distribusi dan preferensi habitat spesies kupang dan lorjuk di

advertisement
Berk. Penel. Hayati Edisi Khusus: 3B (37–41), 2009
DISTRIBUSI DAN PREFERENSI HABITAT SPESIES KUPANG DAN
LORJUK DI PERAIRAN PANTAI TIMUR SURABAYA
Moch. Affandi*1, Bambang Irawan*, Agoes Soegianto*, dan Rosmanida*
Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Surabaya
Kampus C, Jl Mulyorejo, Surabata 60115, Indonesia
1 [email protected]
1 Departemen
ABSTRACT
An investigation on the distribution and habitat preference of kupang and lorjuk species has been conducted at the coastal waters
of East Surabaya. The animal’s samples were collected using Ponar dredge from the 15 sampling points with different environmental
conditions, and identified to species level. Distribution level of each species was analyzed using Shannon’s index, and the habitat
preference based on coefficient correlation analysis. This research obtained four species of kupang, namely Musculita senhousia
(senhoue’s mussel or kupang renteng), Corbula faba (white clam or kupang putih), Corbula amurensis (asian clam or kupang beras),
and Sinovacula virens (greenish tagellus or kupang awung); and only one species of lorjuk namely Solen vagina (european razor
clam). Musculita senhousia and Corbula faba have a moderately distribution level, Corbula amurensis and Sinovacula virens with
low distribution level, and Solen vagina has wide distribution level. There are correlation between abundance of Musculita senhousia,
Corbula faba, and Solen vagina species with sand fraction and low organic compound of its substrate.
Key words: kupang, lorjuk, Corbula, Musculita, Sinovacula, Solen, distribution, habitat preference
PENGANTAR
Indonesia, sebagai negara kepulauan dengan lebih
dari 17 ribu pulau dan garis pantai sepanjang 81.000
km, memiliki sumberdaya laut yang sangat melimpah.
Kekayaan dan keragaman sumberdaya laut tersebut telah
dimanfaatkan oleh bangsa Indonesia sebagai sumber
bahan makanan, khususnya protein hewani. Sumber bahan
makanan asal laut tersebut meliputi ikan, crustaceae (udang
dan kepiting), mollusca (kerang, keong, dan cumi-cumi),
mammalia, serta rumput laut (Dahuri et al., 1996).
Kerang-kerangan (bivalvia) telah dimanfaatkan
secara turun-temurun untuk berbagai kepentingan seperti
makanan, pakan ternak, perhiasan, dan bahan bangunan.
Sebagai bahan makanan, kerang memiliki kandungan nutrisi
yang tinggi. Daging kupang memiliki kandungan protein
(24,24%), lemak (2,70%), karbohidrat (1,02%), kadar air
(68,09%), dan kadar abu (3,80%). Daging lorjuk memiliki
kadar protein 17,5–18,5% dan kadar lemak 2,5–3,0%
(Odum, 1993).
Perairan Pantai Timur Surabaya (Pamurbaya) terletak
di bagian Barat-Laut Selat Madura, meliputi daerah di
antara kelurahan Tambak Wedi dan muara sungai Dadapan
(daerah perbatasan dengan Sidoarjo). Minimal ada
10 sungai yang bermuara di perairan Pamurbaya (Affandi
et al, 1994), dan banyaknya muara sungai tersebut,
menjadikan perairan pantai Pamurbaya sebagai daerah
estuari yang banyak mendapatkan asupan bahan organik
serta memiliki hamparan lumpur intertidal yang luas, yang
kesemuanya mendukung kehidupan biota bentik termasuk
kerang-kerangan (Affandi et al., 2005; 2008 dan 2009;
Pagcatipunan et al.,1981). Bahan organik terlarut dan
tersuspensi dalam air sungai akan mengalami perubahan
sifat, mengalami flokulasi, dan segera mengendap saat
bercampur dengan air laut (Mann, 1982).
