BAB II LANDASAN TEORI DAN ANALISIS PASAR 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Business Model Canvas Bisnis model menjelaskan mengenai dasar pemikiran bagaimana sebuah bisnis diciptakan, diberikan dan ditangkap nilainya (Osterwalder & Pigneur, 2010). Osterwalder & Pigneur membuat pendekatan model kanvas yaitu "Nine Building Blocks" yang memudahkan para pebisnis. Nine Building Blocks terdiri dari Value Propositions, Customer Segment, Customer Relationship, Channels, Key Activity, Key Partnership, Cost Structure, dan Revenue Stream. Berikut ini adalah penjelasan masing-masing elemen pada Business Model Canvas. Gambar 2.1 Template Business Model Canvas Sumber: Business Model Generation (2010) 14 15 2.1.1.1 Customer Segments Pelanggan merupakan kunci utama dalam mendapatkan keuntungan. Tanpa pelanggan sebuah perusahaan tidak dapat bertahan lama dalam bisnis yang mereka bangun. Customer segments dibagi menjadi kelas menengah atas dan kelas menengah bawah. Ada beberapa tipe dari customer segments yaitu (Osterwalder & Pigneur, 2010): 1. Mass market, bisnis model yang tidak membedakan segmen pelanggan. Massmarket fokus pada penentuan segmentasi pasar, nilai proposisi, kerja sama, dan juga saluran distribusi. 2. Niche market, bisnis model yang memiliki target pasar yang hanya melayani segmen pelanggan tertentu atau lebih spesifik. 3. Segmented, bisnis model yang membedakan kebutuhan dan masalah yang berbeda pada pelanggan. 4. Diversified, bisnis model yang melayani dua atau lebih dengan kebutuhan yang berbeda dan saling bergantung satu sama lain. 2.1.1.2 Value Proposition Value proposition menggambarkan bagaimana pelanggan dapat beralih dari satu perusahaan ke perusahaan lain melalui produk atau layanan yang ditawarkan oleh perusahaan berbeda dengan para kompetitornya. Hal – hal yang dapat memberikan kontribusi untuk 16 meningkatkan value proposition antara lain adalah (Osterwalder & Pigneur, 2010): 1. Newness, sebuah produk baru yang diciptakan yang belum pernah ada sebelumnya dan memiliki keunikan. 2. Performance, bagaimana meningkatkan kinerja suatu produk atau layanan yang ditawarkan. 3. Customization, bagaimana perusahaan dapat menyesuaikan produk atau jasa sesuai dengan kebutuhan pelanggannya agar mendapat nilai lebih. 4. Getting the Job Done, bagaimana produk atau jasa berfungsi membantu pelanggan untuk menyelesaikan pekerjaannya. 5. Design, dengan memiliki desain yang menarik maka suatu produk akan memiliki value proposition yang baik. Tetapi sebuah desain sangat sulit untuk diukur karena setiap individu memiliki pendapat yang berbeda – beda. 6. Brand / Status, pelanggan dapat menemukan nilai suatu produk dari merek yang telah dikenal oleh masyarakat luas. 7. Price, bagaimana harga dapat ditentukan oleh pesaingnya dan menjadi dasar dalam menentukan harga pokok barang yang ditawarkan. Dalam hal ini, pelanggan dapat menjadi sensitif terhadap harga. 8. Cost Reduction, risiko yang ditimbulkan oleh produk yang ditawarkan oleh pelanggan dalam membeli produk atau jasa dapat dikurangi. 17 9. Risk Reduction, risiko yang ditimbulkan oleh produk yang ditawarkan kepada pelanggan sangat kecil. Dengan kata lain produk yang ditawarkan memiliki garansi jika terjadi kerusakan. 10. Accesibility, produk yang ditawarkan dapat dengan mudah digunakan atau dapat diakses oleh semua orang. 11. Convenient /Usability, bagaimana sebuah produk dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan bagi pelanggannya dan pelanggan tersebut merasa nyaman akan kehadiran produk tersebut. 2.1.1.3 Channels Channels menggambarkan bagaimana sebuah perusahaan dapat menjalin komunikasi dengan pelanggannya dalam menyampaikan value proposition. Beberapa fungsi dari channels antara lain (Osterwalder & Pigneur, 2010): Gambar 2.2 Channel Types & Phases Sumber: Osterwalder and Pigneur (2009) 18 1. Meningkatkan kesadaran kepada pelangan atas produk dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan. 2. Membantu pelanggan dalam mengevaluasi value proposition dari perusahaan. 3. Memungkinkan pelanggan dalam membeli produk atau jasa yang lebih spesifik. 4. Memberikan value proposition perusahaan kepada pelangan. 5. Memberikan layanan pendukung pasca pembelian kepada pelanggan. 2.1.1.4 Customer Relationship Hubungan dengan pelanggan dibangun sesuai dengan customer segment. Dalam menjalin hubungan yang baik dengan pelanggan dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu: Customer Acquisition, Customer Retention, dan Upsalling. Customer Relationship dibagi menjadi 6 bagian, yaitu (Osterwalder & Pigneur, 2010): 1. Personal Assistant, komunikasi antar pelanggan dengan petugas pelayanan pelanggan agar pelanggan mendapatkan bantuan selama proses penjualan atau setelah pembelian itu selesai. 2. Dedicated Personal Assistance, yaitu dengan menugaskan seseorang yang khusus dalam melayani pelangan secara individual. 19 3. Self Service, yaitu pelanggan tidak berhubungan langsung dengan perusahaan tetapi perusahaan menyediakan sarana yang diperlukan oleh pelanggan dalam membantu dirinya sendiri. 4. Automated Service, yaitu hubungan yang menggabungkan proses layanan mandiri dengan layanan otomatis. 5. Communities, yaitu perusahaan membangun hubungan antar sesama anggota dalam bentuk sebuah komunitas untuk saling bertukar pikiran dalam mengetahui keinginan dari para pelanggannya. 6. Co-creation, membangun sebuah hubungan dengan konsumen untuk menciptakan sebuah nilai proporsi yang baru. 2.1.1.5 Revenue Stream Arus pendapatan menampilkan keadaan dari keuangan perusahaan yang diperoleh dari uang tunai dari setiap segmen konsumen. Sebuah bisnis model dapat melibatkan dua tipe revenue streams yang berbeda, antara lain (Osterwalder & Pigneur, 2010): 1. Transaction Revenues, yaitu transaksi yang diperoleh dari sekali pembayaran dari pelanggan. 2. Recurring Revenues, yaitu transaksi yang diperoleh dari pembayaran yang masih berkelanjutan untuk memberikan value proposition kepada pelanggan dan menyediakan layanan customer support kepada pelanggan setelah pembelian. 