BAB II LANDASAN TEORI DAN ANALISIS PASAR

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI DAN ANALISIS PASAR
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Business Model Canvas
Bisnis model menjelaskan mengenai dasar pemikiran bagaimana
sebuah bisnis diciptakan, diberikan dan ditangkap nilainya (Osterwalder &
Pigneur, 2010). Osterwalder & Pigneur membuat pendekatan model kanvas
yaitu "Nine Building Blocks" yang memudahkan para pebisnis. Nine Building
Blocks terdiri dari Value Propositions, Customer Segment, Customer
Relationship, Channels, Key Activity, Key Partnership, Cost Structure, dan
Revenue Stream. Berikut ini adalah penjelasan masing-masing elemen pada
Business Model Canvas.
Gambar 2.1 Template Business Model Canvas
Sumber: Business Model Generation (2010)
14
15
2.1.1.1
Customer Segments
Pelanggan
merupakan
kunci
utama
dalam
mendapatkan
keuntungan. Tanpa pelanggan sebuah perusahaan tidak dapat bertahan
lama dalam bisnis yang mereka bangun. Customer segments dibagi
menjadi kelas menengah atas dan kelas menengah bawah. Ada beberapa
tipe dari customer segments yaitu (Osterwalder & Pigneur, 2010):
1. Mass market, bisnis model yang tidak membedakan segmen
pelanggan. Massmarket fokus pada penentuan segmentasi pasar, nilai
proposisi, kerja sama, dan juga saluran distribusi.
2. Niche market, bisnis model yang memiliki target pasar yang hanya
melayani segmen pelanggan tertentu atau lebih spesifik.
3. Segmented, bisnis model yang membedakan kebutuhan dan masalah
yang berbeda pada pelanggan.
4. Diversified, bisnis model yang melayani dua atau lebih dengan
kebutuhan yang berbeda dan saling bergantung satu sama lain.
2.1.1.2
Value Proposition
Value proposition menggambarkan bagaimana pelanggan dapat
beralih dari satu perusahaan ke perusahaan lain melalui produk atau
layanan yang ditawarkan oleh perusahaan berbeda dengan para
kompetitornya. Hal – hal yang dapat memberikan kontribusi untuk
16
meningkatkan value proposition antara lain adalah (Osterwalder &
Pigneur, 2010):
1. Newness, sebuah produk baru yang diciptakan yang belum pernah ada
sebelumnya dan memiliki keunikan.
2. Performance, bagaimana meningkatkan kinerja suatu produk atau
layanan yang ditawarkan.
3. Customization, bagaimana perusahaan dapat menyesuaikan produk
atau jasa sesuai dengan kebutuhan pelanggannya agar mendapat nilai
lebih.
4. Getting the Job Done, bagaimana produk atau jasa berfungsi
membantu pelanggan untuk menyelesaikan pekerjaannya.
5. Design, dengan memiliki desain yang menarik maka suatu produk
akan memiliki value proposition yang baik. Tetapi sebuah desain
sangat sulit untuk diukur karena setiap individu memiliki pendapat
yang berbeda – beda.
6. Brand / Status, pelanggan dapat menemukan nilai suatu produk dari
merek yang telah dikenal oleh masyarakat luas.
7. Price, bagaimana harga dapat ditentukan oleh pesaingnya dan menjadi
dasar dalam menentukan harga pokok barang yang ditawarkan. Dalam
hal ini, pelanggan dapat menjadi sensitif terhadap harga.
8. Cost Reduction, risiko yang ditimbulkan oleh produk yang ditawarkan
oleh pelanggan dalam membeli produk atau jasa dapat dikurangi.
17
9. Risk Reduction, risiko yang ditimbulkan oleh produk yang ditawarkan
kepada pelanggan sangat kecil. Dengan kata lain produk yang
ditawarkan memiliki garansi jika terjadi kerusakan.
10. Accesibility, produk yang ditawarkan dapat dengan mudah digunakan
atau dapat diakses oleh semua orang.
11. Convenient /Usability, bagaimana sebuah produk dapat memenuhi
keinginan atau kebutuhan bagi pelanggannya dan pelanggan tersebut
merasa nyaman akan kehadiran produk tersebut.
2.1.1.3
Channels
Channels menggambarkan bagaimana sebuah perusahaan dapat
menjalin komunikasi dengan pelanggannya dalam menyampaikan value
proposition. Beberapa fungsi dari channels antara lain (Osterwalder &
Pigneur, 2010):
Gambar 2.2 Channel Types & Phases
Sumber: Osterwalder and Pigneur (2009)
18
1. Meningkatkan kesadaran kepada pelangan atas produk dan jasa yang
ditawarkan oleh perusahaan.
2. Membantu pelanggan dalam mengevaluasi value proposition dari
perusahaan.
3. Memungkinkan pelanggan dalam membeli produk atau jasa yang lebih
spesifik.
4. Memberikan value proposition perusahaan kepada pelangan.
5. Memberikan layanan pendukung pasca pembelian kepada pelanggan.
2.1.1.4
Customer Relationship
Hubungan dengan pelanggan dibangun sesuai dengan customer
segment. Dalam menjalin hubungan yang baik dengan pelanggan dapat
dilakukan dengan tiga cara, yaitu: Customer Acquisition, Customer
Retention, dan Upsalling. Customer Relationship dibagi menjadi 6 bagian,
yaitu (Osterwalder & Pigneur, 2010):
1. Personal Assistant, komunikasi antar pelanggan dengan petugas
pelayanan pelanggan agar pelanggan mendapatkan bantuan selama
proses penjualan atau setelah pembelian itu selesai.
2. Dedicated Personal Assistance, yaitu dengan menugaskan seseorang
yang khusus dalam melayani pelangan secara individual.
19
3. Self Service, yaitu pelanggan tidak berhubungan langsung dengan
perusahaan tetapi perusahaan menyediakan sarana yang diperlukan
oleh pelanggan dalam membantu dirinya sendiri.
4. Automated Service, yaitu hubungan yang menggabungkan proses
layanan mandiri dengan layanan otomatis.
5. Communities, yaitu perusahaan membangun hubungan antar sesama
anggota dalam bentuk sebuah komunitas untuk saling bertukar pikiran
dalam mengetahui keinginan dari para pelanggannya.
6. Co-creation, membangun sebuah hubungan dengan konsumen untuk
menciptakan sebuah nilai proporsi yang baru.
2.1.1.5
Revenue Stream
Arus pendapatan menampilkan keadaan dari keuangan perusahaan
yang diperoleh dari uang tunai dari setiap segmen konsumen. Sebuah
bisnis model dapat melibatkan dua tipe revenue streams yang berbeda,
antara lain (Osterwalder & Pigneur, 2010):
1. Transaction Revenues, yaitu transaksi yang diperoleh dari sekali
pembayaran dari pelanggan.
2. Recurring Revenues, yaitu transaksi yang diperoleh dari pembayaran
yang masih berkelanjutan untuk memberikan value proposition kepada
pelanggan dan menyediakan layanan customer support kepada
pelanggan setelah pembelian.