Di antara bahan makanan asal laut yang perlu mendapat
perhatian di Surabaya dan sekitarnya adalah kupang dan
lorjuk, di mana keduanya telah memberikan kontribusi
ekonomis yang cukup penting. Informasi yang mendukung
permasalahan dalam penelitian ini adalah bahwa berbagian
besar spesies makrofauna bentik yang ditangkap di perairan
Pamurbaya mempunyai sebaran berbeda-beda, baik arah
vertikal terhadap garis pantai maupun arah horisontal di
sepanjang pantai. Hal ini diduga sebagai cerminan dari
variasi kondisi spesifik habitat serta adanya preferansi
spesies tertentu terhadap kondisi spesifik habitat tersebut.
Untuk mendapatkan informasi akurat tentang berbagai
pola distribusi spesies makrofauna di perairan Pamurbaya
serta faktor-faktor yang memengaruhinya, diperlukan data
penelitian yang meliputi spesies, distribusi, dan preferensi
habitatnya.
Arti penting penelitian ini adalah menghasilkan
informasi tentang spesies kupang dan lorjuk beserta
karakteristik kondisi habitat yang diharapkan dapat
digunakan sebagai data dasar untuk berbagai pemanfaatan
di kemudian hari, seperti keilmuan, potensi ekonomi
di setiap stasiun penelitian didata jumlah
individunya guna mendapatkan data
kelimpahan (jumlah individu/m2).
Analisis data secara deskriptif
38
Distribusi dan Preferensi Habitat Spesies
Kupang
dan Lorjuk
dengan
bantuan
tabel (check list data) dan
gambar untuk menjelaskan spesies dan
regional, program pengelolaan, serta dapat dikomparasikan
spesies
menggunakan
beberapa
(Dharma,
1988
kelimpahan
kupang
dan kunci
lorjuk,
analisis
dengan penelitian lain sejenis.
dankoefisien
1992; De Bruyne,
Dence, 2000;
korelasi2003;
(r) Abbott
untuk dan
menjelaskan
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkap spesiesdanpreferensi
Gosner, 1971).
(3)
Setiap
spesies
kupang
pada setiap
habitat masing-masing spesies,
spesies penyusun kupang dan lorjuk di perairan Pamurbaya,
titikserta
sampling
di
setiap
stasiun
penelitian
didata
jumlah
analisis tingkat distribusinya.
serta tingkat distribusi dan preferensi habitat dari masingindividunya
guna
mendapatkan
data
kelimpahan
(jumlah
Penghitungan nilai ‘r’ diformulasikan
masing spesies kupang dan lorjuk terhadap kondisi spesifik
individu/m2).
sebagai berikut.
substrat tempat tinggalnya.
Analisis data secara deskriptif dengan bantuan tabel
SP
(check list data) dan
r = gambar untuk menjelaskan spesies dan
SSx .analisis
SSy koefisien korelasi
kelimpahan kupang dan¥lorjuk,
BAHAN DAN CARA KERJA
Sampel kupang dan lorjuk dikumpulkan dari 15 titik
sampling di perairan Pamurbaya dengan kondisi lingkungan
yang bervariasi. Spesimen dianalisis di Laboratorium
Ekologi, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Airlangga Surabaya.
Bahan penelitian meliputi: (1) sampel berbagai jenis
kupang dan lorjuk yang dikoleksi dari perairan Pamurbaya,
(2) air bersih untuk proses penyaringan dan pencucian
sampel, (3) kertas pH universal, (4) larutan formalin 6%
sebagai bahan fiksatif, (5) kantong-kantong plastik untuk
pengumpulan sampel, dan (6) kertas label serta peralatan
tulis.
Alat-alat untuk penelitian meliputi: Ponar dredge,
saringan hewan bentos (diameter pori-pori 1 mm), baki
plastik, botol kolektor, mikroskop stereo, cawan Petri,
pinset, pipet, kamera digital, crus porseline, oven, Electronic
Analitical Balance Libror, Automatic Muffle Furnace, dan
GPS.
Sampling kupang dan lorjuk menggunakan Ponar
dredge pada lima stasiun secara purposif, tiap-tiap stasiun
diambil tiga titik pengambilan sampel yang mewakili
zona kedalaman berbeda (satu di intertidal dan dua di
subtidal). Pada setiap titik diambil 3-5 dredge, sampel
lumpur disaring, spesimen kerang dikoleksi dan difiksasi
dengan larutan formalin 6%, dan diberi label dengan
keterangan seperlunya.
