BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Keuangan Setiap perusahaan selalu membutuhkan dana dalam rangka memenuhi kebutuhan operasi sehari-hari maupun untuk mengembangkan perusahaan. Perusahaan memerlukan berbagai kekayaan (mesin, gedung, kendaraan bermotor, persediaan bahan baku, dan sebagainya) untuk menjalankan operasinya. Untuk itu perusahaan perlu mencari sumber dana untuk membiayai kebutuhan untuk operasi tersebut. Dalam suatu organisasi, pengaturan kegiatan keuangan sering disebut sebagai manajemen keuangan. 2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan Manajemen keuangan merupakan bagian dari manajemen yang merupakan salah satu fungsi yang terpenting bagi suatu perusahaan. Manajemen keuangan menyangkut kegiatan perencanaan, analisis dan pengendalian kegiatan keuangan. Dimana manajemen keuangan membantu fungsi operasional perusahaan yang lainnya seperti Manajemen Pemasaran, Manajemen Produksi, Manajemen Strategik, Manajemen Sumber Daya Manusia, dan lain sebagainya. Manajemen keuangan dapat berpengaruh secara langsung terhadap kehidupan setiap orang dan perusahaan. Untuk memperkuat pengertian manajemen keuangan, maka menurut beberapa ahli, pengertian manajemen keuangan di jelaskan sebagai berikut : Menurut Gitman (2006:4) pengertian manajemen keuangan adalah sebagai berikut: Management finance is concerned with the duties of the financial manager in the business firm. Financial managers actively manage the financial affairs of any type of business-financial and non financial, private and public, large and small, profit seeking and non for profit. They perform such varied financial tasks as planning, extending credit to customers, evaluating proposed large expenditures and raising money to fund the firm s operation . Yang artinya bahwa manajemen keuangan berhubungan dengan kewajiban dari seorang manajer keuangan didalam bisnis perusahaan. Manajer keuangan secara aktif mengatur urusan-urusan keuangan dari semua jenis bisnis keuangan dan non-keuangan, pribadi dan umum, besar dan kecil, orientasi laba dan orientasi non-laba. Mereka melakukan berbagai kegiatan keuangan seperti perencanaan, memperpanjang pinjaman kepada pelanggan, mengevaluasi pengeluaran- pengeluaran besar yang telah diajukan, dan meningkatkan uang untuk mendanai operasi perusahaan. Menurut Martono dan Agus Harjito (2007:4) menyebutkan bahwa: Manajemen keuangan atau dalam literatur lain disebut pembelanjaan adalah sebagai aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana, menggunakan dana dan mengelola assets sesuai tujuan perusahaan secara menyeluruh . Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan mengenai pengertian manajemen keuangan yaitu usaha-usaha pengelolaan secara optimal dana-dana yang akan digunakan untuk membiayai segala aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan, kemudian menggunakan atau mengalokasikan dana tersebut baik dana dalam perusahaan maupun dana diluar dari perusahaan kedalam berbagai bentuk investasi. 2.1.2 Fungsi Manajemen Keuangan Manajemen Keuangan memiliki aktivitas yang luas dalam bidang keuangan karena setiap perusahaan pasti membutuhkan seorang manajer keuangan yang menangani fungsi-fungsi keuangan. Fungsi manajemen keuangan dari suatu perusahaan itu sendiri adalah salah satu fungsi utama yang sangat penting di dalam perusahaan, di samping fungsi-fungsi lainnya seperti fungsi pemasaran, sumber daya manusia dan operasional. Menurut Martono dan Agus Harjito (2007:4) terdapat tiga fungsi utama dalam manajemen keuangan yaitu: 1. Keputusan Investasi (Investment Decision) Keputusan investasi merupakan keputusan terhadap aktiva apa yang akan dikelola oleh perusahaan. Keputusan investasi ini merupakan keputusan yang paling penting diantara ketiga fungsi yang ada. Hal ini dikarenakan keputusan investasi ini berpengaruh secara langsung terhadap rentabilitas investasi dan aliran kas perusahaan untuk waktu yang akan datang. Rentabilitas investasi (return on investment) merupakan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba yang dihasilkan dari suatu investasi. 2. Keputusan Pendanaan (Financing Decision) Keputusan pendanaan menyangkut beberapa hal. Pertama, keputusan mengenai penetapan sumber dana yang diperlukan untuk membiayai investasi. Sumber dana yang akan digunakan untuk membiayai investasi tersebut dapat berupa hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal sendiri. Kedua, penetapan tentang perimbangan pembelanjaan yang terbaik, atau sering disebut dengan struktur modal optimum. Karena itu perlu ditetapkan apakah perusahaan menggunakan sumber modal ekstern yang berasal dari hutang dengan menerbitkan obligasi, atau menggunakan modal sendiri dengan menerbitkan saham baru sehingga beban biaya modal yang ditanggung perusahaan minimal. 3. Keputusan Pengelolaan Aktiva (Asset Management Decision) Manajer keuangan bersama manajer-manajer lainnya dalam suatu perusahaan bertanggung jawab terhadap berbagai tingkatan operasi dari asset-asset yang ada. Pengalokasian dana yang digunakan untuk pengadaan dan pemanfaatan asset menjadi tanggung jawab manajer keuangan. Tanggung jawab tersebut menuntut manajer keuangan lebih memperhatikan pengelolaan aktiva lancar daripada aktiva tetap. 2.2 Modal 2.2.1 Pengertian Modal Setiap perusahaan yang dalam melakukan kegiatannya selalu membutuhkan dana berupa modal. Modal tersebut digunakan untuk membiayai kebutuhan investasi maupun untuk memenuhi kebutuhan operasional sehari-hari, seperti pembelian bahan baku, pembayaran upah atau buruh, membayar hutang dan pembayaran lainnya. Modal dapat memiliki macam-macam pengertian sesuai dengan dari sudut pandang dimana modal itu ditinjau. Hal ini sangat bergantung pada persepsi pihak yang menafsirkannya. Menurut Gitman (2006 : 552) pengertian dari modal adalah All of the items on the right-hand side of the firm s balance sheet, excluding current liabilities. Dari pendapat di atas kita bisa mengetahui gambaran tentang modal. Bahwa modal berasal dari investasi pemilik dan hasil usaha perusahaan yang digunakan untuk mendanai segala aktifitas perusahaan yang berada di sisi kanan. 2.2.2 Jenis-Jenis Modal 1. Modal Sendiri Modal sendiri atau modal pemegang saham pada dasarnya adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan tertanam dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tentu lamanya. Menurut Gitman (2006 : 553) sumber dari modal sendiri yaitu The two basic sources of equity capital are prefered stock, common stock equity, which includes common stock and retained earnings. Artinya dua sumber dasar atas modal sendiri terdiri dari saham preferen, dan modal saham biasa termasuk laba ditahan. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa modal sendiri terdiri dari saham biasa, laba ditahan, saham preferen dan modal dari pemegang saham. 2. Modal Asing Meskipun pengklasifikasian sumber dana berdasar atas jangka waktu tidaklah selalu tepat , harus diakui bahwa dalam praktiknya dilakukan pembagian dana berdasar atas jangka waktu. Pengklasifikasian ini nampaknya lebih banyak berhubungan dengan matching principle. Dengan demikian maka sumber dana jangka pendek seharusnya dipergunakan untuk kebutuhan jangka pendek saja. Sedangkan kebutuhan dana jangka panjang hendaknya dibiayai dengan dana jangka panjang. Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2004 : 141) jenis-jenis modal jangka pendek dikelompokan dalam dua tipe diantaranya : 1. Pendanaan Spontan Daya tarik dari pendanaan spontan ini adalah bahwa perusahaan tidak perlu melakukan negoisasi atau perundingan formal untuk menambah atau mengurangi dana yang diperlukan. Secara umum terdapat tiga tipe utang dagang yaitu a. Notes payable, pembeli membuat surat pernyataan berhutang secara resmi kepada penjual, disertai kapan akan dilunasi hutang tersebut. b. Trade acceptance, penjual menarik draft kepada pembeli yang menyatakan kapan draft tersebut akan dibayar. Draft tersebut kemudian dijamin oleh bank yang akan membayar draft tersebut. c. Open account, penjual mengirimkan barang ke pembeli dilengkapi faktur yang menyebutkan barang yang dikirim, harga per satuan, harga keseluruhan, dan syarat-syarat pembayaran. 2. Pendanaan yang Memerlukan Negoisasi Sumber dana ini menunjukan bahwa perusahaan harus melakukan perjanjian formal untuk memperolehnya. Jenis modal ini adalah a. Commercial paper, merupakan sekuritas jangka pendek yang diterbitkan perusahaan yang menyatakan bahwa pada tanggal tertentu perusahaan tersebut bersedia membayar sejumlah yang tercantum dalam sekuritas tersebut. Instrumen ini kemudian dijual kepada para pemodal di pasar uang. b. Secured loans, merupakan kredit yang dijamin oleh aktiva tertentu. c. Unsecured loans, merupakan kredit yang diberikan oleh bank kepada suatu perusahaan tanpa adanya agunan fisik tertentu sebagai jaminan. Selain modal jangka pendek Husnan dan Pudjiastuti (2004 : 355) mengklasifikasikan jenis modal jangka menengah diantaranya : 1. Leasing (Sewa Guna), merupakan cara untuk dapat menggunakan suatu aktiva tanpa harus membeli aktiva tersebut. 2. Terms loans, utang tersebut lunas pada saat aktiva yang dibiayai utang tersebut sudah tidak lagi diperlukan. Untuk pengklasifikasian modal, Husnan dan Pudjiastuti (2004 : 369) selain modal jangka pendek dan menengah ada juga modal jangka panjang diantaranya : 1. Kredit Investasi, jenis modal ini disediakan oleh perbankan, yang menarik adalah suku bunga kredit investasi di Indonesia dinyatakan lebih rendah dari suku bunga kredit modal kerja. 2. Hipotek (Mortgage), merupakan bentuk utang jangka panjang dengan agunan aktiva tidak bergerak (tanah dan bangunan). 3. Obligasi, merupakan instrumen utang yang dikeluarkan oleh perusahaan dan dijual ke investor. Penjualan bisa melalui bursa keuangan atau dijual langsung kepada investor potensial. 4. Saham Preferen adalah saham yang memberikan dividen yang tetap besarnya. 5. Saham biasa, Saham merupakan bukti kepemilikan suatu perusahaan. Pemegang saham memperoleh pendapatan dari dividen dan capital gain. Berbeda dengan obligasi, saham tidak membayarkan pendapatan yang tetap. Berbeda dengan bunga, dividen tidak harus dibayarkan apabila perusahaan tidak mempunyai kas. 2.3 Pasar Modal 2.3.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal pada hakikatnya adalah jaringan tatanan yang memungkinkan pertukaran klaim jangka panjang, penambahan financial assets pada saat yang sama, memungkinkan investor untuk mengubah dan menyesuaikan portofolio investasi (melalui pasar sekunder). Berlangsungnya fungsi pasar modal, adalah meningkatnya dan menghubungkan aliran dana jangka panjang dengan kriteria pasarnya secara efisien yang akan menunjang pertumbuhan riil ekonomi secara keseluruhan. Pengertian pasar modal menurut Undang-Undang No. 8 Tanggal 10 November 1995 Tentang Pasar Modal adalah : Pasar modal adalah segala kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek . Sedangkan definisi bursa efek menurut Pasal 1:4 UU No. 8/1995 tentang pasar modal adalah : Bursa efek merupakan lembaga yang menyelenggarakan kegiatan perdagangan sekuritas . Kemudian Gitman (2006:25) menjelaskan pasar modal adalah : A market that enables suppliers and demanders of long term funds to make transactions . Pernyataan diatas menyebutkan bahwa pasar modal adalah sarana untuk melakukan jual beli modal jangka panjang. Dari beberapa pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pasar modal merupakan salah satu bentuk kegiatan dari lembaga keuangan non bank sebagai sarana untuk memperluas sumber-sumber pembiayaan perusahaan. Aktivitas ini terutama ditujukan bagi perusahaan yang membutuhkan dana dalam jumlah besar dan penggunaannya diperlukan untuk jangka panjang. Dana dalam jumlah besar dan penggunaan dalam jangka panjang seringkali tidak dapat dipenuhi oleh lembaga perbankan, sehingga sumber dana alternatif dapat dicari melalui pasar modal. 2.3.2 Fungsi Pasar Modal Pasar modal memiliki beberapa fungsi strategis yang menyebabkan lembaga ini mempunyai daya tarik baik bagi pihak yang membutuhkan dana, pihak yang memiliki dana, maupun pemerintah. Pemerintah sangat berkepentingan dalam pembinaan pasar modal, karena dengan membaiknya kondisi pasar modal bisa mencegah terjadinya capital flight atau pelarian modal ke luar negeri. Bila di suatu negara tidak ada pasar modal kemungkinan besar akan terjadi capital flight karena tidak adanya sarana investasi bagi para pemilik dana. Oleh karena itu pasar modal menurut Sutrisno (2003:342) memiliki beberapa fungsi, yaitu : 1. Sebagai Sumber Penghimpunan Dana Kebutuhan dana perusahaan bisa dipenuhi dari berbagai sumber pembiayaan. Salah satu sumber dana yang bisa dimanfaatkan perusahaan adalah pasar modal selain sistem perbankan yang selama ini dikenal sebagai media perantara keuangan secara konvensional. 