20 2.1.1.6 Key Resources Key resources merupakan aset yang sangat penting yang diperlukan untuk membuat bisnis dapat berjalan. Setiap model bisnis membutuhkan sumber daya. Sumber daya utama dikategorikan menjadi empat bagian, yaitu (Osterwalder & Pigneur, 2010): 1. Physics, yaitu meliputi gedung, mesin, tanah, kendaraan. 2. Intellectual, yaitu meliputi hak intelektual, hak paten, merek. 3. Human, yaitu sumber daya manusia yang merupakan bagian penting dalam sebuah perusahaan. Pada industri kreatif dan padat karya, sumber daya utamanya adalah manusia itu sendiri, maka perusahaan berusaha menciptakan suasana kondusif di perusahan tersebut untuk mempertahankan sumber daya manusianya. 4. Financial, yaitu keuangan yang mencerminkan kinerja dari sebuah perusahaan atau perputaran uang yang terjadi dalam perusahaan tersebut. Tanpa adanya dukungan modal yang kuat, maka bisnis tidak akan berjalan dengan baik. 2.1.1.7 Key Activity Key activities menggambarkan aktivitas penting yang dilakukan oleh perusahaan agar bisnis yang dilakukan dapat berjalan dengan baik. 21 Key activities dapat dikategorikan menjadi tiga bagian, yaitu (Osterwalder & Pigneur, 2010): 1. Production, aktifitas yang berhubungan dengan perancangan, pembuatan, dan pengiriman produk. 2. Pemecahan masalah, aktivitas yang berhubungan dengan masalah yang timbul dari produk tersebut. Perusahan harus mengatasi masalah yang timbul tidak hanya pada produk tetapi perusahaan juga harus dapat memenuhi keinginan dari pelanggan agar produk mereka dapat diterima oleh pelanggan. 3. Platform / jaringan, model bisnis yang aktivitas utamanya berhubungan dengan jaringan dan sebagian besar perusahaan yang bergerak di bidang teknologi informasi. 2.1.1.8 Key Partnership Perusahaan membentuk aliansi atau kerja sama karena berbagai alasan. Biasanya perusahaan menciptakan untuk mengoptimalkan bisnis, mengurangi terjadinya resiko, dan untuk memiliki daya saing yang tinggi dengan para kompetitornya (Osterwalder & Pigneur, 2010). 2.1.1.9 Cost Structure Struktur biaya menggambarkan semua biaya yang dibutuhkan untuk menjalankan suatu model bisnis. Biaya dapat diperhitungkan 22 dengan baik jika aktivitas utama, sumber utama, dan kemitraan telah ditentukan. Cost Structure dari bisnis model dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu (Osterwalder & Pigneur, 2010): 1. Cost Driven, yaitu bisnis model yang fokus pada penekanan biaya serendah mungkin. Pendekatan ini bertujuan untuk mempertahankan struktur biaya agar lebih ramping, menggunakan proposisi nilai dengan harga rendah. 2. Value Driven, yaitu perusahaan yang tidak terlalu mementingkan biaya yang akan muncul dalam mendesain sebuah bisnis model, dan lebih fokus terhadap pencitraan nilai. Cost structure memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Fixed Cost, yaitu merupakan biaya tetap yang tidak berubah dan tidak terpengaruh dari penjualan yang dihasilkan. 2. Variable Cost, merupakan biaya yang dapat berubah sesuai dengan barang yang dihasilkan. 3. Economies of Scale adalah perusahaan dapat meminimalisasi biaya produksi karena memproduksi barang dalam jumlah yang besar dibandingkan saat perusahaan tersebut hanya dapat memproduksi barang mereka dengan kapasitas yang kecil. 4. Economies of Scope adalah keunggulan biaya yang lebih murah saat operasi perusahaan menjadi lebih besar dengan memperluas area industri mereka, baik di dalam maupun di luar negeri. 23 2.1.2 Marketing Strategy Marketing merupakan salah satu kegiatan utama perusahaan yang tidak akan ada hentinya sampai perusahaan tersebut menghentikan aktivitas bisnisnya. Namun sesuai dengan siklus hidup sebuah produk atau jasa, strategi pemasaran akan berbeda-beda. Product Life Cycle (PLC) atau siklus hidup produk dimulai dari introductory phase atau fase perkenalan, growth phase atau fase pertumbuhan, maturity phase atau fase saturasi, dan akhirnya decline phase atau fase penurunan. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemasaran sebuah produk atau jasa yang baru adalah dengan strategi perkenalan kepada pasar. Strategi perkenalan ini diklasifikasikan menjadi empat jenis, yaitu rapid skimming, slow skimming, rapid penetration, dan slow penetration. Rapid skimming merupakan strategi menerapkan harga tinggi dengan promosi yang besar, dimana biasanya diimplementasikan jika produk atau jasa yang ditawarkan tidak terlalu dikenal oleh pasar atau jika dikenal dapat memberikan daya jual yang tinggi (contohnya: elektronik). Slow skimming dapat diaplikasikan jika daya masuk kompetitor rendah dan perusahaan memiliki sumber daya yang besar (contohnya: produk petrokimia atau teknologi tinggi). Rapid penetration digunakan jika tujuan perusahaan adalah untuk merebut pangsa pasar dan laba dalam jangka waktu yang panjang. Sedangkan slow penetration diimplementasikan ketika kompetitor sedikit dan pasar yang luas serta sensitif terhadap harga (Saxena, 2009). 24 Gambar 2.3 Strategi Penetrasi Pasar untuk Produk Baru Sumber: Saxena (2009) Seiring dengan fase pertumbuhan penjualan produk atau jasa kompetitor, pemasaran akan mulai menjurus kepada sesuatu yang lebih fokus, misalnya dengan menjalankan satu jenis promosi untuk target pasar tertentu yang menjanjikan untuk tetap memperoleh angka penjualan. Sedangkan pada fase saturasi, terkadang repositioning, memberikan nilai yang baru sebuah produk atau jasa adalah hal yang dilakukan oleh pelaku pemasaran untuk bersaing dengan kompetitor dan terus membawa produk atau jasa lebih dekat kepada konsumen. Pada fase penurunan inilah pemasaran akan mulai mengalihkan fokus kepada produk atau jasa yang sudah dimodifikasi atau lain, dan akhirnya penarikan produk atau jasa yang lama dari pasar (Saxena, 2009). 25 2.1.3 Market Segmentation Market Segmentation adalah proses awal untuk membagi pasar ke dalam klasifikasi yang jelas, dapat diukur, berkesempatan untuk memberikan keuntungan, dapat dijangkau secara efektif, dan memiliki tanggapan berbedabeda. Hal ini bertujuan untuk dapat memberikan jenis produk atau jasa dan pemasaran yang tepat kepada target konsumen tertentu (Hisrich et al., 2008). Secara umum, Kotler dan Keller (2012) memberikan beberapa basis untuk segmentasi pasar, yaitu secara geografis, demografis, psikografis, dan juga perilaku konsumen, yang dijabarkan berikut: 1. Segmentasi Geografis Konsumen dibagi kedalam segmen secara perbedaan lokasi, seperti Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Utara. Tidak menutup kemungkinan bahwa area segmen berupa area luas, seperti kota maupun negara. 