Faktor fisik-kimia lingkungan meliputi pH, suhu,
salinitas, kekeruhan, tekstur dan kandungan bahan organik
substrat dasar di setiap titik samping diukur.
Analisis sampel meliputi kegiatan-kegiatan berikut.
(1) Penyortiran sampel, untuk memisahkan sampel bivalvia
dari berbagai pengotor dan fauna bentik lain. (2) Spesimen
bivalvia dipilah berdasarkan kemiripan morfologi dan
diidentifikasi guna memastikan spesies kupang dan lorjuk.
Identifikasi spesies kupang dan lorjuk dilakukan dengan dua
cara; melalui bantuan para nelayan dan penjual kupang dan
lorjuk di kawasan Pamurbaya untuk menunjukkan jenisjenis mana yang disebut kupang dan lorjuk, dan jenis-jenis
tersebut kemudian dideterminasi untuk mengetahui nama
(r) untuk menjelaskan preferensi habitat masing-masing
Keterangan:
r =tingkat
koefisien
korelasi;
SP =
spesies,
serta analisis
distribusinya.
Penghitungan
sum
of product;sebagai
SSx berikut.
= sumsquare dari
nilai
‘r’ diformulasikan
variabel X; SSy = sumsquare
dari variabel
SP
r
=
Y.
√ SSx . SSy
Preferensi
masing-masing
spesies
Keterangan:r = koefisien korelasi;
SP = sum of product;
SSx =
kupangsumsquare
dan lorjuk
terhadap
karakter
setiapdari
dari variabel X; SSy = sumsquare
Y.
habitat variabel
ditentukan
secara deskriptif
Preferensi masing-masing
kupang
dan lorjuk
berdasarkan
harga ‘r’. spesies
Adanya
preferensi
terhadap
karakter
setiap
habitat
ditentukan
secara
ditunjukkan oleh harga ‘r’ •Ň0,5Ň. deskriptif
berdasarkan harga ‘r’. Adanya preferensi ditunjukkan oleh
Distribusi spesies kupang dan
harga ‘r’ ≥│0,5│.
lorjuk di lokasi pengambilan sample
Distribusi spesies kupang dan lorjuk di lokasi
ditentukan dengan menggunakan rumus
pengambilan sample ditentukan dengan menggunakan
dasar
(Brower
et sebagai
al.,
rumus
dasarShannon-Weaver
Shannon-Weaver (Brower
et al., 1998)
1998) sebagai berikut .
berikut.
nsi
nsi
ln
Ds = - ¦
Ns
Ns
Dengan
ketentuan:
: indeks
Dengan ketentuan:
Ds :Ds
indeks
distribusidistribusi
spesies, nsi :
spesies,
nsispesies
: jumlah
spesies
jumlah
individu
padaindividu
stasiun ke-i,
dan Ns pada
: jumlah
individu spesies total dari semua stasiun.
HASIL
Lokasi penelitian berada pada posisi geografis antara
07° 13’ 23,2”–07° 19’ 30,2” LS dan antara 122° 48’ 17,7”–
122° 51 ’ 41,3” BT, dan meliputi daerah NambanganKenjeran, Kalisari, Wonokro-mo, Wonorejo hingga daerah
perbatasan Surabaya-Sidoarjo (Dadapan).
Secara umum, kondisi fisika-kimia lingkungan
menunjukkan salinitas air di antara 10–30 ppm (payau),
salinitas substrat relatif konstan antara 20–33 ppm,
pH berkisar antara 7,5–9 (sedikit basa), suhu air antara
28–32° C (hangat), dan kecerahan antara 39–173 cm
(keruh). Kondisi tersebut merupakan karakteristik umum
perairan pantai (estuari).
