perilaku konsumen cookies cokelat “waroeng

advertisement
PERILAKU KONSUMEN COOKIES COKELAT
“WAROENG COKELAT” DI KOTA BOGOR
Oleh:
RIZKI AMELIA
A14104092
PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
i
RINGKASAN
RIZKI AMELIA. Perilaku Konsumen Cookies Cokelat “Waroeng Cokelat” di
Kota Bogor. Di bawah bimbingan JAJAH K. WAGIONO.
Peranan UKM dalam pekonomian Indonesia sangat besar. Salah satu usaha
yang dapat terus berproduksi dalam jangka panjang adalah industri makanan
karena makanan memiki karakteristik khusus (masa pemakaian produk yang
singkat) dan kekhasan dalam selera. Cokelat merupakan salah satu alternatif
makanan yang dapat diusahakan oleh UKM. Cokelat dihasilkan melalui
serangkaian proses pengolahan biji kakao. Berdasarkan informasi yang diperoleh,
konsumsi cokelat masyarakat Indonesia masih sangat rendah yaitu hanya 0.5
kg/kapita/tahun padahal Indonesia merupakan negara penghasil biji kakao terbesar
ketiga di dunia (470.000 ton) setelah Pantai Gading (1.387.000 ton) dan Ghana
(741.000 ton).
Waroeng Cokelat adalah UKM unggulan binaan Disperindagkop Kota
Bogor yang bergerak dalam industri makanan berbahan baku cokelat. Salah satu
produk yang dihasilkannya adalah cookies cokelat. Permintaan masyarakat
terhadap cookies cokelat Waroeng Cokelat terus meningkat setiap tahunnya.
Permintaan paling besar terjadi pada saat hari raya Idul Fitri karena pada saat itu
konsumen memiliki budaya yang kuat untuk menyediakan cookies.
Sifat usaha cookies yang musiman (ramai dikonsumsi pada hari raya)
membuat banyak bermunculan penjual-penjual cookies yang menawarkan cookies
mereka ke pasar sehingga menimbulkan persaingan yang ketat diantara pengusaha
cookies. Persaingan terjadi bukan hanya pengusaha yang menjual cookies setiap
hari tetapi juga pengusaha makan jenis lain yang ikut memproduksi cookies.
Sehingga, meskipun pasarnya sangat besar, untuk berhasil dalam bisnis cookies
cokelat Idul Fitri, tetap saja dibutuhkan suatu strategi pemasaran yang tepat agar
dapat mempertahankan konsumen yang ada saat ini.
Salah satu cara untuk dapat mempertahankan konsumennya adalah dengan
melakukan analisis perilaku konsumen. Penelitian ini memiliki beberapa tujuan
yaitu mendeskripsikan karakteristik umum dan proses keputusan pembelian
konsumen cookies cokelat Waroeng Cokelat pada saat hari raya Idul Fitri,
menganalisis sikap dan tingkat kepuasan konsumen berdasarkan penilaiannya
terhadap terhadap tingkat kepentingan dan kinerja dari atribut cookies cokelat
Waroeng Cokelat, dan merumuskan alternatif bauran pemasaran yang sesuai
berdasarkan perilaku konsumen cookies cokelat Waroeng Cokelat pada saat hari
raya Idul Fitri.
Penelitian ini dilakukan di Waroeng Cokelat, Kota Bogor dari pertengahan
bulan Juni sampai Juli 2008. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui kuesioner yang diberikan
kepada responden. Sedangkan untuk data sekunder, diperoleh melalui data-data
perusahaan dan data-data eksternal yang mendukung penelitian ini. Responden
dalam penelitian ini adalah konsumen Waroeng Cokelat yang sudah pernah
membeli dan merasakan cookies cokleat Waroeng Cokelat yang berjumlah 30
orang. Metode pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
ii
analisis deskriptif, analisis Multiatribut Fishbein, Customer Satisfaction Index
(CSI), dan Importance-Performance Analysis (IPA).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumen cookies cokelat Waroeng
Cokelat memiliki karakteristik umum yaitu berjenis kelamin perempuan dengan
kedudukan sebagai istri dalam keluarga, berusia 21 – 30 tahun dengan tingkat
pendidikan terakhir SMA atau sederajat, memiliki pekerjaan sebagai pegawai
swasta, memiliki anggota keluarga 3–4 orang, dan berpenghasilan rumah tangga
menengah yaitu sebesar Rp2.000.000–Rp5.000.000. Sebanyak 63,3 persen
konsumen memiliki keharusan untuk menyediakan cookies cokelat pada hari raya
Idul Fitri, mereka membutuhkan cookies cokelat untuk konsumsi keluarga (83,3
persen) dengan motivasi pembelian eksternal yaitu karena rasanya yang enak dan
bentuk yang unik (83,3 persen). Sumber informasi berasal dari teman (86,7
persen), informasi penting yang dibutuhkan dari sumber informasi adalah jaminan
keamanan pangan (46,7 persen), cita rasa cookies (33,3 persen), dan daya tahan
produk (30 persen), sedangkan alat promosi yang efektif adalah pengujian gratis
(70 persen). Kriteria evaluasi yang digunakan oleh konsumen adalah cita rasa
yang enak (83,3 persen), bentuk cookies yang menarik (53,3 persen) dan rasa
cokelat yang terasa (40 persen). Pembelian dilakukan melalui pemesanan dua
sampai satu minggu sebelum hari raya Idul Fitri (60 persen). Jenis cookies yang
banyak dibeli pada Idul Fitri 2007 adalah marbel cokelat (83,3 persen) dan kurma
cokelat (60 persen). Keputusan pembelian tidak dipengaruhi pihak lain tetapi atas
dasar inisiatif sendiri (80 persen). Dalam evaluasi pasca pembelian, konsumen
akan mengurangi jumlah pembelian selanjutnya jika terjadi kenaikan harga (60
persen) dan kemungkinan akan membeli cookies cokelat Waroeng Cokelat pada
Idul Fitri 2008 ini (53,3 persen).
Analisis sikap Fishbein menunjukan bahwa sikap konsumen terhadap
cookies cokelat Waroeng Cokelat adalah netral. Sikap positif konsumen yang
menyebabkan konsumen masih mau membeli cookies cokelat Waroeng Cokelat
adalah bentuk cookies yang unik cita rasa yang enak, dan rasa cokelat yang terasa.
Indeks kepuasan konsumen sebesar 66,11 persen menjelaskan bahwa secara
keseluruhan konsumen merasa puas terhadap cookies cokelat Waroeng Cokelat.
Atribut yang paling berkontribusi memuaskan konsumen adalah cita rasa cookies,
bentuk cookies, dan rasa cokelat. Analisis IPA memberikan hasil yaitu atribut
yang menjadi prioritas untuk diperbaiki adalah jaminan keamanan pangan, harga
yang ditawarkan, variasi jenis yang tersedia, dan kemasan.
Bauran pemasaran yang dapat dilakukan, untuk produk yaitu memperbaiki
kinerja jaminan kemanan pangan, harga yang ditawarkan, variasi jenis cookies
yang tersedia, dan kemasan, serta mempertahankan atribut cita rasa cookies, rasa
cokelat, bentuk cookies, daya tahan, dan ketepatan waktu pemenuhan pesanan.
Untuk harga, pemilik melakukan komunikasi dengan tenaga penjual untuk
penentuan harga agar harga yang ditetapkan tenaga penjual tidak dirasa mahal
oleh konsumen dan memberikan alternatif ukuran kemasan yang lebih kecil.
Untuk promosi, lebih menginformasikan informasi mengenai jaminan keamanan
pangan, dan cita rasa cookies dengan alat promosi berupa pengujian gratis dan
promosi dilakukan melalui ‘mulut ke mulut’. Saluran distribusi dengan
menggunakan tenaga penjual sudah tepat dilakukan karena tenaga penjual dapat
mendekatkan produk kepada konsumen mengingat target pasarnya adalah seorang
wanita karir.
iii
PERILAKU KONSUMEN COOKIES COKELAT
“WAROENG COKELAT” DI KOTA BOGOR
Oleh:
RIZKI AMELIA
A14104092
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
iv
Judul
Nama
NRP
: Perilaku Konsumen Cookies Cokelat “Waroeng Cokelat” di
Kota Bogor
: Rizki Amelia
: A14104092
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Ir. Jajah K. Wagiono, M.Ec
NIP 130 350 044
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr
NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus :
v
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL
“PERILAKU KONSUMEN COOKIES COKELAT “WAROENG COKELAT”
DI KOTA BOGOR” BENAR – BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN
BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU
LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR
AKADEMIK TERTENTU. SUMBER INFORMASI YANG BERASAL ATAU
DIKUTIP
DARI
KARYA YANG DITERBITKAN MAUPUN TIDAK
DITERBITKAN DARI PENULIS LAIN TELAH DISEBUTKAN DALAM
NASKAH DAN DICANTUMKAN DALAM DAFTAR PUSTAKA DI BAGIAN
AKHIR SKRIPSI INI.
Bogor, September 2008
Rizki Amelia
A14104092
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 18 Oktober
1986. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari keluarga Bapak
Endang Iskandar dan Ibu Sukaesih.
Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar di SDN Semplak 1 Bogor
dari tahun 1992 sampai tahun 1998. Pada tahun 1998 sampai dengan tahun 2001
penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 4 Bogor. Pada tahun 2001
penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 5 Bogor dan lulus pada tahun
2004, kemudian pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa di
Program Studi Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu–Ilmu Sosial Ekonomi
Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB
(Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru IPB).
Pada tahun 2006, penulis menjadi Beswan Djarum dan mendapatkan
beasiswa untuk periode 2006 sampai 2007. Penulis pun aktif mengikuti pelatihanpelatihan yang diadakan oleh Djarum Bakti Pendidikan antara lain Achivement
Motivation Training, Dare To be a Leader, dan ESQ. Penulis juga aktif dalam
berbagai kepanitiaan acara di kampus seperti kepanitiaan Bakti Sosial Manajemen
Agribisnis, dan Donor Darah Berswan Djarum.
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas segala
rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta
salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW.
Penulisan skripsi yang berjudul Perilaku Konsumen Cookies Cokelat
“Waroeng Cokelat” di Kota Bogor merupakan tugas akhir salah satu syarat untuk
memperoleh Gelar Sarjana Pertanian dari Program Studi Manajemen Agribisnis,
Fakultas pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini berisi informasi mengenai
perilaku konsumen cookies cokelat Waroeng Cokelat yang berada di Kota Bogor
seperti proses pengambilan keputusan, sikap, dan kepuasan, serta rekomendasi
bauran pemasaran yang dapat dilakukan.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihakpihak yang telah membantu proses penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa
dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan. Semoga hasil yang
diperoleh dari penelitian ini dapat memberikan dukungan kontribusi pemikiran
bagi semua pihak-pihak yang membutuhkannya.
Bogor, September 2008
Penulis
viii
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat, hdayah serta karuniaNya kepada kita semua dan shalawat beserta salam senantiasa tercurah kepada
Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta para pengikutnya hingga akhir
zaman. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari
kerjasama dan bantuan dari semua pihak. Oleh karena itu, ada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Ir. Jajah K. Wagiono, M.Ec, sebagai dosen pembimbing skripsi, selalu
meluangkan waktu disela-sela kesibukan beliau dan sabar dalam memberi
bimbingan, masukan dan dorongan bagi penulis.
2.
Ir. Popong Nurhayati, MM, sebagai dosen penguji utama yang telah
berkenan memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan hasil penelitian
ini.
3.
Etriya, SP, MM, sebagai dosen penguji dari wakil komisi pendidikan
Program Studi Manajemen Agribisnis atas segala kritik dan saran yang telah
diberikan.
4.
Ir. Ratna Winandi, MS, sebagai dosen Pembimbing Akademik atas
bimbingan beliau selama penulis kuliah.
5.
Keluarga besarku: ibu, ayah, adik-adik, nenek, tante, yang selalu
memberikan bantuan baik dukungan moril maupun dukungan semangat
serta kasih sayang yang tak hentinya dicurahkan kepada penulis.
6.
Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kota Bogor atas izin, dan
informasinya.
7.
Yanthi Rusdiyantini, SE, sebagai pemilik Waroeng Cokelat. Terimakasih
atas izin, ilmu, bantuan, dan informasi selama penulis melakukan penelitian.
8.
Bapak Sulam, Ibu Eti, dan Ibu Eni, sebagai distributor cookies cokelat
Waroeng Coeklat atas waktu, bantuan, dan informasinya selama penulis
melakukan penelitian.
9.
PT Djarum atas beasiswa dan pelatihan yang diberikan kepada penulis
sehingga penulis mendapatkan banyak teman dari seluruh Indonesia,
ix
menambah pengalaman baru, dapat lebih belajar dan menjadi manusia yang
lebih baik.
10.
Keluarga besar Beswan Djarum, khusunya untuk Beswan Djarum IPB tahun
2006/2007: Winda, Ratih, Opik, Anto, Ajied, David, Prima, Ahmad, dan
Supri. Terimakasih atas kebersamaan dan keceriaan yang telah diberikan
selama ini. Untuk Beswan 2007/2008 tetap semangat ya.
11.
Fima Firdaus Firman, atas kesabarannya, bantuan, dukungan, dan doanya
selama ini kepada penulis.
12.
Sahabat-sahabat terbaikku Amorsa (Asih, Tyas, Feti dan Mega), AGB 41
(Nuy, Tutik, Ica, Sevia, Yuz, dan Rizal), serta sahabat SD penulis (Amir,
Agung, Efril, dan Hendi). Terimakasih atas persahabatan dan semangatnya
selama ini. Semoga persahabatan kita akan tetap terjalin.
13.
Teman- teman satu bimbingan : Nunik, Krisna, dan Herikson. Terimakasih
atas bantuan, dukungan dan doa yang selalu diberikan, maaf ya selalu
merepotkan.
14.
Rudi, Taufik, Arisman, Iwan, David, dan Saut yang telah memberikan
banyak masukan dan kritikan kepada penulis.
15.
Teman-teman yang telah menjadikan empat tahun belakangan ini lebih
menyenangkan dari pada penulis bayangkan : Luqmen, Efendi, Harits, EsEs.
16.
Seluruh keluarga besar AGB 41, Mas Arif, Mba Dian, Mba Dewi, Mas Feri,
Bu Ida, Pak Yusuf, dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
x
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xviii
I
PENDAHULUAN
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
II
Latar Belakang ..................................................................................... 1
Perumusan Masalah ............................................................................. 7
Tujuan Penelitian ............................................................................... 10
Manfaat Penelitian ............................................................................. 10
Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian .............................................. 11
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.2
2.3
2.4
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) .................................... 12
Cokelat .............................................................................................. 14
Cookies Cokelat ................................................................................. 16
Penelitian Terdahulu
2.3.1 Penelitian Tentang Cokelat ..................................................... 17
2.3.2 Penelitian Mengenai Perilaku Konsumen ................................ 19
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1
3.2
Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1 Konsumen Rumah Tangga ...................................................... 25
3.1.2 Perilaku Konsumen................................................................. 26
3.1.3 Proses Keputusan Pembelian
3.1.3.1 Pengenalan Kebutuhan .............................................. 27
3.1.3.2 Pencarian Informasi .................................................. 28
3.1.3.3 Evaluasi Alternatif .................................................... 29
3.1.3.4 Pembelian ................................................................. 30
3.1.3.5 Evalusai Pascapembelian .......................................... 30
3.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
3.1.4.1 Faktor Budaya........................................................... 31
3.1.4.2 Faktor Sosial ............................................................. 32
3.1.4.3 Faktor Pribadi ........................................................... 33
3.1.4.4 Faktor Psikologis .......................................................34
3.1.5 Sikap Terhadap Objek ............................................................ 36
3.1.6 Kepuasan Konsumen .............................................................. 37
3.1.7 Bauran Pemasaran untuk UKM ............................................... 39
Kerangka Pemikiran Operasional ....................................................... 44
xi
IV METODE PENELITIAN
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
V
Waktu dan Lokasi Penelitian .............................................................. 47
Jenis dan Sumber Data ....................................................................... 47
Metode Pengumpulan Data ................................................................ 47
Metode Pengambilan Sampel ............................................................. 48
Metode Pengolahan dan Analisis Data
4.5.1 Analisa Deskriptif ................................................................... 49
4.5.2 Penentuan Atribut Dugaan Cookies Cokelat ............................ 49
4.5.3 Uji Validitas ........................................................................... 50
4.5.4 Uji Realibilitas........................................................................ 51
4.5.5 Model Multiatribut Fishbein ................................................... 52
4.5.6 Indeks Kepuasan Konsumen (Customer Satisfaction Index) .... 56
4.5.7 Importance Performance Analysis (IPA)................................. 57
Definisi Operasional .......................................................................... 60
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1
5.2
5.3
5.4
Sejarah Waroeng Cokelat ................................................................... 63
Struktur Organisasi ............................................................................ 64
Produk ............................................................................................... 65
Pemasaran.......................................................................................... 66
VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN DAN PROSES
PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN
6.1
6.2
Karakteristik Umum Responden
6.2.1 Jenis Kelamin ......................................................................... 68
6.2.2 Kedudukan dalam Keluarga .................................................... 68
6.2.3 Usia ........................................................................................ 69
6.2.4 Tingkat Pendidikan ................................................................. 69
6.2.5 Jenis Pekerjaan ....................................................................... 70
6.2.6 Jumlah Anggota Rumah Tangga ............................................. 70
6.2.7 Pendapatan Rumah Tangga per Bulan ..................................... 71
6.2.8 Kali Pembelian Cookies Cokelat Waroeng Cokelat
Pada Hari Raya Idul Fitri ........................................................ 72
Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Cookies Saat Hari Raya
6.2.1 Pengenalan Kebutuhan ........................................................... 72
6.2.2 Pencarian Informasi ................................................................ 74
6.2.3 Evaluasi Alternatif .................................................................. 76
6.2.4 Pembelian Cookies Cokelat Waroeng Cokelat......................... 77
6.2.5 Evaluasi Pasca Pembelian ....................................................... 79
VII ANALISIS SIKAP FISHBEIN DAN TINGKAT KEPUASAN
KONSUMEN
7.1
Analisis Sikap Fishbein
7.1.1 Nilai Evaluasi Atribut (ei) ....................................................... 81
7.1.2 Nilai Kepercayaan Atribut (bi)................................................ 82
7.1.3 Nilai Analisis Sikap Fishbein .................................................. 83
xii
7.2
Analisis Tingkat Kepuasan Konsumen
7.2.1 Analisis Tingkat Kepentingan Atribut Cookies Cokelat .......... 85
7.2.2 Analisis Tingkat Kinerja Atribut Cookies Cokelat Waroeng
Cokelat ................................................................................... 94
7.2.3 Indeks Kepuasan Konsumen (Customer Satisfaction Index)
7.2.3.1 Indeks Kepuasan Konsumen Secara Keseluruhan .... 102
7.2.3.2 Indeks Kepuasan Konsumen Pada MasingMasing Atribut ....................................................... 104
7.2.4 Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja (Importance
Performance Analysis ........................................................... 105
VIII BAURAN PEMASARAN
8.1
8.2
8.3
8.4
IX
Produk ............................................................................................. 112
Harga ............................................................................................... 116
Promosi ........................................................................................... 117
Distribusi ......................................................................................... 118
PENUTUP
9.1 Kesimpulan ...................................................................................... 119
9.2 Saran................................................................................................ 122
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 123
LAMPIRAN ................................................................................................... 128
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1
Perkembangan Jumlah UKM di Indoesia Tahun 1999-2007 .......................... 1
2
Jumlah Cokelat Batangan yang Digunakan Dalam Pembuatan Permen dan
Cookies Cokelat ............................................................................................ 7
3
Perkembangan Volume Penjualan Cookies Cokelat Waroeng Cokelat dari
Tahun 2003-2007 .......................................................................................... 8
4
Persentase Zat Gizi Dalam Masing-Masing Jenis Cokelat .......................... 16
5
Rentang Skala Kriteria Nilai Indeks Kepuasan Konsumen (IKK) ................ 57
6
Sebaran Jenis Kelamin Responden Cookies Cokelat Waroeng Cokelat ........ 68
7
Sebaran Kedudukan Responden dalam Keluarga Cookies Cokelat Waroeng
Cokelat ....................................................................................................... 69
8
Sebaran Usia Responden Cookies Cokelat Waroeng Cokelat ....................... 69
9
Sebaran Tingkat Pendidikan Terakhir Responden Cookies Cokelat
Waroeng Cokelat ....................................................................................... 70
10 Sebaran Jenis Pekerjaan Responden Cookies Cokelat Waroeng Cokelat ...... 70
11 Jumlah Anggota Rumah Tangga Responden Cookies Cokelat Waroeng
Cokelat ....................................................................................................... 71
12 Pendapatan Rumah Tangga Responden Cookies Cokelat Waroeng Cokelat
per Bulan .................................................................................................... 72
13 Kali Pembelian Cookies Cokelat Waroeng Cokelat oleh Responden
Pada Hari Raya Idul Fitri ............................................................................ 72
14 Sebaran Responden Berdasarkan Keharusan Menyediakan
Cookies Cokelat .......................................................................................... 73
15 Sebaran Responden Berdasarkan Tujuan Pembelian Cookies Cokelat ........ 73
16 Sebaran Responden Berdasarkan Motivasi Pembelian Cookies Cokelat
Waroeng Cokelat ....................................................................................... 74
17
Sebaran Responden Berdasarkan Sumber Informasi Tentang Cookies
Cokelat Waroeng Cokelat Pada Saat Hari Raya Idul Fitri ............................ 74
18 Sebaran Responden Berdasarkan Informasi Utama yang Diperlukan
Responden Tentang Cookies Cokelat Waroeng Cokelat Pada Saat
Hari Raya Idul Fitri .................................................................................... 75
19 Sebaran Responden Berdasarkan Alat Promosi yang Paling Mempengaruhi
Responden Cookies Cokelat Waroeng Cokelat Pada Saat Hari Raya
Idul Fitri...................................................................................................... 76
20 Sebaran Responden Berdasarkan Atribut Cookies Cokelat yang Paling
Dipertimbangkan Dalam Membeli Pada Saat Hari Raya Idul Fitri .............. 77
xiv
21 Sebaran Responden Berdasarkan Waktu Pemesanan Cookies Cokelat
Waroeng Cokelat Pada Saat Hari Raya Idul Fitri ......................................... 78
22 Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Cookies Cokelat Waroeng Cokelat
yang Dibeli ................................................................................................. 78
23 Sebaran Responden Berdasarkan Pihak yang paling Mempengaruhi Dalam
Pembelian Cookies Cokelat Waroeng Cokelat ............................................. 79
24 Sebaran Responden Berdasarkan Pengaruh Kenaikan Harga Cookies
Cokelat Waroeng Cokelat ........................................................................... 79
25 Sebaran responden Berdasarkan Kemungkinan Membeli Cookies Cokelat
Waroeng Cokelat Pada Hari raya Idul Fitri Tahun 2008 .............................. 80
26 Nilai Evaluasi Atribut Cookies Cokelat ....................................................... 81
27 Nilai Kepercayaan Atribut Cookies Cokelat Waroeng Cokelat .................... 82
28 Hasil Perhitungan Analisis Fishbein Cookies Cokelat Waroeng Cokelat ...... 83
29 Tingkat Kepentingan Atribut Warna Cookies .............................................. 86
30 Tingkat Kepentingan Atribut Bentuk Cookies ............................................. 86
31 Tingkat Kepentingan Atribut Rasa Manis .................................................... 87
32 Tingkat Kepentingan Atribut Rasa Cokelat ................................................. 88
33 Tingkat Kepentingan Atribut Aroma Cokelat .............................................. 88
34 Tingkat Kepentingan Atribut Cita Rasa Cookies .......................................... 89
35 Tingkat Kepentingan Atribut Harga yang Ditawarkan ................................. 89
36 Tingkat Kepentingan Atribut Variasi Jenis yang Tersedia ........................... 90
37 Tingkat Kepentingan Atribut Kemasan ....................................................... 91
38 Tingkat Kepentingan Atribut Jaminan Keamanan Pangan ........................... 92
39 Tingkat Kepentingan Atribut Nama Merek .................................................. 92
40 Tingkat Kepentingan Atribut Ketepatan Waktu Pemenuhan Pesanan .......... 93
41 Tingkat Kepentingan Atribut Daya Tahan Produk ....................................... 94
42 Tingkat Kinerja Atribut Warna Cookies Untuk Cookies Cokelat Waroeng
Cokelat ....................................................................................................... 95
43 Tingkat Kinerja Atribut Bentuk Cookies Untuk Cookies Cokelat Waroeng
Cokelat ....................................................................................................... 96
44 Tingkat Kinerja Atribut Rasa Manis Untuk Cookies Cokelat Waroeng
Cokelat ...................................................................................................... 96
45 Tingkat Kinerja Atribut Rasa Cokelat Untuk Cookies Cokelat .................... 97
46 Tingkat Kinerja Atribut Aroma Cokelat Untuk Cookies Cokelat Waroeng
Cokelat ....................................................................................................... 97
47 Tingkat Kinerja Atribut Cita Rasa Cookies Untuk Cookies Cokelat
Waroeng Cokelat ........................................................................................ 98
xv
48 Tingkat Tingkat Kinerja Atribut Harga yang Ditawarkan Untuk Cookies
Cokelat Waroeng Cokelat ........................................................................... 98
49 Tingkat Kinerja Atribut Variasi Jenis yang Tersedia Untuk Cookies
Cokelat Waroeng Cokelat............................................................................ 99
50 Tingkat Kinerja Atribut Kemasan Untuk Cookies Cokelat
Waroeng Cokelat ........................................................................................ 99
51 Tingkat Kinerja Atribut Jaminan Keamanan Pangan Untuk Cookies
Cokelat Waroeng Cokelat......................................................................... 100
52 Tingkat Kinerja Atribut Nama Merek Untuk Cookies Cokelat Waroeng
Cokelat ..................................................................................................... 101
53 Tingkat Kinerja Atribut Ketepatan Waktu Pemenuhan Pesanan Untuk
Cookies Cokelat Waroeng Cokelat ............................................................ 101
54 Tingkat Kinerja Atribut Daya Tahan Produk Untuk Cookies Cokelat
Waroeng Cokelat ...................................................................................... 102
55 Perhitungan Customer Satisfaction Index
Cookies Cokelat Waroeng Cokelat ............................................................ 103
56 Indeks Kepuasan Konsumen Pada Masing-masing Atribut Cookies
Cokelat Waroeng Cokelat.......................................................................... 105
57 Perhitungan Rata-Rata Dari Penilaian Tingkat Kepentingan Dan Tingkat
Kinerja Pada Atribut Cookies Cokelat Waroeng Cokelat .......................... 106
xvi
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1
Tahap-tahap Proses Keputusan Pembelian .................................................. 27
2
Bagan Kerangka Pemikiran Operasional. .................................................... 46
3
Matriks Importance
4
Struktur Organisasi Waroeng Cokelat ......................................................... 65
5
Diagram Kartesius Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja
Cookies Cokelat Waroeng Cokelat ............................................................ 107
Performance ............................................................. 59
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1
Perkembangan Produksi Biji Kakao Dunia (1000 ton)
Tahun 2001/2002 – 2005/2006 ................................................................ 127
2
Pengujian Validitas dan Reliabilitas Kuesioner........................................ 128
3
Dokumentasi Waroeng Cokelat ............................................................... 129
xviii
1
I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perekonomian merupakan indikator tingkat kesejahteraan suatu negara.
Banyak faktor yang mempengaruhi naik turunnya perekonomian, baik yang
berasal dari dalam maupun luar negeri. Salah satu faktor tersebut adalah kinerja
dari para pelaku usaha dalam melakukan kegiatan perekonomiannya baik dalam
skala kecil, menengah, maupun besar. Indonesia sebagai negara berkembang
memiliki potensi yang besar dalam membangun perekonomiannya terutama
melalui usaha kecil dan menengah (UKM).
Di Indonesia, jumlah UKM semakin meningkat sejak tahun 1999 sampai
dengan tahun 2006 (Tabel 1). Selama masa periode 2006-2007 jumlah UKM
mengalami peningkatan sebesar 2,18 persen yaitu dari 48.779.151 unit pada tahun
2006 menjadi 49.840.489 unit pada tahun 2008.
Tabel 1 Perkembangan Jumlah UKM di Indoesia Tahun 1999-2007
Tahun
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006*
2007**
Jumah UKM (unit)
37.911.723
38.723.987
38.904.968
40.764.668
42.535.336
43.707.412
47.102.744
48.779.151
49.840.489
Sumber: BPS dan Kementerian Negara Koperasi dan UKM, 2004-2008. Diolah.
Keterangan: * angka sementara
** angka sangat sementara
Dalam perekonomian Indonesia, peranan UKM pada dasarnya sudah besar
sejak dulu (BPS dan Kementrian Negara Koperasi dan UKM, 2007). Peranan
UKM terhadap perekonomian Indonesia dapat dilihat dari kontribusinya dalam
2
penyerapan tenaga kerja, pembentukan Pendapatan Domestik Bruto (PDB)
nasional, dan total nilai ekspor nasional.
Kontribusi UKM dalam penyerapan tenaga kerja pada tahun 2005 sebesar
83.233.793 orang atau 96,28 persen dari total penyerapan tenaga kerja yang ada.
Pada tahun 2006, UKM mampu menyerap tenaga kerja sebesar 89.547.762 orang.
Pada tahun 2007, penyerapan tenaga kerja oleh UKM meningkat menjadi
91.752.318 orang atau 97,3 persen dari total penyerapan tenaga kerja yang ada.
Peranan UKM terhadap pembentukan PDB nasional pada tahun 2005
menurut harga berlaku sebesar Rp 1.491,06 triliun atau 53,54 persen. Sedangkan
pada tahun 2006, peran UKM terhadap penciptaan PDB nasional menurut harga
berlaku tercatat sebesar Rp 1.786,2 triliun atau 53,5 persen dari total PDB
nasional, mengalami perkembangan sebesar Rp 295,14 triliun atau 19,79 persen
dibanding tahun 2005. Pada tahun 2007, kontribusi UKM dalam pembentukan
PDB meningkat 18,76 persen menjadi Rp 2.121,3 atau 53,6 persen dari total PDB
nasional.
Dalam hal nilai ekspor nasional, peranan UKM pada tahun 2005 sebesar
Rp 110,34 triliun atau 15,44 persen. Pada tahun 2006, peran UKM terhadap
pembentukan total nilai ekspor nasional mengalami peningkatan sebesar Rp 11,97
triliun atau 10,84 persen yaitu dengan tercapainya angka sebesar Rp 122,31 triliun
atau 20,14 persen dari total nilai ekspor nasional. Pada tahun 2007, peranan UKM
dalam total ekspor nasional meningkat 16,77 persen menjadi Rp 142,8 triliun atau
20 persen dari total ekspor nasional.
