jurnal ilmiah - Portal Garuda

advertisement
ANALISIS SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA
DI KABUPATEN GRESIK
(2004-2013)
JURNAL ILMIAH
Disusun oleh :
Mohammad Alfit Prahardika
105020100111011
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL
Artikel Jurnal dengan judul :
ANALISIS SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA
DI KABUPATEN GRESIK TAHUN 2004-2013
Yang disusun oleh :
Nama
:
M. Alfit Prahardika
NIM
:
105020100111011
Fakultas
:
Ekonomi dan Bisnis
Jurusan
:
S1 Ilmu Ekonomi
Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang dipertahankan di
depan Dewan Penguji pada tanggal 6 Februari 2015
Malang, 6 Februari 2015
Dosen Pembimbing,
Dr. Iswan Noor, SE., ME.,
NIP. 19590710 198303 1 002
ANALISIS SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KABUPATEN
GRESIK TAHUN 2004-2013
M. Alfit Prahardika (105020100111011)
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Email : [email protected]
ABSTRAK
Sebuah pembangunan ekonomi di Kabupaten Gresik yang dirasa begitu cepat terasa pertumbuhan ekonominya
namun berbeda dengan keadaan ketenagakerjaannya. Pengangguran masih dirasa begitu banyak dan perlu
adanya kajian ulang bukan hanya oleh pemerintah, tetapi juga warga sekitar untuk bersama-sama membangun
kesejahteraan bersama. Dengan pemilihan sektor unggulan dari berbagai analisis seperti LQ, Shiftshare, dan
MRP, sehingga didapatkan sektor mana yang benar-benar mampu memperlihatkan kontribusinya bukan hanya
dari segi pendapatan daerah, namun juga dalam sisi penyerapan tenaga kerja. Berbagai sektor seperi sektor
industri, pertanian, perdagangan, hotel, dan restoran, dan beberapa sektor lain yang dirasa mampu
meningkatkan kesejahteraan warga kabupaten Gresik perlu diperhatikan pengaruhnya, permasalahan
sumberdaya yang berkualitas juga di singgung sebagai strategi menurunkan tingkat pengangguran di
kabupaten Gresik.Maka dari itu perlu adanya penilitian seperti ini untuk bisa melihat optimal atau tidaknya
pertumbuhan dan perkembangan ekonomi yang ada.
Kata kunci : sektor unggulan, sektor basis, pengangguran
A. PENDAHULUAN
Pertumbuhan ekonomi daerah yang cukup tinggi adalah target utama dalam rencana pembangunan
daerah.Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, maka kegiatan ekonomi dipusatkan melalui pembangunan
daerah secara terstruktur. Pembangunan ekonomi daerah diartikan sebagai suatukegiatan dimana pemerintah
daerah dan masyarakat sekitar bersama-sama mengolah sumberdaya yang ada untuk mencapai tujuan
pembangunan. Untuk mencapai keberhasilan pembangunan ekonomi daerah, maka suatu daerah harus
mengetahui sektor apa saja yang menjadi sektor basis atau sektor unggulan di daerahnya masing-masing. Mayes;
dkk (2010), “Setiap daerah memiliki sektor unggulan dan potensi ekonomi yang berbeda, karena dalam suatu
daerah memiliki ciri khas dan karakteristik sendiri yang menempel sesuai dengan sumber daya manusia, struktur
alam dan letak geografisnya”. Kabupaten Gresik sebagai salah satu penyumbang PDRB terbesar di Jawa timur
juga memiliki beberapa sektor basis yang diharapkan dapat memberikan kontribusinya dalam penyerapan tenaga
kerja dalam jumlah yang besar, sehingga dapat menekan angka pengangguran.
Grafik 1. Indikator ketenagakerjaan kabupaten gresik tahun 2008–2012
120
100
80
95,87
68,76
92,99
92,3
70
67,07
65,2
95,64
93,28
63,49
TPAK
60
TKK
40
20
TPT
8,14
7,1
7,7
4,36
6,72
0
2008
2009
2010
2011
2012
Sumber : BPS Gresik 2012
Angka pencari kerja di kabupaten Gresik terus melonjak bahkan tiap tahun jumlahnya tidak mengalami
penurunan. Pada 2012 saja angka pengangguran mencapai 41.700 orang sementara pada Juli 2013 tercatat
sebanyak 19 ribu orang masih belum mendapat perkerjaan. Sedang hingga Desember 2013 angka pengangguran
terus bertambah dan berkisar antara 41 ribu hingga 43 ribu jiwa yang masih belum mendapatkan pekerjaan.Hal
tersebut menandakan bahwa pembangunan di kabupaten Gresik belum sepenuhnya dikatakan berhasil. Oleh
karena itu diperlukan satu langkah atau strategi tepat yang dapat diseleseikan oleh pemerintah daerah, salah
satunya dengan mempertimbangkan perlunya peningkatan sektor unggulan di daerah yang bersangkutan secara
maksimal dan efisien,Karena sektor unggul tersebut diharapkan mampu berkontribusi dalam pertumbuhan
ekonomi, serta mampu bersaing di pasar yang lebih luas dan berpengaruh dalam penyerapan tenaga kerja.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Ekonomi Daerah
Menurut teori Rostow dalam Todaro (2006), pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses
yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan masyarakat, yaitu perubahan politik, struktur sosial, nilai sosial,
dan struktur kegiatan perekonomiannya.Teori lainnya juga pernah diungkapkan oleh Kuznets dalam jhingan
(2008). Menurutnya, “pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagaikenaikan jangka panjang dalam
kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada
penduduknya”. Kemampuan tersebut tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan
serta ideologis yang diperlukannya.Terkait dengan perekonomian daerah, Arsyad (1999) juga menambahkan
bahwa pembangunan ekonomi daerah adalah proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola
sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kerjasama yang saling mendukung, antara
pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang
perkembangan kegiatan ekonomi daerah.