Kondisi lingkungan di perairan Pamurbaya seperti
kandungan organik dan tekstur substrat bervariasi pada
setiap daerah. Daerah Wonorejo-Dadapan dicirikan oleh
pH be
suhu a
kecerah
Kondis
umum
Pamurb
tekstur
daerah.
dicirika
bahan
lumpur
dan Ke
bahan o
diident
(Gamb
kupang
Muscul
clam; C
clam;
awung
virens
clam)
spesies
Data
kupang
disajika
ada e
samplin
dan/ata
hanya k
Affandi, Irawan, Soegianto, dan Rosmanida
39
substrat berpasir dengan bahan organik relatif tinggi;
Kalisari lumpur halus dengan bahan organik tinggi, dan
Kenjeran berpasir kasar dengan sedikit bahan organik.
Kupang yang berhasil dikoleksi dan diidentifikasi
tersusun atas empat spesies (Gambar 1), yaitu kupang
renteng atau kupang merah (senhoue’s mussel; Musculita
senhousia); kupang putih (white clam; Corbula faba);
kupang beras (asian clam; Corbula amurensis); dan kupang
awung (greenish tagellus; Sinovacula virens ). Sedangkan
lorjuk (european razor clam) yang teridentifikasi hanya
ada satu spesies, yaitu Solen vagina (Gambar 2.). Data
kelimpahan dan sebaran spesies kupang dan lorjuk di lokasi
penelitian disajikan pada Tabel 1.
Dari Tabel 1, tampak bahwa hanya ada empat dari lima
stasiun lokasi sampling yang dihuni oleh spesies kupang
dan/atau lorjuk, yaitu Kenjeran (dengan hanya kupang
merah dan lorjuk),
Gambar 2. Solen vagina (L., 1758), satu-satunya spesies lorjuk
yang terdapat di perairan Pantai Timur Surabaya, melimpah di
substrat berpasir pada zona intertidal.
Gambar 1. Spesies kupang yang terdapat di perairan Pantai
Timur Surabaya. (a) Musculita senhousia (Benson in Cantor,
1842), “kupang renteng”, cara hidup dan satuan-satuan individu;
(b) Corbula faba; “kupang putih”; (c) Corbula amurensis; “kupang
beras”; dan (d) Sinovacula virens (L., 1767); “kupang awung”.
Wonokromo (didapati kupang merah, kupang putih,
dan lorjuk), serta Wonorejo dan Dadapan (keduanya
dihuni oleh semua spesies kupang dan lorjuk). Tidak
satupun spesies kupang ataupun lorjuk yang dikoleksi di
Kalisari. Dari keempat stasiun penelitian tersebut, kupang
merah dan lorjuk ditemui pada semuanya, kupang putih
menempati pada tiga stasiun yaitu Wonokromo, Wonorejo,
dan Dadapan, sedangkan kupang beras dan kupang awung
sama-sama menempati pada dua stasiun yang sama yaitu
Wonorejo dan Dadapan. Dari hasil penghitungan indeks
distribusi, diketahui lorjuk merupakan satu-satunya spesies
yang mempunyai tingkat sebaran tinggi.
Tingkat preferensi dari masing-masing spesies kupang
dan lorjuk terhadap kadar bahan organik dan tekstur substrat
diketahui dengan menggunakan uji korelasi. Nilai koefisien
korelasi antara kelimpahan setiap spesies dengan data
40
Distribusi dan Preferensi Habitat Spesies Kupang dan Lorjuk
Tabel 1. Kelimpahan spesies kupang dan lorjuk pada setiap stasiun dan tingkat distribusinya di perairan Pantai Timur Surabaya
Kelimpahan (jumlah individu/m²) Spesies Kupang dan Lorjuk
Stasiun / Titik
Sampling
Musculita senhousia
Corbula faba
Kupang
C. amurensis
Sinovacula virens
Lorjuk
Solen vagina
Kenjeran
1
2
3
6.711
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
274
112
106
Kalisari
1
2
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Wonokromo
1
2
3
1
2
3
0
16.222
0
141
10.807
1.459
178
185
0
0
303
0
0
0
0
0
163
0
0
0
0
9.792
0
0
0
8
22
15
22
44
1
2
3
429
4.837
0
1148
941
0
1.244
0
0
1.141
0
0
0
0
66
Total
Indeks Distribusi
26.006
1,457
2.755
1,333
1.407
0,359
10.933
0,335
669
1,727
Tingkat Distribusi
Sedang
Sedang
Sangat Sempit
Sangat Sempit
Tinggi
Wonorejo
Dadapan
Tabel 2. Koefisien korelasi (r) dan koefisien determinasi (r2) masing-masing spesies kupang dan lorjuk dengan kadar bahan organik
dan tekstur substrat
Spesies Kupang dan Lorjuk
Musculita senhousia
Corbula faba
C. amurensis
Sinovacula virens
Solen vagina
Kadar Bahan Organik
r
-0,24
0,29
-1*
-1*
-0,22
r2
0,0576
0,0841
1*
1*
0,05
Kerikil
r
-0,26
0,07
1*
-1*
0,08
r2
0,0676
0.0049
1*
1*
0,0064
Fraksi Substrat
Pasir
r
r2
0,45
0,2025
0,64
0,4096
1*
1*
-1*
1*
0,4
0,16
Lumpur-lempung
r
r2
-0,28
0,0784
-0,62
0,3844
-1*
1*
1*
1*
-0,3
0,09
Keterangan: * hasil uji ini tidak dapat menjelaskan tingkat korelasi yang sebenarnya, karena hanya didasarkan atas dua data.
