BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Keuangan Setiap

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Manajemen Keuangan
Setiap perusahaan selalu membutuhkan dana dalam rangka memenuhi
kebutuhan operasi sehari-hari maupun untuk mengembangkan perusahaan.
Perusahaan memerlukan berbagai kekayaan (mesin, gedung, kendaraan bermotor,
persediaan bahan baku, dan sebagainya) untuk menjalankan operasinya. Untuk itu
perusahaan perlu mencari sumber dana untuk membiayai kebutuhan untuk operasi
tersebut. Dalam suatu organisasi, pengaturan kegiatan keuangan sering disebut
sebagai manajemen keuangan.
2.1.1
Pengertian Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan merupakan bagian dari manajemen yang merupakan
salah satu fungsi yang terpenting bagi suatu perusahaan. Manajemen keuangan
menyangkut kegiatan perencanaan, analisis dan pengendalian kegiatan keuangan.
Dimana manajemen keuangan membantu fungsi operasional perusahaan yang
lainnya seperti Manajemen Pemasaran, Manajemen Produksi, Manajemen
Strategik, Manajemen Sumber Daya Manusia, dan lain sebagainya.
Manajemen keuangan dapat berpengaruh secara langsung terhadap
kehidupan setiap orang dan perusahaan. Untuk memperkuat pengertian
manajemen keuangan, maka menurut beberapa ahli, pengertian manajemen
keuangan di jelaskan sebagai berikut :
Menurut Gitman (2006:4) pengertian manajemen keuangan adalah
sebagai berikut:
Management finance is concerned with the duties of the financial
manager in the business firm. Financial managers actively manage the
financial affairs of any type of business-financial and non financial,
private and public, large and small, profit seeking and non for profit.
They perform such varied financial tasks as planning, extending credit
to customers, evaluating proposed large expenditures and raising money
to fund the firm s operation .
Yang artinya bahwa manajemen keuangan berhubungan dengan kewajiban
dari seorang manajer keuangan didalam bisnis perusahaan. Manajer keuangan
secara aktif mengatur urusan-urusan keuangan dari semua jenis bisnis keuangan
dan non-keuangan, pribadi dan umum, besar dan kecil, orientasi laba dan orientasi
non-laba. Mereka melakukan berbagai kegiatan keuangan seperti perencanaan,
memperpanjang
pinjaman
kepada pelanggan,
mengevaluasi
pengeluaran-
pengeluaran besar yang telah diajukan, dan meningkatkan uang untuk mendanai
operasi perusahaan.
Menurut Martono dan Agus Harjito (2007:4) menyebutkan bahwa:
Manajemen keuangan atau dalam literatur lain disebut
pembelanjaan adalah sebagai aktivitas perusahaan yang
berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana, menggunakan
dana dan mengelola assets sesuai tujuan perusahaan secara
menyeluruh .
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan mengenai pengertian
manajemen keuangan yaitu usaha-usaha pengelolaan secara optimal dana-dana
yang akan digunakan untuk membiayai segala aktivitas yang dilakukan oleh
perusahaan, kemudian menggunakan atau mengalokasikan dana tersebut baik
dana dalam perusahaan maupun dana diluar dari perusahaan kedalam berbagai
bentuk investasi.
2.1.2
Fungsi Manajemen Keuangan
Manajemen Keuangan memiliki aktivitas yang luas dalam bidang
keuangan karena setiap perusahaan pasti membutuhkan seorang manajer
keuangan yang menangani fungsi-fungsi keuangan. Fungsi manajemen keuangan
dari suatu perusahaan itu sendiri adalah salah satu fungsi utama yang sangat
penting di dalam perusahaan, di samping fungsi-fungsi lainnya seperti fungsi
pemasaran, sumber daya manusia dan operasional.
Menurut Martono dan Agus Harjito (2007:4) terdapat tiga fungsi utama
dalam manajemen keuangan yaitu:
1. Keputusan Investasi (Investment Decision)
Keputusan investasi merupakan keputusan terhadap aktiva apa yang
akan dikelola oleh perusahaan. Keputusan investasi ini merupakan
keputusan yang paling penting diantara ketiga fungsi yang ada. Hal ini
dikarenakan keputusan investasi ini berpengaruh secara langsung
terhadap rentabilitas investasi dan aliran kas perusahaan untuk waktu
yang akan datang. Rentabilitas investasi (return on investment)
merupakan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba yang
dihasilkan dari suatu investasi.
2. Keputusan Pendanaan (Financing Decision)
Keputusan pendanaan menyangkut beberapa hal. Pertama, keputusan
mengenai penetapan sumber dana yang diperlukan untuk membiayai
investasi. Sumber dana yang akan digunakan untuk membiayai
investasi tersebut dapat berupa hutang jangka pendek, hutang jangka
panjang dan modal sendiri. Kedua, penetapan tentang perimbangan
pembelanjaan yang terbaik, atau sering disebut dengan struktur modal
optimum.
Karena
itu
perlu
ditetapkan
apakah
perusahaan
menggunakan sumber modal ekstern yang berasal dari hutang dengan
menerbitkan obligasi, atau menggunakan modal sendiri dengan
menerbitkan saham baru sehingga beban biaya modal yang ditanggung
perusahaan minimal.
3. Keputusan Pengelolaan Aktiva (Asset Management Decision)
Manajer keuangan bersama manajer-manajer lainnya dalam suatu
perusahaan bertanggung jawab terhadap berbagai tingkatan operasi
dari asset-asset yang ada. Pengalokasian dana yang digunakan untuk
pengadaan dan pemanfaatan asset menjadi tanggung jawab manajer
keuangan. Tanggung jawab tersebut menuntut manajer keuangan lebih
memperhatikan pengelolaan aktiva lancar daripada aktiva tetap.
2.2
Modal
2.2.1
Pengertian Modal
Setiap
perusahaan
yang
dalam
melakukan
kegiatannya
selalu
membutuhkan dana berupa modal. Modal tersebut digunakan untuk membiayai
kebutuhan investasi maupun untuk memenuhi kebutuhan operasional sehari-hari,
seperti pembelian bahan baku, pembayaran upah atau buruh, membayar hutang
dan pembayaran lainnya.
Modal dapat memiliki macam-macam pengertian sesuai dengan dari sudut
pandang dimana modal itu ditinjau. Hal ini sangat bergantung pada persepsi pihak
yang menafsirkannya.
Menurut Gitman (2006 : 552) pengertian dari modal adalah
All of the items on the right-hand side of the firm s balance sheet,
excluding current liabilities.
Dari pendapat di atas kita bisa mengetahui gambaran tentang modal.
Bahwa modal berasal dari investasi pemilik dan hasil usaha perusahaan yang
digunakan untuk mendanai segala aktifitas perusahaan yang berada di sisi kanan.
2.2.2
Jenis-Jenis Modal
1. Modal Sendiri
Modal sendiri atau modal pemegang saham pada dasarnya adalah modal
yang berasal dari pemilik perusahaan dan tertanam dalam perusahaan
untuk waktu yang tidak tentu lamanya.