2. Segmentasi Demografis Segmentasi ini berdasarkan ragam jenis demografi konsumen seperti umur, jenis kelamin, pendapatan atau tingkat ekonomi, generasi, maupun ras dan budaya. 3. Segmentasi Psikografis Pembagian segmen didasari oleh sifat psikologi, gaya hidup, dan juga nilai atau prinsip yang tertanam dalam konsumen. VALStm merupakan salah satu sistem klasifikasi yang kerap digunakan untuk segmentasi 26 psikografis ini, dimana konsumen diklasifikasikan sesuai dengan motivasi dan tingkat ekonomi atau sumber daya yang dimiliki konsumen. 2.1.4 Market Targeting Sangat penting bagi perusahaan untuk memutuskan segmen yang akan dijadikan target. Untuk memberikan keuntungan yang maksimal segmen yang terpilih merupakan segmen konsumen yang sesuai dengan tujuan perusahaan dan diperkirakan dapat memberikan keuntungan. Terdapat empat pendekatan sebagai patokan perusahaan dalam menentukan target pasar yang didasari oleh besarnya jangka pasar dan produk atau jasa yang diberikan, yaitu (Kotler & Keller, 2012): Full Market Coverage Multiple Segments Single Segment Individuals as Segment Customization Mass Market Gambar 2.4 Penentuan Target Pasar Sumber: Kotler & Keller (2012) 1. Full Market Coverage Menyediakan satu atau berbagai macam produk yang diperlukan oleh masyarakat dari berbagai segmen atau kalangan, baik dipasarkan tanpa 27 segmentasi apapun (undifferentiated/mass marketing) maupun dengan perbedaan produk antar segmen (differentiated). 2. Multiple Segment Specialization Hal ini didasari oleh pemilihan beberapa segmen pasar yang memang memiliki daya tarik bagi perusahaan. Pendekatan ini dapat diklasifikasikan lagi menjadi tiga pola yaitu selective, product, dan market specialization. Spesialisasi selektif adalah upaya perusahaan untuk memberikan beberapa jenis produk masing-masing kepada beberapa jenis segmen pasar yang berbeda. Spesialisasi produk adalah dengan memberikan hanya satu jenis area produk atau jasa kepada beberapa segmen pasar. Sedangkan spesialisasi pasar adalah memberikan beberapa jenis produk atau jasa kepada satu jenis pasar. 3. Single Segment Target pasar yang spesifik dimana perusahaan memfokuskan diri untuk menyediakan satu jenis produk atau jasa kepada satu segmen konsumen. Hal ini dapat memberikan konsentrasi penuh perusahaan kepada kebutuhan target konsumennya dan akhirnya mendapatkan posisi kuat dalam pasar tersebut. 4. Individual Marketing Tipe target pasar individual berarti perusahaan harus mampu mengkustomisasi produk atau jasanya sesuai dengan setiap individu konsumen. Tidak semua jenis produk atau jasa dapat dengan mudah 28 disesuaikan, sehingga tidak banyak perusahaan yang menganut pendekatan target pasar ini. 2.1.5 Market Positioning Posisi suatu produk atau jasa dalam pasar harus jelas agar konsumen tidak bingung dengan apa yang dimaksud oleh perusahaan dalam menawarkan produk atau jasa. Selain untuk menempatkan produk atau jasa secara jelas, pemasaran juga mempunyai tujuan untuk mempunyai posisi yang dapat dibedakan dan lebih baik dibandingkan dengan kompetitor. Dengan kata lain, merek perusahaan inilah yang diingat ketika konsumen diberikan sebuah kategori produk atau jasa yang bersangkutan (Kotler & Keller, 2012). Terutama untuk produk atau jasa yang baru dikenal oleh masyarakat, tujuan ini biasanya dicapai dengan mengedukasi pasar mengenai produk atau jasa itu sendiri. Promosi dan edukasi pasar dapat dilakukan dengan menggunakan media secara efektif dan menerapkan 7P bauran pemasaran untuk perusahaan jasa (Kotler & Keller, 2012;Wirtz et al., 2012). 2.1.6 Marketing Mix “Bauran pemasaran (Marketing Mix) adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan pemasaran” (Kotler & Keller, 2006). Alat ini diklasifikasikan ke dalam empat 29 kelompok besar, yang disebut empat P pemasaran: produk, harga, tempat, dan promosi. Gambar 2.5 The Four P Components of the Marketing Mix Sumber: (Kotler & Keller, 2006) Menurut teori 8P dari buku Service Marketing (Wirtz & Lovelock, 2007), mengembangkan strategi untuk pasar yang memproduksi barang, pemasar biasanya menggunakan empat dasar elemen strategis: produk, harga, tempat, dan promosi. Tetapi untuk menangkap sifat khas kinerja pelayanan, perlu untuk memperluas campuran dengan menambahkan empat elemen yang terkait dengan jasa pengiriman: lingkungan fisik, proses, orang, dan produktifitas dan kualitas. 1. Produk (Product): Produk jasa terdiri dari produk inti yang merespon kebutuhan dasar pelanggan dan berbagai elemen layanan tambahan yang membantu pelanggan untuk menggunakan produk inti secara efektif serta menambah nilai melalui peningkatan penyambutan. 30 2. Tempat dan waktu (Place and time): Memberikan produk kepada pelanggan melibatkan keputusan mengenai di mana dan kapan yang sebelumnya diserahkan kepada yang terakhir, serta metode dan saluran yang digunakan. Kecepatan dan kenyamanan tempat dan waktu telah menjadi penentu penting dari pelayanan yang efektif. 3. Harga (Price): Komponen ini harus mengatasi perspektif kembar perusahaan jasa dan pelanggannya. Seperti nilai produk, nilai yang melekat dalam pembayaran merupakan pusat peran pemasaran dalam memfasilitasi pertukaran nilai antara perusahaan dan pelanggan. 4. Promosi (Promotion): Dalam jasa pemasaran, komunikasi adalah edukasi secara alami, terutama untuk pelanggan baru. Pemasok perlu mengajar pelanggan ini tentang manfaat dari pelayanan, di mana dan kapan untuk mendapatkannya, dan bagaimana untuk berpartisipasi dalam proses layanan untuk mendapatkan hasil terbaik. 5. Proses (Process): Bagaimana sebuah perusahaan melakukan hal-hal yang sering sama pentingnya dengan apa yang dilakukannya, sehingga menciptakan dan memberikan elemen produk memerlukan desain dan implementasi. 6. Lingkungan Fisik (Physical evidence): Penampilan bangunan, lansekap, kendaraan, perabotan interior, peralatan, seragam anggota staf, tandatanda, materi cetak dan petunjuk visual lainnya yang menyediakan semua bukti nyata dari kualitas pelayanan perusahaan. 