Berdasarkan penjelasan di atas, terlihat bahwa peranan UKM dalam
perekonomian Indonesia sangat besar dalam penyerapan tenaga kerja dan
3
pembentukan PDB, namun nilai ekspor UKM masih sangat kecil. Padahal
beberapa produk unggulan UKM seperti makanan ringan, furniture, rotan, dan
kerajinan lainnya sangat diminati di luar negeri seperti di kawasan ASEAN,
Timur Tengah, Afrika Selatan serta di beberapa negara Eropa. Namun karena
kemampuan pemasaran para pelaku UKM-nya kurang memadai, maka potensi itu
tidak tergali1. Menurut Baga (2006), salah satu kelemahan kemampuan pemasaran
para pelaku UKM adalah tidak pernah melakukan analisis pasar.
Kota Bogor sebagai salah satu kota penopang DKI Jakarta yang
merupakan ibu kota negara, memiliki sejumlah UKM yang dapat menggerakkan
perekonomian daerah. Salah satu unit UKM terkonsentrasi pada bidang industri.
Jumlah unit usaha dalam industri kecil, menengah, dan besar baik formal maupun
informal di Kota Bogor pada tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar 3,55
persen dibandingkan dengan tahun 2006. Pada tahun 2006 jumlah unit usaha
dalam industri menengah dan besar adalah 92 unit usaha, dan untuk industri kecil
formal dan informal sejumlah 2.894 unit usaha. Sedangkan pada tahun 2007
jumlah unit usaha dalam industri menengah dan besar adalah 103 unit, dan untuk
industri kecil formal dan informal sebesar 2.989 unit usaha (Dinas Perindustrian,
Perdagangan, dan Koperasi (Disperindagkop) Kota Bogor, 2007)
Salah satu unit usaha yang memiliki unit usaha terbesar di Kota Bogor
adalah industri makanan yaitu dengan jumlah 15 unit usaha untuk skala menengah
dan besar, dan 1.194 untuk usaha kecil formal dan informal pada tahun 2007.
Karakteristik khusus dari makanan (masa pemakaian produk yang singkat) dan
kekhasan dalam selera membuat UKM makanan dapat terus berproduksi dalam
1
Antara. 2008. Dinas Koperasi Genjot Kemampuan Pemasaran UKM.
http://www.republika.co.id/online_detail.asp?id=323108&kat_id=23 (diakses 13 Februari 2008)
4
jangka panjang. Jumlah penduduk Kota Bogor yang besar yaitu 879.138 jiwa
dengan jumlah rumah tangga sebesar 194.357 rumah tangga pada tahun 2006
(BPS Kota Bogor, 2007) merupakan peluang pasar yang baik untuk industri
makanan karena jumlah penduduk yang besar membuat kebutuhan akan pangan
pun semakin besar.
Salah satu alternatif pangan yang dapat diusahakan oleh UKM adalah
cokelat. Cokelat dihasilkan melalui serangkaian proses pengolahan biji kakao
sehingga bentuk dan aromanya seperti yang terdapat di pasaran. Kakao
merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang peranannya cukup
penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja,
sumber pendapatan dan devisa negara. Di samping itu kakao juga berperan dalam
mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri. Pada tahun
2002, perkebunan kakao telah menyediakan lapangan kerja dan sumber
pendapatan bagi sekitar 900 ribu kepala keluarga petani yang sebagian besar
berada di Kawasan Timur Indonesia (KTI) serta memberikan sumbangan devisa
terbesar ketiga subsektor perkebunan setelah karet dan minyak sawit dengan nilai
sebesar US $ 701 juta (Departemen Perindustrian, 2007).
Pada tahun 2006, Indonesia menjadi negara penghasil kakao terbesar
ketiga di dunia (470 ribu ton) setelah Pantai Gading (1,387 ribu ton) dan Ghana
(741 ribu ton) (International Cocoa Organization (ICCO), 2007). Biji kakao
produksi Indonesia di ekspor dalam bentuk biji 365 ribu ton dan sisanya diolah di
dalam negeri (Departemen Perindustrian, 2007).
Produksi kakao dalam negeri umumnya dikonsumsi langsung oleh industri
pengolahan kakao setengah jadi yang memproduksi kakao butter, kakao cake,
5
liquor (cair), dan bubuk kakao. Kakao setengah jadi tersebut kemudian digunakan
oleh industri makanan yang pada tahun 2004 didominasi pemakaiannya oleh
industri cokelat yaitu sebesar 43,4 persen yang diikuti oleh industri es krim (20
persen), dan industri roti (16,3 persen). Sisanya diserap oleh industri susu (6
persen), kembang gula (5,1 persen), biskuit (4,2 persen), dan industri lainnya (5
persen) (Departemen Perindustrian, 2006).
Data tersebut memberikan informasi bahwa industri cokelat merupakan
industri yang paling banyak menggunakan bahan baku kakao olahan setengah
jadi. Namun informasi lain menyebutkan bahwa konsumsi cokelat masyarakat
Indonesia masih sangat rendah yaitu hanya 0,5 kg/kapita/tahun2 dibandingkan
dengan konsumsi cokelat masyarakat Eropa yang pada tahun 2003 saja telah
mencapai
1,87
kg/kapita/tahun
terutama
Belgia
yang
mencapai
5,34
kg/kapita/tahun3.
Pada tahun 2005, pemerintah dalam hal ini adalah Departemen
Perindustrian (2005) sudah mulai memperhatikan masalah rendahnya tingkat
konsumsi cokelat masyarakat Indonesia yaitu dengan mengeluarkan Kebijakan
Pengembangan Industri Nasional (KPIN) 2005-2025. Dalam kebijakan tersebut
ditetapkan industri pengolahan kakao dan cokelat merupakan salah satu industri
makanan dan minuman yang akan dikembangkan dalam jangka menengah (2005–
2009) dan jangka panjang (2010–2025) dengan salah satu sasaran jangka
menengahnya adalah dapat meningkatkan konsumsi cokelat masyarakat. Dalam
2
3
Departemen Perindustrian dan Perdagangan Agro Jawa Barat. 2007. Menggali Potensi Cokelat
Di Jawa Barat. http://indag.indagagro-jabar.com/main.php?mm=buletind&ID_Buletin=15
(diakses 14 Mei 2008)
Herman. 2004. Kakao Indonesia Dikancah Perkakaoan Dunia.
http://www.ipard.com/art_perkebun/nov5-04_her-I.asp (diakses 21 November 2007).
6
pengembangan tersebut termasuk industri inti (industri pengolahan kakao dan
industri cokelat), industri pendukung (industri kakao, industri bahan tambahan
makanan, industri mesin dan peralatan, industri kertas, industri plastik, dan
industri logam bahan kimia), dan industri terkait (industri makanan dan minuman
berbahan baku cokelat, industri kosmetik, dan obat-obatan).
Perusahaan yang tergabung dalam industri pengolahan kakao dan cokelat
tidak hanya perusahaan-perusahaan besar yang memproduksi cokelat yang kini
banyak beredar di pasaran. Toko-toko cokelat kecil seperti usaha kecil dan
menengah (UKM) yang menjalankan usaha makanan yang berbahan baku cokelat
juga merupakan bagian dari industri ini yang harus dikembangkan. Hal ini
didukung oleh pernyataan dari Departemen Perindustrian (2007) bahwa
pemerintah perlu mendorong terbentuknya usaha-usaha industri cokelat skala
UKM dan pemasarannya yang efisien. Melalui UKM, pemerintah dalam usahanya
untuk meningkatkan konsumsi cokelat masyarakat Indonesia dapat menjangkau
masyarakat dengan pendapatan ekonomi rendah dan menengah mengingat bahwa
kedudukan cokelat dalam masyarakat masih dianggap sebagai barang yang mahal
dan eksklusif.
UKM di Kota Bogor yang bergerak dalam industri makanan berbahan
baku cokelat dan mendapat mendapat dukungan dari Disperindagkop Kota Bogor
adalah perusahaan Waroeng Cokelat. Waroeng Cokelat merupakan UKM
unggulan binaan Disperindagkop Kota Bogor dalam industri makanan selain
Edy s Bakery (roti) dan Elsari (brownies).
7
1.2
Perumusan Masalah
Waroeng Cokelat merupakan salah satu UKM unggulan binaan
Disperindagkop Kota Bogor dalam industri makanan yang bergerak dalam bidang
produksi dan perdagangan produk berbahan baku cokelat. Produk yang dihasilkan
dikelompokkan ke dalam dua jenis yaitu candy (pralin) cokelat dan cookies (kue
kering) cokelat. Berdasarkan data yang diperoleh dari perusahaan Waroeng
Cokelat, ternyata nilai penjualan cookies cokelat lebih besar dibandingkan dengan
penjualan candy cokelat. Hal ini dapat terlihat dari jumlah cokelat batangan
sebagai bahan baku yang digunakan dalam pembuatan cookies cokelat lebih besar
dibandingkan dengan jumlah cokelat batangan yang digunakan dalam pembuatan
permen cokelat dari tahun 2003 hingga 2007 (Tabel 2).
Tabel 2 Jumlah Cokelat Batangan yang Digunakan Dalam Pembuatan
Permen dan Cookies Cokelat
Tahun
2003
2004
2005
2006
2007
Cokelat Batangan yang Digunakan (kg)
Candy Cokelat
Cookies Cokelat
15
62
26
137
50
150
72
167
214
600
Cookies cokelat merupakan produk yang ditawarkan oleh Waroeng
Cokelat terutama pada hari raya Idul Fitri. Pada hari raya Idul Fitri tanpa cookies
yang menghiasi meja ruang tamu, seakan merupakan pemandangan yang tidak
biasa. Kehadiran cookies-cookies itu saat merayakan Idul Fitri, memang sudah
menjadi tradisi yang kuat di masyarakat kita, baik untuk menyambut keluarga
yang berkunjung maupun untuk dikonsumsi sendiri. Maka, pada hari-hari
menjelang datangnya hari besar keagamaan itu, kebutuhan masyarakat terhadap
8
aneka cookies menjadi tinggi. Hal ini kemudian menjadi suatu peluang Waroeng
Cokelat untuk memasarkan cookies cokelat pada saat hari raya Idul Fitri.
Dari tahun 2003 sampai tahun 2007, penjualan cookies cokelat Waroeng
Cokelat terus meningkat. Peningkatan penjualan ini membuktikan bahwa
permintaan terhadap produk ini terus meningkat. Peningkatan tersebut dapat
dilihat dalam Tabel 3. Penjualan pada saat hari raya Idul Fitri memberikan
konstribusi yang sangat besar terhadap jumlah penjualan cookies cokelat tersebut
dibandingkan hari-hari selain Idul Fitri.
Tabel 3 Perkembangan Penjualan Cookies Cokelat Waroeng Cokelat dari
Tahun 2003-2007
Tahun
2003
2004
2005
2006
2007
Penjualan Cookies Cokelat (Rp)
Selain Idul Fitri
4.480.000
16.800.000
42.000.000
Saat Idul Fitri
17.600.000
36.000.000
56.000.000
79.200.000
210.000.000
Karakteristik bisnis di bidang cookies memang cenderung siklikal atau
musiman. Artinya, produk ini banyak dikonsumsi oleh sebagian masyarakat pada
saat hari raya. Oleh sebab itu, pada musim tersebut banyak bermunculan penjualpenjual cookies yang menawarkan cookies mereka ke pasar sehingga
menimbulkan persaingan yang ketat di antara pengusaha cookies. Bukan hanya
pengusaha yang menjual cookies setiap hari tetapi juga pengusaha makanan jenis
lain yang ikut memproduksi cookies. Hal ini terjadi karena pembuatan cookies
sangat mudah sehingga dapat ditiru oleh semua orang termasuk juga produk yang
dihasilkan oleh Waroeng Cokelat. Cepat atau lambat pihak Waroeng Cokelat
percaya bahwa cookies cokelat buatannya akan ditiru oleh pihak lain. Sehingga,
meskipun pasarnya sangat besar, untuk berhasil dalam bisnis cookies cokelat Idul
9
Fitri, tetap saja dibutuhkan suatu strategi pemasaran yang tepat agar dapat
mempertahankan konsumen yang ada saat ini dengan memberikan produk yang
sesuai dengan keinginan konsumen karena konsumen merupakan sasaran
perusahaan dalam menjalankan strategi pemasaran.
Untuk dapat mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumen, maka pihak
perusahaan perlu melakukan analisis pasar yang selama ini menurut Baga (2006)
tidak pernah dilakukan oleh UKM. Salah satu analisis pasar yang dapat dilakukan
adalah dengan analisis perilaku konsumen karena menurut Kotler (2005),
konsumen saat ini lebih cerdas, lebih sadar harga, dan lebih menuntut kualitas
yang akan diperoleh dalam memaksimalkan kepuasannya.
Setiap konsumen memiliki karakteristik berbeda yang akan mempengaruhi
perilaku pembelian mereka. Konsumen pun akan membentuk sikap yang berbeda
terhadap cookies cokelat Waroeng Cokelat berdasarkan pengalaman yang sudah
mereka dapatkan ketika mengkonsumsi produk tersebut. Sikap konsumen
mencerminkan rasa suka atau tidak suka terhadap cookies cokelat Waroeng
Cokelat. Rasa suka atau tidak suka konsumen akan mempengaruhi keputusan
konsumen dalam melakukan pembelian selanjutnya. Dari pembelian tersebut
konsumen akan merasakan kepuasan atau ketidakpuasan terhadap cookies cokelat
Waroeng Cokelat.
Berdasarkan uraian di atas maka dalam penelitian ini dirumuskan beberapa
masalah, yaitu:
1. Bagaimana karakteristik umum dan proses keputusan pembelian konsumen
cookies cokelat Waroeng Cokelat pada saat hari raya Idul Fitri?
10
2. Bagaimana sikap dan tingkat kepuasan konsumen berdasarkan penilaiannya
terhadap terhadap tingkat kepentingan dan kinerja dari atribut cookies cokelat
Waroeng Cokelat?
3. Bagaimana alternatif bauran pemasaran yang sesuai berdasarkan perilaku
konsumen cookies cokelat Waroeng Cokelat pada saat hari raya Idul Fitri?
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini berdasarkan perumusan masalah di atas, yaitu:
1. Mendeskripsikan karakteristik umum dan proses keputusan pembelian
konsumen cookies cokelat Waroeng Cokelat pada saat hari raya Idul Fitri.
2. Menganalisis sikap dan tingkat kepuasan konsumen berdasarkan penilaiannya
terhadap terhadap tingkat kepentingan dan kinerja dari atribut cookies cokelat
Waroeng Cokelat.
3. Merumuskan alternatif bauran pemasaran yang sesuai berdasarkan perilaku
konsumen cookies cokelat Waroeng Cokelat pada saat hari raya Idul Fitri.
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Waroeng Cokelat, sebagai sumber informasi dan bahan pertimbangan
dalam pengambilan keputusan yang bermanfaat dalam membentuk strategi
pemasaran untuk mengahadapi pasar di Bogor.
2. Bagi peneliti, sebagai sarana pengembangan wawasan dan wadah latihan dalam
memahami serta menerapkan teori-teori ilmu yang telah diperoleh selama di
bangku kuliah, khususnya tentang periaku konsumen. Bagi peneliti lain,
sebagai referensi dan studi perbandingan untuk penelitian selanjutnya.
11
3. Bagi pembaca, sebagai informasi mengenai perilaku konsumen UKM yang
bergerak dalam makanan berbahan baku cokelat khususnya Waroeng Cokelat.
1.5
Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian
Penelitian dibatasi hanya untuk konsumen cookies cokelat Waroeng
Cokelat yang berada di Kota Bogor, karena Kota Bogor merupakan tempat
Waroeng Cokelat berada dan memiliki potensi untuk meningkatkan penjualan
cookies cokelatnya. Pada penelitian ini hanya dibahas mengenai perilaku
konsumen pada saat hari raya Idul Fitri yang meliputi proses pengambilan
keputusan konsumen, sikap, dan kepuasannya dengan tidak melakukan
pembandingan terhadap cookies cokelat merek lain.
12
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008
tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, yang dimaksud dengan usaha mikro
adalah usaha yang memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300 juta.
UU tersebut juga menyatakan bahwa yang dimaksud dengan usaha kecil adalah
usaha yang memiliki hasil penjualan tahunan antara Rp300 juta sampai dengan
Rp2,5 milyar. Sedangkan usaha menengah adalah usaha yang memiliki hasil
penjualan tahunan antara Rp2,5 milyar sampai dengan Rp50 milyar.
BPS juga memberikan definisi berbeda tentang Industri Kecil dan
Menengah (IKM) yaitu berdasarkan jumlah tenaga kerja. Menurut BPS, yang
disebut sebagai industri kecil adalah unit usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja
sebanyak lima sampai sembilan orang. Industri menengah yaitu usaha yang
memiliki jumlah tenaga kerja sebanyak 20 sampai 99 orang. Sedangkan Usaha
yang memiliki jumlah tenaga kerja di bawah tiga orang termasuk tenaga kerja
yang tidak dibayar disebut sebagai industri rumah tangga.
Meskipun merupakan kegiatan usaha kecil dan menengah, peran usaha ini
dalam perekonomian Indonesia sangat penting. Menurut Wie (2001), IKM
merupakan sarana yang baik bagi penciptaan lapangan kerja yang produktif,
karena proses produksi dalam IKM umumnya bersifat lebih padat karya
dibandingkan proses produksi dalam industri-industri besar. Di samping itu,
sektor IKM juga dapat memberikan sumbangan besar kepada pembentukan
modal, pengembangan kewirausahaan, dan penciptaan lapangan kerja nonpertanian (off farm employment) di pedesaan.
13
Wibowo, Murdinah, dan Fawzya (2002) menyatakan bahwa usaha kecil
memiliki srategi tersendiri dengan membuat produk khusus, unik, dan spesial agar
tidak bersaing dengan usaha besar. Selain itu, karena kecilnya usaha, perusahaan
kecil umumnya mempunyai daerah pemasaran yang tidak terlalu jauh sehingga
perilaku konsumennya dapat dipahami benar. Komunikasi yang dilakukan dengan
konsumen pun berjalan cepat dan seringkali langsung kepada pemilik. Hal ini
menyebabkan usaha-usaha kecil meskipun modal yang dimiliki tidak besar namun
bersifat luwes dan dapat memicu terciptanya inovasi-inovasi.
Kementrian Negara Koperasi dan UKM (2007) menyebutkan bahwa peran
koperasi, usaha kecil dan menengah dalam perekonomian Indonesia paling tidak
dapat dilihat dari: kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi
di berbagai sektor, penyedia lapangan kerja yang terbesar, pemain penting dalam
pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat, pencipta
pasar baru dan sumber inovasi, serta sumbangannya dalam menjaga neraca
pembayaran melalui kegiatan ekspor.
Namun demikian UKM masih memiliki kinerja yang perlu ditingkatkan,
antara lain: tingkat produktivitas usaha dan produktivitas tenaga kerja relatif
rendah, nilai tambah produk rendah, pangsa pasar di dalam negeri dan ekspor
rendah, jumlah investasi rendah, jangkauan pasar terbatas, akses informasi rendah,
jaringan usaha terbatas, pemanfatan teknologi masih sangat terbatas, permodalan
dan akses pembiayaan terbatas, kualitas SDM terbatas, dan manajemen yang
umumnya belum profesional. Secara keseluruhan hal ini telah melemahkan peran
dan kemampuan bersaing UKM dibanding pelaku usaha besar.
14
2.2
Cokelat
Cokelat dihasilkan melalui serangkaian proses pengolahan biji kakao. Biji
kakao berasal dari tanaman kakao (Theobroma cacao) yang tumbuh hanya di
daerah tropis. Tanaman ini berasal dari Meksiko (Amerika Selatan). Dalam
bahasa Yunani, theobroma berarti makanan para dewa. Dalam kebudayaan Meso
Amerika, biji kakao bernilai sangat tinggi sehingga dijadikan sebagai mata uang4.
Cokelat digunakan pertama kali sebagai campuran dalam makanan
minuman oleh penduduk Maya dan Aztek di Amerika Selatan. Pada pertengahan
abad XVI, cokelat pun mulai dikenal oleh bangsa Spanyol yang pada awalnya
mereka pun tidak tahu bahwa cokelat bisa dimakan. Hingga suatu ketika di masa
itu, penjelajah Spanyol, Hernando Cortez, bersama anak buahnya merasa tertarik
dengan tradisi salah satu pemimpin bangsa Aztek yang bernama Montezuma
meminum “xocalat”. Minuman xocalat terbuat dari campuran lumatan biji
cokelat dan air dingin. Montezuma meminum cairan cokelat pahit itu dari cawan
emas khusus sebanyak beberapa kali dalam sehari. Kemudian Orang Spanyol
meniru dengan mencampurnya bersama hazelnut, almond, maupun kayu manis.
Setelah itu, cokelat semakin populer di Amerika Utara, Afrika, hingga Asia 5.
Awalnya, semua cokelat hanya dikonsumsi sebagai minuman hingga pada
tahun 1847 ditemukanlah cokelat padat atau diolah menjadi berbagai jenis
panganan cokelat6. Hingga saat ini, perkembangan makanan dan minuman yang
terbuat dari cokelat sangat luar biasa. Mulai dari white chocolate, milk cocholate,
dark chocolate sampai makanan sejenis kue. White chocolate merupakan jenis
4
5
6
Cokelat: Nikmat dan Bermanfaat. http://www.ot.co.id/research_life_Cokelat_Nikmat.html
(diakses 21 November 2007)
Sejarah Ditemukannya Cokelat. http://urien.tblog.com/post/1969869854 - 22k - (diakses 11
Desember 2007)
Cokelat. http://www.wikipedia.org.id (diakses 11 Desember 2007)
15
cokelat yang mengandung 20% cocoa butter, 14% susu, dan 55% pemanis, dan
vanili. White chocolate tidak mengandung cokelat padat. Milk cocholate terbuat
dari kombinasi cairan cokelat, cocoa butter, susu atau krim, dan pemanis.
Sedangkan dark chocolate mengandung minimal 43% cokelat7.
Cokelat mengandung banyak zat yang dapat bermanfaat bagi tubuh
seperti bahan aktif Theobromine yang dapat menimbulakan rasa nyaman bila
dikonsumsi dan tidak menyebabkan kecanduan. Makan cokelat tidak akan
menimbulkan kecanduan, tetapi bagi sebagian orang rasa cokelat yang enak
mungkin menyebabkan kerinduan untuk mengkonsumsinya kembali (chocolate
craving) baik karena aroma, manis-pahitnya, dan lain-lain. Hal ini juga sering
dikaitkan
dengan
kandungan
phenylethylamine
(suatu
substansi
mirip
amphetamine) yang dapat meningkatkan serapan triptofan ke dalam otak yang
kemudian pada gilirannya menghasilkan dopamine. Dampak dopamine adalah
muncul perasaan senang dan perbaikan suasana hati. Phenylethylamine juga
dianggap mempunyai khasiat aphrodisiac yang memunculkan perasaan seperti
orang sedang jatuh cinta8.
Cokelat juga mengandung antioksidan yang bernama flavonoids.
Flavonoids ini dapat menangkal efek buruk dari radikal bebas yang dapat
menghancurkan sel-sel dan jaringan tubuh. Selain itu, flavonoids yang terdapat
dalam cokelat juga dapat meningkatkan konsentrasi nitric oxide di dalam tubuh
yang akan memberikan kontribusi bagi kesehatan jantung karena nitric acid dapat
7
8
Semua tentang Cokelat.
http://www.indocookingclub.com/ic_forum/forum_komentar.htm?p=22&id=17 (diakses 11
Desember 2007)
Khomsan, Ali. 2003. Cokelat Baik untuk Jantung dan Suasana Hati.
http://www.sinarharapan.co.id/iptek/kesehatan/2003/0509/kes1.html (diakses 21 November
2007)
16
melenturkan lapisan dalam pembuluh-pembuluh darah9. Cokelat juga merupakan
sumber pangan yang kaya lemak, karbohidrat, protein, mineral (magnesium,
kalium, natrium, kalsium, besi, tembaga, dan fosfor), berbagai jenis flavonoid
(epikatekin, epigalokatekin, dan prosianidin), serta komponen bioaktif lainnya.
Persentase zat gizi yang terkandung dalam masing-masing jenis cokelat dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Persentase Zat Gizi Dalam Masing-Masing Jenis Cokelat
Persentase Zat Gizi (%)
Jenis
Protein
Lemak
Karbohidrat
Coklat Hitam
4
57
39
Coklat Susu
7
52
41
Coklat Putih
5
51
43
Sumber: Lembaga Koko Malaysia
Jenis
olahan
cokelat
saat
ini
bermacam-macam.
Mulai
dari
mengkombinasikannya dengan makanan dan minuman tradisional seperti surabi
cokelat, misoa cokelat, goyobod cokelat, awug cokelat, bandrek cokelat, bajigur
cokelat, atau keripik cokelat sampai makanan dan minuman berbahan cokelat
yang ditawarkan di toko, kafé atau restoran.
2.3
Cookies Cokelat
Cookies adalah kue kering manis berukuran relatif kecil. Cookies
digolongkan berdasarkan cara pencampuran dan resep yang dipakainya, dengan
adonan yang lunak, renyah, dan tekstur yang kurang padat. Dalam pembuatan
cookies diperlukan bahan pengikat dan pelembut. Bahan pengikat yang dimaksud
adalah tepung, air dan telur. Sedangkan gula, shortening, baking powder dan telur
adalah bahan pelembut (Matz dalam Kurnia, 2003). Cookies dibuat dengan
9
Dierks, Carrie. 1998. Cokelat: Dapat Membuat Jantung Anda Sehat?. Yulianto Mohsin,
penerjemah. Situs Web Kimia Indonesia (diakses 27 November 2007).
17
adonan yang lunak, berkadar lemak tinggi, memiliki kadar air yang rendah,
tekstur lebih lunak, memiliki rasa, bentuk, dan aroma yang beragam, dan bila
dipatahkan penampang potongannya bertekstur kurang padat (Anugerah, 2007)
Cookies cokelat adalah cookies dengan bahan baku cokelat. Cokelat yang
digunakan oleh Waroeng Cokelat adalah cokelat hitam, cokelat susu, dan cokelat
putih. Untuk membuat rasa yang beragam dilakukan juga penambahan dengan
bahan tambahan seperti kacang tanah, kurma, coco crunch, keju, sagu, dan lainlain.
2.4
Penelitian Terdahulu
2.4.1 Penelitian Tentang Cokelat
Yulianti (2007) menganalisis tentang Penetapan Harga Pokok dan Zona
Fleksibilitas Harga Meises Cokelat di PT G Bandung, Jawa Barat. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis penetapan harga pokok produksi (HPP) meises pada
PT G dengan memperhitungkan seluruh komponen biaya produksi, menganalisis
kisaran harga yang dapat diterima oleh pelanggan meises 818 Biru di Bandung,
dan menganalisis rentang harga optimum dari sisi PT G dan pelanggannya (zona
fleksibilitas harga) terhadap meises cokelat 818 Biru di Bandung. Alat analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode full costing untuk menentukan
harga pokok produksi dari posisi perusahaan sebagai cara untuk mengidentifikasi
OP (min) serta analisis sensitivitas harga sebagai alat untuk mengidentifikasi CP
(max). Dari keduanya diperoleh zona fleksibilitas untuk mendapatkan rentang
harga optimum dari sisi produsen dan konsumen. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa HPP yang dihitung berdasarkan metode full costing tahun 2006 lebih tinggi
daripada harga produk PT G, yaitu sebesar Rp 6.282 kg per kilogram atau Rp
18
78.530 per dus. Untuk hasil analisis sensitivitas harga didapatkan bahwa harga
ideal meises coklat 818 Biru per dus (12,5 kg) dengan jumlah pembelian kurang
dari 60 dus per pesanan adalah sebesar Rp 83.000 sampai dengan Rp 84.000 per
dus dan untuk jumlah pembelian lebih dari atau sama dengan 60 dus sebesar Rp
82.000 sampai dengan Rp 85.800 per dus. Dari hasil tersebut diperoleh zona
fleksibilitas terhadap pelanggan dengan jumlah pembelian kurang dari 60 dus per
pesanan berkisar antara Rp 81.671 sampai dengan Rp 86.000 dan untuk pembelian
lebih dari atau sama dengan 60 dus sebesar Rp 81.671 sampai dengan 85.800 per
dus. Harga ideal untuk seluruh pelanggan meises 818 Biru di Bandung adalah Rp
84.000.
Indriani (2005) meneliti tentang Proses Keputusan Pembelian Produk
Cokelat Di Kotamadya Bogor. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan
proses keputusan pembelian produk coklat oleh konsumen remaja dan dewasa di
Kotamadya Bogor dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi proses
keputusan pembelian coklat oleh konsumen dan remaja Kotamadya Bogor. Alat
analisis yang digunakan Endang adalah analisis deskriptif dan analisis persentase
terhadap skor maksimum. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa kalangan
remaja mengkonsumsi cokelat dengan alasan mempengaruhi suasana hati
sedangkan kalangan dewasa mengkonsumsi cokelat hanya sebagai makanan
selingan. Selain itu, para remaja lebih mementingkan rasa sebagai atribut dalam
memilih cokelat sedangkan orang dewasa lebih mementingkan merek. Namun,
para remaja dan dewasa pada umumnya lebih dipengaruhi oleh atribut produk
dalam membeli cokelat. Dari hasil penelitian juga didapatkan bahwa kedua
kalangan tersebut mendapatkan informasi dalam membeli cokelat berdasarkan
19
ingatan dan iklan atau rekomendasi, loyal terhadap merek tertentu dalam hal ini
merek Silverqueen, membeli secara mendadak, serta lebih memilih membeli
cokelat di swalayan.
Kurniawan (2004) meneliti mengenai Pengaruh Krisis Ekonomi Terhadap
Kinerja Keuangan Perusahaan Penghasil Bahan Baku Cokelat Dengan Metode
Economic Value Added (EVA) (Studi Kasus di PT Cahaya Kalbar). Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis pengaruh krisis ekonomi terhadap kondisi umum
keuangan perusahaan dan menganalisis pengaruh krisis ekonomi terhadap EVA
yang dihasilkan perusahaan. Dari hasil penelitian ditunjukkan bahwa krisis
ekonomi yang terjadi pada semester kedua tahun 1997 memberikan pengaruh
terhadap kondisi umum keuangan perusahaan. Pada saat memasuki periode krisis
ekonomi, laba yang dihasilkan perusahaan mulai mengalami penurunan yang
drastis, terutama untuk laba sebelum pajak, laba sebelum hak minoritas, dan laba
bersih yang masing-masing mengalami penurunan sebesar 35,9 persen
dibandingkan periode sebelum krisis ekonomi. Sedangkan dari hasil analisis
pengaruh krisis ekonomi terhadap EVA perusahaan didapatkan bahwa pada masa
periode krisis, nilai tambah perusahaan bernilai negatif hingga mencapai 2.429,5
persen.