Menurut Gitman (2006 : 553) sumber dari modal sendiri yaitu
The two basic sources of equity capital are prefered stock, common
stock equity, which includes common stock and retained earnings.
Artinya dua sumber dasar atas modal sendiri terdiri dari saham preferen,
dan modal saham biasa termasuk laba ditahan.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa modal sendiri terdiri dari
saham biasa, laba ditahan, saham preferen dan modal dari pemegang saham.
2. Modal Asing
Meskipun pengklasifikasian sumber dana berdasar atas jangka waktu
tidaklah selalu tepat , harus diakui bahwa dalam praktiknya dilakukan
pembagian dana berdasar atas jangka waktu. Pengklasifikasian ini
nampaknya lebih banyak berhubungan dengan matching principle. Dengan
demikian maka sumber dana jangka pendek seharusnya dipergunakan
untuk kebutuhan jangka pendek saja. Sedangkan kebutuhan dana jangka
panjang hendaknya dibiayai dengan dana jangka panjang.
Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2004 : 141) jenis-jenis modal jangka
pendek dikelompokan dalam dua tipe diantaranya :
1. Pendanaan Spontan
Daya tarik dari pendanaan spontan ini adalah bahwa perusahaan tidak
perlu melakukan negoisasi atau perundingan formal untuk menambah
atau mengurangi dana yang diperlukan. Secara umum terdapat tiga tipe
utang dagang yaitu
a. Notes payable, pembeli membuat surat pernyataan berhutang
secara resmi kepada penjual, disertai kapan akan dilunasi hutang
tersebut.
b. Trade acceptance, penjual menarik draft kepada pembeli yang
menyatakan kapan draft tersebut akan dibayar. Draft tersebut
kemudian dijamin oleh bank yang akan membayar draft tersebut.
c. Open account, penjual mengirimkan barang ke pembeli dilengkapi
faktur yang menyebutkan barang yang dikirim, harga per satuan,
harga keseluruhan, dan syarat-syarat pembayaran.
2. Pendanaan yang Memerlukan Negoisasi
Sumber dana ini menunjukan bahwa perusahaan harus melakukan
perjanjian formal untuk memperolehnya. Jenis modal ini adalah
a. Commercial paper, merupakan sekuritas jangka pendek yang
diterbitkan perusahaan yang menyatakan bahwa pada tanggal
tertentu perusahaan tersebut bersedia membayar sejumlah yang
tercantum dalam sekuritas tersebut. Instrumen ini kemudian dijual
kepada para pemodal di pasar uang.
b. Secured loans, merupakan kredit yang dijamin oleh aktiva tertentu.
c. Unsecured loans, merupakan kredit yang diberikan oleh bank
kepada suatu perusahaan tanpa adanya agunan fisik tertentu
sebagai jaminan.
Selain modal jangka pendek Husnan dan Pudjiastuti (2004 : 355)
mengklasifikasikan jenis modal jangka menengah diantaranya :
1. Leasing (Sewa Guna), merupakan cara untuk dapat menggunakan
suatu aktiva tanpa harus membeli aktiva tersebut.
2. Terms loans, utang tersebut lunas pada saat aktiva yang dibiayai utang
tersebut sudah tidak lagi diperlukan.
Untuk pengklasifikasian modal, Husnan dan Pudjiastuti (2004 : 369)
selain modal jangka pendek dan menengah ada juga modal jangka panjang
diantaranya :
1. Kredit Investasi, jenis modal ini disediakan oleh perbankan, yang
menarik adalah suku bunga kredit investasi di Indonesia dinyatakan
lebih rendah dari suku bunga kredit modal kerja.
2. Hipotek (Mortgage), merupakan bentuk utang jangka panjang dengan
agunan aktiva tidak bergerak (tanah dan bangunan).
3. Obligasi, merupakan instrumen utang yang dikeluarkan oleh
perusahaan dan dijual ke investor. Penjualan bisa melalui bursa
keuangan atau dijual langsung kepada investor potensial.
4. Saham Preferen adalah saham yang memberikan dividen yang tetap
besarnya.
5. Saham biasa, Saham merupakan bukti kepemilikan suatu perusahaan.
Pemegang saham memperoleh pendapatan dari dividen dan capital
gain. Berbeda dengan obligasi, saham tidak membayarkan pendapatan
yang tetap. Berbeda dengan bunga, dividen tidak harus dibayarkan
apabila perusahaan tidak mempunyai kas.
2.3
Pasar Modal
2.3.1
Pengertian Pasar Modal
Pasar modal pada hakikatnya adalah jaringan tatanan yang memungkinkan
pertukaran klaim jangka panjang, penambahan financial assets pada saat yang
sama, memungkinkan investor untuk mengubah dan menyesuaikan portofolio
investasi (melalui pasar sekunder). Berlangsungnya fungsi pasar modal, adalah
meningkatnya dan menghubungkan aliran dana jangka panjang dengan kriteria
pasarnya secara efisien yang akan menunjang pertumbuhan riil ekonomi secara
keseluruhan.
Pengertian pasar modal menurut Undang-Undang No. 8 Tanggal 10
November 1995 Tentang Pasar Modal adalah :
Pasar modal adalah segala kegiatan yang bersangkutan dengan
penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang
berkaitan dengan efek .
Sedangkan definisi bursa efek menurut Pasal 1:4 UU No. 8/1995 tentang
pasar modal adalah :
Bursa efek merupakan lembaga yang menyelenggarakan kegiatan
perdagangan sekuritas .
Kemudian Gitman (2006:25) menjelaskan pasar modal adalah :
A market that enables suppliers and demanders of long term funds to
make transactions .
Pernyataan diatas menyebutkan bahwa pasar modal adalah sarana untuk
melakukan jual beli modal jangka panjang. Dari beberapa pernyataan diatas dapat
disimpulkan bahwa pasar modal merupakan salah satu bentuk kegiatan dari
lembaga keuangan non bank sebagai sarana untuk memperluas sumber-sumber
pembiayaan perusahaan.
Aktivitas ini terutama ditujukan bagi perusahaan yang membutuhkan dana
dalam jumlah besar dan penggunaannya diperlukan untuk jangka panjang. Dana
dalam jumlah besar dan penggunaan dalam jangka panjang seringkali tidak dapat
dipenuhi oleh lembaga perbankan, sehingga sumber dana alternatif dapat dicari
melalui pasar modal.
2.3.2
Fungsi Pasar Modal
Pasar modal memiliki beberapa fungsi strategis yang menyebabkan
lembaga ini mempunyai daya tarik baik bagi pihak yang membutuhkan dana,
pihak
yang
memiliki
dana,
maupun
pemerintah.