Teori Basis Ekonomi (Economic Base Theory) dan Sektor Ekonomi Unggulan
Teori basis ekonomi adalah salah satu teori ekonomi yang dikembangkan dalam rangka meningkatkan
perekonomian daerah, teori tersebut menyatakan, “faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah
berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah”. Teori basis ekonomi biasanya
digunakan untuk mengidentifikasi dan menentukan sektor unggulan. ketika sektor unggulan tersebut
dikembangkan dengan baik akan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi suatu
daerah, yang pada akhirnya pengaruh tersebut dapat meningkatkan pendapatan daerah secara optimal.Tumbuh
atau tidaknya suatu daerah dan seberapa cepat atau tidaknya daerah itu tumbuh ditentukan oleh bagaimana
kinerja daerah tersebut dalam mengekspor hasil sektor yang menjadi unggulannya ke daerah lain atau sampai ke
luar negeri.Sektor basis adalah sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian daerah karena mempunyai
keuntungan kompetitif (Competitive Advantage) yang cukup tinggi. Sedangkan sektor non basis adalah sektorsektor lainnya yang kurang potensial tetapi berfungsi sebagai penunjang sektor basis atau service industries
(Sjafrizal, 2008).
Ketenagakerjaan
Tenaga kerja adalah penduduk yamg berumur di dalam batas usia kerja. Batasan usia kerja berbeda-beda
antara negara satu dengan yang lain. Batas usia kerja yang dianut oleh Indonesia adalah minimum 15 tahun,
tanpa batas umur maksimum. Tenaga kerja (manpower) dibagi pula ke dalam dua kelompok yaitu angkatan
kerja (laborforce) dan bukan angkatan kerja. Yang termasuk angkatan kerja ialah tenaga kerja atau penduduk
dalam usia yang bekerja, atau yang mempunyai pekerjaan namun untuk sementara sedang tidak bekerja, dan
yang mencari pekerjaan. Sedangkan yang termasuk bukan angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk
dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan.
Selanjutnya, angkatan kerja dibedakan pula menjadi dua subsektor yaitu kelompok pekerja dan penganggur.
Yang dimaksud pekerja adalah orang-orang yang mempunyai pekerjaan, mencakup orang yang mempunyai
pekerjaan, dan memang sedang bekerja, serta orang yang mempunyai pekerjaan namun untuk sementara waktu
kebetulan sedang tidak bekerja. Adapun yang dimaksud penganggur adalah orang yang tidak mempinyai
pekerjaan, lengkapnya orang yang tidak bekerja dan masih mencari pekerjaan. (Dumairy, 1996).
Produk Domestik Regional Bruto
Produk domestik regional bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator ekonomi untuk mengukur
kemajuan pembangunan disuatu wilayah. PDRB merupakan idikator untuk mengatur sampai sejauh mana
keberhasilan pemerintahan dalam memanfaatkan sumberdaya yang ada, dan dapat digunakan sebagai
perencanaan dan pengambilan keputusan. Berdasarkan lapangan usaha, PDRB dibagi dalam sembilan sektor,
yaitu : Sektor Pertanian, Sektor Pertambangan dan Penggalian, Sektor Industri Pengolahan, Sektor Listrik, Gas
dan Air Minum, Sektor Bangunan, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor Pengangkutan dan
Komunikasi, Sektor Bank dan Lembaga Keuangan lainnya, serta Sektor Jasa-Jasa.
C. METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini, deskriptif kuantitatif digunakan untuk memberikan gambaran secara umum
mengenai kondisi umum baik perekonomian maupun ketenagakerjaan di Kabupaten Gresik yang dipaparkan
melalui penggambaran tabel dan grafik.Untuk menganalisis sektor ekonomi unggulan dalam penelitian ini maka
perlu dilakukan identifikasi sektor ekonomi yang unggul dari sisi kontribusi, nilai tambah, maupun kesempatan
kerja dengan bantuan alat analisis Location Quotient (LQ) serta untuk menentukan sektor unggulan dari sisi
pertumbuhan nilai tambah maupun kesempatan kerja melalui alat analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP).
Selanjutnya dari kedua hasil tersebut akan dilakukan analisis Shift share yang bertujuan untuk melihat sektor
ekonomi unggulan yang mampu menyerap tenaga kerja di Kabupaten Gresik.
Location Quotient
Location Quotient (LQ) merupakan suatu teknik analisis yang digunakan untuk Menunjukkan besar
kecilnya peranan dan mengidentifikasi sektor ekonomi unggulan (sektor basis),
𝒙𝒊𝒋 𝒙𝒊
𝑳𝑸 =
𝑿𝒋 𝑿
dimana:
LQ
= Indeks LQ sektor i Kabupaten Gresik
xij
= PDRB ADHK/Tenaga Kerja sektor i Kabupaten Gresik
xi
= PDRB ADHK/Tenaga Kerja sektor i Provinsi Jawa Timur
Xj
= Total PDRB ADHK/Tenaga Kerja Kabupaten Gresik
X
= Total PDRB ADHK/Tenaga Kerja Provinsi Jawa Timur
Model Rasio Pertumbuhan
MRP adalah kegiatan membandingkan pertumbuhan suatu kegiatan baik dalam skala yang lebih kecil
maupun dalam skala yang lebih luas. Dalam analisis MRP terdapat dua macam rasio pertumbuhan, yaitu:
1.
Rasio pertumbuhan wilayah studi (RPs) Kabupaten Gresik
∆𝑿𝒊𝒋
𝑿°𝒊𝒋
𝑹𝑷𝒔 =
2.