2. Sebagai Sarana Investasi Pada umumnya perusahaan yang menjual surat beharga (saham atau obligasi) ke pasar modal adalah perusahaan yang sudah mempunyai reputasi bisnis yang baik dan kredibel, sehingga efek-efek yang dikeluarkan akan laku dijualbelikan di bursa. Sementara, pemilik dana atau investor jika tidak ada pilihan lain mereka akan menginvestasikan pada perbankan yang notabene mempunyai tingkat keuntungan yang relatif kecil. Dengan adanya surat berharga yang mudah dijualbelikan, maka bagi investor merupakan alternatif instrumen investasi. Investasi di pasar modal lebih fleksibel, sebab setiap investor dapat dengan mudah memindahkan dananya dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya. 3. Pemerataan Pendapatan Pada dasarnya apabila perusahaan tidak melakukan go public, pemilik perusahaan terbatas pada personal-personal pendiri perusahaan yang bersangkutan. Dengan go public-nya perusahaan memberikan kesempatan kepada masyarakat luas untuk ikut serta memiliki perusahaan tersebut. Dengan demikian memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk ikut menikmati keuntungan dari perusahaan berupa bagian keuntungan atau dividen, sehingga semula hanya dinikmati oleh beberapa orang pemilik, akhirnya bisa dinikmati oleh masyarakat artinya ada pemerataan pendapatan kepada masyarakat. 4. Sebagai Pendorong Investasi Salah satu faktor yang mendorong agar pihak swasta dan asing mau melakukan investasi baik secara langsung maupun tidak langsung, pemerintah harus mampu menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi mereka, salah satunya adalah likuidnya pasar modal. Semakin baik pasar modal, semakin banyak perusahaan yang akan masuk ke pasar modal dan makin banyak investor baik nasional maupun asing yang bersedia menginvestasikan dananya melalui pembelian surat berharga di pasar modal. Maka dari itu, pasar modal (capital market) merupakan tempat atau suatu lembaga penghubung secara financial yang berfungsi untuk mempertemukan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (suppliers of fund), dalam hal ini investor dengan pihak-pihak yang membutuhkan dana (demanders of fund). 2.3.3 Instrumen Investasi Pasar Modal Instrumen investasi di pasar modal sering disebut dengan efek yaitu semua surat-surat berharga yang umum diperjualbelikan melalui pasar modal. Menurut UU no.8 tahun 1995 tentang pasar modal, efek adalah setiap surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, sekuritas kredit, tanda bukti hutang, setiap right, waran, opsi, atau derivatif dari efek, atau setiap instrumen yang ditetapkan sebagai efek. Instrumen yang paling sering diperjualbelikan dipasar modal menurut Sutrisno (2003:352) antara lain : 1. Saham Saham adalah penyertaan modal dalam pemilikan suatu perseroan terbatas (PT) atau emiten. Pemilik saham merupakan pemilik sebagian dari perusahaan tersebut. Ada dua jenis kepemilikan saham yaitu saham atas nama dan saham atas untuk. Saham yang diperdagangkan di Indonesia adalah saham yang nama pemiliknya tertera diatas saham tersebut. 2. Obligasi Obligasi pada dasarnya merupakan surat pengakuan utang atas pinjaman yang diterima oleh perusahaan penerbit obligasi dan masyarakat. Jangka waktu obligasi telah ditetapkan dan disertai dengan pemberian imbalan bunga yang jumlah dan saat pembayarannya telah ditetapkan dalam perjanjian. Obligasi dapat diterbitkan oleh badan usaha milik negara (BUMN), pemerintah pusat atau daerah (BUMD), dan swasta. 3. Derivatif dari efek a. Right atau Claim b. Waran c. Obligasi convertible d. Saham dividen dan saham bonus e. Sertifikat American Depository Receipts (ADR) dan Continental Depository Receipts (CDR) f. Sertifikat Reksa Dana Perusahaan yang beroperasi sebagai perusahaan publik pada dasarnya harus siap dengan berbagai konsekuensi permasalahannya, yaitu memenuhi ketentuan yang berlaku dalam perundang-undangan serta aturan pelaksanaan yang mengikutinya. Sebagai perusahaan publik, para pemilik lama ataupun para pendiri harus menerima keterlibatan pihak-pihak lain dalam perusahaannya 2.4 Laporan Keuangan 2.4.1 Pengertian Laporan Keuangan Bagi pihak yang terkait dalam dunia bisnis, salah satunya yaitu investor yang akan menanamkan modalnya dalam suatu perusahaan, laporan keuangan merupakan sesuatu yang penting untuk dianalisis, terutama untuk melihat seberapa baiknya kinerja suatu perusahaan. Seperti yang dikemukakan oleh Watson dan Head (2004 : 2) dalam bukunya yang berjudul Corporate Finance : Financial statements can provide useful historical information on profitability, solvency, efficiency and risk of individual companies. Artinya laporan keuangan menyediakan informasi historis berupa profitabilitas, kemampuan membayar utang, efesiensi dan resiko perusahaan Sementara Sofyan S Harahap (2004:1) menjelaskan laporan keuangan adalah : Laporan keuangan adalah media informasi yang merangkum semua aktivitas perusahaan. Jika informasi ini disajikan dengan benar, informasi tersebut sangat berguna bagi siapa saja untuk mengambil keputusan tentang perusahaan yang dilaporkan tersebut . Dari pengertian-pengertian laporan keuangan diatas, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan suatu bentuk informasi mengenai posisi keuangan suatu perusahaan bagi sejumlah besar pemakai laporan keuangan atau pihak-pihak yang berkepentingan pada perusahaan tersebut juga sebagai informasi untuk melakukan peramalan atau proyeksi keadaan dan kinerja keuangan perusahaan di masa yang akan datang. Dari sudut pandang investor analisis laporan keuangan digunakan untuk memprediksi masa depan, sedangkan dari sudut pandang manajemen, analisa laporan keuangan digunakan untuk membantu mengantisipasi kondisi di masa depan dan yang lebih penting sebagai titik awal untuk perencanaan tindakan yang akan mempengaruhi peristiwa di masa depan. 2.4.2 Tujuan Laporan Keuangan Tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi (Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty, 2005:5). Posisi keuangan perusahaan dipengaruhi oleh sumber daya yang dikendalikan, struktur keuangan, likuiditas dan solvabilitas serta kemampuan beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan, sehingga dapat memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan kas serta merumuskan efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya. Informasi perubahan posisi keuangan perusahaan bermanfaat untuk menilai aktivitas investasi, pendanaan dan operasi perusahaan selama periode pelaporan. Selain berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas, informasi ini berguna untuk menilai kebutuhan perusahaan dalam memanfaatkan arus kas tersebut. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca (menggambarkan informasi posisi keuangan), laporan laba rugi (menggambarkan informasi kinerja), laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara), catatan dari laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Selain itu, laporan keuangan juga menampung skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan keuangan, seperti informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga. 2.4.3 Jenis-jenis Laporan Keuangan 1. Laporan Laba-Rugi (Income Statement) Menurut Brealey, Myers dan Marcus (2007 : 456) laporan laba rugi adalah Fianancial statement that shows the revenues, expenses and net income of a firm over of period of time. Artinya laporan keuangan menunjukan pendapatan-pendapatan, bebanbeban dan pendapatan bersih perusahaan pada periode tertentu. Menurut Gitman (2006 : 47) laporan laba-rugi adalah The income statement provides a financial summary of the firm s operating results during a specified period. Artinya laporan laba-rugi merupakan ringkasan keuangan dari operasi perusahaan dalam periode waktu tertentu. Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan laporan laba-rugi merupakan laporan berupa ringkasan keuangan dari hasil operasi perusahaan yang terdiri dari penghasilan, beban, dan laba-rugi yang diperoleh perusahaan pada suatu periode tertentu. 2. Neraca (Balance Sheet) Menurut Gitman (2006 : 49) neraca adalah The balance sheet presents a summary statement of the firm s financial position at given point in time. The statement balances the firm s assets, againts its financing, which can be either debt or equity. Menurut Brealey, Myers dan Marcus (2007 : 456) neraca adalah Financial statement that shows the value of the firm s asset and liabilities at a particular time. Dengan demikian neraca merupakan gambaran keuangan perusahaan yang terdiri dari kekayaan atau harta perusahaan yang terdiri dari harta lancar (current asset), harta tetap (fixed asset) dan other asset, utang perusahaan yang terdiri dari utang lancar (current liabilities) dan utang jangka panjang (long-term debt) dan modal perusahaan. 3. Laporan Laba Ditahan (Statement of Retained Earning) Laporan laba ditahan menurut Gitman (2006 : 51) adalah Reconciles the net income earned during a given year, and any cash devidends paid, with the change in retained earnings between the start and the end of the year. An abbreviated form of the statement of stockholders equity. Artinya laporan laba ditahan merupakan daftar kumulatif laba yang berasal dari tahun-tahun yang lalu dan tahun berjalan yang tidak dibagikan sebagai dividen. Dengan perubahan laba ditahan pada awal dan akhir tahun. 4. Laporan Aliran Kas Laporan aliran kas (statement of cash flows) menurut Gitman (2006:51) adalah Provides a summary of the firm s operating, investment, and financing cash flows and reconciles them with changes in its cash and marketable securities during the period. Artinya ringkasan aliran kas yang menunjukan operasi perusahaan, investasi dan aliran kas pembiayaan serta menunjukan perubahan kas dan surat berharga selama periode tertentu. 2.5 Analisis Laporan Keuangan 2.5.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan tidak lain merupakan suatu proses untuk membedah laporan keuangan ke dalam unsur-unsurnya, menelaah masing-masing unsur tersebut, dengan tujuan untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang baik dan tepat atas laporan keuangan itu sendiri. Menurut Leopold A. Bernstein yang dikutip oleh Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty (2005:56) mendefinisikan analisis laporan keuangan sebagai berikut : Financial statement analysis is the judgemental process that aims to evaluate the current and past financial positions and results of operation of an enterprise, with primary objective of determining the best possible estimates and predictions about future conditions and performance . Dari definisi ini jelas bahwa analisis laporan keuangan merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan utama untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang. Menurut Mamduh Hanafi (2004:35), pada waktu menganalisis laporan keuangan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu : 1. Manajer keuangan perlu melihat trend atau perkembangan dalam laporan keuangan. Laporan keuangan lima atau enam tahun kebelakang barangkali bisa digunakan untuk melihat adanya trendtrend tersebut. 2. Angka-angka yang berdiri sendiri akan sulit ditentukan baik-tidaknya. Angka pembanding (angka rata-rata industri) diperlukan untuk melihat apakah angka tertentu itu baik atau tidak. 3. Dalam analisis perusahaan, membaca dan menganalisis laporan keuangan dengan hati-hati adalah penting. Diperlukan diskusi seperti diskusi strategi restrukturisasi perusahaan, merupakan diskusi rencana bagian-bagian integral ekspansi atau yang harus dimasukan ke dalam analisis. 4. Manajer keuangan barangkali memerlukan informasi tambahan yang tidak tersedia di laporan keuangan. 2.5.2 Teknik Analisis Laporan Keuangan Menurut Gitman (2006:54) dalam menganalisa laporan keuangan digunakan beberapa teknik diantaranya : 1. Cross-Sectional Analysis Membandingkan rasio-rasio keuangan beberapa perusahaan pada suatu saat yang sama termasuk membandingkan rasio-rasio perusahaan dengan perusahaan lain dalam industri yang sama atau bisa juga dibandingkan dengan rasio rata-rata industri. 2. Time-Series Analysis (analisa deret berkala) Mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan dalam beberapa periode dengan menggunakan analisa rasio keuangan. Analisa deret berkala ini berdasarkan pada teori bahwa perusahaan harus dievaluasi keadaan masa lalunya untuk diketahui arah perkembangannya. 3. Combined Analysis (Analisa Gabungan) Pendekatan yang lebih informatif adalah gabungan dari analisa crosssectional dan time-series. Dalam analisa gabungan terdapat kaitan antara analisis rasio perusahaan dengan trend dari industri. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisa rasio menurut Gitman (2006 : 56) adalah a. Sebuah rasio tunggal secara umum tidaklah dapat memberikan informasi yang memadai untuk mengetahui seluruh kinerja perusahaan. Jika analisa hanya berkaitan dengan aspek tertentu dari posisi keuangan maka mungkin cukup satu atau dua rasio saja. b. Laporan keuangan yang dibandingkan harus dalam periode yang sama. Jika tidak maka dampak musiman dapat menghasilkan kesimpulan yang salah serta karenanya dapat membuat keputusan yang salah. c. Sebaiknya menggunakan dasar laporan keuangan yang telah diaudit. Jika laporan keuangan belum diaudit maka data keuangan perusahaan belum dapat dipecaya mencerminkan kondisi keuangan yang sebenarnya. d. Perlu yakin bahwa data yang diperbandingkan disusun dengan cara yang sama. Penggunaan perlakuan accounting yang berbeda dapat menyebabkan distorsi dalam hasil analisa rasio. 2.5.3 Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio adalah suatu metode perhitungan dan interpretasi rasio keuangan untuk menilai kinerja dan status suatu perusahaan. Oleh karena itu, penganalisaan harus mampu menyesuaikan faktor-faktor yang ada pada periode atau waktu ini dengan faktor-faktor di masa mendatang yang mungkin akan mempengaruhi posisi keuangan atau hasil operasi perusahaan yang bersangkutan. Pengertian rasio keuangan menurut Abdullah (2004:41) adalah : Rasio keuangan adalah teknik analisis keuangan untuk mengetahui hubungan diantara pos-pos tertentu dalam neraca maupun laporan laba rugi baik secara individu maupun secara simultan . Dengan demikian analisis rasio keuangan merupakan perbandingan dua data keuangan dengan jalan membagi satu data dengan data lainnya. Analisis rasio juga memungkinkan manajer keuangan untuk memperkirakan reaksi para kreditor dan investor dan pandangan ke dalam tentang bagaimana kira-kira dana dapat diperoleh. 2.5.4 Jenis-Jenis Analisis Rasio Keuangan Untuk analisis rasio keuangan, diperlukan perhitungan rasio-rasio keuangan yang mencerminkan aspek-aspek tertentu. Rasio-rasio keuangan dihitung dengan menggabungkan angka-angka di neraca dengan atau angka-angka pada laporan keuangan. Abdullah (2004:41) membagi analisis rasio keuangan menjadi empat rasio utama, yaitu: 1. Rasio Likuiditas Likuiditas suatu perusahaan merupakan kemampuan keuangan perusahaan dalam membayar hutang- hutang jangka pendek (maksimal satu tahun) dengan sejumlah aktiva lancar yang dimiliki. Tidak terdapat batasan tentang berapa rasio yang terdapat pada kelompok rasio- rasio likuiditas maupun aspek lainnya. 2. Rasio Aktivitas Penggunaan rasio aktivitas pada umumnya guna mengukur efisiensi perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilki. Namun demikian secara individual rasio tersebut mencerminkan kemampuan perusahaan dalam hal penggunaan persediaan dalam menghasilkan penjualan. 3. Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas/ debt ratio dipergunakan berkaitan dengan pengukuran rentabilitas perusahaan, yaitu kemampuan perusahaan membayar utang- utangnya, terutama utang jangka panjang. Besarnya jumlah utang yang terdapat pada neraca menunjukkan berapa besar modal pinjaman yang digunakan perusahaan dalam menjalankan operasinya. 4. Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas dipergunakan berhubungan dengan penilaian terhadap kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba. Terdapat beberapa pengukuran terhadap profitabilitas atau rentabilitas suatu perusahaan yang masing- masing dihubungkan dengan total aktiva, modal sendiri maupun nilai penjualan yang dicapai. 2.5.5 Keunggulan dari Analisis Rasio Menurut Sofyan S Harahap (2004:298) analisis rasio memiliki keunggulan dibanding teknik analisis lainnya. Keunggulan tersebut adalah : 1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar staistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan; 2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangant rinci dan rumit; 3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industry lain; 4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (Z-score); 5. Menstandarisir size perusahaan; 6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan secara periodic atau time series ; 7. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang. 2.5.6 Keterbatasan dari Analisis Rasio Rasio keuangan dapat digunakan untuk memahami posisi keuangan perusahaan, namun siapa pun yang bekerja dengan rasio ini akan menyadari keterbatasan dalam penggunaannya. Menurut Sofyan S Harahap (2004:298) kelemahan penting yang dapat ditemukan dalam menginterpretasikan rasio keuangan : 1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya. 2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik ini seperti : a. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan judgement yang dapat dinilai bias atau subjektif; b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar; c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio; d. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda. 3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio. 4. Sulit jika data yang trsedia tidak sinkron. 5. Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan. Di luar keterbatasannya, rasio keuangan dapat menjadi alat yang sangat berguna untuk menilai kondisi keuangan perusahaan. Manfaat sesungguhnya yang dihasilkan dari menganalisis rasio keuangan adalah bahwa angka-angka tersebut memberitahukan kita pertanyaan-pertanyaan apa yang harus diajukan. 2.6 Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas atau rasio utang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansiilnya apabila sekiranya perusahaan tersebut pada saat itu dilikuidasi. Pengukuran tingkat utang biasanya menggunakan debt ratio, debt to equity ratio. Semakin tinggi ratio ini maka semakin besar pula jumlah utang yang digunakan dalam operasi perusahaan. Penggunaan hutang sendiri memiliki pengertian yang ambigu karena dapat baik atau buruk untuk dilakukan. Menurut Bambang Riyanto (1995:293) apabila dalam pemenuhan dana dari sumber ekstern tersebut perusahaan mengutamakan pada hutang, maka ketergantungan kita pada pihak luar akan makin besar dan risiko financiilnya pun akan makin besar. Atau dengan kata lain mengatakan bahwa hutang itu buruk untuk dilakukan. Sumber lain mengatakan bahwa hutang disukai karena memberikan prioritas baik dalam hal pendapatan dan pemegang saham memperoleh pengembalian yang tetap Ridwan dan Inge (2002:274). Atau dengan kata lain mengatakan bahwa hutang itu baik untuk dilakukan. Menurut Sofyan S Harahap (2004 : 303) yang dimaksud dengan rasio solvabilitas adalah : Kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Pada penelitian ini untuk pengukuran