20
2.1.1.6
Key Resources
Key resources merupakan aset yang sangat penting yang
diperlukan untuk membuat bisnis dapat berjalan. Setiap model bisnis
membutuhkan sumber daya. Sumber daya utama dikategorikan menjadi
empat bagian, yaitu (Osterwalder & Pigneur, 2010):
1. Physics, yaitu meliputi gedung, mesin, tanah, kendaraan.
2. Intellectual, yaitu meliputi hak intelektual, hak paten, merek.
3. Human, yaitu sumber daya manusia yang merupakan bagian penting
dalam sebuah perusahaan. Pada industri kreatif dan padat karya,
sumber daya utamanya adalah manusia itu sendiri, maka perusahaan
berusaha menciptakan suasana kondusif di perusahan tersebut untuk
mempertahankan sumber daya manusianya.
4. Financial, yaitu keuangan yang mencerminkan kinerja dari sebuah
perusahaan atau perputaran uang yang terjadi dalam perusahaan
tersebut. Tanpa adanya dukungan modal yang kuat, maka bisnis tidak
akan berjalan dengan baik.
2.1.1.7
Key Activity
Key activities menggambarkan aktivitas penting yang dilakukan
oleh perusahaan agar bisnis yang dilakukan dapat berjalan dengan baik.
21
Key activities dapat dikategorikan menjadi tiga bagian, yaitu (Osterwalder
& Pigneur, 2010):
1. Production,
aktifitas
yang
berhubungan
dengan
perancangan,
pembuatan, dan pengiriman produk.
2. Pemecahan masalah, aktivitas yang berhubungan dengan masalah
yang timbul dari produk tersebut. Perusahan harus mengatasi masalah
yang timbul tidak hanya pada produk tetapi perusahaan juga harus
dapat memenuhi keinginan dari pelanggan agar produk mereka dapat
diterima oleh pelanggan.
3. Platform
/
jaringan,
model
bisnis
yang
aktivitas
utamanya
berhubungan dengan jaringan dan sebagian besar perusahaan yang
bergerak di bidang teknologi informasi.
2.1.1.8
Key Partnership
Perusahaan membentuk aliansi atau kerja sama karena berbagai
alasan. Biasanya perusahaan menciptakan untuk mengoptimalkan bisnis,
mengurangi terjadinya resiko, dan untuk memiliki daya saing yang tinggi
dengan para kompetitornya (Osterwalder & Pigneur, 2010).
2.1.1.9
Cost Structure
Struktur biaya menggambarkan semua biaya yang dibutuhkan
untuk menjalankan suatu model bisnis. Biaya dapat diperhitungkan
22
dengan baik jika aktivitas utama, sumber utama, dan kemitraan telah
ditentukan. Cost Structure dari bisnis model dapat dibedakan menjadi dua
bagian yaitu (Osterwalder & Pigneur, 2010):
1. Cost Driven, yaitu bisnis model yang fokus pada penekanan biaya
serendah mungkin. Pendekatan ini bertujuan untuk mempertahankan
struktur biaya agar lebih ramping, menggunakan proposisi nilai
dengan harga rendah.
2. Value Driven, yaitu perusahaan yang tidak terlalu mementingkan biaya
yang akan muncul dalam mendesain sebuah bisnis model, dan lebih
fokus terhadap pencitraan nilai.
Cost structure memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Fixed Cost, yaitu merupakan biaya tetap yang tidak berubah dan tidak
terpengaruh dari penjualan yang dihasilkan.
2. Variable Cost, merupakan biaya yang dapat berubah sesuai dengan
barang yang dihasilkan.
3. Economies of Scale adalah perusahaan dapat meminimalisasi biaya
produksi karena memproduksi barang dalam jumlah yang besar
dibandingkan saat perusahaan tersebut hanya dapat memproduksi
barang mereka dengan kapasitas yang kecil.
4. Economies of Scope adalah keunggulan biaya yang lebih murah saat
operasi perusahaan menjadi lebih besar dengan memperluas area
industri mereka, baik di dalam maupun di luar negeri.
23
2.1.2 Marketing Strategy
Marketing merupakan salah satu kegiatan utama perusahaan yang
tidak akan ada hentinya sampai perusahaan tersebut menghentikan aktivitas
bisnisnya. Namun sesuai dengan siklus hidup sebuah produk atau jasa, strategi
pemasaran akan berbeda-beda. Product Life Cycle (PLC) atau siklus hidup
produk dimulai dari introductory phase atau fase perkenalan, growth phase
atau fase pertumbuhan, maturity phase atau fase saturasi, dan akhirnya decline
phase atau fase penurunan.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pemasaran sebuah produk atau jasa
yang baru adalah dengan strategi perkenalan kepada pasar. Strategi
perkenalan ini diklasifikasikan menjadi empat jenis, yaitu rapid skimming,
slow skimming, rapid penetration, dan slow penetration. Rapid skimming
merupakan strategi menerapkan harga tinggi dengan promosi yang besar,
dimana biasanya diimplementasikan jika produk atau jasa yang ditawarkan
tidak terlalu dikenal oleh pasar atau jika dikenal dapat memberikan daya jual
yang tinggi (contohnya: elektronik). Slow skimming dapat diaplikasikan jika
daya masuk kompetitor rendah dan perusahaan memiliki sumber daya yang
besar (contohnya: produk petrokimia atau teknologi tinggi). Rapid penetration
digunakan jika tujuan perusahaan adalah untuk merebut pangsa pasar dan laba
dalam
jangka
waktu
yang
panjang.
Sedangkan
slow
penetration
diimplementasikan ketika kompetitor sedikit dan pasar yang luas serta sensitif
terhadap harga (Saxena, 2009).
24
Gambar 2.3 Strategi Penetrasi Pasar untuk Produk Baru
Sumber: Saxena (2009)
Seiring dengan fase pertumbuhan penjualan produk atau jasa
kompetitor, pemasaran akan mulai menjurus kepada sesuatu yang lebih fokus,
misalnya dengan menjalankan satu jenis promosi untuk target pasar tertentu
yang menjanjikan untuk tetap memperoleh angka penjualan. Sedangkan pada
fase saturasi, terkadang repositioning, memberikan nilai yang baru sebuah
produk atau jasa adalah hal yang dilakukan oleh pelaku pemasaran untuk
bersaing dengan kompetitor dan terus membawa produk atau jasa lebih dekat
kepada konsumen. Pada fase penurunan inilah pemasaran akan mulai
mengalihkan fokus kepada produk atau jasa yang sudah dimodifikasi atau
lain, dan akhirnya penarikan produk atau jasa yang lama dari pasar (Saxena,
2009).
25
2.1.3 Market Segmentation
Market Segmentation adalah proses awal untuk membagi pasar ke
dalam klasifikasi yang jelas, dapat diukur, berkesempatan untuk memberikan
keuntungan, dapat dijangkau secara efektif, dan memiliki tanggapan berbedabeda. Hal ini bertujuan untuk dapat memberikan jenis produk atau jasa dan
pemasaran yang tepat kepada target konsumen tertentu (Hisrich et al., 2008).
Secara umum, Kotler dan Keller (2012) memberikan beberapa basis
untuk segmentasi pasar, yaitu secara geografis, demografis, psikografis, dan
juga perilaku konsumen, yang dijabarkan berikut:
1. Segmentasi Geografis
Konsumen dibagi kedalam segmen secara perbedaan lokasi, seperti
Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Utara. Tidak menutup
kemungkinan bahwa area segmen berupa area luas, seperti kota maupun
negara.