∆𝑿𝒊𝒏
𝑿°𝒊𝒏
Rasio pertumbuhan wilayah referensi (RPr) Provinsi Jawa Timur
∆𝑿𝒊𝒏
𝑿°𝒊𝒏
𝑹𝑷𝒓 =
∆𝑿𝒏
dimana :
ΔXij
ΔXin
ΔXn
Xoij
Xij
Xoin
Xin
Xon
Xn
𝑿°𝒏
= Perubahan PDRB/Tenaga Kerja sektor i di Kabupate Gresik
= Perubahan PDRB/Tenaga Kerja sektor i di Provinsi Jawa Timur
= Perubahan PDRB/Tenaga Kerja Provinsi Jawa Timur
= PDRB/Tenaga Kerja sektor i Kabupaten Gresik pada awal tahun
= PDRB/Tenaga Kerja sektor i Kabupaten Gresik pada akhir tahun
= PDRB/Tenaga Kerja sektor i Provinsi Jawa Timur pada awal tahun
= PDRB/Tenaga Kerja sektor i Provinsi Jawa Timur pada akhir tahun
= Total PDRB/Tenaga Kerja Provinsi Jawa Timur pada awal tahun
= Total PDRB/Tenaga Kerja Provinsi Jawa Timur pada akhir tahun
Shiftshare
Analisis Shift Share adalah salah satu alat analisis untuk mengidentifikasi sumber ekonomi dari sisi
tenaga kerja atau pendapatan suatu wilayah tertentu.Teknik analisis shift share ini membagi pertumbuhan
sebagai perubahan (D) suatu variabel wilayah, seperti tenaga kerja, nilai tambah, pendapatan atau output, selama
kurun waktu tertentu menjadi pengaruhpengaruh : pertumbuhan nasional (N), industri mix/bauran industri (M),
dan keunggulan kompetitif ( C ). dalam bentuk umum persamaan dari analisis shift share dan komponenkomponennya adalah :
𝑫𝒊𝒋 = 𝑵𝒊𝒋 + 𝑴𝒊𝒋 + 𝑪𝒊𝒋
Keterangan :
i
= Sektor-sektor ekonomi yang diteliti Kabupaten Gresik
j
= Variabel wilayah yang diteliti Kabupaten Gresik
N
= Variabel wilayah Jawa Timur
Dij
= Perubahan sektor i di daerah j (Kabupaten Gresik)
Nij
= Pertumbuhan nasional sektor i di daerah j (Kabupaten Gresik)
Mij
= Bauran industri sektor i di daerah j (Kabupaten Gresik)
Cij
= Keunggulan kompetitif sektor i di daerah j (Kabupaten Gresik)
Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah Tenaga kerja dan PDRB yang dinotasikan sebagai
(y), maka :
𝑫𝒊𝒋 = 𝒚∗𝒊𝒋 − 𝒚𝒊𝒋
𝑵𝒊𝒋 = 𝒚𝒊𝒋 − 𝒓𝒏
𝑴𝒊𝒋 = 𝒚𝒊𝒋 𝒓𝒊𝒏 − 𝒓𝒏
𝑪𝒊𝒋 = 𝒚𝒊𝒋 𝒓𝒊𝒋 − 𝒓𝒊𝒏
Dimana :
𝒚𝒊𝒋
= Tenaga Kerja/PDRB sektor i di daerah j (Kabupaten Gresik)
𝒚∗𝒊𝒋
= Tenaga Kerja/PDRB sektor i di daerah j akhir tahun analisis (Kabupaten Gresik)
𝒓𝒊𝒋
= Laju pertumbuhan sektor i di daerah j (Kabupaten Gresik)
𝐲𝐢𝐣∗ − 𝐲𝐢𝐣
𝒓𝒊𝒋 =
𝐲𝐢𝐣
𝒓𝒊𝒏
= Laju pertumbuhan sektor i di daerah n (Provinsi Jawa Timur)
∗
𝐲𝐢𝐧
− 𝐲𝐢𝐧
𝒓𝒊𝒏 =
𝐲𝐢𝐧
𝒓𝒏
= Rata-rata Laju pertumbuhan Tenaga Kerja/PDRB di daerah n (Provinsi Jawa Timur)
𝐲𝐧∗ − 𝐲𝐧
𝒓𝒏 =
𝐲𝐧
Keterangan :
𝐲𝐢𝐧
= Tenaga kerja/PDRB sektor i di daerah n (Provinsi Jawa Timur)
∗
𝐲𝐢𝐧
= Tenaga kerja/PDRB sektor i di daerah n akhir tahun analisis (Provinsi Jawa Timur)
𝐲𝐧
= Total Tenaga kerja/PDRB semua sektor di daerah n (Provinsi Jawa Timur)
𝐲𝐧∗
= Total Tenaga Kerja/PDRB semua sektor di daerah n (Provinsi Jawa Timur) akhir tahun analisis
Elastisitas Tenaga Kerja
Dalam menganalisis daya serap tenaga kerja masing-masing sektor, maka dilakukan hubungan antara
pertumbuhan tenaga kerja dengan pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto yang dikenal dengan
Elastisitas Tenaga Kerja yang dapat dirumuskan sebagai berikut (Simanjuntak, 1998):
𝑬 =
𝑮𝒏
𝑮𝒚
dimana:
E
= Elastisitas Tenaga Kerja (Employment Income Growth Elasticity)
Gn
= Pertumbuhan Tenaga Kerja
Gy
= Pertumbuhan Pendapatan (Pertumbuhan PDRB)
Analisis Koefisien Tenaga Kerja
Dari data tenaga kerja dan nilai tambah juga dapat dilakukan analisis mengenai daya serap tenaga kerja
masing-masing sektor dengan menghitung koefisien tenaga kerja. Koefisien tenaga kerja adalah suatu bilangan
yang menunjukkan besarnya jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit nilai tambah
yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝒍𝒊 =
𝑳𝒊
𝑿𝒊
dimana:
li
= Koefisien Tenaga Kerja Sektor i
Li
= Jumlah Tenaga Kerja Sektor i
Xi
= Nilai Tambah Sektor i
D. HASIL PEMBAHASAN
Lokasi Kabupaten Gresik terletak di sebelah barat laut Kota Surabaya yang merupakan Ibu kota Provinsi
Jawa Timur, pusat kota Kabupaten Gresik berada 20 km sebelah utara Kota Surabaya, dengan luas wilayah