31 7. Orang (People): Pelayanan memerlukan interaksi langsung antara pelanggan dan personil kontak. Perusahaan jasa yang sukses mengabdikan upaya yang signifikan untuk merekrut, melatih dan memotivasi karyawan. 8. Produktivitas dan Kualitas (Productivity and quality): Meningkatkan produktivitas sangat penting untuk setiap strategi dalam mengurangi biaya, tetapi manajer harus menyadari dalam membuat penurunan yang tidak pantas dalam pelayanan yang akan dibenci oleh pelanggan (dan mungkin dengan karyawan juga). Meningkatkan kualitas harus didefinisikan dari kepuasan dan loyalitas pelanggan. 2.1.7 Niche Market Melalui pemasaran terkonsentrasi, perusahaan memperoleh pengetahuan yang mendalam tentang kebutuhan suatu segmen dan mencapai kehadiran pasar yang kuat. Sebuah niche adalah sebuah kelompok pelanggan yang lebih sempit/khusus yang mencari manfaat dalam suatu segmen. Niche bertujuan untuk memahami kebutuhan pelanggan mereka dengan baik sehingga pelanggan rela membayar dengan harga premium. Pelanggan memiliki satu set yang berbeda dari kebutuhan. Mereka akan membayar dengan harga premium kepada perusahaan yang paling memuaskan mereka. Niche cukup kecil tetapi memiliki ukuran, keuntungan, dan potensi pertumbuhan dan tidak mungkin untuk menarik banyak pesaing. Niche mendapat keuntungan ekonomi tertentu melalui spesialisasi. Dengan efisiensi 32 pemasaran meningkat, niche yang tampaknya terlalu kecil dapat menjadi lebih menguntungkan (Kotler & Keller, 2012). 2.1.8 Supply Chain Management Rantai pasokan mengacu pada proses yang mengubah informasi dan materi dari dan ke proses manufaktur dan proses jasa dari suatu perusaahan. Hal ini termasuk proses logistik yang secara fisik mengubah produk dan pergudangan dan proses penyimpanan yang memposisikan produk untuk pengiriman cepat ke pelanggan. Dalam konteks ini, pasokan mengacu pada penyediaan barang dan jasa untuk pabrik dan gudang pada akhir masukkan, dan juga penyediaan barang dan jasa kepada pelanggan dari akhir output daripada suatu rantai pasokan. Unsur lain dari SCM adalah persediaan dan permintaan yang dibutuhkan untuk mengatur dan mengkordinasi proses manufaktur, jasa, dan proses rantai pasokan. Ini melibatkan peramalan permintaan (forecasting demand), membuat rencana jangka menengah untuk bagaimana permintaan akan dipenuhi, mengendalikan berbagai jenis persediaan, dan penjadwalan rinci mingguan dari proses (Jacob & Chase, 2012). 2.1.9 Brand & Branding American Marketing Association mendefinisikan brand sebagai “sebuah nama, istilah, tanda, symbol, atau desain, atau kombinasi dari 33 semuanya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari satu penjual atau grup penjual, dan untuk membedakan mereka dari para pesaing. Dengan demikian brand adalah produk atau jasa yang dimensinya membedakannya dalam beberapa cara dari produk atau jasa lain untuk memenuhi kebutuhan yang sama. Perbedaan-perbedaan ini mungkin fungsional, rasional, atau nyata, terkait dengan performa produk dari merek. Mereka juga mungkin lebih simbolis, emosional, atau tidak berwujud, yang terkait dengan apa yang mewakili merek atau berarti dalam arti yang lebih abstrak (Kotler & Keller, 2012). Brand memungkinkan mengindentifikasi konsumen, baik sumber individu atau pembuat produk maupun organisasi, dan untuk menetapkan tanggung jawab kinerja bagi produsen tertentu atau distributor. Brand juga melakukan fungsi penting bagi perusahaan. Pertama, mereka menyederhanakan penanganan produk dan penelusuran. Brand juga membantu untuk mengatur persediaan dan catatan akunting. Brand juga menawarkan perlindungan hukum secara legal untuk fitur unik atau aspekaspek produk. Nama brand dapat dilindungi melalui merek dagang yang didaftarkan. Proses manufaktur dapat dilindungi melalui paten. Kemasan dapat dilindungi melalui hak cipta dan desain eksklusif. Branding memberikan kualitas pada produk dan layanan dengan kekuatan sebuah brand. Itu semua tentang menciptakan perbedaan antara produk-produk. Branding menciptakan struktur mental yang membantu konsumen mengatur pengetahuan mereka mengenai produk dan layanan 34 dengan cara yang menjelaskan pengambilan keputusan mereka, dan dalam proses memberikan nilai bagi perusahaan. 2.1.10 Porter’s Five Forces Model of Competition Michael Porter telah mengidentifikasi lima kekuatan (five forces) yang menentukan daya tarik pasar atau segmen pasar dalam jangka panjang, yaitu pesaing industri (competitors), pendatang baru yang potensial, substitusi, pembeli, dan pemasok. Ancaman kekuatan ini adalah sebagai berikut (Kotler & Keller, 2012): Gambar 2.6 Porter’s Five Forces Sumber: (Kotler & Keller, 2012) 35 1. Threat of intense segment rivalry Suatu segmen dikategorikan tidak menarik apabila sudah berisi banyak, kuat, atau agresif kompetitor. Hal itu bahkan lebih tidak menarik apabila kondisi stabil atau menurun, apabila kapasitas perusahaan harus ditambah secara bertahap dan besar, apabila fixed cost atau hambatan keluar tinggi, atau apabila kompetitor memiliki taruhan tinggi untuk tinggal di segmen tersebut. Kondisi ini akan menyebabkan perang harga yang cukup sering, pertempuran iklan, dan pengenalan produk baru dan akan membuat produk tersebut mahal untuk bersaing. 2. Threat of new entrants Segmen yang paling menarik adalah satu di mana hambatan masuk yang tinggi dan hambatan keluar rendah. Beberapa perusahaan baru dapat memasuki industri, dan perusahaan-perusahaan yang berkinerja buruk dapat dengan mudah keluar. Ketika hambatan masuk dan keluar tinggi, potensi keuntungan tinggi, tapi perusahaan menghadapi risiko lebih besar karena perusahaan yang performanya lebih buruk tinggal dan melawan. Ketika hambatan masuk dan keluar rendah, perusahaan dengan mudah masuk dan meninggalkan industri, dan tingkat pengembalian menjadi stabil tetapi rendah. Kasus terburuk adalah ketika hambatan masuk yang rendah dan hambatan keluar tinggi. Disini perusahaan masuk pada saat yang baik tetapi merasa sulit untuk meninggalkan pada masa-masa buruk. Hasilnya adalah kelebihan kapasitas kronis dan pendapatan tertekan untuk semua. 