2.4.2 Penelitian Mengenai Perilaku Konsumen
Laila (2008) menganalisis mengenai Proses Keputusan Pembelian dan
Evaluasi Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap Pembelian Roti Tawar Merek Le
Gitt di Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perilaku konsumen
terhadap tahap-tahap proses keputusan pembelian roti Le Gitt dan menganalisis
tingkat kepuasan terhadap pembelian roti Le Gitt dengan tujuan meningkatkan
20
kualitas roti Le Gitt yang sesuai dengan harapan konsumen. Alat analisis yang
digunakan adalah analisis tabulasi deksriptif untuk mengidentifikasi profil
pelanggan serta Importance Performance Analysis untuk mengetahui tingkat
kepuasan pelanggan. Dari hasil analisis deskriptif diketahui bahwa responden
yang mengkonsumsi roti Le Gitt semuanya adalah wanita dan sebagian besar telah
menikah dengan latar belakang pendidikan Sarjana, pekerjaan sebagai ibu rumah
tangga, dan berpendapatan rumah tangga di atas Rp 5 juta. Dari hasil analisis
tingkat kepuasan menggunakan IPA diperoleh hasil bahwa atribut warna roti dan
harga merupakan prioritas utama yang harus ditingkatkan. Atribut yang harus
dipertahankan adalah rasa, kelembutan roti, pencantuman izin Depkes pada
kemasan, pencantuman tanda halal pada kemasan, pencantuman tanggal
kadaluarsa, serta kemudahan dalam memperoleh produk. Saran yang diberikan
untuk pihak perusahaan adalah meningkatkan atribut-atribut yang masih harus
ditingkatkan, yaitu warna dan harga roti serta mempertahankan atribut-atribut
yang harus dipertahankan. Selain itu perusahaan juga sebaiknya mencantumkan
tingkat komposisi pada kemasan agar konsumen mengetahui kandungan gizi roti.
Arfianto (2007) melakukan penelitian mengenai Perilaku Konsumen
Terhadap Keberadaan Biskuit Merek Pengikut di Kota Bogor. Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik konsumen biskuit di Kecamatan
Bogor Tengah, menganalisis proses keputusan pembelian terhadap biskuit,
mengukur persepsi konsumen terhadap merek bskuit OREO dan RODEO,
menganalisis keunggulan bersaing kedua merek biskuit, preferensi konsumen
terhadap biskuit serta tingkat kepuasan konsumen terhadap kedua merek bskuit
tersebut, serta menganalisis korelasi antara karakteristik responden dengan sikap
21
responden terhadap biskuit. Alat yang digunakan adalah Cochran Test,
Deskriptive Analysis, Analisis Multiatribut Fishbein, Perceive Analysis, Analisis
Tingkat Kesenjangan (Gap), dan Uji Chi Square. Hasil yang diperoleh terlihat
bahwa kinerja biskuit OREO menunjukkan angka yang positif pada atribut rasa,
kemasan, label halal, dan tekstur/kesegaran. Atribut yang mempunyai nilai
kualitas persepsi tertinggi adalah label halal. Untuk biskuit RODEO, hanya atribut
valume dan harga biskuit yang bernilai positif. RODEO mempunyai keunggulan
bersaing dalam hal harga. Untuk OREO mempunyai keunggulan bersaing dalam
hal label halal, kemasan, rasa, dan tekstur/kesegaran.
Yanuarti (2007) menganalisis mengenai Perilaku Konsumen Produk
Dodol Picnic dan Implikasinya Terhadap Strategi Pemasaran pada PT Herlinah
Cipta Pratama. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik umum
dan proses keputusan pembelian konsumen dodol Picnic, menganalisis penilaian
konsumen terhadap atribut dodol Picnic, menganalisis penilaian konsumen
terhadap tingkat kepentingan dan kinerja, atribut produk dodol Picnic, dan
menyusun rekomendasi kebijakan pemasaran berdasarkan perilaku konsumen
dodol Picnic. Teknik pengolahan dan analisis data menggunakan tabulasi
deskriptif, model sikap multiatribut Fishbein, dan Importance Performance
Analysis (IPA). Responden dodol Picnic sebagian besar adalah wanita, berumur
antara 30-39 tahun, sebagian besar berstatus sudah menikah. Mayoritas responden
Suku Sunda, berpendidikan sarjana, mempunyai pekerjaan sebagai ibu rumah
tangga, dengan pendapatan antara Rp 1.500.000 – Rp 2.500.000. Hasil analisis
sikap multiatribut Fishbein menunjukkan bahwa responden memberikan nilai
yang tinggi pada atribut label halal, kejelasan tanggal kadaluarsa, merek, izin
22
Depkes, dan rasa. Responden memberikan nilai yang rendah pada atribut harga.
Hasil IPA menunjukkan bahwa atribut dodol Picnic yang masuk pada kuadran I
adalah atribut isi. Rekomendasi kebijakan pemasaran, untuk produk diperlukan
perbaikan atribut isi dengan cara menambah jumlah isi dodol Picnic per kemasan.
Pinem (2006) melakukan penelitian mengeni Sikap dan Harapan
Konsumen Terhadap Air Minum Beroksigen dengan Kasus Supermarket di Kota
Bogor. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik konsumen
air minum beroksigen, menganalisis bauran pemasaran air minum beroksigen,
serta membuat alternatif strategi pemasaran melalui kinerja perusahaan dan
harapan konsumen. Alat analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk
mengidentifikasi karakteristik konsumen air minum beroksigen dan menganalisis
bauran pemasaran serta Importance Permorfance Analysis (IPA) untuk
menganalisis kinerja perusahaan dan harapan konsumen. Dari hasil penelitian
diperoleh bahwa karakteristik terbanyak konsumen air minum beroksigen adalah
wanita (71 persen), berstatus menikah (60 persen), pegawai swasta (76 persen),
tingkat pendidikan sarjana (57 persen), berpendapatan Rp 1.000.000 – Rp
1.500.000 (26 persen), berusia 21 – 30 tahun (61 persen), serta merupakan suku
Sunda (40 persen). Berdasarkan hasil IPA terhadap dua merek yaitu Cleo dan
Super O2 didapatkan bahwa Cleo harus meningkatkan kinerja atribut kesegaran,
komposisi, harga, dan harga promosi; mempertahankan prestasi ukuran kemasan,
badan izin Depkes, tanggal kadaluwarsa, dan ketersediaan produk; serta
memprioritaskan rendah atribut cara meminum, pencantuman kode produksi, rasa,
aroma, dan iklan. Sedangkan merek super O2 harus meningkatkan kinerja atribut
logo halal, harga, kejernihan, dan ketersediaan produk; mempertahankan prestasi
23
kesegaran, warna label, badan izin Depkes, tanggal kadaluwarsa, kode produksi,
dan komposisi; serta memprioritaskan rendah atribut cara meminum dan harga
promosi
Sahertian (2006) menganalisis tentang Sikap Konsumen dan Rentang
Harga Pada Keputusan Pembelian Beras Organik Amani. Penelitian ini memiliki
tujuan menganalisis karakteristik serta keputusan pembelian konsumen beras
organik Amani, menganalisis sikap reponden terhadap atribut beras organik
Amani dibandingkan beras merek lain, menganalisis rentang harga beras organik
Amani yang wajar menurut responden, serta implikasi manajerial bagi PT Amani
Mastra dalam pemasaran produk beras organik berdasarkan respon responden.
Alat analisis yang digunakan adalah analisis deksriptif untuk menganalisis
karakteristik dan proses keputusan pembelian beras organik secara umum, analisis
Fishbein untuk menganalisis sikap konsumen terhadap produk beras organik, dan
analisis sensitivitas harga untuk melihat rentang harga yang wajar terhadap
produk beras organik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik
konsumen beras organik Amani adalah orang berusia 31-41 tahun, memiliki
jumlah penghuni rumah tangga sebanyak 3-4 orang, berpengeluaran Rp 3,5 juta
hingga Rp 5,5 juta, berpengeluaran beras organik per bulan sebesar Rp 250 ribu
hingga Rp 350 ribu, tingkat pendidikan sarjana, pekerjaan ibu rumah tangga, dan
berasal dari suku Jawa. Selain itu, dalam membeli beras organik, konsumen
beralasan bahwa beras organik baik untuk kesehatan, mendapat informasi dari
tema atau kerabat, mengutamakan variable kualitas produk, rasa, aroma, dan daya
tahan dalam membeli beras organik, membeli secara rutin dan direncanakan
sebanyak 4-5 kali sebulan dan berminat melakukan pembelian kembali. Dalam
24
analisis sikap Fishbein ditunjukkan bahwa konsumen lebih menyukai beras
organik Amani dibandingkan dengan beras impor dan beras lokal dengan
interpretasi penilaian konsumen baik pada ketiga jenis beras tersebut. Dan hasil
analisis sensitivitas harga menunjukkan bahwa harga tingkat terendah (MEP)
untuk beras organik Amani sebesar Rp 7.899, tingkat murah (IPP) sebesar Rp
8.525, tingkat harga optimum sebesar Rp 9.124 dan harga tertinggi (MEP) sebesar
Rp 9.850, hingga tingkat harga wajar bagi konsumen sebesar Rp 8.525 sampai
dengan Rp 9.124.
Berdasarkan pada studi penelitian terdahulu tentang cokelat, penelitian
mengenai cokelat masih sangat sedikit. Namun penelitian mengenai perilaku
konsumen terhadap produk sudah banyak dilakukan. Berdasarkan penelitian
terdahulu mengenai perilaku konsumen terhadap produk, penelitian ini memiliki
persamaan dalam
penggunaan alat analisis yaitu menggunakan Analisa
Multiatribut Fishbein dan Importance Performance Analysis (IPA). Perbedaannya
dengan penelitian terdahulu adalah adanya penambahan alat analisis Customer
Satisfaction Index (CSI) untuk mengukur kepuasan pelanggan dan dilakukan pada
objek yang berbeda yaitu Cookies Cokelat Waroeng Cokelat sehingga hasil dan
manfaat yang diperoleh juga akan berbeda.
25
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1 Konsumen Rumah Tangga
Pengertian konsumen menurut Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen adalah setiap orang
pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi
kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan
tidak untuk diperdagangkan.
Berdasarkan penggunaan produknya, terdapat dua jenis konsumen yaitu
konsumen akhir dan konsumen organisasi. Konsumen akhir membeli barang dan
jasa yang langsung digunakan untuk kepentingan individu, baik dikonsumsi
sendiri, keluarga, ataupun sebagai hadiah untuk orang lain. Konsumen akhir dapat
langsung mempengaruhi kemajuan dan kemunduran perusahaan karena sebaik
apapun produk yang dihasilkan oleh perusahaan jika tidak disukai dan dibeli
konsumen tidak akan ada artinya. Tanpa konsumen akhir, barang atau jasa yang
dihasilkan oleh perusahaan tidak akan dapat laku terjual.
Rumah tangga termasuk kedalam konsumen akhir. Rumah tangga
merupakan seseorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau
seluruh bangunan fisik, dan biasanya tinggal bersama serta makan dari satu dapur
(BPS Kota Bogor, 2007). Sedangkan menurut Lipsey et al. (1995), rumah tangga
adalah semua orang yang bertempat tinggal di bawah satu atap dan membuat
keputusan keuangan bersama atau yang menyebabkan pihak lain mengambil
keputusan keuangan bagi mereka.
26
Anggota rumah tangga seringkali disebut sebagai konsumen karena
mereka membeli dan mengkonsumsi sebagian besar barang dan jasa. Para pakar
ekonomi mengasumsikan bahwa setiap rumah tangga mengambil keputusan yang
konsisten, seolah-olah rumah tangga tersebut hanya terdiri dari satu orang.
Konsumen rumah tangga memiliki keragaman karakteristik yang menarik untuk
dipelajari karena meliputi seluruh rumah tangga dari berbagai agama, pendapatan,
jumlah anggota rumah tangga, dan keadaan sosial ekonomi lainnya (Sumarwan,
2003).
3.1.2 Perilaku Konsumen
Banyak ahli yang berpendapat tentang pengertian perilaku konsumen.
Engel, Blackweel, dan Winiard (1994) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai
tindakan konsumen yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi,
dan menghabiskan produk atau jasa termasuk proses keputusan yang mendahului
dan mengikuti tindakan ini. Perilaku konsumen selalu berubah dan bergerak
sepanjang waktu dan secara general biasanya terbatas untuk jangka waktu
tertentu, produk, grup atau individu tertentu. Perilaku konsumen adalah aktivitasaktivitas individu dalam pencarian, pengevaluasian, pemerolehan, pengonsumsi,
dan penghentian pemakaian barang dan jasa. Perilaku konsumen juga diartikan
studi mengenai proses-proses yang terjadi saat individu atau kelompok
penyeleksi, membeli, menggunakan, atau menghentikan pemakaian produk, jasa,
ide, atau pengalaman dalam rangka memuaskan keinginan dan hasrat tertentu10.
10
Kurnia, Ahmad. 2008. Konsumen dan Kepuasannya.
http://elqorni.wordpress.com/2008/05/03/strategi-pemasaran/ (diakses 14 Mei 2008)
27
3.1.3 Proses Keputusan Pembelian
Menurut Kotler (2005) para konsumen melewati lima tahapan proses
keputusan pembelian, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi
alternatif, keputusan pembelian, dan evaluasi pascapembelian (Gambar 1). Model
dalam Gambar 1 menunjukkan bahwa para konsumen harus melewati seluruh
lima urutan tahap ketika membeli produk, namun pada kenyataannya tidak selalu
seperti itu.
Pengenalan
Kebutuhan
Pencarian
Informasi
Evaluasi
Alternatif
Keputusan
Pembelian
Evaluasi
Pascapembelian
Gambar 1 Tahap-tahap Proses Keputusan Pembelian
Sumber : Engel, Blackweel dan Miniard (1994)
3.1.3.1 Pengenalan Kebutuhan
Menurut Kotler (2005), proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali
sebuah masalah atau kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat timbul oleh rangsangan
internal atau eksternal. Rangsangan internal terjadi ketika konsumen merasa
bahwa kebutuhan umum seperti lapar dan haus mencapai ambang batas tertentu
dan mulai menjadi pendorong. Sedangkan rangsangan eksternal timbul dari
penampilan produk atau pengaruh orang lain.
Pemasar perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan tertentu.
Dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen, pemasar dapat
mengidentifikasi rangsangan yang paling sering membangkitkan minat akan suatu
kategori produk. Pemasar kemudian dapat mengembangkan strategi pemasaran
yang memicu minat konsumen.
28
Pengenalan kebutuhan menurut Engel, Blackweel dan Miniard (1994)
adalah suatu persepsi atas perbedaan antara keadaan yang diinginkan dengan
situasi aktual yang memadai untuk menggugah dan mengaktifkan proses
kebutuhan. Ketika ketidaksesuaian yang ada melebihi tingkat atau ambang
tertentu, kebutuhan pun dikenali. Sebaliknya, jika ketidaksesuaian di bawah
tingkat ambang, maka pengenalan kebutuhan tidak terjadi.
3.1.3.2 Pencarian Informasi
Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari
informasi
yang
lebih
banyak.
Engel,
Blackweel dan Miniard (1994)
mendefinisikan pencarian informasi adalah aktivitas yang termotivasi dari
pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan jangka panjang.
Pencarian informasi dapat bersifat internal dan eksternal. Pencarian
internal tidak lebih daripada peneropongan ingatan untuk melihat pengetahuan
yang relevan dengan keputusan yang tersimpan di dalam ingatan jangka panjang
atau dari pengalaman pemakaian sebelumnya. Sedangkan pencarian eksternal
merupakan pencarian informasi secara aktif seperti bertanya kepada teman,
keluarga, dan kenalan, mengunjungi toko untuk mempelajari produk, atau mencari
bahan bacaan seperti media masaa.
Kotler (2005) mengatakan bahwa yang menjadi perhatian utama pemasar
adalah sumber-sumber informasi utama yang menjadi acuan konsumen dan
pengaruh relatif tiap sumber tersebut terhadap keputusan pembelian selanjutnya.
Sumber informasi konsumen digolongkan ke dalam empat kelompok, yaitu :
1. Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga, kenalan.
2. Sumber komersial : iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, pajangan di toko.
29
3. Sumber publik : media massa, organisasi penentu peringkat konsumen.
4. Sumber pengalaman : penanganan, pengkajian, dan pemakaian produk.
Jumlah dan pengaruh relatif sumber-sumber informasi itu berbeda-beda
tergantung pada kategori produk dan karakteristik konsumen. Secara umum,
konsumen mendapatkan sebagian besar informasi tentang suatu produk dari
sumber komersial yaitu, sumber yang didominasi oleh pemasar. Namun, informasi
yang paling efektif adalah berasal dari sumber pribadi.
3.1.3.3 Evaluasi Alternatif
Engel, Blackweel dan Miniard (1994) mendefinisikan evaluasi alternatif
sebagai proses dimana suatu alternatif pilihan dievaluasi dan dipilih untuk
memenuhi kebutuhan konsumen. Terdapat empat komponen dasar dalam proses
evaluasi alternatif yaitu konsumen menentukan kriteria evaluasi, menentukan
alternatif pilihan, menilai kinerja alternatif, dan menerapkan kaidah keputusan.
Kotler (2005) memberikan beberapa konsep dasar untuk memahami proses
evaluasi konsumen: pertama, konsumen berusaha untuk memenuhi suatu
kebutuhan; kedua, konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk; dan
ketiga konsumen memandang masing-masing produk sebagai sekumpulan atribut
dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang
digunakan untuk memuaskan kebutuhan itu. Para konsumen akan memiliki sikap
yang berbeda-beda dalam memandang berbagai atribut yang dianggap relevan dan
penting.
30
3.1.3.4 Pembelian
Pada saat evaluasi alternatif konsumen akan membentuk preferensi atas
produk-produk yang berada dalam kumpulan pilihan. Konsumen juga dapat
membentuk niat untuk membeli produk yang paling disukai. Namun Kotler
(2005) menjelaskan bahwa terdapat dua faktor yang dapat berada di antara niat
pembelian dan keputusan pembelian. Faktor tersebut adalah sikap orang lain dan
faktor situasi yang tidak terantisipasi.
Sikap orang lain dapat mengurangi alternatif yang disukai seseoang
bergantung dari dua hal yaitu intensitas sikap negatif orang lain terhadap alternatif
yang disukai konsumen dan motivasi konsumen untuk mengikuti orang lain.
Semakin gencar sikap negatif orang lain dan semakin dekat orang lain tersebut
dengan konsumen maka akan semakin merubah niat pembelian konsumen.
Sedangkan situasi yang tidak terantisipasi yang merubah niat pembelian
konsumen seperti kehilangan pekerjaan, ada kebutuhan lain yang lebih mendesak,
atau pelayan toko yang kurang ramah. Pada akhirnya konsumen harus membuat
keputusan mengenai mengenai waktu pembelian, tempat dilakukan pembelian,
dan cara pembayaran yang dilakukan.
3.1.3.5 Evalusai Pascapembelian
Konsumen akan mengalami tingkat kepuasan atau ketidakpuasan tertentu
setelah mengevaluasi produk yang telah dibelinya. Jika konsumen merasa puas,
maka keyakinan dan sikap yang terbentuk akan berpengaruh positif terhadap
pembelian selanjutnya. Kepuasan berfungsi mengukuhkan loyalitas pembeli,
sementara ketidakpuasan dapat menyebabkan keluhan komunikasi lisan yang
negatif dan upaya untuk menuntut ganti rugi melalui sarana hukum. Hal ini berarti
31
upaya untuk mempertahankan pelanggan menjadi hal yang sangat penting dalam
strategi pemasaran.
3.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Menurut Kottler (2005), Para konsumen membuat keputusan sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah kebudayaan,
sosial, pribadi, dan psikologis.
3.1.4.1 Faktor Budaya
Faktor budaya memiliki pengaruh luas dan mendalam terhadap terhadap
perilaku konsumen. Faktor budaya ini terdiri dari beberapa komponen yaitu
budaya, subbudaya, dan kelas sosial.
a) Budaya
Budaya adalah kumpulan nilai, persepsi, preferensi, serta perilaku keluarga
dan lembaga-lembaga penting lainnya. Budaya adalah penentu keinginan dan
perilaku yang paling mendasar (Kotler, 2005). Menurut Engel, Blackweel, dan
Winiard (1994) budaya mengacu pada seperangkat nilai, gagasan, artefak, dan
simbol bermakna lainnya yang membantu individu berkomunikasi, membuat
tafsiran dan melakukan evaluasi sebagai anggota masyarakat. Budaya merupakan
penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar (Rangkuti, 2006).
b) Sub budaya
Setiap budaya memiliki sub budaya yang lebih kecil yang lebih banyak
memberikan ciri-ciri dan sosialisasi khusus anggotanya. Sub budaya terdiri dari
bangsa, agama, kelompok, ras, dan daerah geografis. Banyaknya sub budaya ini
merupakan segmen pasar yang penting, dan pemasar sering menemukan manfaat
32
dengan merancang produk yang disesuaikan dengan kebutuhan sub budaya
tersebut (Kotler, 2005).
c) Kelas sosial
Kelas sosial adalah pembagian di dalam masyarakat yang terdiri atas
individu yang berbagi nilai, minat dan perilaku yang sama, atau kelompokkelompok yang relatif homogen dalam suatu masyarakat lama yang tersusun
secara hierarki (Kotler, 2005). Kelas sosial yang berbeda cenderung memunculkan
perilaku konsumen yang berbeda.
3.1.4.2 Faktor Sosial
Perilaku seorang konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor social
seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran serta status.
a) Kelopok acuan
Menurut Kottler (2005), kelompok acuan merupakan titik perbandingan
dengan pengaruhnya secara langsung atau tatap muka atau tidak langsung dalam
pembentukan sikap seseorang. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak
kelompok kecil, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Kelompok yang
berpengaruh langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang dinamakan
kelompok keanggotaan.
b) Keluarga
Keluarga adalah kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih yang
dihubungkan melalui darah, perkawinan atau adopsi, dan yang tinggal bersama
(Engel, Blackweel, dan Winiard,1994). Keluarga merupakan organisasi pembelian
33
konsumen yang paling penting dalam masyarakat. Anggota keluarga pembeli
dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap perilaku pembeli (Kotler, 2005).
c) Peran dan status sosial
Posisi seseorang dalam tiap kelompok dapat ditentukan dari segi peran dan
status. Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang.
Orang-orang memilih produk yang dapat mengkomuikasikan peran dan status
mereka di masyarakat. Misalnya saja, seorang direktur perusahaan akan memilih
untuk membeli pakaian dan jam tangan yang mahal daripada membeli barang
serupa yang lebih murah (Kotler, 2005).
3.1.4.3 Faktor Pribadi
Keputusan seseorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik seperti
umur dan tahap daur hidup pembeli, pekerjaan, keadaan ekonomi, jabatan, gaya
hidup, kepribadian dan konsep diri pembeli yang bersangkutan.
a) Umur dan tahap daur hidup
Orang akan mengubah barang yang mereka beli sepanjang hidup mereka.
Kebutuhan dan selera seseorang akan berubah sesuai dengan usia. Sebagai contoh,
jenis makanan yang dikonsumsi seseorang tidaklah sama sepanjang hidupnya.
Makanan yang mereka pilih ketika bayi, anak-anak, remaja, dewasa, dan ketika
usia lanjut akan berbeda dari waktu ke waktu seiring bertambahnya usia.
b) Pekerjaan dan keadaan ekonomi
Pekerjaan seseorang akan mempengaruhi jenis barang dan jasa yang
mereka beli. Hal ini dapat diidentifikasikan melalui kelompok yang berhubungan
dengan jabatan yang mempunyai minat di atas rata-rata terhadap produk dan jasa.
Sedangkan keadaan ekonomi sangat mempengaruhi pilihan terhadap produk.
34
Pemasar dengan produk yang peka terhadap pendapatan haruslah dengan seksama
memperhatikan kecenderungan dalam pendapatan pribadi, tabungan, dan tingkat
bunga.
c) Gaya hidup
Menurut Kotler (2005) gaya hidup adalah pola seseorang di dunia yang
diekspresikan dalam aktifitas, minat dan opininya. Gaya hidup menggambarkan
“keseluruhan diri seseorang” yang berinteraksi dengan lingkungannya. Sebagai
konsepsi yang mencerminkan nilai konsumen maka gaya hidup merupakan fungsi
motivasi konsumen dan pembelajaran sebelumnya, kelas sosial, demografi dan
variabel lainnya.
d) Kepribadian dan konsep diri
Tiap orang memiliki kepribadian yang khas dan ini akan mempengaruhi
perilaku pembeliannya. Kepribadian mengacu pada karakteristik psikologis yang
unik yang menimbulkan tanggapan relatif konstan terhadap lingkungannya
sendiri.
3.1.4.4 Faktor Psikologis
Pilihan pembelian seseorang juga duipengaruhi oleh faktor psikologis
yang utama, yaitu motivasi, persepsi, proses belajar, serta kepercayaan dan sikap.
a) Motivasi
Seseorang memiliki banyak kebutuhan pada waktu tertentu. Kebutuhan
akan menjadi motif jika ia didorong hingga mencapai level intensitas yang
memadai. Motif adalah kebutuhan yang memadai untuk mendorong seseorang
bertindak (Kotler, 2005). Kebanyakan dari kebutuhan-kebuthan yang ada tidak
35
cukup kuat untuk memotivasi seseorang untuk bertindak pada suatu saat tertentu.
Para ahli mengembangkan teori tentang motivasi, di antaranya adalah teori
Abraham Maslow.
Maslow mencoba menjelaskan alasan seseorang didorong oleh kebutuhan
tertentu pada saat tertentu. Menurutnya, kebutuhan manusia tersusun secara
berjenjang, mulai dari yang paling banyak menggerakkan sampai yang paling
sedikit memberikan dorongan. Pertama-pertama orang akan memuaskan
kebutuhan yang paling penting terlebih dahulu, baru kemudian memenuhi
kebutuhan berikutnya. Berdasarkan urutan kepentingannya, jenjang kebutuhan
adalah kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan
penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri.
b) Persepsi
Seseorang yang termotivasi akan siap bereaksi. Bagaimana orang itu
bertindak dipengaruhi oleh persepsi mengenai situasi. Dua orang dalam kondisi
motivasi yang sama dan tujuan situasi yang sama, mungkin bertindak secara
berbeda karena perbedaan persepsi mereka terhadap situasi tersebut. Menurut
Kotler (2005) persepsi diartikan sebagai proses di mana individu memilih,
merumuskan, dan menafsirkan masukan informasi untuk menciptakan suatu
gambaran yang berarti mengenai dunia.
c) Proses belajar
Proses belajar menjelaskan perubahan dalam perilaku seseorang yang
timbul dari pengalaman dan kebanyakan perilaku manusia adalah hasil proses
belajar. Secara teori, pembelajaran seseorang dihasilkan melalui dorongan,
rangsangan, isyarat, tanggapan, dan penguatan. Para pemasar dapat membangun
36
permintaan akan produk dengan menghubungkannya dengan dorongan yang kuat,
dengan menggunakan isyarat motivasi, dan dengan memberikan penguatan yang
positif (Kotler, 2005).
d) Kepercayaan dan sikap
Melalui tindakan dan proses belajar, orang akan mendapatkan kepercayaan
dan sikap yang kemudian mempengaruhi perilaku pembeli. Kepercayaan
merupakan suatu pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang tentang sesuatu.
Sedangkan sikap merupakan organisasi dari motivasi, perasaan emosional,
persepsi, dan proses kognitif kepada suatu aspek. Dapat pula dikatakan bahwa
suatu sikap adalah cara kita berpikir, merasa dan bertindak melalui aspek di
lingkungan seperti toko retail, program televisi, atau produk (Kotler, 2005).
3.1.5 Sikap Terhadap Objek
Sikap merupakan salah satu komponen penting dalam perilaku pembelian.
Dalam proses pengambilan keputusan, sikap merupakan salah satu dari dua
variabel pemikiran dalam sisi psikologi seorang konsumen. Variabel pemikiran
lainnya adalah kebutuhan.
Sikap merupakan salah satu konsep paling penting yang digunakan
pemasar untuk memahami konsumen. Salah satu definisi awal sikap yang
sederhana yaitu jumlah pengaruh yang dimiliki seseorang atas atau untuk
menentang suatu objek. Beberapa tahun kemudian definisi sikap menjadi lebih
luas lagi yaitu suatu status mental dan syaraf sehubungan dengan kesiapan untuk
menanggapi, diorganisasi melalui pengalaman, dan memiliki pengaruh yang
mengarah dan atau dinamis terhadap perilaku (Peter dan Olson, 1999).
37
Beberapa ahli mengkombinasikan tiga jenis tanggapan (pikiran, perasaan,
dan tindakan) ke dalam model tiga unsur dari sikap. Dalam model ini sikap
dipandang memiliki tiga komponen yang terkait yaitu kognisi (pengetahuan
tentang objek), afeksi (evaluasi positif atau negatif terhadap suatu objek), dan
conation (perilaku aktual terhadap suatu objek) (Peter dan Olson, 1999).
Simamora (2004) menyatakan bahwa sikap adalah ekspresi perasaan yang
mencerminkan rasa senang atau tidak senang, suka atau tidak suka, setuju atau
tidak setuju terhadap suatu objek.
Dengan begitu, dari berbagai definisi yang dikemukakan oleh para ahli
dapat disimpulkan bahwa sikap mewakili perasaan senang atau tidak senang
konsumen terhadap suatu objek yang ditawarkan. Sikap terhadap suatu objek
merupakan evaluasi yang menyeluruh yang dilakukan oleh seseorang.
Simamora (2004) menyebutkan bahwa teori paling baru menganggap
bahwa sikap memiiki sifat yang multidimensi dengan pendekatan multiatribut.
Artinya, sikap terhadap suatu objek didasarkan pada penilaian seseorang terhadap
atribut-atribut yang berkaitan dengan objek tertentu. Penilaian yang dimaksud
menyangkut dua hal yaitu keyakinan bahwa suatu objek memiliki atribut tertentu
dan evaluasi terhadap atribut tersebut. Pendekatan inilah yang dipakai oleh model
Fishbein.
3.1.6 Kepuasan Konsumen
Menurut Kotler (2005), kepuasan merupakan fungsi dari seberapa dekat
harapan pembeli atas produk dengan kinerja yang dipikirkan konsumen atas
produk tersebut. Jika kinerja produk lebih rendah daripada harapan, maka
konsumen akan merasa kecewa; jika ternyata kinerja produk sudah dirasakan
38
sesuai dengan harapan maka konsumen akan merasa puas; dan jika kinerja produk
melebihi harapan konsumen maka konsumen akan merasa sangat puas. Para
konsumen membentuk harapan mereka berdasarkan pesan yang diterima dari
penjual, teman, dan sumber informasi lain. Semakin besar kesenjangan antara
harapan dan kinerja, semakin besar ketidakpuasan konsumen.
Teori The Expectacy Disconfirmation Model dalam Sumarwan (2003)
mengemukakan bahwa kepuasan dan ketidakpuasan konsumen merupakan
dampak dari perbandingan antara harapan konsumen sebelum pembelian dengan
yang sesungguhnya diperoleh konsumen dari produk yang telah dibelinya
tersebut. Ketika konsumen membeli suatu produk, maka ia memiliki harapan
tentang cara produk tersebut berfungsi. Produk akan berfungsi sebagai berikut:
a. Produk berfungsi lebih baik dari yang diharapkan, inilah yang disebut sebagai
diskonfirmasi positif (positive disconfirmation). Jika ini terjadi, maka
konsumen akan merasa puas.
b. Produk berfungsi seperti yang diharapkan, inilah yang disebut sebagai
konfirmasi
sederhana
(simple
confirmation).