Pemerintah
sangat
berkepentingan dalam pembinaan pasar modal, karena dengan membaiknya
kondisi pasar modal bisa mencegah terjadinya capital flight atau pelarian modal
ke luar negeri. Bila di suatu negara tidak ada pasar modal kemungkinan besar
akan terjadi capital flight karena tidak adanya sarana investasi bagi para pemilik
dana. Oleh karena itu pasar modal menurut Sutrisno (2003:342) memiliki
beberapa fungsi, yaitu :
1. Sebagai Sumber Penghimpunan Dana
Kebutuhan dana perusahaan bisa dipenuhi dari berbagai sumber
pembiayaan. Salah satu sumber dana yang bisa dimanfaatkan
perusahaan adalah pasar modal selain sistem perbankan yang selama
ini dikenal sebagai media perantara keuangan secara konvensional.
2. Sebagai Sarana Investasi
Pada umumnya perusahaan yang menjual surat beharga (saham atau
obligasi) ke pasar modal adalah perusahaan yang sudah mempunyai
reputasi bisnis yang baik dan kredibel, sehingga efek-efek yang
dikeluarkan akan laku dijualbelikan di bursa. Sementara, pemilik dana
atau investor jika tidak ada pilihan lain mereka akan menginvestasikan
pada perbankan yang notabene mempunyai tingkat keuntungan yang
relatif kecil. Dengan adanya surat berharga yang mudah dijualbelikan,
maka bagi investor merupakan alternatif instrumen investasi. Investasi
di pasar modal lebih fleksibel, sebab setiap investor dapat dengan
mudah memindahkan dananya dari satu perusahaan ke perusahaan
lainnya.
3. Pemerataan Pendapatan
Pada dasarnya apabila perusahaan tidak melakukan go public, pemilik
perusahaan terbatas pada personal-personal pendiri perusahaan yang
bersangkutan.
Dengan
go
public-nya
perusahaan
memberikan
kesempatan kepada masyarakat luas untuk ikut serta memiliki
perusahaan tersebut. Dengan demikian memberikan kesempatan
kepada masyarakat untuk ikut menikmati keuntungan dari perusahaan
berupa bagian keuntungan atau dividen, sehingga semula hanya
dinikmati oleh beberapa orang pemilik, akhirnya bisa dinikmati oleh
masyarakat artinya ada pemerataan pendapatan kepada masyarakat.
4. Sebagai Pendorong Investasi
Salah satu faktor yang mendorong agar pihak swasta dan asing mau
melakukan investasi baik secara langsung maupun tidak langsung,
pemerintah harus mampu menciptakan iklim investasi yang kondusif
bagi mereka, salah satunya adalah likuidnya pasar modal. Semakin
baik pasar modal, semakin banyak perusahaan yang akan masuk ke
pasar modal dan makin banyak investor baik nasional maupun asing
yang bersedia menginvestasikan dananya melalui pembelian surat
berharga di pasar modal.
Maka dari itu, pasar modal (capital market) merupakan tempat atau suatu
lembaga penghubung secara financial yang berfungsi untuk mempertemukan
antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (suppliers of fund), dalam hal
ini investor dengan pihak-pihak yang membutuhkan dana (demanders of fund).
2.3.3
Instrumen Investasi Pasar Modal
Instrumen investasi di pasar modal sering disebut dengan efek yaitu semua
surat-surat berharga yang umum diperjualbelikan melalui pasar modal. Menurut
UU no.8 tahun 1995 tentang pasar modal, efek adalah setiap surat pengakuan
hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, sekuritas kredit, tanda bukti
hutang, setiap right, waran, opsi, atau derivatif dari efek, atau setiap instrumen
yang ditetapkan sebagai efek.
Instrumen yang paling sering diperjualbelikan dipasar modal menurut
Sutrisno (2003:352) antara lain :
1. Saham
Saham adalah penyertaan modal dalam pemilikan suatu perseroan terbatas
(PT) atau emiten. Pemilik saham merupakan pemilik sebagian dari perusahaan
tersebut. Ada dua jenis kepemilikan saham yaitu saham atas nama dan saham
atas untuk. Saham yang diperdagangkan di Indonesia adalah saham yang nama
pemiliknya tertera diatas saham tersebut.
2. Obligasi
Obligasi pada dasarnya merupakan surat pengakuan utang atas pinjaman yang
diterima oleh perusahaan penerbit obligasi dan masyarakat. Jangka waktu
obligasi telah ditetapkan dan disertai dengan pemberian imbalan bunga yang
jumlah dan saat pembayarannya telah ditetapkan dalam perjanjian. Obligasi
dapat diterbitkan oleh badan usaha milik negara (BUMN), pemerintah pusat
atau daerah (BUMD), dan swasta.
3. Derivatif dari efek
a. Right atau Claim
b. Waran
c. Obligasi convertible
d. Saham dividen dan saham bonus
e. Sertifikat American Depository Receipts (ADR) dan Continental
Depository Receipts (CDR)
f. Sertifikat Reksa Dana
Perusahaan yang beroperasi sebagai perusahaan publik pada dasarnya
harus siap dengan berbagai konsekuensi permasalahannya, yaitu memenuhi
ketentuan yang berlaku dalam perundang-undangan serta aturan pelaksanaan yang
mengikutinya. Sebagai perusahaan publik, para pemilik lama ataupun para pendiri
harus menerima keterlibatan pihak-pihak lain dalam perusahaannya
2.4 Laporan Keuangan
2.4.1
Pengertian Laporan Keuangan
Bagi pihak yang terkait dalam dunia bisnis, salah satunya yaitu investor
yang akan menanamkan modalnya dalam suatu perusahaan, laporan keuangan
merupakan sesuatu yang penting untuk dianalisis, terutama untuk melihat
seberapa baiknya kinerja suatu perusahaan.
Seperti yang dikemukakan oleh Watson dan Head (2004 : 2) dalam
bukunya yang berjudul Corporate Finance :
Financial statements can provide useful historical information on
profitability, solvency, efficiency and risk of individual companies.
Artinya laporan keuangan menyediakan informasi historis berupa
profitabilitas, kemampuan membayar utang, efesiensi dan resiko perusahaan
Sementara Sofyan S Harahap (2004:1) menjelaskan laporan keuangan
adalah :
Laporan keuangan adalah media informasi yang merangkum semua
aktivitas perusahaan. Jika informasi ini disajikan dengan benar,
informasi tersebut sangat berguna bagi siapa saja untuk mengambil
keputusan tentang perusahaan yang dilaporkan tersebut .
Dari pengertian-pengertian laporan keuangan diatas, dapat disimpulkan
bahwa laporan keuangan merupakan suatu bentuk informasi mengenai posisi
keuangan suatu perusahaan bagi sejumlah besar pemakai laporan keuangan atau
pihak-pihak yang berkepentingan pada perusahaan tersebut juga sebagai informasi
untuk melakukan peramalan atau proyeksi keadaan dan kinerja keuangan
perusahaan di masa yang akan datang. Dari sudut pandang investor analisis
laporan keuangan digunakan untuk memprediksi masa depan, sedangkan dari
sudut pandang manajemen, analisa laporan keuangan digunakan untuk membantu
mengantisipasi kondisi di masa depan dan yang lebih penting sebagai titik awal
untuk perencanaan tindakan yang akan mempengaruhi peristiwa di masa depan.