36 3. Threat of substitute products Sebuah segmen tidak menarik ketika ada pengganti aktual atau potensial untuk produk tersebut. Pengganti menempatkan batas pada harga dan keuntungan. Jika kemajuan teknologi atau persaingan pada industri pengganti meningkat, harga dan keuntungan cenderung jatuh. 4. Threat of buyers’ growing bargaining power Sebuah segmen tidak menarik jika pembeli memiliki daya tawar yang kuat atau tumbuh. Munculnya raksasa ritel seperti Walmart telah menyebabkan beberapa analis untuk menyimpulkan bahwa profitabilitas potensi perusahaan kemasan-barang akan menjadi dibatasi. Kekuatan daya tawar pembeli tumbuh ketika mereka menjadi lebih terkonsentrasi atau terorganisir, ketika produk mewakili fraksi yang signifikan dari biaya mereka, ketika produk tersebut tidak dibedakan, ketika switching cost pembeli rendah, atau ketika pembeli sensitif dengan harga dikarenakan keuntungan yang rendah. Untuk melindungi diri, penjual mungkin memilih pembeli yang memiliki kekuatan yang rendah untuk bernegosiasi atau beralih ke pemasok lain. Sebuah pertahanan yang lebih baik adalah dengan mengembangkan penawaran unggul yang pembeli tidak dapat menolaknya. 5. Threat of suppliers’ growing bargaining power Sebuah segmen tidak menarik jika pemasok perusahaan mampu menaikkan harga atau mengurangi kuantitas yang ditawarkan. Pemasok cenderung kuat ketika mereka terkonsentrasi atau terorganisir, ketika ada 37 sedikit pengganti, ketika produk yang disediakan merupakan produk atau bahan penting, dan ketika biaya beralih pemasok tinggi. Pertahanan terbaik adalah untuk membangun hubungan yang saling menguntungkan dengan pemasok atau menggunakan beberapa sumber pasokan. 2.1.11 SWOT Analysis Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats (SWOT) Matrix adalah alat pencocokan yang membantu mengembangkan empat tipe strategi: SO (Strengths-Opportunities), WO (weaknesses-opportunities), ST (strengthsthreats), and WT (weaknesses-threats). Pencocokan kunci faktor eksternal dan internal adalah hal tersulit dalam mengembangkan SWOT Matrix dan membutuhkan keputusan yang baik, dan tidak ada satu gabungan yang terbaik (R. David, 2011). Strategi SO menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk menambahkan peluang eksternal. Semua perusahaan ingin berada pada posisi dimana kekuatan internal dapat digunakan untuk mengambil keuntungan dari tren eksternal dan event. Suatu organisasi umumnya akan mengejar strategi WO, ST, atau WT untuk berada pada suatu situasi dimana mereka dapat menerapkan strategi SO. Ketika suatu perusahaan memiliki kelemahan utama, ia akan berusaha untuk mengatasinya dan membuatnya menjadi kuat. Ketika suatu perusahaan menghadapi ancaman utama, ia akan berusaha untuk menghindari itu semua agar dapat berkonsentrasi pada peluang. 38 Strategi WO bertujuan untuk meningkatkan kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal. Kadang-kadang peluang eksternal ada, tetapi perusahaan memiliki kelemahan internal yang mencegah dari eksploitasi peluang-peluang. Strategi ST menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Hal ini tidak berarti bahwa suatu organisasi yang kuat selalu mendapatkan ancaman dalam lingkungan eksternal. Strategi WT adalah taktik bertahan yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Suatu organisasi dihadapkan dengan beberapa ancaman eksternal dan kelemahan internal mungkin memang berada dalam posisi sulit. Bahkan, perusahaan tersebut mungkin harus berjuang untuk bertahan hidup, melakukan penggabungan usaha, menahan diri, menyatakan bangkrut, atau memiliki likuidasi. 2.1.12 Five Generic Competitve Strategy “Dua faktor terbesar yang membedakan satu strategi bersaing dari yang lain dipersingkat menjadi (1) apakah target pasar perusahaan adalah luas atau sempit, dan (2) apakah perusahaan sedang mengejar keunggulan kompetitif terkait dengan biaya yang lebih rendah atau diferensiasi” (Thompson et al., 2014). Dua faktor ini melahirkan lima pilihan strategi bersaing: 39 Gambar 2.7 Type of Competitive Advantage Sumber: (Thompson et.al, 2014) 1. Low-cost provider strategy – berjuang untuk mencapai biaya keseluruhan yang lebih rendah dari pesaing pada produk yang sebanding yang menarik spektrum yang luas dari pembeli. 2. Broad differentiation strategy – berusaha untuk membedakan penawaran produk perusahaan dari pesaing dengan atribut unggul yang akan menarik spektrum yang luas dari pembeli. 3. Focused low-cost strategy – berkonsentrasi pada segmen pembeli yang sempit (atau pasar yang ceruk) dan mengalahkan pesaing dalam biaya, sehingga mampu melayani anggota ceruk dengan harga yang lebih rendah. 40 4. Focused differentiation strategy – berkonsentrasi pada segmen pembeli yang sempit (atau pasar yang ceruk) dan mengalahkan pesaing dengan penawaran produk yang memenuhi selera yang spesifik dan kebutuhan anggota ceruk yang lebih baik daripada penawaran produk dari pesaing. 5. Best-cost provider strategy – memberikan pelanggan nilai lebih untuk uang mereka dengan memenuhi harapan pembeli pada kunci kualitas / fitur / perfoma / atribut layanan saat mengalahkan ekspektasi harga pelanggan. 2.1.13 Pricing Strategy Berdasarkan jadwal permintaan customer, fungsi biaya, dan harga pesaing, perusahaan dapat memilih harga (Kotler & Keller, 2012): 1. Markup Pricing Metode harga yang paling dasar adalah untuk menambahkan markup standar untuk biaya produk. Perusahaan konstruksi mengajukan tawaran pekerjaan dengan memperkirakan total biaya proyek dan menambahkan markup standar untuk keuntungan. Pengacara dan akuntan biasanya menentukan harga dengan menambahkan markup standar pada waktu dan biaya mereka. 41 Sebagai contoh, sebuah produsen pemanggang roti memiliki biaya dan ekspektasi penjualan seperti berikut. Unit cost yang dihasilkan: Diasumsikan produsen ingin memperoleh keuntungan sebesar 20 persen markup pada penjualan. Harga markup yang dihasilkan: Namun, harga markup tetap populer. Pertama, penjual dapat menentukan biaya jauh lebih mudah daripada mereka dapat memperkirakan permintaan. Dengan mengikat harga untuk biaya, penjual menyederhanakan tugas harga. Kedua, di mana semua perusahaan dalam industri menggunakan metode penetapan harga ini, harga cenderung sama dan persaingan harga diminimalkan. Ketiga, banyak orang merasa bahwa cost-pluspricing adalah adil untuk kedua pembeli dan penjual. Penjual tidak mengambil keuntungan dari pembeli ketika permintaan yang terakhir menjadi akut, dan penjual mendapatkan pengembalian yang adil atas investasi. 