Produk
tersebut
tidak
memberikan rasa puas, dan produk tersebut pun tidak mengecewakan
konsumen. Konsumen akan memiliki perasaan netral.
c. Produk berfungsi lebih buruk dari yang diharapkan, inilah yang disebut
sebagai diskonfirmasi negatif (negative disconfirmation). Produk yang
berfungsi buruk, tidak sesuai dengan harapan konsumen akan menyebabkan
kekecewaan, sehingga konsumen merasa tidak puas.
39
3.1.7 Bauran Pemasaran untuk UKM
Strategi
pemasaran
adalah
suatu
rencana
yang
didesain
untuk
mempengaruhi pertukaran dalam mencapai tujuan organisasi. Biasanya strategi
pemasaran diarahkan untuk meningkatkan kemungkinan atau frekuensi perilaku
konsumen, seperti peningkatan penjualan produk tertentu. Hal ini dicapai dengan
mengembangkan dan menyajikan bauran pemasaran yang diarahkan pada pasar
sasaran yang dipilih. (Peter dan Olson, 1999)
Dalam mengembangkan suatu bauran pemasaran, dapat menggunakan
suatu riset konsumen yang menjadi bagian dari riset pemasaran. Memahami
konsumen adalah penting dalam pengembangan strategi pemasaran. Mengetahui
perilaku konsumen dalam pembelian, sikap terhadap produk, dan kepuasan
konsumen merupakan salah satu riset yang dapat digunakan dalam menyusun
suatu bauran pemasaran.
Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan
perusahaan untuk terus-menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran.
Kotler (2005) mengklasifikasikan alat-alat itu menjadi empat kelompok yang luas
yang disebut sebagai empat P pemasaran yaitu produk, harga, promosi, dan
tempat.
a) Produk
Wibowo, Murdinah, dan Fawzya (2002) menyatakan bahwa usaha kecil
memiliki strategi tersendiri dengan membuat produk yang khusus, unik, dan
spesial agar tidak bersaing dengan usaha besar. Produk adalah segala sesuatu yang
dapat ditawarkan ke suatu pasar untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan
konsumen (Kotler, 2005). Produk yang dipasarkan meliputi barang fisik, jasa,
40
pengalaman, peristiwa, orang, tempat, properti, organisasi, dan ide/gagasan.
Sedangkan menurut Swastha (1995) produk adalah suatu sifat yang kompleks baik
dapat diraba maupun tidak dapat diraba, termasuk bungkus, warna, harga, prestise
perusahaan dan pengecer, pelayanan perusahaan dan pengecer, yang diterima oleh
pembeli untuk memuaskan keinginan atau kebutuhan. Inilah yang dikenal dengan
atribut-atribut produk.
Kotler (2005) menambahkan bahwa terdapat lima tingkatan dalam produk,
yaitu:
a. Manfaat inti yaitu jasa atau manfaat yang sesungguhnya dibeli oleh pelanggan.
b. Produk dasar yaitu sesuatu yang harus ada dalam produk tersebut.
c. Produk yang diharapkan merupakan serangkaian atribut dan kondisi yang
biasanya diharapkan oleh pembeli ketika membeli suatu produk.
d. Produk yang ditingkatkan adalah atribut dan kondisi yang ada dalam suatu
produk yang melampaui harapan konsumen.
e. Produk potensial mencakup semua peningkatan dan transformasi yang pada
akhirnya akan dialami oleh produk tersebut di masa depan.
Elemen dari strategi produk yang lain adalah nama merek, pengemasan,
dan pelabelan. Merek merupakan nama, istilah, tanda, symbol, atau desain, atau
kombinasi semuanya yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa
seorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dengan barang atau
jasa pesaing. Merek menjadi suatu tanda pengenal bagi penjual atau pembuat.
Merek dapat menyampaikan enam tingkat pengertian yaitu atribut, manfaat, nilai,
budaya, kepribadian, dan pemakai.
41
Merek sangat penting bagi UKM karena dengan merek yang kuat, sebuah
produk akan memiliki nilai jual yang lebih baik dibandingkan produk tanpa
merek. Merek mencerminkan banyak keuntungan yang bisa didapat konsumen
dengan mengkonsumsi produk tersebut. Contohnya rumah makan ayam goreng.
Seorang konsumen, akan rela membayar lebih mahal di rumah makan “Ayam
Goreng Fatmawati” dibandingkan di rumah makan yang menyediakan ayam
goreng tanpa nama atau merek. Hal ini dimungkinkan karena konsumen lebih
percaya rasa, kualitas, dan layanan dari merek “Ayam Goreng Fatmawati”. Selain
mencerminkan keuntungan yang bisa didapat, merek juga memudahkan konsumen
dalam mengingat sebuah produk. Dengan nama dan simbol yang mudah diingat,
maka konsumen menjadi lebih tertarik membuat preferensi atau pilihan ke produk
kita11.
Kotler (2005) menjelaskan bahwa pengemasan adalah semua kegiatan
merancang dan memproduksi wadah untuk produk. Wadah ini yang disebut
dengan kemasan produk. Kemasan yang dirancang dengan baik dapat
menciptakan kenyamanan dan nilai promosi. Setelah mengemas, pemasar
biasanya memberikan label pada produknya. Pelabelan yang sederhana hanya
mencantumkan nama merek, namun ada informasi tambahan yang diharuskan ada
dalam label seperti izin Departemen Kesehatan, logo halal, informasi kandungan
gizi, tanggal kadaluarsa, dan lain-lain.
b) Harga
Harga merupakan sejumlah uang yang tersedia dibayarkan oleh konsumen
untuk mendapatkan suatu produk. Harga merupakan satu-satunya elemen bauran
11
Subroto, Asto S. 2008. Menciptakan Merek yang
http://www.astosubroto.com/?p=87 (diakses 12 Mei 2008)
Kuat
Untuk
UKM.
42
pemasaran yang menghasilkan pendapatan dan paling fleksibel/dapat diubah
dengan cepat (Kotler, 2005). Penetapan harga dan persaingan harga juga
merupakan masalah utama yang dihadapi perusahaan. Penetapan harga yang baik
dapat memposisikan suatu produk di benak konsumen. Sedangkan Kartajaya
(2004) menyebutkan harga sebagai ekspresi nilai, di mana nilai menyangkut
kegunaan dan kualitas produk, citra yang terbentuk melalui iklan dan promosi,
ketersediaan produk melalui jaringan distribusi dan layanan yang menyertainya.
Menurut Griffin dan Ronald J. Ebert (2003), untuk memperlancar strategi
pemasaran maka diwajibkan memilih harga jual yang paling sesuai sebagai
tindakan penyeimbang. Namun demikian, harga jual juga harus mendukung biaya
lainnya seperti biaya operasi, administrasi, riset organisasi, dan biaya pemasaran.
Penetapan harga yang berhasil berarti mencari harga yang menguntungkan di
antara kedua kebutuhan tersebut.
c) Promosi
Promosi merupakan suatu kegiatan untuk memperkenalkan keunggulan,
manfaat, dan lain-lain baik kepada konsumen maupun kepada calon konsumen.
Promosi secara tidak langsung dapat membujuk dan merangsang konsumen untuk
mengenal, berminat, dan akhirnya sampai pada keputusan untuk membeli.
Menurut Kotler (2005), bauran promosi terdiri dari lima alat promosi
utama yaitu iklan, promosi penjualan, hubungan masyarakat, tenaga penjualan,
dan pemasaran langsung. Masing-masing alat promosi mempunyai karakteristik
dan biaya masing-masing. Perusahaan dapat memilih kelima alat utama tersebut
atau dapat mengkombinasikan di antara kelimanya.
43
Kebanyakan UKM tidak mempromosikan iklannya di media massa,
apalagi televisi, karena dilihat dari skala ekonomis yang masih terbatas. Hal ini
menyebabkan cara yang banyak dilakukan untuk mempromosikan produknya
adalah dengan promosi dari mulut ke mulut.
Menurut Wibowo, Murdinah, dan Fawzya (2002), ada banyak cara yang
dapat dilakukan oleh perusahaan kecil dalam mempromosikan produknya yaitu
dengan potongan harga, penjualan kredit, pemberian contoh barang, melakukan
pameran-pameran, dan membuat iklan.
d) Tempat (Distribusi)
Salah satu elemen dalam strategi tempat adalah menentukan saluran
distribusi. Saluran distribusi adalah seperangkat lembaga yang melaksanakan
semua kegiatan atau fungsi yang digunakan untuk memungkinkan produk atau
jasa yang dikonsumsi. Ada beberapa perantara dalam saluran distribusi seperti
pedagang pengecer atau pedagang besar (membeli, memiliki, dan menjual barang
tersebut) dan pialang, perwakilan produsen, atau agen penjualan (mencari
pelanggan, melakukan negosiasi atas nama produsen, tetapi tidak memiliki barang
tersebut). Perantara biasanya mencapai efisiensi yang lebih tinggi dalam
menyediakan barang secara luas dan memungkinkan terjangkaunya pasar sasaran
(Kotler, 2005).
Ada beberapa alasan yang membuat produsen dalam hal ini adalah UKM
memilih perantara dalam menjual hasil produksinya. Salah satu alasannya adalah
UKM tidak memiliki sumber daya keuangan untuk melakukan pemasaran
langsung.
44
3.2
Kerangka Pemikiran Operasional
Waroeng Cokelat merupakan salah satu UKM unggulan binaan
Disperindagkop Kota Bogor dalam industri makanan yang bergerak dalam bidang
produksi dan perdagangan produk berbahan baku cokelat. Salah satu jenis produk
yang memberikan kontribusi terbesar bagi Waroeng Cokelat adalah cookies
cokelat.
Jumlah penjualan cookies cokelat Waroeng Cokelat terus meningkat dari
tahun 2003 sampai tahun 2007. Pada tahun 2003, Waroeng Cokelat menjual
cookies cokelat sebanyak 800 toples, tahun 2004 meningkat menjadi 1500 toples,
tahun 2005 menjadi 2500 toples, terus meningkat tahun 2006 menjadi 3300, dan
akhirnya pada tahun 2007 sebanyak 7500 toples. Peningkatan penjualan ini
membuktikan bahwa permintaan terhadap produk ini terus meningkat. Penjualan
pada saat hari raya Idul Fitri memberikan konstribusi yang sangat besar terhadap
jumlah penjualan cookies cokelat tersebut dibandingkan hari-hari biasa.
Berdasarkan pernyataan dari pemilik Waroeng Cokelat, pada hari-hari biasa
permintaan terhadap cookies cokelat sangat sedikit.
Karakteristik bisnis di bidang cookies memang cenderung siklikal atau
musiman yaitu ramai dikonsumsi oleh sebagian masyarakat pada saat hari raya.
Oleh sebab itu, pada musim tersebut banyak bermunculan penjual-penjual cookies
yang menawarkan cookies mereka ke pasar sehingga menimbulkan persaingan
yang ketat di antara pengusaha cookies. Bukan hanya pengusaha yang menjual
cookies setiap hari tetapi juga pengusaha makanan jenis lain yang ikut
memproduksi cookies. Ditambah lagi dengan karakteristik cookies cokelat
Waroeng Cokelat yang mudah ditiru oleh siapa saja sama seperti cookies-cookies
45
lainnya. Perbedaannya hanya terdapat pada kreasi bentuk dan jenis. Sehingga,
walaupun permintaan pasar yang besar, banyaknya pesaing membuat Waroeng
Cokelat
untuk
menyusun
strategi pemasaran
yang
tepat
yang
dapat
mempertahankan dan meningkatkan pelanggan yaitu dengan melihat perilaku
konsumen dari cookies cokelat Waroeng Cokelat.
Dengan analisis perilaku konsumen akan diperoleh informasi mengenai
karakteristik konsumen, proses pengambilan keputusan, serta sikap dan kepuasan
konsumen. Karakteristik konsumen dan proses pengambilan keputusan pembelian
dapat diperoleh melalui analisis deskiptif. Sikap konsumen dapat dilakukan
dengan menggunakan analisis sikap Fishbein. Sedangkan kepuasan konsumen
dapat diukur dengan menggunakan Customer Satisfaction Index dan Importance
Performance Analisys digunakan untuk mengetahui posisi atribut cookies cokelat
Waroeng Cokelat tersebut dimata konsumen. Kemudian perilaku konsumen
tersebut digunakan untuk menyusun suatu bauran pemasaran yang tepat untuk
mempertahankan dan meningkatkan pelanggan karena konsumen adalah sasaran
perusahaan dalam menjalankan bauran pemasaran. Secara skematik kerangka
konseptual dan operasional untuk penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.
46
Waroeng Cokelat merupakan salah satu UKM unggulan binaan Deperindagkop Kota Bogor
dalam industri makanan berbahan baku cokelat
Permintaan Akan Cookies
Cokelat Pada Hari Raya Idul
Fitri Terus Meningkat
Persaingan Pada Hari Raya
Idul Fitri sangat ketat di
antara pengusaha cookies
Ancaman Waroeng Cokelat Untuk Dapat Mempertahankan Dan
Meningkatkan Pelanggan
Bagaimana Strategi Pemasaran Cookies Cokelat Waroeng Cokelat
untuk dapat Mempertahankan dan Meningkatkan Konsumen
Analisis Perilaku Konsumen Waroeng Cokelat Untuk
Jenis Cookies Cokelat Pada Hari Raya Idul Fitri
Analisis Karakteristik
Konsumen dan Proses
Pengambilan Keputusan
Pembelian
Tabulasi Deskriptif
Analisis Sikap
Konsumen Terhadap
Atribut Cookies Cokelat
Waroeng Cokelat
Model Fishbein
Analisis Kepentingan
Dan Kinerja Atribut
Cookies Cokelat
Waroeng Cokelat
Customer Satisfactian Index
Importance-Perfomance Analysis
Rekomendasi Bauran Pemasaran
- Produk
- Distribusi
- Harga
- Promosi
Gambar 2 Bagan Kerangka Pemikiran Operasional
47
IV METODE PENELITIAN
4.1
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Waroeng Cokelat, Kota Bogor. Pemilihan
lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa
Waroeng Cokelat merupakan salah satu UKM unggulan yang dimiliki oleh Kota
Bogor yang bergerak dalam industri makanan berbahan baku cokelat.
Pengambilan data dilakukan dari pertengahan bulan Juni sampai Juli 2008.
4.2
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari Ibu Yanthi selaku pemilik Waroeng Cokelat
dan konsumen Waroeng Cokelat yang terpilih sebagai responden. Data primer
digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai data jumlah cokelat batangan
yang digunakan dalam pembuatan permen cokelat dan cookies cokelat per tahun,
gambaran
umum
perusahaan,
identitas
responden,
tingkat
pendapatan,
pengeluaran, dan lain-lain. Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber seperti
Badan Pusat Statistik, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota
Bogor, Studi Penelitian Terdahulu, Majalah, Internet, dan sumber-sumber lain.
4.3
Metode Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan metode sampling yaitu cara pengumpulan data
di mana yang diselidiki adalah elemen sampling dari suatu populasi. Data yang
diperoleh merupakan data perkiraan saja (estimate sampling). Pengumpulan data
dilakukan dengan melakukan survey kepada sampel menggunakan kuesioner
48
sebagai alat bantu wawancara. Kuesioner berisikan pertanyaan tertutup dan
pertanyaan terbuka. Pertanyaan tertutup berupa pertanyaan yang alternatif
jawabannya telah disediakan. Sedangkan pertanyaan terbuka memberikan
kebebasan kepada responden untuk menjawab.
4.4
Metode Pengambilan Sampel
Populasi merupakan kumpulan dari seluruh elemen sejenis tetapi dapat
dibedakan satu sama lain. Perbedaan-perbedaan itu disebabkan adanya nilai
karakteristik yang berlainan, misalnya umur, pendidikan, jumlah anggota
keluarga, dan lain-lain (Supranto, 2000). Populasi dalam penelitian ini adalah
konsumen Waroeng Cokelat yang berada di wilayah Kota Bogor. Dalam hal ini
elemen atau unit terkecil dari objek penelitian merupakan orang yaitu Waroeng
Cokelat yang berada di wilayah Kota Bogor.
Total sampel yang dipilih adalah 30 orang dengan alasan menurut Guilford
dalam Supranto (2001), sampel minimal untuk penelitian adalah 30 orang. Selain
itu, jumlah sampel ini berdasarkan pertimbangan bahwa Waroeng Cokelat
merupakan usaha kecil yang memiliki wilayah pemasaran yang belum luas di
Kota Bogor. Sampel dipilih secara purposive yaitu dengan pertimbangan
responden adalah konsumen yang sudah pernah membeli dan mengkonsumsi
cookies cokelat Waroeng Cokelat serta bersedia untuk dijadikan sebagai
responden.
4.5
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk menganalisa data
adalah Analisis Deskriptif, Model Multiatribut Fishbein, Analisis Tingkat
49
Kepentingan dan Tingkat Kinerja (Importance Performance Analysis (IPA)), dan
Indeks Kepuasan Konsumen (Customer Satisfaction Index (CSI)). Data yang
didapat diolah dengan menggunakan software statistical package for Sosial
Science (SPSS) 13, Minitab 14, dan Microsoft Office Excel 2007.
4.5.1 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan pengumpulan dan penyajian suatu gugus
data sehingga memberikan suatu informasi yang berguna. Analisa ini digunakan
untuk mengetahui karakteristik responden dan proses pengambilan keputusan
pembelian cookies cokelat Waroeng Cokelat. Metode analisis deskriptif disajikan
dengan menggunakan tabulasi sederhana seperti jumlah, dan persentese. Data
yang diperoleh kemudian dilihat berdasarkan modus (jumlah terbesar).
4.5.2 Penentuan Atribut Dugaan Cookies Cokelat
Atribut adalah karakteristik yang membedakan produk atau merek dari
yang lain. Atribut juga diartikan sebagai faktor-faktor yang dipertimbangkan
konsumen dalam mengambil keputusan tentang pembelian suatu merek ataupun
kategori produk baik yang melekat pada produk maupun yang menjadi bagian dari
produk itu sendiri (Simamora, 2004). Dari kedua pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa atribut produk berarti meliputi dimensi-dimensi yang terkait
dengan produk atau merek dan apa saja yang dipertimbangkan dalam
pengambilan keputusan untuk membeli suatu produk.
Dalam penelitian ini, atribut yang digunakan diambil berdasarkan
penelitian-penelitian terdahulu tentang atribut makanan dan artikel terkait tentang
cookies cokelat. Menurut Arfianto (2007) tentang Perilaku Konsumen Terhadap
50
Keberadaan Biskuit Merek Pengikut di Kota Bogor, menyebutkan bahwa atribut
biscuit yaitu rasa, volume, kemasan, komposisi, warna, bahan pengawet, label
halal, tekstur, dan harga. Menurut Yanuarti (2007) mengenai Perilaku Konsumen
Produk Dodol Picnic dan Implikasinya Terhadap Strategi Pemasaran pada PT
Herlinah Cipta Pratama menyebutkan atribut dodol terdiri atas harga, isi,
kekenyalan, kompossi, kadaluarsa, halal, merek, kemasan, ketersediaan, izin
depkes, dan promosi. Sedangkan menurut Indriani (2005) tentang Proses
Keputusan Pembelian Produk Cokelat Di Kotamadya Bogor menyebutkan bahwa
atribut cokelat batangan antara lain kemasan, merek, tanggal kadaluarsa, rasa,
aroma, komposisi, warna kemasan, tersedia dalam berbagai ukuran, kemudahan,
ketersediaan di tempat penjualan, dan kehalalan.
Berdasarkan
penelitian-penelitian
sebelumnya
peneliti
mengambil
beberapa atribut yang dirasa relevan dengan cookies cokelat, kemudian ditambah
dengan atribut lain yang didapat dari keadaan di lapangan, maka diduga atribut
cookies cokelat terdiri atas warna, bentuk kue, rasa manis, rasa cokelat, aroma
cokelat, cita rasa cookies, harga, variasi jenis cookies yang tersedia, kemasan,
jaminan keamanan pangan (label halal, izin depkes, dan tanggal kadaluarsa), nama
merek, ketepatan waktu pemesanan, dan daya tahan cookies. Selain itu, peneliti
tidak menutup kemungkinan ada atribut cookies cokelat yang terlewat sehingga
tidak dimasukkan ke dalam atribut penelitian.
4.5.3 Uji Validitas
Menurut Simamora (2004), validitas berarti suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat validitas suatu instrumen. Suatu instrumen dianggap valid
jika mampu mengkur apa yang diinginkan dan mampu memperoleh data yang
51
tepat dari variabel atau atribut yang diteliti dalam penelitian. Pengujian validitas
dilakukan dengan menghitung nilai korelasi rank spearman. Pernyataan pada
kuesioner dinilai memiliki validitas konstrak atau terdapat konsistensi internal
dalam pernyataan tersebut dan layak digunakan jika tingkat signifikan
0,05 pada
= 0,05. Rumus yang digunakan yaitu :
n
rs = 1 −
6∑ d i2
i =1
n(n − 1)
Di mana :
rs
= Koefisien korelasi rank spearman
n
= Jumlah responden
di
= Selisih antara ranking satu dengan ranking yang lain
Hasil uji validitas terhadap atribut-atribut cookies Cokelat Waroeng
Cokelat (Lampiran 2) yang didapat adalah dari empat belas atribut yang diuji,
sebanyak tiga belas atribut yang dinyatakan valid.
4.5.4 Uji Realibilitas
Reliabilitas adalah tingkat keandalan kuesioner (Simamora, 2004).
Kuesioner yang reliabel adalah kuesioner yang apabila dicobakan secara berulangulang kepada kelompok yang sama akan menghasilkan data yang sama dengan
asumsi tidak terdapat perubahan psikologis pada responden.
Pengujian reabilitas yang digunakan pada penelitian ini adalah Alfa
Cronbach. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
2
 k  ∑ σ b
r =
 1−
σ t2
 k − 1 




52
Di mana :
r
= Reliabilitas instrumen
k
= Banyaknya butir pernyataan
= Keragaman total
= Jumlah keragaman butir pernyataan
Berdasarkan hasil perhitungan (Lampiran 2), maka atribut yang akan
diteliti dinyatakan reliabel pada tingkat kepercayaan 95 persen (α=5%), dengan
n=30 dan r tabel = 0,305.
4.5.5 Model Multiatribut Fishbein
Model ini mengemukakan bahwa sikap terhadap objek tertentu, dalam hal
ini adalah cookies cokelat Waroeng Cokelat, didasarkan pada kepercayaan yang
diringkas mengenai atribut cookies cokelat yang diberi bobot sesuai dengan
evaluasi terhadap atribut tersebut (Engel, Blackweel, dan Miniard, 1994). Model
Fishbein adalah alat multiatribut yang berguna untuk memperkirakan sikap.
Secara matematis, model tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut:
Ao =
n
∑eb
i =1
i i
Di mana:
Ao = sikap terhadap cookies cokelat Waroeng Cokelat
= kekuatan kepercayaan bahwa cookies cokelat Waroeng Cokelat
ei
mengandung atribut i
bi
= evaluasi mengenai atribut i
n
= jumlah atribut yang menonjol
Secara sederhana model ini menyatakan bahwa sikap seorang konsumen
terhadap suatu objek dapat ditentukan oleh sikapnya terhadap atribut yang
dimiliki oleh objek tersebut. Dalam Sumarwan (2003), terdapat dua komponen
utama dalam model ini adalah kepercayaan dan evaluasi atribut.
53
a) Evaluasi (ei)
Komponen kedua adalah evaluasi atribut, yaitu komponen yang
menggambarkan pentingnya suatu atribut cookies cokelat Waroeng Cokelat.
Responden akan mengidentifikasi atribut-atribut yang dimiliki oleh cookies
cokelat Waroeng Cokelat responden akan menganggap atribut produk memiliki
tingkat kepentingan yang berbeda. Evaluasi diukur dengan menggunakan skala
dari 1 (sangat tidak penting) sampai dengan 5 (sangat penting) untuk masingmasing atribut.
b) Kepercayaan (bi)
Kepercayaan menggambarkan seberapa kuat responden percaya bahwa
cookies cokelat memiliki atribut yang diberikan. Tingkat kepercayaan konsumen
diperoleh berdasarkan kinerja atribut-atribut cookies cokelat. Kepercayaan diukur
dengan menggunakan skala Likert dari kemungkinan yang disadari berjajar dari 1
sampai dengan 5 untuk masing-masing atribut, yaitu:
§
Warna : dari sangat tidak menarik (1) sampai sangat menarik (5)
§
Bentuk kue : dari sangat tidak menarik (1) sampai sangat menarik (5)
§
Rasa manis : dari sangat tidak manis (1) sampai sangat manis (5)
§
Rasa cokelat : dari sangat tidak terasa (1) sampai sangat terasa (5)
§
Aroma cokelat : dari sangat tidak harum (1) sampai sangat harum (5)
§
Cita rasa cookies : dari sangat tidak enak (1) sampai sangat enak (5)
§
Harga : dari sangat mahal (1) sampai sangat murah (5)
§
Variasi jenis cookies yang tersedia : dari sangat sedikit variasi (1) sampai
sangat variatif (5)
§
Kemasan : dari sangat tidak menarik (1) sampai sangat menarik (5)
54
§
Jaminan keamanan pangan (label halal, izin Depkes, dan tanggal kadaluarsa) :
dari sangat tidak jelas (1) sampai sangat jelas (5)
§
Nama merek : dari sangat tidak mudah diingat (1) sampai sangat mudah
diingat (5)
§
Ketepatan waktu pemesanan : dari sangat tidak tepat waktu (1) sampai sangat
tepat waktu (5)
§
Daya tahan cookies : dari sangat mudah rusak (1) sampai sangat tahan lama
(5)
Penilaian penilaian terhadap kepercayaan atribut oleh responden
menggunakan indikator pembanding yaitu dibandingkan dengan cookies biasa.
Misalnya untuk atribut bentuk cookies, bila responden memberi nilai 4 untuk
cookies cokelat Waroeng Cokelat berarti cookies Waroeng Cokelat memiliki
bentuk yang menarik. Bentuk menarik ini di dapat oleh responden dari
perbandingannya dengan cookies biasa. Hal ini berlaku untuk keseluruhan atribut
cookies cokelat Waroeng Cokelat yang diteliti.
Nilai yang diperoleh berdasarkan penilaian kepercayaan dan evaluasi yang
dilakukan responden kemudian diolah dengan menggunakan rumus Fishbein
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Sebelum memberikan interpretasi
terhadap hasil penilaian konsumen tersebut, ditentukan dahulu skala penilaian.
Skala penilaian dapat ditentukan dengan mengetahui rentang skala terlebih
dahulu. Secara matematis, rentang skala dapat dinyatakan sebagai berikut
(Simamora, 2004):
RN =
m−n
b
55
Di mana:
RN
= Rentang Nilai
m
= Nilai tertinggi yang mungkin diperoleh
n
= Nilai terendah yang mungkin diperoleh
b
= Jumlah skala penilaian yang ingin dibentuk
Berdasarkan rumus tersebut, maka diperoleh rentang nilai untuk masingmasing nilai evaluasi dan kepercayaan per atribut yaitu sebesar 0,8, dengan m=5,
n=1, dan b=5. Dengan menggunakan rentang nilai inilah kita melakukan
interpretasi terhadap skor evaluasi dan kepercayaan per atribut, yaitu:
1
- 1,8
= sangat tidak penting/sangat buruk
1,81 - 2,6
= tidak penting/buruk
2,61 - 3,4
= cukup
3,41 - 4,2 = penting/baik
4,21 - 5
= sangat penting/sangat baik
Berdasarkan rumus itu pula, diperoleh rentang nilai 4,8 untuk skor sikap
terhadap masing-masing atribut, dengan m=25, n=1, dan b=5. Dengan
menggunakan rentang nilai inilah kita melakukan interpretasi terhadap skor sikap
per atribut, yaitu:
1
-
5,8
= sangat suka
5,81
-
10,6
= tidak suka
10,61 -
15,4
= biasa saja/netral
15,41 -
20,2
= suka
20,21 -
25
= sangat suka
Rentang nilai terhadap skor sikap yang diperoleh secara keseluruhan
adalah 62,4, dengan m=325, n=13, dan b=5. Dengan menggunakan rentang nilai
inilah kita melakukan interpretasi terhadap skor sikap secara keseluuhan, yaitu:
56
13
-
75,4
= sangat suka
75,41 -
137,8 = tidak suka
137,81 -
200,2 = biasa saja/netral
200,21 -
262,6 = suka
262,61 -
325
= sangat suka
4.5.6 Indeks Kepuasan Konsumen (Customer Satisfaction Index (CSI))
Pengukuran CSI dilakukan dua tahap yaitu CSI secara keseluruhan dan
CSI pada masing-masing atribut. CSI secara keseluruhan digunakan untuk
mengukur tingkat kepuasan konsumen secara keseluruhan dengan melihat tingkat
kepentngan pada masing-masing atribut cookies cokelat. Tahapan-tahapan CSI
sebagai berikut:
1. Menghitung Weighting Factor (WF), yaitu mengubah nilai rata-rata
kepentingan menjadi angka persentase dari total rata-rata tingkat kepentingan
seluruh atribut cookies cokelat yang diuji. Total nilai WF sebesar 100 persen.
2. Menghitung Weighted Score (WS), yaitu menghitung perkalian antara nilai
rata-rata tingkat kinerja dengan nilai WF untuk masing-masing atribut cookies
cokelat.
3. Menghitung Weighted Total (WT), yaitu dengan menjumlahkan nilai WS dari
semua atribut cookies cokelat.
4. Menghitung Satisfaction Index, yaitu nilai WT dibagi 5 (skala maksimum
yang digunakan dalam penelitian ini), kemudian dikalikan dengan 100 persen.
Sedangkan pengukuran CSI untuk masing-masing atribut diperoleh dari
nilai [(skor rata-rata tingkat kepentingan/5)*(skor rata-rata tingkat kinerja/5)].
Angka 5 merupakan skala maksimum yang digunakan dalam penelitian ini. Nilai
kepuasan per atribut dihasilkan dengan membebaskan masing-masing atribut dari
57
skala maksimum yang digunakan agar diperoleh kepuasan maksimum atribut
sebesar 100 persen.
Tabel 5 Rentang Skala Kriteria Nilai Indeks Kepuasan Konsumen (IKK)
No.
Nilai IKK
Kriteria
1
80 % < satisfaction index 100 %
Sangat Puas
2
60 % < satisfaction index
80 %
Puas
3
40 % < satisfaction index
60 %
Cukup Puas
4
20 % < satisfaction index
40 %
Tidak Puas
5
0 % < satisfaction index
20 %
Sangat Tidak Puas
4.5.7 Importance Performance Analysis (IPA)
Importance Performance Analysis atau analisis tingkat kepentingan dan
kinerja ini digunakan untuk mengukur atribut-atribut dari tingkat kepentingan
dengan tingkat kinerja produk berdasarkan sejumlah atribut sehingga dapat
dirumuskan suatu strategi untuk meningkatkan kepuasan konsumen.