utang digunakan rasio utang (debt to Equity ratio), karena merupakan rasio solvabilitas dimana rasio ini ditunjukan untuk mengadakan pengukuran sampai seberapa besar modal pinjaman (utang) perusahaan yang dibandingkan dengan total equity dalam membiayai aktivitas perusahaan,dan hasil pengukuran ini dinyatakan dalam presentase. Dengan demikian maka pengertian solvabilitas dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua utang-utangnya (baik jangka pendek maupun jangka panjang). Menurut Abdullah (2004:51) perhitungan untuk rasio solvabilitas atau rasio utang ini dapat dilakukan seperti sebagai berikut : a. Rasio Utang (Debt Ratio) Pengertian Debt Ratio menurut Gitman(2006:64) adalah: Measures the proportion of total asset financed by the firm s creditors.the higher this ratio, the greater the amount of other people money being used generate profits Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menjamin hutangnya dengan sejumlah aktiva yang dimiliki. Semakin tinggi rasio ini berarti pula semakin besar pula jumlah pinjaman (utang) yang digunakan dalam menghasilkan keuntungan dibandingkan aktiva tetap yang dimiliki. Debt Ratio = x 100% b. Debt to Equity Ratio (DER) Rasio ini menunjukkan hubungan antara jumlah utang jangka panjang dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan, guna mengetahui financial leverage perusahaan. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin besar hutang perusahaan dibanding dengan modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Penggunaan utang akan menaikan tingkat pengembalian yang diharapkan bagi pemegang saham. Untuk meningkatkan dividen perusahaan tersebut, dapat dilakukan dengan cara mempertimbangkan sumber pendanaan perusahaan yang di ukur dengan tingkat DER. Menurut Martono dan Agus Harjito (2007:59) DER merupakan perbandingan total hutang perusahaan dengan modal sendiri (ekuitas) Untuk menghitung DER digunakan rumus : DER = c. Time Interest Earned Ratio (TIE) Time interest ratio adalah rasio antara laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan beban bunga. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi beban tetapnya berupa bunga, atau mengukur seberapa jauh laba dapat berkurang tanpa perusahaan mengalami kesulitan keuangan karena tidak mampu membayar bunga. Time Interest Earned Ratio = d. Total Debt Coverage Ratio Rasio ini dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam hal membayar beban bunga dan angsuran pinjaman pokok dengan laba operasi yang dihasilkan. Debt Service Coverage Ratio = 2.7 x 1 time Rasio Profitabilitas Profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan. Rasio profitabilitas menunjukan pengaruh gabungan dari likuiditas, pengelolaan aktiva dan pengelolaan utang terhadap hasil-hasil operasi. Atau dapat dikatakan bahwa profitabilitas merupakan informasi mengenai efektivitas operasional perusahaan. Jumlah keuntungan yang didapat satu perusahaan dapat kita lihat pada laporan laba rugi tahunan yang dikeluarkan oleh perusahaan. Setiap perusahaan akan selalu memaksimalkan laba yang diperolehnya. Sofyan S Harahap (2004:304) menjelaskan rasio profitabilitas adalah: Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber daya yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya . Menurut Gitman (2006:65) : Profitabillity ratio enable the analysis to evaluate the firm profits with respect to a given level of sales,a certain level of assets,or the owner investment Menurut Selamet Riyadi (2006:155) rasio profitabilitas adalah Perbandingan laba (setelah pajak) dengan modal (modal inti) atau laba (sebelum pajak) dengan total asset yang dimiliki bank pada periode tertentu . Agar hasil perhitungan rasio mendekati pada kondisi yang sebenarnya (real), maka posisi modal atau assets dihitung secara rata-rata selama periode tersebut. Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah suatu keuntungan yang diperoleh perusahaan yang berasal dari penjualan atau investasi perusahaan. Keuntungan perusahaan ini dapat diukur sebagai salah satu indikator yang berpengaruh terhadap tingkat pengembalian (return) bagi pemegang saham. Dalam penelitian ini digunakan ROE sebagai indikator yang mewakili rasio profitabilitas. Menurut Gitman (2006:67) rasio profitabilitas dapat dikelompokkan menjadi: 1. Gross profit margin, rasio ini mengukur berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Gross Profit Margin = 2. Operating profit margin, rasio ini mengukur berapa besar persentase dari penjualan sebelum bunga dan pajak. Operating Profit Margin = 3. Net profit margin, rasio ini mengukur berapa besar persentase dari penjualan setelah bunga dan pajak (penjualan bersih). Net Profit Margin = 4. EPS (earning per share), rasio ini mengukur tingkat profitabilitas atau keuntungan dari tiap satuan lembar saham. Earning Per Share = 5. ROA (return on asset), atau biasa disebut ROI (return on investment) rasio ini untuk mengukur efektivitas keseluruhan kinerja manajemen dalam mengelola aktiva perusahaan. Return On Assets = 6. ROE (return on equity), rasio ini mengukur tingkat pengembalian dari modal sendiri atau investasi para pemegang saham biasa. Return On Equity (ROE) adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan perbandingan antara laba (setelah pajak) dengan modal (modal inti) bank, rasio ini menunjukkan tingkat % (persentase) yang dapat dihasilkan. Return On Equity = 2.8 Dividen 2.8.1 Pengertian Dividen Menurut Brealey, Myers, dan Marcus (2007 : 432) pengertian deviden adalah Devidends are the principal way that corporate returns cash to its shareholders. Artinya dividen adalah suatu prinsip pengembalian perusahaan secara tunai kepada para pemegang saham. Menurut Gitman (2006 : 590) dividen merupakan A source of cash flow to stockholders and provide information about the firm s current and future performance. Menurut Waston dan Head (2004:178) yaitu A dividend is a cash payment made on semi annual made by company to its shareholders. It is distribution of after tax profit Artinya sumber dari aliran kas untuk pemegang saham dan memberikan informasi tentang kinerja perusahaan saat ini dan yang akan datang. Menurut Mamduh (2004 ; 361) dividen merupakan kompensasi yang diterima pemegang saham, disamping capital gain. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dividen merupakan bagian laba yang dihasilkan oleh perusahaan, baik berasal dari laba periode saat ini ataupun laba periode sebelumnya yang dibagikan kepada pemegang saham sebagai hasil investasi. 