2. Target Return Pricing Pada target-return pricing, perusahaan menentukan harga yang menghasilkan tingkat target pengembalian investasi. Utilitas umum, yang perlu untuk membuat Return on Investment (ROI) yang adil atas 42 investasi, sering menggunakan metode ini. Target harga kembali yang diberikan oleh rumus berikut 3. Perceived-Value Pricing Peningkatan jumlah perusahaan sekarang mendasarkan harga mereka pada nilai yang dirasakan pelangga. Nilai yang dirasakan terdiri dari sejumlah input, seperti -pandangan pembeli atas kinerja produk, cara pengiriman, garansi kualitas, dukungan pelanggan, dan atribut lembut seperti reputasi pemasok, kepercayaan, dan harga diri. Perusahaan harus memberikan nilai yang dijanjikan oleh nilai proposisi mereka, dan pelanggan harus memahami nilai ini. Perusahaan menggunakan elemen program pemasaran lainnya, seperti iklan, tenaga penjualan, dan internet, untuk berkomunikasi dan meningkatkan nilai yang dirasakan dalam pikiran pembeli. Kunci untuk perceived-value pricing adalah untuk memberikan nilai unik yang lebih daripada pesaing dan untuk menunjukkan hal ini kepada calon pembeli. Dengan demikian perusahaan perlu memahami proses pengambilan keputusan pelanggan. Perusahaan dapat mencoba untuk menentukan nilai penawaran dalam beberapa cara: penilaian manajerial dalam perusahaan, nilai produk sejenis, kelompok fokus, survei, eksperimen, dan analisis data historis. 43 4. Value Pricing Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa perusahaan telah mengadopsi value pricing: Mereka memenangkan pelanggan setia dengan membebankan harga yang cukup rendah untuk menawarkan kualitas tinggi. Value pricing bukan masalah menetapkan harga yang lebih rendah, namun masalah rekayasa ulang operasi perusahaan untuk menjadi produsen dengan biaya rendah tanpa mengorbankan kualitas, untuk menarik sejumlah besar pelanggan. Suatu jenis penting dari value pricing adalah harga rendah setiap hari (everyday low pricing (EDLP)). Pengecer yang memegang sebuah kebijakan EDLP menetapkan harga rendah konstan dengan sedikit atau tidak ada harga promosi dan penjualan khusus. Harga konstan menghilangkan ketidakpastian harga tiap minggunya dan "tinggi-rendah" harga pesaing yang bermain dengan promosi. 5. Going-rate Pricing Dalam going-rate pricing, perusahaan mendasarkan harganya terutama pada harga pesaing. Dalam industri oligopolistik yang menjual komoditas seperti baja, kertas, atau pupuk, semua perusahaan biasanya memasang biaya harga yang sama. Perusahaan-perusahaan kecil "mengikuti pemimpin," mengubah harga mereka ketika harga pemimpin pasar berubah daripada ketika permintaan mereka sendiri atau biaya berubah. Beberapa mungkin akan mengenakan biaya premi kecil atau diskon, tetapi mereka mempertahankan perbedaan. Going-rate pricing cukup 44 populer. Dimana biaya sulit diukur atau respon kompetitif tidak pasti, perusahaan merasa going price merupakan solusi yang baik karena dianggap mencerminkan kebijaksanaan kolektif industri. 6. Auction Type Pricing Auction Type Pricing tumbuh lebih populer, terutama dengan sejumlah pasar elektronik yang menjual segala sesuatu dari babi ke mobil bekas yang juga agar perusahaan dapat membuang kelebihan persediaan atau barang bekas. Ini adalah tiga jenis utama dari lelang dan prosedur penetapan harga mereka yang terpisah: Lelang Inggris (tawaran naik) memiliki satu penjual dan banyak pembeli. Di situs seperti eBay dan Amazon.com, penjual menempatkan barang dan penawar menaikkan harga penawaran hingga harga tertinggi tercapai. Penawar tertinggi mendapatkan barang tersebut. Lelang Inggris digunakan saat ini untuk menjual barang-barang antik, sapi, bangunan, dan peralatan dan kendaraan bekas. Lelang Belanda (tawaran turun) memiliki satu penjual dan banyak pembeli, atau satu pembeli dan banyak penjual. Pada jenis pertama, pelelang mengumumkan harga tinggi untuk suatu produk dan kemudian perlahan-lahan menurunkan harga sampai penawar menerima. Di sisi lain, pembeli mengumumkan sesuatu yang dia ingin beli, dan penjual potensial bersaing untuk menawarkan harga termurah. 45 Lelang penawaran tertutup membiarkan calon pemasok mengirimkan hanya satu tawaran; mereka tidak dapat mengetahui tawaran lainnya. Pemerintah AS sering menggunakan metode ini untuk mendapatkan pasokan. Pemasok tidak akan menawar di bawah biaya, tetapi tidak dapat mengajukan tawaran terlalu tinggi karena takut kehilangan pekerjaan. Efek bersih dari dua tarikan tersebut adalah tawaran laba yang diharapkan. 2.1.14 Financial Planning “Perencanaan keuangan (Financial Planning) merumuskan cara dimana tujuan keuangan yang ingin dicapai. Sebuah rencana keuangan adalah pernyataan dari apa yang akan dilakukan di masa depan. Sebagian besar keputusan memiliki lead time yang panjang, yang berarti mereka membutuhkan waktu lama untuk diterapkan. Pada dunia yang tidak menentu, hal ini mengharuskan bahwa keputusan dibuat jauh sebelum pelaksanaannya” (Ross, Westerfield, Jordan, 2002). Berdasarkan konsep ini, perencanaan keuangan dibuat untuk mengetahui asumsi perkembangan dengan kondisi sesungguhnya dari pasar dan harus dibuat jauh sebelum bisnis dijalankan. 2.1.15 Capital Structure “Struktur modal (Capital Structure) adalah bauran tertentu dari utang jangka panjang dan ekuitas yang perusahaan gunakan untuk membiayai 46 operasinya” (Ross, Westerfield, Jordan, 2002). Struktur modal mendefinisikan modal usaha untuk menciptakan struktur modal pada bisnis. Struktur modal digunakan untuk mengetahui bagaimana bisnis mendapatkan keuangan untuk menghasilkan dan menjalankan bisnis tersebut. 