Tingkat kepentingan diukur dalam kaitannya dengan seberapa penting
suatu atribut bagi konsumen. Tingkat kepentingan ini diukur berdasarkan persepsi
dari konsumen. Dari berbagai persepsi tingkat kepentingan konsumen, dapat
dirumuskan tingkat kepentingan yang paling dominan. Sedangkan tingkat kinerja
produk diukur dalam kaitannya dengan kenyataan atribut yang dirasakan oleh
konsumen. Sama seperti sebelumnya bahwa penilaian terhadap kinerja atribut
oleh responden menggunakan indikator pembanding yaitu dibandingkan dengan
cookies biasa.
Selanjutnya dilakukan perhitungan nilai tingkat kepentingan dan kinerja
untuk masing-masing atribut. Adapun rumus yang digunakan adalah
k
Xi =
∑ x i ns i
i =1
s
k
Yi =
∑ y ns
i =1
i
s
i
58
Di mana:
= Nilai rata-rata kinerja pada atribut ke-i
Xi
= Nilai rata-rata kepentingan pada atribut ke-i
Yi
xi
= Banyaknya responden yang memilih pada masing-masing kategori
tingkat kinerja pada atribut ke-i
yi
= Banyaknya responden yang memilih pada masing-masing kategori
tingkat kepentingan pada atribut ke-i
nsi
= Nilai skala kepentingan atau kinerja (1, 2, 3, 4, atau 5) pada atrbut ke-i
s
= Skala yang digunakan. Dalam penelitian ini nilai s = 5
k
= Banyaknya atribut yang diteliti
Dari perhitungan tersebut akan diperoleh atribut yang memiliki nilai ratarata kepentingan yang paling besar yang artinya responden benar-benar menilai
bahwa aribut tersebut dianggap paling penting dan nilai rata-rata kinerja yang
paling besar berarti memberikan rasa puas yang paling besar.
Nilai rata-rata kepentingan dan kinerja tersebut kemudian diwujudkan ke
dalam matriks importance & performance, yaitu dengan menghubungkan nilai
performance pada sumbu X dan nilai importance pada sumbu Y. Sedangkan nilai
rata-rata kinerja dan kepentingan secara keseluruhan digunakan sebagai batas
untuk menentukan kuadran 1, 2, 3, dan 4. Rumus yang digunakan untuk
menghitung nilai rata-rata kinerja dan kepentingan adalah:
k
X =
∑
k
X
i =1
k
i
Y=
Di mana:
X
= Nilai rata-rata kinerja
Y
= Nilai rata-rata kepentingan
= Nilai rata-rata kinerja pada atribut ke-i
Xi
= Nilai rata-rata kepentingan pada atribut ke-i
Yi
K
= Banyaknya atribut yang diteliti
∑Y
i =1
k
i
59
Tinggi
Kuadran 1
PRIORITAS UTAMA
Kuadran 2
PERTAHANKAN
POSISI
Kuadran 3
PRIORITAS RENDAH
Kuadran 4
BERLEBIHAN
Tingkat Kepentingan
Rendah
Tingkat Kinerja
Tinggi
Gambar 3 Matriks Importance – Performance
Sumber : Rangkuti (2006)
Strategi yang dapat dilakukan berkenaan dengan posisi masing-masing
atribut pada keempat kuadran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Kuadran 1 (Prioritas Utama)
Atribut yang berada dalam kuadran 1 menggambarkan bahwa atributatribut tersebut dianggap penting oleh responden tetapi pada kenyataannya atributatribut tersebut belum sesuai dengan yang diharapkan responden. Hal ini berarti
tingkat kepuasan yang diperoleh masih sangat rendah. Atribut-atribut yang masuk
dalam kuadran ini harus ditingkatkan yaitu dengan melakukan perbaikan yang
terus-menerus sehingga tingkat kinerja atribut yang ada di dalamnya akan
meningkat.
b) Kuadran 2 (Pertahankan Posisi)
Ini adalah wilayah yang memuat atribut-atribut yang dianggap penting
oleh responden dan dianggap sudah sesuai dengan yang dirasakan responden
sehingga tingkat kepuasannya relatif lebih tinggi. Atribut-atribut yang masuk
dalam kuadran ini harus dipertahankan karena semua atribut ini menjadikan
cookies cokelat Waroeng Cokelat tersebut unggul di mata konsumen.
60
c) Kuadran 3 (Prioritas Rendah)
Kuadran ini memuat atribut-atribut yang dianggap kurang penting dan
kinerjanya pun dirasakan kurang baik oleh respoden. Penngkatan atribut-atribut
yang masuk dalam kuadran ini dapat dipertimbangkan kembali karena
pengaruhnya terhadap manfaat yang dirasakan oleh responden sangat kecil.
d) Kuadran 4 (Berlebihan)
Atribut-atribut yang masuk dalam kuadran ini merupakan atribut yang
dianggap kurang penting oleh responden namun kinerjanya dirasakan baik
sehingga atribut tersebut cenderung dirasakan berlebihan oleh responden. Atributatribut tersebut dapat dikurangi agar perusahaan dapat menghemat biaya yang
digunakan.
4.6 Definisi Operasional
1. Responden : konsumen Waroeng Cokelat di Kota Bogor yang sudah pernah
membeli dan mengkonsumsi cookies cokelat waroeng Cokelat dan bersedia
untuk diwawancarai.
2. Usia Responden : umur responden pada saat dilakukan pengambilan data
yang dinyatakan dalam tahun.
3. Pendidikan Responden : jenjang pendidikan formal tertinggi yang pernah
diikuti responden dikategorikan atas tamatan SD atau sederajat, SMP atau
sederajat, SMA atau sederajat, Akademi (D1, D2, D3), dan Sarjana (S1, S2,
S3).
4. Jumlah Anggota Rumah Tangga : banyaknya orang yang tinggal dalam satu
atap/rumah atas tanggungan kepala keluarga.
61
5. Pendapatan Rumah Tangga : Nilai nominal yang diperoleh rumah tangga
setiap bulannya sebagai hasil dari penjumlahan pendapatan masing-masing
anggota rumah tangga dari berbagai sumber yang diukur dalam satuan rupiah
per bulan. Pendapatan digolongkan menjadi tiga kategori berdasarkan kriteria
pendapatan oleh BPS dalam Devaluasari (2006), yaitu pendapatan rumah
tangga rendah (kurang dari Rp 2.000.000), pendapatan rumah tangga
menengah (Rp 2.000.000 sampai Rp 5.000.000), dan pendapatan rumah
tangga tinggi (lebih dari Rp 5.000.000).
6. Tenaga Penjual : orang yang menawarkan cookies menjelang hari raya
kepada responden bisa penjual pribadi, pengecer, anggota keluarga maupun
teman/kenalan.
7. Anggota Keluarga : orang-orang yang memiliki hubungan sedarah atau
perkawinan, dan menempati satu lokasi yang sama seperti ayah, ibu, kakak,
anak, dan sebagainya.
8. Teman/kenalan : orang-orang yang tidak mempunyai hubungan sedarah atau
perkawinan, tetapi hidup dalam satu lingkungan yang sama seperti teman
kerja, tetangga, dan sebagainya.
9. Atribut Produk : karakteristik atau ciri dari suatu produk yang dapat
dijadikan sebagai suatu pertimbangan oleh konsumen dalam mengambil
keputusan pembelian.
10. Harga : nilai barang yang harus dibayar konsumen, dihitung dalam satuan
rupiah. Harga yang digunakan adalah harga untuk cookies cokelat Waroeng
Cokelat tahun 2007.
62
11. Jaminan Keamanan Pangan : bentuk jaminan berupa logo halal (produk
tidak melanggar ajaran agama), izin Departemen Kesehatan (Depkes), dan
tanggal kadaluarsa.
63
V
5.1
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Sejarah Waroeng Cokelat
Waroeng Cokelat merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri
cookies dan candy (permen) berbahan baku utama cokelat dengan kegiatan
meliputi produksi dan pemasaran produk-produknya. Waroeng Cokelat yang
berlokasi di Jalan Anggada I No. 22, Perumahan Indraprasta, Bogor ini didirikan
oleh Hj. Yanthi Rusdiyantini, SE pada tahun 2002. Usaha ini berawal dari hobi
beliau membuat kue atau cookies yang berbahan baku cokelat. Tujuan awal
didirikan Waroeng Cokelat adalah untuk mengembangkan hobi yang dimiliki
menjadi suatu bisnis yang menghasilkan produk cokelat olahan yang bernilai
estetika dan menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar lokasi
perusahaan. Waroeng Cokelat merupakan industri kecil dalam skala rumah
tangga.
Produk yang pertama kali dijual di Waroeng Cokelat adalah candy cokelat
dalam beberapa variasi bentuk dan warna. Peluncuran dan pemasaran produk awal
ini dilakukan pada tahun 2003. Tidak lama berselang, yaitu menjelang hari raya
Idul Fitri tahun 2003, Waroeng Cokelat mulai membuat dan memasarkan produk
cookies pertamanya yang diberi nama pindekas cokelat.
Pada awal tahun 2004, Waroeng Cokelat telah resmi menjadi salah satu
UKM binaan Dekranas (Dewan Kerajinan Nasional). Kemudian pada tahun yang
sama Waroeng Cokelat menjadi UKM binaan Disperindagkop Kota Bogor (Dinas
Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi) karena Ibu Yanthi aktif dalam
mengikuti berbagai pelatihan, seminar, dan pameran yang diadakan oleh
64
Disperindagkop Kota Bogor maupun luar kota. Sejak menjadi binaan
Disperindagkop Kota Bogor, Waroeng Cokelat beberapa kali menjadi UKM yang
mewakili UKM Kota Bogor atau pun Jawa Barat untuk mengikuti berbagai
pameran di luar daerah bahkan sampai luar negeri.
Seiring perkembangan waktu, Waroeng Cokelat terus mengembangkan
pasar dan produksinya. Dalam rentang tahun 2005 hingga tahun 2007, jumlah
pesanan untuk produk Waroeng Cokelat terus meningkat, bahkan pihak
perusahaan pun seringkali tidak mampu untuk memenuhi permintaan konsumen.
Di tahun 2005, Waroeng Cokelat berhasil menjual 2.500 toples cookies. Pada
tahun 2006 sebanyak 3.300 toples yang dipasarkan. Dan pada hari raya Idul Fitri
2007, yang merupakan waktu produksi aktif terakhir perusahaan Waroeng
Cokelat, tercatat 7.500 toples cookies yang berhasil dijual. Varian cookies produk
Waroeng Cokelat pun semakin bertambah dan hingga kini terdapat tujuh varian
cookies produk Waroeng Cokelat yang ditawarkan kepada konsumen.
5.2
Struktur Organisasi
Waroeng Cokelat merupakan perusahaan kecil yang masih memiliki
struktur organiasasi yang masih sangat sederhana. Struktur organisasi Waroeng
Cokelat terdiri dari pimpinan perusahaan yaitu Ibu Yanthi selaku pendiri dan
pemilik usaha, bagian produksi, dan bagian pemasaran. Tenaga kerja baik bagian
produksi maupun pemasaran bukan karyawan tetap. Tenaga kerja produksi
diambil dari masyarakat sekitar lingkungan perusahaan. Sedangkan tenaga
pemasaran direkrut dari kantor-kantor dan sekolah-sekolah.
Pimpinan perusahaan memiliki kedudukan tertinggi dalam perusahaan.
Selain itu, pimpinan juga memiliki tugas menetapkan rencana kerja, menentukan
65
jumah maupun jenis, membeli, dan memeriksa bahan baku, bahan pelengkap, dan
peralatan, bertanggung jawab dalam proses produksi, menetapkan harga produk,
mencatat dafar pesanan konsumen, memegang keuangan, memperluas jaringan
kerja, menjaga hubungan baik dengan tenaga kerja, konsumen, instansi
pemerintah maupun swasta, dan mengembangkan produk. Bagian produksi
mempunyai tugas untuk melakukan kegiatan produksi dan pengemasan sesuai
dengan instruksi pimpinan. Sedangkan bagian pemasaran bertugas untuk
menawarkan produk kepada konsumen, mencatat pesanan, mengantarkan produk
sampai tempat konsumen, dan memperluas pemasaran. Struktur organisasi lebih
jelas dapat dilihat pada Gambar 4.
Pimpinan Perusahaan
Bagian produksi
Bagian Pemasaran
Gambar 4 Struktur Organisasi Waroeng Cokelat
5.3
Produk
Produk yang dihasilkan terbagi menjadi dua jenis yaitu jenis candy cokelat
dan cookies cokelat. Bahan baku cokelat yang digunakan adalah cokelat hitam,
cokelat susu, dan cokelat putih.
Candy cokelat yang dihasilkan beraneka ragam dalam warna, bentuk, dan
isi. Candy cokelat yang ditawarkan yaitu loly pop, dan pralin dengan berbagai
pilihan warna, rasa, ukuran, dan isi (kacang mede, kacang tanah, kismis, essence
makanan, dan lain-lain) dengan berbagai bentuk hewan, hati, ucapan Happy
Birthday, I Love U, dan lain-lain. Candy cokelat lebih disukai oleh anak-anak dan
remaja dengan jumlah permintaan paling banyak adalah pada saat hari Valentine.
66
Cookies cokelat yang dihasilkan hingga tahun 2007 lalu ada empat jenis
yaitu kurma cokelat, pindekas cokelat, etnik cokelat, dan marbel cokelat. Untuk
tahun 2008 ini, perusahaan mengeluarkan dua jenis baru yaitu Milk Chesee
Cokelat dan Dark Chesee Cokelat. Cookeis cokelat dikemas dengan menggunakan
toples plastik transparan yang berukuran setengah kilogram. Pemilik Waroeng
Cokelat selalu berusaha memberikan jenis-jenis cookies baru yang unik dan
menarik. Konsumen cookies cokelat adalah ibu rumah tangga karena cookies
cokelat dibuat untuk konsumsi keluarga.
Selain kedua produk tersebut, Waroeng Cokelat memiliki produk yang
ditujukan untuk acara-acara tertentu seperti souvenir, dan parsel. Souvenir dan
parsel dikemas secara khusus sesuai dengan permintaan pelanggan.
5.4
Pemasaran
Pada awalnya, kegiatan pemasaran Waroeng Cokelat dilakukan oleh pihak
keluarga pemilik perusahaan. Produk yang dihasilkan lebih banyak dijual di toko
Waroeng Cokelat yang terletak yang juga berlokasi di tempat tinggal pemilik
perusahaan. Dengan kata lain, Waroeng Coklat menjual dengan cara pasif, yaitu
menunggu konsumen untuk datang dan membeli langsung ke Waroeng Cokelat.
Pada tahun 2005, Waroeng Cokelat mulai merubah cara distribusinya yaitu
dengan menggunakan tenaga penjual untuk memasarkan produknya langsung ke
konsumen (mendekatkan ke konsumen) melalui sistem pesanan. Dengan cara
seperti ini, Waroeng Cokelat dapat memperluas daerah pemasarannya hingga ke
Jakarta dan Bandung.
Tenaga penjualan yang disebut dengan distributor ini memiliki latar
belakang pendidikan dan usia yang berbeda. Untuk produk candy cokelat,
67
distributor umumnya merupakan para pelajar atau mahasiswa dari sekolahsekolah dan perguruan tinggi seperti SMU Negeri 3 Bogor, SMP PGRI 8 Bogor,
SMU YKTB, Universitas Kristen Indonesia dan lain-lain. Sedangkan untuk
cookies cokelat, distributor mayoritas merupakan pegawai kantor seperti
karyawan di Bank BNI, Koperasi Pegawai IPB, Balai Pengolahan Pasca Panen,
dan lain-lain. Para distributor ini mendapatkan keuntungan hasil penjualan dari
selisih harga pembelian dari Waroeng Cokelat dan penjualan kepada konsumen.
Karena para distributor ini sesungguhnya merupakan para penjual independen
yang mendapatkan diskon harga pembelian dari Waroeng Cokelat setelah
membeli produk dalam batasan jumlah tertentu.
68
VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN DAN PROSES
PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN
6.1
Karakteristik Umum Responden
Karakteristik
umum
responden
berdasarkan
jenis
kelamin,
usia,
pendidikan terakhir, jenis pekerjaan, status pernikahan, jumlah anggota keluarga,
dan pendapatan rumah tangga per bulan.
6.2.1 Jenis Kelamin
Sebagian besar responden Waroeng Cokelat berjenis kelamin wanita yaitu
sebanyak 86,7 persen. Hal ini karena wanita mendominasi dalam pengambilan
keputusan pembelian cookies pada saat hari raya Idul Fitri. Lebih dominannya
wanita sebagai konsumen cookies cokelat Waroeng Cokelat membuktikan bahwa
target pasar dari Waroeng Cokelat yang merupakan pegawai wanita telah tercapai.
Tabel 6 Sebaran Jenis Kelamin Responden Cookies Cokelat Waroeng
Cokelat
Jenis Kelamin
Wanita
Laki-laki
Total
Jumlah (orang)
Persentase
26
4
30
86,7
13,3
100,0
6.2.2 Kedudukan dalam Keluarga
Sebagian besar kedudukan responden dalam keluarga adalah sebagai istri
yaitu sebesar 60 persen. Sedangkan responden yang berkedudukan sebagai anak
dan suami dalam keluarga yaitu sebesar 26,7 persen dan 13,3 persen. Hal ini
memperlihatkan bahwa istri memegang peranan dalam pembelian cookies pada
saat hari raya Idul Fitri. Adanya peran suami dalam pembelian cookies cokelat
karena mereka bekerja di kantor yang merupakan tempat pemasaran Waroeng
69
Cokelat dan istri mereka tidak bekerja di tempat yang sama atau hanya sebagai ibu
rumah tangga.
Tabel 7 Sebaran Kedudukan Responden dalam Keluarga Cookies Cokelat
Waroeng Cokelat
Kedudukan dalam Keluarga
Istri
Suami
Anak (wanita)
Total
Jumlah (orang)
18
4
8
30
Persentase
60,0
26,7
13,3
100.0
6.2.3 Usia
Pada Tabel 8 terlihat bahwa sebaran usia responden didominasi antara 21
sampai 30 tahun sebanyak 53,3 persen. Sebanyak 26,7 persen responden berusia
31 sampai 40 tahun. Sedangkan responden yang berusia 41 sampai 50 tahun dan
diatas 50 tahun masing-masing sebesar 10 persen.
Tabel 8 Sebaran Usia Responden Cookies Cokelat Waroeng Cokelat
Usia (tahun)
21 – 30
31 – 40
41 – 50
> 50
Total
Jumlah (orang)
Persentase
16
8
3
3
30
53,3
26,7
10,0
10,0
100,0
6.2.4 Tingkat Pendidikan
Karakteristik responden menurut tingkat pendidikan terakhir yang
ditempuh seperti yang terlihat dalam Tabel 9 didominasi oleh pendidikan tingkat
SMA atau sederajat yaitu sebanyak 60 persen. Kemudian sebanyak 40 persen
memiliki tingkat pendidikan Sarjana. Hal ini memperlihatkan bahwa responden
sudah memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Dengan tingkat pendidikan yang
tinggi konsumen Waroeng Cokelat akan mempengaruhi proses pengambilan
70
keputusan pembelian mereka seperti mencari informasi yang lebih banyak
mengenai cookies cokelat yang akan mereka beli.
Tabel 9 Sebaran Tingkat Pendidikan Terakhir Responden Cookies Cokelat
Waroeng Cokelat
Tingkat Pendidikan Terakhir
SMA/sederajat
Sarjana
Total
Jumlah (orang)
Persentase
18
12
30
60,0
40,0
100,0
6.2.5 Jenis Pekerjaan
Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 10, terlihat bahwa sebaran
jenis pekerjaan responden adalah sebagai karyawan swasta yaitu sebanyak 53,3
persen. Selanjutnya adalah sebagai PNS (43,3 persen) dan honorer (3,3 persen).
Ini berarti responden adalah wanita karir yang tidak memiliki waktu banyak untuk
membuat cookies sendiri pada saat hari raya Idul Fitri sehingga lebih cenderung
untuk membeli.
Tabel 10 Sebaran Jenis Pekerjaan Responden Cookies Cokelat Waroeng
Cokelat
Pekerjaan
Karyawan Swasta
PNS
Lainnya, honorer
Total
Jumlah (orang)
Persentase
16
13
1
30
53,3
43,3
3,3
100
6.2.6 Jumlah Anggota Rumah Tangga
Responden cookies cokelat didominasi oleh rumah tangga dengan jumlah
anggota rumah tangga sebanyak 3-4 orang (Tabel 11) yaitu sebesar 76,7 persen.
Responden ini merupakan keluarga kecil dengan jumlah anak 1-2 orang.
71
Tabel 11 Jumlah Anggota Rumah Tangga Responden Cookies Cokelat
Waroeng Cokelat
Jumlah Anggota RT (orang)
Jumlah (orang)
3
4
5
Total
Persentase
13
10
7
30
43,3
33,3
23,3
100.0
6.2.7 Pendapatan Rumah Tangga per Bulan
Berdasarkan
BPS
dalam
Devaluasari
(2006),
pendapatan
dapat
diktegorikan sebagai rumah tangga berpendapatan rendah, menengah, dan tinggi.
Pendapatan rendah yaitu dengan rata-rata pendapatan rumah tangga per bulan
kurang dari Rp 2.000.000, pendapatan menengah yaitu antara Rp 2.000.000
sampai Rp 5.000.000, dan pendapatan tinggi yaitu yang memiiki pendapatan
rumah tangga per bulan lebih dari Rp 5.000.000.
Pada Tabel 12 terlihat sebaran jumlah pendapatan rumah tangga per bulan
responden didominasi dengan pendapatan menengah yaitu antara Rp 2.000.000
sampai Rp 5.000.000 sebesar 70 persen. Ini berarti pendapatan tersebut
merupakan pendapatan minimal yang dimiliki oleh rumah tangga pada saat hari
raya Idul Fitri karena pada saat hari raya Idul Fitri ada tambahan pendapatan yang
disebut dengan Tunjangan Hari Raya (THR) apalagi sebagian besar responden
adalah karyawan swasta. Selanjutnya sebanyak 16,7 persen responden
berpendapatan rendah yaitu memiliki pendapatan rumah tangga per bulan sebesar
kurang dari Rp 2.000.000 dan 13,3 persen responden berpendapatan tinggi dengan
pendatapatan rumah tangga per bulan sebesar lebih dari Rp 5.000.000.
72
Tabel 12 Pendapatan Rumah Tangga Responden Cookies Cokelat Waroeng
Cokelat per Bulan
Pendapatan per bulan
< Rp 2.000.000
Rp 2.000.000 - Rp 5.000.000
> Rp 5.000.000
Total
Jumlah (orang)
5
21
4
30
Persentase
16,7
70,0
13,3
100,0
6.2.8 Kali Pembelian Cookies Cokelat Waroeng Cokelat Pada Hari Raya
Idul Fitri
Sebagian besar responden yaitu sebanyak 80 persen telah melakukan
pembelian dua sampai tiga kali yaitu pada saat hari raya Idul Fitri. Sedangkan
sebanyak 20 persen baru melakukan satu kali pembelian yaitu pada hari raya Idul
Fitri tahun 2007. Hal ini berarti bahwa responden telah memiliki pengetahuan
mengenai cookies cokelat Waroeng Cokelat.
Tabel 13 Kali Pembelian Cookies Cokelat Waroeng Cokelat oleh Responden
Pada Hari Raya Idul Fitri
Kali Pembelian Responden
1
2
3
Total
6.2
Jumlah (orang)
6
12
12
30
Persentase
20,0
40,0
40,0
100,0
Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Cookies Saat Hari Raya
Proses pengambilan keputusan pembelian responden terhadap produk
cookies pada saat hari raya Idul Fitri terdiri dari pengenalan kebutuhan, pencarian
informasi, evaluasi alternatif, pembelian, pasca pembelian.
6.2.1 Pengenalan Kebutuhan
Pada saat hari raya Idul Fitri, responden memiliki kebutuhan untuk
menyediakan cookies sebagai pelengkap hari raya. Responden yang sebagian
besar adalah wanita karir yang berkedudukan sebagai istri dalam keluarga,
memiliki sedikit waktu untuk membuat cookies tersebut sendiri. Hal ini membuat
73
mereka
memutuskan
melakukan
pembelian
cookies
untuk
memenuhi
kebutuhannya itu.
Untuk jenis cookies cokelat sendiri, sebanyak 63,3 responden menyatakan
harus menyediakan cookies cokelat di rumahnya pada saat hari raya dengan alasan
keluarga mereka memang penggemar cokelat. Sedangkan sebanyak 36,7 persen
responden menyatakan tidak ada keharusan untuk menyediakan cookies cokelat
pada saat hari raya Idul Fitri. Responden ini termasuk yang menyukai tetapi bukan
penggemar cokelat.
Tabel 14 Sebaran Responden Berdasarkan Keharusan Menyediakan Cookies
Cokelat
Keharusan Menyediakan Cookies Cokelat
Ya
Tidak
Total
Jumlah (orang)
19
11
30
Persentase
63,3
36,7
100,0
Sebagian besar responden menyatakan cookies cokelat dibutuhkan untuk
memenuhi konsumsi keluarga sebanyak 83,3 persen. Sedangkan sebanyak 10
persen bertujuan untuk dijadikan sebagai bingkisan hari raya. Dan sebanyak 6,7
persen menyatakan tujuan pembelian mereka adalah untuk konsumsi keluarga dan
sebagai bingkisan hari raya.
Tabel 15 Sebaran Responden Berdasarkan Tujuan Pembelian Cookies
Cokelat
Tujuan Pembelian
Konsumsi keluarga
Bingkisan
Keduanya
Total
Jumlah (orang)
25
3
2
30
Persentase
83,3
10,0
6,7
100
Adanya kebutuhan tersebut menimbulkan motivasi responden untuk
membeli cookies cokelat Waroeng Cokelat. Sebanyak 83,3 memilih karena faktor
produk itu sendiri yaitu rasa yang enak dan bentuk cookies yang menarik. Hal ini
74
karena sebagian besar konsumen telah memiliki pengetahuan tentang cookies
cokelat Waroeng Cokelat. Sebanyak 16,7 persen termotivasi karena hanya ingin
memenuhi kebutuhan cookiesnya pada saat hari raya. Sedangkan 20 persen
responden termotivasi karena hanya ingin mencoba. Responden ini adalah
responden yang baru pertama kali membeli cookies cokelat Waroeng Cokelat.
Tabel 16 Sebaran Responden Berdasarkan Motivasi Pembelian Cookies
Cokelat Waroeng Cokelat
Motivasi Pembelian*
Rasa yang enak
Harga yang terjangkau
Warna menarik
Bentuk cookies yang menarik
Memenuhi kebutuhan cookies
Hanya ingin mencoba
Total
Jumlah (orang)
15
3
2
10
5
6
41
Persentase
50,0
10,0
6,7
33,3
16,7
20,0
136,7
Keterangan: * jawaban responden lebih dari satu
6.2.2 Pencarian Informasi
Responden kemudian akan melakukan pencarian informasi setelah
mengenali kebutuhannya. Responden sebagian besar memperoleh informasi dari
teman atau kenalan (86,7 persen). Sedangkan dari anggota keluarga dan tenaga
penjual masing-masing adalah 10 persen dan 3,3 persen. Ini berarti sumber
informasi yang paling efektif bagi konsumen adalah teman. Sumber informasi
tersebut memberikan pengaruh psikologis yang besar kepada responden untuk
mencoba cookies cokelat Waroeng Cokelat.
Tabel 17 Sebaran Responden Berdasarkan Sumber Informasi Tentang
Cookies Cokelat Waroeng Cokelat Pada Saat Hari Raya Idul Fitri
Sumber Informasi
Anggota keluarga
Teman/Kenalan
Tenaga penjual
Total
Jumlah (orang)
3
26
1
30
Persentase
10,0
86,7
3,3
100,0
75
Dari sumber informasi tersebut, informasi yang paling diperlukan oleh
responden yang berkaitan dengan cookies cokelat adalah jaminan kemanan (46,67
persen), rasa cookies (33,33 persen), dan daya tahan produk (30 persen) (Tabel
18). Saat ini banyaknya pemberitaan mengenai adanya bahan tambahan makanan
yang dilarang dimasukan ke dalam makanan seperti pewarna tekstil dan minyak
babi membuat responden semakin waspada terhadap jaminan keamanan produk
(label halal, izin Departemen Kesehatan, dan tanggal kadaluarsa). Setelah
informasi tersebut diperoleh, hal lain yang ingin diketahui adalah mengenai rasa
cookies yang terkait dengan enak tidaknya cookies yang ditawarkan. Baru
kemudian mengenai daya tahan dari produknya karena untuk tujuan sebagai
bingkisan atau dibawa mudik.
Tabel 18 Sebaran Responden Berdasarkan Informasi Utama yang
Diperlukan Responden Tentang Cookies Cokelat Waroeng
Cokelat Pada Saat Hari Raya Idul Fitri
Informasi Utama*
Rasa cookies
Harga
Jenis cookies
Jaminan keamanan pangan
Daya tahan
Total
Jumlah (orang)
10
3
5
14
9
41
Persentase
33,3
10,0
16,7
46,7
30,0
136,7
Keterangan: * jawaban responden lebih dari satu
Alat promosi yang paling mempengaruhi responden untuk mengetahui
lebih lanjut mengenai cookies cokelat Waroeng Cokelat setelah mendapat
informasi dari sumber informasi adalah pengujian gratis (70 persen). Dengan
adanya pengujian gratis sampel yang dibawa oleh tenaga penjual membuat
responden mengetahui secara pasti wujud fisik cookies cokelat Waroeng Cokelat
dan rasa cookies. Dari informasi yang mereka peroleh dari sumber informasi,
76
membuat mereka ingin mencoba. Dengan adanya pengujian gratis, mereka
membentuk kepercayaan yang kuat mengenai wujud fisik dan rasa cookies.
Penjelasan dari tenaga penjual menempati urutan kedua yaitu sebesar 13,3
persen dan alat promosi berupa brosur hanya memberikan pengaruh terhadap 10
persen responden. Responden yang mencari informasi melalui tenaga penjual
ingin mendapatkan penjelasan yang lebih rinci mengenai produk yang ditawarkan.
Responden yang mencari informasi melalui brosur adalah mereka yang ingin
membeli berupa bingkisan parsel. Sedangkan foto produk paling kecil
memberikan pengaruh yaitu hanya sebesar 6,7 persen. Ini memperlihatkan bahwa
foto produk kurang efektif sebagai alat promosi karena konsumen merasa kurang
yakin dengan apa yang ditampilkan di dalam foto.
Tabel 19 Sebaran Responden Berdasarkan Alat Promosi yang Paling
Mempengaruhi Responden Cookies Cokelat Waroeng Cokelat
Pada Saat Hari Raya Idul Fitri
Alat Promosi
Pengujian gratis
Foto produk
Brosur/pamflet
Penjelasan tenaga penjual
Total
Jumlah (orang)
21
2
3
4
30
Persentase
70,0
6,7
10,0
13,3
100,0
6.2.3 Evaluasi Alternatif
Setelah responden memiliki informasi yang cukup mengenai hal yang
berkaitan produk, responden akan melakukan evaluasi alternatif
berdasarkan
kriteria yang mereka tentukan. Tahap ini responden menentukan kriteria yang
relevan dengan keinginan untuk membuat keputusan pembelian cookies cokelat
Waroeng Cokelat. Kriteria umum yang digunakan oleh responden adalah rasa
cookies yang enak, rasa cokelat yang terasa, harga yang ditawarkan, warna
77
cookies yang menarik, bentuk cookies yang enak, jenis cookies bervariasi, dan
kemasan yang menarik.