2. Segmentasi Demografis
Segmentasi ini berdasarkan ragam jenis demografi konsumen seperti
umur, jenis kelamin, pendapatan atau tingkat ekonomi, generasi, maupun
ras dan budaya.
3. Segmentasi Psikografis
Pembagian segmen didasari oleh sifat psikologi, gaya hidup, dan juga
nilai atau prinsip yang tertanam dalam konsumen. VALStm merupakan
salah satu sistem klasifikasi yang kerap digunakan untuk segmentasi
26
psikografis ini, dimana konsumen diklasifikasikan sesuai dengan
motivasi dan tingkat ekonomi atau sumber daya yang dimiliki konsumen.
2.1.4 Market Targeting
Sangat penting bagi perusahaan untuk memutuskan segmen yang akan
dijadikan target. Untuk memberikan keuntungan yang maksimal segmen yang
terpilih merupakan segmen konsumen yang sesuai dengan tujuan perusahaan
dan diperkirakan dapat memberikan keuntungan. Terdapat empat pendekatan
sebagai patokan perusahaan dalam menentukan target pasar yang didasari oleh
besarnya jangka pasar dan produk atau jasa yang diberikan, yaitu (Kotler &
Keller, 2012):
Full
Market
Coverage
Multiple
Segments
Single
Segment
Individuals
as Segment
Customization
Mass Market
Gambar 2.4 Penentuan Target Pasar
Sumber: Kotler & Keller (2012)
1. Full Market Coverage
Menyediakan satu atau berbagai macam produk yang diperlukan oleh
masyarakat dari berbagai segmen atau kalangan, baik dipasarkan tanpa
27
segmentasi apapun (undifferentiated/mass marketing) maupun dengan
perbedaan produk antar segmen (differentiated).
2. Multiple Segment Specialization
Hal ini didasari oleh pemilihan beberapa segmen pasar yang memang
memiliki
daya
tarik
bagi
perusahaan.
Pendekatan
ini
dapat
diklasifikasikan lagi menjadi tiga pola yaitu selective, product, dan market
specialization. Spesialisasi selektif adalah upaya perusahaan untuk
memberikan beberapa jenis produk masing-masing kepada beberapa jenis
segmen pasar yang berbeda. Spesialisasi produk adalah dengan
memberikan hanya satu jenis area produk atau jasa kepada beberapa
segmen pasar. Sedangkan spesialisasi pasar adalah memberikan beberapa
jenis produk atau jasa kepada satu jenis pasar.
3. Single Segment
Target pasar yang spesifik dimana perusahaan memfokuskan diri untuk
menyediakan satu jenis produk atau jasa kepada satu segmen konsumen.
Hal ini dapat memberikan konsentrasi penuh perusahaan kepada
kebutuhan target konsumennya dan akhirnya mendapatkan posisi kuat
dalam pasar tersebut.
4. Individual Marketing
Tipe
target
pasar
individual
berarti
perusahaan
harus
mampu
mengkustomisasi produk atau jasanya sesuai dengan setiap individu
konsumen. Tidak semua jenis produk atau jasa dapat dengan mudah
28
disesuaikan,
sehingga
tidak
banyak
perusahaan
yang
menganut
pendekatan target pasar ini.
2.1.5 Market Positioning
Posisi suatu produk atau jasa dalam pasar harus jelas agar konsumen
tidak bingung dengan apa yang dimaksud oleh perusahaan dalam menawarkan
produk atau jasa. Selain untuk menempatkan produk atau jasa secara jelas,
pemasaran juga mempunyai tujuan untuk mempunyai posisi yang dapat
dibedakan dan lebih baik dibandingkan dengan kompetitor. Dengan kata lain,
merek perusahaan inilah yang diingat ketika konsumen diberikan sebuah
kategori produk atau jasa yang bersangkutan (Kotler & Keller, 2012).
Terutama untuk produk atau jasa yang baru dikenal oleh masyarakat,
tujuan ini biasanya dicapai dengan mengedukasi pasar mengenai produk atau
jasa itu sendiri. Promosi dan edukasi pasar dapat dilakukan dengan
menggunakan media secara efektif dan menerapkan 7P bauran pemasaran
untuk perusahaan jasa (Kotler & Keller, 2012;Wirtz et al., 2012).
2.1.6 Marketing Mix
“Bauran pemasaran (Marketing Mix) adalah seperangkat alat
pemasaran yang digunakan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan
pemasaran” (Kotler & Keller, 2006). Alat ini diklasifikasikan ke dalam empat
29
kelompok besar, yang disebut empat P pemasaran: produk, harga, tempat, dan
promosi.
Gambar 2.5 The Four P Components of the Marketing Mix
Sumber: (Kotler & Keller, 2006)
Menurut teori 8P dari buku Service Marketing (Wirtz & Lovelock,
2007), mengembangkan strategi untuk pasar yang memproduksi barang,
pemasar biasanya menggunakan empat dasar elemen strategis: produk, harga,
tempat, dan promosi. Tetapi untuk menangkap sifat khas kinerja pelayanan,
perlu untuk memperluas campuran dengan menambahkan empat elemen yang
terkait dengan jasa pengiriman: lingkungan fisik, proses, orang, dan
produktifitas dan kualitas.
1. Produk (Product): Produk jasa terdiri dari produk inti yang merespon
kebutuhan dasar pelanggan dan berbagai elemen layanan tambahan yang
membantu pelanggan untuk menggunakan produk inti secara efektif serta
menambah nilai melalui peningkatan penyambutan.
30
2. Tempat dan waktu (Place and time): Memberikan produk kepada
pelanggan melibatkan keputusan mengenai di mana dan kapan yang
sebelumnya diserahkan kepada yang terakhir, serta metode dan saluran
yang digunakan. Kecepatan dan kenyamanan tempat dan waktu telah
menjadi penentu penting dari pelayanan yang efektif.
3. Harga (Price): Komponen ini harus mengatasi perspektif kembar
perusahaan jasa dan pelanggannya. Seperti nilai produk, nilai yang
melekat dalam pembayaran merupakan pusat peran pemasaran dalam
memfasilitasi pertukaran nilai antara perusahaan dan pelanggan.
4. Promosi (Promotion): Dalam jasa pemasaran, komunikasi adalah edukasi
secara alami, terutama untuk pelanggan baru. Pemasok perlu mengajar
pelanggan ini tentang manfaat dari pelayanan, di mana dan kapan untuk
mendapatkannya, dan bagaimana untuk berpartisipasi dalam proses
layanan untuk mendapatkan hasil terbaik.
5. Proses (Process): Bagaimana sebuah perusahaan melakukan hal-hal yang
sering sama pentingnya dengan apa yang dilakukannya, sehingga
menciptakan dan memberikan elemen produk memerlukan desain dan
implementasi.
6. Lingkungan Fisik (Physical evidence): Penampilan bangunan, lansekap,
kendaraan, perabotan interior, peralatan, seragam anggota staf, tandatanda, materi cetak dan petunjuk visual lainnya yang menyediakan semua
bukti nyata dari kualitas pelayanan perusahaan.