2.4.2
Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan
keputusan ekonomi (Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty, 2005:5). Posisi keuangan
perusahaan dipengaruhi oleh sumber daya yang dikendalikan, struktur keuangan,
likuiditas dan solvabilitas serta kemampuan beradaptasi dengan perubahan
lingkungan.
Informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas diperlukan untuk
menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di
masa depan, sehingga dapat memprediksi kapasitas perusahaan dalam
menghasilkan kas serta merumuskan efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan
tambahan sumber daya.
Informasi perubahan posisi keuangan perusahaan bermanfaat untuk
menilai aktivitas investasi, pendanaan dan operasi perusahaan selama periode
pelaporan. Selain berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan kas, informasi ini berguna untuk menilai kebutuhan perusahaan
dalam memanfaatkan arus kas tersebut.
Laporan
keuangan
yang
lengkap
biasanya
meliputi
neraca
(menggambarkan informasi posisi keuangan), laporan laba rugi (menggambarkan
informasi kinerja), laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan
dalam berbagai cara), catatan dari laporan lain serta materi penjelasan yang
merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Selain itu, laporan keuangan
juga menampung skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan
keuangan, seperti informasi keuangan segmen industri dan geografis serta
pengungkapan pengaruh perubahan harga.
2.4.3
Jenis-jenis Laporan Keuangan
1. Laporan Laba-Rugi (Income Statement)
Menurut Brealey, Myers dan Marcus (2007 : 456) laporan laba rugi
adalah
Fianancial statement that shows the revenues, expenses and net income
of a firm over of period of time.
Artinya laporan keuangan menunjukan pendapatan-pendapatan, bebanbeban dan pendapatan bersih perusahaan pada periode tertentu.
Menurut Gitman (2006 : 47) laporan laba-rugi adalah
The income statement provides a financial summary of the firm s
operating results during a specified period.
Artinya laporan laba-rugi merupakan ringkasan keuangan dari operasi
perusahaan dalam periode waktu tertentu.
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan laporan laba-rugi
merupakan laporan berupa ringkasan keuangan dari hasil operasi perusahaan
yang terdiri dari penghasilan, beban, dan laba-rugi yang diperoleh perusahaan
pada suatu periode tertentu.
2. Neraca (Balance Sheet)
Menurut Gitman (2006 : 49) neraca adalah
The balance sheet presents a summary statement of the firm s financial
position at given point in time. The statement balances the firm s assets,
againts its financing, which can be either debt or equity.
Menurut Brealey, Myers dan Marcus (2007 : 456) neraca adalah
Financial statement that shows the value of the firm s asset and liabilities
at a particular time.
Dengan demikian neraca merupakan gambaran keuangan perusahaan
yang terdiri dari kekayaan atau harta perusahaan yang terdiri dari harta lancar
(current asset), harta tetap (fixed asset) dan other asset, utang perusahaan
yang terdiri dari utang lancar (current liabilities) dan utang jangka panjang
(long-term debt) dan modal perusahaan.
3. Laporan Laba Ditahan (Statement of Retained Earning)
Laporan laba ditahan menurut Gitman (2006 : 51) adalah
Reconciles the net income earned during a given year, and any cash
devidends paid, with the change in retained earnings between the start and
the end of the year. An abbreviated form of the statement of stockholders
equity.
Artinya laporan laba ditahan merupakan daftar kumulatif laba yang berasal
dari tahun-tahun yang lalu dan tahun berjalan yang tidak dibagikan sebagai
dividen. Dengan perubahan laba ditahan pada awal dan akhir tahun.
4. Laporan Aliran Kas
Laporan aliran kas (statement of cash flows) menurut Gitman (2006:51)
adalah
Provides a summary of the firm s operating, investment, and financing
cash flows and reconciles them with changes in its cash and marketable
securities during the period.
Artinya ringkasan aliran kas yang menunjukan operasi perusahaan,
investasi dan aliran kas pembiayaan serta menunjukan perubahan kas dan
surat berharga selama periode tertentu.
2.5
Analisis Laporan Keuangan
2.5.1
Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan tidak lain merupakan suatu proses untuk
membedah laporan keuangan ke dalam unsur-unsurnya, menelaah masing-masing
unsur tersebut, dengan tujuan untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang
baik dan tepat atas laporan keuangan itu sendiri. Menurut Leopold A. Bernstein
yang dikutip oleh Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty (2005:56) mendefinisikan
analisis laporan keuangan sebagai berikut :
Financial statement analysis is the judgemental process that aims to
evaluate the current and past financial positions and results of operation
of an enterprise, with primary objective of determining the best possible
estimates and predictions about future conditions and performance .
Dari definisi ini jelas bahwa analisis laporan keuangan merupakan suatu
proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi
keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan
tujuan utama untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin
mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang.
Menurut Mamduh Hanafi (2004:35), pada waktu menganalisis laporan
keuangan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Manajer keuangan perlu melihat trend atau perkembangan dalam
laporan keuangan. Laporan keuangan lima atau enam tahun
kebelakang barangkali bisa digunakan untuk melihat adanya trendtrend tersebut.
2. Angka-angka yang berdiri sendiri akan sulit ditentukan baik-tidaknya.
Angka pembanding (angka rata-rata industri) diperlukan untuk melihat
apakah angka tertentu itu baik atau tidak.
3. Dalam analisis perusahaan, membaca dan menganalisis laporan
keuangan dengan hati-hati adalah penting. Diperlukan diskusi seperti
diskusi
strategi
restrukturisasi
perusahaan,
merupakan
diskusi
rencana
bagian-bagian
integral
ekspansi
atau
yang
harus
dimasukan ke dalam analisis.
4. Manajer keuangan barangkali memerlukan informasi tambahan yang
tidak tersedia di laporan keuangan.
2.5.2
Teknik Analisis Laporan Keuangan
Menurut Gitman (2006:54) dalam menganalisa laporan keuangan
digunakan beberapa teknik diantaranya :
1. Cross-Sectional Analysis
Membandingkan rasio-rasio keuangan beberapa perusahaan pada suatu
saat yang sama termasuk membandingkan rasio-rasio perusahaan
dengan perusahaan lain dalam industri yang sama atau bisa juga
dibandingkan dengan rasio rata-rata industri.
2. Time-Series Analysis (analisa deret berkala)
Mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan dalam beberapa periode
dengan menggunakan analisa rasio keuangan. Analisa deret berkala ini
berdasarkan pada teori bahwa perusahaan harus dievaluasi keadaan
masa lalunya untuk diketahui arah perkembangannya.
3. Combined Analysis (Analisa Gabungan)
Pendekatan yang lebih informatif adalah gabungan dari analisa crosssectional dan time-series. Dalam analisa gabungan terdapat kaitan
antara analisis rasio perusahaan dengan trend dari industri.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisa rasio
menurut Gitman (2006 : 56) adalah
a. Sebuah rasio tunggal secara umum tidaklah dapat memberikan
informasi yang memadai untuk mengetahui seluruh kinerja perusahaan.