2.1.16 Income Statement “Laporan laba rugi (Income Statement) menghitung jumlah keuntungan yang dihasilkan oleh suatu perusahaan selama periode waktu tertentu (biasanya satu tahun atau seperempat)” (Titman, Keown, Martin, 2014). Laporan laba rugi dibuat untuk memprediksi kinerja masa depan perusahaan dan untuk memprediksi, menampilkan, dan menghitung risiko investasi bagi investor jika mereka ingin menginvestasikan uang mereka pada bisnis ini. 2.1.17 Balance Sheet “Neraca keuangan (Balance Sheet) adalah gambaran dari posisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu” (Titman, Keown, Martin, 2014). Berdasarkan dari definisi ini, balance sheet digunakan untuk membuat lembaran neraca finansial agar pemilik mengetahui laporan finansial tahunan dari progres bisnis yang dijalankan. Balance sheet menunjukkan daftar dari aset (asset), kewajiban (liabilities), dan ekuitas (shareholders’ equity). 47 2.1.18 Statement of Cash Flow “Laporan arus kas (Statement of Cash Flow) adalah laporan, seperti laporan laba rugi dan neraca, yang digunakan oleh perusahaan untuk menjelaskan perubahan dalam saldo kas selama periode waktu dengan mengidentifikasi semua sumber dan penggunaan kas untuk periode yang direntang oleh laporan arus kas tersebut” (Titman, Keown, Martin, 2014). Laporan arus kas menunjukkan keluar dan masuk dari kas atau investasi cair, sehingga investor dan pemilik mengetahui arus kas mereka dalam bisnis ini. 2.1.19 Break-Even Analysis “Break-even analysis adalah analisis untuk menentukan tingkat minimum produksi atau penjualan yang harus dicapai oleh perusahaan guna untuk menghindari kehilangan uang karena peningkatan penjualan yang dapat dihasilkan oleh investasi merupakan salah satu penggerak nilai yang paling kritis. Estimasibreak-evenpenjualan didefinisikan sebagai tingkat penjualan yang pendapatan bersih operasional (net operating income) sama dengan nol” (Titman, Keown, Martin, 2014). 2.1.20 Net Profit Margin Net profit margin/margin laba bersih adalah sebuah ukuran yang lebih spesifik dari keuntungan penjualan. Margin laba bersih adalah ukuran profitabilitas perusahaan dari penjualan setelah memperhitungkan semua 48 biaya pengeluaran dan pajak pendapatan. Hal tersebut memberitahu kita laba bersih yang didapat perusahaan per dolar dari penjualan (C. Van Horne & M. Wachowicz, 2008). 2.1.21 Return on Asset “Return on asset (ROA) merupakan ukuran keuntungan per dolar dari aset” (Ross, Westerfield, Jordan, 2002). Berdasarkan definisi ini, perusahaan dapat mengukur kemampuannya dalam menghasilkan keuntungan dengan menggunakan total aset yang ada. Apabila ROA menunjukkan hasil yang positif, maka aset yang digunakan oleh perusahaan dapat menghasilkan keuntungan dan apabila ROA menunjukkan hasil yang negatif, maka aset yang digunakan oleh perusahaan tidak menghasilkan keuntungan. 2.1.22 Return on Equity Rasio ini memberitahu tentang kekuatan penghasilan dari nilai investasi buku pemegang saham, dan sering digunakan dalam membandingkan dua atau lebih perusahaan dalam industri. Return on equity (ROE) yang tinggi sering mencerminkan penerimaan perusahaan dari peluang investasi yang kuat dan manajemen biaya yang efektif. Namun, jika perusahaan telah memilih untuk menggunakan tingkat hutang yang tinggi 49 dengan standar industri, ROE yang tinggi mungkin hanya merupakan hasil dari asumsi risiko keuangan yang berlebihan (C. Van Horne & M. Wachowicz, 2008). 2.1.23 Return on Investment Return on Investment (ROI) mengukur efektifitas keseluruhan suatu perusahan dalam menghasilkan keuntungan dengan aset yang tersedia, penghasilan kekuatan modal yang diinvestasikan (C. Van Horne & M. Wachowicz, 2008). 2.1.24 Net Present Value “Net Present Value (NPV) adalah selisih antara nilai sekarang (present value/PV) dari arus kas masuk dan nilai sekarang (present value/PV) dari arus kas keluar” (Titman, Keown, Martin, 2014). NPV memperkirakan jumlah kekayaan yang proyek hasilkan. Kriteria NPV hanya menyatakan bahwa proyek-proyek investasi harus diterima jika NPV proyek bernilai positif dan harus ditolak jika NPV proyek bernilai negatif. 50 2.1.25 Profitability Index (PI) “The Profitability Index (PI) adalah rasio biaya-manfaat yang sama dengan nilai sekarang dari arus kas investasi masa depan (Present Value of Future Cash Flows) dibagi dengan biaya awal (Initial Cash Outlay)” (Titman, Keown, Martin, 2014, hal 368). Apabila nilai PI lebih besar dari 1 maka menunjukkan bahwa nilai sekarang dari arus kas investasi masa depan melebihi biaya pembuatan investasi dan investasi harus diterima. Digunakan nilai positif bagi pengeluaran kas awal (CF0) ketika menghitung PI. Hal ini dilakukan agar PI adalah rasio positif, karena secara teknis pengeluaran awal untuk sebagian besar investasi adalah arus kas keluar, maka tandanya adalah negatif. PI digunakan untuk mengevaluasi dari bisnis apakah dapat dijalankan untuk mendapatkan keuntungan atau tidak dapat dijalankan. Berdasarkan hasil dari PI, dapat diputuskan apabila investor memutuskan untuk berinvestasi atau tidak. Rumus dari Profitability Index : PI = 51 2.1.26 Internal Rate of Return (IRR) “The Internal Rate of Return (IRR) dari investasi adalah serupa dengan yield to maturity (YTM) pada obligasi. Secara khusus, IRR adalah angka diskon yang menghasilkan nilai nol pada NPV untuk proyek tersebut” (Titman, Keown, Martin, 2014, hal 370). Bisnis dapat diterima jika IRR lebih besar dari angka pengembalian (rate of return) atau angka diskon yang digunakan untuk menghitung NPV dari bisnis, dan menolak jika yang terjadi adalah sebaliknya. Rumus dari Internal Rate of Return: NPV = =0 Dimana: NPV = Net Present Value = Cash Flow pada tahun 0 = Cash Flow pada tahun 1 2.2 Analisis Pasar 2.2.1 Rumah Makan Berdasarkan KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERSYARATAN NOMOR HYGIENE 1098/MENKES/SK/VII/2003 SANITASI RUMAH TENTANG MAKAN DAN RESTORAN, Rumah Makan adalah setiap tempat usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannya menyediakan makanan dan minuman untuk umum 52 di tempat usahanya. Restoran adalah salah satu jenis usaha jasa pangan yang bertempat di sebagian atau seluruh bangunan yang permanen di lengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan, penyajian, dan penjualan makanan dan minuman bagi umum di tempat usahanya. 2.2.2 Analisis Kompetitor Bisnis rumah makan yang menyediakan makanan sehat pasti akan memiliki pesaing, baik langsung maupun tidak langsung. Berikut analisis produk dan layanan yang ditawarkan oleh kompetitor di area Serpong. Beberapa kompetitor berikut merupakan benchmark dari bisnis ini untuk membuat Green Leaf menjadi lebih baik dalam melayani konsumen. 