Rasa yang enak merupakan dasar pertimbangan responden dalam memilih
cookies cokelat Waroeng Cokelat sebagai produk yang akan dibeli dengan
persentase sebesar 83,3 persen. Pertimbangan lainnya yang juga penting adalah
bentuk cookies cokelat Waroeng Cokelat yang unik sebesar 53,3 persen. Rasa
cokelat yang terasa yang merupakan rasa khas cookies cokelat menjadi
pertimbangan sebesar 40 persen. Sedangkan untuk atribut warna yang menarik
merupakan atribut yang dipertimbangkan paling rendah yaitu sebesar 3,3 persen.
Warna menjadi atribut yang paling rendah untuk dipertimbangkan karena warna
cokelat hanya terdiri dari tiga warna saja yaitu putih, cokelat tua, dan cokelat susu.
Tabel 20 Sebaran Responden Berdasarkan Atribut Cookies Cokelat yang
Paling Dipertimbangkan Dalam Membeli Pada Saat Hari Raya
Idul Fitri
Atribut Cookies Cokelat*
Jumlah (orang)
Rasa cookies yang enak
Rasa cokelat yang terasa
Harga yang ditawarkan
Warna cookies yang menarik
Bentuk cookies yang unik
Jenis cookies
Kemasan yang menarik
Total
25
12
3
1
16
7
6
70
Persentase
83,3
40,0
10,0
3,3
53,3
23,3
20
233,3
Keterangan: * jawaban responden lebih dari satu
6.2.4 Pembelian Cookies Cokelat Waroeng Cokelat
Dalam keputusan pembelian responden, sebagian besar responden
melakukan pembelian melalui pemesanan dengan waktu memesan cookies cokelat
Waroeng Cokelat 4 sampai 2 minggu sebelum hari raya Idul Fitri tiba (66,7
persen). Responden yang memesan 1 sampai kurang dari 1 minggu menjelang hari
raya sebanyak 33,3 persen. Hal ini disebabkan oleh dengan pemesanan yang
78
relatif lebih lama menjelang Idul Fitri mereka akan merasa aman dengan
persediaan cookies. Setelah melakukan pemesanan, responden dan tenaga penjual
mengadakan perjanjian waktu pengiriman cookies yang sudah mereka pesan.
Waktu pengiriman cookies biasanya dilakukan 1 minggu sampai beberapa hari
menjelang Idul Fitri.
Tabel 21 Sebaran Responden Berdasarkan Waktu Pemesanan Cookies
Cokelat Waroeng Cokelat Pada Saat Hari Raya Idul Fitri
Waktu Pemesanan
4 minggu sebelum hari raya
3 minggu sebelum hari raya
2 minggu sebelum hari raya
1 minggu sebelum hari raya
< 1 minggu sebelum hari raya
Total
Jumlah (orang)
6
5
9
9
1
30
Persentase
20,0
16,7
30,0
30,0
3,3
100,0
Pada Idul Fitri tahun 2007, Waroeng Cokelat mengeluarkan empat jenis
cookies cokelat yaitu marbel cokelat, pindekas cokelat, kurma cokelat, dan etnik
cokelat. Berdasarkan data yang diperoleh, ternyata pada tahun tersebut jenis
cookies yang paling banyak dibeli oleh konsumen adalah marbel cokelat dengan
persentase sebesar 83,3 persen. Selanjutnya jenis cookies cokelat yang juga
banyak dibeli responden adaah kurma cokelat sebesar 60 persen. Responden ini
memiliki kecenderungan pembelian karena variasi karena marbel cokelat
merupakan jenis cookies cokelat yang baru dikeluarkan pada saat itu dengan
bentuk yang unik.
Tabel 22 Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Cookies Cokelat Waroeng
Cokelat yang Dibeli
Jenis Cookies Cokelat*
Marbel Cokelat
Pindekas Cokelat
Kurma Cokelat
Etnik Cokelat
Total
Keterangan: * jawaban responden lebih dari satu
Jumlah (orang)
25
8
18
8
59
Persentase
83,3
26,7
60,0
26,7
196,7
79
Pihak yang paling mempengaruhi keputusan pembelian adalah inisiatif diri
sendiri (80 persen). Responden ini hanya bergantung kepada informasi yang
didapatnya berdasarkan sumber informasi dan alat promosi. Pengaruh dari atribut
yang ada dalam produk itu sendiri yang paling mempengaruhi pengambilan
keputusan bukan karena pengaruh dari pihak lain. Pengaruh teman dan anggota
keluarga (istri) hanya 13,3 persen dan 6,7 persen.
Tabel
23
Sebaran Responden Berdasarkan Pihak yang paling
Mempengaruhi Dalam Pembelian Cookies Cokelat Waroeng
Cokelat
Pihak yang Paling Mempengaruhi
Insisiatif sendiri
Anggota keluarga
Teman/kenalan
Total
Jumlah (orang)
Persentase
24
2
4
30
80,0
6,7
13,3
100,0
6.2.5 Evaluasi Pasca Pembelian
Sebanyak 60 persen responden akan mengurangi jumlah pembelian
selanjutnya bila terjadi kenaikan harga. Ini berarti produk ini sensitif terhadap
kenaikan harga. Sedangkan responden yang akan tetap membeli tanpa mengurangi
jumlah pembelian sebesar 30 persen. Hanya 10 persen responden yang akan
mencari cookies di tempat lain.
Tabel 24 Sebaran Responden Berdasarkan Pengaruh Kenaikan Harga
Cookies Cokelat Waroeng Cokelat
Respon Responden Terhadap
Kenaikan Harga
Tetap membeli
Mengurangi jumlah pembelian
Mencari ke tempat lain
Total
Jumlah (orang)
Persentase
9
18
3
30
30,0
60,0
10,0
100,0
Setelah melakukan pembelian cookies cokelat Waroeng Cokelat, sebanyak
53,3 persen mungkin akan melakukan pembelian cookies cokelat Waroeng
80
Cokelat pada hari raya Idul Fitri tahun 2008. Responden memilih jawaban dengan
alasan kualitas yang ditawarkan tetap serta melihat situasi nanti seperti apa.
Sebanyak 26,7 persen responden menyatakan pasti akan membeli cookies cokelat
Waroeng Cokelat pada hari raya Idul Fitri tahun 2008. Hal ini terjadi dengan
alasan kemudahan memperoleh dan memiliki rasa yang sudah terjamin.
Sedangkan sebanyak 20 responden menyatakan bahwa mereka tidak yakin akan
membeli kembali atau tidak dengan alasan daya tahan produk yang dikhawatirkan
bermasalah kalau dibawa mudik dan harga yang tidak terjangkau.
Tabel 25 Sebaran responden Berdasarkan Kemungkinan Membeli Cookies
Cokelat Waroeng Cokelat Pada Hari Raya Idul Fitri Tahun 2008
Kemungkinan Membeli Cookies Cokelat Waroeng Cokelat
Pasti Akan Membeli
Mungkin Akan Membeli
Tidak Yakin
Total
Jumlah
(orang)
8
16
6
30
Persentase
26,7
53,3
20
100,0
81
VII ANALISIS SIKAP FISHBEIN DAN TINGKAT KEPUASAN
KONSUMEN
7.1
Analisis Sikap Fishbein
7.1.1 Nilai Evaluasi Atribut (ei)
Nilai evaluasi atribut menggambarkan pentingnya suatu atribut bagi
resonden. Responden melakukan penilaian terhadap tingkat kepentingan atribut
tanpa dikaitkan dengan merek tertentu. Atribut yang akan dipertimbangkan ketika
mengevaluasi cookies cokelat adalah warna cookies, bentuk cookies, rasa manis,
rasa cokelat, aroma cokelat, cita rasa cookies, harga yang ditawarkan, variasi jenis
cookies yang tersedia, kemasan, jaminan keamanan pangan (label halal, izin
Depkes, dan tanggal kadaluarsa), nama merek, ketepatan waktu pemenuhan
pesanan, dan daya tahan produk.
Tabel 26 Nilai Evaluasi Atribut Cookies Cokelat
No.
Atribut
10
6
13
2
4
8
7
12
9
1
5
3
11
Atribut
Jaminan keamanan pangan
Cita rasa cookies
Daya tahan
Bentuk cookies
Rasa cokelat
Variasi jenis yang tersedia
Harga yang ditawarkan
Ketepatan waktu pemenuhan pesanan
Kemasan
Warna
Aroma cokelat
Rasa manis
Nama merek
Evaluasi
(ei)
4,43
4,40
4,23
4,20
4,20
4,17
4,17
4,13
4,13
3,97
3,97
3,57
3,23
Peringkat
1
2
3
4,5
4,5
6,5
6,5
8,5
8,5
10,5
10,5
12
13
Pada tabel nilai evaluasi terhadap atribut cookies cokelat, dapat dilihat
bahwa atribut jaminan keamanan pangan (4,43) menjadi atribut yang paling
penting dipertimbangkan oleh responden. Diikuti oleh atribut cita rasa cookies
(4,40), daya tahan produk (4,23), bentuk cookies (4,20), dan rasa cokelat (4,20).
82
Ini berarti responden lebih mementingkan untuk mempertimbangkan kelima
atribut tersebut.
7.1.2 Nilai Kepercayaan Atribut (bi)
Nilai kepercayaan atribut cookies cokelat menunjukkan nilai kinerja
atribut-atribut tersebut
dengan
melihat
merek
Waroeng Cokelat.
Nilai
kepercayaan ini dinilai oleh responden dengan kriteria jika nilainya semakin
mendekati angka lima maka atribut tersebut dianggap semakin baik kinerjanya,
namun jika nilainya semakin mendekati angka satu maka atribut tersebut dianggap
semakin tidak baik tingkat kinerjanya.
Berdasarkan pendapat responden yang terdapat dalam Tabel 27, atribut
cookies cokelat Waroeng Cokelat yang kinerjanya dianggap paling baik adalah
bentuk cookies (3,87). Cookies cokelat Waroeng Cokelat diangggap memiliki
bentuk yang unik dan menarik yang berbeda dengan bentuk cookies yang
ditawarkan di pasaran. Tiga atribut lain yang dianggap lebih baik dibanding
atribut lainnya adalah rasa cokelat (3,77), dan cita rasa cookies (3,73).
Tabel 27 Nilai Kepercayaan Atribut Cookies Cokelat Waroeng Cokelat
No. Atribut
2
4
1
6
3
13
12
5
9
8
7
10
11
Atribut
Bentuk cookies
Rasa cokelat
Warna
Cita rasa cookies
Rasa manis
Daya tahan
Ketepatan waktu pemenuhan pesanan
Aroma cokelat
Kemasan
Variasi jenis yang tersedia
Harga
Jaminan keamanan pangan
Nama merek
Skor Rata-Rata
3,87
3,77
3,73
3,73
3,37
3,37
3,33
3,30
3,20
3,00
2,90
2,73
2,53
Peringkat
1
2
3,5
3,5
5,5
5,5
7
8
9
10
11
12
13
83
7.1.3 Nilai Analisis Sikap Fishbein
Penilaian terhadap tingkat kepentingan dan kinerja atribut cookies cokelat
kemudian dimasukan ke dalam rumus Fishbein. Dari rumus tersebut akan
diperoleh nilai sikap Fishbein. Pengukuran sikap terhadap cookies cokelat
Waroeng Cokelat diperoleh berdasarkan sikap responden cookies cokelat tersebut
secara keseluruhan terhadap semua atribut. Dapat saja responden tidak menyukai
terhadap sebuah atribut tertentu yang dimiliki oleh cookies cokelat Waroeng
Cokelat, namun suka terhadap atribut yang lain sehingga dapat menimbulkan
sikap keseluruhan yang berbeda terhadap produk tersebut.
Tabel 28 Hasil Perhitungan Analisis Fishbein Cookies Cokelat Waroeng
Cokelat
No. Atribut
2
6
4
13
1
12
9
5
10
8
7
3
11
Atribut
Bentuk cookies
Cita rasa cookies
Rasa cokelat
Daya tahan
Warna
Ketepatan waktu pemenuhan
pesanan
Kemasan
Aroma cokelat
Jaminan keamanan pangan
Variasi jenis yang tersedia
Harga yang ditawarkan
Rasa manis
Nama merek
Total
Evaluasi
(ei)
4,20
4,40
4,20
4,23
3,97
Kepercayaan
(bi)
3,87
3,73
3,77
3,37
3,73
bi.ei
Interpretasi
16,40
16,37
15,83
14,93
14,87
Suka
Suka
Suka
Biasa saja
Biasa saja
4,13
3,33
13,77
Biasa saja
4,13
3,97
4,43
4,17
4,17
3,57
3,23
3,20
3,30
2,73
3,00
2,90
3,37
2,53
13,27
13,13
12,57
12,50
12,07
11,97
9,73
177,40
Biasa saja
Biasa saja
Biasa saja
Biasa saja
Biasa saja
Biasa saja
Tidak suka
Biasa saja
Berdasarkan tabulasi data Fishbein didapat bahwa sikap responden
terhadap cookies cokelat Waroeng Cokelat adalah netral dengan nilai 177,40
berada dalam selang antara 137,81 dan 200,2. Sikap ini muncul berdasarkan
penilaian responden terhadap keseluruhan atribut yang diamati.
84
Ada kesenjangan yang terjadi antara hasil penelitian dengan kenyataan
yang ada. Sikap yang didapat dari hasil penelitian ini didapat bahwa sikap
responden terhadap cookies cokelat Waroeng Cokelat adalah netral, padahal
responden yang didapat adalah responden sebagian besar (80 persen) sudah
melakukan pembelian sebanyak dua sampai tiga kali. Dengan pembelian yang
sudah berulang kali seharusnya nilai sikap yang diberikan responden adalah
positif atau menyukai cookies cokelat Waroeng Cokelat.
Ini berarti bahwa responden tetap setia membeli cookies cokelat Waroeng
Cokelat karena atribut-atribut tertentu yang membuat sikap responden menyukai
produk tersebut yaitu nilai yang didapat berada dalam rentang nilai 15,41 dan
20,2. Atribut-atribut tersebut antara lain bentuk cookies (16,40), cita rasa cookies
(16, 37), dan rasa cokelat (15,13).
Untuk atribut daya tahan (14,93), warna (14,87), ketepatan waktu
pemenuhan pesanan (13,77), kemasan (13,27), aroma cokelat (13,13), jaminan
keamanan pangan (12,57), variasi jenis yang tersedia (12,50), harga yang
ditawarkan (12,07), dan rasa manis (11,97) disikapi biasa saja oleh responden
yaitu berada dalam rentang nilai 10,61 dan 15,4. Dengan kata lain tidak ada
keistiewaan yang diberikan oleh masing-masing atribut tersebut.
Sedangkan untuk atribut nama merek disikapi negatif atau tidak disukai
oleh responden. Atribut tersebut diberi nilai 9,73 berada dalam rentang nilai 5,81
dan 10,6. Sikap responden disebabkan nama merek Waroeng Cokelat tidak
terkenal minimal untuk cakupan wilayah Kota Bogor. Nama merek Waroeng
Cokelat hanya dikenal oleh konsumen yang terlayani oleh Waroeng Cokelat saja.
85
Ini juga berarti bahwa wilayah pemasaran untuk cookies cokelat Waroeng Cokelat
masih belum luas.
Berdasarkan analisis sikap Fishbein, masih banyak atribut yang masih
dinilai biasa saja oleh responden. Pihak perusahaan masih harus terus
meningkatkan kepercayaan responden terhadap atribut-atribut yang ada agar dapat
merubah sikap responden terhadap cookies cokelat Waroeng Cokelat. Perusahaan
juga harus tetap mempertahankan atribut yang disukai responden karena atributatribut tersebutlah yang membuat responden masih mau membeli cookies cokelat
Waroeng Cokelat.
7.2
Analisis Tingkat Kepuasan Konsumen
7.2.1 Analisis Tingkat Kepentingan Atribut Cookies Cokelat
Dalam analisis tingkat kepentingan atribut dari cookies cokelat, akan
diketahui sejauh mana tingkat kepentingan dinilai oleh responden tanpa melihat
merek cookies cokelat. Ada tiga belas atribut yang akan dibahas yaitu atribut
warna cookies, bentuk cookies, rasa manis, rasa cokelat, aroma cokelat, cita rasa
cookies, harga yang ditawarkan, variasi jenis yang tersedia, kemasan, jaminan
keamanan pangan (label halal, izin Depkes, dan tanggal kadaluarsa), nama merek,
ketepatan waktu pemenuhan pesanan, dan daya tahan produk.
a) Warna Cookies
Berdasarkan Tabel 29, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yaitu
sebanyak
56,7
persen
menilai
atribut
warna
cookies
penting
untuk
dipertimbangkan, sebanyak 20 persen responden menganggap atribut warna
sangat penting, dan 23,3 persen responden menganggap atribut warna cukup
86
penting. Secara keseluruhan skor rata-rata yang diperoleh sebesar 3,97, berarti
responden menganggap bahwa responden ini penting karena berada dalam rentang
nilai 3,41 dan 4,2. Atribut ini dinilai penting oleh responden karena warna cookies
yang menarik perhatian responden untuk mencoba, selain itu responden dapat
melihat warna tersebut memakai pewarna buatan atau tidak.
Tabel 29 Tingkat Kepentingan Atribut Warna Cookies
Uraian
Jumlah (orang)
%
1
0
0
Skor rata-rata ( Y i )
Tingkat Kepentingan (Y)
2
3
4
0
7
17
0
23,3
56,7
3,97
Total
5
6
20
30
100
b) Bentuk Cookies
Sebanyak 30 persen responden menganggap atribut bentuk cookies sangat
penting untuk dipertimbangkan, sebanyak 60 persen responden menganggap
atribut ini penting untuk dipertimbangkan, dan sebanyak 10 persen menganggap
atribut ini cukup penting untuk dipertimbangkan. Keseluruhan dari nilai tersebut
menghasilkan skor rata-rata sebesar 4,20, ini berarti atribut bentuk cookies
dianggap oleh responden sebagai atribut yang penting untuk dipertimbangkan.
Atribut ini dianggap penting karena bentuk cookies cokelat yang menarik menjadi
daya tarik awal bagi responden untuk mencoba merasakan cookies cokelat.
Tabel 30 Tingkat Kepentingan Atribut Bentuk Cookies
Uraian
Jumlah (orang)
%
Skor rata-rata ( Y i )
1
0
0
Tingkat Kepentingan (Y)
2
3
4
0
3
18
0
10
60
4,20
5
9
30
Total
30
100
c) Rasa Manis
Cokelat sebenarnya memiliki rasa yang pahit. Oleh sebab itu, produsen
biasanya menambahkan gula sebagai pemanis dalam produknya. Kebutuhan akan
87
rasa manis pada setiap konsumen berbeda-beda. Ada konsumen yang menyukai
rasa manis dan ada juga yang tidak menyukai rasa manis.
Untuk cookies cokelat, sebagian besar (50 persen) responden menganggap
rasa manis cukup penting, hanya 43,3 persen responden yang menganggap bahwa
rasa manis itu penting, dan sebanyak 6,7 persen responden menganggap atribut ini
sangat penting. Skor rata-rata yang didapat secara keseluruhan memperlihatkan
bahwa atribut ini dianggap penting oleh responden yaitu sebesar 3,57. Atribut rasa
manis dianggap penting tetapi dengan skor yang mendekati cukup penting karena
sebagian responden tidak menyukai rasa manis untuk cokelat tetapi hanya cukup
manis.
Tabel 31 Tingkat Kepentingan Atribut Rasa Manis
Uraian
Jumlah (orang)
%
Skor rata-rata ( Y i )
1
0
0
Tingkat Kepentingan (Y)
2
3
4
5
0
15
13
2
0
50
43,3
6,7
3,57
Total
30
100
d) Rasa Cokelat
Dalam Tabel 32, sebanyak 33,3 persen responden menganggap rasa
cokelat sebagai atribut yang sangat penting untuk dipertimbangkan. Sementara itu,
sebanyak 53,3 persen responden menganggap atribut rasa cokelat penting untuk
dipertimbangkan. Hanya 13,3 persen yang menganggap bahwa atribut rasa cokelat
cukup penting untuk dipertimbangkan. Secara keseluruhan diperoleh skor rata-rata
tingkat kepentingan untuk atribut rasa cokelat adalah 4,20 persen, ini berarti
atribut ini dianggap penting oleh responden. Atribut rasa cokelat menjadi penting
untuk dipertimbangkan oleh responden karena setiap jenis makanan memiliki rasa
yang khas. Untuk cookies cokelat tentunya rasa cokelatlah yang seharusnya lebih
dominan dibandingkan dengan bahan tambahan lainnya.
88
Tabel 32 Tingkat Kepentingan Atribut Rasa Cokelat
Uraian
Jumlah (orang)
%
1
0
Skor rata-rata ( Y i )
Tingkat Kepentingan (Y)
2
3
4
0
4
16
13,3
53,3
4,20
5
10
33,3
Total
30
100
e) Aroma Cokelat
Responden yang menganggap aroma cokelat menjadi suatu atribut yang
sangat penting untuk dipertimbangkan sebanyak 30 persen. Sebanyak 36,7 persen
responden menganggap atribut aroma cokelat sebagai sesuatu yang penting untuk
dipertimbangkan, dan sebanyak 33,3 persen responden menganggap atribut ini
cukup penting. Skor rata-rata tingkat kepentingan untuk atribut aroma cokelat
yang diperoleh sebesar 3,97. Atribut ini dianggap penting karena aroma suatu
makanan akan mempengaruhi selera konsumen untuk menyantapnya. Begitu pula
dengan cookies cokelat. Aroma cokelat yang sangat terasa akan menggugah selera
konsumen untuk mencoba.
Tabel 33 Tingkat Kepentingan Atribut Aroma Cokelat
Uraian
Jumlah (orang)
%
Skor rata-rata ( Y i )
1
0
0
Tingkat Kepentingan (Y)
2
3
4
0
10
11
0
33,3
36,7
3,97
5
9
30
Total
30
100
f) Cita Rasa Cookies
Sebanyak 53,3 persen responden menganggap cita rasa sebagai atribut
cookies cokelat yang sangat penting untuk dipertimbangkan. Responden masih
menganggap cita rasa sebagai faktor pertimbangan utama. Sebanyak 33,3 persen
responden menganggap bahwa atribut cita rasa cookies penting untuk
dipertimbangkan. Hanya 13,3 persen responden yang menganggap bahwa cita rasa
cookies cukup penting untuk dipertimbangkan. Secara keseluruhan diperoleh
89
tingkat kepentingan rata-rata sebesar 4,40 untuk atribut cita rasa cookies. Ini
berarti atribut ini sangat penting untuk dipertimbangkan karena berada dalam
rentang nilai antara 4,21 dan 5. Atribut ini menjadi sangat penting untuk
dipertimbangkan karena cita rasa cookies yang enak akan membuat responden
kembali untuk membeli produk tersebut.
Tabel 34 Tingkat Kepentingan Atribut Cita Rasa Cookies
Uraian
Jumlah (orang)
%
1
0
0
Skor rata-rata ( Y i )
Tingkat Kepentingan (Y)
2
3
4
0
4
10
0
13,3
33,3
4,40
5
16
53,3
Total
30
100
g) Harga yang Ditawarkan
Harga menjadi pertimbangan konsumen dalam melakukan pembelian.
Terutama bagi mereka yang memiliki pendapatan rendah. Sebanyak 33,3 persen
responden menganggap harga sebagai atribut yang sangat penting untuk
dipertimbangkan. Sebanyak 50 persen responden menganggap harga sebagai
atribut yang penting untuk dipertimbangkan. Sebanyak 16,7 persen responden
menganggap bahwa aribut harga pada cookies cokelat sebagai sesuatu yang cukup
penting untuk dipertimbangkan. Secara keseluruhan, skor rata-rata yang diperoleh
sebesar 4,17 persen. Ini berarti atribut harga yang ditawarkan menjadi atribut yang
penting untuk dipertimbangkan olah responden. Atribut ini menjadi penting
karena sebagian besar responden memiliki pendapatan rumah tangga menengah.
Tabel 35 Tingkat Kepentingan Atribut Harga yang Ditawarkan
Uraian
Jumlah (orang)
%
Skor rata-rata ( Y i )
1
0
0
Tingkat Kepentingan (Y)
2
3
4
0
5
15
0
16,7
50
4,17
5
10
33,3
Total
30
100
90
h) Variasi Jenis yang Tersedia
Berdasarkan tabulasi data dalam Tabel 36, dapat dilihat sebanyak 33,3
persen responden menganggap atribut variasi jenis yang tersedia menjadi sesuatu
yang sangat penting untuk dipertimbangkan. Sebanyak 50 persen responden
menganggap bahwa atribut ini penting sebagai pertimbangan dalam pembelian.
Kemudian sebanyak 16,7 persen responden menganggap atribut ini cukup penting
untuk menjadi bahan pertimbangan.
Skor rata-rata untuk tingkat kepentingan atribut variasi jenis yang tersedia
secara keseluruhan adalah 4,17. Ini menunjukkan bahwa atribut ini sebagai atribut
yang penting untuk dipertimbangkan dalam pembelian cookies cokelat. Atribut ini
menjadi penting karena pada saat hari raya Idul Fitri, konsumen cenderung bosan
dengan jenis cookies cokelat yang ada setiap tahunnya. Sehingga mereka
menginginkan sesuatu yang berbeda. Dengan adanya jenis cookies yang bervariasi
membuat mereka memiliki banyak pilihan.
Tabel 36 Tingkat Kepentingan Atribut Variasi Jenis yang Tersedia
Uraian
Jumlah (orang)
%
1
0
0
Skor rata-rata ( Y i )
Tingkat Kepentingan (Y)
2
3
4
0
5
15
0
16,7
50
4,17
5
10
33,3
Total
30
100
i) Kemasan
Atribut kemasan dianggap sangat penting oleh 23,3 persen responden.
Atribut ini juga dianggap penting oleh 66,7 persen responden dan sebanyak 10
persen menganggap bahwa atribut ini menjadi sesuatu yang sangat penting untuk
dipertimbangkan. Skor rata-rata yang diperoleh sebesar 4,13, menunjukkan bahwa
atribut kemasan menjadi atribut yang penting untuk dipertimbangkan dalam
pembelian cookies cokelat.
91
Kemasan merupakan salah satu atribut produk yang penting karena selain
untuk menjaga agar produk tidak mudah rusak, kemasan yang menarik juga
menjadi daya tarik tersendiri bagi responden. Pada saat hari raya Idul Fitri, selain
untuk konsumsi keluarga, responden menaruh cookies sebagai hiasan di atas meja
sebagai suguhan kepada keluarga atau teman yang berkunjung ke rumah mereka
untuk bersilaturahmi. Hal ini juga yang membuat kemasan menjadi penting.
Selain itu dalam proses pengambilan keputusan, 16,7 persen responden membeli
cookies cokelat untuk dijadikan sebagai bingkisan yang akan diberikan kepada
kerabat atau kenalan sehingga kemasan yang menarik juga menjadi penting untuk
dipertimbangkan.
Tabel 37 Tingkat Kepentingan Atribut Kemasan
Uraian
Jumlah (orang)
%
Skor rata-rata ( Y i )
1
0
0
Tingkat Kepentingan (Y)
2
3
4
0
3
20
0
10
66,7
4,13
5
7
23,3
Total
30
100
j) Jaminan Keamanan Pangan
Pada Tabel 38 terlihat bahwa atribut jaminan keamanan dianggap sangat
penting oleh 50 persen responden. Sebanyak 43,3 persen responden menganggap
atribut ini penting untuk dipertimbangkan. Hanya 6,7 persen responden yang
menganggap
atribut
ini cukup
penting untuk dipertimbangkan. Secara
keseluruhan, skor rata-rata yang diperoleh adalah 4,43 persen, menunjukkan
bahwa atribut ini sangat penting untuk dipertimbangkan dalam pembelian cookies
cokelat.
Atribut ini menjadi sangat penting karena semakin maraknya informasi
mengenai keamanan pangan seperti adanya bahaya bahan tambahan makanan
yang dilarang untuk dimasukan ke dalam makanan tetapi tetap digunakan antara
92
lain pewarna tekstil dan minyak yang berasal dari babi. Dengan adanya informasiinformasi tersebut membuat konsumen lebih waspada dalam melakukan
pembelian makanan. Oleh karena itu, perusahaan harus lebih memperhatikan
kejelasan mengenai jaminan keamanan pangan berupa label halal, izin Depkes,
dan tanggal kadaluarsa.
Tabel 38 Tingkat Kepentingan Atribut Jaminan Keamanan Pangan
Uraian
Jumlah (orang)
%
1
0
0
Skor rata-rata ( Y i )
Tingkat Kepentingan (Y)
2
3
4
0
2
13
0
6,7
43,3
4,43
Total
5
15
50
30
100
k) Nama Merek
Menurut responden, atribut nama merek dinilai cukup penting oleh
sebagian besar responden (40 persen). Sebanyak 36,7 persen responden
menganggap atribut nama merek penting untuk dipertimbangkan. Hanya 3,3
persen responden yang menganggap bahwa atribut ini sangat penting untuk
dipertimbangkan. Skor rata-rata yang diperoleh secara keseluruhan sebesar 3,23.
Ini menunjukkan bahwa atribut nama merek untuk cookies cokelat cukup penting
untuk dipertimbangkan karena berada dalam rentang nilai 2,61 dan 3,4.
Atibut nama merek cukup penting untuk dipertimbangkan karena nama
merek merupakan ciri produk yang dapat dijadikan sebagai pembeda suatu
produk. Namun pada hari raya Idul Fitri untuk jenis cookies cookelat masih jarang
yang menggunakan merek.
Tabel 39 Tingkat Kepentingan Atribut Nama Merek
Uraian
Jumlah (orang)
%
Skor rata-rata ( Y i )
1
0
0
Tingkat Kepentingan (Y)
2
3
4
5
6
12
11
1
0
40
36,7
3,3
3,23
Total
30
100
93
l) Ketepatan Waktu Pemenuhan Pesanan
Berdasarkan keputusan pembelian yang dilakukan, responden membeli
dengan memesan terlebih dahulu dua sampai satu minggu sebelum hari raya Idul
Fitri. Pemenuhan pesanan disesuaikan dengan kesepakatan antara tenaga penjual
dan konsumen.
Berdasarkan data dalam Tabel 40, atribut ketepatan waktu pemenuhan
pesanan dianggap sangat penting oleh 23,3 persen responden. Sebanyak 66,7
persen responden menganggap atribut ini penting untuk dipertimbangkan. Hanya
10 persen yang menganggap atribut ini cukup penting untuk dipertimbangkan.
Secara keseluruhan, skor rata-rata yang diperoleh untuk tingkat kepentingan
atribut ketepatan pemenuhan pesanan adalah 4,13. Ini berarti atribut ini penting
untuk dipertimbangkan. Atribut ini menjadi penting karena ketepatan waktu
dalam pemenuhan pesanan akan membuat kepuasan terhadap pelayanan yang
diberikan semakin besar.