1.191,25 km2Sebagian wilayah Kabupaten Gresik merupakan daerah pesisir pantai, yaitu memanjang mulai dari
Kecamatan Kebomas, Gresik, Manyar, Bungah, Sidayu, Ujungpangkah dan Panceng serta Kecamatan
Sangkapura dan Tambak. Wilayah Kabupaten Gresik juga mencakup Pulau Bawean, yang berada 150 km
lepas pantai Laut Jawa.Perekonomian Kabupaten Gresik pada tahun 2004-2013 terus mengalami perkembangan
yang berfluktuasi, capaian pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi tersebut, yang telah di capai Kabupaten
Gresik tersebut tidak lepas dari berbagai kebijakan dan kemudahan yang telah diberikan oleh pemerintah daerah
yang terkait dengan kegiatan investasi, pembangunan, maupun pengembangan infrastruktur, serta kerja keras
seluruh pelaku usaha di Kabupaten Gresik. Struktur perekonomian suatu wilayah dapat dilihat dari peranan
masing-masing sektor terhadap total angka PDRB. Struktur Ekonomi Kabupaten Gresik selama sepuluh tahun
terakhir ini mengalami perkembangan yang cukup dinamis. Provinsi Jawa Timur tidak berbeda jauh dengan
struktur ekonomi yang ada di Kabupaten Gresik dimana sektor sekunder masih mendominasi perekonomian di
wilayah ini.
Tabel 1. Hasil Analisis Location Quotient (LQ) Kabupaten Gresik Tahun 2004-2013
Location Quotient
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Ratarata
1. Pertanian
0.61
0.58
0.58
0.52
0.56
0.60
0.53
0.57
0.50
0.53
0.56
2. Pertambangan
& Penggalian
0.50
1.00
1.00
0.50
0.50
0.50
2.00
2.00
2.00
2.00
1.20
3. Industri
Pengolahan
2.00
2.00
2.00
2.50
2.50
2.50
2.00
2.00
2.00
2.00
2.15
4. Listrik, Gas &
Air Bersih
1.00
2.00
2.00
2.00
1,39
1,33
1,40
1,43
1,47
1,51
1.55
5. Bangunan
1.60
1.60
1.60
1.60
1.60
1.60
1.60
1.60
1.60
1.60
1.60
6. Perdagangan,
Hotel &
Restoran
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
7. Pengangkutan
& Komunikasi
0.40
0.40
0.40
0.40
0.40
0.40
0.20
0.20
0.25
0.25
0.33
8. Keuangan,
Persewaan, &
Js.Perusahaan
0.75
0.75
0.75
0.60
0.60
0.60
0.60
0.60
0.60
0.50
0.64
9. Jasa-Jasa
0.25
0.25
Sumber : BPS *Data diolah 2014
0.25
0.25
0.25
0.22
0.11
0.11
0.11
0.22
0.20
Sektor
Berdasarkan hasil LQ diatas (Tabel 1) diketahui tiga sektor yang paling potensial untuk dikembangkan
adalah sektor industry pengolahan dengan nilai LQ 2.15; kemudian disusul dengan sektor bangunan dan
konstruksi dengan nilai LQ mencapai 1,60; posisi ketiga adalah sektor penambangan dan penggalian sebesar
1,36. Jika sektor-sektor tersebut dikembangkan oleh pemerintah daerah dengan dukungan kebijakan dan
mendapat prioritas program maka sektor-sektor tersebut akan menambah keuntungan bagi Kabupaten Gresik
dimasa yang akan datang.
Tabel 2. Hasil Analisis Location Quotient (LQ) Dari Sisi Penyerapan Tenaga Kerja Kabupaten Gresik
Tahun 2006-2013
Location Quotient
2009
2010
2011
2012
2013
RataRata
0.01
0.01
0.02
0.01
2.80
1.40
1.20
1.20
1.75
6.60
5.70
5.70
5.00
5.00
5.98
1.00
1.00
1.00
1.00
0.80
1.00
0.95
0.60
0.60
0.30
0.40
0.50
0.70
0.30
0.53
0.10
0.10
0.10
0.10
0.10
0.10
0.10
0.10
0.10
7. Pengangkutan
& Komunikasi
0.30
0.30
0.30
0.30
0.40
0.40
0.30
0.50
0.35
8. Keuangan,
Persewaan,&
Js.Perusahaan
1.30
1.30
1.30
1.00
1.10
0.10
1.10
1.20
1.05
0.10
0.10
9. Jasa-Jasa
Sumber : BPS, diolah 2014
0.10
0.10
0.10
0.10
0.10
0.20
0.11
Sektor
2006
2007
2008
1. Pertanian
0.001
0.001
0.006
0.01
0.01
2. Pertambanagn
& Penggalian
1.30
1.30
1.50
3.30
3. Industri
Pengolahan
6.60
6.60
6.60
4. Listrik, Gas &
Air Bersih
0.80
1.00
5. Bangunan
0.80
6. Perdagangan,
Hotel &Restoran
Dilihat dari nilai LQ yang berbasis data ketenagakerjaan tidak berbeda hasilnya dengan LQ yang berbasis
nilai tambah dalam struktur tanpa migas yaitu terdapat tiga sektor yang nilainya lebih besar dari satu yang
berarti bahwa sektor-sektor inilah yang menjadi sektor basis di Kabupaten Gresik. Ketiga sektor tersebut adalah
sektor industri pengolahan, sektor pertambangan dan penggalian, serta sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan.
