali masalah atau kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat disetuskan oleh rangsangan internal atau eksternal. Rangsangan ini kemudian berubah menjadi dorongan, berdasarkan dorongan yang ada dalam diri konsumen maka konsumen akan mencari objek yang diketahui untuk dapat memuaskan dorongan tersebut. b. Pencarian informasi Pencarian informasi mulai dilakukan ketika konsumen memandang bahwa kebutuhan tersebut bisa dipenuhi dengan membeli dan mengonsumsi suatu produk. Konsumen akan mencari informasi yang tersimpan di dalam pikirannya (informasi internal) dan mencari informasi dari luar. Universitas Sumatera Utara 40 1) Pencarian internal Informasi yang dicari meliputi berbagai produk dan merek yang dianggap bisa memecahkan masalahnya atau memenuhi kebutuhannya 2) Pencarian eksternal Proses pencarian informasi mengenai berbagai produk dan merek, pembelian maupun konsumsi pada lingkungan konsumen, konsumen akan bertanya kepada teman, saudara, tenaga penjual, membaca kemasan, surat kabar, majalah konsumen, melihat dan mendengar berbagai iklan produk. Informasi yang dicari melalui pencarian eksternal biasanya meliputi: alteratif merek yang tersedia, kriteria evaluai untuk membandingkan merek,tingkat kepentingan dari berbagai kriteria evaluasi. c. Evaluasi alternatif Evaluasi allternatif adalah proses mengevaluasi pilihan produk dan merek. Pada proses ini, konsumen membandingkan berbagai pilihan yang dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Menurut Mowen dan Minor, pada tahap ini konsumen membentuk kepercayaan, sikap, dan intensinya mengenai alternatif produk yang dipertimbangkan. Proses evaluasi alternatif akan mengikuti pola apakah mengikuti model pengambilan keputusan (the decision-making persepective), model eksperiental (the experiental perspective), atau model perilaku (the behavioral perspective). Jika konsumen berada dalam kondisi keterlibatan tinggi terhadap produk (high-involvement decision making), maka proses evaluasi alternatif akan memiliki tahapan berikut: pembentukan kepercayaan, pembentukan sikap, dan keinginan Universitas Sumatera Utara 41 berperilaku (behavioral intentions). Sehingga proses evaluasi alternatif dapat dijelaskan oleh model multiatribut sikap. d. Menentukan pilihan produk Konsumen membentuk preferensi atas merek-merek yang ada di dalam kumpulan pilihan.Konsumen juga dapat membentuk niat untuk membeli merek yang disukai. Proses penentuan produk atau merek yang akan dipilih menggunakam beberapa teknik pemilihan (decision rules), decision rules adalah teknik yang digunakan konsumen dalammemilih alternatif produk atau merek. Teknik pemilihan terbagi dalam dua teknik yaitu teknik kompensatori (compensatory decision rules) dan teknik nonkompensatori (noncompensatory decision rules). e. Perilaku pasca membeli Setelah melakukan pembelian produk, konsumen akan mengalami level kepuasan atau ketidakpuasan tertentu. Konsumen yang mengalami keraguan menyangkut ketepatan keputusan pembelian atau tidak puas akan cenderung melakukan perpindahan merek. Menurut Ujang Sumarwan (2004 : 294), Keputusan membeli atau mengonsumsi suatu produk dengan merek tertentu akan diawali oleh langkahlangkah sebagai berikut: 1) Pengenalan kebutuhan 2) Waktu 3) Perubahan situasi 4) Pemilikan produk 5) Konsumsi produk Universitas Sumatera Utara 42 6) Perbedaan Individu 7) Pengaruh pemasaran 2.5 Penelitian Terdahulu Dalam mendukung penelitian ini, penulis berpedoman pada penelitia- penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, antara lain sebagai berikut: 1. Ixora Luciantiwy Sibarani (2016), “Pengaruh Green Marketing Terhadap Keputusan Pembelian Pada Pelanggan The Body Shop di Plaza Medan Fair Kota Medan”. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa variabel Green Product, Green Price, Green Promotion berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian produk The Body Shop di Plaza Medan Fair Kota Medan. Serta variabel Green Price memiliki pengaruh paling dominan terhadap keputusan pembelian produk The Body Shop. 2. Umi Oktavia (2013), “Analisis Pengaruh Green Marketing Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Produk PT. Unilever Tbk”. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa variabel Biodegredable, Recyclable, Source Reduction, Ozonesafe and Ozonefriendly, dan Reus berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian. 3. Poppy Kampani, Srikandi Kumadji, Andriani Kusumawati (2014), “Pengaruh Green Marketing Terhadap Nilai Yang Dipersepsikan Dalam Keputusan Pembelian Mobil”.Hasil penelitian ini menyatakan bahwa green marketing berpengaruh langsung dan signifikan terhadap variabel nilai yang dipersepsikan, dan variabel nilai yang dipersepsikan Universitas Sumatera Utara 43 berpengaruh langsung dan signifikan terhadap variabel keputusan pembelian. 4. Isna Poinsefty Firliani, Diah Yulisetiarini, Gusti Ayu Wulandaryi (2014), “Pengaruh Green Marketing Terhadap Nilai Yang Dipersepsikan Dalam Keputusan Pembelian Mobil”. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa green product dan green advertising berpengaruh signifikan terhadap keputusan konsumen membeli mobil Suzuki Karimun Wagon R di kota Jember. 5. Mahbub Alfa Roby, Anik Lestari Andjarwati (2014), “Pengaruh Green Product Pada Minyak Goreng ECOplanet Terhadap Minat Beli Konsumen (Studi Pada Pengunjung Carrefour Kalimas Surabaya”. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa green product pada minyak goreng ECOplanet berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli konsumen. 2.6 Kerangka Konseptual Green Marketing merupakan pemasaran berkelanjutan untuk mengantisipasi kekuatan konsumerisme yang terus mengalami perkembangan pesat, pendekatan pemasaran berkelanjutan lebih berfokus pada pemasaran yang berkelanjutan lebih berfokus pada pemasaran alternatif dan berdasarkan ide bahwa perusahaan seharusnya mengintegrasikan tujuan ekonomi, tujuan sosial kemasyarakatan, dan tujuan lingkungan dalam menjalankan bisnis. Green marketing termasuk model pemasaran yang tergabung dalam pemasaran 3.0 yaitu era pemasaran yang menekankan pada nilai, visi, dan misi perusahaan. Penerapan program green marketing diharapkan dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen karena pada era ini konsumen mencari Universitas Sumatera Utara 44 perusahaan yang dapat memenuhi kebutuhan terdalam mereka dalam bidang sosial, ekonomi, dan keadilan lingkungan pada misi, visi, dan nilai-nilainya. Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka diperoleh kerangka berpikir sebagai berikut: Gambar 2.5 Kerangka Konseptual Keputusan Pembelian (X) Green Marketing (X) Sumber : Diolah Oleh Peneliti (2016) 2.7 Hipotesis Penelitian Hipotesis disusun berdasarkan teori dan kerangka berpikir yang sudah diuraikan sebelumnya, maka dari teori dan kerangka berpikir di atas dapat disusun beberapa hipotesis sebagai berikut: Ho : Tidak terdapat pengaruh greenmarketing terhadap keputusan pembelian mobil low cost green car pada konsumen Toyota Agya di Kota Medan. Ha : Terdapat pengaruh greenmarketing terhadap keputusan pembelian mobil low cost green car pada konsumen Toyota Agya di Kota Medan. Universitas Sumatera Utara