31
7. Orang (People): Pelayanan memerlukan interaksi langsung antara
pelanggan dan personil kontak. Perusahaan jasa yang sukses mengabdikan
upaya yang signifikan untuk merekrut, melatih dan memotivasi karyawan.
8. Produktivitas dan Kualitas (Productivity and quality): Meningkatkan
produktivitas sangat penting untuk setiap strategi dalam mengurangi
biaya, tetapi manajer harus menyadari dalam membuat penurunan yang
tidak pantas dalam pelayanan yang akan dibenci oleh pelanggan (dan
mungkin
dengan
karyawan
juga).
Meningkatkan
kualitas
harus
didefinisikan dari kepuasan dan loyalitas pelanggan.
2.1.7 Niche Market
Melalui
pemasaran
terkonsentrasi,
perusahaan
memperoleh
pengetahuan yang mendalam tentang kebutuhan suatu segmen dan mencapai
kehadiran pasar yang kuat. Sebuah niche adalah sebuah kelompok pelanggan
yang lebih sempit/khusus yang mencari manfaat dalam suatu segmen. Niche
bertujuan untuk memahami kebutuhan pelanggan mereka dengan baik
sehingga pelanggan rela membayar dengan harga premium. Pelanggan
memiliki satu set yang berbeda dari kebutuhan. Mereka akan membayar
dengan harga premium kepada perusahaan yang paling memuaskan mereka.
Niche cukup kecil tetapi memiliki ukuran, keuntungan, dan potensi
pertumbuhan dan tidak mungkin untuk menarik banyak pesaing. Niche
mendapat keuntungan ekonomi tertentu melalui spesialisasi. Dengan efisiensi
32
pemasaran meningkat, niche yang tampaknya terlalu kecil dapat menjadi lebih
menguntungkan (Kotler & Keller, 2012).
2.1.8 Supply Chain Management
Rantai pasokan mengacu pada proses yang mengubah informasi dan
materi dari dan ke proses manufaktur dan proses jasa dari suatu perusaahan.
Hal ini termasuk proses logistik yang secara fisik mengubah produk dan
pergudangan dan proses penyimpanan yang memposisikan produk untuk
pengiriman cepat ke pelanggan. Dalam konteks ini, pasokan mengacu pada
penyediaan barang dan jasa untuk pabrik dan gudang pada akhir masukkan,
dan juga penyediaan barang dan jasa kepada pelanggan dari akhir output
daripada suatu rantai pasokan.
Unsur lain dari SCM adalah persediaan dan permintaan yang
dibutuhkan untuk mengatur dan mengkordinasi proses manufaktur, jasa, dan
proses rantai pasokan. Ini melibatkan peramalan permintaan (forecasting
demand), membuat rencana jangka menengah untuk bagaimana permintaan
akan dipenuhi, mengendalikan berbagai jenis persediaan, dan penjadwalan
rinci mingguan dari proses (Jacob & Chase, 2012).
2.1.9 Brand & Branding
American Marketing Association mendefinisikan brand sebagai
“sebuah nama, istilah, tanda, symbol, atau desain, atau kombinasi dari
33
semuanya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari
satu penjual atau grup penjual, dan untuk membedakan mereka dari para
pesaing. Dengan demikian brand adalah produk atau jasa yang dimensinya
membedakannya dalam beberapa cara dari produk atau jasa lain untuk
memenuhi kebutuhan yang sama. Perbedaan-perbedaan ini mungkin
fungsional, rasional, atau nyata, terkait dengan performa produk dari merek.
Mereka juga mungkin lebih simbolis, emosional, atau tidak berwujud, yang
terkait dengan apa yang mewakili merek atau berarti dalam arti yang lebih
abstrak (Kotler & Keller, 2012).
Brand
memungkinkan
mengindentifikasi
konsumen, baik
sumber
individu
atau
pembuat
produk
maupun organisasi,
dan
untuk
menetapkan tanggung jawab kinerja bagi produsen tertentu atau distributor.
Brand juga melakukan fungsi penting bagi perusahaan. Pertama, mereka
menyederhanakan penanganan produk dan penelusuran. Brand juga
membantu untuk mengatur persediaan dan catatan akunting. Brand juga
menawarkan perlindungan hukum secara legal untuk fitur unik atau aspekaspek produk. Nama brand dapat dilindungi melalui merek dagang yang
didaftarkan. Proses manufaktur dapat dilindungi melalui paten. Kemasan
dapat dilindungi melalui hak cipta dan desain eksklusif.
Branding memberikan kualitas pada produk dan layanan dengan
kekuatan sebuah brand. Itu semua tentang menciptakan perbedaan antara
produk-produk. Branding menciptakan struktur mental yang membantu
konsumen mengatur pengetahuan mereka mengenai produk dan layanan
34
dengan cara yang menjelaskan pengambilan keputusan mereka, dan dalam
proses memberikan nilai bagi perusahaan.
2.1.10 Porter’s Five Forces Model of Competition
Michael Porter telah mengidentifikasi lima kekuatan (five forces)
yang menentukan daya tarik pasar atau segmen pasar dalam jangka panjang,
yaitu pesaing industri (competitors), pendatang baru yang potensial,
substitusi, pembeli, dan pemasok. Ancaman kekuatan ini adalah sebagai
berikut (Kotler & Keller, 2012):
Gambar 2.6 Porter’s Five Forces
Sumber: (Kotler & Keller, 2012)
35
1. Threat of intense segment rivalry
Suatu segmen dikategorikan tidak menarik apabila sudah berisi banyak,
kuat, atau agresif kompetitor. Hal itu bahkan lebih tidak menarik apabila
kondisi stabil atau menurun, apabila kapasitas perusahaan harus ditambah
secara bertahap dan besar, apabila fixed cost atau hambatan keluar tinggi,
atau apabila kompetitor memiliki taruhan tinggi untuk tinggal di segmen
tersebut. Kondisi ini akan menyebabkan perang harga yang cukup sering,
pertempuran iklan, dan pengenalan produk baru dan akan membuat
produk tersebut mahal untuk bersaing.
2. Threat of new entrants
Segmen yang paling menarik adalah satu di mana hambatan masuk yang
tinggi dan hambatan keluar rendah. Beberapa perusahaan baru dapat
memasuki industri, dan perusahaan-perusahaan yang berkinerja buruk
dapat dengan mudah keluar. Ketika hambatan masuk dan keluar tinggi,
potensi keuntungan tinggi, tapi perusahaan menghadapi risiko lebih besar
karena perusahaan yang performanya lebih buruk tinggal dan melawan.
Ketika hambatan masuk dan keluar rendah, perusahaan dengan mudah
masuk dan meninggalkan industri, dan tingkat pengembalian menjadi
stabil tetapi rendah. Kasus terburuk adalah ketika hambatan masuk yang
rendah dan hambatan keluar tinggi. Disini perusahaan masuk pada saat
yang baik tetapi merasa sulit untuk meninggalkan pada masa-masa
buruk. Hasilnya adalah kelebihan kapasitas kronis dan pendapatan
tertekan untuk semua.
36
3. Threat of substitute products
Sebuah segmen tidak menarik ketika ada pengganti aktual atau potensial
untuk produk tersebut. Pengganti menempatkan batas pada harga dan
keuntungan. Jika kemajuan teknologi atau persaingan pada industri
pengganti meningkat, harga dan keuntungan cenderung jatuh.