Tabel 3. Hasil Analisis Shift Share Dari Sisi PDRB Kabupaten Gresik Tahun 2003-2013
pergeseran
Komponen
Lapangan Usaha (Sektor)
struktur
1. Pertanian
2. Pertambanagn &
Penggalian
3. Industri Pengolahan
4. Listrik, Gas & Air
Bersih
5. Bangunan
6. Perdagangan, Hotel &
Restoran
7. Pengangkutan &
Komunikasi
8. Keuangan, Persewaan,
&Js.Perusahaan
9. Jasa-Jasa
Nij
621,324.04
Mij
-287,650.02
Cij
34,518.00
Dij
368,192.03
108,688.31
64,407.88
543,441.53
716,537.72
2,737,501.29
-50,694.47
1,825,000.86
4,511,807.68
241,155.98
-44,658.52
165,236.51
361,733.97
322,961.43
-11,961.53
203,346.08
514,345.98
1,166,268.30
-280,768.30
1,403,841.48
2,289,341.49
130,832.67
198,671.83
82,376.12
411,880.62
216,214.00
168,166.45
-84,083.22
300,297.23
118,237.25
43,791.57
96,341.46
258,370.29
-200,695.10
4,270,018.82
9,732,507.00
5,663,183.27
JUMLAH
Sumber : BPS, diolah 2014
Hasil analisis Shift-share menunjukkan bahwa selama tahun 2004-2013, nilai PDRB sektoral Kabupaten
Gresik telah mengalami perubahan atau perkembangan. Nilai PDRB tersebut tumbuh sebesar 9.732 juta rupiah.
Hasil analisis menunjukkan bahwa bauran industri memberikan pengaruh negative bagi perkembangan
perekonomian di Kabupaten Gresik, yaitu sebesar -200 juta rupiah. Nilai negatif mengindikasikan bahwa
komposisi sektor pada PDRB Kabupaten Gresik cenderung mengarah pada perekonomian yang akan tumbuh
relatif lambat.
Tabel 4. Hasil Analisis Shift Share Dari Sisi Penyerapan Tenaga Kerja Kabupaten Gresik Tahun 2006 –
2013
pergeseran
Komponen
Lapangan usaha
Struktur
Nij
8.46
Mij
-28.20
Cij
1,255.84
Dij
1,236.10
118.62
-109.39
1,031.99
1,041.22
7,831.53
37,417.31
-14,792.89
30,455.95
4. Listrik, Gas &Air Bersih
136.08
-3,069.36
3,628.80
695.52
5. Bangunan
6. Perdagangan, Hotel &
Restoran
7. Pengangkutan & Komunikasi
8. Keuangan, Persewaan, &
Js.Perusahaan
9. Jasa-Jasa
237.51
3,773.77
554.19
4,565.47
159.75
319.50
905.25
1,384.50
171
-703.00
1,083.00
551.00
226.17
477.47
1,382.15
2,085.79
232.47
1,575.63
955.71
2,763.81
9,121.59
39,653.73
-3,995.96
44,779.36
1. Pertanian
2. Pertambanagn & Penggalian
3. Industri Pengolahan
JUMLAH
Sumber : BPS, diolah 2014
a)
Sektor Pertanian, Pertambangan dan Penggalian, Listrik, Gas, dan Air Bersih, Serta Pengangkutan, dan
Komunikasi :
1. Nij :Pengaruh komponen pertumbuhan nasional (Nij) sektor-sektor ini mempunyai efek yang
sama-sama positifnya dalam menyerap tenaga di Provinsi Jawa Timur.
2. Mij :komponen bauran industri (Mij) pada masing sektor di atas mempunyai efek yang negatif,
hal ini menyebabkan pertumbuhan tenaga kerja di Kabupaten Gresik semakin melambat.
3. Cij :Pengaruh komponen keunggulan kompetitif (Cij) ke empat sektor diatas mempunyai efek
positif, dimana pertumbuhan tenaga kerja di kabupaten Gresik sedikit lebih cepat
dibandingkan dengan pertumbuhan sektor yang sama di tingkat Provinsi.
b) Sektor Industri :
1. Nij :Pengaruh komponen pertumbuhan nasional (Nij) sektor ini mempunyai efek positif dalam
menyerap tenaga kerja yaitu sebesar 7831,53 tenaga kerja
2. Mij:komponen bauran industri (Mij) mempunyai efek positif yaitu sebanyak 37.417,31 tenaga
kerja hal ini menunjukkan sektor industri dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak atau
pertumbuhan sektor industri dalam sisi tenaga kerja tumbuh relatif lebih cepat
3. Cij :Pengaruh komponen keunggulan kompetitif (Cij) sektor industri mempunyai efek negatif,
dimana pertumbuhan tenaga kerja di provinsi Jawa Timur menunjukkan angka -14.792,89.
artinya sektor Industri dalam penyerapan tenaga kerja lebih lambat dibandingkan dengan
pertumbuhan sektor yang sama di tingkat Provinsi.
c)
Sektor Kontruksi, Perdagangan, Hotel dan Restoran, Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahan, serta
Sektor Jasa-Jasa :
1. Nij :Pengaruh komponen pertumbuhan nasional (Nij) pada masing-masing sektor ini
mempunyai efek positif dalam menyerap tenaga kerja di tingkat Provinsi.
2. Mij :Pengaruh komponen bauran industri (Mij) juga mempunyai efek positif, yang
menunjukkan pertumbuhan ke empat sektor diatas dalam sisi tenaga kerja tumbuh relatif lebih
cepat dibandingkan pertumbuhan sektor yang sama di tingkat provinsi.