Jika analisa hanya berkaitan dengan aspek tertentu dari posisi
keuangan maka mungkin cukup satu atau dua rasio saja.
b. Laporan keuangan yang dibandingkan harus dalam periode yang sama.
Jika tidak maka dampak musiman dapat menghasilkan kesimpulan
yang salah serta karenanya dapat membuat keputusan yang salah.
c. Sebaiknya menggunakan dasar laporan keuangan yang telah diaudit.
Jika laporan keuangan belum diaudit maka data keuangan perusahaan
belum dapat dipecaya mencerminkan kondisi keuangan yang
sebenarnya.
d. Perlu yakin bahwa data yang diperbandingkan disusun dengan cara
yang sama. Penggunaan perlakuan accounting yang berbeda dapat
menyebabkan distorsi dalam hasil analisa rasio.
2.5.3
Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio adalah suatu metode perhitungan dan interpretasi rasio
keuangan untuk menilai kinerja dan status suatu perusahaan. Oleh karena itu,
penganalisaan harus mampu menyesuaikan faktor-faktor yang ada pada periode
atau waktu ini dengan faktor-faktor di masa mendatang yang mungkin akan
mempengaruhi posisi keuangan atau hasil operasi perusahaan yang bersangkutan.
Pengertian rasio keuangan menurut Abdullah (2004:41) adalah :
Rasio keuangan adalah teknik analisis keuangan untuk mengetahui
hubungan diantara pos-pos tertentu dalam neraca maupun laporan
laba rugi baik secara individu maupun secara simultan .
Dengan demikian analisis rasio keuangan merupakan perbandingan dua
data keuangan dengan jalan membagi satu data dengan data lainnya. Analisis rasio
juga memungkinkan manajer keuangan untuk memperkirakan reaksi para kreditor
dan investor dan pandangan ke dalam tentang bagaimana kira-kira dana dapat
diperoleh.
2.5.4
Jenis-Jenis Analisis Rasio Keuangan
Untuk analisis rasio keuangan, diperlukan perhitungan rasio-rasio
keuangan yang mencerminkan aspek-aspek tertentu. Rasio-rasio keuangan
dihitung dengan menggabungkan angka-angka di neraca dengan atau angka-angka
pada laporan keuangan. Abdullah (2004:41) membagi analisis rasio keuangan
menjadi empat rasio utama, yaitu:
1. Rasio Likuiditas
Likuiditas suatu perusahaan merupakan kemampuan keuangan perusahaan
dalam membayar hutang- hutang jangka pendek (maksimal satu tahun) dengan
sejumlah aktiva lancar yang dimiliki. Tidak terdapat batasan tentang berapa rasio
yang terdapat pada kelompok rasio- rasio likuiditas maupun aspek lainnya.
2. Rasio Aktivitas
Penggunaan rasio aktivitas pada umumnya guna mengukur efisiensi
perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilki. Namun demikian secara
individual rasio tersebut mencerminkan kemampuan perusahaan dalam hal
penggunaan persediaan dalam menghasilkan penjualan.
3. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas/ debt ratio dipergunakan berkaitan dengan pengukuran
rentabilitas perusahaan, yaitu kemampuan perusahaan membayar utang- utangnya,
terutama utang jangka panjang. Besarnya jumlah utang yang terdapat pada neraca
menunjukkan berapa besar modal pinjaman yang digunakan perusahaan dalam
menjalankan operasinya.
4. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas dipergunakan berhubungan dengan penilaian terhadap
kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba. Terdapat beberapa pengukuran
terhadap profitabilitas atau rentabilitas suatu perusahaan yang masing- masing
dihubungkan dengan total aktiva, modal sendiri maupun nilai penjualan yang
dicapai.
2.5.5
Keunggulan dari Analisis Rasio
Menurut Sofyan S Harahap (2004:298) analisis rasio memiliki
keunggulan dibanding teknik analisis lainnya. Keunggulan tersebut adalah :
1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar staistik yang lebih mudah
dibaca dan ditafsirkan;
2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang
disajikan laporan keuangan yang sangant rinci dan rumit;
3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industry lain;
4. Sangat
bermanfaat
untuk
bahan
dalam
mengisi
model-model
pengambilan keputusan dan model prediksi (Z-score);
5. Menstandarisir size perusahaan;
6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain
atau melihat perkembangan secara periodic atau time series ;
7. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa
yang akan datang.
2.5.6
Keterbatasan dari Analisis Rasio
Rasio keuangan dapat digunakan untuk memahami posisi keuangan
perusahaan, namun siapa pun yang bekerja dengan rasio ini akan menyadari
keterbatasan dalam penggunaannya. Menurut Sofyan S Harahap (2004:298)
kelemahan penting yang dapat ditemukan dalam menginterpretasikan rasio
keuangan :
1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk
kepentingan pemakainya.
2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga
menjadi keterbatasan teknik ini seperti :
a. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak
mengandung taksiran dan judgement yang dapat dinilai bias atau
subjektif;
b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah
nilai perolehan (cost) bukan harga pasar;
c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka
rasio;
d. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa
diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda.
3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan
kesulitan menghitung rasio.
4. Sulit jika data yang trsedia tidak sinkron.
5. Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi
yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa
menimbulkan kesalahan.
Di luar keterbatasannya, rasio keuangan dapat menjadi alat yang sangat
berguna untuk menilai kondisi keuangan perusahaan. Manfaat sesungguhnya yang
dihasilkan dari menganalisis rasio keuangan adalah bahwa angka-angka tersebut
memberitahukan kita pertanyaan-pertanyaan apa yang harus diajukan.
2.6
Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas atau rasio utang menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk memenuhi segala kewajiban finansiilnya apabila sekiranya perusahaan
tersebut pada saat itu dilikuidasi. Pengukuran tingkat utang biasanya
menggunakan debt ratio, debt to equity ratio. Semakin tinggi ratio ini maka
semakin besar pula jumlah utang yang digunakan dalam operasi perusahaan.
Penggunaan hutang sendiri memiliki pengertian yang ambigu karena dapat
baik atau buruk untuk dilakukan. Menurut Bambang Riyanto (1995:293) apabila
dalam pemenuhan dana dari sumber ekstern tersebut perusahaan mengutamakan
pada hutang, maka ketergantungan kita pada pihak luar akan makin besar dan
risiko financiilnya pun akan makin besar. Atau dengan kata lain mengatakan
bahwa hutang itu buruk untuk dilakukan. Sumber lain mengatakan bahwa hutang
disukai karena memberikan prioritas baik dalam hal pendapatan dan pemegang
saham memperoleh pengembalian yang tetap Ridwan dan Inge (2002:274). Atau
dengan kata lain mengatakan bahwa hutang itu baik untuk dilakukan.
Menurut Sofyan S Harahap (2004 : 303) yang dimaksud dengan rasio
solvabilitas adalah :
Kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka
panjangnya
atau
kewajiban-kewajibannya
apabila
perusahaan
dilikuidasi.