4. Threat of buyers’ growing bargaining power
Sebuah segmen tidak menarik jika pembeli memiliki daya tawar yang
kuat atau tumbuh. Munculnya raksasa ritel seperti Walmart telah
menyebabkan beberapa analis untuk menyimpulkan bahwa profitabilitas
potensi perusahaan kemasan-barang akan menjadi dibatasi. Kekuatan
daya tawar pembeli tumbuh ketika mereka menjadi lebih terkonsentrasi
atau terorganisir, ketika produk mewakili fraksi yang signifikan dari
biaya mereka, ketika produk tersebut tidak dibedakan, ketika switching
cost pembeli rendah, atau ketika pembeli sensitif dengan harga
dikarenakan keuntungan yang rendah. Untuk melindungi diri, penjual
mungkin memilih pembeli yang memiliki kekuatan yang rendah untuk
bernegosiasi atau beralih ke pemasok lain. Sebuah pertahanan yang lebih
baik adalah dengan mengembangkan penawaran unggul yang pembeli
tidak dapat menolaknya.
5. Threat of suppliers’ growing bargaining power
Sebuah segmen tidak menarik jika pemasok perusahaan mampu
menaikkan harga atau mengurangi kuantitas yang ditawarkan. Pemasok
cenderung kuat ketika mereka terkonsentrasi atau terorganisir, ketika ada
37
sedikit pengganti, ketika produk yang disediakan merupakan produk atau
bahan penting, dan ketika biaya beralih pemasok tinggi. Pertahanan
terbaik adalah untuk membangun hubungan yang saling menguntungkan
dengan pemasok atau menggunakan beberapa sumber pasokan.
2.1.11 SWOT Analysis
Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats (SWOT) Matrix adalah
alat pencocokan yang membantu mengembangkan empat tipe strategi: SO
(Strengths-Opportunities), WO (weaknesses-opportunities), ST (strengthsthreats), and WT (weaknesses-threats). Pencocokan kunci faktor eksternal
dan internal adalah hal tersulit dalam mengembangkan SWOT Matrix dan
membutuhkan keputusan yang baik, dan tidak ada satu gabungan yang
terbaik (R. David, 2011).
Strategi SO menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk
menambahkan peluang eksternal. Semua perusahaan ingin berada pada posisi
dimana kekuatan internal dapat digunakan untuk mengambil keuntungan dari
tren eksternal dan event. Suatu organisasi umumnya akan mengejar strategi
WO, ST, atau WT untuk berada pada suatu situasi dimana mereka dapat
menerapkan strategi SO. Ketika suatu perusahaan memiliki kelemahan
utama, ia akan berusaha untuk mengatasinya dan membuatnya menjadi kuat.
Ketika suatu perusahaan menghadapi ancaman utama, ia akan berusaha
untuk menghindari itu semua agar dapat berkonsentrasi pada peluang.
38
Strategi WO bertujuan untuk meningkatkan kelemahan internal
dengan memanfaatkan peluang eksternal. Kadang-kadang peluang eksternal
ada, tetapi perusahaan memiliki kelemahan internal yang mencegah dari
eksploitasi peluang-peluang.
Strategi ST menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari
atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Hal ini tidak berarti bahwa
suatu organisasi yang kuat selalu mendapatkan ancaman dalam lingkungan
eksternal.
Strategi WT adalah taktik bertahan yang diarahkan untuk mengurangi
kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Suatu organisasi
dihadapkan dengan beberapa ancaman eksternal dan kelemahan internal
mungkin memang berada dalam posisi sulit. Bahkan, perusahaan tersebut
mungkin harus berjuang untuk bertahan hidup, melakukan penggabungan
usaha, menahan diri, menyatakan bangkrut, atau memiliki likuidasi.
2.1.12 Five Generic Competitve Strategy
“Dua faktor terbesar yang membedakan satu strategi bersaing dari
yang lain dipersingkat menjadi (1) apakah target pasar perusahaan adalah
luas atau sempit, dan (2) apakah perusahaan sedang mengejar keunggulan
kompetitif terkait dengan biaya yang lebih rendah atau diferensiasi”
(Thompson et al., 2014). Dua faktor ini melahirkan lima pilihan strategi
bersaing:
39
Gambar 2.7 Type of Competitive Advantage
Sumber: (Thompson et.al, 2014)
1. Low-cost provider strategy – berjuang untuk mencapai biaya keseluruhan
yang lebih rendah dari pesaing pada produk yang sebanding yang
menarik spektrum yang luas dari pembeli.
2. Broad differentiation strategy – berusaha untuk membedakan penawaran
produk perusahaan dari pesaing dengan atribut unggul yang akan
menarik spektrum yang luas dari pembeli.
3. Focused low-cost strategy – berkonsentrasi pada segmen pembeli yang
sempit (atau pasar yang ceruk) dan mengalahkan pesaing dalam biaya,
sehingga mampu melayani anggota ceruk dengan harga yang lebih
rendah.
40
4. Focused differentiation strategy – berkonsentrasi pada segmen pembeli
yang sempit (atau pasar yang ceruk) dan mengalahkan pesaing dengan
penawaran produk yang memenuhi selera yang spesifik dan kebutuhan
anggota ceruk yang lebih baik daripada penawaran produk dari pesaing.
5. Best-cost provider strategy – memberikan pelanggan nilai lebih untuk
uang mereka dengan memenuhi harapan pembeli pada kunci kualitas /
fitur / perfoma / atribut layanan saat mengalahkan ekspektasi harga
pelanggan.
2.1.13 Pricing Strategy
Berdasarkan jadwal permintaan customer, fungsi biaya, dan harga
pesaing, perusahaan dapat memilih harga (Kotler & Keller, 2012):
1. Markup Pricing
Metode harga yang paling dasar adalah untuk menambahkan markup
standar untuk biaya produk. Perusahaan konstruksi mengajukan tawaran
pekerjaan dengan memperkirakan total biaya proyek dan menambahkan
markup standar untuk keuntungan. Pengacara dan akuntan biasanya
menentukan harga dengan menambahkan markup standar pada waktu dan
biaya mereka.
41
Sebagai contoh, sebuah produsen pemanggang roti memiliki biaya dan
ekspektasi penjualan seperti berikut. Unit cost yang dihasilkan:
Diasumsikan produsen ingin memperoleh keuntungan sebesar 20 persen
markup pada penjualan. Harga markup yang dihasilkan:
Namun, harga markup tetap populer. Pertama, penjual dapat menentukan
biaya jauh lebih mudah daripada mereka dapat memperkirakan
permintaan.
Dengan
mengikat
harga
untuk
biaya,
penjual
menyederhanakan tugas harga. Kedua, di mana semua perusahaan dalam
industri menggunakan metode penetapan harga ini, harga cenderung
sama dan persaingan harga diminimalkan. Ketiga, banyak orang merasa
bahwa cost-pluspricing adalah adil untuk kedua pembeli dan penjual.
Penjual tidak mengambil keuntungan dari pembeli ketika permintaan
yang terakhir menjadi akut, dan penjual mendapatkan pengembalian yang
adil atas investasi.