2.8.2 Bentuk Dividen Dividen yang dibagikan kepada para pemegang saham terdiri atas beberapa bentuk. Bentuk-bentuk dividen menurut Brealey, Myers, dan Marcus (2007 : 432-433) diantaranya : 1. Cash Devidend, payment of cash by the firm to its shareholders. (Pembayaran oleh perusahaan dalam bentuk tunai kepada para pemegang saham) 2. Stock Devidend, distribution of additional shares to a firm s stockholders. (Penyaluran atau penambahan saham-saham perusahaan kepada para pemilik perusahaan) 3. Stock Spilt, issue of additional shares to firm s stockholders. (Isu penambahan kepemilikan saham perusahaan berupa pemecahan saham) 4. Stock Repurchase, firm s buy s back from its shareholders. (Perusahaan membeli kembali saham dari para pemegang saham) 2.9 Kebijakan Dividen 2.9.1 Pengertian Kebijakan Dividen Kebijakan dividen termasuk kedalam keputusan keuangan yang perlu dipahami disamping kebijakan struktur modal dan kebijakan investasi perusahaan. Kebijakan dividen menyangkut keputusan untuk membagikan laba atau menahannya guna di investasikan kembali di dalam perusahaan. Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2004 : 297) pengertian kebijakan dividen adalah Kebijakan yang menyangkut tentang masalah penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang saham. Pada dasarnya laba tersebut bisa dibagi sebagai dividen atau ditahan untuk diinvestasikan kembali. Menurut Gitman (2006 : 597) kebijakan dividen perusahaan adalah A plan of action to be followed whenever a devidend decision is made. Dengan demikian dapat disimpulkan kebijakan dividen adalah kebijakan yang mengatur penggunaan laba yang diperoleh perusahaan apakah akan dibagikan atau ditahan. 2.9.2 Teori Kebijakan Dividen Ada beberapa teori dividen yang dikemukakan oleh para ahli keuangan diantaranya : 1. Teori Ketidakrelevanan Dividen (Devidend Irrelevance Theory) Modigliani-Miller (MM) berpendapat bahwa kenaikan nilai perusahaan dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan atau earning power dari asset perusahaan. Oleh karena itu nilai perusahaan ditentukan oleh keputusan investasi, sementara itu keputusan apakah laba yang diperoleh akan dibagi dalam bentuk dividen tunai atau ditahan sebagai laba ditahan tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Pendapat MM tersebut didukung oleh beberapa asumsi antara lain : 1. Tidak terdapat pajak pendapatan perseorangan atau perusahaan. 2. Tidak terdapat biaya emisi atas jual beli saham. 3. Para investor dan manajer mempunyai informasi yang sama tentang prospek perusahaan. 4. Pasar modal sempurna dimana para investor berpikir rasional. 2. Teori Bird-In-The-Hand Myron Gordon dan John Lintner, berpendapat bahwa biaya modal laba ditahan akan naik apabila pembagian dividen dikurangi, karena para investor lebih yakin terhadap penerimaan pembagian dividen dibandingkan kenaikan nilai modal (capital gains) yang akan dihasilkan dari laba yang ditahan karena resikonya lebih besar. 3. Teori Kebijakan Dividen Residual (The Residual Theory of Devidend) Teori ini berasal dari pemikiran bahwa investor menginginkan perusahaan menahan dan menginvestasikan kembali pendapatan daripada membayarkan dalam bentuk dividen jika pendapatan dari laba yang direinvestasikan lebih besar daripada pendapatan yang dapat diperoleh investor dari investasi lain yang setara resikonya. Teori ini menetapkan empat langkah dalam mengambil keputusan atas rasio pembagian dividennya, yaitu : 1. Menentukan anggaran barang modal yang optimal. 2. Menentukan jumlah modal yang dibutuhkan untuk membiayai anggaran tersebut. 3. Sedapat mungkin menggunakan laba yang ditahan untuk memenuhi komponen penyertaan modal (ekuitas). 4. Membayar dividen hanya jika lebih banyak laba yang tersedia daripada yang dibutuhkan untuk mendukung anggaran modal yang optimal. 2.9.3 Beberapa Bentuk Kebijakan Dividen Atas dasar teori tentang kebijakan dividen diatas, menurut Gitman (2006:602-603) bentuk kebijakan dividen diantaranya : 1. Constant-Payout-Ratio Devidend Policy (Kebijakan Dividen rasiopembayaran-konstan) A devidend policy based on the payment of certain percentage of earnings to owners in each devidend period. Artinya Kebijakan dividen yang didasarkan pembayaran dividen dalam persentase tertentu dari pendapatan yang dibayarkan kepada pemilik setiap periode pembagian dividen. 2. Regular Devidend Policy (Kebijakan Dividen yang Teratur) A devidend policy based on the payment of a fixed-dollar devidend in each period. Artinya Kebijakan dividen yang didasarkan atas pembayaran dividen dengan dollar yang tetap dalam setiap periode. 3. Low-Regular-and-Extra Devidend Policy (Kebijakan dividen rendah yang teratur dan ditambah ekstra) A devidend policy based on paying a low regular devidend, supplemented by an additional devidend when earnings are higher than normal in a given period. Artinya Kebijakan dividen yang didasarkan pembayaran dividen rendah yang teratur, dilengkapi dengan penambahan dividen jika ada jaminan pendapatan. 2.9.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Perusahaan Faktor faktor yang mempengaruhi besar kecilnya dividen yang dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham menurut Mamduh (2004:375) diantaranya : 1. Kesempatan Investasi Semakin besar kesempatan investasi maka dividen yang bisa dibagikan akan semakin sedikit. Akan lebih baik jika dana ditanamkan pada investasi yang menghasilkan NPV positif. 2. Akses Ke Pasar Keuangan Jika perusahaan mempunyai akses ke pasar keuangan yang baik, perusahaan bisa membayar dividen lebih tinggi. Akses yang baik bisa membantu perusahaan memenuhi kewajiban likuiditasnya. 3. Profitabilitas dan Likuiditas Perusahaan yang mempunyai aliran kas atau profitabilitas yang baik bisa membayar dividen atau meningkatkan dividen. Alasan lain pembayaran dividen adalah untuk menghindari akuisisi oleh perusahaan lain. 4. Stabilitas Pendapatan Jika pendapatan perusahaan relatif stabil, aliran kas di masa mendatang bisa diperkirakan dengan lebih akurat. Perusahaan semacam itu bisa membayar dividen lebih tinggi. Hal sebaliknya terjadi untuk perusahaan yang tidak stabil pendapatannya. Ketidakstabilan aliran kas di masa mendatang membatasi kemampuan perusahaan membayar dividen yang tinggi. 