Pada penelitian ini untuk pengukuran utang digunakan rasio utang (debt to
Equity ratio), karena merupakan rasio solvabilitas dimana rasio ini ditunjukan
untuk mengadakan pengukuran sampai seberapa besar modal pinjaman (utang)
perusahaan yang dibandingkan dengan total equity dalam membiayai aktivitas
perusahaan,dan hasil pengukuran ini dinyatakan dalam presentase.
Dengan demikian maka pengertian solvabilitas dimaksudkan sebagai
kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua utang-utangnya (baik
jangka pendek maupun jangka panjang). Menurut Abdullah (2004:51)
perhitungan untuk rasio solvabilitas atau rasio utang ini dapat dilakukan seperti
sebagai berikut :
a. Rasio Utang (Debt Ratio)
Pengertian Debt Ratio menurut Gitman(2006:64) adalah:
Measures the proportion of total asset financed by the firm s
creditors.the higher
this ratio, the greater the amount of other
people money being used generate profits
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menjamin
hutangnya dengan sejumlah aktiva yang dimiliki. Semakin tinggi rasio
ini berarti pula semakin besar pula jumlah pinjaman (utang) yang
digunakan dalam menghasilkan keuntungan dibandingkan aktiva tetap
yang dimiliki.
Debt Ratio =
x 100%
b. Debt to Equity Ratio (DER)
Rasio ini menunjukkan hubungan antara jumlah utang jangka panjang
dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan,
guna mengetahui financial leverage perusahaan. Semakin tinggi rasio
ini menunjukkan semakin besar hutang perusahaan dibanding dengan
modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Penggunaan utang akan
menaikan tingkat pengembalian yang diharapkan bagi pemegang
saham. Untuk meningkatkan dividen perusahaan tersebut, dapat
dilakukan dengan cara mempertimbangkan sumber pendanaan
perusahaan yang di ukur dengan tingkat DER.
Menurut Martono dan Agus Harjito (2007:59) DER merupakan
perbandingan total hutang perusahaan dengan modal sendiri
(ekuitas)
Untuk menghitung DER digunakan rumus :
DER =
c. Time Interest Earned Ratio (TIE)
Time interest ratio adalah rasio antara laba sebelum bunga dan pajak
(EBIT) dengan beban bunga. Rasio ini mengukur kemampuan
perusahaan memenuhi beban tetapnya berupa bunga, atau mengukur
seberapa jauh laba dapat berkurang tanpa perusahaan mengalami
kesulitan keuangan karena tidak mampu membayar bunga.
Time Interest Earned Ratio =
d. Total Debt Coverage Ratio
Rasio ini dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam hal membayar beban bunga dan angsuran pinjaman pokok
dengan laba operasi yang dihasilkan.
Debt Service Coverage Ratio =
2.7
x 1 time
Rasio Profitabilitas
Profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan.
Rasio profitabilitas menunjukan pengaruh gabungan dari likuiditas, pengelolaan
aktiva dan pengelolaan utang terhadap hasil-hasil operasi. Atau dapat dikatakan
bahwa profitabilitas merupakan informasi mengenai efektivitas operasional
perusahaan. Jumlah keuntungan yang didapat satu perusahaan dapat kita lihat
pada laporan laba rugi tahunan yang dikeluarkan oleh perusahaan. Setiap
perusahaan akan selalu memaksimalkan laba yang diperolehnya.
Sofyan S Harahap (2004:304) menjelaskan rasio profitabilitas adalah:
Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan
laba melalui semua kemampuan, dan sumber daya yang ada seperti
kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang,
dan sebagainya .
Menurut Gitman (2006:65) :
Profitabillity ratio enable the analysis to evaluate the firm profits with
respect to a given level of sales,a certain level of assets,or the owner
investment
Menurut Selamet Riyadi (2006:155) rasio profitabilitas adalah
Perbandingan laba (setelah pajak) dengan modal (modal inti) atau
laba (sebelum pajak) dengan total asset yang dimiliki bank pada
periode tertentu .
Agar hasil perhitungan rasio mendekati pada kondisi yang sebenarnya
(real), maka posisi modal atau assets dihitung secara rata-rata selama periode
tersebut.
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah
suatu keuntungan yang diperoleh perusahaan yang berasal dari penjualan atau
investasi perusahaan. Keuntungan perusahaan ini dapat diukur sebagai salah satu
indikator yang berpengaruh terhadap tingkat pengembalian (return) bagi
pemegang saham. Dalam penelitian ini digunakan ROE sebagai indikator yang
mewakili rasio profitabilitas. Menurut Gitman (2006:67) rasio profitabilitas dapat
dikelompokkan menjadi:
1. Gross profit margin, rasio ini mengukur berapa besar persentase
pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan.
Gross Profit Margin =
2. Operating profit margin, rasio ini mengukur berapa besar persentase
dari penjualan sebelum bunga dan pajak.
Operating Profit Margin =
3. Net profit margin, rasio ini mengukur berapa besar persentase dari
penjualan setelah bunga dan pajak (penjualan bersih).
Net Profit Margin =
4. EPS (earning per share), rasio ini mengukur tingkat profitabilitas
atau keuntungan dari tiap satuan lembar saham.
Earning Per Share =
5. ROA (return on asset), atau biasa disebut ROI (return on investment)
rasio ini untuk mengukur efektivitas keseluruhan kinerja manajemen
dalam mengelola aktiva perusahaan.
Return On Assets =
6. ROE (return on equity), rasio ini mengukur tingkat pengembalian
dari modal sendiri atau investasi para pemegang saham biasa. Return
On Equity (ROE) adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan
perbandingan antara laba (setelah pajak) dengan modal (modal inti)
bank, rasio ini menunjukkan tingkat % (persentase) yang dapat
dihasilkan.
Return On Equity =
2.8
Dividen
2.8.1
Pengertian Dividen
Menurut Brealey, Myers, dan Marcus (2007 : 432) pengertian deviden
adalah
Devidends are the principal way that corporate returns cash to its
shareholders.
Artinya dividen adalah suatu prinsip pengembalian perusahaan secara
tunai kepada para pemegang saham.
Menurut Gitman (2006 : 590) dividen merupakan
A source of cash flow to stockholders and provide information about
the firm s current and future performance.
Menurut Waston dan Head (2004:178) yaitu
A dividend is a cash payment made on semi annual made by company
to its shareholders. It is distribution of after tax profit
Artinya sumber dari aliran kas untuk pemegang saham dan memberikan
informasi tentang kinerja perusahaan saat ini dan yang akan datang.
Menurut Mamduh (2004 ; 361) dividen merupakan kompensasi yang
diterima pemegang saham, disamping capital gain.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
dividen merupakan bagian laba yang dihasilkan oleh perusahaan, baik berasal dari
laba periode saat ini ataupun laba periode sebelumnya yang dibagikan kepada
pemegang saham sebagai hasil investasi.