pengukuran beberapa parameter substrat meliputi tekstur
(fraksi kerikil, pasir, dan lumpur-lempung) serta bahan
organik substrat disajikan pada Tabel 2. Dari nilai koefisien
korelasi ini dapat dinyakan bahwa kupang merah (Musculita
senhousia) cenderung menyukai habitat bersubstrat dasar
pasir dengan kadar organik rendah, kupang putih (Corbula
faba) menyukai substrat dasar berpasir dan menghindari
substrat halus, dan lorjuk
(Solen vagina) juga cenderung menyukai substrat dasar
berpasir meskipup dengan tingkat korelasi yang relatif
rendah.
PEMBAHASAN
Informasi yang didapati dari penelitian ini menunjukkan
bahwa di perairan Pamurbaya tersusun atas empat spesies
kupang, yaitu kupang renteng atau kupang merah (Musculita
senhousia), kupang putih (Corbula faba), kupang beras
(Corbula amurensis), dan kupang awung (Sinovacula);
serta satu spesies lorjuk, yaitu Solen vagina. Hasil ini sesuai
dengan kenyataannya, bahwa jenis-jenis kupang di perairan
pantai Timur Surabaya yang dipanen oleh masyarakat
Surabaya dan sekitarnya selama ini hanya tersusun atas
empat spesies tersebut (Affandi, 2008). Demikian pula
spesies lorjuk, juga hanya ada satu spesies (Affandi, 2008;
Trisyani dan Irawan (2008).
Mengenai distribusi atau daerah sebaran spesies,
diketahui bahwa keberadaan masing-masing spesies
kupang dan lorjuk di perairan Pantai Timur Surabaya
tidak terjadi secara spontan atau secara acak melainkan
sangat berkaitan dengan preferansi atau pemilihan terhadap
Affandi, Irawan, Soegianto, dan Rosmanida
habitat yang sesuai. Musculita senhousia dan Corbula faba
mempunyai tingkat distribusi sedang, Corbula amurensis
dan Sinovacula virens mempunyai tingkat distribusi sangat
terbatas, dan Solen vagina mempunyai tingkat distribusi
luas. Ada kecenderungan bahwa spesies-spesies tersebut,
yaitu Musculita senhousia, Corbula faba dan Solen vagina
memiliki preferensi terhadap substrat bertekstur pasir
dengan kadar bahan organik yang rendah. Hal ini sesuai
dengan yang diungkapkan Sabelli (1979) dan Hook (1999)
bahwa Solen vagina lebih menyukai tipe sustrat berpasir
dibanding dengan tipe substrat yang lain.