5. Pembatasan-pembatasan Seringkali kontrak utang, obligasi, ataupun saham preferen membatasi pembayaran dividen dalam situasi tertentu. Sebagai contoh, perusahaan harus menjaga tingkat modal kerja tertentu atau rasio likuiditas tertentu atau perusahaan tidak bisa membayarkan dividen sebelum dividen untuk saham preferen dibayar. Dalam situasi normal, akan baik, pembatasan semacam itu tidak berpengaruh banyak terhadap kemampuan perusahaan membayarkan dividennya. Tetapi dalam situasi buruk, dimana aliran kas lebih kecil pembatasan tersebut akan mempengaruhi pembayaran dividen oleh perusahaan. 2.10 Dividend Payout Ratio (DPR) Menurut Mamduh (2004 : 44) yang dimaksud dengan devidend payout ratio adalah Rasio yang melihat bagian earning yang dibayarkan sebagai dividen kepada para investor. Menurut Gitman (2006 : 602) bahwa pengertian devidend payout ratio merupakan Indicates the percentage of each dollar earned that is distributed to the owners in the form of cash. It is calculated by dividing the firm s cash devidend per share by its earnings per share. Artinya rasio pembayaran dividen mengindikasikan persentase setiap dollar pendapatan yang disalurkan kepada pemilik dalam bentuk tunai. Yang dihitung dengan membagi jumlah perlembar saham perusahaan dengan pendapatan perlembar saham. Menurut Brealey, Myers, dan Marcus (2007 : 437) devidend payout ratio adalah Ratio is the fraction of earnings paid out as devidends. Artinya rasio pembayaran dividen adalah rasio yang menunjukan pembagian dari pendapatan yang dibayarkan sebagai dividen. Dari beberapa pengertian mengenai devidend payout ratio, maka dapat disimpulkan devidend payout ratio adalah rasio yang melihat bagian pendapatan dari perusahaan yang dibayarkan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen, yang dihitung dengan membagi dividen per lembar saham dengan pendapatan per lembar saham. Dengan demikian devidend payout ratio dapat diformulasikan sebagai berikut : Dividen/lembar saham Devidend Payout Ratio = Pendapatan/lembar saham Sumber : Mamduh (2004:44) Perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai rasio pembayaran dividen yang rendah, sebaliknya, perusahaan yang tingkat pertumbuhannya rendah akan mempunyai rasio pembayaran dividen yang tinggi. Pembayaran dividen juga merupakan bagian dari kebijakan dividen perusahaan. 2.11 Hubungan Antara Solvabilitas dan Profitabilitas Dengan Dividend Payout Ratio. 2.11.1 Hubungan Antara Solvabilitas Dengan Dividend Payout Ratio Suatu perusahaan akan memperoleh hutang baru untuk membiayai perluasan usahanya. Sebelumnya harus sudah direncanakan terlebih dahulu kebutuhan dana untuk membayar kembali hutang tersebut. Hutang dapat dilunasi pada saat jatuh tempo dengan mengganti hutang tersebut dengan hutang baru. Alternatif lain adalah perusahaan harus menyediakan dana sendiri yang berasal dari keuntungan untuk melunasi hutang tersebut. Salah satu rasio yang dapat menjamin keseluruhan hutangnya dengan bagian dari modal sendiri adalah Debt Equity Ratio (DER). DER menunjukkan bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutangnya. Suatu perusahaan akan memprioritaskan keuntungan yang diperolehnya untuk membayar hutang sedangkan sisanya akan dibagikan sebagai dividen, hal ini yang menyebabkan Debt to Equity Ratio berpengaruh dalam pembagian dividen. Menurut Sutrisno (2000 : 322-323), menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen adalah : Posisi Solvabilitas perusahaan Posisi Likuiditas perusahaan Kebutuhan untuk melunasi hutang Rencana perluasan Kesempatan investasi Stabilitas pendapatan Pengawasan terhadap perusahaan 2.11.2 Hubungan Antara Profitabilitas Dengan Dividend Payout Ratio. Profitability adalah tingkat keuntungan bisnis yang berhasil diperoleh perusahaan dalam menjalankan operasionalnya. Dividen merupakan sebagian dari keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan. Oleh sebab itu, dividen akan dibagikan jika perusahaan mempunyai keuntungan. Keuntungan yang layak akan dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah perusahaan memenuhi kewajiban tetapnya yaitu beban bunga dan pajak. Dalam penelitian ini, profitabilitas perusahaan diukur dengan Return On Equity (ROE). Perusahaan akan menghasilkan keuntungan, keuntungan yang diperoleh dari kegiatan operasional perusahaan yang mempengaruhi permintaan harga saham dan akhirnya akan mempengaruhi besar kecilnya dividen itu sendiri. Semakin banyak keuntungan yang diperoleh perusahaan maka dividen yang dibayarkan akan meningkat, begitu juga sebaliknya semakin kecil keuntungan yang diperoleh perusahaan maka dividen yang akan dibagikan pun akan menurun. Menurut Mamduh (2004:375), terdapat beberapa faktor yang menjadi pertimbangan di dalam pembagian deviden, yaitu sebagai berikut : Kesempatan Investasi Akses Ke Pasar Keuangan Profitabilitas dan Likuiditas Stabilitas Pendapatan Pembatasan-pembatasan Tingkat profitabilitas yang cukup tinggi, maka dapat diasumsikan bahwa perusahaan tersebut beroperasi secara efektif, hal ini akan merupakan daya tarik bagi investor yang mengakibatkan peningkatan nilai saham perusahaan yang bersangkutan, dan karena nilainya meningkat, maka saham perusahaan tersebut akan diminati oleh banyak investor, yang akibatnya akan meningkatkan harga saham perusahaan tersebut. Lalu secara otomatis akan mempengaruhi besar kecilnya dividen yang akan dibagikan oleh perusahaan sebagai cerminan dari besar kecilnya keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan. 2.12 Kajian Peneliti Terdahulu 1. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Tendi Haruman dan Siti Komariah (2006) dengan sampel penelitian pada industri barang konsumsi periode 1994-2003. Kesimpulannya adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden adalah likuiditas, profitabilitas, risiko, dan investasi. Sedangkan variabel financing yang diukur oleh DER dan ownership tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio. 2. Mohammad Saleh Jahur dan Suraiya Nazneen (2005) menyatakan bahwa kebijakan dividen dipengaruhi oleh profitabilitas (Net Profit Ratio), struktur modal (Debt to Equity Ratio), dan tingkat pengembalian perusahaan (ROI). 3. Penelitian yang dilakukan Lintner (1956) menyatakan bahwa pengukuran tingkat profitabilitas yang dinilai berdasarkan tingkat pertumbuhan earning after tax (EAT). Dengan meningkatnya EAT maka dapat menaikan pembayaran deviden kepada investor. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat profitabilitas berhubungan positif dengan dividend payout ratio.