3. Cij :Pengaruh komponen keunggulan kompetitif (Cij) ke empat sektor tersebut mempunyai
efek positif,dimana pertumbuhan tenaga kerja di Kabupaten Gresik cenderung sedikit lebih
cepat dibandingkan dengan pertumbuhan sektor yang sama di tingkat Provinsi.
Tabel 5. Hasil Model Rasio Pertumbuhan Kabupaten Gresik Tahun 2003-2013
Sektor
MRP
RPs
N
RPr
N
+
1.1
0.54
1. Pertanian
+
+
4.13
1.59
2. Pertambangan & Penggalian
3. Industri Pengolahan
4. Listrik, Gas & Air Bersih
5. Bangunan
6. Perdagangan, Hotel & Restoran
7. Pengangkutan & Komunikasi
8. Keuangan, Persewaan, & Js. Perusahaan
1.71
1.84
1.65
2.59
1.24
0.78
9. Jasa-Jasa
Sumber : BPS, diolah 2014
1.58
+
+
+
+
+
+
0.96
0.81
0.96
0.76
2.59
1.78
1.37
+
+
+
Dari hasil analisis MRP dalam konteks Kabupaten Gresik menunjukkan bah wa tidak ada sektor
dari kesembilan kegiatan sektor tersebut yang menunjukkan pertumbuhan rendah. Namun perlu
diperhatikan bahwa kegiatan yang potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Gresik adalah Sektor Pertanian;
Industri Pengolahan; Listrik, Gas, & Air Bersih; konstruksi; Perdagangan, Hotel, & Restoran.
Tabel 6. Hasil Model Rasio Pertumbuhan Dari Sisi Penyerapan Tenaga KerjaKabupaten Gresik Tahun
2006-2013
Sektor
MRP
RPs
N
RPr
N
+
+
60.41
2.22
1. Pertanian
+
108.64
0.07
2. Pertambanagn & Penggalian
3. Industri Pengolahan
4. Listrik, Gas & Air Bersih
5. Bangunan
6. Perdagangan, Hotel & Restoran
7. Pengangkutan & Komunikasi
8. Keuangan, Persewaan, & Js.Perusahaan
9. Jasa-Jasa
Sumber : BPS, diolah 2014
0.69
23907.37
1.14
2.85
1.03
2.94
1.53
+
+
+
+
+
+
5.32
0.00
15.51
2.81
2.94
2.87
7.14
+
+
+
+
+
+
Sedangkan untuk Model Rasio Pertumbuhan (MRP) dari sisi penyerapan tenaga kerja di Kabupaten
Gresik tahun 2006 sampai dengan 2013 seperti terlihat di Tabel 6, dapat dilihat bahwa hampir seluruh sektor di
Kabupaten Gresik merupakan sektor unggulan dari sisi pertumbuhan tenaga kerjanyanya, Sedangkan pada
sektor Industri, menunjukkan nilai RPr positif, namun menunjukkan negatif pada nilai RPs-nya, itu berarti
sektor industri memiliki pertumbuhan yang lebih menonjol di provinsi Jawa Timur tetapi tidak begitu menonjol
di Kabupaten Gresik. Di bawah ini adalah tabel hasil MRP dari sisi penyerapan tenaga kerja
Hasil dari Nilai elastisitas penyerapan tenaga kerja secara keseluruhan untuk Kabupaten Gresik pada
tahun 2007 sebesar 4.53 yang berarti bahwa kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar satu persen akan
menyebabkan kenaikan pertumbuhan tenaga kerja sebesar 4.53 persen. Namun pada tahun 2013 nilai elastisitas
penyerapan tenaga kerja naik menjadi 6.18 yang berarti bahwa kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar satu
persen mampu meningkatkan pertumbuhan tenaga kerja sebesar 6.18 persen. kenaikan elastisitas dari tahun ke
tahun mengindikasikan kemampuan pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat dalam hal penyerapan
tenaga kerja. Analisis ini dapat digunakan untuk memperkirakan tambahan kesempatan kerja yang tercipta oleh
lapangan pekerjaan yang ada, akibat dari pertumbuhan ekonomi sebesar satu persen. Berikut adalah hasil
elastisitas tenagakerja di kabupaten Gresik :
Tabel 7. Elastisitas Tenaga Kerja Kabupaten Gresik tahun 2006-2013
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Sektor
2013
1.
0.01
0.03
0.03
0.05
0.05
0.06
0.09
2.
0.60
0.64
0.44
0.52
0.35
0.28
0.25
3.
1.26
1.21
1.25
1.27
1.22
1.21
1.15
4.
0.24
0.24
0.20
0.30
0.28
0.25
0.50
5.
0.37
0.37
0.22
0.42
0.45
0.59
2.63
6.
0.07
0.07
0.11
0.11
0.10
0.08
0.07
7.
0.46
0.44
0.40
0.46
0.42
0.35
0.35
8.
0.50
0.47
0.39
0.49
0.48
0.47
0.61
9.
1.03
4.53
1.00
4.47
1.00
4.03
1.34
4.97
1.28
4.62
1.00
4.29
0.53
6.18
Jumlah
Sumber : BPS, diolah 2014
Berdasarkan hasil perhitungan koefisien tenaga kerja terlihat bahwa ada tiga sektor yang banyak
menyerap tenaga kerja yaitu sektor industri pengolahan, sektor konstruksi dan sektor keuangan, persewaan dan
jasa perusahaan. Selain itu, dapat dilihat adanya pola kenaikan daya serap tenaga kerja secara total yangditandai
dengan naiknya total nilai koefisien tenaga kerja dari 0,0457 di tahun 2006 menjadi 0,0618 di tahun 2013. Nilai
ini menunjukkan bahwa di tahun 2004 untuk menghasilkan nilai tambah sebesar satu juta rupiah diperlukan 45,7
ribu tenagakerja, sedangkan di tahun 2013 memerlukan 61,8 ribu tenaga kerja. Hal ini mengindikasikan adanya
penurunan produktivitas tenaga kerja. Berikut adalah hasilnya :
Tabel 8. Koefisien Tenaga Kerja Kabupaten Gresik tahun 2006-2013
Sektor
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
1.