Tabel 40 Tingkat Kepentingan Atribut Ketepatan Waktu Pemenuhan
Pesanan
Uraian
Jumlah (orang)
%
Skor rata-rata ( Y i )
1
0
0
Tingkat Kepentingan (Y)
2
3
4
0
3
20
0
10
66,7
4,13
5
7
23,3
Total
30
100
m) Daya Tahan Produk
Daya tahan produk menilai tahan tidaknya suatu produk dalam jangka
waktu tertentu. Berdasarkan hasil tabulasi data dalam Tabel 41, atribut daya tahan
produk dianggap sangat penting oleh 30 persen responden dan dianggap penting
oleh 63,3 persen responden. Hanya 6,7 persen responden yang menganggap
atribut ini cukup penting. Secara keseluruhan, skor rata-rata yang diperoleh
94
sebesar 4,23. Ini menunjukkan bahwa atribut daya tahan produk sangat penting
untuk dipertimbangkan. Atribut ini dianggap sangat penting karena Hal ini
disebabkan sifat cokelat yang digunakan sebagai bahan baku cookies cokelat
berbeda-beda. Jika cokelat yang digunakan adalah cokelat batangan maka cookies
akan mudah meleleh pada suhu yang agak panas, terutama apabila cookies cokelat
tersebut dibawa dalam perjalanan yang cukup jauh dengan waktu yang lama
(dibawa mudik saat hari raya Idul Fitri).
Tabel 41 Tingkat Kepentingan Atribut Daya Tahan Produk
Uraian
Jumlah (orang)
%
Skor rata-rata ( Y i )
1
0
0
Tingkat Kepentingan (Y)
2
3
4
0
2
19
0
6,7
63,3
4,23
5
9
30
Total
30
100
7.2.2 Analisis Tingkat Kinerja Atribut Cookies Cokelat Waroeng Cokelat
Dalam analisis tingkat kinerja atribut cookies cokelat Waroeng Cokelat
akan diketahui sejauh mana kinerja dari masing-masing atribut telah dirasakan
dan dapat memberikan kepuasan kepada responden dengan melihat nama merek
Waroeng Cokelat. Kinerja atribut akan semakin baik bila nilai yang diberikan oleh
responden semakin besar (nilai maksimum sama dengan 5).
a) Warna Cookies
Dalam Tabel 42 dapat dilihat sebanyak 73,3 persen menilai atribut warna
cookies untuk cookies cokelat Waroeng Cokelat sudah baik dan sebanyak 26,7
responden menilai bahwa kinerja atribut warna cukup baik. Secara keseluruhan,
skor rata-rata tingkat kinerja yang diperoleh sebesar 3,73. Ini berarti kinerja
atribut cookies cokelat Waroeng Cokelat sudah baik karena berada dalam rentang
nilai 3,41 dan 4,20.
95
Waroeng Cokelat menggunakan warna alami cokelat sebagai warna
cookiesnya tanpa ada penambahan zat pewarna. Responden juga menyukai
perpaduan atra warna-warna alalami cokelat tersebut dalam cookies cokelatnya.
Tabel 42 Tingkat Kinerja Atribut Warna Cookies Untuk Cookies Cokelat
Waroeng Cokelat
Uraian
Jumlah (orang)
%
Skor rata-rata ( X i )
1
0
0
2
0
0
Tingkat Kinerja (X)
3
4
8
22
26,7
73,3
3,73
5
0
0
Total
30
100
b) Bentuk Cookies
Sebanyak 13,3 persen responden sudah menilai bentuk cookies Waroeng
Cokelat memiliki kinerja yang sangat baik. Sebanyak 60 persen responden menilai
atribut ini memiliki kinerja yang baik dan sebanyak 26,7 responden menilai
kinerja dari atribut bentuk cookies untuk cookies cokelat Waroeng Cokelat cukup
baik. Skor rata-rata tingkat kinerja atribut cookies cokelat untuk cookies cokelat
Waroeng Cokelat sebesar 3,87. Ini menunjukkan bahwa atribut ini memiliki
kinerja yang sudah baik.
Kinerja bentuk cookies cokelat Waroeng Cokelat sudah dianggap baik
karena cookies cokelat Waroeng Cokelat mempunyai bentuk yang menarik yang
berbeda dari yang ditawarkan di pasaran. Cookies cokelat Waroeng Cokelat dibuat
dengan bentuk yang menarik, dibuat dengan cetakan dengan hiasan di atas cookies
menggunakan keterampilan tangan para pekerja. Produk handmade inilah yang
menjadi keunggulan cookies cokelat Waroeng Cokelat ini.
96
Tabel 43 Tingkat Kinerja Atribut Bentuk Cookies Untuk Cookies Cokelat
Waroeng Cokelat
Uraian
Jumlah (orang)
%
Tingkat Kinerja (X)
2
3
4
0
8
18
0
26,7
60
3,87
1
0
0
Skor rata-rata ( X i )
Total
5
4
13,3
30
100
c) Rasa Manis
Berdasarkan data yang terdapat dalam Tabel 44 menunjukkan sebanyak
26,7 persen menilai kinerja atribut rasa manis untuk cookies cokelat Waroeng
Cokelat sudah baik dan sebanyak 63,3 persen responden menilai atribut ini cukup
baik dirasakan responden. Secara keseluruhan, skor rata-rata tingkat kinerja
atribut ini sebesar 3,37 menunjukkan bahwa atribut ini memiliki kinerja yang
cukup baik karena berada dalam rentang nilai 2,61 dan 3,40. Atribut ini dianggap
memiliki kinerja yang cukup baik karena cookies cokelat Waroeng Cokelat tidak
memakai pemanis buatan.
Tabel 44 Tingkat Kinerja Atribut Rasa Manis Untuk Cookies Cokelat
Waroeng Cokelat
Uraian
Jumlah (orang)
%
Skor rata-rata ( X i )
1
0
0
Tingkat Kinerja (X)
2
3
4
0
19
11
0
63,3
26,7
3,37
5
0
0
Total
30
100
d) Rasa Cokelat
Artribut rasa cokelat untuk cookies cokelat Waroeng Cokelat dinilai sangat
baik oleh 6,7 persen responden dan dianggap baik oleh 63,3 responden.
Sedangkan sebanyak 30 persen responden menilai atribut ini memilki kinerja yang
cukup baik. Secara keseluruhan, skor rata-rata tingkat kinerja atribut rasa cokelat
Waroeng Cokelat yang diperoleh sebesar 3,77. Ini menunjukkan bahwa atribut ini
sudah memiliki kinerja yang baik. Atribut cokelat untuk cookies cokelat Waroeng
97
Cokelat dinilai baik karena rasa cokelat yang terasa pada cookies cokelat Waroeng
Cokelat merupakan cokelat batangan dengan kualitas yang baik.
Tabel 45 Tingkat Kinerja Atribut Rasa Cokelat Untuk Cookies Cokelat
Waroeng Cokelat
Uraian
Jumlah (orang)
%
1
0
0
Skor rata-rata ( X i )
Tingkat Kinerja (X)
2
3
4
0
9
19
0
30
63,3
3,77
Total
5
2
6,7
30
100
e) Aroma Cokelat
Sebanyak 40 responden menilai atribut aroma cokelat untuk cookies
cokelat Waroeng Cokelat memiliki kinerja yang baik. Sedangkan 50 persen
responden menilai kinerja dari aroma cokelat untuk cookies cokelat Waroeng
Cokelat cukup baik. Skor rata-rata secara keseluruhan yang diperoleh untuk aroma
cokelat untuk cookies cokelat Waroeng Cokelat sebesar 3,30. Ini menunjukkan
bahwa atribut ini memiliki kinerja atribut yang cukup baik. Atribut ini dinilai
cukup baik oleh responden karena kualitas cokelat yang digunakan sebagai bahan
baku memiliki kualitas yang baik sehingga aroma cokelat yang dikeluarkan pun
beraroma harum.
Tabel 46 Tingkat Kinerja Atribut Aroma Cokelat Untuk Cookies Cokelat
Waroeng Cokelat
Uraian
Jumlah (orang)
%
Skor rata-rata ( X i )
1
0
0
Tingkat Kinerja (X)
2
3
4
3
15
12
10
50
40
3,30
5
0
0
Total
30
100
f) Cita Rasa Cookies
Sebanyak 73,3 persen responden menilai bahwa atribut cita rasa cookies
Waroeng Cokelat memiliki kinerja yang baik dan 26,7 persen responden menilai
kinerja dari atribut ini cukup baik. Skor rata-rata secara keseluruhan untuk atribut
98
cita rasa cookies cokelat Waroeng Cokelat adalah 3,73. Angka ini menunjukkan
bahwa atribut ini memiliki kinerja yang baik. Hal ini karena Waroeng Cokelat
selalu memperhatikan kualitas bahan baku yang akan digunakan.
Tabel 47 Tingkat Kinerja Atribut Cita Rasa Cookies Untuk Cookies Cokelat
Waroeng Cokelat
Uraian
Jumlah (orang)
%
1
0
0
Skor rata-rata ( X i )
Tingkat Kinerja (X)
2
3
4
0
8
22
0
26,7
73,3
3,73
5
0
0
Total
30
100
g) Harga yang Ditawarkan
Sebanyak 70 persen responden menilai kinerja harga yang ditawarkan
untuk cookies cokelat Waroeng Cokelat cukup baik dan hanya 10 persen
responden yang menilai kinerja atribut ini untuk cookies cokelat Waroeng Cokelat
sudah baik. Skor rata-rata untuk kinerja atribut harga yang ditawarkan oleh
cookies cokelat Waroeng Cokelat sebesar 2,90. Ini menunjukkan bahwa atribut
harga yang ditawarkan memiliki kinerja yang cukup baik. Atribut ini dinilai cukup
baik karena harga yang ditawarkan oleh perusahaan sudah cukup sesuai dan
terjangkau.
Tabel 48 Tingkat Tingkat Kinerja Atribut Harga yang Ditawarkan Untuk
Cookies Cokelat Waroeng Cokelat
Uraian
Jumlah (orang)
%
1
0
0
Skor rata-rata ( X i )
Tingkat Kinerja (X)
2
3
4
6
21
3
20
70
10
2,90
5
0
0
Total
30
100
h) Variasi Jenis yang Tersedia
Sebanyak 23,3 responden menilai bahwa variasi jenis yang tersedia untuk
cookies cokelat Waroeng Cokelat sudah baik. Sebanyak 53,3 persen responden
menilai atribut ini cukup baik dan sebanyak 23,3 persen responden menilai kinerja
99
atribut ini tidak baik. Secara keseluruhan skor rata-rata tingkat kinerja yang
diperoleh untuk atribut variasi jenis yang tersedia untuk cookies cokelat Waroeng
Cokelat adalah 3,00, yang berarti memiliki kinerja yang cukup baik. Hal ini
disebabkan setiap tahun selalu ada jenis cookies baru tetapi hanya satu untuk
setiap tahunnya sehingga variasi yang ditawarkan baru ada empat jenis pada tahun
2007 yaitu marbel cokelat, pindekas cokelat, etnik cokelat, dan kurma cokelat.
Tabel 49 Tingkat Kinerja Atribut Variasi Jenis yang Tersedia Untuk Cookies
Cokelat Waroeng Cokelat
Uraian
Jumlah (orang)
%
1
0
0
Skor rata-rata ( X i )
Tingkat Kinerja (X)
2
3
4
7
16
7
23,3
53,3
23,3
3,00
5
0
0
Total
30
100
i) Kemasan
Atribut kemasan untuk cookies cokelat Waroeng Cokelat dinilai baik oleh
23,3 persen responden dan dinilai cukup baik oleh 73,3 persen responden. Hanya
sebanyak 3,3 persen responden yang menilai kinerja atribut ini tidak baik. Secara
keseluruhan, skor rata-rata tingkat kinerja atribut kemasan untuk cookies cokelat
Waroeng Cokelat yang diperoleh sebesar 3,20. Ini berarti bahwa atribut ini
memiliki kinerja cukup baik. Hal ini dapat terjadi karena kemasan yang digunakan
memang seperti kemasan pada umumnya yaitu berupa toples plastik transparan
berukuran setengah kilogram hanya bedanya diberi label Waroeng Cokelat.
Tabel 50 Tingkat Kinerja Atribut Kemasan Untuk Cookies Cokelat Waroeng
Cokelat
Uraian
Jumlah (orang)
%
Skor rata-rata ( X i )
1
0
0
Tingkat Kinerja (X)
2
3
4
1
22
7
3,3
73,3
23,3
3,20
5
0
0
Total
30
100
100
j) Jaminan Keamanan Pangan
Sebanyak 16,7 persen responden menilai kinerja dari atribut jaminan
keamanan pangan (label halal, izin Depkes, dan tanggal kadaluarsa) untuk cookies
cokelat Waroeng Cokelat sudah baik. Sebanyak 40 persen responden menilai
atribut ini cukup baik dan 43,3 persen responden menilai atribut ini tidak baik.
Secara keseluruhan, skor rata-rata yang diperoleh untuk tingkat kinerja jaminan
keamanan pangan sebesar 2,73. Ini menunjukkan bahwa kinerja atribut ini cukup
baik. Atribut ini dinilai cukup baik tetapi skornya hampir mendekati tidak baik.
Hal ini terjadi karena Hal ini terjadi karena label halal dan izin Depkes
dicantumkan sangat kecil dalam label sehingga responden kurang memperhatikan
adanya normasi tersebut. Untuk tanggal kadaluarsa sendiri, perusahaan belum
mencantumkannya dalam label.
Tabel 51 Tingkat Kinerja Atribut Jaminan Keamanan Pangan Untuk
Cookies Cokelat Waroeng Cokelat
Uraian
Jumlah (orang)
%
Skor rata-rata ( X i )
1
0
0
Tingkat Kinerja (X)
2
3
4
13
12
5
43,3
40
16,7
2,73
5
0
0
Total
30
100
k) Nama Merek
Atribut nama merek untuk cookies cokelat Waroeng Cokelat dinilai cukup
baik oleh 53,3 persen responden dan dinilai tidak baik oleh 46,7 responden.
Secara keseluruhan, skor rata-rata kinerja yang diperoleh untuk atribut nama
merek Waroeng Cokelat sebesar 2,53. Ini menunjukkan atribut ini memiliki
kinerja yang tidak baik yaitu berada dalam rentang nilai antara 0,81 dan 2,6. Hal
ini disebabkan Waroeng Cokelat tidak melakukan promosi yang gencar, promosi
dilakukan hanya melalui pameran dan tenaga penjual sehingga nama merek
101
Waroeng Cokelat hanya dikenal oleh konsumen yang terlayani oleh Waroeng
Cokelat saja.
Tabel 52 Tingkat Kinerja Atribut Nama Merek Untuk Cookies Cokelat
Waroeng Cokelat
Uraian
Jumlah (orang)
%
1
0
0
Skor rata-rata ( X i )
Tingkat Kinerja (X)
2
3
4
14
16
0
46,7
53,3
0
2,53
5
0
0
Total
30
100
l) Ketepatan Waktu Pemenuhan Pesanan
Atribut ketepatan waktu pemenuhan pesanan dinilai baik oleh 33,3 persen
responden dan diniai cukup baik oleh 66,7 persen responden. Skor rata-rata
kinerja yang diperoleh secara keseluruhan untuk atribut ketepatan waktu
pemenuhan pesanan cookies cokelat Waroeng Cokelat sebesar 3,33. Ini
menunjukkan bahwa atribut ini dinilai cukup baik oleh responden. Hal ini karena
mempekerjakan tenaga kerja borongan untuk produksi saat hari raya Idul Fitri.
Selain itu, jika waktu yang ditentukan tanggal sekian biasanya pesanan dapat
diambil satu sampai dua hari sebelum waktu pemenuhan pesanan. Walaupun
berdasarkan pengakuan dari pemilik Waroeng Cokelat, ada saja konsumen yang
kecewa karena pesanannya tidak terpenuhi karena keterbatasan kemampuan
tenaga kerja dalam memproduksi barang.
Tabel 53 Tingkat Kinerja Atribut Ketepatan Waktu Pemenuhan Pesanan
Untuk Cookies Cokelat Waroeng Cokelat
Uraian
Jumlah (orang)
%
Skor rata-rata ( X i )
1
0
0
Tingkat Kinerja (X)
2
3
4
0
20
10
0
66,7
33,3
3,33
5
0
0
Total
30
100
102
m) Daya Tahan Produk
Sebanyak 36,7 persen responden menilai bahwa atribut daya tahan produk
untuk cookies cokelat Waroeng Cokelat sudah baik dan sebanyak 63,3 persen
responden menilai bahwa atribut ini dinilai cukup baik. Secara keseluruhan, skor
rata-rata kinerja yang diperoleh untuk daya tahan cookies cokelat Waroeng
Cokelat sebesar 3,37. Ini berarti kinerja atribut ini dinilai cukup baik. Atribut ini
dinilai cukup baik karena produksi dilakukan berdasarkan pesanan, sehingga
waktu penyimpanan baik di perusahaan maupun di tenaga penjual tidak lama.
Tabel 54 Tingkat Kinerja Atribut Daya Tahan Produk Untuk Cookies
Cokelat Waroeng Cokelat
Uraian
Jumlah (orang)
%
Skor rata-rata ( X i )
1
0
0
Tingkat Kinerja (X)
2
3
4
0
19
11
0
63,3
36,7
3,37
5
0
0
Total
30
100
7.2.3 Indeks Kepuasan Konsumen (Customer Satisfaction Index)
Pengukuran terhadap indeks kepuasan konsumen diperlukan untuk
mengetahui seberapa besar indeks kepuasan konsuemn terhadap cookies cokelat
Waroeng Cokelat. Skor rata-rata pada tingkat kepentingan ( Y i ) dan skor rata-rata
tingkat kinerja ( X i ) masing-masing atribut cookies cokelat Waroeng Cokelat
digunakan untuk menghitung indeks kepuasan konsumen baik secara keseluruhan
maupun pada masing-masing atribut.
7.2.3.1 Indeks Kepuasan Konsumen Secara Keseluruhan
Berdasarkan perhitungan indeks kepuasan keseluruhan responden terhadap
cookies cokelat Waroeng Cokelat yang dilakukan (Tabel 55), diperoleh nilai
weighted total (WT) sebesar 3,31. Nilai ini diperoleh dari penjumlahan weighted
103
score (WS), di mana WS diperoleh dari perkalian antara skor rata-rata kinerja
dengan weighting factor (WF) (persentase skor rata-rata kepentingan dari total
skor rata-rata kepentingan). Angka indeks kepuasan konsumen diperoleh melalui
pembagian nilai WT dengan 5 (skala maksimum yang digunakan).
Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa nilai CSI secara keseluruhan untuk
cookies cokelat Waroeng Cokelat sebesar 66,1 persen. Angka ini berada dalam
rentang nilai indeks kepuasan antara 60 dan 80 persen. Ini menunjukkan bahwa
secara umum responden merasa puas dengan cookies cokelat Waroeng Cokelat
berdasarkan semua atribut yang diuji. Walaupun nilai CSI yang didapat berada
dalam kategori puas, angka indeks ini masih sangat kecil pada rentang tersebut
sehingga perusahaan harus terus meningkatkan kinerja atribut produknya agar
dapat meningkatkan kepuasan dari konsumennya.
Tabel 55 Perhitungan Customer Satisfaction Index Cookies Cokelat Waroeng
Cokelat
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Atribut
Warna
Bentuk cookies
Rasa manis
Rasa cokelat
Aroma cokelat
Cita rasa cookies
Harga
Variasi jenis yang
tersedia
Kemasan
Jaminan keamanan
pangan
Nama merek
Ketepatan waktu
pemenuhan
pesanan
Daya tahan
Total
Skor RataRata
Kinerja
Skor rata-rata
Kepentingan
Weighting
Factor
(Y i )
[WF= Y i /52,8]
3,97
4,20
3,57
4,20
3,97
4,40
4,17
0,08
0,08
0,07
0,08
0,08
0,08
0,08
( Xi)
3,73
3,87
3,37
3,77
3,30
3,73
2,90
4,17
0,08
3,00
0,24
4,13
0,08
3,20
0,25
4,43
0,08
2,73
0,23
3,23
0,06
2,53
0,15
4,13
0,08
3,33
0,26
0,08
1,00
3,37
0,27
WT = 3,31
66,11
4,23
52,8
CSI ((WT/5) x 100%)
Weighted Score
[WS= X i x
WF]
0,28
0,31
0,23
0,30
0,25
0,31
0,23
104
7.2.3.2 Indeks Kepuasan Konsumen Pada Masing-Masing Atribut
Dalam indeks kepuasan konsumen pada masing-masing atribut akan
diperoleh atribut-atribut dengan tingkat kepuasan tertinggi sampai tingkat
kepuasan terendah. Hasil perhitungan dan peringkat indeks kepuasan konsumen
untuk masing-masing atribut kinerja cookies cokelat Waroeng Cokelat dapat
dilihat pada Tabel 56.
Tabel tersebut menginformasikan bahwa atribut yang memiliki nilai
indeks kepuasan tertinggi adalah cita rasa cookies yaitu 65,65 persen. Atribut
inilah yang memberikan konstribusi terbesar dalam kepuasan konsumen secara
keseluruhan. Responden sudah merasa puas dengan cita rasa yang diberikan oleh
cookies cokelat Waroeng Cokelat. Atribut yang menempati urutan kedua dalam
hal kepuasan adalah bentuk cookies (65,02 persen). Perusahaan telah berhasil
membuat cookies cokelat Waroeng Cokelat yang dibuat secara handmade
mendapat tempat di hati konsumen. Selanjutnya adalah atribut rasa cokelat yang
menempati peringkat ketiga dengan indeks kepuasan sebesar 63,34 persen.
Perusahaan juga telah berhasil membuat rasa cokelat sebagai rasa khas dari
cookies cokelat terasa sehingga membuat konsumen merasa puas dengan atribut
tersebut. Sedangkan atribut yang mendapat indeks kepuasan terendah adalah nama
merek Waroeng Cokelat yang tidak terkenal sebesar 32,69 persen.
Dengan demikian perusahaan harus dapat memperbaiki kinerja dari setiap
atribut cookies cokelat yang masih kurang sehingga dapat meningkatkan kepuasan
dari konsumennya. Peningkatan kepuasan konsumen akan membuat konsumen
kembali untuk membeli dan dapat dijadikan sebagai alat promosi dalam
105
merekomendasikan cookies cokelat Waroeng cokelat sebagai produk yang baik
sehingga akan dapat meningkatkan penjualan.
Tabel 56 Indeks Kepuasan Konsumen Pada Masing-masing Atribut Cookies
Cokelat Waroeng Cokelat
No.
Atribut
6
2
4
1
13
12
Cita rasa cookies
Bentuk cookies
Rasa cokelat
Warna
Daya tahan
Ketepatan waktu pemenuhan
pesanan
Kemasan
Aroma cokelat
Variasi jenis yang tersedia
Jaminan keamanan pangan
Harga
Rasa manis
Nama merek
9
5
8
10
7
3
11
Indeks
Kepuasan (%)
65,65
65,02
63,34
59,23
57,02
Peringkat
Kategori
1
2
3
4
5
Puas
Puas
Puas
Cukup puas
Cukup puas
55,01
6
Cukup puas
52,86
52,40
50,04
48,38
48,37
48,12
32,69
7
8
9
10
11
12
13
Cukup puas
Cukup puas
Cukup puas
Cukup puas
Cukup puas
Cukup puas
Tidak Puas
7.2.4 Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja (Importance Performance
Analysis)
Berdasarkan nilai indeks kepuasan konsumen baik secara keseluruhan
maupun pada masing-masing atribut cookies cokelat Waroeng Cokelat, masih
jauh dari angka 100 persen. Hal ini terjadi karena Waroeng Cokelat merupakan
perusahaan kecil yang masih memiliki segala keterbatasan dalam sumber daya
yang dimiliki.
Untuk dapat meningkatkan kepuasan konsumen dapat dilakukan dengan
peningkatan kepentingan dan atau peningkatan kinerja. Peningkatan kepentingan
sulit dilakukan oleh perusahaan karena tingkat kepentingan akan berbeda
bergantung dari kebutuhan masing-masing konsumen, sehingga dalam penelitian
ini peningkatan kepuasan akan dilakukan melalui peningkatan kinerja.
106
Peningkatan kinerja pun tidak dapat langsung dilakukan secara bersamasama mengingat keterbatasan sumber daya yang dimiliki perusahaan. Untuk itu
prioritas atribut yang harus ditingkatkan dapat ditentukan dengan menggunakan
diagram kartesius tingkat kepentingan dan tingkat kinerja. Diagram kartesius
merupakan diagram yang memuat pemetaan atribut-atribut cookies cokelat
Waroeng Cokelat. Pemetaan atribut-atribut ini diperoleh dari pemetaan skor ratarata tingkat kepentingan ( Y i ) dan skor rata-rata tingkat kinerja ( X i ) masingmasing atribut. Skor rata-rata tingkat kepentingan dan kinerja secara keseluruhan
dapat dilihat dalam Tabel 57.
Tabel 57 Perhitungan Rata-Rata Dari Penilaian Tingkat Kepentingan Dan
Tingkat Kinerja Pada Atribut Cookies Cokelat Waroeng Cokelat
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Atribut
Warna
Bentuk cookies
Rasa manis
Rasa cokelat
Aroma cokelat
Cita rasa cookies
Harga
Variasi jenis yang tersedia
Kemasan
Jaminan keamanan pangan
Nama merek
Ketepatan waktu pemenuhan pesanan
Daya tahan
Skor rata-rata
Skor Rata-Rata
Kepentingan
3,97
4,20
3,57
4,20
3,97
4,40
4,17
4,17
4,13
4,43
3,23
4,13
4,23
4,06
Skor Rata-Rata
Kinerja
3,73
3,87
3,37
3,77
3,30
3,73
2,90
3,00
3,20
2,73
2,53
3,33
3,37
3,29
Skor rata-rata tingkat kepentingan dan tingkat kinerja secara keseluruhan
dijadikan sebagai titik potong (X,Y) yaitu (3,29;4,06). Titik inilah yang akan
membagi diagram menjadi empat kuadran yang menentukan prioritas peningkatan
kinerja atribut cookies cokelat Waroeng Cokelat. Setiap kuadran tersebut yang
107
memuat pemetaan setiap atribut dapat dijelaskan dalam diagram kartesius pada
Gambar 5.
Diagram Kartesius Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja
3.29
Jaminan Keamanan Pangan
Cita Rasa Cook ies
4.4
Var iasi Jenis Cook ies yang Ter sedia
Tingkat Kepentingan
4.2
Harga yang Ditawarkan
Kemasan
Daya Tahan Produk
Rasa Cokelat
Ketepatan Waktu Pesanan
Bentuk Cookies
4.06
4.0
A roma Cokelat
Warna Cookies
3.8
3.6
Rasa Manis
3.4
Nama Merek Waroeng Cokelat
3.2
2.50
2.75
3.00
3.25
Tingkat Kinerja
3.50
3.75
4.00
Gambar 5. Diagram Kartesius Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja
Cookies Cokelat Waroeng Cokelat
Hasil analisis berupa posisi masing-masing atribut pada empat kuadran
adalah sebagai berikut :
a) Kuadran 1 (Prioritas Utama)
Atribut-atribut yang berada dalam kuadaran 1 dianggap penting oleh
responden tetapi pada kenyataannya kinerja atribut-atribut tersebut belum sesuai
dengan yang diharapkan responden. Hal ini berarti tingkat kepuasan yang
diperoleh masih sangat rendah. Dengan demikian, variabel ini harus menjadi
prioritas utama bagi Waroeng Cokelat untuk meningkatkan kepuasan konsumen
terhadap produk cookies cokelat pada saat Idul Fitri. Atribut-atribut yang masuk
ke dalam kuadran ini adalah jaminan kemanan pangan, harga yang ditawarkan,
variasi jenis cookies cokelat yang tersedia, dan kemasan.
108
1. Jaminan Kemanan Pangan
Atribut jaminan keamanan pangan dinilai menjadi atribut yang paling
penting dalam tingkat kepentingan. Namun kinerja yang diberikan masih rendah.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, saat ini konsumen sudah semakin cerdas dan
selektif dalam memilih produk makanan yang akan dibelinya terkait dalam
masalah jaminan keamanan pangan yang menyangkut label halal, izin Depkes,
dan tanggal kadaluarsa.
Pelaksanaannya, perusahaan masih belum dapat memenuhi keinginan
konsumen tersebut. Pencantuman label halal dan izin Depkes yang kecil dalam
label membuat konsumen kurang menyadari dan memperhatikan hal tersebut.
Selain itu, tidak adanya tanggal kadaluarsa juga membuat penilaian terhadap
kinerja atribut ini menjadi rendah.
2. Harga yang Ditawarkan
Atribut harga yang ditawarkan merupakan atribut yang dianggap penting
oleh konsumen. Konsumen menganggap bahwa harga yang ditawarkan haruslah
sesuai dengan kualitas yang diberikan. Adanya penilaian bahwa harga yang
ditawarkan kurang baik oleh responden disebabkan oleh bila dibandingkan dengan
cookies biasa, harga cookies cokelat akan menjadi mahal karena harga cokelat
sebagai bahan baku yang digunakan pun relatif lebih mahal dibandingkan harga
bahan baku yang digunakan untuk membuat cookies biasa.
3. Variasi Jenis cookies cokelat yang Tersedia
Atribut variasi jenis cookies yang tersedia menjadi atribut yang penting
untuk dipertimbangkan oleh konsumen. Menurut Kotler (2005) untuk produk
109
cookies, perilaku konsumen cookies adalah membeli karena mencari variasi,
konsumen memiliki beberapa keyakinan terhadap cookies, mereka memilih merek
tanpa melakukan banyak evaluasi, terbukti berdasarkan penelitian sikap yang
ditunjukkan positif oleh responden hanya untuk atribut cita rasa, bentuk, dan rasa
cokelat. Setiap tahunnya pada saat hari raya Idul Fitri selalu ada kebutuhan untuk
menyediakan cookies di rumah mereka, sehingga kemungkinan mereka untuk
merasa bosan dan ingin mencari jenis cookies yang berbeda pasti ada. Jika
perusahaan tidak mampu menawarkan suatu jenis baru kepada konsumen
kemungkinan konsumen untuk berpindah ke tempat lain sangat besar.
Responden menilai bahwa jenis cookies cokelat yang ditawarkan masih
kurang bervariasi. Jenis cookies cokelat yang ditawarkan hingga Idul Fitri 2007
baru ada empat jenis yaitu marbel cokelat, pindekas cokelat, etnik cokelat, dan
kurma cokelat.
4. Kemasan
Kemasan yang digunakan akan memberikan kesan pertama produk kepada
pembeli yang mampu menarik atau menolak pembeli. Untuk produk makanan,
kemasan juga sering dijadikan sebagai senjata utama oleh perusahaan. Pada
umumnya pembeli mau membayar lebih untuk produk yang bergaya
(berpenampilan) menarik.
Kinerja dari atribut kemasan cookies cokelat Waroeng Cokelat dianggap
masih kurang oleh konsumen padahal tingkat kepentingan terhadap atribut ini
dianggap penting. Untuk dapat meningkatkan kepuasan konsumen terhadap
atribut ini, perusahaan hendaknya membuat kemasan yang lebih menarik.