Beberapa faktor utama yang menyangkut kemantapan
komunitas bentik laut, berhubungan dengan berbagai
aspek ekologi larva. Wilson (1952 dalam Nybakken,
1998) menjelaskan bahawa larva hewan-hewan bentik
dapat memilih daerah yang akan mereka tempati. Jadi,
larva tidak menetap begitu saja pada substrat yang ada
jika sudah tiba waktunya untuk bermetamorfosis menjadi
dewasa. Larva memiliki kemampuan untuk “mencoba”
substratnya. Jika substrat tidak baik, mereka tidak menetap
atau bermetamorfosis (Nybakken, 1998). Ini berertibahwa
tipe substrat tertentu akan menarik jenis larva tertentu dan
menolak jenis yang lain. Larva juga bereaksi terhadap
adanya organisme dewasa dari spesies yang sama, di
mana banyak larva lebih senang menetap ndi tempat yang
terdapat spesies dewasanya. Larva tertarik ke suatu daerah
oleh bahan kimia atau feromon yang dikeluarkan oleh
organisme dewasa (Meadows, 1962 dalam Nybakken,
1998). Mekanisme ini menjamin kelangsungan hidup
yang muda karena dengan terdapatnya hewan dewasa
berarti daerah itu cocok untuk habitat hidup, sehingga juga
menjamin kelestarian komunitas.
KEPUSTAKAAN
Abbott C dan Dence SP 2000. Compendium of Seashells: a full
color guide to more than 4,2000 of the worlds marine shells.
Odyssey Publ. California USA.
Affandi M, Irawan B, dan Soegianto A, 2005. Profil Perairan pantai
Timur Surabaya dari Tinjauan Komunitas Makrofauna
Benthik, Laporan Penelitian Hibah Riset, Jur. Bio. FMIPA
Unair.
41
Affandi M, Irawan B, dan Soegianto A, 2009. Exploration and
Visualization of Benthic Polychaete Species in Costal
Waters, East Surabaya – Indonesia, Proc. ICORAFSS, 2–4
June 2009, The ZON Regency, Johor Bahru, Malaysia.
Affandi M, 2008. Diversitas Kerang Konsumtif di Sentra Produksi
Kerang Kenjeran Surabaya, Proc. Seminar Nasional
Biodiversitas II. Dep. Bio. FST Unair.
Affandi M, Burhan AL, Rosmanida, Hamidah, dan Nurtiati,
1994. Studi Komposisi Jenis dan Penyebaran Crustacea
Planktonik di Perairan Pantai Timur Surabaya. Laporan
Penelitian. Lemlit-Unair. Surabaya.
Brower JE, Zar JH, dan von Ende CN, 1998. Field and Laboratory
Methosds for General Ecology. WCB/Mac Graw Hill
Companies, USA.
Dahuri R, Rais J, Ginting SP, dan Sitepu MJ, 1996. Pengelolaan
Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu.
PT Pradnya Paramita. Jakarta.
De Bruyne RH, 2003. The Complete Encyclopedia of Shells. Rebo
Production b.v., Lise.
Dharma B, 1988. Siput dan Kerang Indonesia (Indonesian Shells)
I. PT. Sarana Graha. Jakarta.
Dharma B, 1992. Siput dan Kerang Indonesia (Indonesian Shells
II). Verlag Christa Hemmen, Wiesbaden Federal Republic
of Germany.
Gosner KL, 1971. Guide to Identification of Marine and Estuarine
Invertebrate. Wiley-Interscience, a Division of John Wiley
& Sonc, Inc.
Hook P, Sea Shell. PRC Publ. Ltd. London.
Mann KH, 1982. Ecology of Coastal waters A Systems Approach,
Blackwell Scientific Publ. Melbourne).
Nybakken JW 1998. Biologi Laut: suatu Pendekatan Ekologis.
PT Gramedia, Jakarta.
Odum EP, 1993. Dasar-dasar Ekologi Edisi Ketiga (cetakan
kedua). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Pagcatipunan RN, Tortell P, dan Silaen 1981. A Preliminary
Survey of the Development Potential of Shellfish Farming
In Indonesia. Directorate General of Fisheries Jakarta,
Indonesia.
Sabelli B, 1979. Guide to Shell. Simon and Schuster Publ. New
York.
Trisyani N dan Irawab B (2008). Kelimpahan Lorjuk (Sollen
vaginalis) di Pantai Timur Surabaya. Ilmu Kelautan.
13 (2): 67–72.
Download