0.000071
0.000080
0.00026
0.00025
0.00048
0.00049
0.00058
0.00085
2.
0.006099
0.005979
0.00640
0.00441
0.00516
0.00347
0.00276
0.00246
3.
0.012749
0.012643
0.01207
0.01249
0.01274
0.01219
0.01206
0.01153
4.
0.002470
0.002364
0.00243
0.00198
0.00302
0.00277
0.00251
0.00501
5.
0.003714
0.003710
0.00373
0.00221
0.00419
0.00446
0.00595
0.02634
6.
0.000730
0.000684
0.00068
0.00110
0.00114
0.00095
0.00077
0.00065
7.
0.004805
0.004576
0.00440
0.00397
0.00463
0.00420
0.00352
0.00353
8.
0.005011
0.004991
0.00474
0.00388
0.00486
0.00476
0.00470
0.00612
9.
0.010058
0.010327
0.01
0.00996
0.01342
0.01285
0.01000
0.00533
0.04473
0.04029
0.04968
0.04617
0.04288
0.06182
0.045712
0.045355
Total
Sumber : BPS, diolah 2014
Strategi Kebijakan di Kabupaten Gresik
Dengan hasil yang di peroleh melalui berbagai alat analisis dalam penelitian ini, dan telah di bahas sesuai
dengan hasil yang ada, maka banyak sekali yang perlu diperhatikan oleh pemerintah Kabupaten Gresik dalam
memperbaiki perekonomian. Pengembangan sektor industri dinilai sudah sangat tepat karena semua hasil
analisis menunjukkan hasil yang positif pada sektor ini. sektor industri menandakan bahwa sektor tersebut
merupakan sektor unggulan dan masuk kategori sektor unggulan yang mampu bersaing dengan sektor yang
sama di daerah lain. Sektor kedua yang harus di perhatikan menurut hasil analisis adalah sektor pertambangan
dan penggalian, muskipun dalam penciptaan nilai tambah tidak begitu besar memberikan sumbangannya
terhadap PDRB kabupaten Gresik, namun cukup efektif dalam penciptaan dan penyerapan tenaga kerja.
Meskipun sektor ini baru terlihat kontribusinya beberapa akhir tahun ini, Sektor yang perlu diperhatikan lagi
adalah sektor jasa, konstruksi, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, serta sektor pengangkutan dan
komunikasi. karena sektor ini mempunyai hasil yang tidak terlalu buruk, dan mungkin dalam beberapa tahun
kedepan sektor tersebut dapat bersaing dengan sektor lain bahkan dapat bersaing dengan daerah lain bila di
dukung dan dimanfatkan dengan baik oleh pemerintah dan masyarakat.
Sektor pertanian khususnya sub sektor perikanan dan kelautan adalah sektor selanjutnya yang harus
mendapatkan prioritas program dari pemerintah. Alasan utama Kabupaten mengembangkan sektor ini adalah
karena sepertiga wilayah Gresik merupakan perairan sehingga potensial untuk dikembangkan subsektor
perikanan ini, entah itu dari hasi perikanan laut, atau dari perikanan air tawar, seperti hasil tambak yang juga
banyak di temukan di Kabupaten Gresik bagian utara,Berbagai upaya perlu dilakukan oleh pemerintah daerah
dalam rangka meningkatkan daya saing kabupaten Gresik, dengan melalui berbagai kebijakan yang kondusif
dimana salah satunya dengan mendukung kebijakan yang berhubungan dengan mutu pendidikan di kabupaten
Gresik, selain itu juga diharapkan dapat menarik lebih banyak investor, khususnya investor lokal untuk
menanamkan investasinya dan menciptakan sumber daya manusia yang mampu bersaing dan kompeten dalam
bidangnya yang pada akhirnya mampu meningkatkan jumlah lapangan kerja yang tersedia untuk menyerap
angkatan kerja yang cenderung meningkat, dan berusaha meinimalkan jumlah pengangguran yang ada di
kabupaten Gresik
E. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan berbagai hasil pembahasan melalui macam-macam alat analisis yang digunakan pada
penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Selama periode 2004-2013, Kabupaten Gresik memiliki pertumbuhan ekonomi yang positif. Peningkatan
secara positif pertumbuhan ekonomi menggambarkan perkembangan sekaligus percepatan dalam proses
pembangunannya. Pertumbuhan ekonomi secara positif terjadi hampir di seluruh sektor ekonomi.
Sedangkan berdasarkan kontribusi sektor ekonomi terhadap pembentukan PDRB, maka struktur ekonomi
pada periode yang sama menunjukkan ciri struktur primer. Kontribusi sektor pertanian dan khususnya
sektor industri pengolahan masih dominan dalam pembentukkan PDRB. Selain itu juga, jika dilihat dari
sisi ketenagakerjaan terlihat bahwa sebagian besar tenaga kerja di Kabupaten Gresik terserap pada
lapangan kerja sektor sekunder terutama sektor industri pengolahan .
2. Jika dilihat secara keseluruhan, sektor ekonomi yang menjadi unggulan berdasarkan kontribusi dan
pertumbuhan dilihat dari sisi penciptaan nilai tambah dan penyerapan tenaga kerja adalah sektor industri
pengolahan. Sedangkan bila dilihat dari sisi penciptaan nilai tambah dalam stuktur ekonomi tanpa migas,
maka sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran juga menjadi salah satu sektor
unggulan di Kabupaten Gresik selain sektor industri pengolahan.