Menurut responden, kemasan saat ini tidak ada bedanya dengan kemasan yang
110
beredar di pasaran padahal cookies cokelat Waroeng Cokelat selangkah lebih
maju karena telah menggunakan merek.
b) Kuadran 2 (Pertahankan Prestasi)
Kuadran II diagram kartesius tingkat kepentingan dan tingkat kinerja
berarti tingkat kepentingan dari suatu atribut cookies cokelat Waroeng Cokelat
dianggap oleh penting oleh konsumen dan kinerja yang diberikan oleh atribut
tersebut telah memuaskan sehingga dianggap baik. Dengan demikian variabel ini
harus dipertahankan kinerjanya oleh Waroeng Cokelat.
Atribut-atribut yang masuk ke dalam kuadran ini adalah cita rasa cookies,
rasa cokelat, bentuk cookies, daya tahan produk, dan ketepatan waktu pemenuhan
pesanan. Perusahaan harus dapat mempertahankan keunggulan dari kelima atribut
tersebut agar tetap mempertahankan kepuasan konsumen terhadap cookies cokelat
Waroeng Cokelat. Dengan mempertahankan kepuasan konsumen, konsumen akan
melakukan pembelian ulang sehingga dapat meningkatkan penjualan dan
konsumen yang puas tersebut dapat dijadikan sebagai alat promosi yang dapat
merekomendasikan cookies cokelat Waroeng Cokelat kepada teman atau keluarga
mereka.
c) Kuadran 3 (Prioritas Rendah)
Atribut-atribut yang ada dalam kuadran ini memiliki tingkat kepentingan
dan tingkat kinerja yang dianggap rendah oleh konsumen cookies cokelat
Waroeng Cokelat. Maka atribut tersebut harus diperbaiki kinerjanya setelah
Waroeng Cokelat memperbaiki kinerja atribut yang terdapat pada kuadran 1.
111
Atribut-atribut yang berada dalam kuadran 3 adalah nama merek. Terkenal
tidaknya suatu nama merek tergantung dari besarnya promosi yang dilakukan oleh
perusahaan. Nama merek Waroeng Cokelat dinilai kurang terkenal oleh konsumen
namun konsumen tidak mempermasalahkan hal tersebut karena atribut ini
dianggap kurang penting oleh mereka. Namun, sebagai produk lokal, dalam
jangka panjang pihak perusahaan perlu memperbaiki hal ini karena merek yang
kuat sebuah produk akan memiliki nilai jual yang lebih baik dibandingkan produk
tanpa merek. Dengan adanya merek konsumen akan lebih percaya terhadap rasa
dan kualitas yang ditawarkan Merek juga memudahkan konsumen dalam
mengingat sebuah produk. Dengan nama dan simbol yang mudah diingat, maka
konsumen menjadi lebih tertarik membuat pilihan ke Waroeng Cokelat sehingga
akan meningkatkan penjualan.
d) Kuadran 4 (Berlebihan)
Atribut-atribut pada kuadran ini jika dilihat dari kepentingan responden
berada pada tingkat kepentingan yang rendah, tetapi dilihat dari kinerjanya
responden menilai bahwa kinerja atribut tersebut berada pada tingkat yang
berlebihan. Dengan demikian, lebih baik dikurangi kinerjanya dan dialokasikan ke
atribut lain yang membutuhkan perhatian lebih. Atribut-atribut yang masuk ke
dalam kuadran ini adalah rasa manis, aroma cokelat, dan warna cokelat.
112
VIII BAURAN PEMASARAN
Berdasarkan
pembahasan
tentang
karakteristik
responden,
proses
pengambilan keputusan pembelian cookies cokelat Waroeng Cokelat, analisis
sikap dan tingkat kepuasan responden terhadap cookies cokelat Waroeng Cokelat
pada sub bab sebelumnya, maka dapat dihasilkan empat bauran pemasaran.
Bauran pemasaran tersebut terdiri atas produk, harga, promosi, dan distribusi
untuk cookies cokelat Waroeng Cokelat pada saat hari raya Idul Fitri.
8.1
Produk
Dalam Kotler (2005) dijelaskan bahwa produk adalah segala sesuatu yang
dapat ditawarkan ke suatu pasar untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan
konsumen. Secara keseluruhan, konsumen masih memiliki sikap netral terhadap
produk tetapi sudah merasa puas dengan atribut yang ada saat ini. Walaupun
merasa puas, skor yang diperoleh sangat kecil dalam rentang nilainya. Sikap yang
masih netral dan rasa puas yang masih kecil membuat pihak perusahaan perlu
melakukan peningkatan dan perbaikan atribut agar dapat memperbaki sikap dan
meningkatkan kepuasan konsumen terhadap cookies cokelat Waroeng Cokelat
secara keseluruhan. Selain itu, peningkatan dan perbaikan kualitas produk juga
diperlukan karena pembelian konsumen dilakukan berdasarkan inisiatif sendiri
akibat pengaruh dari produk itu sendiri.
Berdasarkan proses keputusan pemebelian konsumen, motivasi pembelian
dan atribut yang paling dipertimbangkan ketika membeli cookies cokelat Waroeng
Cokelat adalah rasanya yang enak, bentuk cookiesnya yang menarik, dan rasa
cokelatnya yang terasa. Analisis sikap Fishbein juga memberikan hasil yang
113
serupa, atribut bentuk cookies, cita rasa cookies, dan rasa cokelat cookies cokelat
Waroeng Cokelat yang membentuk sikap suka konsumen sehingga konsumen
mau membeli cookies cokelat Waroeng Cokelat kembali. Begitupun pada analisis
indeks kepuasan konsumen, didapat ketiga atribut tersebut memberikan kepuasan
paling besar kepada responden. Ketiga atribut tersebut juga masuk ke dalam
kuadran 2 dalam analisis IPA. Sehingga atribut cita rasa, rasa cokelat, dan bentuk
cookies harus dipertahankan dengan cara menjaga kualitas bahan baku yang
digunakan dan menciptakan bentuk-bentuk yang menarik perhatian konsumen
agar sikap dan kepuasan konsumen tetap dapat dipertahankan.
Selain ketiga atribut tersebut, atribut lain yang perlu dipertahankan adalah
daya tahan produk dan ketepatan waktu pemenuhan pesanan. Kedua atribut ini
dalam analisis Fishbein memiliki sikap netral dan dalam analisis CSI termasuk
kategori cukup puas. Namun skor yang diperoleh terbilang besar dalam rentang
nilai tersebut sehingga kedua atribut ini masuk ke dalam atribut yang perlu
dipertahankan (kuadran 2) dalam IPA. Kedua atribut ini dapat dipertahankan
dengan cara membuat produk yang disesuaikan dengan waktu pesanan seperti
yang selama ini sudah dilakukan untuk meminimalkan waktu penyimpanan baik
di perusahaan maupun di tenaga penjual.
Pihak perusahaan juga perlu melakukan perbaikan untuk atribut-atribut
yang
dianggap
masih
belum
memenuhi
keinginan
konsumen
selain
mempertahankan atribut-atribut yang sudah dianggap baik. Berdasarkan IPA
atribut yang harus diperbaiki adalah jaminan keamanan pangan, dan variasi jenis
cookies cokelat yang ditawarkan, dan kemasan. Atribut ini juga disikapi netral
berdasarkan analisis Fishbein dan dinilai cukup puas oleh konsumen berdasarkan
114
indeks kepuasan. Saran yang diberikan konsumen kepada Waroeng Cokelat juga
sebagian besar terkait dengan variasi jenis, dan kemasan.
Konsumen saat ini lebih sadar akan kesehatan apalagi dengan tingkat
pendidikan responden yang tebilang baik. Atribut jaminan keamanan pangan yang
dapat diperbaiki dengan memperbesar label yang ada sehingga cukup ruang untuk
mencantumkan label halal, izin Depkes, dan tanggal kadaluarsa yang jelas.
Sedangkan untuk tanggal kadaluarsa yang selama ini belum dicantumkan agar
dicantumkan ke dalam label. Dengan tidak adanya tanggal kaduarsa yang jelas
dapat membuat kepuasan konsumen menjadi sangat rendah jika sewaktu-waktu
ternyata cookies yang dibelinya sudah rusak padahal harapannya terhadap daya
simpan produk tersebut tinggi. Selain itu, konsumen juga akan merasakan
ketidakpuasan jika terjadi hal seperti itu mengingat uang yang sudah mereka
keluarkan untuk membeli cookies tersebut. Jadi saat ini pencantuman tanggal
kadaluarsa menjadi sangat penting.
Atribut variasi dianggap penting oleh konsumen, dan inilah salah satu
alasan tersirat yang dikemukakan responden. Mereka membeli untuk mencari
variasi lain karena bosan dengan yang sudah ada. Ini terbukti dari jenis cookies
yang dibeli responden sebagian besar adalah marbel cokelat dan kurma cokelat
yang merupakan jenis baru yang dikeluarkan oleh Waroeng Cokelat pada saat itu.
Untuk menghindari perpindahan konsumen karena variasi, perusahaan harus terus
menciptakan suatu jenis baru setiap tahunnya yang sesuai dengan keinginan
konsumen seperti bentuk yang menarik, rasa cokelat yang terasa dan memiliki cita
rasa yang enak. Hal ini juga dapat digunakan untuk menarik kembali konsumen
yang hilang atau konsumen baru. Seperti yang telah diakukan untuk Idul Fitri
115
tahun 2008 ini, Waroeng Cokelat mengeluarkan jenis cookies baru yaitu Milk
Chesee Cokelat dan Dark Chesee Cokelat.
Kemasan adalah salah satu dari bagian atribut yang penting bagi
konsumen. Menurut konsumen, kemasan dapat menggunakan bentuk-bentuk lain
seperti kotak, hati, oval, dan lain-lain serta penyusunan cookies ke dalam toples
harus lebih rapi dan teratur. Penyusunan yang rapi dan teratur ini perlu dilakukan
karena perusahaan
ingin menggunakan kemasan yang transparan agar
menonjolkan bentuk cookiesnya yang menarik. Dengan menggunakan kemasan
yang transparan, penyusunan cookies yang rapi dan teratur akan menambah
penampilan kemasan menjadi lebih cantik.
Selanjutnya atribut aroma cokelat, rasa manis dan warna cookies hanya
disikapi netral dan dinilai cukup memberikan kepuasan kepada responden. Namun
atribut ini masuk ke dalam kuadran 4 dalam IPA. Ini berarti ketiga atribut tersebut
dirasa berlebihan. Sebaiknya peningkatan untuk atribut ini dialihkan untuk
peningkatkan atribut lain yang lebih berpengaruh kepada kepuasan konsumen.
Selain hal yang terkait mengenai atribut produk, strategi produk juga dapat
dilakukan dengan menawarkan produk kepada pasar yang tepat. Pada karakteristik
responden, ditemukan bahwa ada konsumen laki-laki yang membeli cookies
cokelat Waroeng Cokelat padahal target utama adalah seorang ibu rumah tangga
(wanita). Adanya konsumen laki-laki dapat menjadi pasar tersendiri yaitu
menawarkan produk yang didesain sebgai bingkisan karean konsumen laki-laki
biasanya membeli dengan tujuan untuk dijadikan sebagai gift (pemberian).
116
8.2
Harga
Berdasarkan evaluasi pasca pembelian, konsumen menyatakan bahwa jika
harga yang ditawarkan naik maka konsumen akan mengurangi jumlah pembelian
cookies cokelat Waroeng Cokelat selanjutnya. Saran yang diberikan oleh
responden kepada Waroeng Cokelat pun banyak yang berkaitan dengan harga.
Berdasarkan analisis sikap Fishbein, harga yang ditawarkan oleh Waroeng
Cokelat untuk cookies cokelatnya disikapi netral. Berdasarkan nilai CSI,
responden merasa cukup puas dengan harga yang ditawarkan. Harga yang
ditawarkan pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp 35.000 dengan ukuran toples biasa
setengah kilo. Harga yang ditawarkan tidak mungkin untuk diturunkan tetapi
kemungkinan yang terjadi justru akan naik setiap tahunnya mengingat bahan baku
yang relatif mahal dan selalu mengalami kenaikan serta dengan memperhitungkan
biaya distribusi. Alternatif yang dapat dilakukan untuk memperbaiki atribut harga
yang ditawarkan yaitu dengan memberikan alternatif kemasan yang lebih kecil
seertiukuran toples seperempat kilo karena berdasarkan karakteristik konsumen,
konsumen cookies cokelat Waroeng Cokelat termasuk keluarga kecil dengan 3
sampai 4 orang anggota keluarga.
8.3
Promosi
Promosi merupakan suatu kegiatan untuk memperkenalkan keunggulan,
manfaat, dan lain-lain kepada konsumen dan calon konsumen. Promosi secara
tidak langsung dapat membujuk dan merangsang konsumen untuk mengenal,
berminat, dan akhirnya sampai pada keputusan untuk membeli.
Informasi yang paling penting untuk diketahui oleh konsumen adalah
jaminan keamanan pangan, cita rasa cookies dan daya tahan produk. Jadi
117
informasi inilah yang harus diberitahukan kepada konsumen pertama kali oleh
tenaga penjual. Jadi, pemilik juga harus menjalin hubungan baik dan
mengkomunikasikan hal-hal yang terkait dengan produk kepada tenaga penjual.
Alat promosi yang tepat digunakan oleh Waroeng Cokelat untuk memasarkan
produknya pada saat hari raya Idul Fitri adalah pengujian produk gratis. Pengujian
gratis dilakukan untuk memberikan informasi kepada responden mengenai cita
rasa cookies Waroeng Cokelat. Perlu juga ditambahkan informasi mengenai
”Cokelat sebagai Kado Terbaik” dan contoh produknya. Hal ini sangat cocok
dilakukan untuk mereka yang melakukan pembelian untuk dijadikan sebagai
hadiah atau bingkisan..
Terkenal tidaknya suatu nama merek tergantung dari besarnya promosi
yang dilakukan oleh perusahaan. Nama merek disikapi tidak baik oleh responden
berdasarkan analisis sikap Fishbein dan dinilai tidak memberikan kepuasan
kepada responden. Namun tingkat kepentingan terhadap atribut ini dinilai rendah
oleh responden sehingga nama merek masuk ke dalam kuadran 3 dalam IPA.
Perbaikan atribut ini dapat dilakukan setelah perbaikan atribut yang ada di
kuadran 1. Namun, karena atribut yang masuk ke dalam kuadarn 3 ini adalah
nama merek yang tidak terkenal, perbaikan ini dapat dilakukan seiring dengan
perbaikan atribut-atribut yang diprioritaskan. Sebagai produk lokal, dalam jangka
panjang pihak perusahaan perlu memperbaiki hal ini karena merek yang kuat
sebuah produk akan memiliki nilai jual yang lebih baik dibandingkan produk
tanpa merek. Dengan adanya merek konsumen akan lebih percaya terhadap rasa
dan kualitas yang ditawarkan Merek juga memudahkan konsumen dalam
mengingat sebuah produk.
118
Atribut ini dapat diperbaiki tetapi dalam waktu yang lama karena Waroeng
Cokelat tidak perlu mengeluarkan biaya promosi khusus untuk memperkenalkan
mereknya. Hal ini disebabkan untuk produk UKM, berat rasanya untuk
mengiklankan produknya di media cetak atau elektronik karena keterbatasan
sumber daya ekonomi yang dimiliki. Perbaikan dapat dilakukan dengan tetap
mencantumkan label merek Waroeng Cokelat pada produknya akan membuat
konsumen sadar akan keberadaan merek tersebut. Konsumen yang membeli dan
merasa puas akan merekomendasikan merek tersebut kepada teman atau keluarga
mereka sehingga mereka pun menjadi mengenal merek Waroeng Cokelat.
Terbukti dari sebaran responden pada proses pengambilan keputusan berdasarkan
pencarian informasi, bahwa temanlah yang paling efektif dari pada sumber
informasi.
Selain itu, promosi dapat dilakukan dengan tetap mengikuti pameranpameran terutama untuk pameran khusus cokelat yang diadakan setiap dua tahun
sekali.
Dengan
mengikuti
pameran
cokelat,
Waroeng
Cokelat
dapat
diperhitungkan sebagai usaha dalam industri makanan berbahan baku cokelat di
Indonesia. Sebagai binaan Disperindagkop, tentunya pemerintah dapat membantu
mempromosikan Waroeng Cokelat sebagai salah satu merek lokal Kota Bogor
dengan memasukkannya ke dalam website pemerintah Kota Bogor kategori
industri, produk unggulan, atau UKM unggulan karena dalam Website pemerintah
Kota Bogor belum ada informasi mengenai Waroeng Cokelat.
8.4
Distribusi
Alasan responden yang pasti membeli cookies cokelat Waroeng Cokelat
selain karena rasanya yang enak, disebabkan juga karena kemudahan
119
memperoleh. Sehingga tindakan pemasaran pihak perusahaan untuk menggunakan
tenaga penjual sudah tepat karena dengan begitu Waroeng Cokelat akan
mendekatkan produknya ke konsumen bukan konsumen yang mendekat ke
produk. Untuk alternatif penyimpanan di outlet atau titip produk juga dapat
dilakukan tetapi memiliki resiko yang besar terkait dengan ketidakpastian
pembelian dan daya tahan produk.
120
IX PENUTUP
9.1
Kesimpulan
Konsumen cookies cokelat Waroeng Cokelat memiliki beberapa
karakteristik umum. Karakteristik umum konsumen yaitu sebagian besar berjenis
kelamin wanita dengan kedudukan sebagai istri, berusia 21 – 30 tahun dengan
tingkat pendidikan terakhir SMA atau sederajat, memiliki pekerjaan sebagai
pegawai swasta, memiliki anggota keluarga 3–4 orang, dan berpenghasilan rumah
tangga menengah yaitu sebesar Rp 2.000.000–Rp 5.000.000.
Dalam proses pengambilan keputusan, sebagian besar konsumen memiliki
keharusan untuk menyediakan cookies cokelat pada hari raya Idul Fitri untuk
konsumsi keluarga dengan motivasi pembelian eksternal yaitu karena rasanya
yang enak dan bentuk yang unik. Sumber informasi berasal dari teman, informasi
penting yang dibutuhkan dari sumber informasi adalah jaminan keamanan pangan,
cita rasa cookies, dan daya tahan produk, sedangkan alat promosi yang efektif
adalah pengujian gratis. Kriteria evaluasi yang digunakan oleh konsumen adalah
cita rasa yang enak, bentuk cookies yang menarik dan rasa cokelat yang terasa.
Pembelian dilakukan melalui pemesanan dua sampai satu minggu sebelum hari
raya Idul Fitri. Jenis cookies yang banyak dibeli pada Idul Fitri 2007 adalah
marbel cokelat dan kurma cokelat. Keputusan pembelian tidak dipengaruhi pihak
lain tetapi atas dasar inisiatif sendiri. Dalam evaluasi pasca pembelian, konsumen
akan mengurangi jumlah pembelian selanjutnya jika terjadi kenaikan harga dan
kemungkinan akan membeli cookies cokelat Waroeng Cokelat pada Idul Fitri
2008 ini.
121
Analisis sikap Fishbein menunjukkan bahwa sikap konsumen terhadap
cookies cokelat Waroeng Cokelat adalah netral. Sikap positif konsumen yang
menyebabkan konsumen masih mau membeli cookies cokelat Waroeng Cokelat
adalah bentuk cookies yang unik cita rasa yang enak, dan rasa cokelat yang terasa.
Indeks kepuasan konsumen menjelaskan bahwa secara keseluruhan konsumen
merasa puas terhadap cookies cokelat Waroeng Cokelat. Atribut yang paling
berkontribusi memuaskan konsumen adalah cita rasa cookies, bentuk cookies, dan
rasa cokelat. Analisis IPA memberikan hasil yaitu atribut yang mendapat prioritas
untuk dilakukan perbaikan adalah jaminan keamanan pangan, harga yang
ditawarkan, variasi jenis yang tersedia, dan kemasan. Sedangkan atribut yang
perlu dipertahankan adalah atribut cita rasa cookies, rasa cokelat, bentuk cookies,
daya tahan produk, dan ketepatan waktu pemenuhan pesanan.
Bauran pemasaran yang dapat dilakukan terdiri dari produk, harga,
promosi dan distribusi. Untuk produk dilakukan dengan prioritas pertama
memperbaiki kinerja jaminan kemanan pangan, harga yang ditawarkan, variasi
jenis cookies yang tersedia, dan kemasan, mempertahankan atribut cita rasa
cookies, rasa cokelat, bentuk cookies, daya tahan, dan ketepatan waktu
pemenuhan pesanan. Untuk harga, pemilik dapat memberikan alternatif kemasan
yang lebih kecil. Untuk promosi, lebih menginformasikan informasi mengenai
jaminan keamanan pangan, daya tahan produk, dan cita rasa cookies dengan alat
promosi berupa pengujian gratis dan promosi dilakukan melalui ‘mulut ke mulut’
dan mengikuti pameran cokelat. Saluran distribusi dengan menggunakan tenaga
penjual sudah tepat dilakukan karena tenaga penjual dapat mendekatkan produk
122
kepada konsumen mengingat target pasarnya adalah seorang wanita yang bekerja
di luar rumah.
9.2
Saran
1. Untuk pemerintah, menjadikan cokelat sebagai alternatif makanan yang dapat
dikembangkan oleh UKM sehingga dapat mengurangi pemakaian tepung
terigu yang diharapkan akan berdampak pada pengurangan impor tepung
terigu oleh Indonesia. Selain itu, mendidik masyarakat khususnya masyarakat
Kota Bogor untuk mengkonsumsi cokelat mengingat manfaat yang terkandung
dalam cokelat dan terkait dengan rendahnya konsumsi masyarakat terhadap
cokelat.
2. Untuk pemilik Waroeng Cokelat, perlu menjaga hubungan baik dengan tenaga
penjual, memberikan penjelasan terlebih dahulu kepada tenaga penjual
mengenai produk yang akan dijual, dan meminta tenaga penjual untuk
melaporkan hal-hal yang berkaitan dengan konsumen Waroeng Cokelat,
seperti saran dan keluhan dari konsumen.
3. Untuk penelitian selanjutnya, dapat dilakukan penelitian mengenai sensitivitas
harga untuk melihat seberapa besar kenaikan harga yang membuat konsumen
mengurangi pembeliannya serta dapat juga dilakukan penelitian mengenai
penetapan harga yang sesuai baik untuk produsen maupun konsumen antara.
123
DAFTAR PUSTAKA
Anugrah, Bina. 2007. Strategi Pengembangan Usaha Kecil Kue Kering ”Jalilo
Snack” (kasus Usaha kecil di Desa Sindangsari, Kecamatan Bogor
Timur). Skripsi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Arfianto, Heru. 2007. Analisis Perilaku Konsumen Terhadap Keberadaan Biskuit
Merek Pengikut di Kota Bogor (Kasus Oreo dan Rodeo). Skripsi.
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Baga, Lukman M. 2006. Bahan Kuliah Kewirausahaan. Bogor: Departemen
Agribisis, Institut Pertanian Bogor.
BPS dan Kementrian Negara Koperasi dan UKM. 2004. Statistik Usaha Kecil dan
Menengah. Jakarta.
-----------------. 2005. Statistik Usaha Kecil dan Menengah. Jakarta.
-----------------. 2006. Perkembangan Usaha Kecil dan Menengah. Jakarta.
-----------------. 2007. Statistik Usaha Kecil dan Menengah. Jakarta.
-----------------. 2008. Berita Resmi Statistik No. 28/05/Th XI, 30 Mei:
Perkembangan Indikator Makro UKM Tahun 2008. Jakarta.
BPS Kota Bogor. 2007. Kota Bogor Dalam Angka. Bogor.
Departemen Perindustrian. 2005. Kebijakan Pengembangan Industri Nasional
(KPIN). Jakarta: Departemen Perindustrian.
----------------. 2007. Gambaran Sekilas Industri Kakao. Jakarta: Departemen
Perindustrian.
----------------. 2006. Profil Industri Kakao Olahan dan Cokelat. Departemen
Perindustrian.
Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi (Deperindagkop) Kota Bogor.
2007. Perkembangan Jumlah Usaha Kecil Menengah di Kota Bogor.
Bogor: Disperindagkop.
Engel, James F, Roger D. Blackweel, dan Paul W. Winiard. 1994. Perilaku
Konsume Jilid 1 Edisi Keenam. Jakarta: Binarupa Aksara.
Griffin, Ricky W. dan Ronald J. Ebert. 2003. Bisnis Edisi Keenam. Jakarta: PT
Prenhallindo.
Indriani, Endang Astri. 2005. Analisis Proses Keputusan Pembelian Produk
Coklat di Kotamadya Bogor. Skripsi. Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
124
International Cocoa Organization. 2007. International Cocoa Organization
Annual Report 2005/2006. London: ICCO.
Kartajaya, H. 2004. Hermawan Kartajaya on Marketing. Jakarta : PT.
Gramedia.Kurnia, Ade. 2003. Pengembangan produk Kue Kering Dari
Buah Sukun (Artocarpus altilis) Dalam Rangka Diversifikasi Pangan
Pokok Lokal. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Kementrian Negara Koperasi dan UKM. 2007. Revitalisasi Koperasi dan UKM
sebagai Solusi Mengatasi Pengangguran dan Kemiskinan. Jakarta:
Departemen Koperasi dan UKM.
Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran Jilid I. Benyamin Molan,
penerjemah. Jakarta: Indeks.
-----------------. 2005. Manajemen Pemasaran Jilid II. Benyamin Molan,
penerjemah. Jakarta: Indeks.
Kurnia, Ade. 2003. Pengembangan produk Kue Kering Dari Buah Sukun
(Artocarpus altilis) Dalam Rangka Diversifikasi Pangan Pokok Lokal.
Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Kurniawan, Asep. 2004. Pengaruh Krisis Ekonomi Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan Penghasil Bahan Baku Cokelat Dengan Metode Economic
Value Added (EVA) (Studi Kasus di PT Cahaya Kalbar). Skripsi.
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Laila. 2008. Analisis Proses Keputusan Pembelian dan Evaluasi Tingkat
Kepuasan Konsumen Terhadap Pembelian Roti Tawar Merek Le Gitt di
Bogor. Skripsi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Lembaga Koko Malaysia. 2001. Bilakah Kita
http://www.koko.my (diakses 4 Desember 2007)
Membeli
Coklat?.
Lipsey, Richard G. et al. 1995. Pengantar Mikroekonomi Jilid I. Jakarta: Binarupa
Aksara.
Peter, J. Paul dan Jerry C. Olson. 1999. Consumer Behavior: Perilaku Konsumen
dan Strategi Pemasaran. Damos Sihombing, penerjemah. Jakarta:
Erlangga.
Pinem, Lerina Monika. 2006 . Analisis Sikap dan Harapan Konsumen Terhadap
Air Minum Beroksigen (Kasus Supermarket di Kota Bogor). Skripsi.
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Rangkuti, Freddy. 2006. Measuring Customer Satisfaction: Teknik Mengukur dan
Strategi Meningkatkan Kepuasan Pelanggan. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Sahertian, Yunnyar Christin. 2006. Analisis Sikap Konsumen dan Rentang Harga
Pada Keputusan Pembelian Beras Organik Amani. Skripsi. Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
125
Simamora, Bilson. 2004. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta: Gramedia
Pustaka Umum.
Swastha, B. 1995. Pengantar Perusahaan Ekonomi Modern.
Yogyakarta: Liberty.
Edisi Ketiga.
Sumarwan, Ujang. 2003. Perilaku Konsumen teori dan penerapannya Dalam
Pemasaran. Bogor: Ghalia Indonesia.
Supranto, J. 2000. Statistik: Teori dan Aplikasi, Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.
-----------------. 2001. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan Untuk Menaikkan
Pangsa Pasar. Jakarta: Rineka Cipta.Wie, Kian Thee. 2001.
Perkembangan dan Kebijaksanaan Usaha Kecil dan Menengah di
Negara-negara Asia Timur dan Relevansinya bagi Indonesia dalam
Dinamika Usaha Kecil dan Menengah. Jakarta: Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah.
Wibowo, Murdinah, dan Fawzya. 2002. Pedoman Mengelola Perusahaan Kecil.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Yulianti, Hani. 2007. Analisis Penetapan Harga Pokok dan Zona Fleksibilitas
Harga Meises Cokelat di PT G Bandung, Jawa Barat. Skripsi. Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Yanuarti, Anty Shantini. 2007. Analisis Perilaku Konsumen Produk Dodol Picnic
dan Implikasinya Terhadap Strategi Pemasaran pada PT Herlinah Cipta
Pratama. Skripsi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
126
LAMPIRAN
127
Lampiran 1 Perkembangan Produksi Biji Kakao Dunia (1000 ton)
Tahun 2001/2002 – 2005/2006
Negara
Afrika
Kamerun
Pantai Gading
Ghana
Nigeria
Lainnya
Amerika
Brazil
Ekuador
Lainnya
Asia Oseania
Indonesia
Malaysia
Papua Nugini
Lainnya
Total
2001/02
1952
131
1265
341
185
31
377
124
81
173
538
455
25
38
19
2867
Sumber : ICCO, 2007
68,1%
13,2%
18,7%
2002/03
2231
160
1325
497
173
50
428
163
86
179
510
410
36
43
21
3169
70,4%
13,5%
16,1%
Tahun
2003/04
2550
72,1%
162
1407
737
180
64
462
13,1%
163
117
182
525
14,8%
430
34
39
22
3537
2004/05
2379
184
1286
599
200
110
443
171
116
157
560
460
29
48
23
3382
70,3%
13,1%
16,6%
2005/06
2577
168
1387
741
170
112
447
162
115
170
568
470
30
48
20
3592
71,8%
12,4%
15,8%
128
Lampiran 2 Pengujian Validitas dan Realibilitas Kuesioner
Pengujian Validitas Kuesioner
Atribut
N
Warna cookies
Bebtuk cookies
Rasa manis
Rasa cokelat
Aroma cokelat
Cita rasa cookies
Harga yang ditawarkan
Variasi jenis yang tersedia
Kemasan
Jaminan keamanan pangan
Nama merek
Ketepatan waktu pemenuhan pesanan
Komposisi
Daya tahan cookies
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
Correlation
Coefficient
0.371
0.545
0.471
0.563
0.729
0.823
0.441
0.511
0.578
0.340
0.405
0.384
0.139
0.421
0,05
0.022
0.001
0.004
0.001
0.000
0.000
0.007
0.002
0.000
0.033
0.013
0.018
0.232
0.010
Keterangan :
• Uji validitas dilakukan pada sample (n) sebanyak 30 orang.
• Variabel valid jika tingkat signifikan
0,05 ( = 5 %).
Pengujian Reliabilitas Kuesioner
Case Processing Summary
N
%
Cases Valid
30
100,0
Excluded(a)
0
,0
Total
30
100,0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
,728
N of Items
15
HASIL
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Tidak valid
Valid
129
Lampiran 3 Dokumentasi Waroeng Cokelat
Logo Waroeng Cokelat
Cookies Cokelat Waroeng Cokelat
Etnik Cokelat
Dark Chesee Cokelat
Milk Chesee Cokelat
Kurma Cokelat
Marbel Cokelat
Pindekas Cokelat
Download