2. Target Return Pricing
Pada target-return pricing, perusahaan menentukan harga yang
menghasilkan tingkat target pengembalian investasi. Utilitas umum, yang
perlu untuk membuat Return on Investment (ROI) yang adil atas
42
investasi, sering menggunakan metode ini. Target harga kembali yang
diberikan oleh rumus berikut
3. Perceived-Value Pricing
Peningkatan jumlah perusahaan sekarang mendasarkan harga mereka
pada nilai yang dirasakan pelangga. Nilai yang dirasakan terdiri dari
sejumlah input, seperti -pandangan pembeli atas kinerja produk, cara
pengiriman, garansi kualitas, dukungan pelanggan, dan atribut lembut
seperti reputasi pemasok, kepercayaan, dan harga diri. Perusahaan harus
memberikan nilai yang dijanjikan oleh nilai proposisi mereka, dan
pelanggan harus memahami nilai ini. Perusahaan menggunakan elemen
program pemasaran lainnya, seperti iklan, tenaga penjualan, dan internet,
untuk berkomunikasi dan meningkatkan nilai yang dirasakan dalam
pikiran pembeli. Kunci untuk perceived-value pricing adalah untuk
memberikan nilai unik yang lebih daripada pesaing dan untuk
menunjukkan hal ini kepada calon pembeli. Dengan demikian perusahaan
perlu memahami proses pengambilan keputusan pelanggan. Perusahaan
dapat mencoba untuk menentukan nilai penawaran dalam beberapa cara:
penilaian manajerial dalam perusahaan, nilai produk sejenis, kelompok
fokus, survei, eksperimen, dan analisis data historis.
43
4. Value Pricing
Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa perusahaan telah mengadopsi
value
pricing:
Mereka
memenangkan
pelanggan
setia
dengan
membebankan harga yang cukup rendah untuk menawarkan kualitas
tinggi. Value pricing bukan masalah menetapkan harga yang lebih
rendah, namun masalah rekayasa ulang operasi perusahaan untuk menjadi
produsen dengan biaya rendah tanpa mengorbankan kualitas, untuk
menarik sejumlah besar pelanggan.
Suatu jenis penting dari value pricing adalah harga rendah setiap hari
(everyday low pricing (EDLP)). Pengecer yang memegang sebuah
kebijakan EDLP menetapkan harga rendah konstan dengan sedikit atau
tidak ada harga promosi dan penjualan khusus. Harga konstan
menghilangkan ketidakpastian harga tiap minggunya dan "tinggi-rendah"
harga pesaing yang bermain dengan promosi.
5. Going-rate Pricing
Dalam going-rate pricing, perusahaan mendasarkan harganya terutama
pada harga pesaing. Dalam industri oligopolistik yang menjual komoditas
seperti baja, kertas, atau pupuk, semua perusahaan biasanya memasang
biaya harga yang sama. Perusahaan-perusahaan kecil "mengikuti
pemimpin," mengubah harga mereka ketika harga pemimpin pasar
berubah daripada ketika permintaan mereka sendiri atau biaya berubah.
Beberapa mungkin akan mengenakan biaya premi kecil atau diskon,
tetapi mereka mempertahankan perbedaan. Going-rate pricing cukup
44
populer. Dimana biaya sulit diukur atau respon kompetitif tidak pasti,
perusahaan merasa going price merupakan solusi yang baik karena
dianggap mencerminkan kebijaksanaan kolektif industri.
6. Auction Type Pricing
Auction Type Pricing tumbuh lebih populer, terutama dengan sejumlah
pasar elektronik yang menjual segala sesuatu dari babi ke mobil bekas
yang juga agar perusahaan dapat membuang kelebihan persediaan atau
barang bekas. Ini adalah tiga jenis utama dari lelang dan prosedur
penetapan harga mereka yang terpisah:
Lelang Inggris (tawaran naik) memiliki satu penjual dan banyak pembeli.
Di situs seperti eBay dan Amazon.com, penjual menempatkan barang dan
penawar menaikkan harga penawaran hingga harga tertinggi tercapai.
Penawar tertinggi mendapatkan barang tersebut. Lelang Inggris
digunakan saat ini untuk menjual barang-barang antik, sapi, bangunan,
dan peralatan dan kendaraan bekas.
Lelang Belanda (tawaran turun) memiliki satu penjual dan banyak
pembeli, atau satu pembeli dan banyak penjual. Pada jenis pertama,
pelelang mengumumkan harga tinggi untuk suatu produk dan kemudian
perlahan-lahan menurunkan harga sampai penawar menerima. Di sisi
lain, pembeli mengumumkan sesuatu yang dia ingin beli, dan penjual
potensial bersaing untuk menawarkan harga termurah.
45
Lelang penawaran tertutup membiarkan calon pemasok mengirimkan
hanya satu tawaran; mereka tidak dapat mengetahui tawaran lainnya.
Pemerintah AS sering menggunakan metode ini untuk mendapatkan
pasokan. Pemasok tidak akan menawar di bawah biaya, tetapi tidak dapat
mengajukan tawaran terlalu tinggi karena takut kehilangan pekerjaan.
Efek bersih dari dua tarikan tersebut adalah tawaran laba yang
diharapkan.
2.1.14 Financial Planning
“Perencanaan keuangan (Financial Planning) merumuskan cara
dimana tujuan keuangan yang ingin dicapai. Sebuah rencana keuangan adalah
pernyataan dari apa yang akan dilakukan di masa depan. Sebagian besar
keputusan memiliki lead time yang panjang, yang berarti mereka
membutuhkan waktu lama untuk diterapkan. Pada dunia yang tidak menentu,
hal ini mengharuskan bahwa keputusan dibuat jauh sebelum pelaksanaannya”
(Ross, Westerfield, Jordan, 2002). Berdasarkan konsep ini, perencanaan
keuangan dibuat untuk mengetahui asumsi perkembangan dengan kondisi
sesungguhnya dari pasar dan harus dibuat jauh sebelum bisnis dijalankan.
2.1.15 Capital Structure
“Struktur modal (Capital Structure) adalah bauran tertentu dari utang
jangka panjang dan ekuitas yang perusahaan gunakan untuk membiayai
46
operasinya” (Ross, Westerfield, Jordan, 2002). Struktur modal mendefinisikan
modal usaha untuk menciptakan struktur modal pada bisnis. Struktur modal
digunakan untuk mengetahui bagaimana bisnis mendapatkan keuangan untuk
menghasilkan dan menjalankan bisnis tersebut.
2.1.16 Income Statement
“Laporan
laba
rugi
(Income
Statement)
menghitung
jumlah
keuntungan yang dihasilkan oleh suatu perusahaan selama periode waktu
tertentu (biasanya satu tahun atau seperempat)” (Titman, Keown, Martin,
2014). Laporan laba rugi dibuat untuk memprediksi kinerja masa depan
perusahaan dan untuk memprediksi, menampilkan, dan menghitung risiko
investasi bagi investor jika mereka ingin menginvestasikan uang mereka pada
bisnis ini.
2.1.17 Balance Sheet
“Neraca keuangan (Balance Sheet) adalah gambaran dari posisi
keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu” (Titman, Keown, Martin,
2014). Berdasarkan dari definisi ini, balance sheet digunakan untuk membuat
lembaran neraca finansial agar pemilik mengetahui laporan finansial tahunan
dari progres bisnis yang dijalankan. Balance sheet menunjukkan daftar dari
aset (asset), kewajiban (liabilities), dan ekuitas (shareholders’ equity).