3. Selama periode 2006-2013, kenaikan pertumbuhan ekonomi menyebabkan penurunan daya serap tenaga
kerja di sektor industri pengolahan serta sektor kontruksi yang ditandai dengan nilai elastisitas tenaga
kerja yang semakin menurun. Muskipun demikian total nilai elastisitas penyerapan tenaga kerja pada
tahun 2013 menunjukan peningkatan dibanding tahun 2007, walaupun rentang tahun-tahun diantaranya
terlihat sangat berfluktuatif perubahannya. Namun demikian, sektor industry pengolahan mempunyai
produktivitas tenaga kerja yang semakin meningkat yang ditandai dengan nilai koefisien tenaga kerja
yang semakin menurun. Penurunan ini mengindikasikan adanya tahapan kemajuan perekonomian suatu
daerah menuju industry yang lebih modern. Namun di sisi lain, penurunan ini juga berdampak tidak baik
dalam hal penyerapan tenaga kerja karena akan mengakibatkan jumlah pengangguran yang semakin
tinggi.
Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang dapat diuraikan pada bagian sebelumnya maka ada
baiknya di perhatikan saran-saran yang dapat diajukan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, diantaranya
sebagai berikut:
1. Dengan adanya otonomi daerah maka Kabupaten Gresik dalam mengembangkan potensi daerahnya
terutama yang berhubungan dengan sektor-sektor perekonomian harus mempertimbangkan aspek
penyediaan lapangan pekerjaan. Sektor industri pengolahan merupakan sektor unggulan yang
berorientasi ekspor dan memiliki rasio pertumbuhan yang baik serta memberikan peluang peningkatan
lapangan kerja sehingga perlu diprioritaskan untuk dikembangkan sebagai sektor unggulan penyerapan
tenaga kerja di masa yang akan datang sehingga diharapkan dapat mendorong sektor-sektor lain untuk
berkembang. Namun, pengembangan sektor unggulan hendaknya tidak mengabaikan sektor-sektor
ekonomi lainnya yang masih mempunyai kemungkinan untuk berkembang di masa yang akan datang.
Pengembangan tersebut hendaknya dilakukan secara lintas sektoral, terintegrasi, dan konsisten.
2. Namun demikian, mengingat sektor industri pengolahan merupakan sektor yang masih berhubungan
langsung dengan sumberdaya alam, karena beberapa bahan baku yang adapun dari berbagai industri dan
pabrik meggunakan zat dan bahan-bahan kimia lain yang akan berhadapan langsung dengan lingkungan
hidup sekitar, maka peningkatan sektor ini juga harus diimbangi dengan upaya perbaikan lingkungan
seperti upaya memperbaiki lahan bekas pembuangan limbah agar tidak mencemari lingkungan sekitar.
3.
4.
5.
Sektor pertanian yang juga merupakan sektor unggulan dari sisi penciptaan nilai tambah harus perlu terus
digalakkan antara lain dengan pembangunan infrastruktur yang mendukung kegiatan sektor industri
pengolahan. Selain itu, peningkatan produktivitas pada sektor pertanian khususnya perikanan juga harus
diperhatikan, dan hendaknya berorientasi pada sistem agribisnis dan agroindustri untuk lebih
meningkatkan nilai tambah sehingga dapat mempertahankan swasembada pangan dan ketahanan pangan
daerah.
Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia terutama di sektor industri pengolahan sehingga melahirkan
tenaga-tenaga ahli yang dapat mengolah dan menciptakan produk lokal baru yang ada untuk
kesejahteraan masyarakat. Selain itu, meningkatkan upaya untuk menarik investor local untuk
menanamkan modal di sektor-sektor lain, khususnya di sektor industri pengolahan dan sektor pertanian
agar tetap mampu memenuhi kebutuhan daerah sendiri maupun mengekspor ke daerah lain sehingga
tetap memberikan kontribusi yang besar terhadap PDRB. yang pada akhirnya akan memacu pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten Gresik.
Selain itu, diharapkan Pemerintah daerah Kabupaten Gresik mampu berupaya keras untuk meningkatkan
penyerapan tenaga kerja dengan cara menumbuhkan industri-industri baru dan mengembangkan sentrasentra industri kecil dikarenakan sektor ini pun juga bisa menyerap banyak tenaga kerja.
Keunggulan komparatif didasarkan pada ketersediaankebutuhan bahan baku dan sumberdaya manusia
yang kreatif, maka perlu juga dilakukan kajian yang lebih mendalam terutama mengenai keunggulan
kompetitif yang lebih didasarkan pada unsur kreatifitas, teknologi, dan kualitas sumberdaya manusia
yang dikombinasikan untuk menghasilkan produk yang mempunyai nilai dan daya saing yang tinggi.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu sehingga panduan ini
dapat terselesaikan.Ucapan terima kasih khusus kami sampaikan kepada Dosen Pembimbing Dr. Iswan Noor,
SE., ME., dan seluruh Dosen Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya, serta Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya yang memungkinkan jurnal ini bisa diterbitkan.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Lincoln. 1999. Pengantar Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah, edisi kedua, Yogyakarta:
BPFE
[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Gresik. 2014. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Gresik
2008-2012.Penerbit : BPS Kabupaten Gresik
Dumairy. 1996.Perekonomian Indonesia, Edisi Kelima, Jakarta: Erlangga.
Jhingan, M. L. 2008. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. D. Guritno [penerjemah]. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada,
Simanjutak, Payanan J. 1998. Pengantar Ekonomi Sumberdaya Manusia. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Catatan pertama. Padang : Baduose Media
Sumihardjo, Tumar. 2008.Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Melalui Pengembangan Daya Saing
Berbasis potensi Daerah. Bandung : Fokus Media.
Tarigan, Robinson. 2004. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi. Jakarta : Bumi Aksara,
Todaro, Michael P. dan Smith Stephen C. 2006. Pembangunan Ekonomi Edisi Kesembilan. Munandar, Haris
[penerjemah]. Jakarta : Erlangga
Download