1. JAVA Village Rumah makan yang terletak di Summarecon Mall Serpong, Lantai Ground, Downtown Walk, Jl. Boulevard Gading Serpong, Serpong Utara, Tangerang menyediakan beragam menu masakan Jawa. Makanan yang tersedia mulai dari harga Rp 30.000 hingga Rp 100.000, sedangkan untuk minuman mulai dari harga Rp 5.000 hingga Rp 40.000. Makanan yang disajikan oleh JAVA Village bebas dari MSG, sehingga dapat dikategorikan cukup sehat. JAVA Village memiliki dua pilihan ruang duduk, yang pertama adalah di dalam ruangan yang tidak terlalu luas namun ber-AC sehingga 53 cukup nyaman untuk bersantai. Pilihan yang lain adalah di luar, karena lokasinya di ground sehingga menjadi tempat lalu lalang pengunjung mall. Kelebihannya jika memilih lokasi duduk di luar adalah konsumen dapat bersantai sambil menikmati live musik yang biasanya diadakan oleh Summarecon Mall Serpong pada waktu weekend dan juga dapat menikmati pemandangan di luar mall. Pelayanan yang ramah dan tempat yang bersih menjadi nilai tambah dari restoran JAVA Village. Konsumen yang datang adalah pengunjung Summarecon Mall Serpong, penduduk yang tinggal di sekitar area Serpong dan sekitarnya dan biasanya mereka membawa keluarga untuk menikmati hidangan di JAVA Village. Selain itu, rata-rata usia konsumen yang datang adalah sekitar 25-50 tahun. 2. Ootoya Ootoya adalah chain restoran dari Jepang dengan pengalaman lebih dari 50 tahun sejak 1958 dan memiliki lebih dari 300 jaringan cabang yang tersebar di Jepang, New York, Shanghai, Singapore, Hongkong, Taiwan, Thailand dan Indonesia, dengan dedikasi dan komitmen tinggi terhadap kualitas. Sesuai dengan slogannya "Authentic Home Cooked Japanese Food," konsumen yang gemar mengkonsumsi hidangan sehat dapat menambahkan Ootoya kedalam daftar restoran favorit. Beberapa poin yang layak dipertimbangkan bagi yang ingin mencoba masakan Jepang namun sehat di Ootoya adalah kualitas yang dijaga sejak dari pemasokan bahan baku hingga hidangan disajikan dihadapan konsumen. Disamping 54 itu, bahan baku dan bumbu makanan yang bebas bahan pengawet (MSG free) juga menjadi perhatian dan standar Ootoya. Salah satu cabang Ootoya di Indonesia adalah di Summarecon Mall Serpong, Lantai Ground, Downtown Walk, Jl. Boulevard Gading Serpong, Serpong Utara, Tangerang yang menjadi kompetitor dari bisnis Green Leaf. Suasana yang nyaman dengan pilihan di dalam atau di luar ruangan. Interior Ootoya dikelilingi oleh kaca, sehingga pengunjung dapat melihat pemandangan di sekitar restoran. Karena letaknya yang berada di dalam mall, sebagian besar pengunjung Ootoya adalah keluarga. Selain keluarga, pengunjung Ootoya juga antara usia 15-50 tahun karena suasana yang nyaman untuk melakukan interaksi sosial. Menu favorit yang dapat dipilih di Ootoya antara lain Tori Dango Soup, Chawan Mushi, Beef Kimchi Nabe, Chicken Katsu Curry, Unagi Roll, dan Sashimi. Untuk minuman, yang paling banyak dipesan adalah ocha (minuman teh hijau khas Jepang). Sedangkan untuk makanan penutup favorit adalah Macha Paffe, Matcha Ammitsu, Matcha Mousse, Soybean Dessert dan Egg Pudding. Range harga untuk makanan di Ootoya mulai dari Rp 28.000 hingga Rp 163.000. 3. Bakmi Siantar KO’FEI Rumah makan yang terletak di Jl. Puan Raya AF 1 no. 25, Gading Serpong, Tangerang menyajikan makanan dengan mie sebagai menu andalannya. Mie yang tersedia bermacam-macam, mulai dari mie keriting, mie lebar, bihun dan kwetiaw dan yang pasti mie yang dihidangkan di 55 Bakmi Siantar KO’FEI ini 100% mie sehat buatan sendiri tanpa pewarna dan pengawet. Untuk penataan ruangan dan interior sebenarnya hanya sebuah ruko dan diisi oleh meja dan kursi untuk menjadi sebuah rumah makan. Bakmi Siantar KO’FEI memiliki cara yang unik untuk menarik konsumen, yaitu mereka menyediakan promosi berupa tantangan untuk memakan mie dengan porsi yang lebih dari satu mangkuk untuk mendapatkan hadiah yang berupa uang atau kaos jika berhasil menghabiskan makanannya dalam waktu yang ditentukan. Pengunjung Bakmi Siantar KO’FEI ini biasanya berusia 25-50 tahun. Untuk range harga dari Bakmi Siantar KO’FEI ini terbilang cukup murah, yaitu sekitar Rp 1.000 sampai Rp 12.000 untuk minuman dan Rp 9.000 sampai Rp 41.000 untuk makanan. 4. My Meal Catering My Meal Catering didirikan oleh Ignatius Zaldy, seorang pengusaha yang awalnya berbisnis alat kesehatan namun beralih menyediakan jasa katering sehat. Katering ini berada di Jl. Boulevard Raya BA3/45 Gading Serpong, Tangerang yang hanya berupa dapur untuk memproduksi makanan bukan dalam konsep rumah makan. My Meal Catering memiliki variasi menu, mulai dari makanan tradisional Indonesia, Thailand, Cina hingga Italia. My Meal Catering hanya menyajikan makanan berbahan baku organik tanpa zat tambahan lain, seperti MSG, bahan pengawet maupun bahan pewarna. 56 Pilihan produk yang disediakan oleh My Meal Catering terdiri dari tiga, yaitu Healthy Diet, Weight Loss Diet dan Baby and Kids Meal. Healthy Diet Meal ditujukan kepada konsumen yang ingin sehat dengan memakan makanan sehat, orang yang memiliki penyakit khusus seperti diabetes, kolesterol, hipertensi, ginjal, liver, jantung, stroke. Weigth Loss Diet ditujukan kepada konsumen yang ingin menurunkan berat badan. Sedangkan Baby and Kids Meal ditujukan kepada bayi dan anak kecil. My Meal Catering menetapkan harga lumayan tinggi. Untuk paket tiga kali makan, lengkap dengan jus dan makanan kecil, konsumen harus membayar Rp 6.767.000 per bulan. Adapun paket hemat tersedia mulai dari harga Rp 1.290.000 per bulan. Namun, ini hanya untuk satu kali makan sehat per hari. My Meal Catering juga menyediakan layanan untuk prasmanan, cocktail party, pesta, dan arisan. Beberapa rumah makan yang menyediakan makanan sehat seperti yang telah dijelaskan di atas adalah pemain utama dalam bisnis rumah makan sehat di area Serpong. Namun, yang akan menjadi kompetitor utama dari Green Leaf adalah Ootoya untuk rumah makan dan My Meal Catering untuk jasa kateringnya. Green Leaf berusaha untuk merebut pangsa pasar dari Ootoya dan My Meal Catering.