2.8.2
Bentuk Dividen
Dividen yang dibagikan kepada para pemegang saham terdiri atas
beberapa bentuk. Bentuk-bentuk dividen menurut Brealey, Myers, dan Marcus
(2007 : 432-433) diantaranya :
1. Cash Devidend, payment of cash by the firm to its shareholders.
(Pembayaran oleh perusahaan dalam bentuk tunai kepada para
pemegang saham)
2. Stock Devidend, distribution of additional shares to a firm s
stockholders. (Penyaluran atau penambahan saham-saham perusahaan
kepada para pemilik perusahaan)
3. Stock Spilt, issue of additional shares to firm s stockholders. (Isu
penambahan kepemilikan saham perusahaan berupa pemecahan
saham)
4. Stock Repurchase, firm s buy s back from its shareholders.
(Perusahaan membeli kembali saham dari para pemegang saham)
2.9
Kebijakan Dividen
2.9.1
Pengertian Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen termasuk kedalam keputusan keuangan yang perlu
dipahami disamping kebijakan struktur modal dan kebijakan investasi perusahaan.
Kebijakan dividen menyangkut keputusan untuk membagikan laba atau
menahannya guna di investasikan kembali di dalam perusahaan.
Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2004 : 297) pengertian kebijakan
dividen adalah
Kebijakan yang menyangkut tentang masalah penggunaan laba yang
menjadi hak para pemegang saham. Pada dasarnya laba tersebut bisa
dibagi sebagai dividen atau ditahan untuk diinvestasikan kembali.
Menurut Gitman (2006 : 597) kebijakan dividen perusahaan adalah
A plan of action to be followed whenever a devidend decision is made.
Dengan demikian dapat disimpulkan kebijakan dividen adalah kebijakan
yang mengatur penggunaan laba yang diperoleh perusahaan apakah akan
dibagikan atau ditahan.
2.9.2
Teori Kebijakan Dividen
Ada beberapa teori dividen yang dikemukakan oleh para ahli keuangan
diantaranya :
1. Teori Ketidakrelevanan Dividen (Devidend Irrelevance Theory)
Modigliani-Miller (MM) berpendapat bahwa kenaikan nilai perusahaan
dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan
atau earning power dari asset perusahaan. Oleh karena itu nilai perusahaan
ditentukan oleh keputusan investasi, sementara itu keputusan apakah laba
yang diperoleh akan dibagi dalam bentuk dividen tunai atau ditahan
sebagai laba ditahan tidak mempengaruhi nilai perusahaan.
Pendapat MM tersebut didukung oleh beberapa asumsi antara lain :
1. Tidak terdapat pajak pendapatan perseorangan atau perusahaan.
2. Tidak terdapat biaya emisi atas jual beli saham.
3. Para investor dan manajer mempunyai informasi yang sama tentang
prospek perusahaan.
4. Pasar modal sempurna dimana para investor berpikir rasional.
2. Teori Bird-In-The-Hand
Myron Gordon dan John Lintner, berpendapat bahwa biaya modal laba
ditahan akan naik apabila pembagian dividen dikurangi, karena para
investor
lebih
yakin
terhadap
penerimaan
pembagian
dividen
dibandingkan kenaikan nilai modal (capital gains) yang akan dihasilkan
dari laba yang ditahan karena resikonya lebih besar.
3. Teori Kebijakan Dividen Residual (The Residual Theory of Devidend)
Teori ini berasal dari pemikiran bahwa investor menginginkan
perusahaan menahan dan menginvestasikan kembali pendapatan daripada
membayarkan dalam bentuk dividen jika pendapatan dari laba yang
direinvestasikan lebih besar daripada pendapatan yang dapat diperoleh
investor dari investasi lain yang setara resikonya. Teori ini menetapkan
empat langkah dalam mengambil keputusan atas rasio pembagian
dividennya, yaitu :
1. Menentukan anggaran barang modal yang optimal.
2. Menentukan jumlah modal yang dibutuhkan untuk membiayai
anggaran tersebut.
3. Sedapat mungkin menggunakan laba yang ditahan untuk memenuhi
komponen penyertaan modal (ekuitas).
4. Membayar dividen hanya jika lebih banyak laba yang tersedia
daripada yang dibutuhkan untuk mendukung anggaran modal yang
optimal.
2.9.3
Beberapa Bentuk Kebijakan Dividen
Atas dasar teori tentang kebijakan dividen diatas, menurut Gitman
(2006:602-603) bentuk kebijakan dividen diantaranya :
1. Constant-Payout-Ratio Devidend Policy (Kebijakan Dividen rasiopembayaran-konstan)
A devidend policy based on the payment of certain percentage of
earnings to owners in each devidend period.
Artinya Kebijakan dividen yang didasarkan pembayaran dividen dalam
persentase tertentu dari pendapatan yang dibayarkan kepada pemilik
setiap periode pembagian dividen.
2. Regular Devidend Policy (Kebijakan Dividen yang Teratur)
A devidend policy based on the payment of a fixed-dollar devidend
in each period.
Artinya Kebijakan dividen yang didasarkan atas pembayaran dividen
dengan dollar yang tetap dalam setiap periode.
3. Low-Regular-and-Extra Devidend Policy (Kebijakan dividen rendah
yang teratur dan ditambah ekstra)
A devidend policy based on paying a low regular devidend,
supplemented by an additional devidend when earnings are higher
than normal in a given period.
Artinya Kebijakan dividen yang didasarkan pembayaran dividen
rendah yang teratur, dilengkapi dengan penambahan dividen jika ada
jaminan pendapatan.
2.9.4
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Perusahaan
Faktor faktor yang mempengaruhi besar kecilnya dividen yang dibayarkan
oleh perusahaan kepada pemegang saham menurut Mamduh (2004:375)
diantaranya :
1. Kesempatan Investasi
Semakin besar kesempatan investasi maka dividen yang bisa dibagikan
akan semakin sedikit. Akan lebih baik jika dana ditanamkan pada
investasi yang menghasilkan NPV positif.
2. Akses Ke Pasar Keuangan
Jika perusahaan mempunyai akses ke pasar keuangan yang baik,
perusahaan bisa membayar dividen lebih tinggi. Akses yang baik bisa
membantu perusahaan memenuhi kewajiban likuiditasnya.
3. Profitabilitas dan Likuiditas
Perusahaan yang mempunyai aliran kas atau profitabilitas yang baik
bisa membayar dividen atau meningkatkan dividen. Alasan lain
pembayaran dividen
adalah untuk
menghindari
akuisisi oleh
perusahaan lain.
4. Stabilitas Pendapatan
Jika pendapatan perusahaan relatif stabil, aliran kas di masa mendatang
bisa diperkirakan dengan lebih akurat. Perusahaan semacam itu bisa
membayar dividen lebih tinggi. Hal sebaliknya terjadi untuk
perusahaan yang tidak stabil pendapatannya. Ketidakstabilan aliran kas
di masa mendatang membatasi kemampuan perusahaan membayar
dividen yang tinggi.