47
2.1.18 Statement of Cash Flow
“Laporan arus kas (Statement of Cash Flow) adalah laporan, seperti
laporan laba rugi dan neraca, yang digunakan oleh perusahaan untuk
menjelaskan perubahan dalam saldo kas selama periode waktu dengan
mengidentifikasi semua sumber dan penggunaan kas untuk periode yang
direntang oleh laporan arus kas tersebut” (Titman, Keown, Martin, 2014).
Laporan arus kas menunjukkan keluar dan masuk dari kas atau investasi cair,
sehingga investor dan pemilik mengetahui arus kas mereka dalam bisnis ini.
2.1.19 Break-Even Analysis
“Break-even analysis adalah analisis untuk menentukan tingkat
minimum produksi atau penjualan yang harus dicapai oleh perusahaan guna
untuk menghindari kehilangan uang karena peningkatan penjualan yang dapat
dihasilkan oleh investasi merupakan salah satu penggerak nilai yang paling
kritis. Estimasibreak-evenpenjualan didefinisikan sebagai tingkat penjualan
yang pendapatan bersih operasional (net operating income) sama dengan nol”
(Titman, Keown, Martin, 2014).
2.1.20 Net Profit Margin
Net profit margin/margin laba bersih adalah sebuah ukuran yang lebih
spesifik dari keuntungan penjualan. Margin laba bersih adalah ukuran
profitabilitas perusahaan dari penjualan setelah memperhitungkan semua
48
biaya pengeluaran dan pajak pendapatan. Hal tersebut memberitahu kita laba
bersih yang didapat perusahaan per dolar dari penjualan (C. Van Horne & M.
Wachowicz, 2008).
2.1.21 Return on Asset
“Return on asset (ROA) merupakan ukuran keuntungan per dolar dari
aset” (Ross, Westerfield, Jordan, 2002). Berdasarkan definisi ini, perusahaan
dapat mengukur kemampuannya dalam menghasilkan keuntungan dengan
menggunakan total aset yang ada. Apabila ROA menunjukkan hasil yang
positif, maka aset yang digunakan oleh perusahaan dapat menghasilkan
keuntungan dan apabila ROA menunjukkan hasil yang negatif, maka aset
yang digunakan oleh perusahaan tidak menghasilkan keuntungan.
2.1.22 Return on Equity
Rasio ini memberitahu tentang kekuatan penghasilan dari nilai
investasi
buku
pemegang
saham,
dan
sering
digunakan
dalam
membandingkan dua atau lebih perusahaan dalam industri. Return on equity
(ROE) yang tinggi sering mencerminkan penerimaan perusahaan dari peluang
investasi yang kuat dan manajemen biaya yang efektif. Namun, jika
perusahaan telah memilih untuk menggunakan tingkat hutang yang tinggi
49
dengan standar industri, ROE yang tinggi mungkin hanya merupakan hasil
dari asumsi risiko keuangan yang berlebihan (C. Van Horne & M.
Wachowicz, 2008).
2.1.23 Return on Investment
Return on Investment (ROI) mengukur efektifitas keseluruhan suatu
perusahan dalam menghasilkan keuntungan dengan aset yang tersedia,
penghasilan kekuatan modal yang diinvestasikan (C. Van Horne & M.
Wachowicz, 2008).
2.1.24 Net Present Value
“Net Present Value (NPV) adalah selisih antara nilai sekarang (present
value/PV) dari arus kas masuk dan nilai sekarang (present value/PV) dari arus
kas keluar” (Titman, Keown, Martin, 2014). NPV memperkirakan jumlah
kekayaan yang proyek hasilkan. Kriteria NPV hanya menyatakan bahwa
proyek-proyek investasi harus diterima jika NPV proyek bernilai positif dan
harus ditolak jika NPV proyek bernilai negatif.
50
2.1.25 Profitability Index (PI)
“The Profitability Index (PI) adalah rasio biaya-manfaat yang sama
dengan nilai sekarang dari arus kas investasi masa depan (Present Value of
Future Cash Flows) dibagi dengan biaya awal (Initial Cash Outlay)”
(Titman, Keown, Martin, 2014, hal 368). Apabila nilai PI lebih besar dari 1
maka menunjukkan bahwa nilai sekarang dari arus kas investasi masa depan
melebihi biaya pembuatan investasi dan investasi harus diterima. Digunakan
nilai positif bagi pengeluaran kas awal (CF0) ketika menghitung PI. Hal ini
dilakukan agar PI adalah rasio positif, karena secara teknis pengeluaran awal
untuk sebagian besar investasi adalah arus kas keluar, maka tandanya adalah
negatif. PI digunakan untuk mengevaluasi dari bisnis apakah dapat
dijalankan untuk mendapatkan keuntungan atau tidak dapat dijalankan.
Berdasarkan hasil dari PI, dapat diputuskan apabila investor memutuskan
untuk berinvestasi atau tidak.
Rumus dari Profitability Index :
PI =
51
2.1.26 Internal Rate of Return (IRR)
“The Internal Rate of Return (IRR) dari investasi adalah serupa dengan
yield to maturity (YTM) pada obligasi. Secara khusus, IRR adalah angka
diskon yang menghasilkan nilai nol pada NPV untuk proyek tersebut”
(Titman, Keown, Martin, 2014, hal 370). Bisnis dapat diterima jika IRR
lebih besar dari angka pengembalian (rate of return) atau angka diskon yang
digunakan untuk menghitung NPV dari bisnis, dan menolak jika yang terjadi
adalah sebaliknya.
Rumus dari Internal Rate of Return:
NPV =
=0
Dimana:
NPV = Net Present Value
= Cash Flow pada tahun 0
= Cash Flow pada tahun 1
2.2
Analisis Pasar
2.2.1 Rumah Makan
Berdasarkan KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA
PERSYARATAN
NOMOR
HYGIENE
1098/MENKES/SK/VII/2003
SANITASI
RUMAH
TENTANG
MAKAN
DAN
RESTORAN, Rumah Makan adalah setiap tempat usaha komersial yang
ruang lingkup kegiatannya menyediakan makanan dan minuman untuk umum
52
di tempat usahanya. Restoran adalah salah satu jenis usaha jasa pangan yang
bertempat di sebagian atau seluruh bangunan yang permanen di lengkapi
dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan,
penyajian, dan penjualan makanan dan minuman bagi umum di tempat
usahanya.
2.2.2 Analisis Kompetitor
Bisnis rumah makan yang menyediakan makanan sehat pasti akan
memiliki pesaing, baik langsung maupun tidak langsung. Berikut analisis
produk dan layanan yang ditawarkan oleh kompetitor di area Serpong.
Beberapa kompetitor berikut merupakan benchmark dari bisnis ini untuk
membuat Green Leaf menjadi lebih baik dalam melayani konsumen.
1. JAVA Village
Rumah makan yang terletak di Summarecon Mall Serpong, Lantai
Ground, Downtown Walk, Jl. Boulevard Gading Serpong, Serpong Utara,
Tangerang menyediakan beragam menu masakan Jawa. Makanan yang
tersedia mulai dari harga Rp 30.000 hingga Rp 100.000, sedangkan untuk
minuman mulai dari harga Rp 5.000 hingga Rp 40.000. Makanan yang
disajikan oleh JAVA Village bebas dari MSG, sehingga dapat
dikategorikan cukup sehat.