5. Pembatasan-pembatasan
Seringkali kontrak utang, obligasi, ataupun saham preferen membatasi
pembayaran dividen dalam situasi tertentu. Sebagai contoh, perusahaan
harus menjaga tingkat modal kerja tertentu atau rasio likuiditas tertentu
atau perusahaan tidak bisa membayarkan dividen sebelum dividen
untuk saham preferen dibayar. Dalam situasi normal, akan baik,
pembatasan semacam itu tidak berpengaruh banyak terhadap
kemampuan perusahaan membayarkan dividennya. Tetapi dalam
situasi buruk, dimana aliran kas lebih kecil pembatasan tersebut akan
mempengaruhi pembayaran dividen oleh perusahaan.
2.10
Dividend Payout Ratio (DPR)
Menurut Mamduh (2004 : 44) yang dimaksud dengan devidend payout
ratio adalah
Rasio yang melihat bagian earning yang dibayarkan sebagai dividen
kepada para investor.
Menurut Gitman (2006 : 602) bahwa pengertian devidend payout ratio
merupakan
Indicates the percentage of each dollar earned that is distributed to the
owners in the form of cash. It is calculated by dividing the firm s cash
devidend per share by its earnings per share.
Artinya rasio pembayaran dividen mengindikasikan persentase setiap
dollar pendapatan yang disalurkan kepada pemilik dalam bentuk tunai. Yang
dihitung dengan membagi jumlah perlembar saham perusahaan dengan
pendapatan perlembar saham.
Menurut Brealey, Myers, dan Marcus (2007 : 437) devidend payout
ratio adalah
Ratio is the fraction of earnings paid out as devidends.
Artinya rasio pembayaran dividen adalah rasio yang menunjukan
pembagian dari pendapatan yang dibayarkan sebagai dividen.
Dari beberapa pengertian mengenai devidend payout ratio, maka dapat
disimpulkan devidend payout ratio adalah rasio yang melihat bagian pendapatan
dari perusahaan yang dibayarkan kepada para pemegang saham dalam bentuk
dividen, yang dihitung dengan membagi dividen per lembar saham dengan
pendapatan per lembar saham.
Dengan demikian devidend payout ratio dapat diformulasikan sebagai
berikut :
Dividen/lembar saham
Devidend Payout Ratio =
Pendapatan/lembar saham
Sumber : Mamduh (2004:44)
Perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi akan
mempunyai rasio pembayaran dividen yang rendah, sebaliknya, perusahaan yang
tingkat pertumbuhannya rendah akan mempunyai rasio pembayaran dividen yang
tinggi. Pembayaran dividen juga merupakan bagian dari kebijakan dividen
perusahaan.
2.11
Hubungan Antara Solvabilitas dan Profitabilitas Dengan Dividend
Payout Ratio.
2.11.1 Hubungan Antara Solvabilitas Dengan Dividend Payout Ratio
Suatu perusahaan akan memperoleh hutang baru untuk membiayai
perluasan usahanya. Sebelumnya harus sudah direncanakan terlebih dahulu
kebutuhan dana untuk membayar kembali hutang tersebut. Hutang dapat dilunasi
pada saat jatuh tempo dengan mengganti hutang tersebut dengan hutang baru.
Alternatif lain adalah perusahaan harus menyediakan dana sendiri yang berasal
dari keuntungan untuk melunasi hutang tersebut. Salah satu rasio yang dapat
menjamin keseluruhan hutangnya dengan bagian dari modal sendiri adalah Debt
Equity Ratio (DER). DER menunjukkan bagian dari setiap rupiah modal sendiri
yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutangnya. Suatu perusahaan akan
memprioritaskan keuntungan yang diperolehnya untuk membayar hutang
sedangkan sisanya akan dibagikan sebagai dividen, hal ini yang menyebabkan
Debt to Equity Ratio berpengaruh dalam pembagian dividen.
Menurut Sutrisno (2000 : 322-323), menjelaskan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi kebijakan dividen adalah :
Posisi Solvabilitas perusahaan
Posisi Likuiditas perusahaan
Kebutuhan untuk melunasi hutang
Rencana perluasan
Kesempatan investasi
Stabilitas pendapatan
Pengawasan terhadap perusahaan
2.11.2 Hubungan Antara Profitabilitas Dengan Dividend Payout Ratio.
Profitability adalah tingkat keuntungan bisnis yang berhasil diperoleh
perusahaan dalam menjalankan operasionalnya. Dividen merupakan sebagian dari
keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan. Oleh sebab itu, dividen akan
dibagikan jika perusahaan mempunyai keuntungan. Keuntungan yang layak akan
dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah perusahaan
memenuhi kewajiban tetapnya yaitu beban bunga dan pajak. Dalam penelitian ini,
profitabilitas perusahaan diukur dengan Return On Equity (ROE).
Perusahaan akan menghasilkan keuntungan, keuntungan yang diperoleh
dari kegiatan operasional perusahaan yang mempengaruhi permintaan harga
saham dan akhirnya akan mempengaruhi besar kecilnya dividen itu sendiri.
Semakin banyak keuntungan yang diperoleh perusahaan maka dividen yang
dibayarkan akan meningkat, begitu juga sebaliknya semakin kecil keuntungan
yang diperoleh perusahaan maka dividen yang akan dibagikan pun akan menurun.
Menurut Mamduh (2004:375), terdapat beberapa faktor yang menjadi
pertimbangan di dalam pembagian deviden, yaitu sebagai berikut :
Kesempatan Investasi
Akses Ke Pasar Keuangan
Profitabilitas dan Likuiditas
Stabilitas Pendapatan
Pembatasan-pembatasan
Tingkat profitabilitas yang cukup tinggi, maka dapat diasumsikan bahwa
perusahaan tersebut beroperasi secara efektif, hal ini akan merupakan daya tarik
bagi investor yang mengakibatkan peningkatan nilai saham perusahaan yang
bersangkutan, dan karena nilainya meningkat, maka saham perusahaan tersebut
akan diminati oleh banyak investor, yang akibatnya akan meningkatkan harga
saham perusahaan tersebut. Lalu secara otomatis akan mempengaruhi besar
kecilnya dividen yang akan dibagikan oleh perusahaan sebagai cerminan dari
besar kecilnya keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan.
2.12
Kajian Peneliti Terdahulu
1. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Tendi Haruman dan Siti
Komariah (2006) dengan sampel penelitian pada industri barang
konsumsi periode 1994-2003. Kesimpulannya adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi kebijakan deviden adalah likuiditas, profitabilitas, risiko,
dan investasi. Sedangkan variabel financing yang diukur oleh DER dan
ownership tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio.
2. Mohammad Saleh Jahur dan Suraiya Nazneen (2005) menyatakan
bahwa kebijakan dividen dipengaruhi oleh profitabilitas (Net Profit Ratio),
struktur modal (Debt to Equity Ratio), dan tingkat pengembalian
perusahaan (ROI).
3. Penelitian yang dilakukan Lintner (1956) menyatakan bahwa pengukuran
tingkat profitabilitas yang
dinilai berdasarkan tingkat pertumbuhan
earning after tax (EAT). Dengan meningkatnya EAT maka dapat
menaikan pembayaran deviden kepada investor. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa tingkat profitabilitas berhubungan positif dengan
dividend payout ratio.
Download