JAVA Village memiliki dua pilihan ruang duduk, yang pertama
adalah di dalam ruangan yang tidak terlalu luas namun ber-AC sehingga
53
cukup nyaman untuk bersantai. Pilihan yang lain adalah di luar, karena
lokasinya di ground sehingga menjadi tempat lalu lalang pengunjung mall.
Kelebihannya jika memilih lokasi duduk di luar adalah konsumen dapat
bersantai sambil menikmati live musik yang biasanya diadakan oleh
Summarecon Mall Serpong pada waktu weekend dan juga dapat
menikmati pemandangan di luar mall. Pelayanan yang ramah dan tempat
yang bersih menjadi nilai tambah dari restoran JAVA Village. Konsumen
yang datang adalah pengunjung Summarecon Mall Serpong, penduduk
yang tinggal di sekitar area Serpong dan sekitarnya dan biasanya mereka
membawa keluarga untuk menikmati hidangan di JAVA Village. Selain
itu, rata-rata usia konsumen yang datang adalah sekitar 25-50 tahun.
2. Ootoya
Ootoya adalah chain restoran dari Jepang dengan pengalaman
lebih dari 50 tahun sejak 1958 dan memiliki lebih dari 300 jaringan
cabang yang tersebar di Jepang, New York, Shanghai, Singapore,
Hongkong, Taiwan, Thailand dan Indonesia, dengan dedikasi dan
komitmen tinggi terhadap kualitas.
Sesuai dengan slogannya "Authentic Home Cooked Japanese
Food,"
konsumen yang gemar mengkonsumsi hidangan sehat dapat
menambahkan Ootoya kedalam daftar restoran favorit. Beberapa poin
yang layak dipertimbangkan bagi yang ingin mencoba masakan Jepang
namun sehat di Ootoya adalah kualitas yang dijaga sejak dari pemasokan
bahan baku hingga hidangan disajikan dihadapan konsumen. Disamping
54
itu, bahan baku dan bumbu makanan yang bebas bahan pengawet (MSG
free) juga menjadi perhatian dan standar Ootoya.
Salah satu cabang Ootoya di Indonesia adalah di Summarecon
Mall Serpong, Lantai Ground, Downtown Walk, Jl. Boulevard Gading
Serpong, Serpong Utara, Tangerang yang menjadi kompetitor dari bisnis
Green Leaf. Suasana yang nyaman dengan pilihan di dalam atau di luar
ruangan. Interior Ootoya dikelilingi oleh kaca, sehingga pengunjung dapat
melihat pemandangan di sekitar restoran. Karena letaknya yang berada di
dalam mall, sebagian besar pengunjung Ootoya adalah keluarga. Selain
keluarga, pengunjung Ootoya juga antara usia 15-50 tahun karena suasana
yang nyaman untuk melakukan interaksi sosial. Menu favorit yang dapat
dipilih di Ootoya antara lain Tori Dango Soup, Chawan Mushi, Beef
Kimchi Nabe, Chicken Katsu Curry, Unagi Roll, dan Sashimi. Untuk
minuman, yang paling banyak dipesan adalah ocha (minuman teh hijau
khas Jepang). Sedangkan untuk makanan penutup favorit adalah Macha
Paffe, Matcha Ammitsu, Matcha Mousse, Soybean Dessert dan Egg
Pudding. Range harga untuk makanan di Ootoya mulai dari Rp 28.000
hingga Rp 163.000.
3. Bakmi Siantar KO’FEI
Rumah makan yang terletak di Jl. Puan Raya AF 1 no. 25, Gading
Serpong, Tangerang menyajikan makanan dengan mie sebagai menu
andalannya. Mie yang tersedia bermacam-macam, mulai dari mie keriting,
mie lebar, bihun dan kwetiaw dan yang pasti mie yang dihidangkan di
55
Bakmi Siantar KO’FEI ini 100% mie sehat buatan sendiri tanpa pewarna
dan pengawet. Untuk penataan ruangan dan interior sebenarnya hanya
sebuah ruko dan diisi oleh meja dan kursi untuk menjadi sebuah rumah
makan.
Bakmi Siantar KO’FEI memiliki cara yang unik untuk menarik
konsumen, yaitu mereka menyediakan promosi berupa tantangan untuk
memakan mie dengan porsi yang lebih dari satu mangkuk untuk
mendapatkan hadiah yang berupa uang atau kaos jika berhasil
menghabiskan makanannya dalam waktu yang ditentukan. Pengunjung
Bakmi Siantar KO’FEI ini biasanya berusia 25-50 tahun. Untuk range
harga dari Bakmi Siantar KO’FEI ini terbilang cukup murah, yaitu sekitar
Rp 1.000 sampai Rp 12.000 untuk minuman dan Rp 9.000 sampai Rp
41.000 untuk makanan.
4. My Meal Catering
My Meal Catering didirikan oleh Ignatius Zaldy, seorang
pengusaha yang awalnya berbisnis alat kesehatan namun beralih
menyediakan jasa katering sehat. Katering ini berada di Jl. Boulevard
Raya BA3/45 Gading Serpong, Tangerang yang hanya berupa dapur untuk
memproduksi makanan bukan dalam konsep rumah makan. My Meal
Catering memiliki variasi menu, mulai dari makanan tradisional
Indonesia, Thailand, Cina hingga Italia. My Meal Catering hanya
menyajikan makanan berbahan baku organik tanpa zat tambahan lain,
seperti MSG, bahan pengawet maupun bahan pewarna.
56
Pilihan produk yang disediakan oleh My Meal Catering terdiri dari
tiga, yaitu Healthy Diet, Weight Loss Diet dan Baby and Kids Meal.
Healthy Diet Meal ditujukan kepada konsumen yang ingin sehat dengan
memakan makanan sehat, orang yang memiliki penyakit khusus seperti
diabetes, kolesterol, hipertensi, ginjal, liver, jantung, stroke. Weigth Loss
Diet ditujukan kepada konsumen yang ingin menurunkan berat badan.
Sedangkan Baby and Kids Meal ditujukan kepada bayi dan anak kecil. My
Meal Catering menetapkan harga lumayan tinggi. Untuk paket tiga kali
makan, lengkap dengan jus dan makanan kecil, konsumen harus
membayar Rp 6.767.000 per bulan. Adapun paket hemat tersedia mulai
dari harga Rp 1.290.000 per bulan. Namun, ini hanya untuk satu kali
makan sehat per hari. My Meal Catering juga menyediakan layanan untuk
prasmanan, cocktail party, pesta, dan arisan.
Beberapa rumah makan yang menyediakan makanan sehat seperti
yang telah dijelaskan di atas adalah pemain utama dalam bisnis rumah
makan sehat di area Serpong. Namun, yang akan menjadi kompetitor
utama dari Green Leaf adalah Ootoya untuk rumah makan dan My Meal
Catering untuk jasa kateringnya. Green Leaf berusaha untuk merebut
pangsa
pasar
dari
Ootoya
dan
My
Meal
Catering.
Download